Pendekar Bloon Jilid 36 Oops 4

Jilid 36 Oops 4

Pemuda gundu! itu terbeliak, serunya : "Masakan dia tak tahu isi kitab itu ?"

Hong Ing geleng2 kepala : "Ya. memang dia tak tahu. Bukankah engkau mengatakan bahwa kitab itu hanya lembaran kertas kosong belaka? Dia tentu mengira begitu dan andaikata dia menduga lembaran kosong itu tentu berisi apa2 tetapi ia tak tahu bagaimana cara untuk mengetahui apa yang termaktub pada lembaran kertas kosong itu. Bukankah setelah engkau terbenam dalam air selama beberapa hari baru kertas2 kosong itu timbul hurufnya ? Dari situ aku berani mengatakan paderi itu tentu tak tahu dan mengira kitab itu hanya sebuah kitab Bu ji-keng atau kitab kosong tanpa tulisan."

"Tidak mungkin," bantah pemuda gundul. "Bagaimana tidak mungkin 7" Hong Ing terbelalak.

"Dia seorang paderi sakti,,masakan dia tak pernah mencoba untuk merendam kitab itu dalam air. Kemungkinan besar dia tentu sudah mengadakan beberapa macam percobaan untuk mendapatkan rahasia kitab itu. Tetapi gagal".

Hong ing tertegun. Memang ucapan pemuda gundu! itu benar. Tak heran mengapa pemuda gundul itu dapat menemukan rahasia kitab itu? Adakah dia memang berjodoh dengan kitab itu ataukah memang mempunyai rejeki yang besar?

Jika Hong Ing tak tahu, memang dapat dimengerti. Bahkan pemuda gundul itu atau yang sesungguhnya Blo’on aseli pun tak mengerti sendiri bahwa karena ia membawa beberapa benda mustika antara lain buah cian-lian hay-te-som atau buah som berumur seribu tahun dari dasar laut dan kotoran kelelawar raksasa dalam terowongan didasar laut, maka timbullah suatu khasiat yang tak ter-duga2 sehingga kertas2 kosong pada kitab itu dapat timbul hurufnya. Tanpa disertai dengan benda-pusaka itu tak mungkin lembaran kertas kosong itu akan memantulkan huruf walaupun direndam sampai beberapa bulan.

"Bagaimana kelanjutannya ? " akhirnya Hong Ing bertanya “Apanya?”, Blo’on balas bertanja.

"Soal kitab itu” kata Hong Ing, "apakah engkau membakar dan meminumnya ?"

"Siapa sudi minum abu kertas?'* teriak Blo'on "Lalu dimana engkau simpan kitab itu ?" "Dalam perut."

Hong Ing terbeliak "Dalam perut ? Engkau telan kitab itu ?”

Hong In deliki mata: “Eh, jangan omong seenakmu sendiri.

Masakan orang mau menelan kitab".

"Habis", Hong Ing kerutkan dahi. "mengapa berada dalam perutmu ,?"

"Sudah jadi abu dan terminum "

Baru Blo'on berkata sampai disitu, seorang pengawai Baju Pulih yang bertubuh gemuk kekar, berjalan menghampiri dan terus menerkam Blo'on. Blo'on terkejut. Sebelum ia sempat berbuat sesuatu tiba2 Sian-Ii sudah mencabut pedang dan menerjang pengawas Baju Putih itu.

Dari jumlah duapuluh orang, sudah ada tiga empat orang Pengawal Baju Putih yang rubuh. Kini maju pula seorang. Rupanya pengawal Baju Putih itu gentar juga melihat sinar pedang yang dimainkar Sian-Li. Pedang Sian-Li itu tak lain adalah pedang Pek-liong-kiam atau Naga-putih pemberian dari kakek penjaga istana di bawah laut yang lalu. Menurut cerita kakek itu, pedang Pek-liong kiam milik peninggalan dari Tio Kong Ing pendiri kerajaan Beng. Tajamnva bukan buatan, mempunyai pasangan pedang Hek hong-kiam atau Naga- hitam. Tetapi pedang itu masih belum diketemukan.

Anehnya ketika disambar oleh pedang Pek liong-kiam, tubuh Pengawal Putih yang bermula gemuk mendadak kempes. Ternyata pengawal itu menggunakan ilmu tenaga- dalam sakti yang membuat tubuhnya menggelembung besar. Ilmu tenaga-dalam yanq dimilikinya disebut Ha-rna-kang atau tenaga dalam Katak. Persiapan dengan menggelembungkan tubuh itu biasanya tentu segera disusul dengan gemboran mulut yang keras. Dan pengawal Baju Putih telah melatih ilmu Ha~ma-kang sedemikian rupa, sehingga gemboran mulutnya akan menyemburkan hawa beracun yang melumpuhkan musuh. Barang siapa terkena semburan mulutnya tentu akan terasa seperti terbakar.

Tetapi sebelum ia sempat menyemburkan hawa beracun. Sian-Li secara tak ter-duga2 telah menyerang dengan pedang Pek-liong-kiam. Sedemikian perbawa pedang Pek-liong-kiam itu hingga lenyaplah persiapan2 dari pengawal Baju Putih itu.

Dia marah sekali. Kali ini badannya  tampak menggelembung makin besar sehingga hampir satu setengah kali dari tubuh aselinya. Dan ketika Sian-Li menyerang dengan Pek-liong-kiam lagi, tiba2 pengawal Baju Putih itu menggembor keras.

Terkejut sekali sekalian orang mendengar sua ta gemboran itu. Nadanya mirip dengan katak mendengkung kertas dan seram. Sian-Li sendiri juga kaget sehingga terhenti. Lebih terkejut pula ketika ia melihat segumpal asap merah meluncur dari mulut orang itu dan melanda kepada dirinya.

Jarak sedemikian dekat sehingga tak mungkin ia dapat menghindar, Dalam gugup, ia putar pedang Pek- liong-kiam dengan gencar. Sebagian besar kabut merah itu memang dapat dilenyapkan tetapi sebagaian tetap dapat menghampiri tubuhnya.

Sian-Li merasakan dadanya panas tetapi hanya seketika saja dan pada lain saat dengan gemas ia terus loncat menusuk orang itu.

Bukan kepalang kejut pengawal Baju Putih ketika menerima serangan nona itu. Mengapa nona itu tak kurang suatu apa ? Pada hal jelas racun yang disemburkan itu tak pernah gagal untuk merubuhkan setiap lawan. Ia sudah melatih ilmu Ha- ma-kang dengan tekun sampai berpuluh-puluh tahun.

Belasan tahun berselang didunia persilatan wilayah Sujwan telah muncul seorang tokoh silat yang menggegerkan dunia persilatan. Tokoh itu bernama Ha Bong Ki, termasyhur dengan tenaga-dalam ilmu Ha-ma-kang yang istimewa. Entah sudah berupa banyak tokoh2 silat yang rubuh karena disembur oleh hawa beracun dari ilmu Hama-kang itu.

Setelah mencapai tataran tinggi dalan Ha ma-kang, Ha Bong Kim masih mematangkan lagi dengan melatih semburan yang dapat mengeluarkan hawa panas dan beracun.

"Kungngng ………….,” terdengar Ha Bong Kim  mendengkung keras dan tahu2 tubuhnya melambung ke udara, melampaui kepala Sian-Li dan melayang turun di belakangnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika masih melayang diudara, sekonyong-konyong kepalanya disambar oleh seekor burung rajawali. Pengawal Baju Putih itu gugup sekali. Cepat ia berusaha menampar burung yang mencengkeram kepalanya. Tetapi pada saat kedua tangannya menampar keatas, Sian-Li-pun loncat menusuk dadanya.

Setelah makan buah cian-lian-hay-te-som ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Sian-Li, bukan olah2 hebatnya. Sudah tentu pengawal Baju Putih itu gugup sekali dan tanpa banyak pikir turunkan tangan dan menyembur hawa beracun. Tetapi pada saat itu juga ia menjerit dan menukik jatuh kebawah.

Ternyata pada saat pengawal Baju Putih itu menyembur hawa beracun, burung rajawalipun memperkeras cengkeramannya ke kepala orang itu. Kuku2 yang tajam dari burung rajawali telah masuk ke kulit kepala dan serempak dengan itu, burung rajawali pun masih mematuk hidung orang. Tak ampun lagi orang itu rubuh di lantai dengan kepala berlumuran darah dan hidung hancur.

Tiba2 Hong Ing maju dan mengirim sebuah tendangan, prak .... seketika hancurlah kepala pengawal Baju Putih itu, nyawanya melayang.

"Engkau kejam !,” teriak Sian-Li. "Engkau lebih kejam!" balas Hong Ing.

"Aku? Sudah tentu aku terpaksa bertindak menyerangnya karena dia hendak menyerang suko sahut Sian-Li,

"Aku bertindak begitu karena hendak menolong orang itu," balas Hong Ing.

Sejak bertemu memang kedua nona itu bersikap tak akur. Melihat mereka bertengkar. Blo’on segera melerai: "Ai, mengapa kalian ribut2?" "Dia menuduh aku kejam pada hal dia sendiri yang kejam," Hong Ing memberi keterangan.

"Ya. memang engkau kejam,," sahut Sian-Li, masakan orang yang sudah meregang nyawanya engkau tendang sampai hancur kepalanya."

"Uh, jika aku tak berbuat begitu, dia tentu menderita kesakitan hebat. Dia sudah tiada harapan hidup lagi mengapa tak lekas dikirim ke akhirat daripada harus menderita terlalu lama. Apakah aku kejam ? kata Hong lng.

Blo'on mengangguk : "Ya, engkau benar."

"Aku pun tidak kejam karena dia hendak membunuh engkau, suko, maka akupun menyerangnya. Dia menyembur hawa beracun, untung aku tak kena apa2. Kalau aku tak membunuhnya dia tentu membunuhku. Kejamkah aku ini, suko?"

'"Tidak sumoay” kata Blo'on, “menghadapi musuh terutama orang jahat, memang hanya ada satu pilihan. Membunuh atau dibunuh. Engkau tidak kejam dan nona itupun tidak kejam karena hendak menolong penderitaan orang itu. Nah, puaskah kalian ?”

"Belum." sahut Hong Ing.

Blo’on terbeliak, Sian-Li pun terkesiap. Hong Ing melanjutkan: "Aku masih belum puas karena engkau belum memberi keterangan yang lengkap tentang kitab Bu-ji-keng itu."

Blo’on tertawa : “Sudah tentu akan memberi keterangan. Dari kotaraja aku tak mau kembali ke markas besar Kay pang tetapi aku langsung menuju ke gunung Thay san. " "O, makanya sampai beberapa lama kita menunggu dan mencarimu diseluruh peloksok kota-raja, engkau tetap tak ketemu." Sian-Li menggerutu.

"Tiba disebuah kota, karena letih berjalan aku berhenti dipingir jalan. Entah bagaimana aku tertidur. Kurang ajar sekali tukang copet itu," tiba2 Blo'on memaki, "waktu aku tidur, seorang tukang copet datang dan menggerayangi bajuku. Ternyata dia tak menemukan uang melainkan kitab itu. Dia gemas dan karena melihat aku masih tidur mendengkur, dia sengaja hendak mempermainkan aku supaya bangun kemudian baru aku akan dipaksa untuk menyerahkan bekalku yang berharga".

Blo'on berhenti sebentar lalu melanjutkan : "Karena marah kitab itu dibakarnya dan kalian tahu apa yang dilakukannya ?"

Baik Hong Ing maupun Sian-Li hanya gelengkan kepala. "Abu dari kitab itu terus dimasukkan ke dalam air dan

dituangkan kedalam mulutku. Sudah tentu aku gelagapan sekali …”

Mendengar sampai disitu kedua nona itu tertawa mengikik. Juga kakek Lo Kun yang sudah berbangkit ikut tertawa mengekeh.

"Tetapi pencopet itu terkejut sekali ketika, lihat aku tertawa gembira ... "

"Engkau tertawa ?" teriak Sian-Li.

"Ya, karena rasanya abu kitab itu enak sekali, manis2 harum. Pencopet itu sebenarnya seorang pengemis gelandangan. Karena melihat aku tertawa dia bertanya dan setelah mendapat keteranganku ia melongo. Aku menyambar kantong air bekalnya dan terus kuteguk, ternyata isinya arak. Karena tak biasa minum, aku merasa pusing dan mabuk. Kutempeleng pengemis itu hinggai pingsan. Aku terkejut. Sebenarnya aku hanya ingin menaboknya tetapi entah bagaimana ia begitu terkena jariku, dia terus menjerit pingsan seketika.

"Beberapa penduduk yang mengetahui kejadian itu segera ber-bondong2 datang dengan membawa senjata dan pentung. Karena dianggap telah menganiaya seorang pengemis, mereka marah dan terus menghajar diriku ... "

"Ai, celaka", seru Sian-Li, "lalu suko terpaksa menghajar mereka, bukan ?"

"Tidak," Blo’on gelengkan kepala, "setelah minum abu kitab, badanku terasa lemas sekali, tenagaku hilang. Aku hanya dapat menjerit dan mengaduh saja ketika digebuki oleh beberapa penduduk itu. Dan akhirnya aku tak ingat apa2 lagi, aku pingsan."

"Lalu bagaimana ? Apakah engkau terus pingsan sampai beberapa hari ?'' rupanya kakek Lo Kun juga terlarik mendengar cerita Blo'on.

"Ya, rupanya mereka ketakutan karena mengira aku sudah mati," kata Blo'on, "lalu mereka ramai2 mengubur aku kesebuah lembah. Aku ditanam dalam sebuah lubang"

"Celaka !" teriak kakek Lo Kun. "kalau gitu engkau sudah pernah mati ?"

"'Mungkin juga,” sahut Blo’on. "tetapi ketika aku membuka mata, aku berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dia mengatakan bahwa aku sungguh beruntung karena dikubur dalam sebuah lubang yang kebetulan di bawahnya terdapat binatang peliharaannya.” “Binatang apa?” seru Sian-Li.

"Orang itu mengaku bernama Hoa Liong, keturunan dari Hoa To seorang tabib yang sakti pada jaman Sam Kok. Hoa Liong mengatakan bahwa dia juga menuntut penghidupan sebagai seorang tabib. Pada suatu hari ketika mengembara kepuncak Himalaya ia telah menemukan katak-salju yang mengandung khasiat untuk menyembuhkan orang mati. Tetapi sukar untuk membawa katak itu pula ke Tiong-goan. Hawa yang tidak cocok tentu membuat katak itu mati. Akhirnya ia mendapat pikiran. la membawa beberapa ekor katak-salju itu pulang lalu membuatkan sebuah liang di bawah tanah. Katak- salju itu diberi tempat dalam sebuah wadah yang diisi dengan salju lalu ditanam dalam lubang tanah itu. Dengan demikian salju tak lekas lumer dan katak itupun dapat hidup.”

"Pintar sekali," seru kakek Lo Kun. "mana dia sekarang?" Blo’on tak mau menjawab melainkan melanjutkan ceritanya

. "Dia mengatakan kepadaku … sebelum dia mejanjutkan kata2nya, seorang pengawal Baju putih loncat maju kehadapan Blo’on. Dalam jarak hanya satu meter, pengawal Baju Putih terus mengirim sebuah tendangan.

Sudah tentu Blo'on terkejut dan menghindar tetapi pengawal Baju Putih itu mengirim pula kaki kiri kemudian kaki kanan, kaki kiri lagi.

"Lian hoan tui !"' teriak Sian-Li terkejut.

Lian-hoan-tui atau ilmu Tendangan-berantai adalah ilmu tendangan yang susul menyusul seperti kilat menyambar. Sebenarnya Sian-Li sudah pernah menyaksikan ilmu tendangan tersebut. Tetapi yang dimainkan oleh pengawai Baja Putih itu memang mengejutkan sekali. Hampir kedua kaki orang itu seperti tak menginjak tanah dan derasnya seperti kilat menyambar. Tak memberi kesempatan orang untuk berhenti menghindar.

Plak ….. terdengar suara tubuh termakan kaki, disusul dengan tubuh Bio’on yang mencelat ke udara. Sebuah tendangan dari pengawal Baju Putih itu dengan tepat telah mengenai pantat Blo'on.

Sian-Li dan kakek Lo Kun terkejut. Tetapi sebelum mereka sempat bertindak, dilihatnya Blo'on berjumpalitan di udara lalu melayang turun. Pengawal Baju Putih itu cepat memburu dan lepaskan tendangan lagi tetapi saat itu Blo'onpun juga balas menendang.

Lebih kurang duapuluh tahun yang lalu dunia persilatan, digemparkan dengan munculnya seorang jago silat yang mahir dalam ilmu tendangan. Bukan saja ilmu tendangannya itu aneh, pun dahsyatnya bukan kepalang. Setiap lawan yang terkena tentu remuk tulangnya. Kakinya sekeras besi, jarang yang mampu melawannya. Dia bernama Sin-song kak atau Sepasang-kaki sakti Tek Kiu Siang. Tetapi sudah beberapa tahun lamanya tokoh itu tak terdengar beritanya lagi. Tahu2 sekarang muncul di pangung Thian-tong-kau sebagai salah seorang pengawal.

Suatu pertempuran aneh telah terjadi diatas panggung itu. Blo'on dan Tek Kui Siang saling beradu tendangan. Dan anehnya gerakan keduanya sama. Tek Kiu Siang menendang dengan kaki kanan. Kalau Tek Kiu Siang dengan kaki kiri, Blo'on pun juga dengan kaki kiri. Gerakan dan gaja tendangannya sama. Seolah Blo'on itu hanya merupakan refleksi atau pantulan dan semua gerak yang dilakukan Tek Kiu Siang. Berulang kali terdengar suara tulang kaki beradu. Cepatnya juga sama sehingga tak jarang apabila tendangan itu mengenai pantat, maka keduanyapun sama2 meringis.

"Hai, goblok, jangan menirukan lagu orang saja!”, teriak Hong Ing yang memperhatikan gerakan Blo'on, pakai gaya sendiri untuk menjatuhkannya.”

"Siapa yang menirukan?" balas Blo'on. "Engkau !”, bentak Hong Ing yang mengkal

"Apa iya.?" seru Blo'on "tetapi aku tak sengaja. Entah bagaimana kakinya selalu bergerak menurut gerakannya!"

Bermula Hong Ing menggerem dan hendak mendampratnya tetapi pada lain saat ia teringat akan penuturan Blo'on tentang kitab Bu ji-ket. Adakah demikian khasiat dari abu kitab yang telah diminumnya itu? Pikirnya.

Beberapa saat kemudian, karena masih saja dilihatnyva Blo’on bergaya begitu, tiba2 timbullah pikiran Hong Ing. Tanpa bilang apa2, ia terus menghantam Blo’on. Sudah tentu Blo'on terkejut dan sebagai refleks, ia pun ayunkan tangannya menghantam.

Hong Ing sengaja memilih tempat yang agak di belakang pengawal Baju Putih. Karena itu pukulan Blo'on pun mengarah kepada si pengawal itu, duk……” seketika pengawal Baju Putih itu mencelat. Melihat itu kakek Lo-Kun terus menginjaknya tetapi pengawal itu ternyata memang lihay. Baru kaki si kakek diangkat, ia sudah mengirim pula tendangan sambil masih telentang di lantai. Prak.... kakek Lo Kun terhuyung-huyung karena betisnya termakan tendangan. Blo’on geram sekali. Cepat ia maju dan menerkam kaki orang itu, diangkat naik lalu dilontarkan kebawah panggung

......

Kecepatan gerak dari Blo'on itu benar2 mengejutkan sekali. Andaikata dari tadi dia mau bergerak begitu, tentulah orang itu sudah rubuh. Tetapi dia sendiri mengatakan bahwa karena melihat tendangan lawan, tanpa disadari kakinyapun segera ikut menendang. Adalah karena marah, baru timbul kesadaran pikirannya dan menerkam kaki lawan.

"Hai, mengapa engkau membantu musuh !” tegur Blo’on setelah menyelesaikan lawannya.

Hong Ing deliki mata: "Siapa membantu musuh. Kalau tak dipukul, engkau tentu tak bergerak memukul. Cara tendang menendang seperti yang engkau lakukan tadi, kapan bisa selesai ?"

"Jadi engkau memang sengaja hendak memancing supaya aku bergerak memukul ?" seru Blo’on.

"Apa lagi kalau tidak begitu, "kata Hong Ing "eh, engkau ini memang aneh, kadang seperti orang waras, kadang masih seperti dulu.”

"Dulu yang mana ?" tanya Blo'on.

"Ketika pertama kali kuketemukan engkau berada dalam guha dan suhuku menggeletak tak bernyawa. Engkau benar2 seorang pemuda totol saat itu."

"Apakah engkau anggap aku sekarang sudah waras ?" balas Blo’on.

"Ya, kadang2 waras kadang2 masih linglung."

"Sekarang aku mau melanjutkan bercerita lagi," tiba2 Blo'on berkata, "orang tua yang mengaku bernama tabib Hoa Liong itu mengatakan bahwa, secara kebetulan, sekali aku dikubur dalam liang yang dibawahnya terdapat peti tempat simpanan katak salju. Hawa dingin dari katak-salju itu telah mengawetkan tubuhmu dari pembusukan. Tetapi aneh juga, mengapa nyawamu masih ? Dia lantas bertanya kepadaku sudah berapa lama aku dikubur. Aku menjawab tak ingat. Malam itu aku pingsan karena digebuki penduduk. Dia bertanya apakah aku dapat mengingat malam itu bagaimana? Aku tak ingat dan hanya mengatakan bahwa malam itu menurut kata orang akan terjadi gerhana bulan. Dia menjerit dan mengatakan gerhana bulan itu terjadi pada tujuh hari yang lalu. Jika demikian aku sudah dikubur selama  tujuh  hari. "' ,

"Hola," teriak kakek Lo Kun, "engkau sudah pernah mati tujuh hari ? Bagaimana rasanya orang mati itu ? Apakah engkau bertemu dengan raja Akhirat ? Apakah di Akhirat itu sama dengan di dunia ini ? Apakah disana juga ada gadis. ”

"Sudahlah, sudahlah!" teriak Blo'on yang merasa bisring dihujani pertanyaan bertubi-tubi oleh kakek Lo Kun," engkau tanya begitu melilit, apakah engkau hendak pergi ke akhirat?"

"Kalau boleh kembali lagi ke dunia, aku ingin juga meninjau ke sana," sahut Lo Kun.

“'Sudahlah, teruskan saja ceritamu.' kata Hoa Ing. Tiba2 seorang pengawal Baju Putih kemuka Blo'on. Tanpa berkata apa2 ; terus menusuk mata Blo'on dengan dua buah jari tangannya.

Blo’on terkejut, mengisar kesamping dan balas menusuk mata orang itu. Juga dengan dua buah jari tangan. Orang itu mendengus geram. Berkisar kenamping, jari kirinya menusuk dada Blo’on. Blo'on juga mengisar dan jari kirinya lalu menusuk dada lawan.

Orang itu menggeram makin keras. Sepasang tangannya segera menari-nari, dua buah jari kanan dan dua buah jari kiri berhamburan menusuk muka, dada dan sekujur badan. Blo'on pada bagian jalandarah yang berbahaya.

Tetapi diluar dugaan, gerakan Blo'on juga, persis lawannya. Dia juga gunakan kedua jari tangan untuk menusuk. Barang kemana lawan bergerak ia tentu juga bergerak sehingga tak jarang beberapa kali harus terjadi adu jari.

Pengawal Baju Putih itu membelalak. Karena mukanya ditutup dengan kain cadar putih maka tak tampak bagaimana perubahan airmukanya. Tetapi menilik mulutnya berulang kali ia mendengus dan mendesuh, jelas dia tentu menderita kejut yang besar.

"Dunia persilatan pernah mengenal tentang seorang tokoh dari kaum agama yang mahir sekali dalam soal menusuk jalandarah. Menilik ilmu silatnya, dia berasal dari aliran Kun- lun-pay. Tetapi dia menyangkal. Dia menyepikan diri disebuah pegunungan, menjadi seorang pertapa. Ilmu menggunakan dua buah jari begitu terkenal sekali ketika disuatu hari, tokoh aliran hitam yang menjagoi didunia persilatan Holam telah dijatuhkan oleh orang itu.

Orang mengenalnya sebagai Liau Gong taysu tetapi bagaimana asal usulnya, tiada seorangpun yang tahu. Kini tahu2 Liau Gong taysu telah muncul sebagai salah seorang pengawal Baju Patih dalam barisan anakhuah Thian-tong-kau. Tetapi karena mukanya berkerudung cadar putih maka tiada seorangpun yang tahu bagaimana raut wajahnya yang sebenarnya.

Rupanya saat itu karena beberapa kali tak berhasil, pengawal Baju Putih agak penasaran. Ia segera lancarkan serangannya makin deras dan dahsyat. Cret .....

Blo'on memang merupakan manusia yang paling aneh. Dalam tubuhnya telah terkandung suatu gerak-reflek yang aneh dan luar biasa, Makin diserang gentar, makin diapun menyerang gencar. Dan andaikata dia mau menggunakan pikiran, dengan mudah ia dapat menggerakkan tenaganya karena dia juga memiliki tenaga-dalam yang disebut Ji-ih-sin- kang atau tenaga-sakti yang dapat digerakkan menurut sekehendak hatinya.

Begitu pengawal Baju Putih menusukkan dua buah jarinya dengan sekuat kuatnya, jari Blo'onpun menyongsong. Ketika dua buah jari saling berbentur, pengawal Baju Putih itu menjerit. Ujung jarinya telah disaluri dengan tenaga dalam yang hebat tetapi dari ujung jari Blo'on juga memantulkan balik tenaga dari pengawal Baju Putih itu. Akibatnya ujung jari orang itu seperti terkena stroom listrik arus tinggi. Dia  menjerit dan loncat mundur.

Pengawal Buju Pulih tegak termangu. Sepasang matanya berkilat kilat memancarkan sinar tajam. Rupanya dia tengah menyalurkan seluruh tenaga-dalam dan pada lain saat ia segera menjulurkan kedua jari tangan kanan kemuka. Terdengar suara angin mendesis tajam kearah Blo'on.

Saat itu Blo'on juga tegak berdiri jaraknya dua rombak dari lawan, ia heran mengapa pengawal Baju Putih itu menudingkan dua buah jari tetapi tidak menyerang maju. Maka diapun diam saja, "Suko, awas, dia menyerangmu," tenak Sian-Li yang dapat menangkap desis angin tajam.

Blo'on terbeliak namun terlambat. Dadanya segera tersambar oleh aliran tenaga yang kuat sekali. Sedemikian kuat sehingga tubuhnya sampai mencondong ke belakang tetapi kaki masih tegak berdiri ditempat semula. Blo'on terkejut sekali. Rasa kejut telah membangkit tenaga dalam Ji ih-sin-kang, seketika ia meliuk ke muka dan desir angin itupun terdampar balik kembali kearah pengawal Baju Putih.

Huak.....pengawal itu menguak dan muntah darah terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dari jatuh terduduk di lantai. Dia telah terhantam oleh tenaga-dalamnya sendiri yang dipantulkan balik oleh Bio'on.

Melihat itu Hong Ing cepat loncat hendak menyelesai pengawal Baju Putih dengan sebuah hantaman. Tetapi tiba2 terdengar orang berseru mencegahnya ; "Jangan ,"

menyusul segelombang angin melandang punggung si nona. Hong Ing terkejut dan cepat loncat ke samping. Ketika berpaling ia melihat seorang lelaki setengah tua, pakaian penuh tambalan tetapi bersih, tegak dihadapannya.

"Siapa engkau !'* bentak Hong Ing yang cepat dapat menduga bahwa yang menyerang punggungnya tadi tentulah lelaki itu.

"Aku Hoa Sin dari partai Kay-pang,” kata laki2 itu, "maaf, karena terpaksa harus menyerang nona tetapi maksudku hanya mencegah nona jangan sampai membunuh orang itu."

"Apakah engkau kawan dari orang itu ?” seru Hong Ing pula. Melihat sikap Hong Ing begitu ketus, Sian-Li melengking : " Eh, jangan engkau bersikap tidak sopan kepada Hoa pangcu dari Kay-pang."

Hong Ing terkejut, ia memang belum kenal siapa Hoa Sin. Ia tak sangka kalau lelaki berdandan seperti pengemis itu ternyata ketua Kay-pang.

"Oh, maafkan Hoa pangcu." katanya.

"Ah, jangan berlaku sungkan, nona," kata Hoa Sin, "orang baju putih itu aku tak kenal karena mukanya mengenakan kain cadar. Tetapi menilik ilmu silatnya dia seperti dari aliran Kun- lun pay. Bukankah begitu Ceng Sian suthay."

Ternyata setelah mendapat obat, Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong taysu harus beristirahat dulu beberapa saat sebelum tenaganya pulih kembali. Setelah itu barulah mereka bertiga berhamburan loncat ke atas panggung.

Tepat pada saat itu mereka melihat pengawal Baju Putih ter-huyung2, muntah darah dan jatuh terduduk. Mereka hanya sempat menyaksikan beberapa jurus adegan dari pertempuran antara Blo'on dengan pengawal Baju Putih itu. Namun Hoa Sin sebagai seorang ketua partai persilatan yang banyak pengalaman dengan cepat dapat melihat bahwa gerak gerik orang itu, seperti dari aliran partai Kun-lun-pay. Maka ia mencegah Hong Ing hendak memukulnya.

"Kim kongcu" kata Hoa Sin kepada Blo'on, “kemungkinan orang yang engkau kalahkan itu adalah seorang tokoh dari Kun-lun-pay yang sudah lama menghilang. Menilik … "

"Siapa yang engkau panggil Kim kongcu ?” tegur Blo'on menukas. "Sudah tentu engkau," sahut Hoa Sin, "kami berkesimpulan bahwa engkau adalah putera dari Kim Thian Cong tayhiap yang menghilang itu”.

"Ya, benar, Hoa pangcu, dia adalah sukoku yang sejak ber- tahun2 telah pergi dari gunung," kata Sian-Li.

Him Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin segera menghampiri dan memperkenalkan diri: "Kami berjerih payah mencari Kongcu.Tak terduga di tempat ini kami dapat bertemu" kata ketiga Ketua partai persilatan.

“Eh, jangan kalian bergirang dulu." tiba2 Hong Ing berseru, "aku masih mempunyai perhitungan dengan dia.”

“Siapakah li-sicu ?” tegur Ceng Sian suthay agak kurang senang melihat ucapan Hong Ing.

"Suthay,” sahut Sian-Li, "dia mengaku murid dari Hoa-san- pay. Suko dituduh telah membunuh suhunya, Kam Sian Hong pangcu."*

"Benarkah begitu, li-sicu ?" seru Ceng suthay pula.

"Jika disebuah guha terdapat sesosok mayat dan di dalam guha itu hanya terdapat seorang muda yang membawa senjata dari korban itu, salah kah kalau orang menganggap pemuda itu yang jadi pembunuh?"

"Tidak salah" kata Hoa Sin, "tetapi aku percaya Kim kongcu tentu tak membunuh !”

"Bagaimana Hoa pangcu yakin akan hal itu?”, balas Hong Ing.

"Karena ... karena pikiran Kim kongcu… .”

"Aku tidak gila !" teriak Blo'on, "aku hanya lumpuh otak, tak dapat mengingat apa2 lagi." Dengan rubuhnya Liau Gong taysu maka pengawal Baju Putih kini hanya tinggal empat orang. Salah seorang lagi segera maju.

"Kongcu, biarlah kali ini aku yang melayaninya,” seru Hoa- Sin segera menyongsong ke muka orang itu.

Tiba2 orang itu menggerung dan terus menerkam Hoa Sin. Hoa Sin terkejut, cepat ia menghindar ke samping sampai beberapa langkah dan secepat itu ia tahu bahwa gerakan pengawal Baju Putih itu adalah ilmu Eng-jiau-kang atau ilmu Cakar-garuda. Ia tak sempat menimang2 dan mengingat tokoh2 persilatan yang memiliki ilmu silat Eng-jiau-kang lihay. Memang banyak juga tokoh2 yang memiliki ilmu  silat semacam itu, tetapi hanya sedikit sekali yang terkenal.

Siapakah gerangan tokoh itu. Karena ia yakin orang2 yang dijadikan pengawal dalam partai Thian tong-kau tentu bekas tokoh2 silat ternama yang telah menghilang secara misterius dari dunia persilatan. Namun ia tak sempat berpikir karena saat itu, pengawal Baju Putih itu dengan sebuah gerak yang dahsyat telah menerkam pula tubuh Hoa Sin.

Bermula memang tiada yang memperhatikan, tetapi setelah melakukan gerak Eng-jiau-kang, barulah orang tahu bahwa pengawal Baju Putih itu memiliki kuku2 panjang dan runcing seperti cakar burung garuda. Dan yang lebih hebat, kuku jarinya itu tampak tegak lurus seperti batang pit. Hoa Sin seperti diancam sepuluh batang pit yang hendak menerkam mukanya.

Hoa Sin juga seorang ketua partai persilatan, sudah tentu ia memiliki kepandaian yang tinggi. Dan setelah mengenal ilmu silat lawan, iapun segera dapat mengatur cara perlawanannya. Dan karena lawan menggunakan tangan kosong, Hoa Sin pun tak mau memakai tongkat penggebuk anjing atau Bak- kau-pangnya yang terkenal.

Jurus Noh-eng-tham-cu atau Garuda-marah- menerkam- mutiara yang dilancarkan pengawal Baju Putih itu bertujuan untuk menerkam kedua biji mata Hoa Sin. Ketua Kay-pang itu tahu bagaimana keganasan dari jurus yang dimainkan lawan. Cepat ia lontarkan hantaman seraya loncat mundur.

Pukulan yang dilontarkan Hoa Sin itu menggunakan enam- tujuh bagian tenaganya tetapi betapakah kejutnya ketika dilihatnya pengawal Baju Putih itu tetap menerjang maju dengan ulurkan kedua tangannya ke muka.

Hoa Sin terpaksa menghindar ke samping. Dengan sebuah gerak yang cepat ia gunakan jurus Thui-jong-ong-gwat atau mendorong-jendela-memandang-rembulan. Kedua tangannya didorong serempak kearah lambung lawan.

Tetapi pengawal Baju Putih itu tiba2 berputar tubuh. Dengan indah sekali, kedua tangan Hoa Sin dapat dihindari dan tak kurang cepatnya segera ia balas menerkam tangan Hoa Sin dengan jurus Hui-eng sian-ke atau Garuda-terbang- menggondol-ayam.

Menghadapi gerak perobahan dari lawan, Hoa Sin gunakan jurus Yap-mi-hun jong atau Kuda-liar membagi bulu suri. Kedua tangan direntang. setelah cengkeraman pengawal Baju Putih masuk segera ia mengatupkan tangannya untuk menerkam.

Tetapi alangkah kejut Hoa Sin ketika gerakannya yang dilakukan dengan kecepatan tinggi itu tetap menerkam angin karena lawan dengan mudah telah mengendapkan kedua cakarnya dan tangan ditusukkan ke perut Hoa Sin. Jarak amat dekat sekali. Jalan satu-satunya bagi ketua Kay- pang hanyalah miringkan tubuhnya kemudian, dengan sebelah tangan ia menghantam dada lawan. Plak .... pengawal Baju Putih itu tergetar mundur tetapi kedua kakinya tetap berdiri ditempatnya. Sedang Hoa Sin terpaksa harus loncat menyingkir. Ketika memeriksa bajunya ternyata terdapat lima buah lubang kecil bekas tusukan kuku jari lawan.

"Siapakah gerangan tokoh Eng jiau-kiau ini ? masih Hoa Sin melanjutkan pertanyaannya dalam hati. Walaupun pukulannya tadi hanya menggunakan lima bagian tenaganya, tetapi tidaklah sembarang jago silat mampu menerimanya. Pengawal Baju Putih itu hanya tergetar ke belakag tetapi tetap tak berkisar dari tempatnya.

Sesaat berobahlah airmuka ketua Kay-pang ketika teringat akan seorang tokoh dalam dunia persilatan yang sudah lama menghilang tiada beritanya.

Dunia persilatan pernah mengenal seorang tokoh dari gurun Gobi yang pernah pada beberapuluh tahun menggemparkan dunia persilatan Tiong-goan. Dia memiliki ilmusilat Eng-jiau- kang tetapi ilmu itu sedikit berbeda dengan ilmu Eng-jiau-kang yang terdapat di dunia persilatan Tiong goan. Tokoh itu bernama Hong tian-sin-eng atau Garuda sakti-gila. Kuku2 kesepuluh jarinya panjang tetapi dapat dijulurkan lurus keras, dilipat dan disurutkan menurut sekehendak hatinya. Dan yang lebih ganjil pula. kuku2 jarinya itu mengandung racun, Jangankan tercengkeram, bahkan tergurat sedikit saja oleh kukunya, bagian anggauta badan lawan yang terkena guratan itu tentu akan kaku tak dapat digerakkan lagi.

Hoa Sin untung masih sempat menghindar, sehingga perutnya tak sampai rusak. Namun lubang pada bajunya itu cukup membuat ketua Kay-pang malu dan naik pitam. Ia hendak maju menyerang!

"Hoa, pangcu, aku saja yang menghadapi,” tiba2 Blo'on berseru terus mendahului melangkah kehadapan Hong -tian- sin-eng.

Pengawal Baju Patih itupun tak mau banyak bicara. Siapa saja yang maju, ia tak peduli. Pokoknya akan diserangnya sampai hancur. Melihat seorang pemuda gundul, ia terus saja loncat menerkam, sepuluh kuku jarinya menekuk macam kuku garuda hendak mencengkeram korban. Sekali buka serangan ia gunakan jurus Sin-eng-can-jiau atau Garuda sakti menebar- cakar. Sedemikian hebat dan ketat gerakan kesepuluh jari Hong-tian-sin-eng sehingga Blo'on seolah dikelilingi oleh pagar kuku runcing.

Blo'on terkejut dan ngeri melihat jari2 yang menyeramkan itu. Rasa kaget, telah mendebar semangatnya sehingga darahnya bergejolak keras. Dan seketika mengembanglah tenaga-dalam Ji ih-sin-kang yang istimewa. Ia tak menyadari akan tenaga dalam aneh yang dimilikinya itu. Hanya karena suatu gerak reflek hendak diterkam, ia segera merontak, menjejakkan kaki ke tanah dan tahu2 tubuhnya meluncur seperti anakpanah dilepas ke udara.

Pengawal Baja Putih itu terkejut sekali karena terkamannya yang hampir mengenai itu tiba2 hanya menerkam angin. Sedangkan Blo'on ketika diudara baru gelagapan sendiri. Ia tak nyana kalau dirinya mampu melambung sampai dua tombak ke udara. Memandang ke bawah dilihatnya pengawal Baju Putih itu sedang mencengkeram ke tempatnya yang sudah kosong tadi. Seketika timbul kemarahan Blo'on, ia hendak meluncur turun menginjak kepala orang itu. Tetapi ia tak tahu bagaimana caranya supaya dapat meluncur cepat. Ji-ih-sin-kang memang aneh luar biasa. Apalagi jalandarah Seng-si-hian-kwan dalam tubuh Blo'on sudah tertembus. Tak perlu bergerak, cukup pikirannya menghendaki saja, tahu2 tubuhnya sudah meluncur seperti yang dikehendaki.

Ji ih sin-kang yang dimiliki Blo'on memang cukup digerakkan dengan angan2 atau pikiran saja. Keanehan itu mungkin hanya dapat terjadi pada diri Blo'on yang penuh dengan beberapa tenaga dalam yang aneh, buah cian- han- hay-te-som dan lain2 hal yang tak mungkin dialami orang lain.

Demikianlah setelah meluncur kebawah dalam kecepatan yang tinggi, kaki Blo'on hinggap diatas kepala Hong-tiang-sin- eng.

Pengawal Baju Putih itu terkejut sekali. Cepat ia menarik kedua tangannya untuk mencengkeram kaki dialas kepalanya. Tetapi ah, hanya angin yang diterkam. Dan ketika baru saja ia menarik kedua tangannya turun, kepalanya sudah diinjak Blo'on lagi. Bahkan kali ini Blo'on menginjak keras hingga tubuh pengawai Baju Putih itu mengendap kebawah, krak....

Blo'on loncat turun.

Sekalian orang terkejut menyaksikan apa yang terjadi. Pengawal Baja Putih itu kepalanya lunglai rebah keatas bahunya seperti orang tengeng. Ternyata pijakan Blo'on telah meremukkan tulang lehernya. Jika bukan dia yang mempunyai daya-tahan hebat, tentulah sudah mati. Tetapi Hon-tian sin eng memang hebat. Tadipun pukulan ketua Kay pang hanya mampu merebahkan tubuhnya ke belakang Dan sekarang walaupun tulang lehernya sudah remuk dia masih dapat bertahan walaupun kepalanya terkulai kesamping pada bahunya.

Pengawal Baju Putih memang gila benar. Walaupun sudah menderita luka begitu rupa, namun ia masih kuat melanjutkan serangannya. Bahkan karena marah, serangannyapun makin ganas dan kalap.

Blo'on kesima. Pertama, ia merasa kasihan juga melihat leher orang itu. Dan kedua, iapun terlongong karena orang itu masih dapat melancarkan serangannya. Hanya sedetik ia terlongong tapi cukup sudah bagi seorang tokoh macam Hoan- tian-sin-eng untuk menerkam dada Blo'on.

"Hukkk ..." Blo'on mengukuk kaget. Lebih kaget lagi ketika ia rasakan dadanya seperti ditusuk pisau runcing.

Telah dikatakan berulang kali, ji-ih-sin-kang yang dimiliki Blo'on itu memang aneh sekali. Apalagi kalau dia marah atau terkejut, seketika tenaga-dalam aneh itu terus memancar keluar menurut ke hendak hati Blo'on. Rasa sakit pada dada, telah membuat Blo'on marah dan ingin membalas rasa sakit itu. Dan Ji-ih-sin-kangpun memancar .....

Krek, krek ..... terdengar bunyi bergemeretukan ketika kesepuluh jari pengawal Baju Putih yang menancap pada dada Blo on itu pecah dan patah, semua. Dan lebih gila lagi, Ji ih- sin-kang itu masih melanjutkan menembus, jari2 pengawal Baju Putih, mengalir ke lengan lalu terakhir menggempur jantung.

Pengawal Baju Putih itu menjerit ngeri ketika tubuhnya terpelanting rubuh ke belakang. Mulut mengalirkan darah, mata meram nyawa amblas.

"Suko !" teriak Sian-Li seraya lari menghampiri dengan cemas "apakah suko terluka ? Mengapa dada bajumu berlumuran darah hitam ?"

Blo’on menunduk memandang dadanya. Ah memang benar dada bajunya telah berlumuran darah warna hitam. “Apakah engkau terluka. suko?" ulang Sian-Li.

Blo'on gelengkan kepala : "Tidak. Tadi memang terasa sakit karena dadanya dicengkeram kuku orang itu yang runcing. Tetapi pada saat rasa sakit itupun sudah hilang.”

"Ah, masakan …” kata Sian-Li. "cobalah engkau periksa dadamu, suko"

Blo'on menurut. Ternyata pada dadanya terdapat beberapa bekas lubang. Darah hitam itu mengalir dari lubang2 itu yang saat itu sudah kering.

Hoa Sin yang menghampiri dan melihat luka itu serentak berobah airmukanya : "Kim kongcu engkau terkena kuku beracun. Tentulah kuku2 dari pengawal Baju Putih itu mengandung racun. "Bagai manakah rasa tubuhmu ?"

"Tidak apa2" jawab Blo'on.

“Cobalah engkau bernapas," pinta Hoa Sin. Dan Blo'onpun melakukannya.

"Tak apa2" katanya tersenyum.

Hoa Sin terlongong, jelas diketahuinya bahwa lubang2 kecil pada dada Blo’on itu bekas cengkeraman kuku dan karena warnanya hitam, tentulah kuku itu beracun. Menilik kepandaian pengawal Baju Putih itu tentulah racun yang digunakannya itu ganas sekali. Tetapi mengapa Blo'on tak apa2.

Jika ketua Kay-pang itu heran memang tak mengherankan karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah makan buah ajaib cian- Iiau-hay-te-som dan memiliki tenaga-dalam aneh Ji-ih-sin- kang. Karena merasa sakit ia ingin menghapusnya dan memancarlah tenaga-dalam Ji-jh-sin-kang, mematahkan kuku2 jari pengawal Baju Putih dan menghalau keluar racun yang hendak menyusup kedalam dadanya.

"Mengapa Hoa pangeu ?” tegur Blo’on.

"Baru pertama kali ini aku melihat seorang yang tak mempan racun seperti kongcu. Apakah engkau mempunyai ilmu untuk menolak racun?" tanya Hoa Sin.

Blo'on gelengkan kepala.

"Wah, aku tak kira kalau Kim kongcu memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa saktinya. Pengawal Baju Putih itu ganas dan sakti, jika tak ada kongcu. sukar untuk mengatasi orang itu,” Hoa Sin memuji.

"Ah, janganlah Hoa pangcu memuji" kata Blo'on

"Memang benar, kongcu." kata Hoa Sin dengan nada bersungguh, "ilmu meringankan tubuh yang kongcu tunjukkan tadi. benar2 luar biasa. Mungkin belum tentu jago kelas satu mampu menandingi kepandaianmu. Darimanakah engkau memperoleh kepandaian sakti itu ?"

Blo'on gelengkan kepala ; "Aku tidak mempunyai guru." "Ha, ha," Hoa Sin tertawa, "tak apalah, mungkin suhumu

melarang engkau jangan mengatakan namanya kepada orang."

"Sama sekali tidak,"' seru Blo'on, "suhuku itu bernama tetapi entah apa namanya. Setiap orang tentu mempunyai".

Ketua Kav-pang tahu bahwa putera dari Kim Thian Cong itu memang berwatak aneh dan pikirannya aneh. Tetapi apa yang dilihatnya saat itu, menimbulkan kesan lain. Dalam sikapnya yang Blo’on, ia melihat suatu cahaya kewibawaan. Dalam kebodohannya, ia melihat suatu kejujuran yang polos. Tak bisa ilmusilat tetapi sakti. Tak punya guru tetapi memiliki ilmu silat tinggi. Dalam hal wajah, sesungguhnya Blo’on memiliki ketampanan yang mempunyai sifat menarik. Tak kalah dengan ayahnya, Kim Thian Cong.

"Siapakah nama suhumu itu ?" tanyanya.

"Pengalaman dan kehidupan,” sahut Blo'on. ia garuk2 kepala, "sesungguhnya aku jemu dengan kehidupan. Aku melarikan diri. Tetapi aku selalu dikejar-kejar hidup. Berulang kali aku sebenarnya harus mati, tetapi tetap diharuskan hidup. Aku pernah dikepung gembong2 Hoa san-pay, aku pernah dikeroyok paderi2 Siau-lim-si, aku pernah dicium harimau, aku pernah jadi menantu raja, pernah dikubur dan lain2. Aku tak senang hidup tetapi selalu diharuskan hidup. Dan hidup itu membawakan aku kepada pengalaman yang aneh2. Pengalaman2 itu banyak memberi pelajaran. Aku tak mau belajar tetapi dipaksa untuk menelan pelajaran. Pernah aku mendapat sebuah kitab aneh aku tak mau dan tak ingin mempelajari kitab itu tetapi seorang pengemis telah mengambil, membakar dan abunya diminumkan kemulutku dikala aku tidur nyenyak, bukankah hal itu aneh ?”

Ketua Kay-pang mengangguk: "Benar, benar memang aneh sekali penghidupan itu. Yang mengharap dan menginginkan, malah tak mendapat. Yang tak mengharap dan menginginkan, malah mendapat."

"Tepat," seru Blo'on pula, "seperti dengan ketua Thian tong kau disini. Dia mendirikan perkumpulan, mencari anggauta dengan paksa karena hendak mencari nama, hendak menjagoi dunia. Tetapi beginilah jadinya. "

Belum selesai ia bicara tiba2 seorang pengawal Baju Putih yang lain, melaugkah maju setindak, berhenti lalu dorongkan sebelah tangan | Se-konyong2 Hoa Sin menjerit dan tersurut mundur selangkah. Demikian pula dengan Blo'on juga ter-huyung2. Sian-Li dan Hong Ing yang dekat dengan Blo'on juga menderita. Kedua nona terlempar sampai beberapa langkah. Untung keduanya tangkas. Begitu merasa terlanda oleh angin pukulan yang tak kelihatan, keduanya segera loncat. Maka walaupun terlempar mereka tak sampai menderita luka.

"Bu-ing-sin-kang !" teriak Hoa Sin ketika menyadari apa yang telah terjadi.

Bu-ing-sin-kang artinya tenaga-sakti-tanpa-bayangan. Suatu ilmu tenaga-dalam yang tak kelihatan tetapi tahu2 telah melanda orang.

"Apa itu Bu-ing-sin-kang?" tanya Blo'on. Hoa Sin pun segera menerangkan.

"O, jika begitu kalian harus ber-jaga2. Biar aku yang menghadapi orang itu" kata Blo'on.

Hoa Sin terkejut, Ceng Sian suthay dan Hoa Hong tojin juga menghampiri dan berseru: "Kongcu dia sangat lihay sekali ... "

Tetapi Blo'on tak mengacuhkan, dia terus ayunkan langkah maju ke hadapan pengawal Baju Putih itu.

"Hai. engkau pengecut" serunya, "kalau menyerang harus bilang, dong!”

Tetapi pengawal Baju Putih itu tak menjawab melainkan mendesuh aneh. Tiba2 ia dorongkan tangannya kemuka.

Tetapi Blo'on sudah tahu. lapun segera mendorongkan tangannya ke muka. Tiada goncangan, tiada suara apa2, tahu2 pengawal Baju Putih itu tergetar tubuhnya.

Rupanya dia tak puas. Kembali ia dorongkan tangan kanannya kemuka. Blo'onpun tak terima, ia menirukan juga gerak orang itu, Dan akibatnya, pengawal Baju Putih itu bukan saja tergetarpun kakinya tersurut setengah langkah.

Pengawal Baju Putih itu mengeluarkan suara aneh, bercuit- cuit seperti babi hendak disembelih. Setelah berdiri tegak, ia lalu dorongkan kedua tangannya. Gerakannya seperti orang ber-main2 karena sama sekali tak mengeluarkan angin maupun suara.

Blo'on juga dorongkan kedua tangannya ke muka. Kali ini pengawal Baju Putih itu terhuyung selangkah kebelakang.

Sekalian orang yarg menyaksikan adu pukulan tak bersuara itu terkejut heran. Ilmu apakah yang dimiliki Blo'on sehingga mampu mengalahkan seorang pengawal Thian-tong-kau yang memiliki ilmu pukulan sakti Bu-ing-sin-kang?

Jika tokoh2 ketua partai persilatan itu heran tidaklah demikian dengan pengawal Baju putih itu. Karena pukulan dengan kedua tangannya gagal, ia makin penasaran. Dengan meraung keras ia terus lari menyerbu Blo'on, seraya menghamburkan pukulan tangan kanan dan kiri. Blo'on terkejut. lapun lari menyongsong seraya taburkan kedua tangannya menurut gerak pengawal Baju Putih itu.

"Suthay, ilmu pukulan apakah yang dimainkan Kim kongcu itu?" tanya Hong Hong tojin pada Ceng Sian suthay.

Rahib ketua Kun-lun-pay itu gelengkan kepala : "Entahlah, memang aneh sekali anak itu. Selama ini aku belum tahu orang yang memiliki ilmu seaneh itu. Tetapi jelas dia dapat menirukan apapun gerakan lawannya."

"Ya, dari kecil sampai setua ini, baru pertama kali ini aku melihat sebuah ilmu aneh seperti yang dimiliki kongcu itu. " Hoa Sin menghela napas, "dia memang aneh, lebih aneh dari ayahnya. Dia memang sakti, lebih sakti dari bapaknya.” Dalam pada bicara itu, pertempuran telah langsung seru dan tak berapa lama terjadilah suatu pemandangan yang mengejutkan. Pengawal Baju Putih jumpalitan jungkir balik seperti terkena pukulan yang bertubi-tubi.

Huak .... pada akhirnya dia muntah darah dan terus rubuh mencium lantai.

Gemparlah sekalian orang menyaksikan kesudahan itu. Mereka benar2 tak menyangka bahwa Blo'on akan mengakhiri pertempuran itu dengan suatu kemenangan yang mengesankan.

Beberapa ketua persilatan itu segera menghampiri: "Kongcu. bagaimana engkau ?” tegur Ceng Sian suthay

yang agak mulai menaruh perhatian kepada anak muda itu. "Terima kasih, suthay, aku tak apa2." seru Blo’on,

"Apakah ilmu yang kongcu gunakan untuk menghadapi orang itu tadi ?" tanya Hoa Sin.

“Entah, apa namanya," jawab Blo'on, "tetapi memang aneh juga, apabila melihat orang bergerak akupun ingin bergerak menurut dia dan tahu2 tangan dan kakiku menirukan gerak orang itu, ilmu apakah itu ?"

Ketiga ketua persilatan itu tercengang. Mereka saling bertukar pandang tetapi tak dapat memberi jawaban.

Tiba2 Hoa Sin teringat sesuatu . "Ah, bagaimanakah bentuk kitab tanpa tulisan itu ?"

"Biasa saja, kecil dan dapat dikantongi," jawab Blo'on.

"Eh, engkau belum melanjutkan ceritamu ketika engkau dikubur dalam tanah," tiba2 pula Hong Ing berseru. "Ya," kata Blo'on, tabib Hoa Liong itu juga merasa aneh mengapa saat itu aku masih, bernyawa. Aku menerangkan bahwa ketika sadarkan diri. aku seperti terbungkus dalam kegelapan dan tubuhku seperti terbungkus benda berat. Aku meronta sekuat-kuatku. Memang agak terasa longgar tindihan yang mencengkam tubuhku itu. Tetapi aku diserang oleh rasa kantuk yang sukar dilawan, sehingga aku tertidur lagi. Tabib itu menerang bahwa hawa yang dipancarkan oleh katak-salju memang dapat membuat orang ngamuk. Kemudian tabib itu mulai menggali lubang dan membuka keping besi penutup lubang tempat ia memelihara katak-salju. Diambilnya seekor katak-salju dan diberikan kepadaku. Dengan makan seekor katak-salju ini, engkau akan memperoleh khasiat yang besar sekali. Tubuhmu kuat menahan segala perobahan hawa dan sakit. Pun umurmu akan panjang, tenagamu berlipat ganda kuatnya"

"Wahai, suko, engkau memang besar rejeki. Setiap kecelakaan yang engkau derita, selalu berakhir dengan keberuntungan yang tiada taranya" seru Sian-Li.

"Itulah yang kumaksudkan. Aku tak senang hidup tetapi dipaksa hidup. Aku tak mencari ilmu dipaksa mendapat ilmu. Aku sendiri heran.” kata Blo'on.

"Benar, memang anak itu selalu mendapat rejeki besar," seru kakek Lo Kun. "jika begitu mulai saat ini aku tak ingin mencari wanita, biar diburu wanita …”

Hong Ing dan Sian-Li tertawa mengikik.

"Siapakah kakek tua itu ?" karena sejak tadi belum diperkenalkan maka Hoa Sin segera bertanya kepada Blo’on. "Dia adalah kakekku bernama Lo Kun si Macan Hitam," kata Blo'on. Mendengar itu Hoa Sin segera menghampiri, memberi salam perkenalan.

"Ih, siapa ini, masakan pengemis hendak bersalaman dengan aku ?" Lo Kun mendengus.

"Dia adalah Hoa Sin pangcu, ketua dari partai Kay pang" seru Blo'on.

"Lopeh, aku yang rendah bernama Hoa Sin," kata Hoa Sin dengan merendah diri "harap lopeh jangan menolak berkenalan dengan aku. Walaupun pengemis, tetapi aku juga manusia".

Senang hati Lo Kun karena Hoa Sin sangat hormat kepadanya. Kemudian kakek itu menuding Hong Hong tojin "dan siapakah orang itu?”

Hong Hong tojin memberi hormat, "Aku yang rendah seorang tojin bergelar Hong Hong, mengepalai partai persilatan Go-bi-pay"

"Uh, juga seorang ketua. Mengapa banyak sakali ketua yang berada disini ?" tanya Lo Kun. Tetapi ia tak minta jawaban karena terus mengajukan pertanyaan lagi : "Dan siapakah wanita yang berkerudung kepala itu ?. Apakah dia sakit kepala ?”

Sebenarnya Ceng Sian suthay sudah hendak memperkenalkan diri tetapi demi mendengar kakek itu bicara tak keruan, ia tak mau bicara.

Rupanya Sian-Li tahu kalau kata2 Lo Kun itu kasar dan menyinggung perasaan Ceng Sian suthay maka buru2 ia memberi keterangan: "Ah, kakek Lo-Kun, jangan bicara tak keruan. Dia adalah Ceng Sian suthay,” rahib ketua Kun-lun- pay. Dia tak sakit kepala, memang demikianlah dandanan seorang rahib."

"Perlu apa pakai kerudung kepala ? Bukankah bagi wanita, harus menunjukkan rambut? Aku teringat orang mengatakan bahwa rambut merupakan mahkota bagi seorang wanita ... ".

Ceng Sian suthay makin ter-sipu2 malu.

"Kakek Lo Kun, jangan bicara begitu !” seru Sian-Li makin keras.

Kakek Lo Kun deliki mata : "Aku bicara apa ? Kukatakan kecantikan wanita itu karena ia miliki rambut yang indah. Seperti engkau ini. Karena rambutmu hilang dan hanya tinggal dua buah kuncir, wajahmu jadi lucu, hilang sifat kewanitaanmu.”

Sian-Li malu sekali: “Tetapi ini bukan keinginanku. Aku telah dijadikan begini rupa oleh padri Thian-tok itu !"

Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay terkejut '"Siapa paderi Thian-tiok itu, nona?”

"Namanya Rajendra Singh, pandai ilmu sihir yang jahat. Dia sebenarnya hendak mencari suko maka dia lalu memaksa aku menyaru jadi suko untuk memancing suko keluar dari tempat persembunyiannya" kata Sian-Li.

Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin saling bertukar pandang. Kata Hoa Sin : “Mengapa paderi Thian-tiok hendak mencari Kim kongcu.”

"Kemungkinan dia tentu hendak mencari balas kepada Kim tyahiap. Oleh karena Kim tayhiap sudah meninggal maka ia tumpahkan dendamnya kepada puteranya," kata Ceng Sian suthay.

"Benar, suthay," seru Hong Ing, Ketiga ketua paitai persilatan itu berpaling dan bertanya : "Bagaimana nona tahu ?"

"Bukan saja tahu tetapi dia sudah kujadikan seorang buta !" seru Hong Ing.

Ketiga ketua partai persilatan itu makin kaget. Lalu meminta keterangan. Hong ingpun segera menuturkan peristiwa yang terjadi dengan Rajendra Singh.

Hoa Sin mendengar dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian ia berkata agak kaget: “Jika demikian halnya, apakah bukan dia yang telah mencelakai Kim kongcu sehingga Kim kongcu seperti orang yang kehilangan ingatan ?"

"Kemungkinan besar begitu”, seru Sian-Li, “karena setelah paderi Thian-tiok itu kabur, pikiran kitapun terang. Dan tampaknya pikiran suko juga lebih genah dari yang sudah lalu."

"Memangnya aku tidak gila!,” Blo’on bersungut sungut,  "tapi kadang pikiranku masih gelap dan lupa segala apa. Penyakit apakah itu?”

"Hi, hi. hi" Hong Ing tertawa mengikik.

Blo'on melongo lalu menegur: "Mengapa engkau tertawa ?

Apa engkau anggap aku memang gila?"

"Apakah engkau masih ingat ketika dalam perjalanan turun gunung Hoa-san dahulu?" tanya Hong Ing.

"Apa itu sih ? Masakan hal2 yang sudah lalu engkau suruh ingat. Kau lebih enak memikir yang sekarang?" seru Blo'on.

"Engkau tak ingin tahu hal itu ?"

"Kalau engkau memberitahu, aku mau mendengarkan." jawab Blo'on. "Itu waktu aku pernah mengatakan bahwa untuk obat penyakit otak hilang haruslah makan otak naga. Habis mendengar itu engkau terus menawan aku dan memaksa aku supaya menunjukkan tempat naga itu. Masih ingat ?" tanya Hong

"Ya, sekarang aku ingat," sahut Blo'on, tapi dimanakah letak tempat naga itu ?"

"Aku sendiri tak tahu," sahut Hong Ing

"Ha, ha, ha," Hoa Sin tertawa, "masa otak naga mampu mengobati penyakit otak. Untuk mencari naga itu saja sukarnya bukan kepalang. apalagi hendak mencari otaknya. Ah, jangan engkau bergurau nona."

"Tidak," bantah Blo'on, "dia memang bergurau, kupikir memang hanya otak naga dapat menyembuhkan penyakit ingatanku itu."

Kembali Hoa Sin tertawa : "Ah, kongcu derita sakit hilang ingatan adalah karena dijahati oleh paderi Thian-tiok itu. Obatnya, kalau begitu hanyalah menangkap paderi Thian-tiok itu dan memaksanya supaya menyerahkan obat."

"Tetapi paderi itu sudah dibunuh oleh nona ini ?* seru Blo'on.

"Belum, dia masih hidup hanya kedua matanya yang buta," menerangkan Hong Ing.

Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus melontarkan sebuah pukulan. Seketika Blo'on dan orang2 yang berada disekitarnya terlanda oleh angin pukulan yang dahsyat sekali. Cepat2 mereka kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan Hong Ing dan Sian-Li tersurut mundur, Hoa Sin, Ceng suthay dan Hong Hong tojin bergetar keras sehingga pakaiannya sampai bertebaran. Sedang Blo'on mencelat beberapa meter.

"Biat-gong-ciang !" seru Hoa Sin seraya memandang pengawal Baju Putih yang bertubuh tinggi kurus. Ia hendak maju tetapi Ceng Sian suthay sudah mendahului: "Kali ini biarlah aku yang melayaninya."

Pengawal Baju Putih itu tak menghiraukai siapa yang dthadapannya. Ia mengangkat tangan dan mengayunkan kemuka lagi.

Melihat itu Ceng Sian suthaypun balas menghantam. Terdengar deru suara angin dan sesaat kemudian disusul oleh letupan keras. Pengawal Baju Putih itu hanya tergetar bahunya sedang Ceng Sian suthay tersurut setengah langkah ke belakang.

Ceng Sian terkejut sekali. Ia menyadari bahwa pengawal Baju Putih itu telah melancarkan pukulan sakti Biat-gong-ciang atau pukulan-membelah-angkasa. Ia juga menyambut dengan ilmu pukulan itu. Tetapi ternyata tenaga-dalam lawan lebih kuat.

"Siapakah dia ?" Ceng Sian suthay mulai bertanya dalam hati. Sejauh pengetahuannya, dalam masa itu hanya sedikit sekali tokoh persilatan yang menguasai ilmu pukulan Biat- gong-ciang sedemikian sempurna.

Tiba2 pikiran suthay itu teringat akan seorang tokoh dari partai Kun-lun-pay. Tokoh itu termasuk dua angkatan lebih dulu, seorang cianpwe Kun lun-pay, adik seperguruan ketiga dari ketua Kun lun pay saat itu. Tetapi orang itu sejak turun gunung sudah tak kedengaran beritanya dan tak pernah kembali ke Kun lun-san lagi. Memang ketika suhu dari Ceng Sian suthay pernah juga dikerahkan beberapa anakmurid Kun lun-pay untuk mencari jejak orang itu. Tetapi tak berhasil. Jika benar dia, mengapa tahu2 sekarang berada di gunung Thay-san menjadi pengawal Baju Putih dari Thian-tong-kau ?

Namun tak sempat suthay itu berpikir lebih lanjut karena saat itu pengawal Baju Pulih sudah ayunkan tangannya pula dengan suatu gerak yang lebih keras dari tadi.

Ceng Sian suthay terkejut. Kalau ia mengadu pukulan lagi, kemungkinan ia akan menderita. Namun jika ia mundur, tentulah akan kehilangan muka. Akhirnya ketua Kun-lun-pay itu mengambil putusan nekad hendak adu pukulan. Kalau mati, biarlah ia pecah sebagai ratna.

Dengan segenap pengerahan tenaga-dalam, ia segera dorongkan kedua tangan kemuka. Ia sudah memutuskan mati. Tetapi ternyata tenaga pukulan pengawal Baju Putih itu tak berapa dahsyat sehingga dapatlah suthay itu bertahan.

Ceng Sian suthay heran. Dia tak tahu mengapa tenaga pengawal Baju Putih itu tiba2 menurun. Demikian  dengan lain2 orang, kecuali Hoa Sin ketua Kay-pang. Karena hanya dialah yang tahu apa yang telah dilakukannya untuk membantu Ceng Sian suthay.

Setelah melihat dalam adu pukulan pertama tadi Ceng Sian suthay menderita, diam2 Hoa Sin mencari akal bagaimana dapat membantunya. Sebagai sesama ketua partai persilatan, ia tak mau secara terang membantu karena hal itu dapat dianggap menghina. Maka diam2 ia mengeluarkan sebuah gigi anjing dari kantongnya. Diluar perhatian, ia menjentikkan gigi anjing itu kearah pengawal Baju Putih. Sudah tentu disertai dengan tenaga-dalam yang kuat. Gigi anjing tepat mengenai jalan darah Kiok ti-ltiat pada persambungan lengan pengawal Baja Putih. Seketika pengawal itu rasakan tangannya lunglai sehingga tenaganyapun lemah.

Memang ada2 saja yang dilakukan ketua Kay-pang itu. Dia mengumpulkan gigi anjing banyak gunanya, katanya. Tetapi apa kegunaannya dia sendiri yang tahu.

Pengawal Baju Putih itu meraung sedahsyat harimau lapar. Melangkah maju setindak, ia lancarkan pukulan dengan kedua tangannya.

Hoa Sin menjetikkan dua buah gigi anjing tetapi kali ini agak terlambat. Yang satu mengenai pergelangan tangan orang tetapi yang satu lagi tertampar angin pukulan Biat- pong-ciang.

Huk ..... terdengar mulut Ceng Sian si mendengus tertahan ketika tubuhnya terdorong mundur dua langkah. Wajah suthav pucat lesi.

"Suthay, engkau kenapa !" seru Hoa Sin dengan cemas.

"Ak ... huak ... ", belum sempat suthay mengucapkan kata, segumpal darah segar telah tumpah dari mulutnya.

Melihat itu Sian-Li cepat loncat menghampiri dan segera memberinya sebutir biji Cian-lit hay-te-som, kemudian membawa suthay itu ke samping supaja beristirahat.

“Suko, balaskan suthay !" seru Sian-Li,

'Baik,” sahut Blo'on lalu melangkah maju ke hadapan dengan pengawal Baju Putih itu.

Tanpa banyak kata pengawal Baju Putih pun segera lepaskan lagi pukulan Biat-gong-ciang yang dahsyat.

Blo'on marah karena Ceng Sian suthay terluka maka iapun balas memukul menurut gayanya sendiri. Ia tak tahu apakah pukulan itu benar atau tidak, sesuai dengan pukulan ilmu silat atau tidak. Pokok ia marah dan memukul pengawal Baju Putih itu.

Auhhhh ..... terdengar pengawal Baju Putih menjerit ngeri ketika tubuhnya terbanting kebelakang. Baru pertama kali itu Blo'on memukul atas kehendaknya sendiri. Yang sudah2 ia hanya memukul setelah dipukul. Tenaga-dalam yang terpancar dan gerakannya merupakan tenaga reflek atau pantulan balik. Tetapi karena saat itu ia memukul, lainlah halnya. Tenaga- dalam yang terpancar memang bukan olah2 hebatnya.

Biat-gong ciang yang dilepaskan pengawal Baju Putih iiu pecah berhamburan terlanda oleh tenaga pukulan Blo’on yang sakti. Bahkan setelah saling berbentur dan tenaga pukulan Biat gong ciang berhamburan, tenaga pukulan Blo’ on masih terus melanda dan menghantam tubuh pengawal Baju Putih.

Dalam tubuh Blo'on berisi tenaga-dalam dari Kakek Lo Kun dari kakek Kerbau Putih, terisi buah cian-han-hay-te som yang dapat menembus jalan darah seng-si-hian-kwannya, menelan darah-ular-naga kemudian menelan abu kitab tak berhuruf, minum katak salju. Entah apa nama sekian macam tenaga- dalam apabila berkumpul jadi satu dalam tubuh seorang manusia. Dan buktinya, pukulan Blo’on itu cukup satu kali saja sudah dapat merubuhkan seorang Pengawai Baju Putih dari partai Thian-tong-kau.

Hoa Sin, Hong Hong tojin ter-longong2. Sebagai ketua partai persilatan yang ternama dalam dunia persilatan mereka tahu sampai dimana kedahsyatan dari pukulan Biat-gong-ciang yang dilancarkan dengan tenaga-dalam. Bahwa seorang ketua partai seperti Ceng Sian suthay tak mampu bertahan menerima pukulan Biat-gong-ciang dari pengawal Baju Putih itu, jelas, menunjukkan betapa hebat tenaga-dalam yang dimiliki oleh pengawal itu. Tetapi mengapa dalam sebuah pukulan saja, Blo’on mampu menghancurkan seorang tokoh yang sedemikian lihaynya?

"Kongcu, engkau sungguh hebat," seru Hoa Sin memuji tak henti2nya. "bahkan lebih hebat dari ayah kongcu Kim tayhiap dulu".

"Ah, jangan mengolok" seru Blo'on "kata orang ayahku itu jago sakti yang diangkat sebagai pemimpin dunia persilatan. Sedang aku. uh, tak senang belajar silat. Sampai saat ini akupun tak mengerti barang sejurus ilmusilatpun. Bagaimana mungkin aku lebih sakti dari ayah ?''

Hoa Sin menghela napas; "Aneh tapi nyata tak dapat ilmu silat tapi lebih sakti dari tokoh persilatan sakti.”

"Ah, harap Hoa pangcu jangan menyesalkan hal itu. Mungkin di dunia ini tiada manusia yang rejekinva sebesar Kim kongcu. Bahkan orang yang tekun berlatih silat sampai ber- puluh2 tahun belum tentu menyamai apa yang diperoleh Kim kongcu" kata Hong Hong tojin.

Hoa Sin mengangguk.

“Aku sih tak mengiri " katanya, "hanya heran menyaksikan kejadian yang ajaib ini. Rasanya dalam dunia persilatan belum pernah terjadi peristiwa semacam ini. Dan ilmu kepandaian Kim kongcu itupun terbatas pada diri Kim kongcu sendiri, tak dapat diajarkan kepada lain orang."

Tiba2 Hong Hong tojin bertanya :"Hoa pangcu kemanakah perginya Pang To Tik tayhiap? Mengapa sampai saat ini dia belum tampak ?"

Hoa Sin pun seperti diingatkan, Sejak berada dibawah panggung, Pang To Tik telah pamit hendak mengacau di panggung tetapi ternyata sampai saat itu malah belum tampak.

"Adakah dia tertangkap?" akhirnya ketua Kay pang itu bertanya.

“Kemungkinan memang dapat ditangkap orang Thian-tong- kau tetapi kemungkinan juga tidak.” Jawab Hong Hong tojin.

Hoa Sin terkejut : "Bagaimana yang tojin artikan kemungkinan dia tidak tertangkap itu ?"

'Aku memang mempunyai rasa begitu tetapi sukar untuk memecahkan persoalannya , ...

Belum Hong Hong tojin menghabiskan kata katanya, tiba2 seorang pengawal Baju Pulih mendekati maju menghampiri.

Berbeda dengan yang lain, pengawal Baju Putih ini agak bungkuk, namun gerak langkahnja amat gesit sekali.

Begitu tiba, dia terus menyerang Blo'on. Blo'on dan sekalian tokoh2 terkejut. Bukan karena diserang melainkan karena heran atas gaya serangan yang dilakukan pengawal bungkuk itu. Dia tidak memukul melainkan membuang tubuh dan berguling-guling di lantai, menuju ke tempat Blo'on.

Karena bingung, Blo'on loncat menghindar. Tetapi orang bungkuk itu tetap berguling-guling mengejarnya. Akhirnya Blo'on coba2 menendang. Tetapi begitu kaki diayun, tiba2 orang bungku itu mendengkung keras dan tubuhnya mencelat ke udara sampai dua tombak, berguling-guling diudara dan meluncur kearah Blo'on.

Begitu Blo'on menghindar orang itupun terus berguling- guling lagi ditanah untuk mengejarnya.!

Hoa Sin dan Hong Hong tojin terkejut. Pernah mereka mendengar tentang seorang tokoh yang aneh dalam dunia persilatan. Tokoh itu kali bertempur tentu berguling - guling ketanah. Tetapi setiap kali hendak dihantam, ditendang atau dibacok, tentu melambung ke udara. Entah sudah berapa banyak jago2 silat yang kalah oleh tokoh aneh itu karena bingung menghadapi limusilatnya yang luar biasa itu. Tokoh itu dahulu diberi gelaran sebagi Tho-liong-cu atau si Naga bungkuk. Entah bagaimana tokoh yang sudah berpuluh tahun tak kedengaran beritanya, tahu2 menjadi anggauta pengawal Baju Putih dari Thian-tong-kau.

"Kim kongcu, awas, kalau tak keliru pengawal Baju Putih ini bernama Tho-hong-cu atau si Naga bungkuk," Hoa Sin memberi peringatan.

"Naga bungkuk?* teriak Blo'on, "bagus, bagus, kalau begitu akan kuambilnya otaknya untuk obat.'

Hoa Sin hendak membantah tetapi saat itu pengawal Baju Pulih sudah berguling guling melanda cepat sekali. Ternyata gerak berguling-guling itu ada tujuannya juga yalah hendak menyambar kaki orang.

Blo'on memang masih memiliki sifat kanak2. Melihat pengawai Baju Pulih itu terus menerus berguling-guling di lantai akhirnya Blo'onpun ikut latah, iapun terus lemparkan tubuh berguling-guling ke lantai.

Dua sosok tubuh yang berguling-guling itu melaju pada arah yang berlawanan atau menyongsong satu sama lain. Duk

.... terdengar bunyi mendebuk ketika tubuh keduanya saling berbentur. Dua-duanya berhenti. Secara kebetulan mereka saling beradu punggung. Seketika Blo'on rasakan punggungnya seperti mendarat disebuah gumpal daging yang lunak tetapi melekat, kemudian tahu2 daging itu memancarkan tenaga-dorong yang dahsyat sekali. Blo'on ter- guling2 beberapa langkah tetapi lawanpun terlempar sampai beberapa meter.

Gumpal daging pada bungkuk Tho-liong-cu itu mengandung tenaga dalam yang hebat sekali. Seperti yang terjadi pada kakek Kerbau Putih.

Tetapi kali ini dia ketemu batunya. Ketika daging punggungnya melekat pada punggung Blo’on lalu memancarkan tenaga dalam, memang Blo'on dapat terpencal tetapi tubuh anak itupun memantulkan tenaga membal yang hebat sehingga tenaga-dalam dari Tho-liong-cu itu menghantam dirinya sendiri. Tho-liong-cu mencelat sampai beberapa meter, isi dadanya hancur.

Hoa Sin menghela napas : "Ah, tak nyana seorang jago tua yang pernah menggetarkan dunia persilatan, harus mati secara begitu mengenaskan sekali".

"Jika demikian halnya, kita harus berusaha untuk menyelamatkan pengawal2 yang masih itu. Jika mereka berhantam dengan Kim kongcu, tentulah mereka akan binasa semua." kata Hong Hong tojin.

"Tetapi sukar, totiang " kata Hoa Sin, “pertama kita tak  tahu siapa yang mengenakan pakaian pengawal Baju Putih itu. Kedua, mereka tak dapat diajak bicara. Begitu maju terus menyerang dengan ilmu yang hebat, terpaksa Kim kongcu maju dan akibatnya lawan tentu menderita."

Tetapi sekalipun mulut berkata begitu namun Hoa Sin juga gelisah karena memikirkan nasib barisan pengawal Thian- tong-kau. Jelas mereka adalah tokoh2 ternama dalam dunia persilatan yang telah menghilang. Jika dapat, mereka harus diselamatkan dari kebinasaan. Hoa Sin menghampiri Blo'on dan berkata dengan pelahan : '"Kongcu, aku hendak bicara kepadamu. Pengawal2 Buju Putih itu jelas adalah tokoh2 tua yang terkenal. Karena muka mereka tertutup kain cadar, maka sukar untuk mengenali. Memang ada tokoh2 dari aliran Hitam, tetapi ada juga yang dari aliran Putih."

"Lalu bagaimana cara menghindarkan mereka dari kebinasaan ?” tanya Blo'on.

"Inilah yaug harus kita pikirkan,*' kata Hoa Sin, "tetapi yang jelas, mereka telah dicelakai oleh ketua Thian tong-kau sehingga ingatan mereka hilang. Jika kita dapat menolong mereka, berarti suatu berkah bagi dunia persilatan."

Tiba2 Ceng Sian suthay berseru: "Apakah kongcu mengerti ilmu tutuk jalandarah?"

Blo'on gelengkan kepala : "Jangankan ilmu tutuk darah, ilmu silatpun aku tak mengerti."

Ceng Sian suthay menghela napas.

“Jika begitu, mengapa tidak menangkapnya saja?” sekonyong-konyong Hong Ing beseru.

Para ketua partai persilatan itu terkesiap, memang hanya dengan jalan itu, dapatlah para pengawal itu diselamatkan dari kebinasaan.

Ho Sin lam ber-bisik2 kepada Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin. Tampak kedua ketua partai persilatan itu mengangguk-angguk. Kemudian Hoa Sin berkata kepada Blo'on ; "Kongcu kami akan berusaha untuk menangkap ketua Thian tong-kau. Dalam menghadapi barisan pengawal baju Putih itu harap kongcu suka ber-hati2. Sedapat mungkin selamatkanlah jiwa mereka." Blo'on mengiakan namun ia tak tahu bagai mana caranya. Tetapi sebelum ketiga ketua partai persilatan itu pergi,

seorang pengawal Baju Putih sudah menerjang. Bahkan kali ini yang maju bukan hanya satu, melainkan dua orang pengawal Baju Putih.

Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin terkejut ketika mereka dihadang dan terus diserang oleh dua-pengawal Baju Putih. Lebih terkejut pula, ketika melihat cara kedua pengawal menyerang. Kalau yang satu menyerang dan kanan yang kiri tentu bergerak dari kanan. Kalau yang satu menyerang dari muka, yang lain tentu menyergap dan menyerang dari belakang. Kalau yang satu menyerang ke bawah, yang lain menyerang bagian atas. Jika yang satu berguling2 di tanah, yang lain melambung ke udara.

Ketiga ketua partai persilatan itu benar2 bingung menghadapi kedua pengawal Baju Putih itu. Bukan saja gaya dan cara serangannya yang aneh, tetapipun mereka memiliki tenaga-dalam yang hebat sekali. Yang satu tenaga-dalam bersifat lunak dan yang satu bersifat keras.

Dalam beberapa saat saja, ketiga ketua partai persilatan itu kelabakan setengah mati. Mereka bertiga tetapi tak mampu menghadapi serangan dua orang musuh.

Belasan tahun yang lalu, dunia persilatan pernah mengenal sepasang tokoh saudara kembar yang bernama Song Li dan Song Kian. Kedua saudara kembar itu bertemu dengan seorang sakti ia mendapat pelajaran ilmusilat yang aneh. Yang satu yalah Song Li diberi ajaran tenaga-dalam keras dan yang satu yakni Song Kian, diberi ajaran tenaga-dalam lunak. Seorang musuh yang diserang oleh dua macam tenaga-dalam yang berlawanan itu tentu akan bingung dan akhirnya tak berkutik. Karena tertarik akan kepandaian yang istimewa dari kedua saudara kembar Song itu, maka conglok atau gubernur Holam. telah memakai mereka sebagai pengawal gedung gubernuran Setelah gubernur itu mati, kedua saudara kembar itupun pergi entah kemana, tiada beritanya lagi.

Akhirnya ketiga ketua partai persilatan itu terdesak, hanya mampu bertahan tak dapat menyerang.

“Suko, harap membantu ketiga pangcu itu”, seru Sian-Li. Blo'on  maju  dan  berseru  mempersilahkan  Hoa  Sin, Ceng

Sian dan Hong Hong tojin minggir supaya dia yang mengganti.

Tiba2 Song Li meraung keras dan Song Ki melengking nyaring, yang satu suaranya besar dahsyat, yang lainnya tinggi melengking. Setelah itu mereka lalu menyerang Blo’on.

Blo’on yang tak mengerti kepandaian kedua saudara kembar itu bermula terkejut sekali ia rasakan dadanya sesak hampir tak dapat bernapas. Tiba2 iapun memekik nyaring. Sedemikian nyaring sehingga kedua saudara kembar itu tertegun dan sekalian orangpun terlongong. Ternyata pekikan Blo'on itu telah menghamburkan suatu tenaga dalam yang dahsyat sekali.

Hoa Sin terkesiap dan makin yakin bahwa putera dari Kim Thian Cong itu memang memiliki tenaga dalam yang hebat sekali.

Sebenarnya kedua saudara kembar itu tertegun bukan karena kaget saja, pun karena saat itu mereka merasa bahwa tenaga-pukulan yang dilontarkan berbalik melanda mereka sendiri.

Sesaat kemudian Song Li dan Song Kian berhamburan lagi menerjang Blo'on. Song Li langsung menghantam kepala Blo'on. Song Kian menyelinap ke belakang Blo'on dan menubruk kakinya. Mereka bergerak cepat sekali sehingga Blo’on tak sempat menghindar. Ia hanya dapat rnengisarkan kepala kesamping sehingga selamat dari pukulan, tetapi bahunya terlanggar juga. Dan lebih celaka lagi ketika kakinya telah diterkam oleh Song Kian.

Rasa kejut dan sakit telah menyebabkan Blo'on meronta. la loncat ke udara. Seketika tampaklah suatu peristiwa yang aneh dan menggelikan. Begitu melambung, Song Kianpun ikut terseret ke atas. Song Kian berusaha untuk menariknya turun. Ia gunakan ilmu Cian-kin-tui atau Tindihan-seribu-kati untuk mengganduli kaki Blo'on.

Dalam pada itu karena pukulannya luput. Song Li pun menggeram marah. Ia menghantam lagi, Cepat pada saat itu tubuh Blo'on meluncur turun. Melihat dirinya hendak dipukul, dengan sekuat tenaga Blo'on bergeliatan melambung keatas lagi. Duk. pukulan Song Li tepat mengenai tubuh Song Kian.

Song Kian lepaskan cekatannya dan jatuh ke tanah Saat itu pula tubuh Blo'onpun meluncur turun tepat jatuh didada Seng Kian. Hek... Song Kian menguak tertahan dan berhenti napasnya.

Song Li tak peduli bagaimana dengan nasib saudaranya, ia tetap menyerang Blo'on. Karena Blo'on membungkuk melihat keadaan Song Kian yang dipijaknya, Song Li loncat menerkam kepala Blo'on. Kedua tangannya serempak direntang untuk menghantam batok kepala Blo'on.

"Suko ....!" Sian-Li menjerit dan tanpa banyak pikir lagi terus sabitkan pedang Pek- liong kiam kearah Song Li. Cret ....

pedang tepat mengenai punggung Song Li. tembus keluar sampai ke dada seketika Son Lipun menyusuli, saudaranya ke akhirat. Sian-Li lari menghampiri untuk mengambil pulang pedangnya. Blo'on menegurnya : “Sumoay mengapa engkau membunuhnya ? Bukankah Hoa pangcu sudah meninggalkan pesan, supaya sedapat mungkin kita menyelamatkan jiwa mereka?"

"Maaf, suko," kata Sian-Li, “tetapi kulihat Suko dalam keadaan berbahaya. Jika tak lekas kusabit dengan pedang, tentulah dia akan mencelakai suko."

"Tetapi mungkin aku tak kena apa2," kata Blo'on, "sebab beberapa kali aku dipukul orang, orang itu malah rubuh sendiri."

"Apakah engkau tahu apa sebabnya ?" tanya Sian-Li. "Entah, Blo'on gelengkan kepala, "tetapi ku percaya Thian

itu maha adil dan maha pemurah. Orang yang tak bersalah

tentu dilindungi.”

Sian-Li terkejut dan gembira sekali : "Suko, fikiranmu sudah makin sadar! Engkau sudah tahu apa artinya Thian."

"Siapa bilang?"

"Eh, bukankah engkau menyebut nama Thian tadi ?" seru Sian-Li.

"Ya, tetapi aku tak tahu apa artinya ?" sahut Blo'on.

"Lalu bagaimana engkau dapat menyebutnya?" Sian-Li makin heran.

"Aku hanya mendengar orang berkata begitu, maka akupun menirukan saja."

'Oh," Sian-Li mengeluh," tetapi memang hal itu benar. Thian itu adalah Tuhan. Dia serba ada dan maha pemurah. Engkau harus percaya tentu penyakitmu sembuh. Tak perlu harus cari otak naga.

"Benarkah." seru Blo'on.

"Kalau tak percaya tanyakan saja pada Hoa pangcu dan kedua ketua partai persilatan itu." kata Sian-Li.

"Tetapi apakah Thian meluluskan orang membunuh sesama manusia ?" tanya Blo’on.

Pertanyaan yang tak terduga-duga itu menyebabkan Sian-Li terlongong tak dapat menjawab. Untung saat itu seorang pengawal Baju Putih lagi, telah maju menghampiri.

"Suko, seorang dari mereka datang lagi," kata Sian-Li.

Baru Blo'on berkisar tubuh kearah depan, pengawal Baju Putih itu pun sudah ayunkan tangannya. Segulung angin yang dahsyat segera melanda Blo'on. Blo'on terkejut tetapi terlambat. Tubuhnya terlempar dan jatuh ke bawah  panggung.

Hong Ing dan Sian-Li terkejut. Serempak dua nona itu menerjang pengawal Baju Putih tetapi pengawal itu ayunkan lagi tangannya dan kedua nona itupun bagaikan layang2 putus tali, melayang jatuh ke bawah panggung.

"Gun-goan-ciang !" tiba2 Hong Hong tojin berteriak kaget.

Hoa Sin dan Ceng Sian suthaypun terkejut. Pukulan Gun khoan ciang itu merupakan suatu pukulan istimewa dan partai Go-bi-pay. Jika demikian tentulah pengawal Baju Putih itu seorang tokoh dari Go-bi-pay.

Sekonyong-konyong suatu peristiwa yang aneh muncul diatas panggung...... 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar