Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 04

Jilid 4

BO SAN SIANSU berpikir sejenak. Melihat urusan telah sampai disini, memang apa yang disampaikan Khu Sun Lie tampaknya benar adanya, Dan juga dalam keadaan demikian orang-orang musuh tampaknya sudah mulai menyelusup kedalam Siauw Lim Sie. Maka dia tidak bisa berdiam diri terus, Dia harus bertindak tegas, Kemudian pendeta ini telah tertawa tawar.

"Tolong siecu sampaikan kepada Lie Conggoan, bahwa permintaan Lie Conggoan sayang sekali tidak bisa dipenuhi oleh kami, siapapun juga tidak mungkin meminjam kitab pusaka itu, maka menyesal sekali kami tidak bisa memenuhi permintaan dan keinginan Lie Conggoan " kata Bo San siansu dengan suara yang tawar.

Muka Ong Cit Giok jadi berobah, dia telah berkata dengan wajah mendongkol dan bengis: "Apakah benar2 siauw Lim Sie tidak mau memberi muka kepada Lie Conggoan ? Apakah kalian telah mengetahui siapa adanya Lie Conggoan ?"

Bo San siansu merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura dengan sikap yang sabar.

"Siancai Siancai Kami memang tidak mengetahui siapa adanya Lie Conggoan, Kami juga tidak bermaksud mengetahuinya. walaupun siapa saja, tentu tidak mungkin dipinjami kitab pusaka kami seperti Kiu Lok Sie Pat Ciang..."

Sabar suara sipendeta, namun Ong Cit Giok telah menanggapinya dengan berkata: "Jika demikian, sama juga kalian ingin mengartikan kalau Kaisar Eng Lok yang meminjamnya juga kalian tidak akan memberikan?"

Ditanya begitu, Bo san Siansu menyahuti dengan hati-2 sekali: "Kami kira, sebagai seorang Kaisar, tentu Kaisar tidak memiliki minat terhadap ilmu silat. Dan juga ilmu pukulan Kiu Lok sie Pat Ciang itu hanya merupakan ilmu pukulan biasa saja, tidak ada keistimewaannya "

Baru saja Bo San Siansu berkata sampai disitu, Ong Cit Giok telah tertawa bergelak-gelak dengan suara yang keras, dia tertawa sambil mengerahkan tenaga dalamnya, sehingga keadaan ditempat itu seperti tergetar oleh nada suara tertawa nya.

"Baiklah," kata Ong Cit Giok kemudian.

"Kini kalian dengarlah, aku akan memberitahukan apa yang sebenarnya Lie Conggoan bukan orang sembarang, dia memang masih memiliki pangkat yang kecil dan kekuasaan yang tidak sehebat Peng Po siang Sie (Panglima Peperangan), namun justru Lie Conggoan adalah mantu Hongsiang (Kaisar). Maka dari itu, dengan ditolaknya permintaan Lie Conggoan, tentu kalian mengetahui apa akibatnya jika Lie Conggoan tersinggung "

Bo San Siansu menghela napas dengan hati yang susah, karena dia menyadarinya, itulah kata2 ancaman untuk pihak Siauw Lim Sie. Dan dilihat demikian peristiwa nya, Bo San Siansu juga menyadarinya bahwa Ong Cit Giok memang sengaja mencari urusan dengan pihak Siauw Lim Sie, justru sekarang yang menjadi tugas dari para pendeta Siauw Lim Sie adalah mengelakkan bentrokan dengan orang2 tersebut, karena jika saja mereka terpancing, bukankah urusan mulai dihubung-hubungkan dan dikaitkan dengan Kaisar Eng Lok ?

Bukankah Ong Cit Giok telah mengatakan bahwa Lie Conggoan itu Kaisar Eng Lok dan didalam kata2nya diselipi ancaman yang berat ?

Walaupun mendongkol dan marah, Bo San Siansu menindih perasaannya dan tetap tersenyum sabar. Dia bilang dengan suara yang tidak begitu keras: "Kami pendeta siauw Lim Sie merupakan orang-orang yang selalu sibuk dengan liamkheng dan kayu bokkhie, maka kami tidak bermaksud mencampuri urusan diluar kuil kami, Tetapi menyesal sekali, kamipun tidak bisamembantu kesulitan siecu, karena justru kitab yang diminta oleh siecu untuk dipinjam merupakan kitab pusaka kami yang sejak turun menurun tidak pernah dipinjamkan kepada siapapun juga , harap saja siecu sudi menyampaikan permintaan maaf kami kepada Lie conggoan " sambil berkata begitu, Bo San siansu telah merangkapkan tangannya dia menjura hormat kepada Ong Cit Giok.

Tetapi itulah pemberian hormat bukan sembarangan, sambil membungkuk menjura, Bo San siansu juga telah mengerahkan tenaga dalamnya pada kedua tangannya, maka waktu dia menjura justru dari kedua tangannya itu telah meluncur suatu kekuatan lwekang yang dahsyat.

Ong Cit Giok merupakan jago yang memiliki sifat licik, sebelum datang ke Siauw Lim Sie dia juga telah mempertimbangkan baik-baik kedudukan dirinya, Sebagai seorang jago yang telah mengenal luas keadaan didalam rimba persilatan, Ong Cit Giok juga mengetahui partai apakah itu Siauw Lim Sie, dan bagaimana hebatnya pendeta2 Siauw Lim Sie. Maka segalanya telah diperhitungkan Dan juga kini, dia merasakan semberan angin serangan dari Bo San Siansu, dia cepat2 mengelak kesamping sambil berkata:

"Jika memang kalian tidak mengijinkan untuk kami meminjam buku Kiu Lok Sie Pat ciang, janganiah kalian mempergunakan kekerasan" dan sambil berkata begitu, Ong Cit Giok telah mengebutkan tangannya, maka punahlah tenaga serangan Bo San siansu.

Merah muka sipendeta Siauw Lim Sie yang seorang ini, memang tadi dia bermaksud untuk menguji kepandaian dan lwekang dari tamu yang tidak diundang ini, namun justru Ong Cit Giok tidak mau melayaninya, sehingga Bo San  siansu masih menerka-nerka sampai berapa tinggi kepandaian lawan ini.

Dan yang lebih dipikirkan Bo San Siansu, yaitu berapa banyak orang2nya Ong Cit Giok yang telah berkeliaran dan mengurung kuil Siauw Lim Sie. Semua itu masih gelap baginya, Namun untuk menutupi kemendongkolannya, Bo San Siansu telah tersenyum lagi, sikapnya sabar sekali.

"Silahkan Siecu meninggalkan tempat ini, mungkin jika ada murid Siauw Lim Sie yang kurang begitu mengerti aturan, Siecu akan mendapat susah.."

Sabar dan ramah kata2 tersebut, yang tampaknya mengandung kebaikan untuk sang tamu, tetapi dibalik itupun tersembunyi peringatan halus untuk Ong Cit Giok. Tetapi Ong Cit Giok telah tertawa tawar, dia membawa sikap yang angkuh, dan sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan takut.

"Memang kami dari pihak Lie conggoan sama sekali tidak memiliki keberanian untuk saling bentur dengan pihak Siauw Lim Sie yang memiliki nama besar didalam kalangan rimba persilatan, siapakah yang tidak mengetahui bahwa siauw Lim Sie merupakan pintu perguruan yang tertua dan merupakan pemimpin rimba persilatan?"

Senang juga hati Bo San siansu mendengar pujian Ong Cit Giok, tetapi saat itu Ong Cit Giok telah meneruskan perkataannya dengan tawar: "Tetapi justru karena sangat terkenal sebagai pintu perguruan yang tertua dan memiliki banyak sekali jago2 yang terkenal dan berkepandaian sangat tinggi, dengan sendirinya telah menarik perhatian hati Lie conggoan untuk memperoleh satu dua jurus pelajaran dari Siauw Lim Sie. itulah sebabnya Lie conggoan telah  perintahkan kami, dapat atau tidak, kami harus bisa meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, kitab ilmu pukulan Siauw Lim Sie yang terkenal "

Sengaja Ong Cit Giok mengatakan dapat atau tidak, maka itu merupakan suatu paksaan halus, yang ditekankan kepada pihak Siauw Lim Sie, Bo San siansu juga merasakan tekanan seperti itu. Alis pendeta itu telah mengerut dalam- dalam, dan kemudian dia berkata: "Baiklah ong Siecu, kalau memang anda tidak mau juga mengerti kesulitan kami, tidak bisa Loceng berkata apa-apa "

"Aku Ong Cit Giok hanya menerima perintah dan apa adanya tentu akan kusampaikan kepada para Taisu. Mengenai keinginan dari Lie conggoan, untuk meminjam selama satu bulan kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, jika memang pihak Siauw Lim sie keberatan meminjaminya, aku pun tidak memiliki keberanian untuk memaksanya terserah pada Lie conggoan sendiri apa keputusannya nanti " Bo San siansu dan para pendeta siauw Lim Sie jadi mendongkol melihat lagak Ong Cit Giok, karena mereka tahu itulah bara api yang mulai disebar oleh orang she ong tersebut.

"ong Siecu, janganiah kita saling bersikeras tidak keruan, sampaikan kepada Lie conggoan perasaan menyesal kami, sebagai orang yang telah menyembunyikan diri dari keramaian dunia dan hanya menyibukkan diri dengan liamkeng dan bokkhie saja, tidak tersirat dalam hati kami ingin memiliki ganjalan dengan siapa pun juga. Terlebih lagi kitab Kiu Lok Sie Pat ciang merupakan ilmu pukulan biasa saja, yang tentunya tidak berarti banyak untuk Lie conggoan "

Belum lagi Bo San Stansu selesai dengan perkataannya, justru Ong Cit Giok telah berkata dengan suara yang tawar "Kalau begitu, baiklah aku yang rendah Ong Cit Giok hanya dapat kembali untuk memberikan laporan kepada Lie conggoan Taijin " dan Ong Cit Giok telah menjura memberi hormat,

Seperti halnya tadi yang dilakukan Bo San Siansu, diapun mengerahkan lwekangnya, menghantam dengan pukulan udara kosong seCara diam2 kepada perut sipendeta.

Bo San siansu mengetahui bahaya yang mengincar dirinya, dia juga merasakan samberan angin serangan yang cukup kuat, maka dia telah mengempiskan perutnya, memusatkan kekuatan pada perutnya itu. Dia menerima serangan Ong Cit Giok dengan perutnya, yang dipasang diam saja, tanpa berusaha mengelakkan diri,

Betapa terkejutnya Ong Cit Giok waktu merasakan tenaga pukulannya mengenai lawannya, dan dia melihat Bo San siansu masih tetap berdiri tegak ditempatnya tanpa tergoncang sedikit pun juga, tenaganya seperti dapat disambuti sepenuhnya, malah tubuh Ong Cit Giok sendiri yang tergetar, kalau saja dia tidak keburu mengerahkan tenaga lwekang pada kedua kakinya untuk memperkuat kuda-kuda kedua kakinya, tentu tubuhnya akan terjengkang atau sedikitnya terhuyung mundur.

Diam-diam Ong Cit Giok mengakui bahwa kepandaian yang dimiliki Bo San siansu sangat tinggi, dan masih berada diatas tingkat kepandaiannya sendiri.

Tetapi Ong Cit Giok berani sekali, dia tidak memperlihatkan perasaan kagetnya, dia tertawa lebar sambil katanya: "Taisu, apakah Taisu telah memikirkan masak2 keputusan Taisu? Dan Lie conggoan Taijin dalam perintahnya mengutus aku langsung menemui Hongthio Siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu, untuk meminjam kitab pusaka itu "

"Menyesal sekali suhengku itu tidak berada ditempat karena tengah mengurus suatu persoalan " kata Bo San siansu mulaijemu kepada Ong Cit Giok.

"Maka, sama saja dengan menemuinya langsung pada suhengku itu atau diwakili olehku, karena jelas memang kitab Kiu Lok Sie Pat ciang itu merupakan, kitab pusaka yang tidak mungkin dipinjamkan kepada orang lain "

"Terima kash atas petunjuk yang diberikan oleh Taisu," kata Ong Cit Giok. "Dan dengan perkataan Taisu berarti keputusan seperti itu di ambil oleh pihak Siauw Lim Sie, bukankah begitu ?"

Bo San siansu bertambah muak melihat sikap Ong Cit Giok. dia segan menyahuti, dan hanya mengangguk saja.

Waktu Ong Cit Giok ingin berkata- kata lagi, justru waktu itu dari kejauhan terdengar suara siulan, panjang dua kali, pendek satu kali.

Wajah Ong Cit Giok jadi berseri-seri girang, dia membalas suara siulan itu, panjang dua kali, pendek satu kali. Maka tidak lama kemudian tampak sesosok tubuh berkelebat dengan gesit sekali dan telah berdiri disamping Ong Cit Giok. Bahkan telah terdengar kata- katanya: "Kiranya kau berada disini, ong Taijin" kata orang itu. "Rupanya ka utengah berunding dengan para pendeta kepala gundul itu..."

Bo San siansu mengerutkan alisnya, dia telah melirik kepada orang itu, ternyata dia seorang yang berusia antara enam puluh tahun, memelihara jenggot dan kumis yang tipis, tetapi tubuhnya kurus kering. Dia berdiri dengan mulut menyeringai memperlihatkan kelicikan sifat dan jiwanya.

Matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, hal itu yang mengejutkan Bo San, Agak luar biasa mata orang yang baru datang ini, dia menunjukkan memiliki semaCam ilmu yang telah dipelajarinya mendalam, ilmu yang agak sesat, terlihat dari pancaran matanya.

Ong Cit Giok telah berseru : "Bagus" kemudian sambil menunjuk orang itu, orang she ong tersebut telah berkata kepada Bo San siansu: "inilah sahabatku, Sam Hun ciu (Tiga arwah Arak) Pa Pa Liang "

Muka Bo San siansu jadi berobah, sudah Cukup lama dia mendengar nama besar Pa Pa Liang. Dialah seorang hantu kejam yang berkeliaran disekitar daerah Kangse, Tetapi aneh sekali, sekarang iblis yang terkenal akan kekejamannya itu bisa muncul dikuil Siauw Lim sie, bahkan tampaknya iblis ini telah memperbudak dirinya menjadi hamba kerajaan.

"Kiranya Pa Pa Liang Kiesu yang sangat terkenal itu " kata Bo San Siansu sambil menjura dan berusaha tersenyum, "Sungguh beruntung hari ini kuil kami menerima kedatangan seorang tokoh sakti rimba persilatan seperti anda " Pa Pa Liang telah nyengir, dia mengebutkan lengan bajunya.

"Wutttt " angin kebutan itu menyampok keras sekali pada Bo San Siansu, sehingga tubuh pendeta itu seperti terangkat dua dim dari permukaan tanah.

Tetapi hebat Bo San Sian su, dia tetap tidak berhenti dalam keadaan menjura seperti itu, tubuhnya meluncur turun dalam keadaan menjura, karena tenaga dalam yang kuat membendung kibasan tenaga dari Pa Pa Liang.

Coba orang lain yang berkepandaian rendah, begitu menerima kebutan dan tenaga yang kuat seperti itu, tentu akan terjengkang.

"Hebat" memuji Pa Pa Liang dengan sikap yang angkuh, "Engkau bisa menerima kebutan lengan jubahku, hal itu menunjukan bahwa engkau memiliki kepandaian yang lumayan. Apa gelarmu ?"

Bukan main mendongkolnya Bo San Siansu, karena sikap  Pa Pa Liang memperlihatkan iblis itu seperti dari tingkatan tua yang tengah menegur tingkatan muda.

Tetapi Bo San siansu berhasil menguasai kemendongkolan hatinya, dia tetap membawa sikap yang sabar dan bersenyum:

"Loceng adalah Bo San " katanya, "Dan dapatkah Loceng mengetahui ada keperluan apakah sampai Kiesu mengunjungi kuil kami ?"

Pa Pa Liang memperdengarkan suara tertawa yang mengejek dan angkuh sekali, dia menunjuk kepada Ong Cit Giok.

"Dia yang mengajakku, aku tidak tahu apa maksudnya mengajakku kemari Jika dia mengatakan pulang, ya aku pulang, tetapi jika dia mengatakan aku harus menghajar benjol kepala pendeta-pendeta Siauw Lim Sie, ya akan kuketok seorang demi seorang "

Muka Bo San Siansu jadi berobah merah, dia gusar sekali, Maka dia telah bilang dengan kesabaran yang mulai hilang: "sesungguhnya apa maksud jiwie kiesu mengganggu kami ? Jika dilihat dengan seksama, tentu kedatangan jiewie kiesu kemari mengandung maksud untuk mengobarkan api dikuil Siauw Lim Sie " tegas perkataan pendeta ini, karena hatinya mulai panas. Yang dimaksudkan dengan kobaran api, bukan berarti membakar kuil Siauw Lim sie, tetapi justru akan menimbulkan huru hara dikuil Siauw Lim Sie.

Sedangkan Pa Pa Liang telah tertawa lagi dengan sikap yang mengejek dan meremehkan para pendeta Siauw Lim Sie itu, dia telah menyahuti dengan angkuh: "Hemmm, engkau pendeta busuk. mulutmu terlalu jelek. engkau berani terlalu ceroboh menuduh kami yang tidak2 "

"Kami bukan menuduh "bantah Bo San Siansu.

Tetapi belum lagi habis suaranya, justru di saat itu Ong Cit Giok telah berkata: "Taisu, janganlah Taisu terlalu mudah menuduh kami. Bukankah tadi aku telah memberitahukan bahwa kedatangan kami kemari hanya sekedar ingin meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang ?Jika memang Taisu tidak memberikan, itu hak Siauw Lim Sie, dan tadipun aku telah bermaksud pamitan. Tetapi mengapa justru Taisu telah mengeluarkan kata2 tuduhan yang tidak2, bahwa kami ini ingin membakar kuil Siauw Lim Sie."

Muka Bo San siansu jadi merah menahan kemarahan, dia telah bilang: "Baiklah, sekarang kita bicara secara berterang. Bukankah kalian berdua merupakan dari sekian banyak orang yang berkeliaran disekitar kuil Siauw Lim Sie selama beberapa hari belakangan ini ? Kami telah mengetahui semuanya dan kami kira tidak perlu kita mempergunakan basa- basi lagi.."

Mendengar perkataan Bo San Siansu, Pa Pa Liang telah berkata dengan tawar: "Baik, baik, memang aku lebih senang percakapan yang terbuka... Dan sekarang aku tegaskan, kami menginginkan kitab pusaka Kiu Lok Sie Pat ciang, Apakah pihak Siauw Lim Sie mau menyerahkannya ?"

"Tidak" menyahuti Bo San siansu tegas.

"Tetapi kami telah menerima perintah, dapat atau tidak, kami harus kembali dengan membawa pulang kitab Kiu Lok Sie Pat ciang... maka sebelum Siauw Lim Sie meluluskan permintaan kami, tidak berani kami pulang menemui Lie conggoan "

Bo San siansu sudah tidak bisa menahan sabarnya, jelas Pa Pa Liang maksudnya itu merupakan tantangan yang mengandung kekerasan.

Semula Bo San siansu bermaksud mengendalikan diri untuk mengelakkan bentrokan. seperti yang telah diperintahkan oleh Bo Tie Siansu, sedapat mungkin pendeta Siauw Lim Sie harus mengelakkan diri dari bentrokan dan keributan dengan orang pemerintah, sehingga pihak kerajaan tidak bisa menuduh Siauw Lim Sie dengan alasan yang dicari-cari.

Tetapi Bo San merasakan perutnya seperti mau meledak. sekarang dia sudah tidak bisa membendung kemarahan dan kemendongkolannya melihat lagak Pa Pa Liang, maka dia menyahuti: "Sekarang apa yang diinginkan oleh jiewie Kiesu ? Kami kira Siauw Lim Sie tentu bersedia untuk menjadi pasangan yang baik untuk mengiringi keinginan jiewie Kiesu "

Pa Pa Liang tertawa bergelak^ sampai tubuhnya tergoncang keras, Diapun telah berkata setelah puas tertawa: "itulah kata- kata yang diucapkan oleh pendeta Siauw Lim Sie, maka jika kami mengambil jalan yang cukup keras, jangan mempersalahkan pihak kami sebagai orang2 yang tidak memberi muka kepada Siauw Lim Sie. Kami telah bersikap cukup baik, berlaku lunak. dan memberi muka terang kepada Siauw Lim Sie, tetapi kenyataannya kalian semuanya memang merupakan kerbau2 yang tidak bisa diperlakukan dengan lunak dan penuh kasih sayang, kalian tetap kerbau yang harus diperlakukan dengan keras "

Merah muka Bo San Siansu bersama pendeta lainnya, hati pendeta ini bergoncang keras karena diliputi kemarahan. Dia baru saja ingin menyahuti perkataan itu, untuk menerima tantangan, justru saat itu Bo San Siansu dan yang lainnya telah mendengar suara bentakan2 yang keras, yang berasal dari sebelah kanan mereka, dan beberapa sosok tubuh tampak ber-gerak2 gesit, tengah mengurung sesosok tubuh yang bergerak kesana kemari dengan tidak kalah gesitnya. Rupanya orang itu tengah dikeroyok oleh orang-orang tersebut.

Yang membuat Bo San Siansu jadi lebih terkejut, justru disaat itu dia mengenali, orang yang dikeroyok itu adalah Khu Sun Lie, sipengemis yang menjadi sahabat mereka.

Saat itu memang Khu Sun Lie sedang terdesak sekali. Sejak Ong Cit Giok meninggalkannya dan menyerahkan sipengemis dibawah keroyokan sepuluh orang yang berkepandaian sebagai tentara kerajaan itu, yang semuanya ternyata memiliki kepandaian tidak rendah, Khu Sun Lie berusaha memberikan perlawanan, namun tetap saja Khu Sun Lie terdesak dengan hebat.

Terlebih lagi kesepuluh orang tersebut mempergunakan taktik untuk dapat menyerang dan mengelak dengan bergantian. Jika memang Khu Sun Lie tengah mendesak salah seorang diantara mereka, maka yang lainnya segera menyerang Khu Sun Lie, tetapi waktu Khu Sun Lie melancarkan serangan membalas, orang2 itu melompat mundur dan sebagian dari mereka menyerang dari belakang sipengemis. Keadaan demikian yang berlangsung terus membuat Khu Sun Liejadi kuatir dan gelisah sekali.

Dia kuatir karena memperoleh kenyataan dirinya tidak bisa melepaskan diri dari libatan kesepuluh orang tersebut, sedangkan Ong Cit Giok telah meninggalkan tempat ini memasuki kepedalaman KUIL SIAUW LlM SIE, dan para pendeta Siauw Lim Sie belum mengetahui kehadiran para musuh ini.

Gelisah, karena sekian lama Khu Sun Lie tidak berhasil merubuhkan salah seorangpun dari kesepuluh orang lawannya itu. sayangnya justru jumlah musuh yang mengeroyoknya terlalu banyak dan merekapun memiliki kepandaian tidak rendah, tentu saja lama kelamaan membuat Khu Sun Lie jadi kewalahan juga.

Disaat dirinya terkepung begitu, sipengemis telah berpikir untuk berusaha membuat keonaran agar orang2 Siauw Lim Sie mengetahui bahwa musuh mulai menyerbu masuk.

Jalan satu2nya untuk sipengemis adalah bertempur sambil menggeser kedudukan dirinya yang memasuki kearah pedalaman kuil Siauw Lim Sie, Tetapi disebabkan lawannya semua memiliki kepandaian yang tidak rendah, Khu Sun Lie juga tidak bisa bergerak Cepat, hanya setiap kali ada kesempatan, dia tentu melompat kebagian yang lebih jauh kepedalaman kuil.

Dengan jalan bergulingan atau melompat dengan mengandalkan kegesitannya, Khu Sun Lie bisa menggeser kedudukan tubuhnya, Terlebih lagi sekarang Khu Sun Lie tidak berselera untuk balas menyerang, dia hanya sering menggertak lawannya dan di saat lawan itu mundur, dan yang lainnya belum sempat untuk balas menyerang, Khu Sun Lie selalu menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat menjauhi lawan- lawannya.

Dengan bertempur mempergunakan cara seperti itu, akhirnya Khu Sun Lie bisa mencapai tempat dimana Bo San siansu dan yang lainnya berada.

Sedangkan kesepuluh orang lawan Khu Sun Lie merasa seperti dipermainkan sipengemis, semakin lama dia melancarkan serangan yang semakin kuat dan keras, mendesak pengemis ini, membuat Khu Sun Lie sama sekali tidak bisa membalasnya.

Dan juga, waktu itu memang napas Khu Sun Lie telah memburu keras, sebab dia merasa letih sekali, telah terlalu banyak tenaga yang dipergunakan dan sedikitpun dia tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat. Bo San siansu yang melihat keadaan Khu Sun Lie, telah mengeluarkan suara seruan tertahan, karena tersadarlah dia bahwa musuh telah mulai menyelusup masuk ke kuil Siauw Lim Sie dalam jumlah yang tidak kecil, Maka dia melirik kepada salah seorang hweshio yang berada didekatnya, dan hweshio itu mengerti apa yang di kehendaki oleh Bo San Siansu, dia memutar tubuhnya untuk masuk kedalam guna memberitahukan kedatangan musuh kepada Bo Tie Siansu dan yang lainnya.

Tetapi waktu pendeta itu memutar tubuh, Pa Pa Liang yang memiliki mata sangat tajam, telah mengeluarkan suara tertawa dingin. Sulit dilihat gerakannya, tahu2 tubuhnya telah meleset kesamping pendeta yang ingin masuk ke dalam memberikan laporan itu. Malah tangan kanan Pa Pa Liang telah terulur untuk menghajar pecah kepala hweshio itu, angin serangannya berkesiuran cepat sekali.

hweshio itu terkejut, dia yakin dirinya tidak mungkin sanggup menghadapi dan menangkis serangan yang kuat seperti itu, dia hanya bisa mengeluarkan seruan kaget.

Bo San siansu melihat ancaman itu, dia tidak tinggal diam. cepat sekali tubuhnyapun telah melesat, Tetapi karena terpisah dalam jarak yang cukup jauh, Bo San siansu telah mempergunakan Pek Kong ciang (Pukulan udara kosong), angin serangannya itu telah meluncur keperut Pa Pa Liang.

Pa Pa Liang terkejut, karena dia merasakan angin serangan yang dilancarkan oleh Bo San Siansu itu memiliki kekuatan yang sangat hebat, kalau dia tidak mengelakkan diri dan perutnya itu menjadi sasaran dari serangan tersebut, nisCaya isi perutnya itu akan hancur berantakan, sedikitnya dia akan terluka didalam.

Tidak ada pilihan lain untuk Pa Pa Liang, dia telah menarik pulang tenaga serangannya dan cepat2 menyingkir beberapa tombak mengelakkan diri dari serangan itu. Tetapi walaupun demikian, tidak urung si pendeta yang tadi diserang oleh Pa Pa Liang jadi terhuyung mundur beberapa langkah, karena tenaga serangan Pa Pa Liang walaupun telah ditarik pulang, tokh ada sebagian yang telah menyambar kedirinya. Namun dia tidak sampai terluka didalam, hanya wajahnya saja yang telah berobah pucat.

Bo San siansu tertawa dingin mengandung kemendongkolan, tetapi dan tidak melancarkan serangan berikutnya, sedangkan Pa Pa Liang telah mengeluarkan suara tertawa yang keras, dia berkata dengan suara yang mengejek:

"Bagus Bagus Kiranya tidak percuma Siauw Lim Sie memiliki nama yang cukup terkenal didalam rimba persilatan, rupanya memang ada isinya juga "dan setelah berkata begitu, Pa Pa Liang tertawa lagi bergelak-gelak.

Sedangkan Khu Sun Lie beberapa kali sibuk mengelakkan diri dari serangan2 yang dilancarkan oleh pengeroyoknya, Tetapi kini hatinya agak tenang waktu melihat rombongan Bo San Siansu, Selain memang para pendeta itu akan dapat memberikan bantuan kepadanya, pun tentunya orang-orang Siauw Lim Sie mengetahui bahwa musuh mulai menyelusup masuk kedalam kuil, sehingga mereka bisa mengadakan persiapan yang ketat.

Dengan hati yang mulai tenang, Khu Sun Lie sekarang bertempur tidak hanya mengelakan diri belaka, berulang kali dia mulai balas melancarkan serangan kepada lawan2nya, sambil memusatkan seluruh kekuatan yang masih ada padanya juga mengeluarkan ilmu simpanannya.

Bo San siansu telah merangkapkan sepasang tangannya, pendeta itu berseru dengan suara yang nyaring:

"Hentikan Hentikan siancai Ada urusan apakah tuan2 telah datang kekuil kami...?" tegur sipendeta dengan suara yang tetap sabar, menekan perasaan mendongkolnya. Khu Sun Lie sempat melancarkan serangan dengan tangan kanannya kepada seorang lawannya yang berada disebelah kanan, kemudian waktu lawannya itu berkelit, dan belum lagi lawan2 yang lainnya sempat untuk melancarkan serangan, disaat itulah Khu Sun Lie telah menjejakan kakinya, tubuhnya cepat sekali melompat ke dekat Bo San Siansu. Didalam sekejap mata saja, sipengemis telah berada disamping Bo San Siansu.

"Mereka datang hendak mengacau, merekapun merupakan anak buah she ong itu " dan sambil berkata begitu, Khu Sun Lie menunjuk kepada Ong Cit Giok.

Muka Bo San siansu tampak berobah memperlihatkan perasaan tidak senang, Dia telah berkata : "Hemmm, rupanya memang tuan2 sengaja berkunjung kekuil kami untuk melakukan pengaCauan " dingin sekali suara sipendeta.

Ong Cit Giok yang melihat dirinya sudah tidak bisa membawa sikap ber-pura2 seperti tadi, telah mengeluarkan ejekannya. Dia memang licik, maka dia bisa membawa sikap dengan tenang tanpa memperlihatkan perasaan apapun juga diwajahnya.

"Ya, seperti yang telah kami katakan tadi, kedatangan kami adalah untuk menyampaikan pesan Lie conggoan untuk meminjam kitab Kiu Lok sie Pat ciang, nah, Taisu lihatlah, kesepuluh orang itu adalah orangnya Lie conggoan yang diperintahkan turut dengan kami, mungkin Lie conggoan  kuatir kalau2 kami ber-main2 dalam bekerja "

Bo San siansu mendelu sekali, dia menyadari kata2 itu sama juga artinya, bahwa Ong Cit Giok bukan berani membentur Siauw Lim Sie, tetapi perintah dari atasannya, yaitu yang dipanggilnya sebagai Lie conggoan, harus dilaksanakan berikut segala akibatnya, Berarti bentrokan sudah sulit dielakkan lagi. Pendeta yang tadi diserang Pa Pa Liang telah meneruskan langkahnya untuk masuk kedalam memberi kabar kepada Bo Tie siansu dan pendeta2 Siauw Lim Sie yang lainnya.

"Baiklah, kita tunggU kedatangan suheng ku, jlka nanti suhengku, Bo Tie Siansu, mengijinkan Lie conggoan meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, maka aku tidak bisa mengatakan apa- apa lagi "

Namun Ong Cit Giok seorang yang licik, dia telah tertawa sambil katanya: "Taisu tidak perlu me-ngulur2 waktu hanya menantikan kedatangan kawan dalam jumlah yang banyak ....

kami tahu, Taisu tentu ingin mempergunakan jumlah yang banyak untuk menindas yang sedikit "

Mendengar sindiran Ong Cit Giok, muka Bo San siansu jadi merah, Dia memang sebenarnya bermaksud menantikan kedatangan Bo Tie, dan jika kakak seperguruan dan pendeta Siauw Lim Sie lainnya telah tiba, dia bermaksud menghadapi orang2 ini. Tetapi isi hatinya dapat dibaCa oleh Ong Cit Giok^ dia jadi mendongkol dan jengah.

Melihat Bo San siansu dipojokkan seperti itu, Khu Sun Lie tertawa keras, lalu dia mewakili sipendeta menyahuti: "Kalian anjing2 rendah... kalian ingin mempersamakan diri kalian dengan seorang hohan (pendekar gagah), hemm, hemm, aku sipengemis tua tentu akan tertawa sampai mati Kalian tidak perlu bersikap seperti orang gagah, karena kalian hanya tikus2 yang tidak tahu malu. Jika memang kalian memiliki malu, tentu kalian sudah siang2 angkat kaki ketika permintaan kalian untuk meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang ditolak Siauw Lim Sie, namun kenyataannya sekarang? Kalian hanya seperti anjing2 kudis yang bisanya menggonggong terus menerus"

Muka Ong Cit Giok telah berobah merah, dia gusar mendengar makian sipengemis, katanya dengan diliputi kemarahan: "Kalau memang kami tidak memandang muka terang Siauw Lim Sie, tentu siang2 kau sipengemis buduk akan kami robek mulutnya dan beset perutmu " "Hemm, boleh kalian coba jika memang kalian bisa melakukannya " kata Khu Sun Lie menantang untuk memanaskan hati Ong Cit Giok. karena Khu Sun Lie juga mendongkol tadi dia telah dikeroyok oleh kawan2nya Ong Cit Giok. yang kini telah berdiri dibelakangnya orang she ong tersebut.

Baru saja Ong Cit Giok ingin memaki lagi, waktu itu dari ruangan dalam kuil telah bergegas menghampiri serombongan pendeta Siauw Lim Sie. Mereka datang cepat sekali.

Ternyata yang berjalan didepan adalah Bo Tie Siansu, yang di iringi oleh para pendeta Siauw Lim Sie yang berasal dari berbagai tingkatan.

Ong Cit Giok melihat ini hanya mengeluarkan dengusan dingin dengan sikap yang angkuh, sedikitpun dia tidak jeri, Pa Pa Liang sendiri telah menggumam dengan suara yang dingin: "Hemmm, sekarang aku memiliki kesempatan untuk membunuh cukup banyak kodok buduk dari Siauw Lim Sie, tanganku memang sudah gatal "

Bo Tie siansu yang menerima laporan bahwa musuh mulai menyelusup kedalam kuil, telah cepat2 keluar, dia juga terkejut melihat bahwa Bo San tengah berhadapan dengan belasan orang lawan-

Menyaksikan diantara rombongan lawan itu terdapat orang2 yang berpakaian seragam tentara kerajaan hati Bo Tie siansujadi dingin, dia tahu bentrokan yang sengaja dicari-cari oleh Kaisar Eng Lok memang sulit dielaki.

Dan juga kini Bo Tie Siansu baru mempercayai sepenuhnya cerita yang diberikan oleh Khu Sun Lie sebelumnya mengenai masalah yang ditimbulkan Kaisar Eng Lok untuk siauw Lim Sie.

Begitu tiba dihadapan orang2 itu, Bo Tie siansu segera merangkapkan sepasang tangannya dia menjura dengan sikap yang sabar, wajahnya tenang walaupun hatinya agak gelisah. "Ada keperluan apakah tuan-tuan mengunjungi kuil kami dimalam hari seperti ini?" tanya Bo Tie Siansu.

Bersamaan dengan pertanyaan itu, lonceng diatas puncak kuil telah berdentang keras, untuk memberi tanda kepada murid2 Siauw Lim Sie lainnya agar ber-siap2 dipos mereka masing2, Karena sebelum keluar, Bo Tie Si ansu telah perintahkan murid2nya untuk memberitahukan bahaya mulai datang.

Sebelum Ong Cit Giok menyahuti, Pa Pa Li ang telah menyahuti: "Kami ingin membunuh kodok2 yang terdapat dikuil Siauw Lim Sie"

Bo Tie Siansu membawa sikap yang tetap sabardan tenang, sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan tidak senang terhadap kata2 Pa Pa Liang. Hanya dia terkejut melihat keadaan Ong Cit Giok yang mukanya dan kulit tangannya bersisik seperti badak, dan juga mata Pa Pa Liang yang memancar tajam sekali, menunjukkan bahwa orang ini memiliki sinkang yang tinggi sekali, walaupun didalam pancaran sinar matanya itu terlihat kesesatan.

"Siancai, siancai janganlah siecu terlalu ringan tangan membunuh, walaupun seekor kodok. namun tetap saja kodok- kodok itu merupakan binatang berjiwa " sabar sekali pendeta itu yang tidak memperdulikan ejekan dan sindiran dari Pa Pa Liang.

Bo San siansu sadah memberitahukan seCara ringkas kejadian yang baru saja berlangsung tadi kepada Bo Tie Siansu, dan wakil Hongthio Siauw Lim Sie ini telah mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia memang telah melihatnya, walaupun bagaimana bentrokan dengan orang2 ini sulit untuk dielakkan lagi.

"Baiklah," kata Bo Tie siansu kemudian dengan suara yang tetap sabar, "Perlu kami jelaskan kepada kalian, tuan2, sangat menyesal sekali kami harus menolak permintaan Lie conggoan untuk meminjam kitab pusaka Kiu Lok Sie Pat ciang milik kami, karena kitab pusaka itu memang tidak pernah dipinjami untuk orang luar, tolonglah kalian nanti menyampaikan penyesalan kami kepada Lie Gonggoan " Ong Cit Giok tertawa bergelak-gelak.

"Tetapi apakah kalian dari pihak Siauw Lim Sie sama sekali tidak ingin memberikan muka terang kepada Lie conggoan ?" tanya nya dingin. Kembali Bo Tie siansu telah menjura dengan sikap yang sabar sekali.

"Memang sangat menyesal sekali kami tidak bisa meluluskan permintaan Lie conggoan-.."

"Apakah orang2 Siauw Lim Sie sudah begitu besar kepala sehingga tidak mau memandang sekelilingnya lagi ?" tegur Pa Pa Liang dengan suara yang dingin,

"Hemmm, kukira didalam rimba persilatan bukan hanya Siauw Lim Sie saja yang memiliki ilmu yang bisa diandalkan"

"Memang," menyahuti Bo Tie Siansu dengan sabar, "Memang kami kaum Siauw Lim hanya mempelajari ilmu liamkeng dan mengetuk bokkhie, kami tidak begitu tertarik untuk mencampuri urusan diluar kuil, mengenai ilmu silat, itu hanya sekedar untuk mensehatkan tubuh belaka..."

Pa Pa Liang tertawa mengejek. dia rupanya memang bermaksud memancing kemarahan diri Bo Tie Siansu.

"Baiklah, apakah kalau aku ingin main2 satu dua jurus dengan pendeta Siauw Lim Sie, hal itu akan diterima dengan baik ?"

Muka Bo Tie Siansujadi berobah, karena dia tahu itulah tantangan berterang, walaupun bagaimana sabarnya Bo Tie Siansu, tokh dia merupakan seorang pendeta yang memiliki nama besar didalam rimba persilatan- Siauw Lim Sie juga sudah lama dikenal sebagai pintu perguruan yang tertua dan secara tidak resmi telah diakui sebagai pimpinan rimba persilatan-

Maka dari itu, tidak bisa dia berdiam diri terus, padahal orang2 ini mengandung maksud tidak baik untuk Siauw Lim Sie dan datang untuk mengacau.

"Baiklah Kiesu," katanya kemudian- "Rupanya Kiesu memang terlalu tertarik untuk ilmu silat. Kami hanya mempelajari ilmu melatih diri agar sehat, maka janganlah para tuan2 mentertawakan kami jika sampai nanti kami memperlihatkan kejelekan kami "

Pa Pa Liang tertawa keras, dia bilang dengan suara yang juga keras: " Kau tidak perlu memutar balik perkataanku, keledai gundul Aku tahu, engkau ingin maksudkan bahwa kami tentunya tidak mungkin bisa menangkan kalian, dan kami hanya akan menjadi bahan tertawaan belaka "

Bo Tie siansu telah merangkapkan tangannya, dia menjura, "Mana berani kami memiliki pikiran seperti itu. Apa yang kami keluarkan tentu semuanya berasal dari hati "

"Hemmm" Pa Pa Liang tertawa dingin, tampaknya dia memang sudah tidak sabar, maka sambil mendengus begitu, dia telah mengulurkan tangan kanannya untuk menangkap pergelangan tangan Bo Tie Siansu yang ingin dicengkeramnya.

Tetapi belum lagi jari2 tangan Pa Pa Liang sempat mencengkeram pergelangan tangan Bo Tie Siansu, justru pendeta itu telah menurunkan tangannya sedikit, mudah sekali dia mengelakkan serangan lawannya, sehingga cengkeraman lawannya itujatuh ditempat kosong. 

Pa Pa Liang jadi penasaran, dia tidak menarik pulang tangannya, hanya dia memutar telapak tangannya, yang tahu2 bergerak cepat keatas, dia akan mencengkeram dada sebelah kiri dari Bo Tie Siansu. Keadaan demikian telah membuat Bo Tie Siansu dan pendeta Siauw Lim lainnya jadi terkejut dan mendongkol, karena serangan yang dilakukan oleh Pa Pa Liang merupakan serangan yang telengas dan kejam sekali.Jika sampai dada kiri Bo Tie Siansu kena dicengkeram. berarti pendeta ini akan mengalami ancaman kema tian, atau terluka parah.

Tetapi Bo Tie Siansu memang bukan pendeta sembarangan dan dia memiliki kepandaian yang tinggi.Jika sejak tadi dia hanya bersikap tenang dan sabar, bukanlah disebabkan dia jeri atau takut berurusan dengan orang seperti Pa Pa Liang, justru dia memang selama puluhan tahun telah memiliki latihan untuk mengendalikan perasaan, maka walaupun hatinya mendongkol, tokh tetap saja dia bisa bersikap sabar.

Disaat itu, tampak dengan mengempiskan dadanya dan membesarkan perutnya, Bo Tie Sian su telah berhasil meloloskan diri dari cengkeraman lawannya yang hanya terpisah satu dim lebih.

Kali Bo Tie siansu juga tidak tinggal diam saja. Dia tahu musuh2 yang datang ke siauw Lim Sie tentunya memiliki kepandaian yang tinggi, jika memang dia tidak memperlihatkan sedikit kepandaian, bukankah lawan2nya itu akan berlaku lebih kurang ajar?

Waktu tangan Pa Pa Liang lewat disamping dadanya, belum sempat Pa Pa Liang menarik pulang tenaga serangannya, Bo Tie Siansu telah mengebut perlahan dengan lengan jubahnya.

Gerakan yang dilakukan oleh Bo Tie Sian su sangat perlahan, tetapi akibat yang ditimbulkan dari kebutan itu memang luar biasa, karena tenaga yang meluncur keluar dari lengan jubahnya memiliki kekuatan yang luar biasa sekali.

Waktu itu Pa Pa Liang memang belum sempat menarik pulang tenaga serangannya, dan dia jadi terkejut waktu merasakan napasnya sesak dan dadanya sakit dihimpit oleh kekuatan tenaga yang tidak terlihat. Belum lenyap kagetnya, tubuhnya telah tergoncang.

Jika sampai dia terpental tentu akan membuat dia terluka didalam. Perlu diketahui menyerang dengan mempergunakan tenaga dalam, merupakan serangan yang sangat berbahaya sekali, jauh lebih berbahaya jika dibandingkan dengan orang yang menyerang mempergunakan pedang atau senjata tajam lainnya.

Karena jika sampai serangan yang disertai dengan tenaga lwekang itu mengenai sasaran, tentu selain bisa merusak tulang dan isi tubuh, juga orang yang terkena serangan itu jika tidak mati tentu akan terluka parah.

Sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi Pa Pa Liang menyadari bahaya yang mengancam dirinya, dia telah mengelakkan diri dengan cepat. Namun tidak urung Pa Pa Liang telah mundur dua langkah kebelakang, baru dia bisa berdiri tetap lagi.

Dalam segebrakan itu saja, sebagai tokoh2 persilatan yang memiliki kepandaian tinggi, Bo Tie Siansu maupun Pa Pa Liang telah mengetahuinya bahwa kepandaian mereka berimbang, hanya tenaga dalam dari Pa Pa Liang masih berada satu tingkat dibawah Bo Tie siansu.

Pa Pa Liang tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya,  dia telah tertawa dingin, sambil katanya dengan suara yang tawar: "Bagus Menarik sekali Kepandaian orang Siauw Lim Sie ternyata cukup berharga untuk diajak bermain-main.."

Dan setelah berkata begitu, Pa Pa Liang bersiap-siap hendak mulai melancarkan serangan-

Bo Tie Siansu melihat keadaan ini telah cepat2 menjura, dia bilang: "Maafkan, jangan kita meneruskan permainan ini, karena jika sampai kiesu terluka di siauw Lim sie, kami tentu akan merasa tidak enak hati " Bo Tie siansu berkata begitu, karena dia ingin menegaskan, jika sampai Pa Pa Liang masih mendesaknya dengan melancarkan serangan, tentu dia akan turun tangan lebih keras lagi dan niscaya Pa Pa Liang tidak mungkin untuk dapat menghadapi serangannya itu.

Tetapi justru perkataan Bo Tie Siansu telah membuat hati Pa Pa Liang jadi panas dan penasaran sekali, dia telah mengeluarkan suara bentakan yang cukup keras sambil tangan kanannya bergerak akan menghantam kepala Bo Tie Sian su, sedangkan tangan kirinya meluncur akan men cengkeram ulu hati sipendeta.

Bo Tie Siansu melihat serangan Pa Pa Liang yang hebat itu, dia tidak jeri. Yang dikuatirkan ialah kalau sampai Pa Pa Liang terluka ditangnnya, tentu orang2nya Kaisar Eng Lok bisa mempergunakan alasan untuk memusuhi Siauw Lim Sie, itulah yang selalu membuat Bo Tie Siansu ragu2. Tetapi justru orang terlalu mendesak pihaknya, dan diapun tidak bisa berdiam diri terus.

Melihat Pa Pa Liang telah melancarkan serangan lagi dengan kejam dan telengas, Bo Tie Siansu juga jadi mendelu kepada orang ini. seperti dia telah melihatnya bahwa pada mata Pa Pa Liang memancarkan sinar kesesatan, maka dia melihat serangan yang dilancarkan oleh lawannya merupakan serangan yang sesat dan mengandung hawa kematian yang kotor sekali, disamping sangat kejam.

Hal ini telah memaksa Bo Tie siansu tidak bisa meremehkan serangan itu, Dengan mengucapkan perlahan: "Siancai", tubuh Bo Tie Siansu telah bergerak dengan gesit kearah  sampingnya, dia telah mengerahkan tenaga lwekangnya untuk menangkis serangan Pa Pa Liang dengan cara menggerakkan kedua tangannya yang dirangkapkan keatas, itulah ilmu membela diri Siauw Lim Sie yang sangat kuat dan sulit ditembus oleh kekuatan musuh yang bagaimana tangguh sekalipun juga. Tetapi Pa Pa Liang merupakan tokoh sakti rimba persilatan yang memiliki kepandaian agak sesat, maka dia melancarkan serangan dengan cara yang agak sesat. Dia tidak meneruskan kedua serangan dari kedua tangannya, melainkan dengangerakan yang sangat gesit sekali tangannya itu telah berobah arah, dia telah menurunkan tangan kanannya akan mencengkeram pergelangan tangan kanan Bo Tie Siansu, sedangkan tangan kirinya dipakai menggempur perut sipendeta.

Pendeta sakti siauw Lim Sie ini terkejut sekali melihat cara menyerang yang dilancarkan oleh lawannya, dia merasakan angin serangan yang meluncur dari tangan lawannya mengandung kekuatan yang dahsyat, maka tidak bisa Bo Tie Siansu meremehkan kekuatan serangan dari lawannya. Kalau sampai dia terkena serangan itu, setidaknya dia akan tergempur dan terluka di dalam.

Tetapi Bo Tie siansu juga bukan berarti membiarkan dirinya terserang begitu saja, dia telah menggeser kedudukan kaki kanannya, kemudian dengan salah satu gerakan dari Lo Han Kun, yang bernama jurus "Lo Han merangkapkan tangan menempati angin", tahu-tahu kedua tangannya yang dirangkaikan itu menyampok dari samping kiri kekanan, gerakan itu agak memutar sehingga sama saja dia menyapu kedua tangan Pa Pa Liang sekaligus.

Pa Pa Liang tidak menyangka bahwa lawannya bisa melakukan pembelaan diri dengan cara seperti itu, dia tidak sempat untuk menarik pulang kedua tangannya, maka tangan mereka telah saling bentur.

Hebat kesudahannya, karena dua kekuatan tenaga dalam yang benar2 tinggi, telah saling bentrok dengan keras, Disamping terdengar suara bentrokan yang keras, juga terlihat mereka berdua masing2 mundur dua langkah. Pa Pa Liang tidak mau mem-buang2 waktu, begitu dia bisa berdiri tetap. segera dia maju pula untuk melancarkan serangan lagi.

Begitulah, mereka berdua jadi bertempur dengan cepat dan seru, dalam waktu singkat sekali, telah belasan jurus yang mereka lewatkan-

Sedangkan Bo San Siansu, Khu sun Lie dan pendeta Siauw Lim Sie mengawasi jalannya pertempuran sambil bersiap siaga menantikan serangan dari kawan-kawannya Pa Pa Liang.

Ong Cit Giok sendiri menyaksikan jalannya pertempuran itu dengan tersenyum-senyum saja, tampaknya dia sama sekali tidak merasa berkuatir. Dia juga sering mengeluarkan komentar:

"Ha, sayang sayang "

Kesepuluh orang yang berpakaian seragam sebagai orang kerajaan, telah berdiam diri mengawasi jalan pertempuran dengan penuh perhatian- Mata mereka memancarkan sinar yang sangat tajam, tampaknya mereka benar2 tertarik dan ingin memperhatikan Sebaik mungkin jalannya pertempuran.

Setidak2nya bisa menambah pengetahuan dan pengalaman untuk mereka, Karena kedua orang yang tengah bertempur itu merupakan dua orang tokoh yang memiliki kepandaian sangat tinggi.

Bo Tie siansu sendiri merasakan semakin lama tenaga serangan Pa Pa Liang semakin ringan dan perlahan, tetapi setiap samberan angin serangan Pa Pa Liang mengandung hawa yang dingin sekali seperti es, yang per-lahan2 menyelusup ke dalam hati Bo Tie Siansu, Tentu saja hati sipendeta jadi terkejut bukan main dia cepat mengempos semangat dan hawa murni ditubuhnya, untuk mengusir hawa dingin itu, agar tidak menguasai dirinya. Tetapi waktu hawa dingin itu berhasil dikuasainya, dan dia mulai bisa balas menyerang pula kepada Pa Pa Liang, disaat itulah hawa angin serangan Pa Pa Liang telah berobah pula, menjadi panas,

"Ilmu siluman-.. sungguh sesat " berpikir Bo Tie siansu didalam hatinya, Dia juga berusaha untuk membendung hawa panas seperti api itu, dengan memberikan perlawanan yang gigih.

Tetapi peristiwa itu terjadi berulang kali, sebentar sedingin es, lalu berobah panas seperti panasnya api. Tentu saja sebagai seorang pendeta yang memiliki ilmu yang lurus dan telah mencapai tingkat yang tinggi, Bo Tie siansu menyadari apa artinya itu.

Kalau sampai dia berlarut larut terus dikuasai hawa dingin dan panas bergantian, tentu dirinya yang bisa celaka, karena tenaga dalamnya akan berada dalam dua posisi untuk membendung kedua macam hawa serangan itu.

Sedang Pa Pa Liang telah melancarkan serangan semakin perlahan, namun hawa dingin yang terpancarkan dari telapak tangannya semakin dingin, begitu juga hawa panasnya yang semakin panas saja.

Maka dari itu, dalam keadaan seperti ini Bo Tie siansu berusaha menutup diri untuk sementara waktu, dia hanya membendung hawa dingin dan panas itu agar tidak menguasai dirinya, tetapi dia sama sekali tidak berusaha membalas. Sekali saja dia membalas, berarti dia telah memecahkan tenaga dalamnya, itu akan merugikan dirinya.

Bo San Siansu yang menyaksikan jalannya pertempuran, jadi memandang dengan berkuatir, Dia melihat kakak seperguruannya, yang menjadi pemimpinnya juga, tengah terancam bahaya yang tidak kecil.

Memang sinkang yang dimiliki Bo Tie Siansu melebihi lwekang Pa Pa Liang, pendeta itu berada satu tingkat diatasnya, tetapi tenaga lwekang yang dimiliki Pa Pa Liang merupakan tenaga lwekang yang sesat, itu repotnya, karena tenaga serangan itu bisa memancarkan hawa dingin dan panas bergantian, sehingga membuat sekujur tubuh Bo Tie Siansu seperti dipengaruhi oleh kedua macam hawa serangan itu.

Kalau sampai hawa dingin dan panas itu sempat menyelusup kedalam jantungnya, niscaya akan membuat Bo Tie Siansu terluka didalam yang parah. jika hal itu terjadi, sedikitnya Bo Tie Siansu harus mengobati selama lima tahun mengurung diri, dan kekuatan lwekangnya akan berkurang sebagian besar.

Khu Sun Lie mengerutkan alisnya juga, dia berkuatir untuk pendeta-pendeta siauw Lim Sie ini. Dia melihat kepandaian Pa Pa Liang sangat tinggi dan dia sendiri-jelas bukan menjadi tandingannya, Begitu juga dia pernah mencoba Ong Cit Giok, yang kepandaiannya berada diatasi dirinya.

Maka Khu Sun Lie berkuatir kalau2 diluar kuil siauw Lim Sie masih berkumpul orang2 gagah yang menjadi kaki tangannya kaisar Eng Lok. itulah bahaya yang tidak keCil bagi Siauw Lim Sie.

Dan saat itu juga Bo Tie Sian su telah mengeluarkan keringat dingin dan panas-bergantian akibat tekanan tenaga serangan yang dilancarkan oleh Pa Pa Liang. Kalau hal itu berlarut-larut dan Bo Tie siansu tidak bisa menguasai diri, tentu hal ini akan membahayakan jiwa sipendeta.

Sedang Khu Sun Lie berpikir begitu, tiba2 dia melihat sinar merah disebelah timur kuil. Dan waktu itu dia melihat api berkobar.

"Api.." berseru Khu Sun Lie.

Semua pendeta Siauw Lim Sie telah menoleh kearah yang ditunjuk oleh Khu Sun Lie. Muka Bo San siansu jadi berobah merah padam karena marah, dia bisa menerka siapa yang menyebarkan api untuk membakar kuil Siauw Lim Sie.

"Binatang-binatang jahat " berkata Bo San siansu, sambil menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dan menerjang cepat sekali kepada Ong Cit Giok.

Dia juga telah mengempos tenaga dalamnya dan melancarkan serangan dengan gerakan yang gesit disertai kemendongkolannya, Maka dahsyat juga serangan yang dilakukan oleh Bo San Sian su. sedangkan saat itu Ong Cit Giok tengah ter-senyum2 girang waktu mendengar Khu Sun Lie berteriak ada api, dia tahu orang2nya yang diperintahkan untuk menyelusup kebagian lain dari kuil Siauw Lim Sie telah berhasil menerobos untuk membakar kuil itu, dan menyebarkan api.

Tetapi tahu2 dia merasakan berkesiuran angin serangan yang kuat sekali, sebagai jago yang memiliki kepandaian tinggi, Ong Cit Giok tidak gentar menghadapi serangan Bo San, hanya dia kaget melihat pendeta ini seperti kalap. Maka Ong Cit Giok tidak berani memandang remeh serangan itu, dia telah mengempos semangatnya untuk melakukan penangkisan.

"Bukkkk " dua kekuatan tenaga dalam yang hebat telah saling bentur.

Tubuh Bo San Siansu tergetar, begitu juga tubuh Ong Cit Giok. mereka masing-masing telah mundur dua tindak kebelakang.

Tetapi Bo San siansu yang telah dikuasai kemarahan melihat kejahatan orang2 ini, kembali melancarkan serangan susulan tanpa menantikan tubuhnya bisa berdiri tetap.

Dia telah mengerahkan tenaga dalam yang kuat sekali, karena Bo San Siansu menyadari, kalau saja orang seperti Ong Cit Giok dan Pa Pa Liang sempat untuk menimbulkan kekaCauan ditempat ini, mereka tidak memiliki kesempatan lagi untuk membantu para murid Siauw Lim Sie yang menjaga dibagian timur dari kuil tersebut.

Semula sepuluh orang kawan Ong Cit Giok bermaksud ikut terjun kedalam medan pertempuran itu, untuk mengeroyok Bo San siansu dan Bo Tie Siansu.

Namun murid2 Siauw Lim Sie, yang berjumlah tidak kurang dari tiga puluh orang, juga telah mengambil sikap bersiap sedia.

Kalau sampai kesepuluh orang itu turun tangan juga , maka ketiga puluh murid Siauw Lim Sie itu akan segera turun  tangan untuk dapat menghadapi mereka.

Melihat jumlah murid murid Siauw Lim Sie yang tidak kurang dari tiga puluh orang itu, telah membuat kesepuluh orang kawan Ong Cit Giok mengurungkan maksud mereka. semuanya jadi berdiam diri saja, hanya menyaksikan jalannya pertempuran antara Bo Tie siansu dengan Pa Pa Liang dan Bo San siansu dengan Ong Cit Giok.

Angin serangan dari keempat orang yang tengah bertempur itu berkesiuran kuat sekali, dan saling samber tidak hentinya, sehingga memaksa murid2 Siauw Lim Sie dari tingkat yang lebih bawah dan juga memiliki kepandaian belum begitu tinggi harus mundur menghindarkan diri dari tekanan angin serangan kedua pasang orang yang tengah bertanding itu.

Sedangkan waktu itu, Pa Pa Liang telah memperCepat serangannya, sehingga hawa dingin dan panas menyambar2 dengan kuat sekali, memaksa Bo Tie Siansu berulang kali harus melompat mundur mengelakkan diri dan mengatur pernapasannya.

Kalau sampai dirinya terkena serangan hawa dingin atau hawa panas lawannya, niscaya tubuhnya akan terluka didalam, itulah yang tidak dikehendaki oleh Bo Tie Siansu, Untuk membendung hawa dingin dan hawa panas itu Bo Tie Siansu telah memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, untuk melindungi bagian-bagian terpenting disekujur tubuhnya. Dengan cara demikian, dia masih bisa bertahan dari gempuran kedua macam hawa yang sangat dingin dan panas itu.

Api yang berkobar disebelah timur kuil tersebut tampak semakin besar. Begitu juga , suara ribut2 dari para pendeta Siauw Lim Sie yang rupanya tengah berjuang untuk memadamkan api, sangat berisik sekali terdengar oleh Bo San Siansu dan Bo Tie Siansu.

Belum lagi api yang berkobar disebelah timur kuil itu terpadamkan, dan malah api semakin membesar, waktu itu disebelah barat dari kuil tersebut telah berkobar api lagi yang menjulang tinggi, rupanya anak buah Ong Cit Giok telah mulai membakar bagian tersebut.

Tentu saja Bo Tie siansu dan Bo San siansu jadi agak kikuk dan gelisah, karena mereka tengah dilibat oleh Pa Pa Liang dan Ong Cit Giok dengan sendirinya mereka tidak bisa memberikan bantuan kepada murid2 Siauw Lim Sie lainnya yang sedang berusaha memadamkan api yang tengah menjilati dua bagian kuil tersebut.

Khu Sun Lie sudah tidak memiliki pilihan lain, dengan menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat gesit sekali menuju kearah barat, dimana api menjulang lebih tinggi, Dia bermasud akan membantu murid-murid Siauw Lim Sie untuk memadamkan api itu.

Ketika dia tiba disebelah barat dari kuil Siauw Lim Sie, api memang tengah menyala marong merah dan tinggi sekali, menjilati bagian dinding dari wuwungan kuil bagian tersebut, Khu Sun Lie melihat puluhan orang murid Siauw Lim Sie tengah berusaha memadamkan api itu dengan membawa berember- ember air. Tanpa bertanya lagi, Khu Sun Lie meminta dua buah ember, dan ikut menyirami api yang tengah menjulang tinggi itu. Kalau terlambat, tentu bangunan kuil dibagian tersebut akan terbakar musnah.

Maka dari itu, Khu Sun Lie bekerja gesit sekali, dia telah berlari-lari mengambil air dan kembali ketempat tersebut untuk menyiram api.

Dalam waktu yang cukup panjang, akhirnya api dapat dikuasai dan lalu padam. begitu juga api yang tadi berkobar disebelah timur, sudah tidak tampak lagi.

Namun para murid siauw Lim Sie itu tidak bisa bernapas lega, karena mereka kuatir dibagian lain api akan muncul pula, disebar oleh orang-orangnya Ong Cit Giok. Maka mereka mengadakan penjagaan yang ketat sekali.

Khu Sun Lie yang seluruh pakaiannya te lah basah kuyup itu ikut ber-jaga2. Dia telah berlari kesana kemari dengan mempergunakan ginkangnya untuk mengadakan penjagaan, Maka dari itu, dia telah memeriksa seluruh kuil dengan mata yang awas.

Waktu Khu Sun Lie tengah berlari diruangan belakang kuil, tiba2 dia melihat sesosok tubuh yang berkelebat gesit sekali, bermaksud melompat melewati dinding kuil.

Tetapi Khu Sun Lie gesit, dengan mengeluarkan suara bentakan, tubuhnya telah mencelat menyusul, dan tangan kanannya telah diulurkannya waktu dia tiba dibelakang orang itu.

Sosok tubuh tersebut ingin memutar badannya untuk menoleh, tetapi terlambat pakaian ditengkuknya telah kena dicengkeram oleh Khu Sun Lie, yang sekali angkat telah membantingnya keras sekali. "Bukkkkk" tubuh orang itu telah terbanting keras sekali, dan dia mengeluarkan suara jeritan, karena pahanya justru diinjak oleh Khu Sun Lie cukup keras.

orang itu meraung kesakitan dan kegelian, tetapi Khu Sun Lie tetap menginjak terus, dan akhirnya dia membentak : "Engkau anak buahnya Ong Cit Giok ?" orang itu teraduh-aduh dan tidak mau menyahuti.

Khu Sun Lie jadi tambah sengit, dia menambahkan tenaga pada kakinya dan menginjak lebih kuat lagi.

Orang itu jadi menjerit-jerit tambah keras, karena dia kesakitan dan kegelian, dimana kaki Khu Sun Lie menginjak pahanya itu sambil di gerak-gerakkan, sehingga orang tersebut, yang berpakaian sebagai tentara kerajaan, kegelian setengah mati, disamping merasakan kesakitan pada tulang pahanya.

Khu Sun Lie tidak mengacuhkan sikap orang itu, dia terus menginjak.

"Jika engkau tidak mau mengakui yang jujur, aku akan menginjak hancur tulang pahamu ini, sehingga untuk seumur hidup engkau akan menjadi manusia berCaCad " mengancam Khu Sun Lie.

Lalu Khu Sun Lie menambahkan tenaganya dia menginjak lebih kuat.

Tentara kerajaan itu menjadi tambah kesakitan, akhirnya dengan suara yang terbata-bata diapun berkata : "Baik... baik aku akan bicara."

"Katakan dulu, apakah engkau ini anak buahnya Ong Cit Giok, yang diperintahkan untuk membakar kuil ?" bentak Khu Sun Lie.

"Benar Benar " menyahuti orang itu dengan menahan sakit. "Hemmm, berapa jumlah kalian seluruh nya?" tanya Khu Sun Lie lagi.

"Lima... lima ratus orang lebih "

"Selain Ong Cit Giok dan Pa Pa Liang, siapa-siapa lagijago2 yang dikerahkan kemari ?" bentak Khu Sun Lie dengan suara bengis. Banyak... banyak sekali, aku tidak mengenal mereka semua "

"Berapa banyak jumlah jago-jago itu?" bentak Khu Sun Lie.

Orang yang berpakaian sebagai tentara kerajaan itu tidak menyahuti, dia hanya ter-aduh2.

Khu Sun Lie jadi mendongkol dia mengerahkan tenaga yang lebih kuat dikakinya, dan menginjak lebih keras.

Keruan saja tentara kerajaan itu jadi meraung kesakitan- "Semua... semuanya merupakan jago2 di rimba persilatan,

yang  diperintahkan  memakai  pakaian  seragam  kerajaan  "

akhirnya orang itu menyahuti juga dengan menahan perasaan sakit.

"Jadi, tidak ada seorangpun diantara kalian yang se- benar2nya sebagai tentara kerajaan ?" tanya Khu Sun Lie lagi.

"Hanya sedikit, kurang dari seratus orang." menyahuti orang itu.

"Engkau sendiri murid siapa ?" tanya Khu Sun Lie lagi. "Aku... aku murid ketiga dari ong... ong Suhu."

"Yang engkau maksudkan Ong Cit Giok ?" bentak Khu Sun Lie.

"Be... benar"

"Hemmm, manusia-manusia jahat. Apa maksud kalian membakar kuil Siauw Lim Sie ?" tanya Khu Sun Lie lagi. "Semua ini perintah dari Lie conggoan.." menyahuti murid ketiga dari Ong Cit Giok tersebut, sesungguhnya dia memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Sebagai murid dari seorang tokoh sakti seperti Ong Cit Giok. tentu saja dia memperoleh didikan yang sangat tinggi itu dan kepandaian yang lumayan, hanya sayang sekali dia bertemu dengan Khu Sun Lie yang memiliki kepandaian jauh diatasnya, lagi pula memang Khu Sun Lie telah berhasil menguasai dirinya dengan menginjak pahanya kuat2.

Kalau orang ini berusaha untuk bangun atau mempergunakan kedua tangannya untuk memegang kaki Khu Sun Lie, maka pengemis ini telah menggerakkan tangan kanannya menghajar kepala orang tawanannya.

Sehingga orang tersebut, murid ketiga dari Ong Cit Giok.jadi tidak berdaya apa2.

"Hemmm, sekarang telah berapa banyak orang yang menyelusup kedalam kuil Siauw Lim Sie ?" tanya Khu Sun Lie lagi.

"Hampir... hampir semuanya " menyahuti orang itu. "Hampir semuanya telah berusaha memasuki kuil ini dari

berbagai jurusan "

"Hemmm " Khu Sun Lie mendengus dingin, dia mengulurkan tangan kanannya menotok urat kaku orang tersebut, kemudian dia telah mencengkeram bahu orang itu, dan juga mencengkeram baju ditengkuk tawanannya, yang diangkatnya untuk dibawa pergi

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar