Badai Di Siauw Lim Sie Jilid 11

JILID: XI

“APA kukatakan tadi, bukankah lebih baik kau menyerah secara baik-baik, tentu kau tidak mengalami kesulitan seperti ini”

“Lepaskan gadis itu jangan mengganggunya!” belum lagi Sam Tu Song selesai dengan perkataannya, telah terdengar suara orang menegurnya dengan dingin.

Sam Tu Song menoleh dengan bola mata yang mencilak bengis, dia melihat yang menegurnya adalah seorang pemuda yang memakai jubah putih penuh tambalan.

Dengan muka yang bengis, Sam Tu Song tertawa mengejek, dia berkata dengan sikap yang menyeramkan sekali “Siapa kau? Apakah kau benar2 memiliki nyali mencampuri urusanku, hee?”

Pemuda berjubah putih penuh tambalan itu tertawa tawar. “Tuan, apakah kau tidak malu mengganggu seorang gadis yang tidak berdaya seperti itu?” katanya dengan sikap yang tenang, hanya wajahnya dingin sekali. “Lepaskanlah gadis itu, baru kita bicara”

“Hemmm, enak saja kau bicara” memaki Sam Tu Song dengan sikap yang bengis, kemudian dia melihat bahwa pemuda itu mengenakan jubah yang agak aneh, dimana pemuda itu mengenakan jubah putih penuh dengan tambalan, maka dia tertawa mengejek, baru kemudian berkata lagi: “Jika kau memang seorang pelajar melarat yang  tidak  mampu  membeli  jubah  baru,  aku  bersedia menyumbangmu dua atau tiga tail, dan kau tidak perlu mencampuri urusanku”

“Tidak perlu dengan uangmu itu, aku tidak membutuhkannya” kata pemuda berjubah putih penuh tambalan itu dengan suara yang tawar. “Lepaskan gadis itu”

Kata2 terakhir dari pemuda yang seperti seorang pengemis itu, telah membuat Sam Tu Song menyadari bahwa perkataan si pemuda bukan main2 lagi, dia mendengus mengejek, tangan kanan cepat menotok Ah-hiat (urat gagu), Cin-hiat (urat atau jalan darah yang bisa membuat seseorang menjadi kaku tidak bisa menggerakan sepasang tangan dan kakinya), baru kemudian dia meletakkan si gadis menggeletak ditanah berumput itu. Dia memandang si pemuda berjubah putih penuh tambalan itu dengan bertolak pinggang, katanya bengis: “Siapa kau, yang demikian lancang berani mencampuri urusanku, heh?”

Dibentak bengis seperti itu, pemuda yang memakai jubah putih penuh tambalan itu telah melompat turun. Gerakan tubuhnya ternyata gesit sekali, tubuhnya meluncur ringan membuat Sam Tu Song terkejut juga menyaksikannya.

“Aku Sin Han. Kau juga boleh memanggilku begitu” menyahuti pemuda tersebut dengan suara yang tenang. “Nah, sekarang sudah mengetahui namaku, pergilah kau menggelinding pergi”

Muka Sam Tu Song merah padam. “Pemuda keparat, apakah kau memang sudah ingin mampus?” bentaknya bengis. '“Kau berani perintahkan aku pergi? Hemmmm, aku yang akan menghajarmu, aku akan memperlihatkan kepadamu, siapa adanya Sam Tu Song!” Setelah berkata begitu, dia melangkah menghampiri pemuda berjubah putih itu, sikapnya mengancam sekali.

Sedangkan pemuda jubah putih penuh tambalan itu, yang tidak lain dari Sin Han (Baca: Tat Mo Cauwsu), bersikap tenang saja. Dia menantikan setelah Sam Tu Song datang dekat dan menggerakkan tangan kanannya menyerang akan menghantam dadanya, Sin Han menanti- kan tangan itu sudah dekat, tahu-tahu tangan kiri Sin Han berkelebat, dan dia telah mencekal pergelangan tangan lawannya.

“Pergilah” bentak Sin Han sambil menghentak, dia telah melemparkan tubuh orang she Sam itu.

Dengan disertai oleh suara seruan kaget, tampak tubuh Sam Tu Song terpental keras dan jauh sekali, tubuhnya kemudian terbanting dan bergulingan tiga kali.

Untung saja dia jatuh di tumpukan rumput sehingga dia tidak sampai terluka.

Waktu Sin Han dengan sikap yang tenang berkata tawar: “Nah, sekarang pergilah kau menggelinding, jika tidak tentu aku akan menghajarmu lebih keras lagi”

Sam Tu Song bukannya jeri, malah jadi gusar bukan main. Tadi dianggapnya dia berlaku kurang waspada dan hati2, sehingga dia telah berhasil dilontarkan seperti itu, karenanya sekarang, begitu dia merangkak bangun, segera juga dia menjejak kedua kaki, tubuhnya mencelat menubruk kearah Sin Han, ia melakukan penyerangan yang cepat dan kuat sekali.

Menyaksikan orang seperti kalap, Sin Han memperdengarkan suara tertawa dingin. Dan begitu serangan Sam Tu Song hampir tiba, ia mengibas dengan lengan jubahnya. “Plookkk!” kepala Sam Tu Song di hantam oleh ujung lengan jubah Sin Han. Sampokan itu tampaknya perlahan sekali. Dan juga itu hanya ujung lengan jubah belaka. Namun kesudahannya sangat hebat sekali, karena Sam Tu Song merasakan kepalanya seperti dihantam oleh lempengan besi, kepalanya sampai pusing dan matanya berkunang2, seketika itu juga tubuhnya telah terkulai rubuh tertunduk di tumpukan rumput dengan mengeluh kesakitan dan perlahan.

Hal itu disebabkan pandangan mata Sam Tu Seng gelap, dia tidak bisa melihat suatu apapun juga.

Sedangkan Sin Han telah berkata dengan suara yang dingin: “Apakah kau masih belum ingin pergi”

Sam Tu Song tidak menyahuti, dia hanya mengerang dan berdiri, dia meng-goyang2kan kepalanya, tampaknya dia masih pusing.

“Jika memang kau tidak mau cepat2 angkat kaki, aku akan menghajar lebih keras lagi” mengancam pemuda itu.

Sam Tu Song telah menyadari bahwa kepandaian Sin Han memang berada diatas kepandaiannya sendiri. Dia telah melihat hanya dalam dua gebrakan dirinya telah dibuat tidak berdaya. Coba pemuda itu memang mengan- dung maksud jelek padanya, tentu dia telah dapat dibinasakan atau sedikitnya terluka di dalam yang hebat. Karena itulah Sam Tu Song tidak mendesak lebih jauh.

Setelah menggedikkan kepalanya beberapa kali, Sam Tu Song berkata dengan suara yang tawar ”Baiklah, kau telah menghalangiku, merintangi pekerjaanku Hemmm. dengan demikian kau telah mencari kesulitan untukmu sendiri. Kauwcu kami tentu tidak akan membiarkan urusan sampai disini saja” Sin Han tertawa tawar, “Siapa Kauwcumu? Dan perkumpulan kalian apa namanya dan disamping itu pula, apa saja yang dilakukan oleh Kaucumu itu? Jika dia  seorang yang tidak kenal perikemanusiaan mengambil jalan sesat, hemmm, hemmm, malah aku tertarik untuk bertemu dengannya guna menghajarnya”

Setelah berkata begitu, Sin Han memperdengarkan suara tertawa mengejek.

Sedangkan muka Sam Tu Song telah berobah merah padam, dia bilang sengit: “Baik, baik Aku akan menyampaikan segalanya pada Kauwcu ku itu. Dan kau tinggalkan nama dan gelaranmu”

Sin Han tertawa tawar. “Sudah kuberitahukan tadi, bahwa nama ku Sin Han soal gelaran, aku tidak memiliki gelaran” kata Sin Han.

Bola mata Sam Tu Sorg mencilak, dia telah melirik kepada gadis buruannya tadi, yang hampir saja dapat dibekuknya, namun telah dihalangi oleh pemuda berjubah putih ini

Dengan penuh kemendongkolan dan penasaran,  Sam Tu Song lelah berkata bengis “Baik, kau jangan meninggalkan tempat ini dulu, tidak lama aku pergi, segera aku akan kembali. Waktu itu kau akan melihatnya, siapa sebenarnya kami”

Dan setelah mengancam begitu, Sam Tu Song telah memutar tubuhnya, dia ingin menghampiri kudanya untuk berlalu.

Namun Sin Han telah membentaknya: “Tunggu dulu Kau jangan, jangan pergi. Sebutkan dulu. apa nama perkumpulan itu?” Sam Tu Song menahan langkah kakinya, dia menyahuti ”Nama perkumpulan kami Jie Liong Kauw (Sepasang Naga}”

“Hemmm, Jika demikian memang aku sangat tertarik sekali untuk bertemu dengan ketuamu itu” kata Sin Han dengan tawar. “Aku akan menantikannya. jika memang dalam beberapa waktu ketuamu itu belum datang, kalian bisa mencariku di kampung Tu-wang-cung yang letaknya tidak jauh dari tempat ini, di sebelah selatan dan hanya terpisah dua puluh lie lebih, karena aku akan bermalam di perkampungan itu”

Sam Tu Song tidak menyahuti apa2, dia telah menghampiri kudanya, dia melompat ke punggung kudanya, dan kemudian membedal kudanya, meninggalkan tempat tersebut.

Sin Han cepat2 menghampiri si gadis yang rebah diatas rumput, dia tersenyum lalu dengan suara yang ramah tanyanya: “Nona, bolehkah aku membuka totokan pada dirimu?”

Gadis itu tertotok urat Ah-hiat (urat gagu) dan Chi-hiat (urat kaku), dia tidak bisa menyahuti dan tidak bisa bergerak. Hanya kepalanya saja yang bergerak perlahan sekali, mengangguk. Itupun si gadis memaksakan diri. Matanya juga memancarkan sinar menyatakan terima kasih dengan bibir seperti tersenyum dan wajah berseri-seri.

Sin Han mengetahui, si gadis tidak keberatan jika ia menyentuh tubuh si gadis guna membebaskan gadis itu dari totokan Sam Tu Song maka ia menghampirinya dan membuka beberapa totokan di tubuh si gadis. Dengan demikian terbebaslah gadis itu dari totokan dan pengaruh totokan itu lenyap dengan berhasilnya si gadis menggerakkan sepasang tangan dan kakinya. Sambil melompat berdiri, gadis itu merangkapkan kedua tangannya, katanya: “Terima kasih atas pertolongan Inkong”

Sin Han cepat2 membalas hormat si gadis, diapun segera merendah, kemudian menambahkannya “'Sesungguhnya itu merupakan yang tidak berharga menerima ucapan terima kasih nona, karena memang sudah menjadi kewajib- anku untuk menolongi orang2 yang tengah kesulitan”

“Jika memang Siauwmoay (adik) boleh mengetahui, siapakah Inkong sebenarnya, apa she dan nama Inkong yang mulia?” tanya si gadis itu lagi.

“Aku bernama Sin Han” sahutnya. “Dan sesungguhnya aku dari Kay-pang”

“Kay-pang?” tanya si gadis sambil mementang matanya lebar2.

Sesungguhnya, memang akhir2 ini tersiar berita dalam kalangan Kangouw, bahwa telah muncul sebuah perkumpulan pengemis, Itulah hal yang aneh sekali buat semua orang yang mendengarnya, bagaimana pengemis bisa memiliki sebuah perkumpulan? Bahkan yang lebih menarik perhatian di kalangan Kangouw, justru Kay-pang merupakan perkumpulan pengemis yang seluruh pengurusnya merupakan pengemis-pengemis yang memiliki kepandaian yang tinggi luar biasa. Ilmu silat mereka sempurna dan beberapa tokoh Kay-pang memiliki kesaktian yang tidak kalah dengan tokoh-2 persilatan lainnya.

Dengan demikian, cepat sekali Kay-pang menarik perhatian semua orang gagah didalam Kangouw. Semula mereka masih menduga bahwa Kay-pang hanya merupakan sebuah perkumpulan yang biasa saja, dimana para  pengemis mengadakan perhimpunan dan mereka mendi- rikan  sebuah  perkumpulan,  jika  memang  kelak  diantara mereka salah seorang meminta derma dan orang yang dimintai derma itu tidak mau memberikannya, mereka akan mengeroyoknya. Tetapi setelah setahun lebih, ternyata Kay- pang dengan subur mengembangkan sayapnya di Tionggoan. Bukan hanya suatu perkumpulan kecil saja, karena Kay-pang memiliki cabang2nya dalam beberapa propinsi.

Dengan demikian telah membuat orang2 gagah dalam kalangan Kangouw jadi menaruh perhatian yang lebih serius lagi. Dan sangat mengejutkan lagi, beberapa orang tokoh dalam rimba persilatan yang memiliki nama besar dan disegani oleh jago2 Kangouw karena mereka memiliki kepandaian yang tinggi telah dirubuhkan oleh tokoh Kay- pang. Telah tersiar pula kabar2 mengenai kehebatan beberapa tokoh Kay-pang itu. Ada yang menceritakannya seperti juga cerita dalam dongeng2 belaka, dimana tokoh2 Kay-pang itu selalu dapat merubuhkan lawan2nya hanya dalam beberapa jurus saja.

Sekarang si gadis mecdengar bahwa Sin Han adalah salah seorang anggota Kay-pang dan melihat dari cara berpakaiannya, jubah putih yang penuh tambalan itu, membual pemuda itu memang mirip sebagai seorang pengemis.

Sin Han tersenyum melihat gadis itu seperti terkejut mendengar ia berasal dari Kay-pang. “Apakah nona jijik untuk bersahabat denganku?” tanyanya, sabar sekali si pemuda bertanya dan senyumnya tidak juga hilang, sama sekali dia tidak tersinggung.

Si gadis cepat-cepat menggeleng. “Mana berani Siauw- moy berlaku kurang ajar?” katanya cepat. “Justeru Siauw- moy girang bisa bertemu dengan seorang anggota Kay-pang yang memang akhir2 ini telah menggemparkan kalangan Kangouw” Si gadis berkata begitu dengan hati sejujurnya, karena memang ia telah menyaksikan bahwa Sin Han dengan mudah merubuhkan Sam Tu Song. Sedangkan waktu ia menghadapi she Sam itu, dia kewalahan bukan main dan telah ditawan oleh Sam Tu Song. Namun Sin Han dengan mudah telah merubuhkan Sam Tu Song dan membuat orang she Sam itu tidak berdaya sama sekali dalam beberapa jurus saja.

Sin Han tersenyum, dia bilang: “Memang kami dari Kay-pang semuanya merupakan pengemis2 belaka, dan mungkin orang2 di luar perkumpulan itu akan jijik bersahabat dengan kami Namun sesungguhnya kami memiliki cita-cita yang luhur, karena walaupun kami berpakaian sebagai pengemis, hidup sebagai pengemis, jiwa kami bukan jiwa pengemis, kami akan melakukan pekerjaan2 besar, memberantas kejahatan dan kebathilan. Hemmm, memang kami mungkin dipandang sebagai manusia2 yang mengemis akan belas kasihan orang tetapi sesungguhnya kami tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah. Dengan berpakaian sebagai pengemis, kami hanya ingin merasakan hidup sebagai manusia yang paling hina dina selama ini, paling melarat, agar kami mengetahui apa itu arti kesulitan hidup dan penderitaan maupun kesengsaraan dari kemelaratan yang ada. Dengan demikian kami dapat menyerapi dan meresapi makna kemelaratan itu sendiri, dan kami tentu akan bertindak baik pada manusia2 yang kebetulan hidup dalam kemelaratan”

Si gadis mengangguk. “Itulah cita2 yang luhur sekali.” katanya

Sin Han tersenyum, “Nona. ”

“Panggil saja namaku. Aku bernama Tang Su Lian, guruku Cung Sie Hoa” menjelaskan si gadis. Sin Han jadi mementang matanya lebar2, segera juga dia berseru perlahan: “Akh, kiranya nona. ”

Si gadis heran. “Kenapa Inkong?” tanya si gadis “Jangan memanggilku dengan sebutan Inkong, panggil

saja dengan namaku, Sin Han” kata Sin Han. Kemudian dengan sikap bersungguh-sungguh Sin Han meneruskan perkataannya: “Dan waktu kecii bukankah nona selalu dipanggil dengan sebutan Lian-jie? Tidak salah! Tidak salah! Ya, wajahmu memang tidak berobah ketika kau masih kecil dan sekarang sama saja, hanya sekarang lebih dewasa. Engkaulah Lian-jie”

Tang Su Lian heran, dia kaget bahwa pemuda ini seperti juga mengetahui nama kecilnya, dan seperti mengenalnya.

“Benar.... Memang waktu kecil aku hanya dipanggil dengan nama Lian-jie saja” mengangguk si gadis.

“Akh, nonalah yang dulu telah menolongi aku” kata Sin Han. “Waktu itu aku akan dianiaya oleh Kim Kut Mo Sat. tetapi nona telah melupakannya mungkin. ”

Si gadis tampak berpikir keras, diapun menyebut perlahan2 ”Sin Han. Sin Han. ”

Tetapi kemudian si gadis berseru ”Ya, ya, aku ingat, Kim Kut Mo Sat yang mau mencelakai kita berdua, tetapi kemudian telah datang Lo Eng Sian Bun Tai Cie Locianpwee Bukankah begitu?”

Sin Han mengangguk. Memang sejak berpisah dengan gadis cilik Lian-jie murid dari Cung Sie Hoa, Sia Han selalu teringat kepada gadis itu. Namun sejak perpisahan itu mereka tidak pernah ketemu lagi, sampai kini Sin Han telah menjadi seorang pemuda, sedangkan Lian-jie sebagai seorang gadis yang cantik jelita. Semua ini memang merupakan pertemuan yang tidak mereka sangka-sangka, setelah berpisah sekian tahun lamanya, akhirnya mere-reka telah bertemu kembali.

(Tentang pertemuan Sin Han dengan Lian-jie, atau nama lengkapnya Tang Su Lian tersebut, dapat diikuti dalam TAT MO CAUWSU Jilid 2)

“Inilah memang kebetulan sekali, dimana karena menolongimu, nona Tang, ternyata kita telah bisa bertemu kembali” kata Sin Han. “Dan sekarang terimalah ucapan terima kasih ku atas pertolonganmu beberapa tahun yang lalu. yang telah menolongi aku dari tangan Kim Kut Mo  Sat yang hendak menganiaya diriku” Setelah  berkata begitu, Sin Han merangkap sepasang tangannya memberi hormat,

Si gadis cepat-cepat mengelak. “Jangan berlaku penuh peradatan seperti itu. Inkong” kata si gadis.

Sin Han tersenyum. “Kau selalu menyebutku sebagai Ingkong, situan penolong, sedangkan waktu dulu aku telah ditolong olehmu. Jika waktu dulu kau tidak menolongku, mungkin aku sudah terbinasa ditangan Kim Kut Mo Sat dan tidak ada hari ini”

“Ya, jika memang begitu, lebih baik kita bersahabat saja dan tidak saling memanggil In-kong,” kata si gadis tersenyum.

Sin Han mengangguk. Tetapi hatinya diam-diam berpikir: “Dulu waktu masih kecil saja Lian-jie sudah memiliki kepandaian yang lumayan, namun mengapa sekarang tampaknya ilmu pedangnya tidak berarti sama sekali, sehingga terhadap seorang Sam Tu Song saja dia tidak bisa memberikan perlawanan yang baik?” Tang Su Lian waktu itu telah tertawa, dia bilang: ”Jika memang kau tidak keberatan, tentu kau bisa memberitahukan sebenarnya kau sedang melakukan perjalanan kemana?”

“Aku sedang menuju ke Siong San, tetapi malam ini mungkin aku akan singgah di Tu-wang-cung” menjelaskan Sin Han. “Nona Tang ?”

“Jangan memanggilku selalu dengan sebutan nona...

nona. panggil saja namaku“ kata si gadis.

“Baiklah no.... eh, adik Tang” kata Sin Han sambil mengangguk.

“Nah, dengan begitu kau adalah engko yang baik” kata si gadis sambil tersenyum. “Kalau memang engkau tidak keberatan, aku ingin ikut bersamamu ke Tu-wang-cung”

Sin Han mengangguk cepat. “Tentu saja boleh aku malah sangat gembira sekali dalam perjalanan bisa memiliki seorang sahabat seperti kau” katanya.

Pipi si gadis berobah merah. “Kalau memang aku tidak salah dengar, tadi kau mengatakan ingin pergi ke Siong San dan kudengar bahwa digunung itu telah didirikan sebuah pintu perguruan silat yang sangat ternama, yaitu. ”

“Siauw Lim Sie“ menyambung Sin Han.

“Tepat Memang Siauw Lim Sie sekarang ini sangat terkenal sekali” kata Tang Su Lian. “Dan yang mendirikan kuil itu adalah Tat Mo Cauwsu, benarkah itu, engko Han?”

Sin Han mengangguk. “Ya, Tat Mo Cauwsa adalah seorang pendeta sakti dari India, aku berhutang budi padanya, dulu dia pernah menolongiku, karenanya aku ingin pergi menghadapnya untuk mengunjukkan hormat padanya” menjelaskan Sin Han. “Dari sini menuju ke Siong San masih memerlukan waktu perjalanan kurang lebih dua minggu lagi” kata Tang Su Lian. “Dan untuk tiba di Siauw Lim Sie, kitapun harus mendaki gunung Siong San, karena kuil itu berada di puncak gunung tersebut”

“Jika memang kau tidak memiliki urusan penting dan kau bersedia untuk ikut ke Siauw Lim Sie guna menambah pengalaman, tentu aku senang sekali mengajakmu kesana”

Si gadis ber-seri2 sambil berseru girang, tetapi kemudian, hanya sekejap, wajahnya telah berobah murung kembali.

“Kenapa? Apakah ada sesuatu yang mempersulit kau, adik Tang?” tanya Sin Han.

Si gadis menghela napas. “Ya. kukira aku tidak bisa ikut denganmu kesana, engko Han aku sedang berurusan dengan Kauwcu Jie Liong Kauw”

“Kenapa? Apakah Jie Liong Kauw selalu mengganggumu?” tanya Sin Han sambil mengawasi si gadis dengan sikap ber-tanya2.

“Ya, justeru guruku telah dilukai oleh Kauwcu dari perkumpulan itu, dan juga aku telah dicelakainya.” setelah berkata begitu, si gadis memandang pada Sin Han, lalu katanya: “Tidakkah kau tadi melihatnya, engko Han, betapa lemahnya aku dan tak bisa memberikan perlawanan walaupun hanya terhadap seorang Sam Tu Song. Kepandaianku seperti punah, karena aku telah diberikan semacam racun oleh Kauwcu Jie Liong Kauw tersebut, membuat seluruh tenagaku lenyap dan aku seperti kehilangan tenaga dan kepandaian dengan demikian aku tidak dapat memberikan yang berarti walaupun hanya kepada seorang Sam Tu Song saja“ Mendengar perkataan, si gadis itu, Sin Han memandang terkejut. “Kalau begitu, Kauwcu dari Jie Liong Kauw itu sangat jahat. Siapakah dia?”

“Dia orang asing, aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Ia seorang yang memiliki kepandaian yang hebat sekali, menurut cerita orang2 yang pernah bertempur dengannya, kepandaiannya itu dahsyat sekali, karena boleh dibilang tidak ada orang yang sanggup menandinginya. Umumnya dia merubuhkan lawannya tidak lebih dari tiga jurus. Guruku juga telah dirubuhkannya dalam waktu tiga jurus”

“Begitu hebatkah kepandaiannya?” memo tong Sin Han.

“Ya, justeru kepandaiannya begitu hebat, dia malang melintang tanpa lawan.” kata si gadis sambil mengangguk. “Dan juga, ia telah mengembangkan pengaruhnya dengan perkumpulannya itu, di mana dia memiliki banyak sekali murid2nya yang pandai. Aku telah ditawan oleh salah seorang muridnya dan telah diberi racun sehingga kepandaian dan semangatku seperti juga punah. Dengan demikian, untuk selanjutnya menghadapi seorang seperti Sam Tu Song saja aku tidak sanggup, selama aku belum memperoleh obat pemunah racunnya, tentu untuk selamanya kepandaianku itu punah, dan kemungkinan selewatnya dua tahun lagi, walaupun aku memperoleh pemunah racun itu, toh sudah, terlambat. ”

“Ohhh, manusia seperti itu harus diberantas” menggumam Sin Han.

“Tetapi justru dia sangat lihai sekali” kata si gadis lagi. “Dia seorang Persia, menurut kata-kata orang yang tahu dan juga cerita dari guruku mengenai dia, orang Persia itu yang menjadi Kauwcu Jie Liong Kauw adalah Koko Timo”

“A. apa?” berseru Sin Han terkejut bukan main. “Ya, yang menjadi Kauwcu perkumpulan Jie Liong Kauw tersebut adalah Koko Timo” menegaskan si gadis. “Apakah kau kenal dengannya dan pernah bertemu dengannya?”

Sin Han menggeleng perlahan, katanya kemudian ragu2 ”Berternu dengannya tidak pernah, tetapi aku pernah mendengar tentang dirinya itu malah aku mendengarnya Tat Mo Cauwsu, yang menceritakan bahwa Koko Timo adalah seorang iblis sangat jahat sekali, dimana tidak ada satupun dari kejahatan yang tidak dilakukannya”

“Benar Memang dia terlalu jahat sekali, dia merupakan iblis yang buas. Guruku bertemu dengan muridnya, yang juga diumbar melakukan berbagai kejahatan, maka guruku itu jadi bermusuhan dengannya dan bentrok dengan Koko Timo. Tetapi siapa sangka bahwa orang Persia itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi, disamping memang ilmunya juga sangat aneh sekali, sehingga dalam tiga jurus guruku telah dicelakainya..”

“Apakah.... apakah gurumu juga terbinasa ditangannya?” tanya Sin Han penuh semangat.

“Tidak hanya terluka parah Walaupun tidak terbinasa ditangan Koko Timo, namun mati tidak hiduppun tidak? Selamanya guruku itu akan menjadi manusia bercacad. Itulah kejahatan yang melampaui batas. Sengaja Koko Timo melukai korban2nya dengan caranya yang aneh, yaitu dia melenyapkan seluruh kepandaian korbannya itu, lalu melukai seluruh tubuhnya dengan memutuskan otot-otot di tubuh korbannya itu, sehingga orang yang menjadi korbannya Koko Timo, selanjutnya tidak dapat untuk menggerakkan tangan maupun kakinya.”

“Ohhh, kejam sekali” “Akupun telah nekad karena kekejamannya seperti itu, aku telah sengaja mendatangi sarangnya. Siapa tahu, berhadapan dengan muridnya saja, aku tidak sanggup. Aku telah rubuh dan ditawan, kemudian diberikan semacam racun yang dipiksa untuk diminumkan padaku sehingga tenagaku lenyap dan kepandaianku seperti punah dengan demikian aku tidak kuat untuk memberikan perlawanan pada siapa pun juga yang kepandaiannya lemah”

“Lalu, Sam Tu Song itu masih terhitung apanya Koko Timo?” tanya Sin Han.

“Dia cucu muridnya Koko Timo. Dia murid dari muridnya Koko Timo” menjelaskan si gadis.

“Pantas Kukira murid Koko Timo seperti itu” kata Sin Han. “Lalu bagaimana caranya kau bisa meloloskan diri dari tangan mereka, sehingga bisa meninggalkan sarangnya Koko Timo begitu jauh?”

“Itulah terjadi karena kebetulan saja” menyahuti si gadis. “Waktu itu yang mengadakan pengawalan dikamar tahananku adalah Sam Tu Song, dia memang seorang yang ceriwis yang selalu ter-gila-gila pada paras cantik. Sengaja aku merayunya, dia menduga aku memang ber-sungguh2, maka dia sengaja membebaskan aku dan mengajak aku kekamarnya. Dalam perjalanan, aku telah melarikan diri darinya, meloloskan diri dengan ter-gesa2 dan kuda yang kupergunakan ini adalah kudanya salah seorang murid Koko Timo. Tetapi siapa tahu. Sam Tu Song telah berhasil mengejarku Jika saja tidak kebetulan ada kau, engko Han, tentu aku dapat ditawannya kembali”

Sin Han mengangguk sambil mengerutkan sepasang alisnya, katanya: “Jika demikian, biarlah aku menunda perjalananku ke Siong San, kita pergi dulu ke sarangnya Koko Timo” “Tetapi Koko Timo memiliki kepandaian yang luar biasa, jarang ada orang yang dapat menandinginya. Jika kita berdua pergi ke sarangnya, sama saja seperti kita mengantarkan jiwa dengan percuma”

Sin Han berpikir lagi sejenak, sampai akhirnya dia berkata dengan sikap yang ragu2: ''Memang Tat Mo Cauwsu pernah memberitahukan, selain Tat Mo Cauwsu sendiri, jarang ada orang yang bisa menandingi Koko Timo. Menurut Tat Mo Cauwsu, justeru dia dulu tengah mencari jejak Koko Timo. Mungkin selama ini dia tidak berhasil mencari jejak orang Persia itu. Dan dia juga pernah mengatakan bahwa kepandaian Koko Timo memang setingkat dengan kepandaiannya Nah, kau tentu bisa membayangkan, jika memang Tat Mo Cauwsu kini merupakan orang yang memiliki kepandaian silat nomor satu di daratan Tionggoan ini, lalu bagaimana dengan kepandaian Koko Timo itu. Tetapi tentu saja kita menyatroni sarangnya itu jangan berterang. Kita berusaha untuk membasmi mereka dengan mempergunakan berbagai akal”

“Tidak mungkin. Selama kepandaian kita belum dapat menandingi kepandaian Koko Timo, tidak nantinya kita bisa berhasil menumpas mereka, karena dari itu, lebih baik kita pergi ke Siong San dulu, kita meminta pendapat Tat Mo Cauwsu”

Sin Han setuju, lalu tanyanya: “Bagaimana dengan janjiku pada Sam Tu Song? Bukankah tidak lama lagi dia akan datang kemari atau akan menyusul ke Tu-wang-cung”

Sigadis telah tersenyum tawar. “Janji itu tidak perlu kita penuhi. Sam Tu Song sebangsa manusia macam apa. mengapa kita harus melayaninya?” kata Tang Su Lian menasehati. Sin Han menggelengkan kepalanya. “Tidak, kau tidak boleh melanggar janji. Walaupun dia seorang yang rendah, namun tidak dapat kita akan ingkar janji, sehingga kelak bisa akan jadi tertawaan orang2 gagah“

“Dia tentu datang dengan gurunya atau saudara2 seperguruannya yang lain.” kata Su Lian.

“Aku tidak takut” menyahuti Sin Han.

Si gadis tersenyum lebar. “Aku percaya, kau memang memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi masih bagus jika yang datang itu hanya guru Sam Tu Song atau juga saudara seperguruannya, namun jikalau yang datang itu Koko Timo sendiri? Bukankah kita akan dibekuk dan kemudian dianiaya? Dengan demikian kita penasaran tanpa berdaya sama sekali, dimana kemungkinan kita akan dibinasakannya, sehingga kita terbinasa dengan penasaran sekali, sebab tak mungkin ada orang yang mengetahuinya dan kita mati begitu saja. Sedangkan kepandaian Koko Timo begitu tangguh dan liehay sekali, kau sendiri tadi mengatakan, Tat Mo Cauwsu sendiri mengakuinya bahwa kepandaian Koko Timo setingkat dengannya”

(Mengenai Koko Timo ini dan juga tanggapan Tat Mo Cauwsu mengenai diri tokoh Persia yang seorang ini, pembaca dapat mengenalnya lewat TAT MO CAUWSU jilid ).

Sin Han jadi ragu2, karena dia pikir memang ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh si gadis.

Waktu itu, tampak Su Lian telah berkata: “jika kau memang tidak keberatan, engko Han lebih baik kita cepat2 meninggalkan tempat ini, karena semakin cepat, itulah semakin baik lagi” Sin Han menggeleng. “Tidak” katanya kemudian tegas, “Tidak dapat kita bersikap pengecut seperti itu. Lebih biik kita melanjutkan perjalanan ke Tu-wang-cung, biarlah mereka menyusul disana. Jika memang mereka benar2 menyusul kita ke perkampungan itu, kita harus melayaninya. Soal mati hidup adalah urusan yang kedua!“

Gagah sekali waktu Sin Han berkala seperti itu.

Si gadis memandang kagum, dia mengangguk “Ya, kau benar, engko Han” katanya kemudian. “Tidak dapat kau menuruti apa yang kuusulkan tadi, karena memang kenyataan, aku tengah diliputi rasa takut, hanya disebabkan kepandaianku seperti dipunahkan oleh racun mereka. Tetapi dengan adanya engkau, tentu aku boleh bertenang hati”

“Ya, untuk menegakkan kebenaran, kita tidak perlu gentar menghadapi kejahatan itu sendiri. Jika untuk menghadapi kejahatan kita gentar sebelumnya, tentu itu merupakah hal-hal yang sangat merugikan sekali, siapa yang kemudian akan menegakkan keadilan? Tujuan Kay- pang justeru memberantas kejahatan, menegakkan keadilan dan ketenteraman dengan menumpas kebathilan. Jika memang tokh kita dirubuhkan oleh orang-orang Jie Liong Kauw, kita masih bisa berusaha dengan cara lain untuk menghadapi mereka”

Su Lian mengangguk, tetapi wajahnya muram. Walaupun ia menyetujui pemuda itu untuk pergi ke Tu- wang-cung, namun sebenarnya hatinya bergelisah sekali.

Su Lian mengetahui dengan pasti bahwa Sin Han tidak mungkin bisa menghadapi Koko Timo. Jangankan Koko Timo sedangkan untuk menghadapi beberapa muridnya saja mungkin tidak sanggup. Tetapi untuk tidak mengecewakan pemuda itu. Su Lian telah menyetujuinya keinginan pemuda itu, untuk pergi keperkampungan Tu-wang-cung, guna bermalam disana.

Begitulah, dengan Sin Han mempergunakan kuda putihnya dan Su Lian memakai kuda hitamnya, mereka telah melakukan perjalanan melewati padang rumput tersebut. Mereka menuju ke perkampungan Tu-wang-cung.

Sin Han dan Su Lian telah menumpang di rumah seorang penduduk dikampung tersebut. Untuk itu Sin Han telah memberikan lima tail perak kepada pemilik rumah tersebut.

Sin Han memperoleh sebuah kamar di belakang rumah tersebut, sedangkan Su Lian tidur bersama isteri pemilik rumah itu, karena tidak ada kamar lainnya.

Berada di dalam kamarnya Sin Han rebah di pembaringan yang terbuat dari kayu yang buatannya kasar sekali, dia tidak tidur, karena mengetahui, malam ini tentu Sam Tu Song akan datang menyatroninya dengan  mengajak kawan2nya. Sin Han hanya rebah untuk beristirahat, guna mengumpulkan tenaga, untuk dipergunakan kelak menghadapi Sam Tu Song dan kawan2nya jika saja mereka itu menyatroninya.

Malam semakin larut....

Sin Han mulai merasa mengantuk, kelopak matanya mulai terasa berat, dia memejamkan matanya dengan sikap masih rebah seperti itu. Namun diantara keheningan dikelarutan malam itu, mendadak Sin Han tersentak kaget sampai melompat turun dari pembaringannya, karena kesunyian malam telah dirobek robek oleh jerit yang menyayatkan hati. Seperti terbang Sin Han melompat keluar dari kamarnya, begitu dia menerjang keluar, suara jeritan yang menyayatkan tersebut terdengar semakin jelas. Cepat sekali Sin Han tiba di depan kamar Su Lian, waktu itu si gadis juga tengah membuka pintu kamar dan menerobos keluar, mereka saling pandang.

“Apa yang terjadi?” tanya Sin Han setelah bisa menguasai dirinya.

Suara jeritan yang menyayatkan itu telah lenyap, keheningan malam menguasai rumah tersebut lagi. Dan mereka tadi mendengar suara jeritan itu berasal dari ruangan depan, tanpa membuang waktu lagi, Su Lian menuju ke ruang depan rumah itu, katanya: “Mungkin dari sana.” tubuhnya mencelat ke ruang depan, dan Sin Han mengikutinya.

Begitu mereka sampai di ruang depan, keduanya jadi berdiri gusar tak alang kepalang.

Pemilik rumah itu, seorang laki2 berusia hampir enam puluh tahun, telah menggeletak di lantai dengan kepala yang hancur dan disekitarnya tampak darah yang menggenangi tubuhnya yang rebah sebagai sesosok mayat. Pada tubuhnya itu juga tampak beberapa luka besar, dimana pakaiannya koyak dan mukanya yang rusak hampir tak bisa dikenali lagi. Berdiri diruangan tersebut tiga orang dengan wajah yang mengerikan tengah tersenyum mengejek, bengis sekali, mereka semuanya laki-laki bartubuh tegap, dengan usianya sekitar empat puluh tahun lebih.

Salah seorarg diantara mereka, tengah berkata dengan suara yang dingin: “Telah kita bereskan seekor tikus tidak punya guna ” Di dekat pintu ruangan depan itu, berdiri seorang lainnya yang segera dapat dikenali oleh Su Lian dan Sin Han. Orang tersebut memiliki muka yang sama bengisnya dengan ketiga orang itu, dia tidak lain dari Sam Tu Song,

Seketika Sin Han dan Su Lian dapat menduga apa yang sebenarnya terjadi. Tentu Sam Tu Song telah mengajak ketiga orang temannya ini menyatroni mereka, hanya saja pemilik rumah tersebut, yang karena kamarnya tidak cukup, dimana Su Lian tidur bersama isterinya dan Sin Han mempergunakan kamar dibelakang rumahnya, telah tidur diruang depan ini. Namun siapa tahu, Sam Tu Song bersama ketiga orang kawannya melihat pemilik rumah yang sudah lanjut usia itu, tanpa banyak bicara lagi telah turun tangan membinasakannya.

Waktu itu, isteri pemilik rumah tersebut berlari keluar, menyaksikan keadaan suaminya seperti itu, dia menjerit sambil menubruk mayat suaminya, diapun berseru dengan suara kalap diantara tangisnya “Kalian.... kalian telah mencelakai suamiku.... kalian.... kalian manusia2 kejam dan jahat”

Ketiga orang laki2 bermuka bengis itu tertawa ber-gelak2 menyeramkan sekali, sedangkan Sam Tu Song sendiri tidak ketinggalan tertawa dengan sikap mengejek, dia memandang bengis kepada Sin Han dan Su Lian.

Sin Han sudah tidak bisa menguasai dirinya lagi, pemuda ini telah melompat ke depan ketiga orang itu.

“Kalian manusia tidak punya perikemanusiaan!” bentaknya. “Orang tua yang sudah tidak berdaya itu kalian aniaya dan binasaakan dengan cara yang begitu kejam”

“Hemmm, justeru karena dia berani menampung kalian jadi kematiannya itu jangan dipersalahkan kepada kami, justeru kalian berdualah yang harus menanggungnya. Bukankah jika kalian tidak menumpang di rumahnya. ini, kalian tidak akan mencelakainya?”

Muka Sin Han merah, rupanya pemuda itu sudah tidak bisa menahan sabar, tubuhnya segera bergerak cepat sekali, dia melompat ke depan, tangan kanannya menghantam salah seorang dari ketiga orang itu, yang berada di sebelah kanan dan terdekat dengannya.

Namun orang itu tertawa mengejek dengan wajah bengis, dia berkelit dari serangan itu. Sam Tu Song sendiri telah berseru “Sam Su-siok, dialah yang telah menghalangiku untuk menawan kembali gadis itu”

Orang yang tadi diserang oleh Sin Han bu kan hanya sekedar berkelit saja, karena dengan gerakan yang sama gesitnya dia telah membalas menyerang dengan totokan yang meluncur kearah samping kiri dada Sin Han. ia mengincar jalan darah Mo-sing hiat.

Sin Han pun tidak berhenti pada serangannya yang pertama itu, begitu lawannya berkelit, malah menyerang padanya dengan totokan yang membahayakan itu, cepat2 Sin Han menarik pulang tangannya, sambil menarik pulang tangannya itu diapun telah menggeser kedudukan tangan itu. Dengan kelima jari terpentang, dia mencengkeram pergelangan tangan lawannya. Dia berhasil dengan gerakan tersebut, dan lawannya tidak sempat untuk mengelakkan tangannya itu, karena begitu dia menarik tangannya, pergelangan tangannya telah dicekal, malah dia merasakan tarikan yang kuat sekali dari Sin Han, membetotnya dengan hebat dan mengandung tenaga yang sulit dilawan.

Orang tersebut mengeluarkan seruan tertahan, dia mengempos semangat dan tenaga, pada kedua kakinya, dia berdiri tegak dan tangan kirinya menyambar kepala  Sin Han Juga kedua orang kawannya tidak tinggal diam, karena cepat sekali mereka telah melompat dengan gerakan yang gesit, kedua tangan mereka bergerak cepat bukan main, menyambar kebeberapa bagian di tubuh Sin Han.

Diserang secara demikian, tidak ada pilihan lain buat Sin Han, pemuda ini melepaskan cekatannya, ia kemudian menyingkir ke samping kanan, menyampok serangan dari lawan yang berada disebelah kanannya itu, dengan mempergunakan tenaga sampokan yang kuat sekali. Dengan demikian tangan lawannya tergetar akibat kuatnya sampokan tersebut, dia telah melompat menyingkir. Sehingga Sin Han bisa meloloskan diri dari dua serangan kedua lawan yang lainnya.

Ketiga orang itu tidak tinggal diam sampai disitu saja, mereka menyerang lagi dengan serentak. Malah serangan mereka bukan serangan sembarangan. Tangan mereka menyambar dengan disertai Iwekang yang kuat sekali, mengincar bagian2 yang bisa mematikan di tubuh Sin Han.

Sin Han memberikan perlawanan terus, di hatinya berpikir: “Kepandaian ketiga orang ini tidak rendah, jika memang aku menghadapi mereka seorang demi seorang, tentu dengan mudah aku dapat merubuhkannya, tetapi sekarang mereka menyerang dengan serentak, aku harus berlaku lebih waspada.”

Sam Tu Song sendiri telah melompat ke dekat Su Lian, sambil menyeringai mengerikan dia berkata: “Sekarang kau tidak bisa meloloskan diri dari tanganku!”  Kedua tangannya diulur, dia ingin menawan gadis itu lagi.

Keadaan Su Lian masih lemah karena dia telah dipengaruhi oleh semacam racun yang diberikan lawan waktu   menjadi   tawanan   mereka,   membuat   tenaganya seperti lenyap. Mana sanggup dia menghadapi Sam Tu Song.

Namun Su Lian tidak mau tinggal diam, dia melompat mengelakkan Sam Tu Song yang menyerang padanya sambil menyeringai mengerikan, kemudian kedua kaki Su Lian berusaha menendang. Namun Sam Tu Song tak memandang sebelah mata terhadap serangan itu, dia miringkan tubuhnya, waktu tendangan si gadis melesat disamping pinggangnya, tangannya telah diulur lagi, dia mencekal pergelangan tangan si gadis.

Su Lian mengeluh, jika dia tertawan Sam Tu Song, tentu keadaan akan berbahaya sekali, dimana dia akan dijidikan tanggungan untuk menggertak Sin Han, dengan demikian Sin Han akan menghadapi kesulitan, juga dalam menghadapi ketiga orang lawannya itu. Karenanya, dalam keadaan terdesak seperti itu, Su Lian jadi nekad. Dengan cepat tangan kanannya yang masih bebas telah menarik pedangnya, dimana senjata tersebut menyambar ke arah perut Sam Tu Song.

Waktu itu Sam Tu Song tengah girang karena cekalannya berhasil, tapi waktu pedang berkelebat kearah perutnya, dia terkejut dan cepat-cepat mengelakkannya. Dan gerakannya itu masih terlambat, walaupun perutnya terhindar dari tikaman pedang si gadis, toh tak urung pundaknya yang sebelah kiri kena terserempet oleh mata pedang si gadis, sehingga bajunya di bagian pundak telah koyak robek, diapun mundur beberapa langkah ke  belakang, sambil meringis menahan sakit.

Mempergunakan kesempatan ini, Su Lian melompat kebelakang menjauhi Sam Tu Song Dia ber-siap2 dengan pedangnya, karena jika Sam Tu Song menyerangnya lagi, dia akan berlaku nekad. Sam Tu Song setelah lenyap kagetnya, menyeringai bengis menyeramkan sambil melangkah menghampiri Su Lian, diapun berkata dengan suara yang mengandung hawa kemarahan “Hemm, kau ingin memberikan perlawanan, heh? Hemm, aku Sam Tu Song akan memperlihatkan, ganjaran apa yang pantas untuk seorang gadis berkepala batu seperti kau ini” Dan dia telah menerjang lagi kepada Su Lian, walaupun si gadis itu mencekal senjata pedang, tapi rupanya dia tidak gentar, karena mengetahui bahwa si gadis telah terpengaruh racun yang melenyapkan tenaganya.

Su Lian mengetahui bahaya yang mengancam, dia mementang matanya lebar-lebar, disaat Sam Tu Song menghampiri telah dekat, dengan nekad si gadis telah menikam lagi, gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat sekali pedangnya berkelebat.

Sam Tu Song kali ini tidak berkelit, karena dia telah berwaspada dan dia hanya mengawasi menyambarnya pedang tersebut, waktu mata pedang akan mengenai perutnya, dia menyentil dengan jari telunjuknya, pedang itu tersentil mencong arah sasarannya, dan mempergunakan ketikanya yang baik itu, Sam Tu Song menerjang terus ke depan, dia mencekal kedua lengan si gadis

Su Lian mengeluh, kali ini dia telah dibuat tidak berdaya oleh Sam Tu Song, karena kedua lengannya telah tercekal oleh Sam Tu Song si gadis tidak dapat meuggerakkan tangannya maupun pedangnya untuk menyerang. Cekalan Sam Tu Song pun kuat sekali, sehingga dia mati kutunya.

Sam Tu Song tertawa bergelak menyeramkan, tangan kanan bergerak menotok beberapa jalan darah si gadis. Seketika tubuh si gadis terkulai rubuh rebah di lantai, tidak bisa berkutik lagi. Sin Han walaupun sibuk menghadapi ketiga orang lawannya, dia sempat memperhatikan keadaan Su Lian. Melihat apa yang dialami Su Lian, bukan main berkuatir dan kagetnya Sin Han.

Waktu itu, salah seorang lawannya berada didepannya. tengah menyerang dengan gerakan “Rajawali Mengibas Sayap”, tangan kanan orang tersebut menyampok kearah batok kepala Sin Han, dan tangan yang satunya lagi telah menyerang akan menghantam pundak kiri Sin Han. Gerakan lawannya ini mirip sekali dengan gerakan seekor burung rajawali yang tengah mengibaskan sepasang sayapnya. Tenaga serangan itupun tidak ringan karena angin serangan itu menderu-deru. Sin Han segera berjongkok sedikit, dia menghantam tangan kanannya ke arah dada lawannya.

Pundak Sin Han kena dihantam telak sekali oleh pukulan orang itu, namun justeru pada orang tersebut juga telah dihantam jitu oleh pukulan Sin Han.

Sambil mengeluarkan jerit kesakitan, orang tersebut terhuyung mundur dua langkah, kemudian dengan mata terpentang lebar2, dia memuntahkan darah segar satu kali.

Sin Han sendiri mengalami hal yang membuatnya berada dalam ancaman tidak ringan, karena waktu itu, pundak yang terhajar oleh tangan lawannya yang seorang tersebut sakit luar biasa, untung saja Sin Han telah keburu melindungi pundaknya dengan memusatkan lwekang di pundaknya itu, walaupun pukulan lawannya jitu sekali mengenai pundaknya, tulang piepanya tidak sampai hancur atau patah. Dengan meringis karena menahan sakit. Sin Han berusaha memperbaiki kakinya, dimana dia mundur dua langkah, dan mengempos semangatnya, lalu menyampok  tangan  kanan  seorang  lawannya  yang   lain, sampokan itu kuat sekali, hingga terjadi benturan yang hebat.

Sedangkan lawannya yang seorang lagi, juga telah membarengi menyerang. Dengan demikian, tampak Sin Han jadi sibuk untuk berkelit kesana kemari sebanyak empat kali, sebab beruntun kedua lawannya ini mendesaknya dengan hebat.

Lawan Sin Han yang tadi memuntahkan darah, rupanya diliputi kemurkaan yang sangat. Setelah beristirahat sejenak, dia melompat sambil membentak bengis, kedua tangannya bergerak dengan hebat sekali, berkesiuran menyambar kepada Sin Han.

Keadaan pemuda ini benar2 terancam sekali oleh ketiga orang lawannya. Terlebih lagi memang Sin Han juga tengah berkuatir sekali atas keselamatan Su Lian yang telah tertawan oleh Sam Tu Sang.

Sam Tu Sang waktu itu telah bertolak pinggang dengan menyeringai mengerikan, ia membentak: “Sam Susiok, gadis ini telah berhasil kutawan, jika pemuda keparat itu tidak mau menyerah secara baik2, gadis ini biar kugorok batang lehernya”

Hati Sin Han tercekat. Manusia seperti Sam Tu Seng, seorang manusia rendah seperti itu tentu tidak segan2 untuk membuktikan ancamannya. Karenanya, dia melompat ke samping kanan, kemudian menyampok dengan kuat tangan dari salah seorang lawannya, katanya: “Hentikan dulu, aku ingin bicara”

Ketiga orang lawan Sin Han melompat mundur, mereka tidak mendesak lebih jauh.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanya mereka hampir berbareng. “Jika memang kau tidak berlutut dan menyerah secara baik2 untuk kami bekuk, hemmm, hemmm, tentu aku akan mencincang tubuhnya”

Sin Han menghela napas, kemudian dengan mata mengawasi tajam kepada ketiga orang itu bergantian, barulah dia menyahuti: “Baiklah, Aku akan menyerah dan memberikan kalian menawanku, aku bersedia untuk diapa2kan oleh kalian, namun, ada satu syarat untuk itu”

“Apa syaratmu? Kami menginginkan kau menyerah tanpa syarat. Kami justeru yang mengeluarkan syarat. Jika engkau membangkang dan masih berusaha memberikan perlawanan pada kami, hemmm, gadis itu akan segera kami binasakan dulu, baru kemudian membereskanmu!”

“Aku akan menyerah, tetapi kalian harus membebaskan gadis itu” kata Sin Han.

Ketiga orang paman guru Sam Tu Song itu, telah saling pandang, akhirnya salah seorang diantara mereka menyahuti ”Untuk itu nanti diputuskan oleh Kauwcu kami. Sekarang kau menyerah secara baik2 dan ikut bersama kami kemarkas kami, nanti Kauwcu yang akan mengadili kalian berdua”

Sin Han menghela napas. Dia berpikir, untuk dirinya sendiri tentu dia tidak nantinya menyerah, walaupun harus menerima kematian, pasti dia akan memberikan perlawanan dengan gigih. Namun justeru dia menguatirkan keselamatan Su Lian, sehingga akhirnya dia mengambil keputusan untuk menyerah saja dulu, untuk dibawa kemarkas lawan dan disana baru memikirkan cara yang baik untuk meloloskan diri.

“Baiklah!” katanya kemudian.

Dua orang dari ketiga lelaki bengis itu telah melangkah maju, dan mereka telah meringkus Sin Han. Memang Sin Han menepati janjinya, sama sekali dia tidak berusaha memberikan perlawanan, dia membiarkan kedua lawannya itu membelenggu kedua tangannya.

Malah lawannya yang seorang itu telah datang dan menotok jalan darah Tai-yang hiat Sin Han, sehingga lenyaplah tenaganya.

Sin Han mengeluh. Dengan ditotok seperti itu jelas dia sulit untuk kelak meloloskan diri. Karena itu, dia telah berdiam diri sambil berpikir keras.

Su Lian juga telah dikempit oleh Sam Tu Song, kemudian mereka meninggalkan rumah penduduk kampung tersebut. Dan isteri si pemilik rumah masih menangis terisak-isak, menangisi akan kematian suaminya yang mengenaskan itu.

Rupanya waktu Sam Tu Song berempat dengan ketiga orang paman gurunya itu tiba di kampung tersebut, mereka segera menyelidiki mencari jejak Sin Han dan Su Lian. Dan mereka melihat kuda hitam dan kuda putih dari kedua orang yang dicarinya itu. Dengan demikian, mereka jadi mengetahui bahwa kedua orang buruan mereka berada di rumah tersebut.

Segera juga mereka menerobos masuk.

Di ruang depan mereka melihat sikakek pemilik rumah, tanpa banyak bicara lagi, segera juga kakek itu telah dibinasakannya.

Sekarang, setelah berhasil menawan Sin Han dan Su Lian, mereka segera meninggalkan perkampungan itu, untuk membawa kedua tawanan mereka kemarkas menghadapkan kepada Kauwcu mereka.

-oodwoo- JIE LIONG KAUW merupakan sebuah perkumpulan yang besar sekali, dimana pemimpin perkumpulan tersebut seorang yang memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya. Juga pemimpin dari perkumpulan tersebut, seorang Persia yang bernama Koko Timo, memiliki ilmu- ilmu yang aneh. Telah belasan tahun dia mendirikan perkumpulannya ini, dia menerima murid-murid yang berjumlah sangat banyak sekali dan mengumbar muridnya itu melakukan berbagai kejahatan, Dengan demikian, Jie Liong Kauw jadi ditakuti oleh penduduk disekitar tempat tersebut.

Murid2 Koko Timo juga bukan orang-orang yang lemah. Mereka umumnya merupakan buaya-buaya darat dan jagoan-jagoan ditempat itu sekarang mereka memperoleh seorang guru seperti Koko Timo yang memiliki kepandaian begitu tinggi, sehingga mereka memiliki tulang punggung yang kuat sekali dan juga telah memperoleh didikan yang hebat dari ilmu-ilmu yang luar biasa dari sang guru, dengan demikian mereka semakin berani mengumbar perbuatan jahat mereka.

Disamping menerima puluhan orang murid, Koko Timo juga telah mengijinkan murid muridnya itu mengambil murid lagi, maka dalam waktu yang singkat, Jie Liong Kauw memiliki anggota yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian lumayan tingginya. Sam Tu Song, yang semula hanya sebagai seorang pesuruh di sebuah rumah penginapan, setelah memasuki Jie Liong Kauw, dia memperoleh kepandaian yang lumayan. Karena memang lingkungannya terdiri dari manusia-manusia yang kejam dan bertangan telengas, Sam Tu Song pun telah mengikuti jejak dari guru dan paman gurunya, dia jadi seorang yang bengis  dan  selalu  mengumbar  kejahatan  yang  tak terkira, memperkosa gadis2 dan isteri orang, merampas atau membunuh orang, semuanya itu dilakukan dengan mata tidak berkedip.

Jika memang murid2 Jie Liong Kauw menemui lawan yang tangguh, tidak segan2 mereka main keroyok, dan umumnya murid2 Koko Timo memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Jika murid2 Koko Timo telah turun tangan, tentu urusan itu dapat diselesaikan, lawan kuat itu dapat dibereskan

Namun kalau memang tidak dapat diselesaikan juga karena sang lawan terlalu hebat kepandaiannya, maka Koko Timo akan turun tangan sendiri. Sejauh itu, belum pernah Koko Timo mempergunakan lebih dari tiga jurus guna merubuhkan lawannya. Hal itu disebabkan memang kepandaian Koko Timo yang telah mencapai tingkat yang tinggi dan sempurna, dan boleh dibilang sudah jarang ada orang yang bisa menandingi atau menghadapi lebih dari tiga jurus.

Dengan lihaynya sang Kauwcu, maka seluruh anggota Jie Liong Kauw semakin besar kepala dan melakukan perbuatan yang se-mena2 mereka tidak kenal takut pada siapapun juga, selalu melakukan kejahatan dan kerusuhan. Tidak jarang, merekapun mengacau diluar kekuasaan mereka.

Waktu Sin Han dan Su Lian dibawa ke markas orang2 Jie Liong Kauw, waktu itu menjelang pagi hari, dimana sinar matahari tengah memancar hangat. Dan Sam Tu Song bersama ketiga orang paman gurunya telah membawa kedua orang tawanan mereka kesebuah gedung bertingkat dua yang luas dan megah sekali Di ruang tengah, kedua tawanan itu digabrukkan terbanting ke lantai. Waktu memasuki gedung yang dijadikan sebagai markas Jie Liong Kauw. Sin Han masih bisa melihat, banyak sekali murid2 Jie Liong Kauw, yang berada didalam gedung ter- sebut, umumnya mereka memiliki wajah yang bengis dan memandang dengan sikap yang bermusuhan. Diantara mereka juga ada yang ter-tawa2 sambil berbisik-bisik, rupanya membicarakan akan kecantikan si gadis.

Dari ruangan dalam tampak melangkah seorang laki2 tua berusia enam puluh tahun lebih, yang kumis, jenggot maupun rambut di kepalanya telah berobah warna menjadi putih, sikapnya angkuh sekali. Dia menghisap sebatang huncwe yang dicekal oleh tangan kirinya. Ketika melihat kedua orang tawanan itu, dia memincingkan matanya sedikit dan melirik kepada ketiga orang paman guru Sam Tu Song, dan tanyanya dengan suara tawar: “Su-te, apakah kalian memperoleh kesulitan menangkap mereka?”

Ketiga orang bermuka bengis itu merang kapkan tangannya sambil katanya: “Tidak Suheng mana mungkin kami bisa dipersulit oleh siapapun juga? Hemm, jika memang dia membandel, tentu gadis itu telah menjadi mayat. Bukankah itu harus disayangkan?”

Lelaki bermuka angkuh itu mengangguk perlahan, dia kemudian berkata dengan suara yang tawar: “Bebaskan mereka.”

Ketiga orang itu menoleh kepada Sam Tu Song, rupanya Sam Tu Song mengerti, bahwa dirinya yang diperintahkan oleh sang paman gurunya itu, segera juga menghampiri si gadis, dia membuka jalan darah ditubuh gadis tersebut, sehingga Su Lian bisa berdiri kembali dengan tubuh yang lesu, mukanya merah padam karena marah.

Sedangkan Sin Han ketika dibuka totokan pada dirinya, telah melompat berdiri. Sejak tadi dia melihat lelaki bermuka angkuh dan menghisap huncwe panjang itu, Sin Han telah berpikir jika memang dia memilikii kesempatan, tentu akan menawan salah seorang dari anggota Jie Liong Kauw, sebagai pengganti Su Lian, Dan siapa sangka, lelaki bermuka angkuh itu telah perintahkan kepada ketiga orang adik seperguruannya untuk membuka totokannya dan membebaskan dia. Dengan demikian, Sin Han segera juga berpikir: “Hemmm, aku harus mempergunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk dapat menangkap salah seorang diantara mereka”

Orang Jie Liong Kauw yang berada paling dekat dengannya adalah Sam Tu Song, yang telah membukai totokan pada dirinya. Begitu bebas dari pengaruh totokan tersebut, Sin Han telah melompat dengan kedua tangan diulurkan, dia mencengkeram. Gerakannya yang dilakukannya cepat sekali, yang diincar akan dicengkeramnya adalah jalan darah Ma-liang-hiat Sam Tu Song.

Sam Tu Song terkejut, dia tidak mungkin dapat berkelit dari cengkeraman Sin Han yang tidak pernah disangka- sangkanya, jarak merekapun terpisah tidak terlalu jauh. Dia hanya bisa mengeluarkan seruan saja, dan tangan Sin Han menyambar dekat sekali akan segera mencengkeramnya.

Orang bermuka angkuh dengan huncwenya yang panjang itu, sama sekali tidak terkejut melihat hal itu, dan hanya mengibaskan lengan bajunya, seketika tampak beberapa sinar yang berkelebat ke arah tangan Sin Han, memaksa Sin Han menarik kembali tangannya memba- talkan cengkeramannya pada Sam Tu Song, karena jika dia meneruskan maksudnya itu, tentu tangannya akan disambar oleh senjata rahasia yang dilepas oleh orang bermuka angkuh itu. Mempergunakan kesempatan itu, Sam Tu Song telah melompat mundur dengan muka berkeringat, tampaknya dia kaget dan murka sekali, dia membentak ”Manusia keparat. !”

Tetapi Orang bermuka angkuh itu telah memberi isyarat padanya, agar dia tidak perlu menimbulkan keributan. Dengan mata yang agak disipitkan, orang bermuka angkuh itu telah berkata dengan suara yang tawar: “Siapa namamu, anak muda? Dan siapa gurumu? Tampaknya kau memiliki kepandaian yang tidak lemah”.

“Aku Sin Han. guruku Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang” menyahuti Sin Han.

“Ohhhh, Lo Ping Kang? Diakah yang mendirikan perkumpulan Kay-pang, perkumpulan pengemis?” waktu bertanya begitu, sama sekali lelaki bermuka angkuh tersebut tidak memperlihatkan perasaan terkejut, dia hanya memperlihatkan senyuman mengejek.

Sin Han mengangguk. “Tepat Karena itu, jika memang kalian dari Jie Liong Kauw tidak ingin bentrok dengan  kami dari Kay-pang, jelas kalian harus bersikap lebih bersahabat lagi dengan cara demikian, tentu bentrokan antara Kay-pang dengan Jie Liong Kauw akan sulit dihindarkan”

Lelaki bermuka angkuh itu mengangkat kepalanya, dia dongak mengawasi langit2 ruangan itu, yang terdiri dari ukiran2 yang indah dan disepuh oleh cairan emas. Dan dia membuka mulutnya lebar2 tertawa dengan keras.

Lama sekali dia tertawa begitu, akhirnya dia berhenti tertawa dan katanya: “Apa hebatnya Kay-pang? Hemmmm, dengan mempergunakan nama Kay-pang kau ingin menggertakku? Ingin menggertak Jie Liong Kauw? Di mata kami,   Kay-pang   tidak   lebih   dari   sebuah   gerombolan pengemis yang tengah kelaparan. Lo Ping Kang jika berani menginjakkan kakinya di tempat kami ini, nanti akan kami hajar sampai ter-kaing2 seperti seekor anjing buduk.”

Mendengar gurunya dihina seperti itu, muka Sin Han berobah merah padam, dia telah membentak gusar: “Jangan kau bicara seenakmu. Jika memang kalian merasa sebagai Hohan yang memiliki kepandaian tinggi, dan Jie Liong Kauw sebuah perkumpulan dari para Hohan, mari, mari bertanding denganku secara Hohan, jangan bersikap pengecut dengan main keroyok”

Mendengar perkataan Sin Han itu, lelaki tua bermuka angkuh tersebut telah tertawa lagi, dengan sikap yang mengejek, lalu dengan tawar dia telah menoleh kepada ketiga orang sutenya, adik seperguruannya, untuk menegur: “Apakah kalian menawannya dengan cara mengeroyok?”

Ketika itu, muka ketiga adik seperguruan dari lelaki bermuka angkuh itu telah berobah merah padam, tampaknya mereka malu dan murka. Sekarang Suheng mereka bertanya seperti itu, menambah kegusaran mereka. Tetapi memang kenyataannya mereka bertiga mengeroyok Sin Han dan juga menangkap pemuda itu dengan cara menggertak, yaitu memperalat Su Lian yang diancam akan dibinasakan kalau Sin Han tidak menyerah.

“Benar Tetapi jika memang dia penasaran dan ingin main2 dengan kami seorang lawan seorang, kamipun tidak keberatan untuk melayaninya.” kata lelaki bermuka angkuh itu.

“Sekarang kau maju main2 beberapa jurus dengan tuan muda yang gagah perkasa, Ho-han ternama dari Kay-pang ini” perintah lelaki bermuka angkuh itu.

Salah seorang dari ketiga sutenya itu, yang dipanggil namanya dengan sebutan Koat Jie, telah mengiyakan. Gesit sekali, tanpa banyak bicara, dia melompat kedepan Sin Han, gerakannya lincah.

“Mari kita mulai” tantangnya.

Sin Han juga ber siap2. Dia berpikir, untuk menghadapi orang orang Jie Liong Kauw ini memang sulit. Walaupun sekarang Koat Jie maju seorang diri untuk bertempur dengannya, tokh jika Sin Han berhasil merubuhkannya, akan dimajukan anggota lainnya dari perkumpulan tersebut. Kalau memang Sin Han selalu berhasil merebut kemenangan, tenui akhirnya orang2 Jie Liong Kauw akan maju keroyok lagi.

Namun Sin Han masih berpikir, keadaan seperti sekarang ini memang menempatkan dia di posisi yang tidak baik, berdiam tidak mengantungkan dirinya, menyambuti tantangan itu, akan membuat dia kehabisan tenaga. Untuk mengulur waktu, Sin Han akhirnya menyetujui tantangan itu, untuk bertanding dengan Koat Jie, karena dalam kesempatan itu tentunya Sin Han bisa memikirkan, dengan cara bagaimana sebaiknya dia menghadapi orang orang Jie Liong Kauw tersebut.

“Murid2 Koko Timo sudah demikian tangguh, entah bagaimana hebatnya kepandaian Koko Timo sendiri?” berpikir Sin Han. Sambil berpikir begitu, dia juga telah mengangguk, sahutnya ”Baik, mari mulai”

Dan dia segera bersiap-siap untuk bertanding dengan Koat Jie.

Sedangkan Suheng Koat Jie, yaitu seorang tua bermuka dingin itu, telah mengawasi dengan sikap tetap angkuh, mengawasi dengan sikap yang seperti tidak memandang sebelah mata pada Sin Han. Koat Jie tidak membuang-buang waktu lagi. Dia tengah mendongkol, karena tadi Sin Han mengatakan bahwa dia bersama kedua saudara seperguruannya itu main keroyok untuk merubuhkan pemuda ini. Sekarang dia diminta oleh suhengnya untuk bertanding dengan Sin Han, maka tak membuang kesempatan ini

Untuk memperlihatkan bahwa kepandaiannya cukup tinggi untuk merubuhkan pemuda itu. Begitu dia membentak, kedua tangannya telah bergerak. Dia menyerang dengan pukulan yang hebat sekali dan mengandung kekuatan yang dahsyat. Hal ini disebabkan Sin Han memang memiliki kepandaian yang tinggi, dan Koat Jie tadi telah menyaksikannya, sekarang dia tidak mau main ayal. Begitu menyerang, dia mempergunakan jurus yang bisa mematikan atau seketika melukai lawannya dengan hebat.

Sin Han tidak tinggal diam. Dia menyambuti serangan Koat Jie. Begitulah mereka berdua telah saling serang dan bertempur dengan serunya.

Namun seperti apa yang diduga oleh Sin Han, menghadapi Koat Jie seorang lawan seorang, dia bisa menghadapinya dengan mudah.

Setiap setangan Koat Jie telah dapat dielakkan dengan gampang olehnya, dan diapun selalu balas menyerang, kedua tangannya telah menyerang tidak kalah hebatnya.

Koat Jie semula menyerang dengan hebat. Melewatinya dari belasan jurus, dia telah mulai terdesak, dimana murid Jie Liong Kauw ini, hanya dapat menangkis, mengelakkan diri dan main mundur.

Menyaksikan keadaan lawannya itu, Sin Han memperhebat serangannya. Lelaki bermuka angkuh, suheng Koat Jie,. mengawasi jalannya pertempuran itu dengan sepasang alis dikerutkan dan mata agak disipitkan. Dengan diperintahkannya agar Koat Jie melayani Sin Han, itu disebabkan suheng Koat Jie tersebut ingin melihat berapa tinggi kepandaian yang dimiliki oleh pemuda tersebut. Sekarang setelah menyaksikan belasan jurus, dia sudah bisa menduga, berapa tinggi kepandaian yang dimiliki Sin Han.

-oodwoo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar