Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 08

Jilid 8

WAKTU itu dari dalam telah muncul pemuda berpakaian kuning itu, dibelakangnya berjalan seorang lelaki setengah baya yang memiliki bentuk tubuh yang tinggi tegap dan berwajah angker.

"Dialah yang katanya ingin memasuki pintu perguruan kita untuk menuntut ilmu..." kata pemuda berbaju kuning itu. "Nah saudara, inilah Toasuko kami, silahkan engkau bicara langsung dengannya..."

Bin An mendekati lelaki setengah baya yang, dipanggil sebagai Toasuko, kakak seperguruan yang tertua tersebut, lalu ia merangkapkan sepasang tangannya, memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya. "Siauwte she Bu dan bernama Bin An, dengan ini bermaksud menjadi murid cie Tiong Pay..." kata Bin An dengan suara yang sabar.

Mata Toasuko dari murid cie Tiong Pay itu mencilak tajam, ia mengawasi Bin An dari atas kepala sampai keujung sepatu, lalu tanyanya dengan suara yang parau : "Apakah engkau pernah mempelajari ilmu silat?"

"Belum.... siaute hanya sering iseng-iseng melatih sendiri menggerak2kan pedang..." menyahuti Bin An-

"Hemmm, apa sebabnya engkau ingin menjadi murid cie Tiong Pay ?"

"Karena mendengar nama pintu perguruan Cie Tiong Pay yang sangat terkenal, maka itu, Siauwte bermaksud untuk memasuki pintu perguruan ini guna menuntut ilmu..."

"Apakah engkau telah mengetahui syarat2 untuk menjadi murid cie Tiong Pay...?" tanya Toasuko itu lagi sambil tetap mengawasi dengan sinar mata mengandung kecurigaan-

Bin An menggeleng. "Belum "

"Baiklah, kau dengarkan, aku akan menyebutkan syarat2 untuk menjadi murid cie Tiong Pay.." kata Toasuko itu, "Yang pertama, setiap orang hendak menjadi murid cie Tiong Pay, harus menyumbang lima ratus tail perak. dan setiap bulannya nanti harus membayar lima puluh tail perak, Apakah engkau sanggupi syarat pertama itu ?" Bin An tersenyum.

"Tetapi sayangnya Siaute tidak memiliki uang  sebanyak itu. " katanya.

Muka Toasuko tersebut berobah.

"Jika memang engkau tidak memiliki uang, jelas engkau tidak bisa diterima menjadi murid cie Tiong Pay. " "Tetapi... Siauwte justru ingin sekali menjadi murid cie Tiong Pay, siauwte akan berusaha melatih diri dengan baik, rajin dan menuruti aturan yang ada.."

Sebelum Toasuko itu menyahuti,justru belasan pemuda yang menjadi murid cie liong Pay telah mentertawai Bin An, malah beberapa orang diantara mereka ada yang berkata dengan nada suara sinis: "Tidak memiliki uang ingin menjadi murid cie Tiong Pay.... engkau kira pintu perguruan macam apa cie Tiong Pay ini...?"

Tetapi Toasuko itu telah berkata dengan suara yang parau dan tegas nadanya: "Jika memang seseorang tidak memenuhi syarat dan peraturan yang ada dipintu perguruan kami, sayang sekali kami tidak bisa memenuhi keinginannya "

"Mengapa begitu?" tanya Bin An pura2 bodoh.

"Karena memang itu telah menjadi peraturan pintu perguruan kami "

"Jika demikian halnya, tentunya setiap orang yang menjadi murid cie Tiong Pay adalah orang2 yang memang memiliki uang dan bisa membayar, walaupun tidak memiliki bakat dan kemauan, akan diterima menjadi murid cie Tiong Pay ? sedangkan orang yang memiliki bakat baik untuk mempelajari ilmu silat namun tidak memiliki uang, ia ditolak mentah2 tanpa memperoleh kesempatan ?"

Muka Toasuko itu berobah, katanya mulai sengit. "Mulutmu keterlaluan sekali anak muda... Kata2mu itu seperti juga mengartikan bahwa kami murid- murid cie Tiong Pay ini hanya merupakan gentong2 nasi belaka, bukan ? Dan bahwa engkau adalah calon murid yang memiliki bakat baik sekali. Bukankah begitu maksudmu...?"

Bin An cepat-cepat tersenyum.

"Siauwte mana berani memiliki pikiran seperti itu..." katanya cepat. Tetapi Toasuko itu telah tertawa dingin katanya : "Baiklah, aku akan melihat, apakah engkau benar2 seorang yang memiliki bakat cukup baik guna diterima menjadi murid cie Tiong Pay Jika memang ternyata engkau memiliki bakat yang baik, tanpa membayar kami akan menerimanya..."

Dengan berkata begitu sesungguhnya Toasuko tersebut bermaksud buruk kepada Bin An, karena ia ingin menyiksa pemuda ini.

Dan baru saja kata- kata itu habis diucapkannya, ia menggerakkan tangan kanannya kearah dada Bin An-

Bin An merasakan menyambarnya angin serangan yang cukup kuat pada dadanya.

Dan waktu itu Bin An sengaja tidak mengerahkan sedikitpun tenaga sinkangnya, ia hanya berdiam diri pura2 tidak mengerti ilmu silat, ia menduga bahwa Toasuko ini tentunya hanya ingin mencoba2nya.

Tetapi tidak tahunya justru dorongan yang dilakukan oleh Toasuko itu merupakan dorongan yang memiliki tenaga benar2 kuat dan keras, karena itu tidak ampun lagi tubuh Bin An jadi terjengkang kebelakang.

Untung saja Bin An memiliki tenaga sinkang yang kuat dan terlatih, iapun sangat gesit. Secepat kilat dia bisa melompat bangun pula.

Bin An segera menyadarinya bahwa ia telah memperoleh perlakuan yang tidak baik dari Toasuko itu, yang rupanya tidak bermaksud baik padanya.

Sedangkan waktu itu tampak Toasuko tersebut jadi penasaran karena dilihatnya Bin An telah dapat bangun kembali tanpa terluka sedikitpun juga .

Gerakan yang dilakukan oleh Toasuko itu sesungguhnya cukup kuat, ia mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya, jika memang orang biasa saja yang tidak mengerti silat, tentu akan rubuh terjengkang bergulingan diatas tanah.

Dengan demikian membuat Toasuko itu tambah penasaran dan menduga bahwa Bin An hendak mempermainkannya .

"Engkau ternyata berdusta, engkau mengatakan tidak pernah mempelajari ilmu silat, tetapi tadi kuda-kuda kedua kakimu kuat sekali"

Bin An berusaha tersenyum menahan kemendongkolan hatinya, katanya dengan suara sabar: "seperti telah kujelaskan kepada saudara-saudara itu, sejak kecil aku senang sekali berlatih sendiri tanpa memiliki guru dan memang Siauwte memiliki sedikit kekuatan pada kedua kaki siauwte, Maka dari itu, karena gemar mempelajari ilmu silat, Siauwte bermaksud hendak berguru dipintu perguruan Cie Tiong Pay. "

Toasuko yang tengah gusar itu tidak memperdulikan alasan yang dikemukakan Bin An, ia mengulurkan tangannya lagi mendorong.

Kali ini tenaga dorong yang dilakukan oleh Toasuko tersebut jauh lebih kuat dari semula.

Jika memang Bin An tidak menangkisnya, tentu dirinya akan terdorong rubuh, Tetapi jika ia menangkis mempergunakan tenaga, tentu akan menimbulkan kecurigaan yang lebih besar, begitu juga kalau mengelakkan diri dari serangan ini.

Tetapi Bin An dalam keadaan yang seperti ini harus berpikir keras dan cepat, Akhirnya ia mengambil keputusan untuk berurusan langsung dengan Toasuko ini, tanpa perlu menemui ciangbun dari pintu perguruan ini. Karena jika ia telah mengobrak-abrik murid-2 cie Tiong Pay, jelas akhirnya ciangbunjin dari pintu perguruan tersebut akan memperlihatkan dirinya juga . Waktu itu tenaga dorongan dari Toasuko tersebut telah menyambar datang, dan Bin An mengangkat tangan kanannya, ia menangkisnya.

Tangkisan yang dilakukannya ini bukan merupakan tangkisan sembarangan, karena ia menangkis dengan tenaga yang kuat sekali. "Bukkkk "

Suara benturan tangan mereka terdengar cukup nyaring, tetapi bukannya Bin An yang terhuyung atau rubuh, justru tubuh Toasuko itu yang telah terpental ketengah udara  sampai tiga tombak lebih, kemudian meluncur turun ke bawah.

Dalam keadaan seperti ini, tampaknya Bin An mempergunakan tenaga tangkisan tidak tanggung-tanggung lagi dan diapUn bekerja tidak hanya sampai disitu, cepat dan gesit sekali tubuhnya melompat ketengah udara.

Gerakan yang dilakukan sangat cepat sekali, tangan kanannya tahu2 diulurkan untuk menyanggapi tubuh Toasuko itu yang tengah meluncur turun, kemudian ia mencengkeram sambil menotok jalan darah cie Tiang Hiat pada tenggorokan dari Toasuko tersebut. Dan juga waktu itu, tampak terlihat Bin An telah melemparkan tubuh Toasuko tersebut, sehingga ia terbanting keras ditanah.

Dengan mengeluarkan jerit kesakitan, tubuh Toasuko itu telah terbanting diatas tanah, ia mengaduh2 tetapi tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Murid2 cie Tiong Pay yang jumlahnya belasan orang yang berada ditempat tersebut mengeluarkan suara seruan kaget, mereka berdiri tertegun, dan akhirnya mencabut senjata mereka masing-masing. Dengan gerakan yang cepat dan  gesit, mereka telah melompat dan mengurung Bin An-

Semuanya memandang kepada Bin An dengan sorot mata yang tajam mengandung ancaman, sedangkan Bin An tetap tenang berdiam ditempatnya, malah sambil tersenyum ia bilang:

"Kalian lebih baik jangan main2 dengan senjata tajam...

Nanti kalian juga yang akan rugi "

Namun Bin An tidak bisa melanjutkan perkataannya, karena disaat itu tampak tiga orang murid cie Tiong Pay mengeluarkan suara bentakan sambil menggerakkan pedang mereka dan melancarkan tikaman bertubi2 kepada Bin An-

sedangkan Bin An hanya menggeser kedudukan kakinya, ia berhasil mengelakkan diri, gerakannya cepat dan gesit sekali.

Melihat tikaman mereka tidak berhasli, murid dari cie Tiong Pay yang lainnya mengeluarkan suara seruan sambil menggerakkan pedang mereka masing2 untuk mengepung Bin An.

Dalam keadaan seperti ini, Bin An tidak berdiam diri saja, ia bergerak gesit dan juga menggerakkan kedua tangannya berulang kali.

Dengan demikian, ia berhasil mengelakkan tikaman pedang lawannya dan juga berhasil membuat terpental tiga batang pedang lawannya.

Menyaksikan bahwa Bin An memang memiliki kepandaian yang tinggi, murid2 cie Tiong Pay mulai gentar dan mereka jadi berlaku lebih hati-hati.

Semula mereka hanya menganggap bahwa Bin An hanya seorang pemuda yang tidak memiliki kepandaian apa- apa, maka mereka telah melancarkan serangan yang ceroboh sekali. Namun pengalaman pahit yang mereka terima itu membuat mereka jadi bersikap jauh lebih hati-hati.

Tampak mereka mulai melancarkan serangan yang rapih dan juga pedang mereka bergerak gerak menabas atau menikam dengan gerakan yang indah, sulit diterka arah sasarannya, maka dari itu tampak Bin An dibuat sibuk oleh mereka.

Bin An beberapa kali harus melompat ke tengah udara, untuk mengelakan tusukan murid2 cie Tiong Pay itu.

Tetapi kepandaian murid- murid cie Tiong Pay tersebut mana bisa menandingi kepandaian Bin An-

Waktu Bin An bergerak-gerak dengan gesit dan setiap serangan yang dilakukannya itu dilancarkan dengan kuat dan cepat, tampak beberapa tubuh murid cie Tiong Pay itu telah beterbangan dan ambruk diatas tanah terbanting keras.

Sedangkan yang lainnya dalam keadaan terkejut, tubuhnya juga ikut terlempar pula dengan demikian tampak mereka telah terbanting semua.

Dari dalam gedung markas cie Tiong Pay muncul beberapa orang murid cie Tiong Pay lainnya, mereka mendengar suara ribut-ribut di luar dan terkejut melihat kawan mereka mengalami hal seperti itu.

Tanpa mengeluarkan kata- kata mereka semuanya mencabut pedang masing-masing dan melancarkan tikaman dan tabasan kepada Bin An-

Namun Bin An memiliki kepandaian yang tinggi, dengan demikian mereka tidak berdaya untuk melukai Bin An-

Bahkan dengan gerakan yang cepat sekali, Bin An berusaha merubuh kan mereka hanya dua gebrakan- Disaat mereka menggerakkan pedang, tubuh Bin An berkelebat dan terdengar suara jeritan kaget dari mereka, karena semuanya telah tertotok.

Dalam keadaan demikian, tampaknya murid- murid cie Tiong Pay rubuh dalam keadaan penasaran sekali.

Waktu itu Bin An berdiri menghadapi si Toasuko dari murid cie Tiong Pay. "Engkau katakan terus terang, siapa kah di antara murid- murid cie Tiong Pay yang melukai dan membinasakan Lok Kie Sicng ?"

"Kau ?" suara Toasuko itu terdengar agak tergetar, tampaknya ia kaget, walaupun ia dalam keadaan tertotok. namun ia bisa bicara.

"Apakah engkau mengetahui siapa kelima murid cie Tiong Pay yang telah membinasakan Lok Kie Siong dan isterinya ?" tanya Bin An lagi.

"Siapa kau sebenarnya ?" tanya Toasuko itu dengan suara tertahan kaget.

"Aku hanya seorang yang tidak bernama, tetapi hanya ingin membuka tabir pembunuhan diri Lok Kie Siong..." menyahuti Bin An-

"Jika memang demikian, tentunya engkau... engkau... memiliki hubungan dengan Lok Kie Siong ?"

"Benar... jika memang engkau berkata begitu, aku tidak bermaksud menyangkalnya, Yang terpenting engkau harus memberitahukan siapa kah kelima murid cie Tiong Pay yang harus mempertanggung jawabkan kematian Lok Kie Siong...?"

"Aku... aku tidak tahu "

"Jika memang engkau tidak bersedia menunjukkan siapa adanya kelima murid cie Tiong Pay, maka engkau sendiri yang akan mempertanggung jawabkannya... karena engkau akan kusiksa. "

"Sungguh aku tidak tahu, sungguh aku tidak mengetahuinya " kata Toasuko itu dengan suara yang tergagap karena ia jadi ketakutan sekali mendengar ancaman yang diberi kan Bin An-

Tetapi Bin An memang merupakan seorang yang sangat pandai mengatur kata- kata, ia bilang: "Jika memang engkau mau memperlihatkan siapa-siapa adanya kelima orang murid cie Tiong Pay yang membunuh Lok Kie Siong, tentu engkau akan kubebaskan dan tidak akan mengalami siksaan apapun juga , namun jika memang engkau hendak melindungi kelima orang murid cie Tiong Pay yang bersangkutan maka engkau sendiri yang akan bersengsara "

Kemudian Bin An melangkah maju setindak demi setindak mendekati Toasuko itu. Muka Toasuko dari para murid cie Tiong Pay tersebut berobah pucat. "Aku... aku sungguh- sungguh tidak mengetahuinya "

"Hemmm, jika engkau tetap tidak ingin memberitahukannya, terpaksa aku akan turun tangan tidak kenal kasihan lagi " dan setelah berkata begitu, Bin An melangkah lebih mendekati.

Dan waktu itu, Toasuko tersebut tampaknya kian ketakutan Bin An telah melihatnya.

"Dan jika memang engkau tetap menutup mulut, aku akan menotok beberapa jalan darah mu, kelak engkau akan bercacad dan menderita "

Mendengar ancaman yang diberikan Bin An, tubuh Toasuko itu jadi gemetaran, karena ia membayangkan, jika sampai jalan darah terpenting ditubuhnya ditotoki oleh Bin An, tentu akan membuat ia bercacad seumur hidup,

"Aku... aku... sungguh-sungguh tidak mengetahuinya... engkau bisa menanyakan langsung kepada ciangbun kami..."

Waktu Toasuko tersebut tengah berkata2 demikian, dari dalam rumah yang menjadi markas cie Tiong Pay tersebut, keluar belasan orang murid cie Tiong Pay. Dan mereka melangkah perlahan mendekati Bin An seCara diam2, dengan senjata terhunus ditangan, kemudian merekapun telah melancarkan tikaman dan tabasan yang kuat. Bin An mendengar berkesiuran angin serang yang tajam dan cepat sekali, ia berkelit dengan ringan.

Waktu tangan Bin An ber-gerak2, maka tubuh murid2 cie Tiong Pay tersebut telah terpental keras sekali, sehingga tampaknya mereka seperti juga daun2 kering saja yang berterbangan diudara, kemudian rontok ambruk ditanah.

Keadaan seperti ini membuat hati Toasuko itu jadi ciut saja, karena semula ia mengharapkan murid2 cie Tiong Pay tersebut berhasil menolongi dirinya dengan melancarkan serangan membokong kepada Bin An- Namun ia jadi keCele, karena justru semua murid cie Tiong Pay tersebut telah dibuat terpental oleh Bin An-

Sedangkan Bin An sendiri telah menghadapi Toasuko itu, katanya dengan suara mengandung ancaman "cepat engkau katakan, apakah memang ciangbunjin kalian yang mengetahui urusan ini ?"

Toasuko itu mengangguk. "Benar..." katanya.

Bin An menendangkan kaki kanannya ke-pinggang Toasuko tersebut membuka totokan urat darah kakunya.

"Kau pergilah melaporkan kepada ciang bunjinmu dan minta ia keluar menemui aku.... jika memang benar apa yang kau katakan, maka engkau akan kubebaskan dari totokan yang mematikan, tetapi jika memang engkau berbohong, maka totokan yang masih terdapat dibeberapa jalan darahmu itu tidak akan kubuka, selain dari aku sendiri yang membukanya, tentu tidak ada orang lain yang sanggup membukanya "

Toasuko tersebut jadi terkejut sekali, dengan ketakutan ia berlari memasuki gedung markas cie Tiong Pay dan kemudian melaporkan segalanya kepada ciangbunjinnya.

Tidak lama kemudian ia keluar lagi dengan diiringi seorang lelaki tua yang sudah lanjut usianya, tetapi tubuhnya masih gagah dan juga mukanya masih merah segar, walaupun usianya telah lanjut.

Waktu tiba diluar, orang tua tersebut merangkapkan tangannya, ia menjura memberi hormat.

"Kongcukah yang mencariku siorang tua ?" tanyanya. Bin An menganggukkan kepalanya.

orang tua itu, yang menjadi Ciangbunjin dari cie Tiong Pay tersebut tersenyum.

"Aku siorang tua she Bun sangat heran melihat bahwa engkau mencariku, ada urusan penting apakah yang hendak engkau sampaikan-...?" tanya orang tua itu lagi, suaranya Cukup sabar.

"Hemm, aku hanya hendak menanyakan siapakah kelima murid cie Tiong Pay yang telah membinasakan Lok Kie Siong suami isteri ?" orang tua itu telah merangkapkan kedua tangannya lagi.

"Siapakah sebenarnya Kongcu dan masih terdapat hubungan apakah dengan keluarga Lok Kie Siong ?" tanyanya dengan suara yang tetap sabar.

"Aku tidak memiliki hubungan apa2 dengan orang she Lok itu, aku hanya ingin menegakkan keadilan karena mereka suami isteri telah dianiaya dengan kejam sampai menemui kematiannya, menurut murid kepalamu itu, ia mengatakan engkau yang mengetahuinya . . . "

ciangbunjin dari cie Tiong Pay membawa sikap yang tenang.

"Benar . . . memang Lohu yang mengetahuinya dan juga dalam hal ini tentunya Kongcu tidak mengerti dan belum mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya."

"coba kau Ceritakan, aku nanti mempertimbangkannya " kata Bin An- "Jika memang engkau mengetahui duduk persoalannya, tentu engkau tidak akan mempersalahkan pihak kami..." kata ketua dari cie Tiong Pay tersebut, sikapnya tetap tenang. Bin An mengawasinya.

"Urusan sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian ?" tanya Bin An- "Dan mengapa orang2 cie Tiong Pay menurunkan tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong bersama istrinya tersebut ?"

"Kami sebenarnya tidak bermaksud menurunkan tangan kejam padanya, tetapi justru sayangnya mereka berdua suami isteri sama sekali tidak mau mengerti dan tidak mau mengembalikan kitab pusaka kami, sehingga kami terpaksa menurunkan tangan keras pada mereka, barulah kitab pusaka kami bisa diambil dari tangan mereka..."

Waktu berkata begitu, orang tua tersebut yang menjadi ketua cie Tiong Pay mengawasi Bin An dengan sorot mata yang tajam, Bin An tersenyum.

"Tetapi justru menurut pengakuan yang diberikan oleh Lok Kie Siong, bahwa kalian yang menginginkan kitab pusakanya dan merampasnya dengan kekerasan dan kekejaman..." katanya.

Mendengar demikian, orang she Bun yang menjadi ciangbunjin dari cie Tiong Pay tersenyum.

"Memang urusan bisa diputar balik . . ." katanya

"Tetapi yang pasti, bahwa orang2 cie Tiong Pay menurunkan tangan terlalu keras dan kejam pada Lok Kie Siong dan isteri nya.... bukankah kitab pusaka itu masih bisa diambil pula dengan Cara lain yang lebih bijaksana...?"

"Hmm, anak muda, engkau masih tidak mengerti betapa pentingnya kitab pusaka kami itu .. . . " kata orang she Bun tersebut "Jika memang demikian, maafkanlah, justru aku hendak diberitahukan siapakah kelima murid dari cie Tiong Pay yang menurunkan tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong dan isterinya "

ciangbunjin dari cie Tiong Pay itu berkata sambil tertawa tawar: "Sayang sekali, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu itu..."

"Kalau memang demikian, tentu engkau yang bersedia menanggung semuanya..." kata Bin An.

"Dengan senang hati Lohu akan menanggung semuanya itu, dan memang Lohu juga tidak mengerti, mengapa kau telah mengobrak abrik murid- murid ku itu ?"

"Aku hanya hendak mengetahui siapakah diantara murid- murid cie Tiong Pay yang menurunkan tangan kejampada Lok Kie Siong, tidak lebih dari itu...." menyahuti Bin An-"Nah, jika memang engkau tidak keberatan untuk menanggung semuanya itu, baiklah aku yang muda terpaksa meminta pengajaran dari kau si orang tua....." Sambil berkata begitu, Bin An mengambil sikap menantang.

orang she Bun yang jadi ciangbunjin dari cie Tiong Pay memperdengarkan suara tertawa perlahan lalu katanya: "Anak muda, apakah engkau tidak akan menyesal karena mencampuri urusan yang bukan menjadi urusanmu ?"

Bin An menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak akan menyesal, demi keadilan aku tetap dengan pendirianku. " kata Bin An.

orang she Bun itu menghela napas.

"Baiklah, Lohu akan main beberapa gebrakan denganmu," dan orang she Bun itu telah mempersiapkan diri dengan kedua tangan direntangkan. Melihat orang akan segera melancarkan serangan, diwaktu itu Bin An juga telah memusatkan sinkangnya pada kedua telapak tangannya.

Gerakan yang dilakukan oleh orang she Bun itu tidak hanya sampai disitu, dengan di barengi suara bentakannya yang Cukup nyaring kemudian tangan kiri dan tangan kanannya bergerak berbareng akan mencengkeram. Bin An segera mengelak.

Tiga kali Bin An mengelak dari Cengkeraman tangan orang she Bun tersebut. Setiap gerakan yang dilakukan oleh Ciangbun tersebut memang cukup berbahaya dan bisa mematikan,

namun Bin An selain memiliki sinkang yang tinggi, juga ia memiliki ginkang yang cukup lihay.

Dengan demikian ia bisa bergerak dengan lincah sekali, berulang kali menerobos kekiri dan ke kanan-

orang she Bun itu terkejut juga , karena ia melihat gerakan Bin An yang begitu cepat, di samping tubuhnya yang berkelebat-kelebat dengan ringan sekali.

Setiap tenaga cengkeraman ciangbunjin cie Tiong Pay itu memang cukup kuat, namun Bin An mengandalkan kegesitannya ia dapat berkelit kesana kemari dengan lincah.

orang she Bun itu semakin lama jadi semakin penasaran, karena melihat beberapa kali usahanya untuk dapat mencengkeram lawannya gagaL

Ia telah merobah cara menyerangnya, kini tangannya bergerak2 akan menotok beberapa jalan darah ditubuh Bin An-

Namun seperti tadi, Bin An tetap bergerak gesit dan tidak mudah untuk dirubuhkan- Dengan demikian mereka telah bertempur sebanyak belasan jurus, Tetapi selama itu Bin An lebih banyak hanya mengelakkan diri saja, karena ia ingin melihat dulu sampai berapa tinggi sesungguhnya kepandaian yang dimiliki orang she Bun yang jadi ciangbunjin dari pintu perguruan Cie Tiong Pay tersebut.

Setelah bertempur sesaat lamanya pula, Bin An sudah memutuskan bahwa ia harus mempergunakan tenaga sinkangnya untuk memberikan perlawanan-

Ketika orang she Bun tersebut tengah melancarkan terjangan lagi, Bin An tidak mengelak.

hanya waktu tenaga terjangan lawannya hampir tiba, Bin An memapak dengan mempergunakan sinkangnya, dan dia berhasil menghalau tenaga serangan yang dilancarkan oleh ciangbunjin dari cie Tiong Pay tersebut.

Setiap gerakan yang dilakukan oleh mereka selain sama2 cepat, juga mengandung kekuatan sinkang yang sama tangguhnya.

Tetapi setelah bertempur lagi sebanyak dua puluh jurus, akhirnya terlihat bahwa orang, she Bun dari cie Tiong Pay tersebut terdesak oleh Bin An- Tidak jarang orang she Bun itu hampir terkena serangan Bu Bin An-

orang she Bun itu mati2an mengerahkan tenaganya, Namun disebabkan tenaga sinkang Bin An lebih tinggi setingkat akhirnya orang tua she Bun tersebut menjadi kewalahan juga .

Perlahan2, keadaan telah berobah dengan cepat, dan orang she Bun itu beberapa kail melompat mundur dengan gelisah.

Toasuko dari para murid cieTieng Pay yang melihat keadaan ciangbunjinnya, mengawasi jalannya pertempuran itu dengan hati yang gelisah. Hal ini disebabkan ia yakin, tidak lama lagi ciangbunjinnya akan segera dapat dirubuhkan Bin An, sedangkan saat itu saja telah terdesak dengan hebat membuat orang she Bun itu beberapa kali harus berusaha membendung tenaga terjangan Bin An-

"Engkau lebih baik mengatakan dan menunjukkan saja siapa2 diantara murid cie Tiong Pay melakukan pembunuhan terhadap Lok Kie Siong, agar mereka bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya . . . "

Tetapi sebagai seorang ciang bunjin sebuah pintu perguruan, bagaimana orang she Bun tersebut bisa menyebutkan murid2nya itu ? Walaupun terdesak terus menerus, namun ia tetap mempertahankan tidak membuka mulut.

Keadaan orang she Bun tersebut benar2 telah terancam, karena semakin lama Bin An melancarkan terjangan yang semakin kuat.

Suatu kali, dengan melompat ketengah udara, tubuh Bin An berjumpalitan sambil meluncur turun, kaki kanannya menendang punggung orang she Bun itu.

Tendangannya itu meluncur secepat kilat sehingga orang she Bun itu sama sekali tidak bisa mengelakkan diri. "Bukkk "

Tubuh orang she Bun itu terjungkel rubuh dan bergulingan di atas tanah, dia mengeluarkan suara jerit kesakitan. Waktu bangkit berdiri lagi, ia memuntahkan darah segar dua kali.

Muka orang she Bun itu jadi pucat,

"Kau... kau " katanya dengan suara yang tergagap.

Bin An tersenyum sambil katanya: "Apakah engkau tetap tidak hendak memberitahukan siapa-siapa kelima murid cie Tiong Pay yang telah menganiaya dan membinasakan Lok Kie Siong dan isterinya ?" "Hemmm, engkau binasakanlah diriku, aku tidak akan membuka mulut " menyahuti orang she Bun tersebut

Melihat sikap keras kepala yang terdapat pada diri ciangbunjin cie Tiong Pay tersebut, Bin An tertawa dingin, katanya dengan suara yang tawar: "Hemmm, baiklah, aku ingin melihat apakah kelak engkau akan membuka mulut atau tidak "

Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak tubuh Bin An bergerak cepat sekali, ia menggerakkan kedua tangannya dengan Cara di silang seperti menggunting, sedangkan kedua kakinya ditekuk sedikit.

Dari kedua telapak tangan Bin An mengalir keluar kekuatan tenaga sinkang yang luar biasa kuatnya, sehingga membuat orang she Bun tersebut jadi terdesak mundur sebanyak empat langkah.

Kemudian pemuda ini menyusuli lagi dengan totokan jari tangannya. Tapi dengan mati2an orang she Bun itu bisa meloloskan diri dari Bu Bin An-

Sekarang, ciangbunjin cie Tiong Pay tersebut juga tidak tinggal berdiam diam. Beberapa kali ia menggerakkan kedua tangannya dan membalas menolak kedepan-

Tenaga yang dipergunakannya memang tidak sekuat tenaga menolak Bin An, namun ia berhasil membendung lwekang Bin An yang menerjang dirinya.

Dalam keadaan demikian terlihat betapa Bin An berusaha untuk melumpuhkan perlawanan ciangbunjin cie Tiong Pay, karena kelak ia ingin mengorek keterangan dari mulut orang she Bun tersebut.

Tetapi sebagai seorang ciangbunjin cie Tiong Pay, tampaknya orang she Bun tersebut memang benar2 keras kepala. Waktu itu terlihat, betapa tenaga yang dipergunakan ciangbunjin cie Tiong Pay semakin lama jadi semakin lemah dan perlahan, sedangkan terjangan yang dilakukan oleh  Bin An semakin lama semakin cepat dan juga semakin kuat, tenaganya berkesiuran tidak hentinya.

Bin An beberapa kali mencoba untuk menundukkan orang she Bun tersebut dengan mempergunakan kelunakan, yaitu bermaksud hendak membujuknya, agar memberikan saja keterangan yang diinginkannya.

Namun kenyataannya memang orang she Bun tersebut terlalu keras kepala, ia tidak pernah mau menyerah dan tetap memberikan perlawanan walaupun tenaganya mulai habis karena terlalu banyak dikurasnya.

Bin An yang berusaha beberapa kali gagal membujuknya, akhirnya karena sengit dan darahnya meluap melihat keras kepalanya ciangbunjin cie Tiong Pay tersebut, ia menampar dengan telapak tangan kanannya.

Kali ini Bin An mengerahkan tenaga lwe-kangnya sebanyak enam bagian-

Dengan mengeluarkan suara jeritan yang cukup keras, tubuh orang she Bun itu terpental ketengah udara setinggi empat tombak

Toasuko dari murid cie Tiong Pay yang melihat tubuh ciangbunjinnya meluncur akan terbanting, berusaha untuk menanggapinya.

Tetapi ketika tubuh ciangbunjinnya jatuh dalam pelukannya, mereka berdua terguling diatas tanah. Bin An tersenyum.

"Apakah kalian masih tetap tidak mau memberitahukan siapa2 adanya kelima murid cie Tiong Pay yang melakukan pembunuhan kejam itu?" orang she Bun tersebut dengan kedua tangan yang terasa sudah tidak bertenaga, bangkit berdiri dan menghela napas dalam2. ia melirik kepada si Toasuko, murid kepalanya itu, dan baru berkata kepada Bin An-

"Jika memang hendak dibicarakan, kami benar2 mengalami penasaran-.." katanya dengan suara yang mengandung sesal dan penasaran-

"Mengapa begitu...?" tanya Bin An-

"Karena kami telah difitnah dan justru engkau lebih kuat dari kami, malah telah menekan kami "

"Hemmm, tetapi kukira, persoalan kitab pusaka yang diperebutkan itu tidak begitu penting jika dibandingkan dengan pembunuhan terhadap diri Lok Kie Siong dan isterinya.."

"Tetapi, kami memang akan tetap dengan-pendirian kami, tidak akan melayani kau karena engkau tidak memiliki hubungan dengan keluarga Lok tersebut... sedangkan kitab yang kami perebutkan itu memang kitab pusaka kami."

"Jika memang demikian, terpaksa aku akan mengambil tindakan kekerasan, karena itu akupun akan mempergunakan berbagai cara untuk memaksa engkau bicara.."

"Sayang sekali aku tidak bersedia untuk membuka mulut, walaupun bagaimana sebagai seorang ciangbunjin, jelas aku harus melindungi murid2 cie Tiong Pay, yang menjadi muridku " dan setelah berkata begitu, orang she Bun tersebut menghela napas berulang kali. 

Sedangkan Bin An tertawa dingin-

"Baiklah, jika memang begitu keputusanmu terserah, tetapi aku akan berusaha terus membuka tabir pembunuhan diri Lok Kie Siong dengan caraku...jagalah seranganku "dan sambil berkata begitu, Bin An menggerakkan tangan kanannya dengan tubuh yang didoyongkan ke depan- Luar biasa kuatnya angin serangan yang menyambar kearah orang she Bun itu, sehingga tanpa sempat menangkisnya, tubuh orang she Bun tersebut terpental keras sekali dan terb anting diatas tanah. orang she Bun itu bangkit kembali.

"Apakah engkau tetap tidak mau memberi tahukan siapa kelima murid cie Tiong Pay yang telah membinasakan Lok Kie Siong dan isteri- nya ?"

orang she Bun itu mengawasi Bin An dengan sorot mata yang tajam, tetapi wajahnya puCat.

"Bunuhlah aku..." katanya dengan suara yang tidak begitu jelas.

"Mengapa engkau yang harus dibinasakan orang2 yang melakukan kejahatan dan ketelengasan adaiah kelima orang murid mu, maka mereka yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu..."

"Hemmm, jika memang demikian, mengapa harus engkau mendesak aku demikian rupa, bukankah urusan Lok Kie Siong telah selesai..."

"Memang benar telah selesai, mereka telah binasa, tetapi dalam hal ini tentu saja mereka dengan hati penasaran dan harus dicarikan pembalasan terhadap pembunuh mereka, setidaknya harus diketahui juga siapa yang telah berlaku begitu kejam padanya dan juga apa sebabnya.."

orang she Bun tersebut menghela napas lagi.

"Engkau terlalu usil mencampuri urusan orang lain " katanya,

"Benar, tetapi justru ini demi keadilan, Maka jika engkau hendak membela keadilan, engkau harus menunjukkan siapa- siapa adanya kelima murid cie Tiong Pay yang menurunkan tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong dan isterinya..." orang she Bun itu semakip pucat wajahnya. "Baiklah," katanya kemudian, "Perlu kujelaskan, walaupun tubuhku hancur, aku tidak akan memberitahukan siapa  adanya mereka, karena mereka semua melakukan hal itu atas perintahku, maka dengan demikian berarti aku yang harus mempertanggung jawabkannya "

Dan setelah berkata begitu, orang she Bun tersebut membusungkan dadanya, katanya lagi:

"Nah, jika memang engkau hendak membinasakan diriku, bunuhlah "

Tetapi Bin An tertawa mengejek.

"Aku tidak akan semudah itu membinasakan dirimu," katanya, "sekarang justru memang aku hendak memaksamu, walaupun bagaimana engkau harus memberitahukan siapa ke lima murid mu yang melakukan pembunuhan itu.."

Dan sebelum kata- kata nya itu habis diucapkan, Bin An menggerakkan tangannya.

"Wutttt "dari telapak tangannya menyambar angin yang kuat sekali.

orang she Bun itu berusaha mengelakkan diri, namun gagal, kembali tubuhnya terpental.

Begitulah beberapa kali, ia terpental dan bangun kembali, tetapi ia tetap tidak mau membuka mulut.

Bin An kewalahan juga oleh sikap keras kepala ciangbunjin Cie Tiong Pay tersebut.

"Kalau memang terpaksa, aku akan mempergunakan cara lain untuk mengorek keterangan darimu," ancam Bin An. Bun ciangbun tersebut menghela napas.

"Sayang sekali engkau memusuhi cie Tiong Pay tanpa mengetahui urusan yang sebenarnya " katanya, "Dan tentunya urusan kali ini tidak akan disudahi begitu saja oleh orang- orang cie Tiong Pay" Tetapi Bin An tidak jeri oleh gerta kan tersebut, ia berkata : "Aku sengaja datang kemari untuk menemui sebagai ketua cie Tiong Pay, namun sayang engkau sebagai seorang ciangbunjin dari sebuah pintu perguruan tidak memiliki pengertian dan kebijaksanaan, maka dari itu walaupun bagaimana, aku akan menghadapi apapun yang akan terjadi.."

Muka orang she Bun memperlihatkan sikap sungguh- sungguh.

"Tetapi engkau akan menghadapi tetua-tetua cie  Tiong Pay, yang kebetulan sekarang ini tidak berada ditempat... dengan demikian bukankah engkau membuka kesempatan untuk menimbulkan kekaCauan ?" Bin An tersenyum.

"Justru aku menginginkan pengertian dari kau sendiri. Jika memang engkau mau menyebutkan siapa-siapa kelima murid cie Tiong Pay tersebut, dan juga bersedia menghukum mereka dengan peraturan yang terdapat dalam pintu perguruanmu, aku tidak akan mencampuri urusan ini lagi "

MENDENGAR perkataan Bin An yang terakhir orang she Bun tersebut berpikir sejenak lamanya, wajahnya murung sekali. Namun akhirnya ia menyahuti:

"Baiklah", katanya. "Jika memang demikian halnya, aku akan menuruti keinginanmu.." dan setelah berkata begitu, ia bertanya lagi : "Maksudmu, agar kami pihak cie Tiong Pay yang menghukum murid2 kami itu ? Dan juga dalam hal ini tentunya engkau juga tidak akan mencampuri urusan kami  lagi ?".

Bin An mengangguk.

"Tepat...jika saja pihak perguruan cie Tiong Pay memang melakukan tindakan demi keadilan dan juga menghukum murid2-nya dengan peraturan yang terdapat dalam pintu perguruan ini, tentu aku Bin An tidak akan mencampuri urusan ini lagi, semuanya kuserahkan kepada kau atau pintu perguruanmu...". orang she Bun tersebut menghela napas lagi, ia berkata dengan suara yang tawar: "Baiklah, engkau akan menyaksikan bagaimana nanti cie Tiong Pay mengadili kelima murid nya "

Lalu orang Bun tersebut perintahkan murid kepalanya agar pergi mengambil semaCam obat, Tidak lama kemudian murid kepala itu telah keluar lagi dengan membawa semaCam obat pulung, yang diberikan kepada gurunya, yang segera ditelah oleh orang she Bun tersebut.

obat ini memang untuk mengurangi rasa sakit akibat  terluka didalam, dimana ia berulang kali terserang oleh  telapak tangan Bin An-"Mari ikut aku kedalam..." kata orang she Bun tersebut kepada Bin An- Bin An mengangguk dan mengikuti ciangbunjin tersebut dari belakang.

Ketika tiba diruang dalam dari markas cie tiong Pay, Bin An melihat sebuah ruangan yang mewah dan luas, dimana terlihat dua buah meja tersusun rapih, Bahkan ketika orang she Bun yang jadi ciangbunjin cie Tiong Pay memerintahkan agar mempersiapkan hidangan di atas kedua meja tersebut.

Selama itu Bin An hanya berdiam diri saja dan telah mengawasi semua yang ada, karena ia yakin bahwa orang she Bun tersebut tentu tidak akan mau mengadili kelima orang muridnya itu.

Setelah hidangan siap. orang she Bun tersebut mempersilahkan Bin An untuk bersantap.

Waktu itu orang she Bun tersebut berkata dengan suara yang mengandung sesal dan penasaran: "Seharusnya, dipintu perguruan cie Tiong Pay tidak terdapat orang luar yang mencampuri urusan didalam pintu perguruan kami, tetapi karena memang telah terlanjur aku menyanggupi untuk menyidangkan kelima orang murid Cie Tiong Pay yang melakukan pembunuhan terhadap Lok Kie Siong suami isteri, aku bersedia mempersilahkan Kongcu untuk menyaksikannya, siapakah nama selengkapnya dari Kongcu ?" "Aku she Bu dan bernama Bin An-" menjelaskan Bin An tanpa bermaksud menyembunyikan she dan namanya.

"Bu Kongcu, kelima orang murid kami itu semuanya dari tingkat ketujuh " kata ciangbunjin tersebut dengan suara yang datar. Bin An mengangguk.

"Aku telah mengetahuinya, memang mereka semuanya berlima merupakan murid cie Tiong Pay tingkat ketujuh..."

Mendengar ini orang she Bun tersebut tampaknya terkejut, wajahnya juga memancarkan keheranan yang sangat, sampai akhirnya ia bertanya: "Dari mana Bu Kongcu mengetahui hal tersebut.. apakah ada salah seorang murid kami yang memberitahukan kepada Bu Kongcu ?"

Bin An menggeleng.

"Bukan, bukan murid cie Tiong Pay yang memberitahukan tetapi justru Lok Kie Siong sendiri memberitahukan kepadaku..."

"ohhh..." dan orang she Bun tersebut menghela napas, sampai akhirnya ia berkata: "Jika memang demikian halnya, baiklah... mari kita mulai..."

"Tunggu dulu, Bun ciangbunjin... siapakah adanya kelima murid cie Tiong Pay yang melakukan pembunuhan terhadap Lok Kie Siong dan isterinya ?"

"Mereka menduduki tingkat ketujuh semuanya memakai kata cit didepan nama mereka masing2, mereka bernama cit Lung Kie, cit Bun, cit Liang dan cit Kong. Kelima murid itulah yang telah kuperintahkan untuk merebut kitab pusaka kami dari tangan Lok Kie Siong, tetapi dengan pesan agar mereka berusaha sedapat mungkin merebut kitab itu sebaik2nya, yaitu tanpa menimbulkan korban, Namun bukan berarti aku tidak mengijinkannya, jika memang mereka dalam keadaan terdesak. mereka. boleh saja melakukan pembunuhan untuk membela diri... jadi seluruh tanggung jawab yang ada pada mereka ditanggung olehku semuanya.." Bin An tersenyum.

"Baiklah, apakah kelima murid cie Tiong Pay itu telah memberikan laporan selengkapnya mengenai hasil yang mereka Capai itu?" tanya Bin An kemudian-orang sheBun tersebut mengangguk.

"Ya... memang mereka telah memberitahukan bahwa mereka berhasil merebut kitab pusaka dengan melukai suami isteri tersebut, namun... mereka tidak melaporkan bahwa pasangan suami isteri itu binasa ditangan mereka.."

Bin An kembali tersenyum, sikapnya tenang sekali.

"Justru mereka terbinasa dengan cara yang mengenaskan sekali, dimana mereka terluka parah dan tubuh mereka penuh oleh luka... dengan demikian, tentu saja hal ini mendatangkan perasaan tidak mengerti dihati Siauwte, mengapa murid cie Tiong Pay bisa melakukan urusan yang demikian kejam.."

Dan sambil berkata begitu, Bin An telah menyapukan matanya kepada orang2 cie Tiong Pay yang berkumpul disitu, sedangkanBun ciang bunjin telah menghela napas sambil katanya: "Baiklah, mari kita mulai.."

Dengan segera orang she Bun itu menoleh kepada murid kepalanya, Toasuko dari murid cie Tiong Pay, sambil katanya: "Pergi engkau memanggil mereka berlima..."

Toasuko dari murid2 cie Tiong Pay mengiyakan, dan telah berlalu cepat sekali, Tidak lama kemudian ia kembali bersama lima orang murid cie Tiong Pay, yang namanya  tadi disebutkan sebagai cit Lung Kie, cit Bun, Git tiong-sie, cit Liang dan cit Kong.

Mereka berlima merupakan lima orang yang berusia disekitar tiga puluh tahun, tubuh mereka gagah dan tampaknya sehat sekali, namun justru sikap mereka memperiihatkan perasaan kuatir. Kemudian kelima orang tersebut berlutut memberi hormat kepada ciangbunjinnya.

orang she Bun itu tersenyum, sambil katanya: "Baiklah, kalian telah memberikan laporkan kepadaku, bahwa kalian melukai Lok Kie Siong bersama lsterinya, berhasil merebut kitab pusaka kita...tetapi mengapa kalian tidak memberitahukan bahwa mereka terbinasa ?".

Muka kelima orang murid cte Tiong Pay tersebut pucat dan takut2.

"Kami... kami terpaksa menurunkan tangan keras, karena mereka berdua memberikan perlawanan yang gigih, Maka dari itu, dengan demikian kami terlepasan dan terlanjur menurunkan tangan keras kepada mereka."

Sedangkan orang she Bun tersebut berkata dengaA suara yang tawar, "Kalian memang bukan dipersalahkan seluruhnya, hanya justru kalian tidak melaporkan bahwa kalian telah terlanjur membinasakan kedua orang itu... seharusnya urusan ini di tanggung olehku, karena aku yang telah mengutus kalian-.. tetapi sayangnya sekarang aku tidak sanggup untuk melindungi kalian, terpaksa aku menuruti permintaan dari Bu Kongcu untuk mengadili kalian "

Muka kelima murid cie tiong Pay tersebut berobah tambah pucat,

"Bun ciangbun... dalam hal ini... kami. kami

melaksanakan perintah dari Ciangbun belaka... dan... kami.."

Tetapi belum lagi mereka berkata habis, waktu itu Bin An berkata dengan suara yang dingin, katanya: "Jika memang kalian memiliki hati dan sifat yang baik, tentu engkau semuanya tidak akan menurunkan tangan sekejam itu. tetapi

karena memang kalian berlima memiliki sifat yang buruk dan kejam, tanpa segan2 kalian telah menurunkan tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong dan isterinya, oleh sebab itu pula kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian-.." Waktu berkata demikian, Bin An memperlihatkan sikap yang sengit, dari matanya yang memancarkan sinar tajam membentur kelima pasang mata dari kelima murid cie Tiong Pay tersebut.

Kelima murid cie Tiong Pay menundukan kepalanya, mereka tidak berani menentang mata Bin An-

"Nah, kita mulai dengan cit Lung Kie, kau yang waktu itu bertindak sebagai pemimpin... karena itu segalanya harus dipertanggung jawabkan oleh kau.. tentu saja hukuman yang akan engkau terima jauh lebih berat dari keempat orang kawan seperguruanmu. . . "

Muka cit tiong Kie berubah pucat, tetapi ia telah menganggukkan kepalanya sambil berlutut, katanya: "TeCu (murid) menantikan perintah ciangbunjin.."

"Baiklah, karena kalian berlima telah melenyapkan dua jiwa manusia, kalian harus menerima hukuman dikurung selama dua tahun tidak boleh keluar dari kamar kurungan... sedangkan keempat Saudara Seperguruanmu, yaitu cit Bun, cit tiong Sie, cit Liang dan cit Kong, harus mendekam dalam kamar tahanan selama satu tahun setengah.."

Mendengar disebutnya hukuman yang akan diterima oleh kelima murid cie Tiong Pay, Bin An tertawa bergelak-gelak.

"ohh sungguh sandiwara yang baik Sandiwara yang baik sekali" katanya kemudian-Muka orang she Bun berobah merah.

"Mengapa Bu Kongcu berkata begitu? Apakah hukuman yang kujatuhkan kepada muridl cie Tiong Pay kami ini kurang berat..."

"Apa manfaatnya hukuman itu jika memang hanya untuk dikurung sebab melenyapkan dua jiwa manusia? tentu saja hukuman kurungan seperti itu tidak ada artinya, oleh karena ini, sekarang juga aku yang akan menjatuhkan hukuman kepada mereka."

Muka Bun ciangbun jadi berubah, ia bilang: "Seumur hidup Lohu Bun Shang Lie tidak pernah diperhina sampai demikian rupa... jika memang kau telah mendesak diriku, hemm, hemm, aku tentu tidak bisa terus menerus menerimanya keinginanmu. Kukira hukuman yang kujatuhkan kepada kelima murid kami ini telah lebih dari pantas, mengingat bahwa kitab pusaka yang direbutnya itu adalah kitab pusaka milik kami."

Bin An tertawa tawar.

"Aku tidak bisa mempercayai kata2 dan tindakanmu, Bun ciangbun-.. engkau ternyata berat sebelah dalam menjatuhkan hukuman- Maka aku hanya hendak minta kepadamu agar diberikan kesempatan untuk menghukum mereka berlima dengan caraku..."

Muka orang she Bun itu berubah. "Mana boleh begitu?" katanya.

"Terserah kepada Bun ciangbun.." kata Bin An- "Jika memang Bun ciangbun keberatan dengan permintaanku tentu urusan kita akan ber-larut2."

"Hemmm, jika demikian terpaksa aku tidak bisa menerima keinginanmu.."

"Kalau saja memang terdapat pertentangan diantara kita, jelas hal ini akan membuat pihak kita berdua tidak enak..."

Tetapi orang she Bun tersebut tersenyum.

"Aku telah mengalah cukup banyak. selaIu menuruti keinginan Bu Kongcu... namun kenyataannya Bu Kongcu selalu mengajukan permintaan yang berlebih2an."

Dengan demikian, timbul perdebatan yang menjurus kepertengkaran lagi. Sedangkan muka Bun Shang Lie dari cie Tiong Pay berobah jadi merah padam, ia memang telah mengalah banyak. dan menurut pantasnya, ia memang harus dihormati. Dan menurut perasaannya, tindakan yang dilakukan oleh Bu Bin An merupakan tindakan yang berlebihan yang terlalu mendesak dirinya. Bin An waktu itu berkata lagi:

"Jika memang Bun ciangbun tidak bisa menyetujui usulku itu, terpaksa aku akan mengambil jalanku sendiri lagi" kata Bin An dan kemudian sambungnya: "Apakah Bun ciangbun tidak akan menyesal jika kelak ada murid cie Tiong Pay yang harus jatuh menjadi korban-..?"

Dan karena mendengar perkataan Bu Bin An yang mengandung ancaman seperti itu, tampak Bun Shang Lie semakin tidak senang.

Mungkin disebabkan amarahnya, tahu-tahu ia- menggerakkan tangan kanannya, ia telah menepuk meja dengan keras, sehingga Cawan dan mangkok beterbangan keatas.

"Bu Kongcu keterlaluan " katanya kemudian, "Dengan mendesak kami terus menerus seperti ini, berarti Bu Kongcu memang sengaja tidak hendak memberi muka kepada kami, pihak cie Tiong Pay "

Bin An tertawa.

"Kukira justru Bun ciangbun sendiri yang mencari-cari urusan jadi berbelit demikian sesungguhnya jika saja Bun ciangbun mau menjatuhkan hukuman yang pantas, kepada kelima murid cie Tiong Pay, jelas aku tidak akan memberikan tentangan apa-apa kepada pihak kalian. Sekarang, coba bayangkan kelima orang pembunuh itu adalah murid2 cie Tiong Pay yang memang melakukan perintah dari kau sendiri, dan sekarang engkau yang mengadilinya, jelas mereka memperoleh keringanan yang banyak sekali. Tetapi biarpun demikian, jika memang hukuman yang engkau jatuhkan itu cukup pantas, aku tidak akan menimbulkan banyak keributan-

.."

Bun Shang Lie rupanya sudah tidak bisa menahan sabarnya lagi, ia berkata dengan berang: "Lalu tindakan apa yang dikehendaki oleh Bu Kongcu?"

"Tentu saja agar kelima orang pembunuh itu menerima hukuman yang pantas.." menyahuti Bin An-

"Apakah hukuman yang kujatuhkan itu kurang pantas ?" tanya Bun Shang Lie.

Bin An menggeleng, "Ya " katanya.

"Jika demikian, apa yang dikehendaki oleh Bu Kengcu?" tanya Bun Shang Lie pula.

"Aku yang ingin mengadili mereka.."

"Hukuman apa yang hendak dijatuhkan oleh kau terhadap kelima murid itu..?"

"Memusnahkan ilmu silat mereka..." menyahuti Bin An dengan suara yang tegas.

"Memusnahkan ilmu silat mereka ?"

Muka Bun Shang Lie jadi berobah merah dan pucat bergantian, sambil katanya kemudian dengan suara mengandung kemarahan.

"Jika memang demikian halnya, tentu Bu Kongcu bertindak keterlaluan sekali "

Bin An tersenyum tawar.

"Untuk keselamatan orang banyak. agar kelima orang yang bertangan telengas ini tidak melakukan kejahatan lagi " menyahuti Bin An-

"Mengapa harus begitu, bukankah dengan memberikan hukuman kepada mereka, dikurung didalam kamar tahanan selama dua tahun, itu sudah merupakan pelajaran yang cukup untuk mereka ? Dengan demikian tentu kelak ia tidak akan melakukan kejahatan lagi ?"

"Hmmm, justru aku tidak ingin mempercayainya begitu saja, yang kukehendaki adalah memusnahkan kepandaian mereka, sehingga suatu saat kelak jika mereka bermaksud melakukan perbuatan jahat pula, mereka tidak mungkin bisa melakukannya "

Wajah Bun Shang Lie jadi murung, ia bingUng juga keputusan apa yang harus diambil nya, karena justru untuk melawan Bu Bin An, ia sudah tidak memiliki kesanggupan, sedangkan untuk menentang keputusan Bin An pun ia tidak bisa lakukan, karena pertempuran akan segera terjadi, berarti pihaknya yang akan mengalami kerusakan yang cukup parah. Untuk menerima usul Bin An iapun tidak mau, karena merasa kasihan kepada kelima orang muridnya.

Dalam keadaan seperti ini, benar2 Bun shang Lie jadi diliputi keraguan. Bin An tertawa.

"Bagaimana Bun ciangbun, apakah engkau menyetujui pendapatku ?" tanya Bin An-Bun Shang Lie mengawasi Bin An-

"Hemmm, untuk memusnahkan seluruh kepandaian dari kelima murid kami itu, yang telah dipelajari dan dilatih mereka dengan bersusah payah, merupakan urusan yang keterlaluan sekali... jika memang Bu Kongcu ingin bertindak bijaksana, tentu akupun tidak akan keberatan untuk menuruti..."

"Bijaksana bagaimana...?" tanya Bin An kemudian-

"Lebih bijaksana untuk menjatuhkan hukuman yang jauh lebih ringan-.. karena merekapun tidak terlalu berdosa."

"Hemmm." Bin An mendengus.

Bun Shang Lie dan murid2 cie Tiong Pay mengawasi Bin An dengan sorot mata yang tajam. sedangkan kelima murid cie Tiong Pay mengawasi dengan sikap takut-takut. Bun Shang Lie telah berkata dengan suara yang disabarkan: "Apakah Bu Kongcu bersedia menjatuhkan hukuman buat mereka yang lebih ringan ?"

Bin An menggeleng.

"Maafkan, sayang sekali aku sudah tidak bisa merobah keputusanku itu...".

Muka Bun Shang Lie berobah.

"Jadi Bu Kongcu tetap akan memusnahkan ilmu silat mereka ?" tanyanya.

Bin An mengangguk.

"Jika memang demikian halnya, baiklah^.." kata orang she Bun tersebut, "Jika Bu Kongcu tidak mau memberikan sedikitpun muka terang kepadaku, biarlah kita mengambil jalan apa saja untuk menyelesaikan urusan ini." Bin An tersenyum.

"Apakah Bun ciangbun tidak akan menyesal?" tanya nya.

Bun Shang Lie tertawa menyeringai.. "Mengapa harus menyesal ?" katanya.

Bin An tetap tersenyum.

"Jika demikian halnya, akupun terpaksa harus mengambil jalanku sendiri."

Mereka saling tatap.

Untuk seklan lamanya diruang ini sunyi sekali tidak terdengar suara apapun juga , jika andaikata ada sebatang jarum yang jatuh kelantai, tentu akan terdengar suaranya.

"Jika begitu, baiklah dengan cara apa yang dikehendaki Bun ciangbun "

"Justru kami tidak bisa mengambil keputusan, karena pihak kami dari cie Tiong Pay telah mengambil keputusan yang kami kira cukup adil, hanya dari pihak Bu Kongcu sendiri yang belum juga mau mengerti " Bin An tertawa.

"Jika memang demikian halnya, aku tetap dengan keputusanku untuk memusnahkan kepandaian mereka, walaupun tidak sampai melenyapkan tenaga mereka, seluruh kepandaian mereka harus lenyap "

"Kami akan melindungi mereka" kata ketua cie Tiong Pay tersebut.

"coba kita lihat siapa yang berhasiL, Aku atau memang kalian yang hendak melindunginya "

Sedangkan kelima murid cie Tiong Pay yang tengah dipersoalkan itu, telah mengawasi dengan keadaan bersiap siaga, karena mereka justru menyadarinya, bahwa dalam hal ini jiwa mereka terancam, Dan juga jika sampai kepandaian mereka dilenyapkan bukankah hal itu merupakan kejadian yang cukup hebat buat mereka sendiri ?

Bu Bin An mengawasi kearah kelima orang itu, lalu tanyanya "Apakah kalian sudah bersiap ?"

Kelima murid cie Tiong Pay tersebut berkata hampir berbareng:

"Jika Bu Kongcu tidak memiliki hubungan dengan Lok Kie Siong suami isteri, mengapa Bu Kongcu mendesak kami demikian hebat ?"

"Justru demi keadilan-."

"Baiklah jika memang demikian, kami hanya bisa mempertahankan diri sedapat mungkin menurut kemampuan kami saja.."

"Hemmm, kalau saja hal ini merupakan urusan yang kecil tidak ada artinya, tentu akupun tidak akan mendesak kalian semua, namun justru disebabkan urusan ini merupakan urusan jiwa dari Lok Kie Siong suami isteri, aku tidak bisa berdiam diri saja.."

selesai berkata tampak Bu Bin An tertawa ber-gelak2, sedangkan orang2 cie Tiong pay mengawasi dengan perasaan kuatir,

Waktu itu Bun Shang Lie telah mengerahkan tenaga Iwekangnya ketelapak tangannya. Tiba2 Bu Bin An melompat ketengah udara, tubuhnya berkelebat bagaikan bayangan saja. Waktu sedang melayang, tahu2 tubuhnya berputar ditengah udara.

Dan disaat itulah kedua tangannya bekerja sehingga kelima murid cie Tiong Pay itu tertotok semuanya, terkulai tidak memiliki tenaga lagi.

Kelima murid cie Tiong Pay itu menggeletak memperdengarkan suara rintihan-

Bun Shang Lie dan murid2 cie Tiong Pay yang ingin memberikan pertolongan sudah tidak keburu lagi. Belum sempat mereka bergerak. Bin An telah kembali duduk ditempatnya.

Semua yang terjadi itu demikian Cepat sekali, dan juga diwaktu itu Bin An telah memperhatikan ilmunya yang luar biasa, Hanya dalam segebrakan saja ia berhasil melakukan totokan sekaligus kepada kelima orang murid cie Tiong Pay.

Dengan tertotok begitu, kelima murid cie Tiong Pay tersebut tergempur urat dan jalan darahnya, sehingga musnahlah kepandaian mereka, karena tenaga murni mereka telah tertotok buyar.

Keadaan demikian menimbulkan perasaan sakit yang sangat disekujur tubuh mereka, sehingga mereka semuanya merintih kesakitan-

Bun Shang Lie yang melihat bahwa kelima muridnya telah ditotok dan tidak berdaya melindunginya, ia menghela napas dan dengan wajah yang muram ia mengawasi saja kepada Bu Bin-An dengan sorot mata yang tajam.

"Sekarang urusanku telah selesai dan Siauwte bermaksud hendak pamitan..." kata Bin An sambil bangkit dari duduknya.

Bun Shang Lie juga bangkit dari duduknya belum sempat ia berkata, justru diwaktu itu Bin An berkata lagi : "Jika, memang urusan ini kurang menyenangkan hati pihak cie Tiong Pay, Siauwte bersedia untuk mempertanggung jawabannya..."

"Hemm, sesungguhnya perbuatan yang dilakukan oleh Bu Kongcu sangat keterlaluan sekali, tetapi memandang pada kematian Lok Kie Siong dan isterinya, kami mau menghabisi urusan sampai disini saja...." dan setelah berkata begitu, Bun Shang Lie menyebutkan tangannya, mempersilahkan sang tamu berlalu.

Bu Bin An sambil tertawa merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, lalu ia memutar tubuhnya dan berlalu meninggalkan ruangan itu, pemuda ini telah melanjutkan perjalanannya.

Ketika sampai dipintu kota, ia melihat ada sebuah rumah penginapan maka ia bermalam disitu karena memang hari telah larut malam.

Keesokan paginya, barulah Bu Bin An melanjutkan perjalanannya untuk berkelana pula.

Begitulah, setiap tiba disebuah tempat dan menemui kejadian yang tidak adil, selalu Bin An berusaha membereskan urusan tersebut

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar