Wisma Pedang Jilid 02

Orang itu terbang seperti seekor bangau putih, berdiri di atas pohon cemara yang tingginya puluhan meter, tapi ranting pohon cemara itu sama sekali tidak bergoyang. Sepertinya tubuh dia lebih ringan dibandingkan seekor burung kecil.

Pemuda tinggi itu meraung lagi, "Karena mereka disebut sebagai pembunuh, bertindak kejam dan tidak berperasaan maka mereka merasa kecewa dan putus asa!"

Orang itu tertawa terbahak-bahak. Suaranya membuat beberapa helai daun berjatuhan, "Seribu orang berlaku kurang ajar tidak ada artinya dengan kehadiran seorang teman. Jika kau mendengarkan kata-kata dari seribu orang yang kurang ajar, lebih baik kau menutup telingamu. Jika kau vbenar-benar seorang pendekar, mengapa harus mendengar kata-kata mereka yang tidak penting dan mengapa harus disimpan di dalam hati?"

Pemuda tinggi itu berteriak, 'Yuan Feng Jiang belum mati, Yuan Feng Jiang belum mati!"

Orang itu bertanya dengan lantang, "Kalau begitu Yuan Feng Jiang sekarang berada di mana?"

Pemuda tinggi itu masih berteriak dengan histeris, "Dia belum mati! Belum mati!"

Orang itu bertanya lagi, "Kalau begitu Wang Jing Cao ada di mana sekarang?"

Pemuda dingin itu berkata, "Tapi kau jangan lupa jika kau telah membuat Qian Shou Wan g marah, kita tidak akan bisa hidup!"

Orang itu tertawa lagi, "Untuk apa aku harus takut kepada siluman?"

Dia berhenti bicara sebentar lalu melanjutkan lagi, "Jika satu tangan tidak bisa membawa sebuah batu besar, dua tangan bisa digunakan. Dua tangan tidak bisa mengangkat batu itu, 4 tangan pasti bisa mengangkatnya."

Pemuda tinggi itu berkata, "Tapi Sun Tu hampir tiba."

Orang itu tertawa dan bertanya, "Apakah kau mengira Wang Jing Cao dan Yuan Feng Jiang benar-benar sudah mati?"

Pemuda tinggi itu membentak. Dia berlari ke depat sebuah pohon di mana orang berbaju putih itu berdiri hingga ke akar-akarnya. Dia menyapu kesana kemari dengan pohon itu, tapi orang berbaju putih itu walau dibanting kesana kemari, dia tetap berdiri dengan santai dan tidak terjatuh.

Pemuda dingin itu membentak, "Siapa kau sebenarnya?" Jarinya menyentil, pohon itu muncul 5 lubang kecil. Orang itu terbang ke atas kemudian mendarat di atas kudanya. Kuda itu meringkik dan berjalan. Terdengar suara orang itu dengan  nyaring  berkata,  "Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao, jika kalian belum mati, dengan menggunakan keberanian Yuan Feng Jiang, dan kelincahan dan akal Wang Jing Cao, kalian bisa bergabung membuat Wisma Shi Jian tetap menjadi Wisma Shi Jian. Dan juga jangan lupa tanah yang kalian injak sekarang ini adalah tanah dari pahlawan kita yaitu Si Tu 12."

Suara kuda berlari semakin jauh, suara orang itupun semakin jauh. Langit terlihat gelap semua! Mereka berdua lama tidak bicara. Mungkin karena tadi bertarung di dalam kegelapan membuat mereka merasakan kalau mereka berdua mempunyai sifat yang berbeda dengan mereka yang tadi.

Semangat dan keberanian, menggantikan kelelahan di wajah mereka.

Pemuda tinggi itu berkata, 'Ya!"

Pemuda dingin itupun berkata, "Apakah orang itu adalah dia?" Pemuda tinggi itu tampak bengong kemudian baru berkata,

"Untung kita bertemu dengannya."

Pemuda dingin itu berkata, "Benar-benar sesuai dengan perkataan orang-orang."

Pemuda tinggi itupun berkata, "Jika aku tahu kalau orang itu adalah dia, aku tidak akan menyerangnya."

"Semua kata-katanya memang benar," kata pemuda itu dingin itu.

Mereka tidak berkata apa-apa lagi. Di dalam kegelapan mereka memungut papan nama yang tertulis 'Tian Xia' yang terjatuh di bawah. Kemudian meloncat memasangkannya kembali di atas  tiang. Mereka membersihkan debu yang menempel di papan itu. Setelah bersih mereka turun tanpa suara.

Di dalam kegelapan terdengar suara tawa mereka yang penuh dengan kegembiraan.

Mereka berdua saling memeluk pundak kemudian tertawa hampir kehabisan nafas. Karena tertawa keras tanpa terasa air matapun mengalir. Pemuda tinggi itu berkata, "Wang Jing Cao, kita sudah lama tidak tertawa seperti ini!"

Pemuda dingin itupun berkata, "Tak disangka, pesilat tinggi itu datang untuk memperingati kita."

Tiba-tiba dari dalam kegelapan terdengar ada suara dingin yang berkata, "Melihat kalian berdua tertawa seperti itu, apakah karena takut tidak akan ada kesempatan untuk tertawa seperti itu lagi?"

Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao tidak tertawa lagi dengan tenang mereka duduk di batu itu.

Kemudian mereka melihat dari dalam kegelapan muncul 5 orang.

Empat orang berbaju emas, yang di tengah memakai baju berwarna merah.

Persamaan dari mereka berlima adalah bahan baju mereka sangat aneh, di dalam kegelapan memantulkan cahaya dan di pinggang mereka terselip golok. Yang tidak sama adalah orang berbaju merah itu sangat tinggi dan juga besar, golok yang terselip di pinggangnya adalah galok paling panjang di antara mereka berlima.

Panjangnya adalah 7 kaki 3 inchi Dia tidak lain adalah Sun Tu.

Nama lain Sun Tu adalah Sun Ren Tu.

Sejak 13 tahun yang lalu dia telah membunuh, setiap kali setelah membunuh satu orang, dia pasti akan meninggalkan tanda.

Katanya setelah berlangsung selama 30 tahun, jumlah orang yang dibunuhnya karena sangat banyak hingga tidak terhitung lagi.

Orang yang paling banyak dibunuhnya adalah pada saat dia merayakan ulang tahunnya ke-40. Semua orang Shen Ying Bang, dibunuhnya hingga tidak tersisa. Terakhir dia baru berhenti karena keempat pengawalnya juga ikut terbunuh, dia telah melakukan suatu kesalahan.

Dia membunuh orang dengan sangat cepat dengan menggunakan golok yang panjangnya 7 kaki 3 inci itu. Sekali menebas, bisa membunuh 11 orang.

Orang-orang persilatan sangat takut kepadanya.

Yang tidak takut kepada Sun Tu pasti tetap akan takut kepada pembantunya, Jiu Da Gui memang bukan sembarang nama. ---ooo0dw0ooo---

Tiba-tiba Sun Tu berkata, "Kalian mau bunuh diri? Atau aku yang turun tangan membunuh kalian?"

Sewaktu Sun Tu mengatakan hal ini, Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao tidak bergerak tapi kepalan tangan mereka semakin mengencang.

Sun Tu tertawa, mulutnya besar seperti mulut seekor serigala yang mengeluarkan taringnya. Kemudian dia berkata pada keempat orang itu, "Mereka ingin mati dengan cara lebih tragis."

Keempar orang itu tertawa, seseorang berbadan tegap dan umurnya setengah baya melangkah keluar. Di pinggangnya terselip sebuah golok besar dan berat. Sarung golok terbuat dari kayu, tampak seperti sebuah golok biasa dan tidak terlihat ada yang aneh!

Orang itu berjalan ke sebuah pohon besar, tangan kanannya dilayangkan, pohon itu langsung roboh dan pohon itu telah terbelah menjadi dua.

Sebatang pohon hanya dalam waktu singkat telah terbagi menjadi empat, golok seperti itu, orang butapun tidak akan mengatakan kalau itu hanya sebuah golok biasa.

Yuan Feng Jiang pun melihatnya, dengan dingin dia berkata, "Qi Men Jin Dao, Qi Qing Feng!"

Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok bagus bukan digunakan untuk menebang pohon."

---ooo0dw0ooo---

Seorang pemuda kurus melangkah keluar, dia berjalan hingga ke depan sebuah pohon, di pinggangnya terselip sebuah golok panjang dan ramping.

Dia mulai bergerak, golok yang terselip di pinggangnya masih ada di sana, tapi sepasang tangannya terlihat ada sebuah golok tipis yang berkilau. Kemudian sosoknya tidak terlihat, yang terlihat hanya goloknya! Cahaya golok datang bergelombang, seperti gelombang yang ada di sisi pantai, tiba-tiba cahaya pedang menghilang, dia sudah berada di belakang Sun Tu!

Empat batang pohon dalam waktu singkat sudah menjadi ratusan batang.

Dengan dingin Yuan Feng Jiang berkata, "Lang Hua Dao Fa milik Mu Lang Shan (jurus golok bergelombang)."

Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok yang bagus, tidak digunakan untuk memotong kayu bakar."

---ooo0dw0ooo---

Waktu itu ada dua orang yang sudah mendekat yang satu laki- laki dan yang satu lagi perempuan, mereka berjalan ke arah tumpukan kayu yang tadi telah dibelah menjadi potongan kecil. Yang laki-laki berkata, "Udara sangat dingin." Yang perempuan menanggapi, "Cocok untuk menghangatkan."

Sambil bicara diapun tertawa, mereka sudah memainkan 70-80 kali jurus golok, karena kedua golok saling beradu^ menimbulkan percikan api. Percikan api itu* jatuh ke atas tumpukan kayu yang sudah ditebang, dan apipun mulai menyala.

Yuan Feng Jiang berkata, "Xue Shen, Li Xue Hua dan Di Ting Dao, Tang San Jue."

Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok yang bagus tidak digunakan untuk menyalakan api."

Api sudah menyala, tapi mereka tidak terlihat ada keinginan untuk bertarung.

Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao juga tidak tampak siap untuk bertarung.

Mereka sedang menunggu.

Mungkin dalam keadaan biasa, mereka akan cepat marah dan melakukan semuanya dengan terburu-buru, tapi bila benar-benar telah berhadapan dengan musuh, mereka malah sangat berhati- hati, begitu bertarung pasti tidak akan ada ampun lagi.

Sekarang ini, siapa yang tidak sabar dan berbuat ceroboh, maka dia akan mati.

---ooo0dw0ooo---

Kobaran api di dalam kegelapan seperti sedang meloncat-loncat, seperti guna-guna kuno dan berkesan misterius, membuat wajah orang-orang di sana seperti berganti-ganti.

Kelima orang itu berdiri di 5 arah mata angin, golok terselip di pinggang masing-masing, tangan diletakkan di pegangan golok. Bayangan mereka terlihat di bawah kobaran api yang bergoyang dengan cepat seiring hembusan angin malam.

Tiba-tiba Yuan Feng Jiang berkata, "Sun Tu."

Qi Qing Feng marah, "Kurang ajar, kau berani berbuat macam- macam."

Yuan Feng Jiang tertawa dingin, "Aku memang pemberani, kau yang menjadi penakut."

"Apa yang kau katakan?" tanya Sun Tu.

"Sejak kapan aku mulai menghindar darimu?" tanya Yuan Feng Jiang.

Sun Tu tertawa dingin, "Semenjak di Pin Jiang, kau telah kubacok, dan kau sudah kukejar sebanyak 14 kali, dan sudah terluka 7 kali."

Dengan tenang Yuan Feng Jiang bertanya, "Apakah kau tahu mengapa aku menghindar darimu?"

"Karena kau tidak sanggup melawanku," Sun Tu tertawa. "Salah!" tiba-tiba Wang Jing Cao angkat bicara.

"Oh ya?" Sun Tu tampak bertanya-tanya.

"Yang kami takutkan bukan dirimu," jelas Wang Jing Cao. "Yang kami takutkan adalah kekuatanmu," tambah Yuan Feng Jiang.

Sun Tu tampak terpaku, kemudian tertawa terbahak-bahak, "Sama saja—yang penting hari ini kalian tetap akan mati di tanganku."

"Tidak sama," jawab Wang Jing Cao. "Kami akan bergabung dan kami akan melawanmu."

Mata Sun Tu tampak menyipit lalu dia berkata, "Kalau kalian bisa melawan Si Da Dao Mo, itu sudah terhitung berani."

"Apakah kau tahu, tempat apa ini?" tanya Wang Jing Cao.

Sun Tu terpaku dia melihat tempat yang gelap itu lalu menjawab, "Wisma Shi Jian yang sudah ada sejak dulu!"

"Benar, dulu Wisma Shi Jian melambangkan kebenaran di dunia persilatan, sekarang kami akan bertarung hidup dan mati di depan wisma ini. Kami mewakili kebenaran, kami tidak takut kepadamu!" kata Yuan Feng Jiang.

"Kami mempunyai rasa percaya diri, kami tidak takut lagi kepadamu," kata Wang Jing Cao sambil membentak.

Bentakan ini membuat bagian dalam Wisma Shi Jian bergema, kobaran apipun tampak meloncat-loncat.

Wajah Sun Tu di dalam kegelapan mulai berkeringat. Apakah karena dia terlalu dekat dengan api sehingga membuatnya merasa kepanasan?

Atau udara terlalu dingin, sehingga keringat yang keluar adalah keringat dingin?

---ooo0dw0ooo---

Cahaya dari kobaran api membuat wajah setiap orang di sana menjadi terkejut dan bertanya-tanya.

Semua diam tidak ada yang bicara. Sun Tu merasa dulu dia yang selalu mengejar kedua orang ini, semua ini karena dia merasa sangat seru dan menyenangkan mempermainkan mereka. Seperti seekor kucing sebelum memakan tikus mangsanya, kucing itu pasti akan memainkan tikus itu dulu.

Tapi malam ini dia merasa kalau mereka tidak dibunuh malam ini, kelak dia akan menjadi orang yang mereka kejar.

Dia mulai merasa tertekan.

Akhirnya dia berkata dengan dingin, "Bunuh mereka!"

Begitu perintah membunuh diturunkan, Qi Qing Feng sudah melangkah keluar, golok sudah berada dalam genggamannya dan dia membacok ke arah kepala Wang Jing Cao.

Bacokan itu seperti guntur, Wang Jing Cao seperti sedang berkonsentrasi menghadapi bacokan itu. Tiba-tiba terlihat ada dua tenaga bercahaya dengan cepat datang, yang satu berada di atas, yang satu berada di bawah, dengan cepat menyerang Wang Jing Cao.

Xue Shan Kuai Dao, Li Xue Hua mengeluarkan jurus secara bertubi-tubi seperti hujan salju, (golok cepat gunung salju). Di Tang Ji Dao, Tang San Jue bergerak cepat seperti hujan (golok cepat marga tanah). Ilmu mereka ternyata lebih menakutkan dibandingkan dengan omongan orang-orang.

Wang Jing Cao kalang kabut menghadapi serangan itu, berjaga  di bagian atas bagian bawah tidak terjaga atau sebaliknya!

Walaupun Wang Jing Cao dalam waktu bersamaan bisa menahan serangan atas dan bawah, tapi bila golok emas milik Qi Qing Feng membacok ke bagian tengah tubuhnya, dan kedua tubuhnya akan terpotong menjadi dua.

Karena itu Wang Jing Cao terpaksa mundur dengan cepat, tiba- tiba dia merasa di belakangnya ada sebuah gelombang besar menimpanya. Gelombang itu bukan gelombang air tapi gelombang dari ilmu golok.

Jurus untuk membunuh Wang Jing Cao adalah serangan yang dilancarkan oleh Mu Lang Shan.

Menyerang dalam keadaan dia tidak siap, menyerang sewaktu  dia lengah, mencegat jalan mundurnya, dengan tujuan membuatnya tidak berkutik.

Orang yang sedang mundur dengan cepat, disertai dengan melawan serangan dari 3 arah, mana mungkin bisa menghindar serangan golok yang cepat dan bertubi-tubi datang dari belakangnya.

---ooo0dw0ooo---

Tiba-tiba terdengar Mu Lang Shan berteriak, membuat hati setiap orang yang mendengarnya menjadi ngilu.

Sampai menjelang kematiannyapun dia seolah tidak percaya, pada saat dia sedang merasa senang karena dia akan mencapai tujuannya, yaitu membunuh Wang Jing Cao yang sedang mundur dengan cepat.

Ilmu meringankan tubuh Wang Jing Cao sangat tinggi, jurus- jurusnya ganas dan dilancarkan dengan bertubi-tubi. Jurusnya sangat terkenal tapi Mu Lang Shan sama sekali tidak menyangka ada orang yang bisa mundur begitu cepat dan di belakang tubuhnya seperti ada sepasang mata.

Dia sudah memperhitungkan bahwa bacokannya akan membuat tubuh Wang Jing Cao terbelah menjadi dua bagian, tapi Wang

Jing Cao dengan kecepatan 10 kali lipat dari kecepatannya semula tiba-tiba berlari ke depan Mu Lang Shan, dengan bahu kanannya dia menahan tangan Mu Lang Shan, kemudian kedua tangannya dengan tenaga kuat menghantam......

Mu Lang Shan sudah tidak bisa mendengar suara siapapun, tulang-tulang seluruh tubuhnya hancur, karena teriakan memilukan inilah menutupi semua suara yang ada! ---ooo0dw0ooo---

Diiringi teriakan Mu Lang Shan, Sun Tu langsungmaju kedepan.

Dia maju satu langkah, aura membunuh terasa keluar dari tubuhnya. Api masih tampak bergoyang-goyang, api berwarna merah menyala menyinari orang tinggi besar itu. Dia terlihat begitu kejam dan menakutkan.

Tangan Sun Tu sudah berada di goloknya yang panjangnya 7 kaki 3 inchi.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar