Bujukan Gambar Lukisan Jilid 05

Jilid 5. Dari celaka mendapat kawan liehay

Habis berkata begitu, anak itu berhenti sebentar, lantas dia tertawa dan kata: "Aku masih hendak bicara dengan ibu, maka itu maafkanlah aku" ia memberi hormat, lantas ia menghilang pula kedalam rimba.

Yan Loei berdiri melengak. mukanya merah dan pucat bergantian ia malu dan mendongkol dan bersusah hati juga, Akhirnya dia mendamprat: "Perempuan hina Kau tidak suka menemui aku, sudah Perlu apa kau menyuruh anakmu ngoceh tidak keruan? Apakah maksudmu?"

saking gusar, ia lantas menyerang ke arah pohon- pohon bambu, hingga disitu terdengarlah suara berisik dari robohnya beberapa batang p^hon itu. Maka itu nyatalah liehay nya majikan dari Yan Kee Po ini.

Hampir Hoan Thian ciang berlompat ke dalam rimba itu, atau didetik terakhir, dapat ia menguasai diri, bukan karena saking sabarnya, hanya disebabkan iajeripada Cian cioe Koan i m, isterinya, yang liehay itu, ia membanting kaki, lantas ia memutar tubuh, meninggalkan hutan itu.

Di antara sinar matahari, dari antara rumpun bambu itu, terdengar suara tertawa ejekan yang tawar

ooooo

LAMA Lie Tiong Hoa dipermainkan hawa amarah, menyesal dan berduka, akhirnya ia dapat juga berpikir. setelah menjadi sabar ia ingat pembilangan bahwa bangsa pendeta dapat menguasai diri dengan duduk berdiam menghadapi tembok, tanpa dahar dan tanpa minum,

karena ada yang sampai bertapa di dalam guha batu sampai bertahun-tahun, setelah keluar dari pertapaan, dia lantas memperoleh ilmu kepandaian yang mujijat, dia mencapai kesempurnaan Lalu ia ingat, mendiang gurunya juga pernah mengatakan demikian-" Kenapa aku tidak mau mencoba?" pikirnya, "Lain orang dapat, kenapa aku tidak?

Baiklah aku bersemedhi menurut ajaran guruku, barangkali saja aku dapa^ h^dup terus sampai aku dapat melihat pula langit dan matahari..."

Karena ini, segera ia mengambil keputusanny a, lantas ia duduk bersila. ia merapatkan kedua matanya, ia memusatkan pikirannya, lalu ia berdiam sambil menyalurkan napasnya dengan beraturan, perlahan tetapi tentu, inilah pelajaran la y- kee, atau ahli tenaga dalam, yang sejati. ia hanya tak mengertijelas bahwa itupun dasar pokok ilmu silat sejati.

Gurunya tidak menjelaskan itu. guru itu cuma membilang i ia, pelajaran bersamadhi itu dapat membantu memperkokoh tubuh...

Lama Tiong Hoa duduk berdiam mematung itu, pikirannya dipusatkan terus, untuk tidak memikirkan urusan lain ada juga. Mulanya ia merasa pegal, ia tidak menghiraukannya, ia menguatkan hatinya. Kekuatan hatinya itu segera juga mendapat bayarannya yang setimpal, ia merasa napasnya tersalur baik, b eg itupun seluruh jalan darahnya. Yang menggirangkan ia yalah ketika ia tak merasa berdahaga lagi, sedang tadinya ia ingin sangat minum. Len ap hawa panas, itu terganti dengan hawa dingin dan nyaman, bantu bekerjanya sisa obat.

Latihan semedhi ini membantu bekerjanya sisa obat Pouw-thian-wan dari Thian Yoe

sioe, si orang tua penjelajah langit. Tiong Hoa terkejut, ia merasa tubuhnya bergerak-gerak. seperti juga ada tenaga hebat yang menolaknya dari dalam. Beberapa kali ia seperti mau mental naik, ia mengendalikan diri, ia, lawan itu, ia lantas ingat inilah mungkin yang dinamakan godaan.

Katanya setiap pertapaan ada penggodanya, yang dapat membikin orang memasukijalan sesat, inilah tak ia kehendaki, Maka ia mempertahankan hatinya.

Akhir-akhirnya datanglah saat yang membikin Tiong Hoa kaget tidak terkira, ia bagaikan mendengar guntur menggelegar di-telinganya, lantas matanya menjadi kabur, lalu kepalanya terasa sangat pusing. Kali ini ia merasa tak dapat mempertahankan lagi tubuhnya, ia merasa ia jatuh menyender ke-tembok besi.. Ia lantas tak ingat apa-apa lagi.

Di dalam gelap. di mana tidak ada sinar matahari atau rembulan, orang tak mengetahui sang waktu. Demikian Tiong Hoa. Tak tahu ia berapa lama ia telah pingsan, Kerika ia tersadar dan membuka matanya perlahan-lahan dalam tempo yang pendek. hatinya menjadi terbuka, hingga ia merasa girang luar biasa, kalau tadinya ia tidak dapat melihat apa juga, sekarang matanya menjadi terang sekali. 

Hanyalah ia merasa letih, tulang-tulang seperti ngilu. ia menduga itulah tentu disebabkan pengalamannya tadi, hingga ia kehabisan tenaganya. Maka lekas-lekas ia berduduk pula dengan tegak, guna bersemedhi lagi, Matanya pun dirapatkan pula.

Kali ini Tiong Hoa tak usah bersemedhi lama, ia lantas merasa lenyap semua keletihannya, tubuhnya menjadi segar sekali, Tak lagi terasa ngilu di tulang-tulang.

Bahkan ia merasa tubuhnya enteng sekali mencoba menyalurkan jalan darahnya, ia menjadi

bertambah girang, ia merasa nyaman seluruhnya.

Inilah perubahan kemajuan yang tidak di-sangka- sangka, Kalau Thian Yoe Sioe menghadapinya, mungkin dia tak mau percaya, perubahan semacam itu tak nanti datang demikian cepat, kalau itu terjadi atas diri lain orang.

Sekarang Tiong Hoa membuka pula matanya. Seperti tadi, ia bisa melihat di tempat gelap mirip seperti di tempat terang. Maka sekarang ia bisa melihat tegas seluruh liang perangkap itu, yang luas hampir satu babu, Di sebelah kanan ada sebuah pintu ia berbangkit menghampirkan itu sesudah itu ia melihat kesekitarnya.

Pintu itu membawa ia ke sebuah ruang lain- Ruang disini agaknya lebih gelap lagi, Maka di sini ia cuma bisa melihat sejauh sepuluh tombak.

"Inilah hebat," pikirnya Terus ia menghela napas, Ruang ini pun tidak berhawa udara, ia heran ada liang semacam itu, Apakah perlunya? Adakah itu dibikin cuma untuk membinasakan orang? Sebab sekali masuk. orang, tak dapat keluar lagi. Karena dari luar orang tak dapat masuk untuk melihat atau memeriksa

"Kalau Yan Kee Po hendak menyingkirkan orang, tak cukupkah itu bila orang dibunuh saja?" pikirnya pula. perangkap itu dalam kira limapuluh tombak, tak nanti orang dapat lompat keluar dari situ, ilmu ringan tubuh atau lompat tinggi pun tak setinggi itu

Sekian lama Tiong Hoa berdiam. Ketika ia menyedot napas, ia dapat mencium bau bacin, hingga ia ingin tumpah-tumpah. ia heran, ia bertindak maju perlahan- lahan, Dengan begitu, matanya dapat melihat ke tempat yang terlebih jauh lagi, Baru ia melalui belasan tindak, lantas ia menyaksikan pemandangan yang membikin bulu-romanya pada berdiri.

Belasan tengkorak atau tulang belulang berbayang di depan matanya, Tulang-tulang yang putih di antara sisa pakaian yang sudah hancur dan lapuk. Di antaranya pun terletak pelbagai macam senjata tajam.

Seumurnya baru kali ini Tiong Hoa menyaksikan penglihatan yang sangat mengerikan ini, yang sangat mengiriskan hati. Maka untuk sesaat itu, ia berdiri diam saja.

Tiba-tiba ia ingat halnya ia membinasakan Goei Loo- hoe-coe, pemegang kas di rumahnya. Ketika itu iapun pernah merasa ngeri seperti ini, ^api di sini bukan hanya satu Goei Loo-hoecu...

Perlahan-lahan Tiong Hoa mendapat menenangkan hatinya, ia melihat ke sekitarnya, Di tembok ia melihat samar-samar dari ada nya tulisan. ia bertindak menghampirkan, itulah bukan tulisan dengan pit, hanya ukiran dengan ujuog pedang atau golok.

setelah membaca, ia mendapatkan nama-nama orang berikut bulan dan tahun yang merupakan catatan mereka yang bersangkutan terkurung di dalam liang jebakan itu.

Ia menghitung-hitung, maka ia mendapat kenyataan, tanggal yang paling belakang saja sudah lewat delapan tahun

Tanpa merasa, Tiong Hoa membaca nama-nama orang itu, ia mengingat ingatnya diluar kepala. ialah seorang Kang ouw hijau, maka tak ada nama yang ia kenal.

Tapi ia menduga musuh-musuhnya Yan Loei mestilah orang-orang Kang ouw ternama, ia mengharap di antaranya ada orang-orang lurus, agar kalau nanti ia bisa keluar dari liang neraka dunia ini, ia berhasil mendengar tentang keluarganya, supaya keluarga itu bisa datang untuk mengurus tulang-tulang belulang ini, ia percaya perbuatannya ini adalah

amal yang baik.

Setelah mengapalkan nama-nama itu, Tiong Hoa mengawasi semua tulang manusia itu, ia menghela napas, kemudian ia bertindak untuk pergi ke sebuah ruang yang berada di sebelah itu, ia melihat tidak ada apa apa di situ, ia berjalan terus hingga ia terpisah jauh dari semua tulang itu serta di situ tak ada bau bacin. ia lantas duduk. pikirannya bekerja.

sekarang ini pastilah saat indahnya musim semi, ia ngelamun- Di dunia bebas, orang tentu lagi beriang gembira, ia menyesal yang dulu ia tidak menghiraukan nasehat ayah dan ibunya, buat belajar surat, untuk maju di medan ujian, untuk memperoleh gelaran dan pangkat, pikirannya melayang lebih jauh.

Maka ia lantas ingat Cek In Nio yang cantik menggiurkan dan Yan Hee yang manis dan lincah. Di balik itu, ia membayaogi Pek Kie Hong yang manis di mulut tapi hatinya jahat bukan main, ia merasa ngeri sendirinya kalau ingat ia mesti menghadapi manusia pais u itu, Maka juga ia tambah pengalamannya.

Setelah lelah berpikir keras, Tiong Hoa merabah kitabnya Thian Yoe sioe ia keluarkan itu, ia membalik lembarannya yang pertama, itulah penjelasannya Thian Yoe sioe kenapa dia menciptakan ilmu silatnya itu, "Kioe Yauw seng Hosi sip sam sin, yang didapat ilhamnya setelah dia bertanding melawan Hok in siangjin-

Tiong Hoa tidak tahu Thian-yoe-sioe dan Hok in siangjin itu orang-orang macam apa, ia menduga saja merekalah ahli-ahli silat kenamaan, mestinya mereka ketua sesuatu partai persilatan-

Halaman kedua menjelaskan pokok dasarnya ilmu silat itu, pertentangan antara Im dan Yang, yaitu pos itip dan negatip. antara langit dan bumi, bagaimana Ngo-heng, yala h emas, kayu, air, api dan tanah, saling menakluki, begitupun hubungan antara jantung danpeparu dan lainnya.

Sebagai seorang cerdik, Tiong Hoa dapat menangkap artinya semua itutakperduli sebenarnya sulit, setelah itu, ia dapat juga memahamkan tig a belas lukisan gambarnya. Maka sesudah mengerti, ia lantas berbangkit, untuk melatih diri menurut gerak gerik gambar serta petunjuk-petunjuknya. 

Mulanya ia merasakan kesukaran sebab semuanya bertentangan dengan ilmu silat biasa yang ia pernah dapat dari gurunya. oleh karena pelbagai pertentangan itu maka jug a Kioe-yauw seog Hoei sip sam sie disebut juga Houn Ngo-heng I m- yang Cioe HOM. artinya, ilmu silat yang bertentangan di antara ngo-heng dan im-yang.

Tiong Hoa belajar dengan sabar tetapi ulet, ia tidak mengenal letih, tanpa merasa ia telah melewati tempo dua hari dua malam, lantas juga ia dapat menguasainya. Ketika mulanya ia menggeraki tangan dan kakinya seperti biasa, tanpa suara apa apa, setelah paham, angin atau samberannya setiap tangan atau kakinya itu berbunyi nyaring dan mendengung didalam liang tanah itu.

"Tapi." katanya kemudian, sesudah ia paham itu, "Buat apa aku dengan kepandaianku ini? Bukanlah lagi beberapa hari, tanpa dapat melihat matahari dan langit, aku juga bakal menjadi kawannya semua tulang-tulang ini, menjadi setumpukan tulang-tulang putih, rebah bersama penasaranku ini?.."

Maka ia lantas ingat baiklah ia jika mengukir nananya, untuk jadi tanda peringatan supaya namanya itu diketahui oleh orang, atau orang-orang yang bakal bernasib celaka seperti dirinya.

Pemuda ini masih belum insyaf bahwa semedhinya dapat menolong padanya.

Dengan dua jari tangannya, Tiong Hoa menotok dan menggurat ke tembok besi, Mendadak ia terkejut.

Totokan itu menyelelikkan lelatu api, di tenbok besi itu lantas berpeta huruf huruf yang ia ukirkan ia menjadi melengak sendirinya. Demikian hebat tangannya itu.

Tatkala ia sadar, ia girang hingga ia tertawa berkakak. hingga tertawanya itu seperti menggulingkan ruang dalam tanah itu, Tanpa merasa, ia mengeluarkan airmata. Tiba-tiba.

"He, siapa itu tertawa berkakak di sana?" demikian terdengar satu suara pertanyaan, 2Apakah kau tidak puas dengan kematianmu kurang cepat?"

suara itu dingin dan menggetar juga, Mulanya Tiong Hoa terperanjat akhirnya ia menjadi girang, Kiranya masih ada orang lain di dalam liang itu, itu artinya ia dapat kawan bicara ditempat yang sepi itu.

Karena ia tahu dari mana datangnya suara itu, Tiong Hoa lantas bertindak dengan berlari, ia masuk ke kamar sebelahnya lagi. Begitu ia sampai, begitu ia tercengang. Dalam kamar ini, yang terlebih luas lagi, kembali terlihat berserakannya tulang belulang lainnya. Hatinya menjadi giris pula. inilah bukti lain kejahatan dari Yan Loei.

"siapa di dalam kamar ini?" katanya sembari ia bertindak. sekarang ia tidak berlari

lari lagi.

"Aku di pojok sini." demikian ia memperoleh jawaban, "Apakah kau tidak dapat datang kesini?"

Suara itu tetap dingin dan menggetar.

Tiong Hoa bertindak terus, segera ia melihat seorang duduk menyender di tembok, rambutnya panjang hingga menutupi mukanya. Kedua matanya orang itu celong akan tetapi sinarnya tajam, mata itu bersinar tak hentinya. Maka dilihat seluruhnya, dia beroman bengis, Tapt ia tidak takut,

orang tua itu mengawasi lantas dia menanya: "Bocah, kau pun mendapat bahaya di luar tahumu?"

Tiong Hoa mengangguk ia mengawasi tajam. "Loojinkee, sudah berapa lama kau berada di sini?" ia

balik menanya. orang itu tertawa tawar, sekarang sinar matanya menunjuki dia puas.

"Aku?" sahutnya, "Mungkiu sudah sepuluh tahun, Lihat mereka itu.." dia menunjuk ke arah tulang belulang, lantas dia meneruskan: "Mereka yang datang

belakangan- mereka mati satu demi satu, tetapi aku si tua bangka, di luar dugaanku, aku masih hidup sampai sekarang ini, Hanya aku terlalu kesepian, sudah lama sekali aku tidak mendengar suara manusia lainnya....

sekarang barulah datang kau, maka aku menegurmu, untuk di ajak bicara... Kaupasti tidak bakal hidup lama....

Mereka itu, tak ada diantaranya yang hidup lebih daripada tujuh hari "

Tiong Hoa heran, Benarkah orang dapat hidup sepuluh tahun? Maka ia mengawasi orang

itu, Hal ini membuatnya semakin keras keinginannya untuk tidak mati, la tertawa.

"Loojinkee. kau tentulah seorang Rimba Persilatan yang luar biasa." ia kata, " Kalau tidak. mana bisa dapat hidup selama sepuluh tahun di sini? " orang itu

mengangguk,

"Kau benar." bilangnya, "Tidak malu aku mendapat nama orang Rimba persilatan yang luar biasa. Hanyalah mereka itu, dari mula mula hingga akhirnya, mereka menyebut aku seorang memedijahat, tapi itulah tak dapat disalahkan. Aku si orang tua, aku biasa membawa tabiatku sendiri, kesukaanku membunuh orang tak ada batasnya, cuma siapa yang aku binasakan, dia tentulah manusia busuk. tidak pernah aku kesalahan membunuh manusia baik-baik."

Di waktu mengucap demikian, mata orang tua itu bersinar tajam.

Tiong Hoa pandai berpikir, maka ia tidak menyebut hal kebaikan atau kejahatan, untuk membilang orang jahat atau baik. ia cuma kata: "Di dalam dunia itu hal benar dan tidak benar, haljahat dan baik, tak ada kepastiannya, maka itu tak usahlah loojinkee buat pikiran, Aku ingin ketahui dengan cara apa loojinkee dapat memperpanjang umurmu di sini..."

Mendengar itu, si orang tua bertepuk tangan, dia tertawa lebar.

"Kata-katamu ini cocok dengan hatiku, anak." ia berkata, "Rupanya kaulah orang satu-satunya dalam seumurku yang mengenal aku, Bukankah kau menanya kenapa aku dapat hidup terus? inilah sangat sederhana, Aku mengerti pelajaran mahir dari ilmu semedhi, Kecewa mereka itu, bukan saja mereka tidak menghormati aku, bahkan mereka mengutuk aku

tak mati siang-siang, Karena itu selagi tadinya hendak aku mengabari mereka ilmu itu, kemudian aku membatalkan nya." Tiong Hoa heran, lalu ia menghela napas.

"Loojinkee begini lihai, kenapa loojinkee tidak berdaya untuk lolos dari sini?" ia tanya. " Kenapa loojinkee kerasan hidup lama-lama disini?" "Hm" orang tua itu mengasi dengar suara di hidungnya, "Pernah beberapa kali yang aku bosen berdiam disini sampai hampir-hampir aku menghajar remuk batok kepalaku." ia tertawa dingin, ia melonjorkan dengannya yang kurus kering, kemudian ia menyingkap pakaian sebelah bawahnya, Dari situ tersiar bau kotoran yang sangat

Tiong Hoa memandang, menjadi kaget sekali, ia mendapatkan kaki yang buntung sebatas dengkul, ujungnya itu kering dan hitam. .seka rang barulah kau mengerti." kata orang tua itu, "jikalau aku tidak dirintangi kakiku ini sudah tentu aku telah kabur sedari siang- siang." ia tertawa terus ia kata pula:

"Sementara itu, dengan berdiam bertahun-tahun di sini, aku si orang tua telah mendapat ilham. Aku telah memperoleh kesadaran, Yalah menindih kegusaran sukar. lebih sukar lagi menindih rasa takut. Menakluki diri sendiri maka dengan begitu hawa amarah dapat dikendalikan. sadar akan kenyataan maka rasa takut dapat disingkirkan.

Sebenarnya tabiatku keras sekali. Ketika aku baru terjeblos dalam perangkap. kemurkaanku tak kepalang hingga aku memikir, kalau nanti aku dapat bebas, hendak aku mendobrak dunia, Lama-lama, tanpa aku merasa, dapat aku mengendalikan diriku.

Ini juga yang membikin aku insaf dunia itu hanya tempat mondok. sedang sang tempo

yalah tetamu yang berlalu dalam seratus tahun-orang hidup dalam dunia cuma untuk menumpang, Maka itu, kalau hidup, apa yang harus dibuat syukur dan kalau mati, apa yang ditakuti? Melainkan penasaran saja yang sukar dilampiaskannya." 

Tiong Hoa kagum, ia mengerti orang tua ini adalah seorang yang Boen Boe Coan cay, Dia lengkap pengetahuannya ilmu surat dan ilmu silat, ia mengawasi orang itu, ia melihat sinar kepuasan pada matanya.

Jikalau nanti aku dapat pulang ke Kang-lam" kata dia, "Haha saudara-saudaraku bakal mendapatkan tabiat ku sudah berubah sekali, hingga aku bakaljadi seperti dua orang, Pasti mereka bakal menjadi sangat heran-"

Tiong Hoa berduka, Terang orang tua itu berkata-kata begitu untuk menghibur diri Kapan dia bakal dapat pulang ke Kang la m? ia mengawasi lebih jauh, maka samar-samar ia nampak sedikit airmata yang mengembeng.

Jikalau kita depat melihat pula matahari dan langit, sungguh beruntung," ia kata. ia menghela napas "Lojinkee, aku masih belum mengetahui she dan nama loojinkee yang mulia, sudikah loojinkee memberitahukannya?"

Ditanya begitu, parasnya orang itu berubah, ia dongak. akan mengawasi ke sini.

"Sepuluh tahun telah lewat, jikalau kau tidak tanya, hampir aku lupa," ia menyahut kemudian. Mendadak ia tertawa b erg elak. lalu matanya memandang tajam kepada anak muda dihadapannya, "Eh?" ia tanya, "apakah kaupernah dengar dalam Rimba Hijau namanya sin-gan Tok-kak Koei-Kian cioe Cee cit?"

Tiong Hoa menggeleng kepala. Memang tidak pernah ia mendengar nama itu apapula gelarannya yang demikian panjang, yang berarti Ce Cit si orang dengan mata malaikat dan kaki tunggal yang seperti iblis yang apa bila diketemui, membikin orang berduka." "Aku yang muda masuk dalam dunia Kang ouw baru beberapa hari saja," ia bilang.

"Aku tidak tahu apa-apa mengenai sekalian orang gagah dan luar biasa dari dunia Kangouw itu..." Mendadak ia ingat disebutnya "kaki tunggal" itu, maka ia menatap dan menambahkan- "Apakah loojinkee bukannya Cee..."

"Tidak salah" berkata orang tua itu, mengangguk. "Aku yalah Cee Cit, Kau tentunya tidak dapat memikir kenapa aku roboh di tangannya Yan Loei... Baiklah, dengan menutur halku, dapat juga aku mengeluarkan sedikit rasa mendongkolku ini juga akan memecahkan kesunyian kita..."

Tiong Hoa berdiam, ia mengawasi- atas sin-gan Tok- kak Koei-KJan-Cioe mulai dengan keterangannya.

Cee Cit yalah orang gagah luar biasa untuk Kang lam, wilayah selatan. Dia liehay ilmu silatnya, orang luar tak tabu dia berasal partai persilatan yang mana. selama hidupnya, dia paling benci kejahatan Hanya mengenai huruf "jahat," ia mempunyai semacam pengertian, Ya la h kejahatan tulen dapat dimaafkan kejahatan pais u tak dapat diberi ampun.

Menurut dia ada banyak koen-cu palsu, untuk memakai nama koen-coe itu buat dengan diam-diam melakukan pelbagai kejahatan yang dapat membikin bangun bulu roma orang, Begitulah terhadap penjahat Rimba hijau sekali ia masih mengira-ngira, terhadap orang Rimba hijau paisu, dia bertangan besi. Kalau ia mendapatkan seorang paisu, tak ampun lagi dia membunuhnya. Maka juga si

palsu pada membenci dia, hanya mereka tidak berani sembarang turun mangan- Dia lihai, dia ditakuti.

Dalam umur empatpuluh, Cee-cit kesohor di seluruh Kang la m, bagian selatan dan Utara, Kemudian, setahu kenapa, dia suka diangkat menjadi ketua dari Coan Pang, yalah partai pengusaha perahu.

Karena itu, dia membikin jalan atau pengangkatan di air menjadi aman, Hanya karena ini, dia dibenci sangat oleh Loo- liong sin Pek Liang si Naga Tua dari Tong Teng cuw. Bagaikan paku di mata, Dia diarah, dia hendak disingkirkan

Beberapa kali Pek Liang mengirim orangnya yang lihai untuk membinasakan cee-cit. semua percobaannya itu gagal sebaliknya, orang-orangnya itu yang kena dibikin mati. Hingga kebenciannya jago Tong Teng itu menjadi- jadi.

Di lain pihak. Cee cit tidak ketahui bahwa musuh di belakang layarnya yalah Pek Liang. Ketika itu, kebenciannya Pek Liang menjadi berlapis susun.

Pada waktu Cee cit berumur lima puluh tahun, ia mengunjungi seorang sahabatnya yang tinggal di atas sebuah bukit, Lacur untuknya, kaki kirinya terpagut ular berbisa.

Siapa digigit ular itu biasanya dia mesti mati, Tapi Cee Cit lain. Dia tahu bahaya dia mau tolong dirinya, Tanpa sangsi, dia membacok kutung kaki kirinya itu. Karena ini, ludaslah ilmu silatnya, dia menjadi tawar hati. Tapi dia keras hati, Dia penasaran, Lantas dia bergulingan ke sebuah pohon kayu. dengan bacokan tangan, dia membikin pohon kayu itu roboh. Dengan bantuan ilmu Kim Kong Cioe Hoat, dia membuat sebatang tongkat, lantas dengan menggunai itu, dia melatih silat 

dengan kaki tunggalnya.

Di dalam dunia tidak ada soal sukar, yang dikuatirkan yalah tak ada kekerasan hati, demikian sering dibilang. Demikian cee cit, Lewat tiga bulan- berhasil dia dengan latihannya itu, bahkan dia menjadi terlebih liehay. Dia kurang gesit tetapi tangannya, pukulan Kim Kong ciang, menjadi terlebih mahir, begitupun pukulan Hoei Wan cioe, si Kera Terbang.

Cee Cit pulang dengan kaki buntung, Dia lantas tak disukai oleh ketua mudanya, Tiat Tek CoeJie siong Gan si seruling Besi, Memangnya hu-pangcu ini telah memikir merampas kedudukan pang cu itu, sekarang niatnya makin mantap. Maka diam diam Jie siong Gan bersekongkol dengan Loo- Liong sim Pek Liang dan mencari akal buat mencelakai Cee cit.

Lain tahunya di bulan ketiga, Cee Cit kehilangan lenghoe lambang partainya, Tanpa leng-hoe, tidak dapat ia menjalankan kekuasaannya sebagai ketua, sebab tak bisa ia memberikan titah-titahnya. Leng-hoe itu terbuat dari cula badak yang tertaburkan sebutir mutiara mustika Lionggan cioe yang harganya seperti seharga sebuah kota.

Begitu leng-hoe itu lenyap. kedudukannya Cee Cit menjadi guncang, Dengan lantas Coan Pang terpecah menjadi dua rombongan Rombongan pertama tetap bersedia kepada Cee cit, yang dihargai kejujurannya, yang putusannya selalu adil.

Mereka ini anggap tidak apa lenghoe lenyap. itu boleh dicari dengan perlahan-lahan, terutama untuk mencari pencurinya Rombongan lain mengikut pada siong Gan.

Mereka ini berkeras lenghoe harus dihormati, tanpa itu katanya Partai hilang pengaruh, dan tanpa itu, Partai bakal bubar, itulah berarti ancaman, kalau lenghoe tak dapat dicari pulang,

Cee Cit bakal kehilangan kedudukannya sebagai pangcu.

Jie Siong Gan sangat cerdik, dia dapat mengelabui Cee Cit yang liehay dan bermata tajam. Cee Cit tidak pernah menyangka wakilnya itu berpikir jahat terhadapnya.

Sebagai laki laki Cee Cit berjanji, karena lenghoe lenyap di tangannya, dialah yang bertanggung jawab, Maka dia berjanji akan mencarinya pulang, Dia suka pergi mencari. Dia memberi tempo setengah tahun, Selain itu, partai diserahkan padaJie Siong Gan sebagai wakil pangcu.

oee Cit menduga pada penjahat dari luar wilayah kekuasaannya. sebab orang bisa mencurinya, ia menduga juga pencuri itu mesti orang liehay^ Lenghoe terbuat dari cula badak dan ada mutiara mustikanya.

Cula itu dapat menjadi obat mujarab dan mutiara mustikanya Pia-soei-Coe - dapat menolong orang dari bahaya kelelap. Maka ia percaya, leng hoe berharga itu mesti jatuh di tangannya orang orang bangsawan atau berpangkat besar di Yan-khia, kota raja, maka ia  menu. u ke Utara.

Markas Coan Pang berada di gunung siauw Koh Sau, dari sana Cee Cit berangkat dengan cepat, belum dua hari ia sudah sampai di kota Kimleng. Karena tugasnya itu, ia jadi mempunyai tempo senggang.

Demikian itu hari, di waktu lohor, dia berdiri di Yan Coo Kie, memandangi keindahan sungai di waktu lohor.

Yan Coe Kie berada di utara kota Kim-leng, di luar kota, di tepi sungai Tiang Kang, Satu bagiannya darat, tiga bagiannya air. maka romannya mirip dengan burung walet

menyamber ke sungai. Itu pula yang menyebabkan didapatkan nama itu, "Yan-coe" nya, itu burung walet, dan "kie" yala h gunung kecil di tengah sungai yang sebagiannya nempel dengan daratan-

Di atas itu pada sebuah paseban yaog dikitari pepohonan, itulah tempat pesiar atau permandian di musim panas, dari atas itu orang dapat memandang laut dan tempat yang jauh, yang indah.

Tengah Cee-cit tersengsam, tiba-riba ia mendengar orang tertawa dan berkata di belakangnya: "Cee Pangcu, bagaimana gembira kau dapatpesiar di sini Kau membuat nya pintoo kagum sekali untukmu."

Pang cu itu terperanjat. Tidak ia sangka ada orang datang kepadanya, ia lantas berpaling, ia melihat seorang tojin, atau imam yang menggondol sebatang pedang panjang dengan jubah abu abunya tertiup angin- Dia itu mendatangi sambil berlari cepat, ia lantas mengenali imam itu, yala h It Tim-coe Coe Soe Hoei, yang ia kenal. " Kiranya Coe Cinjin-" ia menyambut tertawa, ia memberi hormat, "Kapan cinjin datang ke Kim-Ieng?"

Imam itu mengurut kumis jeng gotnya yang hitam dan panjang, ia pun tertawa.

"Pintoo sampai di kota Kim-Ieng sedari tiga hari yang lalu," dia menyahut, "Pintoo gemar pesiar, pintoo juga menyukai pemandangan alam, maka itu pintoo suka mengunjungi berbagai gunung kenamaan, Tidak d i-s angka, di Yan coe Kie ini pintoo bertemu pula dengan Pa ngcu."

sehabis berkata begitu, dia mengawasi tajam ketua Coan ^ang itu.

Cee Cit tertawa.

"Sungguh tak banyak orang yang bebas sebagai cinjin," ia berkata. "Tidak beruntung yalah aku si orang bercacad, yang masih tak dapat membebaskan diri dari usaha nama dan penghidupan, setiap hari aku mesti menghadapi banyak urusan yang membikin ruwet pikiran." ia lantas menghela napas.

Coe see Hoei nampak heran. "Pangcu," katanya, - jikalau pintoo tidak salah menduga, sekarang ini mestinya Pangcu lagi berduka sangat, Dapatkah pangcu memberitahukan aku apakah kesulitan Pangcu itu?"

Cee cit terperanjat dia menatap tajam, "Bagaimana kau dapat melihatnya, cinjin?" dia tanya heran-

Imam itu memperlihatkan sikap sungguh-sungguh. "Pintoo tidak mempunyai kepandaian apa-apa, hanya

tentang meramalkan, pintoo mengerti juga sedikit." jawabnya "Pintoo melihatnya dari garis alismu, Pangeoe." Cee cit bersuara "oh" ia menatap terus imam itu, ia melihat roman orang, Maka ia lantas berpikir "lt Tim coe dari Heng San ini luas pergaulannya dia terkenaljujur, mungkin dia dapat memberi petunjuk padaku, ia terus melihat, ke sekitarnya, lalu ia bersenyum dan berkata: "oleh karena cinjin telah melihatnya, baiklah, suka aku memberi keterangan- Aku sekalian ingin minta petunjuk cinjin-" coe See Hoei tertawa.

"Di antara kita bangsa jujur, janganlah Pangeoe menyebut soal meminta." katanya. "Mungkin Pangcoe belum bersantap. karena pintoo tidak pantang, mari kita pergi ke Lia Kang Lauw untuk minum bersama."

Cee-cit menerima undangan itu, maka lantas keduanya beriari-lari ke lauwteng, atau rumah makan, yang disebutkan itu.

coe See Hoei lari mengikuti, ia melihat orang berkaki satu tapi dengan dibantu tongkatnya, cee-cit dapat beriari keras sekali sebab sekali melesat dia dapat melalui

lima atau enam tombak jauhnya, ia menjadi heran.

Tiba di Lim Kang Lauw, kedua sahabat ini memilih meja yang menghadapi jendela, hingga dengan begitu mereka pun dapat melihat sungai, Ketika itu sudah sore.

sembari bersantap Cee-cit menuturkan perihal lenyapnya leng-hoe, Coanpang hingga ia menjadi mengalami kesulitan ia pun mengutarakan dugaannya karena mana sekarang ia lagi menuju ke Utara, untuk menyeIidiki-nya. setelah mendengar keterangan itu, Coe see Hoei tunduk.

"Dugaan Pangeoe benar, mustika itu tak nanti balik ke dalam dunia Kang ouw." katanya kemudian "Memang itu mestinya jatuh di dalam istana atau gedung besar, kalau tidak..." "Siapakah kiranya lain orang yang dapat menadah barang itu?" Cee-cit memotong.

"lnilah bukan kepastian, baru dugaan saja," sahut imam itu tertawa, "Pintoo mempunyai seorang sahabat di kota raja, Dialah Hoei yan PokBeng. Dia ahli barang kuno, dia biasa keluar masuk kedalam rumah-rumah orang bangsawan, dia pula banyak orangnya, maka kalau ada barang baru, kebanyakan dia mendapat tahu, Pinto kenal dia baik sekali, nanti pintoo tulis surat untuknya, untuk minta dia membantu Pangcoe, Mudah-mudahan Pangcoe berhasil."

Cee cit girang, senang ia menerima bantuan itu. "Bagus Tjinjin" ia kata, "Kalau aku dapat pulang leng-

hoe itu, budimu nanti aku kuatir di dalam hatiku. Begitu lekas aku mendapat pulang dan membawanya kembali, aku akan meletakijabatanku sebagai ketua, nanti aku terus menemani cinjin pesiar ke mana saja cinjin suka "

Coe Soe Hoei agaknya berkasihan terhadap sahabatnya ini. ia lantas memanggil pelayan, akan minta pinjam perabot tulis, Di situ juga ia menulis surat untuk Huei-yan PokBeng si Walet Terbang, ia menulis cepat dan lantas menyerahkannya.

Cee-cit menyambuti surat untuk disimpan di dalam sakunya, Terus ia berbangkit dan berkata sambil tertawa: "Tak dapat aku menahan dorongan hatiku, sekarang juga aku hendak berangkat ke kota raja, sepulangnya nanti aku akan membalas budimu ini" ia memberi hormat, lantas ia ambil tongkat-nya, untuk berlalu dari Lim Kang Lauw, ia bukannya mengambil pintu hanya lompat melewati jendela. Ketika itu sudah malam maka ia menghilang jauh diantara sinar rembulan bagaikan perak.

Coe soe Hoei mengawasi orang berlalu itu, habis ia kata seorang diri: "Ceo Cit, pinto tahu kaulah satu laki- laki sejati, maka sayang sekali tanganmu terlalu jahat, tanpa sebab, adik-angkatku kau hajar hingga gempur anggauta-anggauta dalam tiibuhnya, hingga dia muntah darah dan mati karenanya. Aku bukanlah koencoe apabila aku tidak membalaskan sakit hati adik angkatku itu. Maka itu j anganlah kau sesalkan pintoo kejam.

Pintoo pun telah menerima pesan dari liat Tek Coe..."

Habis berkata, ia bersenyum tawar, kemudian setelah membayar uang kepada pelayan, ia berlalu dari rumah makan itu dengan senyuman puas ....

Cea cit sendiri telah melakukan perjalanan cepat siang dan malam, ia cuma singgah seperlunya, ia berhasil mencari Hoei-yanPokBeng, seorang kepala pencuri. Dia menyambut hormat dan manis kepada Cee- cit. Dia kata, asal lenghoe berada dikota raja, pasti dia 

akan berhasil mencarinya.

Lalu beruntun selama tiga hari, dia pergi keluar untuk mencari. selama itu tapinya dia tidak peroleh hasil.

Cee-cit menanti dengan sabar, sedang hati nya bingung sekali.

"Pastilah lenghoe tidak ada dikota raja," kata PokBeng kemudian, "Sekarang ada dua tempat untuk mencarinya. Yang satu adalah le Kee Poo di Hoai ho-kauw, di rumahnya say bin Thian-ong le Kioe, dan yang lainnya Ya n Kee Po di siang Kiam Hoa, Tuk-lok. di rumahnya Hoa n thian-ciang Yan Loei. Di tempatnya le Kioe rasanya tak mungkin. Puteranya Ie Kioe menjadi hokswie dalam istana pangeran Tokeh, pernah aku mencari di sana, aku mendengar tak ada yang tahu.

Maka itu, aku pikir, baiklah Cee Pangcu pergi ke Yan Kee Po saja.

Inilah perangkapnya Jie siong Gan dan Pek Liang, Cee Cit tidak menyangka apa-apa, walaupun ia pintar, ia terjebak. ia turut saran si raja pencuri, ia berangkat ke Yan Kee Po. ia cerdas dan banyak pengalamannya tetapi ia tidak tahu Yan Loei si tukang hitam makan hitam, sebaliknya Yan Loei mencurigai ia datang untuk menyelidiki rahasianya, maka tuan rumah ini segera mendapat keinginan menyingkirkan padanya.

Dengan berpura-pura baik hati, Yan Loei menjanjikan membantu mencari lenghoe Coan Pang itu, Dia menjanjikan tempo lima hari. Dengan sikapnya sebagai tuan rumah yang ramah tamah dia mengajak tetamunya melihat lihat rumahnya dan sekitarnya, diam-diam dia mengajak orang ke liang^ebakannya itu di mana sang tetamu terjeblos ke dalam ruang dalam tanah.

Cee-cit tertawa setelah menutur sampai di situ, katanya nyaring: "Aku tidak sangka aku Gee- cit mengalami kejadian yang cocok dengan julukanku, Kwie Kian-cioe. Di sini kumelihat setan-setan sebab di sinilah aku hidup seorang diri."

Habis berkata, jago tua ini memperlihatkan mata bersinar tajam dan bengis.

Sinar matanya Lie Tiong Hoa pun bersorot, jikalau begitu tidak bisa salah lagi, leng hoe mesti ada pada Yan Loei." ia kata, "Mestinya dialah s i pencuri, jika la u tidak. tidak nanti dia membikin loojinkee celaka." "Kenapa kan dapat memikir demikian?" tanya Cee-cit, dia heran, tapi dia tertawa.

Karena dialah orang yang biasa hitam makan hitam, sahut si anak muda, ia beber peranan terahasia dari Yan Loei, ia pun menyatakan kecurigaannya bahwa Yan Loei si orang yang menyuruh Pek Kie Hong menjebaknya masuk perangkap ini.

Pek Kie Hong itu apa bukan anaknya Lo liong-sin Pek Liang dari benteng air di Tong Teng ouw?" tanya Coe cit, Agaknya dia terperanjat.

"Benar." Tiong Hoa mengangguk Cee Cit merapatkan kedua matanya, ia berdiam, Agaknya ia berpikir.

Kemudiau ia melek tertawa dingin, ia kata: "selama sepuluh tahun aku menyangka Hoei- Ya n PokBeng yang mencuri lenghoe dan dia bersekongkol dengan Yan Loei untuk mencelakai aku, supaya aku mati dan perkara habis. Tapi sekarang mendengar keterangan kau ini, dugaanku itu nyata meleset, sekarang aku memikir lain lain. Mestinya Jie siong Gan ingin merampas kedudukan Pangeoe, dia mencuri lenghoe, lantas dia bersekongkol dengan Pek Liang untuk mencelakai aku, Hm. Hm, Mana mungkinjusteru di Yan Coe Kie aku bertemu si imam dari Heng san?

Akulah orang yang gusar dan girang tak terkentarakan, kenapa dia justeru dapat melihat aku bingung dan berduka? Haha. jikalau aku si orang tua dapat melihat pula langit dan matahari, mesti aku akan binasakan itu manusia-manusia dengan hati serigala danpeparu anjing."

Keras suaranya jago tua ini, terdengarnya itu menyeramkan. setelah itu, mendadak romannya menjadi guram, terus ia menghela napas. "Ah, aku memikir yang bukan-bukan..." katanya perlahan. Lie Tiong Hoa berdiam, Mereka berdua sama penyakitnya Maka itu, dengan keduanya berdiam, ruang menjadi sangat sunyi

Setelah sekian lama, sekonyong-konyong cee-cit menanya .Sudah berapa ia tua teman jak kau terjebak di sini?"

Tiong Hoa tercengang, ia sebenarnya tak mengingat itu, ia lantas mengusut-ungsut dagunya yang tumbuh jenggot

"Mungkin sudah empat atau lima hari " sahutnya

tertawa.

"Bagus." mendadak Cee-cit berseru seraya tangan kanannya meny amber.

Tiong Hoa berdiri terpisah kira sekaki, ia terkejut, ia melihat tangan Gee cit terulur tiga kaki lebih panjang dari semestinya. ia lantas lompat mundur sedang tangan kirinya meluncur, untuk menangkap tangan orang itu.

Cee Cit Iiehay, Tangan kanannya itu di tarik pulang dengan cepat, tangan kirinya menyusul menyambar Dia dapat bergerak cepat luar biasa.

Kembali Tiong Hoa terkejut, ia menyangka Cae Cit seperti ciptaan kera, Tapi ia tak

takut, Tangan kirinya meluncur terus, guna menyambut tangan kiri orang itu.

serangan Hoei Wan cioe, atau "Tangan Kera Tarbang" Cee Cit itu. gertakan belaka, ketika^eriji tangannya si anak muda hampir mengenai tangannya itu, ia cepat menariknya pulang, habis mana ia tertawa terbabak- bahak. "Kita mempunyai harapan untuk melihat langit dan matahari pula" ia kata nyaring. "Aku tidak sangka kau begini liehay"

Tiong Hoa melengak mengawasi orang Tanpadaksa itu, ia tidak dapat menerka apa perlunya Ceecit menyerang ia. Tapi lantas ia mengerti orang lagi menguji padanya, Akan tetapi ia heran mendengar yang mereka bakal dapat melihat lagi langit dan matahari

"Apakah kau pernah mempelajari Pek- bouw kang?" Ceecit tanya, itulah ilmu cicak merayap ditembok.

Tiong Hoa menggeleng kepala, Didalam hatinya, ia kata: " Guruku belum pernah mengajari aku ilmu itu, aku juga tidak memikir untuk mempelajarinya, ilmu itu terutama penting untuk bangsa pencuri, Laginya, pelajaran itu cuma bisa membawa diri naik setinggi lima belas tombak. sedang di sini, lowongan tingginya limapuluh tombak. Apakah gunanya Pek- houw- kang?"

Oleh karena heran, ia terus mengawasi jago Coan- pang itu, Cee- Cit bersenyum. "Kau tak bisa, bukan?" katanya. "tapi bagimu, mempela jari itu cuma soal tempo satu siang dan satu malam, Baiklah kau ketahui, pada lima tahun dulu aku telah melepas kata-kata, jikalau ada orang yang bisa menolongi aku keluar dari sini, akan aku wariskan akupunya ilmu "Hoei Wan cioe kepadanya.

Maka kau, dapatkah kau menolongi aku keluar dari sini?"

Tiong Hoa heran bukan main- ia mengawasi melongo. kemudian- ia menggeleng kepala. Katanya: "Aku bukannya tidak mau menolongi, tetapi, walaupun kita pandai Pek Houw Kang. mana dapat kita naik sampai limapuluh tombak? Apapula aku mesti naik sambil menggendong kau, loojinkee, mana dapat..."

Cee-cit tertawa berkelak.

"Tentang itu j angan kau buat kuatir." kata dia. "Asal kau sendiri dapat keluar maka taklah sukar untuk menoongi aku si orang tua. itulah mudah sekali, selama ber-tahun-tahun aku berdiam di sini bersama kawanan setan itu, aku telah berhasil membuat dadung rumput panjangnya sampai tigapuluh tombak, maka jika la u kau pandai Hoei Wan cioe, pasti kau dapat menolong aku keluar dari sini"

Lie Tiong Hoa lantas berpikir: "Daripada aku berdiam saja, baiklah aku berdaya" Maka ia lantas mengangguk "Baiklah." katanya.

Sampai di situ, tanpa bersangsi lagi Cee Cit lantas memberikan pelajaran ilmunya itu, "Hooi Wan Tjioe" atau si "Kera Terbang" itulah pelajaran yang sangat sulit, Untuk itu lebih dulu orang mesti mempela jari ilmu " melunakkan tulang-tulang." habis mana lalu mempela jari pula ilmu " menyiutkan tubuh". setelah tulang dan tubuh dapat diciutkan maka berhasilkah orang mengulur tangannya lebih panjang daripada mestinya.

Ilmu ini tidak dapat dipahamkan dalam waktu satu hari satu malam akan tetapi untuk Lie Tiong Hoa tidak ada apa-apa yang sulit. Kecerdasannya dibantu khasiat obatnya Thian Yoe sioe Membikin ia menjadi suatu bahan yang bagus sekali. Dia menjadi mempunyai tubuh yang disebutkan " lepas dari kandung-dan bertukar tulang." ia tidak perlu tempo

berhari-hari, cuma tiga jam, lantas ia mengerti. Cee-cit heran hingga dia melengak. Tanpa merasa di menggeleng kepala dan berkata: Ah, anak muda ini sungguh harus dibuat jerih. Aku berbakat baik, aku telah menemui jodoh ku", aku toh tak dapat belajar secepat dia." Tapi dia menjadi girang.

"Sekarang mari pelajari Pek Houw Kang." katanya, Dan ia menga jari teorinya. sebab untuk menga jari prakteknya, dia tidak sanggup, dia terhalang cacad kakinya itu.

Juga pelajaran cicak Merayap ini tak sukar untuk Tiong Hoa, Bahkan Tiong Hoa mempelajarinya terus dengan dicoba, Dia memang ringan tubuhnya dan pandai berlompat tinggi, dibantu ilmu merayap itu, dengan lekas ia bisa manjat tiga puluh tombak kira-kira, kemajuan itu didapat karena di tengah perjalanan naik itu ia dapat menukar napas.

Cee-cit gembira sekali, ia sering-sering tertawa girang. "Asal kau menggunai saatmu belum menukar napas

lebih jauh kau menghajar papan penutup jebakan ini, pasti kau dapat mencarinya." dia kata, "Asal kau dapat menjambret dan membukanya, lantas kau berada di atas."

"Baiklah, nanti aku coba." kata Tiong Hoa.

Kali ini anak muda ini mengawasi keatas, setelah mengumpulkan semangatnya, ia berlompat, lantas ia mengguna i kedua kaki dan tangannya, untuk merayap di tembok. Namanya merayap. sebenarnya ia memanjat.

Dengan cepat ia mencapai tiga puluh tombak. la tidak menanti menukar napas, ia

menjejak dengan kedua kakinya, selagi tubuhnya mencelat kedua tangannya diulur, untuk meny amber ke atas, Bagatkan terbang, tubuhnya mencelat naik. Karena ia terpisah lagi belasan tombak. la lantas sampai di atas, maka kedua tangannya segera menggempur.

suara nyaring adalah akibatnya itu, disusul dengan terlihatnya sinar terang, papan jebakan, yang menjadi penutup liang, telah pecah, maka dengan pecahnya itu, sinar terang lantas masuk ke dalam liang.

Dengan masuknya sinar terang serta hawa, hawa buruk di dalam liang lantas mulai lenyap karenanya.

Tepat serangannya Tiong Hoa mengenai papan penutup itu, yang terbuat dari lembaran besi. saking tuanya papan itu, pesawat rahasianya sudah karatan, maka itu, gempuran hebat dari si anak muda membikin alat itu tak dapat bertahan dan rusak karenanya.

ooooo

BAB 8

SEKONYON G - Konyong Cee Cit tertawa berkakak- kakak dan berseru berulang-ulang. "Sudah sepuluh tahun sudah sepuluh tahuni Aku Cee Cit, aku tidak sangka bahwa hari ini aku bakal dapat melihat pula langit dan matahari" Dan saking girangnya itu, dia mengucurkan airmata, dia menangis terisak-isak

Ketika itu Tiong Hoa sudah turun pula, ia menyaksikan kegirangan dan kesedihannya Cee-cit itu, ia menjadi terharu, ia turut merasa sedih juga, hingga ia hampir mengeluarkan airmata, ia sama girangnya seperti si orang tua, ia kata dalam hatinya: "Sepuluh tahunjalan tempo yang sangat lama, siapa dapat bertahan demikian lama jikalau dia tidak memiliki kekuatan hati yang luar biasa? Cuma Cee cit seorang yang tangguh demikian-" 

Hanya sebentar, lenyap sudah kesedihannya Cee-cit. Dia lantas menunjuk pada tumpukan dadung di sisinya.

"Laotee, kau ikatlah dadung itu di punggungmu." ia berkata, " Kau pun geser aku ke mulut liang itu, untuk aku berduduk di situ.seperti aku telah bilang i kau, kau boleh lantas manjat naik, Kau mesti manjat terus hingga kau berada di atas, di luar."

Cee cit bicara dengan gembira, sampai napasnya seperti tertabas Di balik kegirangannya itu matanya bersinar sangat tajam.

Tiong Hoa melakukan apa yang dikatakan orang tua itu, ia pondong tubuh orang untuk dipindahkan tepat ke bawahan mulut liang jebakan itu, ia telah mengikat dadung dipunggungnya, ia lantas bersiap siap. tenaga dalamnya dikerahkan Tak usah disebut lagi bahwa ia pun mengempos semangatnya.

Kalau tadi ia mau menggempur, sekarang ia mau ke luar, guna merebut kebebasannya.

Hanya sedetik, anak muda she Lie itu sudah lantas manjat naik, Kali ini ia bergerak jauh terlebih cepat, Benar seperti katanya Cee cit, tinggal lagi dua kaki ia bakal sam pai di mulut liang, napasnya sudah habis tubuhnya lantas turun pulaJusteru itu, ia mengempos tenagannya yang terakhir, ia meoggunai Hoei Wan cioe, Tiba tiba saja tangannya terulur panjang, hingga ia dapat menyambar pinggiran liang. "Bersemangat, laotee Bersemangat"

Cee cit berseru menganjuri, ia melihat orang telah tiba dimulut liang itu. Tepat ia memegang pinggiran papan besi itu, Tiong Hoa menukar napas, maka kalau tadi ia menjambret dengan kanan- sekarang ia dibantu dengan tangan kirinya. Dengan dua tangan berpegangan, tak sukar untuknya bergelayutan, guna mengayun tubuhnya, maka di lain saat, denganjungkir baiik, tibalah ia di atas.

Melihat sinar matahari, Tiong Hoa melengak. la segera memandang ke sekitarnya, ia melihat rumah besar terpisah tiga puluh tombak dari liang perangkap itu, ia mendapat kenyataan matahari sudah turun ke barat dan burung-burung lagi mengoceh ber kicau.

"Loojinkee, bagaimana sekarang?" ia kata. ia berdiri dimulut liang, ia berjongkok untuk memandang ke bawah, kedalam liang itu, cee cit berdongak.

"Laotee, kau turunkan dadung" dia berkata "Kaupeganglah dengan kedua tangan mu biar keras, jangan bikin terlepas"

Tiong Hoa nenurut, ia mengulur dadung itu, ia tahu apa artinya dadung dan apa maksudnya ketua Coan Pang itu, ia memegang erat erat ia memasang kuda- kudanya, ia heran sebab ujung dadung masih terpisah cukupjauh dari si orang bercacad, ia tidak tahu, dengan cara bagaimana orang akan menyampaikan dadung itu.

Cee Cit tahu apa yang ia mesti lakukan. inilah saatnya yang terakhir, ia hidup atau ia mendekam terus didalam neraka dunia itu" Maka ia berduduk dengan mata meram, tapi otaknya bekerja, ia mengempos semangat, ia " mengumpul tenaganya, Tepat ia merasa bahwa ia sudah mengerahkan segala apa, mendadak ia menahan napasnya, mendadak ia menjejak dengan kaki buntungnya, dibantu dengan tekanan kedua tangannya pada tanah. Menyusul itu

maka tubuhnya lantas melesat naik, Barbareng dengan itu, kedua tangannya terus diluncurkan lempang keatas.

Hebat keadaannya waktu itu, kalau dia gagal, kalau dia jatuh kembali maka sebelah kakinya itu mesti patah juga...

Tiong Hoa di atas memasang mata. Mendadak ia merasa ujung dadungnya ada yang s amber, dadung itu lantas terasa menjadi berat, hampir ia membuatnya terlepas. ia tahu apa artinya itu. Maka terus ia bertahan.

Dadung terasa bergoyang goyang, Telinganya pun lantas mendengar tertawanya si orang tua, yang terus berkata : "Laotee, kau tariklah perlahan-lahan"

Tanpa menjawab, Tiong Hoa bekerja, ia menarik dadung, ia mengerek naik, ia mesti berlaku hati-hati. ia insaf tuanya dadung itu, sementara itu ia tidak tahu, larahan dadung sudah ada yang putus sendirinya, disebabkan beratnya, tubuh Cee cit.

Cee-cit sudah naik tinggal lagi sepuluh tombak kira- kira waktu Tiong Hoa mendapat tahu larahan dadung pada putus, ia kaget tidak terkira, tanpa merasa ia berseru: "Dadung mau putus"

Cee Cit mendengar itu, dia kaget bukan main. celakalah kalau dadung putus dan dia jatuh. Tapi dia tabah, dia menjadi nekad.

"Tahan" dia berseru, Lantas dia menarik dengan keras, untuk membikin tubuhnya melesat naik.

Di bawah menarik. diatas bertahan, tidak ampun lagi, dadung itu benar-benar putus, Tiong Hoa kaget, Cee Cit pun kaget, tapi Cee Cit insaf. Meski dadung putus, tubuhnya tidak jatuh hanya melesat terus naik, kedua tangannya diulur dan diluncurkan, "Laotee, sambut" dia berteriak

Tiong Hoa cerdas. dia tabah, takperduli dia kaget, dia tahu harus berbuat apa. sambil berjongkok itu ia mengulurkan tangannya ke bawah, ia mengulur dengan ilmu Hoei Wan cioe, Maka tangannya itu terulurlah, tangannya Cee Cit juga terulur, Dengan begitu ke dua pasang tangan terulur sama-sama menjadi lebih panjang daripada biasanya, lantas tangan kedua pihak beradu, lalu keduanya saling jambret, Tiong Hoa menarik dengan g entakan cee Cit pun meminjam tenaga orang. Maka terlihatlah sebuah tubuh melesat ke luar dari dalam liang.

Tubuh Tiong Hoa melengak, Untuk ber-tahan- kecuali memasang kuda kuda. ia mesti mendapat bantuan tubuhnya itu. Dengan itu cara ia menarik tubuh kawannya. ia sebenarnya merasa tangannya sakit terpegang tangan cee-cit tapi ia mengertak gigi, ia menahannya

Cee-cit numprah ditanah, Dia melongo, dia menghela napas, lantas dia tertawa, Dia tertolong. dia bebas. Di depannya dia melihat pepohonan. Langit dan matahari yang dia kenang- kena ngka n bertahun-tahun. Di tempat terbuka ini, dia dapat bernapas lega. Dia seperti menjelma pula.

Juga perasaannya Lie Tiong Hoa serupa, untuk sejenak mereka saling mengawasi dan melongo, matanya Cee-cit penuh air mata, tapi segera dia tertawa. "Laote," dia berkata, "aku bukannya penasaran, tetapi aku mesti memuja kepada sang Buddha Aku berjanji, habis ini, aku tidak bakal memperdulikanpula urusan kaum Kang-ouw, Laotee, coba kau hajar kutung secabang p^hon itu"

Tiong Hoa mengangguk- Untuk sejenak itu, tak dapat ia berkata-kata, ia menghampirkan sebuah pohon, dengan gempuran tangannya, ia mematahkan secabang yang cukup besar, habis membuangi cabang-cabang kecil dan daunnya, ia bawa itu pada si orang tua dan menyerahkannya.

Cee- cit menyambuti dengan cepat, dengan cepat juga dia bekerja, Dengan tangannya dia memapas berulang- ulang, tangan itu bekerja bagaikan golok. Maka dengan lekas ia berhasil membuat sebatang tongkat panjang.

Ketika ia tertawa nyaring, lantas ia bangun berdiri dibantu tongkatnya ini. "Laotee, mari." ia berkata. Tiong Hoa menyambut. Tapi. . .

Belum lagi kedua orang ini mengangkat kaki, atau mengangkat tongkat, untuk berlalu, mendadak mereka mendengar suara angin meny amber, angin dari datangnya senjata rahasia.

"Setan" berseru sin Gan Tok kak Kwi-Kian-Cioe sambil ia memutar tubuhnya cepat bagaikan angin, tongkatnya turut berputar, maka dengan terdengarnya suara nyaring be berapa kali, tandanya bentrokan senjata dengan senjata, beberapa buah senjata rahaia terlempar jatuh ke tanah di dekat mereka, Akan tetapi Cee cit tidak lantas berhenti, dia masih berputar terus, hingga dia kena menghajar beberapa pohon di dekatnya Tiong Hoa kagum menyaksikannya liehaynya orang dengan kaki satu itu.

Ketika itu, dengan berhentinya serangan senjata rahasia, di situ lantas muncul satu orang yang lompatannya pesat sekali, Dia pun membawa sinar putih mengkilap seperti rantai.

Tiong Hoa lompat mundur, matanya dipasang, Maka ia melihat di depannya berdiri seorang muda tampan dengan pedang ditangan. matanya dia itu bersinar tajam, ia heran kenapa di Yan Keo Po ada seorang muda semacam dia ini.

"Kau siapa?" Kwie Kian cioe menegur, suaranya dalam. "Cara bagaimana kau berani main gila dengan kuningan rongsokan dan besi karatanmu di depannya Kwie Kian cioe?" orang muda itu heran- ia lantas mengawasi ke tanah. "Kwie Kian cioe..." ia mengulangi

Hanya sebentar, ia mengangkat kepalanya, untuk mengawasi, dengan alis dikerutkan, ia berkata: "Tuan, adakah kau Cee Pangeoe dari coan Pang yang telah lenyap sepuluh tahun, yang dulunya namanya sangat kesohor dissiatan dan Utara sungaiBesar?"

"Ya, itulah aku si orang she Cee" sahut Cee-cit dengan suara di hidung. Anak muda itu lantas memandang Tiorig Hoa, agaknya dia heran.

"Kalau begitu," katanya aku mohon tanya, bukankah kawan cee Pangcu ini bernama Lie Cie Tiong?"

Cee Cit belum pernah menanya namanya Lie Tiong Hoa, ditanya begitu dia lantai berpaling kepada kawannya. Tiong Hoa heran, tapi ia maju satu tindak "Benar, aku yang rendah adalah Lie Cie Tiong," ia menyebut terus terang. "Aku tidak tahu untuk urusan apakah tuan mencari aku yang rendah ini?

Mendengar jawaban itu, muka si anak muda menjadi merah, tanpa membilang apa-apa

lagi, ia menikam dengan pedangnya, inilah jurus tok bong coet biat atou" ular beracun keluar dari guha, sasarannya punjalan darah thian-kie di dada si anak muda.

Cee Cit heran, ia terutama heran karena ia melihat pemuda itu mestinya orang lurus. kenapa dia menyerang cie Tiong secara begitu? Apakah salahnya orang she Lie ini? Tak tahu ia siapa salah siapa benar, tetapi Cie Tioog itu penolongnya, tak dapat ia berpeluk tangan saja, Maka ia maju sambil meluncurkan tangan kanannya dengan tiga jarinya ia menjepit ujung pedang orang"

Anak muda itu terkejut ia melihat tangan kanan orang meluncur panjang luar biasa, sedang tangan kirinya tertarik ringkas. Ketika ia mencoba menarik pedangnya, pedang itu tak bergeming Kembali ia terkejut, sekarang dengan mukanya lantas menjadi merah hingga ke telinganya.

Terang ia tidak dapat melepaskan senjatanya itu.

Maka ia mengawasi dengan sinar mata berapi.

Tiong Hoa mendongkol untuk kegalakannya orang itu, yang menyerang ia secara hebat.

"Tuan, aku tidak kenal kau, kita tidak bermusuhan, mengapa kau menyerang begini hebat?" ia tanya dingin, " Kenapakah?” Belum orang menjawab, Cee cit sudah melepas kanjepitanny a. ia tertawa dan berkata "Aku si orang she Cee selalu berlaku jujur maka itu, tidak mau aku berat sebelah, Anak muda, kau coba jelaskan, buat urusan apa kau mencari saudara Lte ioi? Percayalah, aku si orang she Cee, aku nanti berikan keadilan kepada kau."

Anak muda itu tertawa dingin. "Cee pangcu." katanya, "Asal kau berlaku adil, tenanglah hatiku Aku yang rendah bernama soew Leng Hoei dan guruku ini yalah Im san le- soe."

Cee- cit heran juga, tidak ia sangka bahwa anak muda ini muridnya Boe seng atau Nabi Persilatan dari tanah perbatasan, tengah ia mau menanya tegas, mendadak ia melihat bayangan berkelebat di depannya, maka di situ tambah satu orang -- adalah seorang imam, yang matanya hitam, yang romannya tampan, sedang kumisnya panjang sampai di dadanya. Nampak imam itu agung, Karena gesitnya, dia mesti berilmu silat tinggi. selain dari Cee- cit, Tiong Hoa pun heran .

Imam itu menghadapi Souw Leng Hoei, untuk segera menanyai "Leng Hoei, siapakah dua orang ini? apakah kau berhasil mencari si orang she Cie?" Mendengar pertanyaan itu, Tiong Hoa gusar sekali, alisnya bangun berdiri

"Aku tidak tahu apakah salah aku si orang she Lie terhadap kamu berdua, tuan-tuan?" ia tanya, " Kenapa kamu tidak mau memberikan penjelasan? Kenapa kamu sembrono begini macam? Apakah kamu tidak menyalahi tingkah- lakunya orang orang sopan- santun?" Orang muda yang bernama Souw Leng Hoei itu tetap gusar.

"Lie cie Tiong " dia membentak, di Kee-beng-ek kau telah rampas mustika Ngo-sek Kim-bo kami serta kau menganjurkan orang orangmu berlaku kurang ajar terhadap adikku perempuan, Kau telah ketahui itu tetapi kau masih berani mengajukan pertanyaan.”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar