Badai Di Siauw Lim Sie Jilid 14

JILID XIV

MALAH, ada seorang murid Jie Liong Kauw yang tidak keburu melompat ke belakang mundur menjauhi diri, dirinya itu telah terhantam oleh angin serangan Tat Mo Cauwsu dan Tangki Lalang yang tengah saling bentrok, tidak ampun lagi tubuhnya terguling rubuh di tanah.

Untung saja dia tidak sampai terluka dalam, dan cepat2 bangun berdiri dan menjauhi gelanggang pertempuran itu dengan muka yang pucat pias.

Sin Han sendiri yang menyaksikan jalannya pertempuran itu, diam2 jadi berpikir bahwa didalam kalangan rimba persilatan yang memang memiliki kepandaian tinggi dan sempurna ternyata tidak sedikit. Terbukti dari yang dilihatnya, bahwa Tat Mo Cauwsu memiliki kepandaian yang benar2 telah sempurna, se- dangkan Koko Timo juga memiliki kepandaian yang tinggi, lalu Tangki Lalang yang kepandaiannya pun tidak berada disebelah kepandaian dari Koko Timo, kakak seperguruannya itu.

Dengan demikian tefah membuat Sin Han juga bertekad kelak akan melatih diri lebih baik lagi, guna memperoleh kemajuan yang lebih pesat.

Jika dibandingkan kepandaiannya dengan ketiga orang itu, Tat Mo Cauwsu, Koko Timo dan Tangki Lalang, Sin Han masih jauh karenanya, dia segera dapat rnelihat masih banyak sekali kekurangan2 yang terdapat pada kepandaiannya yang telah dimilikinya sekarang ini

Su Lian pun demikian, gadis ini berdiam diri dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar, karena dia menyadari bahwa kepandaiannya masih belum berarti apa2, sehingga dia masih membutuhkan banyak waktu untuk latihan memahirkan kepandaiannya.

Jika dia melatih diri selama dua puluh tahun lagi, belum tentu gadis ini bisa memiliki kepandaian setinggi Tat Mo Cauwsu, Koko Timo maupun Tangki Lalang.

Su Tianglo yang memiliki kepandaian lebih tinggi juga diam2 mengakuinya jika dibandingkan dengan Koko Timo maupun Tangki Lalang dia masih kalah beberapa tingkat dibawah kepandaian kedua orang itu. Terlebih lagi jika mau dibandingkan dengan kepandaian Tat Mo Cauwsu.

Diam2 Su Tianglo telah mementang mata lebar2 mengawasi jalannya pertempuran itu dengan penuh berhatian, karena dari pertempuran yang tengah berlangsung antara Tat Mo Cauwsu dan Tangki Lalang dapat ditarik banyak manfaat oleh Su Tianglo.

Dikala itu Tat Mo Cauwsu sendiri tengah mengeluarkan beberapa macam kepandaian serta ilmu simpanannya, Tangki Lalang sendiri tampaknya telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk menandingi kepandaian Tat Mo Cauwsu yang memang sangat luar biasa hebatnya,

“Hemmmm. orang ini bernafsu sekali buat merubuhkan aku” pikir Tat Mo Cauwsu dalam hatinya. “Sebenarnya, jika memang aku mau mempergunakan Kiu Im Cinkeng dan Kiu Yang Cinkeng yang baru saja telah berhasil Loceng gubah, tentu dengan mudah ia bisa dirubuhkan, akan tetapi orang ini tentu rubuh dengan tubuh yang bercacad, inilah yang  harus  disayangkan,  karena  dia  memiliki kepandaian tinggi seperti sekarang ini diperolehnya dengan sulit dan latihan2 yang tidak mudah”

Sedang Tat Mo Caawsu berpikir seperti itu, justru Tangki Lalang telah menyerangnya dengan dahsyat. Karenanya Tat Mo Cauwsu mengelak beberapa kali, kemudian dia mengibas dengan tangan kanannya, dari telapak tangannya mengalir serangkum angin serangan yang aneh sekali, sebentar lunak sebentar lembut, sebentar lagi menjadi keras dan kuat sekali.

Melihat perubahan pada tenaga Lweekang Tat Mo Cauwsu membuat Tangki Lalang jadi terkesiap hatinya, dia heran dan kaget, cepat cepat dia mengulangi serangannya lagi.

Namun sama seperti tadi, begitu Tat Mo Cauwsu menggerakkan tangan kanannya, maka seketika tenaga serangan dari Tangki Lalang telah dapat dipunahkan.

Tangki Lalang penasaran sekali, dia mengulangi lagi serangan-serangannya. Namun seperti tadi, tetap saja setiap kali Tat Mo Cauwsu menggerakkan tangan kanannya yang dikibaskannya, maka tenaga serangan dari Tangki Lalang dapat dipunahkannya.

Diluar tahu dari Tangki Lalang, sesungguhnya Tat Mo Cauwsu tengah mempergunakan Kiu Yang Cinkeng dan Kiu Im Cinkeng bergantian, dua macam kekuatan Lweekang yang baru saja berhasil digubahnya, merupakan Lweekang kelas satu dan sulit untuk dihadapi oleh siapapun juga.

Sedangkan semula Tat Mo Cauwsu memang tidak ingin mempergunakan ilmu gubahannya itu pada siapapun juga. Sekarang dia mempergunakan juga dua macam Lweekang yang baru digubahnya itu, inilah disebabkan dia terpaksa sekali buat menguasai lawannya yang memilki kepandaian tidak lemah.

Selama sepuluh tahun lebih Tat Mo Cauwsu telah menghabisi waktunya untuk menciptakan semacam ilmu baru yang luar biasa, la telah menyaring dari seluruh kepandaiannya yang ada, untuk menggubah Kiu Im Cinkeng dan Kiu Yang Cinkeng. Dengan demikian, dia telah menghabiskan tenaga dan pikiran maupun waktu yang tidak sedikit. Dan akhirnya memang Tat Mo Cauwsu berhasil menggubah Kiu Yang Cinkeng dan Kiu Im Cinkeng. Kedua macam ilmu itu merupakan seluruh kepandaian Tat Mo Cauwsu yang tergabung menjadi satu.

Dapat dibayangkan betapa hebatnya ilmu yang telah berhasil digubah oleh Tat Mo Cauwsu, dengan demikian telah membuat dia sendiri bimbang dan ragu2 buat mempergunakannya sembarangan pada lawan2 yang biasa.

Sejak berhasilnya digubah ilmu tersebut, baru pertama kali inilah Tat Mo Cauwsu mempergunakannya. Inipun disebabkan dia terpaksa sekali, karena Tangki Lalang tampaknya mendesaknya dengan pukulan yang semakin lama semakin dahsyat, disamping itu memang kepandaian Tangki Lalang pun sangat tinggi.

Sebenarnya, jika saja Tat Mo Cauwsu memiliki kekerasan hati untuk melukai lawannya tentu dengan mudah dia bisa merubuhkan lawannya dengan mempergunakan Kiu Yang Cinkeng atau Kiu Im Cinkeng- nya. Hanya saja, Tat Mo Cauwsu masih berusaha, jika dapat dia ingin menyudahi pertempuran tersebut tanpa ada yang terluka diantara mereka berdua.

Tangki Lalang sendiri menduga bahwa lawannya hanya memiliki semacam ilmu yang aneh, yaitu setiap kali mengibaskan       tangannya       dia       bisa    memunahkan serangannya. Hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu, karenanya Tangki Lalang juga berpikir, mungkin dia hanya bisa menangkis dan memunahkan serangan yang bagaimana hebat sekalipun. Akan tetapi tidak pernah dia dapat menyerang kepadanya.

Teringat akan itu, Tangki Lalang bukannya kembali jadi menurun semangatnya, malah semakin terbang semangatnya dan mempergencar serangannya.

Menurut anggapan Tangki Lalang, jika ia mendesak terus lawannya dengan serangan yang hebat, niscaya akan menyebabkanTat Mo Cauwsu kehabisan tenaga bertahannya dan suatu saat akan rubuh juga.

Tat Mo Cauwsu melihat betapa Tangki Lalang menyerangnya dengan tenaga yang semakin kuat dan hebat, karenanya diapun tidak berdiam diri.

“Aku harus dapat menyelesaikan pertempuran ini dengan segera” pikir Tat Mo Cauwsu. Sambil berpikir begitu, juga telah mengerahkan tenaga dalamnya pada kedua telapak ta ngannya, tahu2 tangan kanannya dikibaskan, menangkis serangan Tangki Lalang, kemudian menyusul tangan kirinya yang memukul mempergunakan enam bagian dari Kiu Yang Cinkeng-nya.

Tangki Lalang merasakan semangatnya seperti terbang meninggalkan tubuhnya. Waktu itu dia tengah menyerang hebat, tahu2 tenaganya lenyap karena kibasan tangan kanan Tat Mo Cauwsu dan sekarang dari tangan kiri Tat Mo Cauwsu menerjang suatu tenaga serangan yang hebat bukan main. Tenaga yang membuat dia sulit bernapas dan tahu2 pandangan matanya jadi gelap, dimana dia mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya terpental sampai enam tombak lebih. Untung saja Tangki Lalang tidak pingsan sebab dia dapat berpoksay dan berdiri di atas kedua kakinya. Diantara keadaaan sadar dan tidak sadar Tangki Lalang masih ingat atas keselamatan dirinya dari serangan lawan, karenanya sambil mengeluarkan seruan walaupun matanya belum dapat melihat dengan jelas, dia telah menghantam beruntun mempergunakan kedua tangannya.

Karena jarak mereka yang terpisah cukup jauh. dengan sendirinya pukulan yang dilakukan oleh Tangki Lalang tidak bermanfaat apa2, Tat Mo Cauwsu tetap berdiri ditempatnya.

Yang menjadi korban justru patung naga-nagaan yang berada disamping pintu gerbang dari perkumpulan Jie Liong Kauw tersebut, hancur menjadi bubuk.

Tat Mo Cauwsu menghela napas. “Tampaknya Tangki Lalang memang bukan seorang manusia baik-baik. Ttangannya telengas dan hatinya kejam sekali. ” pikir Tat

Mo Cauwsu.

Karena berpikir begitu, akhirnya dengan penuh penyesalan Tat Mo Cauwsu telah mengambil keputusan walaupun bagaimana hari ini dia harus membuka pantangan membunuh. Jika dapat memang dia hanya ingin melukai Tangki Lalang dan memusnahkan seluruh kepandaiannya, akan tetapi jika terpaksa sekali diapun akan turunkan tangan kematian buat Tangki Lalang.

Tangki Lalang yang melihat serangannya yang terakhir itu tidak membawa hasil sama sekali. Dia cepat2 mengeropos semangatnya dan meluruskan pernapasannya.

Matanya yang ber-kunang2 kini sudah pulih kembali, dia dapat melihat dengan jelas. Semangatnyapun telah terkumpul pula. Jika tadi dia menyerang yang terakhir dengan kemarahan yang me-luap2, namun sekarang setelah berhasil memulihkan semangatnya Tangki Lalang jadi teringat akan pantangan rimba persilatan, yang tidak boleh mengumbar kemarahannya, karena jika demikian pemusatan tenaga dalamnya tidak bisa dikerahkan keseluruhannya dan membawa kerugian pada dirinya sendiri.

Karena itu perlahan-lahan kemarahan hatinya jadi menurun. Disamping itu pula, memang Tangki Lalang diam2 mengagumi kepandaian dan ilmu Tat Mo Cauwsu, yang diakui merupakan suatu kepandaian yang benar2 tinggi.

Hanya saja untuk mengakui bahwa dia berada dibawah kepandaian sang pendeta, tentu saja dia tidak mau. Karenanya, setelah seluruh tenaganya sudah terkumpul dan pernapasannya telah dapat diluruskan kembali, per-lahan2 ia melangkah menghampiri Tat Mo Cauwsu. 

Sikap yang di perlihatkan Tangki Lalang ngancam sekali, dan juga matanya yang kebiru biruan itu telah memancarkan sinar yang sangat tajam sekali.

Tat Mo Cauwsu berdiri diterapatnya dengan tenang dan kedua tangannya di rangkapkan, sikapnya itu merupakan sikap seorang pendeta yang welas asih.

Sin Han dan lainnya waktu melihat keadaan yang menegangkan itu, jadi menahan napas masing2, karena mereka jadi tegang bukan main, hati mereka jadi berdebar keras, mereka menyadarinya bahwa inilah penentuan dari pertempuran kedua orang tokoh rimba persilatan itu yang masing2 memang berkepandaian yang telah mencapai puncak kesempurnaan. Sikap yang diperlihatkan Tangki Lalang menunjukkan bahwa Tangki Lalang seperti juga akan menyerang mencapai penentuan diantara mereka berdua.

Setelah melangkah beberapa tindak lagi, dan jarak antara Tangki Lalang dengan Tat Mo Cauwsu hanya terpisah beberapa tombak saja,. Tangki Lalang mengerang perlahan, kemudian disusul dengan suara mendesis penuh penasaran: “Hemmm, sekarang aku ingin melihat apakah kau sanggup menerima ilmu pukulan geledekku”

Tat Mo Cauwsu hanya tersenyum saja. Namun pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie menyadari apa maksud dari perkataan Tangki Lalang itu, yaitu dia mau mengeluarkan kepandaian atau ilmu simpanannya.

Karenanya, Tat Mo Cauwsu telah memusatkan seluruh kekuatan Lwekangnya dan berwaspada.

Tangki Lalang setelah mengerang dua kali-lagi, menggerakkan sepasang tangannya, dia mengangkatnya sampai diatas kepalanya, lalu dia turunkan menghantam ke arah sipendeta.

Seketika itu juga, tenaga Lwekang Tangki Lalang menyambar. Dan seperti juga halnya, dengan nama ilmu pukulan itu sebagai Ilmu Pukulan Geledek, maka angin pukulan itu benar-benar seperti sambaran petir, sambarannya sangat cepat sekali dan mengandung hawa pa- nas luar biasa.

Tat Mo Cauwsu tidak tinggal diam. Dia menggeser kedudukan kedua kakinya,. Dan tubuhnya telah menyingkir kesamping kanan. Dengan demikian pukulan yang di lakukan oleh Tangki Lalang mengenai tempat kosong, menghantam tanah tempat dimana Tat Mo Cauwsu berdiri. Dan kesudahannya memang mengejutkan sekali, tanah itu jadi berlobang sedalam dua tombak lebih Hal itu menunjukan betapa hebatnya tenaga Pukulan Geledek yang dilancarkan Tangki Lalang, sehingga tanah itu bagaikan benar2 disambar geledek hingga berlobang lebar.

Tat Mo Cauwsu sendiri jadi tercekat hatinya, karena ia tidak menyangka sehebat itu ilmu simpanan Tangki Lalang. Namun tekad Tat Mo Cauwsu untuk merubuhkan Tangki Lalang semakin kuat, Dengan ilmu dan kepandaian yang demikian tinggi, jelas Tangki Lalang merupakan manusia yang berbahaya sekali, karena dia memiliki tangan yang telengas dan hati yang kejam. Dengan sendirinya telah membuat Tat Mo Cauwsu berpikir jauh sekali demi ke- selamatan jago2 rimba persilatan lainnya.

Melihat Tangki Lalang tengah menggerakan tangannya yang diangkat keatas kepalanya ber siap2 hendak menyerang lagi, Tat Mo Cauwsu tidak mau mem-buang2 waktu, tangan kanannya tahu2 meluncur, dia menyerang dengan disertai tenaga dalam Lweekang dari Kiu Yang Cinkeng.

Kiu Yang Cinkeng ilmu ciptaannya itu merupakan ilmu yang luar biasa. Tenaga Lweekang dari pukulan yang menyambar itu sangat keras dan kuat sekali.

Tangki Lalang yang melihat dirinya tidak keburu melancarkan serangan berikutnya, malah dia yang diserang oleh pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie itu, membuat dia jadi mendongkol bukan main.

Tidak menanti tenaga serangan dari Tat Mo Cauwsu tiba dan waktu dia merasakan bahwa tenaga pendeta itu bersifat Yang (keras) dengan cepat dia menurunkan kedua tangannya. Bukannya menangkis, justeru Tangki Lalang telah  menyerang  juga  dengan  mempergunakan  pukulan Geledeknya. Dia ingin membarengi dengan cara begitu, karena bermaksud keras lawan keras.

Hanya saja begitu dia memusatkan tenaga ilmu Pukulan Geledeknya, Tangki Lalang jadi kaget dan hatinya tercekat. Semula tenaga serangan dari Tat Mo Cauwsu keras dan kuat, dan dia telah mempergunakan ilmu pukulan Geledeknya. Akan tetapi disaat kedua macam kekuatan tenaga itu akan saling bentur, justru tenaga serangan dari Tat Mo Cauwsu telah berubah lagi menjadi lunak, selunak, kapas.

Seketika, tenaga ilmu pukulan Geledek dari Tangki Lalang seperti jatuh kedasar lautan tidak berbekas dan punah sendirinya. Akan tetapi tenaga serangan dari pendeta itu sendiri walaupun telah berobah menjadi lunak, tetap saja meluncur menyerang Tangki Lalang.

Sudah tidak ada jalan lain buat Tangki Lalang mengelakkan diri dari tenaga dalam lawannya dan belum sempat dia berusaha untuk menghindarkan atau menangkis, tubuhnya seperti telah terbungkus oleh selubung yang tidak tampak, hawa yang dingin sekali dan tubuhnya terangkat ke tengah udara.

Terangkatnya tubuh Tangki Lalang perlahan-lahan naik satu demi satu dim, tetapi tubuhnya itu semakin naik meninggi.

Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi mementang mata mereka lebar2 dengan mulut yang terbuka karena heran dan takjubnya. Tat Mo Cauwsu seperti juga tengah mempergunakan ilmu sihir.

Tangki Lalang telah berusaha memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dia berusaha memberikan perlawanan dan meronta guna melepaskan dirinya dari libatan dan pengaruh tenaga dalam Tat Mo Cauwsu, akan tetapi gagal sama sekali, sebab di waktu itu tubuhnya tetap tidak dapat berkutik tak bisa melepaskan dirinya dari  libatan dan pengaruh tenaga dalam Tat Mo Cauwsu yang begitu luar biasa tubuhnya tetap terapung semakin lama semakin naik meninggi,

Tat Mo Cauwsu tampak menggerakkan tangannya itu perlahan-lahan yang bergerak semakin lama semakin naik keatas.

Sedangkan dari kening dan kepalanya telah keluar semacam uap tipis, yang telah membubung tinggi sekali. Semakin lama uap itu keluar dari kepala Tat Mo Cauwsu makin tebal juga, itu menunjukkan bahwa pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie tersebut telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga Lweekangnya, buat menjerat dan melibat musuhnya.

Memang Tangki Lalang seorang tokoh yang memiliki kepandaian tinggi sekali.

Jika saja Tat Mo Cauwsu setengah hati melibatnya dan juga mengikat dengan kekuatan tenaga Lweekangnya, tentu Tangki Lalang akan dapat memberikan perlawanan dan dengan sendirinya bisa menyebabkan dirinya berbaiik diserang oleh Tangki Lalang. Itulah sebabnya Tat Mo Cauwsu juga tidak berani berayal sedikitpun juga, tenaga dalamnya tetap dikerahkan sepenuhnya.

Tangki Lalang sangat gusar, berulang kali dia gagal dalam memusatkan seluruh tenaga dalamnya, bahkan dia merasakan tubuhnya seperti terlibat oleh kekuatan tenaga dalam yang tidak tampak, membuat sekujur tubuhnya terasa sakit sakit.

Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri telah beberapa kali menambah kekuatan tenaga dalamnya. Jika tubuh Tangki Lalang itu mulai menaik keatas, si pendeta telah mengerahkan Kiu Im Cinkengnya lebih kuat lagi.

Dengan demikian, Tangki Lalang telah dapat dilibat dan dibawa naik sampai beberapa tombak tingginya.

Itulah pemandangan yang benar2 luar biasa sekali, karena bagi Sin Han, Su Tianglo, Su Lian dan lain2nya, merupakan peristiwa yang pertama kali mereka saksikan seumur hidupnya.

Semua orang2 itu jadi memandang dengan mata yang terpentang lebar2, di samping itu juga mereka semuanya menahan napas dengan hati yang berdebar.

Tangki Lalang sebagai seorang tokoh terkemuka di negerinya, Persia, yang memiliki kepandaian tidak berada disebelah bawah kepandaian Koko Timo, mana mau membiarkan dirinya terjerat terus seperti itu? Dia berusaha dengan berbagai cara buat menghancurkan dan memunahkan tenaga libatan Tat Mo Cauwsu. Walaupun selalu gagal, Tangki Lalarg tidai. pernah berdiam diri dan berputus asa, dia terus juga berusaha untuk meloloskan diri dari pengaruh tenaga dalam Tat Mo Cauwsu.

Karena selalu gagal untuk meloloskan diri dari libatan tenaga mujijat Tat Mo Cauwsu, dengan sendirinya membuat Tangki Lalang jadi nekad.

Waktu merasakan tubuhnya semakin lama semakin naik tinggi juga, akhirnya dia telah menyedot hawa udara, dan mengumpulkan seluruh kekuatan Lwekangnya. Dia menyadarinya jika ia mempergunakan kekuatan Iwekang yang berkelebihan, niscaya,dia akan terluka di dalam oleh tenaga dalamnya sendiri. Akan tetapi memang waktu itu Tangki  Lalang  sudah  tidak  memiliki  pilihan  lainnya, dia harus dapat melepaskan kekuatan tenaga dalam Tat Mo Cauwsu yang melibatnya itu.

Waktu itulah, setelah dia berhasil mengumpulkan seluruh kekuatan, tenaga Lwekangnya. dia membentak bengis dan kedua tangannya digerakkan untuk melepaskan jeratan tenaga dalam Tat Mo Cauwsu. Memang Tangki Lalang berhasil menggerakkan sepasang tanganrrya itu hanya setengah saja, waktu dia ingin mengangkatnya keatas, diwaktu itulah tenaga libatan dari Tat Mo Cauwsu semakin kuat juga. Dengan sendirinya membuat Tangki Lalang jadi terjerat kuat lagi. Beberapa kali dia mencoba. Dan sampai suatu kali, dia berhasil menggerakkan sepasang tangannya, dengan disertai serangan yang keras, dia mengangkat sepasang tangannya.

Begitu sepasang tangannya dapat diloloskan dari jeratan tenaga dalam lawannya, seketika itu pula tampak Tangki Lalang telah mempergunakan ilmu pukulan Geledeknya.

Hebat benar tenaga serangannya, dia langsung menyerang mempergunakan pukulan Geledeknya itu kepada Tat Mo Cauwsu.

Jika memang Tat Mo Cauwsu tidak melepaskan jerat tenaga dalamnya yang melibat tubuh lawannya itu, niscaya tubuh pendeta itu akan hangus terkena serangan ilmu pukulan Geledek yang dilancarkan oleh Tangki Lalang

Tat Mo Cauwsu sendiri terkesiap hatinya. Sebelum angin serangannya itu tiba, dan masih terpisah beberapa tombak dan dirinya, Tat Mo Cauwsu sudah merasakan betapa panasnya angin serangan itu. Diapun menyadarinya betapa hebatnya kekuatan tenaga dalam yang dipergunakan oleh Tangki Lalang.

Dalam keadaan seperti inilah tampak Tat Mo Cauwsu tidak bisa bersikeras terus dengan caranya menjerat Tangki Lalang mempergunakan Kiu Yang Cinkeng-nya, terpaksa Tat Mo Cauwsu menarik pulang kekuatan tenaga Kiu Yang Cinkengnya, sehingga tubuh Tangki Lalang tidak terjerat terus, dan tubuhnya telah meluncur turun ke bawah dari ketinggian beberapa tombak.

Namun memang Tangki Lalang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga ginkang yang telah sempurna, sehingga dia bisa meluncur turun dengan pesat dan ringan, dia telah hinggap dengan kedua kakinya terlebih dahulu.

Hanya saja, disebabkan Tangki Lalang tadi telah mempergunakan kekuatan tenaga Lwekangnya berkelebihan, membuat napasnya megap memburu keras sekali.

Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri telah menghela napas dalam-dalam. Pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie ini menyadari, jika pertempuran ini dilanjutkan, berarti mereka berdua akan bersama-sama terluka.

Akan tetapi dilihatnya Tangki Lalang telah menyerang sambil mengangkat kedua tangannya, siap untuk menerjang dan menyerang lagi dengan pukulan Geledeknya.

Diantara serangannya itu, kedua tangan Tangki Lalang terangkat tinggi. Namun dia tidak menyerang dengan segera, hanya bola matanya yang mencilak besar terpentang lebar.

Tat Mo Cauwsu tetap berwaspada, diam2 pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie ini berpikir, entah tipu daya apa yang ingin dipergunakan Tangki Lalang dengan berdiam diri seperti itu, ialah mengangkat sepa sang tangannya dan mata mendelik serta muka seperti meringis. Tidak lama kemudian, Tat Mo Cauwsu habis sabar. Dia berseru: “Menyeranglah, mari kita lihat, sesungguhnya kepandaian siapakah yang lebih sempurna. ”

Akan tetapi waktu Tat Mo Cauwsu berkata sampai disitu, justeru tubuh Tangki Lalang telah terhuyung maju dua langkah, kemudian rebah tengkurap.

Ternyata waktu tubuh Tangki Lalang tadi terlibat tenaga Lwekang Tat Mo Cauwsu di udara, dia telah tergempur hebat dan terluka didalam. Seluruh anggota didalam tubuhnya telah rusak dan hancur.

Hanya disebabkan perasaan penasaran saja yang membuat Tangki Lalang tidak segera putus napas, dia masih bisa mengangkat kedua tangannya guna menyerang lagi.

Begitu dia berhasil mengangkat kedua tangannya, napasnya telah putus dan berhenti, dan dia telah meninggal dunia dalam keadaan berdiri.

Dan diwaktu itulah, disaat Tat Mo Cauwsu yang menanti sekian lama orang ini tidak menyerangnya, telah menantangnya, tubuhnya Tangki Lalang telah terhembus angin dan dia rubuh rebah tidak berkutik lagi.

Melihat lawannya telah menyadari itulah kematian penasaran. Dan cepat2 Tat Mo Cauwsu telah merangkapkan sepasang tangannya, kemudian Tat Mo Cauwsu telah memuji akan kebesaran Sang Buddha. Kemudian tanpa memperdulikan semua orang yang berada disitu, Tat Mo Cauwsu telah duduk bersila untuk mengatur jalan pernapasannya.

Memang diwaktu itu Tat Mo Cauwsu juga telah terluka didalam yang tidak ringan. Hanya saja disebabkan dia memang memiliki kepandaian yang telah mencapai  puncak kesempurnaan, dengan sendirinya dia bisa bertahan. Dan setelah mengetahui lawannya terbinasa dengan cara yang mengenaskan seperti itu, ia tidak memperdulikan apa yang ada disekitarnya, karena jika ia terlambat mengatur pernapasannya, niscaya diapun akan mengalami bencana yang tidak ringan.

Dalam keadaan seperti ini Sin Han, Su Lian dan Su Tianglo tidak bisa berdiam diri saja, mereka telah melompat berdiri mengelilingi Tat Mo Cauwsu.

Mereka rupanya kuatir kalau2 disaat Tat Mo Cauwsu tengah bersemadhi mengatur jalan pernapasannya untuk memulihkan luka didalam tubuhnya, ada anak buah dari Jie Liong Kauw yang menyerang secara membokong.

Seorang yg tengah mengerahkan dan memusatkan Lweekangnya guna menyembuhkan luka didalam tubuhnya, tidak dapat terganggu oleh apapun juga, karena begitu perhatiannya terpecahkan, niscaya orang yang bersangkutan itu akan menerima bencana yang lebih hebat lagi.

Sedangkan orang2 Jie Liong Kauw sendiri telah berdiri mematung dengan hati ber-debar2 Mereka telah melihatnya dengan jelas, betapa Tangki Lalang yang memiliki kepandaian begitu tinggi masih bisa dibinasakan oleh Tat Mo Cauwsu dengan kematian yang begitu mengenaskan sekali.

Semuanya jadi ciut nyalinya, tidak seorangpun yang berani menerjang maju.

Sedangkan keadaan di sekitar tempat itu, walaupun terdapat ratusan orang, hening sekali, bagaikan tempat itu tidak ada manusia. Tat Mo Cauwsu masih tetap bersemadhi meluruskan pernapasannya.

Tidak lama kemudian dari dalam gerbang gedung itu telah keluar seseorang manusia.

Mata Sin Han terpentang lebar-lebar.

Orang yang baru keluar itu tidak lain Koko Timo.

Sebenarnya Koko Timo tengah terluka akibat pertempurannya dengan Tat Mo Cauwsu tiga hari yang lalu.

Akan tetapi dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi.

Kebetulan dia dikunjungi oleh adik seperguruannya, Tangki Lalang yang memiliki kepandaian tidak berada disebelah bawah kepandaiannya.

Demikianlah, dengan mempergunakan Lwekangnya sendiri dan ditambah dengan bantuan tenaga dalam Tangki Lalang, luka didalam tubuh Koko Timo telah dapat dilenyapkan dan disembuhkan kembali, sehingga seluruh pernapasannya dan jalan darahnya dapat berjalan dengan lancar.

Akan tetapi, walaupun begitu. Koko Timo memerlukan waktu kurang lebih satu bulan untuk memulihkan  kesehatan keseluruhannya.

Tadi dia memang telah mendengar suara ribut-2, sebenarnya Koko Timo tengah bercakap-cakap dengan adik seperguruannya itu.

Mendengar suara ribut2 dan menduga bahwa yang datang dan menimbulkan keributan diluar gedung Jie Liong Kauw itu adalah Tat Mo Cauwsu bersama Sin Han, Su Lian dan S u Tianglo, maka Tangki Lalang telah diminta oleh Koko Timo untuk mewakilinya melayani Tat Mo Cauwsu.

Tangki Lalang yang memang memiliki kepandaian tinggi dan jiwa yang sombong, segera menyataakan pada adik seperguruannya, bahwa dia akan membinasakan pendeta itu dan Koko Timo tidak perlu ikut keluar.

Begitu pun halnya dengan Koko Timo, dia memang yakin bahwa adik seperguruannya itu akan berhasil membinasakan Tat Mo Cauwsu. Bukankah tiga hari yang lalu pendeta itu telah mengadu kekuatan dan bertempur dengannya, sehingga diakhiri dengan lukanya Koko Timo. Tetapi Koko Timo yakin bahwa Tat Mo Cauwsu juga tidak luput dari terluka didalam.

Dan sekarang Tangki Lalang yang memiliki kepandaian tidak berada disebelah bawah keadaannya masih dalam keadaan segar dan semangat dan tenaganya masih dalam keadaan penuh, dengan sendirinya ia akan dapat merubuhkan Tat Mo Cauwsu.

Itulah sebabnya mengapa Koto Timo ber diam diri saja didaiara, dia tidak ikut keluar-

Siapa tahu Tangki Lalang justru menemui kematiannya dengan cara yang begitu mengenaskan sekali.

Dan setelah keadaan hening, Koko Timo-jadi heran, mengapa tidak ada anak buahnya yang melaporkan hal itu. dan juga Tangki Lalang tidak masuk menemuinya. Bukankah pertempuran telah selesai dengan keadaan yang menjadi hening seperti itu? Apakah Tangki Lalang telah terluka hebat oleh Tat Mo Cauwsu. Atau memang mereka telah ber-sama2 terluka?

Karena memiliki dugaan dan pertanyaan-pertanyaan seperti  itu,  membuat  Koko  Time  jadi  keluar  dari  dalam gedung Jie Liong Kauw untuk melihatnya sebenarnya apa yang telah terjadi.

Dikala itu, ia telah melihat jelas betapa tubuh Tangki Lalang rebah menggeletak tidak bergerak dan tidak bernapas lagi, hatinya tercekat dan hampir saja mengeluarkan suara seruan murka. Akan tetapi Koko Timo segera menguasai goncangan hatinya, karena jika dia menuruti kemarahan hatinya, sulit buat dia untuk menghadapi Tat Mo Cauwsu.

Yang membuat hatinya terhibur, dia melihat Sin Han, Su Liati dan Su Tianglo tengah berdiri di sekitar Tat Mo Cauwsu, yang kala itu tengah duduk bersemedhi, dengan mata ter pejamkan, mukanya pucat pias.

Hai itu menunjukkan bahwa pendeta tersebut tengah berada dalam keadaan terluka di dalam yang cukup parah. Dan inilah kesempatan yang paling baik buat Koko Timo. Semangatnya jadi terbangun, dia tidak mau terpengaruh dulu perasaannya oleh kematian Tangki Lalang, adik seperguruannya itu.

Dengan langkah kaki yang lebar, dia mendekati kepada Tat Mo Cauwsu.

Sejak munculnya Koko Timo, telah membuat Sin Han, Su Lian dan Su Tianglo berdebaran hati mereka. Karena jelas, mereka menghadapi kesulitan yang tidak kecil menghadapi Kauwcu dari Jie Liong Kauw ini untuk me- lindungi Tat Mo Cauwsu yang waktu itu tengah terluka didalam dan sedang berusaha memulihkan pernapasannya. Kepandaian KokoTimo sangat tinggi sekali, mereka bertiga bukan menjadi tandingan dari ketua Jie Liong Kauw tersebut. Orang-orang Jie Liong Kauw waktu melihat munculnya pimpinan mereka, seketika jadi bersorak dengan suara mengandung kegembiraan.

Mereka yakin, jika ketua mereka turun tangan, tentu Tat Mo Cauwsu akan dapat dibinasakan, untuk membalas dendam dan sakit hati Tangki Lalang.

Sedangkan Su Lian, Sin Han dan Su Tianglo akan dapat dikeroyok oleh mereka.

Waktu itu Koko Timo telah mendekati lebih jauh pada Tat Mo Cauwsu.

Sin Han yang melihat keadaan sudah tidak mengijinkan dia berdiam terus, dimana diapun tidak bisa membiarkan Koko Timo menghampiri jauh lebih dekat pada Tat Mo Cauwsu, telah melompat dan menggerakkan tangan kanannya, dia mendahului menyerang.

Tenaga serangan yang dilakukan oleh Sin Han menghandung tenaga Lweekang yang cukup hebat, karena dia menyerang dengan mempergunakan sembilan bagian tenaga dalamnya.

Mengetahui bahwa orang yang diserangnya ini memang memiliki kepandaian yang sangat sempurna sekali, dengan sendirinya membuat Sin Han tidak berayal, sekali- menyerang dia menghantam dengan pukulan yang sangat dahsyat sekali.

Sedangkan Koko Timo tetap tenang2 saja melangkah maju menghampiri terus.

Waktu kepalan tangan Sin Han menyambar ke arah dadanya, dia mengibaskan tangannya.

Kepalan tangan Sin Han tak berhasil mencapai sasaran, atas kibasan tangan dari Kauwcu Jie Liong Kauw tersebut, tangan Sin Han terpukul mencong, dan seketika hilang tenaga serangannya.

Koko Timo masih melangkah maju terus.

Walaupun terkejut, Sin Han tidak berani berayal. Dengan cepat dia menggerakkan sepasang tangannya dan menyerang lagi. Malah sekali ini, Sin Han telah menyerang dengan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.

Hebat bukan main cara menyerang yang dilakukan oleh Sin Han, namun memang dasarnya dia masih berada beberapa tingkat di bawah kepandaian Koko Timo, maka dianggapnya bukan apa2 serangan yang telah dilancarkan oleh Sin Han. Malah dengan cepat tangan kanan Koko Timo telah dikibaskan kembali.

Sin Han telah ber-siap2 sejak tadi, dia telah menduga pukulannya yang kedua kali ini, begitu dikibas oleh tangan kanan Koko Timo, akan lenyap tenaganya, maka Sin Han mengempos semangatnya, tanpa menarik pulang tangannya. dia telah menyalurkan tenaga dalamnya dan telah menyerang terus dengan kepalan tangan yang berisi tenaga Lweekang tetap sehebat tadi.

Koko Timo tertawa dingin, dan dia telah mengangkat tangan kirinya, menghantam ke arah pundak Sin Han.

“Bukkkkk” dada Koko Timo berhasil dihantam oleh pukulan Sin Han. Namun tidak urung pukulan tangan Koko Timo juga mengenai tepat sekali pundak Sin Han, sampai tubuh pemuda itu telah terpental, terapung di  tengah udara

Su Lian yang menyaksikan keadaan seperti ini menjadi terkejut kuatir, dia menerjang dan mempergunakan pedangnya menikam kepada Koko Timo. Kepandaian Su Lian tidak seberapa, mana dapat dia menyerangnya. Waktu mata pedang menyambar akan menikam dada Koko Timo, di waktu itulah tangannya telah terulurkan dan dia menjepit pedang Su Lian.

Sekali menggerakkan jari tangannya sedikit saja, pedang sigadis telah patah.

Dan berbareng dengan itu, tanpa melepaskan potongan pedang si gadis yang masih dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah tangannya, Koko Timo telah menyampok.

Tidak arnpun lagi lengan sigadis kena di sampok dan tubuhnya telah terpental keras sekali. Sambil mengeluarkan suara jeritan, Su Lian terlempar jauh sekali, hampir lima tombak, tubuhnya bergulingan di tanah.

Walaupun tidak pingsan, Su Lian tidak bisa segera bangun berdiri, karena matanya menjadi ber-kunang2 dan gelap tidak dapat melihat sesuatu apapun juga, selain bintang2 yang gemerlapan didepan matanya.

Disaat itu tampak Koko Timo telah melangkah terus menghampiri Tat Mo Cauwsu.

Su Tianglo yang menyaksikan keadaan su dah berlangsung seperti, itu, tidak memiliki pilihan lain. Walaupun dia yakin bukan merupa kan tandingan Koko Timo, akan tetapi Tat Mo Cauwsu tengah memusatkan seluruh perhatiannya untuk menyalurkan tenaga murninya guna menyembuhkan luka didalamnya dan meluruskan pernapasannya, maka Su Tiangio telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat dengan pesat sekali, demikian juga dengan kedua tangannya bergerak dengan sebat.

Karena keadaan yang mendesak, dengan sendirinya membuat  Su  Tianglo  mempergunakan  seluruh   kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya guna mengadu jiwa dengan Koko Timo

Pukulan yang dilakukan oleh Su Tianglo ternyata tidak diacuhkan oleh Koko Timo yang melangkah terus dengan langkah lebar kepada Tat Mo Cauwsu. Malah Koko Timo seperti juga tidak memandang sebelah mata padanya. Ketika pukulan itu akan tiba, dengan perlahan Koko Timo telah mengibaskan tangan kanannya.

Hebat kesudahannya.

Dengan mengeluarkan suara seruan kaget, Su Tianglo menarik pulang tangannya, karena dia merasakan tenaga serangannya telah lenyap begitu kebentur dengan tangan kanan Koko Timo. Yang membuat dia lebih terkejut lagi justeru diwaktu itu tampak betapa tenaga serangan dari Koko Timo, dari bersifat lunak, kemudian berobah menjadi keras dan kuat sekali, menerjang kepadanya, membuat napasnya jadi sesak.

Cepat2 Su Tianglo berusaha melompat mundur, guna mengelakkan diri dari tindihan tenaga Koko Timo, akan tetapi terlambat.

Tubuh Su Tianglo telah terpental, karena dia sudah kehilangan keseimbangan tubuhnya, yang melayang kemudian terbanting di tanah.

Su Tianglo masih berusaha untuk dapat menguasai dirinya, dia mencoba melompat berdiri.

Tubuhnya terhuyung dan dia akan rubuh kembali. Namun dia tetap memusatkan seluruh kekuatan yang ada padanya untuk menyerang lagi kepada Koko Timo. Tampaknya Su Tianglo memang berlaku nekad sekali.

Diantara berkesiuran angin serangan dari Su Tianglo, Koko Timo yang waktu itu telah menghampiri dekat sekali pada Tat Mo Cauwsu telah mengibaskan tangan kanannya lagi.

Tidak ampun lagi Su Tianglo terpental kembali, tubuhnya bergulingan pula di tanah. Dan kali ini dia merasakan matanya gelap berkunang2, napasnya sesak, waktu dia berusaha merangkak bangun, dia telah memuntahkan darah segar beruntun dua kali.

Tat Mo Cauwsu sendiri waktu itu tengah berada dititik penutupan. Sedikitpun dia tidak boleh terganggu oleh apapun juga yang terjadi disekitarnya.

Disaat itu pengerahan tenaga dalamnya telah berada di Tantian, dengan demikian membuat dia harus memusatkan seluruh perhatiannya pada penyaluran hawa murninya.

Jika saja dia memecahkan perhatiannya, niscaya akan membuat dia terluka didalam, karena tenaga dalam yang tengah dipusatkannya itu akan terpecah dan berarti seluruh pertahanan tubuhnya dan seluruh jalan darah ditubuhnya akan hancur dan tenaga murninya akan berbalik membahayakan dirinya. Kemungkinan dia bisa terbinasa kalau saja pemusatan tenaga dalamnya itu terpecahkan,

Sedangkan Koko Timo sendiri telah mendatangi dekat sekali padanya. Jika memang waktu itu dia melakukan penyerangan, niscaya Tat Mo Cauwsu tidak dapat memberikan perlawanan. Apalagi memang Koko Timo memiliki kepandaian yang tinggi sekali, dimana Lwekangnya memang tidak berada disebelah bawah Lwekang dari Tat Mo Cauwsu. Dengan demikian telah membuat si pendeta dalam keadaan terancam jiwanya.

Su Tianglo walaupun telah terluka didaam dan memuntahkan darah segar dua kali namun dia masih memikirkan keselamatan Tat Mo Cauwsu. Dilihatnya Koko Timo tengah melangkah maju mendekati Tat Mo Cauwsu, sehingga jelas akan membuat jiwa si pendeta terancam kematian, kalau saja Koko Timo mempergunakan kesempatan itu menyerang padanya.

Dengan mengeluarkan pekik nekad, Su Tianglo telah menjejakkan kedua kakinya. Tubuhnya telah mencelat menerjang lagi kepada Koko Timo, kedua tangannya digerakkan beruntun, mempergunakan sisa tenaga dalamnya yang masih ada padanya.

Koko Timo yang waktu itu telah menghampiri Tat Mo Cauwsu hanya terpisah beberapa tombak saja telah bermaksud mengayunkan tangannya buat menghajar Tat Mo Cauw su. Diam2 hatinya jadi girang, karena melihat sipendeta dalam keadaan tidak berdaya. Jika saja dia berhasil menghantamnya, sekali pukul saja tentu Tat Mo Cauwsu akan dapat dibinasakannya. Karena itu tanpa berayal lagi Koko Timo telah menggerakkan tangan kanan- nya, dia menghantam dengan tenaga yang telah dikerahkan seluruhnya pada telapak tangannya

Namun belum lagi Koko Tirno menggerakkan tangannya menyerang kepada cikal bakal Siauw Lim Sie yang waktu itu tengah berada didalam detik2 yang menentukan, tiba2 Koko Timo merasakan sambaran angin dari belakangnya. Sambaran itu walaupun tidak kuat sekali, namun mengincar jalan darah Tu-liang-hiatnya, jalan darah yang jika tertotok akan membawa kematian baginya.

Dengan gusar Koko Timo berseru nyaring, sebab dia merasa orang yang menyerang itu sebagai pengganggu. Disaat dia akan dapat membinasakan Tat Mo Cauwsu, justru orang ini berusaha merintanginya. Serangan itu dilakukan oleh Su Tianglo, dan memang waktu itu Su Tianglo telah nekad benar. Dia bermaksud untuk mengadu jiwanya guna melindungi Tat Mo Cauwsu. Tanpa menoleh lagi Koko Timo telah menggerakkan tangan kanannya kebelakang, tenaga dalam yang dikerahkan tadi untuk menghantam sipendeta jadi dihantamkannya kepada Su Tianglo, kemudian disusul dengan gerakan tangan kirinya.

“Bukkk Bukkkk” dua kali terdengar suara benturan yang sangat keras sekali, dan disusul dengan suara jeritan yang mengenaskan sekali.

Tubuh Su Tianglo bagai bola ditendang, terlempar jauh dan tubuhnya bergulingan beberapa tombak.

Dari mulutnya mengeluarkan darah segar, matanya mencilak keatas, napasnya tersengal-sengal wajahnya pucat pias, dan akhirnya Su Tianglo pingsan, tak sadarkan diri....

Koko Timo tidak mem-buang2 waktu lagi di melihat dari seluruh kepala Tat Mo Cauwsu itu mengucur deras sekali keringat yang menitik jatuh ke jubahnya.

Jika memang dia terlambat untuk bertindak dan Tat Mo Cauwsu sempat menyelesaikan meluruskan pernapasannya itu, niscaya sulit buat Koko Timo untuk dapat merubuhkan si pendeta, karena cikal bakal dari Siauw Lim Sie itu memang memiliki Lweekang yang berada diatasnya, karenanya, jika pendeta itu telah dapat memulihkan keadaannya, niscaya akan lebih sulit lagi untuk mengharapkan kemenangan darinya.

Karena mempunyai pemikiran seperti itu, dengan cepat Koko Timo bertindak, tanpa memandang lagi kepala Su Tianglo yang telah dibuat terpental dan pinggan, dia segera juga menghampiri pendeta Siauw Lim Sie dan menghantamkan tangan kanannya. Cakal bakal Siauw Lim Sie tengah memejamkan matanya rapat2 dan tengah menyelesaikan pengerahan tenaga dalamnya pada titik terakhir yang menentukan.

Dalam keadaan demikian, tenaga dalam yang dikerahkan Koko Timo pada serangannya itu telah meluncur kepadanya, angin dari serangan itu mendesir sangat kuat sekali.

Tat Mo Cauwsu masih memejamkan matanya, Sin Han, dan Su Lian yang menyaksikan keadaan Tat Mo Cauwsu terancam seperti itu jadi mengeluarkan seruan kuatir, mereka memandang dengan mata terpentang lebar2.

Buat menolongnya dan mencegah Koko Timo menyerang lebih jauh sudah tidak mungkin, karena jarak mereka memang terpisah jauh sekali.

Tangan Koko Timo terus meluncur dengan cepat dan Tat Mo Cauwsu masih memejamkan matanya. Angin serangan itu telah berkesiuran membuat jubah pendeta itu jadi berkibaran.

“Bukkkkkk. !” Tenaga serangan yang dilancarkan oleh

Koko Timo telah tiba pada dada Tat Mo Cauwsu.

Akan tetapi tubuh Tat Mo Cauwsu tidak bergeming dari tempatnya duduk bersemedhi, dia tetap diam tidak bergerak dan wajahnya tetap tenang dan sabar sekali, dengan dibibirnya tersungging senyuman. Bagaikan pukulan yang dilancarkan oleh Koko Timo tidak memberikan hasil apa2 dan juga tidak mendatangkan perasaan sakit padanya.

Koko Timo sendiri sangat terkejut. Semula dia yakin bahwa serangannya ini akan dapat membinasakan lawannya, akan tetapi begitu serangannya tiba pada sasarannya,   dia   menghantam   dada   yang   sekeras  baja. Dengan demikian telah membuatnya dia cepat2 menarik pulang tangannya.

Kepalannya dirasakan nyeri, disamping itu juga dia merasakan tulang2 kepalan tangannya itu bagaikan remuk waktu menghantam dada Tat Mo Cauwsu.

Sebenarnya, apa yang terjadi sehingga Tat Mo Cauwsu tidak dapat dicelakai oleh pukulan yang dilancarkan oleh Koko Timo?

Tat Mo Cauwsu rupanya telah berhasil untuk merampungkan pengerahan tenaga dalamnya, malah ketika Koko Timo tengah menyerangnya dengan pukulan yang hebat itu, ia sebenarnya telah selesai dengan pengerahan tenaga dalamnya.

Kalau saja memang Koko Timo mempergunakan waktu yang lebih cepat lagi dan tak dirintangi Su Tianglo, niscaya waktu itulah Tat Mo Cauwsu akan bercelaka ditangan Koko Timo. Namun adanya rintangan dari Su Tianglo. membuat Tat Mo Cauwsu sempat menyelesaikan pengerahan tenaga dalamnya untuk meluruskan pernapasannya, sehingga telah membuat Koko Timo gagal dengan maksudnya,

Koko Timo telah mengerahkan seluruh ke kuatan tenaga dalamnya, dimana dia telah melompat maju lagi, kedua tangannya digerakkan silih berganti, menghantam dengan kedua tangannya bergantian.

Koko Timo kali ini menyerang dengan tidak men- sia2kan waktu sedikitpun juga, sehingga dia bermaksud untuk menyerang Tat Mo Cauwsu yang waktu itu belum lagi sempat buat mengadakan penjagaan dirinya.

Dia juga memang di waktu itu, Koko Timo yakin bahwa Tat   Mo   Cauwsu   belum   sempat   memusatkan   seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dan jika sampai cikal bakal Siauw Lim Sie itu sempat berdiri, niscaya untuk merubuhkan Tat Mo Cauwsu jauh akan lebih sulit lagi.

Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri yang ketika itu masih duduk bersemadhi merasakan sambaran angin pukulan dari Koko Timo yang begitu kuat. Dia telah tersenyum dan membuka matanya mengawasi dengan sikap yang tenang sekali.

Ketika tenaga serangan dari Koko Timo tiba, tampak sipendeta telah menggerakkan tangan kanannya dan tangan kirinya ditempelkan pada sikutnya, dia mempergunakan salah satu jurus Kiu Yang Cinkeng-nya.

“Bukkkk Bukkkk Bukkk!” tiga kali terdengar suara benturan yang kuat sekali. Koko Timo merasakan jantungnya seperti berhenti berdenyut.

Dikala itu, terlihat Tat Mo Cauwsu dengan tersenyum sabar melompat berdiri. “Nah, mari sekarang kita main2. Akhirnya kau keluar juga, Koko Timo. Loceng

menginginkan kau keluar untuk menemui Loceng” Sambil berkata begitu, sang pendeta telah melangkah mendekati lawannya.

Di waktu itu hati Koko Timo telah tergoncang dan nyalinya ciut. Dia telah menyaksikan betapa kepandaian sang pendeta itu memang hebat sekali. Dengan demikian tidak mudah dia menghadapi pendeta itu, karena dia yakin bahwa kepandaiannya masih kalah satu dua urat dari cakal bakal Siauw Lim Sie tersebut. Dengan cepat dia mempersiapkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dia memusatkannya untuk menyerang lagi kepada pendeta Siauw Lim Sie itu.

“Siecu tengah terluka, seharusnya jangan terlalu mengumbar tenaga dalam seperti itu, sebab akhirnya akan membuat Siecu terluka didalam yang tidak ringan” kata Tat Mo Cauwsu sabar.

Diantara berkesiuran angin serangan yang dilancarkan Koko Timo, Tat Mo Cauwsu bukan hanya berkata seperti itu, dia telah merangkapkan kedua tangannya.

Pendeta Siauw Lim Sie memang sudah bertekad, dia ingin memunahkan kepandaian Koko Timo, karena itu dia ingin mempergunakan Kiu Yang Cinkeng-nya, untuk memunahkan seluruh tenaga Lwekang lawannya.

Begitu serangan KokoTimo tiba. dengan cepat Tat Mo Cauwsu menyambuti serangan itu dengan kedua tangan yang dirangkap dan diulurkan maju ke depan.

Luar biasa hebatnya tenaga tangkisan yang dipergunakannya, karena tubuh Koko Timo seperti juga sehelai daun kering yang dihembus angin, melayang di tengah udara, kemudian terbanting ditanah dengan diiringi suara jeritannya, lalu diam tidak bergerak, pingsan....

Waktu itu Su Lian telah melompat kedekat Su Tianglo untuk menyadarkan dari pingsannya. Sin Han juga mendekati Tat Mo Cauwsu_

“Siansu, orang ini harus dihabisi sampat disini saja, jika dibiarkan hidup, tentu akan membahayakan dunia persilatan di-waktu2 mendatang kelak” kata Sin Han.

Tat Mo Cauwsu menggeleng perlahan sambil tersenyum: “Tidak Tidak dapat Loceng bertindak dalam keadaan dia pingsan seperti itu. Biarkan sampai dia tersadar dan memberikan perlawanan lagi dalam keadaan tidak berdaya itu tidak boleh dianiaya oleh Loceng” Sabar sekali suara si pendeta yang menjadi cakal bakal Siauw Lim Sie tersebut. Sedangkan anak buah Jie Liong Kauw telah berdiri dengan semangat yang seperti terbang meninggalkan raga masing2, mereka ketakutan bukan main, nyalinya telah pecah dan juga tubuh mereka menggigil dengan lutut gemetaran. Sedangkan Jiauw Hoat berempat dengan Cin Liang, Koat jie dan Siangkoan Cie berdiri bengong dengan muka yang pucat.

Mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri, betapa Koko Timo dan Tangki Lalang telah dibuat tidak berdaya seperti itu oleh Tat Mo Cauwsu, rubuh dalam keadaan yang mengenaskan sekali. Sekarang keadaan Koko Timo masih belum diketahui dengan pasti, apakah dia masih hidup atau memang hanya pingsan. Semua anak buah Koko Timo hanya mengawasi bengong saja dengan hati yang berdebaran.

Tat Mo Cauwsu telah menoleh kepada Jiauw Hoat dan kawan-kawannya. “Siramlah kepala Kauwcu kalian dengan segayung air, dan usahakan agar dia tersadar”' perintahnya dengan suara yang sabar.

Tiauw Hoat tidak berani berayal, dia mengambil segayung air dan menyiram muka Koko Timo.

Kauwcu dari Jie Liong Kauw tersebut seketika tersadar, dan dengan mata mencilak beringas dia mengawasi Tat Mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu yang telah berada didekat Koko Timo, berkata dengan suara yang sabar dan tenang: “Kauwcu, kau tidak akan terbinasa oleh lukamu ini. Hanya saja, engkau harus dapat bertahan selama satu hari satu malam menderita kesakitan seperti itu, dimana seluruh urat dan jalan darahmu akan hancur dan seluruh kekuatan tenaga Lweekang yang telah kau latih selama puluhan tahun akan sirna dan punah, sehingga selanjutnya engkau tidak akan memiliki tenaga Lweekang lagi, dengan demikian Loceng mengharapkan agar Kauwcu di-waktu2 mendatang dapat merobah kelakuanmu itu. Maafkan, Loceng terpaksa sekali mengambil tindakan seperti ini, demi kebaikan jago-jago rimba persilatan dari kelelengasan Kauwcu”

Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu menghela nafas berulang kali, diapun mengucap pujian2 buat kebesaran Sang Buddha.

Koko Timo sendiri tengah menderita kesa kitan yang hebat, masih merintih, karena seluruh tubuhnya seperti disayat dan di-potong2. Dia menderita sekali, akan tetapi kegusaran yang menguasai diri dan hatinya masih juga tidak berkurang, dengan berang, diautara suara rintihannya Koko Timo telah mengerang ”Kau.... kau pendeta keparat.... kau telah mencelakaiku secara kejam. ”

Tat Mo Cauwsu menghela napas dalam-dalam, wajahnya muram sekali. “Janganlah Kauwcu berprasangka seperti itu, karena sesungguhnya diantara kita berdua tidak tersangkut dendam atau juga permusuhan, hanya saja semua ini demi kebaikan jago2 rimba persilatan yang kemungkinan bisa menjadi korban atas keganasan Kauwcu Itulah sebabnya Loceng memilih jalan seperti ini, yaitu tidak membinasakan Kauwcu, akan tetapi memusnahkan seluruh Lweekang dan kepandaian Kauwcu”

Muka Koko Timo tampak merah padam, akan tetapi dia telah merintih lagi. Sesaat kemudian ia mengerang lagi dan bentaknya ”Suatu saat kelak.... aku.... aku akan menuntut balas kepadamu..... pasti..... aku akan mencarimu” Dan Koko Timo telah mengerang lagi karena menahan persaan sakit yang terlalu menyiksanya.

Tat Mo Cauwsu dengan tenang telah berkata ”Jika memang  Kauwcu  mempunyai  pikiran  buat menimbulkan keonaran pula. hal itu merupakan maksud yang tidak baik, karena jika memang Loceng mempunyai maksud yang tidak baik, dapat saja Loceng membinasakan Kauwcu disaat sekarang ini, bukankah Kauwcu ini dalam keadaan tidak berdaya? Akan tetapi justru Loceng bermaksud agar Kauwcu menjadi sadar dan tidak menimbulkan keonaran lagi, walaupun kepandaian Kauwcu telah dimusnah kan, akan tetapi Kauwcu masih dapat hidup dikelak kemudian hari dengan badan yang sehat”

Akan tetapi Koko Timo tidak melayani kata-kata Tat Mo Cauwsu, dia telah mengerang lagi.

Sin Han telah maju kedepan, katanya: “Koko Timo, Tat Mo Siansu telah berlaku murah hati padamu, dengan sendirinya kau harus berterima kasih, sebab jiwamu tidak diambil dan dibinasakan. Walaupun jika memang Tat Mo Siansu membinasakanmu, itu masih pantas. Nah, kuharap kau bisa sadar dan insaf”

Koko Timo memperdengarkan suara tertawa mengejek, dia mengerang kesakitan, baru kemudian menyahuti: “Dan..... dan dengan engkaupun kelak aku akan mencari balas semua sakit hati ini harus diselesaikan”

Sin Han tertawa dingin.. “Jika memang kau masih bermaksud menuntut balas dikemudian hari, lebih baik hari ini kau dibinasakan saja” kata Sin Han dengan suara yang tawar.

Koko Timo memperdengarkan suara tertawa dingin. “Hemmm, kau bunuhlah jika memang kau ingin membunuhku. ”

Sin Han jadi mendongkol, katanya: “Manusia seperti engkau memang tidak mengenal terima kasih atas kebaikan hati   orang   lain   Hemmm,   baik,   aku   akan   memenuhi permintaanmu agar kau dibinasakan saja” Setelah berkata begitu, tampak Sin Han melangkah mendekati Koko Timo.

Akan tetapi Tat Mo Cauwsu telah mencekal lengan Sin Han, dan mencegahnya: “Jangan, biarkan dia hidup, karena seluruh kepandaiannya telah dimusnahkan, kelak diapun tidak berbahaya lagi. Mari kita pergi”

Sin Han mendelik kepada KokoTimo, katanya sengit: “Jika memang Tat Mo Siansu tidak mencegah, niscaya kau akan kubunuh”

Dan setelah berkata begitu, Sin Han mengikati Tat Mo Cauwsu untuk berlalu.

Sedangkan Su Lian dan Su Tianglo juga-telah mengikuti dari belakang.

Su Tianglo rupanya setelah beristirahat sejenak, sekarang dapat berjalan pula, walaupun dengan perlahan dan tidak terlalu cepat.

Orang-orang Jie Liong Kauw sama sekali tidak ada yang berani mencegah kepergian mereka, semuanya hanya mengawasi saja kepergian mereka itu

Jiauw Hoat berempat dengan Cin Liang, Koat Jie dan Siangkoan Cie telah menghampiri si Kauwcu mereka, guna membawa Koko Timo masuk ke dalam gedung markas mereka.

-oodwoo-

TAT MO CAUWSU setelah tiba di rumah penginapan menyatakan kepada Sin Han bertiga dengan Su Lian dan Su Tianglo, bahwa dia ingin kembali ke Siauw Lim Sie.

Urusan dengan Koko Timo telah selesai. Walaupun Koko   Timo   tidak   sampai   dibinasakannya,   akan tetapi memang dia telah dimusnahkan seluruh ilmu dan tenaga dalamnya, dengan demikian kelak dikemudian hari Koko Timo sudah tidak berarti apa2 lagi dan juga sudah tidak membahayakan lagi.

Sin Han bersama Su Lian dan Su Tianglo, berusaha menahan keinginan Tat Mo Cauwsu buat berpisah di waktu itu juga. Mereka membujuk agar Tat Mo Cauwsu mau berdiam beberapa hari bersama mereka, karena banyak yang ingin mereka tanyakan guna meminta petunjuk dari Guru Besar tersebut.

Tat Mo Cauwsu sendiri tidak keberatan dengan permintaan Sin Han bertiga, Karenanya, ia telah tinggal dirumah penginapan itu buat tiga hari lagi, dan kemudian setelah banyak menjelaskan segala hal yang menyangkut dengan urusan ilmu silat dan tenaga dalam, bagian2 mana yang masih lemah dari latihan yang diperoleh Sin Han bertiga, akhirnya Tat Mo Cauwsu merasa sudah cukup dan dia pun telah meminta diri buat berpisah.

Begitulah Sin Han bertiga, dengan Su Lian dan Su Tiangio telah mengantarkan Guru Besar itu sampai diptntu kota, dan akhirnya mereka berpisah.

Setelah melihat Tat Mo Cauwsu sudah pergi jauh, dan lenyap dari pandangan mata mere ka, Sin Han menghela napas dalam2, dia pun menggumam ”Sayang. sangat

sayang sekali”'

“Kenapa?” tanya Su Tiangio.

“Karena kita tidak bisa berkumpul lebih lama lagi dengan Tat Mo Cauwsu. Jika tidak, tentu kita akan dapat bertanya yang lebih banyak lagi. sehingga kita akan memperoleh petunjuk yang lebih berharga buat kemajuan ilmu silat kita” Su Tiangio mengangguk, sedangkan Su Lian pun memang merasa menyesal mengapa mereka tidak bisa berkumpul lebih lama lagi dengan Guru Besar itu.

“Malam ini kita harus kembali menyatroni markas Jie Liong Kauw, karena gurumu harus kita bebaskan Koko Timo telah dibuat bercacad dan tidak memiliki kepandaian lagi, sedangkan Tangki Lalang pun telah terbinasa dengan demikian sudah tidak ada orang Jie Liong Kauw yang dibuat jeri oleh kita” kata Sin Han.

Su Lian menganggung mengiyakan.

Demikianlah, malam itu mereka bekerja menyatroni markas Jie Liong Kauw.

Mereka bekerja dengan mudah dan tidak menemui rintangan apapun juga, dan malah guru Su Lian telah berhasil di bebaskan. Akhirnya Su Lian berpisah, karena dia bersama gurunya telah mengambil arah lain. Sin Han bersama Su Tiangio juga telah meneruskan perjalanan mereka buat kembali ke markas Kay-pang

Didalam perjalanan Sin Han sering mengemukakan kepada Su Tianglo, jika kelak dia memiliki kesempatan tentu ingin sekali mengunjungi Siauw Sit San buat mengunjungi Tat Mo Cauwsu, guna meminta petunjuk2 berharga dari guru besar tersebut. Su Tianglo sendiri menyatakan, jika memang Pangcu ini pergi ke Siauw Lim Sie, diapun bermaksud ikut serta guna mendengarkan petunjuk Tat Mo Cauwsu tersebut.

Sin Han tidak keberatan. Begitulah, selama dalam perjalanan Sin Han telah mempergunakan Lwekangnya, untuk membantu Su Tianglo guna mengobati luka didalam tubuhnya. Dalam waktu setengah bulan, kesehatan Su Tianglo sudah pulih seluruhnya. Mereka telah sampai di markas Kay-pang dan Sin Han sendiri segera mengatur orang2 Kay-pang itu, guna mengadakan rapat besar, sebab pihak Kay-pang bermaksud untuk membentuk cabang-cabang perkumpulan di beberapa propinsi.

Rapat besar itu dihadiri oleh semua tokoh tokoh Kay- pang.

Memang Kay-pang sekarang merupakan sebuih perkumpulan pengemis yang beranggota sangat banyak sekali, semakin lama jadi semakin besar kekuasaannya.

Sin Han sendiri seoang pemuda yang memiliki hati yang keras dan kemauan yang tinggi, dimana diapun giat sekali melatih diri, sehingga dia memperoleh kemajuan yang pesat dan dengan kecerdasan maupun kecerdikan yang dimilikinya Sin Han dapat memimpin Kay-pang sampai pada zaman jayanya.....

-oodwoo-

TAT MO CAUWSU telah tiba di Siauw Lim Sie tanpa memperoleh kesulitan apapun juga didalam perjalanannya. Malah dia merasa puas, karena selama berkelana didalam rimba persilatan dia telah banyak melakukan kebaikan. Dengan begitu dia juga puas melihat perkembangan yang ada didalam rimba persilatan. Dia yakin, selain dari Koko Timo, tidak terdapat jago2 lainnya yang memiliki kepandaian berarti, yang bisa membahayakan keselamatan orang2 rimba persilatan. Karena itu Tat Mo Cauwsu pun telah menyatakan kepada murid2nya, mungkin dalam satu dua tahun mendatang dia bermaksud pergi ke Persia dan India, untuk me-lihat2 keadaan disana. Semua murid2nya jadi terkejut, karena mereka tidak menyangka disaat usia guru besar ini sudah lanjut, terkandung maksud buat pulang dan melihat negeri asalnya.

Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Siansu terkejut dan berusaha membujuk guru mereka, agar tetap berdiam di Tionggoan. Akan tetapi Tat Mo Cauwsu tetap dengan keinginannya itu, karena adik seperguruannya yang menyampaikan perihal pergolakan yang terjadi di Persia dan India selama ditinggal Tat Mo Cauwsu, telah kembali lebih dulu ke India. Dengan demikian menurut Tat Mo Cauwsu, dia harus segera berangkat kesana menyusulnya, dimana memang Tat Mo Cauwsu telah memberikan janjinya, untuk mengatasi pergolakan yang terjadi di Persia dan di India.

“Walaupun bagaimana, Loceng harus pergi ke sana dan untuk keperluan ini, selama Loceng pergi ke India dan Persia, pimpinan di Siauw Lim Sie ini kuserahkan kepada kau, Sam Liu, agar memimpin sebaik-baiknya dan jika saja terjadi sesuatu di luar dugaan, kau harus segera mengatasinya dengan seadil dan sebaik-baiknya, dengan penuh bijaksana. Kalau memang dalam sepuluh tahun Loceng tidak kembali, berarti kedudukan Ciangbunjin kuserahkan kepadamu, Sam Liu, dan kau boleh memimpin Siauw Lim Sie ini sebaik mungkin Kukira dalam satu dua tahun mendatang akupun telah dapat menyelesaikan catatan mengenai dua macam ilmu yang kugubah, yaitu Kiu Yang Cinkeng dan Kiu Im Cinkeng, yang akan kuwariskan kepada kalian berdua. ”

Habis berkata begitu, Tat Mo Cauwsu tersenyum lebar.

Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Siansu telah berdiam diri dengan wajah yang muram. Mereka berat sekali jika harus berpisah dengan guru mereka. Tat Mo Cauwsu melihat sikap kedua muridnya itu, telah tersenyum sabar, katanya: “Sebagai seorang yang telah mensucikan diri yang per-tama2 harus dimiliki oleh kalian adalah mengendalikan dan mengekang perasaan kalian. Jika memang kalian berdua belum dapat mengendalikan perasaan kalian dan berduka jika harus berpisah dengan Loceng, bagai mana kalian dapat menjadi seorang pendeta yang baik?”

Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Siansu terbuka pikiran dan hati mereka, segera juga mereka berdua mengiyakan.

Tat Mo Cauwsu juga telah meminta mereka agar mengundurkan diri, sebab dia ingin beristirahat.

-oodwoo-

MALAM itu rembulan tergantung indah diatas langit yang cerah, karena awan bersih dan tidak memenuhi permukan langit. Angin berhembus lembut sehingga cuaca waktu itu sangat baik sekali, udara segar dan menyenang- kan sekali. Disekitar kuil Siauw Lim Sie tampak hening sekali, samar2 terdengar suara kayu Bokkie yang dipukul irama mengiringi suara pendeta-pendeta yang tengah membaca Liam-kheng. Dan juga harumnya dupa dan hio tercium menambah kesegaran disekitar Siauw Lim Sie, apa lagi dengan banyaknya pohon2 bunga yang bertumbuhan disekitar tempat itu, menyebabkan keadaan Siauw Lim Sie benar2 merupakan sebuah tempat yang akan mendatangkan kedamaian buat siapa saja yang berada disitu.

Dalam suasana yang demikian tenang, diantara bayangan pohon2 yang memang banyak sekali bertumbuhan disekitar Siauw Lim Sie sebelah barat, tampak dua  sosok  tubuh  yang  me-lompat2  dengan  gerakan yang ringan, tubuh mereka bagaikan me-layang2 di tengah udara, di mana sepasang kaki mereka tidak berpijak pada tanah.

Dilihat dari ginkang yang begitu sempurna tentunya kedua orang yang tengah me-lompat2 berlarian pesat sekali disekitar Siauw Lim Sie bukanlah sebangsa manusia sembarangan.

Setetah tiba didekat dinding dibagian belakang kuil tersebut, kedua sosok tubuh itu telah berhenti berlari. Mereka saling pandang satu dengan yang lainnya dan kemudian mengangguk.

“Kita masuk saja?” tanya salah seorang diantara mereka yang berdiri disebelah kanan, dengan suara yang parau dan dingin sekali tidak mengandung perasaan apapun juga.

“Ya.    kita masuk saja” menyahuti segera kawannya.

Diantara sinar rembulan terlibat jelas mereka  merupakan dua orang laki2 tua bertubuh kurus jangkung, demikian kurusnya, sehingga tubuh mereka begitu tipis dan jubah panjang yang mereka kenakan, masing2 berwarna bi- ru dan hijau, kebesaran dan ber-gerak2 terhembus angin,

Seperti memang telah berjanji, tubuh mereka dengan serentak mencelat ke atas dinding dan telah melompat masuk ke dalam kuil Siauw Lim Sie.

Waktu itu keadaan di dalam kuil sangat sepi, tidak terlihat seorang pendeta pun juga. Hanya pohon2 bunga yang tampak penuh di dalam kuil tersebut. Ternyata tempat yang mereka masuki itu adalah taman kuil, yang diatur indah dan bersih sekali, sehingga tempat itu merupakan sebuah tempat yang sangat menyenangkan sekali.

-oodwoo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar