Beng Ciang Hong In Lok Jilid 08

 
Nona Han bertambah yakin bahwa Kiong Mi Yun ini seorang perempuan.

"Pantas kau kelihatan agak murung, rupanya kau ingat ayahmu ya?!" kata Kiong Mi Yun.

"Ya. kau benar."

"Kau jangan terlalu cemas tentara Mongol belum menyerang sampai ke Hoo-lam. Lok-yang masih aman- aman saja bagi ayahmu!" kata dia

"Mudah-mudahan begitu." kata Han Pwee Eng sambil manggut.

Tiba-tiba Kiong Mi Yun tertawa. "Jika kau sedang berduka, biar aku akan menyanyi untukmu, boleh kan?" kata dia.

"Bagus, aku setuju!" kata nona Han sambil tersenyum.

Dia menatap lembut, lalu mulai menyanyikan sebuah lagu rakyat jelata.

"Sebelum angin malam berhembus. Burung-burung telah bertengger di dahan. Di bawah sinar rembulan Sunyi-senyap. bulan sabit tergantung di langit.

Tidur nyenyak di musim semi. wajah cerah ceria. Terdengar langkah di jendela, tak terlihat kanda. mungkin sembunyi di suatu tempat..."

Itu adalah nyanyian rakyat yang mengisahkan tentang seorang gadis yang berharap kedatangan kekasihnya. Nona Han sekarang lebih yakin kalau Kiong Mi Yun ini seorang gadis.

"Han Toa-ko. aku akan mencari air minum dulu." Nona Han tersenyum.

"Biar aku yang pergi mengambil air." kata nona Han. "Jangan, kau duduk saja di sini jangan bergerak." Sesudah itu dia langsung pergi.

"Apa yang dia akan lakukan?" pikir nona Han.

Tak lama muncul seorang gadis cantik sedang berjalan ke arah Han Pwee Eng sambil tersenyum manis. Nona Han tidak kaget karena dia sudah menduga sejak tadi. Dia kelihatan cantik sekali. Tatapan Han Pwee Eng menggembirakan hatinya. "Han Toa-ko. kau tidak mengenaliku ya?" kata Kiong Mi Yun manja.

"Ah tidak aku kira kau ini gadis yang cantik sekali!" puji Han Pwee Eng.

Pujian itu menyenangkan hati Kiong Mi Yun.

"Han Toa-ko kau tidak marah aku mengelabuimu?" kata nona Kiong.

Nona Han tertawa geli.

"Sama saja! Oh tapi kenapa kau mau menunjukkan wajah aslimu?" kata Han Pwee Eng.

"Kau baik kepadaku, maka aku tidak pantas membohongimu terus. Setelah aku tunjukkan wajah asliku kelak aku akan menyamar lagi jadi seorang laki-laki!" katanya.

"Ah kau sangat cantik mengapa kau harus menyamar jadi lelaki?" kata nona Han.

"Seorang gadis berjalan bersama seorang pria jadi kurang leluasa lho!" kata Kiong Mi Yun.

"Dia putri Iblis Besar, lebih baik aku sembunyikan dulu diriku yang sebenarnya dalam penyamaran ini." pikir nona Han.

"Sekarang aku tahu kau seorang nona. sekalipun kau menyamar tetap saja kita tidak akan leluasa." kata nona Han berniat menghindar dari nona Kiong ini.

Wajah nona Kiong memerah.

"Kau pria yang baik. tidak jadi masalah kau tahu tentang diriku. Asal orang lain tidak mengetahuinya, pasti tidak akan jadi masalah." kata nona Kiong. "Walau kau yakin aku tidak akan berbuat sesuatu, tapi tetap saja aku tidak leluasa!" kata nona Han bersikeras.

Nona Kiong cemberut.

"Han Toa-ko. kau jangan salah sangka, menganggap aku gadis yang tidak tahu malu. Aku hanya ingin jalan bersamamu, siapa yang ingin tidur sekamar denganmu? Semalam aku hanya bergurau, jangan kau anggap serius!" kata Kiong Mi Yun.

Memang semalam dia bilang ingin tidur sekamar agar bisa bercakap-cakap dengan nona Han. tapi nona Han menolaknya, hingga Mi Yun jadi tidak enakhati. Dia khawatir nona Han akan salah paham.

"Bukan itu maksudku...." kata nona Han. ia berhenti sejenak. "Bukankah kau mau ke Lok-yang?"

Mi Yun malah balik bertanya.

"Han Toa-ko. kau tidak suka jalan bersamaku. ya?" kata dia.

Han Pwee Eng tersenyum lembut dan memegang tangannya sambil berkata.

"Kau jangan salah paham. Nona Kiong." kata Pwee Eng. "kau sangat baik kepadaku, bagaimana aku tidak mau melakukan perjalanan bersamamu. Tetapi aku pikir. "

"Apa yang kau pikirkan?" kata nona Kiong.

"Pernahkah kau mendengar nama Hong Lai Mo Liu Ceng Yauw? Dia Beng-cu Rimba Persilatan bagian Utara dan juga seorang pendekar wanita!" kata Han Pwee Eng.

Wajah nona Kiong berubah. "Lalu kenapa?" tanya nona Kiong. "Liu Beng-cu sangat suka pada gadis yang berilmu tinggi." sahut Han Pwee Eng. "Saat ini dia butuh bantuan nona-nona yang berilmu silat tinggi. Aku punya Paman namanya Lui Piauw yang telah bergabung di sana. Sesudah aku sampai di

Lok-yang. aku pun berniat ke sana."

Kiong Mi Yun menatap ke arah nona Han. "Maksudmu ialah..”

Kata-kata Kiong Mi Yun dipotong oleh nona Han.

"Maksudku, karena sekarang kau sedang merantau dan tidak punya tempat tinggal yang tetap, alangkah baiknya kalau kau pergi ke tempat Hong Lai Mo Li menunggu aku di sana." kata nona Han. "Jika kau sebut namaku pada Lui Piauw aku yang memperkenalkan kau ke sana. dia pasti akan mengajakmu menemui Hong Lai Mo Li."

Ide itu datang ke benak Han Pwee Eng dengan dua maksud, pertama Mi Yun bisa membantu Hong Lai Mo Li. yang kedua Lui Piauw akan membuka rahasia dirinya, bahwa dia juga seorang nona. Sekarang dia belum mau membuka rahasianya bahwa dia juga seorang nona.

Kiong Mi Yun menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau bergabung dengan Mo Li itu!" kata dia. Han Pwee Eng kaget.

"Kenapa?" tanya nona Han. "Dia itu musuh Ayahku!"

Han Pwee Eng bertambah kaget.

"Bagaimana ayahmu bisa bermusuhan dengan dia?" Mi Yun menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu jelas. Ayaku tidak menjelaskan sebabnya. Yang aku tahu Ayahku tinggal di Tong-hai karena terdesak olehnya, hingga sekarang Ayahku tidak bisa memijakkan kakinya lagi di Tiong-goan ini. Oleh karena itu Ayahku kabur ke seberang." kata Kiong Mi Yun.

"Apa lagi yang dikatakan oleh ayahmu?"

"Ayah bilang Hong Lai Mo Li itu kejam, dia telah membunuh pamannya sendiri." kata Mi Yun

Dari cerita nona Mi Yun. nona Han tahu semua kisah keluarga Kiong itu. Ayah Kiong Mi Yun bernama Kiong Cauw Bun. murid pertama Liu Goan Kak. Sedangkan Liu Goan Kak paman Hong Lai Mo Li. Ketika itu Liu Goan Kak bersekongkol dengan bangsa Kim (Tartar), dan sering melakukan perbuatan tidak terpuji. Dia juga  mencuri belajar dua macam ilmu racun keluarga Suang. tapi malah binasa karena menempuh jalan sesat. Sudah tentu Kiong Cauw Bun kehilangan pelindung, karena takut kepada para orang gagah akan membuat perhitungan dengannya. Dia terpaksa kabur ke seberang lautan dan mati-matian berlatih di sana selama  tahun. Sekarang kepandaian Kiong Cauw Bun bisa dikatakan telah sama dengan Liu Goan Kak. Namun, duapuluh tahun yang lalu Kiong Cauw Bun belum terkenal, tidak heran jika ayah Han Pwee Eng tidak pernah bercerita tentang Kiong Cauw Bun itu. Dan nona Han tidak tahu banyak tentang orang itu.

"Nona Kiong aku mau mengatakan sesuatu, entah  pantas atau tidak?" kata nona Han akhirnya.

Kiong Mi Yun tersenyum. "Katakan saja." kata nona Kiong. "Mengenai permusuhan ayahmu dengan Hong Lai Mo Li aku tidak tahu siapa yang bersalah atau yang benar." kata nona Han. "Tapi sekarang Hong Lai Mo Li itu pendekar wanita yang disegani di dunia Kang-owv. Kau bilang ayahmu mengatakan bahwa Hong Lai Mo Li telah membunuh pamannya, tapi setahuku kejadiannya tidak begitu."

Mendengar ucapan nona Han itu Kiong Mi Yun berpikir. "Apa Ayah yang salah?" pikir Mi Yun. Ketika itu mendadak terdengar derap kaki kuda. Tampak dua orang penunggang kuda mendatangi, orang itu menggiring seekor kuda tanpa penungangnya.

Setelah dekat ternyata kedua orang itu Chu Tay Peng dan Ang Kin. Kuda yang mereka bawa itu pun milik nona Han yang hilang dicuri orang. Melihat kedua orang itu wajah nona Kiong berubah jadi tidak sedap dipandang.

"Mau apa kalian ke mari? Aku tidak ada waktu untuk bicara dengan kalian!" kata Kiong Mi Yun.

Chu Tay Peng dan Ang Kin turun dari kudanya. Mereka langsung berlutut, masing-masing mengeluarkan sebuah belati yang tajam berkilauan.

"Kami punya mata tidak bisa melihat, kedatangan kami untuk minta ampun padamu. Nona!" kata mereka.

Sesudah itu mereka mengayunkan tangan mereka yang memegang belati akan bunuh diri. Tapi tiba-tiba Mi Yun mengibaskan tangannya.

"Tang! Tang!" dua kali. Kedua belati itu terpental jatuh. "Aku tidak ingin melihat darahmu, jangan kalian

lakukan di depanku!" kata Mi Yun. Rupanya dalam perkumpulan mereka ada peraturan, jika ada yang bersalah dia diharuskan menusuk dirinya sebanyak enam kali.

"Terima kasih atas kebaikan Nona." kata Ang Kin. "Tapi dosa kami bukan hanya kepada Nona, tapi kepada kawan Nona juga. Jadi kami tidak bisa memaafkan diri kami."

Dia tampar pipinya sendiri dua kali, lalu berlutut di depan nona Han.

"Aku sangat ceroboh. Semalam aku suruh orangku untuk menyampaikan salam, tapi orang itu malah mencuri uang dan kudamu. Aku kemari untuk mengembalikan uang dan kudamu!" kata Ang Kin.

Kiong Mi Yun tertawa.

"Hm! Kau berpura-pura mengaku ceroboh. Sebenarnya kau mengutus orang bukan untuk mengucapkan salam, yapi kau menyuruh orang itu untuk memeriksa kamar Han Toa- ko!" kata Mi Yun.

Han Pwee Eng tersenyum.

"Aku memang ingin pulang dengan naik kuda. malah Ang Pang-cu mau mengganti rugi kudaku. Itu tidak perlu!" kata nona Han. "Aku tidak berani menerimanya."

Kembali nona Kiong tertawa.

"Kau jangan sungkan terhadap dia. Tadinya aku akan mencuri seekor kuda untukmu. Sekarang tidak lagi. bahkan aku bisa menghemat tenagaku." kata nona Kiong.

Kiong Mi Yun mewakili nona Han menerima uang dari kedua orang itu.

"Waw uang perak diganti dengan uang emas. sungguh beruntung     sekali!"     kata     nona     Kiong     yang segera memasukkan uang emas itu ke dalam buntalan nona Han. Kemudian dia menghadapi Ang Kin dan Chu Tay Peng.

"Sudah kalian jangan berlutut terus, Han Toa-ko tidak akan memperpanjang masalah ini." kata nona Kiong.

"Nona Kiong, kami dari lima perkumpulan di tepi sungai Huang-hoo masih perlu bantuanmu. Nona!" kata Chu Tay Peng dengan tetap hormat.

"Aah. Kali ini aku yang pikun," kata nona Kiong Mi Yun. "Kalian datang bukan mau minta ampun padaku, tapi ada masalah lain. Sudah cepat kalian bangun!"

Mereka bangun dan Chu Tay Peng mulai bicara.

"Kami sedang mengalami musibah besar. Nona. Hanya Nona yang bisa mencegah musibah itu!" kata Chu Tay Peng.

"Kalian sudah punya pelindung baru. mengapa kalian malah minta bantuan kepadaku? Kepandaianku tidak begitu tinggi," kata Kiong Mi Yun.

”Terus terang saja Pouw Yang Hian itu musibah bagi kami. Dia telah mencelakakan kami." kata Ang Kin.

"Kami sangat hormat kepada ayah Nona, bantulah kami." kata Chu Tay Peng.

"Apa kau katakan? Pouw Yang Hian mencelakakan kalian? Bagaimana terjadinya? Aku tidak akan sanggup melawan dia. bagaimana aku bisa membantu kalian?" kata Kiong Mi Yun.

"Pouw Yang Hian menekan dan memaksa kami agar kami mendukung gurunya menjadi Liok-lim Beng-cu (Ketua Rimba Hijau) di wilayah kami." kata Chu Tay Peng.

Nona Kiong mengerutkan dahinya. "Aku sudah tahu soal itu. tapi bukankah kalian sudah menyetujuinya?" kata Kiong Mi Yun.

"Kami menyetujuinya karena terpaksa. Nona! Sekarang dia semakin keterlaluan." sahut Ang Kin. "Dia bukan mengobati orang-orang kami. malah memaksa kami menjadi budaknya!"

"Bukankah kemarin di rumah makan dia telah mengobatimu?" kata nona Kiong.

Ang Kin tersenyum getir dan menghela napas panjang. "Kau tidak salah, dia mengobatiku. tapi sama saja

dengan menghukum aku!" kata Ang Kin

"Dia mengobatimu, tapi tidak sampai sembuh sama sekali dan masih ada akibatnya yang lain?" kata Mi Yun. Ang Kin manggut.

"Benar! Racun Hua-hiat-to masih mengeram di tubuhku dan bisa bereaksi sembarang waktu. Ini disengaja olehnya agar aku tetap bergantung kepadanya. Dia tidak akan mengobati kami sampai sembuh agar kami tetap mengabdi kepadanya." kata Ang Kin.

"Pouw Yang Hian licik dan kejam." sambung Chu Tay Peng. "Dia menggunakan cara itu untuk menekan lima perkumpulan kami agar tunduk kepadanya. Kelak jika gurunya sudah jadi Beng-cu kami akan dijadikan budak!"

"Pantas kalian kelihatan tidak senang, dulu kalian bisa merajalela, sekarang kalian akan dijadikan budak mereka." kata nona Kiong.

"Benar, daripada jadi budaknya, kami lebih senang jadi budak ayahmu. Nona Kiong. Pouw Yang Hian hanya mengandalkan kepandaian gurunya, pasti ayahmu tidak akan mau tunduk kepada mereka!" "Hm! Jadi kalian ingin agar aku bilang pada Ayahku agar dia meninggalkan pulau membantu kalian? Tapi, bukankah air yang jauh tidak akan bisa memadamkan api yang dekat?" kata nona Kiong.

"Tiga bulan lagi See-bun Souw Ya baru akan datang ke mari," kata Chu Tay Peng.

"Tapi aku masih senang bermain-main belum mau pulang." kata Kiong Mi Yun.

"Maaf kami pun tidak berani mengganggu Nona yang sedang pesiar, tapi ada cara lain yang lebih mudah dan paling gampang. Kami hanya akan mengganggu Nona selama beberapa hari saja." kata Chu Tay Peng.

"Bagaimana caranya?" tanya nona Kiong.

"Kami mohon Nona mengusir Pouw Yang Hian dan suruh dia mengobati orang kami.' sahut Chu Tay Peng. "Saat Nona pulang baru kami minta keputusan dari Ayah Nona. Sebelum Ayahmu datang, terpaksa kami akan menghindari bentrokan dengan See-bun Souw Ya."

"Tadi sudah kubilang, aku tidak akan mampu mengalahkan Pouw Yang Hian? Aku juga tidak bisa membantu mengobati anak buahmu." kata nona Kiong.

Chu Tay Peng memberi hormat.

"Yang mengalahkan orang she Pouw kemarin, pemuda desa itu. Dia putera Kong-sun Khie. ilmu silatnya lebih tinggi dari orang she Pouw itu. Jika dia mau dia bisa mengusir Pouw Yang Hian dan menolongi anak buah kami. Tapi sayang kami tidak punya hubungan dengannya, jadi kami tidak berani minta bantuannya...." kata Chu Tay Peng. "Oh aku mengerti sekarang. Jadi kau ingin minta aku mencari dia?" kata nona Kiong.

Tapi dia juga langsung berpikir.

"Jadi kalian mengira aku ini sahabat dia. sekalipun ayahnya dan ayahku sahabat baik. aku pun baru bertemu dengan dia kemarin?" pikir nona Kiong.

"Kau benar, kami mohon bantuan Nona untuk mencari dia." kata Chu Tay Peng.

Nona Kiong mengerutkan dahinya.

"Dia sudah pergi sejak kemarin, ke mana aku harus mencarinya?" kata nona Kiong.

"Kami sudah mendapat keterangan yang jelas sekali, dia belum pergi jauh. Dari sini lewat gunung itu. pasti Nona akan bertemu dengannya." kata Chu Tay Peng.

"Maaf. aku harus menemani Han Toa-ko ke Lok-yang. aku tidak ada waktu membantu kalian." kata nona Kiong.

"Jika kau akan membantu mereka, jangan pikirkan tentang diriku, aku bisa melakukan perjalanan sendiri." kata Han Pwee Eng ikut bicara.

"Tadi kau bilang kau takut dikejar oleh musuh?" kata nona Kiong. Buru-buru Chu Tay Peng memotong.

"Han Siang-kong (Tuan Han). kau bisa melanjutkan perjalanan dengan lega. Tidak ada orang yang akan mengganggumu lagi. Tempo hari hanya karena salah paham saja. selanjutnya orang kami akan melindungimu." kata Chu Tay Peng memastikan pada nona Han.

Nona Han mengawasi Kiong Mi Yun sambil tersenyum. "Nona Kiong. menolong orang lebih penting, terima kasih atas perhatianmu kepadaku, kelak kita akan berjumpa lagi." kata Han Pwee Eng. Sesudah itu dia pegang tangan Kiong Mi Yun dengan rasa terima kasih sekali. Sikap nona Han ini membuat Kiong Mi Yun girang sekali, dia berpikir.

"Sebenarnya Ayah ingin mencari tahu jejak anak Kong- sun Khie. sedang identitasku sudah diketahui, aku jadi tidak leluasa menemani Han Toa-ko terus. Han Toa-ko pun sudah tahu aku mencintainya, lebih baik aku mencari Kong-sun Po saja!" pikir Kiong Mi Yun.

Kemudian ia menoleh ke arah Ang Km dan Chu Tay Peng. "Baiklah, aku akan membantu kalian." kata Mi Yun. Bukan main girangnya Chu Tay Peng dan Ang Kin "Terima kasih Nona Kiong." kata mereka. Kiong Mi Yun tersenyum dia berkata pada Han Pwee Eng. "Han Toa-ko. selang beberapa hari lagi aku akan ke Lok-yang mencarimu." kata Kiong Mi Yun. Nona Han mengangguk.

"Baik. kalau begiru aku mohon pamit." kata nona Han. Han Pwee Eng melompat ke atas kudanya, dia melambaikan tangan ke arah nona Kiong.

"Sampai ketemu di Lok-yang!" kata nona Han. Nona Kiong pun melambaikan tangannya. Nona Han lalu melarikan kudanya sambil tersenyum. "Ah tidak kukira aku bisa membuat seorang nona jatuh cinta kepadaku." pikir nona Han.

Chu Tay Peng dan Ang Kin mendekati nona Kiong. "Apa perlu kami mengantar Nona?" tanya Chu Tay

Peng.

"Tidak perlu!" jawab nona Kiong.

"Kalau begitu silakan Nona memakai kudaku ini." kata Chu Tay Peng sambil menyodorkan tali kendali kudanya. "Kok kalian ini cerewet amat sih? Aku tidak mau naik kuda!" kata Kiong Mi Yun.

Rupanya Kiong Mi Yun mau mencari Kong-sun Po karena ada urusan pribadi, tidak heran jika dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Ditambah lagi dia kurang pandai menunggang kuda. Chu Tay Peng dan Ang Kin jadi saling pandang karena heran. Mereka juga tidak mengerti kenapa nona Kiong memarahi mereka.

-o-^DewiKZ^~^aaa^-o

Ang Kin maupun Chu Tay Peng tak tahu kenapa Kiong Mi Yun bersikap begitu? Mereka tak tahu kalau nona Kiong sedang memikirkan sebuah masalah. Mereka hanya tahu bahwa mereka berdua terkesan cerewet. Karena itu nona Kiong memarahi mereka berdua. Kedua orang itu bengong saat Kiong Mi Yun langsung berlari meninggalkannya.

"Kebetulan sekali jika aku bisa menemukan dia. Padahal Ayahku tidak berhasil walau sudah tiga kali ke Tiong-goan mencarinya. Kebetulan ibunya masih hidup, apakah ibunya bilang tentang pertunangannya denagn aku. aku tak tahu?" pikir Kiong Mi Yun di sepanjang jalan.

Kiong Cauw Bun murid Liu Goan Kak. Kong-sun Khie dan Liu Goan Kak bekerja sama melakukan kejahatan dengan Kiong Cauw Bun. Saal itu isteri Kiong Cauw Bun dan isteri Kong-sun Khie sedang hamil, mereka sepakat jika isteri-isteri mereka melahirkan, kebetulan anak mereka lelaki dan perempuan, anak itu akan mereka nikahkan.

Saat isteri Kong-sun Khie melahirkan anak lelaki dan diberi nama Kong-sun Po. dan saat anak itu belum berumur satu tahun, sarang keluarga Suang di Suang-kee-po diserbu oleh orang-orang gagah dari Dunia Persilatan. Kong-sun Khie maupun Liu Goan Kak sempat kabur ke wilayah Mongol. Sedangkan isteri Kong-sun Khie berhasil ditolong oleh Hong Lai Mo Li hingga selamat. Kemudian isteri Kong-sun Khie dan anaknya dibawa ke kelenteng Kuang- beng-sie. karena di kelenteng itu ada Beng Beng Tay-su. Liu Goan Cong dan Kong-sun Kip. Mereka itu memiliki kepandaian silat tinggi. Liu Goan Cong ayah Hong Lai Mo Li. sedangkan Kong-sun Kip guru Hong Lai Mo Li. Ibu dan anak itu oleh Hong Lai Mo Li dititipkan di kelenteng itu. Isteri Kong-sun Khie itu bernama Suang Ceng Ang.

Saat orang gagah menyerang ke Suang Kee-po (Puru Keluarga Suang). Kong-sun Khie sudah kabur dan  tidak ada di sana. Tetapi ketika ada di Mongol Kong-sun Khie binasa karena ilmu sesatnya. Kiong Cauw Bun sudah tahu bahwa Kong-sun Khie sudah meninggal, tetapi dia tidak tahu jelas, kapan dan di mana meninggalnya? Selama  tahun di pulau Hek-hong-to- Kiong Cauw Bun terhalang oleh dua masalah yang dihadapinya.

Masalah pertama dia tidak tahu ke mana jejak isteri dan anak Kong-sun Khie. sedang yang kedua tentang kitab ilmu racun keluarga Suang. dia tak tahu entah jatuh ke tangan siapa? Menurut pendapat Kiong Cauw Bun. Kong-sun Khie pasti tidak akan sempat menyerahkan kitab itu kepada puteranya yang masih kecil. Jika Kiong Cauw Bun bisa menemukan anak Kong-sun Khie. maka dia akan mengetahui di mana kitab itu? Jika tidak ada pada mereka pasti anaknya yang akan mencarinya. Itulah yang ada di benak Kiong Cauw Bun.

Saat puterinya Kiong Mi Yun berumur  tahun, dia memberi tahu puterinya bahwa dia telah ditunangankan dengan  putera  Kong-sun  Khie.  Malah  apa  yang  ada  di benak ayah Kiong Mi Yun pun disampaikan kepada puterinya itu. Kiong Cauw Bun berpesan pada Kiong Mi Yun. jika anak Kong-sun Khie sudah menguasai ilmu keluarga Suang. dia harus menikah dengan putera Kong- sun Khie itu. Tetapi jika putera Kong-sun Khie tidak mahir ilmu racun itu. dan jika kitab itu pun tidak ada Kiong Mi Yun boleh menikah dengan lelaki mana pun Begitu pesan ayahnya ketika itu.

Ingat pesan ayahnya Kiong Mi Yun kelihatan kesal berduka.

"Aku lihat Kong-sun Po menguasai kedua ilmu racun itu. Bahkan kepandaiannya jauh di atas kepandaianku maupun kepandaian Han Toa-ko. Dia juga jujur dan tampan. Tapi sekalipun sekalipun kalah pandai. Han Toa-ko lebih tampan dari dia dan terpelajar!" pikir Kiong Mi Yun.

Kiong Mi Yun terus berjalan sambil berpikir.

"Aku pun ragu tahukah dia tahu tentang pertunangannya denganku? Saat ayahnya meninggal dia baru berumur satu tahun. Apakah ibunya sudah memberitahu soal itu? Jika sudah tahu aku malah akan jadi kikuk menemuinya." pikir Mi Yun.

Kiong Mi Yun terus berlari.

"Masa bodohlah tahu atau tidak, pokoknya aku berpurapura tidak tahu saja!" begitu dia mengambil keputusan. "Aku ingin tahu dia mau bilang apa? Jika dia yang menyinggung masalah itu lebih dulu. jika kubatalkan perjodohan itu belum terlambat. Kelihatannya dia jujur dan lugu. dia pasti tidak akan memaksaku?"

Di tempat lain Kong-sun Po pun hatinya sedang risau. Tetapi bukan merisaukan soal pernikahan, tapi sedang merisaukan  Suang  Ceng  Ang.  ibunya.  Suang  Ceng  Ang menikah dengan Kong-sun Khie karena terpaksa. Sekalipun suaminya itu sudah meninggal, kebencian Suang Ceng Ang kepada suaminya belum juga hilang. Malah dia juga membenci kawan-kawan suaminya. Tidak heran jika pertunangan anaknya dengan puteri Kiong Cauw Bun tidak pernah dia ceritakan pada Kong-sun Po.

Pikiran lain yang mengganggu Kong-sun Po adalah ketika dia tahu ada orang lain yang mahir ilmu Hua-hiat-to. Sejak dia mengerti dan belajar silat dia telah mempelajari ilmu Hua-hiatto. Malah dia pernah kena racun hingga dia tidak ingin mempelajari ilmu itu lagi. Tetapi kemudian terpaksa dia pelajari juga. Akhirnya dia jadi mahir ilmu itu.

Ketika itu dia sedang berjalan sambil berpikir. Kejadian  tahun lalu yang diceritakan ibunya membayang kembali di benaknya.

Dia ingat saat masih kecil tubuhnya sangat lemah dan sakit-sakitan. Dalam dua tiga hari pasti dia harus minum obat. Sejak kecil dia harus merasakan pahitnya obat yang diminumnya setiap beberapa liari.

Dia masih ingat saat ibunya menangis sambil memberinya makan. Dia juga ingat dia sering terjaga di tengah malam karena sakit. Saat itu Liu Kong-kong (Kakek Liu) atau Kong-sun Kip menggendongnya. Tangannya digenggam erat-erat. baru dia merasa nyaman dan tidak sakit lagi.

Sesudah berumur delapan tahun dia mulai berkurang makan obatnya. Sedangkan badannya pun mulai sehat dan kuat, Pada umur  tahun dia sama sekali tidak minum obat lagi.

Ketika ini datang Ciu Siok-sioknya (Paman Ciu). Dia adalah Kang-lam Tay-hiap (Pendekar Besar dari Kang-lam) bernama Ciu Cioh dan akhirnya sang paman ini menjadi guru silatnya.

Sesudah Ciu Cioh menjadi gurunya dia harus meninggalkan ibu dan kelenteng Kuang-beng-si. karena diharuskan ikut gurunya untuk belajar silat. Dia sangat disayang oleh gurunya. Dia dianggap seperti anak kandungnya. Ciu Cioh punya anak perempuan berumur lebih muda tiga tahun dari Kong-sun Po.

Kong-sun Po sangat berterima kasih kepada gurunya ini. Tapi ada yang membuat dia penasaran. Ternyata selama di Kuang-beng-si dia tidak mengetahui kalau Beng Beng Tay- su dan kakeknya Kong-sun Kip menguasai ilmu silat tinggi. Hal itu diketahui oleh Kong-sun Po dari teman-teman gurunya saat berbincang-bincang. Saat mereka membicarakan kakek dan Beng Beng Tay-su, pasti mereka memuji kepandaian mereka yang mengherankan Kong-sun Po. Padahal ibunya tidak pernah menganjurkan agar dia belajar kepada Beng Beng Taysu atau kakeknya. Malah ibunya menyuruh dia belajar kepada Ciu Cioh. Soal lain yang mengherankan dia adalah selama ini ibu maupun gurunya tidak pernah bercerita tentang ayahnya yang sudah meninggal itu. Tetapi dia cuma tahu ayahnya itu meninggal saat dia hampir berumur satu tahun, selain itu dia tidak pernah mendengarnya.

Teka-teki itii baru terungkap saat dia udah berumur  tahun setelah belajar silat selama  tahun kepada Ciu Cioh. dan kembali ke Kuang-beng-si.

Hari berikutnya Kong-sun Po diajak oleh ibunya naik ke atas gunung. Sampai di tempat tujuan sang ibu menunjuk ke sebuah kuburan sambil berkata dengan dingin.

"Ini makam Ayahmu, kau cukup mengangguk saja!" kata ibunya dengan suara dingin. Hal itu membuat dia tercengang bukan main.

"Bu. mengapa selama ini Ibu tidak pernah mengajakku ke mari?" kata Kong-sun Po. "Kenapa aku hanya boleh menganggukkan kepala saja di depan kuburan Ayahku?"

"Akan Ibu beritahu kau. tapi kau jangan sedih." kata ibunya. "Ayahmu itu seorang Iblis Besar yang selalu melakukan berbagai kejahatan! Sejak kecil tubuhmu itu sangat lemah dan sakit-sakitan. Itu adalah akibat perbuatan Ayahmu! Jika dia tidak menyesal sebelum mati. hari ini Ibu tidak akan menyuruhmu menganggukkan kepala di depan makamnya!"

Apa yang dikatakan oleh ibunya nyaris Kong-sun Po tidak percaya. Sebab dia tahu pepatah mengatakan : Harimau tidak pernah memangsa anaknya sendiri. Mana mungkin Ayahnya akan mencelakakan dia? Itu yang ada dalam benak Kong-sun Po waktu itu. Sesudah ibunya menjelaskan hal itu. baru Kong-sun Po tahu semuanya.

Isteri Kong-sun Khie yang pertama ternyata kakak kandung ibunya atau bibi Kong-sun Po sendiri. Untuk menguasai kitab ilmu racun keluarga Suang. Kong-sun Khie tega membunuh Suang Pek Ang. isteri atau kakak ibunya. Lalu dia paksa Suang Ceng Ang. adik almarhum isterinya supaya menikah dengannya. Kong-sun Khie pun nyeleweng dengan seorang wanita bergelar Giok-bin-yauw-hu (Rase Siluman Bermuka Pualam). Karena ingin membalas dendam kematian kakaknya. Suang Ceng Ang sengaja menyesatkan pelajaran ilmu silat keluarga Suang yang diipelajari oleh Kong-sun Khie. yaitu saat suaminya itu berlatih ilmu racun. Kebetulan saat itu orang gagah datang menyerang ke Puri Keluarga Suang.

Saat Kong-sun Khie mengetahui perbuatan isterinya itu. timbul  ide  jahatnya,  dia  akan  menyengsarakan   isterinya seumur hidupnya- Dengan sengaja dia telah melukai anaknya Kong-sun Po dengan ilmu Hua-hiat-to.

Untung luka Kong-sun Po bisa diobati dengan Iwee-kang keluarga Suang yang tinggi. Setelah  tahun baru anak itu sembuh sama sekali dari luka karena racun itu. Tetapi j ika sang ibu mengobati anaknya itu dia akan binasa karena keracunan.

Untung Liu Goan Cong seorang tabib sakti. Ditambah lagi Beng Beng Tay-su dan Kong-sun Kip memiliki Iwee- kang yang tinggi, sehingga ibunya tidak perlu menggunakan Iwee-kang keluarga Suang untuk mengobatinya. Dalam sepuluh tahun ketiga orang ini berhasil mengobati Kong-sun Po dari keracunan. Tidak heran Kong-sun Po yang diobati dengan Iwee-kang tinggi, ia jadi memiliki dasar Iwee-kang yang tinggi pula.

Sekalipun sudah sembuh ibunya masih cemas maka dia menyuluh anaknya berguru pada Ciu Cioh. Lwee-kang Ciu Cioh dari golongan pendekar lurus.

Sesudah rahasia itu terbuka Kong-sun Po menangis, sedang ibunya membiarkan saja anaknya itu menangis.

"Anak Po. sekarang sudah kau ketahui mengapa Ibu memberimu nama Po, yang aninya Melenyapkan Kejahatan. Ibu menginginkan kau jadi pendekar kebenaran yang mampu membasmi kejahatan untuk menebus dosa- dosa Ayahmu! Apa kau sanggup melakukannya?" kata ibunya.

Kong-sun Po berlutut di depan makam ayahnya, ia berkata seakan bersumpah.

"Aku yakin sanggup melakukannya!" kata Kong-sun Po. Setelah mendengar janji anaknya tampak wajah Suang

Ceng Ang berseri-seri. "Baik. mulai besok Ibu akan mengajarimu dua macam ilmu racun Keluarga Suang!" kata ibunya.

Mendengar ucapan ibunya Kong-sun Po terkejut bukan kepalang.

"Begitu lahir aku sudah dilukai oleh racun itu. aku tak mau mempelajarinya!" kata Kong-sun Po.

Ibunya menghela napas panjang.

"Aaah! Sebenarnya Ibu juga benci ilmu racun itu. Tadinya Ibu pun tidak ingin mengajarimu, tetapi sekarang kau harus mempelaja- rinya!" kata sang ibu.

"Kenapa?" tanya Kong-sun Po.

"Setelah Ayahmu meninggal, kitab ilmu beracun itu hilang entah ke mana?" kata sang ibu. ibu kira kitab itu sudah lenyap! Tak tahunya baru-baru ini ada orang yang mahir menggunakan ilmu itu. Orang itu bernama See-bun Souw Ya. Iblis Besar di Kwan-gwa (Di luar Perbatasan). Jika kau tidak belajar ilmu racun itu. maka siapa yang bisa mengatasi ilmu itu?"

Kong-sun Po mengerutkan dahinya.

"Mengapa harus aku. apa orang lain tak boleh mempelajarinya?" tanya Kong-sun Po.

Suang Ceng Ang membelai rambut anaknya.

"Karena kau pernah terkena racun itu. maka aku yakin kau tidak akan terluka oleh racun orang lain!" kata ibunya. "Jika kau bisa membasmi See-bun Souw Ya. itu berarti kau

telah menebus dosa Ayahmu!" Kong-sun Po mengangguk. "Ibu benar! Aku sangat benci pada kedua ilmu racun itu. Jika tidak mau mempelajarinya aku terlalu egois!" kata Kong-sun Po.

Maka itu dia mempelajari ilmu racun itu dari ibuma hingga mahir sekali.

Pada saat Kong-sun Po sudah menguasai kedua ilmu racun itu dengan mahir, dia akan pergi ke Kwan-gwa untuk mencari See-bun Souw Ya. tetapi tentara Mongol sudah menyerbu ke Tiong-goan. Ibunya menyuruh dia pergi ke bukit Kim-kee-leng untuk membantu Hong Lai Mo Li. Di luar dugaan di tengah perjalanan justru dia bertemu dengan Pouw Yang Hian yang menguasai ilmu racun keluarga Suang itu.

Saat Kong-sun Po sedang berjalan sambil melamun, dia mendengar suara lari kuda yang disusul dengan suara bentakan. Saat Kong-sun Po menoleh, dia lihat seorang penunggang kuda sedang mengejar seseorang yang sedang berlari-lari kencang.

Si penunggang kuda itu Pouw Yang Hian. sedangkan yang dikejar-kejar pemuda yang pernah membayari Kong- sun Po makan di rumah makan "Ngi Nih Lauw" tempo hari. Sekarang nona Kiong telah menyamar dan berpakaian laki-laki. Sesuai petunjuk Chu Tay Peng. dia berjalan melewati gunung. Tibatiba dia mendengar ringkikan seekor kuda di belakangnya. Dia juga mendengar suara tawa sinis dari seseorang yang pernah dikenalinya.

"Bocah keparat! Ada jalan menuju ke surga tidak kau lalui Tetapi jalan ke neraka yang tidak ada pintunya, malah kau pakai! Hari ini kita bertemu lagi di sini. apa kau masih bisa meloloskan diri dariku?" kata Pouw Yang Hian dengan bengis sekali sambil tersenyum sinis. Setelah dia berhasil menaklukkan ketua lima perkumpulan besar di daerah itu. Dia yakin mereka tidak akan berani berontak lagi. Kemudian dengan tenang dia akan kembali ke Liauw-tong untuk menyampaikan khabar gembira itu kepada gurunya. Tapi di tengah jalan dia melihat Kiong Mi Yun sedang berjalan sendirian.

"Kiong To-cu saingan berat guruku." pikir Pouw Yang Hian. "Kemarin orang bilang bocah ini orang Hek-hong-to. pasti anak Kiong To-cu! Sekarang dia sendirian, aku harus menangkap dia untuk diserahkan kepada Suhu!" pikir Pouw Yang Hian.

Bukan main kagetnya Kiong Mi Yun ketika mendengar bentakan itu. Tak lama disusul sabetan cambuk yang menyerang hebat ke arahnya.

"Tar!"

"Tang!"

Kiong Mi Yun sudah menghunus pedang menangkis cambukan Pouw Yang Hian. Tetapi dia merasakan telapak tangannya sakit bukan main. Pedang Kiong Mi Yun tidak mampu memutuskan cambuk yang berubah menjadi keras di tangan Pouw Yang Hian itu. Malah pedang Kiong Mi Yun pun nyaris terlepas dari tangannya. Saat Pouw Yang Hian mengulangi serangannya, nona Kiong berkelit. Pada saat yang bersamaan kuda Pouw Yang Hian sudah menerjang ke arah si nona Kiong. Terpaksa Kiong Mi Yun menjatuhkan diri. lalu bergulingan di tanah. Keadaannya saat itu sangat mengenaskan sekali.

Terjangan kuda itu sangat ganas, tapi Kiong Mi Yun berhasil menghindar tabrakan kuda itu. Tak lama kuda itu berbal ik akan menyerang nona Kiong. Mendapat serangan itu dia bingung. Sekalipun dia bisa lari cepat pasti akan tersusul juga oleh orang she Pouw itu. Tiba-tiba nona Kiong menggunakan jurus "Coan Hoa Puli Tiap" (Melompati Bunga Menangkap Kupu-kupu). Badannya mencelat ke samping, lalu dia langsung kabur ke dalam hutan.

Sedang di hutan kuda Pouw Yang Hian tidak bisa leluasa berlari cepat karena banyak pohon yang menghalanginya.

"Ayo. kau mau kabur ke mana? Kau pasti akan kubunuh!" kata Pouw Yang Hian gemas bukan main.

Dia melompat dari kudanya dan mengejar. Setelah dekat dia ulurkan tangannya akan mencengkram kepala nona Kiong. Saat itu Pouw Yang Hian sedang menggunakan jurus "Oh Eng Puh Touw (Elang Lapar Menerkam Kelinci). Jelas nona Kiong sudah tak berdaya dan tinggal menunggu nasib. Tetapi tibatiba di saat yang bersamaan terdengar suara.

"Seer! Tak!"

Saat itu tubuh Pouw Yang Hian terapung ke atas.tidak bisa berkelit dari serangan itu. Ternyata berhasil telapak tangannya terserang oleh sebuah batu kecil. Pouw Yang Hian pernah belajar jurus "Tiat-sah-ciang" (Pukulan Pasir Besi), hingga senjata biasa seperti pedang dan golok tidak bisa melukai telapak tangannya. Tetapi saat itu telapak tangan Pouw Yang Hian malah tertembus oleh batu kecil hingga berlubang, darah segar segera memancar dan aliran darahnya seolah bergolak.

Pouw Yang Hian terkejut bukan main. dia berpikir. "Pantas bocah itu kabur ke hutan, ternyata di hutan ada

orang      gagah      yang      berkepandaian      tinggi   sedang

menungguku!" pikir Pouw Yang Hian.

Pouw Yang Hian langsung melompat ke atas kudanya. Sementara itu Kiong Mi Yun jadi keheranan, dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Bagaimana dia bisa selamat dari serangan maut Pouw Yang Hian. semua itu membuat dia heran bukan main. Saat menoleh dia lihat ada pemuda berpakaian kasar berjalan ke arahnya. Sesudah tahu siapa pemuda itu Kiong Mi Yun girang bukan main.

"Ah sungguh kebetulan, ternyata kau yang datang!" kata Kiong Mi Yun dengan wajah berseri-seri.

Tapi tiba-tiba Kiong Mi Yun merasakan ada serangan hawa dingin ke tubuhnya, buru-buru dia berkonsentrasi menghimpun hawa murninya.

Saat Kong-sun Po sampai dia tuding Pouw Yang Hian. "Lekas kau pulang untuk berlatih lagi! Jika mau

menuntut balas suruh gurumu ke bukit Kim-kee-leng mencariku!" kata Kong-sun Po.

Serangan Kong-sun Po tepat mengenai jalan darah Laukiong-hiat sehingga ilmu Pouw Yang Hian langsung punah seketika itu juga. Padahal ilmu itu sudah dilatihnya sepuluh tahun lamanya.

Melihat Kong-sun Po muncul roh Pouw Yang Hian seolah terbang saking takutnya. Tetapi karena masih ingin hidup, dia langsung melarikan kudanya dengan terbirit-birit.

Setelah Pouw Yang Hian pergi. Kong-sun Po membalikkan tubuhnya ke arah nona Kiong.

"Ya. memang kebetulan sekali! Mengapa kau sendirian di tempat ini?" kata Kong-sun Po

"Aku sedang mencarimu." kata Kiong Mi Yun terus terang.

Saat Kiong Mi Yun akan memberi keterangan tentang alasan dia mencarinya, tiba-tiba air muka Kong-sun Po berubah, dia goyang-goyangkan tangannya. "Jangan bicara dulu ikut aku!" kata Kong-sun Po.

Kiong Mi Yun kaget dia tidak tahu apa yang hendak dilakukan oleh Kong-sun Po.

"Aku memang ingin bicara denganmu, tapi di sini kurang leluasa, lebih baik aku ikut denganmu" kata Kiong Mi Yun.

Dia ikuti pemuda itu ke dalam hutan. Tak lama Kiong- sun Po berhenti lalu dia memperhatikan nona Kiong dengan penuh perhatian sekali. Sikap pemuda itu membuat Kiong Mi Yun jadi tidak enak hati. dan dia tertawa.

"Lho! Apa kau sudah tidak mengenaliku lagi?" kata Kiong Mi Yun keheranan karena melihat orang memperhatikannya dengan serius sekali.

"Jangan bicara!" kata Kong-sun Po.

Tiba-tiba Kong-sun Po menyambar tangan nona itu. Kiong Mi Yun kaget dia coba memberontak, tapi tidak bisa bergerak.

Ketika dia perhatikan wajah Kong-sun Po. tampak pemuda itu tidak berniat jahat, hingga Kiong Mi Yun diam saja. Kiranya pemuda itu sedang memeriksa nadi di pergelangan tangan nona Kiong.

"Saudara Kiong. kau terkena racun!" kata Kong-sun Po serius.

Nona Kiong kaget bukan kepalang. "Bagaimana aku bisa terluka?" tanya si nona.

Saat dikejar Pouw Yang Hian dari atas kuda. Mi Yun berjalan kaki jadi bagaimana dia bisa terluka? Hal itu mengherankan si nona.

"Saat dia mau mencengkrammu tadi. dia mengerahkan ilmu racunnya, sekalipun kau tidak tersentuh olehnya, hawa racunnya mengenai jalan darahmu. Untung tidak parah, dia baru belajar sampai tingkat yang ke lima!" kata Kong-sun Po lega hatinya.

Berlatih ilmu itu paling tidak harus sampai mencapai tingkat ke sembilan baru sempurna. Jika sudah sempurna dengan mudah dia bisa mencelakai lawannya.

"Sekalipun kau terkena pukulan Hua-hiat-to yang tidak serius, tapi harus segera diobati." kata Kong-sun Po. "Aku harap kau buka bajumu!"

Wajah Kiong Mi Yun berubah merah. "Untuk apa?"

"Akan kuurut jalan darahmu." kata Kong-sun Po serius.

"Jika lukaku tidak demikian parah, tak perlu merepotkanmu. apalagi aku tidak tahan geli." kata Kiong Mi Yun.

"Ah rupanya saudara Kiong ini takut geli. Lucu kaya anak kecil saja dan mirip seorang gadis?" pikir Kong-sun Po.

Dia tidak tahu kalau Kiong Mi Yun ini memang seorang nona.

"Baiklah, kalau kau tak tahan geli. kau tidak perlu membuka bajumu. Kebetulan aku membawa obat pemunah racun, tapi butuh waktu tiga hari baru kau pulih kembali. Jika dadamu terasa dingin kau jangan kaget!" kata Kong- sun Po.

Setelah minum obat itu tubuh Kiong Mi Yun terasa hangat, dan nyaman sekali.

"Terima kasih saudara Kong-sun!" kata Kiong Mi Yun. Pemuda itu tersenyum. "Jangan berterima kasih, kemarin kau membayari aku makan." kata Kong-sun Po sambil tersenyum.

Melihat Kong-sun Po bersungguh-sungguh Kiong Mi Yun pun tertawa.

"Aku membayarimu makan tapi kau memberiku obat pemunah racun, ini berarti kau yang rugi." kata si nona.

"Hm! Kalau begitu kau harus membayariku makan sekali lagi." kata Kong-sun Po.

Melihat pemuda itu sopan dan tutur bahasanya lucu. kesan baik nona Kiong terhadap pemuda itu bertambah. Sekalipun hatinya tidak jatuh cinta kepada pemuda itu.

"Tadi kau bilang kau sengaja mencariku, ada apa?" tanya Kong-sun Po.

"Justru karena si jahat tadi. aku diminta tolong untuk minta bantuan oleh orang lain. tapi tadi kau sudah menyelesaikannya separuh." kata nona Kiong.

"Kau maksud orang lain itu Chu Tay Peng. Ang Kin dan kawan-kawannya?" kata Kong-sun Po.

"Kau benar!" kata si nona. "Mereka yang minta tolong kepadaku agar kau membantu mereka dalam dua masalah.

Pertama mengusir Pouw Yang Hian. dan kedua kau diminta mengobati orang-orangnya yang terluka terkena racun jahat. Apakah kau bersedia atau tidak?" kata si nona.

Kong-sun Po berpikir sejenak dia menggelengkan kepalanya.

"Memang mereka itu orang jahat." kata Kiong Mi Yun. "Tapi dibanding dengan Pouw Yang Hian. mereka itu lebih baik dari dia. Aku tidak sedang mewakili mereka memohon kepadamu. Tetapi ingat, jika kau tidak mengobati mereka, maka  dengan  sendirinya  mereka  akan  dikendalikan  oleh orang she Pouw: itu! Aku rasa sekarang kepergiannya itu akan menjemput gurunya. Jika gurunya sudah datang maka lima perguruan mereka akan dikuasai oleh Pouw Yang Hian dan gurunya. Jika mereka sudah menakklukan lima perkumpulan besar itu. pasti kaum Liok-lim (Rimba Hijau) yang lainnya tidak bisa melawan. Itu harus kau pikirkan juga." kata si nona.

"Sudah kupikirkan soal itu. aku pun belum mengatakan aku tidak mau mengobati mereka." kata Kong-sun Po.

"Kalau begitu, mengapa tadi kau menggelengkan kepala?" tanya si nona.

"Pouw Yang Hian menggunakan Hua-hiat-to untuk mengendalikan mereka, aku tidak yakin dalam sepuluh hari mereka akan binasa. Paling tidak dia akan menunggu sampai gurunya datang." kata Kong-sun Po.

"Kau benar. Ang Kin bilang setahun kemudian baru- racun itu akan bereaksi." kata Kiong Mi Yun. Tiba-tiba si nona ingat sesuatu. "Oh aku tahu sekarang, jadi kau akan membiarkan mereka merasakan penderitaannya dulu baru akan kau obati mereka, begitu?"

Kong-sun Po tersenyum.

"Dugaanmu benar Saudara Kiong. tetapi ada lain sebab lagi." kata pemuda itu.

Kiong Mi Yun menatapnya. "Masih ada sebab lain? Apa itu?"

"Terus terang aku mau pergi ke bukit Kim-kee-leng menemui Liu Beng-cu." sahut pemuda itu. "Tahukah kau bahwa Liok-lim-beng-cu di lima wilayah itu seorang wanita'"

King Mi Yun tahu masalah itu dari nona Han Pwee Eng. "Bukankah dia yang bergelar Hong Lai Mo Li bernama Liu Ceng Yauw?" kata si nona.

"Benar." kata pemuda itu sambil mengangguk, "sekarang dia sedang menyusun pasukan suka-rela untuk melawan tentara Mongol yang menyerbu ke Tiong-goan. Saat ini dia sedang membutuhkan tenaga orang-orang gagah. Oleh sebab itu aku dan Liu Beng-cu akan mengobati orang-orang yang terluka itu. Dengan demikian lima perkumpulan besar itu pasti bersedia membantu Liu-beng-cu untuk melawan bangsa Mongol." setelah berhenti sejenak pemuda ini melanjutkan. "See-bun Souw Ya sangat jahat, dia tak tahu diri ingin menjadi Liok-lim Beng-cu. Liu Beng-cu pasti tak akan membiarkannya!"

"Apa kau sudah kenal lama dengan Liu Beng-cu?" tanya si nona.

"Aku pernah bertemu dengannya saat masih kecil, mungkin dia masih ingat padaku." kata Kong-sun Po jujur.

Kakek Kong-sun Po guru dari Hong Lai Mo Li. malah saat Suang-kee-po diserang para orang gagahpun. Hong Lai Mo Li yang menyelamatkan Kong-sun Po dan ibunya. Mereka dibawa ke kuil Kuang Beng Si. Tetapi soal itu tak ia beritahukan pada nona Kiong.

"Oh ya. bagaimana kepandaian Hong Lai Mo Li dibanding dengan See-bun Souw Ya?" tanya nona Kiong.

"Aku tak pernah melihat kepandaian Se-bun Souw Ya." kata Kong-sun Po. "tapi melihat kepandaian muridnya Pouw Yang Hian. bisa kita duga berapa tinggi ilmu orang itu. Mana bisa dibandingkan dengan kepandaian Hong Lai Mo Li? Kau harus tahu. di Dunia Persilatan tidak hanya berdasarkan kepandaian saja. tetapi harus dengan kebijakan dan kemuliaan seseorang. Liu Beng-cu bukan hanya pandai tetapi dia juga sangat bijaksana dan hatinya sangat mulia. Sekalipun dia seorang wanita, tapi pengetahuan maupun pengalamannya sangat luas. Kaum Rimba Persilatan  kagum kepadanya."

Kiong Mi Yun tersenyum.

"Kalau begitu kau sangat mengaguminya." Pemuda itu mengangguk.

"Bukan hanya aku yang kagum kepadanya, coba kau bayangkan jika tidak bijaksana, mana mungkin dia bisa duapuluh tahun menjadi Beng-cu!" kata pemuda itu.

"Aaah apa yang dikatakan Kong-sun Po tentang Hong Lai Mo Li sungguh berbeda dengan keterangan Ayahku?" pikir nona Kiong. "Aku pikir keterangan pemuda mi lebih masuk akal. Tetapi Hong Lai Mo Li musuh Ayahku. Jika benar Hong Lai Mo Li baik dan bijaksana, berarti Ayahkulah yang salah. Hm! Aku tidak yakin Ayahku orang jahat dan aku pun tak boleh begitu saja mempercayai keterangan orang lain?"

Sesudah berpikir begitu wajah nona Kiong Mi Yun berubah jadi kacau dan mengerikan.

"Eh di mana Han Toa-ko yang selalu bersamamu itu?" kata pemuda itu pada si nona.

Wajah Kiong Mi Yun langsung merah.

"Dia tinggal di kota Lok-yang. pulang akan menengoki ayahnya." sahut nona Kiong Mi Yun.

"Hm! Rupanya dia belum tahu aku seorang gadis. Bahkan dia tidak tahu aku tunangan Han Toa-ko. Walau dia tidak kuberi tahu. tapi dia tahu aku tunangannya, bukankah aku bisa jadi kikuk?" pikir nona Kiong.

"Lalu kau sendiri mau ke mana?" tanya pemuda itu. "Aku belum tahu?" jawab si nona.

"Bagaimana kalau kau pergi ke Kim-kee-leng bersamaku, saat ini Liu Beng-cu sedang membutuhkan sekali orang pandai." kata Kong-sun Po.

"Sesudah aku dengar tentang Hong Lai Mo Li darimu. aku yakin dia orang gagah dan bijaksana. Aku memang ingin menemuinya, tetapi sekarang belum saatnya." kata Kiong Mi Yun sambil tersenyum.

"Kong-sun Po dan Han Toa-ko dua-duanya mengajakku ke Kim-kee-leng. sedangkan aku tidak ingin selalu bersama mereka bertigaan." pikir nona Kiong sambil tersenyum geli.

"Apakah kau mau ke tempat Chu Tay Peng?" tanya Kong-sun Po lagi sambil mengawasi ke arah Kiong  Mi Yun.

"Mengapa kau menduga begitu?" kata si nona sambil mengerutkan dahinya. "Aku tak memandang sebelah mata pada mereka! Mana mungkin aku mau bergabung dengan mereka?" Kong-sun Po tertawa.

"Aku lihat mereka sangat baik kepadamu, malah Han Toako pun mendapat keberuntungan darimu. selama di perjalanan Han Toa-ko mendapat pelayanan yang baik sekali!" kata Kong-sun Po.

Kiong Mi Yun tercengang.

"Bagaimana kau bisa mengetahui soal itu?" tanya si nona.

"Apa kau sudah lupa bahwa hari itu aku pun ada di rumah makan "Ngi Nih Lauw" bersamamu? Apa yang dibicarakan di rumah makan itu telah kudengar dengan jelas dan tahu sebagian besar dari pembicaraan itu."

Kiong Mi Yun tertawa. "Tidak kusangka ternyata kau sangat teliti!" puji si nona.

Kong-sun Po menatapnya.

"Tetapi aku heran mengapa mereka sangat menghormatimu?" kata pemuda itu.

"Akan kuselidiki dia. sudahkah dia menyelidiki aku?" pikir Kiong Mi Yun.

Kiong Mi Yun tertawa.

"Sebabnya ya karena mereka ingin mengambil hati pada majikan Pulau Hek-hong-to saja! Mereka tahu To-cu pulau itu adalah Ayahku. Jadi jelas mereka harus hormat juga kepadaku." kata nona Kiong.

Sesudah bicara ia memperhatikan wajah dan reaksi pemuda itu. Pemuda itu manggut-manggut.

"Ilmu silat ayahmu pasti tinggi, dia juga seorang tokoh Dunia Persilatan, kan?" kata pemuda itu.

Mendengar ucapan pemuda itu Kiong Mi Yun tersentak juga. sebab dari nada bicaranya berarti pemuda itu belum tahu siapa ayahnya. Padahal Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po sudah dijodohkan saat mereka masih dalam kandungan ibu mereka. Tetapi sayang kedua keluarga itu berpisah lama sekali. Tak heran jika pemuda itu tak tahu nama ayah nona Kiong. Tapi mana mungkin dia tak tahu nama calon mertuanya, kecuali kalau ibunya tak memberitahu dia. Maka Kiong Mi Yun mencoba menyelidikinya.

"Ayahku bukan tokoh yang berilmu tinggi." kata si nona. "Tapi jika dibandingkan dengan Chu Tay Peng dan kawankawannya. Ayahku jauh di atas mereka. Tak heran mereka ingin mengangkat Ayahku jadi Beng-cu!"

Kiong Mi Yun tertawa lalu melanjutkan kata-katanya. "Untung Ayahku tidak berminat menjadi Beng-cu. Jika Ayahku berminat, pasti dia bersalah pada Hong Lai Mo Li!" kata si nona.

"Liu Beng-cu tidak berpikiran sempit." kata pemuda itu. "Karena di kalangan Liok-lim (Rimba Hijau) sudah ada Bengcunya. maka ayahmu tak berminat. Beliau mungkin menghindari diri agar tidak dimanfaatkan oleh orang. Itu jelas bahwa ayahmu cerdas sekali!"

Sampai di sini Kong-sun Po tetap belum menanyakan siapa nama ayah nona Kiong. sehingga si nona jadi tak sabaran. Dia langsung berkata pada si pemuda.

"Ayahku sangat kagum kepada ayahmu. Dia bilang ayahmu itu tokoh yang sangat terkenal dan sangat menggemparkan di Dunia Persilatan!" kata nona Kiong.

Wajah Kong-sun Po berubah jadi muram ketika ia mendengar ucapan nona Kiong itu.

"Aaah! Setahuku Ayahku itu seorang Iblis Besar yang jahat sekali! Mana mungkin ayahmu mengaguminya? Saudara Kiong. kau mau menyindirku, ya?" kata pemuda itu sambil menatapnya.

Nona Kiong terperanjat.

"Aku tidak tahu urusan orang maku. harap kau jangan tersinggung. Saudara Kong-sun." kata si nona agak gugup.

"Selama ini belum pernah kudengar ada seorang anak memburuk-burukkan ayahnya. Aah barangkali Kong-sun Khie itu memang orang jahat? Kalau begitu kenapa Ayahku menjodohkan aku dengan anaknya?" pikir nona Kiong.

Bersamaan dengan itu pemuda itu berbisik.. "Eh ada orang ke mari." kata pemuda itu. Baru saja Kong-sun Po selesai berbisik sudah terlihat sebuah bayangan berkelebat dan tak lama bayangan itu sudah ada di depan mereka. Orang itu berjenggot, dia mengenakan jubah berwarna hijau. Gerakan orang tua itu cepat bukan main. Kiong Mi Yun yang tidak mendengar suara apa-apa sangat terkejut saat melihat munculnya orang tua itu di hadapan mereka. Orang tua itu mengamati keduanya, lalu menunjuk ke arah Kong-sun Po.

"Benarkah kau yang mengalahkan Pouw Yang Hian di rumah makan "Ngi Nih Lauw" kemarin dulu?" kata orang itu.

-o-^DewiKZ^~^aaa^-o

Sepasang mata lelaki tua berjubah hijau itu menatap ke arah Kong-sun Po dengan dingin. Kong-sun Po pun terkejut bukan kepalang.

"Aku kira lelaki tua ini pesilat tinggi, tapi lwee-kangma dari aliran sesat." pikir Kong-sun Po. "Apa dia See-bun Souw Ya? Begitu cepat dia sampai di sini? Dia tahu aku mengalahkan muridnya. Mungkin dia ingin menuntut balas kepadaku?"

Dengan tenang Kong-sun Po menjawab.

"Tidak salah! Lo-sian-seng punya petunjuk apa?" kata pemuda itu.

Lelaki tua itu mendengus dingin, lalu menatap nona Kiong Mi Yun dengan tajam.

"Bukankah kau putera Kiong Cauw Bun dari Hek-hong- to? Aku dengar kemarin kau juga ada di rumah makan "Ngi Nih Lauw". bukan?" "Sedikit pun tidak salah." jawab nona Kiong. "Aku juga ikut menyerang Pouw Yang Hian. Jika kau mau menuntut balas pasti akan aku layani!"

Lelaki tua itu tertawa dingin.

"Siapa Pouw Yang Hian itu? Untuk apa aku menuntut balas atas kekalahannya? Aku datang justru hanya ingin menjajal kung-fu keluarga kalian! Sayang Kong-sun Khie sudah mati. sedang Kong Cauw Bun jauh di seberang lautan. " kata lelaki berjubah hijau itu.

Dari ucapan orang itu jelas sudah dia menghina Kongsun Po dan nona Kiong karena menganggap mereka bukan tandingannya. Bukan main marahnya Kiong Mi Yun. lalu dia bertanya.

"Kalau begitu untuk apa kau ke mari mencari kami?" kata si nona dengan gusar.

Lelaki tua itu balik bertanya.

"Aku kira masih ada seorang lagi. Mana dia?” kata lelaki tua itu.

"Sebenarnya Lo-sian-seng ingin mencari siapa?" kata Kong-sun Po.

"Jangan beipura-pura pikun kalian! Bukankah hari itu ada seorang pemuda bermarga Han di rumah makan itu bersama kalian? Sekarang dia pergi ke mana?" bentak lelaki tua itu.

Nona Kiong tertawa dingin.

"Aku tahu ke mana Han Toa-ko pergi, tapi untuk apa aku memberitahumu?" kata Kiong Mi Yun.

Lelaki tua itu membanting kakinya. "Bocah tidak tahu sopan! Katakan ke mana perginya dia!." kata lelaki tua itu.

"Hm! Tidak! Aku tidak akan bilang!" kata nona Kiong.

Jarak antara mereka dengan lelaki tua itu hanya sekitar belasan langkah. Tiba-tiba lelaki tua itu menyerang ke arah Kiong Mi Yun. tapi Kong-sun Po sudah maju ke depan nona Kiong untuk menyambut serangan lelaki tua itu. Tak lama kedua tenaga pukulan itu beradu sehingga menimbulkan suara keras sekali.

"Buum!"

Tubuh Kong-sun Po bergoyang-goyang, sedangkan jubah hijau yang dikenakan lelaki tua itu pun berkibar-kibar, seakan tertiup angin keras saja. Sekalipun serangan lelaki tua itu tak mengenai nona Kiong. tapi akibatnya nona Kiong kelihatan kedinginan. Giginya gemeretuk menahan hawa dingin yang luar biasa, tubuhnya menggigil. Tetapi lelaki tua itu kaget dan berseru heran.

Dia kaget karena dia tak menyangka Iwee-kang pemuda itu cukup tinggi juga.

"Bagus!" katanya. "Sekarang ingin kulihat ilmu pukulan Hua-hiat-tomu itu. sudah tingkat ke berapakah kepandaianmu itu?"

Kemudian lelaki tua itu maju ke arah Kong-sun Po dan langsung menyerang. Sekejap terasa hawa dingin menyerang ke arah Kong-sun Po. pemuda itu kedinginan sekali.

"Aku tidak bermusuhan denganmu, tapi mengapa kau serang aku dengan ilmu beracun?" pikir Kong-sun Po.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar