Bujukan Gambar Lukisan Jilid 12

Jilid 12 : Pangcoe Thian Hong Pang keok

"Sudah lama aku mengagumi nama loo eng-hiong. hari ini kita dapat bertemu, aku girang sekali"

Gan Loei terperanjat menyaksikan kegesitan si anak muda, sampai alisnya bergerak. ia mengasi dengar suara, "Hm", suatu tanda ia menganggap orang jumawa. Bukankah ia telah berusia lanjut dan namanya pun kesohor, ia anggap pantaslah kalau ia dipanggil loocianpwee, bukannya loo-enghiong.

Didalam hatinya, Tiong Hoa menertawai keangkuhan orang-orang Rimba Persilatan berusia lanjut ini.

Sekarang si mata harimau hidung singa memperkenalkan orang yang ke-tiga, yang jangkung- kurus, mukanya putih-pucat, usianya pertengahan.

"Inilah In-tiong Kiam kek Lauw Kong ciok, murid terpandai dari ketua Khong Tong Pay " demikian katanya.

Tiong Hoa melirik jago Khong Tong Pay itu, ia merasa sebal, tapi ia kata: "Selamat bertemu " Terus ia mengawasi orang yang keempat yang tubuhnya juga jangkung dan kurus, usianya pertengahan dipunggung ada senjatanya sepasang Pie-hiat-kwat, alat peranti menotokjalan darah. orang itu juga berdiri tegak dengan angkuh, matanya di kasi turun sedikit. Si orang bermata harimau berhidung singa itu menunjuk dirinya sendiri, dia tertawa dan kata: "Aku yalah Thioe Loei Kau tahu atau tidak?"

Tiong Hoa terkejut dalam hatinya, Benar benar ia tidak menyangka orang ini yalah jago dari Kwan-lok yang bergelar cin-san sin-Koen atau Kepalan sakti, ia tidak takut, ia bersenyum.

Akhirnya Thio Loei menunjuk kawannya yang keempat, ia memperlihatkan roman bengis, terus ia menyeringai katanya: "Inilah kenalan lama dari kau, maka itu tak perlu aku mengajar kenal pula "

Tiong Hoa melengak, ia lantas mengawasi lagi orang itu Kemudian ia menggeleng kepala.

"Maafkan mataku yang lamur." ia kata. "Aku tidak kenal orang kosen ini..."

Orang itu meram, sekarang ia mementang kedua matanya.

"Benarkah kau tidak kenal ?" tanyanya dingin. "Kaulah orang agung kau pelupaan. Bukankah kita pernah bertemu ditanjakan di Khopie-tam ? Temponya baru saja lewat beberapa hari sungguh aku tidak sangka seorang juru tulis dengan satu kali berlompat lantas menjadi jago muda yang menggemparkan sungai Besar bagian selatan dan utara"

Ejekan itu membikin Tiong Hoa merah pipi dan telinganya, sekarang ia baru ingat orang itu yalah orang sebawahannya Koay-bin Jin-Him Song Kie.

Dialah si Harimau tua dari Tiong Tiauw Ngo Mo. Maka ia kata dingin "Aku menyangka siapa yang begini jumawa, kiranya loo-toa dari Tiong Tiauw Ngo Mo. Aku mau tanya kau, siapa kah yang melihat aku bekerja menjadi juru tulis?"

Pemuda ini menjadi terlebih sengit kalau ia ingat lagak dulu hari itu dari si Hantu pertama ini.

Si Hantu menyeringai, romannya sangat bengis,

Lantas dia mengangkat tinggi tangan kanannya.

Tiong Hoa menggendong tangan, ia mendongkol akan tetapi ia dapat mengusai dirinya. Begitulah ia bersenyum.

Tiong Tiauw Ngo Mo gusar bukan main- ia angkat tangannya hingga sebatas cundak. Mendadak dia memperlihatkan roman guram dia kata, dingin: "Aku hendak membiarkan jiwamu sampai kau bertemu dengan loo-tongke, Aku mau lihat apa kau nanti bilang."

Tiba-tiba alis si anak muda berbangkit tubuhnya bergerak maju, tangan kanannya menyapu keping gang si Hantu, Kelihatan tegas tangannya itu mulai bergerak. lantas menyapu bagaikan kilat.

Selama di Kho-pie-tiam, Tiong Hoa telah melihat kawanan Hantu itu liehay, ia tidak mau memandang enteng, Benar ia bersikap acuh tak acuh akan tetapi ia selalu waspada. Demikian ia menyapu itu. ia hanya lupa ilmu silat Kioe Yauw seng Hoei sip-sam sie ajarannya Thian Yoe sioe bukan sembarang ilmu silat, bahwa disamping sudah makan obatnya jago tua itu, ia telah makan juga banyak buah piepa, semua itu membikin kepandaiannya bertambah, begitupun tenaga serta kegesitannya.

Keng-boen it Loo Gan Loei, jago satu-satunya dari Keng-boen, terkejut melihat gerakan si anak muda, ia mengenali itulah pukulan "Giok-tay heng yauw" atau "Sabuk kemala melintangi pinggang" dari see Koen Loen atau Koen Loen Pay Barat.

"Ooh, kiranya dia muridnya Hok In siang-jin," pikirnya, "pantas dia jadi begitu jumawa"

Lo-toa dari Tong-tiauw Ngo Mo melihat nyata lawan menyerang secara tiba-tiba itu, ia lantas berkelit kekiri, sambil berkelit ia pun menghajar dengan tangan kiri- nya. Ia kaget melihat tangan musuh bergerak sangat cepat, maka ia tidak melainkan menyingkirkan diri tetapi membarengi menyerang juga.

Tiong Hoa menyerang sambil menggunai pikirannya dan memasang matanya, ia melihat perlawanan musuh itu. Maka itu ketika serangannya gagal dan ia dihajar, sambil memutar tangan, ia bawa itu kebawah, lalu segera ia angkat pula, untuk dengan dua jari nya menotok lengan orang.

Gan Loei berseru tertahan melihat totokan itu, itulah satu jurus dari ilmu silat siauw Thian Chee Cit-cap Jie sie Kiauw Na Cioe-hoat dari Thay Kek pay, namanya "cie thian wa tee," atau, "Menunjuk langit, menggaris bumi."

Karena ini, ia menjadi bingung mengenai asal-usul Tiong Hoa, hingga tak dapat ia menerka dengan jitu, orang dari Koen Loen Pay atau Thay Kek Pay?

Tong tiauw Toa Mo kaget sekali, tak berempat untuk berkelit, Tidak urung Ia merasai jalan darah di lengannya itu kaku, Karena ia tahu ia sudah kena ditotok. la lantas berseru, sambil berseru ia berlompat, untuk lari kedalam rimba dimana ia lenyap.

Tiong Hoa membiarkan musuhnya kabur, Dengan tenang ia memutar tubuhnya, Gan Loei tertawa terbahak. "Benar-benar. seorang gagah mestinya seorang muda" ia berkata, "Siauwhiap. dapat kah kau memberitahukan siapa gurumu?"

Jago tua ini berlaku teliti, ia ingin ketahui dulu orang murid siapa. Apabila penglihatannya tidak keliru, yaitu orang benar muridnya Hok In siangjin, ia mau mencari jalan untuk mundur teratur.

"Guruku yalah seorang yang hidup menganggur." Tiong Hoa menjawab, "Dia telah melupakan she dan namanya sendiri, oleh karena itu aku yang muda tidak dapat memberikan keterangan"

Thio Loei tidak puas. Dia membentak: "Perduli apa siapa gurunya Biarlah dia merasai dulu tangan cin San Sin-Koen dari aku si orang she Thio, baru kita bicara lebih jauh"

Dia tidak menghiraukan kekalahannya Tiong-tiauw Toa Mo, dia berkata untuk segera menyerang. Tak percuma jago Kwan-lok ini tersohor namanya pukulannya itu  hebat sekali, angin terasa meny amber sangat keras.

Tiong Hoa melihat itu, cepat ia berkelit, ia telah gunai kelincahan "le hoa ciat bok" ajarannya si orang tua aneh dari guh a pohon piepa, Tangan kanannya dikibaskan, membikin serangan itu lewat, sebaliknya sebuah pohon didekatnya lantas gempur secara berisik sekali. Thio Loei tidak dapat menahan serangannya itu, maka pohon lah mewakilkan si anak muda menyambutnya.

Semua orang terkejut, tak terkecuali Thio Loei sendiri, Dia tidak menyangka hajarannya itu gagal, hingga ia berdiam saja melongo. Tiong Hoa tidak senang dengan perlakuan teleng as itu.

"Akulah orang yang baru mulai masuk dalam dunia kang ouw," kata dia. "Rasanya aku belum pernah berbuat salah terhadap kamu, karena itu aku ingin tanya, buat urusan apa kamu memusuhi aku ? Apakah kamu tidak keliru ?"

Gan Loei tertawa.

"Nama besar bukan nama kosong belaka," ia kata. "Kami si orang tua datang kemari karena mengagumi nama kau, siauwhiap "

Tiong Hoa agaknya heran.

"Benarkah itu, loo-enghiong ?" la tanya, "Loo- enghiong sudah melakoni perjalanan jauh dan sukar "

"Tentu saja itulah bukan semuanya," Gan Loei menjawab. ia tertawa pula.

"Apakah loo-enghiong datang untuk Lay Kang Koen Pouw ?" Tiong Hoa tanya pula langsung.

Kembali orang tua itu tertawa.

"Kita sama-sama tahu " katanya, "siauwhiap kebanyakan bertanya..."

Tiong Hoa menggeleng kepala, " Cita- cita ku yalah tinggal di tanah pegunungan yang indah dan sunyi, ia berkata: "Kali ini aku datang kemari untuk memenuhi undangannya Kwie chungcoe, Besok juga aku mau kembali ke Kimleng, sama sekali aku tidak pikir mencampuri urusan kitab itu."

"Benarkah siauwhiap tidak menghendaki kitab itu?" Biauw Ceng sioe Tanya. Dari tadi koancoe dari kuil Mo In Koan itu ber diam saja."

Tiong Hoa tertawa nyaring. "Kata-katanya satu tay tianghoe berat laksana gunung" ia bilang nyaring juga. Kata-kata itu berat seperti tempat pembakaran kertas berkaki tiga Aku yang rendah tak sudi berebutan dengan dunia, perlu apa aku dengan itu macam barang yang membawa sifat membahayakan?"

In-tiong Kiamkek Lauw Kong ciok juga berdiam sedari tadi, sekarang baru dia campur bicara, Lebih dulu dia tertawa dingin.

"Aku kuatir kata-kata ini hanya dimulut tidak dihati" katanya.

Sejak semula Tiong Hoa sudah sebal dengan orang she Lauw itu, sekarang ia mendengar perkataan mengejek itu, ia menoleh dengan sorot mata bengis, Meski ia gusar, ia masih dapat tertawa.

Jikalau aku mengincar kitab itu" ia kata keras, "maka bukan melainkan itu sebuah kitab hanya semua- semuanya tiga rupa pusaka Rimba persilatan yang aku arah"

Empat orang itu kaget dan heran, hingga mereka melengak. Gan Loei bahkan menyedot hawa dingin.

"Dia benar-benar sangat jumawa," pikirnya. ia heran untuk kepolosan orang, Maka ia tanya: "siauwhiap. apa artinya perkataan kau ini? Mungkin siauwhiap telah ketahui semua halnya ketiga pusaka itu?"

Lie Tiong Hoa tertawa.

"Loo-enghiong seharusnya kita main kartu terbuka" ia kata, mengawasi jago tua itu, "Tidak selayaknya kita bicara untuk saling mendustai Mari kita bicara tentang benda pertama cangkir kemala Coei In Pwee asal Khoten Bukankah looeng-hiong semua telah mendengarnya? " Gan Loei berempat mengangguk

"Pada tiga bulan yang baru lalu." bektata si anak muda, " cangkir kemala itu telah dicuri dari istana pangeran Tokeh oleh Kam-liang sam To serta sam-cioe Ya-Cee Tam sia uw Go. Ketika mereka menyingkir sampai di Kha-pie-tiam, mereka dipegat Koay-bin Jin Him serta Tong-tiauw Ngo Mo. Keempat orang itu mati semua akibat serangan paku Thian-long-teng dari Koay-bin Ji Him song Kie. Dengan begitu cangkir itu telah terjatuh

kedalam tangan orang she Song itu..."

"Ooh." bersuara kesmpat orang itu Gan Loei bahkan menambahkan: "Pantaslah romannya Tiong Tiauw Toa Mo beda dari biasanya begitu dia melihat kau, siauwhiap."

Tiong Hoa tertawa.

"Bukan melainkan itu, loo-enghiong. Mari dengar terlebih jauh. Koay-bin Jin Him sangat bangga telah memiliki cangkir mustika itu. dia memeriksa cangkir ditempat terbuka. Ketika dileluarkan dari kotak-cangkir itu memperlihatkan cahaya terang gilang-gemilang, Song Kie puas bukan main, ia lupa lelakon cengcorang menangkap tongeret, di belakangnya ada siburung gereja.

Mendadak muncul satu orang yang tidak dikenal, yang merampas itu dari tangannya, Perampas itu lantas melejit dan menghilang. cuma tertampak tubuhnya yang kecil dan lincah, yang tertawanya nyaring halus seperti kelenengan Song Kie menjadi sangat gusar, dia lantas lompat mengejar perampas itu."

"Siauwhiap. kenapa kau ketahui ini begini terang?" Ceng sioe tanya. "Sebab ketika itu aku yang rendah bersama, aku berada disamping mereka hingga aku melihatnya sendiri," Tiong Hoa menjawab. "Kepandaianku sangat rendah, maka itu song Kie telah minta aku suka menjadi pemegang bukunya guna mengurus surat-suratnya, itulah sebabnya kenapa barusan Tong-tiauw Toa Mo mengatakan aku jadi juru tulis. Menurut dugaanku, pastilah Koa^j binJin Him tak hasil mengejar perampas itu. Dia pulang dengan berduka dan mendongkol, hingga dia mau mencurigai aku mempunyai hubungan dengan pera itu. 

Dia tidak tahu bahwa itu waktu aku sendiri telah kena ditotok si nona, hingga aku cuma bisa mengawasi tetapi tak dapat menggeraki kaki atau tangan serta tak dapat membuka mulut juga. Kemudian aku yang rendah pergi mencari si perampas atau si nona itu, Aku telah menampak kesulitan, karena itu, aku pun menemui sesuatu yang kebetulan."

Tiong Hoa berhenti sebentar, Ketika ia bicara pula, sikapnya sungguh-sungguh begitupun suaranya, ia kata: "Memang cangkir kemala itu benda mustika, akan tetapi untuk itu tuan-tuan tak menyayangi jiwa, mau juga, tuan-tuan mendapatkannya tanpa memperdulikan tubuh hancur- lebur, aku yang rendah menganggap pengurbanan itu tidak berharga "

"Siauwhiap bicara baru dari hal satu mustika," kata Ceng Sioe, sikapnya mengejek, "Apakah itu yang dua lagi

?"

Didalam hati, Tiong Hoa menghela napas, Pikirnya: Manusia itu hidup karena tamaki dia mati karena tamak juga, itulah kata-kata yang benar" ia lantas tertawa tawar dan menyahuti: Masih ada logam mustika Nyo-sek Kim-bo. jikalau logam itu dibikin menjadi pedang, pedang mustika Boksshia dan Kan-Ciang pun kalah tajamnya, Dengan memiliki pedang mustika itu, orang dapat mengepalai Rimba persilatan dan mempengaruhi dunia Kang ouw."

Diam-diam Tiong Hoa melihat Lauw Kong ciok kaget dan girang, ia tertawa hatinya, ia melanjuti: " Logam itu telah dimiliki muridnya Im san ie-soe" sayang kemudian kena dirampas pihak Yan Kee Po. Karena sekarang ini Yan Kee Po sudah musna, dan Hoan-Thian-Ciang ayah dan anak nya kabur, entah benda itu dibawa kabur kemana, Im san Ie-soe bersama muridnya tengah mencari terus."

"Tentang musnanya Yan Kee Po, aku pernah dengar, berkata Gan Loei, hanya aku tidak mendapat tahu itulah gara-garanya mustika Ngo-sek Kim-bo itu." Tiong Hoa melanjuti.

"Benda yang lainnya, yalah yang ketiga." katanya, " itulah kitab Lay Kang Keen Pouw tulisannya sam Hong cinjin, Tuan-tuan telah ketahui, kitab itu telah didapatkan Kwie Lam ciauw, Hanya menurut dugaanku, dia mendapatkan kitab yang palsu, jikalau tidak. setelah memilikinya banyak tahun, dia pasti sudah dapat memahamkan ilmu silat lihai tanpa lawan, tidak nanti sampai sekian lama dia tak terdengar menjagoi."

Keng-boen it Loo berdiam, lalu ia menghela napas. "Tentang kitab Lay Kang Keen Puuw itu, aku si orang

tua pun bersangsi," kata ia sejenak kemudian, "Biar bagaimana, ketiga mustika itu mesti ada orang yang memilikinya, orang yang tepat, sayang kalau itu terjatuh ditangan kaum sesat, sebab itu berarti akan menambah kejahatannya, hingga bisa menyebabkan dunia Kang-ouw bakal berlumuran darah amis, Maka itu kita kaum lurus mesti kita mencegahnya. Coba setiap orang berpendirian sebagai kau, siauwhiap. pastilah empat penjuru laut tenang, tidak ada gelombangnya."

Biauw Ceng sioe campur bicara pula, "Biasanya mustika seperti mencari pemiliknya sendiri," katanya, "Maka itu, biarlah kita mengandal pada rejeki masing- masing Tak ada halangannya, bukan?"

Tiong Hoa bersenyum, Gan Loei mengawasi tajam pada si anak muda, kemudian ia kata: siauwhiap muda dan gagah, dibelakang hari kau pasti bakal mengepalai dunia Rimba Persilatan, Aku si orang tua, ingin aku nanti menyaksikan." ia hening sejenak. Lalu menambahkan: "sekarang kami ingin mendahului masuk ke Kwie in Chung, Maukah siauwhiap menanti sebentar?"

"Silahkan," sahut Tiong Hoa, yang menghela napas. ia tidak menghiraukan semua mustika itu, maka ia anggap tak perlu ia mencampuri diri dalam urusan mereka.

Gan Loei menambahkan : " Nanti kami memberitahukan Kwie Lam Ciauw supaya dia keluar menyambut siauwhiap."

Selagi mereka itu memutar tubuh untuk berlalu, mendadak Thio Loei menanya keras:

"Siauwhiap. aku numpang tanya, ketika tadi kau bertahan atas pukulan cin-san sin Keen kau menggunai ilmu silat apa ?" Tiong Hoa tertawa.

"Itulah Ie san sin-kang " sahutnya.

Thio Loei melengak. terus ia menggeleng kepala.

"Ie san sin-kang?" ia mengulangi. "Belum pernah aku si orang she Tio mendengarnya."

Lalu bersama tiga kawannya, ia berlalu dari situ, untuk lompat kebawah gili-gili, ketepian dimana ada tanah berpasir.

Mo-Im Keancoe Biauw Ceng sioe bersiul tajam, atas mana dari antara pohon gelaga lantas muncul sebuah perahu kecil, terus berempat mereka menaikinya, untuk berlayar keseberang.

Setelah mereka mendarat, perahu itu tersembunyi pula.

Ketika itu cuaca guram, angin halus, hujan gerimis halus juga, pakaiannya si pemuda menjadi demak. Ketika ia mau menuntun kudanya pergi ketepian, mendadak ia mendengar tertawa nyaring yang keluar dari dalam rimba. ia terkejut karena suara nyaring itu menggetarkan telinga, ia segera berpaling, mengawasi kearah rimba, dimana terlihat berkelebatannya beberapa bayangan, yang semuanya gesit.

ooooo

BAB 16

Tiong Hoa tidak usah menanti lama akan melihat orang sudah lantas datang dekat padanya, segera ia mengenali Koay-bin Jim Him Song Kie bersama Tiong- tiauw Ngo Mo. ia mengangkat tangan untuk memberi hormat. "Song Tongkee, apakah kau baik-baik saja?" ia tanya tertawa. Wajahnya si orang she Song jelek sekali, ketika ia bersenyum, ia memperlihatkan roman tak mengasih.

"Apakah semua benar apa yang kau ucapkan barusan?" dia tanya.

Tiong Hoa tahu orang tentu telah bersembunyi lama, hingga mereka sudah mendengar semua pembicaraan ia mengasi lihat roman sungguh-sungguh.

"Aku seorang anak. seumurku belum pernah aku mendusta, ia jawab, Tidak nanti aku berbicara untuk mengelabui orang" Song Kie mengangguk.

"Aku si orang tua percaya kau," katanya, Apakah malam itu kau dapat melihat tegas romannya si wanita muda yang merampas cangkir dari tanganku?"

Tak dapat Tiong Hoa menjawab pertanyaan itu dengan sejujurnya, maka ia menyahuti bertentangan dengan rasa- hatinya: " Wanita muda itu sangat gesit, setelah dia menotok aku diluar tahuku, bagaikan kilat dia bertempat kepada kau, loo-tang-kee, Loo tong-kee sangat lihai dan awas tetapi lootongkee masih tidak dapat melihat dia, apa pula aku yang berkepandaian masih sangat rendah."

Song Kie mengawasi sangat tajam, lalu dia tertawa berkakak.

"Bukankah dengan kata-katamu kau hendak menyindir aku si orang tua?" katanya, "Terang sudah bahwa seorang wanita muda saja tak sanggup aku membekuknya, kau justeru memuji-muji kepandaianku"

"Mana aku yang rendah berani, lootong-kee." kata Tiong Hoa cepat. "Kau telah ditotok nona itu, habis siapa kah yang menolongi kau?" Tiong Hoa tidak menyangka orang menanya demikian, hatinya terkesiap. akan tetapi ia cerdik, ia tertawa.

"Aku ditolongi seorang orang yang berbaju kuning dan berkepala lanang." ia menyahut. Song Kie nampaknya heran, dia jadi sangat ketarik hati. "Bagaimana romannya orang tua itu?" dia tanya pula. Tiong Hoa melukiskan romannya Thian Yoe sioe.

Kalau tadi dia heran atau tertarik, sekarang Song Kie terkejut, matanya bersinar kaget.

"Kiranya dia" katanya, Dia menatap si anak muda, ketika dia berkata pula, dia tertawa: "Aku tidak sangka bahwa kau didalam bencana telah memperoleh peruntungan bagus. Ada permusuhan apakah diantara kau dan coan In Yan?"

"Dengan tidak ada alasan dia mencelakai aku." sahut Tiong Hoa. yang menuturkan bagaimana ia dijebak dalam perangkap rumah dalam tanah tanpa pintu atau liang keluar lainnya, "oleh karena itu, teranglah orang cuma mau mempergunakan tenagaku" ia tertawa pula.

Mendengar itu Tiong-tiauw Toa Mo tertawa mengejek. "Omong besar" katanya, "Tak tahu malu”

Mendadak tubuh Tiong Hoa mencelat, tangannya meluncur.

“Plak plok” demikian suara akibatnya itu-- dua kali suara nyaring-nyaring

Dan Toa Mo kaget dan gelagapan sakit dan bingung dan mendongkol juga, ia liehay tetapi ia tidak berdaya, Dua kali mukanya digaplok. hingga giginya otek, kepala pusing, matanya kabur, sedang tubuhnya terhuyung mundur dua tindak. Song Kie menghadapi itu, dia tercengang. sungguhlah suatu gerakan yang bagaikan kilat berkeredep. sekarang dia mau percaya orang benar muridnya Thian Yoe sioe. Hanya herannya keliehayan si anak muda didapatkan dalam tempo tiga bulan yang sangat pendek, Dia mengawasi Toa Mo dan tertawa seraya berkata:

"Dengan begini kau diajar adat agar lain kali janganlah kau tidak memandang orang. Kenapakah kau berpandangan begini cupat ? Bukankah kita sahabat- sahabat lama dan kita kenal baik satu dengan lain ? Aku harap kau tidak menjadi kecil hati " ia meneruskan pada Tiong Hoa, bicaranya sambil tertawa: "Lain kali, jikalau ada perlunya, aku harap sukalah laotee membantu aku "

Kata-kata ini diakhiri dengan satu gerakan tubuh yang berlompat pergi, diturut oleh Tiong-tauw Ngo Mo, hingga sebentar saja mereka sudah menghilang didalam rimba.

Tiong Hoa menghela napas, Kembali ia memperoleh pengalaman dari keanehannya orang Kang ouw, hingga ia menjadi bertambah tawar hati, Dengan menuntun kuda-nya, ia bertindak perlahan ketepi sungai.

Lohor diwaktu hujan baru berhenti dan diluar jendela langit tampak mendung dan burung-burung lagi pada berbunyi, Tiong Hoa berduduk sendirian dikamar tulis yang kecil dari Kwie In chung, ia memandang keluar jendela, mengawasi daun-daun hijau.

Dengan duduk sendirian itu, ia dapat kesempatan untuk melayangkan pikirannya kepada pelbagai hal, ia baru seperti tersadar ketika Boan In dan Hoei Goat datang dengan penampan terisi dua rupa kuwe dan air teh. "Adik-adik yang baik, tolong kamu sampaikan terima kasihku kepada chungcoe" ia kata tertawa.

"Baiklah," menyahut Boan In, yang bersama Hoet Goat berdiri diam dengan hormat, Keduanya tertarik kepada ini anak muda yang halus budi pekertinya.

Mereka memandang dengan sinar mata mereka yang berkesan baik. Tiong Hoa pun senang dengan sikap mereka itu.

"Rupanya dalam dua bulan ini tak sedikit sahabat- sahabat Rimba persilatan dari chungcoe yang datang berkunjung," katanya bersenyum, Pasti karenanya chungcoe mejadi repot melayani hingga dia kurang dahar dan tidur."

Boan In memperlihatkan roman heran. "Mengapa siauwhiap ketahui hati chungcoe tidak

tenang?" tanyanya.

"Itulah sebab aku lihat ada yang chungcoe buat pikiran, Gangguan dari Lay Kang Keen Pouw membuatnya chungcoe menghadapi kesulitan."

Boan In dan kawannya berdiam, Tepat dugaan anak muda ini.

Tiong Hoa menghela napas perlahan ia kata: "Untuk manusia adalah sulit apabila dia tidak ada keinginannya, syukurlah diriku tawar, maka aku sekarang dapat jadi seperti mega yang mengambang atau burung jenjang liar yang merdeka. Besok aku akan meninggalkan tempat ini. Kamu harus disayangi, adik-adik kecil, Aku lihat kamu berbakat baik sekali, jikalau kamu tidak lekas mengundurkan diri, dibela kang hari kamu tak akan luput dari nasib batu koral dan kemala terbakar bersama- sama." 

Kedua kacung itu terkejut, hingga mata mereka bersinar.

"Memang kami telah memikir untuk menyingkirkan diri," kata Boan In perlahan, "melainkan kami berat dengan chungcoe yang baik sekali terhadap kami, Kami telah dirawat dari masih kecil dan dididik,"

Tiong Hoa mengangguk.

"Memang budi harus dibalas," katanya, "cuma kita pun harus dapat membedakannya." Hati Boan in menjadi semakin ketarik,

"Pangcoe Jie siong Gan dari Thian Hong Pang berkehendak mengambil kami menjadi muridnya, bagaimana siauwhiap pikir?" ia tanya.

"Seorang laki-laki harus dapat menempatkan diri, harus dia pandai memilih," kata Tiong Hoa sungguh- sungguh. "Didalam Rimba persilatan ada banyak orang yang lurus, kenapa kamu kesudian menjadi muridnya manusia yang licik dan licin?" Boan In dan Hoet Goat agak terperanjat lantas mereka menjura.

"Terima kasih untuk nasehat tayhiap." katanya berdua, Lantas keduanya meminta diri, Lewat lohor barulah Boan In muncul pula, ia kata pada Tiong Hoa bahwa ia diperintah mengundang si anak muda menemui majikannya didalam kamar rahasia, dan bahwa ialah yang dimestikan pemimpinnya.

Tiong Hoa tertawa.

"Rupanya Chungeoe terlalu menghargakan aku," kata dia. "sebenarnya aku tidak mengerti apa-apa." Dia berbangkit dengan sabar. Tiba-tiba dari luar jendela terdengar suara tertawa perlahan, yang sifatnya mengejek, Mendengar itu Tiong Hoa mengibas cepat kearah jendela, lalu dengan tubuh tegak ia ikut Boan In keluar.

Boan In heran atas sikap dan perbuatan si anak muda, yang mengibas tidak keruan-ruan, karena ia tidak dengar suara tertawa itu. ia sudah berjalan srmpai diambsrg pintu, ia mendengar satu suara tertahan di susul dengan suara robohnya suatu barang berat.

Saking heran ia cepatkan tindakannya dan melihat keluar jendela, ia kaget, Di bawah pohon cemara ia melihat sesosok tubuh rebah terkulai, ia lantas melirik si anak muda, nampaknya ia sangat kagum, sebaliknya anak muda itu bersikap tenang sekali seperti tidak terjadi sesuatu, dia melainkan bersenyum. "Apakah dia mati?" kacung itu tanya.

"Dia tidak mati," sahut si anak muda, "Lewat enam jam dia bakal sadar sendiri-nya." Boan In tertawa, ia memimpin terus melintasi taman bunga.

Taman itu guram, meski begitu, Tiong Hoa -- yang memperhatikan – melihat jalanan.

Disitu teratur menurut ilmu bintang, la diantar kesebuah rumah yang besar, yang gelap lantaran tidak ada api penerangannya. Didalam gelap itu, satu bayangan berkelebat dimuka pintu, menghampirkan padanya.

Itulah Coan-in-yan Kwie Lam Cia uw. Tanpa menanti Tiong Hoa membuka mulut, ia sudah mencekal tangan orang untuk di tarik, buat diajak masuk dengan cepat, sedang Boan In diberi tugas menjaga diluar pintu. Tiong Hoa mengikut, Diruang dalam, segala apa gelap^ ia cuma merasa bahwa ia diajak jalan sana dan jalan sini, melintasi pelbagai tikungan atau pintu, hingga ia menjadi berpikir:

"Apakah maksudnya orang she Kwie ini? Aku toh tidak bersahabat kekal dengannya, mengapa dia agaknya begini menghargai aku?"

Setibanya dalam sebuah kamar, Kwie Lam Ciauw menyalakan api, maka disitu Tiong Hoa lantas melihat seluruh ruang, lebar cuma satu tombak persegi, tidak ada perabotannya, bahkan tanpa kursi dan meja. Lantai hitam begitupun lelangitnya dan sekitarnya. Disana sini terdapat banyak gelang gelangan hingga nampaknya mengacaukan mata.

Kwie Lam Ciauw beriompat tinggi, ia menjambret sebuah gelang dilelangit. Ia menekan itu, terus ia melepaskan tangannya, untuk turun pula, Habis itu terdengar suara bergeresek, lalu ruang menggetar perlahan, Lagi satu getaran, maka lantai itu bergerak turun.

Segera Tiong Hoa mendapatkan sinar terang, jalan sinarnya tiga butir mutiara ya keng-coe sebesar telur angsa, yang dijepitkan pada tembok, sinarnya putih.

Kwie Lam Ciauw tertawa, sambil mengurut kumis-jeng gotnya, ia kata: "Kamar ini diperlengkapi dengan pesawat rahasia, kecuali aku, tidak ada lain orang yang ke-tahui, tak terkecuali soetee seeboenBoe Wie dan anak isteriku."

"Chungcoe mengajak aku kekamar rahasia ini, ada urusan apakah yang hendak didamaikan?" Tiong Hoa tanya, inilah pertama kali ia membuka mulutnya^ seperti juga chung-coe itu, yang tadinya terus bungkam.

Kalau tadi dia tertawa, sekarang tuan rumah itu memperlihatkan roman duka.

"Sebenarnya aku si orang tua terancam bahaya kematian," katanya, "bahkan ancaman itu sudah dekat sekali, karena itu aku mau minta siauwhiap tolong pikirkan jalan untuk menghindarkannya."

Tiong Hoa tercengang, tapi segera ia tertawa. "Chungeoe," katanya, "sudah lama kau hidup

tersembunyi kau tidak punya sangkutan dengan siapa juga, dari mana datangnya itu bahaya yang dapat mencelakakan kau ? Taruh kata benar ada tetapi berdua baru saja bertemu, pergaulan kita masih asing sekali, mana dapat chungeoe menaruh kepercayaan begini rupa padaku ? Aku kuatir bukan kebaikan sebaliknya bencana yang dapat menimpali chungeoe"

Lam Ciauw terlihat sangat berduka, Sekian lama dia berdiam saja. "Siauwhiap benar," katanya kemudian.

"Memang kita baru pertama kali bertemu, diantara kita tidak ada persahabatan yang akrab, akan tetapi aku si orang tua, aku tahu kaulah seorang ksatrya, maka aku menaruh kepercaan besar atas dirimu. siauw-hiap. baiklah aku omong terus-terang, Aku menyesal yang pada belasan tahun yang lalu aku telah mendapatkan sebuah kitab Lay Kang Kean Pouw. Baru paling belakang ini aku mengetahui kitab itu termasuk satu diantara tiga mustika Rimba persilatan yang sangat dlinginkan oleh setiap orang, Begitulah salah satu tetamuku, yang menjadi seperti saudaraku, turut mengarah itu, Bahkan ada diantara sebawahanku yang menghendaki juga." Tiong Hoa mengasi lihat roman heran-

"Kitab Lay Kang Keen Pouw itu yala h kitab tulisannya Thio sam Hong pendiri dari Boe Tong Pay," ia berkata, apa yang dimuat didalam situ semua ilmu silat yang istimewa, baik bagian dalam maupun bagian luar, siapa berhasil mempelajari itu, dia pasti dapat menjadi jago tanpa lawan, chung coe telah dapatkan itu sedari belasan tahun yang lalu, kenapa chungcoe tidak mempelajarinya sampai sempurna?" Mukanya Kwie Lam Ciauw menjadi merah, Dia tertawa terpaksa.

"Tidak heran, siauwhiap. karena kau tahu satu, tidak tahu dua." katanya. "Memang isinya kitab istimewa tetapi buat mempelajarinya pun sulit, Untuk itu orang mesti dapat mengendalikan hatinya, Dia mesti lurus ke dua hawanya im dan yang, Aku merasa mempelajari itu tak tepat, hingga aku mau percaya aku telah mendapatkan kitab yang palsu, sementara itu rahasiaku telah bocor, karenanya aku menjadi sulit sekali, segala pihak mengarahnya, tidak dapat aku menyangkalnya "

“Orang ini sangat licin-" pikir Tiong Hoa. "Kitab tulen dia katakan kitab palsu." ia lantas tertawa dan kata: "Menurut aku yang rendah, kitab itu mesti kitab yang tulen tidak demikian, kenapa banyak orang yang mengarah?" ia tertawa pula dan menambahkan-

“Jikalau chungeoe suka dengar aku, baiklah besok chungcoe mengadakan perjamuan, di situ chungcoe mengumumkan tentang kitab itu, Bilang saja chungcoe telah berhati tawar, karena mana kitab itu hendak dihadiahkan pada suatu sahabat kekal, Dengan tawarnya hati, bukankah kitab itu sudah tak perlu lagi bagi chungcoe? Hanya untuk memilih sahabat, chungcoe kata chungcoe mendapat kesulitan, maka itu, chungcoe ingin minta pikiran orang banyak.

Setelah kitab diserahkan pada lain orang, chungcoe sudah berada diluar garis, dengan begitu chungcoe dapat menyelamatkan diri Tidak demikian, benar seperti kata chungcoe, chungcoe sendiri terancam, Kwie In Chung juga bisa ambruk atau bubar, Bukankah bahaya mengancam dari luar dan dalam ? sayang kalau Kwie In Chung musnah menjadi tumpukan puing"

Lam Ciauw dingin hatinya mendengar suara si anak muda sedang sebenarnya ia ingin mengandalkan tenaga anak muda itu mengundurkan orang-orang yang mengarah kitabnya itu, ia tidak menyangka yang ia dinasihati untuk mundur teratur, ia kata dalam hatinya:

"Kalau aku mau menyerahkan kitab itu, siang-siang sudah aku melakukannya. Buat apa aku menanti belasan tahun? Buat apa aku mengharapkan bantuan kau?"

Akan tetapi ia pandai berpikir, ia menghela napas dan mengangguk.

“Jikalau sampai terpaksa, biarlah aku bertindak demikian," katanya, "Hanya bagaimana dengan soete seeboen Boe Wie? Mana dia mau mengerti?"

Tiong Hoa berdiam.

Lam Ciauw menjadi penasaran, tetapi ia bersenyum dan kata: “siauwhiap. kau benarlah seorang kesatria, Mengapa aku tidak dapat memikir seperti kau ini?"

Tiong Hoa tidak melihat bagaimana orang bekerja, ia mendengar suara berkeresek seperti tadi, lantas kamarnya itu bergerak naik, hingga lekas juga mereka sudah berada diluar lagi. Boan In lantas mengajak anak muda itu kembali kekamarnya tadi, Disini Tlong Hoa berada seorang diri pula, Ketika itu awan tebal mulai menipis, dan angin halus bertiup masuk. Tengah ia duduk berdiam, mendadak ia melihat satu bayangan orang berkelebat sangat cepat diluar pintu. Dialah seorang sasterawan usia pertengahan wajahnya tersungging senyuman-

"Tuan, apakah kau Tuan Lie?" dia bertanya. Terus dia bertindak masuk.

Tiong Hoa berbangkit, ia mengawasi tajam. "Benar," ia menyahut. "Tuan siapa?"

Orang itu bersenyum pula.

"Aku she Jie, namaku Siong Gan," ia menjawab.

Didalam hatinya, Tiong Hoa terperanjat.

"Jadi kaulah Pangcoe dari Thian Hong Pang yang berkenamaan di selatan dan Utara sungai Besar" katanya tawar. "Entahlah Pangcoe niat memberikan pengajaran apa padaku?"

Kembali Jie siong Gan bersenyum.

"Aku datang untuk mendengar-dengar tentang seorang sahabatku," ia berkata. "Katanya tuan menemani seorang dengan kaki satu ditepi telaga Hian Boe ouw, Apakah itu benar ?"

Tiong Hoa mengangguk.

"Kebetulan saja aku bertemu orang tua berkaki satu itu ditepi telaga itu," ia menjawab, "hanya habis itu dia lantas pergi pula, tak tahu kemana, Dia itu sahabat Pang- coe ataukah musuh besar ?"

Matanya Jie siong Gan bersinar, wajahnya menjadi bengis dalam sekejap. "Kenapa kau begini menghina orang tua?" dia kata dingin, suaranya seram, "Dimana adanya orang tua berkaki satu itu sekarang?"

Sepasang alis Tiong Hoa bangun. ia gusar.

"Apa sangkutannya orang tua berkaki satu itu dengan aku?" ia kata keras. "Ta ruh kata aku tahu, sulit aku memberitahukannya"

Kemurkaannya Jie siong Gan lenyap dari wajahnya, alisnya berkerut.

Jikalau tuan tidak mau bicara, mana dapat aku memaksa- dia kata, tertawa kering. "Hanyalah aku kuatir selanjutnya tuan berada dalam bahaya seperti telur diujung tanduk..."

Habis berkata, jago Thian Hong Pang itu mencelat keluar kamar dengan melompati jendela, Begitu dia keluar, begitu terdengar suara saling bentak.

Tiong Hoa berlompat keluar, ia lantas melihat Jie siong Gan lagi berhadapan dengan seorang yang bertubuh tinggi besar dan kekar, sedang dibawah pohon cemara, roboh seorang diatas salju, ia ingat itulah orang yang tadi ia robohkan ketika ia mau pergi menemui Kwie Lam Ciauw.

Orang tinggi besar itu kata keras: "Jie siong Gan, kau juga salah satu tetamu dari Kwie In chung ini, kenapa kau melukai muridku si orang tua?" Sambil menanya itu sebelah tangannya menyamber jago Thian Hong Pang pada jalan darah ceng-ciok. Dia bergerak sangat cepat.

Tubuhnya Jie Siong Gan mencelat, berkelit hingga lima kaki. Dia tidak menangkis atau membalas menyerang.

Dia hanya tertawa. "Sayang kau menjadi adik seperguruan dari ketua Khong Tong Pay," katanya, nadanya mengejek, "Kecewalah kau menjadi Kim-Hong-kiam Kee Pek see yang berkenamaan dalam dunia Rimba Persilatan- Kau periksalah biar teliti untuk dapat kenyataan apa benar dia telah terlukakan aku si orang Jie."

Tiong Hoa tertawa dalam hatinya, jadinya Kee Pek see itu menyangka Siong Gan-sejenak itu ia mendapat satu pikiran: jikalau dia sampai tersadar, pasti aku bakal jadi musuhnya pihak Khong Tong Pay. Maka itu, sebelum orang melihat padanya, diam-diam ia menjemput sepotong batu kecil, terus ia menimpuk pada kurbannya itu tadi. Atas serangannya itu, tubuh orang berkutik, lalu berdiam, ia menduga tentulah orang sudah mati.

Kee Pek see masih saja gusar, Dia kata pula keras: "Barusan aku melihat sendiri kaulah yang meletaki tubuh muridku ini jikalau bukan kau yang melakukan, habis siapakah..”

"Ketika aku keluar dari kamar itu, aku melihat muridmu itu rebah dibawah pohon-" kata Siong Gan. "Aku berhati baik, aku me lihat padanya siapa tahu perbuatan baikku itu menerbitkan ini salah paham.

Muridmu itu belum mati kenapa kau tidak mau sadar kan dia untuk tanyakan keterangannya ?"

Jikalau bukan kau yang melakukan, kenapa tadi kau tidak mau sadarkan dulu dia dan baru kau tanya ?"

Kee Pek see kata sengit, "Maka terang kau yang melukainya"

Jie Siong Gan gusar bukan main, tetapi karena ia mempunyai urusan lain, ia menahan sabar seberapa bisa. "Baiklah " katanya, tertawa dingin, "Nanti aku tolong sadarkan muridmu, jikalau dia bilang bukannya aku yang meluka kan dia, aku mau lihat kemana kau nanti taruh muka yang tebal kulitnya " Koe Pek see berlompat menghampirkan.

Ketika Jie siong Gan merabah nadi orang itu, ia berdiam, matanya mendelong, mulutnya terbuka.

"Celaka" kata ia dalam hati, "Tadi tubuhnya masih hangat dan napasnya nasih berjalan, kenapa sekejap saja dia sudah binasa?

Ah, mesti ada orang yang diam-diam memfitnah aku" Maka ia lantas menoleh ke arah kamar Hoa-hian dari Lie Tiong Hoa.

Selagi memandang kearah kamar utu, Siong Gan mendengar ketawa seram dibelakangnya terus ia merasakan samberan angin dingin kearah kepalanya, ia liehay, ia dapat mem-bade itu, maka itu ia melemparkan tubuh orang kearah angin, ia sendiri mencelat ke- atas. Dua gerakan itu, melemparkan orang dan menjejak tanah, ia lakukan dengan ber bareng.

Koe Pek see melihat orang menghindarkan diri dengan itu cara telengas, ia membatalkan serangannya, ia berkelit dari tubuh muridnya, Tapi tidak berhenti sampai disitu.

Begitu tubuh muridnya lewat, ia melompat pula untuk menghampirkan orang yang menyingkirkan diri itu.

Jie Siong Gan mengangkat tangan kanan-nya, dibawa kepundak kirinya maka itu di lain saat dalam sekejab, tangannya itu sudah bertambah dengan seruling besinya yang hitam mengkilap. yang bersinar karena taburannya delapan bintang perak. “Kee Pek see, jangan kau terlalu menghina orang" dia menegur bengis, "Kita tidak bermusuh, bukan? Buat apa tanpa sebab aku membinasakan muridmu? Buat apa aku berlaku begini hina dan kejam? Cobalah kau pikir baik- baik"

Kee Pek see tidak menghiraukan kata-kata itu. Di dalam Khong Tong Pay dialah yang tabiatnya paling keras, Melihat orang mengeluarkan senjata, dia menjadi semakin panas.

Dia menggeraki tangannya, lantas terdengar satu suara nyereset nyaring, terus terlihat benda berkilau kuning emas, lalu terlihat mencekal Kim Liong Kiam ialah pedang emasnya yang membikin ia mendapatjulukannya itu Kim Liong Kiam si pedang mas.

“Jie siong Gan” dia berseru "Biarnya kau berlidah bunga teratai, sulit kau membikin aku si orang tua percaya kau satu laki-laki, dia mesti berani berbuat berani bertangung jawab, maka itu kecewa kau menjadi ketua sebuah partai karena kelakuan pengecutku ini sudah lama kau tersohor untuk ilmu silatmu Hoei seng Pat Tek. namamu ter-mashur di selatan dan Utara sungai Besar, maka malam ini ingin aku belajar kenal dengan serulingmu itu"

Bagus itu waktu sang rembulan telah keluar dari alingan megg hingga cahayanya menjadi terang dan permai sekali. segala apa menjadi tampak nyata, Begitulah sebelum ke dua pihak bergebrak, disana terlihat munculnya beberapa orang, yang terus saja berdiri berbaris dekat mereka berdua. Mereka itu yalah Ceng Shia Jie Ay, Kong soen Bok Liang, Seeboen Boe Wie. Boan In bersama Hoet Goat, Lo Siauw Hong, Ciaw Tiauw Hong serta lima orang yang belum dikenal, yang satu diantaranya beroman paling menyolok mata.

Sebab dia bermuka panjang seperti labu, alisnya naik seperti tergantung, batang hidungnya tinggi, bibir nya tipis, sedang wajahnya mirip tertawa mirip bukan, Adalah matanya yang tajam dan bengis hingga dapatlah diduga, kecuali lihai, mestinya dia telengas.."

Diantara sinar si puteri Malam nampak nyata wajahnyaJie Siong Gan, dan Koe Pek See. Yang satu gusar yang lain mendongkol karena penasaran keduanya mengasi lihat semangat melakukan pembunuhan.

Sebelum bergerak kedua pihak jalan memutar untuk sama-sama memasang mata, buat siap sedia, untuk menyerang atau menangkis, Tinggal siapa saja yang lebih cepat turun tangan, Tindakan kaki mereka membekas dalam, Setelah tiga idaran, Jie Siong Gan berseru tubuhnya maju, serulingnya bergerak. ia mendahului menyerang, menotok kejalan darah Thian-kie dari Koe Pek See.

Karena dikasi bergerak, delapan bintang perak pada seruling itu berkeredepan menyilaukan- Dengan sendirinya sinar itu dapat mengaburkan mata lawan.

Koe Pek See dapat mengenali serangan itu, yalah jurus Sian-jin-boen Mouw. atau Dewa menanya jalanan, maka tahulah ia orang cuma mengancam. ia menghentikan tindakannya, ia berdiri diam dengan pedang siap sedia. Jie Siong Gan maju terus, setelah datang dekat hampir setengah kaki, pedangnya bersinar pula.

"Ah, benar hebat ilmusilatnya " pikir Koe Pek see.

Karena ini, ia menggeraki pedangnya, untuk menyerbu seruling lawan.Jie siong Gan tidak menyingkirkan senjata nya, dari itu kedua senjata menjadi beradu dengan menerbitkan suara yang nyaring.

Koe Pek see mengeluarkan ilmu menempel menyusuli bentrokan senjata itu, ia menarik kesamping.

Jie siong Gan terperanjat. Tubuhnya terhuyung kena tertarik. Lekas-lekas ia menancap kaki, tangan kanannya pun dikasiturun, ia bergerak dengan huruf Menggempur, untuk melepaskan tempelam hingga pedang lawan tertarik ke samping.

Bentrokan pertama ini membikin kedua pihak menginsyafi ketangguhan masing-masing, senjata mereka terus nempel, Tak berhasil Jie siong Gan dengan usahanya meloloskan pedangnya dari tempelan lawan.

Koe Pek see bertahan terus, Dengan begitu kedua pihak terus sama-sama mengerahkan tenaga mereka, Karena itu, keduanya menjadi lekas letih. Keringat membasahkan jidat mereka, sedang dari embun- embunan mereka tampak mengkedusnya semacam uap putih, Keduanya sama-sama berdiri tegak.

Tempelan itu tak berjalan lama, setelah mengukur tenaga, keduanya saling berseru, Akibatnya itu yalah tempelan terlepas, ke duanya terhuyung mundur beberapa tindak. napas mereka bekerja keras.

Menyaksikan kejadian itu, diantara para penonton terdengar satu suara tertawa yang tajam, disusul dengan ini kata-kata dingin: "Bertempur secara demikian, meskipun orang bertempur sampai besok siang, pasti tak akan ada kesudahannya siapa lebih tinggi dan siapa lebih rendah, Ada apakah yang bagus dipandang? sudahlah, aku si orang she Lee mau pergi tidur saja."

Tanpa merasa, dua-dua Jie siong Gan dan Kee Pek see melirik kearah dari mana ejekan itu datang, Maka mereka dapat melihat orang tadi yang romannya luar biasa itu.

Menampak roman orang, Kee Pek see heran, ia terperanjat. "Ah, kenapa dia pun datang kemari?" tanya dia dalam hatinya.

Jie siong Gan sebaliknya tidak kenal orang itu, dia menjadi tidak senang.

"Bagus atau jelek, ada apa sangkutannya dengan kau?" dia membentak. "Aku si orang she Jie juga tidak minta kau menjadi wasit, jikalau kau mau tidur, pergilah kau mabur dan menggoler, tidak ada orang yang mencegah padamu."

Orang itu tidak berjalanpergi, mendengar teguran, matanya bersinar, lalu dia tertawa nyaring. Dia kata keras: "Aku ini, seumur- ku ada tabiatnya yang aneh. Kalau orang usir aku, aku justeru tidak sudi pergi sebaliknya kalau kau menahan, kau minta aku jangan pergi, akujusteru lantas ngeloyor pergi"

Selagi berkata begitu, tahu - tahu tubuhnya telah mencelat maju, hingga dia jadi berdiri didekat ketua Pang coan itu sejauh lima kaki. Kee Pek see lantas mundur dari gelanggang.

Sekarang Jie siong Gan dapat menduga orang liehay, ia menyaksikan tindakan kaki orang itu serta kegesitannya, Tapi ia tidak mau menunjuki j eri hatinya, bahkan dengan bersenyum ewah, ia lantas menyerang dengan seruling besinya. Karena ia berlaku bengis, bisa dimengerti hebatnya serangannya ini.

Orang itu tak bergeming, dari mulutnya terdengar bentakan- "Hm" Tak terlihat tangannya bergerak. tetapi serulingnya ketua Thian Hong Pang itu terpukul mental sendirinya, hampir terlepas, sedang pemiliknya pun mundur setengah tindak mundur diluar kehendaknya sendiri.

Mukanya Jie Siong Gan menjadi berubah, inilah diluar dugaannya, sekarang ia mendapat bukti kenyataan liehaynya orang.

"Dengan kepandaian begini kau hendak menjagoi diperairan di Kang lam," kata orang itu tertawa tawar, "Nampaknya Kang lam sudah tidak ada lelakinya" Mukanya Siong Gan menjadi pucat, ia malu dan mendongkol berbareng.

"Dengan ilmumu yang sesat, tuan, tak dapat kau membikin aku takluk" ia kata, ia tertawa terbahak-bahak. Bukan karena girang hanya saking murka. orang itu kelihatan melengak, lantas dia tertawa.

"Begini saja," katanya. "Aku tidak akan menggunai ilmuku yang kau katakan sesat, kau boleh serang aku sesukamu, baik dengan tangan terbuka dengan seruling atau dengan tinjumu, Seperti biasanya sifatku, aku akan mengalah tiga jurus kepada siapa juga, begitupun terhadap kau. selama tiga jurus kau menyerang aku, aku tidak akan membalas, tetapi dijurus keempat hati-hatilah kau, aku akan mengambil dua jeriji manis dan kelingking dari tangan kananmujikalau kau dapat lolos darijurusku, maka aku akan tarik pulang kata-kataku barusan mengenai Thian Hong Pang, dihadapan orang banyak ini aku akan menghaturkan maaf secara begini bukankah kau akan takluk di mulut dan dihatimu?"

Semua orang heran, sedang Jie Siong Gan berdebaran hatinya, itulah kata-kata hebat, Tanpa bukti, tidak nanti orang mementang mulut demikian besar Maka, siapakah orang ini? Kenapa dia tidak dikenal?

"Tuan, kau bicara terlalu besar kau tidak tahu malu," kata Siong Gan- Dia menjadi sabar tetapi suaranya dalam, "Biarnya aku bodoh tidaklah nanti didalam empat jurus aku membiarkan dua jeriji tanganku di ambil orang- " orang itu kembali tertawa.

“Jikalau kau tidak percaya, mari coba " katanya tawar.

Selagi orang menyahuti Jie siong Gan sudah pikirkan tiga macam jurus yang ia harus gunakan merobohkan si jumawa itu, ia memikir untuk tidak memberi ketika pada orang itu, Lalu ia kata: "Tuan kau mau menang sendiri saja sekarang aku tanya kau, jikalau aku berhasil didalam tiga jurus itu, bagaimana dengan kau ?"

Matanya orang itu bercahaya tajam, Dia tertawa. "Jikalau kau dapat melukakan aku, segera aku

mengundurkan diri dari dunia kang ouw " kata dia nyaring, "Didalam Rimba persilatan hitung saja sudah tak ada lagi aku Thian Ciat sin Keen Lee Yauw Hoan-

Jie siong Gan kaget mendengar disebutnya nama itu yang ia pernah dengar dan ketahui baik, orang pun menjadi hantu kepala diantara hantu hantu dari Tionggoan

Punggungnya lantas mengeluarkan keringat dingin.

Dengan sangat terpaksa ia bersenyum hingga senyumannya jadi sangat tawar. "Baiklah." serunya, seraya terus berlompat maju, untuk menyerang, Dengan seruling nya ia menotok kearah muka.

Thian ciat Sin Koen mengenali jurus itu yaitu jurus Bintang dingin menubruk rembulan ia juga merasai anginnya seruling mendahului menyamber, ia tidak mau berdiam saja seperti tadi, ia pun tidak menangkis, hanya berkelit secara luar biasa sekali, ia bertindak kekiri, terus tubuhnya melesat kebelakang penyerangnya itu, ia gesit bagaikan kilat berkeredap.

Siong Gan terperanjat ia melihat bayangan berkelebat, atau musuh lenyap dari hadapannya.

“Jurus yang pertama" ia mendengar suara lawan dibelakang nya, dekat ditelinganya, hingga telinganya itu menggetar Tanpa merasa, ia mengeluarkan keringat, ia segera mendak, sambil memutar tubuh, ia menyerang kebelakang, ia dapat menduga orang berada dibetulan mana karena mendengar suara orang itu, ia menyerang dengan luar biasa cepat, ia menduga ia bakal berhasil.

Kesudahannya kembali musuh tak terlihat dibela kang nya. Ketika itu ia melirik sekelebatan para seeboen Boe Wie beramai, ia melihat orang menuniuki roman kaget, maka ia turut menjadi kaget karenanya.

“Jurus yang kedua "begitu ia mendengar suaranya Thian ciat sin Koen, Kembali suara itu terdengar dekat ditelinganya, Kali ini ia bukan mendak berkelit seperti tadi untuk sekalian menyerang, ia justeru berlompat tinggi seraya memutar diri, baru dari atas ia menyerang turun. Ia menyerang setelah berjumpalitan dengan tipu silat Naga membalik tubuh, serulingnya itu bersinar bagaikan bintang-bintang berkeredapan.

Inilah jurus yang ketiga, Kali ini Jie siong Gan sudah mengerahkan seluruh tenaganya, untuk membikin ia menjadi gesit dan kuat istimewa, Gesit supaya ia berhasil menyerang dan kuat agar ia bisa menghajar ringsak pada musuhnya itu serangannya ini sesuai dengan ketelengasannya, ia tidak menyayangi bahwa orang  bakal mati.

Thian ciat sin-Koen lihai luar biasa. ia seperti telah membade hati orang, ia rupanya mengerti, jurus ketiga bakal jadi jurus yang mematikan. Maka ia menggunai otaknya dan bekerja lantas menuruti pikirannya itu.

Begitulah selagi orang berlompatjumpalitan itu, bukan ia menanti serangan seperti dua kali yang bermula ia justeru menjejak tanah untuk mengapungi diri, guna menyusul musuhnya itu hingga ia dapat membayangi sejarak dua dim.

Lagi-lagi Jie siong Gan kaget tidak terkira, ia sudah memikir matang untuk menghajar ringsak lawannya, siapa tahu begitu ia menoleh, ia tidak melihat lawannya itu. Dalam kagetnya itu segera berkelebat niatnya menyelamatkan diri, ia baru berpikir atau ia mendengar tertawa dingin serta kata-kata ini:

"Kau terlebih telengas daripada aku. Kau tak dapat diampuni"

Belum lagi Siong Gan sempat berdaya, mendadak ia merasa serulingnya kena di tarik orang hingga terlepas dari cekalannya menyusul mana ia merasakan jeriji tangan nya sakit begitu sakit sampai ia roboh ke tanah, ia tidak pingsan, ia dapat berlompat bangun.

Ketika ia melihat tangannya dua jerijinya--jari manis dan kelingking-- sudah terkutungkan dan seluruh telapakan tangan nya itu mandi darah Tatkala ia mengangkat kepalanya melihat kedepannya, Thian ciat sin-Koen berdiri terpisah dua tombak berdiri dengan mengawasi dengan dingin

Ketua Thian Hong Pang ini menjadi malu gusar dan menyesal dan bingung juga, ia menyesaikan diri lantaran ingin ketahui hal nya Cee Cit, ia sudah masuk ke Hoa- hian mencari Lie Tiong Hoa. Tidak demikian tidak nanti ia jadi bentrok dengan pemuda she Lie itu.

Seharusnya, ia pikir, ia mengikat persahabatan dengan dia itu, Coba ia tidak mencari Tiong Hoa, tidak nanti ia menghadapi Lee Yauw Hoan yang lihai ini, hingga ia kena di perhina dan memalukan itu sampai ia lupa mengurus lukanya Thian ciat sin-Koen mengawasi terus dia tertawa dingin.

"Bagaimana kau masih mempunyai muka berdiam terus disini?" dia tanya. Siong Gan berdongak mukanya merah, saking mendongkol dan malu.

"Menang atau kalah adalah hal umum dalam peperangan" ia kata. ia menyeringai. "Untuk sakit hati jeriji buntung ini dalam tempo lima tahun pasti aku akan menuntut balas. Tidak dapat aku berlalu dari sini sekarang, aku masih mempunyai urusan yang belum terselesaikan. Kau dan aku sama-sama menjadi tetamu dari Kwie In Chung, mana dapat kau menjadi wakil tuan rumah mengusir aku" "Terserah kepada kau Terserah kepada kau" Lee Yauw Hoan tertawa lebar, "Oleh karena kau masih menpunyai muka untuk berdiam disini mana dapat aku mengaco belo mengusir tetamu," Ia berhenti sejenak tidak lagi ia tertawa pula, tetapi ia menambahkan kata-katanya, suaranya keras, romannya bengis:

"Sekarang aku beritahu padamu, jikalau kau masih bermimpi hendak mendapatkan Lay Kang Koen Pouw, maka itu berarti, untuk tubuhmu tak ada lagi tempat menguburnya jikalau bukan untuk kitab itu, tidak nanti aku turun pula dari gunung Lu Liang san "

Mendengar itu maka Ceng shia Jie Ay, yang semenjak tadi nonton saja dengan mulut bungkam, lantas campur bicara, Kata Kok It: "Dengan begitu jadinya Lee Loosoe memandang kitab itu sebagai juga barang yang sudah berada didalam sakumu " Thian ciat sin-Koen menoleh dengan ayal-ayalan, ia melirikjago Ceng shia Pay itu.

"Tidak salah " sahutnya sabar, " Walau pun aku si orang she tidak mengulur tanganku mengambilnya, pastilah Kwie Lam Ciauw bakal menyerahkannya dengan kedua tangannya disodorkan " Kok It tertawa.

"Langit itu ada angin dan awannya yang tak dapat diterka, loosoe " katanya, "Aku harap Lee Loosoe tidaklah mengharap secara demikian sungguh-sungguh"

Ang Hie tertawa tawar.

"Salah yalah Kwie Lam Ciauw" kata ia, turut bicara, "Dia sudah mengundang serigala datang kedalam rumahnya"

Alisnya Yauw Hoan mengkerut naik, matanya bersorot tajam, Hanya sebentar ia nampak tenang pula, ia tertawa secara Jenaka, ia menggoyang-goyang kepalanya. “Jangan kamu kira kamu Ceng shia Jie Ay telah ternama besar sekali" ia kata sabar, juga kamu, tak nanti kamu dapat melawan aku si orang she selama sepuluh jurus"

Sepasang alisnya Kok It mengkerut, "Tak perduli kami berhasil atau tidak." ia kata, "akan tetapi menurut dugaanku si orang she Kok. kitab itu tidak nanti kau sanggup mendapatkannya."

Thian ciat sin Koen kelihatan heran, Alasan apa yang membuat kau beranggapan begini?" dia tanya, Kok It bersenyum.

"Tidak dapat aku memberikan keterangan" sahutnya, "Aku cuma mendapat alamat bahwa kau tak bakal mendapatkan itu."

Habis berkata, jago Ceng shia ini berpaling melirik See-boen Boe Wie.

Keng Thian Cioe terperanjat hatinya berdenyut, "Apa maksudnya maka jago Ceng shia itu melirik kepadanya."

Thian ciat sin Koen menyaksikan itu ia heran hingga ia menerka-nerka, Tapi ia tidak takut, ia percaya dirinya.

"Kalau Kwie Lam Ciauw iklas menghaturkan kitab itu dengan kedua tangannya, bagaimana?" ia tanya tertawa. Matanya Kok It mencilak.

"Apakah kau maksudkan untuk bertaruh?" ia tanya. Yauw Hoan mengangguk.

Ang Hie lantas berkata: "jikalau kau berhasil mendapatkan kitab itu maka mulai sekarang kami Ceng shia Jie Ay tidak bakal muncul pula dalam dunia Kang- ouw. sebaik nya kau, dalam tempo sepuluh tahun, tidak dapat kau mencelakai orang." Thian ciat sin Koen tertawa lebar, "Baik. Beginilah kata-kata kita yang masuk hitungan," dia menerima baik.

Matanya See-boen Boe Wie memain tak tentu perannya, syukur orang lain tak melihatnya.

Ketika itu Jie siong Gan sudah membalut tangannya, Dia menghampirkan Koe Pek see, untuk berkata: "Koe Loosoe, segala apa mesti dibikin terang, orang yang membinasakan muridmu itu yalah lain orang. Ketika tadi aku keluar dari Hoan-hian, aku mendapatkan muridmu sudah rebah di bawah pohon, dan tempo aku memeriksa dia, tubuhnya masih hangat. Adalah barusan, tak tahu apa sebabnya, dia telah meninggal dunia."

Kee Pek see mengawasi tajam, "jadi kau mau artikan, selagi kita berselisih mulut, ada orang yang membokongnya?" dia menegasi.

Siong Gan mengangguk. "Tidak bisa lain daripada itu," sahutnya, Kim Liong Kiam si pedang Naga Emas lantas berpaling kearah kamar Hoa-hian. "Siapakah yang menempati kamar itu?" dia tanya.

"Seorang muda she Lie." Siong Gan jawab tawar.

"Hm" bersuara Koe Pek see, yang tubuhnya terus mencelat sampai didepan jendela kamar itu, untuk terus melongok kedalam kamar, ia melihat seorang lagi rebah dengan berselimut. ia heran, ia mengawasi dengan melongo.

orang banyak lantas menghampirkan.

"Koe Loosoe, kau keliru menduga orang." berkata Kok It. "jikalau orang membinasakan muridmu itu, tentulah dia sudah bersiap sedia untuk menjaga diri, mustahil dia enak enakan tidur nyenyak" 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar