JILID : XII
“TERNYATA Lo Ping Kang bukan hanya memiliki nama kosong saja” pikirnya “Karena dia memiliki kepandaian yang lumayan tingginya muridnya memiliki kepandaian seperti ini, tentu gurunya itu jauh lebih lihai Dalam beberapa jurus lagi tentu Koat Jie bisa rubuh ditangannya. Hemm, aku harus segera menghentikan pertandingan itu”
Setelah berpikir begitu, suheng Koat Jie berseru ”Hentikan Cukup”
Koat Jie waktu itu memang tengah terdesak hebat, jika dia melompat mundur menjauhi lawannya keluar kalangan, dia merasa malu pada saudara2 seperguruannya. Tetapi jika dia memberikan perlawanan terus melayani si pemuda, jelas dia akan terluka dan akan dirubuhkan pemuda itu.
Kebetulan sekali sekarang ini suhengnya telah menyerukan agar pertempur itu segera dihentikan. Dengan demikian membuat Koat Jie memperoleh kesempatan yang baik untuk keluar dari kalangan pertempuran tanpa perlu hilang muka. Gesit sekali dia melompat mundur dan menjauhi diri dari Sin Han. Sin Han juga tidak mengejarnya.
Suheng Koat Jie telah tersenyum mengejek dia melangkah mendekati Sin Han, katanya: “Ternyata kau memiliki kepandaian yang lumayan, tanganku jadi gatal dan ingin merasakan hebatnya murid Lo Ping Kang”
Sin Han tidak segera menyahuti, dia melihat orang melangkah dengan langkah kaki yang mengambang, seperti juga kedua kakinya itu tidak menginjak tanah. Dia tercekat hatinya: “Ginkang orang ini jauh lebih lihay dari Koat Jie, adik seperguruannya itu. Hmm aku harus menghadapinya dengan lebih waspada lagi”
“Aku she Siangkoan dan bernama Cie, tentu kau tidak keberatan untuk memberikan pelajaran padaku?” kata suheng Koat Jie lagi.
Sin Han mengangguk. “Boleh, mari kita main-main beberapa jurus” sahutnya.
Siangkoan Cie telah mengibaskan huncwe-nya, katanya dengan sikap yang angkuh “Kau boleh mulai menyerangku, selama tiga jurus aku tidak akan membalas menyerang”
Setelah berkata begitu, dia menghisap huncwenya, sama sekali dia tidak memperhatikan lawannya, seperti juga dia tidak memandang sebelah mata kepada Sin Han.
Waktu itu Sin Han sudah tidak berlaku sungkan- sungkan lagi, dia tahu berada diserang musuh, dan jika dia berlaku sungkan, di mana dia kelak dirubuhkan lawannya, tentu dirinya akan dianiaya berat dan hebat sekali, kemungkinan akan dibinasakan juga. Karena itu, diapun berpikir, jika saja dia bisa melawan Siangkoan Cie, yang menjadi suheng dari Koat Jie dan yang lainnya, tentu ia bisa mempergunakan Siangkoan Cie untuk mengancam orang-orang Jie Liong Kauw, untuk meloloskan diri dari tempat ini.
Segera juga Sin Hin mengempos semangatnya, dia telah mempergunakan delapan bagian tenaga Iwekangnya waktu tangan kanannya meluncur akan menghantam dada sebelah kiri dari lawannya.
Tetapi Siangkoan Cie berdiri diam di tempatnya sama sekali tidak berusaha berkelit, ia hanya mengawasi datangnya serangan dari Sin Han, di kala telapak tangan Sin Han hampir mengenai sasarannya, dia menggeser kaki kanannya sebanyak tiga kali lebih, dan waktu itulah tubuhnya cepat bukan main berkelebat ke samping Sin Han, sehingga tahu2 pukulan Sin Han jatuh mengenai tempat kosong.
Sin Han terkejut karena tahu2 ia kehilangan lawannya., yang dapat bergerak lincah. Dan Siangkoan Cie memang membuktikan janjinya dia tidak balas menyerang.
“Ayo seranglah lagi” Dia hanya berseru begitu dengan suara yang nyaring.
Siangkoan Cie ternyata memiliki kepandaian yang telah tinggi. Jika ingin di bandingkan dengan adik2 seperguruannya yang pernah bertempur dengan Sin Han, terpaut jauh sekali. Berada beberapa tingkat diatas diri kepandaian adik2 seperguruannya itu. Dan sekarang dalam segebrakan itu saja, Sin Han pun telah menyadari akan kehebatan orang she Siangkoan itu. Jelas dia tidak bisa menghadapinya sama seperti tadi ketika dia berhadapan menghadapi Koat Jie dan kedua orang saudara seperguruan Siangkoan Cie lainnya. Sekarang dia harus berlaku waspada dan juga tenaga dalam yang dipergunakannya harus benar2 penuh dan kuat, agar lawan tidak mempergunakan kesempatan itu untuk balas menyerang dengan kekuatan Iwekang yang dimilikinya. Sin Han masih memiliki dua jurus lagi, dimana dia dapat menyerang tanpa dibalas. Karenanya, ingin sekali Sin Han mempergunakan kedua jurus itu sebagai batu lompatan, yaitu menyerang sehebat- hebatnya, sebab dia bisa mempergunakan dan mencurahkan seluruh perhatian dan kekuatannya untuk menyerang lawannya, dimana dia pun tidak perlu berkuatir akan diserang oleh lawannya.
Sambil mengeluarkan suara seruan yang nyaring, tubuh Sin Han melompat dengan gesit sekali, kedua tangannya seperti juga kaki garuda, telah menyambar ke arah kepala lawannya.
Siangkoan Cie mengeluarkan suara tertawa tawar, kemudian dia mengejek: “Bagus, inilah serangan cakar bebek” dan tubuhnya bergerak dengan gesit sekali, dia menghindarkan diri dengan mudah, tubuhnya berputar dan diapun telah menyingkir ke belakang Sin Han sambil mengejek lagi: “Tinggal satu jurus selanjutnya kau harus hati-hati”
Sin Han jadi terkejut sekali, karena waktu itu Siangkoan Cie menghendakinya, tentu dapat saja dia balas menyerang, bukankah dia telah berada di belakang Sin Han.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun juga, dengan tubuh dimiringkan, waktu dia memutar tabuhnya, kedua tangannya menyambar ke arah Siangkoan Cie. Gerakannya itu merupakan ilmu simpanan yang hebat dari Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, dimana gurunya pernah memberitahukan padanya, jika memang Sin Hin menghadapi lawan yang sangat tangguh dan dia dalam keadaan terdesak, maka dia dapat mempergunakan jurus 'Anjing Mencium Kotoran dan menyepak'. merupakan jurus andalan dari pintu perguruan Kay-pang. Lo Ping Kang. Sekarang melihat Siangkoan Cie memiliki kepandaian yang tinggi sekali, gerakannya juga sangat gesit, walaupun dia tidak balas menyerang, namun Sin Han memutuskan untuk jurus yang ketiga ini dia harus dapat merubuhkan Siangkoan Cie, dan jika memang dia berhasil, aka.n segera menangkapnya, digunakan sebagai tanggungan guna memperoleh kebebasan dirinya bersama Su Lian. Jika memang Siang kong Cie dapat dibekuknya, niscaya orang2 Jie Liong Kauw tidak akan berani mengganggunya.
Siangkoan Cie melihat gerakan lawannya dia tertawa dingin, kembali dia bergerak dengan langkah mujijat yang bisa membuat dirinya bergerak dengan gesit luar biasa. Maksudnya ingin mengelakkan seperti tadi.
Tetapi dia jadi terkejut, waktu dia tengah memutar kearah samping, tangan kiri Sin Han tahu2 menyambar menutup jalannya, dan justru jari tangan pemuda itu menjurus ke jalan darah Sin-tiong-hiat dan jari telunjuknya mengincar jalan darah Ma-siang-hiat. Itulah kedua jalan darah yang sangat penting sekali.
Siangkoan Cie merandek. dia mengeluarkan seruara tertahan, dan merobah langkah kakinya, dia menggeser tubuh untuk melompat ke arah yang berlawanan. Namun tangan kanan Sin Han disana telah menanti, begitu tubuh Siangkoan Cie melompat, ia seperti menghampiri jari tangan Sio Han yung menanti untuk menotok beberapa jalan darahnya.
Kembali Siangkoan Cie terkejut. Dan terpaksa, tidak ada jalan lain lagi, dia menyampok tangan kanan Sin Han dengan Huncwenya, gerakannya memang hebat, mengandung tenaga Iwekang yang dahsyat, berkesiuran angin yang keras sekali. Sin Han tidak meneruskan serangannya, melompat mundur sambil tertawa. “Tadi kau telah berjanji, dalam tiga jurus tidak akan balas menyerang. Tapi sekarang, Justru dijurus ketiga kau telah balas menyerang dengan huncwemu itu.”
Muka Siangkoan Cie merah padam karena mendongkol dan gusar. Dia tahu, memang tadi dia telah dijebak oleh ilmu pukulan Sin Han yang aneh seperti itu, karenanya, dia dari mendongkol jadi gusar dan rnembentak ”Hmm, memang aku akan segera menyerangmu”
Dan membarengi perkataannya itu, cepat bukan main tubuhnya berkelebat, gerakan tubuhnya itu seperti kilat cepatnya, dan yang lebih luar biasa lagi adalah huncwenya yang menyambar ke arah tenggorokan Sin Han.
Sin Han tidak tinggal diam, diapun balas menyerang, Waktu huncwe lawannya menyambar, dia menyentil dengan tangan kiri dibarengi dengan tangan kanan akan menotok kedua biji mata Siangkoan Cie.
Waktu itu Siangkoan Cie tengah gusar, karena dia tidak dapat memenuhi janjinya untuk tidak membalas dalam tiga jurus. Dia duga pemuda ini dapat dihadapi dengan mudah, siapa tahu justeru pada jurus ketiga dia telah dipaksa harus menangkis. Dia jadi murka dan penasaran, kali ini dia menyerang dengan hebat sekali. Dan menyaksikan Sin Han mau menangkis malah balas menyerang juga akan menotok kedua biji matanya, Siangkoan Cie telah tertawa dingin, dia batal menyerang tenggorokan Sin Han, serulingnya diturunkan, kemudian menghantam dengan tangan kirinya.
Dari telapak tangannya meluncur tngin yang kuat berkesiuran menyerang Sin Han.
Sin Han menangkisnya, terdengar bentrokan yang keras. Sin Han terpental tiga tindak. Dia segera berusaha untuk tetap berdiri memperbaiki kuda2 kedua kakinya. Namun bara saja ia bisa berdiri tetap ditempatnya, Siang-koan Cie telah menerjang lebih kuat lagi, Huncwenya ber-kelebat2 akan menotok beberapa jalan darah Sin Han, dan tangan kirinya ber-gerak2 menghantam berulang kali dengan pukulan2 yang bisa mematikan. Dalam keadaan seperti itu, terlihat jelas Siangkoan Cie ingin mendesak Sin Han sampai tidak memiliki kesempatan untuk memberikan perlawanan.
Memang Sin Hari jadi terdesak hebat, berulang kali dia berkelit kesana-kemari, dan tubuhnya sering terhuyung. Dalam enam jurus, Siangkoan Cie belum juga berhasil merubuhkan lawannya, menambah sengit Siangkoan Cie dan ia menyerang semakin gencar.
Sin Han mengeluh. Ia tidak dapat menghadapi Siangkoan, berarti sulit buat dia bersama Su Lian meloloskan diri dari Jie Liong Kauw, Bukankah Siangkoan hanya merupakan salah seorang murid Koko Timo? Dan bagaimana jika memang menghadapi Siangkoan Cie saja dia tidak sanggup, tidak mungkin dia dapat menghadapi KokoTimo. Mungkin dalam satu atau dua jurus saja dia akan dirubuhkan.
Keringat telah memenuhi muka dan tubuh Sin Han, tetapi ia tetap bertekad untuk bertempur sampai akhir hidupnya, tidak mau menyerah, karena ia ingin memberikan perlawanan terus selama dia masih bernapas. Diingatnya, bahwa gurunya mendirikan Kay-pang dengan susah payah, dan jika sampai sekarang dia dirubuhkan Siangkoan, niscaya nama Kay-pang akan runtuh. Karena berpikir seperti itu, Sin Han telah memperhebat perlawanannya, ia seperti nekad, tubuhnya bergerak lincah kesana kemari. Dalam waktu yang singkat, ia bergerak dalam gerakan2 nekad, dimana kedua tangannya juga tiada hentinya menyerang Siangkoan Cie. Melihat lawannya jadi nekad seperti itu dan tidak memperdulikan akan serangan yang dilakukan lawannya, membuat Siangkoan harus berpikir dua kali untuk mendesak lebih jauh.
Jika memang Siangkoan Cie menyerang terus, niscaya akhirnya mereka akan terluka bersama, karena Sin Han memang telah, berlaku kalap.
Siangkoan Cie seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Sebelum menjadi murid Koko Timo, ia seorang Okpa, seorang lintah darat yang memiliki kekuasaan besar di Hunlam, dan karena itu begitu ia diterima menjadi murid KokoTimo dan menerima didikannya, dia jadi memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi. Sekarang menyaksikan lawannya nekad seperti itu, ia tidak terlalu mendesak, membiarkan Sin Han dengan serangan2nya yang semuanya dielakkan dengan mudah, dia rupanya ingin membiarkan Sin Han akhirnya kehabisan tenaganya sendiri.
Sin Han sambil ber-tubi2 menyerang juga telah berpikir, kalau memang keadaan seperti ini berlangsung terus, niscaya dia tidak akan dapat bertahan lama lagi. Dalam beberapa jurus lagi, dia akan letih sendirinya.
Untuk merobah cara bersilatnya juga tidak mungkin, karena waktu itu Sin Han sendiri rupanya telah terlibat dalam keadaan yang memaksa dia harus melayani Siangkoan Cie. Jika saja Siangkoan Cie mulai melakukan serangan balasan, niscaya akan membuatnya dia bertambah repot.
Jurus demi jurus telah lewat. Su Lian walaupun dalam keadaan tertotok telah melihat bahwa Sin Han berada dibawah angin. Tidak lama lagi kawannya itu mungkin akan dapat dirubuhkan Siangkoan Cie. Dia berkuatir bukan main. Murid Jie Liong Kauw tampak girang sekali, mereka telah memandang dengan mulut ter-senyum2, karena yakin tidak lama lagi tentu Sin Han akan dapat dirubuhkan Siangkoan Cie.
Apa yang diduga oleh murid2 Jie Liong Kauw memang benar, lewat lagi dua jurus, tubuh Sin Han seperti terhuyung akan rubuh. Dan diwaktu itu pula Siangkoan Cie telah menggerakkan tangan kanannya, menghantam punggung Sin Han dengan seruling, tangan kiri juga menghantam mempergunakan telapak tangannya itu menggempur kearah pinggang Sin Han. Tidak ampun lagi tubuh Sin Han terpental terjerunuk ke depan,
Untung saja Sin Han mempunyai ginkang yang mahir, dia bergulingan di lantai beberapa kali, kemudian melompat bangun dengan muka merah menahan sakit.
Siangkoan Cie tetap tenang dan angkuh, diapun telah berkata dengan suara mengejek: ''Mari.... mari kita teruskan”
Sin Han menyadari bahwa tubuhnya telah tergempur hebat oleh tenaga serangan lawannya, karenanya, dia tak bisa segera menyerang lagi. Namun lawannya mengejek seperti itu, maka dia jadi nekad. Dengan menahan sakit dan tidak memperdul ikan bahwa ia sesungguhnya telah terluka didalam, dia melangkah maju, untuk menyerang lagi. Namun Siangkoan Cie tetap diam ditempatnya, hanya meng.awasi saja sambil memperlihatkan senyum mengejek.
Su Lian yang menyaksikan keadaan sudah sampai begitu, menyadari bahwa Sin Han tidak mungkin dapat menyerang Siangkoan Cie, karena kalau pemuda itu memaksakan, diri untuk menyerang, niscaya akan menyebabkan dia yang terbinasa ditangan Siangkoan Cie. Untuk membantu Sin Han, Su Lian pun tidak dapat, dia dalam keadaan tertotok, tuk bisa bergerak dan tidak berdaya sama sekali, Karenanya dia telah mengawasi dengan selalu berkuatir.
Sin Han masih melangkah maju, tetapi baru dua langkah lagi, dan Siangkoan Cie dengan sorot mata yang tajam mengawasi, memperlihatkan sikap mengejek, bersiap- siap akan menyerang begitu pemuda itu menerjang, guna membinasakannya atau membuatnya terluka berat, tiba2 salah seorang murid Jie Liong Kauw menjerit, suara jeritannya begitu nyaring, tubuhnya kemudian terjungkal, rebah di lantai, dia tidak berkutik lagi.
Semua orang jadi terkejut, Siarigkoan Cie menoleh kepada murid Jie Liong Kauw yang terguling rubuh dan tampaknya sudah putus jiwa. Ternyata dia tidak lain adalah Sam Tu Song. Mukanya waktu itu seperti meringis menahan sakit yang hebat, kulit mukanya bagaikan tertarik, dan juga warna mukanya menghitam. Tubuhnya mengejang kaku tidak bergerak lagi, sepasang matanya terpentang keluar lebar2 mengenaskan sekali, memperlihatkan dia telah menemui kematian dengan cara yang hebat, menahan sakit yang luar biasa.
Bukan main murkanya Siangkoan Cie, matanya menyapu sekeliling ruangan, dia mengawasi ke atas penglarian, bentaknya dengan suara yang bengis: “Siapa yang berani main gila dengan kami dari Jie Liong Kauw? Silahkan memperlihatkan diri, jangan main sembunyi seperti itu dan main bokong”
Terdengar suara tertawa mengikik, lalu dari atas genting terdengar jawaban seseorang, yang suaranya sangat parau sekali: “Aku yang telah membunuhnya jika kau ingin menyusulnya, aku akan segera mengirimmu pergi ke akherad juga” Siangkoan Cie murka bukan main, tubuhnya bagaikan anak panah telah melesat gesit sekali, dia melompat keluar, dan begitu kakinya menginjak tanah, dia menjejak lagi dan tubuhnya melompat ke atas genting. Segera juga dia melihat, seorang berpakaian compang-camping, berusia hampir lima puluh lima tahun, tengah duduk mendeprok diatas genting dan tertawa perlahan, dialah seorang pengemis.
“Hemm” mendengus Siangkoan Cie “Tidak tahunya kaki tangan dari si pengemis muda she Sin itu?” berseru begitu, Siangkoan Cie juga melompat sambil menyerang dengan huncwenya. Dia bermaksud akan menotok pengemis tua tersebut.
Tetapi pengemis tua itu sama sekali tidak bergerak dari tempat duduknya, dia hanya mengawasi datangnya serangan tersebut. Begitu melihat huncwe Siangkoan Cie hampir tiba dia cuma mengangkat tangan kirinya, menyampok seenaknya.
“Jangan menggangguku” katanya tawar sambil tertawa perlahan.
Luar biasa. Huncwe Siangkoan Cie kena disampok sampai terlepas dari cekalannya dan diwaktu itu huncwe tersebut terpental dan jatuh dari atas genting ke tanah.
Siangkoan Cie mengeluarkan seruan kaget, dia melompat mundur dua langkah, mementang sepasang matanya lebar2 mengawasi si pengemis tua itu.
“Kau?” katanya dengan suara yang tidak lampias. Inilah pengalaman yang baru pertama kali dialaminya seumur hidupnya, senjata istimewa, yaitu Huncwenya itu, telah ke- na disampok oleh lawan sampai terlepas dari cekalannya. Yang lebih luar biasa lagi justru memang itulah jurus pertama, disaat dia menyerang pertama kali. Si pengemis tua itu telah tertawa dingin, “Manusia seperti engkau ini seharusnya menerima hukuman mati. Mengapa kau berani menghina Pangcu kami dari Kay- pang, he? Atau memang kau telah bosan hidup?”
Ditegur begitu oleh si pengemis, Siangkoan Cie mementang matanya semakin lebar, katanya: “Jadi. jadi
pemuda she Sin itu adalah Pangcu kalian dari Kay-pang?”
“Benar” mengangguk pengemis tua itu sikapnya tetap tawar dan mengejek. “Hmmm kau berani menghina Pangcu kami, juga kau berani untuk mengeluarkan katai hinaan. Karena dari itu, sekarang kau perlu diganjar dengan hukuman yang pantas. ”
Sambil berkata begitu, pengemis tua tersebut dengan sikap yang ogah2an telah berdiri dan dia meluruskan pinggangnya, terdengar suara tulang yang nyaring sekali, seperti juga dia melenyapkan rasa pegal-pegal pada ping- gangnya.
“Nah, kau bersiap-siaplah untuk menerima ganjaran dariku” kata pengemis itu.
Cepat sekali Siangkoan Cie bersiap-siap karena dia mengetahui bahwa pengemis tua itu adalah seorang pengemis yang mempunyai kepandaian yang tinggi, karena tadi waktu dia menyerang dengan huncwenya, pengemis tua itu dapat menyampoknya dan membuat huncwe itu terpental dan terlepas dari cekalannya. Hal itu telah memperlihatkan bahwa Iwekang pengemis tua ini tinggi sekali.
Yang membuat Siangkoan Cie jadi heran, mengapa pengemis yang memiliki kepandaian tinggi sekali dan jauh lebih tinggi dari kepandaian Sin Han, memanggil Sin Han dengan sebutan Pangcu. Sedangkan usia Sin Han sendiri masih terlalu muda. dan kepandaiannya beberapa tingkat dibawah kepandaian pengemis tua ini. Jika memang Pangcu Kay-pang seperti Sin Han, berarti Kay-pang bukan merupakan perkumpulan pengemis yang terlalu berarti.
Namun dengan adanya pengemis tua yang memiliki kepandaian luar biasa hebatnya itu, Siangkoan Cie jadi tidak berani memandang rendah pada Kay-pang lagi.
Saat itu, tampak si pengemis telah menghampiri dekat sekali pada Siangkoan Cie. Dengan tertawa tawar, tangan kanannya segera menyampok.
Siangkoan Cie juga bukannya memiliki kepandaian tidak berarti, ia merupakan seorang murid dari Koko Timo yang memiliki kepandaian cukup tinggi.
Jika tadi dia telah dirubuhkan dengan terpentalnya huncwenya itu, adalah akibat kecerobohannya, dimana dia sama sekali tidak menyangka bahwa pengemis tua itu memiliki kepandaian yang begitu tinggi. Dengan demikian telah membuatnya jadi lengah, dan telah menderita kekalahan hanya dalam satu jurus.
Sekarang setelah mengetahui bahwa pengemis tua itu memiliki kepandaian yang tinggi, Siangkoan Cie tidak berani memandang rendah lagi dan dia bersiap-siap dengan seluruh kepandaian yang ada padanya.
Menyaksikan tangan pengemis tua yang menyambar kepadanya, dia segera menangkisnya.
Namun Siangkoan Cie menangkis tempat kosong dan kecele, karena pengemis tua itu cepat sekali menarik kembali tangan kirinya. Malah tangan kanannya itulah yang menyerang dengan hebat. Tangan kirinya tadi rupanya hanya merupakan serangan menggertak belaka, dan serangan yang sesungguhnya adalah tangan kanannya itu. Siangkoan Cie tidak menjadi gugup. Dia memang terkejut waktu menyadari bahwa serangan tangan kiri lawannya adalah gerakan menipu dan menggertak belaka, dia cepat sekali mengempos semangatnya, menyingkir dari serangan tangan kanan si pengemis tua, kemudian tangan kanannya sendiri bergerak menghantam dahsyat sekali, angin serangan itu berkesiuran menyambar ke arah pinggang si pengemis tua.
Pengemis tua itu tertawa dingin, dia mengibas lagi dengan tangan kanannya. Terdengar ‘bentrokan'. Tangan Siangkoan Cie dapat ditangkisnya dengan kuat. Tubuh Siangkoan Cie menjadi terhuyung-huyung dua tindak ke belakang dan menginjak genteng lebih keras, sehingga genting itu pecah dan jatuh ke bawah menimbulkan suara gemerantang.
Si pengemis tua telah tertawa. “Tadi kau omong besar dengan mengatakan baawa Kay-pang hanya merupakan gerombolan pengemis yang kelaparan. Sekarang aku mau melihat, dengan mengandalkan kepandaian apa sehingga kau mempunyai nyali begitu besar berani menghina dan memaki Kay-pang, heh?” Dia setelah berkata begitu, tampak pengemis tua tersebut menggerakkan kedua tangannya, dia menyerang lagi. Kini pukulan yang dilakukannya itu jauh lebih kuat.
Sedangkan tubuh Siangkoan Cie ketika mundur beberapa langkah dengan gentingnya telah terinjak pecah, telah memusatkan tenaganya lagi. Sekarang dia melihatnya bahwa memang lawannya tersebut bukan lawan yang sembarangan. Dengan demikian dia harus melayaninya sebaik mungkin, jika memang dia tidak mau dirubuhkan oleh lawannya itu Waktu melihat si pengemis tua telah menyerangnya lagi, Siangkoan Cie mengibas dengan tangan kirinya, dia mendorong dengan telapak tangan kanannya.
Sedangkan pengemis tua tersebut cepat sekali merobah cara menyerangnya.
Jika semula ia menyerang langsung dengan kedua tangan yang digerakkan menghantam lawannya, sekarang melihat cara menangkis lawannya, ia menarik pulang tangannya, tubuhnya tahu2 melesat kesamping kiri lawan, dan dia membarengi dengan gerakan yang cepat sekali mencengkeram.
Gerakan pengemis tua itu tak bisa dielakkan lagi oleh Siangkoan Cie, dia telah kena dicekal tangan kanannya dan di cengkeram oleh pengemis tua itu, yang bermaksud akan meremas hancur tulang pergelangan tangan Siangkoan Cie.
Usaha pengemis tua itu ternyata gagal , karena disaat itu terlihat Siangkoan Cie tidak berdiam diri saja. Begitu pergelangan ta nganya tercekal, cepat bukan main tangannya yang satunya, yang masih bebas, bergerak menotok kearah biji mata si pengemis tua. Dia mengancam akan mengorek keluar biji matu dari pengemis tua itu.
Pengemis tua itu mengelakkan totokan jari tangan lawannya kearah matanya itu dengan miringkan kepalanya, namun dia masih terlambat, jari tangan Siangkoan Cie seperti mengikuti gerakannya, sehingga jari tangan itu seperti berada tetap di depan matanya. Kalau memang pengemis tua tersebut masih tidak melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Siangkoan Cie, niscaya biji matanya akan kena dicongkel keluar. Berarti Siangkoan Cie akan hancur tulang pergelangan tangannya, sedangkan pengemis tua itu akan kena dicongkel kedua biji matanya, dan selanjutnya dia akan menjadi sibuta yang tidak bisa melihat lagi
Melihat ancaman seperti itu, pengemis tua dari Kay- pang ini telah memperdengarkan suara tertawa mengejek. Tubuhnya bergerak lincah sekali, dimana dia melompat kesamping kanan. Dia melepaskan cekalannya, sehingga dia bisa menjauhi diri dari Siangkoan, dan jari tangan Siangkoan Cie yang akan menotok itu telah gagal sama sekali mengenai sasarannya.
“Hemm” mendengus pengemis tua itu. “Ternyata kau memiliki kepandaian yang lumayan. Pantas kau bicara dan berkepala besar, seperti juga didunia ini hanya engkau seorang yang memiliki kepandaian tinggi”
Siangkoan Cie berdiri diam tanpa menyahuti sepatah katapun juga, dia hanya berdiam saja menguruti pergelangan tangannya.
Sedangkan si pengemis tua telah melirik kebawah, keruangan dalam. Dilihatnya Sin Han dan Su Lian masih dikepung oleh orang orang Jie Liong Kauw. Jika Su Lian dalam keadaan tidak berdaya, dimana dia masih lemah dan tidak sanggup menghadapi anak buah Jie Liong Kauw yang telah berkumpul diruangan tersebut dan menangkapnya kembali, bahkan telah tertotok pula, sedangkan Sin Han sendiri tengah bertempur dengan lima atau enam anggota Jie Liong Kauw, dimana Sin Han berusaha memberikan perlawanan yang gigih sekali. Setiap tangannya digerakkan, maka dia bisa menyentil atau membuat senjata lawan terpental, dia juga telah merampas beberapa batang senjata lawannya. Dengan demikian, tampak Sin Han telah memberikan perlawanan yang gigih, sedangkan lawannya itu telah bertambah banyak jumlahnya, lima orang anggota Jie Liong Kauw ber-siap2 menerjang maju untuk membantui kawan2 mereka. Waktu itu, Sin Han yang bertangan kosong tetap menghadapi lawannnya itu tanpa senjata. Namun pemuda ini menyadari, jika keadaan seperti itu berlangsung terus walaupun kepandaian lawannya tiada yang melebihi dia, toh akhirnya dia akan kehabisan tenaga.
Ketiga orang sute Siangkoan Cie, yaitu Koat Jie dan dua saudara seperguruannya yang pernah bertempur dengan Sin Han, telah melompat keluar, mereka berdiri dipekarangan, mengawasi keatas genting, karena mereka ber-siap2, jika menerima perintah dari suheng mereka, yaitu Siangkoan Cie, maka mereka akan segera melompat naik ke atas genting untuk mengeroyok pengemis tua itu.
Setelah menyaksikan keadaan seperti itu, pengemis tua tersebut tertawa dingin, dia memandang tajam Siangkoan Cie katanya dengan suara mengejek: “Hemm, rupanya Jie Liong Kauw hanya pandai main keroyok saja. Kukira, walaupun Kay-pang merupakan perkumpulan pengemis- pengemis lapar, namun tidak akan serendah itu”
Sehabis berkata begitu, dengan gerakan yang ringan luar biasa, tampak pengemis tua itu telah melompat turun, diapun berseru dengan suara yang nyaring ”Pangcu, jangan kuatir, aku segera datang”
Sambil berseru begitu, tampak pengemis tua itu telah menerjang ke dalam ruangan, dia juga menggerakkan kedua tangannya, maka empat orang Jie Liong Kauw yang berada di dekat pintu masuk, telah terpental lima tombak lebih. Salah seorang diantara mereka telah terlempar sampai menabrak tembok, dan dia merasakan matanya berkunang- kunang gelap, lalu tidak sadarkan diri, pingsan.
Si pengemis bukan hanya bertindak sampai disitu saja, dia melihat enam atau tujuh orang anggota Jie Liong Kauw menerjang kepadanya sambil menggerakkan senjata tajam mereka.
“Hiu, memang Jie Liong Kauw hanya pandai main keroyok saja” berseru si pengemis. Sambil berseru begitu, sepasang tangannya bergerak lincah sekali, dia merampas senjata keenam lawannya, membuangnya ke atas dan keenam senjata itu, golok dan pedang, telah menancap dalam sekali di penglarian ruangan tersebut.
Sedangkan kedua tangan si pengemis tua ini telah bergerak dengan sebat, dalam waktu yang singkat dia berhasil melontarkan dua orang Jie Liong Kauw, sampai mereka ter-guling2 dan keempat orang lainnya telah ditendang dengan kedua kakinya itu secara bergantian, mereka sampai terpental dan bergulingan di lantai.
Tanpa membuang waktu sedikitpun juga, pengemis tua ini menyerbu ketengah ruangan, waktu itu Sin Han masih dikepung oleh orang2 Jie Liong Kauw. Pengemis tua itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, telah menggerakkan kedua tangannya. Tangan kirinya telah menjambak punggung seorang Jie Liong Kauw dia menghentak dan melemparkannya, tubuh orang itu terpental dan terbanting pingsan tidak bangun lagi. Sedangkan tangan yang satunya lagi telah mencengkeram dengan sangat keras sekali pundak dari orang Jie Liong Kauw yang berada di sebelah kanannya, dia telah menghantam dengan tangan kirinya.
Orang Jie Liong Kauw itu menjerit kesakitan. Giginya rontok, dari hidungnya mengalir darah yang deras sekali, dia telah pingsan. Si pengemis tua itu telah melemparkan orang tersebut ke lantai.
Dalam keadaan seperti itu, murid2 Jie Li ong Kauw lainnya jadi tergetar hati mereka dan melompat mundur tidak mengepung Sin Han lagi. Sin Han waktu melihat pengemis tua itu jadi berseru girang dengan muka berseri-seri: “Su Tianglo. Kau telah datang kemari juga?”
“Hanya kebetulan” menyahut pengemis tua itu, dengan tertawa. “Bukan sengaja aku mencari Pangcu, tetapi memang kebetulan sekali bertemu dengan monyet2 buduk ini yang tidak tahu diri, maka dengan lancang aku telah turun tangan menghajar mereka tanpa menantikan perintah Pangcu lagi”
“Baik, mari kita hajar monyet2 yang lainnya” menyahuti Sin Han.
Begitulah, mereka telah bergerak lagi melabrak murid2 jie Liong Kauw.
Sedangkan Siangkoan Cie yang telah melompat turun juga dan rasa sakit pada pergelangan tangannya mulai berkurang, mengajak ketiga sutenya masuk kedalam. Siangkoan Cie sempat menyaksikan beberapa orang murid2 nya telah dilemparkan dengan mudah oleh pengemis tua, Su Tianglo. Dia mengeluarkan bentakan mengandung kemarahan, tubuhnya melesat dengan cepat sekali, kedua tangannya digerakkan, yang tangan kanan menyerang menggunakan huucwenya yang telah dipungutnya kembali tadi, sedangkan tangan kirinya menghantam punggung Su Tianglo dengan kuat.
Su Tianglo merasakan menyambarnya arus serangan yang kuat sekali, dia tertawa dingin mengejek.
Tanpa menangkis, Su Tianglo melompat ke kanan, juga dia bukan hanya untuk berkelit, karena begitu dia berhasil menghindarkan diri dari serangan tersebut, dia segara menghantam dengan tangan kirinya balas menyerang. Serangan Su Tianglo bukan sembarangan serangan, karena dia menyerang dengan mempergunakan lwekang yang kuat, juga arah sasaran yang diincarnya merupakan sasaran yang bisa membawa kematian atau luka berat buat sikorban pukulan tersebut. Apalagi memang Su Tianglo telah mengetahuinya bahwa Siangkoan Cie memiliki kepandaian yang cukup tinggi, mungkin hanya kalah seurat dengannya, karena itu Su Tianglo dalam menyerang tidak berani main2, dia menyerang dengan mempergunakan lwetcang yang kuat, hampir delapan bagian, dan juga jurus dari serangannya itu dipergunakan jurus yang hebat.
Siangkoan Cie yang tengah menerjang jadi merandek, dia melihat hebatnya pukulan si pengemis tua tersebut, dia mandek dengan kedua kaki ditekuk, lalu kedua tangan diangkat dia menyanggah serangan tersebut. Dengan demikian telah membuat tenaga gempuran Su Tianglo bisa ditangkisnya kuat. Benturan yang terjadi menggetarkan tempat itu.
Sin Han sendiri sedang sibuk melayani ketiga orang sute Siangkoan Cie. Koat Jie telah menyerang dengan mempergunakan seluruh kepandaiannya, dia murka dan penasaran karena tadi telah dirubuhkan oleh Sin Han. Sedangkan kedua saudara seperguruannya itu, yang ikut mengepung Sin Han. Masing2 bernama Jiauw Hoat dan Cin Liang, telah menyerang tidak kalah hebatnya. Jika dilihat, kepandaian Jiauw Hoat yang paling tinggi diantara mereka bertiga, karena Koat Jie dan Cin Liang masih kalah seurat dibandingkan dengan Jiauw Hoat.
Sin Han sibuk juga menghadapi ketiga lawannya itu. Memang kepandaian ketiga orang Jie Liong Kauw itu, namun dia tidak bisa melayani sekaligus mereka bertiga. Jika memang seorang lawan seorang, dalam belasan jurus ia bisa merubuhkan lawannya, sekarang ini justeru mereka telah menyerang sekaligus bertiga, juga mereka bertempur seperti nekad, ilmu yang mereka gunakan juga hebat sekali, disamping memang tenaga Iwekang mereka dipergunakan seluruhnya,
Sin Han mengempos semangatnya. Pertemparan yang tadi-tadi telah meletihkan sekali
Dan kini dia diserang dan dikeroyok bertiga seperti itu oleh lawannya, membuat dia jadi terdesak dan jatuh di bawah angin. Mati2an Sin Han memberikan perlawan, namun dia selalu gagal mendesak salah seorang lawannya.
Koat Jie sendiri yang paling nekad, karena dia berulang kali menyerang tanpa rnemperdulikan keselamatan dirinya. Iapun tengah penasaran dan menyerang dengan mempergunakan seluruh tenaga dalamnya dan kepandaiannya, membuat Sin Han jadi terdesak hebat.
Su Lian yang menyaksikan hal itu jadi kuatir bukan main. Jika dia tidak dipengaruhi oieh bekerjanya racun yang pernah diberikan orang-orang Jie Liong Kauw tersebut, dia bisa membantui Sin Han. Sesungguhnya kepandaian gadis ini tidak rendah, dia seorang murid dari guru pandai yang menjadi salah seorang yang menjadi tokoh persilatan. Tetapi bekerjanya racun yang diberikan orang Jie Liong Kauw membuat ia menjadi lemas, tidak bertenaga, disamping itu. diapun tidak dapat memberikan perlawanan lagi. kepandaiannya boleh liehay, namun tanpa tenaga yang cukup kepandaiannya itu jadi tidak berarti apa apa.
Su Tianglo sendiri mengetahui bahwa keadaan Pangcunya sudah terdesak sekali dan jatuh dibawah angin, dia melihat Sin Han beberapa kali harus berkelit dengan ter- gesa2 dan jarang sekali memiliki kesempatan untuk balas menyerang. Dengan demikian membuat Sin Han harus mengempos seluruh kekuatan dan menguras keluar seluruh ilmunya, untuk menghadapi kepungan ketiga orang lawannya, toh dia masih saja gagal, dan tetap terdesak hebat.
“Aku tidak boleh mem-buang2 waktu, walaupun bagaimana aku harus cepat2 merubuhkan lawanku ini” pikir Su Tianglo.
Pengemis tua ini mengerahkan lweskangnya disalurkan kepada kedua telapak tangannya. Sambil disertai bentakan yang keras, tahu tahu kedua telapak tangannya itu didorongkan lurus, kakinya ditekuk sedikit dengan kuda2 yang kuat sekali. Angin yang menerjang Siangkoan Cie luar biasa hebatnya.
Siangkoan Cie menyerang dengan huncwe-nya, sedangkan tangan yang satunya menyambuti serangan si pengemis tua. Hal itu dilakukan oleh Siangkoan Cie terlalu berani, karena begitu tenaga mereka berbentur, dia jadi ka- get sendirinya. Kuda2 kedua kakinya telah jebol dan tergempur. Tanpa bisa ditahan lagi, dia telah terpental tiga tombak lebih. Untung saja ginkangnya telah mahir, sehingga cepat sekali dia bisa menguasai dirinya, tidak perlu sampai terbanting, dia meluncur turun dengan kedua kaki terlebih dulu, dan berdiri tegak.
Su Tianglo tidak membuang waktu lagi, begitu lawannya terpental, dia mempergunakan kesempatan tersebut menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat kearah Sin Han, tangan kanannya menyambar ke punggung Jiauw Hoat.
Jiauw Hoat juga tidak tinggal diam waktu merasakan diarah punggungnya menyambar angin serangan yang santer dan kuat, tanpa menoleh dia membungkukkan tubuhnya, tangan kanan ditekuknya, kemudian dia menyikutnya. Tentu saja sikutan itu bukan sikutan biasa, selain memang dia memilih jalan darah yang berbahaya didekat ketiak Su Tianglo, juga dia telah mengerahkan lwekang disikutnya itu. Jika seseorang terkena sikutan tersebut dan jalan darah “Eng-tie-hiat” terkena benturan sikut itu, akan menyebabkan korban sikutan itu akan terluka dalam yang parah.
Su Tianglo menyaksikan lawannya menyikut dengan cara seperti itu, dia tidak menarik pulang tangannya, hanya mengempiskan perutnya, melengkungkan tubuhnya, kemudian dia menyingkir kesamping, hingga sikut lawannya itu mengenai tempat kosong, dan hanya menyerempet disampingnya sejauh beberapa dim saja. Tangannya yang diulurkan untuk mencengkeram tetap menyambar punggung Jiauw Hoat, dia ingin mencengkeram terus.
Jiauw Hoat berusaha menghindar dengan tergesa ketika melihat bahwa sikutan tangannya tidak berhasil mengenai sasarannya, dia berusaha melompat maju guna menghindarkan diri dari cengkeraman itu. Tetapi dia gagal. Punggungnya telah kena dicengkeram kuat sekali, waktu Su Tianglo membentak keras, seketika tubuh Jiauw Hoat terlempar sampai sejauh tiga tombak.
Tubuh Jiauw Hoat melayang di tengah udara. Berbeda dengan Siangkoan Cie, yang berhasil turun dengan kedua kaki terlebih dulu, justru Jiauw Hoat telah terbanting bergulingan di lantai, dan dia kemudian melompat bangun cepat sekali. Diwaktu itulah, diapun menerjang maju lagi.
Su Tianglo sendiri waktu itu telah menyerang kepada Koat Jie. Dia rupanya mau mempergunakan kesempatan disaat dapat melontarkan Jiauw Hoat, ingin mencengkeram Koat Jie dan melontarkan pula. Namun Koat Jie telah melihat tadi saudara seperguruannya dilemparkan pengemis tua itu, karenanya sekarang waktu dirinya diserang seperti itu, cepat bukan main dia berkelit tanpa menanti serangan tiba, malah kaki kanannya cepat sekali menendang. Tendangan yang dilakukannya cepat dan kuat sekali, memaksa Su Tianglo membatalkan keinginannya mencengkeram lawannya,
Waktu sipeigemis tua membatalkan cengkeramannya, Koat Jie telah mempergunakan kesempatan itu untuk memutar tubuhnya, sambil berputar, dia juga lelah menyerang dengan tangan kanannya, yang disaluri tenaga lwekangnya sebanyak delapan bagian, mengincer bagian pundak Su Tianglo, maksudnya menggertak pengemis tua tersebut.
Su Tianglo kali ini tidak berkelit, malah dia berdiam diri untuk menerima serangan itu seperti juga dia ingin menerima serangan tangan Koat Jie.
Sambi memasang pundaknya untuk dihamtam, tangan Su Tianglo sendiri bergerak cepat sekali ke arah lawannya.
Terdengar suara “Bukkk!” yang nyaring sekali, karena pundak Su Tianglo terhajar telak sekali, namun pengemis itu telah bersiaga dia telah melapisi pundaknya dengan kekuatan tenaga dalamnya, sehingga dia berhasil menerima serangan tersebut tanpa terluka.
Tapi tangan pengemis tua itu mengenai tepat sekali dada lawannya, membuat Koat Jie terhuyung mundur sampai lima langkah.
Muka Koat Jie pucat, dia berdiri dengan tangan memegangi dadanya, sementara dia tidak menyerang lagi. Sedangkan Su Tianglo gerakkan tangan kanannya, menghantam kepada Cin Liang, gerakannya itu merupakan gerakan susulan, karena Cin Liang berada di sebelah kanannya.
Cin Liang saat itu tengah tertegun, sebab dia melihat saudara seperguruannya, saling susul telah dirubuhkan si pengemis tua, terserang hebat. Sekarang dia melihat bahwa pengemis tua itu menyerang kearah dirinya, cepat sekali dia menangkis, dengan menyampok memakai tangan kanannya.
Benturan tangan mereka terjadi dengan keras, dan masing2 telah terhuyung mundur ke belakang beberapa langkah. Jika Su Tianglo mundur tiga langkah, sedangkan Cin Liang telah mundur sampai empat langkah
Dari gebrakan yang terjadi seperti itu, mereka telah dapat melihatnya dengan jelas, bahwa kepandaian Cin Liang masih berada setingkat dibawah kepandaian Su Tianglo, karena baik ilmu silatnya maupun lwekangnya, memang Cin Liang belum dapat menandingi kepandaian si pengemis tua itu.
Sin Han yang menyaksikan hal ini jadi girang, dia tertawa nyaring, sambil teriaknya: “Su Tianglo, mari kita hajar mereka”
Membarengi dengan perkataannya itu, tampak Sin Han telah menjejakkan kaki, tubuhnya melesat dengan ringan sekali, dia telah menerjang kepada murid2 Jie Liong Kauw lainnya, gerakannya begitu cepat dan dia juga mempergunakan kedua tangannya untuk menyerang beberapa murid Jie Liong Kauw yang berdiri didekatnya, dan menghantam mereka sampai terguling. Semuanya ada lima orang, dua orang diantara mereka terguling, dan yang tiga orang segera menerjang kepada Sin Han untuk mengeroyok, Namun Sin Han menggerakkan tangan dan kakinya, kembali ketiga murid Jie Liong Kauw tersebut telah dapat dirubuhkannya. Dengan demikian, murid-murid Jie Liong Kauw yang lainnya, jadi berdiri dengan sikap ragu-ragu, karena untuk maju mereka kuatir akan menjadi korban hantaman tangan dan tendangan kaki Sin Han. Tetapi berdiam diri saja juga tidak mungkin, karena tentu akan membuat Sin Han menerjang maju kepada mereka dan malah menerjangnya.
Siangkoan Cie yang menyaksikan keadaan seperti itu telah melompat kedepan Su Tiang lo, dia membentak dengan serunya '“Pengemis keparat, akan kubinasakan dan kucincang tubuhmu”
Lalu membarengi bentakannya itu, tampak Siangkoan Cie telah menggerakkan sepasang tangannya untuk menyerang saling susul, sehingga angin serangan itu berkesiuran menderu-deru. Dalam keadaan seperti ini segera juga terlihat bahwa Siangkoan Cie mempergunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Dengan demikian telah membuat Su Tianglo harus menyambuti serangan itu dengan kekuatan sepenuhnya dan ber-sungguh2.
Dua jurus lewat tanpa benturan tangan, karena selain mengelak, pun jurus yang kedua belum lagi dapat mencapai sasaran, telah ditarik pulang pula. Dan membarengi serangan itu pada jurus ketiga, barulah tangan mereka sa- ling bentur. Dengan demikian, seketika itu juga terlihat tubuh mereka tergetar,
Siangkoan Cie mundur beberapa tindak ke belakang, untuk segera menerjang maju lagi. Dan juga tampak Su Tianglo telah melangkah mundur dua langkah, lalu menerjang maju dengan segera. Mereka saling bertempur pula. Dengan menyerang pada Su Tianglo tanpa mempergunakan huncwenya, melainkan dengan mempergunakan tangan kosong saja, membuat Siangkoan Cie terlihat lebih hebat berbahaya, karena setiap serangannya itu mengandung kekuatan tenaga lwekang yang bisa menghancurkan sebongkah batu yang besar manapun juga.
Su Tianglo sendiri tidak mau membuang buang waktu, jika dia berlaku ayal, tentu menyebabkan dirinya bisa tergempur dengan hebat sekali. Karenanya, diapun telah mengerahkan seluruh kekuatan Iwekangnya untuk me- nangkis.
Kembali tangan mereka saling bentur dan keduanya mundur pula. Namun dengan cepat keduanya telah saling tempur lagi.
Begitulah, mereka berdua telah tempur dengan seru, Tampaknya perbedaan lwekang dan kepandaian mereka memang tidak banyak, dan juga disaat itu mereka telah mengeluarkan seluruh kekuatan dan ilmu simpanan mereka, dengan sendirinya mereka bertempur dengan dahsyat, angin serangan mereka berkesiuran sangat santer sekali.
Sin Han juga sidak tinggal diam. Dia melompat kedepan dua orang murid Jie Liong Kauw, yang tengah menjagai Su Lian, lalu dengan cepat tangan Sin Han melayang menghantam, sehingga tubuh kedua orang itu telah terpental karenanya.
Segera Sin Han membebaskan Su Lian dari totokan itu, dia si gadis dapat penggerakan kaki dan tangannya sebagai mana biasa.
Dikala itu, Su Tianglo sendiri masih terlibat pertempuran dengan Siangkoan Cie, mereka tampaknya memang sulit untuk dipisahkan lagi, karena mereka mempergunakan seluruh ilmu simpannya dan bagi orang yang memiliki kepandaian tanggung-tanggung tidak mungkin dapat memisahkan mereka. Jika sampai ada seseorang yang ceroboh dan sembrono ingin memisahkan mereka, niscaya orang itu sendiri yang akan menjadi korban serangan kedua orang itu.
Sin Han melihat murid-murid Jie Liong Kauw yang berjumlah hampir seratus orang, semuanya mengambil sikap mengurung dengan senjata tajam ditangan masing- masing. Semuanya mengawasi bengis kepada Su Tianglo yang tengah bertempur, dan Sin Han maupun Su Lian. Rupanya mereka bersiap-siap disernbarang waktu menerjang maju, mengepung mengeroyok ketiga orang lawan itu.
Namun akibat adanya pertempuran yang terjadi antara Siangkoan Cie dengan Su Tianglo, membuat mereka tidak bisa mengambil tindakan dengan segera, mereka seperti menantikan isyarat atau perintah dari Siangkoan Cie.
Jiauw Hoat waktu itu telah berdiri tetap ditempatnya dengan mata memandang bengis kepada Sin Han, tampaknya dia penasaran sekali. Demikian pula halnya dengan Koat Jie dan pin Liang. Namun mereka bertiga melihat pertarungan antara Siangkoan Cie dengan Su Tianglo masih bertarung terus, dengan sendirinya mereka berdiam diri. Sebenarnya jika menuruti adatnya, Jiauw Hoat mau menerjang Sin Han untuk bertempur lagi dengan pemuda itu.
Sin Han berdiri didekat Su Lian karena dia ber-siap2 untuk melindungi gadis itu. kalau saja ada murid2 Jie Liong Kauw yang bermaksud menyerang si gadis. Keadaan waktu itu cukup tegang, dengan Su Tianglio dan Siangkoan Cie masih terlibat dalam pertempuran yang seru. Terkadang tampak Siangkoan Cie dan Su Tianglo memisahkan diri, tetapi ada kalanya mereka bertempur rapat sekali.
Rupanya memang mereka memiliki kepandaian yang berimbang. Siangkoan Cie hanya terpaut seurat saja jika dibandingkan dengan Su Tianglo.
Dalam keadaan seperti itu tiba2 terdengar suara batuk- batuk orang, dan tampaklah Siangkoan Cie telah melompat mundur dengan “berseru girang ”Suhu!”
Murid-murid Jie Liong Kauw laianyapun telah berserat
.”Kauwcu”
Dari arah dalam keluar dengan sikap angkuh dan per- lahan2 seorang laki2 bertubuh kurus tinggi, melebihi tingginya orang2 Han. Hidungnya mancung dan jenggotnya berwarna kuning emas, dengan mulut tipis dan mata yang kelabu. Dialah yang memiliki langkah kaki ringan sekali, karena hampir sama sekali Sin Han dan Su Tianglo tidak mendengar kedatangannya. Mereka baru mengetahui kedatangan manusia ini. yang dipanggil oleh orang2 Jie Liong Kauw dengan sebutan Kauwcu. Ketua itu, tentunya Kauwcu dari Jie Liong Kauw sendiri. Dialah seorang asing, dan itulah Koko Timo adanya.
Su Tianglo melihat Siangkoan Cie melompat mundur, dia tidak mengejarnya, hanya menoleh kepada orang Persia tersebut.
“Hemm, siapa yang berani mengacau di sini.” tanya orang yang bertubuh jangkung tersebut, si Kauwcu, dengan mempergunakan bahasa Han yang kaku. Matanya yang kelabu, juga telah memandang tajam kepada Sin Han, Su Tianglo dan Su Lian bergantian. “Suhu, kedua orang inilah yang berusaha, melindungi gadis kurang ajar itu.” menjelaskan Siangkoan Cie tanpa diminta. “Dan mereka berdua berasal dari perkumpulan yang belum lama lahir didalam kalangan Kangouw yaitu Kay-pang dan sipemuda keparat itu adalah muridnya Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, pendiri Kay-pang, gerombolan pengemis kelaparan itu”
Orang Persia itu meng-angguk2 beberapa kali, kemudian katanya, dengan suara yang tetap kaku, sikapnyapun tetap angkuh, matanya memain sejenak. “Apakah Lo Ping Kang tidak datang serta?” tanyanya.
Su Tianglo dan Sin Han mengetahui bahwa orang Persia itu bukan orang sembarangan. Semuanya terlihat dari keadaan dirinya, cara berjalan, matanya yang bersinar tajam itu, merupakan seorang yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Segera juga Sin Han, telah menghampiri sambil angkat tangannya dan menjura memberi hormat ”Maaf Locianpwe, bukan maksud kami mengacau disini, juga bukan maksud kami untuk menimbulkan kerusuhan, dan berani berlaku kurang ajar pada perkumpulan Locianpwe. Namun kami terbentur dengan anggota2 Jie Liong Kauw yang semuanya berusaha mencari keributan dengan kami.”
“Dusta” teriak Siangkoan Cie gusar.
Tetapi orang Persia itu menggerakkan tangannya perlahan, dia mencegah Siangkoan Cie bicara lebih jauh.
“Lalu.” kata orang Persia itu. “Jika memang kalian tidak bermaksud mengacau disini, mengapa kau bersama pengemis tua itu bertempur dengan murid2 dan cucu muridku'“
“Ini terpaksa kami lakukan pembelaan diri, karena jika sampai kami berdiam diri saja niscaya akan membuat kami menjadi bahan permainan mereka dan juga akan dijadikan bola tendang kesana kemari.Memang kami telah mendengar kebesaran nama perkumpulan Jie Liong Kauw dan kami sama sekali tidak berani untuk main gila tidak karuan” menyahuti Sin Han dengan sikap yang sabar dan sopan, namun dalam cara berkatanya, terlihat sifatnya yang keras, walaupun dia merendah, namun dia tidak memperlihatkan sikap takut pada orang Persia itu.
Orang Persia itu memang benar Kauwcu dari Jie Liong Kauw, dialah Koko Tirno. Tadi ia mendengar keributan yang terjadi diluar kamarnya, dia memperhatikannya, seperti juga orang yang tengah bertempur. Karenanya dia keluar dari kamarnya, dan menuju keruang depan tersebut, sehingga dia menyaksikan jalannya pertempuran antara Siangkoan Cie dengan Su Tianglo.
Karena ginkangnya telah mahir dan mencapai puncak kesempurnaan, dengan sendirinya telah membuat semua orang yang berada diruangan tersebut tidak mengetahui kehadirannya diruangan itu. Setelah menyaksikan sekian lama, akhirnya Koko Timo mengetahuinya, kalau saja Siangkoan Cie meneruskan pertempurannya dengan Su Tianglo sebanyak belasan jurus jagi, niscaya Siangkoan Cie yang akan dirubuhkan oleh pengemis tua tersebut. Karenanya, Koko Timo telah batuk-batuk beberapa kali, maksudnya untuk memisahkan muridnya dari Su Tianglo yang tengah terlibat dalam pertempuran sengit itu.
“Baik. Aku kagum sekali akan kepandaianmu” kata Koko Timo lagi.
“Suhu, dialah Pangcu dari Kay-pang, entah si pengemis tua itu berdusta atau tidak, dia mengatakan pemuda keparat itu adalah Pangcu dari Kay-pang” Bola mata Koko Timo memain. “Benarkah apa yang dikatakan oleh muridku itu?” tanyanya dengan angkuh.
Sin Han cepat2 menjura memberi hormat, diapun segera merendah, “Sesungguhnya itu adalah kepercayaan yang diberikan oleh saudara-saudara seperkumpulanku, yang mau mempercayai Boanpwe untuk memimpin Kay-pang”
“Luar biasa. Aku tidak menyangka dalam umur semuda kau sudah menjadi seorang Pangcu. Tentu kepandaianmu hebat sekali. Wahai pemuda yang gagah Siapa namamu? Dan siapa gurumu?”
“Boanpwe Sin Han, dan guru Boanpwe Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang“ menyahuti Sin Han.
“Jadi kedudukan Pangcu itu diberikan kepadamu oleh gurumu sendiri yang mendirikan Kay-pang itu?” tanya Koko Timo.
Sin Han mengiyakan
“Hemmm, jadi seorang Pangcu dalam Kay paog tidak diperlukan berkepandaian tinggi atau tidak, yang terpenting, dia bisa memperoleh kepercayaan dan dukungan dari anggota-anggota Kay-pang yang memilihnya sebagai seorang Pangcu. Maaf, menurut mataku yang lamur ini, inipun jika memang tidak salah, jika bicara soal kepandaian dan ilmu, engkau masih berada dibawah pengemis tua itu.”
Sin Han tersenyum, dia tidak tersinggung oleh perkataan Koko Timo seperti itu, malah dia membenarkan dengan segera. “Apa yang dikatakan oleh Locianpwe sama sekali tidak salah. Memang Su Tianglo dan juga beberapa orang Tianglo Kay-pang lainnya memiliki kepandaian diatas Boanpwe. Karena itu, Boanpwe juga perlu sekali memperoleh bimbingan dari mereka, dan hanya kebetulan saja mereka mau mempercayai Boanpwe untuk duduk sebagai Pangcu dalam Kay-pang”
“Baiklah! Karena kau sebagai Pangcu Kay-pang, tentunya kau ada harganya berurusan denganku. Nah, Sin Pangcu, aku ingin meminta pengajaran dari Sin Pangcu. Entah Sin Pangcu akan turun tangan sendiri memberikan petunjuk, atau memang Sin Pangcu akan perintahkan orang-orang Kay-pang yang sekiranya memiliki kepandaian tinggi untuk menghadapiku?”
Su Tianglo mengetahui bahwa Koko Timo memiliki kepandaian yang sangat tinggi, karena itu tidak mungkin Sin Han dibiarkan maju menghadapinya, tentu Sin Han tidak akan sanggup menghadapinya. Segera juga dia menyelak: “Jika memang Kauwcu tidak keberatan, aku ingin mewakili Sin Pangcu”. Sambil berkata begitu, tampak Su Tianglo menjura memberi hormat.
Koko Timo telah tertawa tawar, katanya: “Terserah kepada Pangcumu. Jika memang Pangcumu menyetujuinya, aku akan melayaninya. Tentu akhirnya toh Pangcumu itu harus turun tangan juga memberikan petun- juk kepadaku”
Setelah berkata begitu, sambil mengibaskan tangan kanannya, Koko Timo telah melangkah maju ke tengah ruangan, untuk mulai bertempur
Su Tianglo juga tidak berani terayal. Cepat dia melompat ke tengah ruangan, dihadapan Kauwcu dari Jie Liong Kauw.
“Harap Kauwcu berlaku murah hati terhadapku dan tidak menurunkan tangan yang terlalu keras” kata Su Tianglo. Koko Timo mengibas tangannya, katanya: “Mulai” Singkat sekali dia berkata begitu.
Su Tianglo juga tidak berlaku sungkan2 lagi, dia meloncat tiga langkah kedepan, dan tangan kanannya menyerang dengan hebat. Karena mengetahui bahwa Koko Timo adalah guru dari Stangkoan Cie, yang menjadi Kauwcu dari Jie Liong Kauw. tentu kepandaiannya jauh lebih lihai dan Siangkoan Cie, karena itu begitu menyerang, Su Tianglo telah mempergunakan sembilan bagian tenaga dalamnya. Diapun telah mempergunakan jurus yang terhebat.
Waktu itu Koko Timo tidak bergerak dari tempat berdirinya, ia menantikan pakulan itu dengan tertawa mengejek.
Su Tianglo terkejut menyaksikan lawannya sama sekali tidak berusaha berkelit. Demikian juga dengan Sin Han yang melihat bahwa Koko Timo tidak berkelit, dapat menduga tentunya ia akan menerima serangan Su Tianglo dengan mempergunakan kekerasan. Karena dari itu, dia telah berseru nyaring: “Hati kati Su Tianglo. !”
Tetapi baru saja ia berseru begitu, kepalan tangan Su Tianglo telah menghantam jitu sekali dada Koko Timo. Serangan mana menimbulkan suara benturan yang keras sekali, karena sama sekali Koko Timo tidak berkelit, dia membiarkan dadanya itu dihantam.
Suara benturan yang keras itu disusul dengan suara seruan kaget Su Tianglo, karena waktu itu dia merasa seperti memukul besi yang keras sekali, membuat kepalan tangannya itu sakit luar biasa.
Su Tianglo menyadari dengan cepat, bahwa lwekang Koko Timo telah mencapai tingkat yang sempurna, sebab dia bisa mengerahkan lwekang pada dadanya, membuat dadanya itu bagaikan lempengan besi saja, tidak mempan dihantam oleh kepalan tangan Su Tianglo walaupun sesungguhnya kepalan tangan itu di sertai oleh lwekang yang kuat sekali.
Koko Timo tertawa mengejek. “'Lwekangmu masih belum seberapa, bagaimana mungkin kau ingin menjagoi rimba persilatan dengan segala perkumpulan butut kalian?” katanya mengejek.
Su Tianglo tidak melayani ejekan itu, tanpa mengatakan apapun juga. dia telah melompat lagi kedepan. Tangan kiri dan kanannya bergerak cepat sekali, dia telah menghantam dengan tenaga Lwekang sepenuhnya, sehingga, angin serangan itu rnenderu-deru hebat dan dahsyat, membuat keadaan diruangan tersebut seperti dilanda oleh hembusan angin topan.
Semua murid-murid dari Jie Liong Kauw melihat bahwa kepandaian dan lwekang Su Tianglo memang sangat tinggi, jelas jika mereka yang harus menghadapinya, tentu tidak akan sanggup.
Sin Han sendiri berpikir, ”Jika memang aku yang harus menghadapi Koko Timo, tentu aku tidak akan sanggup, karena kepandaiannya memang sangat tinggi sekali”
Su Lian yang melihat keadaan Su Tianglo, yang gagal dengan serangan pertempuran itu, telah berkata dengan suara ragu-ragu ”Engko Han, apa kita bisa meloloskan diri dari tangan orang2 Jie Liong Kauw? Kepandaian tua bangka Persia itu memang sangat hebat. Dialah Koko Timo.”
Sin Han mengeluarkan seruan tertahan, ia mengawasi Koko Timo lebih tajam, “Pantas Tat Mo Cauwsu mengatakan bahwa Koko Timo memiliki kepandaian yang sama tingginya seperti Tat Mo Cauwsu sendiri” kata Sin Han kemudian perlahan.
“Ya” sahut Su Lian. “Itulah sebabnya, baik guruku atau juga tokoh rimba persilatan selalu dirubuhkan hanya dalam tiga jurus dan tidak berdaya sama sekali. Jika Su Tianglo tidak berhasil menghadapinya, tentu akan membuat kita memperoleh kesulitan yang besar”
Su Tianglo sendiri menyadari akan bahaya yang dihadapinya, karena gagal dengan pukulan pertamanya, maka ia menyadari bahwa lawan memiliki lwekang yang luar biasa, dan beberapa tingkat diatasnya. Su Tianglo tadi menerjang menghantam bukan dengan pukulan yang biasa, sebab disertai lwekang yang kuat sekali sekuat terjangan sepuluh ekor kuda, tapi kenyataannya Koko Timo berhasil menadahi pukulan itu tanpa mengelak, malah balas menyerang, dan dia tak kurang suatu juga, walau dadanya terhantam begitu hebat. Maka Su Tianglo sendiri yang menderita kesakitan pada kepalan tangannya,
Namun, dihadapan orang-orang Jie Liong Kauw ini, Su Tianglo tidak mau rnemperlihatkan kelemahannya begitu saja, sebab dia tengah memikul tanggung jawab yang tidak kecil buat keharuman nama besar Kay-pang, perkumpulannya.
Sambil mengempos semangatnya Su Tiang la menyerang lagi. Kepalan tangan kanannya meluncur lebih dulu, dibelakangnya menyusul kepalan tangan kirinya, angin serangan itu menderu-deru hebat sekali.
Kepalan tangan kanan Su Tianglo menghantam telak dada Koko Timo lagi. disusul kemudian tangan kirinya yang telah menghantam juga. Dengan demikian, tenaga hantaman tangan kanannya yang begitu kuat ditambah dengan tenaga pukulan dari tangan kirinya, dia bermaksud akan merubuhkan KokoTimo, sebab Koko Timo tentunya akan menyambuti serangannya itu dengan berdiam diri seperti tadi Untuk girangnya Su Tianglo, memang Koko Timo tidak bergerak dari tempatnya, tetap berdiri ditempatnya dan menerima kedua pukulannya dengan dadanya.
“Bukkkkkk” “Bukkkkk” dua kali terdengar suara pukulan dari kedua kepalan tangan Su Tianglo mengenai telak sekali pada dada dari Koko Timo. Hantaman itu membuat tubuh Koko Timo bergoyang sedikit, namun ketua Jie Liong Kauw tersebut tersenyum saja, dia membusungkan dadanya, maka yang hebat Su Tianglo sendiri, dia terpental sampai empat tombak, namun tidak sampai terpelanting, karena pengemis tua itu cepat sekali bisa menguasai dirinya.
Koko Timo tersenyum mengejek, sikapnya angkuh sekali, katanya: “Kita telah melewati dua jurus dan tinggal satu jurus lagi kau beleli menyerangku semau hatimu tanpa perlu kuatir aku balas menyerang. Nah, ayo kau seranglah sekehendak hatimu, bagian mana tubuhku yang kau pilih?”
Diejek seperti itu Su Tianglo gusar dan penasaran, dia benar benar heran dan penasaran, karena dia tadi dua kali menyerang dengan mempergunakan tenaga yang sangat dahsyat sekali, namun Koko Timo dapat menerima serangan itu dengan tak berkisar dari tempatnya, malah dia memasang dadanya, dan tidak membalas menyerang, dan dia juga tidak menangkis atau berkelit. Itulah suatu kekuat- an yang tangguh sekali, menerima serangan yang hebat, tetapi tidak mengalami sesuatu apapun juga. Celakanya buat Su Tianglo, ia yang malah merasakan kepalan tangannya sakit dan dibuat terpental begitu rupa oleh Koko Timo. Jika sekarang mau menyerang lagi, niscaya akan membuat dirinya menerima pengalaman yang lebih pahit lagi. Jika dia itu menyerang semakin hebat dan nekad, belum tentu bisa merubuhkan Koko Timo, mungkin sebaliknya dia yang akan menerima akibat pukulannya sendiri yang membuatnya bercelaka.
Akan tetapi disini terdapat soal harga diri dan partainya, yaitu Kay-pang. Jika dia memang tidak menyerang lagi, Kay-pang akan runtuh nama besarnya hanya disebabkan sikap 'pengecut'nya. Makanya setelah berdiam diri sejenak, walapun dia mengerti akan bercelaka, namun Su Tianglo toh tetap juga telah mengerahkan tenaganya pada kepalan tangannya, ia pun membentak sambil menerjang sekuat tenaganya menyerang Koko Timo.
Dengan caranya seperti itu, Su Tianglo bermaksud akan mengadu jiwa. Jika saja memang Koko Timo bermaksud akan mencelakainya, ia bersedia untuk bercelaka dengan Koko Timo. Itulah sebabnya Su Tianglo telah menyerang demikian hebat ingin mengadu jiwa.
Koko Timo yang menyaksikan cara menyerangnya lawan, mengawasi dengan tersenyum mengejek. Waktu serangannya tiba ia tidak berkelit. Seperti tadi, dia membiarkan tubuhnya dijadikan sasaran dari serangan Su Tianglo.
Sin Han dan Su Lian yang menyaksikan, jadi memandang dengan hati berdebar. Mereka menguatirkan keselamatan Su Tianglo. Karenanya Sin Han ber-siap2 untuk menerjang membantu Su Tianglo jika saja Su Tianglo itu hadapi bencana dan terancam keselamatannya.
Serangan Su Tianglo telah menyambar dekat sekali, diapun melihat betapa Koko Timo sama sekali tidak usaha berkelit, karenanya ia mengempos pula seluruh tenaganya, pikirnya: ''Hemmm, mustahil kau tidak bercelaka jika terima seranganku yang sekuat tenaga ini tanpa perlawanan sama sekali.,”
Sambil berpikir begitu, serangan Su Tianglo telah tiba didada Koko Timo.
Seperti tadi juga, begitu kepalan tangan Su Tianglo mengenai pada sasarannya, seketika itu juga tubuh Su Tianglo terpental dan terapung ditengah udara dengan menderita kesakitan pada pergelangan tangannya seperti hancur remuk.
Koko Timo sendiri waktu itu biarpun tampaknya berdiam diri, akan tetapi sesungguhnya begitu kepalan tangan lawan tiba didadanya menghantam dengan kuat, selain dia telah mengeluarkan tenaga Iwekang pada dadanya, membuat tubuh lawannya itu terpental ketengah udara, tangan kanan Koko Timo sendiri juga telah menyerang dengan sampokan yang kuat sekali. Itulah sebabnya, mengapa Su Tianglo terpental dengan keadaan terluka didalam yang tidak ringan, karena telah terhantam oleh kekuatan tenaga sampokan yang dilakukan oleh Koko Timo.
Sin Han mengeluarkan seruan gusar, dia melompat hendak menyerang Koko Timo. Sedangkan Su Lian melompat kearah tubuh Su Tianglo yang tengah meluncur akan terbanting,
Maksud Su Lian ingin menyanggapi tubuh Tianglo pengemis tua itu, agar tidak terbanting di atas lantai.
Akan tetapi belum lagi Su Lian bisa mengulurkan tangannya, diwaktu itu berkelebat dari luar sesosok tubuh dengan gerakan yang sangat ringan dan pesat sekali, sehingga Su Lian tidak bisa melihat wajah orang tersebut. Waktu itu orang yang baru muncul tersebut telah mengulurkan kedua tangannya, dia telah menyambut tubuh Su Tianglo dengan gerakan yang mudah sekali dan telah berhasil mencegah Su Tianglo terbanting diatas lantai, karena waktu dia menurunkan Su Tianglo, maka pengemis tua itu telah dapat didudukkannya dilantai.
“Omitohud Omitohud“ memuji orang yang baru datang itu dengan suara yang lembut dan sabar sekali.
Su Tianglo meringis menahan sakit, walau pun dia tidak sampai terbanting, akan tetapi dia menderita kesakitan yang hebat, karera ia terluka didalam yang tidak ringan.
Orang yang menolonginya itupun menotok beberapa jalan darah ditubuh Su Tianglo, maka perasaan sakit itu lenyap dan dia kemudian terlelap dalam tidurnya, karena hasil totokan yang telah dilakukan oleh penolongnya.
Dengan demikian, dia tidak perlu menderita kesakitan lebih jauh.
Su Lian sejak tadi jadi berdiri tertegun mengawasi orang yang telah menolong Su Tianglo. Dan dilihatnya, bahwa orang yang baru muncul itu berpakaian sebagai seorang pendeta yang sudah lanjut sekali usianya, wajahnya memerah sehat dan senyumnya yang ramah serta mata yang bersinar tajam itu, menunjukkan bahwa pendeta itu memang memiliki hati yang welas asih.
Waktu itu si pendeta telah mengucapkan pujiaanya kepada kebesaran sang Buddha, kemudian dengan suara yang sabar, dia berkata “KokoTimo, sudah lama kita tak bertemu dan sekarang justru Loceng berkesempatan lewat ditempat ini, juga dari beberapa orang sahabat kebetulan Loceng mengetahui bahwa kau berada disini. Karena itu Loceng ingin sekali bertemu untuk bercakap-cakap denganmu” -oodwoo-