Pendekar Bloon Jilid 46 (Tamat)

Jilid 46 (Tamat)

Anggauta pimpinan Seng-lian-kau terkejut melihat perubahan airmuka ketua mereka. Tetapi cepat wanita setengah tua yang masih cantik, berjubah kuning dengan lukisan teratai putih, berseru : "Engkau memang seorang anak yang kurang ajar, berani membuat malu ayah sendiri!" ia menuding Blo'on.

"Eh, perempuan, jangan sembarangan memaki cucuku Blo'on," seru kakek Lo Kun seraya deliki mata.

"Mengapa engkau menuduh aku tak menghormat orangtua? " seru Blo'on.

"Engkau minta melihat wajah ayahmu, sudah diluluskan. Kawan-kawanmu tadi pun sudah mengakui kalau ketua kami memang benar Kim Thian Cong kaucu. Sekarang engkau ganti acara, cari alasan soal tahi-lalat."

"Memangnya begitu sih," dengus Blo'on, apakah aku harus mengatakan lain? Memang ayahku mempunyai tahi-lalat pada ujung daun telinganya yang kanan."

"Hm, kalau benar mempunyai tahi-lalat engkau pasti mengakui kaucu sebagai ayahmu yang aseli? " wanita itu menegas.

"Ya."

"Baik. silahkan engkau memeriksa telinga kaucu."

Belum Blo'on menyahut, Lo Kun sudah maju ke samping ketua Seng-lian-kau dan mengamati daun telinganya. "Bohong! Tidak ada apa-apanya," serentak kakek itu berteriak.

"Kakek gila!" bentak wanita yang disebut Hek thancu itu, "yang engkau periksa telinga kiri? padahal yang tumbuh tahi- lalatnya telinga kanan!"

"O," kakek Lo Kun terus berkisar ke sebelah kanan dan, "celaka !"

Blo'on dan tokoh2 lain terbeliak. "Kenapa? " seru Blo'on.

"Ada tahinya!" teriak Lo Kun. "Tahi apa? ”

"Tahi nyamuk!" seru Lo Kun, "warnanya hitam seperti kedelai."

"Kakek gi!a.'" bentak Hek thancu, "bukan tahi nyamuk tapi tahi lalat."

"Perempuan katak!" Lo Kun balas membentak, "masakan aku yang sudah begini tua tak tahu membedakan tahi-lalat dengan tahi nyamuk. Kalau tahi-lalat tentu melekat didalam kulit tetapi yang berada pada telinga ayah Blo'on itu hanya melekat pada kulit."

"Jangan banyak mulut, kakek liar!" bentak Hek thancu, “ini bukan urusanmu. Yang berhak meneliti adalah pemuda ini karena dialah putera dari Kim kaucu. Sekarang silahkan engkau memeriksanya," dia terus mempersilahkan Blo'on.

Blo'on maju dan berhenti pada jarak dua langkah dari ketua Seng-lian-kau. Ia memandang ujung telinga sebelah kanan dari ketua Seng-lian-kau itu. Lama sekali dengan melongo. "Bagaimana? Bukankah engkau sudah puas dengan bukti yang engkau lihat? " tegur Hek thancu.

"Ya."

"Bukankah sekarang engkau percaya? " "Ya."

"Jika begitu, lekaslah engkau menghaturkan hormat dan mohon maaf kepada ayahmu “.

"Buat apa? " Blo'on mengerut dahi. "Bukankah dia, Kim kaucu, itu ayahmu? "

"Ya, benar. Tetapi dia sudah meninggal dunia”. "Hah? " Hek thancu terbelalak, "apa katamu? "

"Ayahku yang aseli sudah meninggal di gunung Lou-hi-san."

"Gila! Inilah Kim Thian Cong tayhiap yang sekarang menjadi kaucu dari Seng-lian-kau. Dia adalah ajahmu."

"Engkau boleh mengatakan begitu tetapi aku pun bebas tidak mengakui."

"Bukankah permintaanmu untuk menandai bukti tahi-lalat pada telinganya sudah terpenuhi? "!

"Ya."

"Lalu? "

"Lalu? "

"Ternyata tidak ada tahi-lalatnya."

"Hai!" Hek thancu berteriak kaget lalu menghampiri ke samping ketua Seng-lian-kau. Ia berdiri tegak memandang kaucu itu. "Kauou, aku telah menjentikkan sebutir bubuk hitam ke telinga kaucu. Maafkan. Agar pemuda itu menganggapnya sebagal tahi-lalat.” Hek thancu gunakan ilmu Menyusup suara untuk memberi laporan kepada ketua Seng lian-kau. 

"Hm. memang tadi kurasa ada suatu benda lembut yang menempel pada ujung telingaku. Tetapi beberapa kejab kemudian, benda lembut itu hilang……” kaucu Seng-lian-kau menjawab juga dengan ilmu Menyusup suara.

Hek thancu pucat. Jelas di tempat itu tentu terdapat seorang ko-jin yang hebat.

"Lalu bagaimana, kaucu? Mohon kaucu suka memberi petunjuk," kata Hek thancu.

Kaucu Seng-lian-kau tak menyahut melainkan memandang Blo'on dan berkata:

"Soal tahi-lalat, memang aku lupa untuk mengatakan kepadamu," katanya kepada Blo'on. “memang benar di ujung telingaku yang kanan tumbuh sebuah tahi-lalat. Tetapi pada suatu hari, tahi-lalat itu makin membesar dan sakit. Terpaksa kuhilangkan saja."

"Tidak bisa!" teriak Lo Kun, "engkau tak berhak menghilangkan tahi-lalat itu."

"Hah? * kaucu Seng-liang-kau terbeliak. "Tahi-lalat adalah pemberian orangtuamu sejak engkau dalam kandungan. Itu sebagai cap pengenal dari dirimu. Masakan enak saja engkau menghilangkannya!" "Kakek gila." seru kaucu Seng-lian-kau, "tahi lalat itu  milikku sendiri. Aku berhak sepenuhnya untuk menghilangkan karena kuanggap dapat menimbulkan bahaya."

"Engkau manusia durhaka!" teriak Lo Kun makin ngotot," berani membuang pemberian mamahmu!"

"Kakek gila, jangan kurang ajar engkau!” Hek thancu kebutkan lengan jubahnya. Tahu2 Lo Kun mencelat sampai setombak jauhnya. Dia terhuyung-huyung dan rubuh.

"Perempuan hitam, engkau berani mendorong aku!" Lo Kun melenting kearah Hek thancu.

"Tunggu. kakek!” tiba2 Blo'on mencegah, “biar urusanku selesai dulu. Jangan kakek mengganggu."

"Engkau lebih tahu aturan," seru Hek-tancu, "dan tentunya engkau juga mau mengakui kaucu sebagai ayahmu, bukan? "

"Tidak!" sahut Blo'on, “dia lebih muda dari mendiang ayahku dan tak punya tahi-lalat pada daun telinganya. Jelas dia bukan ayahku."

“Hm, jika demikian." seru Hek thancu, "jangan harap engkau mampu keluar dari tempat ini.”

"O, engkau hendak memaksa aku supaya mengaku ayah kepada orang yang bukan ayahku? "

"Engkau mau mengakui atau tidak tetapi kaucu kami tetap Kim Thian Cong kaucu!"

“Terserah, itu urusanmu!" teriak kakek Lo Kun, "kami tetap tak mengakui. Blo'on, hayo, kita pergi!"

"Jangan," sahut Blo'on, "tujuan kita kemari adalah untuk membikin perhitungan dengan orang yang mengaku sebagai ayahku dan hendak menguasai dunia persilatan." "O, kamu memang sengaja bermaksud begitu? " tegur Hek thancu lalu berpaling kearah rombongan Hoa Sin, "apakah kalian juga begitu? "

"Kami juga mempunyai beberapa pertanyaan yang hendak kami ajukan kepada Seng-lian-kau kaucu," kata Hoa Sin.

Hek thancu terkejut. Mengapa rombongan Blo'on rata2 masih sadar pikirannya. Apakah bunga teratai perak itu tak mempan terhadap mereka? "

"Dan apakah kalian setiap orang juga hendak bertanya? " ia coba menguji lain2 rombongan Blo’on, Ternyata Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Sian Li juga mengiakan. Kini Hek thancu makin berkesan jelas bahwa rombongan Blo'on masih sadar pikirannya.

Hek thancu menghadap kaucu Seng-lian-kau yang sementara itu sudah kembali ke tempat duduknya.

"Kaucu, rombongan orang2 itu hendak minta ijin menghaturkan pertanyaan kehadapan kaucu," kata Hek thancu.

"Tidak perlu," sahut kaucu Seng-lian-kau, “suruh mereka pilih. Mau masuk Seng-lian-kau atau dibasmi!”

Hek thancu kembali kepada rombongan Blo'on dan menyampaikan kata2 kaucu.

"Kaucu telah manurunkan perintah, kalian mau masuk Seng-lian-kau atau dihancurkan!"

"Sebenarnya, kami seluruh partai2 persilatan sangat menghormat dan mengagumi peribadi Kim Thian Cong tayhiap. Dulu Kim tayhiap pun kami anggap sebagai pemimpin dunia persilatan. Sudah tentu sekarang pun kami tetap taat dan patuh kepadanya. Hanya saja karena kami semua mengetahui bahwa Kim tayhiap telah menutup mata di  gunung Lou-hu-san, maka betapa kejut perasaan kami ketika mendengar bahwa di gunung Hongsan ini berdiri sebuah  partai Seng-lian kau yang dipimpin Kim tayhiap."

Berhenti sejenak Hoa Sin melanjutkan : "Namun persoalan ini amat besar dan penting sekali bagi dunia persilatan. Sebelum kami memutuskan untuk menggabung atau tidak, kami mohon supaya diluluskan mengajukan pertanyaan kepada Kim tayhiap agar perasaan kami lebih mantap dan percaya penuh."

"Tadi kalian minta untuk melihat wajah Kim kaucu dan telah diluluskan. Sekarang kalian hendak mengajukan pertanyaan lagi. Hal itu sungguh keterlaluan sekali. Seng lian-kau dan kaucu, bukan tokoh yang mudah dipermainkan. Sekarang tinggal pilih, tunduk atau mati!"

"Ganas!" teriak Lo Kun," kalau begitu engkau hendak main paksa!"

"Kakek gila, jangan banyak mulut. Siapkan pesan2mu kepada anak dan isterimu. Karena sebentar lagi engkau akan menuju ke neraka."

"Aku tidak punya anak dan isteri. Perempuan hitam, engkau sudah tua dan hitam. Sekali pun aku begini tua, juga tak mau mengambilmu sebagai isteri. Tetapi jangan engkau menyiksa gadis2 cantik itu. Apakah mereka juga hendak engkau paksa menjadi perawan tua? Begini saja. Aku akan memilih salah seorang yang cantik. Aku berjanji takkan menyia-nyiakan dia. Dia tentu lebih bahagia menjadi isteriku daripada menjadi perawan tua disini."

Bukan main marah Hek thancu.

“Coba engkau buka mulut lagi!” teriaknya. "A...." baru kakek Lo Kun membuka mulut, dia tak dapat melanjutkan kata-kata lagi. Mulutnya ternganga, mata mendelik.

Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin terkejut. Jelas Lo Kun telah terkena angin tutukan. Karena yang menyuruh itu Hek thancu terang yang menutuk itu pun Hek thancu. Tetapi thancu itu tak melakukan suatu gerak apa2 dan masih tetap tegak ditempatnya.

"Kek-gong-tiam-hiat yang sakti!" diam2 ketiga ketua partai persilatan itu membatin. Mareka makin terkejut akan kepandaian Hek thancu yang memiliki ilmu Kek-gong-tiam-hiat atau Menutuk-jalandarah-dari-jauh yang begitu sakti.

"Kenapa? " tegur Blo'on melihat kakek Lo Kun ngangakan mulut tetapi tak dapat bicara.

"Suko, dia terkena tutukan sakti dari wanita berkulit hitam itu," bisik Sian Li.

Hoa Sin menghampiri dan menutuk jalan-darah pada kerongkongan Lo Kun. Tetapi ia tak berhasil. Mulut Lo Kun tetap menganga.

Hoa Sio kerutkan dahi. Ceng Sian suthay mencoba, tapi gagal. Hong Hong tojin juga tak mampu menolong.

"Bagaimana Hoa pangcu? " tanya Blo'on.

"Dia terkena ilmu tutukan istimewa. Kami bertiga tak mampu menolong," kata Hoa Sin.

"Lalu bagaimana? "

"Terpaksa untuk sementara kakek Lo Kun harus buka mulut terus. Setelah dapat menundukkan wanita itu baru kita dapat menyuruhnya membuka jalandarah paman Lo Kun." "Celaka!" seru Blo'on. "sampai berapa lama kakek Lo Kun harus menganga begitu? "

Blo'on menghampiri kakek Lo Kun dan terus memegang mulutnya, hendak dibungkam.

"Jangan kongcu," cegah Hoa Sin, "kalau menggunakan kekerasan dikuatirkan jalan-darah paman Lo akan putus. Kongcu memiliki tenaga-dalam yang kuat."

"Kalau jalandarahnya putus, lalu bagaimana keadaannya? " "Mulutnya tak dapat digunakan lagi. Tidak dapat menganga

dan mengatup seperti mulut biasa."

"Ha, ha, ha ...," Lo Kun berkata-kata tetapi tak dapat membentuk kata2. Ia menuding mulutnya.

"Maaf, kakek, kami tak dapat menolong. Untuk sementara biar begitu dulu," kata Blo'on.

Kakek Lo Kun berjingkrak marah.

Dia berusaha untuk menutup mulutnya tetapi tak mampu. "Kakek Lo, kulumlah mustika ini." Tiba2 Sian Li memberikan

mustika burung Hong hijau kedalam mulut kakek itu.

"Nah, itu suatu pelajaran. Siapa yang banyak mulut, tentu akan mengalami nasib seperti dia," saru Hek thancu.

Rombongan Blo'on lalu dipersilahkan duduk di deretan kursi paling bawah. Letaknya disebelah samping kanan gelanggang.

"Cong thancu, silahkan tampil untuk melayani mereka." seru Hek thancu. Sesungguhnya Hek thancu itu adalah cong- thancu atau kepala dari para thancu. Cong-thancu atau kepala kelompok barisan Teratai coklat, segera berbangkit dan dengan langkah tenang maju ke tengah gelanggang.

"Aku, Giok-bin-hou, thancu dari Cong-liau kun perkumpulan Seng-lian-kau, mengemban perintah dari cong-thancu untuk melayani kehendak tetamu2. Silahkan maju ke gelanggang untuk menguji kepandaian."

"O, itu yang pernah kusemprot mukanya dengan bakso," kata Lo Kun, "biar aku saja yang menghadapi."

Ternyata dia sudah sembuh dan terus maju tetapi dicegah Hoa Sin.

"Jangan lopeh," kata ketua Kay pang, "kita harus menyusun tenaga untuik menghadapi mereka. Lihatlah, kelima thancu itu masih ada. Mereka tentu memiliki kepandaian yang sakti."

"Maksudmu? " tanya Lo Kun.

"Kita atur siapa yang harus menghadapi mereka. Misalnya, akulah yang akan menghadapi thancu teratai merah itu. Sedang wanita yang mengenakan jubah teratai hijau itu biarlah Ceng Sian suthay yang menyamhutnya."

"Dan pemuda yang pernah kusemprot bakso itu, siapa yang harus maju menyambutnya? "

"Biarlah aku saja, Hoa pangcu," jawab Sian Li ajukan diri. "O, engkau "

"Jangan, budak perempuan," Lo Kun pun ikut melarang," pemuda itu bermata keranjang. Dia nanti akan mempermainkan engkau!" "Hoa pangcu, rasanya aku masih sanggup untuk menghadapinya. Mungkin aku tak dapat mengalahkan tetapi aku pun tak sampai kalah," Sian Li mendesak.

Hoa Sin mengangguk. Tampak mulutnya berkomat-kamit tetapi tak bersuara.

"Nona Liok, jangan meremehkan lawan. Gunakan siasat agar dia lengah dan memandang rendah kepandaianmu. Jika perlu pikatlah perhatiannya…..”

Sian Li terkejut ketika telinganya terngiang suara halus macam nyamuk mendenging. Tetapi ia segera mengetahui bahwa yang bicara itu adalah Hoa Sin dengan menggunakan ilmu Menyusup-suara.

Siam Li mengangguk.

“Hoi pangcu, terima kasih. Aku hendak menghadapi thancu itu," kata Sian Li seraya malangkah maju ke gelanggang.

Blo'on terkejut. Ia memandang Hoa Sin dengan pandang bertanya. Tetapi ketua Kay-pang itu hanya tersenyum.

"Eh, Hoa pangcu, mengapa engkau merelakan dia pergi? Awas, kalau dia sampai kena apa2, aku akan meminta ganti kerugian kepadamu," kata Lo Kun.

Sementara Itu Sian Li sudah berhadapan dengan Cong- thancu Giok-bin-hou. Sesuai dengan gelarannya Giok-bin-hou atau si Rase-kumala, pemuda itu memang berwajah putih dan bening seperti kumala.

"O, engkau nona cantik," seru Giok-bin hou, "apakah dalam rombonganmu sudah tiada jago lelaki sehingga harus engkau yang maju? "

"Banyak sekali tetapi pimpinanku cukup menganggap aku akan dapat menghadapi engkau," sahut Sian Li. "O, sayang," Giok bin-hou tertawa, "nona secantik engkau mengapa harus mati muda? "

"Kuharap engkau mau memberi kelonggaran. Syukur engkau mau mengalah."

"Ohh," Giok-bin-hou terkesiap, "apa maksudmu? ”

"Semua mata telah tercurah kepada kita. Terutama kawan- kawanmu dari Seng lian-kau menaruh perhatian besar kepadamu. Mari kita segera memulai," sahut Sian Li.

"Silahkan engkau mulai dulu, nona."

Sian Li tak mau banyak bicara lagi. Ia terus membuka serangan dengan jurus Giok-li-san-hoa atau Bidadari-menebar- bunga.

Kim Thian Cong memang memberi "pelajaran lain pada ketiga muridnya. Kepada murid kesatu, Tio Goan Pa, digembleng dengan ilmu pukulan yang sakti, baik dengan tenaga-luar mau pun tenaga-dalam.

Kepada murid kedua yakni Kwik Ing Hong, yang mati terbunuh itu, khusus ditempa dengan ilmu tendangan dan ginkang yang lihay. Kepada Sian Li, karena memang anak perempuan, Kim Thiian Cong mengutamakan ajaran ilmu pedang dan ilmu gin-kang.

Giok-bin-hou menyambut serangan Sian Li dengan tertawa. Mudah sekali ia menghindar lalu balas menyerang. Sian Li kalang kabut menghindar mundur. Ia balas menyerang lagi tetapi untuk yang kedua kalinya, Giok-bin-hou dapat membuat gadis itu kelabakan.

Jelas menurut pandangan orang2 Seng-lian-kau. Sian Li itu bukan tandingan Giok-bin-hou. Mereka yakin dalam beberapa saat saja, thancu dari barisan Teratai coklat itu pasti dapat mengalahkannya.

Serangan Sian Li yang ketiga, berakhir dengan suatu kekalahan. Sian Li harus loncat mundur beberapa langkah.

"Tarima kasih, nona manis. Tusuk kundaimu ini akan kusimpan untuk kenangan," Giok-bin-hou tertawa sambil memasukkan sebatang tusuk kundai kumala kedalam sakunya.

Sian Li pucat. Tetapi diam2 ia girang. Jelas serangan Giok- bin-hou yang hendak menerkam kepalanya tapi, apabila benar2 dilaksanakan tentu akan membawa maut. Giok-bin-hou dapat menghantam kepala Sian Li. Tetapi ternyata kepala dari barisan Teratai-coklat itu tak mau melakukannya.

Tiba2 Sian Li mencabut pedang Pek-liong-kiam, serunya: "Cabutlah senjatamu!"

"Ha, ha, ha," Giok-bin-hou tertawa, "Untuk menghadapi engkau, nona, perlu apa harus menggunakan senjata segala?  "

„Pedang tak bermata, jika engkau tak mau, itu bukan salahku!"

"Tentu," sahut Giok-bin-hou dengan nada jumawa, "kalau engkau mampu memapas ujung lengan jubahku saja, aku mengaku kalan."

"Apakah omonganmu itu, dapat dipercaya? "

„Giok-bin hou adalah thancu dari kelompok Cong-lian tin Seng-lian-kau. Semua pimpinan Seng lian-kau adalah orang terhormat dan ksatrya!"

Diam2 Sian Li girang. Siasatnya berhasil mengelabuhi lawan. Dalam penyerangan ia memang sengaja menggunakan jurus yang sederhana dan gerakan yang tak begitu hebat. Giok-bin-hou terkecoh dan menganggap kepandaian nona itu tak berapa tinggi.

„Baik, bersiaplah." seru Sian Li seraya mengambil sikap. Berdiri tegak, pedang dijulurkan lurus ke depan dada, tangan kiri ditebarkan melindungi dada. Kemudian dia mulai mengangkat pedang ke atas dan tiba2 pedang berhamburan menghujani lawan.

Murid perempuan dari Kim Thian Cong membuka serangan dengan ilmupedang Giok-li-kiam atau ilmu Pedang-bidadari.

Giok-bin-hou terkejut melihat gerak serangan lawan. Ia tahu bahwa nona itu menggunakan ilmu pedang Giok-li-kiam. Tetapi ia heran mengapa gerakannya begitu cepat dan dahsyat sekali. Giok bin hou pun segera menggunakan Thian- liong-pat hong-ciang atau ilmupukulan Naga dari-delapan penjuru.

Thancu dari Seng-lian-kau itu walau pun masih berusia muda tetapi ternyata memiliki kepandaian yang bebat. Memang untuk diangkat sebagai thancu Seng-lian-kau, harus benar2 teruji kepandaiannya.

Sian Li terkejut juga. Ia tak kira bahwa lawan mampu terhindar dari serangan pedangnya bahkan mampu telah mengirim pukulan.

„Hm, jika tak mampu mengalahkan dia yang bertangan kosong, aku sungguh malu sekali," diam2 Sian Li  membulatkan tekad.

Serentak ia berganti dengan ilmupedang Mo-ing-pian-kiam atau pedang Bayangan-iblis. Ilmupedang itu adalah ajaran dari orangtua aneh dalam dasar jurang ketika Sian Li dilempar oleh tokoh dari Thian-tiok dahulu. Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin terbeliak. Mereka tak menyangka bahwa Sian Li ternyata memiliki ilmu pedang yang sedemikian ampuh.

"Gila budak perempuan itu," tiba2 kakek Lo Kun berseru, "dari mana dia memperoleh kepandaian yang begitu hebat? Mengapa dia tak pernah bercerita kepadaku? "

Blo'on tak mengerti ilmu silat mau pun ilmu pedang. Dia hanya tahu bahwa saat itu Sian Li seperti berobah menjadi puluhan bayangan. Dan dilihatnya pula bahwa lawan pontang panting tak keruan. Diam2 dia gembira.

Giok-bin-hou kali ini benar2 kelabakan. Dia baru menyadari bahwa nona yang dihadapannya itu bukan seorang lemah. Andalkata dia menggunakan senjata, mungkin dia masih dapat menghadapi. Tetapi dia hanya bertangan kosong dan menilik angin sambaran pedang itu berhawa dingin dan tajam, jelas tentu pedang pusaka. Hai Namun karena sudah terlanjur, terpaksa dia harus berjuang mati-matian untuk membela kehormatannya.

Tiba2 terjadi suatu adegan yang mengejutkan. Tahu2 Sian Li mencelat ke udara dan melayang sampai tiga tombak jauhnya. Dia berjumpalitan dan dapat berdiri dengan tegak.

Rombongan Blo'on terkejut. Mereka mengira Sian Li tentu menderita pukulan lawan. Bahkan kakek Lo Kun terus lari menghampiri.

"Hai, budak perempuan, bagaimana engkau? Apakah engkau terluka? Biar kubalaskan "

„Tunggu kakek," seru Sian Li ketika melihat Lo Kun hendak menghampiri Giok-bin-hou.

"Apa engkau tak terluka? " Sian Li gelengkan kepala. "Tidak," katanya, "mari kita kembali ke tempat duduk,"

Gadis itu terus berjalan memimpin tangan Lo Kun diajak kembali ke tempat duduk.

"Lho,  bagaimana engkau ini? Apakah engkau menang?

Atau engkau menyerah kalah? "

"Tanyakan kepadanya sendiri," bisik Sian Li.

Kakek Lo Kun teras menghampiri kemuka Giok bin hou yang sementara itu masih tegak terlongong-Iongong.

"Hai, bagaimana engkau? " seru Lo Kun. Giok-bin-hou diam saja.

"Apakah engkau tuli? " Lo Kun mengulang seruannya.

"Lopeh, apakah engkau tak tahu kalau kain ikat kepalanya telah terpapas pedang Sian Li? " tiba2 telinga Lo Kun mendengar suara lembut macam nyamuk mengiang.

"Hai, siapa yang bicara kepadaku? " kakek linglung itu berteriak dan memandang kian kemari." aneh ... eh, apakah, h o .... benar2 ...," tiba2 kakek itu berteriak seraya memandang kearah ikat kepala Giok-bin-hou.

"Sekarang engkau harus mundur. Lihat kain kepalamu telah terpapas!" seru Lo Kun gembira.

Giok-bin-hou pucat.

"Hayo, engkau punya malu tidak? " teriak Lo Kun," apa janjimu tadi? "

Tiba2 wajah Giok-bin-hou merah padam. "Tentu, aku tentu memegang janji. Tetapi sekarang aku hendak membuat perhitungan kepadamu atas tingkahmu menyemprot kuah bakso pada mukaku tempo hari."

"O, benar, benar. Engkau memang jujur dan memiliki ingatan tajam. Tapi aku juga tidak lupa. Tempo hari kusuruhmu menampar mukaku, engkau tak mau. Mengapa sekarang engkau hendak cari gara2? ”

Bukan main mendongkol hati Giok-bin-hou saat itu. Untuk menutup malu ia akan mengalihkan kemarahannya kepada Lo Kun.

"Pokok, sekarang aku hendak balas menampar mukamu, kakek gila!" serunya seraya maju dan plak, plak dengan

suaru gerak loncatan yang luar biasa cepatnya, ia sudah menampar muka kakek Lo Kun.

Lo Kun terhuyung-huyung mendekap mulutnya yang berdarah. Kepalanya serasa memancar berpuluh bintang.

Rupanya Giok-bin-hou tak mau memberi ampun. Ia masih belum puas. Segera ia loncat memburu dan hendak menghajar kakek Lo Kun lagi.

Tetapi tiba2 sesosok bayangan melesat ke hadapannya dan membentak:

"Jangan kurang ajar terhadap kakekku!"

"Engkau!" Giok-bin-hou berteriak demi melihat penghadangnya itu si Blo'on dan tanpa hentikan gerak tubuhnya yang melaju ke muka, ia terus menghantam dada Blo'on, Dukkkk .....

Tardengar suara tinju menimpa badan disusul dengan dua sosok tubuh yaag mencelat masing2 ke belakang. Blo'on mencelat jungkir balik tetapi dapat berdiri tegak. Sedangkan Giok bin-hou juga terlempar sampai dua tombak dan masih terhuyung-huyung mau jatuh. Mukanya merah padam.

Blo'on segera maju menghampiri dan berseru :

"Engkau sudah kalah dengaa sumoayku tetapi masih hendak menganiaya kakekku!"

"Aku hendak membalas hinaan yang pernah dilakukannya di rumahmakan kemarin."

"Baik. aku yang akan menerima pembalasanmu itu!" sahut Blo'on.

Diam2 Giok-bin-hou terkejut heran. Jelas dia dapat menghantam tetapi pada waktu tinjunya mengenai dada Blo'on, serasa ditolak oleh tenaga yang dahsyat sekali.

Namun karena pemuda itu sudah maju dihadapannya, Giok- bia hou pun terpaksa harus melayani.

"Kalau engkau mau mewakili nyawanya terserah."

Giok-bin-hou terus bergerak menyerang. Dia gunakan jurus ilmupukulan yang cepat dan dahsyat. Diserangnya Blo'on dengan gencar sekali Tetapi alangkah kejutnya ketika mendapatkan lawan juga bergerak sama, baik jurus mau pun kecepatannya.

Giok-biu-hou heran. Diserangnya pula Blo'on dengan makin gencar dan dahsyat. Tetapi dia benar2 heran tak terkira ketika mendapatkan Blo’on dapat meniru semua gaya serangan dan kecepatannya.

"Gila, ilmusilat apakah yang dimiliki pemuda gundul ini? Atau apakah dia menggunakan ilmu sihir dan setan? " diam2 dia membatin. Tiba2 ia teringat akan sebuah jurus yang disebut Angin- menderu-hujan-mencurah. Ya, jelas sekali ia menggunakan jurus itu.

Tiba2 tubuhnya melambung tinggi lalu bergeliatan menukik kebawah seraya lepaskan dua buat pukulan tangan kanan dan kiri.

Buru ... bum ...

Terdengar dua buah letupan disusul dengan hamburan tanah yang muncrat keatas dan bertebaran ke empat penjuru.

Dengan gerak seringan kapas, Giok-bin-hou pun melayang turun ke tanah. Ia memandang tajam2, menerobos kepulan debu yang tebal. Ia hendak melihat bagaimana keadaan Blo'on.

Setelah kabut tanah menipis ia dapat melihat jelas kearah tempat Blo'on berdiri tadi.

Alangkah kejutnya ketika ia tak melihat bayangan Blo'on. Dan lebih kaget pula ketika tahu2 dia disekap dari belakang. Hah …. Ia berontak sekuat-kuatnya. Tetapi segera ia mengeluh kesakitan karena, sekuat tenaga yang ia gunakan untuk meronta itu, sekuat itu pula tubuhnya dijepit sekuat- kuatnya.

"Hek ...." tekanan yang dideritanya sedemikian hebat sehingga dia tak dapat bernapas. Pandang matanya gelap, kepala pun pening.

Sesaat kemudian ia kerahkan segenap tenaga dan berontak untuk melepaskan diri. Tetapi apa yang dideritanya juga makin hebat. Sedernikian hebat sehingga tulang rusuknya merasa patah.

"Kakek, berapa kali dia menamparmu? " seru Blo’on. "Dua kali."

"Kalau begitu, kembalikanlah!"

"Benar," kakek Lo Kun segera melangkah maju dan plat, plak .......

Kali ini Giok-bin-hou benar2 tak berdaya. Ketika tangan Lo Kun melayang. dia coba berusaha untuk mengerahkan tenaga menghindari. Tatapi tangan Blo'on pun segera memancarkan tenaga yang kuat sekali. Giok-bin-hou coba mengerahkan tenaga dalam menahan tamparan kedua. Tetapi akibatnya makin runyam. Apa yang dia lakukan, dia harus menerima akibatnya. Didalam tubuh dia terlanda tenaga-dalam yang dipancarkan dari tangan Blo'on, disebelah luar dia harus menerima tamparan kakek Lo Kun yang marah.

Tiga buah gigi Giok-bin-hou tanggal dan orangnya pun pingsan. Dia menderita luka-dalam yang parah.

Anggauta barisan Cong-lian-kun atau Teratai-cokelat segera terhamburan menyerbu tetapi serentak mereka disongsong tubuh Giok-bin hou yang dilemparkan Blo'on.

Sesaat rombongan barisan Cong-han-kun itu sibuk menyanggapi tubuh Giok-bin-hou, Blo'on dan Lo Kun pun segera kembali ketempat duduknya.

Gempar seketika gelanggang pertempuran itu. Giok-bin- hou, thancu dari barisan Teratai-cokelat. merupakan salah seorang thancu Seng-lian kau yang diandalkan perkumpulannya. Selain masih muda, berilmu kepandaian tinggi, pun memiliki kecerdasan yang mengagumkan.

Dialah yang mempunyai rencana untuk mendirikan rumahmakan di kaki gunung untuk melumpuhkan dan menculik orang persilatan yang hendak mengganggu Seng- lian-kau.

Tetapi dia mempunyai kelemahan, gemar paras cantik dan bertabiat sombong. Itulah sebabnya dia harus menderita kekalahan dari Sian Li.

Hek cong thancu segera gunakan ilmu Menyusup suara, menyuruh Lam kim-kong Wan Tiong maju.

Thancu dari barisan Teratai-biru itu pun segera melangkah ke tengah gelanggang.

"Kalah menang dalam medan pertempuran, sudah jamak. Seng-lian kau mengakui dan menghormati lawan yang lebih sakti," seru kepala barisan Teratai-biru.

Blo'on dan rombongannya memandang kearah Hoa Sin.

Ketua Kay-pang itu dianggap sebagai pimpinan mereka.

"Silahkan Hong Hong totiang maju menghadapi orang itu," kata Hoa Sin.

Ketua Go-bi-pay pun menurut.

Setelah saling memperkenalkan diri, maka Lam-kim-kong atau si Malaekat-malas segera berseru:

“Silahkan totiang memulai. Kami sebagai tuan rumah seharusnya mengalah terhadap tetamu."

Hong Hong tojin, seorang ketua partai persilatan yang terkenal seperti Go-bi-pay. Sudah tentu dia bukan tokoh sembarangan.

Dia membuka serangan dalam jurus Sin-wen-te-kuo atau Kera-sakti-mempersembahkan buah. Tangan kanan lurus menghantam kemuka. sedang tangan kiri siap didamping pinggang. Lam-kim-kong tak mau menghindar atau pun menangkis. Dia hanya kampiskan dada dan perut ke belakang. Melihat itu Hong Hong totiang tebarkan kelima jarinya untuk menusuk dada lawan. Tetapi alangkah kejutnya ketika jarinya tersedot oleh tenaga yang kuat. Cepat ia kerahkan tenaga-dalam untuk menahan. Tetapi pada saat itu tenaga-sedotan itu tiba2 berobah menjadi pancaran tenaga-tolak yang keras.

Tangan Hong Hong tojin tertolak kebelakang sehingga kuda2 kakinya tergempur mundur selangkah.

Dalam gebrak pertama itu Hong Hong di fihak yang menderita. Tetapi kekalahan itu memberi pengetahuan kepadanya bahwa lawannya itu seorang jago tenaga-dalam yang hebat. Dia harus hati2 menghadapinya.

Selanjutnya pertempuran pun berlangsung seru dan cepat. Keduanya sama2 mengeluarkan jurus-yang jarang digunakan.

Tiba2 terjadi satu adegan yang menegangkan sekali. Hong Hong tojin berhasil mendesak Lan-kim-kong dan pada saat itu dia pun melihat suatu kesempatan yang terbuka.

Sebagai seorang ketua partai persilatan sudah tentu Hong Hong tojin tahu akan hal itu dan tak mau melewatkan begitu saja.

Dengan menggerung keras, dia gunakan jurus Thui-gong- ong-gwat atau Mendorong jendela-melihat rembulan. Kedua tangan mendorong sekeras-kerasnya ke dada lawan.

Kung.....

Tiba2 Hong Hong tojin terkejut ketika mulut Lam-kin-kong mendengkung keras. Segumpal angin yang keras melanda ke muka ketua Go-bi pay. Ketua Go-bi-pay tak menyangka sama sekali lawan akan menggunakan semburan tenaga-dalam dari mulut. Jarak demikian dekat dan seluruh perhatiannya telah ditumpahkan kearah kedua tangannya yang sedang menghantam dada lawan.

Terdengar dua buah teriak tertahan disusul oleh dua sosok tubuh yang mencelat ke belakang.

Ternyata Hong Hong tojin telah gunakan pukulan Gun- goan-ciang yang hebat. Ia tak percaya lawan mampu bertahan dari pukulannya itu.

Memang Lan-kim-kong Wan Tiong mencelat sampai setombak jauhnya tetapi dia dapat berdiri tegak. Sedangkan Hong Hong tojin terhuyung-huyung beberapa langkah lalu jatuh terduduk. Ketua Go-bi-pay itu pejamkan mata, menyalurkan pernapasan. Menilik wajahnya yang pucat, jelas ketua Go-bi-pay itu tentu menderita luka dalam yang cukup berat.

Lam-kim-kong tertawa mengejek lalu mulai maju menghampiri lagi. Melihat itu Blo'on segera maju ke gelanggang.

"Eh, mengapa engkau muncul? Apakah mau main kerubut? " tegur Lam-kim-kong.

"Tidak," sahut Blo'on. "Hong Hong totiang sedang melakukan pernapasan. Mungkin menderita luka.

"Lalu? "

"Akulah yang akan menggantikan!" "Engkau mengakui fihakmu kalah? " "Ya."

"Hm, dia belum mampus."

"Apakah perlu harus sampai mati? "  "Hanya dua pilihan, mati atau menyerah." "Apa maksudmu dengan menyerah itu? "

"Menjadi anggauta Seng-lian-kau dan tunduk pada semua

peraturannya." Blo'on tertawa.

"Pertandingan ini secara rombongan, bukan perorangan. Jika semua rombonganku kalah, barulah rombonganku menyerah kepada Seng-lian kau. Bukankah yang tadi, fihakku juga merebut kemenangan? "

Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan lain2 diam2 terkejut girang mendengar bantahan Blo'on. Mereka heran mengapa mendadak sontak pikiran Blo'on begitu terang.

"Ho engkau menghendaki pertempuran secara keseluruhannya? "

"Apakah tidak begitu? Apakah harus satu demi satu dianggap kalah atau menang. Jika engkau mengira bahwa fihakku yang kalah harus ikut Seng-lian-kau maka menurut keadilan, fihakmu yang kalah pun harus ikut aku!"

"Jangan, Blo'on.! Perlu apa memelihara mereka!" tiba2 kakek Lo Kun berseru.

"Sudahlah, Jangan banyak bicara. Mari kita segera bertempur," seru Lam-kim-kong yang rupanya agak terdesak dalam pembicaraan.

"Silahkan!" sambut Blo'on.

Lam-kim-kong gemas dengan Blo'on karena pemuda gundul itulah yang dapat mengalahkan Giok-bin-hou. Diam2 ia  hendak cari pahala. Apabila dapat membekuk Blo'on, bukankah pangkatnya akan naik dalam Seng lian-kau? "Engkau tetamu, engkaulah yang memulai, saru Lam-kim- kong. Dia tetap pegang gengsi sebagai tuanrumah.

"Tetapi aku tak dapat menyerang," seru Blo’on, "engkau saja yang menyerang, baru aku dapat membalas."

Mendengar itu Hoa Sin dan lain2nya terkejut. Apabila Lam- kim-kong sampai mengetahui bahwa Blo'on tak mengerti ilmusilat, bukankah hal itu akan merugikan Blo'on.

"Baik." untunglah Lam-kim-kong tak mau bertanya lebih lanjut. Dia ingin cepat2 meringkus Blo'on.

Serangan dibuka dengan sebuah terjangan dalam jurus Hek-hou thou-sim atau Macan hitam-menerkam-hati. Sambil loncat, tangannya menerkam dada.

Blo'on terkejut, Serentak memancarkan tenaga sakti Ji-ih- sin-cang dalam tubuhnya. Dia ingin menghindar dari terkaman maut itu. Dan segera menjejak tanah untuk loncat keatas, wut....

Lam-kim-kong Wan Tiong adalah seorang thancu dari Seng- lian-kau. Dia memiliki ilmusilat yang tinggi terutama ilmu tenaga-dalam yang di semburkan dengan mulut. Ha-ma-kang atau ilmu-sakti Dengung-katak.

Demikian nama ilmu semburan tenaga dalam dari mulut itu. Dan lebih ganas lagi, dia sering mengumur bubukan racun. Hong Hong tojin tadi pun terkena semburan tenaga dalam yang mengandung bubuk racun. Itulah sebabnya maka ketua Go bi-pay itu gelap pandang matanya dan rubuh. Dia terkena semburan tenaga-dalam beracun.

Lan kim-kong mengira sekali terkam dia pasti dapat mencengkeram dada Blo'on lalu hendak dirobeknya, Tetapi alangkah kejutnya ketika ia hanya menubruk bayangan kosong. Blo'on seolah hilang dari pandangannya.

"Hayo aku disini!" seru Blo'on.

Lam kim-kong terkejut dan cepat berbalik tubuh ke belakang. Ia tak mengira bahwa Blo'on sudah berada di belakangnya.

Sekalian anakbuah Seng lian-kau, terutama barisan Teratai- biru menahan napas ketika melihat Blo'on melambung ke atas, melayang melampaui kepala Lan-kim kong dan turun di belakangnya. Mereka siap akan meneriaki Lam-kim-kong apabila Blo'on akan menyerang dari belakang. Tetapi ternyata pemuda itu tak mau melakukan dan hanya berseru memanggil lawan.

Lam-kim-korg menggeram keras2. Dia segera menerjang lagi. Dan karena tahu pemuda lawannya itu dapat melambung keatas maka dia pun sudah menjagai kemungkinan itu.

Tetapi diluar dugaan Blo'on tidak melambung melainkan menirukan gaya serangan lawan, "Hm, engkau cari mampus!' dengus Lam-kim-kong ketika tangan kanannya yang menerkam juga disambut oleh tangan kanan Blo'on yang menerkam. Ketika kedua tangan saling beradu, dia terus mencengkeram tangan Blo'on dan meremas sekuat-kuatnya.

"Hah!" Blo'on terkejut dan menepiskan tangannya Rasa kejut telah memancarkan tenaga sakti Ji ih-sin-kangnya. Seketika tangan Lam-kim-kong seperti tertolak sebuah gelombang tenaga-dalam yang dahsyat sekali. Tenaga dalam yang dipancarkan kearah tangan kanannja tadi seketika tertolak balik kedalam tubuhnya lagi. Akibatnya hebat. Tangannya seperti dilontarkan dan karena hebatnya lontaran itu tubuhnya sampai ikut berputar-putar deras seperti gangsingan.

Pada saat dia dapat menguasai dan menghentikan putaran tubuhnya, ternyata tanah yang dipijaknya itu telah melesak sampai sejari dalamnya.

Tardengar pekik kaget orang2 Seng-tian-kau. Belum pernah selama ini mereka menyaksikan pertempuran yang begitu aneh dan luar biasa.

Pucat wajah Lam kim-kong Wan Tiong. Saat itu baru dia menyadari akan suatu keanehan yang luar biasa pada diri pemuda gundul yang mengalahkan Giok bin-hou thancu barisan Teratai-cokelat tadi.

Mengapa pemuda gundul itu mampu menirukan semua gaya dan gerak jurus serangannya? mengapa pula pemuda gundul itu dapat memancarkan tenaga dalam penolak yang sedemikian aneh dan sakti?

Dikata aneh karena tubuh pemuda gundul itu seperti menerima saja gelombang serangan tenaga-dalam tetapi tiba2 gelombang tenaga-dalam itu memantul balik kepada penyerangnya. Dikata sakti karena ilmu memantulkan balik tenaga-dalam itu termasuk ilmu tataran tinggi.

Lam-kim kong heran, benar2 heran . Namun karena sudah turun di gelanggang, ia harus berusaha keras untuk mengalahkan lawan. Cara yang bagaimana ganas dan keji pun tak peduli, pokok dapat membunuh lawan.

Diam2 Lam-kim-kong pun sudah siapkan rencana. Lalu ia maju lagi melakukan serangan. Karena tahu lawan tentu menirukan serangannya. Segera ia memasang perangkap. Dengan jurus Peck-ho can ki atau burung bangau merentang sayap, ia merentang kedua tangannya. Dan memang Blo'on pun menirukan gaya itu. Pada saat itu juga Lam kim kong maju selangkah dan… “kung …..”

“Auh … " terdengar jeritan ngeri ketika tubuh Lam-kim kong terlempar setombak jauhnya dan mendekapkan tangan ke muka, meraung-raung seperti serigala sakit gigi.

Apa yang terjadi benar2 mengejutkan sekalian orang. Pada saat Lam kim-kong mendengkung melancarkan ilmu Ha-ma- kang beracun, Blo'on menirukan. Racun yang disemburkan dari mulut Lam-kim-kong disambut pula oleh semburan tenaga dalam Jih ih sin kang dari mulut Blo'on. Akibatnya Lam-kim kong tertampar racun dari semburan mulutnya sendiri, ditambah pula masih terlempar satu tombak.

Lam kim-kong berjingkrak-jingkrak, dengan masih menutup mukanya dia lari seperti orang gila.

Sesosok tubuh melayang dari deretan thancu2 Seng lian- kau. Dengan gesit orang itu memegang tubuh Lam-kim-kong.

“Wan thancu, apa yang terjadi padamu? ”

Namun Lam-kim kong Wan Tiong masih meraung-raung seperti orang gila. Melihat itu orang tersebut yang bukan lain adalah Gok mo-ong si Raja-tangis yang menjabat sebagai thancu barisan Teratai Ungu segera menyambar tangan Lan kim-kong dan menariknya.

„Ah....." Gok-mo-ong memekik kaget ketika melihat wajah Lam-kim kong berobah menyeramkan. Penuh dengan bintil2 hitam, kedua biji matanya melotot keluar, "Wan thancu, engkau terkena racun!"

Lan-kim kong tak menyahut melainkan masih meraung- raung kian kemari. Gok-mo-ong makin terkejut melihat sepak terjang rekannya. Jelas Lam-kim-kong telah buta kedua matanya.

Ia pun melihat pertempuran tadi. Ketika Lam kim-kong mendengkung, lawan pun mendengkung dan akitbatnya segulung cairan warna hitam telah menyimprat ke muka Lam- kim-kong sendiri.

“Ah, dia tentu terkena racun yang disemburkannya sendiri,” akhirnya Gok-mo-ong menarik kesimpulan. Cepat ia melambai memanggil seorang anakbuah dan suruh dia membawa Lam- kim-kong masuk.

Setelah itu barulah Gok mo-ong menuju ke tengah gelanggang. Tetapi ternyata Blo'on sudah tak kelihatan. Pemuda itu sudah kembali ke tempat duduknya lagi.

Tiba2 Gok-mo-ong menangis, serunya dengan sedih : "Siapakah diantara rombongan tetamu yang sudi menghibur kesedihanku? "

Bio'on segera berbangkit.

"Jangan, " cegah Hoa Sin, "kali ini biarlah paman Lo yang maju."

"Aku? " Lo Kun terkejut.

"Ya, hiburlah dia, orang yang gemar menangis itu, " ujar Hoa Sin.

Sambil mengiakan Lo Kun segera lari menghampiri ke hadapan Gok-mo-ong.

"Hai, orang sudah setua engkau mengapa masih suka menangis?  " tegur kakek Lo Kun, " apa yang engkau tangisi?  " Sambil menangis, Gok-mo-ong berseru: “Kakek, aku sudah kehilangan dua orang kawan yang tercinta, bagaimana hatiku tak sedih? Hanya manusia yang tak punya hati, tentu masih dapat tertawa. "

Habis berkata Gok mo ong menangis makin keras. Aneh, tiba2 Lo Kun pun ikut bersedih. Dia diam termenung-menung.

"Celaka," keluh Hoa Sin, "dia terkena serangan tangis Gok- mo ong. "

"Paman Lo, jangan kena ditipu lawanmu. Dia menangis itu sebenarnya sedang melancarkan ilmu tangis sakti yang  disebut Toan-jong golc-hwa ( ilmu Tangis-penghancur usus) . Apakah engkau tak takut kalau ususmu putus terburai ke luar? " tiba2 telinga Lo Kun mendengar kata2 lembut tetapi cukup jelas.

"Lawanlah dengan tertawa dan tamparlah mukanya. Suruh dia diam jangan menangis," kembali suara macam ngiang nyamuk itu melengking ke dalam telinga Lo Kun.

Serentak Lo Kun terperangah. Dia kebas-kebaskan kepala sampai beberapa kali tetapi agaknya ia masih belum terlepas dari pengaruh ilmu Toan-jong-gok-hwat.

Plak .... tiba2 ia menampar gundulnya sendiri keras sekali sehingga gelagapan dan terhuyung-huyung ke belakang.

" Kurang ajar! " sesaat berdiri tegak dia terus memaki, "mengapa engkau terus menerus menangis? "

Namun Gok-mo ong tak menghiraukan dan masih asyik menangis. Bahkan makin lama nadanya makin menyayat hati.

Lo Kun maju hendak melakukan perintah orang yang memberi bisikan tadi. Tetapi baru dua langkah, ia sudah terhenti, menunduk diam. Gok mo ong makin keras tangisnya. Tiba2 Lo Kun mendumprah ke tanah seperti orang yang lunglai tenaganya.

"Celaka, kakek itu terkena Toan-jong-gok-hwat " diam2 Hoa Sin mengeluh. Karena tahu bahwa sebentar lagi Lo Kun pasti hancur ususnya, Hon Sin segera hendak maju ke tengah gelanggang. Tetapi dia kalah cepat dengan Blo'on dan Sian Li yang serempak lari menghampiri Lo-Kun.

Sebenarnya Bio'on dan Sian Li tak bersepakat lebih dulu. Hanya karena mereka sayang akan kakek Lo Kun, melihat keadaan kakak itu, keduanya terus berhamburan dan hendak manolong.

"Kakek Lo, engkau kenapa? " seru Sian Li seraya mengangkat tubuh Lo Kun.

"Kasih dia minum obat dan bawa keluar. Aku hendak menghadapi setan tangis itu,” seru Blo`on yang terus maju ke muka Gok-mo-ong.

"Hai, berhenti!" teriak Blo'on. Tetapi rupanya Gok-mo-ong malah memperkeras tangisnya.

Blo'on mendongkol. Dia, maju mengharnpiri hendak menampar tetapi haw baru beberapa langkah tiba2 dia terhenti dan terus ikut menangis.

Sudah tentu Hoa Sin dan rombongannya terkejut. Dengan cemas mereka mengikuti apa yang akan terjadi dengan kedua orang itu.

"Auhhhhhh ...... " tiba2 Gok-mo-ong melolong berkepanjangan dan terus terjungkal rubuh.

Gempar sekalian orang menyaksikan hal itu. Sudah tentu terutama darit fihak Seng-lian-kau. Sesosok tubuh segera melayang ke tengah gelanggang dan memeriksa tubuh Gok- mo-ong. Tiba2 wajah pendatang itu pucat.

“Dia sudah mati ….” serunya tertahan. Berpaling ke belakang, dilihatnya Blo'on sudah berhenti menangis dan pelahan-lahan melangkah ke tempat duduknya lagi.

Tiba2 pendatang itu tamparkan tangan kanannya ke arah Blo'on.

"Kim kongcu, menyingkirlah!”, Hoa Sin yang sejak pendatang itu turun ke gelanggang selalu mengawasi gerak geriknya, cepat apungkan tubuh dan manyambar tubuh Blo'on dibawa menyingkir ke samping.

“Kenapa Hoa pangcu? " terbelalak heran "Dia menyerang kongcu."

"Menyerang? Mengapa aku tak mendengar gerak pukulannya sama sekali? ”

Hoa Sin mengangguk.

"Dia adalah Bu Ing Sin-tan si Malaekat-sakti tanpa- bayangan yang kini menjadi than cu Seng Tian-kau. Dia memiliki pukulan yang disebut Bu-ing-ciang. Pukulan itu sama sekali tak mengeluarkan bunyi dan sambaran angin tetapi tahu2 lawan sudah rubuh. "

"Oh," desuh Bloon agak kaget, "tetapi bagaimana pangcu tahu tentang diri orang itu? "

"Dia dulu juga hadir dalam malam terakhir dari penghormatan jenasah Kim tayhiap. Pada saat melakukan sembahyang, dia melepaskan ilmu pukulan Bu ing-ciang ke arah peti jenasah "

"Setan, " teriak Blo'on lalu berputar tubuh hendak menghadapi Bu Ing Sin-kun. "Kim kongcu, kali ini biarlah aku yang menghadapinya.

Harap kongcu suka beristirahat," kata Hoa Sin.

"Tetapi Hoa pangcu, dia memiliki ilmu Bu-ing-ciang yang hebat "

Hoa Sin tersenyum.

" Aku tahu bagaimana harus menghadapinya."

Akhirnya Blo'oa menurut. Dan majulah Hoa Sin berhadapan dengan Bu ing Sin kun.

"Selamat berjumpa kembali, Bu lng Sin-kun," Hoa Sin memberi salam, " tentulah anda masih kenal dengan Hoa Sin, bukan? "

"Hm, bukankah engkau pengemis yang ikut giat mengurus pemakaman jenasah Kim Thian Cong dulu? "

Hoa Sin tertawa mengiakan. "Benar, kiranya anda masih memiliki ingatan yang tajam sekali. Tetapi aku heran, mengapa tokoh sesakti anda ternyata mau bekerja sebagai thancu dari Seng-lian-kau."

"Hm," Bu Ing Sin kun mendesuh, "Seng-lian-kau adalah wadah yang paling tepat untuk kaum persilatan dan tokoh2 sakti. Jika engkau sudah kenal dengan Seng-lian-kau engkau tentu tak kan malu menjadi anggautanya. Bahkan engkau merasa bangga karena diterima sebagai anggauta perkumpulan itu."

Hoa Sin tertawa.

"Terserah saja pada anggapan anda. Tetapi aku, Hoa Sin. lebih suka jadi raja pengemis dari pada budak Sang-lian-kau."

Merah muka Bu Ing Sin-kun, hardiknya: "Sudahlah, jangan banyak mulut. Mari kita selesaikan personlan kita ini."

Kedua tokoh itu pun tak mau banyak bicara lagi. Keduanya segera terlibat dalam serang menyerang yang hebat. Walau pun pertempuran dilakukan dengan tangan kosong, tetapi kedahsyatannya tak berkurang. Bahkan lebih maut dari pertempuran menggunakan senjata.

Berulang kali pada beberapa kesempatan, Bu Ing Sia-kun pun melancarkan pukulan Bu-ing-ciang yang lihay tetapi dia heran mengapa ketua Kay-pang itu tak rubuh.

Ternyata Hoa Sin memang sudah mengadakan persiapan. Dahulu ketika menerima pukulan dari tokoh Thian-sat-cu pada malam may-song atau malam terakhir peti jenasah Kim Thian Cong; berada di rumah, dia tak sampai remuk karena sebelumnya ia memasang sehelai tikar yang dianyam dari bahan kulit swat-coa atau ular salju yang berumur ratusan tahun. Alas itu dapat menahan segala tusukan senjata tajam dan pukulan sakti.

Pengalaman itu memberi pelajaran pada Hoa Sin, setiap berhadapan dengan tokoh yang termasyhur sakti, dia selalu mengenakan penutup dada dari kulit swat-coa itu. Demikian ketika menuju ke markas Seng-lian-kau, Hoa Sin pun tak lupa memasang alat pelindung itu, Itulah sebabnya beberapa pukulan tanpa bayangan dari Bu lng Sinkun selalu disongsong dengan dada oleh Hoa Sin.

Hoa Sin memang tajam sekali matanya. Dia sempat memperhatikan bahwa lawan sedang bingung memikirkan kegagalan pukulan Bu Ing ciangnya. Dalam kesempatan itu Hoa Sin pun segera melancarkan ilmu pukulan Joh-hong-ciang atau pukulan Salah-arah yang diciptakannya sendiri itu. Sebagai seorang ketua partai persilatan sebesar Kay-pang sudah tentu Hoa Sin memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Ditambah pula dengan kecerdasan otaknya yang tajam, dia merupakan seorang lawan yang tak boleh dipandang enteng.

Pertempuran antara kojiu lawan kojiu memang berlangsung cepat dan dahsyat, enak dinikmati. Dengan ilmu Joh-hong- ciang, Hoa Sin berhasil memaksa lawan untuk berloncatan kian kemari. Tetapi Hoa Sin pun tetap mencemaskan pukulan Bu-ing-sin-ciang atau pukulan tanpa-bayangan dari lawan.

Pada suatu serangan, Hoa Sin berhasil menu tuk bahu kiri lawan tetapi dia pun terkena pukulan-tanpa-bayangan. Keduanya terhuyung-huyung mundur.

Bu Ing sin-kun tegak seperti patung sedang Hoa Sin jatuh terduduk dan muntah daran.

Dari deretan tempat duduk para thancu, turunlah seorang thancu, menghampiri Bu Ing sin-kun. Dia adalah thancu wanita dari barisan Teratai Merah, Bau Hong mo li atau Iblis- wanita-angin-gemulai.

Tiba2 si Angin-gemulai Biau Hong moli menutuk tubuh Bu Ing sin-kun beberapa kali. Bu log sin-kun gelagapan. Ternyata jalan darahnya telah terkena tutukan jari Hoa Sin. Kini dia bebas.

Bu Ing sin-kun tersipu sipu merah mukanya ketika mengetahui apa yang terjadi. Dihadapan segenap pimpinan dan anakbuah Seng-lian-kau, tarnyata dia tak mampu mengalahkan Hoa Sin. Benar dia berhasil melepaskan pukulan Bu-in-ciang hingga lawan muntah darah. Tetapi dia sendiri pun terkena tutukan ketua Kaypang. Dengan demikian pertandingan itu serie, tiada yang kalah dan menang. Sejenak memandang ke sekeliling, la melihat Hoa Sin masih duduk pejamkan mata. Wajahnya pucat. Seketika timbullah nafsu jahatnya. Ia segera mengangkat tangannya.

Tiba2 Sian Li dan Blo'on lari ke tengah gelanggang, menghampiri Hoa Sin.

"Hoa pancu, engkau terbuka? " seru Blo'on.

Sian Li yang tiba lebih dulu segera mendekat ke muka Hoa Sin. Tetapi sebelum nona itu sempat membuka mulut, tiba2 ia menjerit dan terjungkal rubuh.

Ternyata Sian Li telah menjadi korban pukulan tanpa- bayangan dari Bn Ing sin-kun. Karena berdiri di muka Hoa Sin, dia menjadi perisai ketua Kay-pang itu.

Melihat itu Blo'on terkejut. Cepat dia menghampiri sumoaynya –“Sumoay, engkau kena apa? "

Baru dia bertanya begitu, tiba2 dia juga terdorong ke tempat Sian li. Karena takut menimpa sumoaynya, Blo'on kerahkan tenaga untuk condongkan tubuh ke samping, lalu berguling-guling di tanah. Ia fak tahu mengapa tiba2 pantatnya seperti didorong tenaga yang kuat sekali.

Ia loncat bangun dan melihat ke sekelilingnya. Bu Ing Sin- kun dan wanita jubah merah berada tiga tombak jauhnya. Mungkinkah mereka yang memukulnya? Ah, tak mungkin.

"Kim kongcu, Bu Ing sin-kun curang. Dia memukulmu dari jarak jauh ”

Melihat Blo'on celingukan kian kemari dengan wajah heran, Ceng Sian suthay segera gunakan ilmu Menyusup-suara untuk memberi tahu kepada anak itu.

Blo'on terbelalak dan memandang kaarah Bu Ing sin-kun.

Namun dia masih terlongong-longong. "Kim kongcu, Bu Ing sin-kun memiliki ilmu pukulan Bu-ing- ciang atau ilmu pukulan tanpa-bayangan yang dapat dilepaskan dari jarak jauh....," kembali Ceng Sian perlu untuk menyusuli keterangannya lagi. Ia menduga Bio'on tentu bingung dan tak percaya.

Kali ini Blo'on baru gelagapan sadar. Tetapi baru ia hendak melangkah, tampak Bu Ing sin-kun mengangkat pula tangannya. Blo'on pun segera menirukan. Serangkum angin pukulan melanda, dia terdampar mundur selangkah, Tetapi Bu Ing sin pun juga terdorong selangkah ke belakang.

Kini Blo'on benar2 menyadari bahwa memang Bu ing sin- kunlah yang menyerangnya. Serentak ia maju menghampiri dan menuding.

"Hai, engkau, mengapa engkau curang? " serunya.

"Siapa curang? " balas Bu Ing sin-kun. "Hoa pang-cu memang rubuh. Tetapi engkau pun tegak tak dapat bergerak. Andaikata tidak ditolong wanita baju merah ini, engkau tentu masih jadi patung. Engkau dibantu kawanmu, seharusnya engkau memberi kesempatan kepada fihakku untuk menolong Hoa pangcu. Mengapa sebelum kita menolong Hoa pangcu, engkau terus memukul? Apakah itu tidak curang? "

Bu Ing sin-kun merah mukanya. Ia malu karena sampai tertutuk oleh Hoa Sin. Kini dia dimaki maki oleh seorang pemuda gundul. Walau pun ia tahu bahwa tadi Giok-bin-hou. Gok-mo-ong telah dijatuhkan pemuda gundu! itu. Karena diluap rasa marah karena ditutuk Hoa Sin, ditambah pula karena melihat perwujudan Blo'on yang tak karuan, serentak ia tumpahkan kemarahannya kepada pemuda itu.

"Jangan banyak mulut!" tiba2 Bu Ing sin kun mengangkat tangannya dan terus ditamparkan ke arah Blo'on. Tiada angin mau pun suatu bunyi yang terdengar dari tamparan Bu Ing sin-kun itu sehingga Blo'on hampir terkecoh. Untung anak itu segera menirukan gerak gerik orang.

"Uh....." Bu Ing sin-kun mendasuh kejut ketika tubuhnya terpental sampai dua langkah ke belakang. Ia terkejut mengapa tiba2 tenaga-dalam yang dipancarkan melalui pukulan Tanpa-suara itu membalik dan melanda dirinya sendiri.

Ia masih belum menyadari dan tetap penasaran. Kini dia kerahkan tujuh bagian tenaga-dalam dan terus menampar kearah Blo'on.

Bu Ing sin-kun diakui dunia persilatan sebagai sin-kun atau ksatrya sakti. Dan pengakuan itu memang ada dasarnya. Pukulan yang dimiliki tokoh itu memang menggemparkan kaum persilatan. Entah sudah berapa banyak jago2 silat ternama yang rubuh di tangannya. Seperti yang terjadi beberapa detik tadi. Hoa Sin ketua Kay-pang pun muntah darah karena termakan pukulan Bu-ing-ciang.

Bahkan saat itu dia gunakan tujuh bagian tenaga-dalamnya untuk menghantam Blo'on, dapat dibayangkan betapa dahsyat pukulan itu.

Melihat itu Blo'on pun menirukan gerakannya bahkan kali ini dia menampar lebih keras. Dia marah melihat Bu Ing sin-kun melukai Hoa Sin dan Sian Li.

Hek .... mulut Bu Ing sin-kun menguak, tubuhnya mencelat sampai dua tombak. Tiba2 sesosok bayangan melayang dan menyambar tubuh Bu Ing Sin-kun. Orang itu berjumpalitan di udara dan bagaikan seekor burung alap2, dia terus menggondol tubuh Bu Ing sin-kun, melayang turun di luar gelanggang lalu lari.... Gempar sekalian orang2 Seng-lian-kau. Dalam rapat besar yang dihadiri oleh segenap pimpinan dan anakbuah Seng-lian- kau, seorang pendatang yang tak dikenal, dapat melarikan seorang thancu Seng-lian-kau. Hal itu benar2 hampir tak  dapat dipercaya.

B'o'on terkejut tetapi sesaat kemudian dia terus lari mengejar.

"Hai, tunggu aku, Blo'on," kakek Lo Kun juga terus ikut mengejar. Dalam beberapa kejap ketiga orang itu pun lenyap.

Jika Blo'on sibuk mengejar, tidak demikiai dengan pimpinan Seng tian-kau. Mereka tenang2 saja. Sebenarnya Hek cong- thancu hendak bertindak tetapi tiba2 ia mendapat kisikan melalui ilmu Menyusup-suara dari ketua Seng-lian-kau, supaya tenang dan melanjutkan acara pertandingan. Karena tiada mendapat perintah, anakbuah Seng lian kau pun tak berani bertindak.

"Kay-pang pangcu," seru Biau Hong moli, thancu Teratai- merah kepada Hoa Sin yang saat itu masih duduk bersemedhi. Sementara Sian Li masih menggeletak di tanah, “ayo, engkau atau siapa dari kawanmu yang melayani aku!"

"Biau Hong moli. akulah yang akan menemani engkau," tiba2 terdengar sebuah suara seorang wanita berseru.

Biau Hong terkejut dan berpaling. Ia terkejut karena tidak mendengar suara apa2 tahu2 di belakangnya muncul seorang rahib. Dan rahib itu bukan lain adalah Ceng Sian suthay.

"O, engkau Ceng Sian," serunya dengan nada garang untuk menutupi rasa kejutnya, “rupanya sekarang ilmu kepandaianmu bertambah sakti." "Jangan terlalu memuji," seru Ceng Sian suthay, "karena  hal itu akan menurunkan nyalimu.”

“Hm," dengan Biau Hong moli.

Ceng Sian suthay menggapai kearah rombongannya supaya membawa Hoa Sin dan Sian Li. Tiba2 muncul seorang kakek agak bungkuk, Dia adalah kakek Kerbau Putih yang muncul bersama Hui Gong siansu, Ang Bin tojin. Sugong In. Mereka membawa Hoa Sin dan Sian Li keluar gelanggang.

"Biau Hong moli," seru Ceng Sian suthay, "bagaimana pertempuran ini akan dilangsungkan? "

"Kita cepatkan saja,” sahut Biau Hong, “mari kita pakai senjata."

Thancu wanita dari Seng-lian-kau itu terus mencabut pedang. Ceng Sian suthay pun mengeluarkan hud-tim atau kebut pertapaannya. Sejenak dia mememandang tajam2 kearah thancu dari Seng-lian-kau itu.

Sesuai dengan gelarannya Biau Hong moli atau Iblis wanita Angin-gemulai, walau pun usianya sudah lebih dari empatpuluh tahun, tetapi Biau Hong masih mengenakan dandanan yang menyolok. Mukanya berbedak tebal, bibir dilumuri gincu merah, sangguInya keatas seperti seorang perawan. Dan yang nyentrik, sepasang tangan dan kaki wanita itu mengenakan gelang. Memang Biau Hong seorang wanita cantik, tetapi dengan cara berdandan yang berkelebihan itu, menimbulkan kesan kalau dia seorang wanita yang gemar pelesiran.

"Engkau tetamu, engkau boleh mulai menyerang dulu," serunya kepada Ceng Sian. Rahib yang menjadi ketua dari partai Kun Iun pay ini pun segera melakukan pembukaan dalam jurus Tang-hong-hud liu atau Angin-musim rontok-meniup-pohon liu.

Bulusuri dari kebut itu pun segara berhamburan sebagai hujan mencurah. Namun Biau Hong moli bergeliatan melayang-layang kian-kemari seraya memainkan pedangnya. Sepintas pandang gerakannya mirip dengan kupu2 yang menari-nari diantara curahan hujan.

Kedua wanita sakti itu segera terlibat dalam pertempuran seru. Kuduanya sama2 memiliki gin-kang atau ilmu meringankan tubuh yang sakti. Yang satu bagai hujan lebat yang satu seperti angin gemulai.

Sudah seratusan jurus telah berlangsung namun keduanya masih belum tampak siapa yang lemah. Bahkan saat itu hampir sukar diketahui mana Ceng Sian mana Biau Hong. Untung Ceng Sian mengenakan jubah warna putih dan Biau Hong pakaian merah sehingga sosok tubuh mereka merupakan paduan sepasang warna merah dan putih.

Baik dari fihak Seng-lian-kau mau pun dari rombongan Hoa Sin, sama mengagumi keindahan dan kelihayan dan pertempuran kedua wanita sakti itu.

Menilik jalannya pertempuran, mereka kuatir pertempuran itu akan berlangsung lama sekali. Entah sampai berapa ratus jurus.

Biau Hong mengagumi kesaktian Ceng Sian suthay. Dulu memang dia pernah bentrok dengan suthay itu ketika dia kepergok menculik seorang pemuda. Dalam pertempuran itu ia berhasil mendesak Ceng Sian dan meloloslkan diri.

Tetapi kini dia dapatkan kepandaian rahib ketua Kun-lun pay itu memang maju pesat dan jauh bedanya dengan dulu. Untung dia pun sudah mempersiapkan diri untuk meyakinkan ilmu yang lebih tinggi. Berkat menemukan sebuah kitab pusaka, dia dapat meyakinkan ilmu gin-kang sehingga mencapai tataran Coh-siang-hui atau Terbang-diatas-rumput. Apabila ia lari maka kakinya seolah-olah tak menginjak tanah.

Juga Ceng Sian suthay tak kurang kejutnya melihat kegesitan lawannya. Ia harus menumpahkan segenap kepandaiannya agar jangan termakan pedang lawan, Hanya dengan kesabaran dan ketenangan, barulah ia dapat bertahan menghadapi Iawan.

Namun betapa ulet dan gigih suatu pertempuran, akhirnya tentu akan terakhir juga.

Sekonyong-konyong dua buah sinar yang berbentuk suatu lingkar bundar, meluncur kearah Ceng Sian. Menyusul dua buah lingkar sinar melayang ke perut Ceng Sian.

“Tring, tring…”

Dua buah lingkar sinar yang menyerang ke muka Ceng Sian itu tak lain adalah sepasang gelang kumala yang melilit di tangan Biau Hong moli. Dan pada saat Ceng Sian menangkis dengan hud-tim, Biau Hong moli ayunkan kakinya susul menyusul dan kedua gelang kumala pada kakinya pun meluncur ke perut Ceng Sian.

Bukan kepalang kejut Ceng Sian menerima serangan yang tak terduga-duga itu. Ia berusaha untuk berkisar ke samping tetapi pada saat itu juga pedang Biau Hong molli pun sudah memapas kepalanya. Ceng Sian masih berusaha untuk menangkis, tring budtimnya terbabat putus. Untung Ceng Sian masih sempat menundukkan kepala sehingga selamat dari tebasan pedang. Sekali pun begitu, kain penutup kepalanya telah terbabat. Bukan kepalang murka rahib ketua Kun-lun-pay itu. Dia tak kira kalau lawan akan menggunakan senjata rahasia gelang kumala yang dipakai pada lengan dan kaki. Sebagai seorang ketua partai persilatan yang ternama, sudah tentu Ceng Sian merasa terhina. Lebih baik mati daripada mendapat malu.

Dengan kerahkan seluruh tenaga-dalam, dia taburkan tangkai hudtim kemuka Biau Hong. Biau Hong gugup. Dia pun tak menyangka lawan masih dapat menggunakan jurus yang sedemikian nekad. Cepat dia condongkan kepalanya ke samping tetapi pada saat itu pula, tangan kiri Ceng Sian pun sudah menutuk jalandarah pada tulang bahu lawan, tring....

Seketika Biau Hong rasakan tangan kanannya lunglai dan pedangnya pun jatuh katanah. Tetapi pada saat itu juga Ceng Sian merintih pelahan, tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dan rubuh terduduk. Dia termakan gelang kaki lawan

....

Peristiwa itu terjadi hampir serempak. Pada saat Ceng Sian menutuk, pinggangnya pun terbentur gelang kumala sehingga tenaganya berkurang. Andaikata tidak, tutukan Ceng Sian itu tentu akan membuat Biau Hong cacad seumur hidup.

Gemparlah sekalian orang menyaksikan kesudahan pertempuran itu. Tampak wajah Biau Hong pucat kemudian merah padam. Sejenak kemudian ia membungkuk, memungut pedangnya lalu pelahan-Iahan mengharnpiri Ceng Sian yang saat itu masih duduk pejamkan mata. Dengan mata memberingas penuh dendam kemarahan, ia segera ayunkan pedangnya menabas kepala Ceng Sian.

Sekalian orang menahan napas. Bahkan rombongan Hoa Sin, terdengar ada yang menjerit karena mereka melihat Ceng Sian masih pejamkan mata. Auhhhh ......

Terdengar jerit pekikan mengaum dahsyat dan tubuh Ceng Sian pun terjungkal rubuh ke muka. Tokoh2 rombongan Hoa Sin menjerit dan hendak maju menolong Ceng Sian. Sian Li yang saat itu sudah sadar, walau pun tenaga-dalamnya masih terluka, paksakan diri untuk melangkah ke tengah gelanggang karena hendak menolong Ceng Sian. Ia tak peduli dan tak takut pada Biau Hong moli yang masih tegak dengan mata melotot.

Begitu tiba ditempat dan hendak mengangkat tubuh Ceng Sian sathay, tiba2 Sian Li menjerit kaget : "Oh. " ia rubuh.

Hong Hong tojin dan Hoa Sin, kakek Kerbau Putih lalu Hui Gong taysu, berhamburan menolong Sian Li dan Cang Sian suthay dibawa keluar.

Terdengar sorak gembira dari barisan Seng-lian-kau untuk menyambut kemenangan Biau Hong moli. Namun thancu wanita dari Seng-lian kau itu masih tegak seperti patung. Tidak bergerak, juga tidak bicara apa2.

Tiba2 Hek cong-thancu melayang dari tempat duduknya ke tanah gelanggang. Ternyata dialah yang pertama curiga atas keadaan Biau Hong moli. Dengan ilmu Menyusup-suara ia- meminta supaya Biau Hong moli kembali ke tempat duduknya. Tetapi Biau Hong moli tetap diam saja.

Ketika memandang Biau Hong moli, seketika pucatlah  wajah Hek cong thancu. Ia maju mendekat dan memegang bahu Biau Hong. Tiba2 Biau Hong rubuh. Untung Hek cong- thancu sudah memegangi bahunya. Ternyata Biau Hong moli sudah tak bernyawa. Hek cong-thancu memberi isyarat dan beberapa anakbuah barisan Seng-lian-kau maju menghampiri lalu mengangkat tubuh Biau Hong keluar gelanggang. "Hm bagus, kalian ini." seru Hek cong-thancu dengan mata berapi-api dan wajah merah padam, “rahib itu telah berlaku curang menabur dada Biau Hong thancu dengan jarum beracun *

Gemparlah sekalian orang. Baik dari fihak Seng-lian-kau mau pun dari rombongan Hoa Sin. Mereka baru tahu bahwa Biau Hong mati karena tertabur jarum beracun yang dilepas Ceng Sian suthay.

Sekonyong-konyong udara berhamburan hawa harum dan sesosok tubuh putih melayang ke tengah gelanggang.

"Ceng Sian suthay memang curang." seru orang itu dengan suara merdu.

Hek cong-thancu terkejut ketika melihat pendatang berpakaian putih itu. Seorang wanita yang cantik. Walau pun umurnya hampir 40-an tahun, tetapi lekuk2 kecantikannya masih menonjol. Dan tampaknya lebih muda dari umurnya. Rambutnya bersunting seikat bunga melati putih. Tubuhnya menyiarkan bau yang harum.

"Eagkau siapa? "* tegur Hek cong-thancu, “dan apa maksud kedatanganmu kemari? "

"Aku siapa dan apa maksud kedatanganku kemari, tiada sangkut pautnya dengan engkau maka tak perlu kuberitahukan. Yang penting, aku hendak menjawab tuduhanmu kepada Ceng Sian suthay tadi."

Hek cong-thancu terkesiap. Ia melihat sikapnya yang tenang dan sinar mata dari wanita cantik yang tenang tetapi berkilat-kilat tajam, Hek thancu menduga wanita itu tentu berisi kepandaian sakti. "Engkau tak berhak ikut campur urusan ini!" melihat sikap orang yang getas, Hek cong-thancu pun bernada keras.

" Aku tak ingin turut campur, hanya hendak mengatakan bahwa Ceng Sian suthay memang curang "

"O," Hek cong-thancu agak legah karena mengira orang tentu berpihak pada Seng-lian-kau.

" Bolehkah aku memberi penilaian? " seru wanita cantik itu pula.

"Hm," Hek cong thancu mengangguk.

"Tetapi Ceng Sian suthay terpaksa melakukan kecurangan itu, " kata wanita cantik itu pula.

"Apa katamu? " Hek cong-thancu terbeliak.

"Kukatakan, Ceng Sian suthay berbuat begitu karena terpaksa."

"Maksudmu? "

"Dia terpaksa mengimbangi kecurangan Biau Hong moli tadi. "

"Jangan bicara sembarangan! " bentak Hek cong-thancu. "Kedua pasang gelang kumala yang dipakai Biau Hong moli

tadi juga mengandung racun. Dan dengan menggunakan senjata rahasia itu, dia juga curang bahkan yang berbuat curang lebih dulu! "

"Setan!" Hek cong-thaucu terus ayunkan tangan menghantam.

Tiba-tiba sesosok tubuh melayang dan menghantam pukulan Hek cong-thancu dengan tongkatnya, pyarrr..... Terdengar bunyi berderak keras dan tahu2 tegaklah di tengah gelanggang seorang nenek tua dengan mencekal sebatang bambu kuning.

" Hong Tiok poh-poh! " saru Hek cong-thancu terkejut.

"O, engkau masih kenal aku? " seru nenek yang memang Hong Tiok pohpoh itu dengan nada dingin.

" Mengapa engkau melindungi dia?  Apakah dia kawanmu? " seru Hek cong-thancu.

"Persetan!" teriak Hong Tiok pohpoh, "aku butuh mencari engkau! "

"Aku? " Hek cong-thancu tergetar, "mengapa engkau menangkis pukuIanku yang kutujukan kepadanya? "

"Agar engkau jangan keliwat banyak membunuh orang dan agar engkau jangan kehabisan tenaga dulu dalam menghadapi aku! "

"Hm, " Hek cong-thancu menggeram. “nenek Bambu Kuning, jangan engkau bersikap seperti seorang hakim yang berkuasa menentukan mati hidup orang. Ingat, di sini adalah markas Seng-lian-kau, jangan bertingkah di sini! "

Hong Tiok pohpoh melengking marah : "Persetan dengan Seng-lian-kau. Aku tak peduli, aku hendak mencari engkau, bukan Seng-lian-kau!"

"Aku adalah cong-thancu dari Seng-lian kau dan di gelanggang ini semua atas nama Seng-lian-kau. "

"Sudah kukatakan, aku tak peduli dengan segala macam Seng-lian-kau. Aku hendak mencarimu dan menghimpas hutangmu. Ini urusan peribadi, bukan urusan Seng-lian kau." " Tangkap nenek gila ini! " serentak Hek cong thancu pun berseru. Duapuluh anakbuah barisan Teratai-merah segera menyerbu Hong Tiok poh poh.

Melihat itu nenek Bambu Kuning marah. Tanpa banyak suara dia terus putar tongkat bambunya untuk menghantam mereka. Tetapi anakbuah barisan Teratai merah itu pun bukan bangsa kerucuk yang lemah. Mereka mengepung dan menyerang nenek itu dari delapan penjuru. Betapa saktinya tetapi karena menghadapi sekian banyak jago2, Hong Tiok pohpoh sibuk juga.

Hong Tiok pohpoh berhasil merubuhkan lima orang tetapi akhirnya dia pun terkena pedang mereka. Bahunya terbacok dan kakinya pun terbabat. Kini nenek itu berlumuran darah. Dia makin mengamuk kalap.

Tiba2 sesosok tubuh melayang ke dalam gelanggang dan terus langsung menerjang barisan Teratai-merah itu. Tangan pendatang itu berayun-ayun beberapa kali dan terdengarlah susul menyusul jerit pekik disertai dengan sosok2 tubuh yang rubuh.

Dalam beberapa kejap saja, barisan Teratai-merah itu telah dibasmi semua.

"Poh poh, apakah lukamu parah? " seru pendatang itu, yang bukan lain adalah si gadis cantik yang datang bersama nenek itu.

"Hm, kawanan kurcaci itu memang harus dibasmi, " kata Hong Tiok pohpoh sambil menahan kesakitan.

"Pohpoh, lekas engkau mundur dan obatilah lukamu," seru si jelita pula. Hong Tiok pohpoh pun menurut. Kemudian si jelita maju ke hadapan Hek cong-thancu "Siapa engkau" tegar Hek cong-thancu dengan marah sekali karena melihat anakbuahnya bergelimpangan di tanah.

“, kalau engkau tak kenal aku, memang pantas. Tetapi aku tetap mengenal engkau!” sahut jelita itu.

“Siapa engkau!”-teriak Hek cong-thancu.

“Jawab dulu pertanyaanku ini," sahut si jelita, “bukankah engkau yang bernama Hek Bi-jin.

Hek cong thancu terkejut. Ia tak menyangka nona yang semuda itu kenal akan namanya. Namun ia mengiakan juga.

"Aku adalah anak dari Hek Bi-kui yang engkau bunuh itu.

Saat ini aku hendak meminta ganti jiwa kepadamu! " 'Engkau .

Hek Bi-jin menyurut mundur.

"Jangan banyak bicara, lekas bersiap menerima kematianmu! " tiba2 jelita itu mencabut sepasang tusuk kundai dari sanggulnya lalu menyerang.

Melihat lawan hanya bersenjata tusuk kundai, Hek Bi-jin pun segera memainkan pedangnya, menyerang dengan gencar. Tring .... tring, setiap sambaran pedang tentu disambut dengan tusukan ujung tusuk kundai. Hek Bi-jin penasaran dan makin kalap tetapi dia tetap tak mampu melepaskan pedangnya dari ujung tusuk kundai.

Tiba2 sesosok tubuh melayang dari tempat duduk pimpinan Seng-lian kau : "Hai, berhenti. Apakah engkau puteri dari Hek Bi kui? " serunya seraya melayang ke tanah.

Tetapi saat itu pula wanita cantik bersanggul bunga melati tadi segera melayang ke hadapannya. "Sui Kim-san, engkau masih kenal aku? ” seru wanita cantik itu.

" Engkau Kui Giok! " teriak orang itu.

"Bukan!" seru wanita itu."Kui Giok sudah mati merenas dalam derita penghianatanmu. Yang engkau hadapi ini adalah Hu Yong siancu yang akan mencabut nyawamu!"

"Kui Giok...

"Jika lelaki semacam engkau masih hidup, tentu banyak wanita yang menderita. Engkau harus mati sekarang juga!”

Tiba2 sesosok tubuh langsing melayang ke samping Hu Yong siancu. Dia adalah Sui Kim Lian, murid Hu Yong siancu yang sebenarnya puterinya serdiri.

“Suhu, apakah ini ayahku yang bernama Sui Kim-san itu? * seru Kim Liau.

"Ya," sahut Hu Yong siance, "dia seorang lelaki yang lebih mementingkan kesenangan diri dengan lain wanita dari pada isteri dan anaknya. Apakah engkau rela mempunyai ayah begitu? *

"Ayah," tiba2 Kim Lian berseru, "terimalah hormat anakmu." terus berjongkok dan memberi hormat sampai tujuh kali. Kemudian dia berbangkit. "Aku telah menghaturkan hormat kepadamu sebagai seorang ayah. Hormat yang terakhir sejak aku lahir dan hormat yang terakhir sejak aku hidup. Sekarang aku pun hendak menuntut dua buah hal. Sebagai anak yang tak diakui ayahnya, dan sebagai anak yang akan membela mamah yang telah dihianati suaminya. Nah, bersiaplah menerima pembatasan itu!"

"Engkau ... engkau anakku ….” baru Sui Kiai San hendak maju menghampiri Kim Lian, tiba2 Hek Bi jin setelah dapat mendesak lawan, terus loncat keluar gelanggang dan memaki: "Huh, perempuan tak tahu malu. Mengapa masih mengejar- ngejar lelaki yang tak sudi pada dirimu !"

"Jalang tua!” Kim Lian marah karena Hu Yong siancu dimaki sehina itu. Serentak dia terus menerjang Hek Bi jin.

"Ih....." tiba2 Kim Lian menurut mundur, tubuhnya terhuyung-huyung, bahunya berlumuran darah.

Melihat itu Sui Kim San marah : "Hek cong-thancu, engkau berani melukai anakku? ” Dia terus menghantam Hek Bi jin.

“Tak perlu cari muka, aku dapat menghukum nenek hitam yang menjadi gula-gulamu itu!" Hu Yong siancu serempak menyongsong pukulan Su Kim San yang ditujukan kepada Hek Bi jin, lalu menyerang lelaki bekas suaminya yang kini menjabat sebagai wakil ketua Seng-Iian-kau.

Sementara itu si jelita pun menyerang pula Hek Bi-jin dengan sepasang tusuk kundainya.

Tiba2 Hek Bi-jin menjerit keras, disusul dengan Sui Kim San yang meraung dahsyat. Sebuah biji mata Hek Bi-jin pecah tertusuk ujung tusuk kundai si jelita. Dan lengan kanan Sui Kim San pun terpapas pedang Hu Yong siancu.

Rupanya baik si jelita mau pun Hu Yong tak dapat mengendalikan emosinya. Setelah berhasil sekali, mereka pun menyusuli pula. Si Jelita menghabiskan biji mata Hek Bi-jin sehingga kedua mata wanita itu buta dan Hu Yong siancu pun membabat lengan kiri Sui Kim San sehingga kedua lengannya buntung.

Masih si Jelita dan Hu Yong siancu hendak menyerang lagi. Rupanya kedua wanita itu tak mau lekas2 menghabisi nyawa lawan, melainkan hendak berpesta pora dulu menyiksa lawannya.

Sekalian anakbuah Seng-lian-kau terkejut meyaksikan cong- thancu dan wakil ketua mereka menderita luka semacam itu. Hek Bi-jin memang bingung menghadapi permainan sepasang tusuk kundai yang luar biasa aneh dan saktinya dari si jelita. Sedang Sui Kim San masih terlongong-longong karena melihat Kim Lian, anak perempuannya terluka, sehingga ia lengah dan terbabat lengannya oleh Hu Yong siancu, bekas isterinya.

Ketika melihat cong-thancu dan wakil ketua terancam jiwanya, segenap barisan Seng-lian-kau segera bergerak hendak menyerbu. Tetapi sekonyong-konyong di udara terdengar suitan yang nyaring macam ledakan petir. Kemudian sesosok tubuh melayang dan meluncur turun ke tengah gelanggang.

Si jelita dan Hu Yong siancu terpental beberapa langkah ke belakang. Mereka seperti dilanda angin dahsyat.

Dan muncullah di tengah gelanggang itu seorang pria yang mukanya bertutup kain kerudung warna hitam. Dia adalah ketua Seng-lian-kau.

"Jika aku mau membunuh kalian berdua perempuan yang liar ini." serunya seraya menuding si Jelita dan Hu Yong siancu, "adalah semudah kubalikkan telapak tanganku. Tetapi aku menghendaki kepada rombongan kalian yang maju, jangan kerucuk2 macam kalian ini!"

Marahlah si jelita dan Hu Yong siancu. Tanpa bersepakat, keduanya segera menyerang. Tetapi ketua Seng lian kau itu menampar dengan kedua lengannya seraya mendengus.

"Hm, kalian bukan tandinganku!” Si Jelita dan Hu Yong siancu terpental sampai setombak jauhnya. Keduanya rasakan dadanya ampek dan napasnya sesak. Buru2 mereka melakukan pernapasan untuk melancarkan darah di tubuhnya.

Sementara beberapa anakbuah barisan Seng-lian-kau pun segera membawa Hek Bi-jin dan Sui Kim San ke dalam markas.

"Hayo, siapakah kepala dari rombongan yang hendak menantang Seng-lian-kau. Keluarlah bertanding dengan aku! " seru ketua Seng-lian-kau pula.

Rombongan Hoa Sin terkejut menyaksikan kesaktian ketua Seng lian-kau itu. Hu Yong siancu dan si jelita yang mampu menusuk kedua biji Hek Bi-jin, tetap tak dapat menahan tenaga tamparannya. Dapat dibayangkan betapa kesaktian ketua itu. Namun karena mendapat tantangan, terpaksa Hoa Sin melangkah maju. Melihat itu Hui Gong siansu, Ang Bin tojin, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, kakek Kerbau Putih. Sian Li serempak mengawal di belakang Hoa Sin.

"Hm, silahkan kalian maju semua! " seru ketua Seng-lian- kau dengan nada mengejek.

"Kedatangan kami di sini, bukan mencari permusuhan dan mau main kerubut, melainkan hendak mencari kedamaian. Anda mengatakan diri anda Kim Thian Cong tayhiap tetapi ternyata bukan. Maka atas nama seluruh kaum persilatan dan segenap partai2 persilatan mohon agar anda suka melepaskan rencana untuk rrenguasai dunia persilatan, membebaskan tokoh2 yang telah anda tawan dan ...

"Jangan banyak bicara!" bentak ketua Seng-lian-kau, "bersiaplah menerima seranganku. Ia menutup kata-katanya dengan lepaskan sebuah tamparan kearah Hoa Sin. Hoa Sin cepat menangkis tetapi dia terpental setombak kebelakang.

Tokoh2 ketua partai itu pun segera beramai-ramai rnenghantam, bum .... ketua Seng-lian kau menyongsong dengan pukulan dan terjadilah letupan dahsyat.

Hebat benar ketua Seng-liang-kan itu. Dia sanggup beradu pukulan dengan sekian banyak ketua partai persilatan, bahkan karena para ketua partai itu masih belum sembuh lukanya, mereka tersurut mundur setengah langkah.

Sesaat kepulan debu tebal sudah menipis maka di tengah gelanggang itu telah tambah dengan seorang pemuda gundul dan seorang kakek botak.

"Kim kongcu!" teriak sekalian ketua partai ketika melihat pemuda itu tak lain Blo'on dan kakek Lo Kun.

Mereka memberi anggukan kepala kepada mereka kemudian melangkah kehadapan ketua Seng-lian-kau, serunya:

"Akulah yang akan menghadapi engkau!"

"Ho, engkau? " teriak ketua Seng-lian-kau, “apakah tak ada lain jago yang lebih lihay dari engkau? "

"Akulah yang paling besar mempunyai kepentingan dalam urusan ini. Karena nama mendiang ayahku dicatut dan disalah-gunakan."

Ketua Seng-lian-kan tertawa. "Engkoh gundul, ini bukan main2 tetapi suatu pertaruhan jiwa dan nasib seluruh dunia persilatan,” kata ketua Seng liang kau. “Kalau aku kalah dengan engkau, aku rela mengundurkan diri dari dunia persilatan. Seng-lian-kau kububarkan dan tokoh2 persilatan yang kutawan itu akan kulepaskan semua. Tetapi bagaimana kalau engkau kalah.? "

"Kalau aku kalah, potonglah leherku!" sahut Blo'on. "Tidak, belum cukup!"

"Apa permintaanmu? "

"Seluruh partai2 persilatan itu harus menyerah dan tunduk di bawah perintahku!"

"Ah. aku tak tahu mereka mau atau tidak! Karena aku bukan pemimpin dunia persilatan melainkan hanya pemimpin rombongan yang datang kesini."

"Kim kongcu, aku bersedia menuruti permintaan ketua Seng-lian kau itu! " tiba2 Hoa Sin memberikan suara persetujuannya.

"Tetapi Hoa pangou," Blo'on kerutkan alis, "aku tak yakin kalau dapat mengalahkannya."

"Hoa Sin seorang ketua partai Kay-pang apa yang kukatakan tak pernah kumerasa menyesal. Aku tetap menjagoi engkau! "

"Kakekmu juga, Blo'on. Kalau engkau kalah aku rela menjadi budak ketua Seng-lian-kau yang banci itu! "

" Pin-ni juga, Kim kongcu," seru Hui Gong. " Pinto juga "

Berturut-turut Ang Bin tojin, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, Sugong In dan Sian Li menyatakan dukungannya kepada Blo'on. Blo'on terkejut. "Blo'on, mengapa engkau kuatir melawan seorang banci macam ketua Seng-lian-kau itu? " tiba2 kakek Lo Kun berteriak lagi.

"Eh, kakek gundul, mengapa engkau selalu  mengatakan aku banci? " seru ketua Seng-lian-kau.

"Karena engkau menutupi mukanya dengan kain hitam. Kalau engkau memang seorang jantan, bukalah! " sahut Lo Kun.

"Baik, ketua Seng lian-kau terus membuka kain yang mengerudung mukanya.

"Ya, mereka telah mendukung aku. Apakah engkau sudah puas? " tanya Blo'on.

"Baik, mari kita mulai! "

"Nanti dulu…. " kini Blo'on yang mencegah, "akulah yang masih kurang puas dengan syaratmu tadi. Aku masih menghendaki sebuah hal. "

"Apa? "?

"Engkau harus memberitahu dimana jenajah ayahku dan menyerahkan kepadaku! "

"Wah, kalau aku tak tahu? "

"Harus mencarikan sampai ketemu! " "Kalau tak bisa? "

"Kepalamu kupotong! "

Ketua Seng-lian-kau tertawa gelak2. Sedangkan sekalian ketua partai dan tokoh persilatan terkejut dan kagum atas kata2 Blo'on. "Engkau belum tentu menang," kata ketua Seng-liau-kau," baik, aku terima."

Segera orang2 itu disuruh minggir agar Blo'on dan ketua Seng lian-kau dapat berhadapan dengan leluasa.

“Nah, mulailah!'«

"Aku tidak bisa berkelahi. Engkau saja yang mulai dulu! " seru Blo'on. Ketua Seng lian kau itu pun dengan santai ayunkan tangannya menampar. Tiada kedengaran sambaran angin dan suara apa2. Tahu2 tubuh Blo'on mencelat sampai tiga tombak jauhnya. Dia terbanting ke tanah tetapi cepat dia melenting bangun dan melayang pula ke hadapan lawan.

"Ini lagi! *' ketua Seng Han kau menampar lebih keras dan tubuh Blo’on pun melayang ke udara. Tetapi sebelum meluncur ke tanah, Blo'on bergeliatan dan melayang kembali ke hadapan ketua Seng lian-kau itu.

Terdengar teriak pujian dari sekalian jago2 persilatan. Sementara ketua Seng-lian-kau mulai heran. Gila barangkali anak ini. Pikirnya.

Kali ini dia menendang dan tubuh Blo'on pun jungkir balik melambung ke udara tetapi seperti orang main akrobat, Blo'on meluncur ke tanah sembari berulang-ulang jungkir balik. Sebelum tiba di tanah, ketua Seng-lian-kau sudah menyambut lagi dengan sebuah hantaman. Tubuh Blo'on melambung ke udara lagi makin tinggi. Dia meluncur tetapi disambut lagi dengan hantaman.

Karena terkejut dan gentar, memancarlah semangat Blo'on dan serentak tenaga sakti Ji-ih sin-kang pun bergerak. Tenaga sakti itu dapat menggerakkan tubuhnya menurut apa yang dikehendakinya! Karena dua tiga kali berputar-putar jungkir balik di udara, kepala Blo'on agak pusing. Dia marah. Sambil meluncur ke bawah, dia menghantam. Hantaman itu tidak menurut tata jurus silat; pokok asal menghantam saja.

Saat itu ketua Seng-lian-kau menyambut lagi dengan sebuah hantaman keras.

Bum ..... terdengar ledakan dahsyat. Blo'on mencelat ke udara makin tinggi tetapi ketua Seng-lian-kau itu pun  mencelat sampai setombak jauhnya. Sesaat dia dapat berdiri tegak maka Blo'on pun sudah melayang turun di hadapannya.

"Kurang ajar, sekarang engkau juga harus merasakan pukulanku," seru Blo’on terus menghantam, uh cukup

dengan berkisar ke samping, Blo'on menghantam angin.

Ketua, Seng lian-kau pun loncat menyerangnya. Blo'on terkejut. Tahu2 tubuhnya sudah mencelat ke atas sehingga terjangan ketua Seng-lian-kau itu pun luput. Blo'on membuat sebuah gerak salto atau jungkir balik, meluncur di belakang lawan dan terus menerkamnya, uh ..... Blo'on menjerit kesakitan karena perutnya termakan sodokan siku lengan lawan. Tetapi anehnya ketua Seng-lian kau itu pun terdorong ke muka dan terseok-seok menyusur tanah. Cepat dia melenting bangun.

Dia tak tahu bahwa ilmu Ji-ih-sin-kang dalam tubuh Blo'on itu mempunyai daya tolak yang ampuh. Akibatnya, dia harus mencium tanah.

"Bangsat, mampus engkau!" ketua Seng lian-kau dengan marah segera dorongkan kedua tangannya ke arah Blo'on tetapi Blo’on juga menirukan gerakannya. Akibatnya Blo'on terpental setombak ke belakang tetapi ketua Seng-lian-kau itu terjerembab ke tanah. Cepat ketua Seng lian-kau itu melenting bangun tetapi saat itu Blo'on sudah menerkam dadanya, bratt ketua Seng-lian-

kau terkejut dan menyurut mundur tetapi karena dadanya kena dicergkeram tangan Blo'on maka bajunya pun robek dan dadanya terbuka. Sebelum dia sempat pulih kejutnya, Blo'on sudah menubruknya lagi.

Gerakan B'o'on memang Iuar biasa cepatnya sehingga tokoh seperti ketua Seng-lian kau pun tak sempat menghindar lagi. Dia berontak sekuat kuatnya tetapi ah. akibatnya

runyam. Seketika dia seperti dijepit rantai baja yang kokoh sekali sehingga dia lunglai dan muntah darah.

Dia tak tahu bahwa tenaga sakti Ji ih-sin-kang yang dimiliki Blo'on memang tiada tandingnya, dapat memantulkan daya tolak yang aneh. Tenaga-dalam ketua Seng-lian-kau yang dikerahkan untuk berontak itu bahkan malah melanda kembali ke dalam tubuhnya. Dia menderita luka-dalam yang parah sehingga sampai muntah darah.

"Bagus, Blo'on, engkau menang," seru Lo-Kun seraya lari menghampiri, "hai, apa benda hitam di dada sebelah kirinya itu? "

Kakek limbung itu terus ulurkan tangan hendak menjemput benda hitam sebesar buah kelengkeng yang melekat di dada ketua Seng-lian-kau sebelah kiri. Tetapi sekonyong berhembus angin halus dan tahu2 Lo Kun terlempar beberapa langkah lalu jatuh berguling-guIing di tanah. Dan saat itu dihadapan Blo'on muncul seorang wanita yang mengenakan kerudung muka.

"Kim Yu yong Iepaskanlah, dia adalah engkohmu sendiri," seru wanita Itu seraya menudingkan telunjuk jari keaah Blo'on. Entah bagaimana Blo'on pun lepaskan cengkamannya pada tubuh ketua Seng lian kau. "Hiang Hiang niocu!" serempak terdengar teriakan dari Hui Gong, Ang Bin dan Hoa Sin yang ramai2 menghampiri, "Taysu, totiang dan suthay, selamat berjumpa kembali," wanita itu memang Hiang Hiang niocu. Ia memberi hormat kepada para ketua partai persilatan. 

Setelah dilepas Blo'on, ketua Seng-lian-kau Itu pun duduk pejamkan mata. Ia menyalurkan tenaga dalam untuk memulihkan kembali lukanya.

"Siapakah wanita ini? * teriak Blo'on yang tak mengerti mengapa para ketua partai akrab dan menghormatnya.

"Omitohud!” seru Hui Gong taysu, "niocu ini adalah mamahmu, Kim kongcu."

"Mamahku? Ah, tidak, taysu. Mamahku sudah meninggal," bantah Blo'on.

Dengan suara tenang dan jelas, Hui Gong lalu menuturkan semua peristiwa pada waktu Hiang Hiang niocu datang menghadiri malam sembahyangan peti jenasah Kim Thian Cong.

Blo'on terlongong-longong.

"Yu Yong," tiba2 Hiang Hiang niocu berkata dengan lemah lembut, "aku girang sekali Thian Cong mempunyai putera seperti engkau. Engkau sebenarnya masih mempunyai seorang engkoh yang lahir dari lain ibu yalah aku ini."

"O, mah. ," tiba2 Blo'on berlutut membeli hormat.

"Bangunlah anakku," kata Hiang Hiang niocu dengan airmata berlinang-linang, "semua telah berlalu, semoga berlalu pula segala dendam dan penderitaan. Mari kita jelang hari2 kebahagiaan dapat berkumpul kembali." "Mah, mengapa engkau melarang aku menyekap ketua Seng-lian-kau itu? " tanya Blo'on pula.

"Dia adalah engkohmu atau pateraku yang hilang," jawab Hiang Hiang niocu.

Sekalian ketua partai persilatan terkejut dan meminta keterangan.

"Tahi lalat sebesar buah kelengkeng pada dada kirinya, merupakan ciri yang tak dapat diingkari lagi. Dia adalah anakku yang diculik Pak Lian lojin, ketua Pek-lian-kau guru dari The Seng-kun karena mengira anak itu adalah putera The Seng-kan."

"Benar, aku memang putera The Seng-kun," tiba2 ketua Seng lian-kau berseru seraya berbangkit, "siapa bilang aku putra Kim Thian Cong? "

"Aku," sahut Hiang Hiang niocu." "Engkau? Siapa engkau? "

"Aku adalah mamahmu, nak "

"Tidak!* ketua Seng-lian-kau berteriak.

"Pek Lian sucoa mengatakan ibuku sudah mati!"

"Dia bohong!" seru Hiang Hiang niocu dengan nada tergetar, "dia telah menculik engkau waktu engkau masih bayi."

"Apakah buktinya? " masih ketua Seng-lian-kau membantah.

Tiba2 di udara terdengar suara orang bernyanyi: Dunia memang aneh, lucu sekali Yang benar, dikata salah Yang salah dianggap benar Mungkin ayah tak yakin akan anak Tetapi seorang wanita tahu pasti Siapakah ayah dari puteranya Kerana dialah yang melahirkannya.

Sekalian orang terkejut ketika di gelanggang itu muncul seorang kakek berwajah tertawa. Dengan langkah tenang dia menghampiri ke tempat Hiang Hiang niocu.

"Bu Bun, engkau salah!" seru kakek itu kepada ketua Seng lian-kau," niocu ini memang benar ibumu dan engkau adalah putra Kim Thian Cong tayhiap, bukan The Seng kun.

Sudah tentu sekalian orang terkejut mendengar kata2 itu. "Lo-tiang, siapakah lo tiang ini? * kali ini Hoa Sin segera

menghampiri.

"Engkau tak kenal aku? Ha, ha, Hoa Sin, kutahu engkau telah mengalami badai penderitaan, Tetapi kini badai itu telah berlalu,"

"Lo tiang, mohon lotiarg sudi memberi keterangan kepada kami."

"O…. Bu Ing lojin, kemanakah Bu Ing Sin-kun tadi? ” tiba2 Blo'on menyeloteh.

"Sudah kulepaskan karena dia sudah berjanji takkan muncul dalam dunia persilatan lagi," jawab kakek yang disebut Bu Ing lojin.

Atas pertanyaan Hoa Sin, Blo'on menerangkan ternyata yang menyambar dan membawa Bu Ing sinkun tadi adalah kakek itu.

"Bu Ing lojin," kata Hiang Hiang niocu, “telah lama kudengar dalam dunia persilatan tentang seorang tokoh yang luar biasa. Beruntung sekali hari ini aku dapat berjumpa." "Ah, niocu terlalu merendah diri. Aku pun sudah lama mengagumi nama niocu," sahut Bu Ing lojin, "sebenarnya aku juga mendapat tugas dari suhu untuk mencari sumoayku."

Hiang Hiang Niocu kerutkan alis. "Siapakah suhu dari lojin? " tanyanya.

"Kurasa Niocu tentu sudah mengenalnya. Beliau adalah Bu Beng suhu!"

"Hai ....!" teriak Hiang Hiang niocu menyurut mundur setengah langkah, "kalau begitu .... lojin ini adalah suhengku

..."

Bu Ing lojin tertawa: "Jika sumoay mau mengaku aku si orang tua sebagai suheng, sudah tentu aku merasa gembira sekali. "

"Suheng, terimalah hormat sumoay," serta merta Hiang Hiang niocu terus menghaturkan hormat.

"Bu Bun, Hiang Hiang niocu ini memang mamahmu. Jangan engkau tak kenal adat! " seru Bu Ing lojin pula.

"Hm, tidak mudah untuk mengaku-aku. Coba sebutkan, mana buktinya! " sahut ketua Seng-lian-kau.

Bu Ing lojin segera mengeluarkan sebuah bungkusan kain kuning dari bajunya lalu diserahkan ke pada ketua Seng lian kau dan minta supaya memeriksanya.

Ketua Seng lian kau membuka bungkusan itu dan membelalak ketika melihat isinya. Sebuah bunga teratai dari batu kumala putih. Itulah pusaka milik sucounya, Pek Lian lojin dan sekeping emas putih yang tipis berisi tulisan yang diukir. Bunyi tulisan itu menyatakan bahwa Bu Bun telah diambil secara paksa dari tangan ibunya, isteri The Seng-kun, yang bernama Hiang Hiang niocu..... Ketua Seng lian kau terlongong-longong. Tiba-tiba ia berseru : "Dari mana engkau mendapatkan benda2 ini? ”

"Dari suhuku," kata Bu Ing lojin, "dalam pertempuran dengan pasukan Beng, Pek Lian lojin menderita luka2 berat dan diselamatkan oleh suhu. Tetapi karena lukanya terlalu parah, akhirnya Pek Lian menghembuskan napas. Sebelum meninggal dia telah menyerahkan kim-long (kantong wasiat) ini kepada suhu agar menyerahkan kepadamu."

"Mah, anak telah bersalah, terimalah hormat anak yang puthau ini," kata ketua Seng-lian-kau seraya berlutut di hadapan Hiang Hiang niocu. Hiang Hiang niocu memeluknya. Selama duapuluh tahun, baru saat itu Hiang Hiang mengucurkan airmata lagi.

“Mah, benarkah ayahku itu Kim Thian Cong? " tanya ketua Seng-lian-kau yang bernama Bu Bun itu.

Dengan barcucuran airmata, Hiang Hiang niocu menceritakan semua kisah hidupnya. Ia menandaskan dengan sumpah bahwa Bu Bun itu memang putera yang didapatnya dari Kim Thian Cong. Adalah karena mengra Bu Bun itu anak dari The Seng-kun, maka Pek Lian lojin lalu membawanya lari.

"Tetapi aku adalah mamahmu maka hanya aku yang tahu jelas siapa sebenarnya ayahmu itu," Hiang Hiang niocu menutup pembicaraan.

"Jika begitu, semua tindakanku yang kulakukan menurut perintah sucou Pek Lian lojin itu salah semua. Dia mengatakan bahwa Kim Thian Cong itu adalah musuh besarku karena telah membunuh ayahku The Seng kun. Aku harus membalas dendam kepadanya. Itulah sebabnya maka aku lalu mengumpulkan pengikut dan merencanakan untuk mencuri jenaiahnya." "Oh, " Hiang Hiang niocu mendesuh kejut, "jadi engkaulah yang melakukan pencurian itu? "

"Sebenarnya aku tak mempunyai rencana sampai begitu. Tetapi Sui Kim San telah menawarkan jasa untuk melakukan pancurian itu. Kemudian dia dapat memaksa Tio Goan Pa untuk mencuri jenajah Kim tayhiap."

"Jahanam manusia Goan Pa itu. Mengapa ia mau melakukan perbuatan terkutuk itu? " tiba2 Sian Li berteriak.

"Sui Kim San telah menjanjikan akan memberinya rahasia dari tempat penyimpanan sebuah pedang pusaka serta harta karun."

"Dari mana? "

"Dari kerangka pedang Ceng-liong-kiam," kata Bu Bun.

"O," tiba2 Ceng Sian suthay berseru, "jika demikian kerangka itu berisi peta rahasia yang berharga. Aku terlambat mendapatkannya."

"Apakah suthay mendapatkan pedang Ceng-liong-kiam itu? " sekonyong-konyong Hu Yong siansu buka suara.

Ceng Sian mengiakan. Dia mengatakan bahwa dia sebenarnya puteri dari Ong Gwat-ngo dengan Li Hong-kiat.

"Oh, cici ....," diluar dugaan tiba2 Hu Yong siansu berlutut di bawah kaki Ceng Sian suthay, " aku adalah puteri dari mamah Ong Gwat-ngo dengan Ong Han "

Ceng Sian suthay terkejut. Ternyata dia dan Hu Yong siancu itu saudara seibu lain ayah. Keduanya lalu berpelukan dengan mesra ..... "Bu kongcu," sesaat kemudian Hoa Sin bertanya kepada ketua Seng-lian-kau, "jadi yang mencuri jenasah Kim tayhiap itu Tio Goan Pa sendiri?

"Ya."

"Dan siapakah yang membunuh Kwik suhengku? " seru Sian

Li.

"Juga Goan Pa."

"Dia memang manusia licik. Setelah mendapatkan peta

rahasia dalam kerangka pedang Ceng-lui-kiam, barulah dia menyerahkan jenasah suhunya. Setelah itu dia terus melenyapkan diri entah kemana."

"Dimana jenasah ayahku sekarang!" bentak Blo'on.

Ketua S;ng-lian-kau terbelalak. Ia mengangguk dan tersenyum : "Adikku Blo'on, karena tak tahu asal usul diriku, maka aku telah melakukan kesalahan besar karena mencuri jenasah ayah. Tetapi jangan kuatir. Jenasah ayah telah kubalsem dan kusembunyikan dalam markas ini. Nanti setelah urusan selesai, kita bawa lagi ke Lou-hu-san."

"Kim kongcu, engkau harus minta maaf kepada engkohmu karena engkau berani melawannya tadi," bisik Hoa Sin.

"Engkoh .... eh, siapa namanya? Aku minta maaf karena berani kepadamu," kara Blo'on.

"Engkau benar, Blo'on," Hiang Hiang niocu tersenyum "dia bernama Bu Bun tetapi itu salah. Dia harus memakai she ayahnya. Engkau bernama Kim Yu Yong dan biarlah dia kuberi nama Kim Yu Ci."

Beberapa ketua partai persilatan itu segera memberi selamat kepada Kim Yu Ci. Semua orang bergembira karena keluarga dari Kim Thian Cong dapat berkumpul. Kim Yu Ci lalu mengajak sekalian orang gagah masuk kedalam markas. Dia perintahkan orang untuk mempersiapkan perjamuan besar guna merayakan hari yang bersejarah itu.

Tiba2 rombongan Hoa-san-pay yang dipimpin oleh Pui Kian, salah seorang tianglo partai itu pun muncul. Disusul dengan rombongan murid2 Bu-tong-pay, Siau-lim-pay.

Di tengah perjamuan, Hoa Sin angkat bicara. Dia mengatakan bahwa memang sudah menjadi naIuri bahwa kehidupan dunia persilatan itu tak pernah mengenal tenang. Setiap masa tentu timbul pergolakan. Tetapi bagaimana pun, sejak dahulu hingga sekarang, setiap pergolakan tentu akan lenyap karena yang Putih tentu akhirnya dapat menindas yang Hitam.

Kemudian ketua Kay pang itu mempersilahkan setiap ketua atau wakil dari partai persilatan, begitu pula tiap hadirin, apabila mempunyai persoalan yang belum beres, supaya diajukan dalam perjamuan agar dapat dipecahkan beramai- ramai. Mumpung saat itu hampir dikata segenap tokoh2 persilatan sama berkumpul.

Pui Kian sebagai wakil Hoa-san-pay segera berbangkit dan melanjutkan tuntutannya kepada Blo'on. Minta pertanggungan jawab pemuda itu atas terbunuhnya Kam Sian Hong, ketua Hoa-san-pay.

Kembali Bu Ing lojin tampil memberi keterangan :

"Ketika rombongan Hoa pangcu, Kim Blo'on, Ceng Sian suthay dan Pang To Tik menuju ke markas Thian-su-kau digunung Thay san, bukankah markas besar Thian-su-kau hancur? ”

"Benar, lojin," sahut Hoa Sin. "Dan sebelum itu, tahukah saudara sekalian dimana Pang To Tik? " tanya Bu Ing lojin.

"Saat itu Pang To Tik tayhiap mengatakan kepada kami hendak melakukan penyelidikan menyusup kedalam markas Thian-su-kau. Tetapi sampai dengan hancurnya markas Thian- su-kau ternyata dia tak muncul."

"Benar," seru Hong Hong tojin pula, "bahkan diantara reruntuk puing markas rahasia Thian su kau yang ambruk itu kami menemukan mayat Pang To Tik."

"Siancay, siancay! Semoga diampunkan segala kedosaan dari manusia2 yang khilaf dan menjadi budak nafsu,” seru Bu Ing lojin, “semut mati karena gula, manusia mati karena tingkahnya.”

"Bu Ing lojin ,..."

"Anakku Blo'on," buru2 Hiang Hiang niocu menyela. “panggilah beliau dengan sebutan supeh karena dia adalah suhengku, mau? "

"Supeh, apa maksud kata2 supeh? " Blo'on mengulang pertanyaannya.

"Kukatakan manusia mati karena tingkah. Seperti halnya Kam Sian Hong ketua Hoa-san-pay. Dia mati karena dibunuhnya sendiri.. ".

"Supeh!" teriak Blo'on. "yang jelas, dong. Kalau memberi keterangan jangan pakai kata2 yang berliku-liku, aku tak mengerti."

„Baiklah," kata Bu Ina Lojin, "Jelasnya yang mati di gua markas Hoa-san pay itu bukan Kam Sian-Hong tetapi sebenarnya Pang To Tik. Sedang Pang To Tik itu sebenarnya adalah Kam Sian Hong .. " Sekalian tokoh2 gempar mendengar keterangan itu. Bahkan Blo'on terus menjerit:

"Supeh. Jangan bicara sembarangan. Ini benar2 menyangkut urusan penting karena orang2 Hoa-san-pay menuduh aku yang membunuhnya!''

"Aku bicara dengan sesungguhnya." kata Bu Ing lojin dengan nada serius. "Selama kalian berada di gunung Thay- san, bukankah beberapa kali kalian melihat bayangan manusia yang muncul lenyap seperti setan? "

"Hai, apakah itu supeh sendiri? " teriak Blo’on pula.

Bu lng lojin tersenyum lebar, selebar mukanya yang bundar seperti bulan purnama.

"Ya," katanya, "aku memang mengikuti gerak gerik kalian. Dan ternyata aku pun mendapatkan hasil yang tak terduga- duga."

"O, apakah itu? " seru Blo'on.

"Mengenai diri Pang To Tik itu." kata Bu Ing lojin. "pada malam itu kulihat sesosok bayangan berkelebat didalam markas Thian su-kau. Kuikuti dia. Dia masuk kedalam kamar rahasia di bawah tanah dan walau pun kutunggu sampai hari menjelang pagi, dia tetap tak muncul. Besok paginya baru aku terkejut ketika mendengar ledakan yang menggelegar. Ternyata markas Thian-su kau telah hancur. Dan diantara sosok2 tubuh yang tertindih tumpukan puing, kudapatkan diri Pang To Tik. Kutolongnya tetapi dia sudah tak mempunyai harapan lagi.

''O," seru sekalian ketua partai penilaian, "sungguh kasihan Pang tayhiap." "Namun setelah kututuk jalandarah dan kusaluri dengan tenaga-dalam, dia masih dapat membuka mata dan mengucapkan pesan yang terakhir "

" Apakah pesan Pang tayhiap? " seru Hoa Sin. Juga rombongan Hoa san pay tampak tegang dan menumpahkan perhatian.

"Pesan itu hanya merupakan suatu pengakuan dosa. Pang To Tik mengaku bahwa dia sebenarnya adalah Kam Sian Hong, ketua Hoa-san-pay "

“Hai, ngaco belo!”, teriak Pui Kian, tianglo Hoa-san-pay. “Maaf, jika tak ingin mendengarkan keteranganku, aku pun

terpaksa tak melanjutkan saja,"kata Bu Ing lojin.

"Hai, orangtua, jangan mengganggu orang bicara! " Blo’on membentak tianglo dari Hoa san-pay, "kalau engkau tak suka, silahkan tinggalkan tempat ini. Tetapi kami semua ingin mendengar keterangan dari supeh. "

"Sudahlah, Kim kongcu," karena kuatir menimbulkan perselisihan, buru2 Hoa Sin melerai, "baiknya kita dengar dulu apa yang lojin hendak menceritakan. Setuju atau tidak setuju, baru nanti kita katakan setelah selesai bercerita "

Bu Ing lojin pun melanjutkan pula :

"Kam Sian Hong mengaku bahwa dia telah khilaf karena dirancang dendam asmara. Kam Sian Hong mempunyai seorang sumoay yang cantik. Diam-diam Kam Sian Hong jatuh cinta tetapi sumoaynya tidak menyambut. Sumoaynya lebih mencintai Pang To Tik. Sudah tentu Kam Siau Hong mendendam kepada Pang To Tik. Setelah suhu mereka menutup mata dan Kam Siau Hong diangkat sebagai ketua Hoa san-pay, diam2 dia menyusun rencana. Disuruhnya sutenya itu ke gurun Go bi untuk mencari sebuah kitab pusaka Thian-lun-cin-keng di kuil Budagaya. Kitab pusaka itu telah dijanjikan oleh kepala kuil Buddhagaya kepada suhu mereka

....... "

"Pang To Tik seorang murid yang patuh. Dia segera berangkat ke Tibet. Setelah dia pergi maka Kam Sian Hong pun mulai melaksanakan maksudnya Dia mulai mempergencar pendekatannya kepada sumoaynya. Tetapi karena dengan cara halus sampai kasar, sumoaynya tetap tak mau, akhirnya hilanglah kesabaran Kam Siau Hong. Pada suatu hari dia meniup dupa wangi yang mengandung bius ke dalam kamar tidur sumoaynya. Setelah sumoaynya tak sadarkan diri, dia lalu masuk dan melampiaskan nafsunya "

Keesokan harinya setelah bangun, sumoay itu terkejut dan tahu apa yang terjadi atas dirinya. Serentak dia menyambar pedang dan mencari Kam Siau Hong. Setelah memaki-maki, sumoaynya segera menyerang. Kam Sian Hong terpaksa melayani. Dia masih mengalah karena merasa bersalah. Tetapi bahunya kena tertusuk pedang, dia pun marah. Akhirnya sumoaynya dapat dirubuhkan. Menyadari bahwa perbuatannya itu apabila ketahuan orang tentu akan menimbulkan malu besar, dan kuatir kalau sumoaynya akan menyiarkan peristiwa itu, maka Kam Sian Hong yang sudah terlanjur basah itu pun mandi sekali.

Sumoaynya dibunuh lalu diatur sedemikian rupa, seolah- olah telah mendapat kecelakaan jatuh ke dalam jurang. 5 tahun kemudian pulanglah Pang To Tik. dengan membawa kitab pusaka itu. Dengan hati yang jujur diserahkannya kitab pusaka itu. Di dalamnya selain berisi ilmu pela|aran Prana atau pemapasan juga tentang beberapa ramuan obat yang jarang diketahui orang. Diantaranya yang disebut lo-yong-sut atau ilmu Merobah-raut-muka. Setelah berhasil mempelajari dan mendapatkan ramuan obatnya, akhirnya Kam Sian Hong lalu melaksanakan rencananya. Memang Pang To Tik juga menanyakan dimana sumoaynya dan dijawab Kam Sian Hong kalau sumoaynya juga sedang melakukan tugas ke daerah Hunlam.

Demikian setelah matang segala persiapannya, Kam Sian Hong berhasil membunuh Pang To Tik, kemudian dia berganti menjadi Pang To Tik. Sedang mayat Pang To Tik setelah dirobah muka dan pakaiannya, dijadikan Kam Sian Hong dan ditaruh dalam gua tempat dia bersemedhi ....

"Oh....., " terdengar gemuruh suara para hadirin yang terkejut.

"Tetapi akhirnya segala perbuatan jahat itu tentu akan menerima ganjaran. Dia hendak meledakkan markas Thian su kau agar semua tokoh2 silat mati tetapi dia sendiri tak menyangka bahwa ledakan itu akan menghancurkan seluruh ruang rahasia sehingga dia sendiri turut tertimbun mati."

"O. jadi Pang tayhiap yang selama bersama rombonganku itu sebenarnya Kam Sian Hong sendiri? " Hoa Sin menegas.

"Ya," kata Bu Ing lojin. "begitulah pengakuan dari dia pada detik2 hendak menghembuskan napas. Dan aku pun telah melakukan pesannya agar jenasahnya dibakar dan abunya dibuang dalam bengawan Hong-ho."

Sekalian orang gagah terutama dari pihak Hoa-san-pay termangu-mangu. Mereka tak menyangka bahwa Kam Sian Hong yang begitu diindahkan dan seorang ketua yang berbudi, ternyata melakukan perbuatan yang begitu diluar persangkaan orang. "Kiranya hanya kekuasaan Asmara yang berpengaruh, dapat menyebabkan seorang tokoh seperti Kam Sian Hong sampai gelap pikiran.

"Nah, siapa lagi yang masih mempunyai persoalan supaya dikemukakan," seru Bu Ing lojin.

"Aku, lojin," tiba* Hoa Sin berseru, "aku hendak minta tanya dimanakah jejak ketua Kay-pang yang dulu yakni Han- jiat-sin-kay Suma Kian? "

"Oh ,...," Bu Ing lojin menjerit kaget. Tetapi cepat2 dia tenang kembali, "Hoa Sin, kutahu engkau telah melaksanakan segenap kemampuan untuk menjabat ketua Kay-pang dan engkau pun telah membuktikan dirimu memang tepat sebagai ketua Kay-pang. Oh " tiba2 ia berteriak.

"Kenapa lojin? " Hoa Sin heran.

"Ya, aku lupa," kata Bu Ing lojin, "hari ini aku harus menemui seorang sahabat di kota Tayli, ah, maaf, aku harus lekas kesana. Dan inilah Hoa Sin, barang titipan dari Han-jiat- sin-kay Suma Kian," ia terus melemparkan sebuah bungkusan lalu melesat keluar dan lenyap dalam kegelapan malam.

Sekalian orang tercengang ketika melihat tingkah ulah Bu Ing lojin yang seaneh itu. Yang paling terkejut sendiri adalah Hoa Sin. Ketika membuka bungkusan, ia mendapatkah sehelai kulit kambing yang bertuliskan perkataan. Hoa Sin menjerit sekeras-kerasnya ketika membaca tulisan itu. Ternyata tulisan itu menyatakan bahwa Bu lng lojin itu tak lain adalah Han-jiat- sin-kay sendiri.

Mendengar keterangan itu, gemparlah sekalian orang.

Benar2 suatu kejutan! Setelah tenang, Blo'on pun mengajukan pernyataan, supaya sekalian orang bantu mencarikan ketiga ekor binatang piaraannya yang terpencar.

"O, jangan kuatir adik Blo'on,” seru Kim Yu Ci, ketua Seng lian-kau, "ketiga binatang itu memang telah ditangkap orang2ku dan kini berada dalam markas sini."

"Jika begitu tolong koko keluarkan mereka,” kata Blo'on.

Tak lama anakbuah Seng-lian kau membawa keluar ketiga binatang itu. Si monyet, burung rajawali dan anjing kuning. Ketiga binatang itu segera menghampiri Bio'on dan melibatnya.

Suasana perjamuan makin meriah dan gembira. Peristiwa dalam dunia persilatan yang sangat mencemaskan, ternyata dapat berakhir dalam suasana yang menggembirakan.

"Saudara2 sekalian, dalam peristiwa yang terjadi dalam dunia persilatan dewasa ini, baik di gunung Thay-san mau pun digunung Hong-san ini, sejak peristiwa hilangnya jenajah Kim Thayhiap sampai terbunuhnya ketua Hoa-san-pay, rasanya tiada seorang pun, baik dalam pengalaman, peristiwa, keberanian dan kepandaian, yang dapat melebihi keluar- biasaan dan kegaiban dari Kim Yu Yong yang Blo'on itu. Maka jika saudara2 setuju, marilah kita nobatkan Kim Blo'on kongcu sebagai putera mahkota yang menggantarkan tahta kepemimpinan dunia persilatan yang dahulu dipegang oleh Kim Thian Cong tayhiap!”.

"Setuju! Setuju! Hidup Kim Blo'on I Hidup Pendekar Blo'on!

Hidup ...! Hidup!"

Blo'on kaget setengah mati. Tanpa berkata apa2 dia, terus lari keluar tinggalkan perjamuan, lenyap dalam kegelapan malam, Sekalian hadirin tercengang. SELESAI. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar