Bujukan Gambar Lukisan Jilid 10

Jilid 10 : Cee-cit membersihkan Thian Hong Pang

Lin Tiang Keng dan Lo Siauw Hong sangat tertarik hatinya.

Tiauw Hong bercerita sambil memandang orang-orang dihadapannya, ia mendapat kenyataan Lie Tiong Hoa seperti memikirkan sesuatu, ia heran, ia melanjuti keterangannya. "Setelah dunia Kang-ouw menjadi gempar, lantas banyak orang Rimba persilatan yang datang ke kota raja, untuk dapat mencuri cangkir mustika itu. Diluar dugaan orang, kemudian cangkir itu dapat dicuri oleh sam Cioe Ya-Cee Tam Siauw Go serta tiga penjahat dari Kam-liang, yang disebut Kam-liang sam-to. Orang-orang polisi menjadi repot dan lantas bekerja untuk mencari kawanan pencuri iin, Lantas terjadi hal yang menggemparkan. Dijalan umum didekat Khopie-uan telah didapatkan mayatnya Kang Lam sam To dan Tam Siauw Go. Tam Siauw Go itu kecuali julukannya sao Cioe Ya-cee, "Memedi Bertangan Tiga, dikenal juga sebagai Tan-Lam it Kwie, yaitu Hantu tunggal dari In-lam selatan. Menurut pemeriksaan, mereka terbinasakan senjata rahasia yang beracun. Cangkir coei in Pwee itu tak kedapatan pada tubuh mereka itu dan sampai sekarang sia-sia saja orang mencarinya."

"Apakah orang Rimba persilatan juga tidak mengetahui siapa perampas cangkir itu" Tiang Keng tanya, "Bukankah senjata rahasia itu bisa digunakan sebagai perantara untuk mengetahui pemiliknya?"

Tiauw Hong mengawasi, ia bersenyum "Perampas itu pastilah telah memikirkannya." ia kata, "Mana dia mau menggunai senjata rahasia miliknya sendiri?" Mukanya Tiang Keng merah karena jengah inilah ia tidak pikir. "Benda kedua itu yalah kitab ilmu silat" Cian Tiauw Hong melanjuti ceritanya.

"Apa sebenarnya kitab silat itu, orang tidak ada yang tahu, tak tahu juga namanya, orang melainkan ramai memperbincangkannya. orang cuma tahu," ia menambahkan, "siapa dapat kitab itu dan berhasil memahamkan-nya, dia bakal menjadi jago nomor satu. Katanya kitab itu telah di dapatkan Kwie Lam Ciauw, dan dia menyimpannya sudah lima tahun, pada dua tahun yang lalu, see-boen Boe Wie mendapat tahu hal itu, Boe Wie lantas minta untuk mempelajarinya bersama tapi ditolak Kwie Lam Ciauw, Karena ini maka see- boen Boe Wie menjadi berubah pikirannya..." 

Tiang Keng dan Siauw Hong heran, "Kalau Kwie Lam Ciauw telah mendapat kitab ilmu silat itu selama lima tahun," kata si orang she Lo, yang mengerutkan alisnya, “Pasti ia sudah berhasil mempelajari itu dan pasti ia dapat melawan see-boen Boe Wie, akan tetapi kenyataannya ia selalu mengalah, inilah heran-.."

"Bicara memang mudah" kata Tiauw Hong dingin- "Kitab itu luar biasa isinya, sulit untuk dibaca mengerti, Ketika Kwie Lam Ciauw memilih pelajaran yang gampang-gampang saja, ia merasa dadanya sesak. tenaganya menjadi hilang, maka itu untuk mempelajarinya, ia membutuhkan cangkir coei in Pwee dari Kothen itu. oleh karena ini ia telah menugaskan secara rahasia kepada anaknya untuk mencari cangkir mustika itu, See-boen Boe Wie juga mengirim orang- orangnya mencari dengan berpencaran demikian maka selama yang belakangan ini Kwie in chung menjadi terancam bahaya." Tiauw Hong tertawa meringis, agaknya dia bersusah hati.

"Aku mengetahui terlalu banyak." dia menambahkan perlahan, "maka itu dua-dua Kwie Lam Ciauw dan See- boen Boe Wie berniat menyingkirkan aku..."

Tiong Hoa tetap berdiam dengan matanya terus mengawasi air pengempang, melainkan telinganya mendengari dengan perhatian Lagi-lagi ia mendapat kenyataan dari sulit dan berbahaya penghidupan dalam dunia Kang ouw dimana segala apa sukar diterka, tanpa merasa, ia menghela napas, tengah ia hendak mengangkat kepala, buat melihat keatas, mendadak matanya melihat sesuatu, hingga ia tercengang. itulah pemandangan dimuka air, yang berombak sebentar, lalu menjadi tenang pula tapi dimuka air itu tampak bayangan muka orang.

Disamping empang itu ada sebuah pohon yanglioe yang daunnya lebat, pohon itu bergoyang tertiup angin, waktu cabang dan daun nya bergerak, hingga seperti tersingkap^ di belakang daun lebat itu terlihat seraut maka. Semua itu terbayang nyata di permukaan air, Tiong Hoa melihat itu, ia tercengang sebentar lantas ia tertawa dan kata: "Aku pun baru saja mendapatkan suatu barang yang luar biasa, saudara bertiga baiklah menunggu sebentar, nanti aku pergi ambil, Barang itu tak kalah berharganya dengan ketiga mustika yang menghebohkan kaum rimba persilatan itu."

Habis berkata anak muda ini lantas masuki kedalam, tapi tak lama ia pergi, mendadak terdengar tertawanya yang nyaring di atas genting rumah di susul dengan jeritan keras yang menyayatkan hati.

Tiang Keng bertiga Siauw-Hong dan Tiauw Hong terkejut, Lantas mereka melihat dengan melayang turunnya Tiong Hoa.

Dari tiga orang jatuh itu dua sudah mati karena mereka tak berkutik lagi, Orang yang ketiga masih dapat merayap bangun untuk menyingkirkan diri, akan tetapi baru dua tindak dia sudah roboh pula.

Tiauw Hong yang nampaknya heran sekarang menjadi kaget, terus dia menjadi gusar, Mukanya merah matanya mendelik. Dia lantas lompat kepada orang yang roboh itu, dia menjambak sambil menanya bengis, "siapa suruh kau datang kemari?" Orang itu pucat mukanya dan matanya suram, ia mengeluarkan napas dan mengucapkah perlahan. "Kwie Lan Ciauw..." Habis itu berhentilah napasnya. Parasnya Tiauw Hong menjadi pucat.

"Kwie Lam Ciauw, oh, kau lihai sekali..." katanya seorang diri, tiba-tiba dia menghamparkan Tiong Hoa, untuk pay koei sambil berkata: "Cin Tiauw Hong suka bersama-sama Lo Siauw Hong berlindung di bawah perintah kau, Lie Tayhiap. Kau dapat memerintah kami sesuka kau, tidak nanti kami menampik"

Dengan repot Tiong Hoa memimpin orang bangun- “Jangan mengatakan begitu, saudara Cian," ia kata bersenyum. "Kita baru bertemu tapi biarlah kita menjadi

seperti sahabat-sahabat lama, Berat kata-katamu ini" Cian Tiauw Hong memandang tajam, dia berkata sungguh-sungguh: "Ketika Kwie Lam Ciauw mendapat kenyataan saudara Lo pergi dan tak juga kembali, dia

menyuruh aku datang kemari mengundang kau, Lie Tayhiap, Aku diharuskan dapat mengundang kau datang ke Kwie In Chung, Rupanya dia pun tidak percaya aku, maka dia mengirim orang untuk mengintai aku, syukur tayhiap dapat mempergoki mereka ini bertiga jikalau tidak. apabila aku pulang, pastilah aku akan mati tanpa tempat kuburku"

"Habis bagaima sekarang?" tanya Tiong Hoa, "Apa saudara mau pulang untuk membawa kabar?"

Tiauw Hong berdiri tegak kedua tangannya dikasi turun.

"Ya, sekarang juga aku akan segera kembali," dia kata, "Besok setelah tayhiap tiba di Kwie In chung, baru aku akan mencari jalan untuk mengundurkan diri "Siauwtee suka turut saudara pulang." kata Siauw Hong.

Tiong Hoa berpikir, "begitupun baik," katanya, "dengan begitu Kwie Lam Ciauw menjadi tak curiga, Entahlah besok. jikalau akupergi kesana, berbahaya atau tidak..."

"Kwie Lam Ciauw membutuhkan tenaga tayhiap." kata Tiauw Hong, "andaikata dia hendak mencelakai tidak nanti itu dilakukan sekarang, tentulah dia menanti sampai tayhiap sudah membikin Seeboen Boe Wie tak berdaya lagi, Tetapi Kwie Lam Ciauw sangat licik, dia tak terkentarakan gusar dan girangnya karena itu baik tayhiap waspada."

Tiong Hoa mengangguk.

"Terima kasih" ia kata, bersenyum. "Aku minta tuan- tuan menyahut namaku saja, jangan memanggil tayhiap- tayhiap tak hentinya. sebutan itu dapat merenggangkan keakraban kita."

Dua orang itu mau memandang si anak muda sebagai majikannya, tak ingin mereka mengubah panggilan maka itu mereka berdiam saja. Tiong Hoa mengawasi ia melihat orang bersungguh-sungguh.

"Tuan-tuan, apakah kamu melihat Mo in Kim-Kiam Yan Hong di dalam Kwie In Chung," ia tanya kemudian.

Tiauw Hong mengangguk.

"Tapi kemarin dia telah berangkat ke Tong Teng san ke tempatnya Loo-Liong sin Pek Liang," ia memberi keterangan "Ah, tahulah Tiauw Hong Tayhiap tentu bermusuh dengannya, kalau tidak. tidak nanti dia dapat membujuki Kim leng Jie Pa menyaterukan tayhiap. oleh karena Kwie Lam Tiauw tidak suka membantu dan sebaliknya dia mengundang tayhiap. Yan Hong menjadi gusar dan lantas pergi tanpa pamitan lagi."

Habis mengucap begitu, bersama-sama Lo Siauw Hong, Tiauw Hong memberi hormat lantas mereka memutar tubuh, untuk pergi dengan cepat.

Tapi Siauw Hong mendadak kembali dan kata pada Tiong Hoa, "Tayhiap bersama saudara Lin tinggal disini, inilah tidak sempurna, sepak terjangnya Seeboen Boe Wie harus di perhatikan Menurut aku baiklah tayhiap mencari lain tempat lebih aman-" setelah itu dia pergi pula.

Tiong Hoa mengawasi orang menghilang. Kembali ia merasakan perbedaan sikapnya Tiauw Hong dan Siauw Hong luar biasa, Di kota raja, baik kawan dan orang dalam rumahnya, tak menghormati ia tetap disini kedua orang kosen itu sangat menghormati kepadanya, sikap mereka membikin ia berpikir justeru ia masih muda, memang tepat kalau ia mengangkat nama, inilah ketikanya yang baik. Buat apa merantau kalau ia tetap tak berbuat apa apa?

Mau atau tidak ia terlibat penghidupan kaum Kang ouw, atau Rimba Persilatan, Hanyalah karena berpikir begini, kembali pikirannya menjadi kusut, hingga ia mesti berpikir keras.

Tiang Keng melihat orang berdiam saja, dia tidak mau mengganggu ia percaya kawan ini lagi memikirkan sesuatu

Tiang Hoa tentu berdiam terus kalau ia tak disadarkan suara Ban-in dan Wan Nio, yang memanggil mereka dari jendela, ia lantas menoleh kepada Tiang Keng dan bersenyum, terus keduanya masuk kedalam. ooo

Dusun Kwie In chung terletak diluar kota Liok-han- terpisahnya empat puluh lie dari tembak kota, duduknya diantara cagak tiga sungai, sedang dibelakangnya yalah gunung, itulah sebuah dusun besar dan bagus keletakannya.

Dilihat dari romannya, pantas tempat itu menjadi tempat peristirahatan atau untuk hidup menyendiri. Air yang jernih dan pepohonan yang hijau mengurungnya. Didepan pekarangan luar terdapat semacam rimba pohon tho.

Lohor itu d idalam rimba pohon tho terlihat seorang tua bersama dua kacungnya. Dialah seorang yang jidatnya tinggi kumisnya hitam hidungnya yang mancung sedikit bengkok. dan kedua biji matanya bersinar sangat tajam.

Dia lagi berdiri tenang dengan kedua tangannya digendong, dia mengawasi kedepan, Bajunya yang panjang dan warnanya putih memain diantara sampokannya sang angin. Kedua kacungnya yang nampak lincah mesti mengerti ilmu silat seperti dia.

Kemudian mereka bertiga jalan sampai ditepi kali, jalanan disitu kecil dan berliku-liku, Ke sungai mereka memandang layar-layar putih, sinar matanya orang itu guram.

Belum terlalu lama maka terlihatlah datangnya seorang bertubuh kecil dan kurus yang pakaiannya singsat, Dia menghampir kan orang itu lalu berdiri dibelakangnya dan memanggil "Cung coe" orang tua itu memutar tubuhnya dengan perlahan. "Ada apa?" ia menanya.

orang kurus itu bersikap hormat, ia menyahuti sabar: "cian Tiauw Hong dan Lo Siauw Hoog sudah kembali, Mereka sekarang berada diluar rimba untuk bertemu dengan chungcoe."

Orang tua itu yalah Kwie Lam Ciauw, pemilik dari dusun Kwie ie Chung itu. Dia agaknya heran hingga dia mengasi dengar suara "oh" Dia tercengang tetapi itu tak kentara pada wajahnya, terus dia kata " lekas suruh mereka datang ke mari "

Orang kurus itu memutar badannya atau majikannya tanya padanya. "Dimana ada nya Seeboen Loosoe sekarang?"

"Dia sedang main catur bersama Hoat sian siansoe dan Thian Leng sie."

Kwie Lam Ciauw mengawasi orang berlalu. Kalau tadi ia nampak berduka, sekelebatan wajahnya tersungging senyuman dengan perlahan terdengar dia bersenandung.

Tak lama maka Tiauw Hong dan Siauw Hong muncul, selagi orang mendekati, ia memapak mereka, sembari tertawa nyaring ia kata: "Banyak capai, tuan-tuan Apakah pemuda she Lie itu dapat diundang?" Cian Tiauw Hong menjura.

"Lie tayhiap berjanji akan datang besok." sahutnya.

"Bagus. Bagus." Lama Ciauw tertawa pula tapi d idalam hatinya, dia mendongkol, dia Jelas, inilah sebab dia mendengar Tiauw Hong memanggil orang dengan sebutan tay-hiap. yang berarti orang gagah yang mulia, itulah panggilan sangat menghormat dan memuja, terus ia berdiam, tidak ia menanyakan halnya Siauw Hong dan orang she cian ini yang agaknya lambat kembalinya, pada wajah nya tidak tertampak apa yang ia pikir, Hanya

kemudian ia menghela napas.

"Apakah kamu tahu kenapa aku si orang tua mengundang Lie tayhiap?" ia tanya, la mengubah panggilan si anak muda she Lie dengan tayhiap yang ia tak puas mendengarnya itu."

"Apakah chungcu mengundangnya untuk dia dipakai melayani See-boen Boe Wie?" Tiauw Hong menanya, suaranya menyatakan dia mendongkol.

Kwie Lam Ciauw mengangguk perlahan, "sudah bertahun-tahun kau membantu aku si orang tua kau tahu baik hatiku, "ia menjawab, "maka itu kalau nanti Lie Tayhiap datang, aku minta sukalah kamu melayaninya baik-baik,"

Alisnya Tiauw Hong terbangun, dia menyahuti, suaranya dalam: "Tak usahlah chungcoe pesan lagi, Kami tahu bagaimana harus melayaninya, Cumalah harus dijaga halnya dia gampang terancam terbinasakan dengan terbokong, Aku pun minta chungcoe bersiaga."

Kwie Lam Ciauw nampak terperanjat "Apa artinya perkataan kau ini?" dia tanya.

Cian Tiauw Hong lantas kasih keterangan halnya See- boen Boe Wie mengirim orang orangnya buat membunuh dia, bahwa kemarin ini hampir saja Lo Siauw Hong terbinasa ditangannya jago tua itu, ia ceritakan bagaimana mereka ditolongi tayhiap she Lie itu.

Peristiwa itu merupakan kenyataan, hanya Tiauw Hong menuturkannya demikian rupa, hingga terbayang Kwie Lam ciauw sendiri turut teramcam bahaya setiap waktu. Kwie Lam ciauw bergidik, lalu dengan menyeringai dan keras ia kata: "Jikalau aku si tua tidak membunuh kau, aku bersumpah tidak mau menjadi orang.." Baru kali ini majikan dari Kwie In Chung ini mengentarakan rasa hatinya.

Justeru itu dari atas sebuah pohon digili-gili sungai terlihat melayang turunnya satu tubuh yang berbaju merah, yang gerakannya gerakan Tay-peng-tiau-cie atau Burung garuda membuka sayap. Dengan cepat orang itu sampai didepannya Kwie Lam Ciauw.

Begitu orang berlompat turun, Kwie Lam Ciauw bertiga telah melihatnya, maka itu, chungcoe itu sudah lantas menutup mulutnya. Tapi selekasnya orang berada didepannya, dia bersenyum dan menyambut dengan pertanyaannya: "Bukankah soetee lagi main catur dengan Hoat sian siansoe? Kenapa soetee mempunyai kegembiraan untuk datang kesini?"

Keng-Thiang-Cioecoe-boen Boe Wie tidak menjawab tuan rumah yang menjadi soe-heng, atau kakak seperguruannya, ia hanya mengawasi bengis kepada Cian Tiauw Hong dua Lo Siauw Hong, sinar matanya, sinar mata pembunuhan.

Lantas juga terdengar suaranya yang seram: "Manusia tukang mengadu" orang, bagaimana kamu masih ada muka untuk balik kembali?" Kata-kata itu dibarengi menyambarnya tangannya kepada Lo siauw Hong.

"Hm," Kwie Laui Ciauw bersuara seraya tangan kanannya mengibas kelengannya penyerang yang bengis itu. Seeboen Boe Wie menarik tangannya sambil berkelit kesamping. "soe-heng, apakah artinya ini?" dia tanya keras, matanya menatap.

"Tidak apa-apa, soetee," kata Lam Ciauw tertawa, "Aku cuma kuatir orang lain nanti jail mulut mengatakan kakakmu ini membiarkan adik seperguruannya sewenang-wenang membunuh orang sebawahannya, jikalau itu sampai tersiar, cara bagaimana kakakmu ini nanti bertemu orang?"

Mendengar keterangan iiu, secboenBoe Wie tertawa terbahak bahak.

"Binatang ini manusia tukang merenggangkan orang" katanya nyaring, "tidak ada artinya untuk membunuh dia itu pun tidak memalukan Siauwtee mewakilkan kau menjalankan aturan, soeheng, mana dapat orang nanti mengatakan kau membiarkan atau menganjurkan aku?" Kwie Lam Ciauw tetap berlaku sabar dan tenang.

"Urusan belum lagi terang, mana bisa kita lancang melakukan pembunuhan?" ia kata. Adik seperguruan itu tertawa dingin.

"soeheng." dia kata, " kau tidak percaya Siauwtee, maka Siauwtee kuatir kau nanti mati tanpa ada tempat kubur untukmu"

Hebat kata-kata itu hingga Kwie Lam Ciauw melengak, ia gusar tetapi ia dapat mengendalikan diri

"Hm. Hm." terdengar suara d ih id ung nya, ia lantas kata: "Mereka in^ telah turut aku buat banyak tahun, aku perlakukan mereka baik sekali, cara bagaimana mereka dapat berkhianat padaku? jikalau tuduhan terhadap mereka benar, kenapa mereka berani pulang kemari? Tidak. tidak nanti mereka bernyali demikian besar."

Seeboen Boe Wie tertawa dingin, "Manusia itu, hatinya terpisah dengan perutnya." katanya tajam, "siapakah dapat melihat hatinya itu? Didalam dunia ini banyak sekali orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan jikalau soeheng tidakpercaya soetee, aku kuatir dibela kang hari soeheng nanti menyesal sesudah kasip."

"Perkataan kau ini benar, soetee jangan kata diantara sahabat-sahabat, sekalipun saudara kandung sendiri, masih ada yang tak dapat dipercaya sepenuhnya.

Kakakmu ini mengambil sikap memperlakukan semua orang sebagai kesatria, biarlah dunia mensia-siakan aku, asal aku tidak mensia-siakan orang banyak Yang lainnya semualah kata kata tak artinya."

Seeboen Boe Wie ketahui kakak seperguruan ini mengatakan dia yang licik akan tetapi dia tidak dapat menyatakan kurang senangnya, maka itu dia melainkan bisa mendongkol hingga mukanya menjadi merah dan matanya seperti mau berlompat saking menahan hati, Dengan bengis dia menatap bergantian Tiauw Hong dan siauw Hong,

Kedua orang she Cian dan she Lo itu tidak takut, bahkan dalam hatinya mereka tertawa hanya diam-diam mereka bersiaga kalau-kalau orang nanti menyerang mereka. Seeboen Boe Wie dapat juga mengendalikan diri, maka itu kemudian dia menjadi sabar, air mukanya tak sebengis tadi, Dia tertawa tawar dan kata:

"Baik, baiklah. Kelihatan nya burung yang terbang sudah lewat habis dan panah harus disimpan, selanjutnya tentu soeheng tak membutuhkan Siauwtee lagi, maka itu soetee meminta diri buat selama lamanya" Kwie Lam Ciauw mengurut kumisnya, Dia tertawa lebar.

"Soetee mengapa soetee berpikir terlalu hanyut?" ujarnya, " Kakakmu ini telah menerima bantuanmu banyak sekali maka juga Kwie Ie Chung ini dapat dibangun seperti ini budimu itu kakakmu akan ingat sekali, Kenapa soetee begini mudah bicara tentang perpisahan? Cian Loosoe dan Lo Loosoe tolong kamu minta Seeboen soetee suka berdiam terus bersama kita"

Cian Tiauw Hong lantas menjura pada Seeboen Boe Wie.

"Sebenarnya juga Kwio in chung tak dapat dipisahkan dari Seeboen Tayhiap" ia berkata, juga mengenai urusan dengan Thian Hong pang dan Tong Teng san, chungcu kami sangat mengandal pada tayhiap. Tanpa tayhiap tidakkah rencana kita itu bakal menjadi seperti busah saja? tentang diri kami berdua si orang she Cian dan she Lo," ia menambahkan "kami pasti ingat budinya Chungcu yang besar laksana gunung. maka itu mana dapat budi dibalas dengan kejahatan? Aku minta sukalah tayhiap tidak mendengarkan kata di luaran-" 

Seboen Boe Wie berdiam saja, ia cuma tertawa mengejek.

Ketika itu satu peg awai dusun datang dengan cepat, menghampirkan Seeboen Boe Wie. untuk melaporkan- "Diluar ada datang dua tetamu tua yang bertubuh kecil dan katai bersama seorang muda yang membawa pedang, mereka itu mohon bertemu dengan tayhiap."

Seeboen Boe Wie mengerutkan alis. "Kenapa penjaga tepian sungai membiarkan mereka lewat sebelum mereka melaporkan dan meminta perkenan?" ia tanya.

"Mereka itu melintasi sungai dengan berjalan diatas air dengan kepandaiannya teng-peng tou-soei," sahut pekerja itu. "Katanya mereka itu liehay sekali hingga penjaga tepian tidak berani menghalang-halangi mereka?"

Matanya Boe Wie bersinar bengis, terang dia mendongkol sekali,

"Segala manusia tak berguna." katanya sengit. "Mereka memberitahukan nama mereka atau tidak?"

Pegawai itu berdiri tegak seraya menurunkan kedua tangannya.

"Kedua orang tua itu menyebut dirinya Ceng shia siang Ay," sahutnya.

Seeboen Boe Wie berdiam dia mengoceh sendirinya: "Aku tidak kenal Ceng shia siang Ay, ada urusan apa mereka mencari aku?" Terus dia mengawasi Kwie Lam Ciauw.

Ketika itu Kwie Chungcoe sambil menggendong tangan lagi memandang ke arah gunung, sikapnya sangat tenang mengenai urusan Ceng shia siang Ay itu ia seperti tidak mendengarnya.

Menampak demikian, Boe Wie tertawa dingin. "Dan siapa si anak muda yang membawa bawa

pedang?" ia tanya pula sipegawai atau chung-teng. "Kong-sen-.." kata Boe Wie sendirian agaknya dia

terkejut, Lantas matanya mendelong air mukanya guram, Kemudian dia tanya: "Bagaimana romannya pemuda itu? Apakah ada sesuatu yang luar biasa?" Chungteng itu berpikir.

"Tidak, kecuali dijidatnya, diantara kedua alisnya, ada tai- lalatnya warna merah, sahutnya sesaat kemudian.

Seeboen Boe Wie kaget, kedua kakinya lantas menjejak tanah, hingga tubuhnya mencelat tinggi, hingga sebentar saja dia sudah lari belasan tombak jauhnya. Cian Tiauw Hong memberi tanda kepada si chungteng yang lantas mengundurkan diri

Kwie Lam Ciauw memutar tubuhnya dengan perlahan, dengan dingin dia kata: "Ceng shia siang Ay bangsa lurus, tak nanti mereka datang tanpa sebab, sedang anak muda she Kongsoen itu pastilah turunan dari kurban darah berbau amis dari see- boen Boe Wie."

"Benar-benar rupanya Kwie In Chung bakal tak dapat tenang dan damai lagi..."

"Apakah chungcoe tidak dapat berdiam diri, menonton disamping dengan berpeluk tangan saja?" Lo Siauw Hong tanya.

Chungcoe itu menggoyang kepala, "Mana dapat aku si orang tua membiarkan orang mengatakan aku tak bijaksana dan tak berbudi?" sahutnya masgul. Dan ia menghela napas, tanpa mengucap sepatah kata lagi, dia pun berlompat, untuk lari pulang.

Lo Siauw Hong tertawa dingin.

"Pandai sekali Kwie Lam Ciauw bersandiwara," katanya sebal, "sebenarnya dia licik dan licin sekali, dia melebihkan See- boen Boo Wie. Mari, kita menonton keramaian-" Cian Tiauw Hong menurut, maka berdua mereka lagi kedepan- Tak lama dari kepergian Tiauw Hong berdua, dari dalam rimba dekat situ terlihat munculnya seorang yang berdandan sebagai seorang sastrawan, mukanya putih, alisnya bagus, kumis dan jenggotnya terpecah tiga.

Halus sekali gerak geriknya dia. Dia berjalan sampai ditempat berdiamnya Lam Ciauw beramai, lantas dia berhenti, Lantas terdengar dia berkata-kata seorang diri, "Kwie Lam Ciauw, kau hendak menelan Thian Hong Pang, itulah pikiran gila itu berarti kau cari jalan mampusmu sendiri. Apakah kau kira aku Tiat-tet-cee Jie- siong-gan orang yang dapat dibuat permainan?"

Habis berkata begitu, mendadak dia lari balik kedalam rimba untuk keluar pula sambil menenteng masing- masing seorang bocah ditiap tangannya, ia meletaki mereka itu di tanah diatas rumput lantas ia menotok tubuh mereka.

Kedua bocah itu menggeraki kaki tangan mereka, lantas mereka berdiam pula. Jie siong Gan mengawasi.

"Hm" katanya perlahan "Mereka ditotok hingga jalan darah mereka tersalurkan tak benar. ia mengulur tangan kanannya untuk menotok pula dua kali bergantian, dijalan darah lekslok dan thian-kie.

Kali ini lekas kedua bocah membuka matanya dengan ayal-ayalan, ketika mereka bergerak, mereka berlumpat untuk bangun berdiri segera mereka melihat orang yang berdiri dihadapan mereka yang beroman dan berdandan seperti sastrawan. Jie siong Gan mengawasi ia bersenyum.

"Kamu murid siapa?" ia tanya, " Kenapa kamu kena orang totok disini?" Kedua bocah dapat menduga siapa yang telah menolong i mereka, mereka berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada ini sasterawan tua. Jie siong Gan mengangkat bangun pada mereka itu.

"Kami murid-muridnya Kwie Chungcu," ia berkata, "Aku Boan In dan dia Hoet Goat."

Jie siong Gan bersenyum. "Nama yang bagus" dia memuji.

"Tadi kami diajak chungcoe datang ke-tepi kali ini," Boan In berkata pula, "lantas kami disuruh mengundurkan diri, kami masuk kedalam rimba itu.

Mendadak kami melihat satu bayangan merah berkelebat, belum kami tahu apa-apa, kami telah di totok bayangan itu. jikalau tayhiap tidak menolong, entah bagaimana jadinya dengan kami."

Bocah itu berkata keras, suatu tanda dia mendongkol Alisnya pun terbangun.

Alis Hoet Goat terbangun juga, dia mendongkol seperti kawannya itu. Jadi kamu tak sempat melihat sekalipun bayangan orang itu?" Berdua mereka mengangguk.

"Kecuali Seeboen soesiok. tidak ada lain orang yang mengenakan baju merah" kata Boan in penasaran.

"Apakah kamu maksudkan Keng-Thian-Cioe Seeboen Boe Wie?" Tanya Jie siong Gan terkejut, "jikalau kata- katamu ini dikeluarkan oleh orang lain, sungguh tak dapat dipercayai. Tapi kamulah yang bicara, kamu tentu tidak menduga, Turut dugaanku, tentulah mereka dua saudara seperguruan telah tidak akur lagi satu dengan lain." Boan In mengangguk

"Memang Seeboen soesiok dan chungcoe telah saling mencurigai," katanya, "Sekarang ini semakin nyata nampak ada perselisihan diantara berdua." "Apakah sebabnya itu?"

"Tak lebih tak kurang karena urusan kitab ilmu silat" Hoet Goat nyeletuk. Boan In mengedipi mata pada kawannya itu yang lantas membungkam.

Jie siong Gan melihat sikapnya bocah itu, ia berpura- pura tidak mendapat tahu. Dalam hati ia girang sekali, Pikirnya: "Hm.. Aku memperoleh endusan Tak kecewa perjalananku ini."

Melihat kedua bocah itu cerdik, ketua muda Thian Hong Pang sudah lantas memikir daya untuk mengakalinya. ia perlu tahu di mana kitab silat itu disimpan, ia dongak memandang langit, lalu ia menghela napas.

"Dua saudara bentrok, itulah hebat dan menyedihkan," katanya perlahan romannya berduka, "Rupanya saat ambrukoya Kwie in Chung sudah tak jauh.lagi sungguh sayang..." ia melirik kedua bocah, roman siapa berduka, ia menambahkan: "sayang kamu berbakat baik, kamu mirip mutiara mustika dibuang ketempat gelap. jikalau nanti api sudah merembet ke gunung maka batu dan kemala akan terbakar bersama tanpa perbedaan sungguh sayang " Kembali ia menarik

napas berulang-ulang.

Tengah mereka berbicara ini maka dalam rumpun ditepian muncul satu kepala orang dengan rambut panjang dan kusut, sepasang matanya yang celong bersinar biru bengis, mukanya dengan menyeringai mengawasiJie siong Gan. Hanya sebentar kepala itu di tarik pulang pula hingga tak nampak lagi. Kedua bocah sementara itu tertarik hatinya sebab Siong Gan bersimpati kepada mereka, Boan In menjura.

"Siapa kau tayhiap?" dia tanya. "Dapatkah aku menanya she dan nama tayhiap yang mulia?"

"Aku Jie siong Gan- Pangeoe dari Thian Hong Pang."

Boan In terkejut, lantas ia tarik tangannya Hoet Goat, untuk diajak berlutut ber-sama.

"Eh. eh, kamu bikin apa ini?" dia tanya. Boa n i n mengangguk.

"Kami mohon supaya kami diterima sebagai murid, supaya kami dapat melihat pula langit dan matahari" kata dia.

Jie siong Gan lantas memimpin bangun, ia mengerutkan alis tetapi ia tertawa.

"Sekarang ini belum tiba waktunya," kata ia. "Buat sementara baiklah aku terima kamu sebagai calon, sekarang lekas kamu memberitahukan Kwie Chungcoe, bilang bahwa aku Jie siong Gan mohon bertemu dengannya."

Kedua bocah itu girang sekali, Mereka mengucap terima kasih, lantas mereka berlalu sambil berlari-lari.

Jie siong Gan mengawasi, matanya mengasi lihat sinar pembunuhan, mulutnya bersenyum tawar, Agaknya ia puas sekaliJusteru itu, mendadak ia merasa pahanya seperti digigit nyamuk tapi nyeri, hingga ia menjadi kaget, ialah orang Kang ouw liehay, ia mengerti bahwa ia telah terbokong orang, maka dengan sekonyong- konyong ia mencelat dengan lompatan it ho cin ie, atau Burung jenjang menggibriki bulu, ia lompat tinggi dan jauh, untuk segera menyerang gembolan pohon didepannya, hingga gombolan itu ambruk dan tanahnya menerbangkan debu.

Tapi ia tidak melihat ada orang disitu, ia berdiri menjublak. matanya melongo, mulut nya menganga, ia heran sekali, ia penasaran jangat ialah ketua sebuah partai, tak senang ia dipermainkan orang.

Dalam sengitnya, ketua Pang coan ini berlompat maju pula, akan mengulangi serangannya pada lain gombolan didepannya. la menduga musuh gelap masih bersembunyi didekat situ, sebab ia tidak melihat orang muncul atau lari, la menyerang hebat dengan kedua tangannya. Lagi sekali gombolan ambruk dan debu mengepul Dua ekor balang lompat terbang saking kaget,

"Ah" ia mengasi dengar suaranya, ia terbengong pula, herannya bukan buatan, Lalu matanya bersinar guram, Keluarlah suaranya yang perlahan- "Mungkinkah dia?"

Mendadak ia ingat kepada Kwie-kiam-cioe Cee-cu, ketuanya, Tanpa merasa ia menggigil sendirinya.

"Ah, tak mungkin- katanya sejenak kemudian "Dialah seorang dengan sebelah kaki, meski dia sangat gesit, tidak nanti dia tak terlihat olehku"

Ia masih berdiam dan matanya mencari-cari kesekitarnya. sunyi diseputarnya itu, Achirnya ia lari kearah perginya kedua bocah, sampai ia tak nampak lagi.

Begitu disitu sudah tidak ada lain orang, dari bawah gili-gili terlihat lompat munculnya seorang bocah umur lima atau enam belas tahun, yang mukanya hitam, sembari tertawa nyaring, dia berkata: "Cee soepee, mari, keluar"

Kembali lompat muncul seorang lain yang usianya lanjut, rambutnya panjang. tangannya mencekal tongkat yang membantu kakinya yang tinggal sebelah, dan ketika dia menaruh kaki, tongkatnya itu terus menunjang tubuhnya.

Lantas dia tertawa dan kata: "Eh, kunyuk. nyalimu besar sekali sedikit saja kau kurang gesit, kau bisa mampus d iba wah hajaran Pekskhong-ciang. jikalau kau sampai terluka, bagaimana aku dapat bertemu dengan gurumu si mahasiswa melarat?"

Bocah itu bersenyum, Dialah Kam Jiak Hoei muridnya sin-beng sioe-soo Kim som dan si orang tua yalah Cee Cit.

Khioe Cin Keen mendapatjulukannya Boe eng Hoei Long si serigala Tanpa Bayangan lantaran ringannya tubuh, hingga dia dapat lari pesat luar biasa, akan tetapi dia kabur dengan membawa tubuh Jiak Hoei. Biar bagaimana dia tercandak sin-beng sioe-soe Kim som si pelajar Lari Cepat.

Dia lari mengikuti sungai, setelah limapuluh lie, Kim som berada dibelakangnya tak ada lima tombak, di belakang si orang she Kim kira belasan tombak menyusul Cee Cit si kaki satu.

Dengan lantas Khioe cin Koen mendapat tahu bahwa orang dapat meny andak padanya, dia lantas menotokJiak Hoei lalu sambil berseru, dia melemparkan tubuh bocah itu kearah sungai, dia sendiri kabur terus bagai kilat.

Sinheng sioe-soe tidak menyangka orang berbuat sedemikian kejam. Dia menghentikan larinya dengan tiba-tiba. Dia melihat tubuh muridnya lagi terlempar ke sungai, tubuh itu tak menggeraki tangan atau kakinya. Dia tahu apa artinya itu, pasti Jiak Hoei telah ditotok hingga menjadi tidak berdaya, Dia kaget dan berkuatir hingga dia mengasi dengar seruannya, Tiada harapan untuknya dapat menolongi muridnya itu.

Tiba-tiba terlihat sesosok tubuh bagaikan melayang menyamber kearah Jiak Hoei. itulah tubuhnya Cee Cit, yang berkaki satu, Mengenali sahabat itu, Kim som menghela napas, ia tahu Cee Cit membenci kejahatan seperti dia membenci musuhnya, tetapi belum pernah ia mendengar orang suka berkurban jiwa untuk lain orang. sekarang ia menyaksikan bukti kenyataan.

Kejadian berjalan sangat cepat, Tinggal lagi tiga tombak tubuh KamJiak Hoei bakal tercemplung keair, cee Cit sampai dan tubuh nya kena d is amber dengan tangan dapat mulur dari Kwie Kian cioe, sedang kakinya penolong ini lekas juga turun menginjak wadas di depannya.

Jiak Hoei disamber rambutnya untuk segera dikasi turun, Kim som lantas lompat menyusul.

Setelah diperiksa Jiak Hoei kedapatan melainkan pingsan, Dibawah terangnya si Puteri Malam, dia terlihat ditotok Khioe cin Koen pada iga kirinya dijalan darah hoen-hoe dimana masih ada bekasnya tapak totokan biru.

Cee Cit kaget sambil menghela napas dia kata. "Benar- benar Khioe Cin Koen sangat telengas, syukur dia tengah kesusu, totokan nya meleset lima bagian jikalau tidak entah apa kejadiannya dengan anak ini?.."

Lantas dia bekerja menotok dan menguruti untuk menolong bocah itu

ooooooo BAB 14

KIM SOM terharu dan berterima kasih kepada Kwie Kian cioe, Dia ini telah mengeluarkan kepandaian dan tenaga dalamnya untuk memunahkan totokannya Khie Cin Koen, itulah totokan yang hebat yang tidak sembarang orang dapat membebaskannya. Meskipun akhirnyaJiak Hoei mendusin, ia lemah sekali, ia menyender kepada gurunya.

Mereka berada diatas batu wadas lebar persegi tak lima tombak. sungguh kebetulan wadas itu berada ditengah sungai dibetulan situ. Kalau tidak pasti tubuh Jiak Hoei terlempar keair dan hanyut karenanya, Atau kalau dia terlempar kewadas itu akan hancurlah, tubuhnya itu..

Cee Cit ketua dari Thian Hong Pang, ia pandai berenang, akan tetapi sekarang dengan kakinya tinggal satu, ia tak dapat berbuat banyak. Maka itu ia terpaksa duduk bercokol diwadas itu akan menantikan sang siang, di waktu mana tentulah akan ada perahu-perahu yang berlalu lintas.

Syukurlah air tak banjir hingga mereka tak usah kuatir nanti terbawa hanyut sambil menung kuli lewatnya sang waktu Kim som dan sahabatnya memasang omong tentang pelbagai peristiwa dalam dunia Kang ouw atau Rimba Persilatan.

Dua jam mereka menanti, barulah sang fajar mulai menyingsing, diarah timur terlihat samar samar sinar putih, Matanya Cee Cit sangat jeli, didalam kabut ia melihat petaan dari sebuah perahu besar lagi mendatangi melawan sang air. Tidak ayal lagi, ia mengasi dengar siulan yang nyaring dan lama. Dari arah perahu itu lantas terdengar suara serupa, atas mana Cee-cit mengasi dengar pula siulannya, dua kali lama, satu kali cepat,

Kim som menduga kawannya ini mengenali perahu itu perahu Thian Hong pang, maka dia memberi isyaratnya itu.

Benar saja, perahu besar itu lantas menghampirkan perlahan-lahan, hingga kemudian nampak dikepala perahu berdiri seorang yang bertubuh besar dan kekar, malah lantas terdengar juga pertanyaannya: "Siapa itu diatas wadas dan dari cabang mana? Lekas beritahu"

Cee- cit mengawasi orang itu, baru dia menjawab dengan pertanyaannya: "Yang di atas perahu itu apa bukannya soen-kang Hoei-to Hay-ma Cioe Goan Yauw?"

Orang itu mengenali suara yang menanya, dia terkejut Ketika itu perahunya sudah mendatangi tinggal kira empat kaki dari wadas, Dia lantas lompat kewadas dimana dia melihat Kwie Kian cioe lagi berdiri tegak bagaikan patung malaikat Kie Lcng, rambut dan kumisnya tertiup angin, benar ia telah berubah romannya, kakinya tetap tinggal satu.

"Cee Pang coe?" ia berkata, " sepuluh tahun sudah kita berpisah, syukur Pang coe sehat-walafiat seperti sediakala Pangeoe membikin Hay-Ma Cioe Goan Yauw sangat kangen kepadamu "

Orang masih hendak bicara terus tetapi cee cit mengangkat tangannya.

"Apakah diatas perahu itu semua orang kepercayaanmu?" ia tanya keras suaranya sangat berpengaruh. Cioe Goan Yauw menggoyangkan kepala terus ia berbisik: "Masih ada cin Houw dan yang lainnya..."

Mendengar disebutnya nama cin Houw, matanya Cee cit bersinar dan mulutnya memperdengarkan suara. "Hm"

Perahu telah sampai kira dua tombak dari wadas, lantas berhenti.

Ketika itu kabut makin tebal hingga sukar orang melihat satu pada lain.

"Hay-Ma, ada apa?" begitu terdengar pertanyaan dari atas perahu, Nyaring suara itu.

"Ada orang anggauta kita..." sahut Cie Goan Yauw menyahuti, Cee cit sudah menjejak wadas dan tongkatnya menekan keras dengan begitu tubuhnya segera mencelat ke-arah perahu.

Cin Houw sudah biasa dengan kabut, dia dapat melihat orang berlompat datang bahkan dia lantas mengenali, maka dia menjadi kaget sekali. Sambil berkelit dengan mendak dia lompat mundur satu tombak.

"Cin Houw, apakah kau masih kenal aku?" tanya Cee cit, yang menginjak perahu di dekat orang.

Cin Houw kaget sampai ia tak dapat menjawab, tubuhnya pun lemas, jidatnya

mengalirkan keringat.

Dari dalam perahu terdengar,suara berisik belasan orang lantas muncul. Rupanya mereka mendengar suara tak nyata hingga mereka menjadi bercuriga.

Ketika itu dari wadas terdengar seruan, lantas terlihat dua bayangan lompat ke-perahu. Bahkan yang satunya, yalah Kim som, sudah lantas turun tangan hingga beberapa orang kena ditotok roboh. "Semua berdiam" Cioe Goan Yauw berseru "Pangcoe disini"

Cin Houw terus berdiam. terus ia berada dalam ketakutan, ia jeri terhadap ketua ini, karena didalam Pang Coan, atau Thian Hong Pang, ia termasuk pengikut atau orang kepercayaannya Hoe pangcoe Jie siong Gan, terhadap Cee Cit, ia menurut dimulut, menentang dihati, ia berani berbuat begitu karena ia mengandal pada ketua mudanya itu.

Beberapa kali ia mau dihukum Jie siong Gan selalu melindunginya. sekarang ia menghadapi ketua tanpa ketua mudanya, maka tahulah ia bahwa ia bagian mati, saking takut tetapi ingin hidup, ia memikir untuk kabur saja. ia tidak bersangsi mengambil keputusannya maka berbareng dengan seruannya Cioe Goan Yauw, ia menggeraki tubuh nya untuk terjun kesungai. Justeru orang berlompat, justeru Cee cit berseru.

Cin Houw menjerit saking sakit, lantas dia tak sadarkan diri, Dia tak dapat lolos dari lima jari tangan yang lichay dari Cee Cit, yang mengulur lengannya dengan ilmu nya Hoei Wan cioe alias si Kera Terbang.

Segera Cioe Goan Yauw mengundang Cee Cit masuk kedalam perahu. Kim som turut sambil memondong muridnya, yang ia terus suruh duduk bersemedhi, guna menyalurkan napasnya. "Apakah kambratnya Jie siong Gan dapat dibereskan?" Cee Cit tanya Goan Yauw.

Hay Ma si Kuda Laut mengangguk. kemudian ia mengawasi ketuanya itu, agaknya ia tidak yakin.

"Pangcoe," ia tanya, "katanya kau telah menutup mata ditanah perbatasan pada sepuluh tahun yang lalu, jadi itulah kabar paisu belaka." 

Cee cit tertawa dingin.

"Kabar kematianku itu bukannya kabar palsu," ia menjawab suaranya dingin juga, " Hanya setelah aku mati sepuluh tahun, Raja Akherat sebal melihat aku, lantas dia usir aku pergi dari neraka."

Cioe Goan Yauw terkejut, ia kaget dan heran. suaranya ketua ini menandakan dia sangat gusar dan penasaran, sedang romannya menjadi terlebih bengis. ia menduga tentulah selama sepuluh tahun ketua ini sangat menderita, ia tidak tahu bahwa orang bisa hidup.

"Masih ada separuh dari saudara-saudara kita yang selalu ingat kepada Pangcoe." katanya kemudian sambil menghela napas, "mereka mengagumi Pangcoe untuk kegagahan dan kebijaksanaan Pangcoe. Lantaran mendengar kabar Pangcoe sudah menutup mata, terpaksa mereka turut Jie siong Gan, sekarang bagaimana Pangcoe hendak bertindak aku Cioe Goan Yauw, bersedia aku bekerja untuk Pangcoe dan partai kita. Aku tidak menampik kematian sekalipun."

Cee- cit tertawa, "Tahukah kau bahwa Lenghoe kita telah dicuri Jie siong Gan?" ia tanya.

"Setelah kepergian pangcoe, kami menduga lima bagian," sahut Gan Yauw. Sudah lama Jie siong Gan mengarah kedudukan pangcoe, segera terlihat jelas cita- citanya itu. Lewat setengah tahun maka tersiarlah berita dalam Rimba persilatan di Kang lam bahwa Pangcoe telah meninggal dunia, setelah mana dia mengumumkan mengangkat dirinya menjadi pengganti Pangcoe, Lenghoe kita terus tidak dipakai lagi, sebagai gantinya adalah Kim Heng Kie-leng, yaitu lencana bendera Burung Hong mas. sekarang ini pengaruh kita menurun setiap hari maka itu perlu Pangcoe bertindak untuk memulihkannya."

Cee Cit mengangguk.

"Tapi itulah tak usah kita buru-buru," kata ia. "sekarang ini aku ingin mencari tahu dulu dimana adanya lenghoe kita untuk didapatkan pulang, Kau tahu sendiri bahwa tindakan kita ini tak dapat dibocorkan, sekarang pergi kau bereskan semua pengikutnya Jie siong Gan-"

Cioe Goan Yauw menerima perintah, dia lantas mengundurkan diri

Cee- cit lantas mengawasi Cin Houw yang terus rebah pingsan dilantai, lantas ia mengirim totokan dengan sebelah tangannya, Mulut orang itu bersuara, menyemprotkan darah hitam, lantas dia mendusini.

"Pangcoe, ampun,.," kata dia lantas begitu lekas dia membuka matanya, mengawasi ketua itu, sedang suaranya bergemetar.

"Tak sukar untukmu mengharap hidup," kata Cee-cit dingin, "Kau mesti omong terus terang pada aku si orang tua. Dimana adanya Jie siong Gan sekarang?"

Cin Hauw telah mati kutunya, ia mengangguk-angguk. “Jie Pangcoe,..." katanya, Atau mendadak dia

merandak. sebab dia melihat mata Kwie Kian cioe mendelik, Dia meneruskan dengan mengubah bahasa panggilannya, Dia kata: “Jie siong Gan berdiam di markas besar Siauw Kosan, barupada setengah bulan yang lalu dia meninggalkannya, dia menuju ketimur mengikuti aliran sungai, katanya dia mau melakukan penilikan sekalian terus pergi ke Kimleng. Apa sebenarnya mau dilakukan Jie siong Gan, kita tidak tahu karenanya kita berkuatir. Demikian selama yang belakangan ini kita selalu melakukan penilikan, Kita tidak tahu di sini kita bertemu Ceecoe."

Cee Cit tertawa, suaranya itu membikin hati orang guncang.

"Biasanya Jie siong Gan tidak menyembunyikan apa juga kepada kau, kenapa kali ini ia tidak menjelaskan maksud perjalanannya itu?" ia tanya.

Cin Houw merasakan punggungnya dingin, ia sangat ketakutan, Kaki dan tangannya seperti beku, ia mengangguk-angguk.

"Apa yang aku tahu," katanya perlahan, Jie siong Gan pergi untuk urusan kitab ilmu silat. Yang lainnya aku tidak tahu lagi."

"Hm" Cee Cit bersuara dingin terus ia tertawa. "Aku paling benci orang yang tidak bersemangat Cin Houw percuma kau hidup didalam dunia, maka itu baiklah aku menyempurnakan hidupmu"

Cin Houw kaget bukan main, ia memandang ketua itu, untuk membuka mulutnya atau ia tidak diberi kesempatan pula, tangan ketua itu sudah menghajar padanya, maka ia roboh dengan jeritan tertahan napasnya lantas berhenti ia mengeluarkan darah dari mata, hidung, mulut dan telinganya.

sin-heng sioe soe mengerutkan alis menyaksikan kejadian itu.

"Saudara Kim apakah kau anggap Cee Cit telengas sekali?" Kwie Kian cioe tanya sahabat itu. ia melihat wajahnya si sahabat, Kim som tertawa, ia tidak menjawab. Ketika itu Cioe Goan Yauw datang bersama orang-orangnya, untuk mereka memberi hormat pada ketua mereka. 

"Hay Ma," berkata Cee Cit. "perahumu ini mesti disembunyikan, untuk sementara waktu, jangan kau perlihatkan diri, Tindakan ini perlu, kesatu guna mencegah muncul ku ini tidak sampai bocor, ke-dua guna keselamatan kau sendiri, Tentang keperluan makan dan pakaian kau setiap hari, jangan kuatir."

Dari sakunya, ketua ini mengeluarkan dua potong emas dan menyodorkan kepada pembantunya itu.

Cioe Goan Yauw menyambuti seraya berkata: "Tentang itu aku telah menginsafinya. Pangcoe, apakah Pangcoe masih ingat pengalaman kita ketika dulu hari kita mengadakan perlayaran penilikan kesungai tiga puluh lie dari sini dimana, di sebelah kirinya, ada sebuah pelabuhan tersembunyi yang lebat denganp^hon gelaga, yang banyak cabang alirannya? Menurut aku, selainnya dapat bersembunyi disitu, tempat itu juga boleh dijadikan markas sementara waktu."

"Ya, tempat itu bagus," sahut Cee Cit. "sekarang juga kau pergi kesana, aku sendiri mau kembali ke Kim-leng."

"Masih ada satu hal, Pangcoe, Ketika kita keluar, kita menggunai tiga buah perahu.

Dua yang lain itu semuanya perahu baru dan dapat laju lebih pesat, Kalau umpama kata aku kepergok. sukar aku lolos juga jumlah mereka lebih besar..."

Cee cit berpikir.

"Kalau begitu baik aku mengantar kau sampai disana," katanya kemudian.

Cioe Goan Yauw berlega hati, ia lantas mundur buat bekerja, Maka juga perahunya itu lantas juga bergerak maju. Ketika itu Kam Jiak Hoei sudah berhasil memulihkan kesehatannya. ia bangun sambil berlompat, terus ia menarik tangan gurunya, buat diajak pergi mencari Boe- eng Hoei Long. "Aku mau menuntut balas" katanya manja. sang guru mengawasi muridnya.

“Jangan kesusu," katanya, perlahan "Khioe Cin Keen tinggal disebuah pulau didalam kepulauan yang mencal- mencil dan banyak juga pecahan sungainya, Dia pun tinggal tak ketentuan, Dimana kau mau cari dia?"

Sang murid berdiam, mukanya merah, ia tahu ia semberono sekali.

Kim som berkata pula, tetap sabar: "Khioe Cit Keen juga dikenal sebagai Thian-Gwa It shia, ilmu silat dia luar biasa. Meskipun aku ada bersama Cee soepee kau ini, belum tentu aku dapat menang diatas angin terhadapnya, Buat menghadapi dia, kita perlu bantuannya Lie Siauwhiap. Kau jangan tidak tahu langit tinggi dan bumi tebaljikalau kau mau pergi juga, pergilah sendiri, aku tidak nanti tegur kau"

Muka Jiak Hoei merah pul ia merasa seperti diguyur air dingin, Maka ia berdiri menjublak.

Cee cit berkasihan, dia tertawa, "sudah, Kim Loji, jangan kau tegur muridmu ini," kata dia, "sekalipun aku yang sudah menjadi tua-bangka, tidak dapat aku menyepikan sakit hatiku, apapula muridmu yang masih sangat muda." ia menoleh kepada bocah itu, akan meneruskan berkata: "Kam Siauwhiap. kau hendak mencari balas terhadap Boe eng Hoei Long, aku mempunyai satu dayanya, melainkan aku tidak tahu pasti hasilnya nanti, maka mengenai itu lihat saja untungmu bagaimana." 

Jiak Hoei lantas saja menjadi sangat girang, Tapi sebelum dia menyahuti, ia memandang dulu kepada gurunya.. Ia manja tapi ia menghormati dan jeri kepada guru itu, tak perduli ia biasa diperlakukan lemah lembut.

Sang guru memandang tajam, dia kata keras: "jiwamu telah ditolongi Cee soe-pee, kenapa kau tidak mau lekas berlutut menghaturkan terima kasihmu?"

Jiak Hoei mengerti, ia lantas menekuk lututnya, guna memberi hormat dan menghaturkan terima kasih, atau Cee Cit pegang tangannya, mencegah padanya.

"Siauwhiap. aku beda dari gurumu" ia kata, "Aku paling segan terhadap segala upacara" ia terus menoleh kepada Kim som dan meneruskan "Untuk dapat mengalahkan Boe-eng Hoei-long, paling perlu kita mendapatkan dulu salah satu dari ketiga mustika yang menggemparkan Rimba persilatan itu, yalah itu kitab ilmu silat."

Kim som mengasi lihat roman heran, "Adakah itu kitab silat yang barusan disebutkan Cin Houw?" ia menegaskan. ia lantas menggeleng kepala dan menambahkan "Tentang kitab itu, warta beritanya sudah tersiar lama sekali, sudah seratus tahun orang mencari belum pernah ada yang menemui. Didalam Rimba persilatan banyak orang yang membicarakan dan mengincarnya, hingga aku tidak mempercayainya. saudara Cee, kau jadinya juga percaya itu?"

Orang yang ditanya mengangguk "Memang benar kitab itu ada," ia berkata "Itulah kitab karyanya Thio sam Hong Cinjin leluhur dariBoe Tong Pay dan isinya ada ilmu silat dalam dan luar, Yang diutamakan yala h kepalan, lalu tangan terbuka, Kitab itu diwariskan kepada muridnya yang tidak menjadi imam, maka itu Boe Tong Pay melainkan terkenal dengan ilmu pedangnya.

Terus menerus ilmu silat dari kitab itu turun kepada orang diluarBoe Tong Pay, maka lama-lama orang tak tahu itulah karyanya Thio sam Hong. selang seratus lima puluh tahun yang paling belakang, kitab jatuh ditangannya sat Cee Pit Boe Keen si Bintang Pembunuh, Diluar keinginannya, Pit Boe Keen telah membuka rahasianya sendiri, Hal itu sampai di telinganya Ceng Hie Too-jin, ketua Boe Tong Pay dimasa itu, Ceng Hie Toojin menganggap tak selayaknya kitab Boe Tong Pay dimiliki orang luar dan bahwa itu memalukan partainya, maka ia mengajak dua puluh tujuh muridnya mencari Pit Boe Keen pertempuran itu berkesudahan duapuluh delapan imam Boe Tong Pay itu mati semua, karena mana pamor partai itu lantas ia menjadi turun."

Kim som heran.

"Kenapa kau ketahui itu demikian jelas saudara Cee?" ia tanya. “Jikalau bukan kau yang bercerita sungguh aku akan anggap itulah obrolan belaka, Memang benar dulu hari itu tersiar kematiannya Ceng Hie Toojin bersama duapuluh tujuh imam lainnya, cuma orang tak tahu mereka terbinasa ditangannya Pit Boe Koen. juga aneh kenapa Pit Boe Keen tidak menghendaki penjelasan dulu dan dia main binasakan imam-imam Boe Tong Pay itu "

Cee-cit bersenyum.

"Saudara mana ketahui keadaan Boe Tong Pay dijaman itu" ia berkata, " Kebetulan itu waktu Boe Tong Pay dipengaruhi orang-orang sesat, yang suka bekerja tak benar secara diam-diam, karena itu sekalian saja Pit Boe Koen membereskan mereka. Hanya semenjak itu, Pit Boe Keen juga terus menyembunyikan diri, Kemudian lagi. kitab itu berada ditangan Tong Beng sianseng, dan mendiang kakek guruku yalah sahabatnya, maka itu aku mendapat tahu, setelah Tong Beng sianseng menutup mata, tak ketahuan kitab jatuh ditangan siapa. 

Menurut mendiang kakek guruku itu, Tong Beng sian seng mati karena dibokong, kitab itu lenyap karenanya, Kitab itu sukar, tidak sembarang orang dapat memahamkannya, hingga aku tak percaya ada orang yang mengerti itu, inilah tentu sebabnya kenapa orang melainkan menyimpan saja. Apakah saudara Kim tidak menganggap demikian juga?"

Kim som mengangguk.

"Saudara Cee benar," katanya, „Dengan kitab terus disimpan, memang sulit untuk mencarijarum didalam lautan besar." Tapi Cee cit tertawa, bahkan dia menepuk tangan.

"Sulit memang sulit tapi taklah sesulit itu" katanya, "Aku tahu Jie siong Gan cerdik sekali, jikalau bukannya dia tahu pasti kitab berada di Kang la m, tidak nanti, dia pergi sendiri ke Kimleng Maka untuk mendapatkan kitab itu, mesti mendapatkannya dari tubuhnya Jie siong Gan sendiri"

Jikalau begitu, saudara Cee, baiklah aku serahkan muridku ini kepada kau," berkata sin-heng sioe-soe.

Sampai disitu, pembicaraan mereka dihentikan suara gembreng yang terdengar ditengah sungai, Alis Cee Cit terlihat meng kerat, Hay Ma Cioe Goan Yauw pun lantas datang dengan tergesa-gesa.

"Sabar" kata Cee Cit seraya mengulapkan tangan, "Aku tahu bagaimana harus bertindak." Goan Yauw lantas mengundurkan diri. 

Cee- cit memandang Kam Jiak Hoei. ia tertawa. "Suara gembreng itu suara dari kedua perahu lainnya

dari Thian Hong Pang." ia berkata, "Kedua perahu itu dikuasai oleh orang-orangnya Jie siong Gan. jikalau tanganmu gatal, pergi kau mendampingi Cioe Goan Yauw, hanya diwaktu kau turun tangan, ingat, kau jangan membikin malu pada sinheng sioe-soe Kim som"

Kam Jiak Hoei bersenyum, juga Kim som. Disaat genting seperti itu, orang berkaki satu ini masih sempat bergurau, Tanpa membilang apa-apa, saking gembiranya Jiak Hoei lari keluar menyusul Goan Yauw, akan berdiri disamping si Kuda Laut, memandang kearah sungai yang tertutup kabut tebal, ia cuma mendengar merah, yang bergoyang-goyang.

Kedua perahu itu laju sangat cepat, lekas juga keduanya sudah datang dekat sepuluh tombak lebih.

"Kam Siauwhiap." Hay Ma memesan, "jikalau tidak sangat terpaksa, aku minta kau j,ingan turun tangan dulu, aku kuatir rahasia Pangcoe nanti terbuka, Hal itu bisa menyulitkan usaha pangcoe memperbaiki partai kami."

Jiak Hoei mengangguk, tapi ia merasa gembira dan tegang sekali, maka tangannya meraba bandring ouw Kim Hoei-jiauw di pundaknya.

"Cioe To-coe cioe To-coe" terdengar suara memanggil dari perahu yang kiri, Di kepala perahu itu terlihat samar- samar tubuh satu orang lagi berdiri.

"Apakah Le To-coe disana?" Goan Yauw menyahuti, "Ada apa cie Tocoe?"

"Lo Hio-coe telah datang ketempatku." sahut orang yang dipanggil cie Tocoe itu, ia minta cin Hiocoe datang keperahuku untuk berbicara dengannya, "Eh, eh, di perahumu ada banyak orang, mengapa lambat sekali lajunya?" Cioe Goan Yauw terperanjat. Akan tetapi ia dapat akal, maka ia terus tertawa.

"Tadi malam Cin Hio-coe mengatakan tentang hari ulang tahunnya." ia berkata, "Berhubung dengan itu sekalian saudara lantas memberi selamat kepadanya, kita minum puas sampai Cin Tocoe semua sinting dan sekarang semua lagi tidur nyenyak. kalau ada titah dariPangcoe, mari aku saja yang menyampaikannya, Tapi kalau urusan sangat penting, silahkan cie Tocoe minta Lo Hio-coe datang sendiri ke perahu." Perkataan yang terakhir itu diucapkan keras sekali, supaya Cee-cit dapat dengar.

"Oh, begitu "kata Tocoe she cie itu, "Aku menyangka ada terjadi sesuatu pada perahumu, Nanti aku minta keputusannyalo Hiocoe." Lantas tubuh Tocoe itu melenyap kedalam perahunya.

Cioe Goan Yauw mengeluarkan keringat dingin. Telah lewat satu babak yang berbahaya. ia lantas menitahkan anak buahnya menggayu keras.

Tidak lama, maka dari perahu kiri di-depan itu terlihat satu tubuh lompat keperahunya si Kuda Laut, tiba dibuntut perahu, Dialah seorang kurus dan jangkung, Hay Ma menyambut sambil menjura seraya memperkenalkan diri "soen-kang sam tocoe Cioe Goan Yauw menghadap Lo Hiocoe."

Orang jangkung kurus itu tidak membalas hormat aku menyahuti dengan muka keren dia mengawasi Kam Jiak Hoei.

Hati Goan Yauw bercekat, ia kuatir rahasianya pecah. "Lo Hiocoe," ia lekas berkata, "inilah cin Hoei keponakan jauh dari cin Tocoe."

"Hm" hiocoe itu mengasi dengar suaranya lantas dia bertindak maju.

KamJiak Hoei tertawa dingin tangannya yang telah diturunkan diangkat pula kepundaknya, tapi Goan Yauw segera mencegah seraya mengulapkan tangan.

Hiocoe she Lo itu kebetulan menoleh, ia melihat tangan tocoe itu tergoyang, sedang muka Jiak Hoei kelihatan mendongkol, ia menjadi curiga. "cloe socoe, apakah artinya ini?" ia tanya.

Dua-dua Goan Yauw dan Jiak Hoei melengak. Mereka tidak sangka orang menoleh secara tiba-tiba itu. Tidak dapat mereka lantas menjawab.

si jangkung kurus itu, yang bernama Lo siang, menjadi curiga, ia memang tahu Goan Yauw menjadi tangan kanannya Cee-cit, cuma dia tetap dikasi bekerja seperti biasa, Adalah pesan Jie siong Gan akan tidak mengganggu orang-orang yang masih setia kepada pangcoe, hanya untuk memasang mata saja terhadapnya, ia sendiri bersama Cin Hiocoe menjadi tangan kanan dan kiri ketua muda mereka, yang telah menjadi ketua sejak lenyapnya ketua mereka, ia sebenarnya heran Goan Yauw dan Cin Hoei tidak berdiam saja dikepala perahu hanya mengikuti ia, maka itu ia berpaling dengan mendadak. hingga ia dapat melihat Goan Yauw mengulapkan tangan dan muka Jiak Hoei merah padam.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar