Bujukan Gambar Lukisan Jilid 04

Jilid 4 : Tiong Hoa terjebak di Yan-kee-poo

"Saudara Lie," kata Pek Kie Hong, menunjuk ke rumah yang gelap itu, "itulah tempat ditahannya murid-murid Koen Loen pay. jalanan di dalam rimba ini istimewa, baik kau ikuti aku, tempat di mana aku menaruh kaki, di situ tidak ada bahayanya.”

Habis berkata, ia jalan mendahului, ia jalan cepat, ke kiri dan kanan tak ada ketentuannya.

Tiong Hoa mengawasi kaki-kaki orang, Tiba di dekat rumah besar itu, ia kaget, ia kena injak tanah yang seperti tak pegangannya ia kaget, Percuma kagetnya ini, belum sempat ia memikir apa-apa, kedua kakinya sudah kejeblos, tubuhnya turun sama cepatnya, terus telinganya mendengar Pek Kie Hong tertawa bergelak.

Lalu tertawa itu.

Selagi kejeblos itu, anak muda ini tidak melihat apa- apa. Gelap di sekitarnya, itulah pasti liang perangkap. Ketika ia tiba, di bawah entah berapa dalamnya, ia kaget, ia seperti terbanting sampai ia roboh, lantas hidungnya mencium bau tempat demak dan amis juga, hingga ia ingin muntah, Ketika jatuh itu, ia hampir pingsan, maka itu sampai sekian lama, baru ia dapat bangun berdiri.

Karena tempat gelap, tangannya meraba-raba, sampai ia memegang tembok di sekitarnya.

"celaka aku..." ia mengeluh. ia berada dalam lubang dengan tembok besi, Hawa di situ pun menyesakkan dada, Kalau ia tidak lekas lolos, ia bakal mati kehausan dan lapar, inilah hebat,

"Heran kenapa Kie Hong menipu aku..." pikirnya, "Mungkinkah dia mencurigai aku? Kalau benar, itu bukanlah soal sukar, dapat ia mencari tahu..."

Sebagai seorang hijau, pemuda ini sangat kurang pengalamannya. ia main percaya setiap orang, ia seperti lupa halnya Yan Hong hitam makan hitam dan Lao San Sam eng penasaran, ia tak tahu Yan Hong dititahkan Yan Loei mengundang ia datang ke Yan Kee Po, untuk menguji ia, kalau ia benar berpihak pada orang luar, ia hendak disingkirkan.

Yan Hong pun bersedia membinasakan ia, cuma tuan muda dari Yan-kee-po itu masih ingat budi pertolongan orang, kalau bisa dia ingin ia membantu Yan-kee po.

Tapi ia di curigai Yan Loei, karena Yan Loei menerima laporannya Pek Kie Hong bahwa ia menolong orang Koen Loen Pay, maka itu Yan pocu tak bersangsi pula, terus dia menyuruh Kie Hong memancing dan menjebaknya, perbuatan itu dilakukan diluar tahunya nyonya Yan dan Yan Hee si nona.

Setelah berpikir lama, Tiong Hoa menjadi jemu terhadap orang Rimba Persilatan, kalau ia lolos, ingin dia membinasakan Kie Hong dan orang-orang sebangsanya, ia gusar hingga ia menggertak gigi.

Sementara itu tadi, ketika terdengar suara bok hie terakhir, pintu Coei Tek Hian lantas terpentang, dari situ keluar seorang budak perempuan berbaju hijau. yang membekal sapu, untuk menyapu lantai di depan pintu.

Dia belum berumur dua puluh, tubuhnya langsing, romannya menarik hati. Gesit kerjanya dia.

Di ruang dalam, yang disebut hoed-tong, ruang pamujaan, ada duduk bersila seorang wanita tua yang rambutnya sudah ubanan, mukanya bundar, kulitnya belum keriputan, matanya bersinar tajaro, suatu tanda dialah ahli silat.

Ditengah-tengah ruang tergantung gambarnya Cian cioe Koan im yaitu dewi Koan Im bertangan seribu, berikut sebuah gambar Thay Kek. yang diapit sepasang lian atau pigura huruf yang tulisannya bagus. Di atas meja ada bok khie serta pendupaan yang asapnya mengepal harum, Nyonya tua itu bersila sambil meram.

Tak lama dari kamar samping keluar seorang nona berbaju merah, Karena sinar matahari yang masuk dari pintu, maka nona itu tampak cantik manis.

"lbu." ia memanggil, suaranya merdu dan bernada aleman, Terus ia mendekati si nyonya, untuk menanya: "lbu lagi pikirkan apa?" Dialah Yan Hee, puterinya Yan Loei atau adiknya Yan Hong. Nyonya itu membuka matanya terus ia bersenyum manis,

"Aku memuja sang Buddha, sekarang aku telah memperoleh kesadaran," sahut ibu itu. "Sekarang hatiku tenang bagaikan air, tapi sudah dua hari ini, aku merasai ketenanganku

terganggu, Air seperti berombak perlahan mungkin ada sesuatu yang bakal menimpa aku. Aku ingat ketika delapan tahun yang lalu aku membinasakan si orang aneh yang kumisnya panjang aku mendapat alamat seperti ini, Tapi tak mau aku memperdulikan itu" ia tertawa,

"Anak. mari aku tanya kau, selama yang belakangan ini kau telah dapat mencari orang yang kau penuju atau belum?"

Dari pertanyaannya ini maka teranglah sudah si nyonya adalah isterinya Hoan Thian-ciang Yan Loei. yaitu Ciao Cioe Kwan lm Siauw Goat Hian." (Dewi Kwan lm bertangan seribu), ilmu silatnya menggabung pelajaran sesat dan lurus. Liehaynya adalah senjata rahasianya, yang terdiri dari delapan-belas butir mutiara murni serta ilmu pedangnya San Hoa Kiam-hoat, yang terdiri dari dua puluh jurus.

Ketika ia berselisih dengan suaminya, lantas ia menyekap diri di Coei Tek Han, hidup menyendiri dengan memuja Cian cioe Kwan Im, yang tadinya ia pakai sebagai gelarannya, ia cuma dilayani dua budak perempuan itu, dan yang dapat menemui ia melainkan gadisnya itu.

Mukanya Yan Hee merah atas pertanyaan ibunya itu. "lbu saban-saban kau tanyakan urusan itu, buat apakah?" anak itu balik menanya, "Aku masih belum

memikir untuk menikah. Aku justeru ingin selama- lamanya menemani ibu."

"Ngaco." ibu itu membentak. "Mana dapat kau tak menikah?Justeru karena kau, aku belum mau pergi ke gunung yang sunyi, Aku kuatir ayahmu nanti jodohkan kau pada orang yang tak tepat, dengan begitu kau bakal celaka seumur hidupmu, Pek Kie Hong anaknya Pek Liang telah aku lihat, dia kelihatan baik di luar tapi hatinya sebenarnya tak lurus bahkan licik. Aku merasa pasti di belakang hari dia bakal mati tak wajar, Turunan serigala mana bisa menjadi kie-lin? Maka itusering ayahmu mendesak tapi aku tidak meluluskan."

Yan Hee heran.

"lbu pernah lihat Pek Kie Hong?" dia tanya.

"Aku melihat dia pada tiga tahun yang lalu." sahut ibu itu, lalu dengan roman sungguh-sungguh ia menanya. "Anakku, benar- benarkah kau belum mempunyai orang yang kau penuju? Ketika tadi malam aku mengajari kau ilmu pedang, hatimu agak tak tenang, kenapa kah itu?"

Yan Hee tahu mata ibunya tajam, tak dapat ia mendustainya, Maka ia tunduk ia ketanah. "Kemaren pagi engko Hong mengajak satu sahabat datang ke rumah kita, itulah sahabatnya yang baru. Aku lihat gerak- geriknya orang itu halus, dia tidak mirip- miripnya orang Kang ouw, cuma masih belum ketahuan hatinya..."

Tepat si nona berkata begitu maka di jendela dari rumah itu ada orang yang menggantung kakinya dipayon, matanya mengintai ke dalam.

Habis berkata begitu, nona itu likat sendirinya, ia tunduk sambil membuat main ujung bajunya, Tapi dengan melihat sikap anaknya, sang ibu tahu hati anaknya itu telan digedor si anak muda yang disebutkan itu, ia agaknya senang, ia bersenyum.

Tapi tiba-tiba alisnya berkerut, terus tangannya diayun maka melesatlah sebuah benda kuning halus.

Di luar terdengar suara perlahan seperti ujung baju ditembuskan sesuatu. lantas sunyi pula.

Melihat gerakan ibunya Yan Hee tahu diluar mesti adu orang yang mengintai mereka, ia lantas berlompat keluar, hingga ia melihat di belakang rumah itu. daun pohon bambu bergoyang sedikit ia tidak dapat melihat tegas, maka itu ia lantas menyerang dengan enam biji kim-chie-piauw.

Tidak ada hasilnya serangan itu, kecuali daun bambu bergoyang pula.

Si nona penasaran, hingga ia kata dalam hatinya. "Bangsat, aku lihat kau dapat lolos dari tangan nonamu atau tidak? ia menyusul ia menimpuk pula.

Ada larangan kaum Rimba persilatan untuk mengejar musuh yang lari ke dalam rimba atau tempat lebat pepohonan tetapi Yan Hee melanggar itu, sebab ia berada di rumahnya ia mengejar teeus, Hasilnya sia-sia, sampai merasa letih, tak dapat ia mengudak orang itu, cuma saban-saban terlihat daun bambu bergerak. Ketika ia tidak melihat apa apa yang mencurigai ia keluar dari dalam hutan bambu itu, keluar sambil berlompat. segera ia dapat melihat Pek Kie Hong lagi jalan mundar mandir di antara pohon-pohon bunga, romannya masgul.

"Heran. Kenapa anak muda itu berada di situ?"

Kie Hong juga lantas mendapat lihat si nona. Kalau tadi alisnya berkerut, sekarang ia lantas bersenyum. "Adik Hee." dia memanggil cepat.

Nona itu merah mukanya akan tetapi dia menegur: " Kenapa kau lancang masuk ke- dalam rimba? Kenapa kau mengintai di jendela Coei Tek Hian, kau telah melanggar larangan ibuku, tidak dapat aku melindungi kau"

Kie Hong melengak.

"Apa?" tanyanya cepat, “Jangan main-main, adik Hee, Berapa biji batok kepalaku hingga aku berani melanggar larangan peebo? Akujusteru lagi bingung memikirkan dengan cara apa aku dapat menemui ibumu, supaya terwujudlah apa yang aku harapi bertahun-tahun"

"Harapan apa?" si nona memutus.”Ngaco belo."

Lantas dia memutar tubuh, untuk kembali ke dalam rimba.

"Adik Hee. Adik Hee." Kie Hong memanggil-manggil.

Yan Hee tidak menyahuti, ia pun tidak kembali, maka pemuda itu menjadi masgul dan menyesal, ia berdiri menjublak saja, tapi tak lama segera ia sadar, maka ia berseru seorang diri: "Celaka. Di dalam rimba tentu ada orang. Kalau tidak mustahil adik Hee mencurigai aku. Mesti hal ini segera diberitahukan pocu." Maka dia lantas laripergi.

Di dalam rimba, Yan Hee bingung berpikir.

"Tidak nanti Kie Hong berani lancang masuk ke mari?" demikian pikirnya, "Habis, siapa orang itu? Mungkinkah ia adanya?"

Lalu di depan matanya berbayang roman Tiong Hoa yang tampan.. Mengingat pemuda itu, Yan Hee lantas lari ke Coei Tek Hian.

Siauw Goat Hian tengah duduk membaca kitab, kapan dia mendengar tindakan kaki orang, ia mengangkat kepalanya

"Anak Hee, dapatkah kau menyandak?" nyonya itu tertawa. orang yang ditanya itu menggeleng kepala. sang ibu menutup kitabnya.

"Dia dapat lolos, dia lihai" katanya, "Coba lihat, apakah ini?"

Dari dalam kitabnya, ibu itu menarik ke luar sehelai kertas

Yan Hee menyambuti, ia lihat kertas itu ada tulisannya doIama huruf yang berbunyi: Membalik langit, memasuki bumi, dosa berlapis sukar lolos" ia heran. Tak mengerti ia maksudnya itu.

sang ibu menghela napas, ia kata perlahan "siapa banyak melakukan perbuatan tak benar, dia bakal celaka sendirinya, Kelihatannya ayahmu telah luber kejahatannya...”

Anak itu kaget.

"Apakah yang ayah perbuat?" Dia tanya, "Dapatkah ibu duduk diam saja tidak menolong i? Ibu itu mengasi lihat roman gusar, ia kata dingin, "Biar dia mati berlaksa kali, itu masih belum cukup untuk menutup dosanya, jikalau ibumu menolongi dia, ibumu bakal merusak kata katanya sendiri,”

Tapi habis berkata, dia menghela napas, agaknya dia berduka sekali.

Yan Hee tetap bingung, ia tahu ibunya bentrok dengan ayahnya tapi ia tak ketahui duduknya hal yang sebenarnya.

Sekonyong-konyong dari luar rumah terdengar tertawa yang nyaring yang disusuli perkataan ini: "Benar-benar cian ciee Kwan lm sadar dan cerdas. Lagi tujuh hari Yan Kee Po bakal ludas menjadi abu, melainkan coei Tek Hian akan utuh seperti tempat yang suci." Kembali tertawa yang nyaring yang berkumandang di dalam rimba bambu.

Yan Hee kaget dan heran, hendak dia lompat keluar, tetapi ibunya menarik tanganaya, ibu itu memasang telinganya, terus ia mengerutkan alisnya berulang kali, ia kata per lahan suara orang itu rasanya aku kenal baik.

Lalu meneruskan pada anak-daranya: "Anak, coba kau keluar, kasi lihat ada apa yang luar biasa."

Yan Hee lekas keluar. Lantas ia melengak. Di kiri rumah, belasan pohon bambu terbabat, babatannya rata. tetapi bagian yang terbabat itu tidak ada. Adakah semua batang bambu serta daunnya dibawa pergi? ia juga heran karena ia baru saja masuk ke dalam dan ia tidak mendengar suara apa-apa.

Orang jadinya bekerja sangat cepat dan tanpa suara.

Bekas bacokan iuga menandakan itu bukan bacokan pedang atau golok hanya tangan. Cepat luar biasa Yan Hee lari balik ke dalam, ia menuturkan semua. cian cioe Kwan lm berdiam, agaknya dia berpikir, Akhirnya dia kata sendiri perlahan. "Oh. kiranya dia..."

Yan Hee mementang mata lebar. "Siapa dia, ibu?" ia tanya.

"Siapa sebenarnya orang itu, ibumu tidak dapat menetapkan." sahut orang tua itu.

"Tapi pasti tujuh bagian adalah dianya. Tak heran dia mengatakan tujuh hari kemudian Yan Kee Po bakal ludas menjadi abu, Dia biasa berbuat benar dan berhati-hati, mungkin masih ada urusan yang membuatnya bersangsi dan belum dapat membereskannya. Mungkinkah ayahmu telah mengganggu dia?.

Sang anak heran, ingin ia minta keterangan pula.

Mendadak ibunya memperlihatkan roman gusar dan kata kepadanya keras: "Anak Hee, lekas pergi ke depan kau tanya engko Hong kau, dalam beberapa hari ini apa lagi yang mereka kerjakan. Lekas pergi."

Yan Hee heran dilapis heran, akan tetapi mengingat urusan mestinya penting sekali, ia menurut, ia lantas lari keluar, Begitu ia keluar dari rimba, ia lantas bertemu dengan dua pelayan ibunya yang romannya gelisah sekali satu diantaranya lantas berkata padanya:

"Nona lekas pergi ke depan. Siauw pocu pulang dengan luka hebat sekarang dia tak sadarkan diri"

Yan Hee kaget dan berkuatir, ia memang menyayangi kakaknya itu. Tanpa menanya lagi, ia terus lari.

Di ruang depan ada banyak orang, berisik mereka itu, romannya tegang, Yan Hee membuka jalan dengan paksa diantara mereka itu, Maka segera ia melihat Yan Hong, yang mukanya pucat dan matanya tertutup, napasnya empas-empis, sedang tubuhnya mandi darah, Hoan-Thian ciang, dengan kedua tangannya, lagi menyalurkan tenaga dalamnya untuk menolongi puteranya itu.

Karena jidat ayah itu mengeluarkan banyak sekali keringat, teranglah lukanya Yan Hong tak ringan-

Cie-liong-kiam Pek Kie Hong melihat datangnya si nona, dia menghampirkan. Matanya si nona menyapu, melihat siapa yang mendekati ia, alisnya berbangkit. "Mana Lie Cie Tiong yang kemarin datang kemari?" ia tanya, "Kenapa dia tak nampak?"

Kie Hong terperanjat akan tetapi dia menetapi hati. "Dia?" sahutnya, tertawa tawar, "Dia kata ada

barangnya yang penting yang ditinggal di hotelnya di Tok lok, maka dia pergi tadi pagi-pagi untuk mengambilnya."

"Hm" bersuara si nona, yang kembali menoleh, mengawasi kakaknya.

Kie Hong berdiam, ingin ia bicara dengan si nona tetapi karena sikap nona itu terpaksa ia bungkam. ia mesti menahan hati.

Tak jauh dari muda mudi itu berdiri Tiat pie chong- liong Lauw Pou dengan kedua matanya yang bercahaya. Dia memperhatikan mereka itu berdua, sikapnya keren- Setelah ditolongi ayahnya sekian lama keadaan Yan

Hong mendingan- Dengan mukanya mulai bersemu dadu, ia membuka kedua matanya.

Im Cioe Hauw Hoen Hauw Boen Thong berdiri dibelakang Yan Loei, dia tidak sabar dan dengan roman dan suara bengis, dia lantas menanyai " Keponakan Hong, kau bertemu musuh liehay siapa itu? Lekas bilangi pamanmu" Ditanya begitu, Yan Hong merapatkan pula matanya.

Yan Loei dapat menerka hati anaknya Di situ ada banyak orang, anak itu tentu tidak suka sembarang bicara, Maka ia mengedipi mata pada Hauw Boen Thong sambil menitahkan orang-orangnya. "Siauw pocu perlu beristirahat, lekas bawa dia ke kamarnya." Perintah itu lantas dilakukan- empat orang, yang menggotong Yan Hong ke dalam.

Yan Loei mengikuti dengan diturut Hauw Boen Thong, Khong Jiang, Pek Kie Hong dan Yan Hee.

Begitu mereka berkumpul di dalam, Yan Hong berkata, "Tadi malam aku pergi ke kota Tek-lok. di sana mata- mata kita mendapat tahu Lao..." ia melihat adiknya, ia berhenti tiba-tiba.

Yan Loei berpaling kepada puterinya.

"Kata Pek Hiantit barusan ada orang memasuki Coei Tek Hian, dia dapat dibekuk ibumu

atau tidak?" ia tanya.

Nona Hee cerdik, ia tahu kakaknya tentu mau omong rahasia yang ia tak perlu dapat tahu, karena ia menduga urutan tentu mengenai musuh, di waktu ia menjawab ayahnya suaranya dingin.

"Orang itu dibiarkan bisa lolos." jawabnya. "Nampaknya ibu tidak memperdulikannya"

Yan Loei menggeleng kepala.

"Ibumu itu luar biasa" katanya, "Tempat baik-baik dijadikan daerah terlarang, sampai ayahmu tak memperkenankan masuk ke situ, orang kita dapat melihat ada orang masuk ke situ, mereka cuma dapat mengawasi saja,” la menambahkan " Ibumu tentu belum tahu kakakmu terluka, pergi kau kepadanya untuk memberitahukannya sekalian kau minta, untuk kali ini agar dia datang melihatnya,"

Yan Hee menduga ia hendak disuruh berlalu, setelah bersangsi sebentar, ia mengangguk. "Baik, aku nanti coba, katanya. Aku kuatir ibu tidak mau mengadakan kecualian..." Lantas dia bertindak pergi.

Seperginya sang adik, Yan hong lantas melanjuti keterangannya.

Yan Loei telengas, kalau dia mau melakukan sesuatu, tak kepalang, dia membinasakan semua orang yang bersangkutan untuk menutup semua mulut. ia ingin orang tak ketahui perbuatannya, supaya namanya tak tercemar. Kali ini ia tak beruntung membersihkan diri,

000

Di kota raja ada seorang berpangkat Hoe-pouw siang sie, namanya souw Ceng Kit, dia mempunyai sebuah mustika logam asar see Hek. wilayah Barat, namanya Ngo sek Kim-ho, emas

panca warna.

Logam itu dapat di-buat menjadi pedang mustika, yang tajam luar biasa, dapat memutuskan rambut, dapat memecah batu, dapat juga merusak tenaga dalam.

Logam itu sangat diingini kaum Rimba Persilatan-

Souw siangsie mempunyai seorang anak. Siang Hoei namanya anak itu menjadi muridnya lm san le soe, orang kosen dari perbatasan selama anaknya lagi belajar silat, siangsie itu mau mengirim logamnya itu buat dijadikan pedang, tetapi lm san ie soe menampik, katanya dia lagi repot, nanti saja sesudah Siang Hoei tamat belajar dan turun gunung. sekarang Souw siangsie mau pulang ke kampungnya, ia mengundang enam belas guru silat sebagai pengantarnya.

Lao san sam Eng mendengar selentingan tentang logam mustika itu, mereka ingin memilikinya, lantas mereka menguntit, guna menanti ketika yang baik buat turun tangan. Mereka tidak tahu logam itu telah dijanjikan kepada lm san lesoe, kalau tidak. tidak nanti mereka berani memikir yang tidak-tidak.

Rombongan souw siangsie bakal lewat di Tok lok, di baratnya, di sebuah tempat yang dinamakan perhentian- Kenyang makan asem garam, Kee beng- ek. Tempat itu dipilih sam Eng sebagai tempat bekerja, itulah tempat belukar dan sepi di mana jarang ada orang berlalu- lintas, Tapi Kee beng ek termasuk dalam wilayah pengaruh Yan Loei, maka itu sam Eng pergi mengunjungi Yan Kee Po, guna memberitahukan maksudnya.

Yan Loei memberi perkenannya. Tapi dia licik, dia biasa bekerja menggelap. Dia juga menghendaki Ngosek kim bo itu. Mulanya dia belum tahu jelas dan mengira saja itulah

mustika, kalau baru emas dan perak Lao san sam Eng tidak nanti ketarik hatinya dan mau menguntit dari tempat demikian jauh. Dia lantas mengatur untuk bekerja.

Dia menugaskan Yan Hong dan delapan pembantu pilihan. Malam itu yang Yan Hong bertemu Tiong Hoa di Cip Poo Lauw, itulah saatnya dia mesti pergi ke Kee- beng-ek. Jamnya adalah jam tiga. sementara itu pada jam dua, Yan Hong menyuruh satu orangnya pergi menemui Souw siangsie, dengan mengaku diri orang Koen-loen-pay, orang itu mesti membeber rahasia bahwa Lao san sam Eng bersama dua puluh lebih penjahat besar hendak melakukan pembegalan- la mengusulkan Souw siang sie bekerja di dua jurusan, yaitu diam-diam mengantar mustika pulang keTaytong, kampung kelahirannya, di lain pihak mengatur daya guna meringkus semua begal itu.

Souw siangsie percaya keterangan itu, Empat pengantar lantas diperintah berangkat lebih dulu membawa logam mustika itu. sedang pemberi warta itu, yang mengaku bernama Tio-tong, diminta berdiam bersamanya di tempat mondok, katanya guna membantu lainnya.

Seberangkatnya rombongan empat pengantar itu, Yan Hong serta enam pembantunya orang-orang pilihan itu lantas menyusul.

Di luar dugaan, Lao san sam Eng tiba di Kee-beng-ek pada sebelum jam tiga yang menjadi batas tempo itu, mereka heran melihat berlalunya dua rombongan orang. Lantas mereka menduga, terus mereka menyusul.

Tio-tong tetiron menjaga diatas genting perhentian- Dia melihat gerak gerik ketiga Elang itu, dia kaget, tapi segera dia mendapat pikiran, maka dia minta belasan pengantar pergi menyusul, dia sendiri berdiam terus untuk melindungi Souw siangsie.

Dengan akal ini ia ingin sendiri saja dia merdeka memaksa Souw Siangsie menyerahkan Ngo-sek Kimbo. Dengan golok terbunus, dia mengancam Souw siangsie. Di luar dugaannya, dua busu kembali, kedua bu-su ini bercuriga, lekas-lekas mereka balik. Tepat mereka memergoki Tio Tong, maka mereka menyerang membinasakan orang palsu itu.

Keempat busu baru berjalan lima lie lebih, mereka tercandak rombongannya Yan Hong, lantas mereka diserang dan kena dibinasakan serta barang yang dilindunginya, yang berharga, kena dirampas.

Yan Hong girang sekali, ia merasa sangat puas dengan kesudahan sepak terjangnya itu. Justeru ia lagi kegirangan, datanglah bencana yang tak tersangka- sangka, itulah tibanya Lao san sam eng, yang terus menyerbu, Kesudahannya pertempuran ini hebat sekali.

Yan Hong terluka parah pundaknya dan enam kawannya terbinasakan senjata rahasia yang beracun dari sam Eng. Yan Hong sebera kabur, syukur dia ditolongi Lie Tiong Hoa.

Bu-su yang dipedayakan Tio-tong tiba di tempat kejadian untuk menyaksikan saja mayat-mayat bergelimpangan logam mustika tak nampak. mereka lantas lari pulang, untuk menyampaikan kabar buruk itu.

Souw siangsie menjadi sangat gusar, ia terus mengadu pada camat di Tok-Iok dan mendesaknya agar penjahatnya ditangkap ia tidak tahu bahwa perbuatan itu perbuatannya Yan Hong, dan ia menduga Tio-tong itu orang sebawahannya Lao san sam Eng.

Ketika Yan Hong dapat lari pulang, ia menuturkan segala apa pada ayahnya. Yan Loei yang cerdik lantas memikir, tak dapat tidak Lao san sam Eng mesti disingkirkan dan Lie Tiong Hoa pun mesti dipancing ke rumah-nya, untuk dengan melihat gelagat menyingkirkannya. Lao san sam eng di lain pihak setelah dikalahkan Tiong Hoa, menjadi semakin gusar dan panas hati. Mereka menduga Yan Kee Po hitam makan hitam. Untuk melampiaskan kemendongkolanny a, mereka lantas menyiarkan kabar angin bahwa kejahatan itu perbuatan Yan Kee Po.

Dalam tempo dua jam, Yan Loei telah mendengar kabar angin itu, Dia menjadi semakin gusar, Lantas dia mencari tahu tempat kediamannya sam Eng, untuk bertindak menyingkirkannya.

Kedua pihak lantas main muslihat. sam Eng sengaja membikin tempat mondoknya ketahuan, tapi mereka tidak berdiam tetap di situ, mereka kabur ke arah siauw Ngo Tay san-

Yan Hong menyusul ke gunung itu. Baru ia sampai dimulut gunung, ia sudah dihadapkan seorang tua berbaju kuning, yang menunjuki roman gusar, ia tidak tahu takut ia juga tidak kenal orang tua itu, ia lantas menyerang.

"Anak muda tidak tahu mampus" orang tua itu membentak. "Kau cari mampusmu"

Lantas Yan Hong merasakan tolakan yang kuat luar biasa, tubuhnya terus terlempar ke bawah jurang dalam beberapa puluh tombak. hingga ia merasai tubuhnya seperti remuk, terus ia tak sadarkan diri.

ooo

"Syukur kaujatuh dirumput," kata Yan Loei kaget, mendengar keterangan anaknya itu, jikalau tidak. tentulah jiwamu sudah hilang, Kau didapatkan oleh orang kampung yang mengenalmu, maka kau diantar pulang.

"Siapakah orang tua berbaju kuning itu?" Yan Loei tanya Hauw Boen Thong, yang ia awasi.

"Hauw Loosoe banyak penglihatannya dan luas pendengarannya, mungkin loo-su ketahui.....

Hauw Boen Thong berpikir, lantas matanya bersinar. "Ah, jangan- jangan dia siluman tua.." katanya terkejut.

Belum berhenti suaranya itu maka dari atas genting terdengar suara tertawa nyaring serta kata-kata ini. "Bagus kamu ketahui si siluman tua"

Yan Loei dan Boen Thong kaget, hampir berbareng mereka bertempat keluar dari jendela.

ooooo BAB 6

CIE-LI0NG-KIAM Pek Kie Hong juga turut menyusul, Maka ketiganya dengan cepat terus lompat naik ke atas rumah. Mereka melihat orang yang tertawa dan berkata- kata itu, Dialah seorang tua dengan baju kuning. Dia agaknya tidak menghiraukan ketiga orang ini, dia tertawa hanya berdiri membaliki belakang.

Yan Loei dan Hauw Boen Thong tefkejut, Merekalah orang-orang yang telah banyak makan asam-garam.

Tidak demikian dengan Pek Kie Hong. Anak muda itu maju terus, sambil membentak dia menyerang, mengarah jalan darah bun-hu di punggung orang tua itu.

sekonyong-konyong si orang tua tertawa nyaring, tubuhnya terus berputar, tangan bajunya yang panjang berbareng menyampok. Kie Hong kaget tidak terkira. Mendadak ada serangan angin hebat ke arah mukanya.

Kontan dia susah bernapas, karena dadanya menjadi sesak dalam sedetik. Tapi dia masih ingat untuk mengundurkan diri, dia lantas berlompat.

Tapi sudah kasip. si orang tua mendahului lompat maju, menyamber tangannya, Hanya sekejap. dia merasakan sakit dan tenaganya lenyap. pedangnya terlepas dari tangannya.

Si orang tua rupanya tidak memikir mengambil jiwa orang, habis menyamber, ia melepaskan cekalannya, justru itu Yan Loei dan Hauw Boen Thong menyerang dengan berbareng, Mereka ini mau menolongi pemuda she Pek itu.

Si orang tua tidak mau melayani, dia menggeraki pedangnya sambil tubuhnya mencelat bagaikan terbang cepatnya, dia berlompat ke dalam rimba, untuk segera menghilang...

Ketika itu pun datang menyusul banyak orang Yan Kee Po akan tetapi mereka tidak dapat berbuat apa apa.

Mereka menyerang dengan senjata rahasia tanpa hasil. Pek Kie Hong berdiri menjublak. la gusar dan berduka karena lenyapnya pedangnya.

Justeru itu mendadak Hauw Boen Thong berteriak matanya bersinar kaget, mukanya menjadi biru dan pucat.

Semua orang kaget, semuanya menofeh. Mereka lantas menjadi lebih kaget lagi.

Orang she Hauw itu terpapas ujung bajunya, hingga terlihat tulang lengannya yang kurus, la baru ketahui itu ketika sang angin menyamber padanya dan lengannya itu terasa dingin, tempo ia melihatnya, ia memperdengarkan teriakannya itu.

Itulah hasil pedang Kie Hong yang dirampas si orang tua. syukur dia tidak telengas, kalau tidak. mungkin dia dapat menguntungkan lengannya Im Cioe Jiauw Hoen- Tapi ini juga sudah cukup untuk membikin ciut hati orang, ia hanya menjadi sangat mendongkol dan menyerah ialah seorang Kang ouw kenamaan tetapi sekarang ia telah dibikin menjadi tidak berdaya...

Yan Loei juga gusar dan masgul sekali, ia malu, Bukankah ia telah dirobohkan bahkan di sarangnya sendiri? ia mengerti, itulah alamat bencana untuk Yan Kee Po yang kesohor kuat.

"Yan Peehoe, siapakah itu setan tua berbaju kuning?" kemudian Pek Kie Hong tanya Yan Loei, Dia menjadi lesu sekali.

Yan Loei belum menjawab atau Boen Thong telah mendahuluinya. Dengan sengit orang sh e Boen ini kata: "Bocah, kau tahu dia siapa? Dialah siluman tua Thian Yoe yang dulu hari telah menjadi pecundangnya Hok In

siang-jin-- Hm-- Hm. Kau lihat, segera bakal datang pertunjukan berikutnya yang menarik hati."

Dari suaranya nyata Boen Thong sangat tidak puas dan ingin menuntut balas.

Kie Hong kaget hingga ia merasa matanya kabur. ia lantas mendapat perasaan bahwa pedangnya itu tak bakal kembali kepadanya, ia masih muda tetapi pendengarannya sudah banyak maka ia tahu siapa Thian Yoe Sioe, satu jago dari hampir enam puluh tahun yang lampau, sedang pada tiga puluh tiga tahun yang lalu, pernah dia dikeroyok ketua-ketua Boe Tong Pay, Khong Tong pay dan Siauw Lim Pay, selama dua hari satu malam, mereka itu masih tak dapat menang di atas angin- pertempuran satu melawan tiga itu terjadi di depan air tumpah di gunung Louw yan.

Syukur Thian Yoe sloe -- meski dia jumawa dapat berlaku sabar, hingga dia puas dengan satu kesudahan seri, tak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, sama-sama tangguh.

Hanya karena dia dikepung bertiga, dia toh mendapat nama, dengan sendirinya namanya jadi terkenal sekali dan dimalui.

ooo

Thian Yoe sioe berasal seorang anak yatim piatu, Dia she Kie. Karena sebatang- kara dan hidupnya melarat dan bersengsara, dia sering dihina orang, syukur kemudian dia bertemu seorang berilmu dan dipelihara dan serta di didik sempurna hingga dia memperoleh kepandaian silat yang luar biasa. penderitaannya berpikiran tak seperti banyak orang.

Dia bertabiat keras. Dia bertindak menurut apa yang dia sendiri rasa baik, Karena itu, dia tak disukai baik kaum sesat maupun kaum lurus, Maka tetap dia suka hidup menyendiri, tetap dia membawa tabiatnya itu.

Kurban- kurbannya, kedua kaum lurus dan sesat, tak kurang dari seratus jiwa.

Barbareng sama Thian Yoe sioe maka di puncak tertinggi gunung Koen Loen san Barat ada hidup seorang gagah yang dipanggil Hok In siangjin, yang pun dikenal sebagai Boe Lim it seng. Nabi tunggal kaum Rimba Persilatan- Tak tenang hatinya orang kosen ini melihat sepak terbangnya Thian Yoe sioe itu, Maka ia mengundang Thian Yoe sioe datang ke gunungnya untuk berunding.

Thian Yoe sioe menerima baik undangan itu dan datang ke Koen Loen san Barat, Ketika dia tiba- d i kaki gunung, ada orang yang melihatnya, maka habis itu, timbullah omongan diluaran bahwa dia sudah menempur Hok In-siangjin-

Hok In siangjin seorang pendeta berilmu dan sabar maka itu begitu bertemu Thian Yoe sioe, ia berlaku sabar sekali, ia ingin Thian-Yoe sioe merubah adatnya, sikapnya ini membikin Thian Yoe sioe dari panas hati menjadi tenang. ia pun menuturkan riwayat hidupnya nyata semasa kecilnya, ia lebih menderita daripada Thian Yoe sioe.

Sebagai seorang cerdik, ia tidak omong perihal ilmu silat, ia tidak menimbulkan hal sepak terjangnya Thian Yoe sioe.

Thian Yoe sioe tidak bertanding, sebaliknya dia insaf keluhuran budi Hok in siang-jin- Kata-katanya pendeta itu menyadarkan padanya.

Kata Hok In siangjin: "Manusia itu kebanyakan merasa dirinya yang benar, karenanya dia suka menegur kesalahan lain orang, Mata manusia seperti kaca rasa, cuma bisa melihat kesalahan lain orang, tak dapat melihat cacad sendiri, Manusia itu mana bisa tak melakukan kekeliruan? Karena itu. baiklah orang saling mengerti, jangan sampai menjadi mencelakai diri sendiri Manusia itu, karena masing-masing pengalamannya, menjadi beda satu dari lain, toh pokoknya tetap satu, tak ada perbedaan jahat dan baik, yang harus diutamakan yalah kesadaran, lalu memeriksa diri sendiri agar tidak sampai berbuat keliru."

Satu hari satu malam mereka memasang omong, hati Thian Yoe sioe jadi tertarik.

Kemudian Thian Yoe sioe menimbulkan ilmu silat, Dia merasa bangga pada dirinya, ilmu silat itu dalam seperti lautan." kata Hok In siang-jin bersenyum. "Ilmu silat tidak ada batasnya, Tidak demikian adalah usia manusia, yang telah ditetapkan dengan batas waktu seratus

tahun- oleh karena itu loolap tidak suka bicara tentang ilmu silat atau bentrok bicara karenanya, ilmu silat dapat mengacaukan pikiran dan membuatnya orang suka berebutan-"

Thian-Yoe sioe tahu Hok In siangjin sabar dan suka mengalah, tetapi dia penasaran, dia minta mereka berdua mencoba-coba..Hok In kena terdesak. la menjanjikan pertandingan hanya seratus jurus, bahwa ia- cuma akan membela diri, tidak akan menyerang, sementara gelanggangnya cuma luas lima kaki seputarnya. Katanya, siapa yang keluar dan gelanggang, dia kalah.

Thian Yoe-sioe percaya kelihaiannya, dia terima baik syarat itu. Dia tidak percaya dalam seratus jurus orang tak akan lompat keluar gelanggang. Maka itu, begitu mulai, dia lantas keluarkan kepandaiannya. Dia ingin memaksa pendeta itu keluar dari gelanggang.

Tapi Hok in siangjin liehay sekali, Walaupun dia terus diserang dan setiap penyerangan berbahaya, dia selalu dapat menghindarkan diri, dia bermata jeli dan bertubuh ringan dan gesit, Dia bergerak lincah bagaikan bayangan. 

Thian Yoe sioe penasaran, ia mengubah cara penyerangannya, tetapi tetap ia tidak memperoleh hasil, Ketika sampai di jurus ke seratus, Hok in siangjin mengalah. Dia bukan keluar dari gelanggang hanya menginjak batasnya. Dengan begitu pertandingan itu berkesudahan seri.

Thian Yoe sioe menginsafi liehaynya pendeta yang sangat sabar itu.

Ketika Thian Yoe soei pamitan, Hok in siangjin mencekal tangannya jago itu dan kata dengan roman berduka. "Kita berdua sudah sama-sama berusia lanjut. Manusia itu dapat hidup berapa lama? Hari dan bulan lewatnya dapat dihitung denganjari tangan, di dalam dunia ada berapa orangkah yang memperoleh kesadaran? Maka daripada itu sang Budha mengatakan, "Dia mengutamakan membantu orang menyadarkan diri, Kita sekarang bakal berpisahan, entah kapan kita dapat bertemu pula, dari itu, mengingat KieTayhiap adalah seorang dengan muka dingin dan hati panas, suka loolap. menasehati agartayhiap ingat kepada kebijaksanaan Thian dan di mana bisa, sukalah memberi ampun kepada orang"

Thian Yoe sioe menginsafi nasehat itu, maka setelah turun gunung, banyak dia merubah sepak terjangnya, justeru karena dia merubah kelakuan, dalam Rimba Persilatan muncul cerita dia telah ditakluki Hok In siang- jin, bahwa dia telah mendapat luka di dalam hingga tak lagi dia dapat berkelahi. Bahkan paling gila, ada yang menyiarkan berita bahwa ia menyaksikan sendiri pertempuran di antara Hok In siang-jin dan Thian Yoe sioe serta bagaimana dia dikalahkannya.

Thian Yoe sioe mendapat dengar semua omongan itu, dia tidak menjadi gusar, sebaliknya dia menyambutnya sambil bersenyum.

Di lain pihak. dia bertabiat keras, Dia tahu betul ilmu silatnya masih kurang, dia mencoba belajar terus, maka dia lantas menciptakan suatu ilmu silat baru, yang dia beri nama "Kie Yauw seng Hoei sip sam sie." atau tiga belas jurus "Bintang Terbang." ia membuat bukunya, ia membikin gambarnya, Tiga tahun waktu yang ia pakai untuk menciptakan ilmu silatnya itu itulah ilmu silat guna melawan Hok In siangjin- ilmu silat siapa ia perhatikan selama pertarungannya itu.

Setelah itu, ia memikir mencari murid guna mewariskan kepandaiannya, supaya si-muridlah yang nanti pergi cari murid Koen Loen Pay untuk mencoba ilmunya itu.

Selama tiga puluh tahun Thian Yoe sioe masih tidak mendapatkan murid yang ia cari itu, ia ingin mendapatkan murid yang berbakat dan hatinya lurus.

Selama itu ia terus merantau, Pada satu waktu di propinsi Kwie tay, di gunung tay-beng-san, ia bertemu dengan Tay Beng sam shia, si tiga sesat dari gunung Tay Beng sin itu ia dihina, katanya ialah pecundangnya Hok Io sangjin. la di katakan tidak tabu malu, sudah kalah, bukan mencari balas, hanya hidup terus tanpa berdaya, ia tidakpuas, ia menantang Tay Beng sam shia, maka bertempurlah mereka satu lawan tiga. Tay Beng sam shia benar benar liehay, Mereka seri. Kesudahannya Thian Yoe sioe menjanjikan pertempuran tiga tahun kemudian- Lebih dulu daripada itu, ia tertawakan tiga lawannya, yang dikatakan tak tahu diri dan buktinya mereka tak dapat mengalahkannya, Maka ia tanya. "Kenapa kamu tidak mau menantang buat lagi tiga tahun-"

Demikian pertandingan mereka dilakukan setiap tiga tahun, saban-saban tempatnya dirubah, sampai paling belakang mereka bertanding di siauw ngotay-san- Kali ini Thian Yoe sioe menjadi sebal. Mengingat Tay Beng sam shia bangsa busuk dan jahat. ia lantas menggunai racun ularnya.

Tay Beng sam shia tak tahu akal orang, mereka kena diracuni tempo mereka sadar, mereka lantas menyerang hebat pada musuhnya yang dikatakan curang itu sayang mereka mati lebih dulu, Kemudian Thian Yoe sioe roboh sendirinya, sampai ia ditolongi Lie Tiong Hoa.

Ia melihat anak muda itu berbakat baik, tempo ia dapat kenyataan orang jujur, suka ia menolongi, bahkan di samping memberi obat, ia menghadiahkan juga kitab silatnya itu.

Baru berlalu beberapa puluh tindak. Thiao Yoe sioe mendapat satu pikiran, Dia kata

dalam batinya: "Aku sudah tua, tak dapat aku bawa kepandaianku ke dalam liang kubur, Kitabku sulit dimengerti, tanpa penjelasanku, sukar untuk dipelajari. Mungkin dia membutuhkan tempo sepuluh tahun.

Kenapa selagi aku masih hidup ini, aku tidak. mau pakai tempo satu atau dua tahun guna mendidik dia?" Maka itu, ia lantas kembali, ia terus menguntit Tiong Hoa. segera ia melihat pemuda itu mahir ilmu ilmu ringan tubuhnya, hingga ia heran-

Di Cip Poo Lauw Thian Yoe sioe melihat Tiong Hoa berkenalan dengan Yan Hong. ia mau menduga, kecuali dia hijau, Tiong Hoa mesti mengandung sesuatu maksud. ia kuatir pemuda ini sembarang menurunkan kepandaiannya itu, maka ia menguntit terus. Di sungai siang Kian Hoo, ia melihat kepandaiannya si anak muda, ia menjadi kagum- maka ia mau menyelidiki terus.

Kemudian, ketika Thian Yoe sioe kembali ke siauw Ngo-tay-san, di mulut gunung ia bertemu dengan Yan Hong, puteranya Yan Loei ini terkebur, dia tidak tahu si orang tua orang macam apa, dia lantas menyerang.

Thian Yoe sioe paling tidak suka orang bermulut besar, maka itu, ia menolak hingga anak muda itu jatuh kejurang,

Habis itu muncullah Lao san sem Eng secara tiba-tiba, Mereka itu kenal jago tua ini, mereka menemui dengan sangat hormat, bahkan mereka menerangkan bahwa Yan Kee Po biasa "hitam makan hitam, jahatnya bukan buatan." Thian Yoe sioe menjadi gusar. Ia menjanjikan akan mencari keterangan dulu, sesudah itu suka ia membantu sam Eng.

Besoknya Thian Yoe sioe pergi ke Yan Kee Po, Tidak berhasil ia menguntit Lie Tiong Hoa. ia tidak tahu pemuda itu telah diakali Pek Kie Hong dan telah dijebak dalam perangkap. Tempo ia sampai dikamarnya Yan Hong. tepat ia mendengar Hauw Boen Thong mengatakan ialah si "siluman tua." "maka ia tertawa berkakak. 

Di waktu bertempur dengan Pek Kie Hong, Thian Yoe sioe heran mendapatkan ada orang berlompat pesat melintasi rimba, maka ia mau menyusul, untuk melihat siapa orang dari itu, ia lantas merampas pedangnya Kie Hong. Tentu sekali Kie Hong sakit hatinya karena pedangnya itu pedang pusaka tiga turunannya. Di lain pihak, dia telah sangat tergila-gila pada Yan Hee. Maka itu, setelah melengak. dia bukan lompat turun, dia justeru lari kearah Coei Tek Hian-

BeIum jauh dia lari, Kie Hong dibikin heran oleh satu orang yang tiba-tiba muncul dari belakang sebuah batu besar, orang itu memakai kedok dan gerakannya sangat enteng dan gesit, Gerakan itu juga yang dinamakan Tay- in-Iiong pat sie atau Naga dalam mega, ia heran orang bernyali begitu besar berani muncul di siang hari di dalam rimba itu yang merupakan gedung naga atau guha harimau, ia menguntit terus.

Orang bertopeng itu pergi ke Teng le Hian dimana dia turun dibawah payon, Mendadak di situ dia menghilang.

Pek Kie Hong heran, hingga ia mau menyangka Lie Cie Tiong dapat keluar dari liang jebakan, tetapi ia tahu pasti, tak nanti orang lolos dari perangkap itu dimana telah roboh banyak kurban jiwa, Karena ini, ia lantas menyusul.

Segera ia menjadi kaget. ia melihat runtuhnya belasan penjaga rahasia dan si orang bertopeng tak nampak.

Diwaktu ia memeriksa, ternyata semua penjaga itu roboh karena totokan pada jalan darah. ia lantas menotok mereka itu, untuk menyadarkan, guna menanyakan keterangannya. Jawaban mereka serupa saja. Mendadak mereka merasa angin dingin bersiur, lantas mereka tak ingat apa-apa lagi, Mereka tidak melihat sekalipun bayangan penyerang itu.

" Hebat," pikir Kie Hong, yang menyedot hawa dingin. ia lantas merasa bahwa bencana besar lagi mengancam. Karena ini, hatinya menjadi tidak tenang. ia sebenarnya cerdas tapi hilangnya pedangnya dan kecantikan Yan Hee membuatnya berotak butek.

Tengah Kie Hong berdiri menjublak itu, ia merasakan sampokan angin dari arah belakangnya, ia kager, ia lantas mendak. seraya memutar tubuh, ia menyerang, ia menduga pada orang jahat yang membokongnya. Ketika ia menoleh, ia kaget hingga ia berseru tertahan ia pun mundur dengar terhuyung, serangannya ditarik pulang. Di depannya berdiri Yan Hee dengan romannya yang dingin, matanya menatap tajam. "Adik Hee ..." katanya jengah.

"Aku kira siapa berani sembarang turun tangan di sini, kiranya kau, kakak Pek" kata si nona. "Pantas, pantas !"

"Jangan salah mengerti, adik Hoe." kata Kie Hong gugup, "Biarnya kakakmu bernyali besar, tidak nanti dia berani menyerang kau. Inilab sebab..."

sinona mengulapkan tangan mencegah orang bicara terus, tapi tiba-tiba ia bersenyum untuk menanya: " Kakak Pek, kenapa kau tidak berani turun tangan atas diriku?"

Hati Kie Hong berdebaran, Hebat senyuman manis itu, “Adik Hee, apakah kau masih belum ketahui hati

kakakmu ini? "ia tanya, "oleh karena kau, aku menjadi tak dapat dahar. Aku bersedia mengorbankan jiwa untuk cintaku. Mustahil kau masih belum tahu?"

Muka si nona menjadi merah. ia lantas menoleh kepada orang-orangnya, yang barusan ditolongi Kie Hong, Mereka itu mengerti, mereka memberi hormat, lantas mereka mengundurkan diri.

Seberlalunya mereka, Yan Hee melirik Kie Hong. "Benarkah katamu barusan?" ia tanya perlahan. "Aku

melihat kau menganjurkan ayah dan kakakku berbuat jahat, perbuatan kau itu busuk sekali, aku menjadi takut datang dekat padamu."

Selagi berkata begitu nona Yan mempermainkan matanya dan senyumannya yang dapat menyopotkan jantung .

"Aku sumpah, adik Hee." kata si anak muda cepat, "Oh adikku, kau bikin aku penasaran- Setiap tahun dua kali datang ke mari, maksudku tidak lain untuk aku dapat bergaul erat dengan kau sayang sampai begitu jauh, sikapmu dingin terhadapku. Sudah begitu, sekarang kau mengatakan hatiku busuk, inilah hebat."

Sebagai orang licik, Kie Hong lantas bersandiwara, memperiihatkan roman menyesal dan

lesu.

Yan Hee tertawa nyaring.

"Aku tidak sangka kau pandai bicara, kakak Pek” katanya, Mendadak dia kata pula, dengan sikap dingin dan suara kaku: "Setanlah yang mau percaya kau selama dua hari ini kau kasak-kusuk saja dengan kakak Hong, lakumu sebagai laku setan Lihat, sekarang orang melakukan hebat sekali kepada kakak Hong. Bukankah itu bukti kau telah bersekongkol dengannya?" 

Mukanya Kie Hong menjadi pucat, "Itulah urusan kakakmu sendiri, denganku tak ada sangkut pautnya," ia kata keras, untuk menyangkal " itulah disebabkan suatu mustika dalam Rimba Persilatan- Barang itu, andaikata saudara Hong tidak menghendakinya, lain orang pasti akan menurunkan tangannya"

Yan Hee agaknya bersangsi.

"Sebenarnya apakah itu, ia tanya: " Kenapa benda itu demikian berharga?"

Kie Hong menyeringai

"Itulah sepotong logam Ngo sik kim-bo." sahutnya, " itulah barang mustika dari see Hek. Meski saudara Yan telah hasil mendapatkan itu, akibatnya akan hebat, Banyak orang Kang-ouw yang lihai mengincar itu, Maka aku percaya, Yan Kee Po bakal menghadapi hujan hebat dan badai, hingga orang sukar tidur dengan tenang. oleh karena itu, pedang turunanku juga telah turut hilang."

Selagi mengucapkan yang terakhir ini, Kie Hong nampak sangat mendongkol.

Yan Hee kurang pergaulan, tak tahu ia Ngo-sek Kim bo itu benda apa, tetapi karena ayah dan kakaknya sangat menghendakinya, ia percaya itu benar mustika berharga. sekarang ia mendengar Kie Hong kehilangan pedang, ia mengawasi anak muda itu. Benar saja pedang orang tak ada di punggungnya.

"Ah, tidakkah ini jadi berarti si pengemis kehilangan Ularnya?" ia kata sambil tertawa geli. Habis itu mendadak ia lompat untuk pergi menghilang,

"Adik Hee." Kie Hong berseru sambil menyusul, Untuk sejenak ia kaget, lantas dia sadar pula. Yan Hee berlari-lari terus di dalam rimba, berlegat- legot seperti ular tidak mau berhenti.

Kie Hong habis akal, ia berhenti berlari Tidak berani ia turut masuk.

"Adik Hee Adik Hee" ia memanggil berulang-ulang. Tidak ada jawaban kecuali daun bambu bergoyang- goyang

Percuma Kie Hong memanggil manggil, Yan Hee tetap tidak kembali atau menyahuti, ia menyesal sekali sebenarnya ia mau menasehati dan mengajak si nona turut ia meninggalkan Yan Kee Po. untuk pulang ke Tong Teng ouw, Tentang pedangnya ia memikir untuk mencarinya ganti, dibelakang hari.

Tengah ia berduka itu, dari dalam rimba muncul dua orang nona dengan baju hijau. satu di antaranya, yang mukanya potongan telur angsa, yang romannya manis sekali dengan alis bangun berdiri, lantas membentak:

"Mau apa kau bikin berisik di sini? Apakah kau tidak mau lekas pergi? jikalau kau membikin kaget nyonya majikan, itu artinya jalan mati untukmu."

Kie Hong menjadi nmendongkol, ia memang lagi berduka dan penasaran. Alisnya lantas terbangun, maka dua kali dia tertawa dingin.

"Leng Bwe,j angan kau menjadi anjing yang mengandal pengaruh orang." dia kata sengit, "Tuan muda kau toh tidak menginjak sebelah kaki juga pada rimba mu ini. Taruh- kata nyonya majikanmu keluar, aku tidak takut, apalagi nyonya majikanmu itu bukannya orang yang tidak mengerti aturan, Hm. jikalau aku tidak memandang nona Hee, hari ini sedikitnya aku mesti patahkan dua tulang rusukmu." Leng Bwee, si budak. tidak gusar, tetapi dia berkata dingin. "Aku kira kau tak dapat-sering nonaku mengatakan bahwa Pek Kie Hong ceecu muda dari benteng darat dan air dari Tong Teng ouw itu adalah orang yang di luarnya seperti emas dan kemala tetapi didalamnya busuk dan bahwa didalam dadanya dia tidak mempunya i pelajaran sedikit juga, dia cuma pandai omong besar menggertak orang sekarang aku melihat lagak kau ini, nyatalah benar kata kata nonaku itu siauw cecu, jikalau kau dapat mengalahkan Leng Bwee dalam sepuluh jurus, nanti aku minta nonaku datang menemui kau Kau setujukah?"

Hebat hinaan ini, terutama untuk Pek Kie Hong, orang yang di pelbagai propinsi tenggara. titahnya dihormati seperti gunung roboh, sebaliknya sekarang di Yan Kee Po, ia dipermainkan seorang budak perempuan yang tak ada namanya, mana dapat dia menahan sabar? Akan tetapi, malang, masih ada orang yang ia harapkan dan yang ia jerikan.

"Kabarnya nyonya dari Yan Kee Po, Cian cioe Kwan im Siauw Goat Hian, seorang ahli silat bagian dalam yang liehay sekali, terutama ilmu pedang dan senjata rahasianya yang kesohor di selatan dan Utara sungai Besar, maka itu, apakah kedua budak ini telah menerima warisan majikannya? Kalau aku lawan dia, menang atau kalah, jelek dua-duanya buat aku, bahkan itu pun dapat membikin adik Hee mendapat kesan buruk terhadapku..."

Dasar cerdik, biarnya dia sangat gusar. Kie Hong dapat menguasai dirinya.

"Encie Leng Bwee, aku harap kau maafkan aku buat kata-kataku barusan." dia berkata bersenyum. "Aku mempunyai berapa nyali maka aku berani main gila di Coet Tek Hian ini? Aku minta, encie, tolong kau undang keluar nonamu, Budimu ini aku nanti ingat baik-baik, nanti aku balas."

Anak muda ini tidak cuma bicara hormat dan manis itu, bahkan dia menjura dalam. Leng Bwee menyingkir ke samping, tetap ia bersikap dingin.

"Tidak berani aku terima hormatmu ini" katanya, "AkuIah seorang budak perempuan, mana dapat aku menerima hormatnya seorang cecu muda.."

Melihat dan mendengar semua itu. budak yang satunya, yang sedari tadi diam saja tertawa sambil menutupi mulutnya.

"Encie Leng Bwee," ia berkata, sekarang aku melihat, maka benarlah apa yang dikatakan nona Hee kita.

Tadinya aku, si Cioe Kiok. tidak percaya sama sekali, sekarang aku percaya betul, Nona memang bilang, orang ini tidak dapat keras, dia dapat lunak. dia tidak mempunyai semangat sedikit juga, sekarang ternyata tulang-tulangnya benar lemas.”

Habis berkata begitu, ia tertawa pula tak hentinya.

Habis sabarnya Kie Hong, sambil berteriak dia menyerang budak itu, tangan kanannya meluncur ke dada kanan orang.

Merah mukanya Cioe Kiok karena orang demikian ceriwis, ia mencelat kesamping,

sebelah tangannya meny amber, dua buahjerijinya mencari sikut kanan penyerangnya itu. itulah pukulan yang dinamakan Burung walet menggaris pasir yang lihai. Kie Hong mengenal baik pukulan itu, maka ia berkelit dengan cepat, tangannya diputar, Akan tetapi ia masih kurang sebat, sikutnya kena juga kebentur sedikit, hingga ia merasakan sakit dan panas yang sangat. saking kaget, ia berlompat mundur dua tindak. ia belum menancap kakinya, si nona sudah menyusul, sekarang dia menyerang dengan kedua tangannya dengan tipu silat Liong beng it-sie atau sang Naga mengarah kedua jalan darah Kie-boen di kedua rusuk.

Cioe Kiok sangat membenci maka dia berlaku bengis sekali.

Kie Hong kaget dan berkuatiran, ia membuka kedua tangannya, untuk menangkis, sambil ia mencelat. Karena ia pun gusar, ketika ia turun, ia membalas menyerang dengan tenaganya dikerahkan seluruhnya, ia mengguna i pukulan simpanan dari Tong-teng ouw yang diberi nama Cek Lian ciang hoat atau Rantai Merah.

Cioe- kiok terkejut, Belum sampai ia kena terhajar ia sudah merasakan hawa panas dari tangan lawan yang liehay itu, hingga ia menjadi bingung.

Leng Bwee melihat saudaranya terancam, sambil membentak. la menyerang, serangannya itu pun saling susul. Hingga nampak tujuh rupa benda seperti bintang hitam menyamber-nyamber ke arah sasarannya.

Kie Hong terkejut ia mendengar suara sar ser serta angin menghembus, memang j eri untuk senjata rahasia mutiara muni dari Cian cioe Kean im. Maka itu batal menyerang terus pada cioe Kiok, lekas-lekas ia berkelit sambil berlompat tinggi tiga kaki.

Dengan begini ia berhasil membikin tujuh buah senjata rahasia " bintang hitam" lewat di dadanya. 

Leng Bwee melihat serangannya gagal, ia berteriak "Meski kau bebas, di sini masih ada sebelas biji lagi. Dan berbareng dengan teriakannya itu, bintang bintang hitamnya itu sudah menyambar saling ganti.

Kie Hong berkuatir berbareng gusar, kembali ia perlihatkan kegesitannya ia bebas pula dari sebelas senjata rahasia itu, ia mengertak gigi, sambil berlompat ia maju dengan kedua tangannya, guna membalas menyerang.

"Kamu berhenti" tiba-tiba terdengar bentakan, yang disusul dengan penolakan keras.

Kie Hong berdua Leng Bwee mundur hingga lima kaki lebih kurang, Tak sanggup mereka bertahan dari dorongan. sebelas butir senjata rahasia menghajar pohon bambu disamping mereka.

Segeralah muncul seorang tua bertubuh tinggi dan besar, yang rambutnya telah putih semua, yang romannya keren, Dialah Hoan-thian-ciang Yan Loei. majikan dari Yan Kee Po.

Ketika tadi Yan Loei bersama Hauw Boen Thong semua kembali ke toa-thia, ruang besar, ia tak enak hatinya, dan makin ia berpikir, hatinya makin tak enak.

"Tidak disangka karena satu kealpaan kita mengundang ancaman bencana," berkata Khong Jiang. "Pocu, daya apakah yang kau dapat pikir? Menurut aku baiklah kau mengundang isterimu keluar, Biar bagaimana, kamutoh suami isteri untuk banyak tahun, tak mungkin dia duduk diam saja tak sudi menolongi " Yan Loei tak dapat berpikir lain kecuali menyetujui pikiran itu, maka itu ia lantas

pergi ke Coei-tek -hian. sampai tepat selagi Leng Bwee menempur Pek Kie Hong. la tahu perkelahian itu dapat mengakibatkan suasana buruk. maka ia lantas datang sama tengah.

Kemudian selagi ketiga orang itu melengak. la mengawasi Leng Bwee dan Cioe Kiok. alisnya sendiri berkerut.

"Pergi kau memberitahukan hoejin." katanya. "Bilang loohoe mempunyai urusan penting untuk mana aku ingin bertemu dengannya."

Kedua budak itu memberi hormat, tanpa membilang apa-apa mereka lantas memutar tubuh, lari masuk ke dalam rimba.

Yan Loei tidak berani lancang turut masuk. la sekarang menghadapi Kie Hong, tegurannya sungguh-sungguh.

“Keponakan Hong, mengapa kau begini sembrono?" ia tanya, suaranya dalam, "Loo-hoe sendiri tidak berani main gila terhadapnya, maka beranikah kau? Tak perduli siapa benar siapa salah, perbuatanmu ini dapat membikin anak Hee menjadi semakin benci padamu. Kau harus ingat, tak sabar bisa mengacaukan urusan besar, kalau sampai terjadi begitu, pasti loohoe tak dapat berbuat

apa-apa lagi..."

Orang tua ini menghela napas, tapi ia lantas bersenyum.

"Sekarang pergilah kau menemani si Hong," katanya, menambahkan " kalau badai ini sudah sirap nanti lohoe mendayakan agar jodohmu terangkap dengan jodohnya si Hee..." Mukanya Kie Hong menjadi merah, Lekas-lekas ia menjura. "Baiklah." sahutnya sambit terus berlompat pergi.

Yan Loei menghela napas pula. "Anak ini..." katanya.

Atau ia terperanjat.

Dari dalam rimba itu mendadak muncul sebuah tubuh yang langsing dan lincah. Itulah Yan Hee.

"Ah, anak Hee" katanya, tertawa, "Apakah ibumu mengijinkan ayahmu bertemu dengannya untuk satu kali saja?"

Yan Hee memperlihatkan sinarmata guram. ia menggeleng kepala.

"lbu tidak dapat melanggar janjinya sendiri, tidak dapat ibu menemui ayah," ia menyahut, "lbu kata ia telah mengetahui semua. ibu menasihati untuk membayar pulang Ngo sek Kim-bo kepada pemiliknya. Dengan begitu, katanya, ancaman bencana dapat di lenyapkan-"

Tanpa merasa, tubuh Yan Loei menggigil

"Cara bagaimana ibumu ketahui urusan Ngo-sek Kim- bo itu? " ia tanya, herannya bukan buatan-

Puteri itu sangat bersusah hati, ia menghela napas, "Ibu bilang, kalau orang mau perbuatannya tak dapat

diketahui lain oiang, tak ada lain jalan yang terlebih baik daripada tak melakukan perbuatan itu." ia menyahut.

"Di mana ada perbuatan yang dapat dirahasiakan? Tidak demikian darimana datangnya demikian banyak musuh? ibu bilang bahwa selama beberapa tahun ini semua perbuatan ayah adalah perbuatan-perbuatan yang tak mentaati undang-undang dan tak menghormati Thian. tumpukan kedosaan sampai tak dapat di-hitung jumlahnya, maka karenanya, mesti datang satu hari yang ayah bakal menerima pembalasan karenanya, Dari itu ibu menasehati agar ayah lekas-lekas bertobat, untuk seterusnya berlaku dermawan, supaya ayah masih dapat melindungi sisa penghidupan ayah selanjutnya..."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar