Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 09

Jilid 9

MATAHARI pagi tampak baru memancarkan sinarnya yang belum begitu kuat. Dan waktu itu dijalan Sie-cung antara kota Ming-kwan dan kota Miu-te, tampak serombongan pasukan tentara negeri tengah ber-iring2an panjang sekali, karena jumlah mereka mungkin hampir seribu orang.

Dimuka barisan itu tampak seorang panglima perang yang berpakaian perang gagah sekali, menunggang seekor kuda berwarna kuning, tengah berjalan dengan tenang dan wajahnya yang angker memperlihatkan bahwa ia bukanlah seorang panglima yang lemah, karena tentunya ia memiliki kepandaian dan kekuatan yang berarti.

Dimuka sekali dari barisan tersebut, terpisah lima tombak dari panglima perang itu, terdapat seorang tentara yang membawa sebuah panji, yang bertulisan "Barisan Kerajaan."

Dengan adanya bendera tersebut, memang hendak dimaklumi agar para penjahat yang sering melakukan pekerjaan berdagang tanpa modal, tidak mengganggu barisan kerajaan tersebut.

Diwaktu itu salah seorang tentara negeri yang berjalan diluar barisan, telah ber-lari2 menuju kesebuah  kereta berkuda yang sedang mereka kawal, yang berada di-tengah2 barisan.

Tentara ini, yang berpakaian ringkas menyoren sebatang golok. tampak gagah dan dari tindakan kakinya, ia memiliki kepandaian yang tidak rendah.

Disingkapnya tirai jendela kereta tersebut, ia melongok kedalam, dan tersenyum puas, karena rupanya isi kereta itu masih tetap utuh.

Tentara ini kembali ketempatnya dibelakang kereta, sedangkan barisan itu berjalan terus dengan iring2an yang panjang. Dan waktu itu, tampak barisan itu hendak dibagi menjadi dua rombongan, karena memang mereka menjaga kalau2 timbul gangguan dari para perampok yang ingin merampas kereta kawalan mereka. Setelah tiba disebuah tikungan jalan yang cukup luas, barisan tersebut memecah diri menjadi dua bagian, yang sebagian melingkari kereta tersebut, sedangkan yang sebagian lagi berjalan mengiringi dari belakang, dan sebagian kecil berjalan lebih dulu dimuka.

Hal ini diambil oleh panglima perang tersebut, karena ditempat ini memang sering terjadi perampokan.

Sedangkan tentara yang tadi membuka tirai jendela dari kereta berkuda itu, telah berjalan disisi kereta dengan tangannya ber-siap2 mencekal batang goloknya, yang siap untuk dicabut dan dipergunakan jika menghadapi bahaya.

Dilihat dari sikap barisan tentara kerajaan tersebut, tampaknya kereta yang tengah mereka kawal merupakan kereta yang memiliki isi penting sekali. Dan disamping itu, memang tampaknya kereta tersebut merupakan pengangkutan barang yang sangat mereka utamakan, di mana barisan tersebut merupakan barisan tentara negeri yang panjang sekali.

Sedangkan panglima perang yang berpakaian baju perang lapis besi itu, bersikap lebih waspada, sikapnya yang tenang seperti tadi tidak terlihat lagi, karena sepasang matanya telah mengawasi sekelilingnya dengan mencilak kesana kemari dengan sikap berwaspada.

Keadaan seperti ini memperlihatkan barisan tentara kerajaan itu rupanya tengah mempersiapkan diri dari tangan2 kotor para perampok. walaupun mereka tidak yakin ada kaum Liok-lim yang berani membentur barisan mereka, namun kewaspadaan seperti itu tidak mereka lenyapkan, karena mereka kuatir kalau-kalau mereka gagal mengawal kereta tersebut, yang bisa membuat mereka celaka menerima hukuman yang berat dari pihak atasan mereka.

Barisan kerajaan ini telah melewati tikungan jalan yang cukup tajam. Diwaktu itu, dari kejauhan jurusan depan mereka, berlari seekor kuda berbulu putih, yang mendatangi dengan cepat sekali.

Diatas punggung kuda itu tampak menggemblok seorang pemuda berusia dua puluh tahun lebih, berpakaian serba putih, seperti seorang siaucai (pelajar)

"Buka jalan... buka jalan..." teriak pemuda baju putih itu sambil melarikan terus kudanya cepat sekali.

Pasukan kerajaan yang melihat ini jadi curiga, mereka segera berwaspada sambil bersiap siap untuk menghadapi sesuatu. sebagian dari mereka memang membuka jalan, namun terpisah jaraknya cukup jauh dari kereta yang tengah mereka kawaL

Kuda putih itu lewat dengan cepat sekali, dan waktu melewati barisan tersebut, pemuda berpakaian serba putih tersebut memperdengarkan suara tertawanya yang perlahan dan sinis, matanya juga melirik kepada kereta yang tengah dikawal oleh tentara kerajaan.

Melihat ini, panglima perang itu yang berusia belum begitu tua, jadi curiga, ia berkata kepada bawahannya yang berada didekatnya. "Kita harus hati-2, tampaknya pemuda baju putih itu utusan dari kaum Lioklim..."

Bawahannya segera menyampaikan pesan pimpinan mereka kepada pasukan lainnya.

Segera mereka bersiap siaga menjaga kereta tersebut, dan juga waktu itu mereka sebagian telah mencabut senjata masing2, untuk bersiap siaga.

Perjalanan dilanjutkan.

Tetapi baru jalan dua lie lebih, kembali dari arah depan mereka berlari seekor kuda lagi, Kuda itu berbulu coklat tua, dan penunggangnya seorang gadis berusia dua puluh tahun, berpakaian cukup mewah. Sambil melarikan kudanya dengan cepat dan pesat sekali, gadis tersebut berteriak2: "Buka jalan... buka jalan..."

panglima perang yang menjadi pemimpin barisan tersebut jadi mendongkol sekali, karena segera ia yakin bahwa wanita inipun merupakan mata2 dari kaum Lioklim yang tengah memperhatikan dan menyelidiki kekuatan dari barisan tentara kerajaan tersebut.

Tetapi karena gadis itu memang melarikan kudanya cepat sekali, dengan sendirinya tidak bisa ditahan. juga barisan dari kerajaan tersebut telah membuka jalan.

Gadis itu waktu lewat disamping kereta telah menoleh kepada kereta itu dan memperdengarkan suara tertawa tawarnya.

Sebetulnya jika memang panglima perang itu memerintahkan anak buahnya mengepung gadis itu, bisa saja ia menahannya, namun justru ia kuatir nanti timbul bentrokan dengan kaum Lioklim lebih keras dan sulit diatasi. Maka itu dibiarkannya gadis tersebut berlalu, lenyap dengan kuda tunggangannya.

Sedangkan iring-iringan kerajaan tersebut telah melakukan perjalanan mereka lagi. Dalam keadaan demikian, mereka semakin berwaspada.

Tidak berapa lama kemudian, telah lewat lagi beberapa orang penunggang kuda, dengan sikap yang sama, yaitu selalu mengawasi kereta yang dikawal itu sambil memperdengarkan suara tertawa yang manis.

juga tidak jarang orang yang telah lewat itu kembali lagi dari arah belakang barisan tersebut.

Dengan cara mereka yang mondar ma ndir seperti itu tentu saja membuat panglima perang dan barisannya tambah curiga dan berwaspada. Sedangkan barisan kerajaan ini telah tiba di mulut sebuah lembah. Segera panglima perang pemimpin barisan itu memberikan perintahnya, untuk mengatur bentuk dan kedudukan barisan itu, dengan demikian jika terjadi sesuatu, bisa melindungi kereta yang mereka kawal

Dan barisan tersebut telah dipecah menjadi delapan lapis, mereka telah mempersiapkan diri untuk menerima terjangan dari kaum Liok lim manapun juga , Dengan delapan lapis seperti itu, jelas sulit sekali orang menerjang masuk kedalam lingkaran dari kereta yang dilindungi. Terlebih lagi dibarisan paling depan dilengkapi dengan panah.

Namun dilembah tersebut tidak terjadi sesuatu apapun juga

, tidak terlihat ada seorang manusiapun selain barisan iring- iringan tentara kerajaan itu.

Dalam kesunyian dilembah itu, terdengar samar2 suara seruling yang mengalun membawakan sabuah lagu yang lemah gemulai, lagu percintaan.

Mendengar suara seruling itu, wajah panglima perang tersebut jadi berobah, ia memang telah cukup berpengalaman dan sebelum memasuki tentara kerajaan, ia merupakan seorang tokoh Kangouw (sungai telaga) yang memiliki banyak pengalaman.

Mendengar suara seruling itu, ia mengetahui bahwa pihak perampok akan segera mulai bekerja.

Maka ia memerintahkan bawahannya untuk ber-siap2 lebih ketat lagi, dan melarang mereka tidur, semuanya harus berada dalam keadaan siap sedia.

Menjelang tengah malam, di lembah tersebut, dimana pasukan kerajaan ini beristirahat tampak sunyi dan sepi sekali, hanya terdengar suara ringkik dari kuda-kuda yang tengah mengamuk atau memakan rumput.

Waktu itu, angin sangat dingin, malam kian larut dan gelap. Banyak tentara kerajaan yang telah menyalakan api, untuk menerangi keadaan disekitar tempat tersebut, Tetapi sinar api itu tidak cukup menerangi luas lembah itu.

Sehingga sebagian tempat masih gelap pekat dan tidak terlihat seorang manusiapun juga .

Tiba-tiba terdengar kembali suara seruling yang semakin nyaring dan nyata. Irama seruling itutetap merupakan lagu percintaan-

Dengan demikian, panglima perang yang  memimpin barisan tersebut mengetahui, bahwa kaum Lioklim yang tengah mengincer kereta iring-iringan mereka kian dekat juga dan mereka mungkin akan segera turun tangan.

Belum lagi selesai ia mengatur anak buah nya, justru diwaktu itu terlihat betapa dua orang penunggang kuda telah berlari mendatangi

Dan waktu itu pula, terdengar salah seorang diantara mereka berteriak dengan suara yang nyaring: "Jika memang kalian ingin meninggalkan lembah ini masih dalam keadaan hidup, tinggalkan kereta itu..."

Panglima perang tersebut tidak menyahuti, hanya mengangkat tangannya memberi isyarat kepada beberapa orang bawahannya, maka tampak beberapa orang penunggang kuda dari pasukan kerajaan itu melarikan kudanya mengejar kedua orang tersebut, yang telah membalikkan kuda mereka berlari kearah jurusan dari mereka mendatangi.

Setelah mengejar sekian lama, belasan tentara negeri itu kehilangan jejak dan mereka kembali kepasukan mereka memberikan laporan- Tampak panglima perang tersebut telah membanting2 kakinya. "Tampaknya kita memang harus berurusan dengan para perampok..." katanya kemudian-Dan segera ia memerintahkan semua anak buahnya mempersiapkan senjata masing2.

Pengawal kereta kawalan mereka diperketat dan juga telah dijaga dengan penuh perhatian, sulit untuk seekor nyamukpun menembus penjagaan itu.

Setelah mengadakan penjagaan sekian lama, akhirnya tampak beberapa orang penunggang kuda mendatangi dengan cepat.

Terpisah dari jarak yang cukup jauh, mereka berteriak nyaring: "Jika kalian masih ingin hidup meninggalkan lembah ini, kalian harus meninggalkan kereta itu..."

Tetapi ketika barisan tentara negeri melakukan pengejaran, justru mereka telah melarikan kuda tunggangan mereka dengan cepat.

Keadaan demikian membuat tentara negeri itu jadi penasaran dan melakukan pengejaran terus.

Namun akhirnya mereka kehilangan jejak terpaksa mereka kembali keinduk pasukan-Sebab jika mereka mengejar terus, mereka kuatir nanti diserang membokong oleh para perampok itu.

panglima perang tersebut jadi tambah mendongkol, ia yakin bahwa para perampok tersebut akan bekerja malam ini juga .

Maka dengan mengadakan penjagaan yang ketat, ia bersedia menerima serbuan dari para perampok tersebut.

Keadaan seperti ini akhirnya membuat panglima perang itu bersama dengan pasukannya mengadakan penjagaan dengan penuh kekuatiran. Sebab jika sampai mereka lengah dan pasukan dari kaum perampok yang tentunya merupakan orang2 memiliki kepandaian silat yang tinggi, akan menyerbu dengan mudah.

Dalam kesunyian malam, suara seruling terdengar semakin jelas, Dan dari atas tebing, tampak berdiri sesosok tubuh ditepi tebing itu, dengan pakaiannya yang ber-kibar2 tertiup angin, sikapnya agung sekali, dalam kesamaran malam, orang tersebut tampaknya mengenakan pakaian seperti seorang siucai, namun wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas.

Suara seruling lenyap. pelajar diatas tebing menggerak2kan seruling yang dipegang oleh tangan kanannya. sambil katanya dengan suara yang nyaring : "Dengarlah baik2, jika memang kalian ingin meninggalkan lembah itu dengan selamat, kalian harus meninggalkan kereta tersebut. Aku memberikan kesempatan kalian meninggalkan lembah sebelum menjelang fajar."

suara orang itu terdengar jelas sepatah demi sepatah, seperti menggema didalam lembah tersebut, walaupun ia terpisah ditempat yang jauh dan tinggi, namun disebabkan ia bicara dengan disertai tenaga Iwekangnya, sehingga bisa terdengar dengan jelas.

Panglima perang tersebut memperdengarkan suara tertawanya yang nyaring, ia menyahuti: "Aku Khuang ciu Hun tidak mengetahui bahwa Tai-ong (raja rampok) berdiam ditempat ini sehingga belum datang mengunjuk hormat, harap sikap kami ini dimaafkan-.. tentu setelah selesai melakukan tugas, aku Khuang cau Hun akan melaporkan segala kebaikan Tai-ong kepada Kaisar.."

Pelajar diatas tebing itu memperdengarkan suara tertawanya yang cukup nyaring, katanya: "Tidak perlu kalian mengunjuk hormat lagi padaku, tetapi yang terpenting kalian pergi meninggalkan lembah ini tanpa membawa serta kereta berkuda.. itupun telah lebih dari cukup karena kami hanya menghendaki kereta berkuda itu..." "Tetapi Tai-ong..." Khuang ciu Hun dengan suara yang bimbang.

"Hemm, tidak perlu banyak bicara, jika kalian terlambat meninggalkan lembah itu menjelang fajar, kalian akan binasa semuanya... di-seluruh lembah aku telah pasang delapan puluh alat peledak. . "

Mendengar perkataan pelajar itu, dengan mempergunakan iwekangnya, Khuang ciu Hun menyahuti: "Apakah kalian tidak takut terkena amarah Kaisar, dimana kalian berani mengganggu barisan kerajaan..^ bukankah dengan demikian kalian seperti juga pemberontak.."

"Jangan berkata begitu, tidak ada gunanya, kami tidak bisa digertak oleh kalian dengan menjual nama Kaisar kalian- Kami menginginkan kereta berkuda itu. Titik. Dan kalian harus meninggalkan lembah itu sebelum menjelang fajar, Terserah kepada kalian, jika memang ingin hidup terus dan menikmati keindahan alam bumi ini, kalian harus meninggalkan kereta berkuda itu, tetapi jika memang kalian sudah bosan hidup, silahkan kalian membawa kereta tersebut, tetapi jika terjadi begitu, yang jelas kalian tidak seorangpun yang akan hidup "

Mendengar ancaman seperti itu, jelas membuat Khuang ciu Hun jadi mendongkol.

la juga memiliki kepandaian yang tinggi, karena itu waktu  ia memasuki barisan tentara kerajaan, ia segera memperoleh kedudukan yang tinggi, sekarang ia merupakan salah seorang pengawal istana yang paling diandalkan oleh Kaisar.

Dengan kepandaiannya yang tinggi itu, maka ia diserahi tugas untuk memimpin iring2an dari pengawal kereta berkuda tersebut.

"Baiklah," kata Khuang ciu Hun. "Jika memang demikian keinginan kalian, katakan, apa yang kalian inginkan dan siapa kalian sebenarnya, dari golongan mana dan ada hubungan apa dengan orang yang didalam kereta berkuda itu.." Dan setelah bertanya begitu, tampak Khuang ciu Hun mengawasi dengan sorot mata yang tajam. Sedangkan pelajar diatas tebing itu berkata dengan suara yang nyaring:

"Semua itu tidak perlu kau ketahui, yang pasti kalian harus meninggalkan lembah ini sebelum menjelang fajar " Khuang ciu Hun tertawa dingin-

"Apakah kalian tidak kuatir akan menerima hukuman dari kerajaan ?" tanyanya dengan suara yang dingin.

"Eng kau tidak perlu me-nakuti2 kami dengan gertakan seperti itu. karena kami sebelum bekerja telah memikirkannya jauh2 dan matang sekali, tidak mungkin kami bekerja jika memang kami jeri terhadap Kaisar kalian "

Mendengar perkataan orang itu, Khuang ciu Hun berkata sengit : "Baik, mari kau turun, mari kita bercakap-cakap dulu "

"Tidak perlu " menyahuti orang itu. "Yang terpenting aku telah menjelaskan duduk persoalannya, jika memang kalian belum meninggalkan kereta berkuda itu dan berlalu dari lembah sebelum menjelang fajar,jiwa kalian sulit kami pertanggung jawabkan "

"Waktu berkata sampai disitu, si pelajar diatas tebing tersebut mengangkat serulingnya, ia mulai meniupnya, melagukan Sebuah lagu perCintaan-

Irama seruling itu demikian lembut dan nyaman dalam keheningan malam yang ada, tetapi didalam nada yang  lembut seperti itu terdapat nada kekerasan, mengandung hawa nafsu membunuh.

Khun ciu Hun berdiri menjublek sejenak lamanya, jika dilihat dari gerak-gerik dan kata kau pelajar itu, tampaknya memang rombongan perampok tersebut telah menyusun kekuatan yang besar, karena mereka rupanya tidak jeri menghadapi barisan tentara kerajaan yang berjumlah seribu orang lebih ini. Segera Khuang ciu Hun memanggil orang2 yang menjadi kepercayaannya, yaitu lima orang tentara yang menduduki tingkat cukup tinggi dan terutama sekali mereka yang memiliki kepandaian silat yang lumayan.

Masing2 merupakan orang2 rimba persilatan yang memasuki barisan tentara negeri guna memperoleh psngkat dan harta.

Sedangkan saat itu tampak disebelah atas tebing telah membubung asap yang tinggi sekali dan tebal, disusul oleh kobaran api yang memerah. Muka Khuang cie Hun berobah.

"Mereka mulai bekerja, . ." katanya.

Diwaktu itu tampaknya memang mereka telah ber-siap2 menerima terjangan dari para perampok.

Tetapi yang dikuatirkan oleh Khuang ciu Hun adalah ancaman yang diberikan oleh pelajar itu yang mengatakan bahwa didalam lembah tersebut telah dipasang bahan peledak.

Dengan demikian telah membuat Khuang ciu Hun harus berpikir dua kali untuk membentuk barisan pengawalan yang ketat mengadakan pertahanan dilembah tersebut.

Tetapi sebagai seorang Kangouw yang berpengalaman, ia menduga bahwa pelajar itu hanya ingin mempergunakan gertakan belaka, karena jika memang pelajar itu dan orang2nya memiliki kekuatan yang bisa menandingi kekuatan pasukan kerajaan yang dipimpinnya, tentu mereka telah menyerbu dan tidak mengancam seperti itu. Dengan kekerasan mereka akan menyerbu merebut kereta berkuda itu.

Keadaan seperti ini membuat Khuang ciu Hun akhirnya memutuskan untuk berdiam terus dilembah ini. Karena begitu mereka keluar dari lembah, pertahanan mereka akan lemah, sebab mulut lembah yang satunya itu tidak begitu luas, berarti pasukannya harus melakukan perjalanan dengan ber-iring2an, dengan demikian kereta berkuda itu dikawal hanya dua lapis saja.

Semua pasukan kerajaan telah mempersiapkan senjata mereka masing2 dan memandang sekeliling mereka dengan sikap yang berwaspada, karena sewaktu2 bisa orang2 Lioklim itu muncul dari tempat yang tidak terduga dan akan menyerbu mereka. Waktu berjalan terus... dan sang fajar akan segera tiba.

Sedangkan beberapa orang tentara negeri yang menjadi bawahan Khuang ciu Hun selalu bergiliran menyingkap tirai jendela kereta itu untuk melihat apakah orang yang berada didalam kereta tersebut masih ada, setelah melihat bahwa tidak kurang suatu apapun didalam lembah itu, maka mereka tersenyum puas, walaupun mereka tetap diliputi ketegangan, karena memang diwaktu itu tampaknya segera akan terjadi pertempuran yang sengit, begitu gerombolan para perampok melancarkan serangan.

Waktu berlalu terus dengan tetap dan pasti dan diufuk timur terlihat sinar yang memerah menunjukkan bahwa tidak lama lagi fajar akan menyingsing. Justru waktu itu, dari kejauhan terdengar suara ledakan yang cukup nyaring. Hal itu mengejutkan Khuang ciu Hun dan bawahannya, mereka mengawasi kesekelilingnya.

Dalam detik2 itu pula dari empat penjuru tampak berkelebat2 ratusan sosok tubuh dengan gerakan yang cepat sekali ada yang turun dari tebing tinggi, ada yang melompat keluar dan tempat-tempat yang gelap, mereka semuanya mempergunakan senjata tajam dan melakukan penyerangan, suara mereka berisik sekali.

Daiam waktu sekejap mata telah terjadi pertempuran, sinar senjata tajam ber-kelebat2 dengan cepat sekali, dan juga dalam waktu yang singkat telah berjatuhan korban yang  cukup banyak. Suara jeritan dan bentakan terdengar terus- menerus dengan riuh sekali.

Khuang ciu Hun sendiri dengan mempergunakan sebatang golok telah mengamuk.

Dalam waktu singkat ia berhasil merubuhkan sembilan orang lawannya, yang rebah berlumuran darah.

Bagaikan seekor singa yang terluka, ia mengamuk terus dengan goloknya itu.

Para perampok yang menyerbu datang itu umumnya orang2 rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang tinggi, sehingga membuat pertempuran itu menjadi arena pertandingan yang menimbulkan korban banyak sekali dan banjir darah dilembah itu.

Pertempuran itu berlangsung terus dalam waktu yang cukup lama, kedua pihak mempertahankan diri, Pihak satunya berusaha untuk merebutnya, menguasai kereta kawalan itu.

Pertempuran itu menelan korban ratusan orang, yang mengalami kerusakan parah sekali adalah pasukan tentara negeri itu umumnya hanya mengerti ilmu perang dan tidak mengerti silat.

Dengan cepat para perampok yang berjumlah ratusan orang itu berhasil merubuhkan ratusan orang tentara negeri.

Khuang ciu Hun melihat, jika memang pertempuran ini berkepanjangan terus, tentu berakibat buruk untuk pasukannya.

Ia mengeluarkan perintah untuk mempertahankan diri saja disekitar kereta berkuda itu, dengan barisan pemanah didepannya.

Mereka telah membagi diri menjadi delapan lapis bentuk lingkaran disekitar kereta kawalan mereka. Dengan demikian telah membuat para perampok itu memperoleh kesulitan untuk menerobos mendekati kereta itu.

Sedangkan pertempuran masih berlangsung terus, setiap anak panah yang dilepaskan oleh pasukan tentara negeri, tentu dapat dihalau oleh senjata para perampok.

Tetapi ada juga beberapa orang perampok yang terluka oleh anak panah, sehingga mereka tidak bisa menggerakkan senjata mereka lagi.

Korban2 masih berjatuhan terus dan diwaktu itu memang keadaan benar2 gawat sekali untuk pihak kerajaan-

Jika sampai pertempuran seperti itu berlangsung terus, tentu yang akan rusak adalah pihak kerajaan, dimana korban berjatuhan semakin banyak. Terlebih lagi memang para penyerbunya itu merupakan orang-orang persilatan ang masing-masing memiliki kepandaian silat cukup tinggi.

Dalam keadaan genting itu, segera Khuang ciu Hun mengeluarkan perintah untuk mengadakan perbentengan tiga lapis, yaitu perbentengan pertama melindungi kereta berkuda, sedangkan pertahanan kedua adalah mengawal disebelah luar dari kereta, dan barisan yang ketiga harus berusaha membendung serbuan lawan-

Dengan Cara seperti itu, Khuang ciu Hun berusaha meninggalkan lembah dengan membawa serta kereta berkuda tersebut.

Rupanya usaha Kbuang ciu Hun diketahui oleh para perampok itu.

Sehingga beberapa orang perampok telah ber-teriak2 memberikan isyarat kepada kawan2 dan mereka melakukan pengejaran dan mendesak terus, tampaknya memang para perampok tersebut bermaksud merebut kereta berkuda itu.

"cepat keluar... cepat keluar.." teriak Khuang ciu Hun dengan suara yang keras. Sedangkan waktu itu, dari antara rombongan para perampok. tampak sipelajar yang meniup seruling, ia berseru: "Kepung terus, jangan sampai lolos..." Membarengi teriakannya itu tampak tubuhnya melompat ketengah udara.

Sekejap mata saja telah tiba di hadapan Khuang ciu Hun. Sambil menggerakkan seruling nya menotok. pelajar itu berkata: "Lebih baik kalian menyerah saja..."

Tanpa mengucapkan apa2 Khuang ciu Hun menggerakkan goloknya, ia melancarkan bacokan yang cepat dan kuat.

Pelajar itu melihat mata golok menyambar kearah pinggangnya, ia berkelit kesamping kanan dan secepat kilat ia menotok dengan serulingnya.

Terpaksa Khuang ciu Hun harus menarik pulang goloknya, karena jika ia meneruskan serangannya, nisCaya totokan seruling pelajar itu akan mengenai dirinya dengan tepat. Jika sampai ia tertotok. nisCaya ia akan rubuh tidak berkutik lagi.

Jalan satu2nya adalah menarik pulang goloknya dan kemudian menghindarkan diri dari totokan itu.

Kemudian Khuang ciu Hun membalas dengan bacokan goloknya sekaligus tiga jurus. Dalam sekejap mata saja, ia telah berhasil membuat pelajar itu jadi terdesak mundur.

Sipelajar beberapa kali harus mengelakkan diri, karena ia tidak mau membiarkan golok lawannya mengenai tubuhnya. Dengan cepat ia memutar serulingnya, untuk menangkis golok Khuang ciu Hun. sehingga terdengar beberapa kali suara benturan yang keras, membuat Khuang ciu Hun maupun pelajar itu harus melompat mundur memisahkan diri.

"Siapakah engkau sebenarnya ?" dalam suatu kesempatan Khuang ciu Hun bertanya sengit.

"Aku adalah aku, tidak perlu engkau mengetahui. Tetapi jika memang engkau bersama anak buahmu ingin selamat, tinggalkan kereta berkuda itu..." Perkataannya tersebut telah dibarengi dengan gerakan serulingnya, ia melancarkan totokan yang cepat sekali ber- tubi2. Mata serulingnya itu menyambar2 dengan kuat, disertai tenaga iwekangnya.

Terlihat betapa seruling dari pelajar itu seperti menari2 menyambar kekiri dan kekanan tiada henti2nya.

Ujung seruling itu selalu mengincar jalan darah yang mematikan, membuat Khuang ciu Hun tidak berdaya untuk menangkisnya, ia hanya mengelakkan diri kesana kemari dengan kelabakan.

Dalam hal ini memang tampak jelas sekali, betapa kepandaian Khuang ciu Hun masih terpaut satu tingkat dibawah lawannya.

Semakin lama mereka bertempur, maka semakin terlihat jelas, betapa senjata lawannya lebih ampuh dibandingkan dengan goloknya,

Tiba2 ketika ia tengah memutar goloknya, justru mata seruling sipelajar menyambar masuk menotok iganya.

Khuang ciu Hun mengeluarkan suara kesakitan ia  terhuyung mundur dengan wajah yang memucat.

Sedangkan napas sipelajar mulai memburu karena iapun mulai letih juga .

Khuang ciu Hun mati2an memutar kembali goloknya, karena jika ia berlaku ayal, nisCaya akan membuat ia jadi sasaran empuk seruling lawannya lagi. Serangan demi serangan telah lewat, belasan jurus telah berlangsung pula.

Sedangkan pasukan Khuang ciu Hun dan juga para perampok itu telah saling menyerang dan menerjang dengan membabi buta dan juga pertempuran yang terjadi sangat kaCau sekali, karena mereka merupakan lawan2 yang sama banyak jumlahnya. Tetapi yang terlihat menderita paling parah adalah pasukan tentara kerajaan, karena terlihat jelas, betapa diantara mereka banyak yang telah jatuh menjadi korban-

Diwaktu itu, sipelajar beberapa kali melompat ketengah udara, ia melakukan totokan beberapa kali, lalu suatu ketika ia membawa seruling kemulutnya.

Segera terdengar lagu merdu dari seruling itu, sambil meniup serulingnya ia menari-nari kesana kemari. Dilihat sepintas lalu memang merupakan sebuah tarian, namun kenyataannya gerakannya itu merupakan gerakan yang sulit sekali untuk diterka dan diikuti oleh pandangan mata, sebab setiap bacokan golok dari lawannya selalu berhasil dielakkannya dengan mudah.

Beberapa kali Khuang ciu Hun berusaha melancarkan serangan yang ber-tubi2, karena ia ingin merebut kemenangan dikala lawannya itu meniup serulingnya, namun semua serangan jatuh ditempat kosong tidak menemui sasarannya. Keadaan seperti ini membuat Khuang ciu Hun benar-benar penasaran.

Baru saja ia bersiap-siap ingin memusatkan tenaga iwekangnya, diwaktu itu justru terlihat betapa sipelajar  meniup serulingnya dengan nada yang meninggi, dan menusuk pendengaran telinga, sehingga mengejutkan Khuang ciu Hun.

Sebagai seorang yang telah kenyang berkelana dalam rimba persilatan, tentu saja ia mengetahui apa artinya nada meninggi seperti itu, yaitu suara seruling yang disertai oleh tenaga lwekang yang kuat sekali, dimana waktu juga terlihat betapa serangan dari tenaga lwekang itu memiliki kekuatan yang benar2 sanggup merubuhkan orang tanpa perlu menyentuh tubuh orang bersangkutan-

Perlahan2 tampak beberapa orang tentara kerajaan yang dipimpin oleh Khuang ciu Hun telah terpengaruh oleh suara seruling tersebut. Mereka menari2 dan kemudian jatuh lemas sendirinya.

Melihat ini Khuang ciu Hun jadi sibuk sekali, ia mengetahuinya kalau sampai ia membiarkan pelajar itu meniup seruling terus menerus, pasukannya yang akan mengalami kerusakan hebat.

Segera Khuang ciu Hun memusatkan tenaga Tan Tiannya (tenaga dari jantung), lalu ia membuka mulutnya lebar2 untuk berteriak.

Dengan suara teriakannya Khuang ciu Hun berhasil menindihkan suara seruling pelajar itu sehingga ia berhasil menolongi beberapa orang tentara pemimpinnya.

Diantara suara seruling dan juga suara teriakan Khuang ciu Hun, terlihat mereka masih terlibat dalam pertempuran yang mati2an.

Begitu juga anak buah kedua belah pihak saling melancarkan terjangan tidak mengenai takut dan kuatir, mereka menggerakkan senjatanya masing-masing.

Kedua pihak sesungguhnya telah mengalami kerusakan yang tidak kecil, korban yang jatuh juga tidak sedikit, karena mereka bertempur cukup kalut dan sulit sekali diatur.

Terlebih lagi untuk pasukan kerajaan yang tidak mengerti ilmu silat, mereka hanya mengerti cara berperang biasa, dengan sendirinya banyak diantara mereka yang cepat sekali jatuh sebagai korban senjata lawan- lawannya.

Gerakan mereka umumnya lambat, hanya mengerti taktik belaka, namun justru para perampok itu memiliki kepandaian silat yang cukup tinggi, maka cepat sekali para perampok itu berhasil kuasai medan pertempuran tersebut, sedangkan pasukan tentara kerajaan hanya bisa bertahan saja, dan mereka dalam waktu yang singkat tentu tak bisa mempertahankan diri lagi. Khuang ciu Hun berulang kali ber-teriak2 dengan suara yang nyaring, ia juga berusaha menindih suara seruling lawannya.

Sayangnya suara Khuang ciu Hun semakin lama jadi semakin perlahan dan serak, karena tenaga Iwekangnya semakin lama semakin lemah, sedangkan suara seruling sipelajar tetap mengalun dengan nyaring.

Waktu itu, sipelajar berkata dingin: "Jika memang kalian masih ingin hidup, masih ada kesempatan, engkau ajaklah pasukanmu berlalu dari lembah ini dengan meninggalkan kereta berkuda itu, Kami akan membiarkan kau untuk pergi tanpa menemui kesulitan apapun juga "

Khuang ciu Hun mengeluarkan suara teriakan mengandung marah yang bukan main-"Jika memang engkau terlalu terdesak. walaupun kami harus mempertaruhkan jiwa, hal itu bukan berarti apa2 buat kami, namun kelak pihak Kaisar tentu akan melakukan pengejaran pada kalian-.."

Setelah berkata begitu, Khuang ciu Hun menggerakkan goloknya pula untuk menyerang diri sipelajar bersuling itu.

Rupanya pelajar itu akhirnya habis kesabarannya menyudahi tiupan serulingnya dan mengeluarkan suara tertawa yang panjang.

Saat itu golok dari Khuang ciu Hun tengah menyambar datang, tampak sipelajar menggerakkan serulingnya mengebut golok lawannya.

"Tranggg ..." terdengar benturan yang kuat dan keras sekali.Tahu-tahu golok dari Khuang ciu Hun telah terlontar dari tangannya.

Muka Khuang ciu Hun jadi berobah merah dan pucat bergantian, cepat2 ia melompat mundur beberapa langkah kebelakang. karena ia menyadari jika ia terlambat sedikit saja, niscaya jiwanya akan melayang diujung seruling lawannya yang liehay ini.

Pelajar itu mengeluarkan tertawa dingin, tubuhnya bergerak melancarkan totokan lagi, tetapi kembali gagal, karena Khuang ciu Hun berhasil mengelakkan kembali.

Begitulah, Khuang ciu Hun selalu berusaha mengelak dan berkelit tidak hentinya, disamping itu ia juga berpikir keras mencari jalan guna menghadapi lawannya tersebut, karena jika keadaan ini terus menerus demikian, tentu ia juga yang akan Celaka.

Pelajar itu mengeluarkan suara seruan panjang beberapa kali, dan juga serulingnya selalu me-nyambar2 tidak hentinya.

Khuang ciu Hun mengeluh didalam hatinya waktu ia datang dalam keadaan terdesak seperti itu, tiga orang pembantunya telah menerjang datang. Ketiga orang itu dari Khuang ciu Hun merupakan tiga orang tentara yang memiliki kepandaian cukup tinggi, namun mereka semuanya mudah sekali dipukul mundur oleh sipelajar yang memiliki kepandaian liehay, dan serulingnya yang lincah sekali selalu berusaha untuk menotok jalan darah terpenting dari setiap lawan yang berada dekat dengannya.

Tetapi dengan dibantu oleh ketiga orang pembantunya tersebut, Khuang ciu Hun jadi bisa bernapas sedikit, ia bisa memberikan perlawanan yang lebih berarti.

Pertempuran yang serupun masih bergolak antara anak buah Khuang ciu Hun dan anak buah perampok tersebut, tampaknya memang sulit untuk menyudahi pertempuran tersebut, karena korban2 telah berjatuhan terus tidak hentinya.

Dalam keadaan seperti ini, tampaknya pihak perampok itu yang menang diatas angin, karena mereka berhasil mendesak terus barisan pengawal kerajaan, yang mengawal kereta berkuda tersebut. Bahkan jumlah dari anak buah Khuang ciu Hun semakin lama jadi semakin sedikit juga dimana mereka hanya bisa membentuk barisan pertahanan dan sudah tidak bisa melancarkan desakan pada rombongan perampok yang memang masing2 memiliki kepandaian yang tinggi.

Khuang ciu Hun sambil bertempur juga telah melihat bahwa jumlah anak buahnya semakin menyusut dan sedikit, disamping itu tampaknya anak buahnya tidak lama lagi akan dapat dihancurkan oleh rombongan perampok itu.

Hati Khuang ciu Hun jadi gelisah sendirinya, jika keadaan demikian dibiarkan berlangsung terus dan mereka tidak mengundurkan diri, jelas mereka akhirnya akan hancur,

Tetapi jika ia dan anak buahnya menarik diri, melarikan diri meninggalkan kereta tersebut, tentu mereka akan memperoleh hukuman dari atasan mereka, karena telah melakukan tugas yang gagal sama sekali, padahal kereta berkuda itu sangat penting sekali artinya, dimana didalamnya memang terdapat seorang tawanan yang sangat penting.

Dengan adanya pemikiran tersebut, Khuang ciu Hun jadi gelisah sekali, Dan iapun beberapa kali berusaha mendesak pelajar yang menjadi lawannya, begitu juga ketiga orang anak buah Khuang ciu Hun berusaha mendesak pelajar tersebut.

Dalam suatu kesempatan, Khuang ciu Hun berusaha mengambil sebatang golok yang terCeCer ditanah, kemudian dengan mempergunakan golok tersebut ia memperhebat serangannya pada pelajar itu.

Namun beberapa jurus lagi, golok ditangannya tersebut kembali kena ditangkis terpental dibarengi dengan terlepasnya golok tersebut, yang mental dan jatuh diatas tanah, malahan Khuang ciu Hun telah didesak terus menerus oleh lawannya, dengan totokan2 ujung seruling. Untung saja Khuang ciu Hun walaupun telah letih, ia masih bisa bergerak dengan lincah mengelakan totokan2 seruling sipelajar. Karena melihat dirinya sudah tidak mungkin menghadapi pelajar itu, walaupun dibantu oleh ketiga orang kawannya, akhirnya ia mengeluarkan teriakan: "Mundur.." sambil tubuh nya melompat cepat sekali, ia berusaha untuk melarikan diri.

Anak buah Khuang ciu Hun yang mendengar teriakan dari pimpinan mereka itu, seperti berlompat telah berlari meninggalkan lembah tersebut, mereka kucar-kacir keempat penjuru, untuk menyelamatkan jiwanya masing2.

Melihat pihak lawan mengundurkan diri, pihak perampok tersebut tidak mengejarnya, karena mereka memang bukan bermaksud untuk mencelakai Khuang ciu Hun dengan orang2.

buat mereka yang terpenting adalah kereta berkuda tersebut.

Setelah semua orang Khuang ciu Hun berlalu, sipelajar yang rupanya jadi pemimpin dari perampok tersebut, mengumpulkan anak buahnya. Mereka kemudian menuju kekereta berkuda tersebut.

Sipelajar perintahkan salah seorang anak buahnya untuk menyingkap tirai jendela kereta tersebut, untuk melihat apakah isi kereta yang mereka inginkan masih terdapat disitu.

Namun waktu orang ini mengangkat tirai jendela kereta itu bisa diangkatnya habis, tiba2 ia menjerit sambil tubuhnya terpental ke belakang, ambruk ditanah dan terbinasa dengan leher yang mengalirkan darah segar amat banyak.

Muka sipelajar jadi berobah menyaksikan ini, anak buahnya juga mengeluarkan seruan kaget, Mereka memandang tertegun pada kereta berkuda itu.

Sipelajar sambil menggerakkan serulingnya  yang diputarnya dengan mempergunakan tenaga Iwekangnya, melompat ingin mendekati tirai jendela kereta tersebut.

Dengan tangan kanan masih memutar serulingnya, tangan kirinya diulurkan untuk membuka tirai itu, Berbareng dengan ini terlihat menyambar sebilah pedang dari dalam kereta tersebut kearah tenggorokan sipelajar bersuling.

Tetapi karena telah bersiap sedia, dengan sendirinya pelajar ini yang memang memiliki kepandaian tinggi juga, tidak bisa dibokong, Cepat sekali serulingnya mengebut pedang itu, sehingga benturan itu memperdengarkan suara "Tranggg...!" yang nyaring.

Namun pedang tersebut hanya tergetar dan tertahan seruling sejenak lamanya, setelah itu kembali bergerak turun menyambar kedada sipelajar.

Pelajar tersebut memang memiliki kepandaian yang tinggi, ia tidak gentar menghadapi pedang lawan yang berada dalam kereta itu.

Diantara berkesiurnya angin serangan yang me-nyambar2 tidak hentinya, tampak pelajar ini berusaha untuk menangkis pedang itu dengan sulingnya, Gerakan yang dilakukannya memang merupakan gerakan ilmu pedang kelas tinggi, walaupun ia mempergunakan seruling, tetapi bisa dipergunakan sebagai pengganti pedang, disamping ia pun bisa melakukan totokan.

Jurus demi jurus telah berlangsung dengan cepat, Tetapi orang yang berada didalam kereta itu masih belum dilihat oleh sipelajar.

Jika sipelajar mendekati dan mempergunakan tangan kirinya untuk menyingkap tirai jendela kereta tersebut, pedang itu menyambar kearah dirinya.

Tetapi jika ia berdiam diri, pedang itupun berhenti menyerang, seperti menantikan. Selama itu tidak terlihat siapa orang lihay tersebut, yang bersembunyi didalam kereta.

Akhirnya setelah menggerakkan serulingnya dua kali, tampak sipelajar berseruling itu melompat mundur, ia merangkapkan sepasang tangannya, kemudian menjura dalam2, katanya: "Siauwte Cun Liong To memberi hormat, harap orang berada didalam kereta keluar memperlihatkan diri." katanya.

"Hemm..!" terdengar suara orang mendengus dengan  suara yang dingin sekali. Disamping itu juga tampak betapa tirai jendela tersebut bergoyang perlahan, rupanya orang didalam kereta itu tengah mengintai keluar.

"Bolehkah Siauwte mengetahui she dan nama yang mulia dari pendekar lihay yang berada dalam kereta ?" tanya sipelajar.

Tetapi tetap orang yang didalam kereta itu tidak memperdengarkan suara sahutan, ia hanya memperdengarkan suara "Hemmm!" saja.

Habislah kesabaran sipelajar, kembali ia melompat mendekati jendela kereta itu.

Namun belum lagi ia mengulurkan tangan kirinya menyingkap tirai jendela kereta tersebut, justru dari dalam kereta itu telah meluncur serangkum angin serangan yang hebat sekali, bergemuruh mendorong kuat kepada dada sipelajar.

Kali ini yang menyambar kepada pelajar itu bukan pedang, melainkan tenaga lwekang yang kuat, ber-gulung2 menerjang pelajar itu.

Sipelajar yang lihay juga menyadari bahwa angin serangan tersebut jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan pedang lawan, karena justru angin serangan ini disertai kekuatan tenaga sinkang, sehingga kalau sampai terkena pada sasarannya, niscaya akan membuat korban serangan tersebut patah tulangnya dan terluka didalam.

Untuk mengelakkan diri dari samberan angin serangan yang kuat itu, sipelajar menikam dengan serulingnya, dan kemudian tubuhnya ikut berputar setengah lingkaran, sehingga tubuhnya jadi berdiri miring dengan kedua kaki yang di tekukkan.

Dengan gerakan seperti itu, ia berhasil memunahkan tenaga serangan lawannya.

Dari dalam kereta tersebut juga terdengar suara seruan tertahan.

Rupanya orang didalam kereta itu kaget jUga, ia heran mengapa serangannya yang begitu cepat dan memiliki kekuatan sinkang yang hebat, dapat dielakkan juga pelajar tersebut.

Sedangkan sipelajar, yang tadi menyebut namanya sebagai Cun Liong To, kembali memperdengarkan suara tertawanya yang tawar, dibarengi dengan kata2nya:

"Jika memang orang pandai yang berada didalam kereta tidak mau memperlihatkan diri, kami akan  mengambil tindakan menurut jalan dan cara kami sendiri. Keluarlah perlihatkan diri...!"

Waktu berkata begitu sipelajar mengawasi kereta tersebut dengan dengan sorot mata yang tajam.

Tetapi dari dalam kereta itu kembali terdengar suara "Hemmm." saja, tanpa terdengar sedikitpun juga suara kata2, rupanya orang didalam kereta tersebut sama sekali tidak bermaksud untuk melayani perkataan sipelajar. Habislah kesabaran sipelajar, ia mengeluarkan suara siulan, tangannya dikebutkan ketengah udara.

Bersama anak buahnya melompat mengurung kereta itu, sedangkan sisanya yang berjumlah masih ratusan orang, hanya berdiri diam mengawasi saja.

Namun biarpun demikian, mereka semuanya dalam keadaan siap sedia, tangannya masing-masing mencekal senjata mereka, Dengan sorot mata tajam semuanya mengawasi kereta itu. "Apakah orang pandai didalam kereta tetap tidak mau memperlihatkan diri ?" tanya sipelajar.

Dan sambil bertanya seperti itu, tampak serulingnya diangkat ketengah udara, bersiap untuk melancarkan serangan.

Keadaan seperti ini membuat orang didalam kereta itu jadi berpikir dua kali, ia memaklumi bahaya yang tengah mengancam dirinya.

Akhirnya terdengar juga suara orang yang menyahuti, suaranya parau sekali:

"Jika memang kalian merupakan pendekar pendekar gagah yang bekerja untuk keadilan, bukan seperti perampok lain yang hanya membutuhkan harta rampokan, lepaskan kami !" terdengar suara orang itu berkata dengan suara yang tenang.

"Soal itu bisa kita bicarakan nanti !" kata si pelajar, "Yang terpenting adalah kau keluar dulu memperlihatkan diri !"

"Hemmm, apakah kalian bisa dipercaya ?" tanya orang didalam kereta.

"Kalau memang engkau tidak mau keluar juga, tokh kami akan segera memaksa engkau keluar dengan mempergunakan cara kami sendiri..!"

"Tetapi...!"

"Keluarlah... mari kita bicara empat mata...!" kata sipeIajar.

Itulah tawaran yang baik sekali, karena dengan demikian memperlihatkan bahwa pelajar itu memang tidak bermaksud mengganggu-nya.

Akhirnya dari dalam kereta itu terdengar suara menghela napas, dan sesosok tubuh telah melompat keluar dengan menyingkap tirai jendela kereta. Sesosok tubuh itu merupakan seorang lelaki bertubuh tinggi besar, memiliki berewok yang lebat sekali dan juga ditangan-nya tercekal sebatang pedang yang tajam sekali. Matanya bersinar tajam, mengawasi kearah si-pelajar dengan sikap yang berwaspada sekali. 

Sedangkan pelajar itu waktu melihat orang tersebut, ia memperdengarkan seruan tertahan.

"Kau...?" tegurnya dengan suara tersendat ditenggorokannya.

Orang itu tersenyum.

"Ya Toako... memang aku Liu Cung Kiat...!" menyahut orang tersebut.

"Mengapa engkau berada didalam kereta itu....?" tanya sipelajar ini kemudian sambil mengawasi tajam kepada orang yang bernama Liu Cung Kiat itu... tetapi kemudian disusul dengan kata2nya yang mengandung nada tidak senang:

"Apakah engkau bekerja untuk kerajaan melindungi kereta berkuda ini ?"

Muka Liu Cung Kiat berobah merah, tampaknya ia jengah sekali.

Akhirnya ia mengangguk juga, katanya. "Benar Toako... terpaksa aku bekerja pada-kerajaan, untuk memperoleh sedikit pencarian yang tetap..!"

"Tetapi engkau hendak menghianati kami?" tanya sipelajar berseruling itu.

Orang itu cepat2 menggelengkan kepalanya.

"Sama sekali tidak, Toako... aku hanya digaji untuk bantu melindungi kereta berkuda ini, yang didalamnya terdapat tawanan penting dari pihak kerajaan..!" "Baiklah, memandang persahabatan kita yang cukup lama dan cukup baik, tentunya engkau tidak keberatan menyerahkan tawanan itu kepada kami..?"

Muka Liu Cung Kiat berobah merah, dan ia berdiri bimbang.

Namun akhirnya dengan wajah yang memperlihatkan ia memiliki kesulitan, digelengkannya kepalanya.

"Sayang sekali aku tidak bisa memenuhi keinginan Toako... karena dalam urusan ini justru terdapat tanggung jawab yang berat !"

Muka pelajar itu berobah, ia memperdengarkan suara tertawa tawar.

"Apakah engkau tidak melihat bahwa seluruh orang2 kerajaan telah melarikan diri dan hanya tinggal engkau seorang ? jika memang engkau berkeras ingin melindungi terus kereta berkuda ini, tentu engkau akan menghadapi kani yang berjumlah demikian banyak, walaupun selama empat tahun kita tidak saling bertemu, dan engkau bisa melatih diri dengan baik sehingga memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari yang dulu, kukira engkau tetap tidak mungkin bisa menghadapi jumlah kami yang demikian banyak !"

Muka Liu Cung Kiat berobah lagi jadi merah dan pucat bergantian, ia memang membenarkan perkataan sipelajar itu, tetapi cepat-cepat ia berkata:

"Dan Toako, dengan memandang persahabatan kita, kuharap saja Toako mau bermurah hati kepadaku, jangan membalikkan mangkok nasiku."

"Hemmm, jika memang demikian halnya, baiklah aku memberikan saran kepadam...!" kata pelajar itu.

"Saran apa Toako. ?"

"Jika memang engkau kuatir akan kehilangan pekerjaanmu jika menyerahkan orang tawanan yang berada didalam kereta itub, baikah engkaud menggabungkan adiri kembali debngan kami, bukankah dengan demikian engkau tidak akan kekurangan suatu apapun juga. Aku yakin, akan bisa memberikan engkau penghidupan yang berkecukupan..."

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar