Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 15

Jilid 15

BU BIN AN menghela napas, "Mereka masing2 memiliki kepandaian yang tinggi sekali," berpikir pemuda ini. "Hanya sayang, mereka mengindalkan kepandaian mereka itu untuk kepentingan diri masing2, yaitu berusaha merebut kedudukan untuk menentukan siapa yang terkosen diantara mereka... Kalau saja mereka mau mempergunakan kepandaian mereka itu untuk melakukan perbuatan2 baik menolangi rakyat jelata yang tengah dalam kesulitan, tentu mereka akan dihormati sekali oleh semua orang..!"

Dan kembali Bu Bin An menghela napas. Jago2 yang lainnya juga telah memandang pertempuran itu dengan mata terbuka lebar-lebar penuh perhatian, mereka menyaksikan ilmu pedang yang hebat sekali dari kedua orang itu. Yang membuat mereka lebih kagum adalah cara Kuo Lin Siang bertempur dimana jago bertubuh pendek tersebut, yang memang terkenal sangat telengas sekali, telah mempergunakan pisau berukuran pendek, namun bisa mengimbangi dengan baik serangan pedang dari Bun Cie Sun yang berukuran panjang.

Pertemparan antara Bun Cie Sun dengan Kuo Lin Siang berlangsung sampai seratus jurus lebih dan suatu kali, Kuo Lin Siang berhasil menggaet pedang Bun Cie Sun dengan pisau bercagaknya itu, ia menghentaknya sambil mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali.

Tetapi Bun Cie Sun tidak gugup, waktu melihat pedangnya dicantel dan digaet oleh cagak pisau lawannya dan merasakan tenaga membetot yang luar biasa kuatnya, dia tidak segera berusaha melepaskan gaetan itu melainkan mengikuti putaran pisau bercagak lawannya yang berputar dalam bentuk lingkaran yang melebar.

Dan setelah tiga putaran se-konyong2 Bun Cie Sua mengeluarkan bentakan tahu-tahu dia mendorong pedangnya, menikam lurus pada dada lawannya.

Karena memang Bun Cie Sun memiliki lwekang yang cukup kuat, walaupun pedangnya itu tengah tercantol oleh gaetan pisau labwannya, tokh bedgitu ia mendoroang, pedang itu bmenerobos akan mentkam dada Kuo Lin Siang.

Malah tikaman serupa itu merupakan tikaman yang berbahaya sekali, sebab datangnya begitu tiba2 dan juga jarak mereka terlalu dekat. Dengan demikian telah membuat Kuo Lin Siang terkejut dan mengeluarkan seruan tertahan. Cepat2 ia melompat mundur sambil menarik pulang pisau pen- deknya. Tetapi Bun Cie Sun yang telah memperhitungkan segalanya, malah telah mengerahkan tenaga dalamnya "menempel" pisau tersebut dengan pedangnya, maka sia2 saja Kuo Lin Siang hendak menarik pulang pisau pendeknya tersebut.

Dan dalam keadaan seperti itu jika memang ia tidak melepaskan pisau pendeknya untuk melompat mundur, berarti ia akan terkena tikaman yang dilancarkan Bun Cie Sun. Tetapi Kuo Lin Siang tentu saja tidak rela jika harus melepaskan pisau mestikanya itu.

Mata pedang Bun Cie Sun meluncur terus akan menikam dada Kuo Lin Siang, dan ketika terpisah beberapa dim lagi, waktu itulah Kuo Lin Siang telah mengendorkan cekalannya pada pisau bergaetnya dan mempergunakan tangannya yang satunya untuk menyampok kearah pedang lawan dengan menyalurkan tenaga Iwekangnya, sehingga tanpa perlu menyentuh pedang lawan, ia telah berhasil membuat pedang Bun Cie Sun itu miring.

Membarengi dengan itu, tangan kanannya yang telah melepaskan cekalan pada pisau bergaetnya itu, menghamtam kepundak lawannya, sehingga Bun Cie Sun juga harus menaiik pulang pedangnya.

Begitu Bun Cie Sun menarik pulang pedang nya, pisau bergaet Kuo Lin Siang yang masih menyantel dipedangnya, telah ikut tertarik, Disaat itulah Kuo Lin Siang telah mengulurkan tangan kanannya, untuk mencekal pisaunya lagi, sambil memusatkan kekuatan tenaga dalamnya dan memutar pisau pendeknya tersebut, untuk menghentak merebut pedang lawannya.

Gerakan yang dilakukan oleh Kuo Lin Siang sangat cepat dan kuat sekali dia melakukannya hanya beberapa detik saja, Dan dari pihak yang diserang dan didesak, kini malah dia yang telah berhasil merobah kedudukannya, jadi penyerang lagi yaitu menghentak pedang lawan yang telah tergaet dipisaunya tersebut sambil tanbgan kirinya yandg tadi dipergunaakan menyampok bpedang lawan, diteruskan memukul kearah perut Bun Cie Sun!

Pukulan telapak tangannya itu sekali, mengandung kekuatan lwekang yang bisa mematikan, dan juga tampaknya memang Bun Cie Sun tidak memiliki waktu untuk mengelakkan diri Iagi. sebab dia harus melindungi pedangnya jangan sampai kena direbut oleh lawannya.

Dalam keadaan seperti ini, Bun Cie Sun mengempos semangatnya dan ia telah mengerahkan tenaga dalamnya, lalu menjejakkan kakinya tubuhnya melambung ketengah udara sehingga pukulan telapak tangan lawannya bisa dihindarkan. Dan pedangnya tetap tercekal ditangannya, tidak berhasil direbut oleh lawannya itu.

Dengan penasaran Kuo Lin Siatig telah menggerakkan  pisau bergaet itu untuk menghentak lagi namun kembali gagal.

Bun Cie Sun yang melihat keadaan sudah berlangsung demikian, waktu tubuhnya meluncur turun telah menarik pulang pedangnya dengan tiba2 sehingga ia berhasil melepaskan pedangnya itu dari gaetan pisau pendek lawannya.

Kuo Lin Siang dan Bun Cie Sun jadi berdiri saling memandang dengan penuh kesiap siagaan, Dan mereka ber- siap2 untuk saling menyerang lagi.

Keduanya merupakan jago2 yang memiliki kepandaian luar biasa, dengan demikian, sekali saja mereka telah melibatkan diri dalam pertempuan yang menentukan, lawan yang berhasil dirubuhkan atau memang dirinya yang akan menjadi korban senjata lawan.

Maka dari itu, sebelum bertempur lagi sekarang keduanya tengah memperhitungkan cara untuk memulai penyerangan mereka. Dengan demikian segera terlihat, keduanya hanya berdiri berdiam saja dengan senjata tercekal ditangan masing2, siap untuk digerakkan.

Setelah memandang beberapa lama, akhirnya Kuo Lin Siang berkata dengan suara yang dingin. "Mari kita mulai lagi, terimalah seranganku ini..!" dan tahu2 pisau bercagaknya itu telah berkelebat menikam lagi kepada Bun Cie Sun.

Kuo Lin Siang melakukan tikaman dengan disertai oleh kekuatan tenaga dalam yang hebat karena ia hendak menentukan dalam penyerangannya ini, guna mengetahui dirinya yang lebih kosen atau memarng lawannya yantg lebih gagah.

qTetapi Bun Cie rSun tidak berdiam diri saja, melihat cara menyerang lawannya itu, ia memutar pedangnya, sinar pedangnya ber-gulung2 melindungi sekujur tubuhnya, tidak mungkin pisau pendek dari Kuo Lin Siang berhasil menerobos pertahanan yang dilakukan oleh Bun Cie Sun.

Dengan demikian tampak beberapa kali Kuo Lin Siang menikam, beberapa kali pula ia harus menarik pulang pisau pendeknya.

Waktu Kuo Lin Siang hendak menikam lagi, diwaktu itulah tampak sesosok bayangan berkelebat ketengah gelanggang pertempuran. Kemudian bersamaan dengan mana, sosok bayangan itu telah mengulurkan tangannya, menyentil kearah pisau pendek ditangan Kuo Lin Siang.

"Tringg...!" pisau pendek itu telah terkena sentilan dan berbunyi nyaring.

Dan yang hebat adalah akibatnya, pisau pendek itu tergetar keras sekali, hampir terlepas dari cekalan Kuo Lin Siang, membuat iblis tersebut, yang biasanya tidak pernah terkejut menghadapi apapun juga, sekarang sampai mengeluarkan teiiakan kaget dan memperkeras cekalannya pada pisaunya, lalu melompat mundur, mendelik kearah-sosok tubuh yang telah mencampuri pertempuran tersebut. Bun Cie Sun juga telah berhenti memutar pedangnya, ia melihat seorang pemuda telah berdiri didekat mereka sembari bersenyum ramah.

"Boanpwe Bu Bin An, dengan ini mengharapkan agar Jiewie Locianpwe menyudahi saja pertempuran ini karena bisa membahayakan jiwa kalian berdua..!" kata Bu Bin An sambil tersenyum ramah.

Wajah Bun Cie Sun telah memperlihatkan sikap gembira, katanya: "Memang Lohu (aku siorang tua) juga beranggapan begitu, tidak ada manfaatnya meneruskan pertempuran dengan mempergunakan senjata tajam, sebab senjata tajam, tidak memiliki mata... bisa sewaktu-waktu mencelakai orang yang mempergunakannya. Maksud dari pertemuan yang kami selenggarakan inipun bukan untuk bertempur, hanya untuk saling tukar pikiran mengenai ilmu silat, dan kemudian membentuk sebuah perkumpulan orang2 gagah..!"

Tetapi berbeda dengan Bun Cie Sun, justru Kuo Lin Siang telah berkata dengan bengis: "Anak muda kurang ajar.. engkau begitu lancang tangan mencampuri urusan kami ! Jika engkau tidak cepat2 mundur, aku akan merobek lehermu mengirim kau keneraka...!"

Bu Bin An membawa sikap yang sabar, ia berkata dengan sikap yang tenang : "Sabar Locianpwe, dalam hal ini kita memang tidak bisa main sembarangan begitu saja bertempur mempergunakan senjata, bukankah Bun Locianpwe telah memberitahukan, bahwa diselenggarakannya pertemuan ini, bukan untuk bertempur, tetapi untuk merundingkan ilmu silat, menukar pikiran dan juga membentuk sebuah perkumpulan para orang gagah, mengapa Locianpwe telah memaksa begitu rupa kepada Bun Locianpwe untuk bertempur dengan mempergunakan senjata tajam ?"

Muka Kuo Lin Siang jadi berobah merah padam, dan ia berkata dengan sengit: "Hemm.... engkau terlalu rewel, anak muda kurang ajar !" dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak pisau pendek ditangannya telah bergerak, ia ingin mempergunakan salah satu gaetan nya untuk menggaet leher Bu Bin An.

Tetapi Bu Bin An masih tersenyum sabar dan berkata dengan suara yang tenang: "Sabar jangan berangasan begitu," dan tangannya telah digerakkan, tahu2 dengan mempergunakan jari telunjuk dan tengahnya, ia menjepit pisau pendek Kuo Lin Siang.

Jepitan yang dilakukan oleh Bu Bin An kuat sekali seperti juga pisau-pisau pendek tersebut tidak bergeming. Dengan penasaran Kuo Lin Siang telah menarik pulang pisaunya,  tetapi tidak bergeming, Ketika ia mendorong untuk meneruskan tikamannya, juga tidak berhasiL pisau pendeknya itu sama sekali tidak bisa digerakan.

Bukan main mendongkol dan penasaran hati iblis berangasan tersebut, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, ia mengem-pos semangatnya dan mengulangi dorongannya.

Diwaktu itulah Bu Bin An telah menggerakkan tangannya dengan masih menjepit seperti itu, dia telah memutarnya dan menghentaknya-Kuat sekali bentakannya tersebut, dan pisau pendek itu telah berhasil direbutnya.

Muka Kuo Lin Siang jadi merah bpadam dan berdidri tertegun maraah ditempatnya.b

Baru pertama kali ini ia mengalami pisau bercagaknya bisa direbut oleh lawannya, Malah lawannya itu seorang pemuda belia seperti Bu Bin An.

Sedangkan Bin An setelah merebut pisau pendek lawannya, ia telah tersenyum sambil mengangsurkannya kepada Kuo Lin Siang, lalu katanya: "Maafkan Locianpwe, harap terima kembali pisaumu ini..." Dengan muka masih merah padam, Kuo Lin Siang telah menyambuti pisau bercagaknya itu, dan waktu ia telah mencekal gagangnya, tiba2 secepat kilat ia menabas kearah batang leher Bu Bin An.

Bin An sama sekali tidak menyangka bahwa Kuo Lin Siang akan melakukan hal seperti itu, ia telah mengeluarkan suara seruan dan menjejakkan kakinya, tubuhnya berjumpalitan ke belakang dan kemudian hinggap diatas tanah.

Dengan caranya seperti itu, ia berhasil menyelamatkan diri dari tabasan pisau pendek Kuo Lin Siang.

Namun Kuo Lin Siang sendiri, yang marah bukan main karena merasa dihina oleh Bu Bin An dimana pisaunya telah berhasil direbut oleh pemuda tersebut, Begitu melihat Bu Bin An hendak menjauhi diri, ia justru telah meneruskan tabasannya lagi, tubuhnya melompat kedekat Bu Bin An, diwaktu pemuda itu baru saja hinggap diatas tanah, tahu2 pisau pendek Kuo Lin Siang telah menyambar datang lagi kearah lehernya.

Bin An juga mendongkol karena Kuo Lin Siang terlalu mendesaknya.

Semula ia hanya bermaksud memisahkan Bun Cie Sun yang tengah bertempur dangan Kuo Lin Siang, tetapi ia tidak menyangka bahwa Kuo Lin Siang tersebut tidak banyak bicara lagi telah menyerang beruntun begitu hebat dan mematikan kepadanya.

Melihat ketelengasan tangan Kuo Lin Siang, maka Bu Bin An juga tidak berlaku sungkan-sungkan lagi. Waktu melihat menyambarnya sebuah pisau bergaet dari Kuo Lin Siang, Ba Bin An sama sekali tidak mundur dari tempatnya berdiri, hanya tangan kanannya telah diulurkan untuk menotok biji mata Kuo Lin Sianbg, sambil memirdingkan sedikit apundaknya maka bselain pisau bergaet dari Kuo Lin Siang berhasil dihindarkan juga ia telah membalas menotok. Kuo Lin Siang kembali dibuat terkejut, karena ia menyadari ancaman yang tidak kecil buat biji matanya itu, ia telah mengelakkannya dengan cepat tubuhnya melompat kesamping, dan sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi, Kuo Lin Siang sama sekali tidak mau membuang waktu, disaat tubuh bergerak untuk mengelakkan toiokan jari tangan Bu Bin An pada biji matanya, ia membarengi juga dengan tabasan pisau pendeknya pada pinggang Bu Bin An.

Kuo Lin Siang memiliki tinggi tubuh hanya sebatas dada Bin An, maka diwaktu ia mena-bas seperti itu, ia bisa melakukannya dengan leluasa.

Pisau bergaetnya tersebut menyambar dengan cara dimiririgkan, sehingga jika tabasannya pada pinggang Bin An gagal, berarti gaetannya bisa menggaet pergelangan tangan Bin An yang tengah meluncur akan menotok biji matanya !

Melihat cara menyerang lawannya yang begitu nekad, Bin An mengeluarkan suara seruan yang sangat nyaring, ia menarik pulang tangan nya yang semula akan menotok. dan kaki kanannya telah bergerak cepat dan kuat sekali menendang kearah pergelangan tangan Kuo Lin Siang.

"Tukkkk!" keras sekali pergelangan tangan itu tertendang sampai tergetar dan pisau pendek bergaetan itu telah terlepas dari cekalan Kuo Lin Siang, bahkan Kuo Lin Siang sendiri telah mengeluarkan suara seruan tertahan, dan tubuh nya terhuyung mundur dengan wajah yang pucat.

Waktu pisau pendek bergaetan tersebut me luncur turun akan jatuh keatas tanah Bin An telah mengulurkan tangan kanannya untuk menyambuti pisau tersebut.

"Kuo Locianpwe," kata Bin An kemudian sambil tersenyum, "Tentunya Locianpwe tidak terlalu mendesakku lagi, bukan ?" Sambil bertanya begitu, Bin An telah mengangsurkan kembali pisau pendeknya itu, ia kemudian menundukkan kepalanya. Bukan main kagumnya ia melihat betapa Bin An dalam usia semuda itu bisa memiliki kepandaian yang demikian tinggi, dimana hanya dalam satu dua gebrakan saja ia telah dirubuhkan dengan mudah.

Bun Cie Sun senrdiri memandang tkagum kepada Biqn An, kemudian rkatanya: "Jika dilihat kepandaian yang dimiliki Kongcu, tentunya Kongcu seorang tokoh muda rimba persilatan yang luar biasa... Bolehkah kami mengetahui siapa gelaran Kongcu ?"

Bin An berdiam sejenak, agak bingung juga ia mencari gelaran untuk dirinya, lalu sembarangan saja ia mengatakan "Aku yang muda bergelar Kang Lam Koay Hiap...!"

"Pendekar aneh dari Kang Lam" bsrseru Bu Cie Sun dengan wajah ber-seri2. "Gelaran yang baik sekali !"

Bin An sesungguhnya menyebutkan gelarannya itu sembarangan saja, dalam waktu yang singkat itu, ia hanya teringat kepada Kang Lam yang merupakan daerah berpemandangan alam indah, dengan gadis2nya cantik dan sikap dan tata cara hidup dari penduduknya yang halus dan lembut, sabar dan ramah.

Maka dari itu, ia telah memilih nama daerah tersebut untuk dipergunakan sebagai gelarannya, sedangkan perkataan Koay hiap (pendekar aneh) dipergunakannya, karena ia tidak mau terlalu mengagulkan dirinya dengan sebutan Taihiap, atau pendekar besar, maka ia mempergunakan gelar tersebut.

Begitulah, semua orang2 gagah yang berada ditempat itupun segera juga mendengar bahwa pemuda yang tangguh dan memiliki kepandaian yang begitu tinggi tidak lain dari Kang Lam Koay Hiap.

Bun Cie Sun sendiri telah mengundang Bin An untuk duduk didekat kursinya, dan begitu juga para orang2 gagah mulai berdatangan memberikan ucapan selamat kepada Bin An, selamat berkenalan dan menyatakan kekaguman mereka terhadap kepandaian yang begitu luar biasa tingginya yang dimiliki Bin An.

Bin An tersipu-sipu. Terlebih lagi setelah itu mereka mengadakan perundingan ilmu silat, Bin An memiliki pengetahuan mengenai ilmu silat kelas tinggi dan mahir sekali, disamping kepandaiannya yang memang luar biasa, walau pun usianya masih muda, akhirnya dia telah diangkat menjadi pemimpin dari para orang gagah yang berada ditempat itu.

Tidak ada seorangpun yang menentang keputusan tersebut, semuanya menyatakan setuju Bin An diangkat menjadi pemimpin mereka, karena telah mereka saksikan betapa Bin An bisa menghadapi Bun Cie Sun dan Kuo Lin Siang yang dengan mudah telah dipisahkan dan dalam satu dua gebrakan saja telah merubuhkan Kuo Lin Siang.

Kwang le Liu dan Sin Coa Tung Hiap juga menyetujui diangkatnya pemuda tersebut menjadi pemimpin mereka, dan dalam suatu kesempatan, kedua jago yang memiliki kepandaian tinggi itu, telah meminta kepada Bin An untuk main-main beberapa jurus. Ternyata Bu Bin An bisa merubuhkan kedua jago tersebut, hanya dalam lima puluh jurus, ia bisa merubuhkan Sin Coa Tung Hiap dan Kwang le Liu.

Dengan demikian, bertambah yakinlah orang-orang gagah yang berada ditempat itu, bahwa Bin An merupakan seorang pendekar muda yang gagah perkasa dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali.

Dan mereka telah mengambil keputusan yang mutlak, untuk selanjutnya Bin An merupakan pemimpin mereka dan akan mengatur segala sepak terjang mereka didalam rimba persilatan.

Lima hari Bin An berkumpul dengan para orang-orang gagah itu, dan akhirnya ia meminta diri. Usaha Bin An untuk menolak kedudukannya sebagai pemimpin para orang-orang gagah itu, dengan alasan bahwa usianya masih terlampau muda, telah gagal sama sekali, karena semua orang gagah itu telah menunjuk dirinya, tetapi sebagai pimpinan mereka, dengan demikian waktu Bin An berpisah dengan para orang gagah itu, ia berpisah sebagai seorang pemimpin dari para orang2 yang memiliki ke pandaian tinggi.

Dan Bin An juga bermaksud untuk merantau, berkelana dalam rimba persilatan guna mempergunakan kepandaiannya itu melakukan perbuatan2 bajik, menolong sesama manusia yang tengah dalam kesulitan.

Mengenai gelarannya sebagai Kang Lam Koay Hiap, telah tersiar luas sekali, karena para orang gagah yang telah kembali ke tempat mereka masing2, telah banyak bercerita mengenai kegagahan dari Kang Lam Koay Hiap Bu Bin An.

Dan sebagai tanda pengenal Bin An, ia telah membuat sebuah Pay (lencana berbentuk menjangan dengan ujung nya yang berbentuk segi tiga), yang berukiran naga yang tengah terbang diawan. itulah Pay kekuasaan yang diakui oleh para orang2 gagah sebagai pay kebesaran, sehingga jika mereka melihat Pay itu, mereka akan patuh untuk menerima segala apa yang diperintahkan padanya apapun, walaupun Pay itu dipegang oleh orang lain dan Bin An mewakilinya untuk melakukan sesuatu tugas penting, tentu para orang2 gagah itu akan membantu sekuat tenaga mereka.

Karena tindak-tanduk Bin An didalam rimba persilatan yang banyak melakukan perbuatan kebajikan dan muIia, menolong orang2 yang tengah dalam kesulitan, disamping itu banyak juga menyelesaikan persengketaan yang terdapat diantara para jago2 rimba persilatan, baik dari aliran Pek-to, dengan demikian nama Bin An semakin terkenal saja, Kang Lam Koay Hiap Bu Bin An semakin disegani dan dihormati walaupun usianya masih demikian muda...,!"

Angin berhembus perlahan dan sejuk. Awan tampak tidak tidak terlalu banyak menutupi langit yang cerah, dan tanah lapang yang luas berumput yang terdapat diluar perkampungan Ku-ming tampak sunyi. Hanya sekali-kali tampak seorang petani yang lewat untuk berangkat keladang mereka dipagi hari itu.

Namun dalam kesunyian seperti itu, mendadak terdengar suara jeritan yang keras sekali dari seorang wanita, jeritan meminta tolong, Disusul dengan terlihatnya sesosok tubuh yang ber-lari2 ditanah lapang itu.

Dialah seorang wanita berusia dua puluh lima tahun atau dua puluh enam tahun, parasnya cukup cantik, pakaiannya yang sederhana memperlihatkan bahwa wanita tersebut merupakan orang yang tidak begitu berada, terlebih lagi dengan rambut nya yang kusut itu, dan mukanya yang kotor, mungkin ia salah seorang penduduk perkampungan didekat daerah tersebut.

Wanita itu telah ber-lari2 terus sambit men-jerit2, dan dari matanya telah mengalir air mata yang deras sekali, tampaknya ia letih sekali dan diliputi ketakutan.

Dibelakangnya tampak seorang Ielaki berusia tiga puluh tahun lebih, bertubuh tegap dan memiliki berewok yang lebat, tengah mengejarnya. Larinya kencang dan berusaha menangkap wanita itu,

Mungkia kuatir dirinya kena ditangkap oleh lelaki tersebut, membuat wanita itu menjerit-jerit sekuat suaranya sambil berlari dengan kencang, walaupun ia telah sangat letih, tokh ia masih memaksakan diri untuk berlari terus, guna berusaha menghindarkan diri dari kejaran lelaki itu.

Tetapi lelaki bertubuh tegap itu berhasil mengejarnya dengan cepat, waktu jarak mereka semakin dekat dan wanita tersebut tengah ketakutan bukan main, lelaki itu telah berkata dengan suara yang menyeramkan: "Mau lari kemana kau, manis berhentilah.. berhentilah, mari temani Toayamu !" dan ia mengejar semakin cepat juga. Wanita itu semakin ketakutan, dan setelah berlari beberapa saat lagi lamanya, akhirnya ia telah kehabisan tenaga, tubuhnya telah terjerunuk jatuh bergulingan ditanah lapang itu, sambil mengeluarkan suara jerit yang mengan dung ketakutan luar biasa,

Lelaki bertubuh tinggi besar itu telah tiba ditempat itu cepat sekali. Dengan tak membuang waktu lagi ia menubruk wanita tersebut sambil mengeluarkan suara tertawa yang panjang, mengandung kepuasan, ia merangkul wanita tersebut kuat2, sambil katanya:

"Manis engkau hendak lari kemana. . .? Bukankah tadi telah Toaya-mu katakan, engkau tidak perlu ber-lari2 begitu yang akan meletihkan dirimu? Bukankah sekarangpun engkau telah terjatuh ditangan Toaya juga? Hahahaha. . . hahaha!"

Dan lelaki bertubuh tinggi tegap itu berusaha utuk mencium muka wanita itu.

Wanita tersebut berusaha meronta, tetapi ia mana bisa melawan kekuatan tenaga lelaki itu yang demikian kuat, wajahnya telah dibanjiri air mata, ia meng-geleng2kan kepalanya berusaha menghindarkan ciuman lelaki itu, iapun telah ber-teriak2 antara tangis dan ketakutan yang sangat:

"Toaya... jangan mengganggu diriku... jangan mengganggu diriku..!"

Namun lelaki yang bertubuh tinggi besar itu sambil tertawa hahhahaha, terus juga berusaha menciumi wanita itu. Malah tangannya yang kanan mulai kurang-ajar berusaha membuka pakaian wanita itu.

Tampaknya lelaki bertubuh tinggi besar tersebut sudah tidak perduli bahwa mereka berada ditanah lapang terbuka seperti itu, tetapi kesepian yang terdapat didaerah tersebut membuat lelaki tersebut ingin melampiaskan keinginannya ditempat itu juga, yaitu memperkosa wanita itu. Tentu saja wanita tersebut ketakutan setengah mati, ia berusaha meronta dengan sekuat tenaganya yang ada, namun gagal, pakaian atasnya telah kena dirobek sebagian. Sambil menangis tersedu-sedu ia memohon agar lelaki tersebut tidak mengganggunya.

Tetapi rupanya lelaki itu telah dikuasai oleh nafsu binatangnya, ia tidak memperdulikan isak tangis dan permohonan wanita itu, yang memohon agar jangan diganggu kehormatannya, ia terus juga berusaha melucuti pakaian wanita itu.

Tiba2 diwaktu lelaki itu berusaha menggumuli wanita tersebut dari arah sebelah kanan lapangan itu berkelebat sesosok bayangan yang gesit sekali, dimana terdengar seruan marah, dan belum lagi lelaki bertubuh tinggi besar itu mengetahui apa yang terjadi, mendadak ia merasakan punggungnya sakit dicengkeram sesuatu benda.

Dan menyusul dengan itu, segera juga lelaki tersebut merasakan tubuhnya menjadi ringan terangkat ketengah udara, kemudian terpisah dari pelukannya pada diri wanita tersebut, tubuhnya juga telah melayang keudara, lalu meluncur turun terbanting keras sekali, menimbulkan suara gedebukan yang nyaring, dan juga suara jeritannya yang keras melengking mengandung kesakitan bukan main.

Dengan marah lelaki bertubuh tinggi besar tersebut telah merangkak bangun, matanya mendelik lebar menatap kepada orang yang telah membantingnya, ia melihatnya seorang pemuda berparas tampan dan juga berpakaian rapih tengah berdiri mengawasinya.

Lelaki bertubuh tinggi besar tersebut juga telah melirik kepada wanita yang hampir menjadi korbannya, Dilinatnya wanita itu tengah beringsut menjauhi diri dari tempatnya berada sambil membenarkan letak pakaiannya. "Manusia binatang...!" memaki pemuda itu dengan suara yang dingin, "Engkau hendak mengganggu kehormatan wanita itu tanpa kenal malu dan manusia seperti engkau harus diberikan hajaran yang setimpal dengan perbuatanmu yang jahat itu."

Tetapi lelaki bertubuh tinggi besar itu bukannya takut, malah ia telah melompat berdiri sambil mengeluarkan suara bentakan yang menyerupai raung kemarahan:

"Pemuda kurang ajar yang tidak mengenal mampus, rupanya engkau tidak mengenal siapa adanya Toaya mu ini, bukan ? Hemmmmm, engkaulah yang harus mampus...!" dan sambil berkata begitu, tubuh lelaki tersebut telah melompat dengan cepat menerjang kepada pemuda penolong wanita itu, sambil mengayunkan kedua tangannya, hendak menghajar pemuda tersebut.

Bin An dengan mudah telah berkelit kesamping, waktu tubuh lelaki itu tengah nyelonong karena kehilangan sasarannya, tangan pemuda itu telah diulurkan, untuk mencengkeram pundak lelaki itu lagi.

Lalu ia menghentaknya, tubuh lelaki itu seperti juga layang- layang yang putus tali, melayang-layang ditengah udara, kemudian meluncur jatuh terbanting keras sekali diatas tanah, menimbulkan suara gedebukan yang keras, matanya jadi berkunang-kunang dan ia merasakan tulang pinggangnya seperti hendak patah, dengan merintih kesakitan ia berusaha untuk berdiri.

Pemuda itu telah tertawa mengejek, kemudian katanya: "Jika engkau tidak mau cepat-cepat angkat kaki, hemmmm, aku akan menghajarmu babak belur! Dan kelak jika engkau tidak membuang watak burukmu yang senang mengganggu wanita, aku akan membinasakanmu...!"

Lelaki bertubuh tinggi besar tersebut telah pecah nyalinya, ia ketakutan bukan main, karena dengan mudah sekali pemuda itu telah berhasil membantingnya, sehingga ia sama sekali tak berdaya, walaupun ia memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar dan tenaga yang kuat.

Dengan menahan sakit, ia meranbgkak untuk bangdun, kemudian taanyanya: "Siapakbah.... siapakah namamu...?" tanyanya dengan suara ter-bata2.

Pemuda itu tersenyum mengejek, katanya: "Engkau menanyakan namaku, apakah engkau mengandung maksud kelak hendak menuntut balas padaku? jangan bermimpi sahabat, karena jika memang kelak kita bertemu lagi, dan engkau masih memiliki watak binatang seperti ini, diwaktu itu aku bukan hanya sekedar menghajarmu seperti sekarang, aku akan mencabut jiwamu...! Dengarlah, aku she Bu dan bernama Bin An, bergelar Kang Lam Koay Hiap... Nah, sekarang cepat-engkau angkat kaki meninggalkan tempat ini sebelum aku berobah pikiran..!"

Lelaki bertubuh tinggi besar itu menyadari, bahwa ia tidak mungkin bisa melawan pemuda itu, yang tampaknya memiliki kepandaian sangat tinggi.

Namun ia licik sekali, karena itu sambil ter-tawa2 ia telah melangkah menghampiri, sambil katanya: "Baiklah.. aku akan mengingatnya dengan baik, bahwa engkau she Bu dan bernama Bin An, bergelar Kang Lam Koay Hiap....! Dan akupun akan segera memberitahukan kepada kawan2ku, agar tidak melakukan perbuatan yang jahat seperti yang pernah kulakukan, agar kami meninggalkan dunia kami yang kotor dan selanjutnya tidak akan mengganggu wanita lagi."

Waktu berkata begitu lelaki bertubuh tinggi besar tersebut telah menyeringai, dan tangannya digerakkan, disaat itulah melayang sebatang pisau pendek yang berkilauan, menuju kearah Bin An, karena lelaki bertubuh tinggi besar tersebut ingin membokong-nya. Karena waktu itu dia telah melangkah mendekati Bin An dalam jarak yang tidak jauh lagi, mungkin mereka hanya terpisah satu tombak dan lelaki bertubuh tinggi besar tersebut yakin bahwa bokongannya itu akan berhasil

Bin An tetap tersenyum berdiri ditempat tanpa berusaha mengelakkan samberan pisau itu. Wanita yang hampir menjadi korban keganasan lelaki bertubuh tinggi besar tersebut yang hendak melampiaskan nafsu binatangnya itu, jadi mengeluarkan suara jeritan ngeri waktu melihat pisau itu menyambar kearah Bin An dan Bin An sama sekali tidak berusaha mengelakkan diri.

Ketika pisau itu telah tiba dekat, disaat itulah Bin An telah membuka mulutnya, dan tahu-tanu ia telah menggigit ujung pisau tebrsebut.

Dengan dtangan kanannyaa Bin An telah mbengambil pisau tersebut dari mulutnya, dan dia menggerakkan tangannya perlahan, maka pisau itu pesat sekali menyambar kepada lelaki bertu buh tinggi besar itu.

"Nih, kukembalikan !" kata Bin An.

Pisau itu menyambar terlalu cepat, lelaki bertubuh tinggi besar itu hanya bisa melihat berkelebatnya secercah sinar, dan kemudian merasakan betapa lengannya sakit sekali, karena pisau miliknya itu telah menancap dalam sekali dilengannya, dan dari tempat yang terluka itu mengalir darah yang deras sekali.

Muka lelaki bertubuh tinggi besar itu berobah pucat, tanpa mengatakan sepatah perkata anpun, ia telah memutar tubuhnya dan mementang kakinya lebar2 untuk melarikan diri.

Bin An hanya mengawasi dengan tersenyum saja, ia tidak mengejarnya dan membiarkan lelaki bertubuh tinggi besar tersebut meninggalkan tempat itu. Wanita yang nyaris hampir menjadi korban keganasan lelaki bertubuh tinggi besar tersebut telah menghampiri Bin An dan berlutut untuk menyatakan terima kasihnya.

"Lain kali engkau harus hati2... jangan lah berada seorang diri ditempat sesunyi ini!" kata Bin An waktu mendengar cerita wanita itu, yang mengatakan ia disergap oleh lelaki bertubuh tinggi besar dan memiliki maksud buruk terhadapnya itu ditanah lapang ini, diwaktu ia tengah menuju kerumahnya.

Setelah menyatakan terima kasih lagi, wanita tersebut meninggalkan tempat itu dengan ber-lari2 kecil, agar cepat2 tiba dirumahnya.

Bin An menghela napas, telah puluhan kali ia menyaksikan kejadian seperti itu, banyak wanita2 yang hampir diperkosa oleh lelaki berwatak rendah dan bejat seperti lelaki bertubuh tinggi besar itu. Dan telah puluhan kali Bin An selalu harus turun tangan menghajar leIaki2 seperti itu, ada yang dihajar sampai babak belur, ada yang dihajarnya sampai patah tangan dan kakinya, dan ada juga yang dilukainya.

Memang selama berkelana didalam rimba persilatan Bin An banyak menyaksikan kejadian kejadian tidak radil, dan selamtanya Bin An turqun tangan untukr membereskan persoalan tersebut ia merupakan seorang pendekar muda yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, maka segala persoalan yang dihadapinya bisa diselesaikan dengan mudah.

Tidak jarang memang Bin An harus berhadapan dengan jago2 silat dari kalangan hek-to, yaitu jalan hitam, para penjahat yang hendak melakukan kejahatan mereka, namun selama itu pula Bin An bisa menyelesaikan mereka dengan baik.

Karena Bin An setiap kali telah merubuhkan,  tentu berusaha memberikan pengertian kepada para penjahat itu, agar kembali kejalan yang benar dan lurus, untuk hidup baik2...! Kalangan penjahat maupun kalangan putih, baik yang berkepandaian sedang2 saja mau pun yang memiliki kepandaian tinggi, semuanya menaruh rasa hormat dan segan kepada Kang Lam Koay Hiap Bu Bin An, yang nama nya semakin tersiar luas dalam rimba persilatan.

Dan Bu Bin An juga telah merupakan seorang jago muda yang sangat dihormati oleh para jago2 tua dari berbagai kalangan, pernah juga Bin Anpun diundang oleh beberapa orang tokoh Siauw Lim Sie, untuk menyatakan terima kasih dan kagum mereka pepada Bin An, karena Bin An telah menyelamatkan murid2 mereka.

Dan pihak Siauw Lim Sie sendiri mengakui bahwa kepandaian yang dimiliki Bin An merupakan kepandaian yang tinggi sekali, malah pihak perguruan Siauw Lim Sie yang mengetahui kecilnya Bin An yang pernah dititipkan pada pintu perguruan tersebut, dan kini bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi, juga sebagai pemimpin dari para orang2 gagah dari berbagai aliran jadi bersyukur dan kagum sekali, Malah ciangbunjin Siauw Lim Sie pernah menawarkan kepada Bin An, untuk memberikan kesempatan pada pemuda yang gagah perkasa ini untuk mempelajari ilmu andalan Siauw Lim Sie, warisan dari Tat Mo Cauwsu, agar kepandaian pemuda itu lebih sempurna.

Tawaran istimewa yang diberikan oleh pihak Siauw Lim Sie tersebut, karena Bu Bin An memang terkenal sebagai seorang pendekar muda yang selalu melakukan perbuatan dan tindakan dijalan keadilan dan kemuliaan membela orang2 yang tengah dalam kesulitan.

Tentu saja tawaran istimewa yang diberikan Siauw Lim Sie itu tidak di-sia2kan oleh Bu Bin An, dimana ia telah mempelajari berbagai kepandaian yang hebat2 dari pintu perguruan tersebut dan kepandaiannya jadi kian tinggi dan mahir. Tetapi sebagai seorang pendekar muda yang memiliki nama begitu terkenal, banyak juga jago-jago dari kalangan hitam yang merasa penasaran dan beberapa tokoh dari kalangan hitam tersebut telah mencari jejak Bu Bin An, untuk menguji kepandaian pemuda tersebut.

Tidak jarang diantara mereka juga ada yang terkandung maksud hendak membinasakan Bu Bin An, karena mereka menaruh dendam kepada Bin An disebabkan murid atau saudara mereka yang terbinasa ditangan Bin An.

Dengan demikian tidak jarang Bin An juga harus berhadapan dengan jago2 yang memiliki kepandaian tinggi dan luar biasa anehnya, namun karena Bin An memang memiliki ilmu silat yang sukar dijajagi dengan demikian dia bisa menghadapi semua itu dengan baik.

Bahkan dengan adanya kejadian-kejadian seperti itu, dimana Bin An selalu berhasil merubuhkan dedengkot penjahat tersebut, membuat namanya semakin terkenal saja.

Tetapi walaupun nama Bu Bin An dengan gelarannya Kang Lam Koay Hiap telah demikian terkenal dan disegani oleh setiap jago-jago rimba persilatan, pemuda ini tidak pernah menjadi angkuh atau sombong, malah ia berlaku ramah terhadap siapapun juga, dan berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengandung perikemanusiaan untuk kepentingan orang banyak.

Bin An juga teringat, bahwa ia tidak memiliki orang tua dan juga tidak memiliki sanak famili, dengan demikian ia hidup sebatang kara. Hanya saja peruntungannya memang sangat baik, dimana ia bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi.

Dan dengan keberuntungannya yang demikian baik, ia hendak mempergunakan kepandaiannya itu untuk melakukan kebaikan kebaikan sebanyak mungkin.

Empat tahun lamanya Bin An telah mengembara didalam rimba persilatan, dan selama itu namanya semakin disegani. Dan banyak juga pemuda-pemuda yang karena terlalu kagum mendengar nama besar Kang Lam bKoay Hiap tersedbut, telah beruasaha mencarinyab untuk minta berguru dan minta diangkat menjadi muridnya.

Namun Bin An merasa usianya masih terlalu muda, ia selalu menolak permintaan dari orang-orang itu, karena ia ingin bebas dulu, untuk mengembara dan melakukan perbuatan- perbuatan mulia. Jika ia menerima murid, tentu ia akan terikat dan setidak-tidaknya iapun harus membagi perhatiannya untuk mendidik murid-muridnya tersebut.

Bin An telah merencanakan, jika ia telah berusia empat puluh tahun, diwaktu itulah baru ia akan mengundurkan diri dari rimba persilatan, untuk hidup mengasingkan diri ditempat yang tenang dan tenteram, dan menerima beberapa orang murid, untuk diwarisi kepandaiannya, agar sang murid itu pun kelak bisa mempergunakan kepandaian tersebut untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik demi kepentingan orang banyak.

Sebagai seorang pendekar muda yang memiliki nama sangat terkenal seperti Kang Lam Koay Hiap Bu Bin An, menyebabkan ia juga terlibat banyak sekali peristiwa, Bu Bin An telah berkelana dari kota yang satu kekota yang lainnya, dari kampung yang satu kekampung yang lainnya, dan dia telah menjelajahi seluruh daratan Tionggoan.

Malah terkandung maksud hatinya untuk mengunjungi Himalaya, dimana di pegunungan tersebut menurut tokoh- tokoh persilatan, terdapat jago-jago sakti yang memiliki kepandaian tinggi, yang hidup mengasingkan diri ditempat tersebut.

Tetapi belum lagi Bin An mewujudkan maksud hatinya yang ingin mendatangi gunung Himalaya tersebut, beberapa orang jago sakti dari pegunungan tersebut telah melibatkan diri untuk mencari jejak pemuda tangguh tersebut, yang akhirnya timbul pergolakan yang agak luar biasa pada diri Kang Lam Koay Hiap itu.

Pada hari itu Bin An tengah melakukan perjalanan dipermukaan sebuah hutan yang cukup lebat didaerah Kang- souw, ia bermaksud untuk menuju kekota Kang-ho, sebuah kota yang terkenal cukup ramai untuk bilangan Kang-souw.

Waktu itu hari sudah mendekati tengah hari, sinar matahari juga tengah menyorotkan sinarnya yang terik, angin berhembus dengan siliran yang panas menyengat kulit. Waktu itu Bin An berhenti sejenak untuk menyekab keringat dimukdanya, tetapi tiaba2 melihat sesbuatu yang agak luar biasa.

Dibawah teriknya sinar matahari, diudara terbuka tampak rebah sesosok tubuh, Waktu Bin An menghampiri lebih dekat, dilihatnya seorang pengemis bertubuh kurus dan mukanya kotor dengan rambut dan kumis jenggot tak teratur, berpakaian tambalan sana sini dengan berbagai bahan cita, tengah tidur dengan mengeluarkan suara menggeros yang cukup nyaring sekali.

Yang membuat Bin An jadi heran, adalah pengemis tersebut seperti juga tidak merasakan teriknya matahari yang waktu itu tengah bersinar kencang dan pengemis itu seperti juga tertidur nyenyak sekali, bagaikan tengah tertidur disebuah pembaringan yang empuk dan nyaman.

Bin An menghampiri dan mengawasi pengemis itu. ia melihat tangan kanan pengemis itu telah dipergunakan sebagai pengganti bantal, dan dalam tidurnya itu sipengemis seperti bersenyum.

Setelah memandang sejenak lamanya, Bin An melanjutkan perjalanannya, Namun baru saja ia melangkah beberapa tindak, sipengemis telah menggeliat. "Hai, hai, nyaman sekali!" kata sipengemis dengan suara yang cukup nyaring, dan ia telah melompat duduk dan mengawasi Bin An.

Pemuda itu jadi menunda langkah kakinya, ia memutar tubuhnya dan memandang sipengemis. Dilihatnya jelas, bahwa pengemis itu rupanya merupakan seorang pengemis lanjut usia, yang mungkin telah berusia delapan puluhan tahun.

"Paman, mengapa kau tidur dibawah teriknya matahari seperti itu?" tanya Bin An kemudian, "Bukankah lebih baik jika paman tidur dibawah batang pohon dihutan itu, sehingga paman tidak perlu sampai kepanasan seperti barusan kuIihat...?"

Sipengemis menyeringai katanya: "Betapa nyaman, Udara yang demikian sejuk dan membuat tidurku jadi nyenyak sekali...! Mengapa kau menegur diriku seperti itu, anak muda?"

Bin An merasa heran mendengar perkataan sipengemis yang aneh itu, kemudian katanya : "Terserah pada paman, aku hanya ingin memberikan saran, alangkah baiknya jika paman tidur ditempat yang sejuk..!"

Tetapi pengemis itu telah tertawa menyeringai lagi, kemudian katanya: "Hatimu cukup baik, anak muda, kemarrilah Bersediaktah engkau menemqani aku untuk nrgobrol? Aku telah cukup puas tertidur satu harian, dan sekarang yang aku butuhkan adalah kawan untuk ngobrol..!"

Melihat sikap pengemis tersebut Bin An segera dapat menerkanya bahwa pengemis ini tentunya seorang yang memiliki tabiat aneh. Usianya sudah begitu tua, tetapi gerak geriknya yang lincah dan segar, sama sekali tak tampak ketuaannya tersebut. Dan juga, dilihat dari cara berpakaiannya itu, tampaknya sipengemis tua tersebut adalah seorang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tidak rendah.

"Baiklah !" kata Bin An kemudian sambil mengangguk dan melangkah mendekati pengemis itu, ia telah berkata lagi kemudian: "Bagaimana jika kita mengobrol dibawah batang pohon dimuka hutan itu, tentu lebih menggembirakan, dimana kita bisa mengobrol dengan leluasa tanpa perlu menderita kepanasan dibawah teriknya matahari ?"

Pengemis itu menggelengkan kepalanya, katanya: "Tidak, disinipun cukup sejuk dan nyaman . . . duduklah !"

Karena melihat watak pengemis ini yang memang agak aneh, Bin An tidak banyak rewel lagi, ia telah duduk dihadapan sipengemis.

"Siapa namamu ?" tanya pengemis itu sambil menyeringai mengawasi Bin An.

"Aku yang muda bernama Bu Bin An,..!" menjelaskan Bin An.

Tetapi mendadak saja wajah sipengemis berobah, ia mengawasi Bin An lebih tajam, kemudian tanyanya: "Jadi... engkau yang bergelar Kang Lam Koay Hiap ?"

Bin An mengangguk.

"Ya, itu hanya gelaran yang diberikan oleh sahabat-sahabat rimba persilatan." menyahuti Bin An sambil tersenyum ramah.

"Hemmm, tidak kusangka bisa bertemu dengan pendekar muda yang memiliki nama yang demikian terkenal... sungguh merupakan rejekiku yang baik...!" kata pengemis itu.

Bin An tersenyum sambil tanyanya: "siapakah engkau paman pengemis, tampaknya engkau seorang yang agak luar biasa...!" "Seorang yang agak luar biasa ? Ohh, enak didengar, enak didengar...!" kata sipengemis tua itu sambil tertawa bergelak, dan sikapnya juga telah berobah, seperti juga ia kini ber- sungguh2 waktu menatap Bin An, dan lan jutnya pula: "sesungguhnya yang luar biasa adalah engkau, seseorang yang masih muda usia, tetapi sudah memiliki nama yang begitu terkenal, memiliki kepandaian yang tinggi, benar-benar merupakan jago muda yang bisa mendatangkan perasaan kagum setiap orang. Telah cukup lama juga aku sipengemis tua bangka Thio Jiauw It mendengar akan nama dan gelaranmu itu, dan menurut beberapa orang sahabat rimba persilatan bahwa engkau memiliki kepandaian yang luar biasa! sebetulnya telah sepuluh tahun lebih aku hidup menyendiri ditempat yang tenang dipuncak Himalaya, untuk melewati hari tuaku sampai nanti masuk lobang kubur.

Tetapi tertarik karena mendengar cerita dari sahabat- sahabatku, bahwa didalam rimba persilatan muncul seorang jago muda yang memiliki kepandaian tinggi, dengan begitu aku mau menyempatkan diri untuk mencarimu, guna main- main beberapa gebrakan, untuk membuktikan kebenaran dari perkataan sahabat-sahabatku itu !"

Bin An jadi mengerutkan alisnya, kemudian katanya sambil tertawa: "Apa yang dikatakan sahabatmu tentu terlalu di- Iebih2kan, paman.... sesungguhnya aku hanya mengerti ilmu silat biasa saja, tidak terdapat keistimewaan apapun juga !"

Thio Jiauw It telah tertawa ter-bahak2 kemudian katanya: "Baik... soal itu tidak perlu kita bicarakan benar atau tidak perkataan sahabat-sahabatku itu, tidak perlu kita persoalkan. Sekarang kebetulan sekali kita telah bertemu, dan tentu engkau tidak keberatan untuk main2 satu dua jurus denganku, bukan? Tentunya engkaupun tidak akan mengecewakan aku, dimana telah demikian jauh aku menyempatkan diri untuk turun dari Himalaya dan mencarimu, maka pertemuan ini benar2 menggembirakan sekali.!" Bin An mengawasi Thio Jiauw It beberapa saat, sampai akhirnya ia berkata: "Paman, jika memang paman hanya hendak bertukar pikiran mengenai ilmu silat, hal itu tentu malah menggembirakan hatiku, tetapi jika memang harus mengadu kekuatan ilmu, itulah aku tak berani karena pertandingan yang terjadi, walaupun hanya main2 belaka, tetapi bisa menimbulkan perasaan yang tidak baik diakhirnya

!"

Thio Jiauw It tertawa ber-gelak2 Iagi, sesungguhnya ia memang merupakan seorang tokoh sakti yang telah sengaja turun dari tempat berdiamnya di puncak Himalaya.

Ia adalah bekas Pangcu dari Kaypang keturunan ketujuh puluh satu, dan telah belasan tahun ia menyerahkan jabatanya itu kepada pangcu yang baru, kemudian pergi kesuatu tempat di Himalaya untuk hidup menyendiri disana, guna melatih ilmunya dan menyempurnakan singkangnya.

Hanya sekali2 saja ia bertemu dengan sahabatnya yang menyambanginya. Dan justru dari sahabatnya itulah ia mendengar akhir2 ini didalam rimba persilatan telah muncul seorang pendekar muda yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan bahkan telah diangkat menjadi pemimpin dari jago2 rimba persilatan berbagai kalangan.

Sebagai seorang akhli silat yang sejak mudanya selalu gemar mempelajari ilmu tersebut, tentu saja hati Thio Jiauw It jadi gatal mendengar prihal kehebatan Kang Lam Koay Hiap Bu Bin An.

Ia sengaja telah turun gunung, untuk mencari Bu Bin An untuk mengajaknya mengadu kepandaian

Hampir satu tahun lamanya Thio Jiauw It melakukan perjalanan mengelilingi kota2 yang terdapat didaratan Tionggoan, siapa tahu sekarang ia bisa bertemu denyan Bin An ditempat ini, sehingga membuatnya jadi girang. "Mau atau tidak, engkau harus memenuhi harapanku, jangan mengecewakan aku.... kau harus mengiringiku beberapa jurus untuk memperlihatkan kepadaku, sampai berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki...!"

Bu Bin An berpikir sejenak, kemudian dia berpikir didalam hatinya: "Memang ada baiknya aku main2 beberapa jurus dengannyab, untuk melihatd sampai berapa atinggi kepandaiban-nya, Memang dilihat dari keadaannya, tampak nya pengemis ini suatu merupakan tokoh sakti yang memiliki kepandaian tinggi sekali, dan tidak ada ruginya jika memang aku harus main2 beberapa jurus dengannya, untuk menambah pengalamanku. !"

Setelah berpikir begitu Bin An akhirnya mengangguk: "Baiklah Locianpwe," bilangnya, ia telah merobah panggilannya, dari paman ke Locianpwe, yaitu sebutan untuk golongan yang lebih tua dari orang2 rimba persilatan.

"Boanpwe hanya bisa menuruti saja kehendak locianpwe untuk memberikan petunjuk beberapa jurus pada Boanpwe !"

Senang hati Thio Jiauw It mendengar Bin An menerima "tantangan" nya tersebut, ia telah mengangguk, katanya : "Apakah kita bisa memulainya sekarang saja ?"

Bin An mengawasi pengemis tersebut, kemudian tanyanya: "Dengan cara bagaimana Locianpwe hendak mengadu ilmu dengan Boanpwe hanya menuruti saja kehendak Locianpwe !"

Mendengar perkataan Bin An, pengemis yang telah lanjut usia tersebut jadi tersinggung, katanya dengan nada kurang senang: "Seharusnya engkau dari goIongan muda yang menyebutkan dengan cara bagaimana engkau hendak menerima pengajaran dariku, bukan aku yang menentukan! Karena jika memang aku yang menentukan, jelas dengan mudah engkau akan dapat kurubuhkan dengan ilmu simpananku!" Sekarang katakan, kepandaian apa yang kau an dalkan, pukulan tangan kosong, atau dengan mempergunakan senjata tajam ? Aku hanya akan mengiringi saja, untuk melihat berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki !"

Bu Bin An tersenyum, ia berkata sabar: "Bagaimana jika kita main-main dengan pukulan tangan kosong saja ? Dalam pertandingan ini, jika kita mempergunakan senjata tajam, tentu tidak begitu baik akibatnya karena senjata tajam tidak memiliki mata, mungkin juga Boanpwe bisa celaka karenanya

!" sengaja Bin An berkata begitu, untuk mengembalikan kegembiraan sipengemis, yang telah tersinggung tadi.

Thio Jiauw It mengangguk, lalu katanya:

"Baik, baik, kirta akan main-matin seratus juruqs dengan tanganr kosong !"

Setelah berkata begitu, Thio Jiauw It melompat berdiri, kemudian katanya: "Mari kita mulai..!"

Bin An juga telah berdiri.

"Boan pwe telah siap untuk menerima petunjuk Locianpwe," katanya.

Sipengemis she Thio tersebut tertawa, katanya: "Aku akan mengalah tiga jurus, sebagai tingkatan muda, engkau kuberi kesempatan untuk menyerangku sebanyak tiga jurus, Setelah itu barulah aku akan mempergunakan kepandaianku..!"

Bin An tidak berlaku shejie lagi, ia merangkapkan kedua tangannya, katanya: "Boanpwe akan segera mulai."

Dan memang membarengi dengan perkataannya itu, Bin An telah menggerakkan kedua tangan kanannya untuk mulai menyerang, Kepalan tangannya itu meluncur akan menghantam dada sipengemis. Tetapi Thio Jiauw It telah melompat kesamping untuk mengelakkan diri, sedangkan didalam hatinya ia berpikir "pukulan pemuda ini biasa saja, tidak ada keistimewaannya.."

Baru saja sipengemis berpikir sampai disitu, ia jadi kaget sendirinya, Karena waktu ia berkelit kesamping, kepalan tangan Bin An telah berobah menjadi cengkeraman yaitu kelima jari tangannya telah terpentang, dan cepat sekali mengikuti kearah berkelitnya sipengemis, bermaksud akan mencengkeram tulang pie-pe-kut nya si pengemis she Thio tersebut.

Itulah cara menyerang yang tidak disangka-sangka oleh sipengemis, ia juga kaget melihat kecepatan tibanya cengkeraman tersebut yang tahu-tahu terpisah hanya beberapa dim dari pundaknya.

Tetapi sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian tinggi sekali, keadaan seperti itu tidak membuat si pengemis berlaku ayal. cepat dan tampaknya mudah, ia telah berhasil meloloskan diri dengan menciutkan pundaknya.

Caranya itu merupakan bukti bahwa lwekangnya telah mencapai tingkat yang tinggi sekali dengan mempergunakan kekuatan tenaga dalamnya, ia bisa menciutkan dan mengembangkan daging tubuhnya sekehendak hatinya.

"Satu jurus telah lewat.,.!" kata si pengemis sambil tertawa.

"Ya, Boanpwe akan menyerang dengan jurus kedua..!" tertawa Bin An dia menarik pulang tangannya yang gagal mengenai sasaran, lalu melangkah tiga tindak kesamping, kemudian dengan gesit tubuhnya itu telah dimiringkan kekanan, melangkah dua tindak lagi, dibarengi dengan tangan kiri dan kanannya bergerak serentak, ia pun telah berseru:

"Awas serangan !" dan kali ini Bin An melancarkan pukulannya itu dengan ber-sungguh2 mempergunakan salah satu jurus yang aneh sekali, yaitu Kim Tiauw Cie Kun (Pukulan Jari Rajawali Emas), yang me-nyambar2 kearah jalan darah berbahaya di tubuh sipengemis.

Seperti nama jurus itu, maka kedua tangan Bin An bagaikan cakar kuku garuda yang me-nyambar2 dengan hebat dan cepat sekali, disamping setiap gerakan dari jurusan yang diincernya sangat luar biasa anehnya.

Sipengemis sampai mengeluarkan seruan tertahan, karena dia sebagai seorang akhli silat yang telah mencapai kesempurnaannya dan pengalaman sekali, mengetahui bahwa jurus itu benar2 merupakan jurus yang berbahaya sekali.

Dan ia juga telah mengetahui bahwa sinkang yang dimiliki Bin An tidak berada dibawahnya, hal itu diketahui dari samberan angin serangan yang dilancarkan oleh pemuda tersebut.

Maka untuk serangan kedua ini, sipengemis Thio Jiauw It tidak bisa main2 lagi, dia telah mengeluarkan kekuatan tenaga dalamnya, yang disalurkan pada kedua kakinya, yang berdiri tegak bagaikan tegaknya batu karang, kemudian tubuhnya itu ber-goyang2 seperti gangsing dengan kedua kaki tetap berdiri ditempatnya.

Dengan cara mengelakkan diri yang aneh seperti itu Thio Jiauw It bisa menyelamatkan diri dari setiap samberan jari tangan Bin An.

"Serangan kedua telah selesai  kini  tinggal  satu  jurus  lagi. !" kata sipengemis she Thio itu kemudian.

Bin An mengiyakan. Dban cepat sekalid ia telah melanacarkan pukulan byang ketiga. Kali ini ia melakukan pukulan dengan cara yang tidak kurang anehnya, yaitu kedua tangannya di tekuk, sehingga jarak jangkaunya jadi pendek, tetapi yang maju justru tubuhnya yang didoyongkan kedepan. Gerakannya itu bagaikan sikap seekor biruang yang akan mencengkeram mangsanya. Kembalt sipengemis Thio Jiauw It jadi terkejut, ia mengeluarkan seruan heran lagi, karena tiga kali beruntun ia telah menyaksikan tiga macam serangan yang lain-lain dan aneh.

Namun justru hal ini menggembirakan sekali hati pengemis itu, ia jadi gembira bisa memperoleh lawan yang memiliki kepandaian tinggi seperti ini.

Selama ia berkelana didalam rimba persilatan sebelum hidup mengasingkan diri, hampir sama sekali tidak ada orang yang bisa menandingi kepandaiannya. Tetapi sekarang melihat lawannya yang masih muda usia dan memiliki kepandaian yang setinggi itu, semangat tempur Thio Jiauw It jadi terbangkit.

Dengan mengeluarkan suara tertawa bergelak ia telah menjejakan kakinya, tubuhnya melompat ketengah udara dan berjumpalitan.

Dengan cara seperti itu ia telah berhasil memunahkan serangan yang dilakukan Bin Ap. Ketika kedua kakinya hinggap ditanah, cepat sekali sipengemis telah menotol, iapun berseru: "sekarang kau terima seranganku .. .. !" dan tubuhnya waktu melompat seperti itu, cepat sekali sipengemis telah menggerakkan kedua tangannya menyerang Bin An.

Pukulan yang dilakukan oleh Thio Jiauw It merupakan pukulan yang aneh, bukan pukulan biasa saja, karena memiliki keanehan yang bisa mengaburkan pandangan mata lawan, selain pada kepalan tangannya itu terdapat tenaga sinkang yang kuat sekali, juga ia telah menggetarkan tangannya itu, sehingga kepalan tangannya seperti telah berobah menjadi belasan kepalan tangan yang meluncur kearah Bin An dengan kecepatan penuh.

Dalam tiga gebrakan itu, Bin An juga telah tahu bahwa lawannya ini bukan merupakan lawan biasa saja, karena itu, ia telah mengempos semangatnya, dan iapun jadi tertarik untuk bertempur lebih lanjut dengan bpengemis itu.

dWaktu kepalan taangan sipengemibs menyambar kearahannya dengan cara yang aneh seperti itu, Bin An tidak gentar sedikitpun juga, ia telah berdiri tegak, menantikan tibanya serangan lawannya, lalu menyampok dengan kedua tangannya.

Sampokan yang dilakukannya tentu saja disertai dengan kekuatan sinkang yang dahsyat, sesungguhnya Thio Jiauw It ingin menarik pulang tangannya waktu melihat Bin An menangkis kuat seperti itu, tetapi ia terlambat.

Segera terdengar suara benturan yang sangat keras sekali, ketika tangan mereka saling bentur.

Yang mengejutkan hati Thio Jiauw It adalah kekuatan tenaga tangkisan yang dilakukan Bin An, dimana tubuh sipengemis seperti diterjang oleh suatu gelombang kekuatan yang dahsyat sekali dan telah membuat dia hampir terhuyung karena kuda-kuda kedua kakinya telah tergempur.

Namun disebabkan ia memang memiliki sinkang yang telah sempurna, waku kuda-kuda kedua kakinya itu hampir tergempur, diwaktu itulah ia telah memusatkan tenaga sinkangnya untuk memperkuat kedudukan kedua kakinya, lalu ia telah melompat ketengah udara, membarengi dengan tenaga tekanan kakinya itu, ia mendorong mempergunakan kedua telapak tangannya pada Bin An, dimana ia telah mempergunakan kekuatan sinkangnya sebanyak delapan bagian.

Bin An tidak gentar, ia tetap berdiri ditempatnya dan menangkis dengan kedua telapak tangannya.

Kembali kedua pasang telapak tangan saling bertemu dan tenaga sinkang mereka saling bentrok kuat sekali. Tubuh kedua orang itu bergoyang-goyang, tetapi mereka tidak ada yang mundur hanya kedua pasang telapak tangan itu tetap menempel satu dengan yang lainnya.

Bin An maupun sipengemis telah juga mengerahkan kekuatan sinkang mereka masing2 untuk saling tindih.

Karena sinkang mereka itu berimbang, dengan sendirinya tidak ada seorangpun diantara mereka yang tertindih oleh kekuatan lawannya.

Serangan demikian, tampak kedua masing2 tetap memusatkan kekuatan lwekang mereka yang disalurkan keserluruhannya padat kedua telapak qtangan masing2,r per- lahan2 dari tubuh mereka mengepul uap tipis yang naik ketengah udara.

Cara bertempur seperti ini bukan bertempur biasa saja, karena mereka telah bertempur dengan mempergunakan kekuatan tenaga dalam yang dahsyat. Sekali saja, mereka terdesak, berarti kematian.

Buat sipengemis Thio Jiauw It, malah hal itu menggembirakan, ia puas bisa menerima perlawanan yang begitu tangguh dari lawannya, semangat bertempurnya jadi terbangun dan ia terus mengempos semangatnya.

Bia An juga telah memusatkan kekuatannya dan dia berusaha untuk membendung kekuatan sinkang lawannya.

Begitulah, kedua orang ini saling mengerahkan tenaga dalam mereka, sampai akhirnya karena mereka mempergunakan kekuatan yang terlalu besar, telah membuat kedua pasang kaki dari kedua orang ini melesak masuk kedalam tanah, semula hanya beberapa dim, tetapi akhirnya telah melesak masuk terus sampai belasan dim.

Tentu saja cara bertempur seperti ini merupakan cara bertanding yang bisa membawa bahaya yang tidak kecil, sewaktu-waktu bisa mencelakai dan dapat juga mematikan mereka.

Tetapi disaaat keadaan telah kritis sekali buat kedua orang ini, karena mereka telah terlibat dalam tekanan tenaga sinkang yang sangat kuat, sipengemis Thio Jiauw It telah menarik pulang tangannya, dan tubuhnya juga telah melompat mundur sedikit ke belakang.

"Cukup !" teriaknya.

Bin An menghela napas dalam2 dan menghapus keringatnya, ia juga menarik keluar kedua kakinya dari dalam tanah, lalu katanya: "Sungguh luar biasa kepandaian Locianpwe... terima kasih atas psntunjuk yang diberikan Locianpwe..!"

Thio Jiauw It merupakan seorang tokoh sakti yang telah berusia lanjut, dimana iapun merupakan seorang yang berpengalaman sekali dengan hanya bertempur beberapa jurus saja, ia telah membuktikan bahwa kepandaian yang dimiliki Bin An tidak berada dibawahnya. Jika memang mereka meneruskan pertempuran itu berarti mereka berdua bisa bercelaka bersama.

Maka ia merasa sayang sekali pada Bin An kalau sampai pemuda itu bercelaka, itulah sebabnya sipengemis telah menyudahi pertempuran tersebut dengan perasaan puas dan kagum.

"Bukan main.... waktu aku seusiamu, aku tidak memiliki kepandaian sehebat itu ! Engkau merupakan seorang pemuda yang hebat sekali, kelak jika memang engkau mempelajari lebih lanjut kepandaianmu sampai mahir, mungkin di dalam rimba persilatan, engkau merupakan satu2 nya orang yang terpandai!"

"Lociaopwe terlalu memuji...!" kata Bin An merendahkan diri. "Aku bicara sesungguhnya, " kata Thio Jiauw It. "Dan kelak mungkin engkau merupakan seorang jago tanpa tandingan, sungguh membuat aku sangat kagum sekali... dan jika engkau tidak mencela, aku bermaksud hendak mengikat tali persahabatan dengan kau...!"

Bin An cepat2 merangkapkan sepasang tangannya, ia memberi hormat.

"Terima kasih atas kehormatan yang diberikan Locianpwe, Boanpwe yang masih berusia sangat muda, jelas tidak pantas untuk berlaku kurang ajar seperti itu, karena Boanpwe hanya pantas menerima petunjuk2 dari Locianpwe !"

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar