Wisma Pedang Jilid 01

Di sini adalah sebuah pekarangan yang sangat luas.

Langit mulai terlihat gelap, karena hari memang sudah sore. Wisma itu adalah sebuah wisma tua, di sana sini banyak kayu-

kayu penyangga rumah yang patah dan gentingnya juga sudah banyak yang pecah. Sebagian malah sudah terbakar menjadi abu, tapi yang utuhpun masih ada.

Dahulu wisma ini pernah berjaya dan juga terkenal, sekarang di bawah sinar matahari terbenam, wisma itu terlihat sepi dan merana.

Di dalam wisma itu ada sebuah ruangan yang sudah ambruk dan haneur, ruang tamu di wisma itu begitu luas. Di bagian atas rumah masih terpasang papan nama. Dulu papan itu dicat dengan warna terang benderang. Tapi sekarang papan itu terlihat sudah usang, malah sudah terbelah menjadi dua bagian. Sudah tertutup oleh debu dan sarang laba-laba. Tapi dari papan itu masih bisa terbaca sebuah tulisan kaligrafi yang indah dengan tulisan 'Shi Jian'. Tulisan itu terdapat di bagian papan yang terjatuh dan tertutup oleh debu, sedangkan di bagian papan yang lain tertulis 'Tian Xia' (dikolong langit).

'Shi Jian Tian Xia' memiliki makna tinggi dan juga berkesan sombong, dan begitu berjaya. Ditambah lagi dengan tulisan kaligrafi yang ditulis dengan sangat bagus dan bertenaga. Mungkin dulu para tamu dunia persilatan pada saat melihat papan itu tergantung tinggi, hati mereka akan tergetar! Tapi sekarang keempat huruf itu terbagi menjadi dua yang tampaknya terbelah dengan pukulan.

Selama 300 tahun ini, kalangan persilatan yang berani menggunakan kata 'Shi Jian Tian Xia', kecuali Shi Jian Shan Zhuang (Wisma Pedang), tidak ada yang lainnya.

---ooo0dw0ooo---

Di depan wisma itu ada sebuah batu besar, dan tampak ada dua orang yang sedang duduk di sana. Dua orang itu berwajah biasa tapi terlihat penuh dengan kekhawatiran. Mereka adalah dua orang anak muda yang sama sekali tidak peduli dengan keadaan dunia ini.

Kedua tubuh anak muda itu dipenuhi dengan rumput kering, tanah, dan serbuk kayu. Sepertinya mereka sudah berguling-guling di rerumputan, sepertinya juga pernah tidur di tempat yang penuh dengan tanah, dan juga sepertinya pernah bergulat di tempat jcang penuh dengan serbuk gergaji.

Pemuda yang satu berperawakan tinggi dan hitam, wajahnya masih terlihat lugu, tapi juga terlihat kalau dia seorang pemberani, bisa bertahan menghadapi semua masalah hidup, tapi matanya terlihat lesu.

Sedangkan yang satu lagi penampilannya seperti seorang pelajar, hidungnya mancung, bibirnya tipis, sepertinya dia bersifat keras. Dia seperti seorang pak tua yang sudah kelelahan.

Mereka berdua duduk saling berdampingan. Mereka tidak saling pandang, dan juga tidak memperhatikan keadaan temannya. Mereka seperti tidak pernah hidup di dunia ini. Sepertinya apa yang terjadi di dunia ini tidak ada hubungannya dengan mereka.

---ooo0dw0ooo---

Mereka tampak sedang menunggu datangnya sore.

Tapi sebelum matahari terbenam, terdengar ada derap langkah kuda berlari ke arah mereka.

Dari suara derap langkah kuda itu, sepertinya kuda itu tidak berlari dengan cepat juga tidak lambat, seperti irama musik keras, tapi bercampur dengan irama lembut, irama ini begitu menggetarkan perasaan setiap orang yang mendengarnya.

Kedua orang itu mengangkat kepala untuk melihat, terlihat di Xi Shan di bawah sinar matahari yang akan tenggelam, seperti sudah dipoles dengan warna merah darah.

Pemuda pertama berkata, "Hari masih sore tapi sudah ada yang datang."

Pemuda kedua menggelengkan kepalanya, "Sepertinya itu bukan mereka."

Suara kuda terdengar sudah berada di depan wisma, langkah kuda mulai melambat, kaki kuda itu berbulu putih bersih dan terlihat sehat. Masih ada beberapa ekor kupu-kupu yang terbang di dekat kaki kuda.

Kemudian terlihat seseorang berbaju dan bersepatu putih turun dari kuda, daun yang tertiup angin melewati baju putihnya, terbang beberapa saat kemudian terjatuh lagi, tapi hal itu sama sekali tidak menganggunya.

Kedua pemuda itu saling pandang, kemudian mereka menundukkan kepala lagi. Sepertinya mereka tidak mau tahu apa yang terjadi di sekitar sana, tampak mereka sedang terkantuk- kantuk.

Orang itu turun dari kudanya, kemudian melihat sebentar ke atas, langit yang mulai gelap, dengan ramah dia bertanya, "Apakah tempat ini adalah Shi Jian Shan Zhuang yang dulu sangat terkenal?"

Kedua pemuda itu tidak bergerak, sepertinya mereka tidak mendengar ucapan orang itu.

Orang itu tidak marah, dengan ramah dia bertanya lagi.

Kedua pemuda itu mengangkat kepala dan saling pandang, tapi mereka tetap tidak menjawab.

Orang itu tampak tersenyum, mengulangi kembali pertanyaannya, dia sudah bertanya 3 kali berturut-turut.

Akhirnya pemuda yang tinggi dan besar itu menunjuk ke arah papan nama dan berkata, "Apakah kau tidak bisa melihatnya sendiri?"

Orang itu melihat sebentar ke arah yang ditunjuk, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Siapakah nama dan marga kalian?" Pemuda yang bersikap agak dingin itu berkata, "Lebih baik kau pergi dari sini, kalau tidak kau akan terbunuh di sini."

Tanya orang itu, "Apakah disini akan terjadi sesuatu?"

Pemuda tinggi besar itu marah, "Mengapa kau begitu cerewet?"

Pemuda yang tampak dingin itu malah tertawa dingin, "Apa yang akan terjadi di sini, kalau kau tahu apa yang akan terjadi di sini kau akan terkejut hingga terkencing-kencing, lalu lari terbirit-birit dari sini!"

Orang itu tertawa, "Kalau begitu ceritakanlah, mungkin kenyataannya tidak begitu menakutkan seperti yang kau kira!"

Pemuda yang tampak agak dingin itu kembali tertawa dingin, "He! He! He!"

Pemuda tinggi besar itu berkata, "Hayo, cepat pergi!"

Orang itu tampak berpikir sebentar, dia membalikkan tubuh dan berjalan ke arah kudanya yang putih, dan berkata, "Oh ternyata kalian tidak berani memberitahuku karena orang yang akan datang itu sangat lihai."

Pemuda yang terlihat dingin itu segera berdiri dan membentak, "Kau bilang apa! berdiri di tempatmu!"

Pemuda tinggi besar itu berkata, "Apa? Siapa yang bilang kami tidak berani mengatakannya! Baiklah, kalau begitu akan kuberitahu—di Jiang Nan, di kalangan persilatan golongan putih dan hitam, orang mempunyai kekuatan besar dan namanya terkenal, dan paling sulit dihadapi, adalah siapa? Apakah kau mengetahuinya?"

Orang itu tertawa, "Kalau sampai Qian Shou Wang (Raja bertangan seribu) Zuo Qian Zhen saja tidak tahu, aku tidak akan bisa bertahan hidup di dunia persilatan!"

Pemuda yang terlihat dingin itu berkata, "Tidak disangka, kau juga tahu hal ini, kalau begitu kau pasti tahu juga Zuo Shou Zhen yang tidak terkalahkan di dunia ini, ilmu silatnya berada di atas semua pendekar, apa kau tahu apa alasannya?"

Orang itu tampak berpikir sebentar dan menjawab, "Karena dia mempunyai seorang istri yang baik dan dua orang murid yang sangat membantunya."

Pemuda tinggi besar itu tertawa dingin dan berkata, "Masih ada lagi, dia masih mempunyai 9 orang pembantu yang paling sulit diajak bicara!"

Orang itu bertanya, "Maksudmu, Jiu Da Gui (9 setan besar)?"

Pemuda dingin itu berkata, "Benar, sebentar lagi yang akan datang adalah salah satu dari Jiu Da Gui yang bernama Yi Dao Zhan Qian Jun (sebilah golok memenggal, seribu prajutir), SunTu."

Pemuda tinggi itu berkata lagij "Masih ada lagi, seorang anak buah Sun Tu yaitu Si Da Dao Mo (4 orang besar golok siluman), apakah kau tahu asal usul Si Da Dao Mo?"

Orang itu tertawa, "Mereka? Qi Qing Feng adalah keturunan dari Qi Men Jin Dao, dia adalah pengkhianat perkumpulannya. Li

Xue Hua berasal dari Xue Men Pai, murid perempuan dari Nian Dou Men, dia adalah seorang perempuan jalang. Mu Lang Shan adalah keturunan dari Lang Hua Dao Fa, dia mendapatkan ilmu silat secara langsung dari Cang Lang Lao Ren, tapi dalam hai membunuh dia senang membakar perempuan, lengkaplah semua kejahatannya. Tang Shan Jue adalah wakil ketua Di Tang Dao Fa, ilmu goloknya sangat lihai, katanya Qi Qing Feng, Li Xue Hua, Mu Lang" Shan, dan Tang Shan Jue, keempat orang ini sudah berada di bawah kekuasaan Tu Tian Mo, mereka sangat kejam, semua kejahatan sepertinya sudah pernah mereka lakukan."

Pemuda tinggi itu dengan pandangan aneh berkata, "Ternyata kau tahu sangat banyak."

Pemuda dingin itupun berkata, "Berani bicara seperti itu, berarti kau termasuk orang yang lumayan pemberani."

Orang itu tertawa, "Kalau di dunia persilatan tidak ada yang berani marah, semua pahlawan dan pendekar akan menjadi kura- kura yang cuma bisa tinggal di dalam batoknya. Apakah di dunia persilatan ini bisa masih ada keadilan?"

Pemuda tinggi besar itu terpaku, "Kau begitu berani, tapi kau tetap bukan lawan Sun Tu dan Si Da Dao Mo, lebih baik kau segera pergi dari sini!"

Orang itu bertanya, "Tapi. .mengapa kalian masih berada di sini?"

Wajah pemuda tinggi besar itu berekspresi yang  sulit  dimengerti, dia duduk

kembali sambil menatap langit yang semakin gelap dan berkata, "Kami? Kami hanya tinggal menunggu kematian di sini."

Tanya orang itu, "Apakah kau sedang menunggu Sun Tu yang membawa orang-orangnya, lalu menunggu mereka membunuhmu?"

Pemuda tinggi itu menjawab, "Tiga tahun lalu, di Pin Jiang pada sebuah pertandingan silat, aku melihat dia menyerang erang yang sudah terluka dan dia ingin membunuh orang itu tanpa alasan sedikitpun, sudah tentu ini melanggar aturan dunia persilatan. Karena itu aku segera naik ke atas panggung untuk menolong." dia tertawa dingin, lalu melanjutkan ceritanya, "Tidak ada seorang juga yang mau membantuku membawa orang yang sedang terluka itu ke rumah panitia, aku sendiri yang bertarung melawan Sun Tu, kemudian Sun Tu dibantu oleh Si Da Dao Mo, mereka memukulku hingga aku terluka parah. Semua pendekar yang melihatnya, tapi tidak ada seorangpun yang berani tampil untuk membantuku, malah ada yang menghalangiku melarikan diri..akhirnya aku bisa melarikan diri. Aku juga tahu ternyata panitia malah sudah membunuh orang yang terluka itu dengan tujuan menjilat Sun Tu." Tangannya terkepal dengan erat dan urat-urat hijaunya bertonjolan. Orang itu terdiam sebentar. Dia membalikkan kepalanya melihat pemuda dingin yang sedang berdiri dengan tegak. Dia sedang menatap langit dan orang itupun bertanya, "Bagaimana dengan dirimu?"

Pemuda dingin itu tertawa dingin, "Apa maksudmu? Aku telah mengalami banyak peristiwa yang menyedihkan, -kau ingin mendengarkan cerita yang mana?"

Orang itu hanya bisa menjawab, "Oh!" Dia berkata lagi, "Kalau begitu ceritakan kepadaku mengapa bermusuhan dengan Sun Tu?"

Pemuda dingin itu menjawab, "Heng Shan Pai adalah perkumpulan yang didirikan oleh sekelompok pemuda. Pada hari ulang tahun berdirinya perkumpulan itu, semua anggotanya perkumpulan dibunuh oleh Sun Tu. Aku mencoba melawan Sun Tu. Anggota-anggota Heng Shan Pai yang terluka parah malah mengira aku adalah teman Sun Tu. Mereka menusukku di bagian pinggang dan ditambah dengan tusukan Sun Tu, cukup untuk membuatku berbaring di tempat tidur selama 3 bulan."

Orang itu bertanya, "Mengapa kalian menunggu Sun Tu di sini?"

Pemuda dingin itu menjawab, "Sun Tu tahu kalau aku belum mati, dia menyebarkan berita jika dia tidak berhasil membunuh kami, dia tidak akan merasa puas. Dengan keadaan seperti itu, apakah kami bisa melarikan diri?"

Orang itu bertanya lagi kepada pemuda tinggi itu, "Bagaimana denganmu?"

Sambil tertawa pemuda tinggi itu menjawab, "Apakah arti sebuah kematian? Aku sudah bosan hidup di dunia ini dan akupun tidak bisa lari jauh dari Sun Tu. Tapi menurut cerita orang lain, ayah Sun Tu, yaitu Sun Qing Hong pernah kalah di bawah pedang ketua wisma ini. Ketua itu adalah Si Tu 12. Sun Tu ingin menghancurkan wisma ini untuk melampiaskan kemarahannya, karena itu kami menunggunya di sini."

"Kalau begitu, apa kalian memang menunggu kematian di sini?" Pemuda yang tinggi itu menjawab, "Boleh dikatakan seperti itu."

Orang itu berkata lagi, "Setiap seorang pasti ingin hidup, mengapa kalian tidak melarikan diri saja?"

Pemuda dingin itu berkata, "Kalau kau bisa lolos dari kejaran Si Da Dao Mo, apakah kau bisa lolos dari Sun Tu? Kalau kau bisa lolos dari kejaran Sun Tu, apakah kau bisa lolos dari Ba Da Gui (delapan Setan besar)? Kalau kau bisa lolos dari Ba Da Gui, apakah kau bisa lolos dari Qian ShouWang?"

Orang itu bertanya, "Kalau kalian tidak bisa melarikan diri, mengapa tidak bertarung saja?"

Pemuda tinggi itu berkata, "Pertarungan tetap sebuah pertarungan, tapi jika kami menang juga apa gunanya? Dunia persilatan seperti sepiring pasir, apakah hanya dengan mengandalkan tenaga kami berdua bisa memukul seekor burung raksasa? Jika bisa mengalahkan Si Da Dao Mo, apakah kau bisa mengalahkan Sun Tu? Kalau kau berhasil mengalahkan Sun Tu, bagaimana dengan 8 setan sisanya? Apakah kau bisa menahan pukulan dari Cuo Shcu Zhen? Bertarung atau tidak hasilnya akan sama."

Orang itu sepertinya terpaku mendengar jawaban dari pemuda tinggi itu, kemudian dia mengerti dan berkata, "Oh! Ternyata seperti itu.   " Kemudian dia memberi hormat lalu berniat naik ke atas kuda,

tapi dia membalikkan kepalanya, menatap langit yang terlihat mulai gelap lalu menarik nafas, "Yuan Feng Jiang tetap Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao tetap Wang Jing Cao, kalian mati terlalu menyedihkan, terlalu menyedihkan. Di dunia persilatan tidak ada pahlawan seperti kalian    " Dia segera naik ke atas kudanya. Wajah

kedua pemuda ini berubah, pemuda tinggi itu berteriak, "Apa yang kau katakan tadi?"

Pemuda dingin itu bertanya, "Siapakah dirimu sebenarnya?"

Orang itu tertawa menatap langit kemudian dengan suara lantang dia berkata. "Aku tidak salah berbicara. Yang aku katakan adalah nama 2 orang pendekar yang pernah menggegerkan dunia persilatan. Sewaktu mereka masih hidup mereka sering membunuh yang kuat dan membantu yang lemah, nama mereka sangat terkenal. Bila mereka menganggap ada hal yang tidak adil, mereka pasti akan mengulurkan tangan mereka yang adil untuk membantu orang itu. Karena itu di dunia persilatan mereka dianggap sebagai dewa penolong. Tapi sayang, masih begitu muda mereka sudah meninggal. "

Wajah kedua pemuda itu menjadi pucat. Pemuda dingin itu berkata, "Jangan sembarangan bicara Mereka baru muncul 3 tahun lalu di dunia persilatan. Orang-orang di dunia ini sangat membenci mereka. Siapa yang menganggap mereka adalah pendekar?"

Kata-kata orang itu tajam seperti pisau, "Mereka memang baru muncul di dunia persilatan 2-3 tahun yang lalu, tapi mereka tidak mencari nama juga keuntungan. Apa yang telah merela lakukan lebih hebat dengan apa yang dilakukan oleh 10 pendekar.' Sewaktu mereka masih muda, mereka hidup sangat susah, karena  itu mereka sudah terlatih untuk menjadi kuat dan juga sangat pemberani. Mereka adalah pendekar yang selama ratusan tahun ini jarang ada! Mungkin sewaktu mereka hampir mati, mereka masih belum tahu kalau di dunia ini banyak orang demi menegakkan keadilan mereka merasa hidup ini seperti sebuah jendela yang semakin lama semakin buram. Ada yang memasang lampu, perahu yang berlayar ada yang mengendalikan kemudi, gunung yang dipenuhi dengan semak-semak tiba-tiba ada yang memberi golok untuk membuka jalan Tapi sayang mereka mati terlalu dini. Kalau

saja mereka bisa bertahan sebentar lagi, mereka bisa mengibarkan bendera penegak keadilan. Tapi sayang mereka melepaskannya terlalu dini. "

Hati pemuda tinggi itu bergejolak sehingga nafasnya menjadi terengah-engah dan berkata, "Tidak! Tidak! Mereka bukan melepaskan kesempatan itu tapi mereka sudah putus asa menghadapi orang-orang di dunia ini. "

Orang itu tertawa hingga membuat burung gagak yang hinggap di pohon sana terkejut dan terbang. "Putus asaHa, Ha, ha Jika Yuan Fang Jiang masih hidup, dia pasti akan marah! Dulu di Gua Cang Shan, dia sendirian membasmi 3 orang penjahat. Di tengah perjalanan menuju Shan Xi, dia sendirian bertarung dengan 9 siluman Lei Dian. Lalu masih dengan kekuatannya sendiri, dia mendaki Gunung Lian Huan untuk menghadiri upacara kematian Cao Shan You Gui. Kapan dia pernah mengatakan atau mengucapkan kata-kata putus asa? Jika Wang Jing Cao masih hidup, dia pasti akan mematahkan batang lehermu. Siapakah dia! Huang He banjir, dengan segala cara dia beruasha" melindungi orang-orang yang terkena banjir. Orang-orang golongan hitam secara diam-diam ingin membunuhnya sampai 7 kali, tapi tidak ada satupun yang berhasil. Dalam waktu semalam dia bisa memotong ratusan batang pohon Gui untuk menutup sisi Huang He yang ambrol. Dia berhasil menolong ribuan nyawa penduduk di sana. Jika mereka bisa hidup kembali, apakah kalian masih berani berkata seperti tadi. Apakah kalian tidak takut disambar petir?"

Wajah pemuda dingin itu terlihat berubah-ubah dan berkata, "Tidak! Tidak! Mana mungkin mereka akan mengerti!"

Orang itu berkata lagi, "Kau terlalu memandang remeh kepada orang-orang didunia ini! Orang-orang di dunia ini sangat banyak, kadang-kadang tidak menemukan teman bukan berarti di dunia ini tidak ada teman..bila kau pernah melakukannya, walaupun di dunia ini tidak ada yang tahu, tapi kau bisa memegang perasaanmu sendiri. Hati nuranimu pasti tahu, langit dan bumipun pasti akan tahu. Kau akan merasa senang dan kau akan merasa matahari menyinari tubuhmu terus menerus, membuatmu merasa hangat di musim dingin, di bawah siraman hujan salju kau tetap akan merasa senang. Kehangatan dan kesenangan akan keluar dari lubuh hatimu, siapapun tidak akan bisa merebutnya darimu. Ini adalah persoalan yang paling menyenangkan. Apakah orang akan tahu atau tidak, mengapa harus dipedulikan?"

Pemuda tinggi itu berkata, "Tapi kami sudah berusaha, dan kami benar-benar sudah merasa putus asa, benar-benar putus asa "

Orang itu dengan suara lantang berkata, "Putus asa! Qu Yuan berusaha hingga ratusan kali karena merasa tidak ada. gunanya lagi, dia bunuh diri dengan terjun ke sungai. Apakah kau sudah berusaha hingga ratusan kali? (Qu Yuan=nama orang, adalah orang yang sering dikhianati. Dia juga sering menasehati seseorang tapi usahanya selalu gagal, akhirnya dia terjun ke sungai untuk mengakhiri nyawanya. Hari meninggalnya kita peringati sebagai hari Pei Chun. Kita juga sering melempar bacang ke sungai). Kong Hu Zhu berkunjung ke banyak negara untuk menyebarkan ajarannya. Dia sering merasa lelah dan lapar, beberapa kali hampir mati kelaparan di jalan. Dia mempunyai pengikut berjumlah 3.000 ribu orang, murid berjumlah 72 orang, mereka dengan setia membantunya, semua ini demi apa? Setelah 70 tahun berlalu sejak terjadinya pemberontakan, dia masih terus menyebarkan ajaran ini dan juga berusaha mengusir pemberontak. Dia tahu semua ini tidak akan ada gunanya.... Tapi dia tidak pernah merasa kecewa. Melihat semua contoh itu, apakah sekarang kau pantas merasa kecewa?

Jenderal Besar Ye Fei dengan gagah berani melawan pasukan yang menyerang negaranya, tapi pengkhianat menjual negaranya kepada negara lain. Dengan plakat yang berjumlah 12 buah dia diperintahkan untuk kembali ke ibukota supaya tidak perlu melawan pasukan dari luar negera. Dia tahu jika dia kembali ke ibukota, dia tidak akan diberi kesempatan hidup. Dia juga tahu kalau dia hanya akan membawa bencana kepada anak dan istrinya, tapi dia berani bertahan menghadapi semua ini karena dia tahu semua yang dilakukannya adalah suatu kebenaran!

Tapi kau, hanya persoalan begitu saja kau sudah merasa putus asa! Apa yang sudah kau lakukan? Tanah di mana kau berdiri sekarang adalah tanah milik Wisma Shi Jian. Dulu ketua Wisma Shi Jian, yaitu Si Tu 12 adalah seorang pendekar gagah berani. Beliau bisa memimpin semua perkumpulan terkuat di dunia persilatan. Beliaupun selalu membela kebenaran dan keadilan di dunia persilatan. Walaupun Ketua Si Tu sudah tua, tapi pedang panjangnya masih terus membasmi siluman-siluman dan penjahat, membuat orang jahat menjadi ketakutan. Apakah kalian ingin melihat bekas rumah tinggalnya dihancurkan oleh para penjahat itu? Dan apakah kalian sama sekali tidak merasa bersalah!

Aku nasehati kalian, lebih baik kalian berdiri agak jauh dari wisma ini. Kalian akan mengotori nama besar Wisma Shi Jian!"

Kedua pemuda ini seperti tersambar petir, diam tidak bisa berkata-kata lagi. Orang itu menarik nafas dan berkata, :'Hhhh! Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao, kalian benar-benar mati terlalu dini..."

Pemuda dingin itu berteriak, "Hentikan kata-katamu! Kurang ajar!

Hentikan! Mereka belum mati! Mereka tidak akan mati!"

Pemuda tinggi itu meraung dengan keras, pohon-pohon bergoyang dan tanah bergetar. Sekali memukul, angin dari kepalannya dengan kencang menyerang orang itu.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar