Beng Ciang Hong In Lok Jilid 09

 
Serangan lelaki tua itu mengarah ke dada Kong-sun Po. Pada saat yang bersamaan pemuda itu pun mengulurkan jari tangamiya ke arah telapak tangan lelaki tua itu. Pemuda ini menggunakan jurus "Keng-sin-ci-hoat" (Pukulan Jari Mengagetkan Dewa), ilmu pukulan warisan dari Liu Goan Cong. Sungguh kebetulan dia menggunakan jurus itu. jika tidak pasti dia akan terluka parah. Ilmu Hua-hiat-to ilmu sangat beracun, sedangkan si lelaki tua itu pun menggunakan ilmu racun sesat. Saat kedua pukulan itu bertemu, yang kuat pasti akan menang. Lelaki tua itu akan terluka parah, sebaliknya mungkin pemuda itu akan tewas. Serangan pemuda itu merupakan ilmu anti racun aliran sesat. Sayang pemuda ini belum mahir benar menguasai ilmu racun itu.

Lelaki tua itu kaget pada saat melihat tangkisan pemuda itu. dia tahu Ilmu Jari Keng-sin-ci-hoat sangat lihay. Dengan demikian dia tak berani beradu tangan dengan pemuda itu. Karena ilmu si lelaki tua sudah sempurna, ia bisa mengendalikan serangannya. Pada saat yang sangat genting, yaitu saat tangan lelaki tua itu akan menyentuh tangan Kong-sun Po. kelihatan segumpal bayangan hijau mencelat mundur dan hilang dari pandangan. Datang bagaikan gelombang pergi pun seperti kilat. Dalam sekejap lelaki tua itu sudah menghilang.

Kong-sun Po menghapus keringat yang membasahi wajahnya karena tegang.

"Rupanya dia Chu Kiu Sek si Iblis Tua. pantas lihay sekali!" kata pemuda itu.

Sementara itu Kiong Mi Yun yang tubuhnya menggigil kedinginan, dia mencoba mengerahkan tenaga murninya untuk melawan rasa dingin itu. Bibir nona Kiong gemetar dan giginya beradu, tak lama ia pun jatuh terduduk.

Dia merasakan ada hawa hangat melalui punggungnya. Ternyata  Kong-sun  Pu  sudah  duduk  di  belakangnya dan kedua telapak tangannya menempel ke punggung si nona. Sekarang sekujur tubuh Kiong Mi Yun terasa nyaman. Tetapi tindakan pemuda itu telah membuat nona Kiong agak tersipu-sipu. Sejak lahir sampai saat itu dia belum pernah bersentuhan dengan seorang lelaki. Ini pengalaman pertama kali dia berdekatan dengan seorang pria. Tidak heran kalau wajah Mi Yun terasa panas dan berubah merah. Untung saat itu tubuhnya sudah berkeringat dan hangat, hingga wajahnya yang merah karena jengah sedikit. Sekarang nona Kiong sudah tidak kedinginan lagi. bahkan Kong-sun Po pun sudah melepaskan kedua telapak tangannya dari punggung nona Kiong Mi Yun.

"Untung pukulan lelaki tua itu tidak mengenai tubuhmu." kata pemuda itu sambil tertawa.

Kiong Mi Yun meleletkan lidah, hatinya masih merasa ngeri membayangkan serangan musuh tersebut.

"Siapa Chu Kiu Sek itu?" kata si nona. "Dia menggunakan kung-fu apa kok lihay sekali!"

"Aku tak tahu jelas tentang dirinya, setahuku dia menguasai ilmu Siu-lo-im-sat-kang sampai tingkat ke delapan." jawab Kong-sun Po.

Nona Kiong kaget.

"Bukankah itu ilmu yang aneh dari See-hek yang sudah lama menghilang?" kata si nona

"Benar.Kung-fu itu berasal dari tanah Thian-tok (India) Konon ratusan tahun yang lalu seorang paderi sakti dari Tibet mendapatkan kung-fu tersebut. Tapi karena dia pikir kung-fu itu sangat berbahaya, maka Pit-kip (Kitab Rahasia Ilmu itu) dimusnahkannya. Dia tak mau mengajarkan ilmu itu." kata Kong-sun Po.

"Kalau begitu dia belajar dari mana?" kata si nona. "Entah bagaimana, kira-kira tiga puluh tahun yang lalu. ilmu itu muncul kembali." kata pemuda ini. "Orang yang menguasai ilmu itu seorang Kok-su (Guru Kerajaan) dari negeri Kini. namanya Kim Cauw Gak. Tetapi dia belum berhasil menguasai ilmu itu dengan sempurna, baru sampai tingkat ke tiga saja. Tetapi Kim Cauw Gak ini luar biasa, dia berhasil menggabungkan Siu-lo-im-sat-kang dengan ilmu Lui-sin-ciang Pukulan Geledek Saktij dari perguruannya. Maka terciptalah ilmu pukulan "Im Yang Ngo Heng Ciang" (Pukulan Lima Elemen Hawa Dingin dan Panas). Telapak tangan yang dipukulkannya akan mengeluarkan hawa panas dan hawa dingin secara bersamaan. Karena menguasai ilmu itu maka dia bisa malang-melintang di Dunia Persilatan. Kemudian dia menjadi Kok-su di negara Kim hingga dia bertemu lawan bernama Siauw Au Kan Kun (Mentertawakan Dunia) dan Hong Lai Mo Li suami-isteri. baru mereka berhasil dibasmi. "

Kiong Mi Yun kaget sekali.

"Ternyata gwa-kong (Kakek-luar atau kakek dari ibunya) mati di tangan Hong Lai Mo Li dan suaminya. Tidak heran kalau Ayah dan Ibu sangat benci pada Hong Lai Mo Li. Tetapi mengenai Gwa-kong jadi Hak-su bangsa Kim. mereka tak bilang lepadaku " pikir nona Kong..

Ibu Kiong Mi Yun yang bernama Kim Keng Nio. puteri Kim Cauw Gak hanya mampu menguasai ilmu Siu-lo-im- sat-kang sampai tingkat tiga. Sedangkan kepandaian Kim Keng Nio masih rendah sekali. Oleh karena itu dia tak berani belajar ilmu beracun itu. Orang yang belajar ilmu itu lwee-kangnya harus kuat. Sedangkan Kim Cauw Gak memang seorang pesilat yang mahir. Ibu Kiong Mi Yun sering bilang pada puterinya. bahwa ilmu itu lihay sekali. Oleh karena itu nona Kiong ingin menyaksikannya. Sekarang dia sadar dan tahu ilmu itu memang hebat sekali.

"Setiap naik tingkat tenaga orang yang menguasai ilmu Siulo-im-sat-kang akan bertambah kuat." kata pemuda itu lagi. "Jika sampai tingkat ke sembilan, cukup hanya dengan menggunakan jari tangan saja. lawannya akan mati kedinginan. Aku dengan Chu Kiu Sek hanya mampu sampai tingkat ke delapan, maka itu aku masih bisa mengatasi pukulan itu."

Mendadak Kiong Mi Yun berseru. "Celaka!" katanya.

"Apa yang terasa, dingin atau panas?" tanya pemuda itu kaget bukan main.

Nona Kiong menggelengkan kepalanya. "Aku tidak dingin maupun panas.

Kong-sun Po tercengang. "Lalu kenapa kau berteriak?" "Tadi Chu Kiu Sek mencari tahu ke mana perginya Han

Toa-ko! Aku yakin dia akan melampiaskan kemarahannya kepada Han Toa-ko?" kata nona Kiong. "Sekalipun Han Toa-ko pandai silat, tapi dia bukan tandingan si Iblis Tua itu!"

"Kau tahu asal-usul Han Toa-ko?" tanya Kong-sun Po. "Aku baru kenal kemarin dulu dengannya." jawab nona

Kiong.  "Dia  sangat  baik  kepadaku.  Sekarang  dia  dalam

bahaya aku tak boleh tinggal diam." Sesudah itu nona Kiong berpikir.

"Han Toa-ko naik kuda. si Iblis Tua tak akan bisa mengejarnya. Tapi dia tahu asal-usul Han Toa-ko. pasti dia akan menyusulnya ke Lok-yang!" pikir nona Kiong. Sesudah itu pikiran Kiong Mi Yun jadi kacau sekali, tanpa pamit lagi. ia lari meninggalkan pemuda itu. Tapi sebelum keluar dari hutan. Kong-sun Po sudah menyusulnya.

"Saudara Kiong aku pergi bersamamu ke Lok-yang!" kata dia sambil tertawa.

Nona Kiong mengerutkan dahinya.

"Bukankah kau akan menemui Hong Lai Mo Li di Kim- keeleng?" tanya si nona.

Pemuda itu tersenyum.

"Dari sini ke Lok-yang hanya butuh waktu lima hari saja. Kepergianku ke Kim-kee-san. jika hanya terhalang beberapa hari saja tidak jadi masalah." kata pemuda itu.

Kiong Mi Yun girang sekali.

"Kau sudah banyak membantuku, jadi tak berani aku merepotkan kau menghadapi bahaya." kata nona Kiong.

"Jika kau sendirian yang melawan si Iblis Tua. sedang lweekangmu belum pulih, bukankah itu sangat membahayakan dirimu?" kata Kong-sun Po penuh perhatian.

Wajah Kiong Mi Yun kemerah-merahan.

"Aku tahu. aku dan Han Toa-ko bukan tandingan si Iblis Tua. tapi aku tidak peduli demi sahabatku itu." kata nona Kiong Mi Yun.

Pemuda itu manggut.

"Benar. Di dunia perlu kesetia-kawanan. Kau bersedia menentang bahaya demi kawanmu, apa aku tidak boleh? Kecuali jika kau merasa keberatan aku menjadi kawanmu. Jika kau anggap aku ini kawanmu, maka kawanmu itu kawanku juga!" kata Kong-sun Po sambii tersenyum.

Kiong Mi Yun girang, tapi ia tetap berpikir.

"Kau anggap aku ini kawanmu, tapi kau tidak tahu akulah tunanganmu yang akan memutuskan pertunangan itu denganmu, dasar bodoh!"

Kiong Mi Yun tersenyum lalu berkata. "Sebenarnya aku sangat cemas karena aku tak akan sanggup melawan si Iblis Tua itu. Sekarang jika ada pesilat tinggi bersedia berjalan bersamaku untuk menghadapinya. Justru itu yang aku harapharap "

"Baiklah, mari kita berangkat.'' kata pemuda itu sambil tertawa. "Kita jangan buang waktu lama-lama di sini!"

Mereka meninggalkan tempat itu. Segera mereka menggunakan gin-kangnya agar bisa berjalan lebih cepat. Karena jalan yang mereka lalui sangat sepi. mereka bisa leluasa menggunakan gin-kang mereka tanpa ragu-ragu. Kiong Mi Yun sangat bangga pada gin-kangnya yang tinggi. Tapi sesudah menempuh perjalanan jauh bersama Kong- sun Po. dia baru sadar bahwa gin-kangnya masih kalah oleh pemuda itu. Sekalipun sudah berkali-kali dia menambah kecepatan larinya. tapi Kong-sun Po bisa mengikutinya dari belakang dengan santai. Malah jika mau mungkin pemuda itu bisa mendahului nona Kiong. tapi dia coba menjaga jarak, sehingga dia tetap berada di belakang si nona Kiong. Sikap Kong-sun Po yang mau mengalah pada si nona ini membuat nona Kiong kagum dan berterima kasih pada pemuda itu.

Dalam perjalanan itu Kong-sun Po tidak pernah mengajak kawannya itu bicara, hanya di tempat-tempat yang berbahaya saja dia memperingatkan si nona agar berhati-hati. Entah sudah berapa kali nona Kiong hampir terpelesat di batu-batu yang licin dan curam karena terlalu cepat berlari, tapi Kong-sun Po selalu berada di sampingnya untuk menjaga agar nona itu tidak terjatuh ke jurang.

"Aku heran mengapa aku berjalan bersamanya, padahal pertunanganku akan kubatalkan dengannya? Apakah dia sudah tahu siapa aku ini?" pikir nona Kiong. "Hatinya sangat baik. baru kenal dia bersedia membantuku melindungi kawanku. Sulit mencari orang seperti dia. Jika aku tidak bertemu lebih dulu dengan Han Toa-ko. mungkin aku menyukai dia? Kepandaiannya memang tinggi tapi kurang tampan dan kurang romantis. Aku boleh menjadi sahabatnya, tapi untuk menjadi kawan hidup aku lebih memilih Han Toako!"

Karena terlalu berpikir dia jadi melamun hingga kakinya terpeleset nyaris jatuh ke jurang. Untung saat itu Kong-sun Po sempat menarik tangannya menolonginya.

Tapi pemuda itu diam tak banyak bicara nona Kiong pun begitu. Saat mulai senja dia lihat napas Kiong Mi Yun sudah tersengal-sengal kelelahan. Melihat hal itu pemuda itu berkata pada si nona.

"Di depan kita ada sebuah kota kecil, mari kita ke sana untuk makan dan istirahat semalam. Besok baru kita lanjutkan lagi perjalanan kita!" kata Kong-sun Po.

Nona Kiong bingung, dia jadi serba salah.

"Aku seorang gadis bagaimana aku bisa tidur sekamar dengannya?" dia berpikir.

Sesudah berlari sekian lama mereka telah sampai di kota kecil yang dikatakan oleh pemuda itu. Mereka langsung mencari penginapan agar bisa bermalam Kong-sun Po memesan kamar untuk mereka.

"Sediakan sebuah kamar untuk kami!" kata pemuda itu. Tapi Kiong Mi Yun menyelak. "Dua kamar saja!" katanya.

Kong-sun Po tertegun heran.

Kiong Mi Yun malah tersenyum kemudian dia memberi penjelasan begini.

"Aku tidak pernah tidur sekamar dengan orang lain.

Lebih baik seorang sekamar saja. ya?" kata nona Kiong.

Ketika itu zaman sedang genting dan kacau sekali akibat peperangan yang mulai berkecamuk di wilayah Tiong-goan Para saudagar maupun para pelancong jarang melakukan perjalanan jauh. Sudah tentu banyak rumah penginapan yang lengang dari pengunjung, sehingga banyak pengusaha penginapan yang mengeluh karena sepinya penyewa kamarkamar mreka. Ketika Kiong Mi Yun mengatakan dia minta dua buah kamar, tentu saja pemilik penginapan itu girang bukan main. Dia langsung menghampiri kedua tamunya itu. Sambil berjalan mendatangi wajahnya terlihat berseri-seri.

"Ada! Ada Tuan! Kebetulan kamar itu bisa berdampingan!" kata si pemilik rumah penginapan.

"Baik." kata Kong-sun Po. "kami butuh dua kamar!"

Setelah pelayan menyiapkan kamar mereka, mereka pun masuk ke kamarnya masing-masing untuk menaruh buntalan pakaian mereka. Sekalipun mereka tidak tidur sekamar tetapi saat makan mereka selalu bersama-sama. Kiong Mi Yun yang sudah kelaparan langsung memesan beberapa macam masakan bersama nasi putihnya.

"Bawa ke kamar kami saja." kata Mi Yun.

Makanan itu kemudian dimakan Kong-sun Po bersamasama Kong-sun Po di kamar. Setelah makan dan minum Kong-sun Po melihat Kiong Mi Yun terus mengerutkan dahinya.

"Saudara Kiong. apakah masakan ini tidak cocok dengan seleramu?" kata pemuda itu.

Kiong Mi Yun tersenyum.

"Cocok, malah aku kira lebih lezat dengan masakan yang ada di "Ngi Nih Lauw" itu." jawab nona Kiong. Kong-sun Po tertegun.

"Kau jangan bergurau Saudara Kiong! Mana bisa masakan di sini kau bandingkan dengan masakan yang ada di "Ngi Nih Lauw"?" kata si pemuda itu heran.

"Kau tidak merasakannya sih. lezat kok? Oh aku tahu. itu karena lwee-kangmu lebih tinggi dariku. Kau bisa tidak makan beberapa hari tanpa merasa lapar." kata si nona.

Kong-sun Po manggut.

"Betul pendapatmu? Orang yang tidak lapar tidak akan merasakan lezatnya masakan ini. pantas kau bisa menikmatinya." kata Kong-sun Po.

Kiong Mi Yun mengerutkan keningnya.

"Dia bodoh tak secerdas Han Toa-ko." pikir Kiong Mi Yun.

Pemuda itu menatap kawannya sambil berkata.

"Saudara Kiong. aku lihat kau seolah sedang mencemaskan sesuatu. Apa yang membuatmu risau. Saudara Kiong?" tanya pemuda itu.

"Memang aku sedang memikirkan sebuah masalah, rasanya agak aneh." kata nona Kiong.

"Masalah apa itu. boleh aku tahu?" "Ayahku jarang datang ke Tiong-goan. bagaimana Chu Kiu Sek si Iblis Tua itu mengetahui nama Ayahku?" sahut Kiong Mi Yun.

Maksud pertanyaan itu sebenarnya ingin memancing reaksi pemuda yang ada di hadapannya ini. Maka Kiong Mi Yun sengaja bertanya begitu pada Kong-sun Po. Saat mereka bentrok dengan Chu Kiu Sek. si Iblis Tua itu menyebut-nyebut nama Kiong Cauw Bun. ayah si nona di depan mereka. Nona Kiong mengingatkan peristiwa yang baru dialaminya, karena ingin mengetahui reaksi pemuda itu. Tapi Kong-sun Po malah tertawa mendengar ucapan si nona itu.

"Itu bukan sesuatu yang aneh karena ayahmu itu sangat terkenal!" kata pemuda itu. "Chu Tay Peng daii kawankawannya saja tahu. mengapa Chu Kiu Sek tidak?"

Mendengar jawaban itu Kiong Mi Yu kecewa sekali, karena bukan jawaban itu yang dia inginkan dari pemuda ini. Tetapi dia juga sedikit girang.

"Aah! Kiranya dia sama sekali tak mengetahui masalah aku dan dia yang telah ditunangkan sejak kecil" pikir Kiong Mi Yun.

Saat itu Kiong Mi Yun ingat sesuatu dan tertawa. "Aku bodoh, tak berpikir sampai ke sana. Kau memang cerdas Kong-sun Toa-ko!" kata si nona.

Mulut si nona memuji Kong-sun Po. tapi hatinya mencacinya dia anggap pemuda itu tolol sekali. Sedikitpun pemuda ini tak curiga mendengar ucapan Kiong Mi Yun tadi.

Tiba-tiba mereka mendengar suara yang sangat hiruk- pikuk di luar penginapan. Ternyata itu suara roda kereta yang bergerak ke arah penginapan itu. Tak lama kereta itu berhenti di depan halaman penginapan.

Ketika itu sudah larut malam, pemilik penginapan itu keluar sambil membawa sebuah lentera. Kebetulan Kiong Mi Yun sedang duduk dekat jendela kamarnya. Dia bisa melihat dengan jelas tamu yang baru datang itu.

Kereta itu indah sekali, kebetulan kerai jendela kereta pun terbuka sedikit, di kereta itu duduk dua orang, seorang lelaki dan yang seorang lagi wanita. Saat itu karena kereta baru berhenti, mereka belum keluar dari kereta itu.

Kiong Mi Yun berdecak kagum.

"Bagus sekali kereta itu penumpangnya pasti orang kaya!" kata dia perlahan.

"Kau benar, selain keretanya indah, keempat kudanya pun sangat jempolan." kata Kong-sun Po menimpali kata- kata nona Kiong.

"Ah. kau juga tahu kuda jempolan. Kong-sun Toa-ko! Tetapi pemilik kereta itu tidak berperasaan, dia menjalankan kereta itu sampai malam begini. Mereka tidak merasa kasihan pada kuda-kuda dan tidak sayang pada kereta yang bagus itu! Justru aneh sekali?" kata nona Kiong.

"Mungkin mereka punya urusan yang sangat penting yang harus segera mereka bereskan." kata Kong-sun Po.

Tak lama kedua tamu itu sudah turun dari keretanya. Lelaki yang bersama wanita itu bertanya pada pemilik penginapan itu.

"Kau masih punya kamar yang kosong? Kami butuh dua buah kamar kelas satu!" kata penumpang yang lelaki.

Di kamar Kiong Mi Yun berbisik pada kawannya. "Mungkin mereka berdua kakak beradik, bukan suami isteri!" bisik nona Kiong. "Yang lelaki tampan dan yang perempuan cantik sekali!"

"Mereka membawa senjata tajam, kau melihatnya tidak?" bisik si pemuda pada nona Kiong.

Nona Kiong menggelengkan kepala sambil berbisik. "Berapa tinggi kepandaian mereka itu. aku ingin

menjajalnya." bisik nona Kiong.

"Di Dunia Persilatan banyak orang yang berilmu tinggi.

Saudara Kiong jangan cari masalah!" bisik pemuda itu.

"Aku cuma bergurau, kau pikir masalah kita juga tak memusingkan kepala?" kata Kiong Mi Yun.

Tiba-tiba terdengar pemilik penginapan itu berteriak. "Siauw Ek. lekas kau bawakan barang-barang tamu kita

ini!" katanya dengan nyaring.

"Biar aku yang membawa guci arak ini. tidak perlu merepotkan kalian!" kata yang perempuan pada pelayan.

Guci itu barang kuno tapi tidak dipasangi etiket nama arak itu. tutup gucinya pun hanya diikat dengan seutas tali. Perempuan itu langsung menjinjing guci arak itu dengan sebuah jari telunjuknya. Kejadian itu mmbuat pemilik penginapan kaget dan heran sekali.

"Ah dia hanya seorang nona. tapi tenaganya kuat  sekali?" pikir pemilik penginapan. "Pada saat zaman kacau begini, jika tak berilmu tinggi mana berani nona itu melakukan perjalanan jauh seperti sekarang ini?"

Pemilik penginapan yang berpengalaman ini hanya mengangguk memberi hormat dan berjalan masuk. Kiong Mi Yun juga kagum dan heran, dia lihat nona itu berhati- hati sekali saat menjinjing guci arak itu. "Aah! Tak kusangka nona secantik ini ternyata setan arak!" kata nona Kiong.

"Dari mana kau mengetahuinya?" tanya Kong-sun Po. "Jika dia bukan setan arak mengapa dia melarang orang

lain yang membawakan guci arak itu? Aku yakin pasti itu arak istimewa! Dia khawatir orang kurang berhati-hati sehingga menjatuhkan guci arak itu hingga pecah!" kata Mi Yun.

Alis Kong-sun Po berkerut.

"Benar! Kau benar sekali, aku tak berpikir sampai ke sana." kata Kong-sun Po

Kong-sun Po ini tidak bodoh hanya belum berpengalaman saja. Ditambah lagi dia ini jujur dan lugu sekali, hingga kelihatan seperti tolol.

"Melihat kepandaian mereka." kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Sekalipun isi guci itu barang pusaka, pasti mereka tidak terlalu peduli."

Kiong Mi Yun yang telah banyak minum arak ketika itu dia agak mabuk.

"Kong-sun Toa-ko. kau sudah bertunangan belum?" kata si nona yang agak sinting itu.

Pertanyaan nona Kiong membuat Kong-sun Po tertegun, lama sekali baru dia menyahut.

"Sejak kecil aku tinggal di gunung bersama Ibuku, aku tidak pernah bertunangan." jawab pemuda ini. "Mengapa kau bertanya begitu?"

Kiong Mi Yun tersenyum manis. "Aku ingin jadi Mak Comblangmu." Kong-sun Po menatap nona itu dalam- dalam, ternyata wajah nona itu sudah kemerah-merahan. "Rupanya dia tidak biasa minum arak. maka itu dia hampir mabuk." pikir Kong-sun Po. Kong-sun Po pun tersenyum.

"Terima kasih atas perhatianmu, tetapi aku belum ingin berkeluarga." kata Kong-sun Po. Nona Kiong pun tersenyum.

"Mengapa kau tak bertanya padaku, gadis keluarga manakah yang akan kujodohkan denganmu?" kata Mi Yun.

"Apa dia familimu?" tanya Kong-sun Po.

Setelah meneguk araknya lagi si nona menjawab.

"Dia bukan familiku. Dia juga jauh di ujung langit, dan dekat di depan mata. Yang kumaksud adalah gadis yang baru datang naik kereta itu! Menurutmu dia cantik atau tidak? Jika kau merasa dia cocok untukmu, aku akan cari akal untuk memperkenalkan kalian berdua. Sekaligus aku akan jadi Mak Comblangmu!" kata Kiong Mi Yun sambil tertawa.

Pemuda itu tertawa terbahak-bahak.

"Saudara Kiong. kau terlalu banyak minum susu  macan." kata Kong-sun Po. "Besok kita harus melanjutkan perjalanan, lebih baik sekarang kita istirahat!"

Saat itu tamu yang perempuan sudah masuk ke kamalnya. Kamar nona itu ada di sebelah Timur, sedang kamar Kiong Mi Yun di sebelah Barat. Di antara kamar itu terdapat sebuah halaman kecil. Kebetulan kedua kamar itu letaknya berhadaphadapan.

Nona itu mendengar atau tidak percakapan Kong-su Po dan Kiong Mi Yun. tapi tiba-tiba nona itu tersentak dan segera menutup jendela kamarnya dengan cepat. "Saudara Kiong kau jangan ngawur, ayo tidur!" kata Kong-sun Po.

Kong-sun Po langsung meninggalkan kamar sahabat barynya itu akan istirahat di kamarnya.

"Aku sudah menyelidikinya, tapi dia tetap tidak curiga. Itu tandanya dia tidak tahu tentang masalah perjodohan itu?" pikir nona Kiong.

Hati nona Kiong jadi lega. Setelah pelayan mengambil semua piring dan mangkuk dari kamarnya, baru dia membaringkan badannya di tempat tidur dalam keadaan setengah mabuk.

Entah sudah berapa lama dia tertidur lelap, tiba-tiba Mi Yun terbangun dengan kaget. Saat dia membuka matanya, dia lihat sesosok bayangan ada di kamarnya. Nona Kiong terkejut. Rasa kantuknya pun mendadak hilang, lalu dia hunus pedangnya. Orang itu mengulurkan tangan menekan pedang si nona dengan cepat.

"Ssst! Jangan takut ini aku!" kata bayangan itu. Kiong Mi Yun bertambah kaget.

"Kong-sun Toa-ko. mau apa kau ke mari?" kata si nona. Bayangan itu memang benar Kong-sun Po.

"Iblis Tua itu datang kemari!" bisik Kong-sun Po.

Rupanya Kong-sun Po melihat Chu Kiu Sek muncul di penginapan itu. karena khawatir si Iblis Tua itu mencelakai sahabatnya, lalu dia menerobos masuk ke kamar si nona yang memang tidak terkunci karena si nona keburu ngantuk. Tadi Kiong Mi Yun lupa menguncinya.

Tak lama terdengar suara senjata beradu dan seru sekali.

Kemudian disusul oleh suara tawa Chu Kiu Sek. "Nona kau jangan salah paham, aku bukan Pencuri Pemetik Bunga (Cai-hoa-cat). Kedatanganku hanya untuk meminta suatu barang." kata Chu Kiu Sek.

"Untung saat tidur aku tak mengganti pakaian." pikir nona Kiong yang segera mengenakan topinya. ”Pasti Kong- sun Po belum tahu aku ini seorang gadis."

Dia berjalan ke arah jendela dan mengintai ke luar. Dia lihat nona itu sedang bertarung dengan Chu Kiu Sek di halaman. Nona itu melancarkan tiga buah serangan yang sangat indah. Jurus pertama bernama "Kim-cin-tuh-kiap" (Jarum Emas Lewat Maut), mirip dengan ilmu pedang Tat Mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang Tat Mo). Sedang jurus kedua berubah dengan jurus "Liong Teng Toh Cu" (Naga Berebut Mustika), yaitu dari ilmu pedang "Lian Hoan Toh Beng Kiam Hoat" (Ilmu Pedang Berantai Pencabut Nyawa) milik Bu-tongpay. Sedangkan jurus yang ketiga ialah jurus "Ceh Li Touw Cun" (Wanita Menenun Kain (dari ilmu pedang "Giok Li Kiam Hoat" (Ilmu Pedang Wanita Cantik) dari partai Go-bi-pay. Ketika diperhatikan jurus-jurus itu agak berbeda dengan jurus aslinya dan kelihatan lebih indah. Hal itu membuat nona Kiong Mi Yun kagum dan memuji.

”ilmu pedang yang indah dan hebat!" katanya.

Nona Kiong Mi Yun memuji, tapi dia tidak tahu ilmu pedang apa itu. Saat Chu Kiu Sek berkelit, nona itu akan melancarkan serangannya yang keempat. Chu Kiu Sek mengulurkan tangannya menyentil, seketika itu terdengar suara sangat keras.

"Ting!"

Pedang nona itu agak miring ke samping, pada saat bersamaan nona muda itu pun terpental mundur beberapa langkah jauhnya dan tampak tubuhnya menggigil kedinginan. Chu Kiu Sek tertawa dingin.

"Pek-hoa-kiam-hoat" (Ilmu Pedang Seratus Bunga)!" kata Chu Kiu Sek.

Pada saat yang bersamaan mendadak kelihatan seorang pria melompat turun dari atas atap rumah penginapan itu sambil membentak.

"Kenapa "Pek-hoa-kiam-hoat"!" katanya.

Lelaki itu pria yang naik kereta bersama nona yang sedang bertarung itu. Dia langsung menyerang ke arah si Iblis Tua. Chu Kiu Sek atau si Iblis Tua itu mengibaskan lengan baj um a ke arah pedang di tangan lelaki itu. sehingga pedang itu miring ke samping. 

Chu Kiu Sek mendengus dingin.

"Hm! Tak apa-apa. tapi kalian belum sempurna menguasai ilmu pedang itu!" kata Chu Kiu Sek.

"Hm! Sekalipun ilmu pedang kami belum sempurna, tapi kami mampu meringkus kau. hai Iblis Tua!"

Chu Kiu Sek marah sekali.

"Kalau begitu boleh kau coba!" kata Chu Kiu Sek sambil tertawa.

Chu Kiu Sek mengembangkan jari tangannya. Maksudnya akan mencengkram dan merebut pedang yang ada di tangan lelaki muda itu. Jurus cengkraman Chu Kiu Sek ini sangat ganas. Saat jalan darah di pergelangan tangan lelaki itu hampir tercengkram. tiba-tiba nona muda itu melancarkan serangan ke punggung si Iblis Tua. Apa boleh buat Chu Kiu Sek terpaksa menendang ke belakang untuk mendesak nona itu supaya mundur. Bersamaan dengan itu terdengar suara keras.

"Seeer!" Lengan baju Chu Kiu Sek kutung sebagian. Tetapi telapak tangan lelaki muda itu pun terasa sakit sekali. Dia terkena serangan angin jari tangan Chu Kiu Sek. hampir saja pedang di tangannya terlepas dari genggamannya.

Dengan demikian lelaki muda itu sadar bahwa lawannya tangguh luar biasa. Chu Kiu Sek pun sangat ganas.

"Jika adikku tadi tidak menyerang punggungnya dengan tepat, pasti aku sudah cacat terkena cengkeramannya." pikir lelaki muda itu.

Chu Kiu Sek sendiri kaget, dia kagum pada ilmu pedang lelaki muda itu.

"Jika mereka berdua bergabung, rasanya sulit aku mengalahkan mereka." pikir Chu Kiu Sek. "Kecuali aku menyerang mereka secara membabi-buta dengan ilmu Siu- loim-sat-kang!"

Kedua pihak merupakan keluarga Rimba Persilatan yang terkenal. Jika Chu Kiu Sek memakai Siu-lo-im-sat-kang. dia khawatir akan melukai kedua lawannya dengan parah. Dia seorang iblis jahat, tapi masih punya perasaan segan juga. Lalu didesak mereka sehingga mundur beberapa langkah, lalu dia berkata dengan sungguh-sungguh.

"Kedatanganku ke mari hanya ingin minta arakmu itu. aku tidak bermaksud mencelakai kalian! Jika kalian uliu gelagat, lekas serahkan arak itu. jangan membahayakan diri kalian seniri!" kata Chu Kiu Sek dengan bengis.

"Kau mau minta arak apa?" tanya lelaki muda itu.

"Arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciu yang disimpan di kamar adikmu itu! Jika arak itu kalian serahkan, aku akan segera pergi dari sini!" kata Chu Kiu Sek. Mereka itu Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian. kakak beradik. Saat itu sedang dalam perjalanan akan mengantarkan arak obat untuk Han Tay Hiong di Lok- yang. Mendengar kata-kata si Iblis Tua. nona Kiong yang ada di kamarnya kaget bukan main.

"Hm! Ternyata kedua orang itu membawa guci arak obat?" pikir si nona.

Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak

"Aku tahu kalian akan mengantar arak obat pada Han Tay Hiong. padahal aku sudah akan menemuinya! Maka itu aku tidak akan mengizinkan kalian mengantarkan arak obat itu kepadanya! Kalian paham?" kata Chu Kiu Sek.

Ci Giok Hian sedang berusaha menghimpun tenaga murni nya untuk mengusir hawa dingin dari tubuhnya. Saat mendengar ucapan itu dia bani sadar.

"Hm! Rupanya kau Chu Kiu Sek si Iblis Tua jahanam itu?!" kata Ci Giok Hian.

"Kalian sudah tahu siapa aku. kenapa kalian tidak segera memberikan arak obat itu kepadaku?" kata Chu Kiu Sek sambil tertawa terbahak-bahak.

"Iblis Tua. kau jangan bermimpi! Dengan arak obat kami tidak akan diberikan kepadamu!" kata Ci Giok Hian gusar sekali.

"Hm! Kau kira aku tidak bisa mengambilnya sendiri?" kata Chu Kiu Sek sinis.

Sesudah itu dia serang Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian secara bersamaan. Kedua orang yang diserang itu tidak berani menangkis serangannya. Mereka hanya berkelit dan menghindar saja. Saat itu Chu Kiu Sek tubuhnya berkelebat hendak menerobos masuk ke kamar Ci Giok Hian untuk mengambil arak obat itu. Kiong Mi Yun yang ada di samping Kong-sun Po berbisik.

"Kong-sun Toa-ko apa kau belum mau turun tangan?" bisik nona Kiong Mi Yun.

"Jangan tergesa-gesa kita lihat saja dulu." bisik si pemuda. Pemuda itu dekat sekali dengan si nona dan tubuhnya hampir menempel satu sama lain. Mereka sudah melihat kepandaian Ci Giok Phang maupun kepandaian Ci Giok Hian. Mereka yakin tidak gampang bagi Chu Kiu Sek mengalahkan mereka berdua.

"Siapa mereka ini? Meskipun mereka tidak akan sanggup mengalahkan si Iblis Tua. paling tidak mereka bisa menguras tenaga lawannya. Saat dia sudah kelelahan jika turun tangan aku bisa mengalahkan dia dengan cepat." pikir Kong-sun Po.

Pemuda ini yakin begitu, karena dia pernah membuat Chu Kiu Sek mundur saat menggunakan jurus "Keng-sin-ci- hoat" atau jurus "Mengejutkan Dewa". Ketika itu Chu Kiu Sek kalah karena tidak tahu ilmu apa yang digunakan oleh lawannya itu.

Jika dia sudah tahu maka Kong-sun Po pasti kalah olehnya. Sekarang jika tenaga Chu Kiu Sek sudah terkuras, dan dia diserang terus, ada kemungkinan Kong-sun Po akan bisa mengalahkannya lagi.

Saat itu rupa Chu Kiu Sek telah mendengar suara orang lain. la menoleh ke kiri dan kanan. Sekalipun Kiong Mi Yun bicara bisik-bisik, tapi si Iblis Tua bisa mendengarnya. Diamdiam Chu Kiu Sek jadi kaget sekali. Sekalipun yang dia dengar itu tidak jelas.

"Apakah bocah Kong-sun Po ada di sini? Ah mana bisa begitu kebetulan dia ada di sini?" pikir Chu Kiu Sek. Karena dia berpikir begitu lompatannya ke kamar Ci Giok Hian agak tertunda. Pada saat yang bersamaan Ci Giok Phang sudah langsung menikam dan menyerang dengan pedangnya. Nyaris serangan itu tidak bisa ditangkis, dengan terpaksa Chu Kiu Sek menyambar kayu yang dia patahkan untuk dipakai menangkis serangan Ci Giok Phang itu.

"Traang!"

Pedang beradu dengan kayu hebat sekali. Mereka berdua terpental mundur beberapa langkah. Tapi mereka tak sampai roboh. Saat itu Ci Giok Hian sudah menyerang Chu Kiu Sek dengan pedangnya. Ujung pedang nona Ci mengarah ke tubuh Chu Kiu Sek yang mematikan. Pada saat itu Ci Giok Phang sudah maju lagi dengan serangan pedangnya yang berbahaya.

Tanpa terasa Chu Kiu Sek telah terluka ringan, hal ini membuat dia gusar bukan main. Tadi dia agak segan turun tangan terhadap mereka berdua karena kedua musuhnya itu orang-orang terkenal dari Rimba Persilatan. Tetapi dalam keadaan marah dia jadi nekat.

Saat kedua pedang itu menyerang ke arahnya, dia melancarkan serangan ke arah kedua lawannya itu. Ci Giok Hian buru-buru menarik pedangnya dan  melompat mundur. Di bawah sinar bulan wajahnya tampak pucat-pasi dan giginya gemeretuk karena kedinginan. Ci Giok Phang pun segera melompat mundur, tapi keadaannya tak seperti yang dialami oleh adiknya. Menyaksikan kejadian itu nona Kiong berbisik pada kawannya.

”Iblis Tua itu mengeluarkan Siu-lo-im-sat-kang tingkat delapan, pukulan itu seperti biasa tanpa suara." bisik nona Kiong Mi Yun. Setelah mundur Ci Giok Paling maju lagi sambil membentak dengan keras.

"Aku ingin tahu ilmu pukulanmu itu bisa berbuat apa terhadapku?" kata Ci Giok Phang.

Pedang pemuda she Ci itu berkelebat. Dia menggunakan jurus "Pek-hung-koan-jit" (Pelangi Putih Menutupi Matahari). Ujung pedang Ci Giok Phang menusuk ke arah dada Chu Kiu Sek atau si Iblis Tua yang jahat itu.

Chu Kiu Sek tertawa.

"Kau berani melawanku karena punya arak obat itu. Tapi lwee-kang kalian masih dangkal. Jika kalian menerima tiga kali pukulanku lagi. maka sekalipun kau minum arak obat itu. jiwa kalian tidak akan tertolong lagi!" kata Chu Kiu Sek dengan sinis.

"Benar begitu, justru aku ingin mencobanya!" kata Ci Giok Phang sengit sekali.

"Baiklah, kau yang mencari mati sendiri, bukan aku yang tidak berbelas kasihan pada kalian, ya?" kata Chu Kiu Sek.

Mendadak dia melancarkan tiga buah serangan, sehingga terpaksa Ci Giok Phang harus terdesak mundur beberapa langkah ke belakang. Pemuda itu berbangkis sekali namun tidak terluka. Pada saat itu Ci Giok Hian sudah menyerang Chu Kiu Sek dengan hebat. Chu Kiu Sek buru-buru membalikkan telapak tangannya, dia coba memukul pedang Ci Giok Hian. Buru-buru nona Ci mengelak ke samping, dia tidak berani menahan serangan lawannya. Tapi sekarang giginya sudah tidak gemeretuk seperti tadi. Barangkali kedua orang itu tidak mempan pukulan Chu Liu Sek yang lihay itu. "Jadi kalian sudah belajar ilmu Siauw-yang-sin-kang keluarga Jen?" kata Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang saat tahu lawannya tak terpengaruh oleh pukulannya itu.

Ci Giok Oliang tertawa dingin.

"Kalau betul lalu kenapa?" tanya pemuda itu sinis. "Kalau begitu aku tidak akan melepaskan kalian berdua!"

kata Chu Kiu Sek dengan sengit sekali.

Rupanya berbagai lwee-kang dari golongan lurus hanya Siauw-yang-sin-kang yang mampu menandingi Siu-lo- imsatkang milik Chu Kiu Sek ini. Jadi mana mungkin Chu Kiu Sek mau melepaskan mereka? Kedua kakak beradik ini sudah belajar Siauw-yang-sin-kang. Dengan demikian mereka berdua bisa mengobati Han Tay Hiong musuh besarnya. Chu Kiu Sek. Maka tidak heran jika Chu Kiu Sek jadi geram dan berniat membunuh mereka berdua.

"Jika aku tidak bisa membunuh mereka paling tidak aku bisa memusnahkan ilmu silat mereka!" pikir Chu Kiu Sek. "Aku heran. Siauw-yang-sin-kang ilmu milik keluarga Jen. jadi tidak mungkin diturunkan pada marga lain. bagaimana mereka mahir ilmu itu?"

Jika tidak bergabung dengan kakaknya Ci Giok Hian tak akan mampu menahan pukulan Chu Kiu Sek. Saat itu serangan si Iblis Tua berlangsung bertubi-tubi hingga Ci Giok Phang terdesak mundur. Pakaiannya pun sudah basah oleh keringatnya. Uap putih mengepul dari ubun-ubun pemuda itu. Sedangkan Ci Giok Hian yang terus berkelit, sekarang jaraknya sudah sangat berjauhan dengan kakaknya.

Tak lama terdengar suara gemeretuknya gigi mereka, karena kedinginan. Suara itu terdengar oleh Kong-sun Po dari kamar tempat mereka mengawasi pertarungan itu. "Si Iblis Tua menyerang dengan sengit, ini sangat menguras tenaganya. Sesudah tenaganya terkuras habis baru akan kuserang dia. Saat itu pasti jiwanya akan melayang! Baik kutunggu sesaat lagi." pkir Kong-sun Po.

Tapi apakah Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian masih bisa bertahan sesaat lagi? Itu yang jadi masalah. Kong-sun Po terus memperhatikan pertarungan hebat itu. Saat itu dia menjulurkan lehernya ke luar jendela. Jika kedua kakak beradik itu dalam keadaan gawat, dia akan langsung membantu menyerang ke arah Chu Kiu Sek.

Sejak tadi si Iblis Tua sudah curiga. Sekalipun sedang bertarung dia tetap mengamati keadaan di sekelilingnya. Saat dia lihat Kong-sun Po sedang berdiri di depan jendela mengamati mereka bertarung, dia kaget bukan kepalang

"Oh bocah itu ternyata ada di sini! Aku yakin dia sedang merencanakan sesuatu, dia akan menjebakku." pikir Chu Kiu Sek sedikit tegang.

Melawan kedua kakak beradik saja dia sudah payah, apalagi sekarang ada Kong-sun Po. Dia bingung apa dia harus meneruskan perkelahian atau tidak. Sesudah mendesak kedua kakak beradik itu, tiba-tiba dia melompat ke atas pohon, dan melesat pergi di kegelapan malam.

Ci Giok Phang keheranan melihat lawannya tiba-tiba kabur. Dia tidak mengerti apa sebabnya Chu Kiu Sek kabur, tapi dia juga tak berani mengejar orang itu. Saat itu suasana di tempat itu sunyi sekali. Ditambah lagi karena para pelayan yang ketakutan semua telah bersembunyi. Setelah pertarungan itu selesai baru pemilik penginapan keluar.

"Tidak aku kira di penginapanku yang kecl ini datang maling. Untung kalian berilmu tinggi hingga bisa mengusir maling tersebut." kata pemilik penginapan. "Apa ada barang yang hilang?" "Tidak, tak apa-apa." kata Ci Giok Phang.

Saat itu Ci Giok Hian melancarkan serangan hebat pada Chu Kiu Sek. kaburnya iblis tua itu dia kira karena terluka oleh serangannya. Kellihatan dia puas sekali.

"Hari masih malam, silakan Tuan istirahat saja. Maling itu tak akan mampu mengambil barang kami." kata Ci Giok Phang dingin.

Sedang nona Kiong tahu bahwa Ci Giok Phang tertawa dingin mungkin karena mereka dicurigai sebagai maling.

"Jika tidak ada Toa-ko Kong-sun Po di sini. mungkin nyawa kalian sudah melayang. Kalian malah mencurugai kami sebagai maling! Sungguh keterlaluan omong besarmu itu. Justru aku ingin menjajal kepandaian kalian!" kata Kiong Mi Yun dengan berani.

Kong-sun Po menurunkan kain jendela dan berkata perlahan pada Kiong Mi Yun.

"Lebih baik kita segera tidur agar mereka tidak mencurigai kita." bisiknya.

"Bicara sebentar tak ada masalah bukan. Kong-sun Toa- ko aku ingin bertanya padamu tentang satu masalah " kata nona Kiong.

"Silakan!" jawab Kong-sun Po sambil menatap ke arah si nona.

"Siapa yang mereka maksudkan Han Tay Hiong itu? Pertarungan tadi rupanya ada hubungannya dengan orang she Han. Sebenarnya ada masalah apa di antara mereka?" kata Kiong Mi Yun.

Pemuda itu kembali menatapnya.

-o-^DewiKZ^~^aaa^-o

Setelah mengawasi nona Kiong Mi Yun dengan tajam, lalu sambil tersenyum Kong-sun Po menjawab pertanyaan nona Kiong Mi Yun itu.

"Beberapa tahun yang lalu aku pernah mendengar dari guruku. Han Tay Hiong itu seorang pendekar yang sudah mengasingkan diri. Dia bergelar Ckmg-khmi-siung-coai (Ahli Tangan Kosong dan Pedang). Sudah lama dia tidak muncul di Dunia Persilatan, maka yang tahu tentang dia tidak banyak. Tapi aku kira kakak beradik itu punya hubungan dengan Han Tay Hong. Dari nada bicaranya. Chu Kiu Sek bermusuhan dengan orang she Han itu. Tetapi kenapa mereka malah memperebutkan arak obat itu?" kata Kong-sun Po keheranan.

"Orang berasal dari mana Han Tay Hiong itu?" tanya nona Kiong Mi Yun.

"Dari guruku aku dengar dia sudah lama berkelana di Dunia Persilatan. Kemudian mendadak dia menghilang dari Dunia Persilatan. Di mana dia sekarang tinggal justru tidak ada orang yang mengetahuinya." sahut Kong-sun Po.

"Dia bergelar Ciang-kiam Siang-coat. mengapa putera atau muridnya tidak ada yang mewarisi ilmu silatnya itu dan berkelana di Dunia Kang-ouw?" kata Kiong Mi Yun.

Pemuda itu mengangguk.

"Kau benar jika kau tidak menyinggung soal itu aku juga jadi lupa” kata kong-sun Po. "Aku dengar dia punya seorang anak perempuan yang kepandaiannya cukup tinggi. Empat tahun yang lalu dia pernah muncul satu kali di kalangan Kangouw. Malah dia aku dengar bisa mengalahkan Toan Leng Koan. Perampok berkaki satu." kata pemuda itu.

"Siapa nama puterinya itu?" desak Kiong Mi Yun. "Entahlah!   Tapi   berdasarkan   ilmu   pedangnya.  Toan

Leng Koan tahu bahwa itu puteri Han Tay Hiong." kata

Kong-sun Po menjelaskan.

"Apa Han Tay Hiong tidak punya anak laki-laki?" desak nona Kiong.

"Aku dengar dia hanya mempunyai seorang anak perempuan." kata Kong-sun Po.

Di kelenteng Kuang-beng-si, pemuda ini telah belajar silat selama tiga tahun. Tak heran jika dia hanya tahu kejadian yang terjadi empat tahun vang lalu saja. Kejadian tentang Han Pwee Eng pergi ke Yang-cou. dan dihadang oleh rombongan Serigala Tua bermarga Tan. serta serbuan para jago silat ke Pek-hoa-kok tidak diketahuinya. Malah tentang pembatalan pernikahan nona Han dengan Kok Siauw Hong pun dia tidak tahu sama sekali. Setelah Kong- sun Po kembali ke kamar, nona Kiong jadi berpikir keras.

"Di dunia ini jelas banyak orang yang bermarga Han. sedang Han Tay Hiong tidak punya anak lelaki. Jadi jelas Han Toa-ko bukan anaknya. Tapi mungkin Han Tay Hiong itu famili Han Toa-ko?" pikir nona Kiong. "Kedua kakak beradik itu akan mengantarkan arak untuk orang she Han. aku harap mereka itu masih famili Han Toa-ko. Jika  mereka bukan familinya, sungguh aku telah menyia- nyiakan kesempatan ini."

Kong-sun Po tidak mengetahui apa khasiat arak obat KiuThian-sun-yang-ciu itu.  tapi  nona  Kiong justru pernah mendengar dari ayahnya, arak obat itu bisa menyembuhkan luka bekas serangan Siu-lo-im-sat-kang yang digunakan oleh si Iblis Tua Chu Kiu Sek

Sekiranya nona Kiong tahu arak itu untuk ayah "Han Toako”nya. Kiong Mi Yun akan senang sekali. Karena dia tidak tahu siapa Han Tay Hiong itu. maka niatnya mencuri arak itu timbul lagi.

"Aku tahu Chu Kiu Sek hendak mencelakai Han Toa-ko. Jika Han toa-ko terluka dia akan membutuhkan arak obat itu. Tapi jika aku minta secara terang-terang, pasti mereka tidak akan memberikannya. Malah mereka juga jahat telah mencurigai kami. mereka juga angkuh. Lebih baik arak itu aku curi saja sekalian” begitu nona Kiong berpikir.

Tengah malam Kiong Mi Yun mendekati kamar Ci Giok Hian. Diam-diam dia mengeluarkan sepotong bambu kecil. Dengan bambu itu dia meniupkan sesuatu lewat jendela ternyata dia menggunakan obat bius agar nona di kamar itu tertidur lelap.

Biasanya yang digunakan itu obat bius biasa, tetapi Kiong Mi Yun telah mencampurnya dengan racun lain. sehingga kekuatannya jadi luar biasa sekali.

Saat itu Ci Giok Hian memang sedang siaga dan dia sedang mengerahkan hawa murninya untuk mengobati luka akibat serangan Chu Kiu Sek. Saat nona Kiong meniupkan asap obat bius melalui jendela ke kamarnya, dia tahu dan malah tersenyum.

"Bius yang digunakan maling kecil ini tidak akan mempan membiusku." pikir Ci Giok Hian saat itu.

Tapi di luar dugaan nona Ci, asap obat bius itu membuat dia jadi merasa nyaman hingga dia terkejut bukan kepalang. Dia gigit lidahnya sambil menahan napas, lalu dia berpurapura tidur pulas.

"Begitu dia masuk akan kuringkus dia!" pikir Ci Giok Hian.

Ci Giok Hian tidak sadar kalau obat bius nona Kiong itu berasal dari pulau Hek-hong-to. dan obat bius itu bisa membuat tubuhnya lemah. Sedang nona Kiong terlalu meremehkan kepandaian Ci Giok Hian. Saat dia lihat keadaan di kamar itu sudah sunyi, dia langsung masuk ke dalam kamar. Kiong Mi Yun mengendap-endap dia mendekati guci arak obat itu.

Saat nona Kiong membungkuk akan mengambil guci arak, dia kaget bukan kepalang, karena dia merasakan hembusan angin dingin di belakang dia. Rupanya Ci Giok Hian telah menusuk dia dengan pedangnya. Serangan itu hebat sekali bisa dibayangkan pada saat nona Kiong sedang membungkuk, bagaimana dia bisa berkelit dari serangan yang sangat hebat itu.

Untung Kiong Mi Yun sudah tahu ada serangan dan dia juga gesit, dia langsung mencenderungkan badannya ke depan. Tak lama terdengar suara keras.

”Gedebuk!"

Tubuh nona Kiong ngusruk ke depan. Hal ini membuai Ci Giok Hian kaget sekali.

”Ah, pedangku belum mengenai tubuhnya, tapi dia sudah roboh?" pikir Ci Giok Hian heran.

Pada saat bersamaan, mendadak sepasang kaki Kiong Mi Yun menggaet guci arak obat itu. Kemudian mengangkatnya sambil membentak.

"Ayo tusuk aku!" kata Kiong Mi Yun menantang. Ci Giok Hian kaget dan khawatir, jika dia menusuk atau menyerang dengan pedangnya, dia takut serangannya itu akan mengenai guci arak obat itu. hingga guci arak akan pecah berantakan, Tak heran kalau dia buru-buru menarik pedangnya dan membatalkan serangannya. Tetapi tusukan pedangnya masih mengenai guci arak itu, hingga guci itu jadi lecet dan ini membuat nona Ci kaget bukan main. karena pedangnya hampir saja memecahkan guci arak obat itu.

”Tang!"

Bunyi guci terdengar agak keras, untung Ci Giok Hian sudah menarik kembali serangannya dengan cepat, jika tidak guci arak itu akan hancur berantakan dan isinya akan tumpah ke lantai kamar.

Pada saat yang bersamaan Kiong Mi Yun pun sudah buruburu bangun dan memegang guci arak itu erat-erat. Tapi Ci Giok Hian sudah menyerang dia lagi dengan pedangnya. Karena Kiong Mi Yun tidak sempat menghunus pedangnya, terpaksa dia berkelit dari serangan berbahaya itu. Dia melompat lewat jendela sambil membawa guci arak obat itu.

”Kakak cepat ke mari!" teriak Ci Giok Hian memanggil kakaknya.

Dia kejar Kiong Mi Yun sambil menyerang dengan pedangnya sebanyak tiga kali secara berturut-turut. Saat itu Kiong Mi Yun sudah menghunus pedangnya dan dia menangkis serangan yang berturut-turut itu.

"Tang! Tang! Tang!"

Terdengar suara pedang beradu berulang-ulang. Ci Giok Hian merasakan telapak tangannya sakit dan seketika itu juga   pedang   Ceng-kang-kiam   (Pedang   Besi   Hijau)   di tanganma terlepas dari genggamannya. Sebenarnya kepandaian mereka seimbang. Tetapi karena tadi Ci Giok Hian terkena asap obat bius dari Kiong Mi Yun. hal ini menyebabkan tenaga nona Ci Giok Hian jadi lemah. Dengan demikian dia jadi tidak sanggup melawan nona Kiong Mi Yun yang masih segar-btigar.

Sekalipun pedangnya sudah jatuh, tetapi Ci Giok Hian masih mengejar Kiong Mi Yun. Tiba-tiba dia merasakan matanya berkunang-kunang, ketika itu nona Ci nyaris tidak bisa berdiri tegak. Bisa dibayangkan betapa kagetnya Ci Giok Hian pada saat itu. Segera dia menarik napas. Setelah hawa segar masuk lewat hidungnya, baru dia merasa sedikit nyaman. Saat itu Kiong Mi Yun sudah ada di luar kamar.

Tibatiba terdengar suara bentakan keras "Lepaskan!"

Bayangan hitam tampak berkelebat di depan nona Kiong. Bayangan itu bayangan Ci Giok Phang yang muncul secara tiba-tiba di depan nona Kiong. Dia serang Kiong Mi Yun dengan pukulan dan serangan yang hebat. Nona Kiong merasakan ada sambaran angin pukulan dari arah belakang, dia sadar kepandaian Ci Giok Phang berada di atas kepandaiannya. Saat itu sulit bagi Kiong Mi Yun untuk menghindar dari serangan pukulan pemuda itu. Tetapi seketika itu juga dia memperoleh akal bagus. Buru-buru dia lemparkan guci arak obat itu ke arah Ci Giok Phang

"Nih. aku kembalikan!" kata Kiong Mi Yun.

Ci Giok Phang kaget, jika dia kurang hati-hati guci arak itu bisa terjatuh dan hancur berantakan. Jika dia tidak membatalkan serangan pukulannya, maka guci arak itu pun akan hancur terserang oleh pukulannya. Dalam keadaan serba-salah   dan   tidak   ada   pilihan   lain.   dia   batalkan serangannya untuk menyambut guci arak yang melayang ke arahnya itu.

"Dik. bagaimana keadaanmu?" tanya Ci Giok Phang pada Ci Giok Hian.

"Aku tidak apa-apa. cepat ringkus maling kecil itu!" teriak Ci Giok Hian.

Saat itu Kiong Mi Yun telah menyerang Ci Giok Phang denganjurus "Giok Li Toh Cun" (Gadis Cantik Menunjukan Jalan), ujung pedang nona Kiong mengarah ke tenggorokan Ci Giok Phang.

"Kejam sekali kau. hai maling kecil!" kata Ci Giok Phang.

Dengan cepat Ci Giok Phang menyentil pedang nona Kiong dengan jarinya, saat itu juga terdengar suara keras.

"Ting!"

Pedang di tangan Kiong Mi Yun yang tersentil tangan Ci Giok Phang. dan berbalik menyerang ke arah nona Kiong. Tapi ini sudah diperkirakan oleh Kiong Mi Yun. dia kelit serangan pedang itu. Pada saat yang bersamaan dia telah mengulurkan tangan kirinya ke arah dada Ci Giok Phang. Serangan ini hebat hingga Ci Giok Phang tidak bisa menangkis karena tangan kirinya sedang memegang guci arak. Terpaksa Ci Giok Phang berkelit dari serangan berbahaya itu. Tapi sudah terlambat, karena saat itu juga guci arak itu sudah berpindah tangan ke tangan Kiong Mi Yun. Si nona tertawa terkekeh.

"Aku tahu ilmu silatmu tinggi, aku tidak bisa melukaimu. Tapi aku hanya ingin meminta guci arak ini!' kata nona Kiong.

Ci Giok Hian melotot sambil membentak. "Jika kau tidak mau melepaskan guci arak itu ke tanah, maka kau akan kulukai!" kata Ci Giok Phang.

Setelah bertarung dua jurus lamanya dengan Kiong Mi Yun. Ci Giok Phang sadar dan tahu berapa tinggi kepandaian Kiong Mi Yun itu. Oleh karena itu dia jadi tidak berani menganggap remeh lawannya ini Segera Ci Giok Phang menghunus pedang menyerang Kiong Mi Yun.

Saat Kiong Mi Yun diserang oleh Ci Giok Phang. Mi Yun yang cerdik menangkis serangan itu tidak dengan pedangnya, tetapi dia menangkis dengan menggunakan guci arak sebagai senjata untuk menangkis pedang lawan. Tentu saja Ci Giok Phang jadi bingung dan was-was. Dia takut pedangnya akan memecahkan guci arak itu. Jika dia kurang hati-hati. pasti guci itu akan pecah saat dia menyerang lawan. Setiap kali pedang Ci Giok Phang hampir menyentuh tubuh nona Kiong. sedangkan nona Kiong selalu menggunakan guci arak untuk menangkis serangan lawan. Dengan demikian terpaksa Ci Giok Phang harus membatalkan serangannya.

Menyaksikan lawan seolah sangat khawatir dan takut guci itu pecah, ini membuat hati Kiong Mi Yun jadi gembira. Dia tertawa riang sekali.

Kebetulan Ci Giok Phang menyerang lagi. buru-buru Kiong Mi Yun menangkis serangan itu. lagi-lagi dia menggunakan guci arak sebagai senjata untuk menangkis serangan lawan.

Teiapi kali ini Ci Giok Phang hanya pura-pura menyerang, dia cuma ingin menipu dengan sebuah serangan palsu. Pada saat Kiong Mi Yun menyodorkan guci arak untuk menangkis serangannya, tangan kiri Ci Giok  Phang  bergerak  untuk  merebut  guci  itu. Tahu-tahu guci arak itu sudah berpindah tangan lagi ke tangan Ci Giok Phang.

"Hm! Kau sangat pelit! Lebih baik kita semua tidak minum arak itu!" kata Kiong Mi Yun.

Mendadak Kiong Mi Yun melancarkan serangan yang bertubi-tubi ke arah Ci Giok Phang. Serangan ini membuat Ci Giok Phang jadi bingung dan cemas sekali. Dia khawatir guci arak itu akan terkena pedang lawan dan hancur berantakan. Oleh karena itu dia meladeni Kiong Mi Yun dengan hati-hati sekali.

Sikap hati-hati Ci Giok Phang ternyata dimanfaatkan oleh Kiong Mi Yun. Dalam serangan beruntun dan saat Ci Giok Phang agak lengah, kembali guci arak itu sudah berpindah tangan lagi ke tangan Kiong Mi Yun. Bukan main gusarnya Ci Giok Phang saat itu.

"Maling kecil kau sayang nyawamu atau kau tetap ingin mencuri arak kami?" bentak Ci Giok Phang.

Mendadak Ci Giok Phang menyerang Kiong Mi Yun dengan jurus "Pan Liong Siauw Pou" (Naga Berputar Mundur). Pedang Ceng-kang-kiam di tangan Ci Giok Phang memancarkan sinar hijau dan hawanya dingin. Tujuan serangan itu ke arah punggung si nona. Saat itu Ci Giok Phang benar-benar gusar, dia berniat melukai lawannya.

Kiong Mi Yun berkelit dari serangan berbahaya itu. Kemudian membalas menyerang lawan. Mereka kembali bertarung semakin hebat dan cepat, tapi pada saat ada kesempatan yang baik. tiba-tiba Kiong Mi Yun melompat dan pergi. Tapi sial bagi nona Kiong. pada saat itu tiba-tiba dari arah depan nona Kiong datang serangan hebat. Penyerangnya itu Ci Giok Hian yang datang membantu sang kakak yang mulai kewalahan. Saat Kiong Mi Yun mencoba berkelit namun pada saat yang bersamaan serangan dari Ci Giok Phang tiba. Kali ini nona Kiong tidak bisa berkutik lagi. Sekarang dia terjepit oleh serangan dua bilah pedang yang tajam.

"Aaah! Mati aku!" keluh Kiong Mi Yun kaget.

Saat dalam keadaan gawat datang sebuah payung menangkis serangan itu.

"Tang!"

Pedang di tangan Ci Giok Phang tertangkis ke samping. Hal itu membuat Kiong Mi Yun girang bukan main. Dia gerakkan pedangnya untuk menangkis serangan dari Ci Giok Hian.

"Tang!"

Terdengan suara benturan senjata tajam, pedang Ci Giok Hian pun terpental ke samping dan terlepas dari genggamannya.

Kiong Mi Yun tertawa.

"Maaf selain aku mau nyawaku aku juga ingin arakmu ini!" kata Kiong Mi Yun.

Kiong Mi Yun kabur ke arah kereta sedangkan Ci Giok Hian berdiri termangu-mangu di tempat. Ci Giok Phang gusar pada orang bersenjata payung itu. tetapi dia juga kaget.

"Bagus memang kalian berdua ini maling semua!" kata Ci Giok Phang.

Dia serang orang itu denganjurus "Lian Hoan Som Kiam" (Tiga Jurus Pedang Berantai). Orang bersenjata payung itu menangkis dua serangan Ci Giok Phang. Pada serangan yang ketiga Ci Giok Phang yang bertenaga besar itu.   kembali   orang    berpayung   itu   menangkis   dengan payungnya. Kemudian pedang Ci Giok Phang dia tekan dengan payung itu.

"Saudara Kiong apa yang terjadi?" kata orang itu.

”Ini soal hidup dan mati, lekas kau ke mari!" kata Kiong Mi Yun "Aku belum bisa menjelaskannya sekarang padamu!"

Iwee-kang Ci Giok Phang tidak lemah. Dia balikkan tangannya menarik pedang yang ditekan oleh lawannya.

"Kau lihay. tapi sayang kau berkawan dengan si Iblis Tua. Jangan harap kau bisa kabur!" kata Ci Giok Phang.

Ci Giok Phang mulai menggunakan jurus Siauw-yang- kang terhadap orang yang bersenjata payung alias Kong-sun Po tersebut.

Saat itu Kong-sun Po berpikir.

"Saudara Kiong mencuri arak mereka, itu memang salah besar. Tapi dia bilang ada masalah lebih gawat. Aku harus segera membantu dia dulu!" pikir Kong-sun Po.

Saat itu pedang Ci Giok Phang berkelebat dan mengarah ke tubuh Kong-sun Po. ketika itu Kong-sun Po pun tiba-tiba membalikkan badannya dan langsung melompat meninggalkan gelanggang. Ketika dia sedang bertarung dan berbalik sekarang punggung Kong-sun Po berada di depan musuh. Sungguh sebuah gerakan yang sangat berbahaya sekali baginya. Saat itu seolah dia membiarkan punggungnya terserang oleh lawan dan jadi sasaran empuk. Tapi gerakan ini di luar dugaan Ci Giok Phang sehingga dia kaget.

"Entah tipu apa yang sedang dilakukan oleh lawan?" Begitu pikir Ci Giok Phang. Ci Giok Phang sebenanya tidak ingin melukai lawannya itu. karena ia anggap sangat keterlaluan jika hanya karena arak harus mengambil jiwa musuhnya.

"Sekalipun arak obat itu sangat berharga, tapi jika hilang kami bisa membuatnya lagi. tetapi jika nyawa orang melayang karena seguci arak itu. sungguh keterlaluan!" begitu yang ada di benak Ci Giok Phang saat itu.

Lantaran Ci Giok Phang berpikir begitu buru-buru dia tarik kembali serangan pedangnya. Memang dia berhasil membatalkan serangan pedangnya itu. tetapi serangan dengan telapak tangan kirinya sudah tak bisa dia batalkan lagi. Maka telapak tangan kirinya tetap mengenai punggung Kong-sun Po.

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda! Sesudah aku tahu apa masalah kawanku itu. aku akan kembali untuk minta maaf kepada Anda!" kata Kong-sun Po sopan sekali.

Sesudah itu Kong-sun Po langsung pergi menuju ke tempat Kiong Mi Yun.

Ci Giok Phang yang tangan kirinya menyentuh punggung Kong-sun Po. di luar dugaan tiba-tiba bergetar, sehingga terpaksa dia harus mundur beberapa langkah. Sekujur tubuh Ci Giok Phang pun terasa panas, tubuh Giok Phang terdorong oleh tenaga pelindung di tubuh Kong-sun Po. Aneh sekali saat itu Ci Giok Phang menggunakan pukulan Siauw-yang-kang yang hebat, tapi tubuhnya masih bisa bergetar. Untung dia tidak terlambat menarik serangannya, jika terlambat barangkali dia bisa celaka oleh serangan baliknya sendiri, karena pelindung tubuh lawan. Oleh karena itu Ci Giok Phang mengelah napas dalam.

Sebaliknya Ci Giok Hian jadi penasaran bukan main. Dia ayunkan tangannya. Seketika itu juga enam buah pisau terbang menyambar ke arah Kong-sun Po. Saat itu Kong- sun Po sudah ada di dekat kereta mewah itu. Di sana dia berdiri dekat Kiong Mi Yun. Sambaran enam buah pisau terbang itu sudah didengar okeh Kong-sun Po. dia berteriak.

"Maaf Nona!" kata Kong-sun Po.

Dia putarkan payung di tanganma Maka terdengarlah suara nyaring berulang-ulang.

"Tang! Ting! Tang! Ting!"

Keenam pisau terbang itu satu persatu berjatuhan ke tanah tidak mengenai sasaran. Payung yang digunakan oleh Kong-sun Po terbuat dari kain kasar, tapi aneh payung itu mampu membuat pisau terbang nona Ci terpental semuanya. Kelihayan kung-fu lawan ini membuat Ci Giok Hian tercengang, matanya terbelalak dan mulutnya menganga saking herannya.

Kiong Mi Yun melompat ke atas seekor kuda sambil tertawa mengejek

”Kita pinjam dua ekor kuda mereka ini!" kata Kiong Mi Yun. ”Kita telah mencuri, mencuri sekali lagi kan tidak masalah"

Kong-sun Po tertegun, dia merasa tidak enak hati. tapi tak lama dia mengangguk. Terpaksa Kong-sun Po pun melompat ke punggung kuda yang satunya. Bersama nona Kiong mereka meninggalkan penginapan itu.

Ci Giok Phang tidak berdaya untuk mencegah orang mencuri kuda mereka, dia hanya menggelengkan kepalanya.

”Aaah! Kepandaian pemuda itu lebih tinggi dari kita!" kata Ci Giok Phang. "Biarkan saja mereka pergi! Aku kira mereka bukan sahabat Chu Kiu Sek. pemuda itu bersikap murah hati kepadaku." Alis Ci Giok Hian berkerut.

"Kita telah kehilangan arak obat itu. lalu kita harus bagaimana? Apa kita akan melanjutkan peiralanan kita atau jangan?" kata Ci Giok Hian bingung.

Ci Giok Phang tersenyum.

"Kok Siauw Hong telah pergi ke Lok-yang." kata Giok Phang. "mengapa kau tidak segera ke sana? Arak obat itu telah dicuri orang, tapi aku bisa menggunakan Siauw- yangkang untuk mengobati Paman Han."

Tiba-tiba wajah nona Ci berubah kemerah-merahan "Hm! Kau masih bisa mentertawakan aku?" kata Ci Giok Hian kesal bukan main.

-o-DewiKZ^~^aaa-o-

Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun berhasil mencuri arak obat dan dua ekor kuda milik Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian. Mereka kagum ternyata kedua kuda itu memang kuda jempolan. Saat itu fajar pun sudah mulai menyingsing di ufuk Timur

Kuda-kuda itu sangat istimewa. Larinya luar biasa cepat. Dengan tak terasa mereka telah menempuh perjalanan sejauh  li lebih. Kiong Mi Yun tertawa riang.

"Sekarang kita sudah boleh mengurangi kecerpatan lari kuda ini. Kong-sun Toa-ko maafkan aku. semalam aku telah merepotkan kau!" kata Kiong Mi Yun sambil mengawasi ke arah kawannya. "Eh! Kenapa kau kelihatan tidak gembira"

Kong-sun Po menghela napas panjang

"Yaaah! Aku jadi tidak enak hati karena kita mencuri barang milik mereka." kata Kong-sun Po.

Kiong Mi Yun tertawa. "Selama setengah tahun ini entah sudah berapa banyak barang orang yang telah kucuri, jika tidak begitu dari mana aku bisa makan'. Barangkali aku sudah mati kelaparan." kata Kiong Mi Yun dengan jujur.

Kedua orang tua Kiong Mi Yun memang penjahat besar dari aliran sesat. Kiong Mi Yun seorang gadis yang polos, tapi juga agak sesat. Sejak kabur dari rumahnya dia selalu mencuri barang milik hartawan kaya. Sejak itu dia tidak menganggap mencuri itu sebagai pebuatan jahat. Kong-sun Po tersenyum ketika memikirkan nona ini sambil berpkir.

"Mencuri di rumah hartawan baik atau di rumah orang jahat, tentu saja ada bedanya." pikir Kong-sun Po.

Kong-sun Po ingin menegur perbuatan kawan barunya ini. tetapi dia tidak ingin berdebat dengannya karena belum terlalu akrab dengan kawan baru ini. Ketika Kiong Mi Yun ditatap dengan tajam oleh Kong-sun Po. Mi Yun tersenyum.

"Dulu aku mencuri untuk biaya hidup sehari-hari." kata Kiong Mi Yun tanpa ditanya. "Sekarang aku mencuri karena aku ingin menyelamatkan nyawa sahabatku. Aku yakin arak obat ini sangat berharga bagi mereka, tetapi aku pikir nyawa orang lebih berharga. Benar, kan?"

Kong-sun Po tercengang mendengar penjelasan itu.

"Oh, jadi arak ini arak obat yang bisa menyembuhkan penyakit seseorang'?" kata Kong-sun Po.

Kiong Mi Yun tertawa.

”Kau bisa memecahkan ilmu Siu-lo-im-sat-kang. mengapa kau tidak mengetahui tentang arak obat Kiu-thian- sun-yanpek-hoat-ciu?. Aku dengar dari pembicaraan mereka saat bertarung dengan si Iblis Tua. Arak obat ini mampu menyembuhkan   orang   yang   terkena   pukulan Siu-lo-im- satkang. begitu kira-kira yang bisa kutangkap dari pembicaraan mereka tadi." kata Kiong Mi Yun.

Tiba-tiba Kong-sun Po ingat sesuatu.

"Hm! Aku tahu sekarang, kau mencuri arak obat itu untuk Han Toa-ko. kan?" kata Kong-sun Po.

Kiong Mi Yun mengangguk.

"Benar, jika kita berhasil menyusul Han Toa-ko. dan ternyata dia belum dilukai oleh Chu Kiu Sek. arak obai ini akan kukembalikan lagi pada pemiliknya!" kata Kiong Mi Yun.

Kong-sun Po tersenyum pahit.

"Tetapi karena kau telah mencuri arak mereka, tentu mereka akan mencurigai kita sebagai kawan Chu Kiu Sek!" kata Kong-sun Po agak menyesal.

"Kong-sun Toa-ko. jika kita memohon dengan jujur, aku yakin mereka tidak akan memberikan arak obat ini kepada kita. Aku mencuri arak ini untuk menolong orang, aku kira ini tidak jahat! " kata Kiong Mi Yun.

Kong-sun Po mengangguk lesu.

"Ya. kalau begitu kita harus segera mencari Han Toa- ko!" kata Kong-sun Po

Sekalipun Kong-sun Po menyetujui gagasan Kiong Mi Yun. hatinya tetap merasa tidak enak. Kiong Mi Yun yang selalu berjalan bersama pemuda itu. lama-lama dia jadi tertarik juga pada kejujuran Kong-sun Po. Tetapi dia tidak jatuh cinta karena dia telap mencintai Han Pwee Eng yang dia kira seorang lelaki.

Sedang Kong-sun Po menurut pendapat Kiong Mi Yun kalah tampan dibanding dengan Han Pwee Eng... -o-DewiKZ^~^aaa-o-

Setelah Han Pwee Eng berpisah dengan Kiong Mi Yun. dan dia sedang melanjutkan perjalanan sambil tak hentinya tersenyum, saat dia teringat pengalamannya dengan gadis nakal itu. Tiba-tiba nona Han menghela napas panjang.

"Aaah. tidak kusangka aku telah membuat seorang nona jatuh cinta kepadaku. Aku kira sekarang dia sedang merindukan aku'?" pikir Han Pwee Eng sambil tersenyum geli.

Han Pwee Eng ingin segera sampai di rumahnya karena ingin segera bertemu dengan ayahnya. Oleh karena itu dia coba melupakan semua itu dan terus memacu kudanya secepat mungkin agar bisa segera sampai. Kuda yang dinaiki nona Han seekor kuda jempolan, tidak heran jika kuda itu bisa lari cepat sekali.

"Paling lama lima hari lagi aku sudah akan tiba di Lokyang." begitu pikir nona Han.

Sesudah Han Pwee Eng melakukan perjalanan selama dua hari diseling untuk makan dan bermalam di penginapan, dia merasa kasihan saat dia melihat para pengungsi yang berjalan di sepanjang jalan Rata-rata para pengungsi itu ingin menghindari bahaya perang yang mulai berkecamuk. Tetapi karena banyaknya para pengungsi itu. Han Pwee Eng khau atir kudanya akan menabrak mereka. Terpaksa dia melambatkan lari kudanya. Semakin mendekati kota Lok-yang para pengungsi itu jadi semakin banyak saja
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar