Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 14

Jilid 14

MEREKA terdiri dari orang2 yang berbentuk bermacam ragam, dimana pakaian merereka juga aneh2 sekali. Ada yang berpakaian sebagai peiajar, tetapi membawa hudtim ditangannya, kebutan yang biasa dibawa oleh seorang Tojin. Ada juga yang berpakaian sebagai seorang hwesio, tetapi memelihara rambut Malah yang aneh pula, ada jago persilatan yang memakai gaun wanita, walaupun dia seorang pria tua yang telah berjenggot panjang.

Memang mereka berpakaian dengan keadaan yang aneh2 disamping itu juga mereka membawa senjata dari berbagai bentuk dan aneh2 seperti golok dengan ukiran seekor naga, dengan ditambahi gagangnya yang terbuat dari batu Giok.

Ada pula yang membawa senjata terdiri dari tongkat tongkat pendek yang di-sambung2 dengan rantai ruas2 dari tongkat tersebut terdiri dari beberapa ruas sambung menyambung satu dengan yang lainnya.

Dan begitu pula ada yang membawa pedang yang berbentuk pendek dengan gagangnya yang terbuat dan emas berukiran burung Hong. Masih banyak terdapat senjata2 aneh yang dibawa oleh orang2 persilatan tersebut, seperti kipas, huncwe, tongkat yang berujung seperti tombak, dan juga masih banyak jenis senjata lainnya yang tentu mendatangkan perasaan aneh dan tertarik bagi yang m-melihatnya.

Sin Coa Tung Hiap yang melihat kini telah berdatangan para jago2 rimba persilatan yang terdiri dari berbagai aliran, telah memandang dengan tertarik. Kali ini memang suatu pertemuan yang menarik sekali, karena ia bisa berjumpa dengan demikian banyak sekali jagol rimba persilatan, yang umumnya memiliki kepandaian tinggi.

Waktu menjelang kentongan kedua, ditempat ini lelah berkumpul lebih dari seratus orang, jago2 yang namanya memperlihatkan sifat mereka yang aneh.

Tetapi Sin Coa Tung Hiap tidak melihat adanya murid2 dari tokoh2 dari pintu perguruan seperti Siauw Lim Sie, Bu tong pay, Kun Lun pay, Ceng-shia pay, Go Bie pay, dan Thian san pay... rupanya orang-orang dari aliran yang tersendiri.

Diantara mereka juga terdapat beberapa orang asing seperti jago-jago yang berewokan dan berhidung mancung dari Persia, dan beberapa jago lainnya seperti orang Nepal.

Waktu itu Bun Cie Sun telah membuka pertemuan tersebut, Banyak jago-jago rimba persilatan yang menganjurkan agar mereka segera mengadu ilmu kepandaian saja. Tetapi Bun Cie Sun menjelaskan, bahwa ia mengundang semua jago-jago dan berbagai aliran tersebut untuk merundingkan ilmu silat, dan sambil berusaha membentuk sebuah perkumpulan untuk mereka.

Semula memang terdapat banyak jago-jago yang menentang keinginan Bun Cie Sun, tetapi setelah berselang beberapa saat, diwaktu mana. Bun Cie Sun telah menjelaskan, bahwa maksud sebenarnya ia ingin menghindarkan jatuhnya korban dan akan membentuk perkumpulan yang benar2 sangat berguna untuk rimba persilatan, akhirnya para orang gagah itu bersedia juga untuk menuruti peraturan dan cara- cara yang akan ditentukan oleh Bun Cie Sun.

"Sesungguhnya...." kata Bun Cie Sun setelah melihat para orang2 gagah itu bersedia untuk menuruti cara dan keinginannya, "Pertemuan ini akan menampilkan beberapa orang, di mana mereka akan mengadakan pertandingan silat melalui suatu perundingan belaka, tanpa menggerakkan senjata dan tangan, dengan demikian, kita bisa mengetahui berapa tinggi pengetahuan dan kepandaian yang dimiliki seseorang, tanpa perlu jatuh korban, Dan jika memang para Hohan (orang2 gagah) menyetujuinya, kita akan segera memulainya...!" 

"Aku tidak setuju...!" tiba2 seseorang telah berkata dengan keras, suaranya mengguntur.

Bun Cie Sun dan semua orang yang berada ditempat itu menoleh pada orang yang berteriak itu, segera mereka melihat orang itu tak lain dari Say Ong To.

"Apa saran Kiesu?" tanya Bun Cie Sun kemudian.

"Aku dari tempat yang jauh telah melakukan perjalanan kemari dengan harapan bisa main-main sepuas hati mengeluarkan seluruh kepandaianku tapi kenyataan yang ada mengecewakan sekali... aku menghendaki kita saling mengukur tenaga dan ilmu..!" "Ya, akupun setuju dengan pendapat Kiesu itu..!" teriak seseorang lagi, waktu semua orang menoleh, orang itu tidak lain dari seorang lelaki tua berjenggot dengan pakaian gaun wanita, yang cara berpakaiannya aneh, dimana ia pun membawa sebuah topi tudung yang lebar sekali terbuat dari anyaman tikar.

Waktu itu Bun Cie Sun tertawa.

"Jika memang Jiewie (tuan berdua) hendak mengukur tenaga dan ilmu, baik, baik, silahkan Jiewie yang memuIainya

!" kata Bun Cie Sun.

Say Ong To tampak girang, ia tanpa shejie-shejie lagi, telah melompat ke tengah lapangan.

"Mari, mari kita main-main sepuas hati.!" katanya dan membarengi dengan itu, iapun telah membuka mulutnya lebar-lebar, memperdengarkan suara raungan yang sangat kuat dan keras sekali.

Sedangkan lelaki berjenggot dengan pakaian gaun wanita itupun telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melambung tinggi sekali, berpok say ditengah udara, dan kemudian hinggap di depan Say Ong To.

"Maaf... maaf, aku akan mempertontonkan kejelekkan ilmu silatku !" kata lelaki berjenggot tersebut yang berpakaian aneh itu.

Say Ong To telah berkata: "Kita tidak perlu terlalu membuang waktu dengan banyak bicara, ayo kita mulai !"

Dan memang sudah menjadi watak dan sifatnya yang kasar, Say Ong To tahu-tahu telah menggerakkan kedua tangannya, yang diulurkan nya untuk melakukan cengkeraman.

Lelaki berjenggot dengan berpakaian gaun wanita tersebut tertawa melihat datangnya serangan, iapun berkata: "Aku Liu Eng Tong, akan menerima petunjukmu..!" dan sambil berkata begitu, dengan gerakan yang gesit sekali ia telah berkelit dari cengkeraman yang dilancarkan Say Ong To.

Gerakan Liu Eng Tong memang cepat dan gesit, dimana cengkeraman tangan Say Ong To telah mengenai tempat yang kosong, karena tahu-tahu tubuh Liu Eng Tong telah lompat dari hadapannya.

Namun Say Ong To walaupun memiliki tabiat yang kasar, tapi ia juga memiliki kepandaian yang benar2 telah terlatih baik, ilmunya sangat tinggi. Melihat cara lawannya mengelakkan diri seperti itu, cepat sekali ia telah melancarkan gempuran kearah belakangnya, karena ia tahu bahwa Liu Eng Tong telah melompat ke belakangnya.

Gerakan yang dilakukan Liu Eng Tong tadi memang mengandalkan kelincahan tubuhnya, waktu serangan Say Ong To tiba pada jarak tiga dim terpisah dari tubuhnya, ia telah menjejakkan kakinya dan tubuhnya melompati kepala Say Ong To dan berada dibelakang Iawannya.

Kini Say Ong To telah melakukan pukulan dengan kuat kearah belakangnya, dengan demikian, angin sinkang yang meluncur keluar dari kedua telapak tangan Say Ong To telah menerjang kepada Liu Eng Tong lagi.

Kali ini lelaki berjenggot she Liu tersebut tidak mengelakkan diri lagi dari gempuran tenaga sinkang yang dilancarkan oleh- Say Ong To, ia telah mengangkat tangan kanannya, mendorong dengan gerakan yang cepat, dari telapak tangannya mengalir keluar tenaga lwekang yang kuat sekali. Dengan demikian, seketika dua kekuatan yang keras dan dahsyat sekali telah saling bentur.

Diwaktu itu Say Ong To merasakan tenaganya seperti terdorong, dan tubuhnya hampir saja terhuyung, namun sebagai orang yang memiliki kepandaian telah tinggi, ia bisa cepat menguasai dirinya, dan memperkuat kuda2 ke dua kakinya! Tanpa menarik pulang tangannya dengan hanya memutar tubuhnya, ia telah melakukan penyerangan pula dengan gerakan yang cepat, dimana tangannya telah diputar dan kemudian didorong, maka dari telapak tangannya mengalir keluar pula angin yang kuat.

Liu Eng Tong tahu2 telah melompat tinggi dua tombak, membarengi dengan mana, tampak tangannya telah mengeluarkan sebuah seruling yang cukup panjang. Kemudian seruling itu dibawanya kemulutnya, ia mulaib meniup serulindgnya.

Waktu Saya Ong To melakukban penyerangan yang ber- tubi2 pula, nampak Liu Eng Tong telah meniup serulingnya sambil berkelit kesana kemari. Gerakannya begitu lincah dan gesit sekali, sehinga tampaknya Liu Eng Tong tengah menari- nari.

Say Ong To telah melakukan gempuran berulang kali dan selalu gagal.

Waktu Say Ong To tengah diliputi perasaan penasaran dan marah, dimana ia tengah memperhebat tenaga gempurannya, Liu Eng Tong mulai menghentikan tiupan pada serulingnya dan mempergunakan serulingnya itu, yang ternyata terbuat dari besi, untuk melakukan totokan di berbagai bagian anggota tubuh Say Ong To.

Gerakan dari seruling Liu Eng Tong begitu cepat dan sulit diikuti oleh pandangan mata manusia biasa, karena ujung seruling itu menyambar-nyambar dengan cepat sekali.

Say Ong To yang menyaksikan lawannya telah mempergunakan serulingnya untuk meng hadapi pukulan telapak tangannya, mengeluarkan suara teriakan yang menyerupai raungan, kemudian tangan kanannya mencabut sebatang golok yang tadinya tersoren dipinggangnya. "Mari, mari kita main2 dengan senjata, tetapi engkau harus hati-hati, karena senjata tajam tidak bermata, jika lengah sedikit saja, engkau bisa terbinasa !" kata Say Ong To.

Liu Eng Tong tertawa dingin, ia memutar serulingnya dengan disertai pengerahan tenaga Iwekangnya, tubuhnya bagaikan dilindungi oleh sinar serulingnya itu.

Dengan demikian, walaupun Say Ong To telah menggerakkan goloknya membacok beberapa kali, namun ia selalu gagal untuk mencapai sasaran, terbendung oleh sinar seruling yang dilancarkan oleh Liu Eng Tong.

Say Ong To jadi semakin penasaran, ia mengeluarkan suara raungan beberapa kali dan mempercepat bacokan2 goloknya. Setiap gerakkan goloknya juga disertai tenaga sinkang yang kuat sekali dengan demikian terlihat semakin lama kedua orang yang tengah bertempur itu semakin terlibat dalam pertandingan mempertaruhkan jiwa.

Liu Eng Tong menyadari juga, bahwa ia tidak bisa meremehkan lawannya, serangan-serangan dari Say Ong To benar-benar bisa mematikannya, kalau saja ia berlaku lengah dan terk na serangan lawannya.

Semua orangb-orang gagah yadng berkumpul diatempat itu jadib tertarik sekali.

Mereka semuanya terdiri dari orang2 yang hidupnya hanya melatih ilmu silat, Maka sekarang diwaktu mereka bisa menyaksikan pertarungan yang begitu seru antara Say Ong To dengan Liu Eng Tong, dengan sendirinya membuat mereka jadi gembira sekali.

Dan semangat mereka juga jadi terbangun.

Tiba-tiba salah seorang diantara mereka, telah melompat ketengah lapangan.

"Akupun ingin main-main beberapa jurus, siapa yang hendak menemaniku?" tanya orang itu. Semua orang mengawasinya dia adalah seorang lelaki setengah baya dengan tubuh yang tegap dan berewok yang lebat, hidungnya mancung sekali. Orang ini ternyata bukan orang Tionggoan, jika bukan dari Nepal tentu dari Persia. Rambutnya yang tumbuh keriting seperti itu juga memperlihatkan bahwa ia merupakan jago asing.

Kwang le Liu sendiri yang telah menyaksikan jalannya pertandingan antara Say Ong To dengan Liu Eng Tong, jadi tertarik dan terbangun semangatnya. Melihat orang asing itu, ia jadi gatal tangannya dan telah menjejakkan kakinya, tubuhnya segera mencelat kedepan orang asing itu.

"Aku Malengku, meminta petunjuk dari para orang gagah daratan Tionggoan, tentu sangat menggembirakan sekali untuk main2 beberapa jurus...!" kata orang asing itu.

"Ya, aku akan menemani kau..!" kata Kwang Ie Liu sambil tertawa.

Bun Cie Sun yang menyaksikan hal ini, jadi menghela napas, Jika dilihat perkembangan yang ada, tampaknya keadaan akan kacau, dimana para jago2 yang telah berkumpul ditempat tersebut akan saling mengadu ilmu dan kepandaian mereka.

Namun Bun Cie Sun juga tak bisa mencegahnya, ia hanya mengawasi saja.

Waktu itut tampak Malengku telah menggerakkan kedua tangannya yang berotot sangat besar dan tampaknya kuat sekali.

"Apakah kita main2 dengan tangan kosong atau kita mempergunakan senjata tajam ?" tanya Malengku kemudian.

"Terserah kepada kau saja...!" menyahuti Kwang le Liu. "Kita main-mainr dengan tangan tkosong saja dulqu," kata

Malengrku,  suaranya  keras,  dan  ia  pun  memberikan  pula dengan gerakan tangannya disusul dengan perkataan: "Aku akan segera mulai !"

Ia merupakan seorang jago gulat dari negerinya, karena itu cara menyerangnya juga bukan untuk menghantam, melainkan untuk mencekal dan membanting, Gerakannya gesit sekali, di-mana kedua tangannya memiliki kekuatan Gwa kang (tenaga luar) yang terlatih baik.

Kwang le Liu tertawa perlahan, menghadapi seorang jago Gwa kang seperti Malengku ini tentu saja ia tidak mempergunakan kekerasan, ia mempergunakan tenaga lunak dan kegesitannya, Dalam waktu yang singkat ia telah mengelakkan tiga jurus dari cengkeraman tangan Malengku.

Sedangkan Malengku sendiri jadi penasaran. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali, ia telah mengulangi lagi untuk mencekal pergelangan tangan Kwang le Liu.

Samberan tangan Malengku tersebut meluncur dari kiri dan kanan tubuh Kwang le Liu, dan waktu itu Kwang le Liu telah menggeser kedudukan kedua kakinya. Dengan gerakan yang sangat ringan, ia ingin melompat kebelakang Malengku untuk menghajar tengkuk dari Malengku.

Tetapi waktu itu Malengku ternyata hanya melakukan cengkeraman gertakan belaka, Begitu lawannya berkelit, segera kakinya bergerak menggaet kaki Kwang le Liu, dan kedua tangannya cepat sekali mendorong kuat punggung Kwang le Liu.

Kwang le Liu tidak menyangka akan menerima serangan seperti itu, dia telah terlambat berkelit dan diwaktu itu punggungnya terdorong kuat sekali, dan kakinya juga telah tergaet oleh kaki Malengku, seketika itu pula tubuhnya terjerambab dan akan jatuh kedepan.

Untung saja Kuangle Liu memiliki ginkang yang telah mahir, maka dengan mengandalkan ginkangnya itu, dia tidak sampai terjerambab mencium tanah. Dengan tubuh yang terhuyung dua langkah, Kwang le Liu berhasil menguasai tubuhnya tidak sampai terjatuh.

Namun waktu itu Malengku telah mengulurkan kedua tangannya lagi bermaksud untuk mempergunakan  kesempatan itu guna mencengkeram kedua lengan Kwang le Liu. Gerakan yang dilakukannya cepat sekali kedua tangannya terjulur dengan lincah.

Kwang le Liu memperdengarkan suara dengusan dingin karena ia mendongkol sekali tadi ia hampir saja terjerembab akibat dorongan kedua tangan Malengku.

Sekarang melihat Malengku melakukan serangan lagi padanya dengan kedua tangannya, Kwang Ie Liu sudah tidak mau mem-buang2 waktu pula.

Dengan ginkangnya yang mahir, tubuhnya telah berputar- putar dan cepat bukan main kedua tangannya digerakkan menyampok kedua pergelangan tangan Malengku.

Gerakan itu mengandung kekuatan sinkang yang hebat sekali, karena itu, begitu kedua tangan Malengku kena dibentur, seketika itu pula Malengku merasakan betapa pergelangan tangannya seperti juga hendak patah.

Belum sempat Malengku menarik pulang kedua tangannya, Kwang Ie Liu telah membentak nyaring: "Hemm. jika memang aku tidak bisa merubuhkan engkau, aku bukan Kwang le Liu!" dan setelah berkata begitu, tahu2 kedua tangannya digerakkan beruntun dan menghantam ketubuh Malengku.

Gerakannya mendatangkan angin gempuran yang berkesiuran kuat sekali.

"Bukkk....!" tubuh Malengku kena dihantam keras sekali oleh tenaga sinkang yang dilancarkan oleh Kwang Ie Liu.

Tubuh Malengku telah terlambung ketengah udara dan mengeluarkan suara jeritan kaget. Waktu tubuhnya terbanting diatas tanah, ia meletik bangun dengan cepat.

Sebagai seorang akhli gulat, tentu saja Malengku bisa menguasai jatuhnya tubuhnya tersebut sampai tidak terbanting keras diatas tanah.

Cepat Malengku mengeluarkan subara teriakan sadmbil menerjang amaju pula.

Kwanbg Ie Liu mendengarkan suara tertawa dingin, dan ia menggerakkan lagi kedua tangannya menghadapi terjangan Malengku dengan tenaga sinkangnya. Waktu terjangan Malengku tiba, Kwan Ie Liu berkelit dan kedua tangannya didorong kedepan tubuh Malengku.

Seketika Malengku telah terlambung ketengah udara lagi, ambruk ditanah bergulingan tiga tombak jauhnya, sekarang Malengku agak lambat berdiri, dan ia mengerang kesakitan.

Kwang Ie Liu tertawa.

"Apakah kita akan meneruskan permainan ini ?" tanya sambil tetap tertawa.

Malengku telah bangkit dengan muka yang berobah merah karena marah dan penasaran. Dan ia tidak roenyahuti pertanyaan Kang Ie Liu, melainkan ia telah melompat menyeruduk akan merangkul pinggang Kwang Ie Liu.

Melihat cara jago gulat tersebut melakukan terjangan Kwang Ie Liu tertawa dingin.

Ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melambung ketengah udara. Waktu itu tampak Malengku telah menyeruduk lewat dibawah kakinya.

Mempergunakan kesempatan itu, Kwan Ie Liu telah mempergunakan kedua kakinya menendang punggung Malengku. "Bukk..!" seketika itu pula, tubuh Malengku telah terjerambab.

Dan disaat itu, segera terlihat pula, begitu terjerambab, tubuh Malengku melingkar2 sambil mengeluarkan suara erangan, karena ia tengah menderita kesakitan yang hebat sekali.

Rupanya tendangan yang dilakukan oleh Kwan Ie Liu jatuh tepat pada jalan darah Tan bo-hiat dipunggungnya.

Melihat peristiwa itu, semua orang2 gagah yang berkumpul ditempat tersebut jadi mengeluarkan suara sorak sorai yang ramai sekali mereka banyak yang memuji akan kehebatan Kwang le Liu.

Diwaktu itu Bun Cie Sun telah menghela napas.

"Sudah... sudah..." teriaknya. "Bukankah kita telah sepakat tidak akan mempergunakan kekerasan dalam merundingkan urusan silat?"

Tetapi waktu itu, orang2 gagahb yang telah mendyaksikan pertemapuran antara Kwbang Ie Liu dengan Malengku dan juga pertempuran antara Say Ong To dengan Liu Eng Tong, beberapa diantara mereka jadi terbangun semangatnya.

Dalam waktu yang singkat, telah ada enam orang yang melompat ketengah lapangan, dan mereka berpisah menjadi tiga pasang, yang saling bertempur untuk mengadu kepandaian.

Malengku sendiri setelah mengerang beberapa saat, kemudian kembali kepinggir gelanggang, karena ia menyadari bahwa pertempuran nya dengan Kwang Ie Liu jika diteruskan, yang akan menderita kerugian adalah dirinya. Maka dari itu, jago gulat tersebut telah menyingkir.

Kwang Ie Liu sendiri hendak kembali ke-tempatnya, tetapi waktu itu telah melompat sesosok bayangan dengan gerakan yang gesit sekali. "Kwang Ie Liu Kiesu, aku hendak meminta petunjukmu. !"

dan begitu habis perkataan tersebut, dihadapan Kwang Ie Liu telah berdiri seseorang.

Ketika Kwang Ie Liu mengawasinya dengan tegas, maka segera mengenalinya.

"Tang Hujin.. kau ?" tanya Kwang Ie Liu.

Orang yang melompat kedepan Kwang Ie Liu memang Tang Hujin, waktu mendengar perkataan Kwang Ie Liu, Tang Hujin tertawa.

"Ya, aku Tang Siu Moay ingin meminta beberapa petunjuk dari kau. !" katanya dengan disertai anggukkan kepalanya.

Kwang Ie Liu menyenngai, katanya: "Namun... aku tidak memiliki kegembiraan untuk  main2  dengan  kau,  Tang Hujin. !"

Muka Tang Hujin berobah merah.

"Apakah engkau menganggap diriku tidak pantas menjadi lawanmu?" bentak Tang Hujin dengan suara yang dingin mengandung kemarahan. "Apakah engkau merasa dirimu sebagai orang yang terpandai dan memiliki kepandaian tertinggi, sehingga tidak mau memandang sebelah mata kepadaku ?"

"Bukan begitu...!" Kata Kwang Ie Liu ce pat. "Tetapi kita sebagai sahabat lama, mana menggembirakan jika kita harus saling mengukur ilmu dan kepandaian dengan cara piebu seperti ini, terlebih lragi jika sampait salah seorang qdiantara kita nranti jatuh sebagai korban. !"

Tang Hujin mengeluarkan suara dengusan tidak senang, katanya: "Dalam urusan mengadu ilmu dan kepandaian ini, tidak ada yang perlu dibicarakan atau diberatkan, Kita memang sebagai sahabat lama, dan tentu saja kita bertanding ilmu juga bukan untuk saling membinasakan. mengapa

engkau harus berkata begitu ?" Kwang Ie Liu yang mendengar perkataan Tang Hujin, telah mengangguk sambil katanya: "Baiklah, jika memang Tang Hujin berkata begitu, tentu saja aku tidak bisa berkata apa2 lagi, selain menuruti perintah dari Tang Hujin untuk mengadu tangan."

Tang Hujin mendengus, "Hemmm, engkau sesungguhnya memang tidak memandang sebelah mata kepadaku, baiklah... baiklah, nanti setelah kita mengadu kepandaian, barulah kita lihat, apakah kepandaianmu yang lebih tinggi atau kepandaianku yang berada diatas kepandaianmu itu...!"

Setelah berkata begitu, Tang Hujin tampak nya tidak sabar lagi, ia telah mengulurkan tangannya kepinggang mencabut pedangnya.

"Sringgg .. .!" cahaya pedang yang berkilauan tertimpa cahaya rembulan, telah meluncur menyambar kearah bahu Kwang Ie Liu.

Kwang le Liu terkejut juga melihat Tang Hujin begitu mencabut senjatanya segera melakukan penikaman kepadanya.

Tetapi Kwang le Liu memiliki mata yang jeli, ia telah melihat datangnya sinar pedang, dengan cepat ia berkelit kesamping.

"Jika kita main2 dengan mempergunakan senjata tajam, tentu bisa membahayakan diri kita," kata Kwan le Liu, "Lebih baik kita main main dengan mempergunakan tangan kosong saja...!"

"Jangan banyak bicara lagi, cabutlah senjatamu!" kala Tang Hujin,

Kwang le Liu mengeluarkan suara tertawa kecil, kemudian katanya: "Baiklah...!" dan tangannya telah merabah kepinggangnya tahu2 ia telah mengeluarkan sebuah pedang lemas yang semula dilibatkan dipinggangnya. Pedang itu tentunya sebatang pedang mustika yang terbuat dari berbagai bahan campuran logam yang memiliki kekuatan dahsyat, karena disamping pedang tersebut lemas bisa dilibatkan dipinggang juga pedang itu memiliki ketajaman yang luar biasa, bisa menabas putus pedang biasa ataupun logam biasa dengan mudah sekali.

Melihat Kwang le Liu memiliki senjata mustika seperti itu, alis Tang Hujin jadi berdiri.

"Hemmm, dengan mengandalkan pedang mustika engkau tentunya hendak menindih diriku..!" kata Tang Hujin, "Tetapi aku tidak jeri... mari kita mulai, jagalah seranganku."

Dan tanpa gentar sedikitpun juga, tampak Tang Hujin telah menggerakkan pedangnya, yang berkelebat kembali menikam kearah bahu Kwang Ie Liu.

Pedang Tang Hujin berkelebat secepat kilat kearah bahu Kwang le Liu.

Tetapi Kwang le Liu tetap berdiri ditempatnya tanpa bergeming, ia menantikan sampai senjata lawannya telah datang dekat, baru dia menggerakkan pedang ditangannya untuk menangkis.

Tang Hujin mana mau membiarkan pedangnya dibentur oleh pedang mustika Kwang le Liu, maka begitu kedua pedang itu hampir saling bentur, ia telah menarik pulang pedangnya, kemudian baru melakukan tikaman berikutnya.

Setiap jurus yang dipergunakan oleh Tang Hujin cepat dan berbahaya sekali, tampaknya nyonya tua tersebut memiliki kiam-hoat (ilmu pedang) yang amat tinggi dan baik.

Angin tikaman pedangnya berkesiuran keras dan sinar putih ke-perak2an berkelebat kesana kemari dengan gerakan yang sangat cepat sekali.

Kwang Ie Liu yang telah dihujani oleh tikaman dan tabasan yang begitu beruntun dari Tang Hujin, jadi tidak bisa berdiri diam tberus ditempatnyda, ia juga telaah memutar pedanbg mestikanya dan kemudian melompat kesana kemari sambil balas melakukan tikaman.

Tang Hujin tidak berhenti sampai disitu saja, waktu ia melihat Kwang Ie Liu berusaha mengandalkan pedang mustikanya, iapun mengambil taktik penyerangan yang lain pula, ia kini selain melancarkan tikaman, seringkali pedangnya itu dipergunakan untuk menikam kepada pergelangan tangan kanan Kwang Ie Liu, guna memaksa Kwang Ie Liu melepaskan pedang mustikanya tersebut.

Setiap kali Kwang Ie Liu menarik tangannya mengelakkan tikaman itu, Tang Hujin kembali melancarkan tikaman yang beruntun keberbagai anggota tubuh Kwang Ie Liu.

Dengan cara seperti ini, tampaknya Kwang le Liu mulai sibuk sekali mengelak diri kesana kemari, karena ia selalu berusaha menghindarkan tangannya dari tikaman pedang Tang Hujin.

Tang Hujin yang melihat usahanya memberikan hasil, segera mempergencar serangan pedangnya yang selalu menuju kearah pergelangan tangan Kwang Ie Liu.

Jika memang Tang Hujin melancarkan tikamannya keberbagai anggota tubuh dari Kwang Ie Liu, tentu Kwang Ie Liu bisa saja mempergunakan pedang mustikanya tersebut untuk menangkis, dan yang akan menderita kerugian adalah Tang Hujin sendiri.

Tetapi sekilas jurus Tang Hujin selalu melancarkan tikamannya dengan cepat dan beruntun kearah pergelangan tangan, dengan demikian, berulang kali Tang Hujin memaksa Kwang Ie Liu harus mengelakkan pergelangan tangannya tersebut tanpa sanggup menangkis dengan pedangnya.

Gerakan dan jurus dari kedua orang tersebut merupakan ilmu pedang tingkat tinggi, mereka selalu mempergunakan jurus yang bisa mematikan. Dengan demikian, tampaknya mereka memang berusaha untuk dapat merubuhkan lawannya masing2. Terutama sekali Tang Hujin,yang bernafsu sekali melancarkan tikaman untuk merubuhkan lawannya.

Kwang Ie Liu setelah mengelakkan pergelangan, tangannya belasan kali dari inceran mata pedang Tang Hujin, dia telah mberobah cara berdsilatnya. sekaraang dia sudah tbidak menantikan Tang Hujin melancarkan tikaman, ia yang mendahului melakukan tikaman-tikaman mendesak Tang Hujin.

"Maaf Tang Hujin, aku terpaksa melakukan serangan seperti ini..." kata Kwang Ie Liu sambil menggerakkan pedangnya dengan cepat.

Setiap jurus yang dipergunakan Kwang Ie Liu merupakan jurus ilmu pedang yang aneh sekali dimana pedang mustikanya yang lemas itu bergerak melibat kesana kemari, menabas dan menyerang.

Jika Kwang Ie Liu mengerahkan tenaga Iwekengnya, maka pedangnya seketika menjadi kaku dan bisa dipergunakan untuk menikam. tetapi juga Kwang Ie Liu sering mempergunakan tenaga lunak untuk melemaskan pedangnya yang bisa dipergunakan sebagai gantinya joan-pian, yaitu cambuk lemas, untuk melibat pedang Tang Hujin.

Melihat cara Kwang Ie Liu menggerakkan pedangnya untuk mendesak dirinya. Tang Hujin semakin kena jadi semakin terdesak

Tetapi sebagai seorang lie-hiap (pendekar wanita) yang memiliki kepandaian tinggi dan pengalaman yang luas selama puluhan tahun berkelana dalam rimba persilatan, tentu saja Tang Hujin tidak mau menyerah kalah begitu saja. Dengan tiba-tiba dia telah merobah lagi cara bertempurnya. Kini pedangnya lebih banyak menyambar kearah kedua paha Kwang Ie Liu. Pedang Tang Hujin berkelebat-kelebat cepat sekali kearah paha Kwang le Liu, kalau sampai paha Kwang le Liu terkena tikaman, tentu akan membuat ia bertempur tidak leluasa.

Kwang le Liu mengeluarkan suara tertawa nyaring, ketika suatu kali pedang Tang Hujin tengah menyambar tiba,  diwaktu itulah ia telah menggerakkan pedang mustikanya.

"Trang...!" pedang itu seketika tertabas dan putus. Muka Tang Hujin berobah jadi pucat.

"Nah, Tang Hujin," kata Kwang le Liu sambil merangkapkan kedua tangannya, "Maafkan aku telah turun tangan rada keras..!"

Muka Tang Hujinr dari pucat jadti berobah merahq kembali, dan tranpa mengucapkan sepatah katapun, ia ambil patahan pedangnya dan kembali ketempatnya.

Sedangkan Kwang le Liu telah melibatkan kembali pedangnya tersebut dipinggangnya, ia pun kembali keluar gelanggang berdiri didekat Sin Coa Tung Hiap.

"Hebat sekali kepandaian yang Kwang Kie su miliki," kata Sin Coa Tung Hiap memuji.

"Itu hanya main2 dengan jurus yang buruk saja" kata Kwang le Liu merendahkan diri.

Waktu itu, pasangan jago yang saling mengadu kepandaian berjumlah belasan orang dan mereka tengah saling serang satu dengan yang lainnya, Semakin lama jumlah mereka semakin banyak.

Walaupun banyak juga korban2 yang berjatuhan, namun mereka umumnya hanya terluka sebab sejauh itu belum ada yang sampai terbinasa.

Bun Cie Sun yang menyaksikan hal ini jadi berdiam diri saja, karena ia memang tidak bisa menguasai keadaan lagi, pertemuan dari para orang2 gagah tersebut masih berlangsung terus dengan ramainya oleh suara bentrokan2 senjata mereka, dan sang malam kian larut juga...

Mari kita tinggalkan sejenak pertempurab para orang-2 gagah tersebut, kita menengok kepada Bu Bin An, yang waktu itu tengah berada diperkampungan Tang-ko-ceng.

Karena perkampungan tersebut kecil dan sedikit penduduknya, lagi pula memang tidak ramai dikunjungi oleh orang2 yang pesiar, maka diperkampungan tersebut tidak memiliki sebuah penginapanpun juga, Bu Bin An telah bermalam disebuah rumah penduduk, pemilik rumah tersebut seorang pria tua berusia enam puluh tahun, hanya tinggal seorang diri, tanpa anak atau isteri, hidup sendiri saja.

Dari pemilik rumah tersebut Bu Bin An mendengar bahwa belakangan ini banyak sekali orang2 asing yang singgah di perkampungan tersebut. Dan dilihat dari pakaian mereka, menurut pemilik rumah itu, bahwa orang-2 tersebut- merupakan orang2 yang biasa berkelana dalam rimba persilatan.

Pemilik rumah tersebut juga mengatakan dia mendengar orang2 itu membicarakan persoalan pertemuan di Hoa-san. Tetapi sebagai penduduk kampung yang tidak mengerti ilmu silat, ia tidak mengetahui banyak mengenai maksud orang- orang tersebut.

Bu Bin An yang mendengar cerita pemilik rumah tersebut, jadi tertarik hatinya. Memang perkampungan Tang-ko-cung hanya terpisah tiga puluh lie dari kaki gunung Hoa-san disebelah Timur.

Diwaktu Bin An juga lelah memutuskan ia ingin pergi ke Hoa-san.

Setelah bermalam satu malaman, keesokan paginya Bu Bin An melanjutkan perjalanannya lagi, dia mengambil jalan kearah barat untuk mencapai gunung Hoa-san. Letak perkampungan Tang-ko-cung yang terpisah disebelah timur terhalang oleh sebuah bukit, sehingga Bu Bin An harus menempuh perjalanan yang memutari bukit tersebut dan ia harus menempuh perjalanan itu satu hari lamanya, dimana sore hari barulah ia tiba dikaki gunung tersebut

Karena memang tidak memiliki urusan yang penting, maka Bin An melakukan perjalanan per-lahan2, ia menikmati pemandangan dari pegunungan tersebut yang indah. Dalam perjalanannya mendaki gunung tersebut, Bin An-juga sering berpapasan dengan beberapa orang rimba persilatan, yang pakaian dan keadaan mereka cukup aneh, tetapi Bin An tidak mengacuhkan mereka, dan banya memandang sejenak, kemudian tidak memperdulikannya.

Bin An mengetahui tentunya orang2 tersebut tengah menuju kepuncak gunung, untuk menghadiri pertemuan di Hoa-san tersebut.

Waktu tiba disebuah lamping gunung, Bin An telah rebah beristirahat dibawah pohon, dan ia bermaksud untuk memelihara tenaganya.

Tetapi menjelang tengah malam, samar2, Bin An mendengar suara membenturnya senjata tajam, ia terlompat dari rebahnya dan telah memandang sekelilingnya.

Suara benturan2 senjata tajam tersebut samar sekali dan perlahan, Bin An cepat teringat mungkin para orang2 pandai yang berkumpul di Hoa-san mulai melakukan pertandingan.

Setelah merapihkan pakaiannya, Bin An mempergunakan Ginkangnya berlari menuju kearah datangnya suara benturan senjabta tajam tersebdut.

Setelah bera-lari2 sepeminubman teh, maka tiba di lapangan rumput yang luas, dimana berkumpul banyak sekali orang2 rimba persilatan.

Namun karena waktu itu orang2 persilatan yang tengah berkumpul dilapangan rumput itu sibuk menyaksikan pertempuran yang tengah berlangsung dengan sendirinya kehadiran Bin An tidak menarik perhatian mereka.

Bin An telah menggabungkan diri dengan orang-orang yang tengah berdiri berkumpul di-luar gelanggang pertempuran dan ikut menyaksikan pertandingan2 yang tengah  berlangsung dari orang2 tersebut.

Tetapi ada seorang yang memperhatikan kehadiran Bin An.

Dia tidak lain dari Sin Coa Tung Hiap.

Sejak munculnya Bin An ditempat tersebut secara diam2 Sin Coa Tung Hiap telah memperhatikannya, karena dia melihat Bin An datang dengan cepat dan gesit sekali, dimana ginkangnya juga tinggi sekali. Maka dia mau menduga bahwa pemuda ini tentunya datang untuk ikut ambil bagian dalam pertemuan di Hoasan ini.

"Dia berusia masih muda, tetapi tampaknya ia memiliki kepandaian yang tinggi sekali.!" diam-diam Sin Coa Tung Hiap Gu Ping An telah berpikir "Dau dilihat dari ginkangnya, rupanya ia tidak berada dibawah kepandaian ginkangku !"

Karena berpikir begitu, Sin Coa Tung Hiap telah menoleh kepada Kwang Ie Liu, katanya dengan suara yang perlahan: "Kwang Kiesu... apakah engkau melihat pemuda itu ?"

"Pemuda yang mana?" tanya Kwang Ie Liu heran.

Sin Coa Tung Hiap telah menunjuk kearah tempat dimana Bin An tengah berdiri diantara orang-orang yang berkumpul disebelah kanan dari gelanggang pertempuran itu.

Kwang le Liu telah menoleh kearah yang ditunjuk oleh Sin Coa Tung Hiap. Segera juga ia melihat Bin An.

"Ada apa dengan pemuda itu ?" tanya Kwang Ie Liu kemudian. "Agaknya dia luar biasa sekali, tadi dia datang dengan ginkang yang mahir sekali, tubuhnya juga seperti terbang melesat tanpa menginjak tanah.

Mfendengar perkataan Sin Coa Tbung Hiap Kwang dIe Liu tersenyuam.

"Usianya masbih begitu muda, mana mungkin ia bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi...?"

"Tetapi tadi aku telah melihat dia memiliki ginkang yang benar2 sangat mengagumkan sekali."

Kwang Ie Liu jadi penasaran, ia mengangguk dan katanya: "Baiklah, biar aku mencoba nya untuk mengetahui apakah ia memiliki kepandaian yang tinggi atau tidak..!"

Sin Coa Tung Hiap juga menyetujui maksud Kwang Ie Liu hendak menguji Bin An.

Sedangkan Bin An waktu itu tengah asyik menyaksikan pertandingan yang masih berlangsung antara belasan orang2 yang mengadu kekuatan dan ilmu ditengah gelanggang. Dan ia baru terkejut waktu merasakan didekat pinggangnya berkesiuran angin dingin.

Sebagai seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi, Bin An tidak menjadi gugup, ia hanya mengempiskan perutnya dan memiringkan pinggangnya sedikit, maka serangan gelap yang hendak menotok pinggangnya telah dapat dielakkan.

Dan Bin An tidak bertindak sampai disitu saja, begitu ia berhasil mengelakkan diri dari totokan tersebut, ia telah mengibaskan tangan kanannya, kelima jari tangannya terpentang, ia bermaksud mencengkeram pergelangan tangan penyerangnya.

Namun cengkeraman tangannya itu jatuh ditempat kosong, sebab penyerangnya telah menarik pulang tangannya dengan cepat. Diwaktu itu, tampak Bin An cepat-cepat memutar tubuhnya memandang orang yang membokongnya.

Segera juga ia melihat seorang lelaki tua berjenggot dengan pakaian yang aneh, yaitu gaun wanita. Orang2 yang berada dekat orang tua itu tengah asyik memperhatikan jalannya pertandingan ditengah gelanggang, maka Bin An dapat memastikan bahwa orang tua inilah yang telah melakukan totokan menggelap-padanya.

"Lopeh (paman), mengapa engkau melakukan totokan menggelap kepadaku ?" tanya Bin An.

Orang yang ditegur oleh Bin An memang tidak lain dari Kwang Ie Liu, telah tersenyum.

"Benar2 engkau memiliki kepandaian yang lumayan tingginya...!" dan setelah berkata begitu, ia telah menggerakrkan tangannya, tsambil katanya:q "Coba kau terirma satu jurus lagi...!"

Bin An kaget melihat orang tua itu mengulurkan jari tangannya yang terpentang lebar akan mencengkeram dadanya. Gerakan yang dilakukan oleh Kwang Ie Liu lebih mirip dengan gerakan Eng-jiauw (llmu cengkeraman kuku garuda), dimana jika dada seorang kena di-cengkeram, tentu akan pecah hancur. Dengan demikian, Bin An tidak bisa berdiam diri.

Cepat sekali ia menggeser kedudukan tubuhnya untuk menghindarkan diri.

Namun karena cepatnya serangan yang dilakukan oleh Kwang Ie Liu secara tiba2 begitu, dengan demikian ia jadi tidak bisa mengelakkan diri begitu saja. Tangan kanan Bin An juga bergerak cepat sekali, ia telah menguIurkannya untuk menotok sikut tangan dari orang tua tersebut.

Gerakan yang dilakukan oIeh Bin An merupakan totokan yang bisa memutuskan sambungan tulang sikut, maka Kwang le Liu yang melihat datangnya balasan serangan dari sipemuda, telah membatalkan serangannya dan menarik pulang lagi tangannya.

"Benar2 engkau memiliki kepandaian yang tinggi." kata Kwang le Liu, "Apakah kedatanganmu kemari untuk ikut ambil bagian mengadu kepandaian?"

Bin An telah berdiri tetap ditempatnya dan setelah mengawasi tajam2 kepada Kwang le Liu dia menggeleng, katanya: "Tidak... hanya secara kebetulan saja aku lewat ditempat ini, dan melihat ada keramaian ini, aku bermaksud hendak menyaksikannya..."

"Hem, siapa gurumu?" tanya Kwang Ie Liu pula, "Dengan melihat kepandaianmu yang begitu tinggi, tentu engkau murid dari seorang yang ternama..."

Bun An cepat-cepat merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.

"Maafkan, aku mempunyai kesulitan untuk mengatakan siapa guruku..."

"Hemm, siapa she dan namamu?" tanya Kwang le Liu. Mendengar Kwang Ie Liu bertanya-tanya terus  seperti  itu,

hati  Bin  An  mulai  tidak  senang,  ia  telah  memaksakan diri

untuk bersenyum, katanya: "Aku she Bu dan bernama Bin An..."

"Hemmm, Bu hiante, engkau memiliki kepandaian yang tinggi, tentunya engkau berhasrat untuk ambil bagian... maksudku dalam pertemuan orang-orang pandai di Hoa-san ini... sama seperti halnya aku siorang tua Kwang le Liu yang memang mengambil bagian juga, dengan kedatanganmu kemari, tentu saja engkau telah menambah semaraknya pertemuan ini...!" Bin An cepat-cepat menyahuti: "Aku hanya memiliki satu dua jurus ilmu silat saja... Maka dari itu, aku tidak berani untuk main-main dengan para pendekar gagah..."

"Hemm, engkau terlalu merendahkan diri." kata Kwang Ie Liu.

Waktu itu Sin Coa Tung Hiap juga telah menghampiri mereka, sambil tertawa Sin Coa Tung Hiap telah berkata rada keras: "Hiante, kepandaianmu memang benar2 tinggi, rupanya mataku tidak salah..!"

Muka Bin An menjadi berobah merah.

"Kiesu tarlalu memuji...!" katanya cepat, "Aku hanya mengerti satu dua jurus saja..!"

"Aku she Gu dan bernama Ping An... sahabat-sahabat didalam rimba persilatan memanggilku dengan sebutan Sin Coa Tung Hiap...!" kata Sin Coa Tung Hiap memperkenalkan diri.

"Siauwte she Bu dan benama Bin An...!" kata Bin An sambil membalas hormat Gu Ping An.

Begitulah, mereka jadi berkenalan dan bercakap-cakap. membicarakan perihal orang2 tengah bertanding itu, menduga-duga siapa yang akan muncul sebagai pemenangnya.

Saat itu, orang2 yang lengah saling mengadu kepandaian telah berjumlah lebih banyak dari sebelumnya, karena mereka masing2 merasa bahwa ilmu dan kepandaian mereka lebih tinggi diri orang2 yang berada ditempat tersebut, maka masing-masing berusaha untuk menonjolkan kepandaian mereka.

Tiba-tiba seorang yang berpakai tambalan disana sini seperti pengemis, telah melompat ke tengah lapangan ia menghadap kepada Bun Cie Sun sambil berkata: "Orang she Bun, engkau telah menyelenggarakan pertemuan ini, tentunya engkau memiliki kepandaian yang bisa diandalkan dengan berani mengeluarkan undangan untuk sahabat-sahabat rimba persilatan. Aku Kim-hoa-ie(pakaian Bunga Emas) Liang Cun ingin sekali main-main beberapa jurus untuk mendapat petunjuk dari kau orang she Bun..!"

Bun Cie Sun menghela napas.

"Tetapi sesungguhnya maksudku mengundang para sahabat rimba persilatan bukan untuk bertempur seperti ini, aku bermaksud untuk merundingkan ilmu silat sambil membentuk serbuan perkumpulan dan mencari seorang pemimpin diantara kita...!"

"Yah, walaupun demikian, kita sebagai orang2 rimba persilatan, tentu saja yang setiap harinya berkecimpung melatih diri untuk ilmu siiat, tidak akan terlepas dari urusan bertempur. Sekarang aku Liang Cun mengundang kau orang she Bun untuk memberikan petunjuk kepadaku...!" dan setelah berkata begitu, Liang Cun merangkapkan tangannya memberi hormat.

Tetapi baik kata-kata maupun sikapnya itu memperlihatkan bahwa Liang Cun sesungguhnya tengah mendesak Bun Cie Sun, yang di tantangnya untuk mengadu ilmu.

Bun Cie Sun juga tidak bisa menampiknya lagi. Terlebih lagi ia didalam rimba persilatan memiliki nama yang sangat terkenal, sekarang ditantang demikian rupa, memaksa ia  harus menerimanya, maka Bun Cie Sun sudah tidak memiliki pilihan lain, hanya melompat ketengah gelanggang, berdiri berhadapan dengan Liang Cun, orang yang berpakaian tambal-tambalan tersebut.

Kim-hoa-Ie Liang Cun telah tertawa.

"Bagus...!" katanya kemudian, "MuIailah engkau memberikan petunjuk padaku..." Bun Cie Sun dengan sabar menyahuti: "Aku akan menerima tiga serangan dari Kiesu tanpa membalas, silahkan menyerang!"

Muka Liang Cun jadi berobah merah.

"Ohhh, angkuh sekali kau orang she Bun..." katanya, "Baik, baik, ini adalah permintaanmu... terimalah seranganku !" dan setelah berkata begitu, tubuh Liang Cun cepat sekali telah menerjang dan melancarkan pukulan yang kuat sekali kepada Bun Cie Sun. serangannya sulit sekali untuk dielakkan, karena ia telah menggerakkan kedua tangannya dengan jurus yang aneh sekali, yaitu seperti juga seekor burung garuda yang tengah menerkam mangsanya,

Dengan tangan kirinya mencengkeram kearah kepala Bun Cie Sun, sedangkan tangan kanannya diulurkan untuk meremas perut orang she Bun itu.

Tetapi Bun Cie Sun tetap berdiri tenang ditempatnya, sama sekali ia tidak bergerak dari tempat berdirinya itu, hanya mengawasi datangnya serangan tersebut dengan mata yang memandang dingin, ia telah melihat betapa pukulan dan cengkeraman yang dilakukan oleh lawan nya itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang dilakukan oleh lawannya itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang cukup kuat.

Tetapi sebagai seorang tokoh persilatan yang memang memiliki kepandaian silat sangat tinggi, Bun Cie Sun telah memandang enteng pada cara menyerang lawannya. Diwaktu cengkeraman dan remasan tangan dari Liang Cun hampir mengenai bajunya maka diwaktu itulah Bun Cie Sun baru bergerak dengan tubuh yang ringan kearah samping kanan, kemudian ia telah menyampok dengan tangan kanannya, maka seketika itu juga terlihat tubuh Liang Cun terhuyung dua langkah, seperti juga dirinya telah disampok oleh suatu kekuatan yang sangat dahsyat. Bukan main terkejutnya Liang Cun, tetapi ia hanya tertegun sejenak, karena begitu ia berhasil menguasai tubuhnya tidak terhuyung lagi, cepat luar biasa ia telah menyerang dan melompat menerkam lagi !

Kali ini terkaman yang dilakukannya jauh lebih hebat dibandingkan dengan cengkeraman atau remasan yang pertama tadi. Kim-hoa-ie Liang Cun memang memiliki kepandaian yang tinggi dan terlatih baik, karena itu dalam segebrakan dia telah bisa dibuat terhuyung seperti itu, membuat ia jadi penasaran bukan main.

Dengan demikian kali ini ia mempergunakan tenaga dalamnya tidak tanggung2 lagi ia telah menggerakkan delapan bagian dari seluruh kekuatan yang ada padanya.

Sedangkan Bun Cie Sun mengeluarkan suara tertawa dingin, dan kemudian telah berkelit lagi dari terjangan lawannya, katanya "serangan yang kedua, hanya tinggal, satu jurus lagi, aku akan segera membalas..!"

Bukan main gusarnya Liang Cun, dia telah dua kali gagal menyerang lawannya. Karena itu waktu ia menyerang untuk ketiga kalinya dia sudah menggerakkan kedua tangannya dengan seluruh kekuatan tenaga Iwekangnya yang dimilikinya.

Bun Cie Sun mendengus lagi, seperti juga ia tetap tidak memandang sebelah mata kepada serangan yang dilancarkan lawannya, ia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring, tangannya digerakkan mendorong lawan.

Dan disaat itu dari telapak tangannya mengalir keluar serangkum angin yang kuat sekali, menerjang kepada Liang Cun.

"Bukkk..." tenaga gempuran Liang Cun telah berhasil ditangkis oleh Bun Cie Sun, di mana tenaga mereka saling bentur dengan kuat sekali, tubuh Bun Cie Sun telah tergetar keras, sedangkan tubuh Liang Cun terlempar dua tombak lebih. Disaat itulah Bun Cie Sun telah mengeluarkan suara  tertawa yang panjang, kemudian disusul dengan kata2nya: "Kini telah habis tiga jurus, dan sudah menjadi bagianku untuk membalas menyerang padamu, karena aku telah mengalah tiga jurus penuh..."

Berbareng dengan perkataannya itu, tubuh Bun Cie Sun seperti juga bayangan saja, berkelebat-kelebat kesana kemari lincah sekali, sepasang tangannya juga digerak-gerakkan, maka seperti juga angin dari pukulannya itu mengurung tubuh lawannya.

Bukan main terkejutnya Liang Cun, karena ia merasakan dadanya jadi sesak dan napasnya tersendat sulit sekali, karena sekujur tubuhnya bagaikan ditindih oleh suatu kekuatan yang tak tampak, namun hebat sekali.

Dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, Liang Cun berusaha memutar kedua tangannya bergantian, Gerakan itu untuk memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, guna disalurkan pada kedua tangannya, dimana ia berusaha memberikan perlawanan terhadap tekanan tenaga lawan.

Berulang kali terdengar suara-suara benturan dari dua kekuatan tenaga dalam tersebut, dan begitu pula tubuh Liang Cun berulang kali terhuyung. Dan sampai pada jurus kesembilan, cepat sekali Bun Cie Sun telah menggerakan tangan kanannya yang dilonjorkan kearah Liang Cun, kemudian tangan kirinya ditekuknya ke dekat dadanya. Dan tenaga dalam yang disalurkannya itu sangat menakjubkan sekali.

"Bukkk...!" tidak ampun lagi tubuh Liang Cun terpental melayang ditengah udara dan kemudian meluncur jatuh keatas tanah dengan mengeluarkan suara gedebukan yang amat keras sekali, diiringi pula dengan suara jerit kesakitan dari Liang Cun. Bun Cie Sun berdiri di tempatnya dengan sikap yang amat kalem, dia hanya tersenyum dan tidak mengejar lawannya pula.

"Kukira sudah cukup...!" kafa Bun Cie Sun waktu Liang Cun tengah merangkak untuk bangun berdiri, "Dan kau kembaIilah ke tempat mu!"

Liang Cun memandang bengis kepada Bun Cie Sun, ia berkata dengan sengit. "Aku belum kalah, terimalah seranganku kembali...!" dan sambil membentak begitu, ia juga telah bergerak lagi, tubuhnya cepat sekali menerjang kepada Bun Cie Sun, tanpa memperdulikan keselamatannya pula.

Tetapi Bun Cie Sun sebagai seorang tokoh-persilatan yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja tak mau berdiam diri, ia menyalurkan tenaga lwekangnya untuk menangkis gempuran.

"Blukkk...!" kembali tubuh Liang Cun telah terpental, dan pada waktu itu ia juga mengerang kesakitan. sebab kedua pergelangan tangannya telah patah!

Banyak orang2 rimba persilatan yang memuji akan kehebatan Bun Cie Sun waktu melihat cara orang she Bun itu membereskan lawan nya tersebut.

Bu Bin An sendiri yang menyaksikan pertempuran itu jadi memuji didalam hati, karena dilihatnya kepandaian yang dimiliki Bun Cie Sun merupakan kepandaian tingkat tinggi, dimana jarang orang2 rimba persilatan bisa memiliki kekuatan tenaga dalam seperti itu. 

Bun Cie Sun sendiri telah tersenyum dengan sikap yang tenang, katanya: "Jika engkau memaksa untuk bertempur terus denganku, hemm, kukira engkau hanya akan mencelakai dirimu sendiri...pergilah!"

Dengan perasaan malu Liang Cun telah merangkak bangun dan kemudian menyelinap diantara rombongan orang2 gagah lainnya, ia telah berlalu dari tempat tersebut, ia telah terpatahkan tulang kedua tangannya, berarti dia tidak bisa bertempur lebih lanjut. Dan juga tadi, gempuran yang dilakukan Bun Cie Sun telbah merusak tenadga dalamnya, yaang jadi lenyap btiga atau empat bagian.

Dengan demikian, tanpa tenaga dalam yang penuh dan tulang kedua pergelangan tangannya yang patah, bagaimana ia bisa bertanding dengan jago2 lainnya? sedangkan untuk merubuhkan Bun Cie Sun saja ia tak memiliki kesanggupan.

Tetapi Liang Cun berlalu dengan hati yang dendam pada Bun Cie Sun, ia juga telah bertekad untuk kelak mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi Iagi, dan jika telah memperoleh kepandaian yang lebih tinggi, ia ingin mencari Bun Cie Sun untuk memperhitungkan sakit hatinya ini.

Sedangkan Bun Cie Sun telah kembali ketempat duduknya, Namun baru saja ia hendak berkata-kata, waktu itu telah loncat lagi ke tengah lapangan sesosok tubuh, dengan gerakan yang sangat ringan sekali.

Tubuh orang itu pendek, tetapi suaranya seperti genta pecah waktu ia berkata: "Bun Cie Sun, aku Kuo Lin Siang ingin meminta petunjuk juga darimu...!"

Semua orang waktu melihat orang bertubuh pendek tersebut melompat ketengah lapangan itu jadi terkejut. Karena mereka segera juga mengenalinya bahwa Kou Lin Siang adalah seorang iblis yang malang melintang dipropinsi Ho Pei dan memiliki nama yang tidak kecil.

Selain kepandaiannya yang tinggi, dia juga memang bertangan telengas, sehingga setiap lawannya yang bertempur dengannya, jika tidak bercacad tentu terbinasa. Namanya juga telah menggetarkan kalangan hekto (jalan hitam) dari rimba persilatan.

Sekarang Kuo Lin Siang telah muncul di tempat tersebut dan juga menantang Bun Cie Sun, dengan demikian, tentu sebuah pertempuran yang hebat tidak bisa diletakan lagi. Bun Cie Sun sendiri segera mengenali iblis pendek itu, ia mengangguk sambil tersenyum.

"Ya, tadi aku telah terlanjur melayani orang she Liang itu berarti tidak adil jika sekarang aku menolak tantanganmu itu Kuo Kiesu (orang gagah she Kuo)...!"

Berbareng dengan selesainya perkataannya itu, segera tubuhnya melompat ketengah lapangan, dengan gerakan yang ringan ia telah melompat kedekat Kuo Lin Siang.

Tetapi Kuo Lin siang memang bebnar2 merupakan diblis yang berhaati kejam dan bbertangan telengas, tanpa menanti Bun Cie Sun dapat berdiri tetap ditempatnya, tangan kanannya telah digerakkan menyerang dengan kuat dan mematikan kearah dada Bun Cie Sun.

Sepasang alis Bun Cie Sun jadi mengkerut karena diwaktu ia melihat cara menyerang dari iblis pendek she Kuo tersebut, ia memperoleh kenyataan serangan itu merupakan serangan yang kejam dan bisa mematikan. Maka tanpa menanti lagi tibanya gempuran itu, cepat bukan main ia telah mengibaskan tangan kanannya untuk menangkis.

Gempuran yang dilancarkan oleh Kuo Lin Siang mengandung kekuatan tenaga lwekang yang bisa menghancurkan sebungkah batu yang bagaimana besar sekalipun, karena angin dari gempuran itu saja  telah terdengar begitu gemuruh dan juga telah menerjang kedada Bun Cie Sun dengan kuat.

Namun Bun Cie Sun juga memiliki kepandaian tinggi, kebutan tangan kanannya itu telah membuat serangan dari Kuo Lin Siang gagal menerjang dirinya.

Iblis pendek tersebut tidak mau membuang buang waktu, begitu gempurannya yang pertama kena digagalkan, cepat bukan main ia telah melancarkan gempuran yang kedua kalinya, bahkan kini ia menggempur dengan sekaligus mempergunakan kedua tangannya, dimana kedua tangannya digerakkan dengan serentak dan angin gempuran itu menyambar dengan hebat sekali.

Bun Cie Sun karena menyadari bahwa lawannya kali ini jauh lebih tinggi kepandaiannya dari Liang Cun, ia tidak berani berlaku ayal lagi, selain berkelit dengan cepat, juga dia membalas mengulurkan tangannya, mencengkeram kuat sekali kearah pundak Kuo Lin Siang.

Gerakan Bun Cie Sun dilakukan cepat sekali, sesungguhnya jarang sekali ada orang yang bisa mengelakkan diri dari cengkeraman itu, namun iblis pendek Kuo Lin itu dengan mudah berkelit dengan hanya menundukkan kepalanya dan memiringkan pundaknya sedikit, maka cengkeraman tangan Bun Cie Sun telah mengenai tempat kosong.

Dan memang iblis pendek Kuo Lin Siang tersebut berhati jahat dan licik, ia telah mempergunakan kesempatan tersebut untuk melancarkan gempuran yang mematikan ke arah disebelah kiri tubuh Bun Cie Srun.

Bukan main tterkejutnya Bunq Cie Sun, waktur  itu tubuhnya tengah miring dan tangannya berada ditengah udara tidak bisa segera ditarik pulang, sedangkan gempuran yang dilancarkan Kuo Lin Siang hampir mengenai sasarannya.

Tetapi memangnya ia merupakan tokoh persilatan yang selain memiliki kepandaian tinggi, juga sangat berpengalaman, ia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring diiringi dengan sebelah kakinya, yaitu kaki kanannya, untuk menendang kearah selangkangan lawannya.

Gerakan itu telah memaksa lawannya harus melompat mundur mengelakkan tendangan, dan juga berarti gagalan gempuran Kuo Lin Siang pada iga ditubuh Bun Cie Sun.

Kini giliran Bun Cie Sun yang tidak mau me-nyia2kan waktu lagi, diwaktu Kuo Lin Siang melompat mundur, malah Bun Cie Sun yang telah melompat kedekat orang she Kuo tersebut, ia telah menggerakkan kedua tangannya, dengan mempergunakan telapak tangannya ia menerjang maju, angin dari kedua tenaga dalamnya yang tersalurkan lewat kedua telapak tangannya itu, telah bergemuruh menerjang kepada Kuo Lin Siang.

Kuo Lin Siang jadi sangat kaget, ia sampai mengeluarkan suara tertahan dan cepat2 mengempos semangatnya. Dan waktu ia berkelit seperti itulah, tahu-tahu tangan kanannya telah digerakkan untuk menotok kearah jalan darah "Lu cie- hiat" ditubuh Bun Cie Sun.

Namun totokan itu gagal. Dan mereka telah saling melompat ke belakang menjauhi diri.

Keduanya saling memandang, sejenak mereka berhenti bertempur.

Kuo Lin Siang telah tertawa dingin, katanya dengan sikap yang angkuh: "Hem, Orang she Bun, rupanya kau memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi ! baiklah ! baiklah ! Sekarang mari kita main-main dengan senjata tajam !" dan tanpa menanti persetujuan dari Bun Cie Sun, tangan Kuo Lin Siang telah merabah sakunya, tahu-tahu ia tetah mengeluarkan sebilah pisau belati berukuran pendek tetapi diujungnya bercagak tiga.

Itulah semacam senjata aneh yang menjadi andalan dari iblis pendek tersebut, sedangkan ia juga telah menggerakkan pisau pendek tersebut ketengah udara, senjata tersebut mengeluarkan suara mengaung yang aneh sekali, walaupun ukurannya pendek, namun pisau itu merupakan pisau pusaka, yang menjadi andalan dari iblis pendek tersebut, dimana ia memperoleh pisau tersebut disebuah telaga didaerah Hoan kouw.

Dan juga pisau pendek itu memiliki keampuhan untuk memotong besi atau juga emas dengan mudah, seperti juga menabas tahu saja. Itulah membuktikan betapa ampuh dan juga tajamnya pisau pendek tersebut, sedangkan cagak tiga pada ujung mata pisau pendek itu, yang ujung kiri kanannya melengkung seperti kail, untuk menggaet senjata lawan, guna merebut senjata lawan dengan cara memutarnya dan menghentaknya.

Selama malang melintang didalam rimba persilatan, Kuo Lin Siang memang paling disegani jika telah mengeluarkan senjata nya yang aneh ini, karena hampir sama sekali tidak ada jago yang bisa menandingihya, Jika tidak perlu dan dalam keadaan terdesak, tentu Kuo Lin Siang tidak akan mempergunakan senjatanya tersebut.

Bun Cie Sun yang melihat lawannya telah mencabut senjatanya itu, memandang dengan muka yang dingin, katanya: "Kuo Kiesu, dengan piebu mempergunakan senjata tajam, berarti kita akan terlibat dalam pertempuran yang bisa membahayakan jiwa kita masing-masing, disamping itu juga akan membuat kita mempertaruhkan jiwa, dimana senjata tajam tidak memiliki mata..!"

Kuo Lin Siang tertawa dingin, katanya dengan sikap mengejek. "Hemmm, tanpa senjata pun tadi kita telah terlibat dalam pertempuran yang bisa mematikan... mengapa pula kita harus meneruskan pertempuran dengan tangan kosong jika memang hal itu tidak berkesudahan ? Bukankah disini kita bisa menentukan siapa yang lebih tinggi kepandaiannya dan dengan menpergunakan senjata tajam seperti ini kita bisa mengakhiri pertempuran isi dalam waktu yang lebih singkat, Cabutlah senjatamu...!"

Dan setelah berkata begitu, Kuo Lin Siang mengibaskan senjata anehnya itu, yang mengeluarkan suara mendengung keras.

Bun Cibe Sun menghela dnapas.

Tangan kaanannya telah mberabah punggungnya, ia mencabut keluar pedangnya dan waktu pedang itu telah dikeluarkan dari serangkanya, berkilauan terang sekali, hal itu memperlihatkan bahwa pedang inipun merupakan pedang yang istimewa dan merupakan senjata pusaka.

"Baiklah Kuo Kiesu...!" kata Bun Cie Sun kemudian "Aku akan menemanimu main2 beberapa jurus dengan senjata tajam...!" dan setelah berkata begitu, ia memperlihatkan sikap bersiap sedia menantikan serangan.

Memang Kuo Lin Siang tidak pernah mau mem-buang2 waktu, begitu melihat lawannya mencabut senjatanya, ia menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti juga sebuah bola yang melayang cepat, menerjang kepada Bun Cie Sun.

Dan yang berbahaya sekali, adalah tikaman senjata anehnya itu, dimana ia telah menikam sambil digetarkan, sehingga senjatanya itu sulit sekali diterka kearah mana hendak mengincar sasarannya, terlebih lagi dengan kedua cagaknya itu, yang se-waktu2 bisa dipergunakan untuk menggaet senjata lawannya.

Bun Cie Sun juga tidak berani berayal, ia tidak menangkisnya, hanya berkelit mengelakkan diri.

Kuo Lin Siang melihat tikamannya yang pertama itu gagal, dia telah melancarkan tikaman berikutnya sekali ini ia menikam sekaligus tiga sasaran yang mengincar tiga bagian berbahaya dan mematikan ditubuh Bun Cie Sun.

Kali ini Bun Cie Sun tidak bisa berkelit saja, karena lawannya telah melancarkan serangan tikaman yang beruntun seperti itu, maka terpaksa ia menangkisnya.

"Trangg..!" terdengar suara benturan dari kedua senjata itu yang saling bertemu ditengah udara, kemudian disusul dua benturan lainnya lagi. Keduanya kemudian melompat mundur untuk memeriksa sejata masing2.

Senjata mereka masing2 merupakan senjata istimewa, sehingga walaupun tadi saling bentrok keras dan kuat sekali ditengah udara, tokh tidak membuat senjata itu menjadi rusak.

Sedangkan orang2 yang menyaksikan jalannya pertempuran antara kedua tokoh persilatan tersebut telah memandang dengabn tegang dan pednuh perhatian.

aTerlebih lagi Bbu Bin An, ia melihat bahwa kepandaian kedua orang itu benar-benar tinggi sekali, namun ketika dia melihat cara menyerang dari Kuo Lin Siang, ia memperoleh kenyataan iblis itu memang memiliki ilmu yang sesat dimana setiap serangannya selalu mempergunakan jurus yang berhawa sesat.

Selain memiliki lwekang yang mahir dan juga senjata yang ampuh, tikaman2 yang dilakukan oleh Kuo Lin Siang merupakan cara dari perguruan atau ilmu silat aliran sesat, yang mengandung hawa jahat yang bisa mematikan lawannya dengan telengas.

Berbeda dengan Bun Cie Sun, yang bertempur dengan mempergunakan Kiam-hoat (ilmu pedang) dari aliran lurus dan juga sudah mencapai taraf yang cukup sempurna.

Setiap jurus yang dipergunakannya itu selain indah, juga mengincar lawannya dengan hebat, tetapi tidak bisa mematikan dengan segera, karena memang sasaran yang diincarnya merupakan bagian anggota-tubuh yang tidak mematikan.

Dengan sekali melihat saja, semua orang gagah segera mengetahui bahwa Bun Cie Sun sedapat mungkin tidak mau mencelakai lawannya, tetapi jika pertempuran itu berlangsung lebih lama, tentu setiap jurus serangan maupun tikaman yang dilakukan oleh Bun Cie Sun akan jauh lebih hebat lagi, semakin lama semakin berbahaya.

Dan jika Kuo Lin Siang mendesaknya terus, niscaya akhirnya Bun Cie Sun akan mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk merobohkan lawannya, itulah merupakan ilmu pedang yang murni dari aliran Iurus, yang pembukaannya semula hanya dengan jurus-jurus yang ringan- ringan saja, namun semakin lama semakin berat dan bisa mematikan. Yang lebih diutamakan oleh seorang akhli ilmu pedang dari aliran lurus adalah penjagaan diri dari serangan lawan.

Begitulah, Bun Cie Sun dan Kuo Lin Siang telah bertempur dengan seru tanpa menghiraukan keadaan disekeliIingnya. Kuo Lin Siang berulang kali berusaha menggaet pedang lawannya namun gagal, karena pedang Bun Cie Sun bagaikan seekor naga yang berkelebat-kelebat kesana kemari dengan lincah dan juga telah membalas menyerang dengan tikaman- tikaman yang manis dan bisa memaksra lawannya haruts mundur, merenqggangkan jarak rmereka.

Semakin lama Kuo Lin Siang semakin penasaran, ia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring dan menyerang lebih gencar dari pada semula.

Pisau cagaknya itu telah berkelebat-kelebat cepat sekali mengelilingi tubuh Bun Cie Sun. walaupun pisau pendek yang berada ditangan Kuo Lin Siang merupakan senjata yang berukuran pendek, jauh lebih pendek pula jangkaunya dibandingkan dengan pedang Bun Cie Sun yang berukuran panjang itu, tetapi karena pisau pendek bercagak tersebut berada ditangan Kuo Lin Siang seorang iblis yang memiliki kepandaian sangat tinggi, perbedaan ukuran itu tidak menjadi persoalan.

Malah pisau pendek itu telah me-nyambar2 dengan hebt, kesegala jurusan mengincar semua bagian anggota tubuh yang bisa mematikan pada diri Bun Cie Siang.

Gerakan pisut cagak ditangan Kuo Lin siang juga aneh sekali karena kadang2 menyambar ke kanan, lalu tiba-tiba beralih kekiri, Dengan cara menyerang seperti Kuo Lin Siang melancarkan tikaman dan tabasan dengan pisau pendek bercagaknya itu dengan jurus-jurus yang sulit diterka dan dia berhasil membuat Bun Cie Sun agak bingung juga.

Jika pisau pendek bercagak Mu menyambar kearah kanan dari bagian anggota tubuh Bun Cie Sun dan jago she Bun itu menangkisnya, tahu-tahu arah tikaman itu telah berobah kekiri. Dan begitu juga sebaliknya.

Cara bertempur seperti inilah, walaupun pisau pendek ditangan Kuo Lin Siang itu berukuran jauh lebih pendek dari pedang ditangan Bun Cie Sun, kenyataannya ia bisa mengimbangi setiap jurus dari ilmu pedang Bun Cie Sun.

Kedua jago yang masing2 memiliki kepandaian tinggi itu telah berkelebat dalam pertandingan ilmu pedang yang seru sekali dan menentukan, sedikit saja mereka berlaku lengah, niscaya mereka akan terluka oleh senjata lawan.

Keduanya telah bergerak gesit sekali, sehingga tubuh mereka itu ber-kelebat2 seperti juga bayangan belaka, hanya tampak gumpalan warna dari pakaian mereka saja, yang berkelebat kesana dan kemari dengan ringan.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar