Bujukan Gambar Lukisan Jilid 20

Jilid 20 : Tiba di Kun-beng, ibukota In-lam yang indah 

Matahari pagi memancarkan sinarnya di jalanan besar

umum Barat daya Tin-leng, itulah jalan untuk masuk

kewilayah propinsi Inlam. Di tepian situ ada hutan, ada jurang, ada air tumpah juga. Tempat berbahaya tetapi pemandangan alamnya permai. Muncratnya air tumpah seperti menerbitkan kabut.

Justeru itu dari tepi jalanan tepian gunung yang tinggi teriihat belasan orang lompat turun bagaikan bayangan bergerak, Tiba dijalan umum, satu diantaranya seorang tua yang jangkung, lantas berkata:

"Sebentar rombongan Tay In San bakal lewat disini, jagalah supaya satu pun tak ada yang lolos Siapa alpa -- Hm Hm dia bakal dikutungi tangan dan kakinya Aku si orang tua kata-kataku merupakan undang-undang, tak dapat aku memberi keringan"

Orang tua itu berambut putih beralis tebal, matanya sangat tajam dan bengis, Pada dua buah telinganya, dia memakai anting-anting emas yang besar, yang berkilauan di sinar Sang Surya.

"Tongkee" berkata seorang, ^Bagaimana jikalau Ok- coe-pong Liap Hong bersama orang-orangnya datang mengganggu? jumlah kita pastilah tak cukup..."

Mata si orang tua berkredep.

"Liap Hong berani merintangi aku? IHm." dia kata nyaring, "Aku " Perkataannya orang tua yang bengis ini berhenti dengan tiba-tiba. Dari samping jalan lainnya, dimana ada tanjakan tebing, datang suara tertawa seram serta kata- kata ini: "Kie soen, kau jangan bermimpi orang sudah mengambiljalan mutar melewati Hong-cauw-sie menuju ke see Coe Nia. Kamu menanti sampai besok pun akan sia-sia belaka"

Suara itu sangat nyaring sekali sebab di keluarkannya dibantu dengan dorongan tenaga dalam yang mahir.

Si orang tua bengis itu, yang dipanggil Kie soen, mulanya terkejut, terus dia menjadi mendongkol akan tetapi dia tidak mengumbar kemarahannya. sebaliknya, dia tertawa nyaring, nadanya dingin.

Tertawanya itu berkumandang jauh, Kemudian dia mengangkat kepalanya dan berkata keras: "Liap Hong, tak dapat aku si tua terjatuh kedalam akal muslihatmu. Mana dapat kau memancing pergi padaku supaya kaulah yang nanti mendapat untung? Ketahui olehmu, segala apa aku sudah atur selesai jikalau kau berani menghalang-halangi aku, maka kau bakal mati tanpa tempat kuburmu"

Kata-kata terkebur itu tidak lantas mendapat penyahutan, Adalah kemudian:

"Kiesoe," demikian penyahutan itu. "Kau tidak percaya aku maka jangan nanti kau sesaikan aku tidak menjalankan aturan Kang ouw. Aku Ok Coe Pong Liap Hong, telah lama aku memperoleh nama sebagai orang yang pintar dan banyak akalnya, akan tetapi aku masih kena dipermainkan si bangsat tua sin Kie Lo Leng Tek. bahkan hampir aku kena terbekuk dia. jikalau aku telah tidak berdaya, apa pula kau? Kau mengejar, kau mengatur daya, tetapi kau gagal. orang bermata awas, orang dapat melihat, mustahil orang mesti lewat ^uga di Hong-cauw-sie ini, tempat yang berbahaya? Hm"

Diam-diam Kie soen terkejut.

"Liap Hong benar juga," pikirnya, "Tapi tak dapat aku berhenti sampai disini" hanya ia heran: "Liap Hong pun ingin mendapatkan gelang kemala Dia tahu rombongan Tay In san sudah lewat, mengapa dia memberitahukan itu padaku?"

Karena ini, ia kata nyaring: "Kaujangan main gila di depanku Kalau kau benar ketahui orang sudah lewat, mengapa kau tidak mengejar mereka ? Mengapa kau masih punya kelebihan tempo untuk memberi kabar padaku?" orang diatas itu tertawa lama.

"Aku Liap Hong, tidak biasanya aku melakukan hal yang tak ada gunanya " kata nya pula, " Kenyataannyayalah kita berdua saban-saban menubruk tempat kosong, maka itu, haruslah kita menggunai pikiran, Kau toh mengerti, beragam kita hasil, berpencar kita rugi, maka itu, ingin aku kita bekerja sama. Dari see Coe Nia sampai di seng-keng kwan, pihakBoeTong mengumpulkan orang-orang piliha ya guna menyambut tibanya rombongan In san.

Diantara orang-orang undangannya itu, ada dua orang Ceng shia Pay dan Tiam Chong Pay, bahkan ada juga pendeta dari siauw Lim Pay Mereka itu bertekad mesti dapat Lay Kang Koen Pouw menjadi warisan Thio sam Hong, pendiri dari Boe Tong Pay, dari itu untuk mendapatkannya, pihakBoeTong Pay perlu mendapatkan juga gelang kemala itu, Coba kau pikirkan, mudahkah kita bekerja?" Liap Hong berhenti sebentar, lantas dia menambahkan "Di jalanan ke seng- keng- kwan itu juga ada penjagaan dari lain rombongan, yaitu rombongannya Liong Hoei Giok kepala dari siewie istana, inilah kau harus ketahui Aku telah bicara lama denganmu, sekarang terserah kepadamu sendiri, suka dengar baik, tak suka dengar masa bodoh. Baik kau ketahui juga, disaat ini rombongan Tay Kin san itu lagi berada dihilir sungai Tay Pang Hoo dimana mereka jalan ngitari bukit. Nah sekian saja, sekarang aku mau menyusul kesana supaya aku tidak sampai ketinggalan mereka."

Lantas sunyilah atas jurang itu.

Kedua matanya Kie soen berkeredepan, otaknya bekerja.

"Teranglah sudah Liap Hong hendak menggunai aku sebagai alat, supaya akulah yang merintangi rombongan Tay In san itu," pikirnya. "Dia mau melihat kita kedua pihak rusak bersama, lalu dia yang muncul akan menerima hasil tanpa bekerja. Hm Dia memikir yang tidak-tidak. dia bermimpi Tapi tentang keterangannya ini lebih baik aku percaya..."

Maka ia lantas memberikan perintahnya: "Gouwsioe Po, lekas kau mengabarkan semua pos untuk mereka semua pindah kejalan Ceng-liong di see Coe Nia sedang yang lainnya mesti menyusul ke hilir sungai Tay Pang Hoo"

Seorang menyahuti, lantas dia berangkat dengan diturut rombongannya. Dengan berlompatan mereka lari kesisi air tumpah.

Masih sekian lama Kie soen berdiri diam disitu, baru dia menjejak tanah dengan dua kakinya, untuk berlompat tinggi, itulah lompatan "Naga membuka langit." Ketika dia memutar tubuh, dia lari keatasan air tumpah disana dia menghilang dengan cepat.

Tidak lama maka dijalan umum disitu terdengar tindakan kaki kuda yang berlari-lari keras. suara berisik yang tak melenyapkan suara derap kuda itu. segera juga terlihat

seorang penunggang kuda mendatangi bagaikan terbang. Ketika itu udara mendung mau turun hujan.

Tepat dia sampai ditempat dimana barusan Kie soen berdiri penunggang kuda itu menghentikan binatang tunggangannya. si penunggang kuda mengangkat kepalanya, melihat keatas, kekedua tinggijurang, lantas mulutnya mengasi dengar siulan yang nyaring, yang mengalun diudara.

Menyambuti siulan itu, dari atas jurang terlihat seorang berlompat turun. Dia berkepala besar bertubuh kecil, kepalanya tak ada rambutnya, Dia pun sudah berusia lanjut, dia tidak memelihara kumis. si penunggang kuda lompat turun dari kudanya.

"Soen Loosoe," kata si orang tua, tak usah lah kita pakai adat kehormatan. Aku ingin dengar kepastian apa benar-benar rombongan Tay in san sudah tidak melewati Hong-cauw-sie hanya jalan mutar?"

Orang she soen itu, si penunggang kuda, memang soen Loen Teng. Dia sudah di bilangi untuk jangan berlaku hormat tetapi tidak urung dia merangkap kedua tangannya. Dia menjawab:

"Liap sancoe tidak keliru Lo Leng Tek sangat cerdas, mana dia mau mengantarkan diri kedalam mulut harimau? Meski dia katanya jalan mutar tetapi belum tentu jalan mana yang dia ambil dengan pasti. Dia menggunai tipu daya bersuara di timur menyerang d iba rat, dia main siasat yang membingungkan orang, sampai orangnya sendiri ada yang kena dibikin seperti terbenam didalam kabut..."

Orang tua gundul itu berkerut alisnya, "Soen Loosoe, kau jadinya tak berdaya mengikuti Lo Leng Tek ?" katanya, " Habis sekarang loosoe mau ambil jalan yang mana?"

Soen Loen Teng tertawa sedih, "sekarang ini aku telah dicurigai," sahutnya masgul "sekarang ini aku lagi diawasi Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him. Menurut dugaanku, Lo Leng Tek meng ambil jalan Long-tay menuju ke soan- wie, buat mutar melewati seng- keng-kwan. "

Liap Hong mengawasi orang, dia tertawa dingin. "Aneh sekali, soen Loosoe." kata dia. "Dengan

kepandaian kau ini, kenapa kau bolehnya jeri terhadap si tangan satu itu?"

Mukanya Loen Teng menjadi merah, beberapa kali bibirnya berkutik tetapi suaranya tak keluar, sebenarnya ia mau menanya siapa yang sudah menotok padanya, tetapi ia bersangsi, sebab ia kuatir Liap Hong sendirilah yang menotoknya.

Kalau dugaannya benar dan ia menanya, pasti Liap Hong bakal jadi gusar dan pasti ia bakal dibikin celaka seketika juga, Karena itu, ia jadi berdiam saja. si orang tua terus mengawasi. Kali ini dia tertawa dingin.

"Baiklah, kita bertemu lagi didepan -- di see Coe Nia" akhirnya dia kata, lantas dia lompat pula keatas jurang untuk melenyapkan diri.

Loen Teng terbengong, Kacau pikirannya ia malu dan berduka, ia menyesal kalau ia ingat budinya Loo-sancoe terhadapnya, ia menyesal, karena keliru berpikir, sekarang jamenjadi bercelaka, kedudukannya menjadi serba salah, ia bersangsi kalau-kalau Lo Leng Tek suka memberi maaf padanya. Akhirnya ia menghela napas panjang, terus ia lompat naik

atas kudanya, guna melanjutkan perjalanannya itu.

Dengan sekali cambuk. la membikin kuda nya kabur pula.

Baru Loen Teng pergi jauh, atau dari belakangnya muncul sepasang pria dan wanita yang bertopeng, Keluar dari tempat sembunyinya, mereka ini lantas lompat naik ke- atas jurang untuk melihat keseputarnya. Hanya sebentar, mendadak mereka saling memberi isyarat dengan tangannya masing-masing.

Itulah sebab dijalan besar itu lantas tampak belasan orang, yang dengan berlari-lari pesat semua melewatijalan besar itu, jalan Hong-cauw-sie yang banyak dibuat sebutan.

Hari itu belum tengah hari, dari pintu utara kota Ceng- liong terlihat belasan saudagar dengan masing menuntun seekor keledai yang memuat kantung-kantung kulit terisi obat-obatan, semua menuju ke sungai siauw Poan Kang untuk menyeberang.

Berbareng dengan itu dari pintu barat datang penunggang kuda kabur kearah see Coe Nia. Mereka tidakjalan berendeng atau bersama, hanya terpisah sejarak dua lie satu dari laini

Yang disebelah depan, tangan bajunya yang kanan berkibaran, Yang dibelakang, yalah soen Loen Teng, mukanya kucal sekali sinar matanya lesu.

Cuaca ketika itu suram karena sang awan menutupi sang langit, sang debu dan sang pasir menambah tak jernihnya jagat, Dijalan see Coe Nia itu yang sepi, cuma ada tiga tempat singgah, buat bermalam atau menangsalperut atau membasahkan kerongkongan, jalan besar umum, kedua tepinya merupakan gunung-gunung yang curam.

Selagi penunggang kuda yang disebelah depan itu mengalirkan terus kudanya, tiba tiba ia mendengar siulan nyaring danpanjang, Menyusul itu dari kedua tepijalan besar muncul beberapa puluh orang Rimba Persilatan, dengan romannya berlainan, dengan pakaiannya beraneka ragam, sebab di antaranya ada pendeta, ada imam. satu di antaranya, seorang imam tua bermuka bersih serta berkumis-jenggot terpecah lima, maju menghampirkan si penunggang kuda,

segera juga terdengar suaranya yang nyaring: "Boe liang sloe-hoed sie-coe, sudikah kau menghentikan dulu kudamu? Pintoo ingin meminta sesuatu pengajaran dari sie-coe"

Penunggang kuda itu tidak menahan atau memperlahankan kudanya, dia melarikannya terus.

Imam itu terperanjat ia menggeser ke-pinggir, sambari berkelit itu, sebelah tangan diluncurkan, guna menyambar kuda.

Liehay sekali imam itu. Dia berhasil dengan sambarannya itu, Maka dengan surinya kena terpegang keras, lari kuda itu tertahan, tak dapat dia kabur terus meski empat kaki nya bertokeran untuk meronta-ronta.

si penunggang kuda aneh. Dia rapat mata nya dan terbuka mulutnya, Karena kudanya meronta, dia tergelincir dari punggung kuda, Dalam herannya, si imam menyambar tubuh nya, untuk dikasi turun. Berbareng dengan itu, lagi empat orang berlompat maju, guna menghampirkan. Yang duaya lah imam imam dengan pedang panjang di punggungnya, yang satu seorang pendeta tua yang matanya tajam, dan yang keempat yalah seorang sasterawan dengan baju hijau, usianya pertengahan dan wajah nya bersih.

Begitu dia datang dekat si pendeta memuji sang Buddha sambil menambahkan:

"Too-heng, tan-wat ini telah orang totok tubuhnya bagian yang berbahaya, rupanya itu dilakukan di tengah jalan.,."

"Hoat Hoei siangjin benar " berkata si imam mengangguk. Dia sudah lantas melihat tegas, Bahkan dia tertotokpada anggautanya yang berbahaya hingga tak dapat pintoo menolongnya. Kalau pintoo paksa menotok bebas padanya, dia bakal muntah darah dan itu berarti melekaskan kematiannya. Maka itu tolong siangjin saja yang menolong dia. mungkin dia dapat menerangi gelang kemala itu..." si pendeta bersenyum.

"Hian Hoo Tootiang terlalu memuji loolap." katanya, "Bukankah ilmu kepandaian Boe Tong Pay juga lihay sekali? Kalau tooheng suka mengalah, baiklah, nanti loolap mencoba menyadarkan dia."

Habis berkata, Hoat Hoei siangjin sudah lantas bekerja, sebatnya bukan main. Dengan jari tengah tangan kiri ia me-notok kejalan darah im-taw didada, dengan tangan kanan ia menepukjalan darah beng taen dipunggung.

Hanya sekali saja, orang itu mengasi dengar suaranya, terus ia muntah darah, darah yang merah gelap dan kental dan bau sekali, Ketika menggeraki tangan dan kakinya, terus dia dapat membuka matanya, yang bersinar sangat guram. Dia lantas berkata: ..Aku "

setetah itu dia teklok, tak dapat dia bicara terus, matanyapun rapat pula.

Hoat Hoei siangjin mengerutkan alis, ia mengawasi Hian Hat Tootiang, katanya masgul "Loolap sudah menggunai Tay Poan jiak sian kang, dia masih tak dapat ditolong untuk bicara. Menurut apa yang loolap lihat, dia tertotok mirip totokannya ok Coe Pang Liap Hong. Entah orang ini, dia orang Tay in san atau bukan?"

Ketika itu semua orang sudah merubung, satu diantaranya kata. "Dia memang salah satu pembantu penting dari Tay ln san- coe, Dialah Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him."

"Kalau dia Coei Kiat Him, dia harus dihormati," berkata Hian Hoo, Telah lama pintoo mendengar dia gagah dan keras hati nya, siangjin, silahkan tolong dia lebih jauh." Hoat Hoei bersenyum.

"Kalau tootiang bilang demikian, baiklah," aahutnya. "Maafkan loolap.

seb at pendeta ini, begitu ia berkata, begitu ia bekerja, untuk menotok lebih jauh kepada Coei Kiat Him. ia menotok di-sembilan jalan-darah kie-boen. hokskiat. sia hong, thian hoe, kioe-hwee, th ia n- kie, ciong boen, soe boa n dan khie-hay. itulah sembilan jalan-darah yang tadi Hian Hoo menyebutnya berbahaya.

Semua orang heran menyaksikan keliehayannya si pendeta, semua kagum, Tidak sembarang orang dapat berbuat demikian, sebab salah totok berarti kematian.

Dengan perlahan coei Kiat Him sadar pula, ia memandang heran kepada semua orang yang merubungnya. Kemudian dengan perlahan-lahan ia berbangkit, untuk berdiri Dengan sebelah tangannya, ia terus memberi hormat pada Hoat Hoei.

"Kedua telingaku masih dapat mendengar dengan baik," katanya, "maka itu aku ketahui aku telah ditolong siangjin inilah budi sangat besar, budi yang tak dapat dibalas, dari itu biarlah aku ingat saja untuk selama- lamanya..."

"Coei Loo-soe." Hian Hoo menyela, "Sekarang bukan saatnya kita bicara saja, Pintoo mohon tanya, gelang kemala ada dimana sekarang?" imam ini berduka, alisnya berkerut.

Kiat Him bersenyum tawar.

"Kalau tootiang menganggap aku ketahui itu," sahutnya, "Dapat aku bilang mungkin gelang itu berada pada Kang siauw-sancoe."

Alis si imam makin berkerut, sinar mata nya menandakan ia tak puas. "sekarang dimana adanya Kang siauw-sancoe?" ia tanya pula suaranya dingin-

sungguh jahat si hidung kerbau dariBoe Tong san ini, kata Kiat Him didalam hati, Dia rupanya mau memaksa aku karena budi ini. Hampir ia mengumbar hawa amarah nya, syukur ia dapat menguasai diri, maka ia menjawab dengan sabar: "sekarang ini siauw-sancoe lagi didesak Kie soen hingga tak tahu ia mesti menyingkir ke mana, Menurut setahuku, sekarang siauw-sancoe lagi menyingkir kehilir sungai Tay Pang Hoo, Aku sendiri lagi menjalankan titahnya siauw-sancoe untuk pergi ke Inlam guna memohon bantuannye Cit-Chee-Cioe Pouw Liok It. Tadi aku bertemu Liap Hong, dia telah totok aku untuk memaksa aku membuka mulut, Aku melawan sebisa- bisa. Kebetulan sekali soen Loosoe menyusul, dia bertempur dengan soen Loosoe. Ketika itu aku lompat naik atas kudaku dan kabur, sampai siang-jin menolongi aku."

Hian Hoo terperanjat ia menoleh kepada kedua imam yang membekal pedang.

“Pantas beberapa loosoe yang bertugas di-tempat Kie soen memasang mata belum kembali, pastilah mereka sudah menyusul kehilir Tay Pang Hoo," katanya.

Mendengar itu, Kiat Him heran-

"Oh, kiranya mereka ini mempunyai mata-mata dalam rombongannya Kie soen," pikirnya,

"Sekarang aku mendustai mereka ini, pasti rahasia ini tak dapat bertahan lama, benar Hian Hoo orang lurus tetapi dia kesohor teleng as. Aku terancam bahaya, Tak apa aku bercelaka sendiri, tetapi bagaimana kalau siauw sancoe kerembet karenanya? inilah dosaku tak berampun-..." Maka diam diam ia menggigil sendirinya, Angin pun dingin sekali.

Kedua imam yang diajak bicara oleh Hian HHoo berdiam saja, mereka cuma saling melirik. Tapi selang sesaat, yang satunya kata: "sekarang lebih baik kita menyusul ke Tay Pang HHoo Kalau kita terlambat, ada kemungkinan kita keiinggalan."

"Hm." Hian Hoo mengasi dengar suara nya, dingin, "Apakah soetee mengira aku belum bersedia payung?" Kedua imam itu terkejut. "Maaf, siauwtee tidak tahu..." katanya.

Matanya Hian Hoo diarahkan pula pada Kiat Him, Dia ini merasa tidak enak. keras dia memikirkan akal untuk meloloskan diri Hoat Hoei juga mengawasi orang, lantas dia bersenyum. "Coei Tan- wat, jangan kau mendustakan loolap." katanya, "Apakah keterangan tan-wat barusan tidak ada yang dusta?"

sungguh liehay mata pendeta ini, pikir Kiat Him. ia lekas menjawab, semua itu benar, ia mengasi lihat roman sungguh-sungguh. Pendeta itu tertawa, ia tidak menanyakan.

Melihat demikian Hian Hoo heran, sebagai seorang suci, tak nanti Hoai Hoei menanyakan demikian pertanyaan saja sudah merupakan tanda kurang percaya. Maka ia mengawasi pula Kiat Him. tetapi tetap ia tak melihat suatu apa yang mencurigai.

"Coei sie-coe," ia kata seraya menatap. ia tetap penasaran, Kaulah seorang jujur dan setia kepada tuanmu, pintoo menghormatimu. Karena itu suka pintoo omong terus terang kepadamu. Manusia itu harus dapat membedakan yang lurus dari yang sesat. Pouw Liok It orang Rimba Hijau, meski ia terlebih baik daripada yang lain, dia tetap orang Rimba Hijau juga. Dapatkah dia dipercaya habis? seumpama seorang sakit, walaupun penyakitnya berat, tak dapat dia memakai sembarang tabib. Kami mengerti kesulitan sancoe kau itu, kami suka membantu nya, Kepada Lo Leng Tek juga pintoo sudah bicara suka pintoo menerima siauw-san coe sebagai murid Boe Tong Pay pasti murid bukan imam.

Asal dengan menggunakan gelang kemala dia dapat mengambil Lay Kang KoenPouw, nanti pintoo ajari dia isi nya kitab itu. Tapi Lo Leng Tek menolak, dia berkukuh kepada pendiriannya.

Tentu sekali kami tak berdaya, sie-coe tahu, secara diam-diam beberapa kali sudah kami pernah membantu sancoe kamu dengan menghalang-halangi pihak yang hendak mencelakainya, Kami mengharap Lo Leng Tek mengubah sikapnya, tapi pengharapan kami sia-sia belaka, sekarang ini kami ada seumpama j empa ring diatas busur, sudah ter lanjur tak dapatjemparing itu tak dilepaskan, ingin pintoo jelaskan seka rang, Kami tak nanti merampas gelang itu dari tangan sancoe kamu, hanya dari tangan penjahat, sie-coe harus ketahui, kalau kitab jatuh di tangan orang jahat, sungguh hebat akibatnya nannti, celakalah Rimba Persilatan.

Maka itu sekali lagi pintoo minta, sukalah kan tunjuki jalan yang diambil sancoe kamu itu, supaya kami pergi kesana untuk melindunginya.”

Kiat Him berpikir keras sekali, "Hian Hoo benar, akan tetapi ia masih tak dapat memberitahukan tentang junjungannya itu. "

"Tootiang benar dan aku menghargai itu." kata ia bersenyum, romannya sungguh-sungguh, "cuma didalam hal ini, tootiang tahu satu tidak tahu dua..." Hian HHoo heran hingga dia melengak. "Apakah itu, siecoe?" tanyanya.

"Tootiang benar, tetapi aku si orang she Coei, sebagai seorang sebawahan aku ada keberatanku sendiri," kata Kiat Him sabar, "Aku dibawah perintah aku mesti mendengar perintah, sebagai sebawahan tak dapat aku merubah pikiran sancoejunjunganku itu, "sancoe sendiri berkukuh kepada pesan loo-sancoe. Dan Lo Loosoe, dia bersetia kepada tugasnya untuk melindungi sancoe kami yang muda itu. Loo Loosoe bersedia bersetia mati, demikian juga aku.

Benar tootiang ingin merampas gelang kemala d ari tangan penjahat, tetapi apakah bedanya itu? Gelang kemala pusaka loo-sancoe, tak dapat itu dibikin lenyap. Umpama tootiang yang beruntung mendapatkan itu, tapi dapatkah dijamin siauw sancoe berdiam saja dan tak berdaya pulang dari tangan tootiang ? Tentang jalan yang diambil sancoe kami itu, telah aku terangkan barusan-"

Roman Hian Hoo berubah. Dia agak mendongkol. "Coei siecoe," katanya. "Pintoo bermaksud baik

Mungkinkah perbuatan pintoo ini tak selayaknya ?"

Didesak begitu, mendadak Kiat Him tertawa nyaring. "Totiang." katanya "sekarang ini kitab itu berada

ditangannya Pow Liok It, bukannya tootiang pergi sendiri ke Hek Liong Tham akan minta langsung daripadanya, kenapa tootiang justeru mendesak sancu muda kami ?

Mau apakah tootiang bekerja begini memutar otak ? Dengan tootiang ngotot begini aku kuatir nama Boe Tong san nanti tercemar sebadai tukang paksa orang baik-baik " Hian Hoo melengak. lalu dia menjadi gusar.

"sie coe bicara secara kurang ajar " dia membentak "Kalau begitu terpaksa pinto mesti, turun tangan "

"Siancay " memuji Hiat Hoei siangjin. "Tootiang harap totiang tidak sembarang bergusar. Kewajiban kami sekarang ini, yang paling pentingya ialah mencegah gelang kemala jatuh ditangan orang jahat maka itu, marilah kita bekerja, jangan kita nanti terlambat dan gagal sesudah kasip."

Hian Hoo tetap jago Boe Tong, perlahan-lahan dapat dia menyabarkan diri, bahkan kemudian dia bersenyum.

"Kalau begitu, siangjin-" katanya, "mari kita berangkat ke Tay Pang Hoe" ia mengajak pendeta itu, tetapi kepada Kiat Him, ia kata: "Coei siecoe tolong kau mengantarkan kami, supaya kami tak usah pergi dengan meraba-raba, jikalau kami berhasil tidak nanti kami melupai budi kebaikan kau ini."

Kiat Him menjadi sukar sekali. Tengah ia bersangsi itu, mendadak mereka mendengar suara tertawa seram datangnya tak jauh, yalah dari antara banyak batu disisi jalan besar, semua menjadi heran.

Justeru begitu muncullah orang yang tertawa itu, yang di susul oleh belasan yang lainnya. Dia ber-lompat pesat terus tangannya diluncurkan guna menyambar si orang she Coei, sambil menyamber, dia bersiul nyaring.

Kiat Him dapat bersiap. Dengan tangannya yang satu satunya, ia menangkis, ia menggunai tipu silat "Naga sakti keluar dari lembah." sembari menangkis itu, ia lompat berkelit.

Penyerang itu tidak berhenti karena kegagalannya yang pertama itu, segera ia mengulanginya.

Hoat Hoei siangjin membentak sambil mengibaskan tangan bajunya, guna merintangi serangan orang.

Orang itu liehay, dia dapat menghindari diri dari kibasan si pendeta, Bersama orang orangnya, dia menaruh kaki ditanah, Maka sekarang terlihat dialah seorang tua kepala besar dan tubuh kecil, tanpa rambut kepala dan tanpa kumis atau jenggot, Kawannya itu semua beroman bengis.

Hoat Hoei siangjin kagum untuk liehay-nya orang itu, setelah mengawasi, ia memuji, terus ia menanyai " siecoe, adalah kau Liap sie-coe?"

Matanya orang tua itu memain dengan sinarnya yang tajam, Dia tertawa nyaring.

"Tidak salah, mata taysoe tidak salah" dia menjawab keras, "Aku yang rendahya ialah Ok-Coe-Pong Liap Hong Tidak kusangka bahwa pendeta suci dari siauw Lim Pay juga sudah mencampur tangan didalam keruwetan ini Buat nama baik siauw Lim sie aku yang rendah suka memberi nasihat supaya janganlah taysoe mencampur tahu terlebih jauh "

Hoat Hoei tercengang. Memang sebenarnya ia tak dapat menyetujui sepenuhnya sepak terjang Boe Tong Pay. Kalau ia turut juga. ia malu hati, ia cuma ingat membantu Hian Hoo agar kitab silat itu tidak jatuh kedalam tangan orang jahat, tapi sekarang ia di tegur Ok Coe Pong si Thio Liang jahat. Hian Hoo menjadi gusar.

"Orang dengan mulut berbisa " dia membentak, "Bagaimana kau berani memutar balik kebenaran dari kesesatan? Kenapa kau mencampur baur putih dengan hitam? Pintoo ingin tanya, perlu apa kau datang kemari?"

Liap Hong melengak tertawa nyaring, "Memang Ok- Coe-Pong Liap Hong penjahat besar Rimba Hijau yang biasa mengambil dan membuangnya secara sukanya " kata dia sama nyaringnya, "semua itu orang banyak telah ketahui Hanya..." ia berhenti sebentar, untuk meneruskan dengan tawar : "cuma Boe Tong Pay menempatkan diri dikalangan yang lurus, Boe Tong Pay harus bersih dan tanpa keinginan yang loba dan tamak. harus setiap hari mendoa saja.kenapa sekarang tootiang mempunyai minat merampas barang ? Kenapa tootiang menggunai saatnya orang didalam kesulitan ? Kenapa tootiang menghasut sesama kaum Rimba persilatan untuk membantumu ? Liap Hong orang jalan Hitam tapi tak nanti dia bertindak demikian macam Laginya, Liap Hong juga bukannya menentang kamu Maka sekarang dihadapan orang banyak aku mau tanya Hian HHoo Tootiang, siapa benar siapa salah, siapa putih siapa hitam ?"

Kata-kata yang paling belakangan itu di keluarkan dengan suara lama dan terlebih keras.

Mukanya Hian Hoo menjadi pucat-pasi, ia malu dan mendongkol, Belum pernah ia terhina secara demikian, Dengan kumis berdiri, dia mengawasi dengan bengis. Untuk sejenak. tak dapat ia bicara, Baru kemudian ia menoleh kepada dua imam yang membawa pedang itu. Hanya bersangsi sebentar, kedua imam itu menghunus pedangnya dan bertindak.

Selama berbicara, Liap Hong sudah menyapu semua orang dipihak Hian Hoo itu. ia mendapat perasaan orang tak setuju dengan tindak tanduknya si imam. sebagai seorang licin, tahulah dia bagaimana harus bersikap.

Maka ketika kedua imam itu menghampirkan, ia menyambut dengan tertawa.

"Aku si orang she Liap tidak percaya too tiang berdua berani bertindak sembrono" kata dia. "Mudah untuk memaksa aku bertempur, tetapi sukar untuk dipastikan menjangan nanti roboh ditangan siapa Aku juga hendak menyatakan sayang sekali jikalau nama baik Boe Tong Pay yang sudah ratusan tahun itu diruntuhkan ditangan too tiang berdua" Paras kedua imam itu berubah, tanpa merasa mereka mundur setindak.

Telak serangan Liap Heng kejantung orang ia bicara langsung kepada pihakBoeTong san tetapi sebenarnya ia arahkan itu kepada kepada orang-orang lainnya disitu.

Kata-katanya itu juga berarti ancaman kepada siapa yang berani lancang turun tangan. Mukanya Hian Hoo menjadi bertambah gelap. sulit untuknya mendesak kedua imam itu, ia pun malu untuk maju sendiri. Memang sikapnya itu dapat membikin Boe Tong pay dipandang rendah. ia mendongkol dan menyesal.

Hoat Hoei siangjin sendiri terus berdiam saja, ia bagaikan tengah bersemedhi. Cuma jubahnya yang gerombongan yang memain diantara sampukan sang angin-

Si sasterawan usia pertengahan dengan tangan sebelah memegang kumisnya dan tangan yang lain digendongkan kebelakang berdiri mengawasi sang me.^a sikapnya sangat tenang.

semua yang lain pun turut berdiam sajasebab tak tahu mereka harus mengambil sikap apa.

Selang sejenak. kesunyian itu dipecahkan oleh satu orang dari- rombongan Boe Tong Pay itu. Tiba-tiba dia tanya heran- "Eh, mana Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him? Kenapa dia pergi secara diam-diam?" Maka kagetlah semua orang, kaget saking heran-"susul" lantas terdengar satu suara.

Itulah suara memerintah dari Hian Hoo Toejin, yang masih sempat melihat seorang menghilang diatas jurang. ia lantas lompat mengejar ia melihat orang bertangan satu.

semua imam lantas menyusul, juga semua orang rombongannya itu. Mereka ini telah menerima undangan Boe Tong Pay. biar bagaimana mereka mesti melihat akhirnya urusan-

Melihat kepergiannya Hian Hoo semua, Liap Hong memberi isjarat kepada kawan kawannya, terus ia lari naik keatas puncak. Maka itu sebentar saja mereka kedua pihak sudah tak nampak lagi.

Disitu tinggal Hoat Hoei Siangjin seorang sinar matanya menandakan dia masgul sekali, terdengar dia berkata seorang diri: "Nyata bakal terjadi pula peristiwa Rimba persilatan-.." Dia tidak dapat berdiam lama-lama disitu, ia mengibasi tangan bajunya, untuk lantas mengangkat kaki.

Hingga jalanan umum itu kembali sepi dari manusia.

Selagi sang angin meniup pasir-pasir beterbangan didalam lembah sebuah gunung di Koeicioe Barat, disitu terlihat satu orang dengan tangan sebelah lagi berlari-lari keras.

Terang dia letih sekali, mukanya punpucatsekaii, Meski begitu, siapa melihatnya, akan mendapatkan senyumannya, senyuman puas.

Baru sesaat kemudian, dia mengendorkan larinya, Dia menuju kesebuah kuil kecil disebelah depan, kuil dengan keletakan yang bagus, sebab adanya ditanah rendah dan ketutupan banya kpepohonan siapa tidak datang dekat, tidak nanti dia melihat rumah berhala itu.

orang itu yalah Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him, yang menggunai ketika orang tengah bertengkar sudah mengangkat kaki secara diam-diam, untuk seterusnya lari kabur. Tak ung kulan ia pikir meratlah paling utama.

Hanya disaat ia berlompat naik ke atas jurang, orang mendusin, hingga ia terlihat samar-samar oleh Hian Hoo Toojin yang terus mengejarnya, ia tahu ia disusul tetapi ia tertawa dingin, Dari atas jurang ia lompat turun, lari kesebuah selokan yang berliku-liku. Benar seperti dugaan Hoat Hoei siangjin, ia mengambil arah yang berlainan daripada keterangan yang ia berikan kepada Hian Hoo sekalian-

Baru Coei Kiat Him lenyap dibelakang kuil itu, atau dari tanjakan-tanjakan di-depan terlihat satu tubuh yang besar berlompat turun, hingga dilain saat terlihatlah ia dengan tegas, ia bukan lain daripada Hoat Hoei siangjin yang romannya welas asih, ia menyusul bukan untuk merampas gelang kemala, ia hanya ingin mencegah terjadinya peristiwa bencana Rimba Persilatan, ia berdiri diam didepan kuil, matanya mengawasi kekuil itu.

Tiba-tiba terdengar satu suara terang dan tegas, "Coei Loosoe, benar-benar kau tidak mensia-siakan tugas yang diberikan Lo Loo soe Dengan melihat saja wajahmu, Coei Loosoe telah aku menduga pastilah kau sudah berhasil."

Lalu terdengar Kiat Him menghela napas dan menjawab, "walaupun aku berhasil tetapi aku telah menempuh bahaya sangat besar, jikalau Liap Hong tidak tiba disaatnya yang tepat, entah bagaimana jadinya Gelang kemala yang palsu itu membuat Liap Hong terpancing datang..."

Suara terang itu terdengar pula: "Lo Loosoe kamu benar-benar orang luar biasa selagi dia menempur Liap Hong, dia sempat menyerahkan gelang kemala paisu itu kepada kau Coei Loosoe, dan memberikan isyarat untuk kau lari kabur, dilain pihak ia sendiri melihat Liap Hong, romannya nampak sangat gelisah.

Baru setelah itu aku menggantikan Lo Loosoe, supaya dia dapat menyingkir kearah yang lain sedang sebenar nya dia lekas menyusul kau. buat menotok kau sembilan kali, Hebat totokan Lo Loosoe, dia dapat meniru totokannya Liap Hong, hingga dia berhasil mengelabui orang-orang liehay dari jaman ini. sungguh aku kagum untuk Lo Loosoe itu "

Mendengar sampai disitu, alisnya Hoat Hoei siangjin berkerut rapat.

"Memang hebat Loo Loosoe," kata Kiat Him pula, "Dia cerdik, dia dapat meniru totokan orang, toh dia tidak jumawa."

"Menurut dugaanku, juga Soen Loen Teng akan berhasil mengabui Liong Hoei Giok, kepala siewie dari istana itu. Maka aku rasa, mungkin kita dapat masuk ke Inlam dengan tidak kurang suatu apa."

Bukan sekian lama, sirap suara didalam kuil itu, selang sekian lama, baru terdengar suara orang yang pertama, yang berkata: "Aku orang diluar kalangan, tak mau aku tersangkut paut, tak ingin aku mencampur tahu, Hanya aku heran kenapa Lo Loosoe berkeras menampik permintaan pihak Boe Tong Pay partai besar dan ternama? Bukan siauw-sancoe tak terhina dengan menerima permintaannya itu? Bukanlah lebih baik daripada sancoe kamu menitipkan diri pada Pouw Liok It si orang Rimba Hijau yang ke sohor itu? sikapnya itu membuat aku heran-"

Atas itu terdengar Kiat Him tertawa, Dia berkata: "Bukannya aku si orang she Coei besar kepala, hanya kau. siauwhiap. kau tak tahu kelicikan dunia Kang ouw. sedikit salah tindak. orang bisa terjeblos, jiwanya bisa melayang Pouw Liok It berbakai baik, sejak muda dia sudah terkenal, hingga dia mendapatjulukannya itu - Pat Pit Lam Pouw, Karena dia kesohor tidak heran dia menjadi angkuh dan terkebur serta hatinya gampang tergerak.

Dialah seorang berhati keras, maka baginya, budi dan sakit hati mesti dibalas, Kalau dia membunuh orang, dia seperti tak ketahui perbuatannya itu. Gelang kemala itu ada pusakanya yang di haturkan kepada loo-sancoe, sekarang gelang itu berada ditangannya siauw-sancoe, maka kalau siauw-sancoe mengajukan permintaan kepadanya, mesti dia terima, mesti siauw-sancoe diterima menumpang digunungnya, juga diajari ilmu silat menurut kitab Lay Kang Koen Pouw, jikalau siauw-sancoe berhasil belajar, dia mempunyai harapan besar."

Kiat Him berhenti sebentar, dia batuk-batuk dua kali. "Aku menyesali sepak terjangnya itu rombongan orang

yang menamakan dirinya kaum lurus." ia menambahkan kemudian- "Mereka itu berjumawa dan ngotot hendak mendapatkan gelang kemala, Menurut aku, takperduli g elang jatuh ditangan pihak lurus atau sesat, akibatnya bakal hebat dan berbahaya sekali. Mereka itu, asal mereka masuk dalam wilayah Inlam, mereka mesti nampak kesulitan, sekalipun mereka dapat bertemu dengan Pouw Liok It. urusan tak mudah beres.

Sebaliknya, aku merasa, bencana Rimba persilatan bakal mengambil tempat, syukur Lo Loosoe gagah dan cerdik, sebenarnya kematian loo-sancoe sudah membikin Lo Loosoe gusar, berduka dan menyesal sekali, hingga ia membunuh diri, maka itu, kalau siauw-sancoe gagal, apa nanti jadinya? Mana Lo Loosoe mau mengerti? Coba siauwhiap duga, apakah dia bakal lakukan?" Lagi sunyi didalam kuil itu. Hoat Hoei siangjin mendengari, ia mengangguk- angguk, ia kata didalam hatinya:

"Ya, sampai disitu, aku belum pernah pikir, sungguh sepak terjang Hian Hoo dari Boe Tong Pay tak tepat Menyesal aku telah turut dia dan aku pasti sukar lolos dari keruwetan ini."

Pendeta ini mau masuk kedalam kuil, untuk menemui kedua orang yang berbicara itu tatkala matanya melihat dagangnya dua orang dari kejauhan, yang berlari-lan cepat, hingga dilain saat ia mengenali mereka itu seorang diri ia lantas kata keras: "oh Kenapa kah siang chee Koan-coe dari Boe Tong datang kemari?"

Suara itu tak ubahnya suatu isyarat buat dua orang didalam kuil itu agar mereka mendapat tahu dan lekas menyembunyikan diri. ia pun bakal masuk ke dalam lantaran segera juga dua orang itu sudah tiba, yalah dua imam yang bersenjatakan pedang, yang tadi turut Hian Hoo Toojin yang hampir saja menempur Liap Hong.

Kedua imam itu nampak tidak keruan, jubahnya penuh debu kuning dan alis dan kumisnya berubah menjadi

abu-abu, mereka seperti baru saja keluar dari tumpukan tanah. Mereka tercengang melihat si pendeta berada disitu? Tapi lekas-lekas mereka menghunjuk hormat.

"Mengapa siangjin berada disini?" tanya yang satu, "Darijauh kami melihat satu orang, kami mengira Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him, siapa tahu siangjin adanya."

Kedua imam ini terang bercuriga, Mereka mau menyangka Kiat Him berada didalam kuil didepan mereka itu maka juga yang lainnya terus menanya. "Apakah siangjin melihat sesuatu?"

Pendeta dari siauw Lim sie itu ber-senyum. "Tidak kusangka kedua tooyoe Hian sioe dan Hian cin telah memperoleh kemajuan pesat sekali hingga darijauh-jauh jiewie telah mendapat lihat kepada loolap sedang loolap tak melihat apa-apa"Jiewie harus diberi selamat," ia kata. "Apakah tooyoe masih mencari Coei Kiat Him? Loolap tidak sangka Hiat Hoo Tooyoe dapat melakukan ini perbuatan tolol Taruh kata Coei Kiat Him dapat ditangkap. ada apakah faedah-nya? Dia terang tak dapat memberikan keterangan apa-apa Hian sioe Tooyoe, bagaimana kau pikir pendapat loolap ini?"

Mukanya Hian sioe merah sendirinya.

"siangjin tidak tahu" kata dia, jengah, "Baru saja Liap Hong membilangi bahwa gelang

kemala itu ada pada Coei Kiat Him bahwa dia melihatnya sendiri, maka itu dia telah memecah orang mencarinya, Kami berdua tak menyetujui sepak terjang kakak seperguruan kami itu, akan tapi dialah ketua kami, tak dapat kami menentang titahnya sebab tak menurut berarti melawan. Maka itu kami terpaksa mesti bekerja.." Hoat Hoei mengangguk tanda ia mengerti.

"Barusan loolap bertemu seorang sahabat didalam kuil itu," kata ia, yang terpaksa mendusta. Habis berbicara sebentar loolap mau berangkat pulang, tidak disangka loolap melihat jiewie tooyoe datang kemari, dari itu loolap menunggui disini."

Mendadak Hian Cin maju setindak "sahabat siangjin itu mestinya seorang muda yang tampan," kata dia. "Maukah siangjin mengundang dia keluar untuk kita berkenalan?" Hoat Hoei bersenyum.

"sahabatku ituya lah seorang muda yang tabiatnya aneh." kata ia, "Maka untuk menemui dia, terserah kepadanya sendiri, dia sudi atau tidak. Menurut pikiran loolap. sebab jiewie tooyoe mempunyai urusan penting lebih baik tak usahlah tooyoe menemui mereka lagi. "

"Eh, lihat disana Hian Hoo Totiang datang"

Tengah berbicara itu, pendeta ini menunjuki roman heran-

Hian sioe dan Hian cin cin, yang tadi Hoat Hoei menyebutnya siang chee Kean-coe, sudah lantas berpaling, maka mereka melihat Hian HHoo Toojin lagi berlari-lari keras kearah mereka. Mereka pun lantas lari untuk memapaki, guna bicara perlahan satu dengan lain, setelah mana, ketua Boe Tong pay itu lekas menghampirkan ketua siauw Lim Pay.

Hoat Hoei mengerutkan alis, ia mengerti Hian HHoo bertabiat keras dan kukuh, sedikit salah paham diantara mereka dapat terbit onar.

sambil menghampirkan itu, Hian HHoo berkata nyaring

: "Pintoo menyangka siangjin pergi tanpa pamitan lagi, tak tahunya siangjin berada disini Kedua saudara seperguruanku ini membilang bahwa siangjin telah bertemu dengan seorang sahabat kekalmu, dia pastilah seorang muda yang luar biasa, dari itu kenapa siangjin tidak mau mengundangnya keluar menemui kami ?" Hoat Hoei bersenyum.

"Loolap tak dapat memaksa dia," sahutnya.

Hian Hoo memang telah mencurigai pendeta ini. maka itu mendapat jawaban itu, keras sangkaannya bahwa orang didalam kuil itu Coei Kiat Him adanya. Dengan tertawa aneh, ia kata: "oleh karena siangjin tidak mereka, baik biarlah pintoo sendiri yang masuk untuk memohon bertemu dengannya" Dan ia mengangkat kakinya untuk masuk kedalam kuil.

Hoat Hoei siangjin, tidak membilang apa apa, akan tetapi romannya pendiam sedang matanya memperlihatkan sinar keren-Hian HHoo melihat sikap orang itu, ia gentar sendirinya.

"Entah keledai gundul ini lagi menggunai akal muslihat apa " pikirnya, Jikalau ia main gila, dia membantui Kiat Him bukankah aku jadi kena terjebak?"

Toh ia bersangsi bakal dia bertindak terus. Kaki kanannya yang sudah diangkat itu dia turunkan pula. Hoat Koei bersenyum.

"Sahabatku yang muda itu aneh tabiat- nya," ia kata, sabar, "dan dalam ilmu silat lolap tak dapat dibanding dengannya, maka itu untuk mencegah peristiwa yang tidak diingin, loolap minta baiklah tootiang jangan masuk."

Gusar Hian Hoo mendengar perkataan itu.

"Gila " pikirnya, "Biar dia liehay juga tak nanti dia dapat mengalahkan kau Kau cuma mau menasehati supayaakujangan sembrono Tidak. Aku mesti menemui dia, ingin aku mencoba ilmu silatnya itu " ia berpikir demikian tetapi ia berpura-pura tertawa, lantas ia kata: "Biar bagaimana, pintoo ingin bertemu dengannya " Ketika itu angin bertiup keras.

Hian Hoo batuk satu kali, lantas ia mau membuktikan perkataannya itu, Akan tetapi belum sampai ia bertindak. dari dalam kuil sudah lantas muncul seorang muda berbaju hijau, yang mengenakan topeng, yang segera menanya: "KauIah yang hendak menemui aku ?" suara itu tajam menyeramkan orangnya pun bergerak cepat mirip hantu... ooooo BAB 1

HIAN Hoo TooJIN terkejut hingga ia berdiri melengak, Mau atau tidak ia mengawasi Hoat Hoei siangjin-

si anak muda bertopeng kata dingini "Aku bersahabat kekal dengan Hoat Hoei siangjin, ada apakah sangkutpautnya dengan kau, hidung kerbau? Kau memaksa mau menemui aku, sebenarnya untuk urusan apakah ? Bilang"

Hian Hoo bungkam, mulutnya terbuka, lidahnya kaku, Memang ia tidak punya alasan apa-apa kecuali kecurigaannya.

Hoat Hoei siangjin pun heran, akan tetapi ia bersikap tenang, Katanya dalam hati kecilnya: " Kenapa dia ketahui namaku? oh, mungkin ini disebabkan barusan aku memberi isyarat kepadanya dan coei Kiat Him lantas memberitahukannya.."

Hian sioe dan Hian cin maju kedepan, "siecoe, kau bicara tidak sopan" mereka menegur "Kami memandang Hoat Hoei siangjin, maka itu kami ingin minta bertemu dengan kau Kenapa siecoe menjadi kepala besar?"

orang bertopeng itu tidak menjawab, sebaliknya dia tertawa dingin dan dengan mata tajam berpengaruh dia menatap kedua imam itu bergantian-

Hati kedua imam itu menggetar sungguh tajam mata si orang muda, itulah sinar ancaman pembunuhan-

Hoat Hoei siangjin melihat itu, dia terkejut.

Si baju hijau berdiam sekian lama, melihat orang pada bungkam, ia kata perlahan "sebenarnya kamu ingin bertemu denganku buat urusan apa? Kenapa kamu tidak mau lantas bicara? Kamu begini sembrono, kamu kecewa menjadi penganut sam Ceng jika la u aku tidak memandang kepada siangjin, pasti aku akan bikin kamu dapat datang tetapi tak dapat pergi lagi"

Hoat Hoei kuatir ketiga orang Boe Tong Pay itu gusar, terpaksa ia kata sambil bersenyum: "sahabatku, jangan gusar, Ketiga tootiang ini..."

Baru Hoat Hoei berkata demikian, atau Hian HHoo sudah habis sabarnya, dia lompat maju dengan serangannya, menyerang jalan darah lengtiong dari si anak muda.

Menampak demikian, anak muda itu menjadi tidak senang, maka ia mau mengibas dengan tangannya, dengan ilmu silat Ngo Kiong sin ciang.

Hian Hoo bergerak luar biasa cepat, tangannya segera menghampirkan sasaran nya lagi lima dim. inilah sebab si anak muda tidak berkelit atau mundur, sebaliknya dia mengeluarkan tangannya, dengan jerijinya dia menyambut dengan totokan kelengan si imam

Hian Hoo terkejut hingga dia berseru, dengan lekas ia batalkan serangannya dengan menarik pulang tangannya, sebaliknya sianak muda bekerja terus, selagi mulutnya mengasi dengar tertawa dingin

Hoat Hoei Siangjin melihat itu, ia heran bukan main, Tubuh si anak muda tidak bergerak sama sekali akan tetapi tangannya dapat meluncurjauh luar biasa ia percaya sekalipun ia sulit untuk menyingkir dari tangan aneh itu.

Hian Hoo juga kaget tidak terkira, hingga tak sempat ia berbuat lain daripada me^ak tanah untuk lompat mundur tiga kaki walaupun demikian, dia melihat tangan sianak muda terus mengikutinya... Hian Sioe dan Hian cin kaget, untuk menolongi ketua atau soeheng mereka, mereka lompat maju menyerang kepada punggung si anak muda,...

Anak muda itu kembali tertawa dingin, tubuhnya mencelat naik menyingkir dari bokongan kedua imam itu. Ia bukan cuma berkelit, sembari mengapungi diri itu, kaki kirinya mendepak kepada Hian cin dan tangan kanannya dengan limajerijinya menyambar tangan kanan Hian sioe.

Hebat gerakan anak muda, akibatnya mem bikin imam, berikut si pendeta menjadi terbengong. pedangnya Hian cin jatuh ketanah jatuh nancap dan pedangnya Hian Sioe kena dirampas, hanya pedang itu segera di lemparkan ketanah seraya si anak muda mengasi dengar suara ejekan dari hidungnya, sedang matanya menatap tajam bergantian kepada ketiga jago Boe Tong itu Lalu tanpa membuang apa-apa lagi, ia memutar tubuh nya buat bertindak kedalam kuil, tindakan nya sangat perlahan.

Hian Hoo Toojin malu dan mendongkol sekali, begitu juga kedua adik seperguruannya. Mereka ini berdua mengawasi tajam, lantas mereka memungut pedang mereka untuk segera berlari pergi, diturut oleh ketua mereka.

Tanpa merasa, sang cuaca berubah terus, langit lantas menjadi gelap, angin keras bertiup tak hentinya...

Hoat Hoei siangjin terbengong menyaksikan peristiwa itu. ketika ia sadar, ia kata seorang diri: "Benar-benar siauw Lim Pay bakal kena terlibat urusan tidak keruan ini."

Baru si pendeta berkata demikian, atau dari dalam kuil ia mendengar ini suara nyaring: "Siangj in, harap siangjin tidak ber duka Didalam kekacauan mesti ada ketenangan jikalau siangjin tidak ingin buru-buru berangkat pergi, sudikah siangjin masuk kemari untuk bertemu dengan aku yang muda?"

Hoat Hoei melengak sebentar, lantas ia tertawa, terus ia bertindak cepat masuk ke-dalam kuil itu, dimana ia melihat api berkelebat sebab si anak muda berbaju hijau dan bertopeng itu tengah menyulut sebatang lilin. Anak muda itu menyambut dengan hormat.

"Tadi siangjin telah memberikan isyarat hingga Coei Loosoe dapat berlalu dengan tidak kurang suatu apa, buat itu dengan ini aku yang muda menghaturkan terima kasih kami." kata dia manis.

Hoet Hoei membalas hormat, ia tersenyum.

"Kau masih begini muda, tan-wat, akan tetapi ilmu silatmu sudah sempurna sekali" ia memuji, "loolap sudah berusia lanjut, tak sedikit loolap melihat orang-orang liehay, akan tetapi orang yang seperti tan-wat ini, belum pernah loolap menemuinya, Tan wat, apakah tan-wat bersedia untuk memperlihatkan wajah asalmu kepadaku

?"

Si baju hijau tak berkeberatan untuk permintaan itu, ia mengangkat sebelah tangannya kemukanya, maka dalam sejenak saja, Hoat Hoei siangjin sudah menyaksikan sebuah wajah yang tampan sekali tetapi agung dan keren, hingga dia menjadi tersengsam.

"Omietoohoed " ia memuji, "Tan-wat sungguh berbakat, maka hari depanmu pasti tak ada batas takarannya Cuma caranya tan-wat mengeluarkan tangan sedikit kurang welas-asih, dari itu harap janganlah tan- wat menanam bibit permusuhan Harus diketahui, jika lau permusuhan berlebihan, jalan di depan kita menjadi sempit, jalan itu bakal mendatangkan keruwetan tak perlunya..."

Ia tidak menanti pengutaraan apa-apa dari si anak muda, lantas ia menanyai "Apakah tan-wat suka memberitahukan she dan .namamu yang mulia ?"

"Maaf, boanpwee yalah Lie Tiong Hoa." sahut si anak muda, yang bukan lain daripada pemuda kita, ia bersenyum, lantas ia menambahkan "Terima kasih buat nasihat siangjin, boanpwee akan ukir itu d idalam hati, Barusan boanpwee bertindak dengan terpaksa lantaran Hian Hoo terlalu jumawa sedang hatinya terang tak lempang, dia merusak kehormatan dirinya sendiri Begitulah boanpwee permainkan padanya."

Hoat Hoei mengasi lihat sinar mata girang, Anak muda itu nyata dapat menerima nasehat, kemudian ia menatap. terus ia mengangguk untuk berkata: “Jadinya adalah tan wat sendiri orang yang selama ini dibuat sebutan di wilayah Kang lam sekarang ini tan-wat pesiar ke selatan, apakah tan-wat pun mengandung sesuatu maksud mengenai Lay Kang Koen Pouw?"

Pendeta ini menanya demikian untuk menegaskan saja. Tadi ia telah mendengar orang memberitahukan coei Kiat Him bahwa dialah orang luar yang bertindak hanya di sebabkan perasaan tak puas.

Ditanya begitu, Lie Tiong Hoa menghela napas. "sahabatku, nampaknya pikiranmu sedang ruwet."

kata Hoat Hoei bersenyum. "Loolap sudah berusia lanjut, andaikata kau tidak celaan, suka loolap menemani kau memasang omong semalaman ini, barangkali saja loolap dapat membantu apa-apa kepada kau."

Tiong Hoa mengangguk Maka dilain saat keduanya sudah duduk bersila berhadapan sedang lilin berkelak- kelik dan angin di-luar meniup pasir beterbangan terus...

Si anak muda menghormati Hoat Hoei siangjin, dia menaruh kepercayaan besar, maka suka ia menuturkan asal usulnya begitupun tentang sepak tenangnya selama ia terpaksa merantau itu.

Hoat Hoei siangjin mendengari dengan sabar. ia berdiam saja, setelah selesai sianak muda menutur, dia bersenyum dan berkata: "Begitulah penghidupan kita mendapatkannya seperti tanpa merasa, soal berbuat jahat atau berbuat baik itulah soal waktu sedetik saja. sahabat kecil, kau terlibat hebat oleh asmara, akan tetapi bakatmu baik, kau menempuh bahaya yang akhirnya berubah menjadi kebaikan. Tentang sepasang putera puterinya Pouw Liok It, yang loolap ketahui baik, dapat loolap jelaskan mereka bukanlah anak-anak sejati dari orang she Pouw itu Anak-anak itu memang cerdas dan baik bakatnya."

Tiong Hoa heran, ia mengawasi pendeta itu.

Hoat Hoei berkata pula: "Baiklah tan-wat bekerja menuruti pekerjaannya nona Pouw itu, mungkin itu dapat menyelesaikan permusuhan diantara nona Cek dan Pouw Liok it. Loolap paling suka menolongi orang, maka itu loolap mau pergi ke Inlam guna membujuk Pouw Liok It hingga dia suka hidup mencucikan diri, supaya bencana Rimba persilatan dapat dihindarkan-"

Habis berkata ia tertawa, terus ia menambahkan "sahabat muda, sampai bertemu pula? Nasihat loolap yalah: Berilah ampun dimana yang bisa, siapa berbuat baik kepada lain orang, dia menambah kebaikan untuk dirinya sendiri"

Kata-kata itu ditutup dengan datangnya berlompat keluar kuil dimana, setelah mengibaskan tangan bajunya, pendeta itu lenyap dalam malam yang gelap itu.

Tiong Hoa kagum. "sungguh gesit" ia puji si pendeta.

Hanya sejenak. dari luar kuil terlihat satu bayangan kecil berlompat masuk.

"Encie In?" tegur si anak muda, yang matanya bersinar terang.

si nona sudah lantas berdiri dimuka si anak muda, dia bersenyum manis.

"Soen Loen Teng menghadapi bahaya, syukur dia dapat mengelabui Liong Hoei Giok," katanya, " Ketika itu Kie soen lagi dibikin kewalahan oleh Thiat Yoe sioe gurumu, dia kabur dengan membawa satu orang. Liong Hoei Giok percaya orang itu yalah sancoe muda dari Tay In san. maka dia mengajak orang orangnya pergi menyusul. Gurumu memesan, setelah semua beres, kau mesti mencari dia di siauw ngo Tay san."

Tiong Hoa mengangguk.

"Bagaimana dengan Lo Leng Tek dan rombongannya?" ia tanya. si nona tertawa.

"Mereka tahu percuma mereka terburu-buru, maka mereka sudah menyamar menjadi saudagar untukjalan mutar. Mungkin dalam tempo duapuluh hari mereka akan sudah sampai di Koen-beng."

"Kalau begitu, tentramlah hatiku. Lo Leng Tek cerdik luar biasa."

"Barusan aku melihat seorang berkelebat dia sangat pesat, siapa dia?" In ^io tanya, Tiong Hoa melirik. la bersenyum, "Malam sunyi sekali, aku memaksa mengajak seorang memasang omong." sahutnya "Dapatkah encie In menduga dia siapa?" Muka si nona bersenyum merah,.

"Kau terlalu" katanya, "K,alau aku tabu buat apa aku menanya?" Mendadak si anak muda memperhatikan roman aneh.

"Ya, encie adikmu ingin menyampaikan kabar baik padamu," katanya, "hanya disebabkan hatiku pepat, sekian lama aku berdiam saja, baru sekarang aku merasa lega. In Nio heran, dia menatap anak muda itu, ia mengawasi roman tampan pemuda itu ia berdiam saja, ia menanti jawaban.

Tiong Hoa mengawasi Ketika ia bicara ia berlaku tenang sekali.

"Encie, tahukah kau dimana adanya ibu encie?" demikian ia tanya, perlahan-

In Nio terkejut ia mengawasi tajam. "Aku telah ketahui itu, cuma aku tidak berani segera memberitahukan encie," Tiong Hoa kata pula.

Nona Cek berjingkrak. Ia menubruk pundak si anak mnda, untuk dipegang keras dan digoyang-goyang .

"Dimana ibuku, dimana, adik Hoa ?"tanyanya, tegang hatinya,"Lekas bilang ? "

Tiong Hoa terus berlaku sabar.

"Encie, tahukan kau, kenapa ibumu lenyap di Hoei Ho Kauw ?" ia tanya pula, In Nio mementang lebar matanya, "Mustahilkah kau ketahui itu, adik Hoa?" dia balik menanya.

Si anak muda mengangguk "Aku telah menyelidikinya maka itu aku ketahui itu." ia menjawab. In Nio mengawasi ia tidak menyela, "orang-orang yang memancing ibumu di Hoei Ho Kauw itu yalah Pouw Liok It bersama Ang Hoat Tan-Mo yang menjadi gurunya Tian-Lam lt Kwie Tam siauw Go. Pouw Liok It cuma turut-turutan, Adalah Tam siauw Go yang sangat membenci ibumu, dia membawa ibumu kegunung Boe Liang san dimana dia mengompes ibumu, minta keterangan halnya cawan kemala Coei In-"

Lantas saja airmata In Nio turun mengucur ia bersedih mendengar ibunya dikompes, itu berarti ibunya menderita dari siksaan- setelah itu, ia mengertak gigi. "Setan tua Ang Hoat," dia kata sengit, "jikalau tidak kucincang tubuhmu, tak aku..."

"sabar," kata si anak muda, membujuk. "ibumu cuma memberi keterangan bahwa Tam siauw Go telah terbinasakan Koay-bin Jin Him song Kie, tentang cangkir kemala katanya ia tidak tahu"

In Nio mengawasi si anak muda, ia heran. "Bagaimana kau ketahui begini jelas? ia tanya.

Tiong Hoa seperti tak mendengar pertanyaan itu, ia berkata terus: " Ketika aku mengantarkan Sng Kie, diantara kedua gunung ciong san dan ciat Heu aku telah bertemu dengan Pouw Liok It, yang muncul secara tiba- tiba, Aku bilangi dia bahwa cangkir kemala ada padaku, maka kita lantas membuat perjanjian pertemuan di Hek Liong Thoa, Aku minta dia merdekakan ibu mu. Aku berjanji akan menyerahkan cangkir itu" ia tertawa, ia menambahkan:

"Sekarang ini Ang Hoat Jin-Mo telah dihajar mampus oleh Pouw Liok It, yang telah menolongi ibumu. sekarang sudah jelas, cangkir mustika itu dapat dipakai menolong sakit mata ibumu. soal pertukarannya tinggal tunggu waktu saja. Lain hari, setelah tiba waktunya, cangkir itu dapat dipinjamkan.."

Sebegitu jauh baru didetik ini In Nio merasa ia paling bergembira, meski begitu ia heran kenapa Pouw Liok It berlaku demikian macam, ia melirik si anak muda, ia menunjuki sikap manja ketika ia menanya: " Kenapa baru sekarang kau memberitahukan ini padaku? perbuatannya Pouw Liok It itu tidak tepat dengan sepak terjangnya yang sudah-sudah. sekarang ini ibuku berada dimana ?"

"Hal ini baru saja aku ketahui dari Hoat Hoei siangjin-" Tiong Hoa menjawab, "Ke dua anaknya Pouw Liok It itu secara diam-diam telah menjadi muridnya Hoat Hoei, ibumu telah dibawa Nona Pouw kegua Giok Lok Tong dibelakang gunung Ceng shia san untuk berobat, sebenarnya Pouw Liok It bermaksud baik, dia sekarang berada dalam kedudukan sulit. Dia kuatir ibu mu karena permusuhan dulu hari, nanti menagih orang kepadanya..."

In Nio tertawa.

"Baiklah, semua telah aku ketahui" kata nya gembira, "Pantas itu hari di Hoa Kee Pe aku bertemu Nona Pouw, dia agaknya bingung, kiranya dia memikirkan aku." Muka Tiong Hoa bersemu merah sendirinya. ia berdiam saja.

si nona pun berdiam, dia agak ragu-ragu. Baru kemudian ia kata perlahan: "Adik Hoa sekarang encie In- mu tak dapat menemani kau pergi ke Hek Liong Thoa..."

Tiong Hoa heran hingga ia terperanjat.

"Kenapa, encie?" ia tanya bingung. Nona itu menarik napas.

"Kau tahu hubungan diantara ibu dan anak," kata ia perlahan "sekarang aku mendengar perihal ibuku, ingin aku terbang menemuinya, sejak mara ibu tidak dapat melihat, belum pernah aku berpisah darinya. sudah lama kita berpisah, pasti ibu sangat berduka dan sakit hatinya memikirkan aku."

Aku menyimpan cangkir tetapi di sebelah itu masih dibutuhkan beberapa obat lainnya supaya aku bisa menolong Hingga ibu bisa melihat pula, Untuk itu aku memerlukan banyak waktu, karenanya mesti aku lekas pergi, Tidak dapat aku mensia-siakan waktu Adik Hoa, aku tunggu kau diguha Giok Lok Tong saja."

Habis berkata begitu, mata si nona merah air matanya meleleh turun-Tiong Hoa mencekal tangan nona itu. dia terharu.

"Encie In, bagaimana sekarang?" kata ia. perlukah aku menemani kau?"

Nona itu bersyukur tapi ia lantas berpura-pura tertawa.

"Tolol" katanya, " orang mana dapat tak memegang kepercayaan? Mana dapat kau tidak pergi ke Hek Liong Tho? Biarlah aku tunggu saja kau diguha itu" Mendadak si nona meloloskan diri dari cekalan sianak muda, untuk berlompat pergi Tiong Hoa melengak. dia cuma lihat bayangan berkelebat, lalu menghilang...

Kota Koen-beng yang indah dan menarik hati. Karena keletakannya yang tinggi, iklim disitu adalah di musim dingin hangat dan di musim panas adem Jadinya, empat musim seperti musim semi saja. Disana ada telaganya yang kesohor, yaitu telaga Koen Beng ouw yang diapit gunung Kim Ma-san dan Pek Kie-san- Di Yan-khia ada telaga yang serupa namanya, telaga itu dibuat dengan menyontoh telaga Koen Beng ouw itu. Demikian waktu udara jernih dan angin bertiup halus, banyak orang pesiar di lauwteng Tay Kean lauw di luar kota. Diantaranya seorang muda berbaju hijau, dengan kipas ditangan, lagi melancong dengan matanya diarahkan ke telaga yang terkenal itu. Ia begitu ketarik hingga dengan perlahan ia bersenandung.

Tiba-tiba ia mendengar orang tertawa dan berkata: "segala syair bau dan panjang, mana ada harganya untuk disenandungkan? Lihat, lucu si pelajar rudin itu "

Pemuda itu berpaling dengan perlahan, alisnya rapat satu dengan yang lain- Ia heran. Ia melihat lewatnya tiga orang dengan dandanan singsat. Yang tertawa dan bicara itu mesti satu diantaranya.

Dialah Lie Tiong Hoa yang baru malam kemarin tiba di Koen-beng. Dia tak kesusu pergi ke Hek Liong Thoa, sebabnya yalah ketika kemarin dia singgah dihotel, dimana ada banyak tetamu lainnya, dia mendengar orang omong halnya Pouw Liok It meninggalkan Inlam buat sedikitnya setengah bulan bahwa karena itu, ada orang atau orang-orang yang telah nelusup masuk ke Hek Liong Thoa, akan tetap semua mereka tak kembali.

Hek Liong Thoa bukan rumah Liok It tapi siapa mau bertemu padanya, ia mesti pergi kesana dulu dimana ada sedia orang yang menyambutnya. itu pula sebabnya, Hek Liong Thoa jadi kesohor. Dia menduga Liok It meninggalkan Inlam buat urusan san coo muda dari Tay Im san.

Karena ia bukan mengisahkan Liok It. dia jadi dapat bersabar, Maka dia pesiar ke Tay Koan Lauw ini. Dia melihat sepasang lian dengan tulisannya yang indah dan menarik hati, dia dengar "suaranya orang jahil yang tidak di kenal itu. selagi mengawasi, dia mendengar bicaranya ketiga orang itu yang selain berdandas singsat juga pada membekal senjata.

Kata yang satu: "Kabarnya kemarin dulu telah terjadi peristiwa di Hoei Liong Piauw Kiok Kim-Bian Gouw-kong seng Eng siang pulang dengan tubuh terluka, Kali ini dia tidak lagi mengantar piauw, Entah dia bermusuh dengan siapa. Ketika ditanya dia berkelahi dengan siapa, dia cuma menggoyang kepala dan tertawa meringis..."

Orang yang lainnya tertawa dingin dan berkata: Dasar seng Eng siang yang celaka.

Dulu hari ketika sie-cioe Jie Kiat berkunjung kepadanya, dia menyambutnya dengan dingin danjumawa, lalu dia menghajarnya hingga orang terluka parah. jikalau semua orang piauwkiok galak seperti dia. maka rekan-rekan kita semua bakal mesti menahan lapar dan minum saja angin barat laut"

Mendengar itu, tahulah Tiong Hoa bahwa ketiga orang itu bangsa berandal, Dengan begitu dengan sendirinya timbul perasaan jemu didalam hatinya. ia sebenarnya hendak meninggalkan mereka itu, atau mendadak ia mendengar pula: "Aku tahu siapa itu orang yang liehay yang diketemukan Kim-bian Giok Kong Seng Eng Siang"

"Siagakah dia?" "Thian ciat Mo-Koen-" "Bagaimana kau ketahui itu?"

"Karena kemarin aku bertemu muridnya Thian ciat Mo- Koen. Aku ketahuinya dari mulut dia itu. Pada tiga bulan yang lalu, Seng Eng siang sudah membinasakan empat muridnya Thian ciat Mo-Koen, maka sekarang terjadilah peristiwa itu. Perkara masih belum habisi Lihatlah nanti"

Dengan sendirinya Tiong Hoa melengak.

"Kalau siluman itu sudah datang, perlu aku pergi ke piauw- kiok melihatnya." pikirnya, Maka itu ketika ketiga orang itu turun dari lauwteng, ia turut turun untuk menguntit.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar