Pendekar Bloon Jilid 24 Pesta yang heboh

Jilid 24 Pesta yang heboh

Siau-bin-git-kay atau pengemis wajah tertawa Jin sik terkejut ketika melihat si brewok Shin Kong-tat menghampiri mejanya dengan mengepal tinju.

Demikian pula Sian li. Ia menyadari bahwa terjadi perkelahian di rumah makan itu. Memang yang mengambil hidangan dari meja ketiga pendatang itu. yakni Kho Sun-ho yang disebut Kho kongcu. Mo Gay liok siorang tinggi besar dan Kong-tok si brewok, adalah Blo'on.

Blo'on jengkel karena makanan yang dipesan telah dirampas oleh si brewok. Ketika ketiga orang itu tengah bercakap-cakap dengan pemilik rumah makan, Blo'on terus menghampiri meja makan mereka dan mengambil hidangan itu.

"Hai, bocah gundul, apakah engkau yang mengambil makananku ?" teriak Shin Kong-tat ketika muka meja.

To Jin sik dan Sian li memandang Blo’on tetapi anak itu tetap enak2 menghabiskan ayam. Karena tidak dihiraukan, Shin Kong tat marah. Ia menyambar paha ajam dari tangan Bio’on.

Blo'on memandang si brewok, tiba2 tertawa. "Ho, pengemis ki cia (temaha makan), tingga tulang saja masih mau dimakan

... habis begitu Bloon mengambil ayam panggang bagian yang masih penuh dagingnya.

Tetapi baru saja digigit sekali, Shin tat sudah merebutnya. "Eh, engkau gemar ikan ayam?' seru Bloon, lalu tak

menghiraukan dan mengambil seeko kakap goreng,

Belum sempat kakap itu sampai padanya, Shin Kong-tat sudah merebutnya lagi, anehnya Blo'on hanya tertawa dan mengambil ikan. Tetapi begitu hendak ditelan selalu diambil Shin Kong-tat.

Bukan saja To Jin-sik dan Sian-li menjadikan peristiwa itu dengan terlongong-longong, sekalian tetamu juga heran. Serempak seluruh tamu berhenti makan dan minum. Mereka memandang ke arah meja Blo'on.

Karena setiap hidangan yang diambil Blo’on selalu direbut Shiu Kong-tat lama kelamaan habislah ikan di meja. Bahkan ketika Blo'on mau ambil cap-jay, pun basi berikut masakan capcay telah dirampas. Semua dirampas sampaipun bakso yang disupit Blo'on juga dirampas.

Masakan di meja telah habis berpindah ketangan Shin Kong-tat sehingga tangan orang brewok itupun penuh dengan bermacam-macam masakan. Sebenarnya, ia dapat saja membuang makanan2 itu tetapi dia memang sengaja hendak melihat Blo'on akan bertindak bagaimana. Maka sekalipun tangannya penuh dengan makanan, ia tak mau meletakkannya. "Ha, ha, pengemis ki-cia, semua-mau”, kata Blo'on tertawa seorang diri lalu mengambil basi yang berisi kuah bakso. Kuah itu masih panas sedang baksokya sudah dirampas oleh Kong- tat.

"Nih, kalau mau kuah, ambil sekali,” seru Blo'on. Sebelum Shin Kong-tat sempat mengulurkan tangan, sekonyong- konyong Blo'on berdiri dan menyiramkan kuah panas itu ke muka si brewok.

“Auuhhhh… !”

Karena kedua tangannya memegang beberapa macam masakan, dan karena tak menduga-duga, maka Shin Kong tat tersiram air panas. Sebelum ia tahu apa2 mukanya pun ditutup rapat2 dengan basi. Dan supaya jangan meronta Blo’on pun menjambak kencang2 rambut si brewok.

Bayangkan rambut dijambak dan muka ditutup dengan basi berisi kuah panas. Betapa Shin Kong-tat itu seorang jago yang tinggi kepandaiannya tetapi ia tetap menjerit-jerit. Tetapi celakanya menjeritpun tidak dapat karena mulutnya tertutup basi.

Melihat kawannya disiksa begitu rupa, orang tinggi besar yang bernama Mo Gayliok marah. Sekali loncat ia hendak memukul Blo’on. Tetapi sebelum Mo Gay-hok tiba. Blo’on sudah mendorong tubuh Shin Kong tat untuk menyongsong.

Mo Gay liok terkejut. Untung ia masih sempat berkisar ke samping. Brak ... terdengar suara bergerodakan keras ketika meja dan kursi dilanda oleh dua sosok tubuh.

Luput membentur Mo Gay-liok. tubuh Shin Kong-tat melaju ke belakang dan membentur Liang-ho. Keduanya jatuh kebelakang melanda meja dan kursi. "Bangsat, engkau bosan hidup !" teriak Gay-liong lalu loncat menerkam Blo'on. Cepat sekali gerakan orang she Mo itu sehingga Blo’on tak sempat menghindar.

'Uh ... " Blo'on menjerit kaget ketika lehernya dicekik oleh Mo Gay-liok. Hampir pemuda itu tak dapat bernapas. Tangan Gay liok tak ubah seperti jepitan baja.

Karena tak dapat bernapas. Blo'on meronta sekuat-kuatnya.

Ia menendang perut Mo Gay liok. “Duk ”

Seperti layang2 putus tali maka tubuh si tinggi besar Mo Gay liok melayang beberapa meter jauhnya dan brak jatuh

menimpah sebuah meja. Meja hancur, tetapi yang duduk di meja itu ikut menderita jatuh terlimpah masakan.

Keadaan dalam rumah makan tampak kacau pemilik rumah makan segera keluar. Melihat kekacauan itu. ia segera menghampiri ketempat Kho kongcu. Ia perintahkan beberapa pelayan untuk benggotong Kho kongcu ke dalam, begitu juga si Brewok Shin Kong-tat dan si tinggi besar Mo I ty liok. Mereka bertiga pingsan.

"Mengapa engkau membuat gaduh di sini ?" tegur pemilik rumah makan setelah menghampiri tempat Blo'on,

"Maaf ciangkui." Buru2 To Jin sik berkata: “tapi . , "

"Paman To, tak perlu minta maaf. " tiba2 Blo’on menyelutuk. "yang membikin gaduh bukan kami tetapi mereka"

"Tetapi engkau memukul mereka" seru pemilik rumah makan.

Tiba2 Blo'on tertawa: "Apakah engkau melihat peristiwa  tadi ?" "Pembantuku memberi laporan" sabut pemilik rumah makan.

"Kalau tidak melihat sendiri jangan suka percaya omongan orang. Tanya saja pada sekalian tamu2 disini siapakah yang cari gara2 lebih dulu.”

"Tetapi; mengapa engkau melayani mereka?” Blo'on .deliki mata.

"Eh. kalau engkau diganggu seperti aku, hidangan yang terang kupesan lalu dirampasnya, apakah engkau diam saja ?" tanya Blo'on.

"Ah. itu urusan kecil" sahut pemilik rumah makan, "bukankah sudah kusuruh pelayan nanti membuatkan lagi untukmu ?"

"Kalau orang sedang makan lalu makanan itu direbut orang lain, apakah engkau diam saja?”'

"Tetapi lebh baik engkau jangan cari perkara.”

"Kalau engkau dicekik orang sampai tak dapat bernapas, apakah engkau diam saja?”, Blo’on melanjutkan pertanyaannya.

"Tetapi sebaiknya jangan cari perkara”, berulang kali pemilik rumah makan itu hanya dapat menjawab begitu.

"Eh, apakah rumah makan ini milik mereka?”, tanya bto'on. "Bukan"

"Apakah engkau ini budak mereka ?" "Bukan " teriak pemilik rumah makan.

"Mengapa engkan takut dan selalu berpihak kepada mereka

?" "Ah, engkau tak tahu" "Tahu apa ?”

"Kho kongcu itu adalah putera dari Kho tay haksu hakim yang tertinggi di kota raja. Pengaruhnya amat besar sekali. Setiap orang takut kepadanya"

"Apa itu hakim ?” tanya Blo on.

"Hakim yalah orang yang mengadili dan menjatuhkan hukuman"

"O, siapa yang diadili ?" "Orang yang bersalah" "Kalau tidak salah ?"

"Sudah tentu tidak diadili" kata pemilik rumah makan  seraya diam2 memaki Blo'on seorang pemuda goblok.

"Jika demikian perlu apa takut ? Aku tak salah, yang salah orang brewok dan orang tinggi besar itu, biar mereka diadili" kata Blo'on.

Pemilik rumah makan itu mendengus. "Hm, enak saja engkau bicara. Engkau telah pukul pengawal putera Kho haksu, engkau tentu ditangkap dan dihukum"

"Gila" tetiak Bjo'on, "aku tak bersalah"

"Hakim dapat mengatakan engkau bersalah. Apalagi puteranya menderita, tentu Kho haksu marah  dan menghukum engkau seberat-beratnya"

"Lalu bagaimana maksudmu 7"

"'Mana yang lebih baik ?" tanya Blo'on.

"Engkau suka yang mana ?" pemilik rumah makan balas bertanya. “Tidak pilih ke-dua2nya"

Pemilik rumah makan tercengang. Dalam pada itu karena takut terlibat maka para tetamu dalam rumah makan itupun samua pergi.

"Ciangkui" tiba2 To Jin-sik berkata, "tentang kerusakan alat2 dan hidangan disini aku sanggup mengganti. Tetapi bagaimana dengan urusan Kho kongcu ?"

"Ya. memang repot" pemilik rumah makan itu garuk2 kepalanya. la bingung. Kalau Bio’on menyerah, itu memang mudah. Tetapi rasanya pemuda itu tentu tak mau. Untuk menggunakan kekerasan ia kuatir tak dapat menandingi. Kan Shin Kong tat dan Mo Gay liok yang termasuk sakti, dapat dirubuhkan Bloon. Namun kalau suruh Blo'on melarikan diri, ia kuatir akan dipersalahkan oleh Kho haktu.

"Maksudku begini saja" sesaat kemudian pemilik rumah makan itu mendapat akal "lebih baik kalian melarikan diri"

"Terima kasih, ciangkui." kata To Jim sik, "tetapi bagaimana dengan diri ciangkui nanti.”

"Aku mempunyai akal" kata pemilik rumah makan "kita harus pura2 berkelahi dan kalian harus memukul aku sampai pingsan. Satelah itu kalian boleh pergi"

Pikir2 saran pemilik rurrah makan Itu baik juga. Kuatir kalau Blo'on menolak. To Jin sik segera menyetujui,

Demikian To Jtn-sik pura2 berkelahi dengan pemilik rumah makan dan berakhir dengan rubuhnya pemilik makan itu tak sadarkan diri. To Jin-sik segera ajak Blo'on dan Sian li pergi.

"Kemana kita harus pergi ?* tanya To Jin-Iik Saat itu sudah menjelang sore. "Kita datang ke pesta ulangtahun Cian-bin-long-kun, saja" seru Blo'on.

To Jin sik terkejut. Ia tahu bahwa pergi ke pesta  ulangtahun Cian bin-long kun berarti akan ngundang gara2

"Ah. baiklah kita pesiar ke seluruh kota sambil menikmati peninggalan2 kerajaan yang indah. Bukankah kongcu hendak melihat genta raksasa ?" katanya.

Blo'on merenung, katanya : "Tetapi bagaimana kita dapat mencari orang itu kalau tak pergi ke rumahnya ?"

"Tetapi hari ini dia sedang mengadakan ulang tahun. Tentu banyak tetamu. Dan tetamunya tentu terdiri dan pembesar2, tokoh2 persilatan, dan orang2 ternama. Kalau mencarinya pada saat ini rasanya tidak tepat" kata To Jin sik.

"Ya, benar”, Sin-Li ikut bicara.

"Ah. tidak" bantah Blo'on "kalau tak kesana, bagaimana kita dapat menanyainya ?"

"Lebih baik jangan, kongcu" "Apa engkau takut ?"

"Bukan takut" jawab To Jin-sik. "tetapi lebih baik kita menghindari kesulitan daripada ...”

"Tanpa menghadapi kesulitan bagaimana kita akan mendapat hasil ?" tukas Bloon.

Sian-li terkejut. Diam2 ia heran mengapa makin jauh perubahan dalam alam pikiran Blo'on saat itu. Setiap keinginannya tentu diingat ingati terus dan belum sudah kalau belum selesai. Apakah otaknya benar2 sudah sembuh ? Diam2 nona Sian-li berpikir. "Begini sajalah" akhirnya ia menengahi, “kita pergi ke rumah Cian bin long-kun tetapi tak masuk. Hanya cukup tahu saja. Besok kita kesana lagi menemuinya "

Usul nona itu diterima, Mereka lalu menuju ke rumah kediaman Cian-bin-long-kun.

Cin bin-long kun Buyung Kiong seorang hartawan di kotaraja yang terkenal. Orang tak tahu dari mana sumber harta kekayaannya itu. Dia hanya mengusahakan toko obat saja. Tetapi usaha dibelakang layar memang hebat sekali. Dia punyai rumah2 madat, menguasai gerombolan hitam di kota raja. Dia bekerja sama denga Wi-hian, thaykam atau orang kebiri dalam kerajaan yang besar pengaruhnya. Pembesar2 kerajaan banyak dikenalnya. Mereka melindungi perdagangan madat gelap dari Cian bn long kun. Sebagai imbalan Cian bin long kun memberikan jatah madat kepada mereka.

Hari itu kotaraja benar2 ramai sekali. Bukan saja Cian-bin- long-kun sedang merayakan hari ulang tahunnya, pun malam itu tepat jatuh tanggal limabelas bulan delapan. Menurut kepercayaan, pada tanggal dan bulan delapan itu, para malaekat mengadakan rapat, maka kelenteng, biara, kuil dan rumah2 pemujaan penuh sesak dengan para pengunjung yang datang untuk mohon doa restu. Menurut naluri adat istiadat, pada malam.itu para gadis2 pingitan berkunjung ke kelenteng, bersembahyang agar cepat dapat jodoh yang baik. 

Dengan diselenggarakannya pesta ulangtahun Cian-bin- long-kun maka penduduk kotaraja hampir semua keluar rumah. Yang tua berkunjung ke rumah Cian-bin-long-kun, yang muda berkunjung ke kelenteng dan rumah2 biara.

Pesta berlangsung dengan meriah sekali. Tamu2 bagaikan iring-iringan semut yang tak kunjung putus. Setiap tetamu tentu membawa barang bingkisan untuk tuan rumah. Dan Cian-bin long-kun dengan wajah berseri-seri menyambut dan mempersilahkan tetamu2 itu duduk.

Hidangan yang disuguhkan pun terdiri dari makanan yang mahal. Cian bin long-kun sengaja mengundang seorang tukang masak termasyhur dari Hang ciu,

Tengah ramai para tetamu menikmati hidangan, tiba2 penjaga pintu masuk dengan membawa sebuah bungkusan besar. Penjaga menyerahkan bungkusan dari kain sutera kuning emas itu kepada Cian bin-long-kun.

"Loya" kata penjaga pintu, "seorang lelaki menyerahkan bungkusan ini untuk loya”

"Dari siapa ?' tanya Cian- bin-long-kun. "Orang itu hanya disuruh mengantarkan. lalu pergi. Katanya, didalam bungkusan terdapat nama pengirimnya. Loya sudah kenal baik sekali dengan orang itu"

Cian bin-long-kun kerutkan dahi. "Aneh" gumamnya "apakah isinya?"

"Hamba tak tahu. loya. Tetapi orang pesuruh itu mengatakan bahwa isinya Hiong som.”

"Apa ?" Cian-bin-long-kun menegas, "apakah hiong som itu

?"

"Hiong-som  yalah  kolesom beruarg. Atau kolesom yang

bentuknya mirip dengan beruang. Asalnya jauh di daerah kutub utara. Di negeri Tiong-goan sini. lak ada som semacam itu"

"Oi" Cian bin long kun mendesuh kejut “Aku sendiripun tak pernah melihat hiong-som".

Biasanya setiap bingkisan tentu segera diserah terimakan pada seorang yang mengurus penerimaan hadiah. Tetapi entah bagaimana, Cian bin-long kun memerintahkan supaya bungkusan ini ditaruh di mejanya.

"Saudara2" sesaat kemudian Cian-bin-long-kun berseru lantang "sungguh suatu peristiwa yang tak pernah kuduga bahwa dalam pesta ulang tahunku malam ini, akan terjadi sesuatu yang mengejutkan"

Sekalian tetamu terkejut dan mencurahkan perhatian.

"Oleh seorang yang tak mau disebut namanya, aku telah menerima kiriman bingkisan yang luar biasa. Sebuah benda yang tak terdapat di negeri Tiong-goan.”

Perhatian sekalian tetamu makin tercurah.

"Pernah saudara2 mendengar tentang sebuah tanaman yang disebut hong-som ?" seru Cian-long-kun.

Beberapa tetamu mengatakan belum pernah.

"Nah, dalam bingkisan ini terisi hiong-som hanya terdapat  di daerah kutub utara. Demi hormat dan menghaturkan terima kasih kepada tetamu dan sanabat2 yang telah memerlukan datang mengunjungi dan memberi selamat atas ulangtahunku hari ini maka aku, Cian-bin long Buyung Kiong akan membuka bungkusan ini. Maka kuperlihatkan kepada para tetamu sekalian apakah bentuk dari hiong-som itu. Kemudian akan kupotong-potong dan kupersembahkan kepada tamu2 sekalian"

Tepuk tangan bergemuruh dari para tetamu menyambut pernyataan tuan rumah. Mereka gembira karena akan menerima pemberian hiong-som yang belum pernah diketahuinya. Maka mulailah Buyung Kiong membuka bungkusan. Setelah bungkusan kain dibuka maka didalamnya terdapat sebuah kotak kayu. Di atas kotak kayu tercantum sepucuk sampul.

Cian-bin-long-kun segera mengambil sampul lalu membukanya dan membaca.

"Ah. kawan ini memang suka bergurau”, katanya dengan tertawa "dia memakai nama Li-ing-ti yang berarti Engkau-tahu sendiri, ha… ha… "Bagus, bagus" seru Cian-bin-lono-kun dengan gembira, "dalam surat ini dikatakan bahwa hiong-som itu berkhasiat menambah panjang umur. Merupakan benda yang jarang terdapat di dunia.

Terdengar suara gemuruh dari para tetamu yang amat gembira.

"Ai, kawan Li ing-ti ini memang suka gurau. Dia mengatakan bahwa sehabis makan hiong-som orang tak boleh tidur sampai sepuluh hari sepuluh malam …. "

"Ah ... " terdengar suara desah dari tetamu. Bagaimana mungkin orang tak tidur selama sepuluh hari sepuluh malam.

"Ah. rupanya dia memang bersungguh-sungguh"seru Cian bin long kun pula setelah menyelesaikan membaca surat itu, "dia mengatakan barang siapa ingin panjang umur, harus kuat tidak tidur. Tidak tidur sehari semalam, tambah umur dua tahun. Dua hari dua malam, tambah empat tahun. Tiga hari tiga malam tambah enam tahun. Kalau sepuluh hari sepuluh malam, akan tambah duapuluh tahun. Kuat sebulan, tambah umur enampuluh tahun ... "

Kembali terdengar suara gemuruh dari para tetamu. Bermacam-macam tangkapan mereka atas keterangan itu. Diam2 mereka berjanji daIam hati untuk berusaha tidak tidur selama mungkin. Demikian bunyi surat itu dan mulailah Cian in long kun mengambil pisau untuk membuka kotak.

Beratus-ratus pasang mata para tetamu mengikuti gerak- gerik tuan rumah dengan penuh perhatian. Walaupun diantara mereka terdapat beberapa pembesar dan pejabat yang berpangkat tinggi tapi mereka memang belum pernah melihat apakah hiong-som itu.

"Ai, rapat benar" kata Cian-bin-long kun setelah kotak terbuka dan melihat sebuah bungkusan kertas lilin.

Ia lalu membuka kertas lilin itu dan ...

Bagaikan halilintar meledak, seketika memecah Cian bin long-kun dan beratus-ratus tetamu ketika melihat isi bungkusan kertas lilin itu. Ruang gedung yang luas seakan2 tergetar hendak rubuh karena pekik teriakan yang meledak saat itu.

Ternyata bungkusan kertas lilin itu bukan berisi hiong som sebagaimana dikatakan dalam surat oleh orang yang menamakan dirinya Li ing ti atau Engkau-tahu-sendiri, melainkan sebutir kepala ... manusia !

Sesaat Cian-bin-long-kun tegak seperti patung. Wajahnya pucat silih berganti merah. Suasana ruang perjamuan itu hening lelap.

"Batang kepala orang itu bukan lain adalah kepala Tangan- seribu Buddha Kim Hok, si gemuk yang bersama Algojo berdarah-dingin Hun Tiong mo, telah diperintahkan untuk memendam peti harta karun dipulau karang.

Itulah sebabnya maka Cian-bin-long-kun Buyung Kiong terkejut seperti disambar petir. "Panggil penjaga pintu " sesaat menyadari bahwa dirinya telah menderita hinaan besar seorang yang tak diketahui segera Cian- bin-long- kun berseru memberi perintah.

"Lihat isi bungkusan itu " teriak Cian-bin long-kun setelah penjaga pintu datang.

Penjaga pintu memandang ke meja dan seketika pucatlah wajahnya : "Hamba ... tak tahu kalau isinya ... "

"Kerahkan kawan-kawanmu mencari orang itu segera seret kemari " teriak Cian bin Iong-kun dengan bengis.

Penjaga pintu itu pucat wajahnya. Orang yang menerimakan bungkusan itu sudah pergi, kemanakah ia harus

mencarinya. Namun perintah Cian-bin long kun tak dapat dibantah. Terpaksa dengan  gemetar ia mengiakan dan terus mengundurkan diri.

Beberapa belas jago2 yang dipelihara Cian bin- Iong kun segera dikerahkan untuk mencari orang yang mengantarkan bingkisan itu. Walaupun tak mudah untuk mencari orang dalam kota yang begitu besar dan ramai, namun mereka tetap berusaha juga.

Beberapa orang yang tingkah lakunya mencurigakan segera ditahan dan ditanyai. Tetapi terpaksa harus dilepas lagi karena tiada bukti. Saat itu penjaga pintupun sedang berjalan sepanjang jalan yang agak sepi. Tiba2 ia melihat tiga orang sedang berjalan mendatangi. Diperhatikannya ketiga orang itu dan seketika ia heran melihat salah seorang diantaranya, agak aneh. Seorang pemuda yang gundul tidak, berambut pun tidak. Walaupun gundul tetapi pada kepala bagian kanan tumbuh seikat  rambut panjang yang mirip sebuah kuncir. Memang cakap juga wajah pemuda itu tetapi sikapnya seperti tolol.

Tiba2 salah satu diantara ketiga orang menghampiri dan meregur: “Saudara, dimanakah kediaman Cian-bin-long-kun Buyung Kiong?”

Penjaga pintu yang berkawan dua orang jago silat itu terkejut mendapat pertanyaan itu.

"Siapa engkau ?" tegur penjaga pintu.

"Kami datang dari lain daerah hendak melihat-lihat keindahan kotaraja. Kudengar Cian-bin long-kun Buyung Kiong sedang mengadakan pesta ulangtahun"

"Apa keperluanmu menanyakan kediaman Cian bin-long- kun ?" tanya si penjaga pula.

"Ei. mengapa lagakmu begitu tengik ?" tiba2 Blo'on menyelutak, Rupanya ia tak puas melihat lagak bicara si penjaga pintu yang angkuh.

"Kurang ajar, engkau berani memaki aku?' teriak penjaga pintu.

"Mengapa tak berani ?"

"Kalau tak salah engkau ini mirip dengan orang yang mengantar bingkisan istimewa itu," tiba2 penjaga pintu berseru.

"Apa maksudmu ?" tegur pemuda itu. "Bukankah engkau yang mengantar bungkusan besar kepada tuan Buyung Kiong ?" seru penjaga pintu.

"Hah ?" pemuda itu ternganga.

"Ho. jangan menyangkal" teriak penjaga pintu pula, "engkau harus ikut kami menghadap Buyung loya"

"Mengapa ?" tanya si pemuda tak mengerti.

"Buyung loya hendak bertemu dengan engkau" penjaga pintu tak mau menerangkan maksud undangannya itu.

Kedua kawan pemuda itu terkejut. Tetapi belum tempat mereka menilai maksud orang, tiba2 Blo'on sudah berseru.

"Bagus, aku memang hendak mencari Buyung Kiong" katanya.

"Ikut aku" seru penjaga pintu seraya mendahului melangkah.

"Saudara, tunggu sebentar" kata salah satu dari ketiga orang itu.

"Mengapa ?" seru penjaga pintu.

"Harap saudara jelaskan apa keperluan tuan Buyung Kiong hendak bertemu dengan kami"

"Aku tak tahu" sahut penjaga pintu, "nanti bila berhadapan dengan Buyung loya. engkau boleh tanya sendiri".

"Paman, biarlah kita ikut saja" kata si pemuda yang bukan lain adalah Blo'on.

Blo'on bertiga sedang menuju ke tempat kediaman Buyung Kiong. Walaupun tinggal di kota raja tetapi tak pernah To Jin- sik tahu letak kediaman Buyung Kiong. Maka ketika berpapasan dengan penjaga pintu dan kedua jago silat keluarga Buyung, To Jin sik bertanya.

Jika tak bertanya mungkin takkan terjadi sesuatu, Tetapi karena bertanya itu maka timbul seketika pikiran penjaga pintu. Ia merasa bebas untuk mencari orang yang mengantar bingkisan istimewa tadi, tentu sukar sekali. Maka ia mempunyai rencana untuk menjadikan Blo’on kambing hitamnya. Dan secara kebetulan pula ternyata Blo'on memang hendak mencari Buyung Kiong.

Pencaharian orang yang mengantar bingkisan kepala orang tadi, cukup memakan waktu lama. Dan karena peristiwa itu maka hilanglah selera para tetamu. Beberapa waktu kemudian, para tamu itupun pulang.

Juga Buyung Kiong sendiri seperti orang yang kehilangan semangat. la merasa menderita hinaan besar. Disamping itu iapun gelisah juga memikirkan peti2 harta karun yang disuruhnya menyembunyikan di pulau kosong.

"Kemanakah Tangan seribu buddha Hun liong mo dan anakbuahnya itu?" sambil mondar mandir di ruang perjamuan yang sudah kosong dari tetamu itu, ia memikirkan peristiwa itu.

“Kalau Kam Hok dibunuh orang, tentu kemungkinan besar, orang2 yang kusuruh itu mengalami nasib yang malang, pikirnya lebih lanjut, ia kucurkan keringat dingin dikala memikirkan kemungkinan hilangnya peti berisi harta yang tak ternilai harganya itu.

"Loya....." tiba2 Buyung Kiong dikejutkan oleh suara dari luar yang memanggil dirinya. Ketika berpaIing tampak penjaga pintu dengan kedua jago silat sedang membawa tiga orang yang belum dikenalnya. "Inilah orang yang mengantar bungkusan itu,” kata penjaga pintu seraya menunjuk Blo'on.

Berapi-apilah mata Buyung Kiong memandang Blo'on. Tetapi ketika memperhatikan wajah dan gerak-gerik pemuda itu, api pembunuhan yang memancar pada mata Buyung Kiong agak reda. Sebagai seorang tokoh yang licin dan kaya pengalaman, cepat ia dapat menilai bahwa Blo'on ini seorang pemuda yang tak normal dan tak mengerti ilmusilat.

"Siapa engkau ?" tegurnya.

"Aneh?" sahut Blo'on balas tuan rumah. Cian-bin-long-kun Buyung Kiong terbeliak "Mengapa aneh ?" serunya.

"Mengapa tidak aneh ?" balas Blo'on. "Apanya yang aneh ?"

"Engkau !" seru Blo'on.

"Aku ?" Cian-bin long-kun Buyung Kiong nyalangkan mata lebar2, "mengapa?"

'Engkau mengundang aku datang, mengapa tak tahu siapa diriku?" kata Blo'on.

"Siapa yang mengundang engkau ?" Buyung Kiong makin heran. "aku tak kenal padamu. Aku perintahkan  orangku untuk mencari orang yang mengantar bingkisan aneh kepadaku. Apakah kau yang mengantar ?"

Kini makin jelas bagi Buyung Kiong bahwa dia sedang berhadapan dengan seorang pemuda tak normal. Maka cepat ia membentaknya: “Jangan banyak mulut! Engkau yang menghantar bungkusan itu atau bukan ? “Kalau ya ?”

"Engkau harus mati !” “Kalau tidak?”

“Lekas enyah, aku muak melihatmu !"

“Aku sebenarnya hendak mencarimu maka baiklah kukatakan, aku yang mengantar bungkusan .... eh, nanti dulu, apakah isinya ?"

"Kepala manusia!" seru Buyung Kiong.

Blo’on, To Jin sik dan Sian li terkejut sekali. Kini barulah To Jin-sik dan Siau li mengerti mengapa Buyung Kiong perintahkan orang untuk mencari orang yang mengantar, bungkusan istimewa itu.

Dan saat itu pula To Jin sik serta Sian-li menginsafi bahwa urusan memang amat gawat sekali. Salah bicara, Blo'on tentu akan terlibat perrkara besar.

Tetapi sebelum kedua orang itu sempat membuka mulut, Bloon pun sudah mendahului.

"Kepata manusia ? Kepala siapa?'* tanya Blo’on seperti tak menyadari bara kemarahan tuan rumah yang sewaktu waktu akan meletuskan pemenuhan.

"Jawab dulu, engkau yang mengantarkan bukan !' bentak Cian-bin-lo-kun.

“Ya”

To Jin- tik dan Sian li seperti dipagut ular kejutnya.

"Bukan Buyung loya," seru To Jin-sik, "bukan kami yang mengantar. Kami sarna sekali tidak tahu menahu tentang bungkusan itu." Cian-bin long-kun cepat memandang Blo’on.

"Ya, memang aku yang mengantar," sahut Blo'on "tetapi bolehkah aku melihat apa isinya?”

"Dengar tidak, engkau !" Buyung Kiong beralih memandang To Jin-sik, "kawanmu sudi mengaku. Dia lebih jujur dari engkau. Hukumannya lebih ringan."

"Tetapi memang kami tak mengantar bungkusan itu. Dia mengaku sekenanya saja," seru Jin-sik,

"Clan-bin-long-kun, mana kepala manusia itu ?" seru Blo'on.

Buyung Kiong terkejut karena pemuda berani menjebut dirinya dengan perkataan Cian bin-long kun saja.

Buyung Kiong segera suruh orangnya bawa keluar bungkusan tadi.

"Ha !" Blo'on berteriak kaget melihat kepala manusia itu.

"Mengapa ?' tanya Buyung Kiong.

'Itu kan kepala dari si babi gemuk berada di pulau kosong !" tanpa disadari Blo’on berseru.

Buyung Kiong melonjak kaget: * Engkau kenal dia ?"

"Dia si babi gemuk yang bersama beberapa kawannya membawa peti harta ke pulau kosong."

"Hm, benar" geram Buyung Kiong. Kini ia makin menaruh perhatian kepada pemuda itu, Walaupun semula ia ingin mengusir pergi tetapi setelah mendengar kata2 pemuda itu, ini ia akan menahannya.

"Bukankah peti harta itu milikmu ?" tanya Blo'on pula. "Nanti dulu" seru Buyung Kiong. "bagaimana engkau dapat

bertemu dengan orang2 itu ?" “Itu aku tak begitu ingat" kata Blo’on "hanya tahu2 aku merasa berada di sebuah pulau kosong lalu datanglah rombongan orang yang membawa peti besar".

"Dimana peti itu sekarang 7" tanya Buyung Kiong gopoh. "Carilah sendiri" seru Blo’on. "aku tak sudi mengambil

barang yang bukan milikku".

"Bagus" Buyung Kiong berseru girang, "jika demikian peti itu tentu masih berada dipulau itu" "Itu bukan urusanku..”' dengus Blo'on "yang penting aku hendak bertanya kepadamu. Benarkah itu milikmu ? "

Buyung K;ong mengiakan. "Mengapa engkau taruh di pulau kosong ?"

"Itu urusanku sendiri, tak perlu engkau ikut campur.”

Blo'on menyeringai : "Darimana engkau memperoleh harta kekayaan sebanyak itu ?"

"Hukan urusanmu I"

"Tetapi aku berhak mengurus !" seru Blo'on

Buyung Kiong nyalangkan mata : "Eh. siapah engkau ini ?

Hak apa engkau berani mengurusi harta bendaku ?"

"Jika harta itu engkau peroleh dengan cara halal, aku memang tak berhak mengurus. Tetapi kalau dengan cara tidak halal, aku berhak mengurus" kata Blo'on.

"Uh jangan bicara seenakmu. Tahukah engkau, siapa aku ini ?”

“Cian bin long-kun Manusia-berwajah-seribu”, sahut Blo on "kukira engkau benar2 berwajah-seribu tetapi ternyata tidak". Bukan main marah Buyung Kiong saat itu. Tetapi karena perlu untuk menyelidiki lebih lanjut terpaksa ia menahan kesabaran.

"Coba ceritakan pengalamanmu di pulau kosong itu." katanya dengan tenang.

"Sebenarnya aku tak peduli si gemuk ini membawa peti. Tetapi ternyata dia dan kawannya manusia2 yang kejam. Coba pikirlah begitu selesai menyimpan peti, si gemuk terus hendak membunuh orang yang disuruhnya menggotong peti itu."

"Oh", desuh Cian bin-long-kun.

"Satelah disuruh menanam peti, mereka terus kendak dibunuh. Bukankah kejam sekali si babi gemuk dan kawan- kawannya itu ?”

"Lalu ?”

"Kami bertiga membantu orang2 yang tak bersalah dan bertempur melawan si gemuk dan kawan-kawannya. Mereka menggeletak semua kecuali babi gemuk yang masih hidup dan kami ikat pada pohon. Aneh, mengapa tahu2 kepalanya pulang sendiri ?"

"O, engkau tak tahu siapa yang membunuh orang gemuk  ini ?" tanya Buyung Kiong.

"Tidak." sahut Blo'on.

"Tetapi mengatakan tadi engkau mengaku membunuhnya

?"

"Supaya  aku  bisa  masuk  dan  bertemu  dengan engkau

disini "

"Apa keperluanmu?' “Dia menanyaimu tentang harta itu. Hayo bilang dari mana engkau memperolehnya?"

"Tikus buduk, engkau berani bertingkah liar disini!" teriak Buyung Kiong lalu berpaling dan memberi perintah kepada orang orangnya ?" tangkap budak gila ini !"

Seorang lelaki setengah tua segera tampil. Tetapi secepat itu pula seorang lelaki pendek, loncat ke depan.

"Sun toako, potong ayam mengapa memakai alat pemotong kerbau? Silahkan mundur dan biarlah aku yang meringkus budak liar itu !"

Kini Blo'on berhadapan dengan seorang lelaki pendek yang bermata segitiga. Sepintas pandang menyerupai seekor kunyuk.

Dia bernama Kau Hwat-siang gelar Monyet sakti, seorang jago silat yang termasyhur dengan ilmu silat Kau-kun atau ilmusilat kera.

Memang Cian bin-long-kun Buyung Kiong memelihara banyak sekali jago2 silat. Mereka dijadikan tukang pukul apabila Buyung Kiong mengalami kesulitan dalam usahanya membuka rumah madat.

Tanpa banyak bicara Kau Hwat-siang loncat menerkam. Sekali gerak, berhasillah ia cengkeram leher baju Blo’on lalu ditariknya kuat2.

Karena tak dapat bernapas. Blo'on kerahkan tenaga untuk meronta. Saat itu Kau Hwat-siang pun sudah menyusuli dengan hantaman tangan kiri ke dada Bloon.

Dak .... Tangan Kau Hwat-sian tepat sekali bersarang di dada Blo’on, tetapi seketika itu ia menjerit dan lepaskan cengkeramannya seraya mundur empat lima langkah.

Karena mengerahkan tenaga, tanpa disadari tenaga dalam Jih cin kang dalam tubuh Blo’on memancar keluar. Pukulan Kau Hwat siang seperti membentur keping baja yang luar biasa kerasnya, sehingga ia menjerit kaget. Ia terhuyung- huyung ke belakang menahan kesakitan.

Cian bin-long-kun Buyung Kiong dan beberapa tukang pukulnya terkejut. Jelas dilihatnya anak itu tak balas memukul, mengapa Kau Hwat siang kesakitan sendiri.

Bong Sit seorang jago dari aliran Hitam yang bergelar Tangan-besi, segera meju dan terus memukul Blo'on. Duk … Blo'on tergetar selangkah ke belakang tetapi Bong Sit terpental sampai tiga langkah. Wajahnya meringis karena menahan sakit.

Rupanya Kam Leng, adik dari si gemuk Kam Hok yang mati, tidak percaya kalau Blio’on dapat mengalahkan Kau Hwat- siang dan Bong-sit. Ia maju dan menyerang dengan jurus Hek-hou-ciau-sim atau Macan hitam menerkam uluhati. Apabila menghindar, hendak ia susuli dengan sebuah Lian- loan-tui atau tendangan berantai.

Tetapi ternyata B'o'on diam saja. Ia terkejut ketika tahu2 tinju orang sudah tiba di dadanya. Dan begitu menyentuh dada, tangan Kam Leng terus ditebarkan berobah menjadi sebuah tutukan ke ulu hati.

Crek ....

Blo'on menjerit kaget dan tersurut selangkah kebelakang. Tatapi Kim Leng menjerit kesakitan karena tulang jarinya patah. Peristiwa itu benar2 mengejutkan sekalian jago2 termasuk Cian-bin-long-kun sendiri.

Seorang jago silat lain yang bernama Giam Beng-sin cepat mencabut pedang dan loncat ke muka Bloon, Rubuhnya tiga orang kawannya memberi kesan kepadanya bahwa anakmuda itu tentui memiliki Thiat poh-san atau ilmu kebal. Ia hendak mengujinya dengan pedang.

Tetapi belum lagi ia tegak berdiri, Blo'on yang menderita pukulan dari tiga orang, mulai marah.

"Kurang ajar, mengapa engkau menyerang aku" serentak iapun maju menyongsong pendatang itu dengan sebuah pukulan.

Giam Beng sin terkejut. Cepat ia loncat mundur lagi. Tetapi alangkah kejutnya ketika tubuhnya tak mampu dikendalikannya lagi. Rencananya hanya loncat mundur selangkah lalu hendak maju lagi tetapi angin pukulan Blo’on telah mendorongnya sampai lima enam langkah ke belakang.

Melihat itu Sian-li tak mau memberi kesempatan pada Giam Beng sin. Sekali ayun tubuhnya sudah berada di samping orang dan sebuah gerakan tutukan pada punggung telah menyebabkan Giam Beng-sin lepaskan pedangnya dan tegak tak dapat berkutik.

Tak kurang dari sepuluh jago2 tukang pukul yang mendampingi Cian bin-long-kun. Empat orang telah menderita kekalahan dan kini hanya tinggal enam orang.

Serempak keenam jago itu mencabut senjata masing2. Melihat itu Sian-lipun segera mencabut Pek-liong-kiam atau pedang Naga-putih pemberian si orangtua penunggu istana di bawah laut tempo hari. Melihat itu To Jin-sik terkejut. Ia menyadari bahwa keadaan sangat berbahaya. Jika fihaknya kalah, tentu akan dibunuh. Tetapi kalau menang, tentu akan menimbulkan akibat yang luas sekali. Cian-bin-long-kun mempunyai pengaruh yang besar di kotaraja. Kematian tokoh Itu tentu akan menimbulkan kegemparan besar. Kemungkinan partai Kay pang cabang kotaraja tentu akan dibasmi oleh kerajaan.

"Berhenti !" teriaknya dengan nyaring. Kemudian ia berpaling kearah Cian-bin-long-kun.

"Buyung loya; kesalahan apakah yang telah kami lakukan ?" serunya.

"Kalian telah membunuh orangku yang kutugaskan ke pulau karang!" sahut Cian-bin-long-kun dengan marah.

"Dapatkah loya memberikan bukti bahwa pembunuhan itu kami yang melakukan ?"

"Bukti sudah jelas " kata Cian-bin-long-kun, anak itu telah mengaku dia yang mengirim bungkusan berisi kepala Kam Hok kemari. Apakah engkau masih menyangkal ?"

To Jin-sik tertawa.

"Buyung loya," katanya, "memang demikian lah perangi sahabatku itu. Karena didesak, ia terus mengakui saja apa yang bukan dilakukannya. Jelas, bukan kami yang mengirim bungkusan kepala manusia itu "

"Jangan putar lidah tak keruan!" betak Cian-bin-long kun, "kawanmu sudah mengaku dengan jelas, engkau masih berani mati menyangkal! "

"Ah, Buyung loya harus percaya kepada perkataanku. Memang sahabatku itu mempunyai perangai yang aneh dan agak linglung. " "Tidak!” teriak Blo'on. "aku tidak linglung," aku memang perlu menanyai Cian bin kun, dari mana dia memperoleh harta kekayaan itu.”

"Jahanam!. Jangan bertingkah liar,” dirumahku teriak Cian bin long-kun, "engkau tak berhak mengurus kekayaanku."

"Dengan begitu hartamu itu akan hilang selama-lamanya," seru Blo'on.

"Belum tentu," dengus Cian-bin-long.

"Siapa yang akan memberitahu tempat simpanannya kepadamu ? Bukankah anak-buahmu sudah mati semua ?"

“Engkau!”

“Aku?”, teriak Blo’on, “tidak mau.”

“Mau atau tidak mau engkau harus memberitahu, kalau tidak, jangan harap engkau dapat keluar dari rumah ini dengan masih bernyawa.”

“Siapa bilang!” teriak Blo’on, “sebelum pergi, jawablah lebih dahulu pertanyaanku tadi. Dari mana engkau memperoleh harta kekayaan itu?”.

“Aku seorang pedagang besar, sudah tentu hasil keuntungan yang kuperoleh dalam perdagangan itu cukup banyak.”

“Bohong!” seru Blo’on, “tak mungkin engkau memperoleh keuntungan sebesar itu. Apa yang engkau perdagangkan?”

"Loya, lebih baik selesaikan manusia2 ini, daripada loya harus mengadu lidah, tiba2 berkata seorang jago silat yang bertubuh tinggi besar, dan bersenjata sepasang gembolan berduri. Orang itu bernama Ki Hen-tik bergelar Duplikat Thio Hwa. Thio Hwa adalah seorang tokoh dalam Samkok yang bertenaga besar.Dan memang wajah Ki Hun-tik itu penuh ditumbuhi brewok lebat.

“Ya.” Cian bin long kun mengangguk.

“Silahkan loya beristirahat di dalam. Sebentar nanti tentu kubawa ketiga manusia liar itu ke hadapan loya,” kata Ki Hun- tik pula.

“Hai, hendak kemana engkau!” teriak Blo’on ketika Cian bin long kun masuk ke dalam.

Habis berseru ia terus loncat hendak mengejar tetapi Ki Hian-tik cepat ayunkan gembolan besinya untut menghantam.

Melihat itu Sian-li pun cepat loncat menusuk punggung Ki Hian-tik. Apabila Blo'on harus menderita pukulan gembol besi. Ki Hian-tikpun tentu tembus punggungnya dengan ujung pedang.

Ternyata Ki Hian-tik masih sayang punggungnya. Cepat ia menarik gembolan besinya seraya menghindar kesamping, lalu secepat kilat menghantam Sian-li.

Sepasang gembolan besi yang berduri itu beratnya tak kurang dari limapuluh kati. Selain beratpun masih dihias dengan duri2 baja yang tajam. Jangan lagi tubuh manusia, bahkan batupun tentu hancur lebur apabila terkena hantaman senjata itu.

Dengan sepasang gembolan berduri itu Ki Hun tik telah menjagoi sepanjang daerah Kanglam sebagai seorang penyamun yang paling ditakuti oleh kantor2 pengangkutan atau piau-kiok. Oleh Cian-bin-long-kun, dia ditarik ke kotaraja menjadi pengawalnya. Oleh karena dibebaskan dari tuntutan hukum selama menjadi begal itu, Hua-tik mau menerima jabatan itu.

Cian-bin-long-kun mempunyai dua belas pengawal pribadi yang tinggi ilmu silatnya. Kebanyakan mereka itu adalah jago2 dari golongan Hitam. Disamping itu entah berapa puluh anak buah lagi yang dipeliharanya sebagai tukang pukul.

Sian-lipun keluarkan ilmu pedang Giok-li-ki-im untuk menghadapi sepasang gembolan dari Ki Hun tik.

"Mampus !" teriak Ki Hun-tik seraya menghunjamkan gembolan besi di tangan kanannya kearah kepala Sian-li.

Dalam menghadapi jago yang bertenaga besar itu, sebenarnya Sian-li menggunakan ilmu gin-kang, berlincahan menghindar kian kemari sambil mencuri peluang untuk balas menusuk. Tetapi saat ia benar2 terdesak oleh gembolan besi di tangan kiri lawan yang membayangi dari samping.

Dalam keadaan yang berbahaya, Sian-li songsongkan pedang Pek-liong-kiam menangkis. Tetapi ia mengarah untuk membabat tangkai gembolan lawan.

“Tringngng , . ,”

Terdengar dering yang amat nyaring sehingga pekakkan telinga, dan alangkah kejut Ki Hun-tik ketika gembolannya itu terpapai kutung. Secara tak diduga-duga, gembolan besi berduri itu melayang tepat jatuh keatas kepala Cian-bin-long kun.

"Loya, awas gembolan. !" teriak Ki Hun tik.

Karena kejutnya itu ia sampai tertegun dan hentikan gerakannya. Tahu ujung pedang Sian li sudah menyentuh dadanya. Dalam gugupnya ia masih berusaha untuk mengempiskan dada lalu menelentangkan tubuhnya ke belakang. Ia hendak gunakan jurus Thiat-pian ki atau Jembatan besi, tubuh melengkung ke belakang, sehingga mencapai tanah, bentuknya menyerupai sebuah jembatan.

Tetapi jarak dengan lawannya, keliwat dekat sekali.  Sebuah tendangan yang dituju ke perut dari kaki Sian-li, membuat Ki Hun-tik tak berkutik lagi.

Kelima jago silat yang menyaksikan peristiwa itu serempak berseru hendak menolong Ki Hun-tik. Mereka berhamburan menyerang Sian li. Tetapi dara itu dengan gagah memutar pedang untuk menghalau mereka.

"Berhenti atau majikanmu akan kubenturkan tembok !” tiba2 terdengar suara mengancam.

Sekalian jago itu berhenti dan berpaling. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat Blo'on sedang menyikap tubuh Cian-bing long kun sedemikian rupa sehingga Cian-bing- lon-kun tak berkutik sama sekali.

Kiranya sewaktu Ki Hun-tik berteriak memberi peringatan kepada Cian-bin-long-kun tadi, diapun memang sudah mendengar sambaran benda dari udara. Cepat dia menyurut mundur dua tiga langkah. Tetapi alangkah kejutnya ketika tiba2 tubuhnya dipeluk orang sedemikian keras sehingga ia hampir tak dapat bernapas,

Cian bin-long-kun Buyung Kiong sesungguhnya memiliki ilmu silat yang tinggi juga. Dia bekas murid dari Kun-lun-pay yang kemudian minggat lalu mendapat guru seorang paderi lhama dari Tibet.

Dalam ilmu Iwekang atau tenaga-dalam, ia telah mencapai tataran yang tinggi. Tetapi karena terlalu mengumbar nafsu dalam minum arak dan wanita, ilmu lwekangnyapun merosot. "Engkau mau mengaku atau tidak !" bentak suara yang dikenalnya sebagai suara Blo'on sipemuda tak normal tadi. Rasa penasaran segera meluap dalam pikirannya. Masakan dia tak mampu melepaskan diri dari dekapan pemuda itu.

Dengan kerahkan tenaga-dalam. Cian-bin-long kun segera meronta keras. Ia rentangkan kedua tangannya untuk membuka lipatan tangan Blo'on yang mendekapnya.

Tetapi alangkah kejutnya ketika ia merasakan suatu gelombang tenaga dalam yang dahsyat memancar dari lengan pemuda itu. Sedemikian kuatnya lengan pemuda itu sehingga menyerupai baja menjepit keras.

Masih Cian-bin-iong-kun penasaran sekali. Ia meronta-ronta sekuat tenaganya. Dan berhasilah ia membawa Blo'on berputar-putar kian kemari tetapi pelukan anak itu tetap meringkus tubuhnya. Bahkan makin mengencang.

Cian-bin-long-kun benar2 heran dan tak bisa mengerti. Mengapa anakmuda yang tampaknya tolol dan tak mengerti llmusilat, ternyata miliki tenaga yang amat aneh. Semakin ia meronta, semakin pula tenaga-dalam dari anak itu memancar keras.

Sebagai seorang yang pengalaman, cepat dapat menduga bahwa anak itu tentu seorang anak ajaib. Atau tentu telah mendapat suatu rejeki yang luar biasa, memakan suatu buah atau binatang yang ajaib.

Maka ia tak mau meronta lagi dan membiarkan dirinya dipeluk, la akan menanti suatu kesempatan yang memungkinkan untuk melepas diri.

Terkejutlah kelima jago silat yang sedang menyerang Sian- lt itu demi mendengar teriakan Blo'on. Dan lebih terkejut pula ketika melihat Cian- bin-long kun telah diringkus Blo'on. Diam2 mereka gentar nyalinya. Mereka tahu bahwa Cian- bin-long-kun itu memiliki ilmu yang tinggi. Kepandaiannya dapat digolongkan sebagai jago silat kelas satu. Apabila Blo'on mampu membuatnya tak berkutik, Jelas pemuda itu tentu sakti.

"Paman," seru Blo'on kepada To Jin sik, "rampaslah senjata mereka!"

To Jin-sik meragu karena dilihatnya kelima jago silat itu mengambil sikap menentang.

"Hai, dengarkan!" teriak Blo'on. "kalau kalian membangkang perintahku supaya menyerahkan senjata, Cian-bin-long-kun ini tentu akan kubenturkan kepalanya pada dinding."

Kelima jago silat itu tercengang. Sesaat mereka tak dapat mengambil keputusan. menyerahkan senjata atau menolak. Apabila menyerahkan senjata, kemungkinan Blo'on akan menyuruh kawannya untuk membunuh.

"Aku mau menyerahkan senjata tetapi dengan syarat !" seru Poa Ngo, salah seorang dari lima jago silat itu.

Poa Ngo murid dari Bu-tong-pay tetapi dialah tersesat kedalam golongan kaum Hitam.

"Apa syaratnya ?" seru Blo'on.

"Asal Buyung loya, engkau lepaskan!"

"Baik," sahut Blo'on. "akupun mempunyai syarat juga." "Katakan!" seru Poa Ngo yang bergelar Pedang pengejar-

nyawa.

"Buyung Kiong harus memberitahu dengan jujur darimana dia memperoleh harta kekayaan. Kalau tidak, takkan kulepaskan selama-lamanya. Buyung Kiong tenang2 saja. Diam2 ia tertawa mendengar kata2 pemuda yang kurang sehat pikirannya itu.

"Buyung loya sudah memberitahu tentang asal usul kekayaannya itu. Dia mengusahakan berbagai-bagai perdagangan," seru Poa Ngo.

"Tidak percaya !" seru Blo’on, "kalau harta kekayaannya itu diperoleh secara halal, mengapa menyuruh orang untuk menyembunyikan di pulau kosong ? Apa maksudnya ?”

Poa Ngo mengerling pandang ke arah Buyung Kiong. Buyung Kiong pejamkan mata dan Poa Ngopun dapat menangkap isyarat itu.

"Suasana negara mulai tak aman. Sejak baginda Ing Lok gering sudah tampak tanda2 timbul kekeruhan. Maka lebih dahulu loya menyangkut hartanya ke suatu pulau yang ini sudah wajar. Dalam suasana kacau, setiap orang tentu berusaha untuk menyelamatkan kekayaannya" kata Poa Ngo.

Poa Ngo dan keempat kawannya memang berdaya menghadapi ancaman Blo'on. Pada saat itu Sian-li sudah berada di samping Blo'on. Ia lekatkan ujung pedang ke leher Cian-bin iong-kun. Apabila kelima jago silat itu berani menyerang, Cian bin-long kun tentu akan dibunuh.

Satu-satunya jalan bagi Poa Ngo dan kawan kawannya hanyalah mengulur waktu. Mudah-mudahan akan terjadi suatu perobahan yang menolong jiwa Buyung Kiong.

"Cara menyelamatkan harta benda, bukanlah seperti yang dilakukan majikanmu ini" seru Bloon “itu menandakan bahwa harta kekayaannya itu tentu diperoleh secara tak halal."

"Lalu dengan cara bagaimana ?" "Bagi-bagikan kepada kaum miskin dan usaha2 yang bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Apa majikanmu seorang dermawan, rakyat tentu akan berterima kasih. Walaupun dalam keadaan kacau mereka tentu tak mau mengganggu majikanmu. Bahkan mereka tentu akan melindungi seorang yang telah berjasa kepada rakyat"

Sian-li terkesiap mendengar uraian Blo'on. Tak pernah disangkanya bahwa sukonya yang tampak Blo'on itu ternyata mempunyai pandangan hidup yang mulia.

"Percaya atau tidak, itu terserah kepadamu, tapi loya telah memberi keterangan sejujurnya, seharusnya engkau harus pegang janjimu melepaskannya" seru Poa Ngo.

Blo’on merenung.

"Baiklah," katanya kemudian, "akan kulepas tuanmu ini tetapi dengan syarat lagi".

"Apa ?"

"Akan kuselidiki lebih lanjut. Apabila kudapatkan bukti bahwa harta itu tidak halal, jangan harap Cian-bin long kun mendapkan harta yang disimpannya itu."

"Kalau harta halal ?*

"Akan kutunjukkan tempat penyimpanan peti harta itu,” seru Blo'on.

Poa Ngo tak berani mengambil keputusan. Ia melirik pula  ke arah Cian bin long kun. Kembali Cian bin long kun memberi isyarat dengan pejamkan mata.

"Baik, kami setuju," sahul Poa Ngo. Sian-li hendak mencegah. Ia hendak menambah syarat lain, agar Cian bin-loag kun jangan mengganggu apabila mereka tinggalkan tempat itu.

Tetapi terlambat. Blo'on sudah melepaskan Cin-bin-Iong kun, lalu mengajak kedua temannya pergi.

Ketika melangkah keluar pintu, ternyata didepan pintu telah berjajar beberapa orang berwajah bengis.

To Jin sik terkejut. Ia berpaling ke belakang hendak bertanya kepada Cian-bin tong kun, tapi alangkah kejutnya ketika di dalam rumah telah berjajar kelima jago silat tadi bersama beberapa orang lagi.

"Hai, apakah artinya ini ?" seru Blo’on. “Kita dikepung,” sahut To Jin sik.

Blo’on terbeliak. Ia masuk kembali dan menegur Poa Ngo: “Ha, mengapa engkau mengganggu kami?”

Poa Ngo tertawa mengejek: “Siapa yang mengganggu?” “Bukankah kawan-kawanmu hendak menghadang jalan?”

"Apakah tadi aku berjanji takkan menghadang?” Poa Ngo balas bertanya.

"Huh ?"

'Silahkan pergi, kalian bebas keluar dari rumah ini," Poa  Ngo tertawa.

"Manusia licik," damprat Blo'on, "hm, apalah engkau kira aku tak mampu keluar dari rumah ini?"

"Silahkan saja." Sepuluh jago silat telah menghadang di luar pintu dengan menghunus senjata masing2. Sedang didalam ruang juga  telah bersiap Poa Ngo berlima ditambah beberapa orang lagi.

To Jin-sik mengeluh. Ia tahu bahwa jago2 silat yang  bekerja pada Cian-bin-long-kun itu terdiri dari tokoh2 berbagai persilatan. Walaupun mereka tergolong murid2 yang tak menurut peraturan partainya, tetapi yang jelas mereka memang lihay ilmusilatnya.

Rupanya waktu Cian-bin-liong-kun diringkus Blo'on, jago2 sebawahannya cepat mengetahui. Tetapi mereka tak berani bergerak karena kuatir akan keselamatan jiwa Cian-bin-long- kun. Begitu Cian-bin long kun dilepas, merekapun segera menghadang Blo’on.

Blo'on marah dan terus hendak melangkah keluar tetapi cepat dicegah Sian-li.

"Suko, jangan bertindak gegabah. Kita hanya bertiga dan mereka berpuluh-puluh jumlahnya. Dan mereka bukan jago2 sembarangan," Kata gadis yang sedang menyamar sebagai seorang pria itu.

"Apakah kita menyerah ?" tanya Blo'on.

“Jangan terburu nafsu" kata Sian-li, "kita cari akal untuk meloloskan diri”.

"Hm, baiklah" kata Blo'on. "tetapi kurasa tiada jalan lagi kecuali harus menerjang kepungan mereka"

Beberapa saat kemudian tetap Sian-li dan To Jin-sik tak berhasil mencari daya untuk meloloskan diri.

Dalam pada itu, jago2 yang mengepung diluar pintu itupun mulai bergerak menghampiri tempat Blo’on. Demikian pula rombongan yang berada dalam ruang. Makin lama makin dekat.

"Bagaimana, sumoay" tanya Blo'on. "apakah sudah mendapat daya?"

Sian-li gelengkan kepala : "Belum, Apa boleh buat, kita terpaksa harus bertempur membela diri"

"Wah, aku tak punya senjata....." kata Blo’on sambil merabah-rabah pakaianya, "hai, ada …”.

Ia cepat mengambil bungkusan kain yang terselip pada pinggangnya dan ketika dibuka ternyata sebilah pedang.

"Aneh," Blo'on berseru heran, "dari mana pedang ini ?"

Sian-li dan To Jin-sik terbeliak. Kalau Blo'on sendiri tak tahu, bagaimana lain orang dapat mengetahui.

Sebenarnya pedang itu adalah pusaka Ceng-liong-kiam milik ketua Kay-pang yang lama yalah Han-jiat-sin-kay. Pedang itu pernah menjadi rebutan ketika diadakan panggung pemilihan ketua utara Kay-pang cabang selatan dengan Kay-pang cabang utara yang kemudian berganti nama degan Jiong pang. Tetapi Blo'on lupa sama sekali.

"Paman To, engkau memakai senjata apa ?” tanya Sian-li." "Aku tak membawa apa2."

"Kalau begitu pakalah pedangku ini." Kata Blo'on."

"Tak usah," kata Pengemis-wajah-riang To-jin -sik seraya membuka baju, "aku akan menggunakan baju ini saja."

Sian li dan Blo'on heran dan hendak bertanya tetapi saat itu jago2 silat yang berada dimuka sudah tiba di hadapan mereka dan terus langsung menyerang. Liok Sian li adalah murid dari Kim Thian song, jago nomor satu dalam dunia persilatan pada masa hidupnya. Sudah tentu dara itu memiliki kepandaian yang tinggi. Kim Thian-cong tahu bahwa dalam hal tenaga, murid perempuannya itu kalah dengan para suhengnya. Oleh karena itu, ia memberi pelajaran khusus dalam ilmu pedang kepada Sian li.

Ciok li kiam atau ilmu pedang Bidadari, diciptakan oleh Kim Thian cong setelah ia tinggal di puncak Giok li nia digunung Lou hu san. Ilmu pedang itu khusus diciptakan agar sesuai bagi seorang anak perempuan. Diambilkan dari jurus2 istimewa segala macam ilmu pedang, digabung dalam suatu gerak permainan pedang yang gayanya lemah gemulai seperti seorang bidadari Dan Kim Thian cong menilik dengan keras setiap muridnya berlatih. Maka dalam ilmupedang, Sian li mempunyai sebuah pegangan yang istimewa.

Jago2 yang bekerja pada Cian bin-long kun telah dipilih dengan teliti dan telah diuji kepandaiannya. Mereka terdiri dari jago2 aliran hitam yang terkenal.

"Hai. apakah kalian tak malu hendak mengerubut " teriak Bloon.

Tetapi jago2 silat itu tak ambil pusing. Mereka tahu Blo'on itu seorang pemuda yang tak waras pikirannja. Serempak mereka menyerang dengan ganas.

Segera terjadilah pertempuran yang seru Sian-li mainkan pedang Pek-liong-kiam dalam ilmu pedang Giok li-kiam. Segulung sinar putih berhamburan mengiringkan gerak tubuhnya yang menari-nari bagai seekor kupu2 diderai hujan.

“Tring, tring ” Terdengar dering yang amat nyaring diiring teriakan kaget dari dua orang jago silat ketika pedang mereka terbabat kutung oleh pedang Pek-liong-kiam.

Sekalian jago silat itu terkesiap. Saat itu baru mereka mengetahui bahwa pedang pemuda cakap itu sebatang pedang pusaka yang amat tajam.

Mereka merobah gaya serangannya. Tak berani mereka mengadu pedang dengan pemuda itu melainkan melancarkan serangan yang cepat mengarah bagian2 yang berbahaya dari tubuh pemuda cakap itu,

Kini sebagian besar, mereka tumpahkan serangan pada To Jin-sik karena pengemis itu hanya bersenjata baju.

Tetapi merekapun kecele. Walaupun hanya dengan sepotong baju, To Jin tik mampu memberi perlawanan yang hebat.

Setiap tamparan bajunya, menimbulkan angin tenaga yang hebat sehingga mampu menahan libasan senjata lawan. To Jin sik, pengemis Berwajah-riang, ternyata seorang jago silat yang tinggi ilmu Iwekangnya.

Untuk sementara, baik Sian-li maupun To-Jin-sik masih mampu untuk menjaga diri. Yang repot adalah Blo'on. Dia terpaksa tak dapat ikut menghadapi jago2 silat yang menyerang dari luar pintu karena saat itu Pan Ngo dan kawan- kawannya sudah maju menyerang.

Blo'on bingung. la membolang-balingkan pedarg Ceng- liong-kiam sedemikian rupa. Walau pun tidak menurut garis2 permainan ilmu pedang tetapi entah bagaimana, ia dapat memutar pedangnya sedemikian hebat hingga dirinya seperti dibungkus segulung sinar hijau.  Poa Ngo dan kawan-lawannya bingung mereka tak  mengerti ilmupedang apakah yang sedang dimainkan Blo'on itu. Belum pernah mereka Iihat ilmupedang semacam itu.

“Tring. ”

Seorang kawan Poa Ngo nekad menyusupkan pedangnya untuk menusuk. Ia ingin merubuh pemuda itu agar memperoleh pujian dari Cian-bin-long kun. Tatapi alangkah kejutnya ketika pedangnya terbabat kutung.....

Sebenarnya seorang yang tak mengerti ilmu silat, tak mungkin mampu menghadapi serangan beberapa jago silat yang lihay. Betapapun hendak memainkan pedangnya akhirnya tentu akan letih dan kehabisan tenaga. Tetapi tidak demikian dengan Blo'on. Makin memainkan pedang, tenaga- dalam Ji-ih cin-kang makin memancar, sehingga walau-pun gerakannya tak menyerupai tata ilmupedang, tapi kecepatan dan kedahsyatan pedang yang dimainkan itu memang menyerupai gerakan seorang jago pedang yang sakti. Dan yang istimewa, tenaga sakti Ji-ih cia-kang itu makin lama makin dahsyat tak kenal berhenti .....

Poa Njo yang terkenal sebagai jago yang bergelar Pedang- penyambar-nyawa. mau tak mau heran juga. Ia tahu bahwa gerakan Blo’on memainkan pedang itu, jelas tak menurut ilmu pedang dari partai persilatan yang manapun juga. Tetapi mengapa anakmuda itu dapat memainkan pedangnya sederas hujan mencurah.

Memang tak mengherankan kalau Poa Ngo merasa aneh karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah mengalami peristiwa aneh dan mendapat rejeki yang luar biasa. Karena makan hati ular naga, buah som laut yang berumur seribu tahun, juga jalan darah Seng si-hian-kwan dalam tubuhnya telah terbuka dan ia memiliki tenagadalam yang disebut Ji-ih cin-kang atau tenaga-sakti yarg dapat disalurkan keseluruh tubuh menurut sekehendak hati.

Blo’on telah memiliki tenaga-dalam yang hanya dicapai oleh beberapa tokoh sakti dalam dunia peralatan. Tetapi pemuda itu tak menyadari dan tak tahu bagaimana harus menggunakan. Hanya setiap kali ia menderita pukulan orang ataupun kalau sedang marah, ia dapat memancarkan tenaga- sakti itu.

Demikian halnya pada saat itu. Karena hendak dikeroyok oleh beberapa jago kelas satu dari gedung Cian bin-long kun, ia mainkan pedangnya. Walaupun asal menggerakkan saja, tetapi ternyata ia mampu memutar pedang itu sehingga berobah menjadi lingkaran sinar hijau yang menyelubungi tubuhnya.

Mengetahui pedang yang dipakai Blo'on itu juga sebuah pusaka yang luar biasa tajamnya, Poa Ngo dan kawan- kawannya tak berani gegabah adu senjata. Mereka tetap mengepung Blo'on dengan lingkaran senjata, begitu anak itu sudah lelah, tentu mudah untuk membunuh. Tetapi apa yang diharap itu tak kunjung tiba. Makin lama Blo'on malah makin bersemangat.

'Uh …tiba2 terdengar suara jerit melengking ketika salah seorang jago silat tertampar mukanya oleh baju To Jin-sik. Tetapi pengemis itu juga menderita sebuah tusukan pedang pada bahunya.

Darah membasahi lengan baju dan tubuh pengemis  itu agak gemetar. Melihat itu Sian-li marah. Dengan sebuah jurus Giok-lt-te-hoa atau bidadari memetik-bunga, tubuh dara itu meluncur dan menyabat pedang jago yang melukai To Jin-sik.

Tring .... Orang itu belum sempat menarik pulang pedang, tahu2 pedangnya telah terbabat kutung. Cepat ia enjot tubuhnya melayang mundur tetapi sekalipun sudah loncat membayangi dan belum sempat ia berdiri tegak, pedang Pek-liong-kiam pun sudah melayang kearah kepalanya.

“Tring. ”

Dalam detik2 maut hendak merenggut orang tiba2 Siano-li mendesuh kaget ketika batang pedangnya tertimpah sebuah benda kecil tetapi mengandung tenaga yang luar biasa kuatnya, seketika pedang tersiuk ke samping. Sian-li rasakan tangannya kesemutan, hampir saja pedang Pek-liong Kiam terlepas dari tangannya. Untung dia meloncat mundur.

"Ho, masakan seorang budak perempuan selihay itu," tiba2 terdengar suara parau tetapi mengumandang kuat sehingga jantung Sian li sampai mendebar keras.

Nona itu tahu bahwa seorang sakti yang memiliki tenaga dalam sempurna, telah muncul di tempat itu.

Dan ketika berpaling, memang ia melihat seorang paderi berpakaian aneh telah tegak berdiri di depan pintu. Paderi itu bertubuh kurus, memelihara jenggot panjang, mengenakan jubah warna kuning. Yang luar biasa adalah matanya. Tampaknya bersinar tajam seperti memancarkan api.

"Anak perempuan, tak baik engkau berkelahi apalagi membunuh orang" seru paderi tua itu. Habis berkata iapun berseru ke dalam ruang: "Hai berhentilah kamu bertempur !."

Suara paderi tua itu memang luar biasa kuatnya. Mengandung suatu pengaruh yang mengharuskan orang tunduk pada perintahnya. Maka kalian jago2 silat gedung Cian-bin long-kun berhenti. To jin-sik juga tak mau lanjutkan serangannya. Tetapi Blo'on tetap bergerak memutar pedangnya terus menerus. Padahal Poa Ngo dan kawan- kawannya sudah loncat mundur dan hentikan serangannya.

"Hai siapa yang tak mau mendengar perkataanku itu ?" seru paderi tua pula.

Tetapi Blo'on tak peduli dan tetap mainkan pedangnya.. "Ho, apakah engkau benar2 tak mau nurut perintahku ?"

paderi tua mulai tak sabar. Ia melayang ke muka Blo'on dan hendak memaki.

Tetapi alangkah kejutnya ketika putaran pedang Blo'on itu menghamburkan angin dingin yang menusuk tulang2. Jelas pedang anak itu tentu sebuah pusaka.

la segera mengeluarkan tongkatnya, Mirip dengan sebatang bambu kuning.

"Karena engkau keras kepala, jangan sesalkan aku akan bertindak " serunya seraya tusukkan tongkatnya kepada Blo'on. Dia mainkan tongkatnya dalam gerak yang aneh. Seperti gerak ular memagut korbannya. Berulang kali terdengar gaung gemerincing ketika ujung tongkat beradu dengan pedang. Tetapi ujung tongkat hanya tergetar tak sampai putus.

"Rubuh ... " sekonyong-konyong paderi itu gunakan tangan kiri menghantam. Dan seketika tubuh Blo'on pun terhuyung- huyung kebelakang rubuh.

"Suko ... " Sian li menjerit kaget seraya Ioncat hendak menolong tetapi paderi itupun ayunkan tangan kirinya lagi.

Sian-li menjerit rubuh. To Jin-sik terkejut ia hendak menolong kedua anak muda itu tetapi beberapa jago silat gedung Cian-bin long-kun sudah menyerangnya.

“Mana Buyung Kiong !" seru paderi tua itu pada Poa Ngo. Poa Ngo terkejut. Ia tak kenal siapa paderi itu.

"Mohon tanya siapakah gelaran yang mulia dari lo-siansu ini

?" tanyanya.

"Panggil saja majikanmu keluar, nanti tentu tahu" sahut paderi aneh itu.

Poa Ngo tak puas atas sikap orang tetapi menyaksikan sendiri betapa kesaktian paderi itu tadi. Terpaksa ia suruh salah seorang kawannya masuk mengundang Cian-bin-long- kun.

"Hm, dunia berobah, manusiapun berobah”, gumam paderi tua itu "masakan hendak bertemu dengan si Buyung Kiong saja sukarnya seperti hendak menghadap raja. Akan kuberinya teguran”.

"Suhu “, tiba2 terdengar suara berseru dan muncullah Buyung Kiong berlarian gopoh terus berlutut di hadapan  paderi tua itu. "maafkan murid tak lekas menyambut kedatangan suhu”.

Buyung Kiong mendapat laporan tentang muculnya  seorang paderi-jubah kuning yang dapat rubuhkan Blo'on dan Sian-li. Ia terkejut dan gopoh lari keluar. Apa yang diduganya memang benar. Paderi tua itu adalah gurunya. Hong koay- ceng. paderi lhama dari Mongolia.

"Wah, enak benar engkau menikmati kehidupan yang mewah seperti raja" sahut paderi tua itu.

"Ah, tidak suhu, murid takkan melupakan budi kebaikan suhu" kata Cian-bin long kun. Kemudian ia mempersilahkan paderi lhama itu masuk kedalam.

Sebelumnya ia memberi perintah supaya Blo’on, Sian li dan To Jin-sik dimasukkan dulu kedalam kamar tahanan. Ternyata To Jin sik juga telah dirubuhkan oleh jago2 silat sebawahannya.

Atas pertanyaan Cian-bin long kun. Hong sat koay ceng menerangkan bahwa ia sedang berlelana dan kebetulan tiba di kota raja.

"Apakah tujuan suhu hanya berkelana melihat2 pemandangan yang indah ataukah mempunyai lain tujuan ?" tanya Cian-bin-long-kun.

"Sekali tepuk dua lalat" sahut paderi lhama Hong Sat koay ceng. "sebenarnya aku hendak menghadiri penguburan Kim Thian-cong digunung Kok li-nia. Tetapi kudengar dalam penguburan telah terjadi kehebohan besar"

“O. peristiwa apakah itu, suhu ?" tanya Cian-bin-long-kun pula.

"Beberaoa tokoh sakti telah memerlukan datang untuk membalas dendam kepada Kim Thian cong.”

"Tetapi bukankah Kim Thian-cong sudah meninggal?”

"Ya, memang begitulah naluri yang dianut kaum persilatan. Walaupun musuh itu sudah mati tetapi mereka tetap hendak membalas dendam kepada mayatnya. Kalau tak mungkin kepada anaknya"

"Tentu terjadi pertempuran ramai antara musuh2 Kim Thian cong dengan partai2 persilat, yang melindunginya" kata Cian bin-long-kun.

"Ya" kata Hong Sat koay-ceng "tetapi akhirnya pertempuran itu dapat selesai dan mayat Kim Thian-cong selamat. Tetapi andaikata tokoh2 itu menang pun mereka hanya menghantam sebuah peti mati kosong". "Hai," teriak Cian-bin-long kun terkejut, “kemanakah mayat Kim Thian cong"

"Para ketua partai persilatan itu menyadari bahwa Kim Thian-cong mempunyai musuh2. Sebelumnya mereka telah menyembunyikan mayat Kim Thian-cong dan yang ditempatkan di rumah sembahyangan itu peti mati kosong"

"O, pintar juga ketua2 partai persilatan itu,” seru Cian-bin- Iong-kun.

"Terlalu pintar sehingga mereka keblinger”, sahut Hong Sat koay-ceng.

Buyung Kiong terkesiap lalu memandang suhunya: "Murid sungguh tak mengerti apa yang suhu maksudkan"

"Para ketua partai persilatan itu mengelabuhi para tetamu tetapi akhirnya mereka juga dikelabuhi orang sendiri"

"Bagaimanakah peristiwa itu suhu ?"

"Mayat Kim Thian cong hilang sungguh2 dari tempat persembunyiannya.”

"Oh," teriak Cian-bin-long-kun terkejut "benarkah mayat itu telah hilang"

"Ya"

"Siapakah yang mencurinya ?"

"Soal itu sampai sekarang masih menjadi teka-teki"

Tak henti-hentinya mulut Cian-bin long kun mendecak- decak keheranan.

"Benar2 suatu peristiwa yang luar biasa. Masakan sesosok mayat dapat hilang" katanya. "Dunia ini memang aneh dan dunia persilat itu penuh dengan segala keanehan. Adalagi suatu peristiwa yang mengherankan"

"Apakah itu suhu ?"

"Di gunung Thay san saat ini telah muncul Kim Thian cong yang memimpin sebuah perkumpulan agama baru Thian-tong- pay atau Nirwana"

"Oh !" teriak Cian-bin-long-kun.

"Dan di daerah selatan di gunung Hong-san muncul seorang Kim Thian-cong yang mendirikan perkumpulan Seng lian-kau atau Teratai Suci.”

"Hebat l" teriak Cian bin-tong kun makin terkejut. Hong Sat koay ceng tertawa hina.

"Dunia persilatan sedang bingung dan kacau tetapi engkau enak2 mendekam di kotaraja menikmati kehidupan yang mewah. wah. wah ... "

"Tidak suhu" serta merta Cian-bin long-kun menerangkan "sedetikpun murid tak pernah lupa akan pesan suhu"

"Hm." dengus Hong Sat koay-ceng "apakah yang engkau lakukan selama ini ?"

"Murid telah bersekutu dengan thaykam (orang kebiri) Gui Wi hian. Baginda Ing Lok sat ini sedang gering. Setiap saat raja itu wafat. Gui thaykam segera akan bertindak menurut rencana yang murid berikan kepadanya. Persoalan Ihama di Tibet tentu akan selesai. Tidak lagi Ma cheo Lhama yang berkuasa tetapi tentu golongan Dalai Lhama. Dan muridpun menghendaki nanti kepala urusan agama kerajaan. dipimpin oleh Suhu ... " "Ah, jangan terlalu jauh rencanamu itu. Aku tak begitu menginginkan kedudukan sebagai mentri urusan agama melainkan sudah cukup apabila golongan Dalai Lhama diberi kekuasaan lagi di daerah Tibet dan Mongolia"

“Tetapi suhu" kata Cian bin-long kun. "hendaknya jangan kita kepalang tanggung. Kalau dapat menduduki jabatan itu bukankan kita dapat lebih memperluas pengaruh golongan Dilai Lhama?”.

"Kuta pikirkan saja nanti bagaimana perkembangannya.

Selain itu apakah usahamu lain selama ini ?"

"Tecu telah menyelidiki tempat perpustakaan kerajaan tetapi sampai saat ini belum juga berhasil menemukan kitab pusaka dari kerajaan Song itu"

"Dimanakah kitab2 itu disimpan f" "Di dalam Istana Terlarang" "Dapatkah aku kesana ?"

Cian-bin long kun merenung sejenak lalu berkata : "Aku harus menghubungi Gui thaykam agar memberi surat keterangan. Dengan surat ini suhu dapat masuk kedalam Istana Terlarang dengan leluasa"

Hong Sat koay-ceng mengangguk.

"Adakah kunjungan suhu ke kotaraja ini sekedar hendak menilik keadaan murid dan mencari kitab pusaka kerajaan Song itu ?" tanya Cian-bin sin kun.

"Sekalian aku hendak ke gunung Thay-san untuk mengetahui siapakah sesungguhnya tokoh yang menamakan dirinya sebagai Kim Thian cong itu?”. Cian bin-long-kun minta agar suhunya suka beristirahat barang beberapa hari di rumahnya.

"Baiklah" kata Hong Sat koayceng. "memang aku telah juga mengadakan perjalanan. Apakah engkau menyediakan obat penawar lelah ?"

Cian bin long-kua tertawa.

"Jangan kuatir suhu" katanya, "tadi anakbuahku telah membawa seorang gadis yang cantik sekali. Akan kupersembahkan gadis itu untuk mengobati kelelahan suhu"

"Hm. tahu benar engkau akan kegemaranku, Buyung Kiong" "Ah, sudah tentu murid tahu"

"Tentulah dia masih perawan, bukan ?" "Sudah tentu, suhu."

"Bagus, aku hanya mau yang perawan saja, karena hal itu diperlukan untuk menambah khasiat dari hawa kuning dalam tenaga-dalam yang kuyakinkan.

Baru suhu dan murid itu berbincang bincang dengan asyik, tiba2 di luar halaman terdengar suara orang ribut lalu jerit teriakan kesakitan beberapa penjaga.

Cian bin-long-kun bergegas menuju keluar, tapi seketika itu ia berteriak mengeluh : "Uh “

Ternyata di ambang pintu telah muncul 4 orang rehib tua yang berpakaian warna putih tangannya memegang sebatang hud-tim atau kebutan pertapaan.

'Omitohud!” seru rahib tua itu, “kiranya engkau Beng Sam hok yang menjadi pemilik gedung ini”. “Su … thay…” Cian bin long kun menggigil dan tak dapat mengucap kata2.

“Belasan tahun aku mencarimu, baru hari ini beruntung dapat menemukan”, seru rahib itu pula.

“Suthay ... engkau keliru. Aku Buyung Kiong bukan Beng Sam-hok." akhirnya dapat juga Cian-bin-long-kun membuka suara.

"Buyung Kiong bergelar Cian bin-long-kun atau Manusia- seribu-muka. Tetapi walaupun engkau berganti wajah sampai seribu macam, aku tetap dapat mengenalimu''

"Ah, suthay, keliru. Bagaimana suthay dapat mengatakan diriku Beng Sam hok. Siapakah Beng Sam hok itu ?"

"Bsng Sam hok adalah kacung dari perguruan Kun-lun-pay. Karena dia berbakat maka dia diberi pelajaran ilmusilat oleh ketua Kun-lun pay yang lama. Tetapi ternyata dia tak tahu membalas budi. Diam2 dia telah mencuri kiiab pelajaran ilmupedang dari perguruan Kun-lun-pay lalu melarikan diri.

"Tetapi aku bukan Beng Sam-hok. Suthay sudah lihat" seru Cian bin long-kun.

"Tidak, aku takkan salah lihat. Walaupun wajahmu menyerupai seorang hartawan tetapi tahi lalat pada daun telingamu yang kiri itu tak mungkin kulupakan. Dan engkau tentu tak mengira bahwa tanda itu merupakan ciri utama dari dirimu"

Cian-bin-long-kun terkejut. Memang pada daun telinga kirinya terdapat sebuah tahi lalat.

"Soal tahi lalat pada daun telinga, bukan hanya terdapat pada Beng Sam-bok seorang tetapi lain orangpun punya juga" "Benar" sahut rahib itu. "tetapi tidaklah sampai jajar tiga seperti pada daun telingamu itu"

Cian bin long-kun terkesiap Tetapi pada lain kejab, timbullah nyalinya pula. Ia tahu bahwa suhunya Hong Sat koay-ceng seorang padeti yang sakti. Apalagi di gedung kediamannya ia memelihara berpuluh puluh jago silat kelas satu. Masakan ia lakut terhadap seorang rahib saja.

"Suthay. apakah maksud kedatangan suthay kemari ?" serunya.

"Pertama. aku hendak minta kembali seorang gadis yang dirampas oleh anakbuahmu di kelenteng sore tadi.  Dan setelah mengetahui bahwa engkau ternyata Beng Sam-hok, akupun hendak menjalankan hukuman perguruan kepadamu"

"Ah. janganlah suthay terlalu mendesak padaku" seru Cian bin long kun, "anak buah tak pernah merampas seorang gadis yang sedang bersembahyang di kelenteng"

*Hm. engkau memang berani mati. Bahkan siapa dirimu. engkaupun berani juga untuk menyangkal. Banyak orang menyaksikan peristiwa perampasan gadis itu. Bahkan orangtua gadis itu telah minta tolong kepadaku supaya menolong puterinya. Mereka sudah tua dan hanya mempunyai seorang anak perempuan itu. Kembalikanlah agar mengurangi dosamu"

"Telah kukatakan bahwa orang -orangku tak pernah merampas gadis. Mengapa suthay masih kukuh menuduh  saja

?"

Rahib tua itu tertawa hambar. "Bolehkah aku menggeledah didalam gedung ini? "Omitohud ... " tiba2 terdengar suara orang melantangkan doa mantra. Menyusul muncullah seorang paderi lhama dari dalam ruang.

"Buyung Kiong, mengapa ribut ?" serunya. Buyung Kiong segera menuturkan apa yang terjadi saat itu.

'Oh. maafkan, lo-suthay." Hong Sat koay-memberi hormat, "lo suthay salah faham. Muridku ini tak berbuat seperti yang suthay tuduhkan.”

'O, toyu ini suhu Bong Sam-hok ?" seru rahib tua. "Siapa Beng Sam-hok?"' Hong Sat koay-ceng bertanya.

"Beng Sam-hok adalah dia" rahib tua menunjuk pada Cian bin-long-kun "seorang murid Kun lun-pay yang mencuri kitab pelajaran dari perguruan itu dan melarikan diri"

Tiba2 Hong Sat koayceng tertawa keras.

"Engkau salah sangka, suthay" serunya, bukan Beng San, hok tetapi Buyung Kiong, muridku yang setya"

"Siapakah nama toyu ?" tegur rahib tua.

"Aku paderi lhama Hong Sat koayceng dari Mongolia"

. 'O Hong Sat koayceng yang termasyhur dengan pukulan sakti Pasir Kuning itu ?" rahib terkejut.

"Dan siapakah nama lo suthay?” "Ceng Sian sin-ni"

Tiba2 paderi lhama itu tertawa nyaring panjang . , .,

-ooo0dw0ooo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar