Bujukan Gambar Lukisan Jilid 21

Jilid 21 : Jumpa sahabat lama

Sesudah jalan sekian lama, tiba-tiga ke tiga orang itu menghentikan tindakannya untuk berdiri dipinggiran- Mereka seperti menjerikan sesuatu, seperti yang hendak mengasi ^alan, roman mereka tegang.

Tiong Hoa heran- jalanan sepi, sangat sedikit orang yang beria lu- lintas disitu, ia lantas melihat kedepan, Belasan tombak jauhnya disebelah depan ada seorang tua berbaju ungu berjalan dengan tindakan enteng, romannya pendiam tetapi keren. ia heran untuk orang tua itu tetapi ia berjalan terus, seperti tidak terjadi sesuatu.

Tiba-tiba satu diantara ketiga orang itu berlompat menghampirkan- tangannya menolak. mulutnya msmb entak: "lh, pelajar konyol, masih tidak minggir Apakah kau mau cari mampusmu?"

Hampir tak terlihat gerakannya, Ticng Hoa lolos dari serangan itu ia berjalan terus, si penyerang heran hingga matanya mendelong.

Ketika itu si orang tua sudah datang dekat, Tiong Hoa melewati dia dengan sikapnya wajar, akan tetapi caranya lewat itu membikin si orang tua memperdengarkan suara heran.

Tanpa menoleh, Tiong Hoa berjalan terus dengan tenang, sampai mendadak ia terperanjat Dari belakangnya ia mendengar suara angin mendesir ia tahu bahwa ia lagi dibokong, maka itu ia tertawa dingin, sembari memutar tubuh, ia menyampok dengan kipasnya.

Itulah seorang bertubuh besar yang membokong, Dia yang menyerang secara curang, tetapi dialah yang kaget, itulah karena kipas si anak muda meluncur kejalan darah hiong kam. Dengan lekas-lekas dia menarik pulang kedua tangannya, guna menutup diri. Dia jugamendelong karena dia heran si pelajar yang dikatakan konyol itu demikian liehay, si orang tua, yang telah berjalan jauh kira enam tombak. turut menjadi heran-

Tiong Hoa tidak mau menyerang orang, ia tidak mengulangi serangannya, Barusan pun ia melainkan membela diri. Akan tetapi, sambil menarik kipasnya, ia kata dingin: "Aku yang rendah tidak bermusuh dengan kau, tuan, mengapa tuan membokong aku?"

orang itu membuka mata tanpa bisa menjawab, cuma kulit mukanya yang hitam bersemu merah gelap. suatu tanda ia jengah, Hanya sejenak kemudian, matanya jadi bersinar bengis.

"Tak sedap tuan besar kamu melihat padamu" katanya keras, "Aku ingin mencoba-coba kau." walaupun dia berkata demikian, bukannya dia maju hanya dia bertindak mundur. Tiong Hoa bersenyum, mendadak sebelah tangannya meluncur pesat, mengenai jalan darah kin-ceng dari orang kasar dan galak itu, yang berseru tertahan, terus tubuhnya roboh.

Dengan berseru keras, dua orang yang lain nya lantas maju menyerang, Mereka kaget mereka gusar.

Tiong Hoa menjadi mendongkol menyaksikan kegalakan tidak keruan itu. ia melakukan perlawanan. Dengan kipas dita ngan kanan ia bergerak dengan tipu silat. "Membiak mega, membuyarkan kabut, d e ngan itu ia menyambutjalan darah tioe-wan dari penyerangnya yang dikiri yang bersenjatakan pedang.

Dengan tangan kiri, dengan lima jeriji terbuka, dengan ilmu silat sia uw Thian cee ia menyambar nadi lawan yang dikanan, untuk terus dilempar kearah pedangnya si kawan.

Disaat kedua orang itu hampir beradu satu dengan lain, hingga pedang si kawan bakal menghajar kawan lainnya, mendadak si orang tua berlompat maju menyambar masing-masing mereka itu, untuk dibikin terpisah, hingga terhindarlah satu perkara darah, Habis itu orang tua itu menatap tajam kepada si anak muda.

Selagi tak puas itu, Tiong Hoa kata keren: "Diwaktu siang benderang ini, dimata umum kenapa kamu main membokong orang? Teranglah kamu bukan bangsa manusia baik baikjikalau kamu tidak diajar adat, pasti kamu bakal menjadi semakin tak kenal takut. si orang tua tidak gusar, sebaliknya dia tertawa.

"Teguran kau tepat, tuan-" katanya, "Sebentar aku si orang tua bakal memberi nasihat untuk kurang ajarnya mereka itu, Hanya aku " Tiong Hoa heran orang tak gusar itu, tetapi mendengar suara itu, ia menduga mesti ada ekornya, sedikitnya orang bakal menanya she dan namanya, itu berarti ia tak dapat segera berjalan terus. Maka itu ia mendahului berkata:

"Kalau begitu, karena aku yang rendah masih mempunyai urusan penting, aku meminta diri lebih dulu." ia memberi hormat seraya terus memutar tubuh untuk bertindak pergi. "sungguh anak muda yang cerdik." terdengar si orang tua kata kagum.

Tiong Hoa bertindak dengan cepat, Ketika kemudian ia mendapat kenyataan orang tua itu tidak menyusul padanya, baru ia perlahankan tindakannya, ia tadi mengambil jalan kecil, sekarang ia kembali kejalan besar, untuk terus menuju kejalan besar kota Koen-beng, jalan besar dengan batu halus yang lebar.

Disini ia lantas melihat banyak orang yang berlalu- lintas. sembari berjalan itu ia menduga-duga apa si orang tua bukannya Giam ong Leng.

"sudahlah." katanya kemudian dalam hati, untuk menyingkirkan pikiran yang ruwet. Dan ia mengangkat kepalanya, untuk berjalan terusJusteru ia melihat kedepan itu, justeru sinarmatanya bentrok dengan dua sosok tubuh, yang ia rasa kenal, hanya tak ingat ia dimana pernah ia menemui mereka itu, ia lantas menggunai otaknya.

Dengan lekas ia ingat, Mereka itu yalah Teng coa sin- pian sim Yok dari Keen Loen san serta Tiat-pie Chong- liong Law Chin murid nya Keng Tim Taysoe dari kuil Tay Chong sie di soe-coan Timur, ia pernah melihat mereka itu di Yan Kee Po.

"saudara Lauw Cin." ..ia memanggil. 

Dua orang didepan itu agak melengak. lantas mereka menoleh, setelah mengeluarkan suara tertahan: "oh" keduanya cepat menghampirkan. untuk mereka berjabatan tangan sambil menyapa, menanyakan kesehatan masing-masing.

Kedua pihak tak bersahabat kekal tetapi mereka saling mengagumi. Terutama sim Yok. ia ingat baik sekali budi Tiong Hoa.

"Disini bukan tempat bicara," kata Lauw Chin "Mari kita menyewa sebuah perahu dengan apa kita masuk kedalam kota, setuju kah saudara ?"

Tiong Hoa dan sim Yok menyatakan akur, maka keduanya lantas pergi kekali oen HHoo dimana mereka menyewa sebuah perahu bergubuk.

Kali oen Hoo, yang dipanggil juga Coan Tong Hoo, menyambung dengan telaga Koen Beng ouw didalam kota Koen-beng, perjalanan sejauh sepuluh lie lebih, perhubungannya ramai, pemandangan alamnya permai. Maka itu ketiga sahabat itu, sambil berduduk dapat memasang omong dengan asyik,

"sejak bertemu kau di Yan Kee po, saudara Lie," kata Lauw Chin menghela napas, "besokannya aku lantas berangkat pergi. sejak itu kami tidak bertemu pula dengan saudara atau kami lantas mendengar kau telah mengangkat nama di Kang lam, sebenarnya ada keinginan kami untuk menjenguk kau, sayang karena ada saja urusan, niat itu belum dapat diwujudkan, Tidak ku sangka kita dapat betemu disini"

Berbicara terlebih jauh, sim Yok dan Lauw Chin memberitahukan bagaimana mereka sudah menyelidiki orang-orang Rimba persilatan yang lenyap tidak keruan paran, tetapi di Yan Kee Po itu mereka tidak memperoleh hasil apa-apa.

Mereka menduga kejahatan diperbuat Hoan-Thian- Ciang Yan Loei. Begitulah dengan bekerja sama Im san sioe-soe serta murid-murid dan sejumlah kawan lainnya, mereka menyerbu Yan Kee Po, tetapi diluar dugaan, pihak Yan Kee Po mundur sendirinya. Api telah digunai untuk melakukan pembakaran, Kesudahannya, penyelidikan mereka tak menghasilkan apa-apa.

Mendengar itu, Tiong Hoa bersenyum.

"Apa saudara telah periksa rumah peristirahatan nyonya dari Yan Kee Po disisi rimba?" ia tanya, "Didalam rimba yang lebat disitu ada sebuah rumah besar yang hitam gelap kelihatannya "

"Tentu saja kita pergi kesana" sahut Lauw Chin- Disana cuma kedapatan simpanan beras dan rangsum kering, Karena itu guruku menjadi berselisih dengan cian ci- Kean im siauw Goat Hian, nyonya rumah.

syukur kemudian mereka mendapat berdamai dan menjadi baik pula, tetapi guruku mesti mencari tempat untuk mengganti gedung peristirahatannya nyonya itu." Habis berkata itu, Lauw Chin mengawasi tajam, Dia heran-"Apakah saudara ketahui sesuatu?" ia tanya.

Tiong Hoa tidak lantas menjawab, Baru sekarang ia tahu jelas apa yang menyebabkan kemusnahan Yan Kee Po, ia pun balik menatap sahabat itu, ia menghela napas.

Sekarang teringat pula ia dengan lelakonnya disana. ia berduka tapi juga ia berlega hati, karena ia sudah tertolong, Kemudian, selagi dua sahabat itu menatap terus, ia tuturkan semua pengalamannya didalam rumah dalam tanah di Yan Kee Po itu. sim Yok dan Lauw Chin gusar bukan kepalang, mata mereka menjadi merah.

"saudara, apakah saudara masih ingat nama-nama mereka yang kedapatan didalam sarang celaka itu?" tanya Lauw Chin.

"Aku ingat tetapi tidak semuanya." sahut Tiong Hoa, "setelah lewat sekian lama, banyak yang aku sudah lupa. Nanti saja, setelah singgah dihotel, perlahan-lahan aku membuat catatannya. Atau kalau tidak selesainya urusan disini, mari kita bersama pergi ke Tok-lok..."

Menyebut nama Tok-lok itu Tiong Hoa mengawasi keluar perahu, ia masgul ia ingat lelakonnya, ia membayangi Koen Beng ouw dikota raja. Dulu seorang pemuda yang lemah, sekarang ia satujago Rimba Persilatan....

selagi pikirannya melayang-layang itu, Tiong Hoa mendengar suaranya sim Yok: "Saudara Lie, tahukah bahwa sekarang ini Im-Yang-cioe KongJiang dan im Cioe Jiauw-hoen Hauw Boen Thong dari Yan Kee Po itu berada dikota Koen-beng ini? Kami cuma belum melihat Hoan Thian ciang Yan Loei, Kami hendak mencari orang she Yan itu"

Bagaikan mendusin, Tiong Hoa berpaling, secara mendadak. dia menjadi bersemangat pula, sambil bersenyum, ia berkata: "sekarang ini aku lagi luang tempo, urusan di Hek Liong Thoa masih dapat ditunda maka itu saudara, andaikata kamu membutuhkan bantuanku, suka aku memberikannya"

Lauw Chin tertawa.

"Kalau saudara Lie suka membantu, itulah bagus sekali" kata dia. "sebenarnya aku telah merencanakan usahaku mencari Yan Loe itu, hanya itu harus dilakukan dengan sabar, tak boleh dengan tergesa-gesa, sekarang saudara mau pergi kemana?"

"Aku mau pergi ke Hoei Liong Piauw Kiok," sahut Tiong Hoa. sim Yok heran, ia terperanjat.

"Bagaimana, apa saudara bersahabat dengan Kim-bian Gouw Keng seng Eng Siang?" ia tanya.

Tiong Hoa menggoyang kepala, "Aku tidak kenal dia," sahutnya. sim Yok melengak.

"seng Eng siang itu keluaran siauw Lim sie di Pouw thian-" ia kata- "Dia lihay, Dengan ketua siauw Lim sie di Pouw-thian itu dia pernah saudara seperguruan- setahu kenapa, mereka bentrok. Eng siang gusar, ia memelihara rambut pula, menjadi orang biasa, lalu sebagai orang murtad dia datang ke selatan ini menghamba kepada Giam ong Leng serta membuka piauwkiok nya itu.

Pihak siauw Lim sie malang kepada Pouw Liok It, dia di diamkan saja, kalau siauw Lim sie bertindak. urusan bisa jadi besar, Eng siang itu jumawa dan licik sekali, Umpamakata dia ketahui saudara mempunyai janji dengan Pouw Liok It, ada kemungkinan dia nanti mengganggu padamu. Karena saudara tidak kenal dia, aku pikir lebih baik saudara jangan pergi padanya."

Tiong Hoa tertawa.

"Aku tidak memikir untuk menemui seng Eng sian-" katanya, "cuma..." ia lantas tuturkan apa yang ia dengar di Tay Kean Lauw serta halnya ia bertemu dengan siorang tua

berbaju ungu ditengah jalan tadi. Lauw Chin terkejut. "Bagaimana romannya orang tua berbaju ungu itu ?"

ia tanya. Tiang Hoa heran, tetapi ia memberikan penjelasannya.

Karena sikapnya arang she Lauw ini, ia mau percaya orang tua itu bukan sembarang orang.

"Benar dia... benar dia..." kata Lauw Chin perlahan berulang-ulang, sedang sinar matanya menandakan dia sangsi. Kemudian dia kata: "lnilah aneh, saudara Lie Kau telah merobohkan orang-orangnya dan dia tidak marah sama sekali..."

"Siapakah dia, saudara Lauw?" tanya Tiong Hoa, ia heran akan kelakuannya ini sahabat baru.

Lauw Chin tertawa tawar.

"Dialah Cie Ie Boe-Eng Tie sin Hong," ia menjawab, "Dialah si hantu nomor satu dari luar lautan, yang tinggalnya dipulau Hiong Cioe To dijasirat Loei Cioe, Dia terkenal buat jeriji tangannya yang liehay, Kabarnya dia menjadi paman guru baru Hauw Boen Thong.

Dia sekarang muncul disini, mesti dia ada sangkutpautnya dengan tiga benda mustika Rimba Persilatan yang sekarang ini sedang hangatnya dibuat pembicaraan...

Kalau begitu, baiklah, tak usah kita jeri-jeri, mari kita pergi ke Hoei Liong piauw Kiok, Mungkin disana kita mendapat tahu tentang Tie sin Hong "

Ketika itu perahu sudah dikepinggirkan, sekalian saja bertiga mereka mendarat, untuk langsung menuju ke Hoei Liong pia uw Kiok, kantor usaha pengangkutan "Naga Terbang."

Tatkala mereka sampai didepan pia uw- kiok, mereka heran, sepi sekali dimuka kantoran, bahkan pintunya separuh ditutup, sebaliknya dua orang yang bertubuh besar dan romannya bengis, lagi duduk menyender pada singa batu d id epa n pintu itu, roman mereka malas- malasan akan tetapi mata mereka tajam, sinarnya tak lepas dari setiap orang yang berlalu-lintas....

Bendera besar dari Hoei Liong piauw Kiok berkibar- kibar diatas tiangnya, Huruf-hurufnya merah latarnya kuning emas.

"saudara Lie." kata Lauw Chin perlahan, "dua orang itu rupanya bukan orang piauw kiok. maka itu baik kita berlaku waspada, Dalam dunia Kaug-ouw banyak sekali manusia licik, mukanya lain, hatinya lain lagi. Tiong Hoa kagum.

"Saudara berpengalaman luas, aku malu tak dapat menyamai." kata ia. " Kalau mereka bukan orang piauw- kiok. mungkinkah mereka "

Pemuda ini cerdas akan tetapi itu waktu tak dapat ia menerka seperti Lauw Chin-

"Seng Eng siang biasa menolak tetamu." kata Liuw Chin maka itu suasana ini mencurigai, Ada kemungkinan dia lagi didesak dipengaruhi musuhnya supaya dia melakukan sesuatu yang tak baik terhadap Pouw Liok It, atau dia sendiri lagi menggunai siasat, yalah pura2 saja bahwa dia telah kena dilukakan Thian ciat Mo Koen-.."

Ketiga orang ini berdiri diam jauh dari piauwkiok. dua orang di depan piauwkiok itu mengawasi mereka tanpa berkesip. sim Yok tertawa.

"Lihat, mereka lagi memperhatikan kita" katanya. "Mari kita hampirkan mereka secara wajar." kata Lauw

chin, "Mari kita lihat lagaknya" Tiong Hoa setuju.

Bertiga mereka bertindak maju. Mereka jalan terus sampai dimuka tangga, sikap mereka dibikin wajar. sebaliknya dua orang itu nampak gelisah. Mendadak keduanya lompat bangun, untuk menghadang bersama. Mereka berdiri berendeng.

"Piauwtauw kami tidak menerima tetamu" kata yang dikanan, nyaring, "Tuan-tuan, silahkan berhenti"

Lauw Chin tertawa terbahak, "Bagaimana kamu ketahui kami hendak menemui seng Eng siang?" dia tanya, "Apakah orang-orang didalampiauwkiok ini telah mati semuanya? Pergi kau bilangipauwsiuw kamu bahwa sahabatnya dari Kwan-tlong datang berkunjung." orang dikanan itu melengak. nyata dia bercuriga.

"Tuan-tuan hendak menemui pia uwtauw yang mana

?" dia tanya, Lauw Chin tertawa pula, "Disini toh cuma ada satu congpia uwtauw?" katanya. "Apakah ada ketua yang kedua?"

Tiong Hoa dan sim Yok mendengar sahabatnya bicara, mereka memuji kecerdikan sahabat ini. Mereka terus berdiam mendengari saja.

orang yang dikiri heran, dia mengawasi kawannya, Yang dikanan ini rupanya cerdik, setelah berdiam sebentar, dia kata: "Tuan tuan, silahkan kamu kembali, seng Cong-pia uwtauw telah memberitahukan selama setengah bulan ini dia tak dapat menerima tetamu siapa jug a, takperduliorang cuma ingin menjenguk " Kembali Lauw Chin tertawa.

"Dikolong langit ini tidak ada aturan begini " katanya, "Aku ingin menemukan, aku mesti menemukannya" Dan ia menoleh kepada kedua kawannya, untuk berkata: "Mari " Lalu dia bertindak.

Orang dikanan itu kaget, sebera dia menolak dengan sebelah tangannya. Lagi-lagi Lauw Chin tertawa ia berkelit kekiri, tangan kanannya menangkis, tangan kirinya menyerang, kepada orang yang di kiri, yang ia arah jalan darahnya diiga kiri, yaitujalan darah sin-tong.

Hampir berbareng, dua orang itu kena di bikin minggir, Bersama dua kawannya, Lauw Chin maju terus. Mereka itu penasaran, mereka memburu, sembari memburu mereka menyerang, takperduli ke punggung tiga orang itu.

Lie Tiong Hoa ketahui orang menyerang mereka, ia memutar tubuhnya sambil tertawa, sebelah tangannya diajukan kedepan, hingga tangan itu meluncur panjang melebihkan daripada selayaknya, itulah tangan si Kera terbang, yang menangkap lengannya orang yang dikiri.

Berbareng dengan itu, kaki kirinyapun diangkat, dipakai mendupak kearah tok-pie, jalan darah didengkul, Lihay gerakannya si anak muda, orang yang di kanan itu di mampiri kaki, dia menjerit kesakitan, tubuhnya mental balik, roboh dilatar. Dia merasa nyeri hingga ke uluhatinya.

Yang lainnya kena ditangkap tangannya, dia tak dapat meronta, maka juga dia menjadi kaget bukan main, matanya bersinar tak ketentuan-

Lauw Chin dan sim Yok kagum. Mereka telah mendengar Tiong Hoa lihay tetapi mereka tidak pernah menduga selihay ini. Mereka mengawasi dengan hati sangat tertarik.

Tiong Hoa memandang bengis kepada orang yang lengannya dicekal itu, ia kata keras: " Lekas bilangi seng Eng siang supaya dia keluar menyambut kami" ia segera melepaskan cekalannya.

Orang itu lantas lari kedalam. "Mari" Tiong Hoa mengajak dua kawannya, selagi ia sendiri terus bertindak ke-dalam, ketiganya berjalan dengan sabar.

Lekas sekali dari dalam terlihat keluar empat orang, yang semua membekal pedang. sekitarnya setombak jauhnya, mereka itu berhenti untuk merintangi.

Lauw Chin mengawasi empat orang itu, Melihat tindakan kakinya, dia percaya mereka lihay semuanya, Usia mereka itu usia pertengahan, semua berpakaian hitam dan ringkas, teman mereka keren, mata mereka tajam sebelum kedua belah pihak berkata apa-apa, dari dalam sudah lantas terdengar suara batuk yang dalam disusul dengan kata-kata berpengaruh ini: "sahabat baik dari mana datang berkunjung kepada Hoei Liong piauw Kiok yang suasananya begini menyeramkan? Biarlah aku si orang tua yang menyambutnya"

Ketika orang itu muncul, terlihat dialah seorang tua katai yang bertubuh gemuk, bajunya baju kuning panjang dengan ikat pinggang terotolan, sedang kakinya tertutup sepatu rumput.

Dia berdiri diam dibela kang keempat orang, matanya menatap tajam kepada ketiga tetamu yang tidak diundang itu, dia berkata separuh tertawa: "Didalampiauwkiok ini, semua orang sudah pada mati, cuma tinggal seng- Eng siang yang separuh mati dan separuh hidup. yang ada mulutnya tetapi susah bicara Kenapa kamu mau memaksa menemuinya? Kamu telah di tolak berulang-ulang, kamu seperti tak mendengarnya..." Dia berdiam sebentar, terus dia tertawa seram untuk menambahkan- "Tapi semua kata-kata ini tak ada gunanya Hoei Liong piauw Kiok sudah menjadi rumah hantu, dapat orang datang masuk kemari tak dapat dia keluar pula jikalau kamu ketiga tuan suka mengutungkan sendiri tangan kamu danmembuntungi lidah kamu, dapat jiwa kamu dikasi tinggal hidup, Nah, bagaimana pikiran kamu, tuan-tuan?"

Lie Tiong Hoa tidak kenal orang tua itu, ia memang kurang pengalaman- Tapi Lauw Chin dan sim Yok yang menjadi orang-orang Kang ouw ulung, juga tak mengenalnya.

"Kau siapa?" tanya Lauw Chin gusar, "sungguh kaujumawa Kau harus ketahui kami bertiga Kami mau pergi, kami pergi Kami mau datang, kami datang siapa juga tidak dapat menahan kaki Teranglah sudah semua orang Hoei Liong ^iauw Kiok telah dicelakai kamu Apakah kamu tidak ketahui seng Eng siang orangnya Cit Chee Moei? jiwa kamu sendiri sudah sukar dipertanggungkan, cara bagaimana kamu masih berani omong besar begini?"

Si orang tua kate terbahak-bahak itu tertawa seram pula.

"Tidak salah" sahutnya, terkebur, "Semua orang Hoei Liong piauw Kiok telah dibinasakan aku si orang tua Lain orang takut terhadap Cit Chee Cioe, aku tidak Dimataku si orang tua, merekalah orang biasa saja Kamu maupergi, nah, pergilah ingin aku si orang tua melihat bagaimana caranya kamu pergi Hm Hm" Hebat suara itu begitupun tertawanya, yang dapat membikin bangun bulu roma. Tiong Hoa bertiga terkejut juga mendengarnya, Pula mereka lantas dapat kenyataan disitu telah muncul lagi delapan orang lainnya, semua orang-orang usia pertengahan yang romannya bengis, Kedua lembar daun pintu besi juga sudah lantas ditutup rapat dikunci. 

Hati Lauw Thin dan sim Yok berdesir, Tanpa diketahui lagi, kembali ada datang lain-lain orang disekitar ruang itu, itu arti nya mereka sudah terkurung rapat.

"Bagaimana?" tanya si tua dan katai-tromok itu, suaranya mengejek. Kembali dia tertawa seram.

Untuk sejenak. airmukanya Tiong Hoa berubah menjadi keren, lalu cepat sekali, dia menjadi tenang pula, Bahkan dia dapat tertawa,

"Apakah dengan barisan pedang kamu hendak menggertak kami?" dia kata Jikalau kamu tidak jeri terhadap Cit Chee Cioe, kenapa kamu tidak mau pergi langsung ke Hek Liong Thoa, untuk mengadu kepandaian disana? Kenapa kamu bawa lagak iblismu disini? sungguh, aku malu.

Si orang tua tertawa.

"Itulah sebab biasanya aku si orang tua bekerja tanpa memilih tindakan" kata dia. "Aku biasa bekerja dengan turuti rasa hati ku, asal aku mencapai maksud hatiku, siapa pun tak dapat membujuk dan merubah sepak terjangku."

Dia lantas nampak menjadi terlebih bengis, Dia membentak: "Aku sebal buat ngoceh saja." Dia mengangkat tangannya, dia kata kepada empat orang berbaju hitam yang bergenggaman gedang itu: "Bikin mereka bercacad." Empat orang itu menurut perintah, tanpa membilang apa-apa. keempatnya lompat menyerang tiga orang itu.

Tiong Hoa melihat suasana buruk itu, ia tahu, tak dapat ia bersabar pula, Maka ia- lantas berseru sambil ia mengajukan diri, guna mendahului dua kawannya, ia mulai dengan tangan kanannya, untuk menolak yang mana disusul dengan tangan kiri dengan lima jari dibuka.

Empat orang itu terkejut, semuanya berseru tertahan, tubuh mereka terjungkal mundur, yang hebat yalah pedang mereka semua lantas pindah ketangan si anak muda.

Tapi Lauw Chin dan sim Yok sudah lantas diserang delapan orang lainnya. Untuk selintasan itu, tak dapat mereka memukul mundur.

Tiong Hoa bertindak terus, Dia mendesak meluncur pada siorang tua, hingga orang tua itu kaget dan mukanya menjadi merah padam.

Didalam hatinya, orang tua ini kata "Ah, pemuda ini liehay sekali, aneh ilmu silatnya siapakah dia?"

Habis mendesak si orang tua, Tiong Hoa mencelat mundur, maka ketika ia mengibas dengan kedua tangannya ia membikin ke- delapan musuh mundur terpental, dengan begitu Lauw Chin dan sim Yok dapat lompat mundur dari kurungan-"Tahan-“ berseru si orang tua.

Delapan orang utu mau menyerang pula tapi mereka batal, Mereka mundur dengan terus bersiap dengan pedang mereka. Siorang tua juga berdiri tegak. tanpa bergeming, matanya mengawasi tajam pada orang muda yang membuatnya sangat heran itu. Baru kemudian dia kata, tetap seram: "jangan kau menganggap kau liehay luar biasa hingga kau berani berlaku kurang ajar didepan aku si orang tua Hm Hm sekarang ini kamu bertiga, jangan kamu memikir lagi untuk dapat pulang dengan masih hidup"

Perkataan itu ditutup dengan dibarengi meluncurnya tangannya, mengarah kepada sim Yok

ooooo BAB 23

TioNG HOA heran juga menyaksikan si orang tua demikian gesit, begitu bergerak dia dapat mendekati kawannya yang terpisah kira dua tombak. Untuk menolongi kawan itu, ia juga mengulur tangan kanannya yang dapat mulur, menyambar kearah jalan darah kin- ceng dari si orang tua lihay.

Tangan si orang tua hampir mengenai jalan darah sim- jie dari sim Yok ketika dia merasai sambaran angin- Dia kaget, lantas dia berkelit ke kiri, Dengan begitu serangannya itu gagal.

Sim Yok sudah tak berdaya, walaupun ia dapat tertolong, ia kaget hingga mukanya menjadi pucat, hingga ia mendelong.

Si orang tua sudah lantas memutar tubuh, ia melihat penyerangnya yalahsianak muda yang berdiri menghadapinya sejarak tujuh kaki, ia kaget, Katanya didalam hati:

"Siapa anak muda ini ? Kenapa dia begini liehay?" ia lantas berpikir keras sesaat kemudian baru ia berkata, perlahan: "Selama beberapa puluh tahun ini, kecuali Pouw Liok It, aku si orang tua belum pernah menemui lawan yang setimpal, maka itu sungguh aku berjodoh sudah bertemu dengan kau tuan, inilah kebetulan, supaya kita dapat main-main, agar aku dapat menguji berapa jauh aku telah memperoleh kemajuan selama sepuluh tahun yang belakangan ini.

Tapi kedatanganku ke Hoei Liong Piauw Kiok ini mengenai kepentinganku seumur hidup, aku gagal atau berhasil, aku terhormat atau terhina Karena itu terpaksa aku mesti bertindak secara diam-diam, supaya segala kejadian disini dapat dirahasiakan-

Demikianlah, kalau tuan bukannya dari pihak Pouw Liok It, suka aku si orang tua bertindak di luar kebiasaanku untuk berlaku sabar dan mengalah."

Orang tua ini menduga Tiong Hoa liehay luar biasa, maka ia suka berlaku merendah. Akan tetapi itulah cuma di mulut, dihati lain-.

Tiong Hoa heran orang menukar sikap demikian cepat, Menampak sinarmata orang tua itu, ia bercuriga, walaupun ia tidak dapat menerka, ia memikir baiklah ia menjauhkan diri dari urusan ini. ia pun pikir baik perlahan-lahan saja ia mencari tahu hal-ikhwal orang tua ini. Maka ia tersenyum dan berkata manis:

Jikalau begitu, baiklah, aku yang rendah meminta diri " ia lantas memberi hormat, bersama Sim Yok dan Lauw chin, ia bertindak keluar.

Delapan orang yang beroman bengis itu mundur kekedua sisi, untuk membuka jalan, sedang yang seorang lari ke pintu, untuk membuka i.

orang tua itu mengasi lihat sinarmata yang sangat membenci, selagi ketiga orang itu memutar tubuhnya, sebelah tangannya ditolakkan perlahan kearah punggung si anak muda.

Tiong IHoa merasa angin bersiur halus, ia tidak perhatikan itu, ia mengira angin biasa saja, ia berjalan terus.

Si orang tua bersenyum mendapatkan orang tak menghiraukan angin dari tolakkannya itu, setelah kstigariya berada diluar dia nampak semakin gembira.

Sesudah berlalu beberapa puluh tindak. Tiong Hoa bertiga menoleh kebelakang. Mereka mendapatkan pintu sudah dikunci atau ditutup rapat.

"Beginilah gelombang dunia Kang ouw, tak ada satu hari yang tenang." kata Sim Yok menghela napas, rperjalanan kita ini tidak memberi hasil apa-apa. Aku merasa urusan tak ada sebegini sederhana. orang tua itu merubah sikap cepat luar biasa, aku sangsijikalau dia tidak mengandung suatu maksud yang tersembunyi..."

"Kau benar saudara sim," kata Lauw cin " orang tua itu mestinya seorang lihay, Aku tidak mengerti kenapa dia demikian teleng as. Tapi ia lagi menghadapi Pouw Lick It. itu artinya sijahat lawan sijahat, aku pikir baiklah kita tak menghiraukannya.

Sepasang alisnya Tiong Hoa berkerut, ia menyesal mendengar suaranya Lauw chin ini,

Teranglah Tian-pie chong Liong membenci Pouw Lick It. Sedang sebenarnya perihal Liok It itu banyak cerita yang bertentangan satu dan lain, Pouw Lick It memang luar biasa, perbuatannya ada yang baik dan ada yang jahat, mengenai dia orang banyak bicara menurut pendengarannya masing-masing, ia menjadi masgul.

"Suasana di Koen-beng ini hebat sekali." katanya perlahan, "selama kita belum tahu keadaannya yang jelas, aku pikir kita harus bertindak dengan berhati-hati, Menurut aku paling baik saudara berdua serep-serepi dulu Yan Loei, untuk mendapat tahu dimasa dia menaruh kaki, urusan Liong Hoei Piauw Kiok ini, biar diserahkan padaku sendiri, nanti aku bertindak sesudah aku memperoleh ke terangan jelas.

Aku akan mengambil tempat dipenginapan LamThong didalam pintu kota Kim-ma-moei, apabila ada perlunya, silahkan saudara berdua mencari aku kesana."

Sim Yok dan Lauw chin agak bersangsi. "Aku pikir baik kita juga mengambil tempat

dipenginapan itu." kata Sim Yok. "Dengan begitu kita jadi lebih mudah berhubungan satu dengan lain, Nah, saudara Lie, kami mengharapi kabar baik dari kau"

Tiong Hoa setuju, maka kedua pihak lantas perpisahan-

Diwaktu tengah-hari, hawa udara mestinya panas terik. tetapi untuk wilayah Koen beng sebaliknya, iklim seperti iklim musim semi, mata hari hangat dan angin bersilir halus, Karena itu Tiong Hoa merasa nyaman ketika ia bertindak perlahan-lahan dijalan umum. 

Ketika ia sudah melintasi dua jalan besar, mendadak ia terkejut sendirinya. Tiba-tiba ia merasa punggungnya panas, darahnya seperti bergolak ia heran- Segera ia bertindak kesisi jalan, dengan berdiri diam ia memeriksa diri, ia percaya bahwa ia telah terkena pukulan udara kosong yang beracun.

Lantas ia mengerahkan tenaga dalamnya, ia mendapat kepastian setelah selang sesaat, keringat dingin keluar

di-punggungnya itu dan keringat itu berbau busuk. "Dimanakah orang telah bokong aku?" pikirnya, ia tidak usah berpikir lama kapan ia ingat tadi didalam Hoei Licng Piauw Kiok ia merasa hembusan angin silir. Pasti ia telah diserang secara diam-diam oleh si orang tua katai terokmok. karena ini ia jadi gusar dan membenci orang tua licik itu.

Selang sekian lama, Tiong Hoa merasa hawa panasnya mulai lenyap ia mau percaya bahwa ancaman bahaya sudah lewat, Di sebelah depan ia ada sebuah teh lauw atau warung teh, ia lantas bertindak menuju ke sana.

Dari jauh-jauh ia sudah mendengar ramai suara orang bicara dan tertawa. Ketika itu ia pun sudah merasa lapar.

Tiba di warung ia bingung juga, ia melihat semua meja sudah penuh, sebenarnya disamping sarapan, ia ingin mencari orang nya Pouw Liok It, guna mendengar keterangan perihal si orang tua. Disini mesti ada satu atau lebih orang Giam ong Leng. Maka ia berdiri diam sambil mengawasi keseluruh meja, sampai ia lihat pada sebuah meja baru ada tiga tetamu kursi yang keempat masih kosong.

Lekas-lekas ia pergi kesana, ia tidak menghiraukan meski ia menduga ketiga orang itu orang-orang Kang ouw. Mereka itu pada membekal senjata dipunggungnya masing-masing.

Ketiga orang itu mengawasi tajam pada si anak muda, ia ini sebaliknya tak menghiraukannya, ia memanggil jongos dan dengan ramah minta diantarkan barang makanan apa saja yang dapat dipakai mengisi perutnya.

Setelah jongos mengundurkan diri, Tiong Hoa berpaling, Kebetulan sinarmatanya beradu dengan sinarmata tiga orang itu. ia melihat mereka itu mendongkol, ia membiarkan saja. Sambil bersenyum, ia meletaki tangan kanannya diatas meja, tiga jeriji telunjuk, tengah dan manisnya, ia tekuk, sedang jempolnya dibawa kebawah meja. Setelah itu kelihatannya ditekuk hampir bundar. Kemudian lagi, dengan jempol kirinya ia menggeser jempol kanannya.

Untuk orang banyak. itulah gerakan biasa saja dari orang yang lagi luang tempo menantikan disajikannya barang makanan, tetapi ketiga orang itu menjadi kaget, muka mereka berubah.

Senang hati Tiong Hoa. ia lagi mencoba, siapa tahu, ia menerka tepat.

orang yang dikiri lantas menanya perlahan: "Tuan, kau dari cabang mana? Sudah lama kami bekerja diluar, kami jadi belum pernah melihat kau harap tuan suka memaafkan-Apakah tuan membutuhkan sesuatu?" Tiong Hoa bersenyum. "Sebenarnya aku bukan anggota kamu,"

"Ia menjawab, "tetapi aku mempunyai hubungan yang erat, Aku mau minta pertolongan tuan-tuan untuk memberitahukan tuan muda atau nonamu bahwa aku telah datang kemari, ingin aku mendamaikan satu urusan yang penting dengannya."

Orang itu terkejut, lantas dia mengasi lihat roman gusar. "Tuan bukan orang cit chee Moei." kata nya bengis, " kenapa..."

Jangan gusar," kata Tiong IHoa bersenyum, "Kau mau pergi mengabarkan atau tidak. terserah kepada kau, tetapi aku telah mengenali baik roman tuan-tuan bertiga, andaikata dibela kang hari terjadi kegagalan, nanti kita bicara saja didepan tongkee kamu" Tiga orang itu kembali terkejut, mereka saling mengawasi sekarang tidak lagi mereka bergusar bahkan sebaliknya, ketiganya segera berbangkit untuk mengangkat kaki.

Tiong Hoa terus berdiam, Mengingat kacaunya kaum Kang ouw, ia menjadi mendapat perasaan jemu. Hingga tak ingin ia turut terlibat, ia ingin bertemu dengan Pouw Keng untuk menanya apa benar ayah si nona Pouw Liok It, sudah pergi dari Koen-beng dan akan kembali dalam tempo setengah bulan, ia pikir, setelah memenuhi janji pergi ke Hek Liong Thoa, ia mau lantas berangkat ke guha giok Lok Tong di gunung ceng Sia San, guna menyusul Cek In Nio untuk akhirnya pulang ke Kang lam. Ia mengambil putusan akan tidak pusingi diri lagi dengan lain-lain urusan-

Tengah berpikir itu, hingga ia menjadi seperti ngelamun, tiba-tiba Tiong Hoa mendengar suara yang halus sekali seperti suara nyamuk. tetapi yang ia dengar dengan tegas: " orang muda sekali buat apa pergaulan dengan segala kawanan serigala? itulah tak ada faedahnya bahkan sebaliknya bisa mencelakai diri sendiri. Kau telah terkena tangan beracun, jikalau tidak lekas kau obati, didalam tempo tiga hari, jiwamu sukar terjamin lagi."

Tiong Hoa terkejut, ia tahu kata-kata itu diarahkan terhadapnya, Dengan perlahan-lahan ia berpaling, maka ia lihat pada meja tetangga berada sicrang tua berbaju ungu: cie Ie Boe-Eng Tie Sin Hong, yang ia telah ketemukan didepan rumah makanTay Koan Lauw. Orang tua itu ada bersama seorang saudagar umur lebih kurang empat puluh tahun, Dia bicara tetapi dia tidak mengawasi si anak muda. Dia lagi memandang keluar warung teh itu.

Tiong Hoa heran, terutama kenapa orang tua tahu ia telah terluka tangan beracun, dan bahwa lukanya demikian berbahaya, Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya, ia merasa pernapasannya tak wajar, jalan darahnya dipunggung kurang lancar, itulah bukan tanda bahaya hebat. Kenapa orang tua itu mengatakan demikian? Apakah dia mempunyai maksud lain lagi?

Ketika itu jongos datang dengan teh dan kuwe-kuwe. "Ah, biarlah dulu." Tiong Hoa kata didalam hati, ia

tidak sudi dipengaruhi orang hingga menjadi ketakutan sendiri tidak keruan ruan, ia pun lantas mulai makan kuwenya, ia merasakan lezat, maka cepat sekali ia sudah menghabiskannya.

Tidak lama, satu diantara ketiga orang tadi muncul didepannya, Dia datang dengan terburu-buru, dia berdiri untuk membungkuk dengan kedua tangannya dikasi turun.

Dia kata perlahan- "Nona sudah sampai, tetapi tempat ini bukan tempat pertemuan yang cocok, maka nona memesan untuk berbicara didalam kuil San Sin Soe digunung Pek Kee San, inilah guna menjaga mata lain orang. Aku yang rendah akan pergi duluan." Habis berkata, orang itu berlalu dengan cepat.

Tiong Hoa mengangguk dengan perlahan- Ketika ia menoleh, ia melihat Tie Sin Hong sudah tidak ada, entah kapan berlalunya orang tua itu. ia menjadi kagum, Kata ia didalam hati: rpantas dia dijuluki cie IeBoe Eng, memang dia sangat gesit, baju ungunya itu seperti tanpa bayangan-"

Dengan tenang Tlong Hoa membayar uang pada jongos, terus ia keluar dari warung teh itu, ia menuju kepintu kota barat, dari mana lantas ia melihat gunung Pek San berdiri tegak. sekarang ia bertindak dengan cepat, maka dilain saat ia sudah melihat sebuah bangunan dengan tembok merah, itulah dia SanSinsoe, kuilnya malaikat penunggu gunung.

Tiong Hoa tidak mau lantas memasuki kuil. Begitu sampai, ia lompat naik keatas sebuah pohon besar didepan kuil itu. Dari situ ia memandang kearah kuil, ia melihat pembawa kabar tadi lagi berdiri di depan pintu, romannya taksabaran, matanya celingukan, ia jadi heran, kecurigaannya lantas timbul. Tapi ia tidak takut, bahkan ia segera lompat turun, untuk menghampirkan sampai didepan sekali orang itu.

Orang itu terkejut, ketika dia mendengar suara angin,

^atu orang bagaikan bayangan segera berada didepannya. Syukur si anak muda mengawasi ia dengan wajah tersungging senyuman manis. Mulanya kaget, dia lantas menjadi girang, ia tertawa. "Nona lagi menantikan didalam kuil," katanya, Silahkan masuk"

Sambil mengawasi dengar suara "Hm" Tiong Hoa berjalan masuk. la bertindak tetap dan kepalanya diangkat. Diruang dalam ia melihat meja dengan sin-kam yang memakai gorden. Didalam sin-kam itu ber cokol sebuah patung orang dengan berkepala ayam. Ruang sunyi dan guram, Tak ada siapa juga disitu.

"Ruang ini kosong, Mana nonamu?" ia tanya pengantarnya sambil dia menoleh kebelakang. "Nona berada diruang belakang, di-pekarangan dalam." sahut orang itu.

Tiong IHoa bergerak sebat, ia lompat memasuki pintu samping kiri dari sinkam itu.

Ia mengasi dengar seruan perlahan ketika ia tiba didalam dimana ia berhenti

bertindak secara tiba-tiba. ia melihat seorang usia pertengahan dengan baju hijau lagi berdiri dirumput yang hijau, romannya jumawa kepalanya mengawasi langit, Disamping orang itu berdiri seorang cantik berbaju merah. sinar matanya tajam dan galak. ia mendongkol melihat tingkah orang itu. Tiba tiba ia memutar tubuhnya menyambar lengan pengantarnya. "Mana nonamu?" ia tanya bengis. "Kenapa kau menipu aku?"

orang itu, kaget dan kesakitan- Keras cekalan sianak muda, Keringatnya lantas meleleh keluar.

"Aku... aku... aku..." katanya susah, matanya mengawasi orang baju hijau itu.

Orang jumawa itu kaget, ia agaknya mau bertindak menolong tetapi si cantik mendahului dia. Kata si cantik tertawa: "Kenapa kau begini tidak sabaran? Bukankah kau hendak menemui nona kamu?" sembari berkata begitu, matanya memainkan secara centil.

Orang baju hijau itu gusar, dengan bengis dia mengawasi si cantik, alisnya ter-tekuk naik.

Tiong Hoa mengawasi dua orang itu. ia percaya mereka suami isteri atau sedikitnya tunangan satu pada lain- ia melepaskan cekalannya, hingga si pengantar lantas roboh, ia kata dingin- "Aku yang rendah mau bertemu dengan nona kamu, Kita sudah pernah bertemu setengah muka satu dengan lain." Mendengar itu si cantik tercengang sedang si baju hijau menjublak. Keduanya heran sekali.

Kemudian si cantik tertawa.

"Bicaramu." kata dia. "Apakah itu artinya bertemu setengah muka?" ia terus tertawadengan centil.

Tak senang Tiong Hoa dengan lagak orang itu" Tapi ia menjawab juga, dengan tawar: " itulah sebab ketika aku bertemu dengan nona kamu, dia lagi memakai topeng, hingga aku tidak dapat melihat wajahnya yang asli Bukankah itu berarti setengah muka? Apakah yang aneh?" wanita itu mengangguk.

"Tak heranlah kalau begitu," katanya, "Mau apa kau bertemu dengan nona kami?"

"Dengan nona kami, itu dia menyebut lie- siauwtongkee," sedang tuan mudanya mereka itu panggil siauwtongkee." "Aku perlu bicara sendiri dengannya."

Wanita itu tertawa.

"Ingin aku memberitahukan kau," kata dia, "Lie- siauwtongkee mempunyai urusan, ia sudah pergi meninggalkan Inlam, didalam tempo dua atau tiga hari ini, ia belum tentu bakal kembali, maka jikalau kau mempunyai urusan, apa tidak sama saja kau memberitahukannya padaku?"

Tiong Hoa menduga Pouw Kicng pergi untuk mengantarkan Cek In Nio ke ceng Shia San-ia menjadi bersangsi, Urusan Hoei Liong piauw Kiok perlu memberitahukan nona itu atau saudaranya, Kemudian la pikir: Mereka itu mau saling bunuh, perlu apa aku campur tahu?"  Meski begitu, la sangsi buat bicara dengan dua orang ini maka ia kata. "Kalau nona kamu tidak ada, tidak dapat aku bicara, Aku meminta diri saja." ia lantas memutar tubuh, untuk berlalu.

Mendadak si baju hi^au berlompat, untuk menghadang didepan orang.

"Tuan, tinggalkanlah pesanmu" katanya dingin, "Kalau tidak. jangan harap kau dapat keluar dari kuil ini "

Tiong Hoa bukan marah, sebaliknya ia tertawa lebar. "Kamu mau berlagak?" tanyanya, "Kamu harus

ketahui, suka aku datang, aku datang, suka aku pergi, aku pergi Dapatkah kamu menahan aku?" Orang itu tertawa seram.

"Biarnya kau tidak mengatakan tuan, aku tau apa yang kau sampaikan itu" katanya, mengejek "sebenarnya beruntung kau dapat berlalu dengan masih hidup Hoei Liong Mauw Kick Apakah hendak menimbulkan onar didepan nona kami?" Tiong Hoa heran-

"Kalau begitu mereka ini bukan orang cit chee Moei..."

Selagi si anak muda berpikir begitu orang baju hijau itu menoleh pada si cantik dan kata keras: "Orang ini tidak dapat dibiarkan hidup terus, dibelakang hari dia dapat menjadi bahaya besar "

Si cantik itu agak bersangsi. Dari sakunya ia mengasi keluar satu giok-ceng, alat tetabuhan yang bertali tiga belas lembar, panjangnya satu kaki, ia rangkul itu dengan tangan kirinya, dengan jeriji-jeriji kanan yang halus, hendak ia mementilnya. Tiong Hoa heran, ia mengawasi.- Si baju hijau gusar, matanya bersinar bengis.

"Adik, mengapa kau tidak lantas turun tangan?" dia menegur, keras. Alis nya si nona mendadak bangun, dua buah jarinya terus ditaruh diatas tali giok Ceng itu.

Si baju hijausudah lantas lompat mundur sampai lima tombak. kedua tangannya di pakai menutupi kedua telinganya.

Segeralah terdengar tali alat tetabuhan itu berbunyi nyaring, hanya iramanya tidak keruan, sebaliknya Tiong Hoa terkejut, mendadak ia merasa telinganya ketulian dan kepalanya pusing, darahnya seperti berjalan bertentangan.

"Ilmu sesat apa ini? Kenapa begini liehay?" pikirnya, Dengan lantas ia memusatkan pikirannya, hingga ia menjadi bebas dari gangguan suara aneh itu. Si muka hijau menjadi pucat mukanya. Dia nampak semakin bengis.

"Adik, kenapa kau tak bersungguh-sungguh hati?" dia berseru, separuh membentak.

"Mari serahkan giok-ceng padaku" Aku mesti bikin dia mampus" Dia lantas lompat kesisi si cantik, tangannya diulur guna merampas alat tetabuan yang luar biasa itu. Si cantik bergerak dengan lincah, ia menyingkirjauh tujuh kaki.

"Apakah artinya perbuatanmu ini?" ia tanya. tertawa, Giok-ceng lni milik guru kita. Mana dapat kau menggantikan kau?" Ia tertawa tetapi nyata ia gusari.

Muka si baju hijau menjadi pucat, ia tahu pasti, si nona tergiur oleh ketampanan Tiong Hoa, hingga dia tak tega menurunkan tangan jahat, ia mendongkol bukan main-

"Toh dia ditakdirkan mampus" katanya sengit, "Tanpa giok-ceng ia bakal mampus juga" Habis berkata begitu ia menyerang Tiong Hoa dengan Pek Khong ciang pukulan udara kosong yang lihay sekali.

Si anak muda menjadi mendongkol berbareng kaget dan heran, ia merasakan sambaran angin yang halus seperti yang dia rasakan didalam kuil, hanya ini halus- halus keras, jadi itulah sama seperti bokongan si orang tua yang tubuhnya katai dan gemuk.

Tanpa merasa ia menjadi gusar. Maka ingin ia menyambut dengan kekerasan- Akan tetapi, baru ia mau mengangkat tangannya, atau dari sisinya datang serangan yang membikin serangan sibajuhijau lenyap sendirinya hingga dia melengak.

Berbareng dengan-itu, disitu muncul dua orang lain, yalah Tie Sin Hong bersama seorang muda berbaju putih, yang ia baru pertama kali ini melihatnya.

Anak muda berbaju putih itu tampan tetapi wajahnya dingin alisnya mengerut. ia nampak, bengis ia memandang Tiong Hoa sekelebatan, lantas ia mengawasi si cantik, Si baju hijau gusar melihat si orang tua.

"Kau siapa?" dia membentak " Kenapa kau campur tahu urusan kita ini?" Tie

Sin Hong tertawa menyambung teguran itu. "Kau tidak kenal aku si orang tua, aku sebaliknya

kenal kamu" kata dia tenang "Kau lah yang dipanggil Lick cie Kiam Yong Thian Hoei dan itu budak-hina berbaju merah yang disebut Giok-ceng Sian-coe MauwBoen Eng Harus ditertawakan Pouw Lick It, dia nampak demikian pintar dan bijaksana, dia tak dapat melihat hati kamu yang sebenarnya, kamu yang berhati lain, berbuat lain"

Si cantik gusar sekali dikatakan budak hina, tanpa menanti orang berhenti bicara, dia sudah lompat maju seraya mendamprat dengan lima jari tangan kirinya ia menjambak pundak orang tua itu.

Si anak muda berbaju putih tertawa se-enaknya, sebelah tangannya diulur untuk menyambut serangan nona itu.

Mauw Boen Eng kaget, lekas-lekas ia menarik pulang tangannya, kedua kakinya menjejak tanah, untuk lompat mundur lima kaki, ia tidak gusar hanya tertawa manis.

"Eh, kau bikin apa ini?" ia tegur pemuda itu. "Akutoh tidak mengganggu kau? Kenapa kau turun tangan?"

Yong Thian Hoei gusar, dia maju dengan berlompat, segera dengan dua tangannya, yang semuajerijinya dibuka, dia menyerang sinak muda berbaju putih itu.

Si anak muda tidak mundur, sembari tertawa, ia mengajukan kedua tangannya, ia tidak berkelit, ia justeru menyambut buat membarengi menyerang. Dengan sepuluh jerijinya ia mencari sikutnya sibajuhijau itu.

Yong Thian Hoei membatalkan penyerangannya, habis itu. ia menyerang pula, maka itu keduanya lantas bergebrak. bahkan cepat sekali, belasan jurus sudah dikasi lewat. Kelihatan mereka berimbang.

Giok- ceng Siancoe menonton pertempuran itu, jeriji tangannya diatas alat tetabuannya, siap untuk mementil sembarang waktu.

Tie sin Hong menoleh kepada Tiong Hoa. sembari tertawa ia kata: "Kau telah di bokong Wie Tiang Bin menggunai tangan jahatnya yang dinamakan Lok Hap im ciang, karena tenaga- dalammu mahir, kau dapat bertahan, tetapijlkalau barusan kau lancang mengeluarkan tenagamu menangkis serangan si baju hijau, kaubisa roboh hingga jiwamu terjamin pula..."

Tiong Hoa menunjuki roman bersyukur

"Tie Loocianpwce, terima kasih banyak-banyak untuk pertolongan loocianpwee," kata ia. "Tapi baru Liok Hap im ciang saja belum tentu dapat merampas jiwaku." Jago tua itu heran hingga ia tercengang Tapi lantas ia tertawa.

"Aku tidak sangka bahwa kau kenal aku siapa" katanya, Lantas dia mengasi lihat roman sungguh- sungguh, ia kata pula: "Anak muda percaya dirinya tangguh, itu sebenarnya bagus, meski begitu, tidak dapat orang terlalu sembrono dan membawa pikirannya Sendiri Marilah kasi aku si orang tua periksa nadi kau, untuk mengetahui sampai berapa jauh racun sudah menyerang padamu."

Tiong Hoa bersangsi tetapi akhirnya ia jaga tangan kanannya.

Tie sin Hong meletakijerijinya dinadisi anak muda, setelah ia menekan sekian lama, ia memperlihatkan heran, matanya pun bercahaya.

"Aneh Aneh" katanya seorang diri berulang-ulang. ia bagaikan mendumal. Tiong Hoa pun heran, ia mengawasi orang tua itu.

"Setelah terserang, apakah kau ada makan obat apa- apa ?" tanya si orang tua, ia heran sebab nadi orang berjalan seperti biasa, sedang diwarung teh, ia melihat tegas punggung pemuda itu mengeluarkan keringat dan pada bajunya ada tapak telapakan tangan hingga ia tahupemuda itu terkena serangan Lick Hap im ciang.

Tiong Hoa menggeleng kepala. "Boanpwee tidak makan obat apa juga," sahutnya. Sin Hong bertambah heran, hingga ia menatap pemuda itu. ia melihat roman orang jujur, tak ada sedikit jua tanda dari kepalsuan Maka akhirnya ia melepaskan cekalannya pada nadi orang dan menghela napas, ia kata: "Kau benar, tetapi kau luar biasa sekali, Siapa terkena serangan Wie Tiang Bin, dia tidak dapat ditolong lagi kecuali oleh obatnya Wie Tiang Bin sendiri, atau kalau toh ada obat lain orang, luka itu tak dapat disembuhkan dalam satu hari atau satu malam, sekarang ini lukamu sembuh cepat luar biasa, aku si orang tua sangat tidak mengerti..."

orang tua ini heran karena ia tak tahu Tiong Hoa sudah makan obatnya Thian Yoe Sloe serta buah pipa, Pil Pouw Thian Wan guna menambah kekuatan, dan buah pipa buat membas keracunan-

Mendengar perkataan si orang tua, Tiong Hoa cuma bersenyum.

Pertempuran antara si anak muda berbaju putih dansibajuhijau berlangsung terus, Si baju putih bergerak lincah tetapi tak pernah merenggangkan diri. Dia main rapat.

Si baju hijau sebaliknya saban-saban menggunai enamjeriji dari kedua tangannya, jeriji tangannya itu mirip ujung pedang.

Lantas datang saatnya si baju putih menyerang dengan tipu silat "Merobohkan genta emas." Tangannya dari bawah meraup keatas.

Si baju hijau terkejut, Nampaknya itu pukulan sederhana, tetapi dia kena dibikin terhuyung dua tindak ke belakang, kalau tidak. tentulah dia sudah roboh.

Karena ini dia jadi sangat gusar, romannya menjadi bengis sekali. Ketika ia mengangkat tangannya, tangan itu berwarna merah lalu berubah menjadi hitam.

Melihat demikian, si nona baju merah lompat kedepan, ia menyambar tangan Yong Thian Hoei, untuk ditarik. untuk memisah kan mereka, lalu ia mengawasi bergantian pada si baju putih dan Tiong Hoa.

"Sudahlah, Yong-jie" dia kata tertawa kepada kawannya itu.Beberapa orang itu paling lama akan hidup tak lebih daripada tujuh hari lagi Kita masih mempunyai urusanpeting, biarlah mereka hidup selama beberapa hari itu"

Kelihatannya Yong Thian Hoei takut-takut pada si nona, ia bersuara, "Hm" terus tangannya yang dapat berubah-rubah itu dikasi turun-Si anak muda berbaju putih tertawa tawar. Tak nanti katanya, mencemooh.

Si nona melirik centil, terus dia kata, tertawa: "Biarlah mulutmu tajam" Kemudian ia berlompat kepada orangnya yang tadi di robohkan Tiong Hoa untuk menotok membikin orang itu terbinasa. Selelah mana ia lompat kembali ketempatnya berdiri.

Disini ia tidak berdiam lama, berama-sama sibajuhijaudia lompat tinggi, untuk melewati tembok guna mengangkat kaki.

"Kemana kamu mau pergi?" membentak si baju putih seraya dia meluncurkan kedua tangannya kearah mereka itu.

Si nona tertawa, tangannya dikibaskan ke belakang, untuk menangkis. tubuhnya sendiri bersama tubuh si baju hijau melesat terus, maka dilain saat lenyaplah mereka diluar tembok. Si baju putih penasaran, matanya bersinar dia lantas lompat menyusul.

Si orang tua memandang Tiong Hoa, dia kata: "

Wanita itu kejam, untuk mencegah

rahasianya terbuka, dia tak mau meninggalkan mulut hidup Dibanding dengan aku si tua, dia menang tiga bagian"

Tiong Hoa heran hingga dia melengak. "Apakah mereka tidak kuatir kita nanti pergi ke Hek Liong Thoa untuk membuka rahasia Hoei Liong Piauw Kick?" ia tanya.

Tie Sin Hong tertawa. "Apakah kau masih belum jelas akan duduknya kejadian?" kata ia. " inilah sulitnya Kalau kau bicara dengan Pouw Lick lt sendiri, Tapi..." Tiba-tiba diluar tembok terdengar b entakkan bentakan nyaring. "Mari kita lihat" kata Sin Hong, yang terus lompat keluar. Tiong Hoa menurut, ia menyusul dengan segera.

Tiba diluar maka mereka melihat lima orang dengan pakaian hitam lagi mengurung si anak muda berbaju putih, senjata mereka semua berkilauan disinar matahari. Si anak muda nampak sangat gusar, dia menjadi bengis sekali, Baju putihnya berkibaran tak hentinya.

Lima pengeroyok itu berkelahi secara teratur, Lantas terlihat yang dua menyerang berbareng, yang satu dengan jurus Bunga saiju menutup kepala, yang lain dengan Gelombang bersusun-susun- Tiga yang lain membarengi menyerang dari belakang.

Tiong Hoa berkuatir juga, ia melihat lima orang berbaju hitam itu bukan sembarang orang. Tapi si orang muda berani dan tabah, ia berkelit dari serangan belakang itu, tangan kanannya menyambar jalan darah klok-tie dari yang satu, kaki kirinya menendang yang lainnya.

Celaka orang hitam yang dikiri itu, Dia tersambut tendangan telak. lengannya berbunyi dan patah, sambil menjerit dia roboh terpelanting tujuh kaki, rebah ditanah, dia berkosera n, darahnya mengucur mulut nya terus merintih- rintih.

orang yang dikanan kena tertangkap lengannya, karena kena ditarik. tubuhnya terjerunuk. maka enak saja dia disambar dengan hajaran tangan kiri. Dia menjerit ter-tahan, kepalanya pecah. darahnya muncrat. setelah itu tangannya disampar hingga tubuhnya terpental lima tombak.

Hebatnya kesudahan itu membikin tiga musuh lainnya tercengang,

Tie sin Hong mengerutkan alis, kata dia perlahan: "Hari ini aku melihat orang yang kedua yang terlebih telengas dari pada aku si orang tua..."

Tiong Hoa melirik orang tua itu, "Tie Loocianpwce, siapakah dia?" ia tanya perlahan. Sin Hong mengawasi anak muda berbajuputih itu ia menggoyang kepala.

"Aku juga tak tahu asal usulnya," dia menyahut^ "Aku cuma tahu dia she Kwat. Kita bertemu ditengah jalan, lantas kita berjalan bersama-sama mereka selama seratus lie lebih. Dibanding dengan aku, dia terlebih tawar, orang tanya dia dua patah, dia menyahuti satu patah. coba aku masih bertabiat seperti waktu aku masih muda dulu, tentu aku sudah tantang dia menguji kepandaian-"

Tiong Hoa heran mengetahui orang tua ini tak kenal baik kawannya itu, meski begitu, ia tidak menanya melit. Si baju putih mengawasi tajam ketiga musuhnya yang pada berdiam itu, lalu ia menghampirkan mereka, jalannya setindak demi setindak. Mereka itujeri, mereka mundur tindak demi tindak juga. Maka itu suasana itu waktu sangat tegang.

Mendadak saja, si bajuputih berlompat maju, gerakannya cepat luar biasa. Sambil maju itu, tangan kirinya mengibas.

Luar biasa kesudahannya itu, Senjata semua musuh itu pada terlepas dan terpental.

Masih si baju putih maju, sekarang tangan kanannya yang bekerja, ia menotokjalan darah hian-kie orang yang ditengah, tangan kirinya menotokjalan-darah hok-kiat orang yang disebelah kiri. Menyusul itu, tubuhnya bertempat tinggi, kaki kanannya melayang ke pelipis, hingga orang yang di sebelah kanan turut roboh juga.

Hingga sekejap itu dibelakang kuil digunung Pek Kee san itu. rebah malang melintanglah enam mayat orang- orang jahat, semuanya mandi darah.

Habis itu si bajuputih berseru keras. Baru kemudian dengan sabar, seperti tak terjadi sesuatu, ia bertindak menghampirkan Tie Sin Hong dan Lie Tiong Hoa. ia melihat mata dua orang itu bersinar kegusaran, mendadak sikapnya kembali tenang.

Ketika ia membuka mulutnya, suaranya dingin. ia tanya: Tie Loosoe, apakah kita pergi sekarang ke Hoei Liong Piauw Klok? Tie Sin Hong tertawa tawar.

"Mustahil Wie Tiang Bin demikian tolol hingga dia mau menjublak terus d is ana?" sahutnya. "Pasti siang-siang dia sudah mengangkat kaki Atau kalau dia benar ada, dia tentulah ada bersama-sama Yong Thian Hoei dan MauwBoen Eng. Meskipun kau lihay, Kwat Siauw-hiap. tak nanti kau sanggup bertahan untuk suara dahsyat coei-hoen Mo Im dari giok Ceng nona itu, Menurut aku si orang tua, baik tak usah kita pergi kesana Kita jangan kuatir yang mereka nanti sudi memberi ampun kepada kita.."

Sepasang alisnya si baju putih terbangun, "Hebat Tie Loosoe menyebut suara

giok-cengnya wanita itu" kata dia dingin, "Menurut aku, sebaliknya, tak nanti dia dapat bertahan untuk satu kali hajaranku Kenapa barusan dia tidak berani menggunakannya?" Dengan sinar mata yang mengandung arti, Sin Hong mengawasi kawan itu.

"Itulah sebabkan dia tergiur untuk ketampanan kau, Kwat Siauwhiap." ia menjawab "Tak tega dia menurunkan tangan jahat terhadapmu Apakah siauwhiap tidak melihat permainan sinar matanya yang sangat tajam itu? sinarnya itu dapat mengacaukan pikiran-

Sinar mata si bajuputih nampak tawar, terus ia balik memandang Tiong Hoa, ia kata: "Bukankah Tie Loosoe mengatakan tuan ini telah terkena pukulan Liok Hap Im ciang dari Wie Tiang Bin? Bahwa tanpa obatnya Wie Tiang Bin sendiri, sahabat ini tidak bakal dapat disembuhkan? Maka maulah aku mencoba sebenarnya bagaimana liehaynya tangan beracun dari Wie Tiang Bin itu"

Tie sin Hong bersenyum. "Dalam hal ini yang diluar dugaannya yalah tuan ini mempunyai tenaga dalam yang mahir luar biasa, ia menjawab, "ia dapat sendirinya mengusir keluar racun dari dalam tubuhnya, hingga sekarang ia tidak terancam bahaya apa juga. Kamu berdua, tuan-tuan, dikemudlan hari, kamulah jago-jago yang akan sama kesohornya.

Anak muda itu berpikir sejenak, lalu dia tertawa dan kata: "Tie Loosoe, kelak di kemudian hari, tak suka aku menjadi orang yang nomor dua..." Dari romannya pemuda ini seperti memandang rendah kepada Tiong IHoa.

orang she Lie itu sabar seperti biasa, sama sekali tak ada pikirannya buat berebutan nama besar, sebaliknya dengan tenang ia minta keterangannya Sin Hong tentang Yong Thian Hoei dan MauwBoen Eng, yang mungkin bakal berontak terhadap Pouw Llok It.

Sin Hong mengangguk. " Kejadian bukan berbatas pada mereka berdua saja," jago tua ini kata: "Bisa jadi sekali separuh dari orang-orang cit chee Hoen yang bakal memisahkan diri, Pouw Llok It bersikap terlalu keras, dia bukan cuma mengandali kebaikan hanya juga pengaruh kegagahannya, dia dapat membunuh orang tanpa merasa kasihan, hingga dia menyebabkan banyak orang mendendam, sekarang ini dia menyimpan Lay Kang Koen Houw, kitab itu membikin lebih cepat waktunya perledakan..."

Tiong Hoa terkejut.

“Jadinya loocianpwee artikan sekarang ini Pouw Llok It terancam bahaya besar akan tetapi dia sendiri masih belum mengetahui?" ia tanya.

Tie-Sin Hong berpikir, ia menggeleng kepala.

"Aku menduga demikian-" sahutnya, "Pouw Llok It belum tahu apa-apa. Dia meninggaikan Koen-beng, maksudnya untuk mendapatkan gelang kemala dari Tay in San- Tak senang dia menyerahkan kitab dengan bersahaja, Pihak lawan bekerja diam-diam guna mendapatkan gelang dan kitab. Ada kemungkinan urusan itu akan merupakan bencana hebat untuk Persilatan-.."

Tiong Hoa bergidik sendirinya, ia ber-kuatir untuk Pouw Llok It. ia pun berkuatir untuk Pouw Keng, Bukankah MauwBoen Eng berani menggunai nama nona itu memanggil ianya? Maka itu ia harap Pouw Keng tak lekas kembali dari gua Giok Lok Tong.

Ketika itu si baju putih menanya Tie Sin Hong, Dia menanya sambil tertawa: "Tie Loosoe sudah melakukan perjalanan jauh ribuan lie hingga kau tiba di Koen-beng ini, apakah itu bukan untuk Lay Kang Koen Pouw?"

"Tidak salah, memang aku si orang tua datang kemari untuk kitab itu," sahut orang yang ditanya, yang tertawa tawar, "Di samping itu, aku mempunyai lain urusan yang penting, Aku ingin membekuk MauwBoenThong, keponakan murid yang bercelaka itu, untuk dibawa pulang ke IHicng ciceTo, supaya dia dapat dihukum menurut aturan perguruan- Yang lainnya yaitu aku hendak mendapati serupa barang dari tangannya Pouw Liok It."

"Belum tentu kau akan berhasil mendapatkan itu, loosoe" kata si anak muda dingin.

"Terserah kepada rejeki masing-masing." sin Hong kata. "Kau sendiri juga belum tentu, Kwat Siauwhiap " ia lantas melihat cuaca, lalu menambahkan: "Marilah kita kembali kedalam kota "

Matahari sudah selam kebarat, sinarnya merupakan sinar layung, Burung-burung pun sudah pada terbang pulang ke rimbanya. ooo Malam itu Tiong Hoa rebah diatas pembaringannya tanpa dapat pulas. Waktu sudah jam tiga, Rembulan sedang indahnya. Air sungai oen Hoo yang bergemerlapan. mengalir terus ketelaga KoenBeng ouw. Ditepiannya, cabang-cabang yanglioe bergerak-gerak dengan perlahan, Dua atau tiga buah perahu masih mundar-mandir, apinya berkelak- kelik.

Dihotel Lam Thong, yang duduk nya ditepian timur sungai terlihat dua buah lenteranya dengan apinya memain diantara tiupan sang angin, sedang seorang jongos duduk menyender diloteng, Dia lagi tidur hingga dia tidak melihat dua sosok tubuh berlompat naik keatas genteng didepannya itu. Dua orang itu bergerak sangat gesit.

Didalam kamarnya, Tiong Hoa terus tak dapat tidur, matanya memandang kejendela

dimana sinar rembulan sangat terang, sebaliknya dipembaringan didepannya, Lauw chin dan Sim Yok tidur menggeros: "Dikedua kamar kiri dan kanan, Tie Sin Hong dan sipemuda berbaju putih she Kwat sunyi sekali, rupanya mereka pun sudah tidur nyenyak.

Karena tak dapat tidur, Tiong Hoa menjadi banyak berpikir, banyak yang ia ingat terutama kampung halamannya. Karena itu juga, telinganya mendapat dengar ketika ada tindakan kaki sangat ringan diluar jendela nya. sedang dipintu kamar si bajuputih lantas ada ketukan dua kali dengan jeriji tangan, menyusul dengan dibukanya daun pintu, menyusul pula suaranya pelahan: "Masuk"

Ia heran hingga ia lantas turun dari pembaringannya, guna membuka jendela buat bantuan pihak Tiam chong lompat keluar, Tanpa bersangsi pula dengan gesit, ia lompat naik keatas genteng, ia mencari tempat untuk mendekam dan mengawasi ke jendela sibaju putih, jendela mana dipentang. maka itu dengan bantuan sinor rembulan ia bisa melihat kedalam kamar.

Si bajuputih lagi bicara sambil berdiri dengan dua orang yang baru datang itu. Mereka bicara perlahan tapi ia bisa mendengar

"Touw Siauwhiap." kata seorang, "dengan susah- payah aku si orang she Kiauw dapat mencari tanda-tanda yang ditinggaikan siauw hiap dipelbagai tempat, maka kenapakah siauwhiap sekarang pindah ke hotel Lam Thong ini ?" Tlong Hoa heran-

"Tie Sin Hong memanggil dia she Kwat, kenapa sekarang dia she Touw ?" pikirnya.

Si orang bajuputih menjawab taksabaran "jangan bicarakan segala yang tak penting"

Ada sebabnya kenapa aku si orang she Touw pindah kemari, sekarang silahkan Kiauw Loosoe tuturkan, bagaimana hasil penyelidikan loosoe?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar