Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 05

Jilid 5

BO TIE SIANSU dan Bo San siansu yang tengah dilibat oleh lawan-Iawannya itu, jadi gelisah sekali, Mereka telah memberikan perlawanan yang gigih. Tetapi mereka juga berkuatir sekali, disaat mereka tengah dilibat seperti itu, justru pihak lawan menyebar diri keberbagai bagian kuil untuk membakar kuil, itulah yang mereka kuatirkan sekali.

Tetapi hati mereka jadi agak tenang waktu melihat api dibagian timur dan barat dari kuil tersebut bisa dikuasai dan telah padam, Maka mereka bisa mengerahkan dan memusatkan seluruh peihatian mereka untuk melawan musuh.

Dengan cepat Bo Tie Sian su telah merobah cara bertempurnya. Jika tadi dia banyak mengurung diri dengan pembelaan2 yang rapat, sekarang justru Bo Tie Siansu telah berusaha melancarkan serangan balasan yang kuat dan dahsyat sekali.

Begitu juga halnya dengan Bo San Siansu, dia berusaha untuk mendesak Ong Cit Giok. Tampaknya kepandaian Bo San siansu dengan Ong Cit Giok kelihatannya berimbang, karena walaupun Ong Cit Giok masih berada satu tingkat dibawah kepandaian Bo San Siansu, dia bisa mengandalkan kekebalan kulit tangannya yang seperti kulit badak itu, yang sama kerasnya seperti kulit yang terbuat dari lapisan besi.

Sehingga setiap kali Bo San siansu membentur tangan Ong Cit Giok, pendeta ini merasakan tangannya sakit, sehingga Bo San Siansu akhirnya bertempur sambil berusaha mengelakkan terjadinya bentrokan tangan.

Hal itulah yang merugikan sendiri Bo San Siansu, karena dengan berusaha mengelakkan diri dari benturan tangan, Bo San Siansu jadi tidak bisa mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Maka disaat-saat seperti itu, Ong Cit Giok bisa memperoleh hawa dan kesempatan, untuk balas mendesak lawannya, sehingga mereka tampaknya berimbang.

Berlainan dengan pertempuran Bo Tie Siansu dan Pa Pa Liang, memang kepandaian mereka terpaut tidak jauh, maka dari itu, mereka telah bertempur dengan hebat dan mengandalkan kekuatan tenaga lwekangnya. Keduanya terlibat dalam suatu pertempuran yang menentukan, karena masing-masing telah mengempos dan mempergunakan  tenaga sakti mereka, maka jika sekali saja mereka melakukan suatu kesalahan, tentu mereka akan terluka parah atau terbinasa ditangan lawannya.

Hawa dingin dan panas yang bergantian di timbulkan oleh serangan Pa Pa Liang semakin lama jadi semakin kuat saja, malah Bo Tie Sian su merasakan jantungnya mulai menjadi dingin, dikuasai oleh hawa dingin itu. Atau terkadang menjadi panas, karena dikuasai oleh hawa panas.

Dengan terkuasai dirinya oleh perobahan terus menerus hawa dari panas menjadi dingin dan dari dingin berobah kembali menjadi panas, sehingga Bo Tie Siansu menderita kerugian yang tidak kecil.

Beberapa kali pendeta itu berusaha untuk memperhebat serangannya, namun dia selalu gagal untuk mendesak lawannya, walaupun tampaknya Pa Pa Liang melancarkan serangan dengan gerakan tangan yang semakin perlahan, tokh benteng pertahanannya tetap sangat kuat.

Begitulah, mereka telah bertempur terus dengan mengerahkan tenaga lwekangnya. Bahkan Bo Tie Siansu berulang kali telah memutar otak untuk mencari jalan keluar, guna menundukkan lawannya, dan yang terpenting sekali menguasai suasana saat itu. Kalau memang situasi seperti ini berlangsung terus, tentu Siauw Lim Sie akan mengalami ancaman bahaya yang cukup besar.

Disaat itu, sambil mengeluarkan suara bentakan keras, dalam suatu kesempatan, Pa Pa Liang telah melancarkan serangan dengan mempergunakan tangan kanan dan tangan kiri saling susul. Dari kedua tangan Pa Pa Liang itu telah meluncur angin serangan yang mengandung hawa dingin dan panas serentak menyambar Bo Tie Siansu.

Pendeta itu terkejut. Sejak tadi dia hanya menerima serangan hawa dingin dan panas bergantian, dan dia masih bisa menghadapinya. Namun kini dia telah menerima serangan sekaligus dengan kedua macam jenis hawa dingin dan panas yang menyambar kearah dirinya, sehingga Bo Tie siansu jadi mengerutkan alisnya, dan dia telah mengeluh: "Biarlah aku adu jiwa dengan dia "

Kemudian Bo Tie siansu mengerahkan tenaga dalamnya, dia menyalurkan tenaga sinkangnya dikedua pergelangan tangannya yang dirangkapkan menjadi satu, lalu dia mengangkatnya untuk menangkis. "Dukkkkk" keras sekali kekuatan yang saling bentur itu.

Tubuh Bo Tie siansu jadi menggigil karena dia merasakan hawa dingin seperti menyelusup kedalam tubuhnya, Begitu juga hawa panas telah menyelusup kedalam dirinya, membuat tubuh pendeta itu tergetar keras. Bo Tie siansu jadi mengeluh.

Tetapi belum sempat pendeta siauw Lim Sie yang tangguh ini ber-siap2 untuk menerima serangan lagi, disaat itu Pa Pa Liang telah melancarkan serangan lagi, sama seperti tadi, tangan kanan dan tangan kiri tersusun menjadi satu dan sekaligus mengincer bagian dada Bo Tie Siansu, dimana hawa dingin dan panas itu menyambar dengan serentak.

Bo Tie siansu mengeluh. Kalau saja kedua serangan itu mengenai dadanya, rusaklah jantung dan hati maupun paru2nya, yang akan dirusak oleh ilmu sesat Pa Pa Lisng, yang mengandung hawa dingin dan panas itu.

Tetapi sebagi seorang pendeta sakti yang telah puluhan tahun tenggelam hanya dalam meyakinkan kebatinan dan ilmu silat, disaat itu juga Bo Tie siansu teringat kepada bunyinya salah satu pelajaran didalam Kiu Im cin Keng: "Yang kosong bisa berisi, dan yang berisi bisa menjadi kosong, Yang lunak bisa menjadi keras dan yang keras bisa dijadikan lunak" dan itulah pelajaran yang sangat baik sekali dari Kiu Im cin Keng, untuk orang yang melatih diri dalam tenaga lwekang.

juga rumah dibuat kosong sehingga bisa ditinggali, mangkok dibuat bulat dengan ditengahnya kosong, sehingga bisa diisi nasi untuk makan, Apa jadinya jika rumah tidak kosong, penuh dan padat, begitu juga mangkok penuh dan padat?" itulah salah satu bunyi pelajaran dalam Kiu Im cin Keng yang diingat sipendeta dalam keadaan yang begitu kritis.

Karena teringat pelajaran dari kitab sakti seperti Kiu Im cin Keng, seketika otak Bo Tie siansu jadi jernih. Memang yang kosong bisa terisi dan yang keras bisa menjadi lunak. Begitu juga tenaga serangan yang dilancarkan oleh Pa Pa Liang, yang dingin bisa dibuat tidak dingin dan yang panas bisa dibuat menjadi tidak panas.

Seketika itu juga Bo Tie siansu menarik napas dalam2 mengumpulkan tenaga saktinya, dia telah memusatkan di Tan-tian, diperutnya. Kemudian mengangkat kedua tangannya dan menangkisnya .

Dia menerima serangan itu dengan sikap kosong, tetapi juga berisi, Maka tenaga serangan Pa Pa Liang seperti menghantam tempat kosong dan tenaganya seperti lenyap entah kemana, membuat Pa Pa Liang terkejut sekali.

Dan dia juga terkesiap. berbareng dengan itu tahu-tahu tubuhnya tertolak keras sekali oleh serangkum angin serangan dari Bo Tie siansu

Dengan mengeluarkan seruan kaget Pa Pa Liang berusaha untuk melompat menjauhi diri. Tetapi terlambat

Tubuhnya telah terjengkang rubuh diatas tanah, dia bergulingan dua kali, dan kemudian duduk bersemadhi untuk mengatur pernapasannya, karena dia telah terluka didalam, sedetik kemudian:

"Uwahhhhh." Pa Pa Liang membuka mulutnya memuntahkan darah segar.

Ong Cit Giok yang melihat keadaan yang dialami kawannya, kaget tidak terhingga, sehingga dia mengeluarkan seruan "lhhh" dan kemudian mengelakkan serangan Bo San Siansu sambil berbareng melompat mundar menjauhi lawannya.

Dia segera menghampiri Pa Pa Liang, tanyanya dengan suara berkuatir waktu dia berjongkok disamping Pa Pa Liang: "Apakah Toako tidak tertuka berat "

Pa Pa Liang tersenyum terpaksa, dia menggelengkan kepalanya, Kemudian gerakan yang gesit sekali dia telah melompat bangun,

"Pendeta gundul, ternyata kepandaianmu cukup tinggi. Aku Pa Pa Liang ingin meminta petunjukmu lagi " dan Pa Pa Liang bersiap-siap untuk melancarkan serangan lagi.

Namun Bo Tie siansu cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya, dia telah menjura memberi hormat: "janganlah kita menanam permusuhan, tidak ada gunanya. Bukankah kedatangan para Kiesu kemari hanya ingin melaksanakan perintah dari Lie conggoan untuk meminjam kitab? jika memang tidak berhasil, bukankah Kiesu harus kembali menemui Lie conggoan untuk memberikan laporan ?"

Mendengar perkataan Bo Tie Siansu, Pa Pa Liang telah tertawa dingin.

"Hemmm, bukankah kami telah menjelaskan, dapat atau tidak. kami harus bisa meminjam kitab itu, harus dapat memperolehnya kalau tidak. kami tidak akan menemui Lie conggoan lagi. Repot untuk kami mempertanggung jawabkan hal ini menghadapi kemarahan Lie conggoan, sebab bisa2 Siauw Lim Sie akan di bumi hanguskan " Mendengar itu, muka Bo Tie siansu berobah menjadi merah padam karena mendongkol. Bukankah orang terang2an telah mengancam, yang ingin diadu domba antara Siauw Lim Sie dengan pihak Lie conggoan, yang berasal dari pihak kerajaan

? Bukankah itu merupakan munculnya api yang meletik akan membakar suasana di Siauw Lim Sie ?

Tetapi BoTie siansu tetap menahan diri. Dia telah berkata dengan suara yang sabar: "Kami pihak Siauw Lim sie belum pernah bentrok dan berbuat salah kepada pihak kerajaan, kamipun tidak pernah usil mencampuri urusan diluar kuil Siauw Lim Sie, kami kira Kaisar Eng Lok juga mengetahui hal itu, maka sayang sekali,mengapa Lie conggoan mengambil sikap seperti itu kepada kami."

Ditanya begitu, muka Pa Pa Liang berobah jadi bengis, dia telah berkata lagi: "lni semua hanya disebabkan tingkah Siauw Lim Sie sendiri, bukankah Lie conggoan seCara baik2 hanya ingin meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang? Mengapa justru kalian tidak memberikannya ? Dan kalian seperti menantang Lie conggoan, dengan tidak mau memberi muka terang kepadanya?Jika memang Lie conggoan mengerahkan sepuluh ribu pasukan tentara perangnya, apakan itu suatu kesalahan Lie conggoan, walaupun akhirnya siauw Lim Sie harus musnah dari permukaan bumi, hanya disebabkan sejilid kitab saja.-"

Bo Tie Siansu didesak begitu rupa, membuat dia terpojokkan, Alasan yang dikemukakan lawan adalah alasan yang dicari-cari, tetapi tetap saja pihak kerajaan bisa melakukan sesuatu apapun juga terhadap Siauw Lim Sie dengan mencari gara-gara seperti itu. inilah yang telah menyusahkan hati Bo Tie Siansu, Belum lagi urusan Hongthio Siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu dapat diketahui dengan jelas jejaknya, justru sekarang telah muncul persoalan baru, dimana Lie conggoan mulai melancarkan kekacauan dikuil siauw Lim Sie. Sedangkan mati hidupnya Bo Liang Siansu, yang kabarnya telah ditawan oleh orang2nya Lie conggoan, masih belum diketahuinya dengan jelas.

Bo Tie Siansu menghela napas, dia mengerutkan sepasang alisnya dengan wajah yang muram.

Diam-diam pendeta ini telah mengambil keputusan didalam hatinya, dia akan menghadapi musuh-musuh ini, walaupun harus dengan mempergunakan kekerasan.

Maka akhirnya Bo Tie siansu telah berkata dengan suara yang tegas: "Jadi para kiesu masih tetap ingin mempergunakan kekerasan guna memaksakan keinginan kiesu kepada kami ?" tegurnya.

Pa Pa Liang tertawa dingin-

"Kau telah menurunkan tangan keras padaku, akupun telah terluka, Tetapi ketahuilah, itulah luka yang tidak berarti apa- apa, kami tetap dengan pendirian kami, jika kami belum memperoleh kesempatan meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, kami tidak ingin kembali menghadap Lie conggoan-"

Itulah keputusan yang tegas, bahwa pihak lawan akan tetap mempergunakan kekerasannya. Disaat itu, tampak Pa Pa Liang telah menoleh kepada Ong Cit Giok. dia bilang: "Jika memang perlu, kita akan mengadu jiwa dengan mereka..."

Ong Cit Giok tertawa nyengir waktu mendengar perkataan kawannya, dia pun berkata: "Ya. Ya Memang benar Akupun tidak ingin kembali menghadap Lie conggoan sebelum tugas yang diberikan kepada kita dapat dilaksanakan dengan baik."

begitulah mereka telah bersiap-siap untuk mulai melancarkan serangan lagi.

Sedangkan Bo San siansu dan Bo Tie siansu juga bersiap sedia untuk menerima serangan dari pihak lawan, begitu juga orang2 Siauw Lim Sie lainnya, dimana para pendeta itu ber- siap2 untuk bertempur mati2an- sedangkan sepuluh orang kawan Pa Pa Liang telah bersiap juga untuk mulai melancarkan serangan, Maka keadaan mulai menjadi tegang kembali.

Disaat itu, tampak Pa Pa Liang juga telah mengangkat kedua tangannya, yaitu tangan kiri dan tangan kanannya, yang disusun untuk melancarkan serangan, Namun waktu kedua golongan orang itu, orang-orang Siauw Lim Sie dengan orang-orang dari Pa Pa Liang, akan saling tempur, disaat itu telah terdengar suara bentakan nyaring : "Tahan "

Semua orang telah menoleh dan jadi terkejut, karena mereka melihat Khu Sun Lie muncul dengan ditangannya menenteng seseorang.

Yang lebih terkejut justru Ong Cit Giok. karena dia mengenali dengan segera muridnya yang ditawan oleh sipengemis.

Dengan muka yang berobah bengis, Ong Cit Giok telah membentak : "pengemis bau, mengapa engkau menawan murid ku ?"

bentakan itu disusul dengan tubuhnya yang ingin begerak untuk menerjang Khu Sun Lie

Tetapi Khu Sun Lie telah tertawa : "IHaha-haha, enak saja engkau bicara Murid mu ini adalah anjing buduk yang berkeliaran dikuil orang, terlebih lagi kuil yang suci seperti Siauw Lim Sie, mana bisa anjing budukan seperti ini dibiarkan seenaknya berkeliaran tidak menentu mencari makanan busuk

?"

Disanggapi begitu, muka Ong Cit Giok jadi berobah merah karena marah dan malu, Dia melompat dan mengayunkan tangan kanannya untuk menyerang Khu Sun Lie.

Khu Sun Lie memang bukan tandingannya, itu disadari oleh sipengemis. Maka dia telah cepat-cepat menyingkir dengan melompat kesamping, tetapi tangannya tetap mencekuk tawanannya.

Waktu Ong Cit Giok menerjang melancarkan serangan lagi, Bo Tie siansu telah melesat gesit dan mengulurkan tangannya, dia mewakili Khu Sun Lie menangkis serangan orang tersebut.

Ong Cit Giok telah terhuyung mundur dua tindak. sedangkan tubuh Bo Tie siansu tidak terhuyung mundur, dia hanya tergetar

"Jangan mengganggu tamu kami, Khu Lo enghiong adalah tamu kami " kata Bo Tie Siansu dengan sabar.

Waktu itu muka Ong Cit Giok telah berobah merah, dan kehijau-hijauan, lalu dia berkata dengan sengit: "Bebaskan muridku "

Khu Sun Lie kembali tertawa mengejek, dia membawa sikap yang berani, sedikitpun juga sipengemis tidak memperlihatkan perasaan jeri, Bahkan dia sengaja ingin mempermainkan orang she ong tersebut.

"Tidak mudah untuk membebaskan murid mu, engkau telah menimbulkan kerusuhan di Siauw Lim Sie bersama kawan- kawanmu, dan itu telah menimbulkan kerugian yang tidak kecil untuk Siauw Lim Sie, jika murid mu ini sebagai ganti rugi, dengan dibuntungi kedua tangannya, dibutai matanya dan dikorek isi perutnya, tentu tidak terlalu merugikan kalian-..."

Dan setelah berkata begitu, Khu Sun Lie benar6 benar mengulurkan tangan kirinya sambil memusatkan tenaga nya, dia bermaksud mematah kan tangan murid ketiga dari Ong Cit Giok.

Melihat Khu Sun Lie bukan hanya sekedar menggertak belaka dan ingin membuktikan ancamannya itu, Ong Cit Giok jadi kaget. Mukanya juga berobah pucat, walaupun dihatinya dia gusar bukan main- "Tunggu dulu " katanya Cepat, "Jangan kau menyiksa murid ku "

"Kenapa ?" tegur Khu Sun Lie dengan suara yang mengejek.

"Muridku tidak tahu apa-apa, dia hanya ikut bersamaku karena diajak olehku, jika engkau ingin memperhitungkan segalanya, dapat engkau berurusan dengan aku "

"Hemmm, dengan muridmu juga sama" kata Khu Sun Lie. "Dia memang bukan anggota Siauw Lim Sie, bisa saja dia membawa sikap di luar dari peradatan dan semau dia."

"Tetapi "suara Ong Cit Giok mulai perlahan, tidak segalak tadi.

"Tetapi kenapa ?"

"Aku minta kau bebaskan muridku itu, dan kami akan mengundurkan diri untuk meninggalkan tempat ini "

"Enak saja engkau bicara " kata Khu Sun Lie. "Tahukah engkau, murid mu ini justru telah membongkar seluruh rahasia kalian, yang datang kemari dalam jumlah lebih dari lima ratus orang, semuanya orang rimba persilatan, hanya seratus orang yang benar- benar tentara kerajaan Bahkan murid mu telah demikian kurang ajar berusaha membakar kuil siauw Lim Sie. Apakah dia tidak pantas dihukum ? Aku bukan orang Siauw Lim Sie, jika memang kelak kalian ingin meminta pertanggung anjawab, kalian boleh mencari aku "

Dengan berkata begitu sipengemis ingin maksudkan bahwa yang akan turun tangan menghajar murid ketiga dari Ong Cit Giok bukanlah orang Siauw Lim Sie, maka jika kelak orang2 Lie conggoan bermaksud menuntut balas, dia boleh mencari sipengemis ini, bukan kepada orang2 Siauw Lim Sie.

Rupanya Ong Cit Giok sudah tidak bisa menahan diri, dia berkata dengan dingin: "Baiklah, jika memang engkau ingin mencelakai muridku, silahkan, tetapi akibatnya tentu juga sangat besar, aku Ong Cit Giok tidak akan mau sudah sampai disitu saja " sambil berkata begitu.

ong ot Giok melirik kepada Bo Tie Siansu, maksudnya dia menghendaki Bo Tie Siansu yang perintahkan Khu Sun Lie membebaskan muridnya itu.

Tetapi Bo Tie siansu sendiri yang tengah tenggelam dalam keraguan telah berdiam diri saja, karena pendeta ini justru tengah bimbang memikirkan juga keselamatan Hongthio Siauw Lim Sie, yaitu suhengnya, Bo Liang Siansu. Saat itu Khu Sun Lie telah berkata lagi dengan suara yang dingin:

"Baiklah, aku akan membebaskan murid mu ini, aku tidak akan menyiksanya.. tetapi engkau harus menjawab pertanyaanku dengan baik." Ong Cit Giok mengangguk.

"Katakanlah"

"Aku ingin mengetahui, dimana kalian sembunyikan Bo Liang Siansu, Hongthio Siauw Lim Sie yang telah kalian tawan

?Jika kalian sudi memberitahukan tentu murid mu ini akan kami bebaskan, karena perCuma saja jika aku minta tukar guling, kalian tentu keberatan, karena harga Bo Liang siansu jauh lebih bernilai dari anjing buduk ini... Cukup asal kalian memberi tahukan dimana kalian menyekap Bo Liang Siansu."

Ong Cit Giok seorang yang licik, setiap apa yang dilakukannya selalu dipertimbangkannya dengan baik. Mendengar perkataan Khu Sun Lie, dia memperlihatkan paras seperti tengah keheranan.

"Hongthio siauw Lim Sie ? Bo Liang Siansu ? justru kami datang kemari ingin bertemu dengan Hongthio Siauw Lim Sie, bagaimana kami bisa mengetahui tempat beradanya pendeta tua itu?"

Mendengar perkataan seperti itu, Khu Sun Lie tidak hilang akal, dia memperdengarkan suara tertawa mengejek sambil katanya: "Baiklah, jika memang kalian tidak mau mengatakannya. aku akan meminta murid mu ini yang mengatakannya "

"Silahkan, jika memang dia tahu tentu dia akan menjawab dengan jujur " kata Ong Cit Giok dengan licik. Dia yakin muridnya itu tidak akan mengatakan apa-apa, bukankah muridnya itu memang tidak tahu menahu perihal tertangkapnya Bo Liang siansu ?

Khu Sun Lie sambil tertawa dingin memperkencang Cengkeraman tangannya ditengkuk murid ketiga dari Ong Cit Giok. menyebabkan murid musuh itu menjerit kesakitan dan matanya memandang pada gurunya untuk minta pertolongan-

Tetapi Khu Sun Lie telah bertanya : "Dengarlah, jika  engkau tidak menjawab dengan benar, cengkeraman ini akan kuperkeras, sehingga tulang punggungmu hancur, berarti engkau akan bercacad seumur hidup "

Murid Ong Cit Giok tidak menyahuti, dia tidak mengiyakan atau juga menolak.

Sedangkan Khu Sun Lie telah berkata lagi: "Sekarang engkau kata kan, apakah kalian datang kemari memang bermaksud menghancurkan kuil Siauw Lim Sie ?"

Ditanya begitu, murid Ong Cit Giok memandang gurunya sejenak. Saat itulah Khu Sun Lie memperkeras cengkeraman tangannya, dan dia tersentak kesakitan, maka ter-buru2 dia menyahuti: "Be... benar " katanya tergagap.

"Dan... dan sekarang kau bebaskan aku... bukankah aku telah bicara yang jujur?"

"Pertanyaanku belum habis," kata Khu Sun Lie. "Engkau masih harus menjawab beberapa pertanyaanku "

"Ya, ya, aku akan menjawab nya, tetapi... aduhhhh,  engkau jangan mempersakit diriku. " "Hemmm, jika nanti engkau telah habis menjawab semua pertanyaanku aku akan membebaskanmu " kata Khu Sun Lie.

"sekarang katakan, siapa yang telah memimpin kalian datang kemari ?"

"GU... gurUku " menyahuti murid Ong Cit Giok.

"Dan engkau tadi mengatakan, empat ratus akhli silat telah menyamar sebagai orang kerajaan, benarkah itu ?" tanya Khu Sun Lie lagi.

Murid Ong Cit Giok ragu-ragu, tetapi akhirnya dia membenarkan juga .

"Dan engkau juga tadi mengatakan, bahwa mereka semuanya bermaksud memusnahkan kuil siauw Lim Sie, mencari gara-gara dengan Siauw Lim Sie, benarkah begitu ?" tanya Khu Sun Lie.

"Be... benar..."

"Hemmm, engkau sekarang kata kan, dimana Bo Liang siansu disekap ?" tanya Khu Sun Lie lagi.

Saat itu sebetulnya murid Ong Cit Giok tengah kesakitan bukan main, sebab Khu Sun Lie mencengkeram semakin lama semakin keras.

"Aku... aku mana tahu ?" seru murid Ong Cit Giok dengan tergagap menahan perasaan sakit.

"Engkau tidak tahu ?" Khu Sun Lie tertawa dingin, "Tadi engkau mengatakan kepadaku bahwa Bo Liang Siansu telah kena dipancing dan ditawan oleh Lie conggoan, bukankah begitu ?" tanya Khu Sun Lie dengan suara yang mendesak. Dan waktu itu murid Ong Cit Giok jadi terkejut dia bengong sejenak dengan maksud ingin menyangkalnya.

Tetapi justru Khu Sun Lie yang telah menduga akan sikap murid dari musuhnya tersebut, dia telah memperkeras cengkeraman tangannya. Sehingga murid Ong Cit Giok menjerit kesakitan, dan kemudian dia berkata: "Benar....benar...." dia menyahuti sekenanya saja.

Hal itu telah membuat Ong Cit Giok jadi gusar bukan main, Dia tahu muridnya dan dirinya tengah dipermainkan. Memang benar Bo Liang siansu telah kena ditawan oleh orang2nya Lie conggoan, tetapi justru dia yakin hal itu bukan diceritakan  oleh muridnya.

Dan jika saat itu sang murid tersebut membenarkan pertanyaan Khu Sun Lie, karena dia disiksa oleh perasaan sakit pada tulang punggungnya, sehingga dia hanya membenarkan saja setiap pertanyaan sipengemis.

Dengan napas memburu dan muka yang berobah merah padam, tampak Ong Cit Giok telah melangkah mendekati Khu Sun Lie.

Sipengemis telah melihatnya, dia membentak  keras: "Tahan langkahmu Satu tindak kau maju lagi, maka hancurlah tulang punggung murid mu ini " sambil berkata begitu Khu Sun Lie telah memperkeras Cengkeramannya, sehingga murid Ong Cit Giok men-jerit2 kesakitan-

Memang benar, aucaman yang diberikan Khu Sun Lie bukan ancaman kosong, jika sampai sipengmis mengerahkan tenaganya meremas hancur tulang punggung murid Ong Cit Giok, hancurlah diri murid tersebut, berarti akan lumpuh selamanya. itulah yang tidak dikehendaki oleh Ong Cit Giok.

"Pengemis busuk. apa yang kau inginkan sesungguhnya ?" tanya Ong Cit Giok kemudian sambil menahan kemarahan dihatinya, yang di tindihnya dalam- dalam.

"Aku hanya berkeinginan sama dengan kalian Dengarlah, apa maksud kalian datang mengaCau di Siauw Lim Sie ini ?"

Disanggapi seperti itu, bukan main meluapnya kemarahan Ong Cit Giok, tetapi disebabkan muridnya berada dibawah kekuasaan lawan dan jiwa maupun keselamatan muridnya berada dalam pengaruh lawan, Ong Cit Giok tidak berani mengumbar kemarahannya. Baru saja dia mau berkata, saat itu sesosok bayangan telah berkelebat Cepat sekali.

Ternyata Pa Pa Liang diam-diam telah mendekati Khu Sun Lie, dan jarak mereka terpisah beberapa tombak lagi, disaat itulah dengan cepat dia menjejak kakinya, tubuhnya melompat gesit sekali melancarkan serangan dengan kedua tangannya,arah yang diincernya adalah kepala dari sipengemis.

Dia melancarkan serangan dengan mempergunakan tenaga dalam yang kuat sekali. Kepandaian yang dimiliki Pa Pa Liang berada diatas kepandaian Ong Cit Giok. sedangkan Khu Sun Lie sendiri bukan menjadi tandingan Ong Cit Giok, Maka mana bisa sipengemis menerima serangan Pa Pa Liang, Untuk berkelit sudah tidak keburu lagi, maka terpaksa jalan satu- satunya agar kepalanya tidak hancur, Khu Sun Lie melepaskan Cengkeramannya pada tengkuk murid Ong Cit Giok, dia telah mempergunakan serentak kedua tangannya menangkis. 

"Dukkkk" tubuh Khu Sun Lie terpental lima tombak 1ebih. Untung saja dia memiliki ginkang yang cukup tinggi, tubuhnya tidak sampai terbanting, dia berpoksay ditengah udara dan turun ditanah dengan kedua kaki terlebih dulu.

Ong Cit Giok juga saat itu telah membarengi melompat, dia menyambar muridnya, yang diselamatkannya terlebih dulu.

Bo Tie Siansu, melihat ancaman untuk Khu Sun Lie, cepat2 ia melompat kedekat Pa Pa Liang.

Pa Pa Liang sebetulnya ingin menyerang lagi disaat sipengemis dalam keadaan tidak berdaya dan belum bersiap sedia.

Tetapi ketika dia melihat Bo Tie Siansu telah berada didekatnya, Pa Pa Liang membatalkan maksudnya untuk menyerang Khu Sun Lie, sebab jika sampai dia meneruskan serangannya, berarti penjagaan diri dibelakang tubuhnya akan kosong dan Bo Tie Siansu yang liehay itu bisa menyerang bagian yang kosong seperti itu.

Keadaan jadi diliputi ketegangan yang luar biasa, Ong Cit Giok telah tertawa dingin setelah berhasil menyelamatkan muridnya, yang diserahkan kepada kedua orang dari kesepuluh orang yang berpakaian seragam sebagai tentara kerajaan-

"Baiklah, kami akan pamitan. Tetapi ingatlah, pihak siauw Lim Sie telah memperlakukan kami tidak baik, disamping itu muridku juga telah dihina sedemikian rupa, maka jika kelak kami telah menghadap Lie conggoan, dan Lie conggoan marah, kalian yang menanggung semua itu " dan setelah berkata begitu, Ong Cit Giok memberi isyarat kepada Pa Pa Liang dan kawan- kawan lainnya.

Mereka mundur dengan cepat sekali, dalam sekejap mata ditaman itu sudah tidak ada orang luar selain pendeta Siauw Lim Sie dan Khu Sun Lie.

Bo Tie Siansu menghela napas, tetapi Be San siansu telah mengingatkan kepadanya, agar mereka segera bersiap-siap mengatur diri, karena tidak lama lagi tentu akan bermunculan musuh-musuh, dari Lie conggoan-.. Dan mereka tentu dengan alasan Siauw Lim Sie telah menolak permintaan Lie conggoan, disamping bentrokan yang baru terjadi sebagai alasan untuk melabrak Siauw Lim Sie.

Bo Tie Siansu juga menyadari bahaya yang mengancam, maka dia segera mengatur murid- murid Siauw Lim Sie untuk menjaga tempat-tempat yang terpenting dikuil tersebut, Khu Sun Lie sendiri ikut berjaga.

MALAM ITU keadaan dikaki gunung Siong san sangat sunyi, dan kekalutan yang baru saja terjadi didalam kuil Siauw Lim Sie seperti juga tidak mempengaruhi tempat tersebut, sesosok tubuh tengah berlari- lari, dengan sebentar-sebentar terdengar suara isak tangisnya.

Setelah berlari sekian lama, akhirnya sosok tubuh itu terguling rubuh ditanah, tampaknya dia letih sekali. Ditangannya membawa sesuatu, yang digendongnya rapat pada dadanya.

Waktu tubuh terjerambab, sosok tubuh itu mendekap barang gendongannya itu erat-erat, dan terdengar suara tangis melengking dari seorang bayi.

Dengan bersusah payah, sosok tubuh itu berusaha bangkit, dan akhirnya dia meneruskan perjalanannya mendaki gunung Siongsan dengan tertatih-tatih.

Ternyata dia seorang wanita, yang berusia diantara dua puluh dua tahun, parasnya cantik, hanya sayang pada waktu itu keadaannya sangat kotor sekali, juga rambutnya terurai tidak teratur dan pakaiannya pada robek disana sini. Keadaannya sangat mengenaskan sekali, Suara lengking tangis bayi juga merobek kesunyian disekitar tempat tersebut.

Setelah berlari-lari sekian lama lagi, tiba-tiba wanita tersebut menahan langkah kakinya, Dia melihat serombongan orang tengah menuruni gunung, Mereka tidak lain dari rombongan Ong Cit Giok, Pa Pa Liang dan yang lainnya, yang baru turun gunung dari Siauw Lim Sie. Wanita itu berdiri tertegun mengawasi mereka.

Sedangkan rombongan Ong Cit Giok juga melihat wanita berpakaian mesum itu yang tengah menggendong seorang bayi yang berusia baru beberapa bulan- Namun mereka mendUga wanita itu adalah seorang wanita kampUng di kaki bUkit, yang kebetulan berada disitu.

Bukankah keadaannya begitu mesUm, dengan muka yang kotor dan pakaian yang rombeng2. Maka kehadiran wanita yang menggendong bayi ditangannya itu, tidak menarik perhatian Ong Cit Giok. Terlebih lagi saat itu Ong Cit Giok memang tengah mendelu sekali, panjang pendek dia telah mengutuk Siauw Lim Sie dengan kata-kata yang kotor.

Setelah rombongan Ong Cit Giok tidak terlihat lagi, wanita yang menggendong bayi tersebut melanjutkan perjalanannya mendaki gunung.

Dilihat dari jalan yang diambilnya, tentu dia bermaksud menuju ke Siauw Lim Sie. Hanya yang mengherankan justru apa maksud perempuan ini, disaat malam hari dan hampir menjelang fajar, dikegelapan seperti itu, berjalan seorang diri membawa-bawa bayinya didalam gendongannya, bahkan keadaan dirinya sendiri juga tidak keruan maCam ?

Dengan bersusah payah wanita itu berhasil mendaki terus, sampai akhirnya dia tiba dimuka kuil Siauw Lim Sie. Rupanya wanita itu telah terlalu letih, sehingga waktu tiba dimuka pintu kuil, dia terduduk lemas dan bayinya menangis dengan lengkingan yang nyaring.

Wanita itu berusaha membujuk bayinya untuk mendiamkan tangis bayinya, namun bayi itu tetap menangis.

Khu Sun Lie, Bo Tie siansu dan yang lainnya, yang tengah menanti-nanti dengan kuatir kalau-kalau Ong Cit Giok akan kembali dengan rombongan dan jumlah yang lebih besar, telah mendengar suara tangis bayi itu.

Semua orang gagah itu jadi saling pandang, mereka heran sekali, Entah bayi siapa yang menangis didepan kuil Siauw Lim Sie disaat fajar akan segera menyingsing? Bo Tie Siansu perintahkan seorang pendeta untuk melihat keluar,

Pendeta mudayang menerima perintah tersebut membuka pintu dengan hati-hati, sebab dia kuatir isak tangis bayi yang melengking sangat tinggi itu merupakan pancingan dari musuh. Tetapi setelah dia menengok keluar, dia tidak melihat siapapun juga , selain seorang wanita yang tidak keruan keadaannya^ dengan ditangan kanannya menggendong bayi yang tengah menangis, wanita itu duduk dimuka kuil, pendeta ini jadi heran, tetapi segera dia kembali kedalam untuk memberikan laporan kepada Bo Tie Siansu.

Semua orang jadi heran mendengar laporan tersebut, seorang wanita yang tidak keruan keadaannya bersama seorang bayi dimuka kuil Siauw Lim Sie ? Apa maunya wanita itu membawa bayinya dipagi hari yang sedingin ini ?

Dengan diikuti oleh Khu Sun Lie, Bo Tie Siansu bersama beberapa orang pendeta Siauw Lim Sie lainnya segera juga keluar.

Mereka melihat wanita yang tengah keletihan itu, sedang sibuk membujuki bayinya agar berhenti menangis, tetapi bayi itu masih menangis terus.

Dan suara pintu terbuka serta munculnya Bo Tie siansu bersama-sama dengan pendeta lainnya Khu Sun Lie, telah mengejutkan wanita itu.

Namun waktu dia melihat tegas bahwa yang keluar itu adalah pendeta yang telah lanjut usianya, wajahnya yang sabar dan banyak pendeta lainnya, wanita itu jadi berseri-seri. segera dia berlutut dihadapan Bo Tie Siansu, sam bil tetap menggendong bayinya.

"Ampunilah Siauwlie (aku yang rendah) mengganggu ketenangan para Losuhu " kata wanita itu, sambil menangis menitikkan air mata. "sesungguhnya Siauwlie memiliki urusan yang sangat penting sekali "

Bo Tie Siansu cepat-cepat menyuruh wanita itu bangun dari berlututnya, Tetapi wanita yang pakaiannya compang camping itu tetap berlutut, bahkan dia telah meneruskan perkataannya: "Dapatkab Losuhu mempertemukan Siauwlie dengan Hong Thio Taisu dari siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu ?" Mendengar pertanyaan terakhir dari wanita tersebut, telah membuat Bo Tie siansu dan yang lainnya jadi terkejut.

"Apa maksud Hujin (nyonya) ingin bertemu dengan HongThio kami ?" tanya Bo Tie Sian su setelah lenyap perasaan herannya-

"Ada urusan penting yang perlu siauwlie sampaikan, maukah Losuhu memberitahukan kedatangan Siauwlie... Siauwlie hanya perlu bertemu sebentar saja untuk menyampaikan suatu pesan penting "

Bo Tie siansu menghela napas, dia jadi berduka, karena teringat suhengnya yang sampai hari ini masih belum diketahui jejaknya, Tetapi tadi dari Khu Sun Lie dia telah mengetahui segalanya, bahwa Bo Liang siansu memang benar-benar telah ditahan oleh Lie conggoan, maka orang- orang Siauw Lim Sie juga tengah mempertimbangkan apakah mereka akan menyatroni Lie conggoan untuk membebaskan Bo Liang siansu.

Tetapi justru sekarang telah ada peristiwa wanita aneh ini, yang minta untuk bertemu dengan Bo Liang siansu.

Bo Tie siansu menghela napas, kemudian katanya dengan suara yang lembut.

"Sayang sekali kedatangan hujin tidak bertepatan waktunya, HongThio kami tengah keluar pintu " menjelaskan Bo Tie Siansu.

Mendengar itu, wajah siwanita aneh ini berobah pucat, dan tiba-tiba dia menangis terisak isak.

"Apakah kesengsaraan selama beberapa bulan ini tidak akan berakhir dan akan memusnahkan kami ?" menggumam wanita itu dengan suara yang sangat menyayatkan diantara isak tangisnya.

Bo Tie siansu dan yang lainnya jadi heran, bahkan Bo Tie Siansu telah bertanya dengan sabar: "sebetuInya, ada urusan sulit apakah yang dialami oleh hujin?" tanyanya.

"Percuma, perCuma " kata wanita itu.

"Jika memang aku tidak berhasil bertemu dengan Bo Liang Siansu, tentu urusan akan berakhir dengan kemusnahan, penasaran yang tidak ada akhirnya, tiada keadilan yang bisa ditegakkan" menggumam wanita itu sambil terus juga menangis terisak-isak. Bo Tie siansu mengerutkan alisnya.

"Tetapi walaupun HongThio kami tengah ke luar pintu, untuk sementara waktu ini Lolap yang mewakilinya, maka jika Hujin tidak keberatan dan memerlukan bantuan kami, ceritakan lah kesulitan Hujin, mungkin kami bisa membantu.."

Mendengar perkataan Bo Tie Siansu yang terakhir, mata wanita itu jadi bersinar kembali, wajahnya juga jadi tidak sepucat tadi, tampaknya dia telah memperoleh semangat

Dengan masih tetap memegang bayi dalam tangannya, dia berlutut lagi dihadapan Bo Tie Siansu. Katanya :"sebetulnya aku tengah membawa satu urusan penasaran dimana keluarga kami telah dibasmi oleh orang-orang kaisar, maka kami ingin meminta bantuan Siauw Lim Sie untuk melindungi turunan satu-satunya dari keluarga Bu "

Disebutnya "keluarga Bur", Bo Tie Siansu teringat kepada seseorang.

"Apakah yang hujin maksudkan adalah Bu Beng Hong yang bergelar Sip Pat Mo?" tanya Bo Tie siansu sambil mengawasi wanita itu.

Kembali tangis wanita tersebut menjadi keras, dia telah mengangguk.

"Benar, bayi yang kubawa ini adalah putera tunggal dari Bu Enghiong " menjelaskan wanita itu. "inilah putera Bu Beng Hong Eng hlong, yang bernama Bu Bin An. Hanya bayi ini yang bisa diselamatkan sedangkan Bu Loya telah terbinasa oleh orang-orang jahat utusan Kaisar Eng Lok. seluruh keluarganya, isteri dan sanak familinya"

Bergidik Khu Sun Lie mendengar itu. Memang dia telah mendengar bahwa Bu Beng Hong merupakan salah seorang yang tengah dicurigai oleh Kaisar Eng Lok, karena justru Sip Pat Mo Bu Beng Hong merupakan salah seorang jago andalan dari bekas Kaisar yang lalu.

Tetapi dia tidak menduga bahwa Kaisar Eng Lok bekerja begitu cepat, dimana seluruh keluarga Bu Beng Hong berhasil dimusnahkan dan hanya yang dapat diselamatkan adalah bayi didalam gendongan wanita ini. yang menurut pengakuannya adalah bayi tunggalnya dari Bu Beng Hong.

"Bersama bayi ini, Siauwlie juga membawa surat Bu Loya, karena waktu terjadi penyerbuan itu, Bu Loya telah perintahkan Siauwlie melarikan diri dari pintu belakang dengan membekali sepucuk surat yang harus Siauw Lie serahkan kepada HongThio Siauw Lim sie bersama putera tunggal dari Bu Loya, yaitu Bu Siauwya ini "

Sambil berkata begitu, wanita tersebut telah mengeluarkan segulung surat, Surat yang singkat sekali isinya, yang tentunya ditulis dengan tergesa-gesa sekali.

Waktu itu, semua orang juga telah mendengarkan cerita wanita tersebut, Ternyata dia seorang pelayan dikeluarga Bu, hanya dia bersama majikan kecilnya ini yang berhasil selamat dari kematian, sedangkan seluruh keluarga Bu telah dimusnahkan oleh jago-jago kiriman dari Kaisar Eng Lok.

Pelayan wanita ini menempatkan diri bersembunyi disebuah kandang kuda, dan setelah orang-orang Kaisar Eng Lok berlalu, barulah dia melarikan diri, Yang mengenaskan hatinya, dia sempat melihat majikannya dan seluruh keluarga Bu menggeletak tidak bernyawa.

Bukan main berdukanya Bo Tie siansu dan yang lainnya mendengar cerita wanita tersebut. Segera juga wanita ini bersama bayinya telah dibawa masuk kedalam Siauw Lim Sie. Waktu mereka berada diruang tengah, dimana bayi tersebut telah diberi minum susu dan disediakan air teh untuk wanita tersebut, Bo Tie siansu berkata: "sesungguhnya kami sendiri pihak Siauw Lim Sie tengah mengalami ancaman dari Kaisar Eng Lok, tetapi kami yakin, akan dapat merawat putera tunggalnya Bu Enghiong, semoga saja Bu Enghiong dapat terpejam tenang dialam baka." kata Bo Tie Siansu.

"Ya, kami akan merawatnya dengan baik-baik..." kata Bo San siansu.

"Dan Siauwlie akan pamitan dengan berhasilnya siauwlie mencapai tempat ini dan menyerahkan putera Bu Loya, tenanglah hati Siauwlie " wanita itu telah meminta diri.

Tetepi Bo Tie siansu menahannya, dia menyarankan agar wanita tersebut beristirahat dulu beberapa hari dikuil Siauw Lim Sie, dan kelak baru melanjutkan perjalanannya.

Wanita itu juga menganggap saran tersebut cukup baik, maka dia menerimanya sambil menyatakan terima kasihnya.

ooo

DENGAN diliputi oleh kegelisahan, Khu Sun Lie dan Bo Tie Siansu telah berunding mengenai keadaan yang akan terjadi pada pintu perguruan Siauw Lim sie.

begitu juga tetua-tetua Siauw Lim Sie lainnya, telah ikut duduk dalam perundingan tersebut. Mereka tengah membicarakan perihal Bo Liang Siansu, Dan mereka beruaha mengambil keputusan, apakah mereka akan menyantroni markasnya Lie conggoan, untuk membebaskan Bo Liang siansu atau memang menanti saja bebera pa saat lagi. Bukankah musuhpun tidak lama lagi akan muncul sendirinya untuk melakukan huru hara dikuil Siauw Lim Sie ? "Jika kita menyatroni markas Lie conggoan, tentu tidak mudah kita bergerak leluasa, terlebih lagi kitapun tidak mengetahui tempat yang pasti dimana Bo Liang Siansu ditahan." kata Khu Sun Lie mengemukakan pikirannya. "Lagipula, yang sangat terpenting, tentu kita akan menghadapi banyak sekali jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi, yang tentunya berkumpul semua disana Lebih baik, kita tunggu saja selama beberapa hari ini. kita lihat perkembangan yang ada "

Bo Tie siansu dan yang lainnya tampak ragu ragu, tetapi mereka tidak memiliki pilihan lainnya, sehingga mereka akhirnya menyetujui usul itu.

Sambil menantikan perkembangan yang akan terjadi dan lewatnya sang waktu, Bo Tie Sian su telah perintahkan seorang pendeta muda untuk merawat bayi yang menjadi putera tunggal almarhum Bu Beng Hong. Sip Pat Mo semasa hidupnya merupakan seorang pendekar besar, yang memiliki kepandaian tinggi dan hati yang baik.

Banyak perbuatan mulia yang dilakukan oleh almarhUm, disamping itu waktu duduk sebagai pengawal pribadi Kaisar yang lama, dia juga merupakan seorang pendekar yang mengutamakan kebajikan, itulah sebabnya, banyak orang- orang rimba persilatan yang menaruh hormat padanya.

Begitu pula halnya dengan Siauw Lim Sie. Kini pendekar itu hanya tinggal namanya saja, karena habis dibasmi sekeluarga oleh Kaisar Eng Lok yang mengerahkan jago-jago pilihannya, dan yang hanya tertolong Cuma putera tunggalnya yang masih bayi, mungkin belum berusia satu tahun, yang bernama Bu Bin An-

Maka Bo Tie siansu telah bertekad, walaupun bagaimana dia bermaksud mendidik anak ini, agar kelak dia menjadi seorang pendekar gagah perkasa. Disaat ituIah, dia telah mengambil keputusan, jika kelak Siauw Lim Sie sampai mengalami ancaman yang tidak terelakkan lagi, yang terpenting harus diselamatkannya adalah Bu Bin An, bocah itu, agar kelak dia bisa dididik menjadi seorang pendekar besar dan mengadakan pembalasan dendam orang tuanya.

Sebagai seorang pendeta yang memiliki perasaan lembut memang Bo Tie siansu tidak menyetujuijika anak tersebut kelak diperalat menjadi alat membalas dendam, disamping itu diapun tidak setuju jika kelak Bu Bin An harus mempergunakan kepandaiannya menuntut balas pada musuh- musuhnya, Karena sebagai pendeta yang soleh, tentu dia akan mentang perkataan dendam itu.Justeru yang membuat Bo Tie siansu jadi sakit hati, adalah Kaisar Eng Lok  banyak melakukan ha-hal dan tindakan-tindakan yang keterlaluan.

Dimana dia telah membasmi para jago-jago silat yang ternama, mengejar-ngejar jago-jago silat yang telah hidup mengasingkan diri, Dan Siauw Lim sie yang tidak pernah mencampuri urusan diluar kuil, tokh masih terkena getahnya, dimana seluruh pendeta Siauw Lim Sie ingin dimusnahkan dengan diutusnya Lie conggoan untuk mencari gara-gara dengan pihak Siauw Lim sie. Dan kini juga HongThio Siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu, telah ditawan oleh Lie conggoan, membuat Bo Tie siansu benar-benar menaruh kebencian kepada Kaisar Eng Lok. Dan kebenciannya itu bukan terhadap diri pribadi Kaisar itu sendiri, tetapi justru kepada perbuatan dan tindakannya yang jahat itu

Itulah sebabnya Bo Tie siansu bertekad untuk mendidik Bu Bin An untuk menjadi seorang pendekar besar, agar kelak anak ini bisa menentukan apa yang disebut jahat dan apa yang disebut kebaikan

Telah tiga hari para pendeta Siauw Lim Sie itu menanti- nanti dengan penuh ketegangan, tetapi tetap tidak terjadi sesuatu yang istimewa. Ong Cit Giok dan orang-orangnya tidak pernah muncul.

Hal ini membuat para pendeta siauw Lim Sie menjadi heran, Mereka menduga apakah pihak Lie conggoan telah menghabiskan urusan hanya sampai disitu saja ?

Tentu saja hal ini membuat Bo Tie Siansu dan para pendeta siauw Lim Sie yang lainnya menduga- duga, entah apa yang akan dilakukan oleh orang-orangnya Lie conggoan itu.

Dua hari telah lewat lagi.

Tetap saja tidak ada suatuperistiwa yang berarti.

Keadaan didalam Siauw Lim Sie tetap tenang tidak tergoncangkan kembali.

Bahkan Bo Tie Siansu telah perintahkan kepada beberapa orang pendeta untuk memperbaiki kuil yang terbakar sebagian, yaitu dibagian timur dan barat. sepuluh hari telah lewat, keadaan tetap tenang. Khu Sun Lie sendiri heran-

"Apakah kita akan berdiam diri terus menerus seperti ini ?" tanya Bo Tie siansu pada akhirnya. Dia tampaknya berduka sekali.

Khu Sun Lie tahU, yang dipikirkan dan membuat hati Bo Tie Siansu menjadi susah adalah perihal Bo Liang Siansu, Kakak seperguruan pendeta itu yang masih berada dalam tangan musuh, berarti nasibnya juga belum diketahui dengan jelas, perihal mati hidupnya tidak dapat mereka ketahui.

Tetapi Khu Sun Lie sendiri juga bingung, dia tidak bisa memberikan saran yang terbaik, jika mereka meninggaikan Siauw Lim Sie untuk menyatroni gedungnya Lie conggoan, dan kuil Siauw Lim Sie kosong, lalu datang serbuan, siapa yang dapat melindunginya ?

Paling tidak hanya para pendeta yang ting katannya rendah dan kuil siauw Lim Sie akan hancur dan dlobrak-abrik oleh orang-orang Lie conggoan- Tentu saja jika sampai terjadi begitu, yang lebih celaka adalah orang-orang Siauw Lim Sie.

Bo Tie Siansu sendiri memiliki kesulitan seperti itu, dia menyadari tidak bisa mereka meninggaikan kuil seperti harimau meninggaikan kandang, karena itu merupakan hal yang sangat merugikan mereka.

Tetapi untuk berdiam diri terus, juga bukan merupakan keputusan yang bijaksana.

Khu Sun Lie menyarankan untuk mereka mencoba jalan memecah tenaga dan kekuatan, yang sebagian tetap menjaga kuil Siauw Lim Sie, sedangkan yang sebagian lagi berusaha untuk menyatroni markasnya Lie conggoan-

Menurut Bo Tie siansu yang menanggapi usul itu, jika hal tersebut dilakukan, tentu lebih berbahaya, dimana kekuatan mereka telah terpecah-pecah, sedangkan musuh terdiri dari jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi, dan yang terpenting sekali justru dipihak musuh berkumpul jago-jago yang berjumlah sangat banyak sekali seperti terjadi pada Bu Beng Hong, dia seorang pendekar besar dijaman ini, dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Tetapi tokh dia masih bisa dimusnahkan oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok.

Surat singkat yang dititipkan Bu Beng Hong kepada pelayannya yang sempat melarikan diri dan menyelamatkan putera tunggalnya itu berbunyi singkat sekali, yaitu hanya meminta bantuan dari pihak Siauw Lim Sie untuk merawat puteranya, agar kelak menjadi orang yang memiliki kepandaian berarti.

Dan dia juga telah menyatakan kesulitannya secara singkat, Katanya pula dalam suratnya itu, dia hanya percaya pada siauw Lim Sie karena pintu perguruan ini merupakan pintu perguruan yang sangat besar dan ternama, banyak orang- orang gagah yang dilahirkan oleh pintu perguruan tersebut, maka dia percaya jika saja putera tunggalnya itu bisa dirawat oleh orang-orang Siauw Lim Sie tentu kelak Bu Bin An akan memperoleh kepandaian yang sempurna sekali.

Maka dari itu, Bo Tie siansu tidak bisa mensiakan-siakan kepercayaan yang diberikan oleh Bu Beng Hong, seorang jago yang sangat ternama itu, kepada pihak Siauw Lim Sie. Bo Tie siansu telah bertekad, walaupun bagaimana dia bermaksud mendidik Bu Bin An menjadi manusia yang berarti kelak. menjadi seorang pendekar besar yang memiliki kepandaian tinggi dan juga memiliki jiwa yang patriot.

Tetapi anak itu justru masih terlalu kecil, belum ada satu tahun, Terlebih lagi memang kini Siauw Lim Sie sendiri tengah mengalami ancaman bahaya yang tidak kecil, Namun melihat keadaan bayi itu, Bo Tie siansu memperoleh kenyataan bahwa bayi itu memang memiliki bakat dan tulang yang baik untuk belajar ilmu silat.

Itulah yang telah menggembirakan hati Bo Tie siansu, karena dia melihat Bu Bin An merupakan bakat yang baik dan bibit yang bisa diandalkan kelak untuk dididik menjadi seorang pemuda yang gagah.

Dua hari telah lewat lagi.

Tetap tidak ada peristiwa apapun yang terjadi. Hampir setengah bulan sejak Ong Cit Giok an orang-orangnya mengaCau dikuil Siauw Lim Sie, dan sampai saat itu masih tidak terjadi urusan apapun lagi.

Maka hal tersebut telah membuat Bo Tie siansu dan para pendeta Siauw Lim sie lainnya jadi heran juga . Mereka tidak tahu entah siasat apa yang tengah dipergunakan oleh orang- orangnya Lie conggoan-

Dan yang membuat Bo Tie siansu dan orang-orang Siauw Lim Sie semakin gelisah, semakin lewatnya hari, tentu semakin lama pula Hong Thio mereka ditahan oleh orang-orangnya Lie conggoan- Tentu ketua Siauw Lim Sie itu akan menerima perlakuan yang tidak baik, yang berarti juga akan menyebabkan dia bersengsara.

Sering Bo Tie siansu menghela napas dalam-dalam jika memikirkan keadaan kakak seperguruannya .

Tetapi sebagai seorang pendeta yang telah menempuh didikan dan gemblengan lahir dan bath in, dengan sendirinya pendeta ini lebih dapat mengekang perasaannya, berbeda dengan beberapa orang pendeta muda siauw Lim Sie lainnya yang telah menitikkan air mata menangisi nasib HongThio mereka.

Setelah genap dua puluh hari masih tidak terjadi suatu apapun juga , akhirnya Bo Tie siansu mengambil keputusan. Dia mengutus Bo San siansu dan Bo Cie Siansu untuk turun gunung menyelidiki keadaan orang-orangnya Lie conggoan-

Mereka berdua, Bo San siansu dan Bo Cie siansu ditugaskan untuk berusaha mencari tempat ditawannya Bo Liang Siansu.

Kedua pendeta itu bersumpah, jika mereka tidak dapat mencari tempat disembunyikannya Bo Liang Siansu, tentu mereka tidak akan kembali dulu ke Siauw Lim Sie.

Namun Bo Tie Siansu menasehati mereka, tidak boleh mengambil keputusan seperti itu, sebab Siauw Lim Sie justru tengah membutuhkan tenaga mereka, sebagai tetua-tetua Siauw Lim Sie yang kepandaiannya setaraf dengan Bo Tie Siansu.

Akhirnya Bo San dan Bo Cie siansu bisa disadarkan juga , mereka menyesal telah menuruti emosi, Maka akhirnya mereka berjanji hanya akan pergi menyelidiki menuruti kemampuan yang ada pada mereka, dan akan kembali seCepatnya ke Siauw Lim Sie.

Begitu Bo San Siansu dan Bo Cie Siansu berangkat, Bo Tie Siansu juga perintahkan murid-murid Siauw Lim Sie dari tingkat kedua, ketiga, keempat dan kelima mengadakan penjagaan ketat disekitar Siauw Lim Sie, mengawasi sekitar pegunungan Siongsan.

Waktu itu banyak pendeta siauw Lim Sie yang telah berkeliaran dipegunungan siong san, pura-pura pergi meminta derma dari kampung yang satu kekampung yang lainnya, karena mereka justru tengah memasang mata, apakah orang- orangnya Ong Cit Giok masih berkeliaran disekitar pegunungan Siongsan.

Tetapi kenyataannya, mereka tidak melihat orang-orang yang mereka curigakan, sehingga Bo Tie siansu jadi tambah heran, dengan demikian berarti bahwa Ong Cit Giok bersama orang-orangnya telah mengundurkan diri dari Siongsan-

"Apakah mereka sedang mempergunakan taktik memancing harimau ?" Khu Sun Lie yang masih berdiam di Siauw Lim Sie, suatu hari telah memberikan dugaannya.

"Maksud Kiesu ?" tanya Bo Tie Siansu.

"Mereka mungkin sengaja menarik diri dan berkumpul dimarkasnya Lie conggoan, karena mereka menghendaki orang-orang Siauw Lim Sie sendiri yang mengunjungi mereka " Bo Tie Siansu baru tersadar.

"Benar" katanya agak keras, "justru mereka mengandalkan pada Bo Liang Suheng, memaksa agar kami menyatroni mereka, Bukankah dengan demikian, jika kami mengaCau kemarkas Lie conggoan berarti kami berusaha membuat kerusuhan dan mereka kemudian memiliki alasan yang kuat untuk memberantas setiap orang Siauw Lim Sie dengan mempergunakan alasan seperti itu ?" Khu Sun Lie mengangguk.

"Mereka sungguh jahat " katanya dengan geram, karena Khu Sun Lie telah menyaksikan betapa banyak orang-orang Kaisar Eng Lok melakukan kejahatan-Yang membuat hati Khu Sun Lie sakit, adalah kematian Bu Beng Hong. Jago itu merupakan jago kelas atas, merupakan tokoh sakti dalam rimba persilatan. Terlebih lagi sepak terjangnya selalu mementingkan keadilan, sehingga membuat semua orang menghormatinya.

Tetapi kini justru Bu Beng Hong dan keluarganya telah dibasmi oleh jago-jago Kaisar Eng Lok. itulah yang menyakitkan benar hati sipengemis.

Untung saja keturunan keluarga Bu itu tidak terputuskan dengan berhasil diselamatkannya jiwa Bu Bin An-

Kini yang menjadi masalah adalah, apakah bayi itu bisa dididik sebaik mungkin ?

Apakah kelak dia memiliki minat yang besar untuk menjadi seorang akhli silat ? Tetapi mengingat bahwa ayahnya adalah seorang pendekar besar, maka Khu Sun Lie dan orang-orang Siauw Lim Sie yakin bahwa Bu Bin An juga kelak akan memiliki minat yang besar dalam ilmu silat.

Bu Bin An seorang bayi yang manis dan lucu. Dia juga seorang bayi yang jenaka sekali, disamping itu tubuhnya telah montok kembali, karena memperoleh perawatan yang baik dari pihak siauw Lim Sie.

Dengan cepat sang waktu berjalan terus, setengah bulan lagi berlalu.

Bo San dan Bo Cie siansu telah kembali ke Siauw Lim Sie.

Mereka melaporkan, bahwa mereka menemui kesulitan yang tidak kecil.

Markas dari Lie conggoan selalu berpindah-pindah, tidak berdiam disekitar kaki gunung Siongsan- Hal itulah yang sulit bagi mereka untuk melakukan penyelidikan-

"conggoan itu tampaknya tengah mempergunakan taktik," kata Khu Sun Lie. "Dia membawa sikap seperti tidak memiliki urusan dan tidak menaruh perhatian pada pihak Siauw Lim Sie. Tetapi justru mereka sekarang ini menang angin, karena HongThio Siauw Lim Sie berada ditangan mereka, dan hal itu tidak bisa dibuktikan dengan jelas, tentu saja tidak bisa kita memberitahukan hal tersebut kepada para orang gagah rimba persilatan, mereka akan meragukan keterangan kita, sebab memang bukti-bukti yang nyata tidak kita miliki "

Bo Tie siansu jadi murung, dia berdiam diri sejenak. dan kemudian katanya : "Dan yang membuat kita sulit juga, justru kita tidak bisa menyatroni conggoan itu. Kalau sampai cong goan itu kita satroni, nisCaya dengan mudah dia akan mencap siauw Lim Sie sebagai pemberontak. Dan dengan mengandalkan alasan itu, mereka akan menghajar habis- habisan pada Siauw Lim Sie.

Kalau alasan itu telah mereka peroleh, tentu Kaisar Eng Lok pun akan mengirimkan selaksa pasukannya untuk menghancurkan Siauw Lim Sie tanpa perlu kuatir orang2 rimba persilatan akan bergabung menentangnya. Inilah merupakan urusan yang tidak mudah, dan harus kita pecahkan mencari jalan keluarnya "

Setelah berkata begitu dengan wajah berduka, Bo Tie Siansu menghela napas berulang kali.

Bo Tie Siansu memang tengah berada dalam kesulitan, Bisa saja dia menghimpun para orang gagah, namun dia tidak memiliki bukti, bahwa HongThio Siauw Lim Sie ditawan oleh Lie conggoan-

Jika Bo Tie siansu menghimpun para orang gagah, lalu Lie conggoan membantahnya, bukankah akan membuat pandangan orang rimba persilatan kepada pihak siauw Lim Sie menjadi buruk? itupun kalau hendak menghimpun orang- orang gagah rimba persilatan, jika memang benar- benar Siauw Lim Sie tengah menghadapi urusan besar dan sulit diatasi sendiri. Bukankah siauw Lim Sie merupakan pintu perguruan yang tertua dan dihormati, disamping sangat besar ? Maka jika sampai persoalan HongThio mereka di tangkap oleh Lie conggoan dan mereka tidak berdaya untuk membebaskannya, bukankah itu merupakan urusan yang memalukan, yang akan menjadi bahan tertawaan para orang gagah ?

Khu Sun Lie telah menyatakan kepada Bo Tie siansu, jika dalam seminggu lagi masih tidak terjadi suatu perobahan, dia bermaksud turun gunung, untuk pergi menyelidiki keadaan Lie conggoan-

Khu Sun Lie yakin, kelak dengan menyamar, dia bisa menyelidiki keadaan Lie conggoan dan juga bisa pula menyelidiki keadaan Hong Thio Siauw Lim Sie. Namun yang membuat dia bertanya-tanya, sebegitu jauh dia hanya mengetahui nama Lie conggoan belaka, namun nama conggoan itu selengkapnya dia tidak mengetahui dengan jelas.

Sebagai orang yang telah berpengalaman dalam rimba persilatan, soal itu bukan merupakan urusan yang terlalu berat, bisa saja nanti dia menangkap orang bawahan dari Ong Cit Giok. dan mengancamnya, sampai orang itu bicara. Hari demi hari telah berlalu,dan memang tidak terjadi urusan apa- apa lagi.

Seperti juga persoalan yang terjadi di Siauw Lim Sie, yang ditimbulkan oleh Ong Cit Giok, telah lenyap begitu saja dan kini hari demi hari lewat dengan Cepat, Seminggu kemudian, Khu Sun Lie pun berpamitan dari Bo Tie Siansu.

Sejak kepergian Khu Sun Lie, Bo Tie siansu mulai sibuk untuk merawat dan mendidik Bu Bin An- Bayi itu, yang berusia kurang dari satu tahun, telah dimandikan setiap hari dengan ramuan jinsom dan beberapa macam akar-akar tumbuhan yang bisa menguatkan tubuh. 

Perkembangan tubuh Bu Bin An memang pesat, selama dirawat di siauw Lim Sie, dia menjadi montok dan sehat. Bu Bin An juga merupakan seorang anak yang lincah segar. Setiap hari gerak-geriknya lucu sekali, bisa menghibur sedikit kedukaan orang-orang Siauw Lim Siu dengan kehadiran bocah ini.

Hari demi hari terus berlalu, dalam setengah tahun saja perkembangan tubuh Bu Bin An jadi semakin sehat.

Selama itu Bo Tie siansu tidak bosan-bosannya telah mencarikan berbagai akar pohon dan obat-obatan yang paling mujarab, untuk "merebus" anak tersebut dalam godokan itu, agar tubuhnya menjadi kuat dan sehat.

Dengan memperoleh perawatan yang begitu istimewa, tentu saja sibayi ini tumbuh dengan sehat.

Menjelang berusia dua tahun, Bo Tie Sian su telah mendidik anak itu dengan dasar ilmu silat, sehingga anak tersebut bisa melatih diri dengan berbagai ilmu pukulan yang ringan, berlari setiap hari mengelilingi kuil dan juga telah mulai dilatih menjalani pernapasan-

Usianya memang masih muda, baru dua tahun, tetapi justru anak ini memperlihatkan tanda-tanda bakat yang cerdas sekali. Dia bisa menerima petunjuk yang diberikan Bo Tie siansu dengan baik.

Karena memang sebagai bocah kecil, daya terima dari Bu Bin An sangat lama dan membutuhkan kesabaran sehingga Bo Tie Siansu harus mengasuhnya dengan penuh kesabaran-

Sebagai seorang bocah yang sangat disayangi oleh seluruh penghuni kuil siauw Lim sie, membuat bocah itu senang sekali tinggal di kuil tersebut. Jika pagi hari berolah raga, dan disore hari melatih pernapasan-

Bo Tie Siansu sendiri tidak menurunkan pelajaran2 yang berat, dia hanya sekedarnya saja memberikan latihan ringan, walaupun bagaimana cerdiknya, tetapi seorang anak yang baru berusia dua tahun seperti itu, jelas tidak bisa menerima banyak. apa lagi bicara saja baru bisa satu dua patah.

Sebagai anak yang cerdas, Bu Bin An memperlihatkan kesanggupan yang melebihi anak- anak sebaya dengannya dia telah bisa duduk melatih pernapasannya yang ditahan diperutnya, dan juga bisa bersilat pukulan tangan, walaupun gerakannya hanya ngawur belaka, sebagai olah raga.

Tetapi itu telah cUkup menggembirakan Bo Tie Siansu, karena justru dengan demikian Bo Tie Siansu ingin menanamkan kegemaran bersilat kepada anak ini. Jika memang dalam usia sekecil itu telah dibiasakan dengan latihan-latihan walaupun Bu Bin An menerimanya dengan ngawur, toh telah terlihat anak itu senang sekali "berolah raga".

Perkembangan yang diperlihatkan anak tersebut membuat hati Bo Tie siansu jadi terhibur. Walaupun sejauh itu perihal Bo Liang Siansu, HongThio Siauw Lim Sie, belum lagi didengar kabar beritanya, tokh anak ini bisa dijadikan sebagai pelipur lara juga .

Dalam usia dua tahun, seperti anak- anak lain layaknya, Bu Bin An memang sudah mulai pandai bicara, tetapi kata- katanya masih sering keseleo, sehingga seringkali menimbulkan tawa dan kegembiraan.

Apa lagi anak ini juga memiliki tubuh yang sehat berkat perawatan yang diberikan oleh Bo Tie Siansu, yang sering memandikan anak tersebut dengan ramuan-ramuan yang sangat langka dan juga terkenal akan khasiatnya, telah membuat perkembangan anak ini memuaskan sekali.

Sama sekali Bo Tie siansu dan para pendeta Siauw Lim Sie tidak menduga, bahwa sebenarnya Lie conggoan yang memimpin Ong Cit Giok dan jago-jago lainnya itu, telah mengurungkan maksud mereka menyerbu Siauw Lim Sie, karena mereka telah melihat Siauw Lim Sie memang sebuah pintu perguruan yang kuat, disamping itupun memang tidak ada alasan yang kuat untuk mereka, menghancurkan Siauw Lim Sie jalan satu-satunya buat Ong Cit Giok dan kawan- kawannya hanyalah menantikan Siauw Lim Sie melakukan kesalahan-

Untuk sementara waktu mereka hanya mengejar para jago- jago yang dicurigai oleh Kaisar Eng Lok, seperti halnya Bu Beng Hong, yang seluruh keluarganya telah mereka basmi, Perihal lolosnya Bu Bin An, anak tunggal dari Bu Beng Hong, tidak mereka ketahui.

Namun Ong Cit Giok yakin, dengan adanya HongThio siauw Lim Sie sebagai tawanan mereka, tentu suatu saat kelak pihak Siauw Lim Sie akan melakukan suatu kesalahan kepada mereka, Maka mereka hanya bersikap menanti saja, mereka yakin, satu atau dua tahun mendatang ini pihak Siauw Lim Sie akan dapat mereka hancurkan, setelah terlebih dahulu menghancurkan orang-orang yang dicurigai Kaisar Eng Lok,

Dan tentu saja, disamping mengejar jago2 yang di benci Kaisar Eng Lok, pun mereka telah memupuk kekuatan banyak tokoh2 sakti yang digaet dan dibujuk kerajaan dengan harta dan pangkat.

Begitulah untuk sementara waktu Siauw Lim Sie tidak diganggu pula oleh orang2 Kaisar Eng Lok. Dan begitu juga pihak Siauw Lim Sie tidak berani mengambil keputusan yang ceroboh, walaupun HongThio mereka masih ditawan oleh orang-orang Kaisar tetapi disebabkan mereka belum mengetahui dengan pasti dimana ditahannya Bo Liang siansu,

Mereka juga tidak berani mengambil tindakan apa- apa, hanya menyebar murid-murid Siauw Lim Sie untuk turun gunung melakukan penyelidikan keberbagai daerah.

Kepengurusan kuil Siauw Lim Sie untuk sementara waktu diambil alih oleh Bo Tie Siansu, yang mewakili selama Bo Liang Siansu belum kembali, karena sampai sebegitu jauh masih belum diketahui perihal mati hidupnya Bo Liang Siansu.

Tetapi orang-orang Siauw Lim Sie juga telah memutuskan, jika memang kelak mereka telah mengetahui pasti bahwa Bo Liang siansu dicelakai oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok, tentu merekapun akan melakukan pembalasan. Tentu saja pembalasan itu bukan pembalasan dendam, hanya untuk menegakkan keadilan.

Tetapi pagi itu, justru Siauw Lim Sie telah menerima seorang tamu. Hari masih pagi sekali, matahari fajar pun baru saja naik belum begitu tinggi, pintu kuil Siauw Lim Sie telah diketuk seseorang. Waktu seorang totong (hweshio berusia belasan tahun) membuka pintu kuil, dia melihat seorang lelaki tua berusia lima puluh tahunan, dengan kumis dan jenggot yang tipis dan juga memakai baju panjang thungshia berwarna hijau daun, disamping itu mengenakan topi segi tiga, tengah berdiri dengan tenang. Ditangan kanannya tampak membawa sebuah bungkusan kecil.

"Pagi-pagi sekali loya telah datang, apakah loya bermaksud untuk bersembahyang ?" tanya totong itu dengan sikap hormat.

Orang itu memandang si totong, dia memperlihatkan sikap yang dingin, tidak simpatik sama sekali. Kemudian dengan suara yang dalam dia bilang: "Panggil keluar Bo Tie Siansu,..."

Hati si totong tercekat kaget, karena dia melihat sikap orang yang tidak bersahabat, Tetapi karena sejak kecil dia telah bertugas dikuil Sia uw Lim Sie, maka dia telah memperoleh gemblengan untuk berlaku hormat kepada setiap tamu. Dia telah tersenyum.

"Ada keperluan apakah Loya ingin bertemu dengan HongThio kami ?" tanya totong itu kemudian dengan suara sabar, dia sama sekali tidak memperlihatkan perasaan tidak senangnya. Mata lelaki tersebut mendelik, dia mengawasi tajam pada si totong. "Apakah engkau tuli ? Aku sudah mengatakan panggil Bo Tie siansu keluar untuk menyambut kedatanganku Katakan, ceng-le Siucai (pelajar berbaju hijau) Loa Sim Hoan ingin bertemu."

Totong itu mengawasi sejenak pada tamu ini, kemudian dia mengangguk. dia minta tamunya menunggu sebentar, karena dia bermaksud memberitahukan kedatangan orang ini kepada Bo Tie Siansu.

Bo Tie Siansu waktu menerima laporan ada seseorang yang ingin bertemu dengan dirinya, dan orang itu bergelar ceng ie siucai, dia jadi terkejut.

"Loa sim Hoan ?" menggumam Bo Tie Siansu sambil bangkit berdiri dari duduknya di tikar berbentuk bulat dan mengikuti si totong menuju keluar.

Selama berjalan keluar, Bo Tie Siansu tidak habis berpikir, karena justru dia mengetahui siapa adanya ceng ie Siucai Loa Sim Hoan, seorang tokoh sakti yang sangat ternama didalam rimba persilatan-

Maka dari itu Bo Tie Siansu tidak berani berayal, karena dia menduga tentu ada sesuatu yang Cukup penting sehingga jago ternama she Loa sampai perlu berkunjung ke Siauw Lim Sie.

Loa Sim Hoan tertawa sinis waktu melihat Bo Tie Siansu mendatangi bersama totong yang tadi, belum lagi sipendeta menegurnya, dan baru saja Bo Tie Siansu merangkapkan sepasang tangannya untuk menjura pada tamu tersebut, lelaki berpakaian serba hijau tersebut telah berkata dengan suara yang dingin: "Bo Tie Siansu aku membawa titipan untuk disampaikan kepadamu "

"Selamat datang dikuil kami, saudara Loan " kata Bo Tie Siansu, "Mari... mari silahkan masuk." Tetapi Loa Sim Hoan telah menggeleng perlahan, tidak terlihat senyum diwajahnya.

"Aku tidak bertamu lama disini, hanya perlu menyampaikan bingkisan ini kepadamu, ka terimalah " sambil berkata begitu, Loan Sim Hoan telah mengangsurkan bungkusan yang dicekal ditangan kanannya.

Bo Tie Siansu ragu-ragu, tetapi akhirnya dia telah bertanya: "Bingkisan apakah itu, Loa Kiesu ? Dan juga dari siapakah bingkisan itu ?"

Loa sim Hoan telah tersenyum dengan sikap yang tidak simpatik "Aku tidak tahu siapa yang mengirimkan bingkisan ini, hanya ditengah jalan aku telah bertemu dengan seorang pemuda yang berpakaian sebagai orang gunung, dia meminta aku menyampaikan bingkisan kepada Siansu, terimalah "

Bo Tie siansu mengawasi bungkusan itu, dia melihat bentuknya tidak begitu besar, Akhirnya setelah ragu-ragu sejenak. Bo Tie Sian su menoleh kepada si totong dan mengisyaratkan agar totong itu menerima bungkusan tersebut.

Tetapi waktu totong itu ingin menerima bungkusan tersebut, tanpa disengaja cekalannya terlepas, sehingga bungkusan itujatuh ketanah dan kain pembungkusnya terbuka, Dari dalam bungkusan itu menggelinding keluar kepala seorang manusia, yang berlumuran darah 

Muka Bo Tie Siansu jadi berobah, dia mengawasi tajam kepada tamunya itu, tanya nya : "Apa artinya semua ini. Loa Kiesu ?"

Loa sim Hoan tetap memperlihatkan sikap yang tenang, sama sekali dia tidak memperlihatkan bahwa apa yang terjadi itu merupakan suatu urusan yang luar biasa.

"Menurut keterangan yang diberikan oleh pemuda yang menitipkannya kepadaku, kepala manusia itu adalah seorang sahabat dari Siauw Lim Sie " menjelaskan Loa Sim Hoan dengan suara yang tawar.

Hanya sekejap saja Bo Tie siansu juga sudah bisa melihat tegas muka dari kepala tanpa tubuh itu, Bo Tie siansu jadi tercekat kaget sendirinya, itulah kepalanya Khu Sun Lie, sipengemis yang baik hati, yang belum lama telah berpamitan padanya.

"Ini inilah kepalanya Khu Kiesu, Khu Sun Lie" kata Bo Tie Siansu dengan suara tidak begitu jelas, muka pendeta ini juga jadi berobah memperlihatkan kemarahan-

"Saudara Loa katakanlah, apa maksudmu dengan kiriman seperti ini ? Dan- apa maksudmu datang kekuil kami ini ?"

Loa sim Hoan tidak memperlihatkan perasaan apapun diwajahnya, dia memperlihatkan sikap yang dingin, sama sekali dia tidak menganggap luar biasa terhadap kirimannya yang aneh itu.

"Aku hanya dititipi barang itu untuk kalian, dan sudah selayaknya jika aku menyampaikan kepada alamatnya, bukan

?" katanya dengan suara yang tawar, "Dan juga , aku tidak mengharapkan upah dari susah payahku mencapai tempat ini. Aku hanya ingin meminta sesuatu dari Siauw Lim Sie untuk mengimbali capai lelahku itu, entah pihak Siauw Lim Sie bersedia mengabulkan permintaanku itu atau tidak?"

Bo Tie siansu menahan kemarahan hatinya, dia telah bertanya dengan suara yang agak ter getar : "Katakanlah, permintaan apa yang di kehendaki oleh Loa Kiesu ?"

"Aku tidak menghendaki uang, harta atau benda dan bukankah belum lama yang lalu pihak Siauw Lim Sie telah menerima titipan juga , yaitu seorang anak yang bernama Bu Bin An?" Ditanya begitu, hati Bo Tie Siansu tergoncang, dia mulai curiga. Tetapi dia menahan perasaannya, dia mengangguk membenarkan, karena tidak biasanya dia berdusta.

"Benar " sahutnya, "Lalu apa yang dikehendaki Loa Kiesu?

Dan ada sangkutpaut apa dengan anak itu ?"

"Justru aku menghendaki agar pihak Siauw Lim Sie menyerahkan anak itu, Bu Bin An kepadaku.." menyahuti Loa Sim Hoan dengan suara yang tawar.

Bo Tie siansu tertawa mendengar perkataan Loa sim Hoan, Tertawa itu bukan merupakan tertawa gembira, melainkan tertawa disebabkan dia terlalu mendongkol dan marah.

"Loa Sim Hoan, anda telah berkunjung ke kuil kami menghantarkan bingkisan yang luar biasa itu, hal itu sudah merupakan urusan yang tidak bisa dihabiskan sampai disini saja, karena engkau tentu memiliki sangkut pautnya dengan kematian dari Khu Sun Lie Kiesu,

Hmmm,sekarang engkau mengatakan hendak meminta anak yang bernama Bu Bin An kepada kami. Jelas permintaan itu, walaupun bagaimana tidak mungkin kami kabulkan "

Waktu berkata begitu, Bo Tie Siansu telah bersiap-siap. karena dia telah menduga, tentu terdapat sesuatu yang tidak diinginkan dengan kehadiran Loa Sim Hoan, orang ini tentu bukan sebangsa manusia baik-baik. Dan kematian Khu Sun Lie Uga tentunya mempUnyai sangkut pautnya dengan orang she Loa ini.

Sedangkan Loa Sim Hoan telah tertawa tawar, lalu dia bertanya: "Bo Tiependeta tua gundul, engkau benar-benar tidak mau memberikan sedikit imbalan kepadaku yang telah bercapai lelah mengantarkan bingkisan ini kepada kalian ?"

Ditanya begitu, Bo Tie Siansu meluap darahnya, dia bilang dengan suara yang tegas: "justru kami sendiri juga ingin mengetahui dari kau siapa yang telah membinasakan Khu Sun Lie Kiesu ? Engkau yang telah mengantarkan kemari kepala Khu Sun Lie Kiesu, tentu engkau pun tersangkut didalam urusan ini "

Muka Loa Sim Hoan berobah semakin tidak enak dilihat, dia memang memiliki wajah yang dingin seperti mayat, tidak memancarkan perasaan apapun juga , sekarang dia ditegur begitu oleh Bo Tie Siansu, tentu saja dia gusar, maka wajahnya jadi semakin dingin.

"Sungguh tidak meleset perkataan dari sahabat-sahabat rimba persilatan bahwa orang-orang Siauw Lim sie merupakan orang yang tidak mengenal budi." katanya. "Aku telah bercapai lelah, sekarang malah dituduh sebagai orang yang tersangkut dalam pembunuhan orang she Khu itu dan kau Bo Tie, engkau harus mempertanggungjawabkan perkataanmu itu "

Bo Tie Siansu tertawa dingin, dia melihat nya orang she  Loa ini memang datang sengaja ingin mencari urusan dengan pihak siauw Lim Sie. Dilihat gerak-geriknya dan juga lagaknya, memang Loa Sim Hoan ingin mencari urusan dengan pihak Siauw Lim Sie, maka Bo Tie Siansu telah tertawa dingin, dia berkata dengan suara yang tawar:

"Bagus!! Jika memang engkau tidak senang dengan penyambutan kami, silahkan engkau datang kembali kemari bersama kawan-kawanmu Bukankah belum lama yang lalu Ong Cit Giok, Pa Pa Liang, kawan-kawanmu itu, telah berdatangan kemari ?"

Mendengar disebutnya nama Ong Cit Giok dan Pa Pa Liang, Loa Sim Hoan telah tertawa keras, dia juga kemudian berkata: "Apa artinya Pa Pa Liang dan Ong Cit Giok? Mereka tidak seujung kuku-ku."

"Lalu apa hubunganmu dengan Bu Bin An, anak itu ?"  tanya Bo Tie siansu sambil mengawasi dengan sinar mata menyelidik. "Aku menghendaki anak itu, bukankah dia putera dari seorang pendekar besan Bu Beng Hong ? Ha, ha, ha, aku telah mengetahui semuanya perihal riwayat anak itu, maka tidak perlu engkau sembunyikan asal usul dari anak itu..."

Muka Bo Tie Siansu jadi berobah. inilah hebat. Rahasia diri Bu Bin An ternyata diketahui oleh Loa Sim Hoan. Dan yang lebih Celaka lagi jika sampai rahasia itu bocor keluar dan diketahui oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok. tentu akan membuat Siauw Lim Sie berada dalam posisi yang kurang menggembirakan-

Bukankah pihak kerajaan bisa mencari-cari alasan yang berpangkal pada diri Bu Bin An, putera dari Bu Beng Hong, yang dicap kerajaan sebagai pemberontak? Dengan menampung anak itu didalam kuil Siauw Lim Sie, tentu pihak kerajaan akan mudah sekali menuduh bahwa Siauw Lim Sie bekerja sama dengan pemberontak.

Tetapi Bo Tie siansu cepat sekali dapat menguasai diri, dia telah berkata dengan suara yang tawar: "Sayang sekali anak itu telah kami kirim kesuatu tempat " terpaksa sekali Bo Tie siansu berdusta, karena jika tidak. tentu akan terjadi kerewelan.

"Aku bukan anak ingusan yang mudah engkau kibuli begitu saja " kata Loa Sim Hoan-"Yang jelas, aku menginginkan anak itu, jika kalian menyerahkan secara suka rela, aku akan berterima kasih, tetapi jika memang kalian bersikeras tidak mau menyerahkannya, terpaksa aku mengambilnya dengan jalan kekerasan-"

Itulah kata-kata yang bersifat mengancam, dan juga mengandung kekerasan secara berterang. sehingga telah membuat Bo Tie siansu tidak memiliki jalan lain-

"Tampaknya sulit untuk mengelakkan pertempuran dengan orang she Loa ini " berpikir Bo Tie Siansu didalam hatinya. Dan dia mengawasi orang she Loa itu. Dia melihat jago itu memiliki tubuh yang tidak begitu besar, juga tidak terlalu kurus, Tidak ada sesuatu yang terlalu luar biasa pada diri orang she Loa ini.

Hanya wajahnya saja yang dingin tidak pernah memperlihatkan perasaan apapun yang agak mengerikan, ditambah sinar matanya yang memancarkan sinar tajam seperti mata pedang, menunjukkan bahwa orang ini bukan orang sembarangan-

Apa lagi memang didalam rimba persilatan Loa Sim Hoan telah menanam nama selama puluhan tahun, dimana dia merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang sakti. Namun Bo Tie siansu justru mencurigai orang ini telah memperhambakan dirinya pada pihak kerajaan, maka dari itu, dia berlaku hati2 sekali.

Lagi pula memang Bo Tie Siansu juga telah sering mendengar bahwa Loa Sim Hoan merupakan seorang pendekar yang gagah perkasa, setiap tindak tanduknya selalu membela yang lemah, Namun ada satu cacad nya, dia selalu bertindak sekehendak hatinya.

Adatnya juga agak aneh, karena yang salah bisa  dibenarkan dan yang benar bisa dipersalahkan oleh dia... semua itu tergantung bagaimana hati dan perasaannya pada waktu-waktu tertentu.

Karena tindak tanduknya itu, tidak bisa Loa Sim Hoan digolongkan dalam golongan hitam atau golongan putih, dia merupakan jago yang tidak bisa ditempatkan dalam suatu golongan, dan selalu bekerja sendiri.

Namun sekarang anehnya justru Loa Sim Hoan bersikeras menginginkan puteranya Bu Beng Hong, yaitu Bu Bin An dan anehnya lagi dia mengetahui bahwa Bu Bin An berada di Siauw Lim Sie, dimana diapun mengetahui jelas bahwa Khu Sun Lie merupakan sahabat Siauw Lim sie. Yang menjadi tanda tanya dihati Bo Tie Sian-su, apakah Khu Sun Lie memang telah dibinasakan oleh Loa Sim Hoan ?

Saat itu Loa Sim Hoan telah bertanya dengan suara yang tawar: "Bo Tie Siansu, aku menghormati kalian sebagai orang- orang dari pintu perguruan besar yang selalu bekerja berdasarkan keadilan dan kebajikan, maka dari itu jangan kalian memaksa aku bertindak dengan jalan yang kurang ajar..".

Dan setelah berkata begitu, dia mengawasi Bo Tie siansu dengan sorot mata yang sangat tajam, lalu katanya dengan suara yang semakin dingin: "cepat kalian serahkan Bu Bin An kepadaku... aku ingin cepat2 berangkat lagi...".

Bo Tie merangkapkan sepasang tangannya, dia menindih perasaan mendongkolnya, sambil katanya: "coba Kiesu jelaskan dulu, siapakah yang telah membinasakan Khu Sun Lie Kiesu?"

"Hemm, engkau ingin mengatakan bahwa yang membinasakan sipengemis she Ku itu adalah aku, bukan ?" tanya Loa Sim Hoan, "Jika memang aku, apa yang hendak dilakukan Siauw Lim Sie ?Jika memang bukan, lalu apa yang hendak kalian katakan ?"

Ditanya begitu, muka Bo Tie Siansu jadi berobah tidak senang, karena pendeta ini telah meluap darahnya, dia menduga bahwa Loa Sim Hoan inilah yang membinasakan Khu Sun Lie.

"Khu Sun Lie Kiesu merupakan seorang pendekar yang berhati mulia, diapun merupakan sahabat baik kami, maka sekarang Khu Kiesu telah dibinasakan dengan Cara demikian menyedihkan, walaupun bagaimana, sebagai sahabat, kami ingin mengetahui jelas duduknya persoalan dan juga ingin mengetahui siapa orang yang telah begitu kejam membinasakan Khu Kiesu.-." tegas suara Bo Tie Siansu. Loa Sim Hoan tertawa dingin, lalu katanya dengan suara yang dingin: "Aku yang telah membinasakannya "

"Kau?"

"Ya dia terlalu kurang ajar " "Apa yang telah dilakukannya ?"

"Dia telah berani menghina diriku, diapun terlalu keras kepala... dan kukira pantas baginya untuk menerima kematiannya.."

"Kau..?" tergetar tubuh Bo Tie Siansu menahan kemarahannya, untung saja diasebagai seorang pendeta yang telah mensucikan diri dan melatih kebatinan, sehingga dia berhasil menindas kemarahan hatinya itu.

Loa Sim Hoan telah tertawa bergelak-gelak dengan nada yang keras, dia seperti mentertawai sikap yang diperlihatkan oleh Bo Tie Siansu, katanya kemudian: "Dan sekarang, apa yang ingin kalian lakukan ? ingin membalas dendam orang she Khu itu ? Aku tentu akan mengiringinya "

Bo Tie Siansu telah berkata tawar: "orang she Loa, sesungguhnya kesalahan apakah yang telah dilakukan Khu Kiesu kepadamu ?"

"cukup menyebalkan dia telah mabok-mabokan dan mencaci aku, karena itu aku telah mengambil jiwanya, menutup mulutnya agar tidak mengoceh terus" kata Loa Sim Hoan-

"Tetapi itu tentunya bukan suatu kesalahan yang terlalu besar, sehingga engkau perlu membinasakannya dengan Cara seperti itu.." Loa Sim Hoan tertawa dingin.

-oo0dw0oo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar