Pendekar Aneh dari Kang Lam Jilid 03

Jilid 3

MUKA pendeta muda itu berobah, dia telah memandang dengan sepasang alis yang di kerutkan, Tetapi kemudian dia telah bertanya lagi dengan nada yang tetap tidak manis: "Urusan apa yang ingin hengtai (saudara) sampaikan?"

"Urusan yang sangat penting dan maafkan, tidak dapat aku memberitahukan sekarang, karena urusan itu harus disampaikan langsung kepada ciangbunjin Siauw suhu"

Waktu itu, memang Khu Sun Lie sendiri sudah mulai mendongkol, karena melihat lagak pendeta itu yang acuh tak acuh dan juga dia melihat betapa pendeta itu bersikap tidak manis. Tetapi sebagai seorang yang telah berpengalaman dalam rimba persilatan, dia mau menduga mungkin sikap pendeta ini memiliki sangkut pautnya dengan mayat- mayat yang malang melintang dijalan-jalan yang telah dilaluinya, maka dia tidak begitu ambil dihati.

"Siauw Lim Sie tidak menerima tamu sembarangan," kata pendeta muda itu. "Jika memang Hengtai (saudara) bermaksud untuk berkunjung ke Siauwlimsie, seharusnya kau melapor dulu beberapa hari sebelumnya Apa lagi memang Hengtai bermaksud untuk bertemu dengan ciangbunjin kami, itulah urusan yang jarang sekali terkabul, terlebih lagi memang sekarang ini ciangbunjin kami tengah keluar pintu untuk mengurus suatu urusan, beliau tidak berada ditempat dan Hengtai jika memang benar-benar memiliki urusan yang sangat penting dengan ciangbunjin kami, silahkan Hengtai datang dilain waktu saja "

Muka Khu Sun Lie jadi berobah, dia mengetahui bahwa alasan yang dikemukakan oleh pendeta itu adalah alasan yang dicari-cari. Maka dari itu, Khu Sun Lie telah tertawa pahit.

"Sebetulnya, urusan ini adalah urusan yang menyangkut keselamatan siauw Lim Sie ma aku kuatir jika aku tidak bisa bertemu sekarang dengan ciangbunjin Siauwlim Sie, urusan akan menjadi lebih hebat lagi dan menjadi terlambat " Setelah berkata begitu, Khu Sun Lie menghela napas.

"Jika demikian, baiklah Hengtai bertemu dengan wakil ciangbunjin kami yaitu Bo Tie siansu " kata pendeta itu.

"Begitupun boleh, yang terpenting sekali justru aku harus dapat memberitahukan berita penting ini langsung kepada tetua-tetua Siauw Lim Sie"

Pendeta muda itu walaupun masih ragu-ragu, tetapi akhirnya dia telah mengangguk. "silahkan masuk. Hengtai " katanya sambil membukakan pintu lebih lebar.

Khu Sun Lie melihat kelakuan pendeta itu dia dapat menduga tentu telah terjadi suatu urusan yang tidak menggembirakan didalam Siauw Lim Sie. Maka dia berlaku lebih hati-hati, agar tidak mengeluarkan kata- kata yang bisa memancing kesalah pahaman-

Setelah mempersilahkan Khu Sun Lie duduk diruang tamu, pendeta muda itu meninggalkanya masuk sebentar, Dan tidak lama kemudian dia telah kembali membawa dua cawan teh, yang disediakan untuk Khu Sun Lie.

Menyusul itu, tampak dari ruang dalam muncul seorang pendeta tua, yang mungkin telah berusia enam puluh tahun lebih, sikapnya sabar sekali, wajahnya agung dan merah segar.

Dia memelihara jenggot yang cukup panjang dan kumis yang lebat, Matanya bersinar tajam, membuktikan bahwa pendeta ini memiliki Iwekang yang tinggi sekali.

Begitu melihat Khu Sun Lie, pendeta itu telah merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura dengan sikap yang hormat sekali.

"Ada urusan penting apakah Kiesu (orang gagah) mencari ciangbunjin kami ?" tanya nya dengan suara yang ramah sekali. "Lolap (aku sipendeta tua) Bo Tie Siansu, dapat sekiranya mewakili untuk menerima pesan Kiesu... Bolehkah Lolap mengetahui siapa she mulia Kiesu dan gelaran Kiesu yang terhormat ?"

Khu Sun Lie telah bangkit dari duduknya, dia cepat-cepat membalas hormat pendeta itu.

"Aku she Ku dan bernama Sun Lie. Gelaranku merupakan gelaran yang tidak berarti, yaitu Kim jie Sinkay " menyahuti Khu Sun Lie.

"oh kiranya Kimjie Sinkay Khu Sun Lie Enghiong." kata pendeta itu. "Selamat datang Selamat datang di Siauw Lim Sie."

Pendeta itu, Bo Tie Siansu, rupanya sudah sering mendengar nama Khu Sun Lie sehingga setelah dia mengetahui bahwa sipengemis merupakan seorang pendekar yang cukup ternama dan bekerja digaris keadilan, dengan sendirinya dia menyambut lebih ramah dan manis.

Setelah basa basi sejenak, merekapun bercakap-cakap. Bo Tie siansu menyampaikan rasa kagumnya atas sepak terjang Khu Sun Lie, yang didengarnya telah banyak melakukan banyak perbuatan mulia.

Sedangkan Khu Sun Lie sendiri dalam suatu kesempatan telah berkata: "Baiklah, kukira telah sampai saatnya untuk aku menyampaikan urusan penting itu kepada Taisu " kata nya.

"Ya, silahkan Kiesu sampaikan pesan itu, nanti akan Lolap sampaikan lagi kepada ciangbunjin kami. Kebetulan sekali Hongthio kami sedang keluar pintu dan tidak berada ditempat, maka maafkanlah telah mengeCewakan Kiesu."

Khu Sun Lie cepat-cepat memberitahukan apa yang diketahuinya itu. Dia telah bercerita dengan lengkap sekali, Maka dari itu Bo Tie Siansu jadi terkejut sekali. Dia tidak menyangka urusan demikian hebat, Dan disamping itu yang mengejutkan sekali adalah Cerita Khu Sun Lie mengenai mayat- mayat yang malang melintang disepanjang jalan yang menuju ke Siauw Lim Sie.

"Inilah aneh sekali " kata pendeta itu, "Benar-benar urusan yang tidak pernah disangka oleh Lolap. sungguh luar biasa sekali"

Dari muka Bo Tie siansu memperlihatkan bahwa dia sedang berpikir keras, karena dia memang benar-benar tidak menyangka sama sekali bahwa urusan akan demikian hebatnya.

"Maka dari itu, semula aku meminta dan mendesak untuk bertemu dengan Hongthio Siauw Lim Sie karena memang urusan ini menyangkut keselamatan pihak Siauw Lim Sie sendiri, berarti juga keselamatan dari para orang gagah dalam rimba persilatan, karena jika sekarang ini Kaisar Eng Lok telah berani untuk bertindak begitu terhadap Siauw Lim Sie, yang terkenal sebagai pintu perguran silat yang tertua dan besar, dimana banyak tokoh-tokoh saktinya, niscaya dilain saat, Kaisar Eng Lok akan berani bertindak lebih jauh lagi kepada pintu perguruan lainnya."

Bo Tie siansu telah membenarkan apa yang dikatakan oleh Khu Sun Lie.

"Menurut pandangan Lolap memang hal itu bisa saja terjadi, inilah berbahaya sekali, jika memang Kaisar Eng Lok telah mulai memusuhi orang-orang rimba persilatan, tentu hal itu akan menyebabkan peristiwa yang hebat dan timbulnya gelombang " Khu Sun Lie mengiyakan-

Begitulah, keduanya telah membicarakan pula perihal keadaan dunia persilatan pada saat itu.

Sedangkan Bo Tie Siansu dalam suatu kesempatan telah becerita lagi, bahwa sesungguhnya kepergian Hongthio atau ketua Siauw Lim Sie, memiliki hubungan dan sangkut pautnya dengan peristiwa ini. Maka dia bermaksud untuk memberikan penjelasan sejelas-jelasnya kepada Khu Sun Lie.

Beberapa hari yang lalu, yaitu enam hari sebelumnya, justru Siauw Lim Sie telah menerima kedatangan seorang tamu yang aneh sekali, Yaitu seorang wanita berusia dua puluh tahun lebih. Wanita itu mengaku bernama Lim Kim Giok. dan membawa sepucuk surat yang diberikan kepada Hongthio Siauw Lim Sie.

Isi surat itu adalah surat tantangan untuk Hongthio Siauw Lim sie, orang yang menantang Hongthio siauw Lim Sie tidak menyebutkan namanya didalam surat itu, karena dia memang merahasiakannya, Hanya dari wanita yang bernama Lim Kim Giok itu diketahui bahwa orang yang menantangnya itu adalah dikaki gunung sebelah barat.

Semula Hongthio Siauw Lim Sie tidak mau melayani tantangan seperti itu, dan menganjur kan Lim Kim Giok agar memberitahukan gurunya saja, agar sang guru itu datang saja ke Siauw Lim Sie tetapi kenyataannya Lim Kim Giok telah tertawa mengejek dan dia berkata, bahwa dia tidak sangka Hongthio Siauw Lim Sie ternyata seorang yang pengecut dan penakut sekali, sehingga ejskan tersebut membuat Hongthio siauw Lim Sie jadi penasaran-

Apa lagi Lim Kim Giok telah menyatakan bahwa gurunya pernah mengatakan bahwa kepandaian Hongthio Siauw Lim Sie  tidak  berarti  apa-apa....hanya  saja  dia   berani  dikuilnya maka sekarang kata Lim Kim Giok. bahwa dia baru

mempercayai perkataan gurunya itu.

Dan dia jadi tidak memandang sebelah mata kepada siauw Lim Sie. perkataan Lim Kim Giok telah membual Hongthio Siauw Lim Sie menjadi gusar, dan seketika itu juga telah menerima tantangan yang diberikan oleh guru sigadis.

Dalam hal ini sebetulnya Hongthio Siauw Lim Sie tidak menyangka terdapat urusan yang luar biasa, dia hanya menduga seorang jago seperti guru sigadis merasa penasaran terhadap kebesaran nama Siauw Lim Sie, maka dia bermaksud untuk mengadu kekuatan dengan pihak siauw Lim Sie, guna menentukan siapa yang lebih liehay.

Tetapi setelah bertemu dengan guru sigadis, yang ternyata seorang nenek tua berusia lanjut, yaiiu hampir enam puluh tahun, ternyata nenek tua itu tidak memiliki kepandaian yang tinggi, dia hanya mengancam untuk membunuh diri jika Hongthio Siauw Lim Sie tidak mau menyerahkan padanya kitab Kiu im cin Keng, Dia ingin meminjam kitab itu selama satu tahun."

Jelas hal itu tidak bisa diluluskan oleh Hongthio Siauw Lim Sie, karena walaupun kitab itu sudah tidak diperlukan dan hanya disimpan didalam ruang kitab Siauw Lim Sie kitab itu merupakan kitab pusaka yang tidak bisa dipinjamkan pada orang luar. Penolakan Hongthio Siauw Lim Sie membuat nenek tua itu jadi gusar sekali, dia telah mengancam akan membuktikan perkataannya untuk membunuh diri dihadapan Hongthio itu, agar kelak orang-orang rimba persilatan mengetahui bahwa Hongthio Siauw Lim Sle adalah seorang yang tidak memiliki belas kasihan kepada orang lain-

Maka keadaan seperti ini telah membuat Hongthio siauw Lim Sie jadi serba salah, Yang pasti, kitab Kiu im cin Keng tidak dapat dipinjamkan kepada wanita itu. Namun jika dia menolak. tentu wanita tua itu benar-benar akan membuktikan ancamannya, yaitu bunuh diri.

Tentu hal ini tidak dikehendaki oleh Hongthio Siauw Lim Sie. Tetapi apa hendak dikata, justru yang membuat Hongthio Siauw Lim Sie jadi bingung, nenek tua itu tidak mau mengerti walaupun telah dibujuk oleh ketua Siauw Lim Sie tersebut  agar membataikan maksudnya yang tidak-tidak itu.

Tetapi wanita tua itu justru telah mencabut sebatang pedang pendek yang mata pedangnya ditandaikan pada batang lehernya, Dia mengancam, begitu Hongthio Siauw Lim Sie mengucapkan penolakannya, dia ingin menekan pisau itu menancap dliehernya, agar segera dia menemui kematiannya. Menurut pengakuannya, percuma saja dia hidup didunia jika belum mempelajari ilmu yang tertulis didalam kitab Kiu im cin Keng.

Yang membuat Hongthio Siauw Lim Sie jadi serba salah, justru peristiwa ini menyangkut urusan nyawa. itulah yang tidak dikehendaki oleh Hongthio Siauw Lim Sie. Bahkan waktu Hongtlo Siauw Lim Sie menjanjikan untuk memberikan satu dua jurus ilmu silat Siauw Lim Sie kepadanya, asal wanita tua itu tidak mendesaknya untuk melihat kitab Kiu im cin Keng, tetap saja wanita tua itu tidak mau. Yang dikehendakinya adalah kitab ilmu Kiu im cin Keng.

Hongthio Siauw Lim Sie benar-benarjadi serba salah, Akhirnya Hongthio Siauw Lim Sie itu telah berkata : "Baiklah, jika memang kau ingin bunuh diri, silahkan bunuh diri, itu bukan menjadi urusanku. Lolap telah berbaik hati ingin memberikan satu atau dua jurus ilmu silat kepadamu, tetapi kenyataannya engkau telah mengancam begitu dan bersikeras ingin meminjam juga kitab Kiu im cin Keng, tentu saja hal ini tidak bisa lolap lulusi, karena kitab pusaka itu tidak boleh dipinjam kepada orang luar"

Namun nenek tua itu justru benar-benar telah membuktikan perkataannya, Dia telah menekan pisaunya, sehingga pisau itu menancap di dalam lehernya, seketika darah menyembur keluar deras sekali, dan disaat seperti inilah akhirnya wanita tua itu terkapar dihadapan Hongthio Siauw Lim Sie dan menemui kematiannya.

Tentu saja hal ini telah membuat Hongthio siauw Lim Sie menyesal sekali, walaupun bagaimana tidak bisa dia menerima kejadian seperti ini. Dia menyesal wanita tua itu telah mengambil jalan pendek dan nekad seperti itu.

Dia pun tidak mengerti, apa tujuannya wanita tua itu mendesak dia meminjamkan kitab Kiu im cin Keng, yang membingungkan justru saat itu wanita tersebut tidak sayang- sayang akan jiwanya, membuktikan ancamannya dan telah membunuh diri.

Keruan saja telah membuat Hongthio Siauw Lim Sie hanya bisa berdiri menjublek memandangi mayat wanita tua itu yang menggeletak dihadapannya.

Murid wanita tua itu, Lim Kim Giok. telah menangisi mayat gurunya, Dia mengancam Hongthio Siauw cim Sie dengan menyiarkan berita tersebut diseluruh rimba persilatan, agar orang-orang gagah dalam kalangan Kangouw akan mengetahui betapa Hongthio Siauw Lim Sie seorang yang kejam, yang telah memandangi kematian seseorang dengan mata yang tidak berkedip. Hongthio Siauw Lim Sie itu jadi serba salah, dia berusaha untuk memberikan penjelasan kepada sigadis, tetapi gadis itu telah melarikan diri, dia tidak memperdulikan mayat gurunya lagi, yang ditinggalkan begitu saja.

Hongthio siauw Lim Sie kian bersusah hati. Untuk memberikan ketenangan pada hatinya, dia sendiri yang telah menggali tanah dan mengubur mayat nenek tua itu.

Tetapi urusan lainnya, yang tidak di-sangka2 oleh Hongthio siauw Lim Sie, justru waktu itu telah berdatangan ke Siauw Lim Sie tokoh2 persilatan dari berbagai golongan dan pintu perguruan- Mereka menuntut ganti jiwa pada Hongthio Siauw Lim Sie. Tentu saja ganti jiwa atas kematian nenek tua yang menjadi guru Lim Kim Giok itu.

Keadaan begitu kacau, dimana mereka berjumlah seratus orang lebih, Hongthio Siuw Lim sie menyadarinya kalau saja dia membiarkan murid-murid Siauw Lim Sie bentrok dengan orang-orang tersebut, tentu akan berjatuhan korban yang sangat banyak, itulah yang tidak dikehendaki oleh ketua Siauw Lim Sie ini.

Maka dengan lemah lembut dia berusaha memberikan penjelasan, Tetapi kenyataannya orang-orang itu sama sekali tidak mau mengerti. Mereka hanya mau agar Hongthio Siauw Lim Sie mengganti jiwa terhadap kematian si nenek, yang dipanggil dengan sebutan Sie Popo.

Keadaan seperti itu telah membuat Hongthio siauw Lim Sie jadi agak bingung, begitu juga ketua2 Siauw Lim Sie lainnya, Keadaan kacau sekali. Tetapi akhirnya Hongthio Siauw Lim Sie itu menyatakan siapakah yang memimpin mereka.

Salah seorang dari rombongan orang tersebut telah menyatakan bahwa pemimpin mereka adalah cu Cie Kiat, seorang pendekar yang memiliki kepandaian tinggi. Tetapi tentu saja Hongthio Siauw Lim Sie tidak merasa takut kepada orang itu, hanya dia kuatir jika terjadi pertempuran yang kacau akan menimbulkan korban-korban yang sangat banyak. itu yang tidak dikehendaki oleh Hongthio Siauw Lim Sie tersebut.

Maka dia menyatakan kepada rombongan orang itu, dalam beberapa hari ini dia ingin menemui cu Cie Kiat, untuk berunding. Dan meminta alamatnya pada orang-orang itu.

Menurut keterangan orang tersebut, cu Cie Kiat tinggal dikampung Po Sung, dan juga mereka akan menyampaikan janji dari Hongthio Siauw Lim Sie ini. Dengan demikian orang- orang itu bisa dibubarkan tanpa perlu terjadi pertempuran-

Sore harinya, Hongthio Siauw Lim Sie telah meninggalkan Siauw Lim sie. Ketua ini menolak waktu beberapa orang tetua siauw Lim Sie menawarkan jasa mereka untuk mendampingi sang pemimpin ini untuk menemui cu Cie Kiat.

Menurut Hongthio siauw Lim sie, jika mereka datang beramai-ramai, tentu hanya akan menimbulkan salah paham, dan mungkin urusan akan lebih rumit lagi. Maka Hongthio Siauw Lim Sie ini hanya bermaksud berangkat seorang diri saja.

"Sampai sekarang Hongthio kami belum juga kembali," kata Bo Tie Siansu dengan wajah yang muram, "Dan kami sendiri tidak tahu, sebetulnya urusan apakah yang akan kami hadapi. Tetapi mend engar cerita dari Khu Sieheng, tentunya urusan menyangkut dengan persoalan lenyapnya cap Kerajaan."

Khu Sun Lie telah menghela napas dan menganggukkan kepalanya. "Mungkin juga begitu tetapi urusan demikian aneh," katanya kemudian-

"Ya, aku sendiri tidak mengerti, mengapa sekarang Siauw Lim Sie beruntun harus mengalami urusan yang demikian aneh?" setelah bergumam begitu, Bo Tie siansu menghela napas dalam-dalam. "Tetapi Taisu, justru yang terpenting Siauw Lim Sie harus mempersiapkan diri, kalau-kalau orang-orangnya kaisar Eng Lok benar-benar melakukan penyerbuan ke Siauw Lim Sie." Khu Sun Lie telah memberikan sarannya.

"Ya," mengangguk Bo Tie siansu, "Saran itu akan Lolap perhatikan," dan pendeta itu kembali menghela napas lagi.

"Apakah urusan ini perlu diberitahukan kepada pintu-pintu perguruan lainnya, agar mereka juga bisa bersiap diri, jangan sampai nanti terjadi seperti yang akan menimpali Siauw Lim Sie?"

Bo Tie siansu mengawasi sipengemis sejenak. lalu dia menghela napas dalam-dalam, katanya dengan suara ragu: "Untuk urusan itu Lolap tidak berani mengambil keputusan, kalau memang Khu Sieheng tidak keberatan, maukah Khu Sieheng berdiam dulu beberapa hari dikuil kami, untuk menantikan kembalinya Hongthio kami. agar dapat diambil keputusan tindakan apa yang harus dilakukan?" Khu Sun Lie menyatakan setuju.

Begitulah, selama dua hari Khu Sun Lie telah tinggal dikuil Siauw Lim Sie.

Tetapi sudah lewat dua hari, Hongthio Siauw Lim Sie belum juga kembali, sehingga menimbulkan kegelisahan dikalangan pendeta itu.

Selama Khu Sun Lie berdiam dikuil Siauw Lim Sie, Bo Tie siansu telah perintahkan murid-murid Siauw Lim Sie untuk menyelidiki keadaan mayat-mayat yang malang melintang di jalan-jalan yang menuju kekuil Siauw Lim Sie, dan juga sambil mengubur semua mayat-mayat itu. inilah peristiwa yang hampir tidak pernah terjadi dan belum pernah dialami oleh Siauw Lim sie.

Tentu pembunuh orang-orang itu memang sengaja melakukan pembunuhan tersebut untuk menantang Siauw Lim Sie. itulah perbuatan yang tentunya disengaja. Bo Tie siansu juga mengajak Khu Sun Lie berunding, Pendeta itu telah menanyakan kepada Khu Sun Lie, siapa kiranya yang melakukan pembunuhan kejam seperti itu. Tetapi Khu Sun Lie sendiri tidak menerkanya, karena pembunuh itu melakukan pembunuhannya dengan kejam, bahkan korban-korbannya telah dirusak muka maupun tubuhnya.

Keadaan seperti ini tentu saja mempersulit mereka mencari jejak. juga korban-korban itu terbunuh dengan senjata tajam, maka tidak bisa dicari jejak pembunuh itu, karena tidak terlihat ciri pukulan yang tersendiri.

"Menurut Lolap. pembunuhan ini memiliki latar belakang yang cukup hebat, karena jika memang orang itu hanya sekedar melakukan pembunuhan untuk sesuatu hal yang tidak penting, tentu mereka tidak akan menyusun mayat-mayat dari korban mereka begitu rapih, disamping itu, apakah peristiwa ini ada hubungannya dengan lenyapnya cap Kerajaan dari Kaisar Eng Lok?"

Waktu berkata begitu, Bo Tie siansu seperti bicara kepada dirinya sendiri, dia benar-benar dihadapi peristiwa yang membingungkannya, sehingga pendeta ini tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya untuk menyelidiki urusan ini.

Khu Sun Lie menghela napas, tanyanya: "Bagaimana kalau kita pergi menyusul Hongthio Siauw Lim Sie ke kampung Po Sung, Perjalanan dari Siong San sampai ke kampung Po Sung memakan waktu dua hari, tentu dengan pergi kesana mereka bisa menyelidiki lebih jelas keadaan Hongthio Siauw Lim Sie itu, memiliki kepandaian yang sempurna dan tinggi sekali, tetapi yang dikuatirkan justru Bo Liang Siansu kena diperdaya oleh orang-orang yang mengaku menjadi anak buah dari cu Cie Kie."

Bo Tie siansu setelah mempertimbangkan saran itu sejenak lamanya, akhirnya dia setuju, Dan Bo Tie Siansu mempersiapkan juga Bo San siansu, Bo Lie Siansu dan Bo Siung Siansu, untuk ikut serta.

Sore itu juga Bo Tie Siansu berlima dengan Bo Lie, Bo Siung, Bo San dan Khu Sun Lie, telah meninggalkan kuil Siauw Lim Sie. Mereka menuju kekampung Po Sung.

dalam dua hari mereka telah bisa mencapai perkampungan itu. Tetapi keadaan diperkampungan itu sunyi dan sepi, sedikit sekali penduduknya, Tentu saja hal ini mendatangkan kecurigaan dihati Bo Tie dan yang lainnya.

Terlebih lagi waktu Khu Sun Lie menanyakan kepada salah seorang penduduk. dimana tempat tinggalnya Cu Cie Kiat, tidak ada yang mengetahui.

Bo Tie Siansu dan yang lainnya mulai panik, karena mereka jadi menguatirkan sekali keselamatan Hongthio Siauw Lim Sie itu.

Urusan demikian berbelit-belit, dengan sendirinya membuat Khu Sun Lie sendiri tidak berani terlalu memberikan saran. Didalam rimba persilatan walaupun Khu Sun Lie memiliki kepandaian yang cukup tinggi, tetapi tingkat derajatnya tidak sejajar dengan Bo Tie dan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie dari golongan Bo itu.

Maka dari itu, Khu Sun Lie lebih banyak mendengarkan pendapat Bo Tie Siansu, langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan.

"Inilah sulitnya, sebelum berangkat, Hongthio menyatakan dia ingin pergi ke Po Sung untuk menemui orang yang bernama cu Cie Kiat, dan menurut Hongthio dalam lima hari dia sudah kembali. Tetapi sekarang telah delapan hari sejak kepergian Hongthio, namun Hongthio belum juga kembali, benar-benar aku tidak mengerti, kemana perginya Hongthio kami itu ?" Benar-benar Bo Tie siansu bingung sekali, begitu juga Bo San, Bo Lie dan Bo Siung, mereka berunding sejenak. tetapi mereka tidak bisa memutuskan tindakan apa yang harus mereka lakukan untuk mencari Hongthio mereka yang telah lenyap tanpa meninggalkan jejak.

Khu Sun Lie sebagai seorang pengemis, dia telah mengelilingi kampung tersebut, dia menyelidiki perihal Hongthio Siauw Lim Sie dan orang yang mengaku bernama cu Cie Kiat kepada penduduk kampung.

Tetapi Khu Sun Lie sama sekali tidak berhasil memperoleh keterangan mengenai kedua orang itu, sebab semua penduduk kampung yang dihubunginya tidak seorangpun yang mengetahui siapa itu Hongthio Siauw Lim Sie dan siapa itu orang yang bernama cu Cie Kiat.

Dengan demikian, Khu Sun Lie berlima dengan Bo Tie siansu, Bo San, Bo Lie dan Bo Si ung. jadi menemui kesulitan dalam mencari jejak Bo Liang Siansu, Hongthio Siauw Lim sie.

Akhirnya pendeta-pendeta siauw Lim Sie itu telah kembali ke Siongsan, sedangkan Khu Sun Lie menyatakan dia masih akan berdiam diperkampungan Po sung, untuk melakukan penyelidikan beberapa hari lagi lamanya.

Khu Sun Lie juga berjanji jika jejak Bo Liang siansu telah diketahui secepat mungkin dia akan kembali ke Siong San untuk memberitahukan kepada Bo Tie para pendeta Siauw Lim Sie itu menyetujuinya, maka kembalilah Bo Tie siansu berempat ke siauw Lim Sie.

Setelah berpisah dengan pendeta-pendeta siauw Lim Sie, Khu Sun Lie pertama-tama mencari sebuah rumah penginapan- Tetapi waktu pengemis ini meminta kamar, terjadi keributan lagi dengan pelayan rumah penginapan- Sebab mendongkol, akhirnya Khu Sun Lie tidak bermaksud menginap dirumah penginapan, dia telah pergi kepintu kampung, mencari- cari kalau saja bisa menemukan sebuah kuil yang sudah tua dan tidak terawat.

Tetapi rupanya dikampung Po Sung ini tidak terdapat sebuah kuilpun juga . Hati Khu Sun Lie jadi semakin mendongkol saja, Dia duduk dipinggir jalan, mengawasi orang2 yang berlalu lalang.

Tiba2 ada tiga orang pria yang tengah berjalan tidak jauh dari tempat beradanya Khu Sun Lie sambil terdengar sUara tertawa mereka yang keras. Waktu salah seorang diantara ketiga orang itu melihat Khu Sun Lie, orang itu telah berkata kepada kawannya:

"Kasihan pengemis tua itu, tubuhnya kurus kering, rupanya dia belum makan sejak pagi tadi...." dan orang ini telah merogoh sakunya mengeluarkan setengah tail perak, dilemparkan kepada Khu Sun Lie.

Pengemis ini agak mendongkol dia duduk ditepi jalan bukan mengharapkan sedekah orang, Tetapi karena orang itu memberi dengan maksud baik, maka dia telah mengucapkan terima kasihnya.

Tetapi disaat itulah Khu Sun Lie telah melihat mata ketiga orang itu bersinar tajam sekali, memperlihatkan bahwa mereka bukan orang biasa, se-tidak2nya mereka memiliki ilmu lwekang (tenaga dalam) yang cukup tinggi, maka Khu Sun Lie jadi curiga, setelah orang itu berjalan cukup jauh, diam2 Khu Sun Lie mengikuti ketiga orang itu dari jarak yang tertentu.

Sedangkan ketiga orang tersebut sama sekali tidak menyadari bahwa mereka tengah diikuti Khu Sun Lie, mereka telah memasuki rumah penginapan yang tadi Khu Sun Lie telah bentrok dengan pelayannya.

Khu Sun Lie tidak masuk kedalam rumah penginapan itu, karena dia mencegah jangan sampai timbul keributan kembali dengan pelayan rumah penginapan itu, yang meremehkannya karena dia pengemis. Dan kalau sampai terjadi keributan lagi, tentu ketiga orang lelaki yang tadi diikuti, akan mengenalinya, inilah yang tidak dikehendaki Khu Sun Lie.

Dia menantikan tibanya malam untuk mengintai ketiga orang tersebut, yang diduganya memiliki kepandaian yang tinggi. Untuk melewati waktunya, Khu Sun Lie telah mengelilingi kampung itu,

Haripun mulai gelap. Khu Sun Lie kembali kerumah penginapan dan melompati dinding pekarangan belakang rumah penginapan itu.

Keadaan dirumah penginapan itu semakin sepi dengan semakin larutnya malam. Dengan mudah Khu Sun Lie berhasil menemukan kamar ke tiga orang lelaki tadi, justru ketiga orang itu tengah bercakap-cakap dengan suara yang ramai diselingi oleh suara tertawa. Tampaknya mereka tengah gembira sekali.

Dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya Khu Sun Lie menghampiri jendela kamar, dia mempergunakan ujung lidahnya untuk melobangi kertas jendela, Kemudian dia mengintai.

Ketiga orang lelaki itu rupanya tengah makan minum dikamar mereka dengan gembira sekali. Sebentar-sebentar mereka tertawa keras.

Bahkan salah seorang diantara mereka, lelaki yang tadi memberikan uang sedekah sebesar setengah tail perak kepada Khu Sun Lie, tengah berkata: "Jika memang kita bisa melaksanakan tugas ini, untuk selanjutnya hidup kita akan senang dan bahagia, karena kita akan dianugerahkan pangkat dan kedudukan tinggi oleh Kaisar "

"Benar Tepat sekali perkataanmu" kata lelaki yang satunya.

"Tetapi kita harus ingat," kata pria yang ketiga dengan suara yang agak parau dan meneguk dulu secawan arak. "Tugas ini bukan tugas mudah. Kita harus berhadapan dengan orang2 Siauw Lim Sie yang tentunya memiliki kepandaian tinggi "

"Itu bukan persoalan kita, yang menghadapi mereka bertempur tokh bukan kita, Kita hanya menyelidiki bagaimana keadaan Siauw Lim Sie, dan memberikan kabar kepada Kaisar, Setelah itu jika Siauw Lim Sie berhasil dimusnahkan, tentu kita akan tercatat sebagai salah seorang yang menabung jaSa. Hahahaha" setelah tertawa lalu lelaki ini meneguk araknya lagi.

Khu Sun Lie jadi terkejut mendengar percakapan mereka bertiga, apa lagi dengan di-singgung2nya "Siauw Lim Sie", dan juga "Kaisar",

Dengan hati agak berdebar keras, Khu Sun Lie telah memasang telinga terus. Dia mendengar salah seorang yang lainnya saat itu telah berkata dengan suara yang dipertahankan : "Stttttt, apa kah kalian tahu, kini Hongthio Siauw Lim Sie telah berhasil ditawan oleh orang2 Kaisar?"

"Aku telah mendengarnya dari Lie conggoan-" menyahuti kedUa orang lelaki itu hampir berbareng.

Perkataan itu memang sederhana untuk ke tiga orang tersebut, tetapi buat Khu Sun Lie justru seperti mendengar suara petir dipinggir telinganya, dia kaget bukan main, Jika memang Khu Sun Lie tidak teringat bahwa dia sedang mencuri dengar perCakapan ketiga orang itu, tentu dia sudah mengeluarkan seruan kaget. Untung saja dia masih bisa menahan diri.

Ketiga orang lelaki yang berada didalam kamar telah tertawa keras lagi, "Selamat selamat Dengan tertangkapnya Hong-thlo Siauw Lim Sie, tentu lebih mudah lagi orang2 Hongte menggusur Siauw Lim sie. Hemm, sejak dahulu  orang2 Siauw Lim Sie selalu congkak dan sombong, mereka selalu menyatakan diri mereka sebagai pintu perguruan yang tertua didaratan Tionggoan-.. sekarang jika memang Hongsiang berhasil menghabiskan mereka semua, ha, ha, ha, tentu mereka selanjutnya tidak berani buka mulut terlalu  besar lagi"

Ketiga orang itu tertawa lagi agak keras, tampaknya mereka gembira sekali. Dan telah meneguk arak mereka masing-masing.

Tubuh Khu Sun Lie jadi gemetar menahan kemarahan dihatinya, disamping itu dia juga jadi sangat terkejut, Siauw Lim Sie merupakan pintu perguruan yang tertua dan terbesar didaratan Tionggoan, juga memiliki tokoh2 yang berkepandaian sangat tinggi.

Seperti Bo Liang Sian su sebagai Hongthio dari Siauw Lim Sie, sesungguhnya tidak ada orang yang berani main gila pada Siauw Lim Sie. Belum lagi Bo Tie, Bo san, Bo Siung, Bo Lie dan lain- lain pendeta Siauw Lim Sie yang memiliki kepandaian sangat tinggi.

Maka dari itu, jika memang Kaisar Eng Lok memusuhinya Siauw Lim Sie, tentunya Kaisar itu juga tidak mudah mencapai maksudnya untuk membinasakan orang-orang Siauw Lim Sie. Tegasnya Kaisar Eng Lok tidak akan sanggup memusnahkan Siauw Lim sie.

Selama ini Siauw Lim Sie selalu mengambil jalan lunak dan tidak pernah mempergunakan kekerasan kepada orang-orang yang memusuhinya .Jika masih bisa dinasehati, tentu Siauw Lim Sie akan berusaha menasehati, tetapi jika memang gagal dan orang-orang terlalu mendesak Siauw Lim Sie, maka disaat itu barulah siauw Lim Sie akan menghadapi dengan kekerasan-

Tetapi tentu saja kekerasan yang dilakukan oleh orang- orang Siauw Lim Sie umumnya merupakan kekerasan yang disertai oleh kebijaksanaan bukan disertai oleh hawa pembunuhan- Hal itu bukan berarti bahwa siauw Lim Sie mudah dihina.

siauw Lim Sie juga banyak memiliki sahabat dalam rimba persilatan- Hampir seluruh jago-jago yang mengambil jalan putih dan keadilan, tentu menaruh hormat kepada siauw Lim Sie. Maka jika sampai Siauw Lim Sie ingin di musnahkan oleh Kaisar Eng Lok. niscaya akan terjadi pertentangan keras dari orang-orang rimba persilatan yang pasti akan membantu  pihak siauw Lim Sie.

Berarti juga , bahwa didalam rimba persilatan akan terjadi pergolakan yang hebat, dan timbul gelombang yang tidak keciL

Waktu itu Khu Sun Lie tidak bisa berpikir terus, karena salah seorang diantara ketiga orang lelaki itu telah berkata lagi dengan suara agak keras: "Kalian tentu tahu, Kaisar Eng Lok kehilangan cap Kerajaan- Menurut pesan Kaisar hal itu harus dirahasiakan agar tidak menimbukkan kegoncangan dalam pemerintahannya, sebab tanpa cap Kerajaan berarti kedudukan Kaisar Eng Lok sebagai Kaisar tidak sah inilah kesempatan yang baik untuk kita melakukan pekerjaan yang bisa menggembirakan hati Kaisar Eng Lok. untuk merebut pangkat dan kedudukan, Disamping itu, memang kitapun harus bekerja sekuat tenaga kita, untuk menyelidiki  siapa yang mencuri dan menyimpan cap Kerajaan itu. jika memang kita berhasil, niscaya pahala dan jasa kita tidak keciL"

"Benar," menyahuti kawannya yang duduk  disebelah kanan, "Kaisar Eng Lok juga telah mengerahkan pasukan istana untuk menangkapi orang2 yang dicurigai. Menurut apa yang kudengar dari Lie conggoan, justru ada tiga orang rimba persilatan yang dicurigai Kaisar, yaitu Kim Shia Liong Bun Su, si Sesat Emas yang memiliki kepandaian luar biasa, Disamping itu juga sip Pat Mo Bu Beng Hong dan Ang Giok Hoa Samcu ceng, Mereka bertiga merupakan orang yang benar2 diperhatikan Kaisar Eng Lok, dan kini tengah diselidiki jejak mereka "

"Lalu mengenai pintu perguruan Siauw Lim Sie, ada sangkutan apa dengan urusan lenyapnya cap Kerajaan ? Apakah Kaisar Eng Lok menaruh kecurigaan juga pada orang- orang Siauw Lim Sie ?"

"Bukan-" menyahuti kawannya itu.

"Tidak mungkin Siauw Lim Sie menyimpan cap Kerajaan  itu, karena pendeta2 Siauw Lim Sie tidak mungkin ingin memiliki cap Kerajaan itu. Tetapi justru Kaisar tidak mau melihat Siauw Lim Sie mengembangkan sayap semakin luas. Didalam kalangan Kangouw, siauw Lim Sie merupakan pintu perguruan yang memiliki kekuasaan yang besar. Jika suatu kali Hongthio, atau ketua Siauw Lim Sie, mengadakan perhimpunan orang gagah, tentu setiap kata2nya Hongthio Siauw Lim Sie akan dipatuhi oleh orang2 rimba persilatan inilah yang dikuatirkan oleh Kaisar.

Dia kuatir kalau2 nanti Hongthio siauw Lim sie akan menentangnya. Dengan berbagai jalan dan alasan, Kaisar memerintahkan Lie conggoan agar mencari urusan dengan pihak Siauw Lim Sie, sehingga Kaisar memiliki alasan untuk menumpas pintu perguruan itu "

Mendengar percakapan ketiga orang itu sampai disitu, Khu Sun Lie jadi bergidik sendirinya. Urusan Siauw Lim Sie ternyata bukan merupakan urusan yang remeh, ini menyangkut juga keselamatan orang2 rimba persilatan-

Jika memang sampai terjadi siauw Lim Sie terpancing memiliki kesalahan pada pihak Kerajaan, tentu Kaisar Eng Lok memiliki alasan yang kuat untuk menumpasnya. Bisa saja Kaisar Eng Lok mengeluarkan alasan Siauw Lim Sie ingin memberontak. maka ditumpasnya, inilah merupakan alasan yang tidak bisa dipungkiri dan orang2 Siauw Lim Sie tentu akan menghadapi kesulitan yang besar. Khu Sun Lie telah memperhatikan ketiga orang lelaki itu lebih teliti, Dia melihat mereka-berusia disekitar tiga puluh lima tahun, dan paras mereka juga cukup agung. Mereka rupanya-bukan merupakan rakyat biasa, setidak-tidaknya mereka tentu orang pemerintahan yang tengah menyamar dengan pakaian biasa.

Khu Sun Lie memutar otaknya mencari jalan bagaimana untuk menghadapi urusan ini, yang terpenting baginya adalah memberikan laporan secepatnya kepada Bo Tie Siansu mengenai apa yang didengarnya itu.

Yang terutama sekali adalah perihal tertangkapnya Bo Liang Siansu, Entah bagaimana cara tertangkapnya Bo Liang Siansu oleh orang-orangnya Kaisar masih tidak diketahui oleh Khu Sun Lie, karena ketiga orang itu tidak membicarakannya.

Sipengemis hanya menduga bahwa Bo Liang siansu ditawan orang-orangnya Kaisar tentu dengan mempergunakan akal muslihat yang licik. Terutama sekali Bo Liang Siansu seorang yang welas asih, tentu dia tidak ingin menimbulkan korban jiwa.

Maka dari itu, dia telah menyerah begitu saja, tetapi akibat dari tertangkapnya Bo Liang Siansu oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok, akan menimbulkan urusan yang sangat mengerikan dan besar.

Maka persoalan itu tidak bisa dibuat main2. Dengan menyampaikan berita itu kepada Bo Tie Siansu, tentu pendeta itu akan bisa menentukan tindakan apa yang harus dilakukan oleh mereka.

Saat itu ketiga orang lelaki itu telah meneruskan makan minum mereka, pembicaraan mereka juga beralih ke persoalan wanita, kotor sekali percakapan mereka.

Setelah mendengarkan sejenak lagi dan yakin bahwa ketiga orang itu tidak akan membicarakan persoalan yang penting pula, Khu Sun Lie meninggalkan rumah penginapan itu, Dengan mempergunakan ginkangnya dia telah ber-lari2 melakukan perjalanan ke Siong San-

Dia ingin secepatnya tiba di kuil Siauw Lim Sie, untuk memberitahukan berita yang penting itu kepada Bo Tie Siansu dan tetua-tetua dari kuil Siauw Lim Sie yang lainnya,  persoalan yang tampaknya hanya menyangkut pada kuil Siauw Lim Sie ini, ternyata akan menimbulkan akibat yang hebat  bagi dunia persilatan.

Jika sampai Siauw Lim Sie kena dihancurkan oleh Kaisar Eng Lok niscaya pintu perguruan silat lainnya akan terkena getahnya, dimana Kaisar Eng Lok bisa bertindak sewenang- wenang menumpas orang-orang rimba persilatan-

Satu hari lebih Khu Sun Lie melakukan perjalanan dengan cepat ia telah berlari dengan mempergunakan ginkangnya, maka dia bisa melakukan perjalanan itu dengan cepat sekali, Tetapi sepanjang perjalanan, dia melihat banyak sekali tentara negeri yang berkeliaran disekitar daerah pegunungan Siong san-

Hal itu telah membuat hati Kau Sun Lie semakin tidak tenang, Karena dengan terlihatnya berkeliaran orang2 pemerintahan yang jumlahnya tidak sedikit itu, terdapat Gie Lim Kun, dan Kim ie Wie, pasukan istana itu, dengan sendirinya Kaisar Eng Lok telah mulai melancarkan pengepungan kepada Kuil Siauw Lim Sie.

Cuma saja cara pengepungan itu mereka lakukan tanpa melancarkan serangan yang ketat, hanya menyebarkan kesegala penjuru pasukan pemerintah itu, sehingga jika telah tiba saatnya, tentu dengan mudah tentara pemerintah  itu akan melakukan pengepungan-

Setelah tiba dikuil siauw Lim Sie, Khu Sun Lie menceritakan apa yang telah didengarnya dan dilihatnya dalam penyelidikannya itu, Bo Tie siansu adalah seorang pendeta yang memiliki kepandaian sangat tinggi, jarang sekali pendeta ini mempergunakan kepandaiannya, dia hanya mempelajari dan memperdalam kepandaian ilmu silatnya untuk menyempurnakan diri.

Maka dari itu, tidak pernah Bo Tie mempergunakan kepandaiannya untuk melakukan pertempuran dengan orang rimba persilatan- Namun mendengar ancaman terhadap kuil Siauw Lim Sie, tidak urung Bo Tie siansu dan tetua Siauw Lim Sie lainnya jadi bingung juga.

Kalau memang sampai terjadi pertempuran antara orang- orang siauw Lim Sie dengan tentara istana Kaisar Eng Lok, niscaya akan berjatuhan korban yang sangat banyak, sebagai orang-orang yang berhati mulia dan welas asih, tentu saja para pendeta Siauw Lim Sie itu tidak menghendaki hal itu terjadi.

Jika masih ada jalan ke luar lainnya, tentu para pendeta siauw Lim Sie itu akan memilih jalan lain untuk dapat menyeIesaikan urusan itu. Tetapi yang membuat Bo Tie  siansu dan yang lainnya jadi terkejut dan berkuatir adalah berita tertangkapnya Bo Liang Siansu, Hong Thio mereka, yang telah ditangkap oleh orang-orang Kaisar Eng Lok- Keselamatan Bo Liang Siaosulah yang jadi pemikiran mereka.

"Kepandaian HongThio kami memang telah tinggi dan sempurna, baik lwekang maupun ilmu silatnya, Tetapi dengan ditangkapnya Hong Thio, justru kami jadi berkuatir kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak kami inginkan " bilang Bo Tie Siansu.

Khu Sun Lie telah menganggukkan kepalanya, dia juga mengerti kesulitan yang tengah dihadapinya oleh pendeta2 Siauw Lim Sie.

"Apakah Taisu beranggapan tidak perlu untuk menghimpun para orang gagah dalam rimba persilatan ?" tanya Khu Sun Lie. "Untuk apa ? Hal itu hanya akan menambah rumitnya urusan ini, karena korban2 yang akan berjatuhan juga akan lebih banyak lagi... disamping itupun Lolap beranggapan kalau sampai para orang2 gagah dalam rimba persilatan mengetahui urusan ini, tentu akan timbul gelombang yang lebih besar lagi"

Dan setelah berkata begitu, Bo Tie siansu menghela napas berulang kali, wajahnya murung sekali, membuktikan bahwa pendeta ini tengah digeluti oleh kekuatiran dan kesusahan hati yang sangat membebani dirinya.

"Lalu tindakan apa yang ingin diambil oleh Taisu ?" tanya Khu Sun Lie.

"Kita lihat saja perkembangan yang akan terjadi selama dua hari ini. juga kami tidak bisa mengirimkan utusan kepada orang Kaisar, karena kita belum lagi menerima berita yang lebih jelas, siapa yang telah menawan HongThio kami. jalan satu-satunya kami hanya, menyebar orang untuk melakukan penyelidlkan juga kami ingin menantikan tindakan dari orang- orang Kaisar Eng Lok, tentu merekapun akan mengirimkan kurir untuk membicarakan hal itu, tidak nantinya mereka berdiam diri terus"

Waktu berkata begitu, wajah Bo Tie sian sudah tetua-tetua siauw Lim Sie yang lainnya juga berobah murung, mereka benar2 berduka sekali, Maka dari itu Khu Sun Lie juga tidak berani terlalu banyak bicara, dia kuatir nanti salah bicara.

Bo Tie siansu juga telah perintahkan tiga orang murid Siauw Lim Sie dari tingkat Sun untuk turun gunung guna pergi ke kampung Po Sung, untuk melakukan penyelidlkan lebih cermat.

Walaupun dihadapan dirinya pendeta-pendeta Siauw Lim Sie itu berusaha bersikap tenang, tokh Khu Sun Lie dapat melihat juga bahwa mereka gelisah sekali. Bisa dibayangkan betapa berkuatirnya mereka dengan ditangkapnya Hong Thio mereka oleh orang-orangnya Kaisar jika sampai urusan ini meledak. tentu pertempuran antara orang-orang Siauw Lim Sie dengan jago-jago Kaisar Eng Lok tidak bisa dielakkan.

Terlebih lagi memang Kaisar Eng Lok senang sekali mengumpulkan jago-jago dalam rimba persilatan yang bisa dibujuk dengan harta dan pangkat, Maka Bo Tie Siansu dan tokoh-tokoh Siauw Lim Sie juga menyadari bahwa jago-jago Kaisar Eng Lok bukanlah jago sembarangan setidak-tidaknya jago-jago Kaisar Eng Lok juga merupakan jago-jago yang memilki kepandaian tinggi.

Perihal Huangho Kiamhiap cung Tu Goan, Sam Cie Hek Hun Kho Lung San dan Sam Sat Giok Bian bertiga yang telah menghambakan diri kepada Kaisar Eng Lok. merupakan berita yang Cukup mengejutkan Bo Tie siansu dan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie lainnya, mereka menyadari bahwa jago-jago itu merupakan jago2 yang memiliki kepandaian cukup tinggi, belum lagi jago2 lainnya yang tentu banyak jumlahnya.

Selama dua hari Khu Sun Lie telah berdiam dikuil siauw Lim Sie. selama itupula Khu Sun Lie bisa menyakslkan betapa pendeta-pendeta Siauw Lim Sie sibuk mengatur diri. Disamping menyebar orang untuk melakukan penyelidlkan juga bo Tie siansu telah menempatkan orang-orangnya yang berbagai tingkat kepandaiannya ditempat-tempat yang sekiranya akan menjadi incaran dari jago-jago Kaisar Eng Lok.

Dan juga Bo Tie siansu telah menempatkan orang- orangnya diruang perpustakaan siauw Lim sie, karena dikamar itu menyimpan banyak sekali kitab2 pusaka Siauw Lim Sie, sehingga jika terjadi kekalutan, Bo Tie Siansu kuatir kalau2 ada orang yang bertangan panjang mencuri kitab pusaka tersebut.

Selama dua hari itu Khu Sun Lie bantu menyelidiki juga di sekitar gunung Siong San-Dia melihat telah banyak sekali tentara2 negeri yang berkelompok-kelompok berkumpul disekitar kaki gunung. Hanya yang membuat Khu Sun Lie terkejut, orang2 itu umumnya memiliki kepandaian yang tinggi, Dapat dilihat dari tindakan kaki dan sinar mata mereka, Maka tentara negeri yang berkumpul disekitar kaki gunung Siong san bukanlah tentara biasa, setidaknya mereka memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi, dan jago2 rimba persilatan yang telah berhasil dipincuk oleh Kaisar Eng Lok juga menyamar sebagai tentara negeri.

Diam2 Khu Sun Lie mengeluh juga . Dia menyangka dalam waktu yang singkat seperti itu perkembangan yang ada telah berobah demikian cepat, dimana bahaya yang berada didepan mata para pendeta Siauw Lim Sie itu kian mengancam saja.

Sedangkan berita mengenai diri HongThio Siauw Lim Sie belum berhasil diketahui oleh para pendeta Siauw Lim Sie, karena pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang dikirim Bo Tie siansu untuk melakukan penyelidikan masih belum berhasil untuk mencaritahu dimana beradanya HongThio siauw- Lim Sie.

Para pendeta Siauw Lim Sie yang telah kembali kekuil hanya menyampaikan bahwa disekitar kaki gunung Siong San penuh sekali berkeliaran tentara negeri. Bahkan mereka telah melihat diantara para tentara negeri itu terdapat banyak sekali tokoh2 Kangouw yang memiliki kepandaian tinggi.

"Memang mereka menyamar dengan berpakaian sebagai tentara negeri biasa, namun gerak-gerik mereka membuktikan bahwa mereka memiliki kepandaian sangat tinggi " lapor salah seorang murid Siauw Lim Sie itu.

"Biarlah kita tunggu perkembangan selanjutnya.." kata Bo Tie Siansu yang akhirnya mengambil tindakan yang tegas, "Untuk sementara, selama HongThio kita belum kembali, pimpinan disini kuwakilkan dulu, kumpulkan semua murid Siauw Lim sie, untuk mendengarkan keteranganku..." Seketika terdengar lonceng tembaga yang berada dipuncak tertinggi dari kuil Siauw Lim Sie berdentang nyaring sekali selama beberapa kali, itu menunjukkan bahwa siauw Lim Sie tengah menghadapi ancaman yang berbahaya dan tengah mengumpulkan murid- murid Siauw Lim Sie diruangan Kiu- hoa-tong (ruangan sembilan bunga)

Khu Sun Lie walaupun tidak dilarang untuk ikut hadir, namun pengemis ini tahu diri, bahwa yang akan dibicarakan adalah masalah rumah tangga pintu perguruan itu, maka dia tidak ikut berkumpul diruangan Kiu Hoa Tong itu.

Untuk menenangkan hatinya yang pepat, Khu Sun Lie telah berjalan-jalan disekitar taman bunga yang terdapat di belakang bangunan kuil tersebut. Dan Khu Sun Lie juga berpikir keras, entah apa yang akan terjadi jika sampai pasukan Kaisar Eng Lok melancarkan penyerbuan.

Tengah sipengemis termenung begitu, tiba-tiba dia mendengar suara berkeresek disebelah depan dinding kuil, Dengan gesit Khu Sun Lie melompat keatas dinding, untuk menengok ke luar.

Diantara kegelapan malam, dia melihat sesosok tubuh bergerak gesit sekali disamping dinding kuil, tampaknya tengah bersiap-siap ingin melompat keatas dinding. Khu Sun Lie menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kesamping orang itu. "Berhenti." bentaknya.

orang itu terkejut, dia memutar tubuhnya dengan cepat, tetapi waktu ia melihat sipengemis, orang tersebut mengeluarkan suara tertawa dingin. Tanpa mengucapkan sepatah perkataanpun juga , dia telah mengulurkan tangannya untuk mencengkeram bahu Khu Sun Lie. 

Sipengemis she Khu jadi terkejut, serangan itu dilakukan dengan tiba2 dan cepat sekali, di samping itu juga ganas sekali, mengincar tulang piepenya, Tulang piepe seorang manusia sangat penting, karena jika sampai tulang piepe itu kena dicengkeram dan diremas retak atau hancur, tentu orang yang bersangkutan akan menderita luka yang tidak ringan, atau kedua tangannya akan menjadi lumpuh.

Tetapi walaupun terkejut, Khu Sun Lie tidak menjadi gugup, dia telah mengelak disaat cengkeraman orang itu akan berhasil, dan menangkis dengan tangan kanannya yang digerakkan membentur tangan orang itu.

Benturan yang terjadi begitu keras, dan tubuh Khu Sun Lie mundur tiga langkah, hampir saja dia terjengkang kebelakang, Untung Khu Sun Lie bisa cepat2 menguasai diri dengan memperkuat kuda2 kedua kakinya, sehingga dia tidak perlu sampai terbanting ketanah. sedangkan yang jadi lawannya hanya tergetar dan tidak terhuyung mundur seperti sipengemis. Tetapi tidak urung orang itu mengeluarkan suara seruan "lhhh " yang perlahan, tampaknya dia heran dan kaget.

Dalam kesempatan yang singkat seperti itu Khu Sun Lie telah berhasil melihat wajah tamu tidak diundang ini, hatinya jadi tergetar lagi. Dia melihat muka orang ini mengerikan, dengan kulit muka seperti bersisik. begitu juga kulit tangannya, tampak bersisik juga , kasar, seperti kulit badak.

Orang itu telah mengeluarkan suara tertawa dingin, diapun membentak : ""Siapa engkau... kau bukan pendeta Siauw Lim Sie?"

Khu Sun Lie yang telah bisa menguasai perasaannya, membalas tertawa dingin, katanya dengan suara mengejek: "Bukan engkau yang bertanya, seharusnya aku yang bertanya kepadamu..."

"Hemmm," orang yang memiliki kulit seperti kulit badak itu telah mendengus dingin, dia juga bilang : "Aku ingin bertemu dengan HongThio Siauw Lim Sie, ada perintah yang perlu disampaikan kepadanya "

Tetapi Khu Sun Lie telah tertawa dingin lagi, dia telah menerka siapa adanya orang ini. "Engkau tentu diutus oleh Lie conggoan... bukankah begitu

?" tanya Khu Sun Lie.

"Ihhhhh " orang itu mengeluarkan seruan heran lagi, dia memandang tajampada Khu Sun Lie, kemudian dengan suara yang dingin dia bertanya: "Dari mana engkau mengetahui?"

"Kedatanganmu bukan untuk menemui HongThio  Siauw Lim Sie, karena HongThio Siauw Lim Sie telah berada ditangan kalian, ditangkap oleh kalian-.." kata Khu Sun Lie berani.

Tetapi otaknya bekerja keras, karena dia yakin disekeliling kuil siauw Lim Sie saat itu tentu telah berkeliaran banyak sekali kawan orang ini.

"Engkau hanya berpura-pura mencari HongThio Siauw Lim Sie, untuk mencari urusan dengan pihak siauw Lim Sie."

Muka orang itu berobah merah, tetapi hanya sejenak, karena mukanya sudah berobah jadi gusar. Dia telah berkata dengan suara yang geram: "Baiklah, katakan siapa engkau adanya, pengemis bau ? Apakah engkau ingin mencampuri urusan ini ?"

Saat itu Khu Sun Lie tengah mencari jalan untuk memberikan tanda kepada pendeta-pendeta Siauw Lim Sie atas kedatangan tamu tidak diundang ini, mendengar pertanyaan seorang itu dia tertawa dingin, katanya : "walaupun aku bukan orang Siauw Lim sie, namun sipengemis tua she Khu ini tidak bersedia menyaksikan perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan manusia- manusia seperti kau "

Sambil berkata begitu, Khu Sun Lie telah bersiap-siap. karena dia tahu lawannya tangguh jelas dia tidak bisa menghadapinya dengan ceroboh.

Apa yang diduga oleh Khu Sun Lie memang benar, sebab orang yang memiliki kulit seperti kulit badak itu telah mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia telah menggerakkan tangan kanannya sambil berseru dengan nyaring : "Aku Ong Cit Giok tidak akan membiarkan pengemis anjing seperti kau hidup terus untuk mementang mulut " sambil menyerang, tahu2 kaki kanannya telah dipergunakan untuk menendang.

Hebat tendangan yang dilakukannya, karena tidak kalah tenaganya dengan pukulan tangan kanannya. Angin serangannya itu berseliweran. Dan waktu itulah tampak Khu Sun Lie mengalami kesulitan, dia diserang dari dua jurusan, dari bawah dan atas, jika dia menangkis serangan tangan orang yang menamakan dirinya Ong Cit Giok. tentu serangan kakinya akan tiba, Tetapi untuk menangkis sekaligus kedua serangan itu tentu tidak mungkin.

Tetapi sebagai orang yang memiliki kepandaian tinggi, Khu Sun Lie tidak menjadi gugup, dia telah memutar tangannya seperti lingkaran melibat tangan kanan lawannya, lalu pinggulnya dimiringkan sambil mengangkat kaki kirinya dengan sikap "Kim Kee Tok Pit" atau "Ayam Emas berdiri dikaki tunggal", cepat sekali dia mengelakkan tendangan lawannya.

Namun waktu tangan Khu Sun Lie membentur tangan Ong Cit Giok, disaat itu dia hampir terpental untuk itu dia memiringkan tubuhnya kebelakang dengan gerakan Tiat Poan Ko atau jembatan Besi, sehingga tubuhnya tidak sampai kejengkang. Namun untuk kagetnya justru tangannya sakit bukan main, tulangnya seperti patah.

Ong Cit Giok tidak melanjutkan serangannya, dia hanya membentak dengan suara yang dingin, perlahan suaranya: "Jika engkau bukan orang Siauw Lim Sie, lebih baik engkau cepat angkat kaki, aku bersedia mengampuni jiwamu."

Tetapi walaupun mengetahui orang liehay, Khu Sun Lie tidak menjadi takut. Dengan menutup mulut tanpa mengucapkan sepatah kata, disaat lawannya tengah berkata- kata seperti itu, tampak Khu Sun Lie meletik melompat bangun, dan sepasang tangannya digerakkan dengan gerakkan yang cepat sekali, angin serangan berkesiuran keras, karena dia melancarkan serangan dengan mempergunakan kedua tangannya sekaligus.

Waktu itu Ong Cit Giok tidak bersiap sedia, dia terkejut melihat lawannya menyerang dengan tiba2 seperti itu. Namun dia tidak berusaha menghindarkan diri dari serangan Khu sun Lie, yang justru disambutnya dengan kekerasan.

Tangan Khu Sun Lie membentur keras sekali tangan orang she ong yang memiliki kulit seperti bersisik dan keras itu, sehingga mendatangkan perasan sakit untuk Khu Sun Lie. Maka selanjutnya Khu Sun Lie hanya mendesak saja, namun selalu pengemis ini berusaha menghindarkan bentrokan tangan dengan lawannya.

Cepat sekali mereka bertempur, telah lewat belasan jurus. Namun dalam keadaan seperti itu, Khu Sun Lie telah melihatnya bahwa kepandaian Ong Cit Giok memang berada disebelah atasnya.

Dia jadi bersikap jauh lebih hati2, karena jika dia sampai rubuh ditangan orang she ong ini, bukan saja orang2 Siauw Lim Sie tidak akan mengetahui kedatangan musuh gelap ini, juga dirinya bisa terluka parah, atau sedikitnya terluka ringan itupun telah pasti, karena setiap serangan yang dilancarkan oleh Ong Cit Giok merupakan serangan yang mengandung kekuatan sangat kuat, menimbulkan angin serangan menderu- deru.

Ong Cit Giok sendiri waktu melihat lawannya masih bisa mempertahankan diri walaupun mereka telah bertempur belasan jurus, dia mulai panik. Kegelisahannya itu mulai terlihat, di samping serangan-serangan yang dilancarkannya itu semakin kuat.

Lewat empat jurus lagi dan Ong Cit Giok masih tidak bisa merubuhkan lawannya, dia telah mengeluarkan suara siulan yang tidak begitu keras, sebanyak dua kali siulan panjang, satu kali siulan pendek.

Dan dari luar tembok kuil terlihat berkelebat beberapa sosok tubuh yang melompat masuk. Dilihat dari gerakan mereka yang ringan, menunjukkan semuanya memiliki ginkang yang cukup tinggi.

Hati Khu Sun Lie terkesiap. setelah mengelakkan satu serangan lawannya dengan memiringkan kepalanya, dia melirik, dan dilihatnya orang yang baru muncul itu mungkin berjumlah sepuluh orang dan berpakaian seragam sebagai tentara kerajaan.

Hatinya jadi kecut, Menghadapi Ong Cit Giok seorang diri masih tidak memungkinkan dia menang diatas angin,  sekarang muncul kawan-kawan orang she ong yang semuanya tampak memiliki kepandaian cukup tinggi.

Diam-diam dia mengeluh, karena jika orang-orang itu mengeroyok dan melancarkan serangan serentak. bukankah berarti dirinya akan menemui bahaya yang tidak keciL

Tetapi waktu Khu Sun Lie tengah berpikir begitu, serangan dari dua orang yang baru datang disebelah kanannya, telah menyambar cepat, Khu sun Lie mengerahkan tenaganya untuk menangkis.

Ong Cit Giok sendiri telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat mundur, gerakannya cepat sekali, dia telah menjauhi diri dari Khu Sun Lie.

"Bekuk pengemis itu, atau kalau perlu binasakan,jangan biarkan dia terlepas " Ong Cit Giok memberikan perintahnya.

Kesepuluh orang yang berpakaian sebagai tentara kerajaan itu, telah merangsek majU mengepUng Khu Sun Lie, yang diserang dengan bermacam pukulan.

Ong Cit Giok sendiri telah berlari memasuki kuil meninggalkan mereka, Khu Sun Lie jadi mengeluh, orang- orang Siauw Lim Sie belum mengetahui kedatangan musuh, dan dia justru tengah terkepung oleh anak buah Ong Cit Giok. tentu saja Khu Sun Lie jadi gelisah bukan main- Mati-matian dia mengeluarkan kepandaiannya untuk menghadapi sepuluh orang pengepungnya itu. 

Ong Cit Giok berlari cepat sekali, dia telah tiba disebelah timur kuil, dimana penerangan ditempat itu agak buram, karena hanya dikejauhan saja darijendela kamar didalam kuil memancar cahaya penerangan.

Ong Cit Giok telah melompat kebelakang sebatang pohon, dia memandang sekeliling tempat itu. Tempat dimana Ong Cit Giok berada merupakan sebuah taman, yang cukup luas, taman yang penuh ditumbuhi bunga-bunga yang beraneka warna dan juga terawat dengan baik, Keadaan ditempat itu cukup tenang dan tenteram

Waktu melihat keadaan tenang dan tidak ada sesuatu yang mencurigakan Ong Cit Giok telah melompat mendekati kamar sebelah kanan, Dia mendekam didekat payon, mengintai kedalam kamar itu.

Dia tidak melihat seorang pendetapUn, karena saat itu para pendeta tengah berkumpul diruang Kiu-hoa-tong, tengah mendengarkan keterangan Bo Tie Siansu, yang sementara mengambil alih tampuk pimpinan dari HongThio yang lama, yaitu Bo Liang Siansu, yang sampai saat itu masih belum diketahui kabar beritanya.

Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin Ong Cit Giok mengulurkan tangan kanannya, ditempelkan pada daun jendela, Mudah sekali daun jendela itu terbuka menjeblak oleh kerahan tenaga yang sedikit dari Ong Cit Giok. dia melompat masuk dan memeriksa keadaan didalam kamar. Selain pakaian2 pendeta, tidak ditemukan benda lainnya. Dia baru saja ingin keluar dari jendela, tiba2 terdengar suara langkah kaki yang ringan diluar kamar, Menyusul pintu terbuka,

Ong Cit Giok melompat untuk keluar melewatijendela, namun seorang pendeta Siauw Lim Sie, pemilik kamar itu, yang telah membuka pintu kamar, melihat tubuh Ong Cit Giok yang berkelebat gesit.

"Siapa ?" bentaknya dengan suara yang cukup keras, diapun tidak hanya membentak, tubuhnya telah melompat gesit sekali, menyusul dengan pesat.

Ong Cit Giok yang menyadari bahwa dirinya tidak mungkin bisa melenyapkan jejak, telah memutar tubuhnya dan mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan.

Pendeta siauw Lim Sie, yang berusia empat puluh tahun lebih, telah melengak heran dan kaget waktu melihat wajah Ong Cit Giok yang menyeramkan yang kulit muka dan tangannya bersisik seperti kulit badak.

Dia melengak tidak lama, kemudian merangkapkan sepasang tangannya sambil berkata: "omitohud, apa yang sicu (tuan) cari dikamar pinceng ?"

Pendeta Siauw Lim Sie yang seorang ini bergelar Lo Kiang Siansu, dia murid tingkat kelima kepandaiannya juga cukup tinggi, karena dia merupakan pendeta yang menguasai ruang Tat-mo-tong. Maka, walaupun melihat wajah tamu yang tidak diundang itu cukup mengerikan dan aneh, Lo Kiang siansu tidak menjadi jeri.

Ong Cit Giok telah berkata dingin: "Aku ingin bertemu dengan Bo Liang Siansu, Hongthio Siauw Lim Sie ^ Muka Lo Kiang Siansu berobah.

"Siancai... siancai," katanya sabar, "Sayang sekali Hongthio kami tidak berada ditempat. Katakanlah maksud siecu, nanti biar pinceng sampaikan jika Hongthio kami telah kembali " Lo Kiang Siansu tetap membawa sikap yang manis dan sabar, walaupun dia telah mencurigai orang tersebut tentu datang dengan maksud yang tidak baik.

Ong Cit Giok tertawa tawar katanya : "Aku Ong Cit Giok memiliki kepentingan yang cukup berarti dengan Hongthio siauw Lim Sie, maka tolonglah siansu sampaikan keinginanku itu, agar HongThio Siauw Lim Sie menerima kedatanganku."

"Sayang sekali, memang sesungguhnya Hong Thio kami tidak berada ditempat, Maka jika Siecu benar2 memiliki kepentingan yang sangat, datanglah dilain waktu "

Ong Cit Giok tertawa dingin, dia membawa sikap yang tidak bersahabat bahkan dia telah berkata lagi: "Sesungguhnya maksud kedatanganku kemari untuk meminjam sesuatu "

"Meminjam sesuatu ?" tanya Lo Kiang Si ansu sambil mengawasi tajam tamunya ini.

"Ya" mengangguk Ong Cit Giok "Aku ingin meminjam sesuatu dari Hongthio Siauw Lim Sie"

"Siancai Bisakah siecu mengatakannya kepada pinceng ? Mungkin pinceng bisa menolong keinginan siecu ?" tanya Lo Kiang Siansu.

Ong Cit Giok telah tertawa tawar, kemudian katanya : "Aku bermaksud meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat Ciang "

"A... apa ?" tanya Lo Kiang siansu terkejut, " kitab pukulan pusaka Kiu Lok Sie Pat Ciang ?"

Ong Cit Giok mengangguk membenarkan, diapun telah tertawa dengan sikap yang tidak simpatik sekali, bahkan diapun telah berkata dingin:

"Kitab itu sangat kuperlukan, harap Taisu sudi memintakan kepada Hongthio siauw Lim Sie agar meminjamkannya kepadaku " Wajah Lo Kiang Siansu telah berobah, dia tertawa dengan terpaksa.

"Sayang sekali keinginan Siecu tidak akan terpenuhi," kata pendeta ini dengan suara yang sabar, tetapi diam-diam Lo Kiang Siansu juga telah bersiap siaga, karena dia menyadari bahwa sang tamu ini memang bermaksud tidak baik.

"Mengapa tidak akan terpenuhi ?" tanya Ong Cit Giok dengan suara yang tawar.

"Sayang sekali kitab yang hendak siecu pinjam itu merupakan kitab pusaka milik kami, yang tidak bisa dipinjami kepada siapapun juga ."

"Tetapi justru aku ingin sekali meminjam kitab Kiu Lok sie Pat Ciang.. " kata Ong Cit Giok dengan suara yang tawar. "Diijinkan atau tidak. tetap saja aku ingin meminjamnya "

"Hemmm, jika demikian tentu Siecu akan memperoleh kesulitan " kata Lo Kiang Siansu.

"Apa yang kau kata kan, pendeta gundul?" tanya Ong Cit Giok dengan suara yang tawar.

Disebut sebagai pendeta gundul, disaat itu perasaan Lo Kiang siansu sudah tidak enak. tetapi dia masih menahan sabar. Melihat keadaan, Ong Cit Giok. Lo Kiang Siansu juga bisa menerkanya, tentunya Ong Cit Giok merupakan salah seorang lawan yang berusaha menyelusup kedalam Siauw Lim Sie, bukankah tadipun dia telah dipergoki ketika memasuki kamarnya?

Lo Kiang siansu merangkapkan sepasang tangannya, dia berujar: "Siancai Siancai Sayang sekali kedatangan Siecu tidak tepat pada waktunya Tetapi begini saja, akan kami rundingkan dulu dengan ketua-ketua Siauw Lim Sie lainnya, jika mereka mengijinkan, maka Siecu akan memperoleh kitab yang siecu inginkan itu." Ong Cit Giok tertawa dingin, dia menyadari itulah siasat dari si pendeta, untuk memberitahukan pendeta Siauw Lim Sie lainnya, atas kedatangan tamu tidak diundang ini. sedangkan waktu itu Lo Kiang Siansu telah memutar tubuhnya, dia ingin meninggalkan tamu tidak diundang ini, untuk kembali keruangan Kiu Hoa Tong, dimana rekan-rekannya berkumpul.

Namun Ong Cit Giok sudah tidak mau membuang-buang waktu, ketika pendeta itu memutar tubuh, dia telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya dengan cepat telah melompat menyambar sambil mengulurkan kedua tangannya, dia bermaksud mencengkeram tengkuk pendeta itu.

Lo Kiang siansu merasakan samberan angin serangan yang deras dan tajam, dia menyadari dirinya tengah diserang dengan cengkeraman yang cukup dahsyat. Dia memutar tubuhnya sambil memiringkan kekanan, dengan kaki kiri ditekuk sedikit, tangan kanannya mengebut berusaha untuk melibat tangan lawannya.

Namun Ong Cit Giok memang telah memperhitungkan serangannya itu, Waktu Lo Kiang siansu ingin menangkisnya, dia telah menarik pulang tangan kanannya, tetapi tangan kirinya bergerak cepat sekali, menotok urat besar ditengkuk sipendeta.

Urat besar itu bernama Ciu-ting-hiat, merupakan jalan darah yang bisa melumpuhkan, mana mau Lo Kiang Siansu membiarkan dirinya kena diserang. Cepat2 dia mengebutkan lengan jubahnya. Tetapi sayangnya justru tubuhnya tengah miring, dengan posisi demikian menangkis serangan yang disertai tenaga yang sangat kuat, tentu saja tidak menguntungkan Lo Kiang Siansu, sehingga hampir saja dia terpental.

Ong Cit Giok melihat tubuh lawannya terhuyung, cepat sekali dia menerjang maju melancarkan serangan yang gencar, sekaligus mempergunakan kedua tangannya untuk menyerang bergantian, Lo Kiang siansu jadi sibuk sekali menangkis.

Tetapi dalam suatu kesempatan tangan kiri Lo Kiang siansu telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan sesuatu yang dilemparkannya keatas, dan setibanya diatas, benda itu mengeluarkan suara ledakan dan pijaran api yang cukup terang.

Ong Cit Giok sesungguhnya bermaksud untuk mencegah lawannya itu melemparkan benda tersebut, namun dia terlambat, sehingga benda itu sempat dilontarkan Lo Kiang Siausu, Ong Cit Giok juga menyadari apa artinya benda itu, sebagai isyarat untuk memanggil sahabat. Diam-diam Ong Cit Giok jadi terkejut dan mempergencar serangannya. "sebelum kawan-kawannya tiba, biar dia kubinasakan dulu " berpikir Ong Cit Giok.

Dan diapun bukan hanya sekedar berpikir, sebab cepat sekali dia telah melancarkan serangan dengan telapak tangan kanannya, yang mengandung kekuatan sinkang dahsyat sekali. Lo Kiang siansu menangkisnya.

"Dukkk " keras dilawan dengan keras, hampir saja Lo Kiang Siansu mengeluarkan suara jeritan tertahan, karena dia merasakan tangan lawannya keras seperti besi, menimbulkan perasaan sakit yang sangat pada tangannya, seperti juga tangannya itu akan patah.

Disaat Lo Kiang Siansu tengah kesakitan seperti itu, Ong Cit Giok telah membarengi melancarkan serangan lagi, Kali ini dia menyerang dengan mempergunakan kedua tangannya,

Benar2 dia tidak ingin memberikan kesempatan kepada lawannya untuk bernapas, tenaga serangan yang dipergunakannya juga jauh lebih kuat dari yang semula.

Lo Kiang Siansu yang merasakan berkesiuran angin serangan yang keras sekali, dia tidak berani memandang remeh, apa lagi sekarang dia juga menyadari bahwa kulit tangan lawannya keras seperti besi.

Cepat dan gesit, Lo Kiang Siansu berusaha melompat mundur mengelakkan serangan itu, yang tidak ingin disambuti dengan tangkisan atau kekerasan-

Tetapi waktu tubuh sipendeta sedang terapung ditengah udara, justru Ong Cit Giok telah mengeluarkan suara bentakan yang cukup keras, dia telah menarik pulang tenaga serangannya.

Lo Kiang siansu terkejut, hatinya jadi dingin, Karena dia merasakan tubuhnya seperti terhisap oleh sesuatu yang kuat sekali.

Tampaknya Ong Cit Giok mempergunakan tenaga menarik dan mengulur, suatu kepandaian tenaga sinkang yang cukup luar biasa melihat Lo Kiang Siansu, membuat pendeta itu tidak bisa mundur dan tidak bisa pula maju.

Dalam keadaan demikian, Lo Kiang Siansu tidak kehilangan pikiran sehatnya, sebat sekali dia memutar kedua tangannya sambil mengerahkan tenaga dalamnya. Dia mengurung dirinya dengan rapat sekali, hal itu untuk melindungi tubuhnya dari serangan sang lawan-

Tetapi Ong Cit Giok ternyata memang seorang jago yang kosen, melihat pendeta itu menutup diri dengan cara seperti itu, dia mengeluarkan suara dengusan dingin, kemudian menghentakan kedua tangannya, yang ditarik kedepan, maka Lo Kiang siansu seperti ditarik sesuatu kekuatan yang tidak tampak, walaupun Lo Kiang Siansu telah memusatkan seluruh kekuatan pada kedua kakinya, tokh tidak urung dia terjerunuk kemuka, sebagai seorang akhli yang memiliki kepandaian dan latihan yang telah lama, Lo Kiang Siansu tidak berusaha menahan tubuhnya yang terjerunuk. dia mengikuti saja, bahkan tubuhnya bergulingan. Dengan demikian dia telah melenyapkan daya tarik tenaga lawannya, Coba kalau Lo Kiang Siansu berusaha tertahan dengan memusatkan tenaganya, melawan dengan kekerasan, tubuhnya niscaya akan terjerunuk mencium tanah.

Melihat lawannya masih berhasil menyelamatkan diri, Ong Cit Giok jadi penasaran sekali, dia telah mengeluarkan suara erangan perlahan karena penasaran, dan melompat akan melancarkan serangan lagi.

Namun diwaktu itu justru terdengar suara bentakan seseorang, suara bentakan yang mengandung pengaruh: "Tahan "

Ong Cit Giok telah menahan tenaganya, dia turun ketanah sambil memutar tubuh, Tampak dikejauhan beberapa sosok tubuh tengah mendatangi, dilihat dari pakaian dan keadaan orang2 itu, tentunya mereka para pendeta siauw Lim sie.

Sedangkan Lo Kiang Siansu mempergunakan kesempatan tersebut untuk melompat bangun, wajahnya agak pucat, karena tadi hampir saja dia terluka.

Yang tengah mendatangi itu ternyata memang pendeta2 Siauw Lim Sie, yang melihat tanda bahaya yang dilemparkan Lo Kiang Siansu tadi.

Pendeta yang berlari paling muka adalah se orang pendeta berusia enam puluhan tahun, dialah Bo San Siansu, Dibelakangnya mengikuti pendeta2 golongan keempat, Mereka tiba dengan cepat.

Bo San siansu telah merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura, namun matanya menatap tajam sekali memperhatikan Ong Cit Giok.

"Siapakah Siecu, mengapa menimbulkan keributan didalam kuil kami ?" tegUrnya, halus suaranya, namun tegas sikapnya.

Ong Cit Giok tertawa dingin, dia bilang dengan berani : "Aku bermaksud meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat, Ciang, tetapi Taisu itu justru telah mengeluarkan kata-kata kurang ajar sehingga kukira pantas diberi hajaran."

Sepasang alis Bo San siansu jadi mengerut. Tamu tidak diundang ini menyatakan ingin meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat Ciang, kitab ilmu pukulan yang-menjadi pusaka Siauw Lim sie. Mana mungkin permintaan itu dilulus kan? Dan juga tamu ini telah memutar balik duduk persoalan yang ada, tidak mungkin Lo Kiang Siansu memperlakukan dia dengan kurang sopan, karena didalam kuil justru Lo Kiang siansu dikenalnya sebagai pendeta yang ramah tamah terhadap siapapun juga , belum pernah berlaku keras.

Setelah berdiam diri sejenak. Bo San siansu tersenyum dipaksakan, dia juga berkata dengan sabar: "Siecu datang ke tempat kami dalam waktu yang demikian, waktu yang kami kira kurang begitu pantas, Dan juga siecu bermaksud meminjam salah satu pusaka kami, itulah hal yang tidak mungkin- Maka jika memang siecu tidak memiliki urusan lain silahkah siecu meninggaikan kuil kami dengan baik2."

Mata Ong Cit Giok terpentang lebar2, dia telah bilang dengan suara yang dingin : "Aku tidak akan angkat kaki dari tempat ini sebelum permintaanku dipenuhi" katanya.

"Kenapa begitu ?" tanya Bo San Siansu masih tetap dengan sikap yang sabar.

"Aku tidak berani kembali ketempatku, karena jika aku tidak berhasil memperoleh pinjaman kitab pusaka Kiu Lok Sie Pat Ciang, tentu aku akan memperoleh hukuman yang berat dari atasanku "

"Siecu mengatakan atasan Siecu, jadi apa duduknya persoalan yang sebenarnya..?" tanya Bo San Siansu sambil mengerutkan alisnya.

"Atasanku, Lie Conggoan, telah perintahkan padaku untuk datang ke Siauw Lim Sie meminjam sebentar saja, hanya untuk satu bulan, kitab Kiu Lok Sie Pat Ciang, Maka dari itu, jika aku tidak berhasil meminjamnya dari Siauw Lim Sie, bukankah berarti aku ini akan memperoleh kesulitan yang tidak kecil ?"

Mendengar perkataan Ong Cit Giok. Bo San siansu telah tertawa tawar.

"Sayang sekali Sayang sekali Loceng kira siapa, tidak tahunya utusan dari Lie Conggoan-" kata Bo San Siansu, "Sesungguhnya, untuk apakah kitab itu bagi Lie Conggoan ? Bukankah antara ilmu pukulan tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu peperangan?"

"Lie Conggoan menggemari ilmu silat, sejak kecil telah melatih diri untuk mensehatkan tubuh," kata Ong Cit Giok dengan sikap yang dibuat-buat dan memualkan, karena dia membawa sikap seperti tidak memandang mata kepada para pendeta siauw Lim sie. "Maka dari itu, belum lama yang lalu ada seorang sahabat yang menyampaikan kepada Lie Conggoan, bahwa siauw Lim Sie memiliki sejilid kitab ilmu pusaka dari pukulan Kiu Liok Sie Pat Ciang, disaat itu juga Lie Conggoan telah perintah kan kepadaku untuk pergi kemari, guna meminjamnya dari kalian "

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar