Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 12

Jilid 12  

MUKA sigadis berobah merah, "Bukan.... Siauwmoay hanya sahabat dari cung Kiesu ini... dan kebetulan kami berjumpa ditengah jalan, maka Siauwmoay jadi ikut sekalian menuju kemari..."

"Hemm,jika demikian, tentunya nona tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, sejak dari awal maksud Pinto."

Dan setelah berkata begitu, Wie Lie cinjin telah menoleh melihat kepada keempat orang saudara seperguruannya, ia berkata: "Apakah kalian juga berpendirian sama dengan suhengmu ?"

Keempat tojin itu mengiyakan dengan segera.

Wie Lie cinjin telah menoleh lagi kepada Cung Kiang Bun, sambil katanya: "Nah, seperti cung Kiesu telah melihat sendiri, bahwa kami berlima memang sama satu pendirian, yaitu ketiga orang tawanan yang terdiri dari tiga orang murid Wie- liong-pay tersebut, harus dikirim langsung ke Kun Lun San dulu, mengenai keputusan dibebaskan atau tidaknya ketiga murid Wie-liong-pay tersebut, itu tergantung dari keputusan yang akan diambil oleh ciangbunjin kami..." dan setelah berkata begitu, Wie Lie cinjin merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat dengan sikap menyesal ia telah menambahkan. "Maaf, maaf..."

Wajah Cung Kiang Bun jadi berobah semakin tidak enak dilihat, ia memang seorang pemuda yang selalu bicara dan membawa sikap yang agak kasar, dengan sendirinya sekarang melihat persoalan telah terbentur jalan buntu seperti itu, membuat Cung Kiang Bun tidak bisa menahan sabar, iapun telah berkata dengan suara yang tawar: "Baiklah... jika memang demikian kamipun dari pihak Wie-liong-pay tidak mengatakan apa2, tetapi dengan adanya penolakan yang diberikan oleh cinjin sekalian, berarti pertikaian diantara kedua pintu perguruan kita akan berlangsung terus..."

Mendengar perkataan Cung Kiang Bun, Wie Lie cinjin merangkapkan sepasang tangannya lagi memberi hormat.

"Sayang sekali, sulit buat Pinto menjelaskan hal yang sebenarnya, sesungguhnya Pinto sama sekali tidak berhasrat untuk bentrok dengan pihak manapun, dan memang menggembirakan sekali jika suatu persoalan bisa diselesaikan dengan baik dan menempuh jalan damai. Tetapi pihak kami memiliki kesulitan yang tidak kecil, dimana keenam murid Kun Lun Pay telah binasa ditangan ketiga murid Wie-liong-pay..."

cung Kiaug Bun berkata tawar: "Tetapi dengan keputusan yang kalian ambil, telah memperlihatkan bahwa pihak Kun Lun Pay tidak bermaksud baik dari Wie-liong-pay telah ditolak oleh kalian begitu saja..."

"Maafkan... maafkan... memang sudah menjadi peraturan kami dari pihak Kun Lun Pay, setiap pembunuh murid Kun Lun Pay, harus dikirim langsung keadapan ciangbunjin kami, guna diadili disana... dan kami tidak memiliki kekuasaan apapun untuk melanggar peraturan yang telah ada tersebut..."

"Jika memang demikian, baiklah kami minta diri saja..." kata cung Kian Bun dengan sikap tidak sabar, ia telah merangkapkan tangan nya dan memutar tubuhnya.

Hoa Lun Sian telah mengulurkan tangannya mencekal pergelangan tangan Cung Kiang Bun, katanya: "jangan pergi dulu, cung Sie-heng... mari kita bicara secara perlahan-lahan, kukira pihak Kun Lun Pay juga tidak akan mengambil tindakan yang tetap keras jika memang kita bisa memberikan suatu jaminan bahwa maksud baik dari Wie-liong-pay memang merupakan suatu tindakan yang bijaksana untuk mencegah timbulnya bentrokan2 yang lebih jauh antara murid2 kedua pintu perguruan tersebut." Cung Kiang Bun telah menahan langkah kakinya, ia melirik kepada Hoa Lun Sian, katanya dengan suara yang ragu: "Tetapi mereka telah mengambil keputusan yang pasti yaitu tidak ingin membebaskan ketiga orang murid Wie liong-pay..."

Hoa Lun sian menoleh kepada Wie Lie cinjin dan keempat murid Kun Lun Pay lainnya, "cinjin apakah kalian tetap tidak menghendaki jalan damai antara pihak Kun Lun Pay dan Wie- liong-pay ?"

Untuk menjelaskan persoalan itu Wie Lie cinjin telah merangkapkan sepasang tangannya.

"Memang benar2 diluar dari kekuasaan kami untuk membebaskan ketiga orang murid Wie liong-pay, maka dari itu, jika memang dalam persoalan ini kami dipaksa, itupun tetap saja tidak akan merobah keputusan kami yaitu untuk mengirim ketiga orang pembunuh murid Kua Lun Pay itu ke Kun Lun San-"

Mendengar keputusan yang diberikan oleh Wie Lie cinjin, Hoa Lun Sian telah menghela napas dalam- dalam.

"Jika memang pihak Kun Lun Pay mengambil sikap keras seperti ibi, tentu akan menimbulkan bentrokan yang berkepanjangan".

"Tetapi kami harus mentaati peraturan Kun Lun Pay yang telah ada " menyahuti Wie Lie cinjia, "Maafkan-.. maafkan "dan Wie Lie cinjin berdiri dari duduknya, ia mengambil sikap seperti juga tengah mempersilahkan tamu untuk berlalu.

Cung Kiang Bun tanpa menoleh lagi dan tanpa memberi hormat, telah melangkah keluar dari ruangan dalam kuil tersebut, diikuti oleh Hoa Lun Sian-

Kelima tojin dari Kun Lun Pay tersebut telah mengantarkan kedua tamu mereka sampai di pintu kuil.

Dengan sikap mendongkol, Cung Kiang Bun telah melompat keatas kuda merah nya. Sedang kan Hoa Lun Sian setelah menoleh sekali lagi kepada kelima tojin Kun Lun Pay tersebut, ia pun melompat keatas kuda nya.

Kedua orang ini melarikan kuda mereka, dalam waktu sekejap mata saja telah dua puluh lie lebih.

Cung Kiang Bun tiba2 menghentak tali Ies kuda nya, sehingga binatang tunggangannya berbulu merah itu telah berhenti berlari.

"Aku tidak menyangka bahwa pihak Kun Lun pay akan mengambil sikap seperti ini.." katanya setelah Hoan Lun Sian menghentikan larinya kuda tunggangannya disisi kuda merah cung Kian Bun.

"Lalu apa yang hendak dilakukan oleh cung sieheng ?" tanya Hoa Lun Sian-

"Aku telah dipesan oleh Ciangbunjinku, jika memang perundingan yang akan diadakan antara pihak Wie-liongpay dengan pihak Kun Lun Pay gagal, maka aku harus berusaha mengambil jalan apapun untuk menolongi dan membebaskan ketiga orang saudara seperguruanku. . . "

"Jadi...?" tanya Hoa Lun Sian terkejut.

"Ya... aku harus berusaha dengan jalan kekerasan membebaskan ketiga orang murid Wie-liong-pay yang ditawan orang2 Kun Lun pay itu..." Hoa Lun Sian menghela napas.

"Dengan demikian berarti bentrokan2 yang akan timbul tentu lebih meluas lagi " kata Hoa Lun Sian dengan wajah yang muram.

"Tetapi sudah tidak ada jalan lain lagi.." kata Cung Kiang Bun-

Hoa Lun Sian menghela napas lagi, sigadis berdiam diri sejenak. mengawasi langit. Sedangkan cung Kian Bun telah berkata sambil mengawasi sigadis : "Hoa-moay, apakah engkau bersedia untuk membantuku?"

"Membantu bagaimana?" tanya sigadis.

"Malam ini kita satroni kuil orang-orang Kunlunpay itu..." kata Cung Kiang Bun-

"Tetapi tampaknya kelima tojin itu memiliki kepandaian yang tinggi, dan didalam kuil tersebut tentunya bukan hanya mereka berlima saja..."

"Benar, disamping mereka berlima, masih terdapat belasan murid Kun Lun Pay lainnya." menjelaskan Cung Kiang Bun-

Hoa Lun Sian menghela napas.

"Jika dilihat demikian usaha dengan jalan seperti itupun akan gagal, karena kita hanya berdua tentu tidak akan sanggup untuk menghadapi mereka. Jika saja kita tertawan mereka, urusan akan menjadi lebih rumit lagi, Tidak lebih baik Jika cung sieheng pergi kembali ke Wie-liong-pay guna memberitahukan Ciangbunjinmu mengenai urusan yang  terjadi kali ini?"

Tetapi cung Kian Bun menggeleng perlahan.

"Kukira aku tidak bisa kembali ke Wie-liong-pay sebelum melaksanakan pesan ciang bunjin kami..." kata Cung Kiang Bun-

"Mengapa begitu?" tanya Hoa Lun Sian-

"Karena memang ciangbunjin kami telah berpesan, walaupun dengan jalan bagaimana jika memang jalan damai gagal ditempuh aku harus berusaha membebaskan ketiga orang saudara seperguruanku yang ditawan oleh orang2 Kun Lun Pay itu."

Hoa Lun Siang kembali menghela napas sampai akhirnya ia berkata: "Kita lihat saja malam ini, kita akan merundingkan lagi dulu, tindakan apa yang akan kita ambil untuk menghadapi orang2 Kun Lun Pay itu."

cung Kian Bun akhirnya diberi pengertian juga dan ia telah mengiyakan-Begitulah, mereka telah melarikan kuda mereka lagi dengan cepat.

Waktu bertemu dengan sebuah rumah penduduk. mereka telah meminta ijin untuk menumpang beristirahat.

Sambil beristirahat, mereka juga merundingkan, tindakan apa yang akan mereka ambil.

Waktu itu hari telah menjelang malam. Dan diwaktu itu tampaknya langit mendung dan akan turun hujan.

Cung Kiang Bun tetap dengan keputusannya, untuk menyatroni kuil orang-orang Kun Lun Pay tersebut, dimana ia akan mempertaruhkan dirinya dan jiwanya guna bertempur dengan pihak Wie Lie cinjin dan saudara-saudara seperguruan Tojin itu.

Tetapi Hoa Lun Sian justru merasa kuatir kalau2 mereka tidak bisa menghadapi mereka, walaupun mereka mendatangi kuil itu dengan secara diam-diam, tetapi jika mereka kena kepergok, tentu mereka tidak mungkin bisa meloloskan diri lagi.

"Bagaimana jika kita mengadu untung saja ?" tanya Cung Kiang Bun yang sudah tidak bisa menahan sabar.

Hoa Lun sian walaupun tidak menyetujui usul yang diberikan oleh Cung Kiang Bun, tokh iapun tidak bisa menentangnya. Maka ia mengiyakan saja.

"Baiklah " katanya kemudian, "Kita mendatangi mereka secara diam-diam, tetapi tindakan kita harus hati-hati benar, jangan sampai kepergok mereka. Terus terang saja Siauwmoay katakan, melihat keadaan kelima tojin itu, tampaknya mereka memiliki kepandaian yang tinggi, dan tentunya mereka juga bukan lawan yang ringan, walaupun kita berdua maju serentak, tentunya kita bukan menjadi lawan mereka.." Cung Kiang Bun mengiakan-

Begitulah, merekapun telah pamitan pada tuan rumah yang mereka tumpangi untuk beristirahat, kedua kuda mereka dilarikan cepat sekali kembali kekuil yang berada dipintu perkampungan Wie- liu- cung .

Ketika masih terpisah sepuluh lie lebih dari kuil yang hendak mereka tuju itu, Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian telah turun dari kuda tunggangan mereka masing2. Kuda mereka telah ditambat, diikat disebatang pohon yang terdapat ditempat itu. Dengan mempergunakan ginkang, keduanya telah berlari-lari dengan cepat.

Dalam waktu sekejap mata saja, tampak kuil dimana Wie Lie cinjin dan saudara seperguruannya berada, dengan hati- hati Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian telah mendekati kuil tersebut.

Kuil itu tertutup rapat pintunya, keadaan sunyi dan sepi sekali.

Dengan mengandaikan ilmu meringankan tubuh mereka Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian telah melompati dinding kuil tersebut.

Mereka berindap2 menuju keruangan dalam kuil tersebut, dan dilihatnya bahwa api penerangan didalam kuil tersebut masih menyala.

Waktu belum lagi kentongan kedua, dan rupanya masih ada tojin yang tengah membaca Liamkeng.

Dengan hati2 sekali, tampak Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian telah memasuki kedalam kuil dan disebuah ruangan belakang mereka hampir berpapasan dengan seorang tojin. Untung saja mereka memiliki mata yang jeli dan mereka telah cepat2 menyembunyikan diri. Setelah melihat tojin yang berusia dua puluh tahun lebih itu berlalu, mereka keluar kembali dari tempat persembunyian mereka, Dengan langkah ang ringan, mereka menyelidiki sekitar kuil tersebut,

Tetapi waktu Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian tiba diruangan yang cukup luas dibelakang kuil itu, dimana mereka melihat sepi dan tidak tampak seorang manusiapun juga tiba2 ter dengar suara orang menegur dengan sabar: "Kalian rupanya telah datang berkunjung kembali, maafkan kami tidak menyambut karena kami tidak diberitahukan terlebih dulu"

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sianjadi terkejut bukan main, gesit sekali mereka memutar tubuh mereka, sambil tangan mereka memegang gagang pedang masing2.

Dihadapan mereka telah berdiri Wie Lie cinjin, Wie Sin cinjin, Wie Lie cinjin, Wie To cinjin dan Wie Lin cinjin- Kelima pendeta itu telah berdiri dengan bibir masing2 tersenyum sabar. Tidak terlihat tanda kemarahan mereka.

Cung Kiang Bun yang melihat diri mereka kepergok demikian rupa, telah berkata dengan sikap yang berani sekali:

"Tadi sore kami telah menyampaikan keinginan pihak Wie- liong-pay, agar urusan ini di selesaikan dengan cara yang baik... tetapi kalian menolaknya, maka dari itu sekarang aku akan mengadu jiwa, walaupun bagaimana aku hendak membebaskan ketiga orang saudara seperguruan.." dan setelah berkata begitu, tampak Cung Kiang Bun telah menggerakkan pedangnya, ia bersiap-siap untuk melancarkan serangan menikam kepada Wie Lie cinjin-

Sikap yang diperlihatkan oleh Wie Lie cinjin tetap tenang, sama sekali ia tidak memperlihatkan tanda-tanda ingin bertempur mengadu jiwa, Dengan suara yang sabar, ia pun telah berkata: "jangan mengambil tindakan seperti itu, cung Kiesu... karena tidak akan membawa penyelesaian yang baik..." "Tetapi walaupun bagaimana, ketiga orang saudara seperguruanku itu harus dibebaskan..."

"Kami telah menjanjikan jika memang cianbunjin kami nanti memutuskan bahwa ke tiga orang murid Wie-liong-pay tersebut tidak bersalah dan dibebaskan, maka mereka akan di bebaskan, Tetapi untuk membebaskan mereka sekarang ini, tentu saja tidak bisa kami lulus kan-.."

Sambil berkata begitu, Wie Lie cinjin telah merangkapkan sepasang tangannya, ia berkata: "Harap cung Kiesu tidak terlalu memaksa menimbulkan bentrokan2 pula..."

Cung Kiang Bun telah memperdengarkan suara tertawa dingin.

"Dalam persoalan ini,jelas kami pihak Wie liong-pay juga tidak mau diperlakukan dengan seenak hati oleh pihak Kun Lun pay..?"

"Kami memang mengakui maksud baik dari pintu  perguruan Wie-liong-pay... tetapi menyesal sekali, seperti apa yang telah pinto katakan, bahwa kami tidak bisa melanggar aturan yang terdapat didalam pintu perguruan kami. Maka, sekarang kami minta dengan sangat, agar cung Kiesu kembali ketempatmu, guna menyampaikan segala sesUatunya kepada ciang bunjinmU, kelak jika memang ciangbunjin kami menyatakan ketiga orang murid Wie-liong-pay itu dibebaskan, kami akan membebaskannya "

"Tetapi jika ciangbunjin kalian tidak mau membebaskannya

?" tanya Cung Kiang Bun sambil menatap tajam sekali kepada Wie Lie cinjin-

"Kami juga tidak bisa mengatakan apapun juga "  menyahuti Wie Lie cinjin, "Hal itu masih belum kami ketahui dengan pasti, dan juga mengenai keputusan yang akaa diambil oleh ciangbunjin kami, masih belum bisa kami pastikan, Maka dari itu, jika memang pihak Wie-liong-pay menghendaki urusan antara murid-murid kedua pintu perguruan kita yang saling bertikai ini diselesaikan dengan jalan damai maka harus sabar sampai nanti kami akan mengirim kabar kepada pihak Wie-liong-pay "

Tetapi Cung Kiang Bun rupanya sudah tidak bisa menahan sabar lagi. Dengan mengeluarkan suara seruan nyaring, tahu- tahu dengan nekad pedangnya menyambar kearah dada Wie Lie cinjin-

Tojin tersebut tampak berdiri tenang ditempatnya, ia mengawasi menyambarnya pedang Cung Kiang Bun, waktu mata pedang telah menyambar dekat, tahu2 tojin itu telah menggerakkan pergelangan tangannya yang di-kebutkannya perlahan. Namun kebutan yang perlahan itu ternyata memiliki tenaga menolak yang kuat sekali.

Tubuh Cung Kiang Bun telah terhuyung beberapa langkah kebelakang, dan hampir saja ia kejengkang.

Begitu juga telapak tangannya dirasakanpedih sekali, hampir saja pedangnya terlepas dari Cekalannya.

Dalam keadaan seperti ini, tampak Hoa Lun Sian tidak bisa berdiam diri. Dengan Cepat ia telah mencabut keluar pedangnya, bergerak lincah sekali, menikam kearah Wie Lin cinjin, Gerakan yang dilakukan oleh Hua Lun Sian memang cepat dan pedangnya menyambar dengan lincah, bagaikan seekor ular yang melingkar menyambar kearah leher dari Wie Lin cinjin-

Namun wie Lin cinjin tetap tenang, seperti halnya dengan Wie Lie cinjin, ia telah menyentil dengan jari telunjuknya kepedang sigadis.

"Tranggg..." terdengar pedang itu berhasil disentilnya kuat sekali, Dan akibat sentilan tersebut, membuat pedang Hoa Lun Sian jadi terpental, hampir saja terlepas dari cekalan tangannya. Hoa Lun Sian terkejut, cepat2 melompat mundur dengan wajah yang berobah menjadi pucat, Tetapi gadis ini jadi penasaran juga di dalam satu jurus serangan saja ia telah berhasil dipukul mundur oleh Wie Lin cinjin hanya dengan menggunakan sentilan jari telunjuknya.

Dengan mengeluarkan seruan- Jaga serangan, kembali pedangnya telah menyambar akan menabas batang leher Wie Lin cinjin.

Gerakan yang dilakukan sigadis kali ini cepat sekali dan tenaga lwekang yang disalurkan pada tangan dan pedangnya itupun jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang pertama tadi. Angin serangan itu berseliran tajam sekali.

Namun wie Lin cinjin hanya mendongakkan sedikit kepalanya dan ia telah mengebutkan lengan bajunya lagi, maka kali ini serangan Hoa Lun sian kembali gagal mengenai sasarannya.

Sedangkan Cung Kiang Bun sendiri tidak tinggal diam walaupun tadi ia telah dipukul mundur hampir kejengkang oleh Wie Lie cinjin namun kuda-kudanya bisa diperkokoh kembali.

Ia telah mengeluarkan suara seruan nyaring, pedangnya menyambar lagi kearah perut Wie Lie cinjin-

Jurus yang dipergunakannya merupakan jurus yang cukup menakjubkan, karena pedangnya itu menyambar sekaligus tiga jurusan, jurus itu biasanya dinamai "Sam Peng Kiam" atau "Pedang Tiga Es".

Melihat cara menyerang Cung Kiang Bun, Wie Lie cinjin tersenyum sabar.

Dengan gerakan yang lincah, Wie Lie cinjin tahu2 telah berkelit dari samberan pedang Cung Kiang Bun, tubuhnya miring kekiri, lalu tanpa terlihat gerakan tubuhnya, ia telah berputar dan diwaktu itu pedang Cung Kiang Bun telah berkelebat dengan cepat disisi tubuhnya.

Cung Kiang Bun mendongkol sekali melihat tikamannya dengan pedangnya tidak mengenai sasaran, walaupun ia telah mempergunakan jurus yang begitu kuat. Dengan demikian, ia jadi penasaran dan sebelum menarik pulang pedangnya membarengi dengan tikamannya.

Namun Wie Lie cinjin merupakan seorang pendeta yang memiliki kepandaian tinggi, dengan demikian ia bisa melayani serangan2 pedang lawannya dengan mudah sekali, tidak satu pun serangan Cung Kiang Bun yang mengenai sasarannya.

Diwaktu itu, Hoa Lun Sian sendiri tengah sibuk menyerang wie Lin cinjin, tubuh sigadis ber-kelebat2 bagaikan bayangan saja, juga pedangnya berseliweran dengan membawa angin yang menderu2. Namun sama halnya dengan Wie Lie cinjin, maka Wie Lin cinjin juga memiliki kepandaian yang tinggi, ia bisa menghadapi tikaman dan tabasan yang dilancarkan oleh Hoa Lun Sian dengan mudah sekali.

Begitulah, keempat orang tersebut bergerak kesana kemari melakukan pertempuran yang agak ganjil. Karena selama itu Wie Lie cinjin maupun Wie Lin cinjin melayani Hoa Lun Sian dan Cung Kiang Bun dengan bertangan kosong, dan pendeta2 tersebut juga selalu mengelakkan diri saja, selain main kelit, mereka tidak pernah melakukan serangan balasan-

Dan yang mengagumkan, justru kepandaian kedua pendeta tersebut memang tinggi sekali, sehingga Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian sama sekali tidak berhasil untuk mendesak mereka, apalagi untuk memperoleh kemenangan-

Semakin lama Cung Kiang Bun memperoleh kenyataan bahwa kepandaiannya bersama Hoa Lun Sian memang tidak berarti banyak bagi Wie Lie cinjin dan wie Lin cinjin, jika saja kedua tojin itu melakukan serangan yang sungguh2, tentu dalam waktu yang singkat mereka akan dapat dirubuhkan- Sedangkan Wie Lie, Wie Sin dan Wie To cinjin, mereka bertiga hanya berdiam diri saja, mengawasi pertandingan yang tengah berlangsung itu. Disamping itu, tampaknya merekapun tenang2 saja, karena mereka tidak berkuatir untuk kedua saudara seperguruan mereka, yang mereka saksikan memang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi dan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian-

Diwaktu pertempuran yang tidak berkesudahan antara Wie Lie cinjin dengan Cung Kiang Bun dan Hoan Lun Sian dengan wie Lin cinjin sedang berlangsung diwaktu itu terdengar suara mendesis yang perlahan, namun tajam.

Sebagai tokoh persilatan yang memiliki kepandaian tinggi dan pendengaran yang terlatih, suara yang perlahan dan aneh itu telah menarik perhatian mereka, Malah Wie Lie cinjin telah melirik kearah datangnya suara mendesis itu.

Seketika mukanya jadi berobah, karena ia melihat dari  pintu menggeleser masuk dua ekor ular berukuran Cukup besar, sebesar lingkaran lengan manusia, kedua ular tersebut yang telah mengeluarkan suara mendesis tersebut.

Cung Kiang Bun yang menoleh kebelakang, setelah ia gagal melancarkan tikaman dengan pedangya, ia pun melihat kedua ekor ular tersebut, Hoa Lun Sian juga melihat kedua ular itu. Mereka jadi saling melompat memisahkan diri.

Wie Lie cinjin mengerutkan sepasang alisnya, ia telah menggumam dengan suara mengandung keheranan yang sangat: "Aneh... dari mana datangnya ular- ular ini ?"

Wie Lin cinjin sendiri telah melompat ke dekat ular2 tersebut, ia mempergunakan jari telunjuknya untuk menyentil kearah kepala kedua ular tersebut. Sentilan yang dilakukannya itu diliputi oleh tenaga lwekang yang cukup kuat.

Akibat sentilan itu, tubuh kedua ekor ular itu jadi terpental.

Dan waktu itu, suara mendesis telah lenyap. Tetapi tak lama kemudian, terdengar kembali suara mendesis perlahan namun tajam itu.

Dan waktu semua orang mengawasi kearah pintu, justru saat itu mereka melihat lima ekor ular yang sama besarnya dengan kedua ekor ular tadi, tengah merayap masuk keruang dalam.

Tubuh ular2 tersebut berbintik-bintik kuning seperti kemilauan emas, dan juga warna tubuh ular itu kehijau- hijauan-

Maka Wie Lie cinjin waktu melihat jelas tubuh ular itu, jadi berobah mukanya.

"Kim Tok coa (Uiar Racun Emas)" ia berseru dengan suara yang tersendat ditenggorokan.

Memang didalam rimba persilatan dikenal semacam ular yang sangat beracun sekali, yaitu ular yang memiliki bintik2 kuning seperti emas. Dan ular jenis tersebut memiliki "bisa" yang luar biasa, dimana jika seseorang terkena gigitannya dan keracunan "bisa" ular tersebut, tidak lebih dari sepemakanan nasi, tentu akan binasa dengan tubuh yang hangus ke- hitam2an-

Dan ular jenis Kim Tok coa tersebut merupakan ular yang ditakuti oleh setiap orang rimba persilatan, karena ular2 serupa itu memang banyak sekali dipelihara oleh seorang datuk persilatan yang terkenal sekali keganasannya, yaitu Kim coa Tok Kun (pukulan BercCun Ular Emas) Sun cia Piang.

Semua orang rimba persilatan telah mengetahui, bahwa ular- ular Kim Tok coa itu dipelihara oleh Sun cia Piang untuk dipergunakan sebagai senjatanya ataupun juga sebagai barisan ular beraCun yang dipergunakan mengepung lawannya. Sekarang ular-ular itu muncul dikuilnya, tentu saja membuat Wie Lie cinjin dan pendeta yang lainnya jadi terkejut.

Sedangkan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian sendiri, walaupun mereka merupakan pendekar-pendekar muda yang belum begitu lama berkecimpung didalam rimba persilatan, namun mereka pernah mendengar juga mengenai diri Sun cia Piang.

Dengan demikian mereka juga menyadari apa artinya munculnya ular-ular Kim Tok coa tersebut.

Kelima ekor ular tersebut lelah merayap sampai ke ruang dimana Wie Lie cinjin dan yang lainnya berada, Dan kelima ekor ular tersebut telah mengeluarkan suara mendesis yang sambung menyambung. Diruangan itupun seketika tersiar bau amis yang tidak sedap untuk hidung.

Wie Lin cinjin menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya telah melompat dengan gesit, ia menggerak-gerakkanjari tangan kanannya berulang kali. Maka kelima ekor ular itu telah kena disentil terpental keluar ruangan lagi.

Kelima ular tersebut mengeluarkan suara mendesis yang cukup nyaring, karena tampak nya ular-ular itu menderita kesakitan akibat di sendi dengan jari yang diselubUngi oleh kekuatan tenaga Iwekang.

Dengan demikian, kelima ekor ular itu begitu terjatuh dilantai, seketika melingkar-lingkar mengeluarkan suara desisan yang jauh lebih kuat.

Tetapi bersamaan dengan itu, tampak beberapa ekor ular yang sama telah merayap memasuki ruangan itu.

Melihat semua ini Wie Lie cinjin dan yang lainnya jadi berobah mukanya. Dan diwaktu itulah Wie Lie cinjin telah mengibaskan lengan jubahnya dan tubuhnya melompat keruang depan- Gerakannya gesit sekali. Sedangkan tojin2 yang lainnya juga telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat dengan ringan sekali dalam sekejap mata mereka telah berdiri dibelakang Wie Lie cinjin-

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian juga telah melompat keluar, Mereka masing2 masih mencekal pedangnya .

Dengan mata yang tajam Wie Lie cinjin dan lainnya telah mengawasi sekelilingnya. Dari tempat mereka, berada memang menghubungi dengan pelataran kuil, dengan demikian bisa mereka memandang leluasa sekelilingnya.

Tetapi, disaat itu keadaan sunyi sekali tidak terlihat seorang manusiapun juga .

Namun yang terlihat justru suatu pemandangan yang  cukup mengejutkan, yaitu dibawah pohon Siong yang tumbuh didepan kuil tersebut, berjajar barisan ular Kim Tok coa, yang mungkin jumlahnya lebih dari seratus.

Waktu itu ular-ular itu tidak ada seekorpun yang mengeluarkan suara desisan, hanya berdiam diri dengan mengangkat kepalanya, Bau amis yang tersiar santer sekali disekitar tempat tersebut.

Wie Lie cinjin telah mengeluarkan suara perlahan, ia menggumam: "Aneh sekali... apakah Sun cia Piang memang muncul ditempat ini?"

Belum lagi Wie Lie cinjin selesai bergumam begitu, diwaktu yang bersamaan telah terdengar suara tertawa bergelak-gelak dari tempat yang Cukup jauh.

Dan suara tertawa itu panjang sekali tidak putus-putus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengeluarkan suara tertawa itu memiliki sinkang yang kuat dan sempurna.

Muka Wie Lie cinjin dan tojin-tojin lainnya yang mendengar suara tertawa itu, jadi berobah air muka mereka, karena didalam suara tertawa itu mengandung nada yang mengerikan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian sendiri sampai menggidik mendengar suara tertawa tersebut, karena mereka merasakan tetinga mereka seperti tertusuk sakit sekali oleh getaran suara tertawa tersebut.

Dengan demikian segera juga keadaan di kuil itu menjadi sunyi, karena Wie Lie cinjin, Wie Lin cinjin dan wie sin cinjin, semua nya berdiam diri memandang tegang pada pintu kuil, sedangkan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian mencekal pedang mereka kuat2.

Cukup lama juga suara tertawa yang panjang itu terdengar, sampai akhirnya lenyap.

Keadaan jadi sepi dan hening kembali, sedangkan barisan ular itupun masih tetap berdiam ditempat mereka tanpa bergerak dan tanpa mendesis.

Disaat itu, keheningan tersebut dirobek-robek kembali dengan suara orang berkata: "Pendeta-pendeta Kun lun pay keluarlah... temuilah aku,jika memang kalian membandel kalian akan menjadi santapan ularku itu."

Wie Lie cinjin dan yang lainnya tergetar hatinya, suara orang itu seperti juga runtuhnya gunung, sampai terasa genting kuil tersebut seperti bergoyang.

Hal ini membuktikan lwekang orang berteriak tersebut tinggi sekali. Dan sekali mendengar saja Wie Lie cinjin dan yang lainnya telah mengetahui bahwa lwekang orang tersebut jauh berada diatas lwekang mereka.

"Benar-benar Sun cia Piang telah muncul ditempat ini " menggumam Wie Lie cinjin dengan suara agak tergetar.

Datuk persilatan Sun cia Piang memang merupakan momok orang2 rimba persilatan karena orang she Sun tersebut memiliki sikap yang ganas dan mengerikan sekali. Tidak pernah lawannya dibiarkan tetap utuh, jika tidak menemui kematian ditangannya, tentu akan berCacad seumur hidup, Tetapi karena keadaan telah demikian rupa, dan juga Wie Lie cinjin tidak mengetahui entah apa maksud dari Sun cia Piang mencari mereka, ia telah membenarkan diri, dengan mengerahkan lwekangnya, ia berkata: "Apakah yang berkunjung Sun cia Piang Enghiong (orang gagah)?"

Terdengar suara orang mendengus diiringi lagi oleh suara tertawanya yang nyaring.

Dan tahu-tahu sosok tubuh telah berada didalam pelataran kuil tersebut.

"Kalian pendeta2 tak tahu diri. Aku telah memberikan kesempatan agar kalian keluar menyambutku, tetapi kalian tetap berdiri seperti patung disitu, maka sekarang walaupun kalian meminta ampun padaku, tetap tidak akan kuberikan-."

Dan sambil berkata begitu, sosok tubuh tersebut telah mengeluarkan suara tertawa nya lagi yang menyeramkan, tubuhnya sampai tergoncang keras:

Wie Lie cinjin dan yang lainnya telah mengawasi orang tersebut, segera juga mereka melihat jelas seorang manusia dengan wajah mengerikan- Karena muka orang tersebut seperti wajah tengkorak. rusak sekali, dengan tanda Cacad diberbagai tempat, seperti hidung, mata, kening, pipi, dagu dan bagian2 lainnya. Dan Cacad yang terdapat dimukanya itu seperti Cacad bekas gigitan ular.

Walaupun telah sering mendengar nama dan keganasan Sun cia Piang, namun Wie Lie cinjin yang lainnya belum pernah bertemu muka dengan datuk persilatan tersebut. Dan kini setelah melihat wajah Sun cia Piang, mereka jadi bergidik sendirinya.

Begitu juga halnya dengan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian, mereka jadi memandang terpaku kepada datuk persilatan she sun tersebut. Wie Lie cinjin cepat2 merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, ia berkata dengan suara yang berusaha memperlihatkan ketenangan hatinya: "Selamat datang dikuil kami, Sun Enghiong... tentunya kedatangan Sun Enghiong memiliki suatu keperluan dengan kami ?"

Tetapi Sun cia Piang begitu berhenti tertawa telah berkata dengan suara yang parau menyeramkan: "Jika aku tidak memiliki keperluan dengan kalian, untuk apa aku melangkahkan kaki kemari?"

"Keperluan apakah yang menyebabkan Sun Enghiong berkunjung kegubuk kami?" tanya Wie Lie cinjin lagi.

"Aku menghendaki kepala kalian-." menyahuti Sun cia Piang.

"Kepala kami?" tanya Wie Lie cinjin terkejut.

Sun cia Piang mengangguk dengan sikap yang angkuh sekali, ia juga telah mengabulkan tangan kanannya ke tengah udara.

"Ya, aku menghendaki kepala kalian-." kata Sun cia Piang. "Kalian orang2 Kun Lun pay terlalu bertingkah, Aku telah memberikan kesempatan kepada kalian untuk keluar menyambutku tetapi kalian terlalu bertingkah dan tidak mau keluar untuk menyambutku. Maka sekarang aku menghendaki jiwa kalian-.."

Waktu berkata begitu wajah Sun cia Piang tampak bengis dan dingin sekali, apa lagi dengan wajahnya yang rusak mengerikan seperti itu.

Wie Lie cinjin telah menghela napas ia berkata dengan suara yang ragu-ragu: "Kami tak pernah bertemu dengan Sun Enghiong, dan juga kami tidak pernah melakukan suatu kesalahan apapun juga kepada Sun Enghiong, mengapa Sun Enghiong memusuhi diri kami dari pihak Kun Lun Pay?"

Ditanya begitu, Sun cia Piang mendelikkan mata nya. "Aku menghendaki kepala kalian, tidak ada tawar menawar, Dan kalian juga tidak perlu menanyakan apa sebabnya," jawabnya.

Wie Lie cinjin tersenyum pahit, dan kemudian katanya lagi : "Jika memang demikian-baiklah, apakah ada petunjuk dari Sun Enghiong ?"

Sun cia Piang mengangguk.

"Ada, inilah petunjukku "dan setelah berkata begitu, tahu- tahu tubuh Sun cia Piang melompat gesit sekali, gerakannya seCepat kilat dan sulit sekali dilihat jelas oleh pandangan mata manusia biasa. Diwaktu mana tangan kanannya telah diulurkan untuk menarik kepala Wie Lie cinjin-

Walaupun hati Wie Lie cinjin merasa jeri berurusan dengan Sun cia Piang, namun karena ia didesak begitu rupa, maka terpaksa juga ia berkelit dan menggerakkan tangan kanannya menghantam dengan kekuatan lwekang lewat dari telapak tangannya.

Gerakan yang dilakukan oleh Wie Lie cinjin memang bisa menolong dirinya diri Cengkeraman tangan Sun cia Piang, karena tampak datuk persilatan yang ganas itu telah menarik pulang pukulan tangannya.

"Kau memiliki kepandaian yang lumayan rupanya, heh ?" kata Sun cia Piang.

Dan membarengi dengan perkataannya, ia melompat lagi dengan gesit. Kali ini gerakan tangannya melingkar-lingkar, dan diwaktu Wie Lie cinjin menangkisnya, terdengar benturan yang keras sekali.

Yang luar biasa, justru tubuh Wie Lie cinjin telah terpental keras sekali ditengah udara, dan kemudian ambruk diatas tanah dengan keras.

Wie Lin, Wie Sin, wie Lie dan wie To cinjin yang melihat apa yang dialami oleh saudara seperguruan mereka, jadi mengeluarkan suara seruan kaget, serentak mereka melompat mengurung sun cia Piang.

Gerakan mereka ringan, dan mereka juga bukan mengurung dengan berdiam diri. Sebab begitu mereka mengurung, empat pasang tangan bergerak lincah melakukan pukulan kepada Sun cia Piang.

Datuk persilatan Sun cia Piang yang melihat datangnya gempuran pada dirinya, telah menggeser kedudukan kakinya, ia berdiri dengan kaki kirinya, kaki kanannya diangkat, dengan sikap yang mirip dengan jurus "Kim Kee Tok Pit" atau Ayam Emas Berdiri Dengan Kaki Tunggal, tubuhnya berputar cepat sekali seperti titiran dan disaat itulah kedua tangannya digerakkan maka dari kedua telapak tangannya telah meluncur angin yang kuat sekali.

Angin gempuran dari Wie Lin cinjin, wie Lie cinjin, wie To cinjin dan wie Sin cinjin telah tertolak kembali kepada pemiliknya dan tubuh keempat tojin itu telah terpental keras sekali, terbanting diatas tanah.

Dengan demikian keempat tojin itu juga mengeluarkan suara seruan kesakitan, dan cepat2 mereka melompat berdiri kembali Namun mereka tidak langsung melakukan serbuan lagi, sebab mereka telah melihat dalam satu gebrakan itu, bahwa mereka memang bukan menjadi dari Sun cia Piang.

Sun cia Piang juga telah mengeluarkan suara tertawa dingin.

"Seperti telah kukatakan, aku menghendaki kepala kalian..." dan setelah berkata begitu, tubuh Sun cia Piang bergerak lagi dengan cepat ke dua tangannyapun bergerak- gerak ketubuh tojin Kun Lun Pay itu.

Wie Lie cinjin berlima melihat bahwa tubuh lawan mereka bergerak mengelilingi mereka dan merasakan menyambarnya angin gempuran yang dahsyat, dengan cepat kelima tojin tersebut berusaha memusatkan tenaga lwekang mereka dan menangkisnya dengan sepenuh tenaga.

Namun begitu mereka menangkis, justru tubuh mereka sendiri yang telah terpental dan ambruk diatas tanah, dengan demikian, tubuh mereka telah tergempur oleh kekuatan tenaga lwekang sun cia Piang.

Malah ketika kelima tojin tersebut berusaha untuk bangun berdiri, mereka telah memuntahkan darah segar.

Wajah kelima tojin itu jadi berobah pucat dan mereka berdiri dengan kedua kaki yang gemetaran menggigil, seperti juga mereka akan terhuyung rubuh kembali.

Cun Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang melihat keadaan seperti ini jadi memandang dengan wajah yang pucat pias, karena mereka melihat betapa kepandaian dari Sun cia Piang sangat tinggi sekali.

Tetapi diam2 mereka juga bergirang, karena tanpa sengaja dan tidak langsung Sun cia Piang sebagai tuan penolong mereka.

Bukankah dengan terlukanya kelima tojin tersebut, berarti mereka tidak akan memperoleh kesulitan lagi, untuk membebaskan ketiga orang murid Wie-liong-pay yang menjadi saudara seperguruan dari Cung Kiang Bun-

Wie Lie cinjin waktu itu telah merangkapkan sepasang tangannya, ia telah mendekati ke mulutnya, tahu2 bersiul dengan suara yang nyaring.

Dari dalam kuil tahu2 berlompatan keluar belasan tojin yang lincah sekali, semuanya membawa pedang sebagai senjata mereka.

"Sun Enghiong, kami tidak memiliki permusuhan dengan kau, tetapi engkau telah menurunkan tangan yang demikian keras dan kejam kepada kami... dengan demikian, tentu saja kami juga terpaksa harus menghadapi dengan cara yang bisa kami tempuh." Sun cia Piang mengeluarkan suara tertawa dingin.

"Apa artinya belasan murid Kun Lun Pay itu... mereka dengan mudah akan kubinasakan tetapi yang kuperlukan adalah batok kepala kalian berlima." dan setelah berkata begitu, tubuh Sun cia Piang bergerak lincah untuk menerjang kepada Wie Lie cinjin, dan ia juga telah menggerakkan kedua tangannya untuk melakukan gempuran pula.

Wie Lie cinjin menyadarinya, jika dia menangkis dengan mempergunakan kekerasan tentu dirinya yang akan terluka didalam.

Maka dari itu, cepat sekali Wie Lie cinjin tanpa menantikan tibanya sasaran lawan, ia telah berkelit kesamping dan tangan kanannya tahu-tahu bergerak mencabut pedangnya, yang di gerakkan untuk menabas kearah Sun cia Piang, sehingga datuk persilatan itu terpaksa harus membatalkan terjangannya.

Dalam keadaan demikian, tampak Sun cia Piang juga hanya mundur sejenak dan telah menerjang kembali kearah Wie Lie cinjin-

Walaupun Wie Lie cinjin memakai pedang sebagai senjatanya, tampaknya Sun cia Piang sama sekali tidak merasa gentar.

Kun Lun Kiam Hoat atau ilmu pedang dari Kun Lun Pay merupakan ilmu pedang yang dahsyat dan sulit untuk ditandingi, tetapi dimata Sun cia Piang, ia sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap ilmu pedang tersebut. Dengan berani ia telah menerjang maju.

Diwaktu itulah, ketika pedang dari Wie Lie cinjin menyambar kearah pinggangnya, disaat itu ia telah menggerakkan tangan kirinya, menjepit pedang itu dengan kedua jari tangannya, berbareng telapak tangan kanannya menghantam kuat sekali. Wie Lie cinjin yang waktu itu tengah berusaha menarik pulang pedangnya, jadi tidak memiliki kesempatan buat mengelakan diri lagi.

"Bukkk..." terdengar suara yang kuat sekali, dan tubuh Wie Lie cinjin telah terlempar ditengah udara.

Apa yang dialami oleh Wie Lie cinjin benar2 mengenaskan sekali, karena dadanya telah melesak dan tulang dadanya patah dua, akibat kuatnya gempuran yang dilakukan Sun cia Piang, Begitu tubuhnya terbanting diatas tanah pelataran kuil tersebut seketika ia pingsan tidak sadarkan diri.

Saudara2 seperguruan Wie Lie cinjin jadi terkejut melihat apa yang dialami oleh Wie Lie cinjin-

Diwaktu itu, Wie Sin cinjin telah melompat mendekati Wie Lie cinjin, ia memeriksa keadaan saudara seperguruannya tersebut.

Sedangkan wie Lie, Wie Lin dan wie To cinjin melompat mengurung Sun cia Piang, Mereka menyadari bahwa biarpun mereka ber-tiga, tetap bukan menjadi tandingan dari Sun cia Pian- Tetapi melihat saudara seperguruan mereka terluka parah seperti itu, mereka jadi nekad, dan akan mempertaruhkan jiwa mereka untuk menghadapi Sun cia Piang.

Sun cia Piang mengeluarkan suara tertawa yang ber-gelak2 dan ia telah memandang bengis kepada ketiga lojin yang mengurung dirinya.

"Kalian memang harus dibereskan juga ..." katanya dengan suara yang mengerikan.

Tanpa menantikan ketiga pendeta itu sempat ber-kata2 ia telah melompat lagi untuk me lancarkan serangan-

Tetapi belasan lojin yang menjadi adik seperguruan dari Wie Lie cinjin berlima telah loncat maju untuk bantu mengepung datuk persilatan tersebut, yang memiliki tangan begitu ganas.

Pedang mereka juga ber-kelebat2 untuk menikam dan menabas datuk persilatan she Sun itu.

Tetapi Sun cia Piang memang benar2 liehay, karena cepat sekali ia bisa menghadapi keadaan seperti itu dengan gerakan tubuh yang lincah.

Ketika kedua tangannya bergerak, tujuh sosok tubuh dari adik seperguruan Wie Lie cinjin telah terpental dan ambruk ditanah, dalam keadaan pingsan, malah dua orang diantara mereka seketika menghembuskan napas terakhir akibat kuatnya tenaga serangan Sun cia Piang.

Dengan demikian, wie To cinjin dan wie Lin serta Wie Lie cinjin, sudah tak bisa berdiam diri, ia mengeluarkan suara bentakan yang mengandung kemarahan, pedang mereka telah bergerak lincah sekali dan berusaha menikam bagian anggota tubuh Sun cia Piang yang bisa mematikan-

Terpaksa Sun cia Piang harus menghindarkan diri beberapa kali.

Dentingan antara pedang2 murid Kun Lun Pay yang saling bentur itu terdengar nyaring sekali, Dan juga tampak Wie To cinjin sendiri terhuyung mundur dengan muka yang pucat, sebab pahanya telah tergempur dengan oleh pukulan telapak tangan Sun cia Piang. Begitulah, pertempuran yang kaCau telah terjadi seru sekali.

Namun memangnya Sun cia Piang memiliki tenaga lwekang dan kepandaian yang tinggi sekali, dengan demikian ia bisa menghadapi tojin2 dari Kun Lun pay tersebut dengan baik.

Dan lima jurus kemudian wie Lin cinjin telah terpental dan terbanting pula ditanah cukup keras, menyebabkan debu mengepul tinggi. Angin malam yang berhembus dingin seperti juga mengandung hawa pembunuhan yang mengerikan sekali, Dan juga Wie Lie cinjin yang waktu itu belum terserang oleh Sun cia Piang berusaha mengerahkan seluruh kepandaian ilmu pedangnya untuk menikam dan mendesak Sun cia Piang, dibantu oleh sisa dari saudara sepergUruannya yang lainnya.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang menyaksikan pertempuran seperti itu, jadi berdiri mematung.

Malah Hoa Lun Sian telah mencubit lengan Cung Kiang  Bun.

"cung Sieheng, lebih baik kita mencari ke tiga orang saudara seperguruanmu, untuk membebaskan mereka, bukankah ini merupakan suatu kesempatan baik untuk kita ?"

Cung Kiang Bung seperti tersadar dan telah mengiyakan- Mereka berdua segera bergerak untuk masuk keruang dalam kuil.

Namun mata Sun cia Piang tajam sekali, walaupun ia tengah dikurung oleh murid- murid Kun Lun Pay, namun ia bisa melihat gerakan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian-

"Jangan bergerak, tetap berdiri ditempat kalian," bentak Sun cia Piang.

Tetapi Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Siao telah memutar tubuh mereka akan memasuki ruang dalam dari kuil itu.

Melihat bentakannya tidak dilayani oleh ke dua muda- mudi tersebut, Sun cia Piang jadi mendongkol sekali.

Sambil berkelit dari tikaman pedang pada lehernya yang dilakukan oleh Wie Lie cinjin, tampak Sun cia Piang telah menggerakkan kedua tangannya, angin berkesiuran menyambar kearah punggung Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian- Kedua muda mudi tersebut jadi terkejut waktu merasakan punggung mereka berkesiuran angin yang kuat sekali. Mereka berusaha berkelit.

Namun pukulan Pek Kong ciang Sun cia Piang ternyata tidak bisa dikelit oleh kedua muda mudi itu mereka terdorong jatuh dilantai.

Hal ini memperlihatkan bahwa tenaga lwekang yang dimiliki Sun cia Piang memang tinggi sekali, karena dari jarak yang terpisah cukup jauh seperti itu ia masih sanggup merubuhkan Hoa Lun Sian dan Cung Kiang Bun. Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian cepat2 merangkak bangun.

Sun cia Piang sambil berkelit dari tikaman kedua murid Kun Lun Pay telah membentak lagi: "Jika kalian berani meninggalkan tempat ini, kalian akan kubinasakan juga."

Mendengar ancaman Sun cia Piang, Hoa Lun Sian dan juga Cung Kiang Bun jadi bungkam dan berdiri mematung ditempat mereka karena memang mereka telah menyaksikan betapa kepandaian yang dimiliki Sun cia Piang tinggi sekali dan tidak mungkin mereka bisa menandinginya .

Dengan demikian, kedua muda mudi tersebut jadi berdiri diam saja menyaksikan pertempuran yang masih berlangsung.

Sun cia Piang bergerak cepat sekali, disaat ia menghentikan kedua tangannya, maka tiga orang murid Kun Lun Pay telah terpental lagi dengan kuat.

Murid2 Kun Lun Pay itu berusaha mengepung dengan ketat diri datuk persilatan tersebut namun kenyataannya memang Sun cia Piang merupakan jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali,

Wie Lie cinjin yang melihat hal itu, jadi berputus asa, karena yang belum terluka adalah dirinya sendiri. Keempat saudara seperguruan yang memiliki kepandaian sama tingginya dengan dia telah terluka, akhirnya Wie Lie cinjin jadi nekad.

cepat sekali ia memutar pedangnya dan menyerbu tanpa memperdulikan keselamatan dirinya.

Sun cia Piang mengeluarkan suara tertawa dingin, waktu pedang dari Wie Lie cinjin tengah menyambar kearah dirinya, dia telah menyentil dengan jari telunjuknya. Hebat sekali sentilan tersebut.

Karena begitu pedang itu kena disentil, seketika pedang Wie Lie cinjin jadi patah dua.

Dengan demikian, segera terlihat muka Wie Lie cinjin jadi berobah pucat dan seketika ia melompat mundur untuk menjauhi diri dari Sun cia Piang.

Sedangkan Sun cia Piang yang waktu itu tengah berusaha untuk merubuhkan sisa kedua murid Kun Lun Pay, telah menggerakkan kaki kanannya menendang Wie Lie cinjin, sedangkan kedua tangannya berhasil mencengkeram pundak kedua murid Kun Lun Pay yang masih melakukan tikaman kepadanya.

Dengan mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali, terlihat tubuh kedua murid Kun Lun Pay itu telah berhasil dilontarkan oleh Sun cia Piang.

Sedangkan Wie Lie cinjin yang ditendang, berusaha berkelit, tetapi kaki Sun cia Piang seperti juga memiliki mata, karena begitu Wie Lie cinjin bergerak berkelit, ia telah merobah arah sasaran dari serangannya.

Tidak ampun lagi, tubuh wie Lie cinjin jadi terpental karena pahanya telah terkena tendangan tersebut.

Dengan mengeluarkan suara jeritan yang cukup keras, tubuh wie Lie cinjin jadi terbanting diatas tanah. Dengan demikian kelima tojin dari Kun lun pay yang memang sesungguhnya memiliki kepandaian yang cukup tinggi, telah berhasil dirubuhkan oleh Sun cia Piang dalam waktu yang singkat.

Disamping itu, belasan murid Kun Lun Pay yang lainnya juga telah berhasil dirubuhkannya.

Setelah semua lawannya berhasil dilumpuhkan, maka Sun cia Piang melangkah mendekati Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian-

Dengan sinar mata yang tajam sekali ia memandangi kedua muda- mudi tersebut, lalu dengan suara yang parau menyeramkan ia telah berkata dengan suara yang tawar: "Hemmm, kalian bukan murid Kun Lun Pay, mengapa berada disini ?"

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian cepat cepat merangkapkan tangan mereka memberi hormat setelah memasukkan pedang mereka kedalam serangkanya.

"Kami berada ditempat ini untuk menolong tiga orang saudara seperguruan kami yang tertawan oleh orang-orang Kun Lun Pay itu, dengan kedatangan Locianpwe maka berarti kami tidak akan dipersulit lagi oleh orang2 Kun Lun Pay itu " jawab Cung Kiang Bun.

Sun cia Piang tertawa dingin, kemudian ia berkata dengan suara yang tawar: "Kedatangan ku kemari bukan untuk menolongi kalian-.. tetapi justru hanya untuk mengambil kelima batok kepala dari pendeta-pend eta Kun Lun Pay tersebut... sekarang disini kebetulan ada kalian berdua, maka dengan demikian, kalian juga harus dimusnahkan ilmu dan kepandaiannya..."

Mendengar perkataan Sun cia Piang itu, wajah Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian jadi berobah pucat, Kedua muda mudi ini menyadari jika saja datuk persilatan tersebut menurunkan tangan keras dan kejam pada mereka, tentu mereka berdua tidak akan berdaya apa2 menghadapinya. "Ber-siap2lah kalian-.." kata Sun cia Piang dengan suara yang dingin, "Kalian harus dimusnahkan kepandaiannya..." dan setelah berkata begitu, Sun cia Piang melangkah menghampiri Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian berdua, dengan sikap yang mengancam sekali,

Tubuh Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian jadi menggigil ngeri melihat paras muka Sun cia Piang yang menyeramkan-

Tetapi mengetahui bahwa datuk persilatan tersebut hendak memusnahkan kepandaian mereka, tentu saja Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian sama sekali tidak mau berdiam diri.

Waktu Sun cia Piang telah berada dekat dengan mereka, keduanya ber-siap2 untuk melakukan perlawanan

Sun cia Piang tertawa perlahan, tetapi nada suara tertawanya mengerikan sekali.

"Walaupun kalian mengeluarkan seluruh kepandaian kalian hendak melakukan perlawanan percuma saja..." kata datuk persilatan tersebut, yang memiliki tangan ganas sekali.

Bersamaan dengan itu, tubuh Sun cia Piang telah bergerak, ia mengulurkan tangan kirinya untuk menotok tubuh Cung Kiang Bun dan tangan kanannya bergerak hendak menotok tubuh Hoa Lun Sian-

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian yang melihat datangnya bahaya, tidak mau tinggal diam, cepat2 mereka melompat kesamping, untuk menjauhi diri sejauh empat tombak lebih.

Gerakan yang dilakukan oleh Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian memang bisa meloloskan diri mereka dari bahaya yang mengancam itu.

Tetapi bersamaan dengan itu, Sun cia Piang jadi mendongkol dan membarengi melakukan penyerangan lagi.

Kali ini jauh lebih cepat dari yang tadi, kedua tangannya berkelebat untuk mencengkeram punggung Cung Kiang Bun dan Hoa Luu Sian. Cung Kiang Bun mengeluh, mati2an ia berusaha berkelit. Kali ini ia gagal, pakaian dibagian punggungnya telah kena dicengkeram.

Dengan mengeluarkan suara "Breett" pakaiannya dibagian punggung telah robek, dan tubuh Cung Kiang Bun menggelinding ditanah.

Keringat dingin seketika memenuhi tubuh Cung Kiang Bun.

Begitu juga halnya dengan Hoa Lun sian ia berusaha untuk berkelit dari Cengkeraman tangan Sun cia Piang. Gerakan Hoa Lun Sian lebih cepat dari Cung Kiang Bun, maka tak sampai pakaiannya kena dicengkeram, sigadis telah membuang diri menggelinding diatas lantai.

Gerakan kedua muda- mudi tersebut yang bisa menyelamatkan diri mereka dari cengkeraman tangannya membuat Sun cia Piang jadi tambah mendongkol.

"Kalian berusaha melawan, heh ?" tegurnya dengan wajah yang berobah semakin bengis dan tidak sedap dipandang.

Disaat itulah, tubuh Sun cia Piang telah bergerak cepat sekali dan mengulangi lagi gerakan kedua tangannya. Tetapi sekarang ia bukan bermaksud hendak mencengkeram, dia hanya melakukan pukulan dengan kedua telapak tangannya.

Tetapi tenaga pukulan yang dilakukan oleh Sun cia Piang bukan merupakan tenaga pukulan biasa, karena tenaga pukulan tersebut mengandung kekuatan lwekang yang benar2 bisa menghancurkan sebungkah batu gunung yang berukuran besar. Maka dari itu, Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian jadi tidak berani berayaL

Dengan mengeluarkan seruan nyaring, mereka telah membuang diri dan menggelinding dilantai untuk menjauhi diri. sun cia Piang jadi semakin penasaran, telapak tangannya telah menghamtam dinding kuil dengan keras sekali, sehingga dinding itu jebol.

Waktu itu, tampak Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian tengah berusaha untuk berdiri.

Tetapi Sun cia Piang telah melancarkan serangan pula dengan mengerahkan tenaga lwe-kangnya.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang menyadari bahwa diri mereka bukan menjadi tandingan dari Sun cia Piang, cepat2 menjejakkan kaki mereka, tubuh mereka telah melambung tinggi ketengah udara kedinding kuil tersebut.

Kembali serangan Sun cia Piang telah menghantam tempat kosong, yaitu dinding kuil itu, yang kembali jebol oleh kekuatan terjangan lwe kang Sun cia Piang.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian sama sekali tak mau membuang2 waktu lagi, begitu kaki mereka menginjak dinding kuil, segera mereka menjejakkan kaki mereka lagi, maka tubuh mereka bagaikan Capung yang menotok permukaan air, telah melambung keluar kuil.

Gerakan mereka cepat, tetapi lebih cepat lagi gerakan yang dilakukan oleh Sun cia Piang, karena dengan hanya menjejakkan kakinya, tubuh Sun cia Piang seperti juga terbang, telah melewati dinding itu dan tahu2 telah berdiri di hadapan Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian-

Dengan demikian, jalan larinya Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian telah terhadang, dan mereka tidak memiliki kesempatan lagi untuk melarikan diri.

Cung Kiang Bun jadi putus asa, dengan penuh kemarahan berCampur takut ia telah berkata: "Kami tidak memiliki hubungan apapun dengan kau maupun tojin2 dari Kun Lun Pay itu, meng apa justru kami juga dimusuhi olehmu?" Tetapi Sun cia Piang telah berkata dengan suara yang dingin. "Tiga kali kalian bisa menghindarkan diri dari aku, hal itu memang merupakan suatu hal yang cukup mengagumkan umumnya jarang sekali orang bisa menghindarkan diri dari tiga seranganku.... Sekarang kalian harus menerima lagi tiga seranganku, jika memang kalian maSih meloloSkan diri, hal itu membuktikan bahwa Thian melindungi..."

Mendengar perkataan Sun cia Piang, Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian jadi mengeluh, karena mereka menyadari tidak mungkin mereka bisa menghadapi tiga serangan dari datuk persilatan ini.

Karena jika tadi mereka dapat menghindari diri dan menyelamatkan diri mereka dari ketiga serangan Sun cia Piang, semua itu terjadi seCara kebetulan sekali dan nasib mereka masih baik. Pertama2 karena Sun cia Piang waktu itu memang melancarkan serangannya bukan sungguh2.

Sekarang jika memang mereka harus menghindarkan diri lagi dari tiga serangan Sun cia Piang, tentu mereka akan gagal sama sekali, karena justru Sun cia Piang tentu akan melakukan penyerangan dengan sungguh2.

Dengan demikian, tipis harapan mereka bisa meloloskan diri dari Sun cia Piang.

"Kalian sudah siap?" tegur Sun cia Piang dengan suara yang dingin.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun sian berdiam diri saja. Mereka hanya mengawasi Sun cia Piang dengan sorot mata penasaran, karena mereka menyadari bahwa mereka tidak mungkin bisa menandingi kepandaian dari datuk persilatan ini.

Waktu itu Sun Cia Piang tanpa memperdulikan sikap muda- mudi ini, telah mulai menggerakkan tangan kanannya, untuk melakukan penyerangan.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang telah putus asa, segera mencabut pedang mereka. "Baiklah, kami akan mengadu jiwa dengan kau..." kata Cung Kiang Bun dengan suara yang mengandung kemendongkolan yang sangat.

Diwaktu itu, Sun cia Piang telah menggerakkan terus tangannya, angin serangan yang meluncur dari telapak tangannya berkesiuran sangat kuat sekali.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian serentak melakukan tikaman dengan pedang mereka tanpa memperdulikan serangan yang dilakukan oleh Sun cia Piang.

Tetapi pukulan yang dilakukan oleh Sun cia Piang mengandung tenaga lwekang yang kuat karena sebelum  ujung pedang Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian berhasil mengenai tubuh Sun cia Piang, diwaktu itulah tampak tubuh mereka telah tertolak keras sekali dan menggelinding terbanting diatas tanah.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian jadi merintih kesakitan, karena mereka merasakan sekujur tubuh mereka seperti juga telah remuk dan tulang2 mereka seperti juga bercopotan.

Dengan dibarengi oleh suara bentakan yang sangat bengis, tampak Sun Cia Piang telah melompat untuk melakukan serangan pula.

Melihat ini Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang telah terluka didalam jadi mengeluh, karena mereka yakin kali ini mereka tentu akan menemui kematian, atau setidak-tidaknya tentu akan terluka berat.

Dengan demikian, mereka jadi tidak memiliki daya apa-apa lagi, sebab untuk menghindarkan diri juga mereka sudah tidak sanggup, hanya rebah terlentang ditanah dan pasrah menerima nasib saja, mengawasi betapa serangan yang dilakukan oleh Sun Cia Piang telah meluncur datang dekat sekali, akan menghantam batok kepala mereka. Tetapi dalam keadaan yang sangat gawat dan mengkuatirkan untuk keselamatan jiwa Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian, tiba2 berkelebat sesosok bayangan, disertai dengan suara bentakan yang nyaring:

"Tahan.,.!" dan tangan dari sosok tubuh itu telah menangkis tanganpun Cia Piang, ketika itu juga tampak benturan yang kuat sekali telah terjadi, dimana dua kekuatan tenaga lwekang yang tinggi sekali telah saling membentur dan mendesak.

Tubuh Sun Cia Piang tergoncang keras sekali, tampaknya ia kaget juga telah ditangkis oleh suatu kekuatan yang begitu dahsyat, dimana tenaga serangannya seperti juga ditindih.

Sosok tubuh yang baru datang itupun tidak menyangka sama sekali, bahwa tenaga serangan yang dilakukan oleh Sun Cia Piang benar2 tangguh sekali, maka telah membuat kuda2 kedua kakinya hampir tergoyahkan.

Waktu Sun Cia Piang berhasil berdiri tetap ditempatnya dan mengawasi sosok tubuh itu, ia bisa melihat dengan jelas, bahwa orang yang baru datang itu tidak lain dan orang yang memakai topeng merah.

Hoa Lun Sian yang melihat orang bertopeng tersebut jadi berseru girang sekali: "Sin Coa Tung Hiap !"

Dengan kedatangan orang bertopeng merah itu, Siu Coa Tung Hiap, telah membuat Hoa Lun Sian timbul harapan dapat lolos dari tangan Sun Cia Piang, karena Hoa Lun Sian mengetahui betapa kepandaian dari Sin Coa Tung Hiap memang tinggi sekali.

Sedangkan Sun Cia Piang telah berdiri dengan tubuh yang tegak dan mata yang memancarkan sinar tajam sekali, kemudian ia berkata dengan suara yang dingin: "Siapa kau?" Sin Coa Tung Hiap tertawa tawar, lalu dia menyahuti dengan diiringi suara tertawanya itu: "Aku Sin Coa Tung Hiap Gu Piang An...!"

"Hemm, Sin Coa Tung Hiap yang akhir2 ini telah menghebohkan rimba persilatan dengan sepak terjangnya?" tanya Sun Cia Piang dengan suara menyindir.

Dan kemudian ia melanjutkan pula perkataannya dengan sikap yang keras: "Dan aku Sun Cia Piang tidak akan membiarkan orang bertingkah dihadapanku... engkau telah begitu lancang tangan mencampuri urusanku dan berani merintangi maksudku memusnahkan kepandaian kedua orang tersebut maka engkau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu tersebut..!"

Sin Coa Tung Hiap tenang sekali, dia telah berkata dengan suara yang tawar: "Jika memang begitu maksud dari  kau tentu aku tidak akan menampik untuk main2 beberapa jurus dengan kau...!" dan tampaknya Sin Coa Tung Hiap tidak memandang mata kepada Sun Cia Piang, walaupun ia telah mendengar banyak mengenai diri dan keadaan Sun Cia Piang, sebagai datuk persilatan yang memiliki nama terkenal.

Sin Coa Tung Hiap walaupun memperlihatkan sikap tenang, ia telah berwaspada, sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi sekali, tadi satu gerakan saja, ketika mereka telah mengadu kekuatan tenaga Iwekang, Sun Coa Tung Hiap mengetahui bahwa lwekang dari Sun Cia Piang tidak berada dibawah dari tenaga lwe-kangnya.

Sun Cia Piang yang melihat sikap Sin Coa Tung Hiap, jadi mendongkol tanpa mengucapkan sepatah perkataan pula, ia telah bergerak melakukan pukulan yang kuat sekali.

Pukulan yang dilakukannya itu merupakan pukulan yang luar biasa, karena memiliki kekuatan tenaga sinkang yang bukan main dahsyat nya. Sedangkan Sin Coa Tung Hiap yang memang sejak tadi telah bersiap sedia melihat datangnya serangan itu, telah melompat dan menangkis dengan mempergunakan kekuatan yang sangat kuat pula, sehingga tampak dua kekuatan lwekang itu membentur keras dan keduanya telah terhuyung.

Dengan begitu tampaknya mereka memang memiliki kekuatan tenaga sinkang yang berimbang.

Melihat serangannya kembali gagal, Sun Cia Piang telah melakukan pukulan ber-tubi2.

Tetapi Sin Coa Tung Hiap selalu berhasil mengelakkan diri atau menangkisnya, bahwa tidak jarang Sin Coa Tung Hiap balas melakukan penyerangan.

Begitulah mereka telah bertempur sampai dua puluh jurus lebih.

Tetapi untuk Sun Cia Piang, hal itu sudah merupakan peristiwa yang jarang sekali terjadi karena sampai dua puluh jurus lebih ia masih belum berhasil mendesak lawannya.

Setelah gagal sekali lagi melancarkan gempuran kepada Sin Coa Tung Hiap tampak Sun Cia Piang telah merogoh sakunya, ia mengeluarkan seekor ular yang berukuran kurus panjang, kurang lebih setengah tombak.

Ular tersebut berwarna ke-hitam2an dan mengerikan, dengan lidahnya yang terjulurkan panjang ke-merah2an membuktikan sekali lihat saja bahwa ular itu merupakan ular yang sangat beracun.

Dengan mengeluarkan suara mendesis, ular tersebut telah dilontarkan dari tangan Sun Cia Piang, dimana ular itu menyambar cepat sekali akan memangut punggung dari Sin Coa Tung Hiap.

Gerakan ular itu memang cePat sekali, sekali ini tampaknya Sin Coa Tung Hiap tentu akan berhasil dirubuhkan oleh Sun Cia Piang. Tetapi sebagai seorang pendekar yang memiliki kepandaian yang tinggi, tentu saja Sin Coa Tun Hiap tidak berdiam diri saja. Dengan lincah ia telah mengibaskan tangan kanannya.

Angin kibasan tangan Sin Coa Tung Hiap kuat sekali, tubuh ular yang akan menyambar punggungnya itu telah terlontarkan.

Namun ular tersebut merupakan ular yang benar2 aneh sekali, sehingga terlihat betapa ular itu walaupun berhasil dibuat terpental, telah melompat menyambar kembali kepada Sin Coa Tung Hiap.

Sebagai orang yang bergelar Sin Coa (Ular Sakti) dan Tung Hiap (Pendekar Tongkat), tentu saja Sin Coa Tung Hiap mengerti mengenai watak ular.

Setelah melihat ular itu dibuat terpental dan tahu-tahu ular yang sedang melayang ditengah udara itu bukannya menyambar kearah tubuh Sin Coa Tung Hiap malah telah menyambar menurun, turun ditanah kemudian menari-nari!

Keadaan seperti ini mengejutkan Sun Cia Piang, sehingga ia mengeluarkan suara seruan tertahan.

Dalam keadaan demikian, Sin Coa Tung Hiap tidak menghentikan siulannya, yang terus juga bersiul nyaring sekali, dimana ular itu me-nari2.

Dan bukan hanya ular tersebut yang me-nari, karena ratusan ekor ular yang sejak tadi berdiam dihalaman kuil tersebut, telah ikut me-nari2, terpengaruh oleh suara siulan tersebut.

Keadaan ini membuat Sun Cia Piang benar-benar jadi kelabakan, ia telah mengeluarkan suara bentakan2 untuk menguasai barisan ular itu.

Tetapi usahanya itu tampak menemui kesulitan karena diwaktu itu tampak ular2nya lebih mematuhi suara siulan Sin Coa Tung Hiap. Melihat ini, tampak Sun Cia Piang jadi kelabakan, dengan gusar ia mengeluarkan suara bentakan dan tubuhnya melompat dengan gesit menerjang kepada Sin Coa Tung Hiap.

Beruntun tampak Sin Coa Tung Hiap harus mengerahkan tenaga sinkangnya, karena ia memang memiliki kesulitan juga jika harus bersiul terus, dimana tenaga dalamnya akan terpecahkan.

Dengan demikian, terpaksa siulannya dihentikan dan ia menggerakkan kedua tangannya memberikan perlawanan.

Dalam saat-saat seperti itu, Sun Cia Piang tidak mau memberikan kesempatan bernapas kepada Sin Coa Tung Hiap, bertubi-tubi ia telah melancarkan serangannya.

Begitulah, kedua orang yang masing-masing memiliki kekuatan tenaga lwekang sama tinggi-nya, dalam puluhan jurus tampak telah terlibat dalam pertempuran yang menentukan.

Sun Cia Piang sebagai seorang datuk persilatan yang memiliki nama sangat terkenal sejak puluhan tahun yang lalu, jadi semakin penasaran setelah melihat lima puluh jurus lewat begitu saja tanpa bisa mendesak lawannya.

Dengan demikian, ia telah menambah kekuatan tenaga sinkangnya dan melakukan penyerangan yang lebih kuat. Angin serangan dari kedua orang yang tengah bertempur tersebut berkesiuran sangat kuat sekali, men-deru2 keras dan debu telah berterbangan dengan keras bergulung ketengah udara.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang telah berhasil bangun, berdiri dengan tubuh yang menggigil menahan sakit karena waktu itu justru mereka telah terluka cukup parah akibat serangan yang dilakukan Sun Cia Piang. Sedangkan Cung Kiang Bun sendiri sambil berdiri begitu, telah mengatur jalan pernapasannya ia berusaha memulihkan jalan pernapasannya tersebut.

Di antara berkesiuran angin serangan dari kedua orang yang tengah saling terjang tersebut tampak Sin Coa Tung Hiap beberapa kali harus berusaha menghindarkan diri dari pagutan ular berbisa yang selalu menuruti perintah Sun Cia Piang.

Tetapi Sin Coa Tung Hiap memang benar2 memiliki kepandaian yang tinggi sekali, ia tidak menjadi gugup walaupun diserang ber-tubi2 oleh Sun Cia Piang.

Beberapa orang pendeta Kun Lun Pay tampak telah ada yang bisa berdiri.

Wie Lie Cinjin juga tersadar dari pingsan, ia duduk bersemedhi untuk mengatur jalan pernapasannya.

Begitu juga halnya dengan Wie bLie dan Wie Lind Cinjin, telah akeluar kuil, unbtuk menyaksikan pertempuran yang tengah berlangsung antara Sun Cia Piang dan Sin Coa Tung Hiap, pertandingan kedua orang tersebut memang semakin lama semakin seru, karena tenaga sinkang yang mereka pergunakan itu semakin kuat.

Dengan demikian, baik Sin Coa Tung Hiap maupun Sun Cia Piang, sama2 berlaku waspada sekali disamping selalu memusatkan seluruh kekuatannya untuk mendesak lawan mereka.

Sun Cia Piang sendiri heran melihat betapa Sin Coa Tung Hiap dapat mempertahankan diri begitu lama dari serangan2nya. Mereka telah bertempur lebih dari seratus jurus.

Sedangkan Sin Coa Tung Hiap, yang sejak berkelana dalam rimba persilatan dan belum pernah bertemu lawan dan tandingan, kini justru tidak bisa mendesak Sun Cia Piang, dimana mereka hanya bisa saling menangkis ataupun juga melancarkan serangan balasan tanpa hasil, keduanya tampak seperti berimbang.

"Rupanya datuk persilatan ini memang memiliki nama yang tidak kosong !" berpikir Sin Coa Tung Hiap didalam hatinya dan ia berlaku semakin hati-hati.

Cung Kiang Bun dan Hoa Lun Sian yang menyaksikan pertempuran itu jadi berdiri bengong ditempat mereka masing2, karena mereka sendiri kagum sekali melihat betapa kedua orang yang memiliki kepandaian begitu tinggi bertanding demikian luar biasa.

Dan Cung Kiang Bun sendiri menyadari bahwa dirinya masih belum memiliki kepandaian yang berarti, karena dibandingkan dengan kepandaian kedua orang itu, jelas ia tak berarti apa2 lagi dari kepandaiannya juga tidak ada sepersepuluhnya dari kepandaian Sun Cia Piang dan Sin Coa Tung Hiap.

Hoa Lun Sian telah menarik lengan Cung Kiang Bun sigadis berkata dengan suara yang parlahan sekali, seperti berbisik: "Kita pergunakan kesempatan ini untuk melarikan diri . .!"

Cung Kiang Bun menggelengkan kepalanya. "Tidak..!" sahutnya.

"Mengapa?"

"Kita tidak bisa meninggalkan btuan penolong kdita begitu sajaa . . !"

"Tetapi jika sampai Sin Coa Tung Hiap dirubuhkan oleh Sun Cia Piang, tentu kita akan memperoleh kesulitan pula, walaupun disaat itu kita hendak melarikan diri, tentu sudah bisa.!"

Tetapi Cung Kiang Bun tetap menggelengkan kepalanya dan dia tetap ingin menyaksikan jalannya pertempuran kedua tokoh persilatan yang memiliki kepandaian tinggi itu. Sedangkan Sin Coa Tung Hiap waktu itu merasakan dirinya memang mulai terdesak oleh gulungan tenaga sinkang Sun  Cia Piang yang mulai melakukan serangan dengan kekuatan sinkang yang lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya.

Per-lahan2 Sin Coa Tung Hiap mulai sibuk, selain berkelit dan menangkis serangan2 Sun Cia Piang, juga ia sibuk sekali menghadapi pagutan dari ular2 peliharaan Sun Cia Piang.

Dengan demikian, pertempuran tersebut benar2 meletihkan sekali buat Sin Coa Tung Hiap, sedangkan Sun Cia Piang sendiri masih terus melakukan serangan yang mengandung ke kuatan sinkang yang tidak pernah mengendor.

Dengan demikian, pertandingan yang tidak berkesudahan itu, berlangsung terus, Sun Cia Piang juga yakin, jika ia bertempur dengan cara demikian terus, yaitu dengan dibantu oleh pasukan ularnya, tentu akan membuat Sin Coa Tung Hiap akhirnya kehabisan napas, dan letih dengan sendirinya, diwaktu itu tentu ia bisa merubuhkan lawannya tersebut.

Tetapi Sun Cia Piang juga menyadari bahwa lawannya ini bukan lawan yang lemah, di mana kepandaiannya memang berimbang dengan kepandaiannya, walaupun ia mendesak terus menerus, namun setiap serangannya selalu diperhitungkan baik-baik.

Sin Coa Tung Hiap yang melihat dirinya mulai jatuh dibawah angin, beberapa kali berusaha untuk mendesak agar Sun Cia Piang tidak bisa terlalu keras mendesaknya.

Dengan demikian segera terlihat mereka telah berimbang kembali, Tetapi gangguan dari ular-ular peliharaan Sun Cia Piang yang terus menerus melakukan pagutan kepadanya, membuat perha tian Sin Coa Tung Hiap sering terpecahkan, ini merugikan sekali baginya.

"Kepandaian yang baik..!" memuji Sun Cia Piang waktu suatu kali Sin Coa Tung Hiap melompat ke tengah udara berkelit dari pukulan telapak tangan Sun Cia Piang, dan kedua kakinya digerakkan, menrotol kepala duat ekor ular yangq segera hancur rterkena totolan ujung kaki Sia Coa Tung hiap. Tetapi sambil memuji begitu, Sun Cia Piang juga telah menggerakkan kedua tangannya, mendesak Sin Coa Tung Hiap.

Waktu tubuhnya telah turun ketanah, dan juga serangan Sun Cia Piang hampir tiba, tangan kanan Sin Coa Tung Hiap merabah pinggangnya, dia telah mencabut keluar sebatang tongkat yang berukuran pendek sekali.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar