Pendekar Bloon Jilid 14 Suka duka

Jilid 14 Suka duka

Sejenak kakek Kerbau Putih tertegun mendengar nama tongkat yang aneh itu. Tetapi ia tak gentar.

"Seribu iblis menangis, sejuta iblis meringis aku tak peduli. Pokok engkau pergi dan jangan mengganggu gadis2 disini !" teriaknya.

Orang Thian su-kau itu terbeliak: "Mengapa? Apakah engkau juga anakbuah Partai Melati ?”

"Bukan." sahut kakek Kerbau Putih, "tetapi diantara nona2 cantik itu terdapatlah kekasihku..." Mendengar ucapannya itu, tertawalah orang Thian-su-kau gelak2. Kini ia makin mendapat kesan jelas bahwa kakek rambut putih yang dihadapinya itu seorang kakek linglung.

"Engkau mempunyai kekasih disini ? Ha, ha” seru orang Thian-su-kau itu bergelak tawa.

"Jangan banyak bicara, engkau mau pergi atau tidak !" bentak kakek Kerbau Putih dengan keras.

"Hrn, kalau engkau sanggup menampung tangis dari seribu iblis dalam tongkatku ini, barulah aku mau angkat kaki !"

"Hm baiklah," orang itu segera menutup kata-katanya dengan memutar tongkatnya ke udara. Seketika terdengarlah angin menderu-deru dan kilat memekik mekik seperti merobek-robek angkasa.

Makin lama deru angin dan pekik kilat itu makin  menghebat. Seolah-olah delapan penjuru angin sedang timbul prahara. Makin lama makin mendekat ketempat kakek Kerbau Putih.

Kakek Kerbau Putih terkejut sekali menyaksikan kedahsyatan tongkat Seribu-iblis-menangis yang begitu luar biasa Demikianpun sekalian orang.

Tetapi sebelum kakek Kerbau Putih sempat berpikir langkah apa yang hendak diambilnya tahu2 dirinya sudah tertimpah oleh lingkaran putih tongkat lawan. Buru2 kakek Kerbau Putih pun melawan. Ia gunakan ilmu tamparan Hang-Liong-sip pat- ciang untuk menghalau.

Memang untuk beberapa saat, sinar putih dari tongkat Seribu iblis-menangis itu dapat tertahan oleh tamparan Hang- liong-sip pat-ciang yang hebat. Tetapi lama kelamaan, lingkaran sinar tongkat itu makin merapat lagi untuk mengurung tubuh kakek Kerbau Putih.

"Hai. jangan melukai sahabatku !" melihat kakek Kerbau Putih sudah kebingungan, tiba2 kakek Lo Kun terus maju menerjang.

"Jangan melukai kakekku!" serempak dengan seruan kakek Lo Kun, Blo'onpun berteriak. Dan hampir serempak pada waktunya, keduanya sama2 loncat menyerbu orang Thian-su Kau. Kakek Loi Kun dari samping kanan, Blo'on dari samping ki-ri.

Lo Kun lepaskan sebuah hantaman yang keras. Pun Bloon, walaupun tak tahu apakah ada hasilnya atau tidak, pokok dia terus menghantam juga.

Orang Thian-su-kau itu terkejut karena munculnya kedua orang itu. Bahkan kejutnya makin meluap ketika mendapatkan bahwa pukulan yang dilekaskan oleh kedua orang itu menimbulkan deru angin yang kuat sekait. Terpaksa orang Thian su-kau itupun mengendorkan serangannya terhadapi kakek Keibau Putih, lalu songsongkan tangan kiri untuk menangkis pukulan kakek Lo Kun. Untuk pukulan Blo'on, ia tak memandang mata dan hanya menggeliatkan tubuh menghindar.

Plak . . terdengar benturan keras dari tenaga pukulan kakek Lo Kun dan orang Thian-su kau. Kakek Lo Kun tersurut setengah langkah kebelakang tetapi orang Thian-su kau  itupun tergetar bahunya.

"Uh . . " terdengar Blo'on mendesuh kaget ketika pukulannya luput dan lewat dibelakang tubuh orang Thian-su kau itu. Tetapi karena anak itu terlalu bernafsu sekali untuk memukul, karena pukulannya luput, tubuhnyapun ikut jorok kemuka dan tanpa disengaja, kepalanya membentur pantat orang itu, bluk . . .

"Aduh . . " Bloon menjerit kaget dan sakit. Lebih terkejut lagi adalah orang Thian-su-kau Benturan kepala Bloon itu membuat tubuhnya terhuyung. Dan celakanya pula, saat itu karena lingkaran sinar tongkat agak kendor, kakek Kerbau Putihpun sempat melepaskan tamparannya

Plak . . tongkat Seribu-iblis-menangis tersiak kesamping dan kakek Kerbau Putihpun terus hendak melanjutkan tamparannya ke muka lawan

Orang Phian-su-kau itu terkejut. Cepat ia menangkis dengan tangan kiri. Tetapi betapalah terkejutnya ketika tahu2 pinggangnya telah dipeluk oleh Bloon.

Melihat orang itu terhuyung hendak jatuh Blo'on kasihan dan cepat menyambar pinggang lalu dipeluknya kencang sekali. Maksudnya menyangga jangan sampai orang itu jatuh. Tetapi akibatnya, orang itu meringis kesaktian.

Seperti telah dikatakan, tubuh Bloon itu mengandung tenaga-dalam yang hebat. Hanya dia tidak tahu bagaimana untuk mengeluarkannya. Penyaluran tenaga-dalamnya itu terjadi apabila ia dipukul orang atau apabila ia terkejut.

Dan-karena kepalanya membentur pantat orang, Blo'on terkejut lalu menyambar pinggang orang itu dan dipeluknya erat2. Tanpa disadari tenaga dalam Bloon telah mengalir kearah kedua tangannya Seketika orang Thian-su-kau itu merasa seperti dicengkeram tangan besi.

Melihat Blo'on berhasil mendekap perut orang kakek Lo Kunpun maju dan menghantam orang itu lagi. Dan serempak pada saat itu juga, kakek Kerbau Putihpun lontarkan sebuah tamparan dahsyat Duk . . plak . . .

Dada orang Thian su-kau termakan tinju kakek Lo Kun dan mukanya terdampar tamparan kakek Kerbau Putih. Perutnya disekap kencang sekali oleh Blo'on.

Wakil Thian su-kau itu mengerang tertahan. Napasnya sesak, hidungnya bercucuran darah, perutnya seperti remuk. Dan pingsanlah ia , . ,

Sebenarnya wakil Thian-su-kauau itu memiliki kepandaian yang tinggi. Dan tongkat Seribu-iblis menangis itu luar biasa hebatnya. Tongkat itu dapat mendesingkan bunyi yang keras dan ngeri, dapat membuat isi-dada orang rontok dari tempatnya. Dan terakhir, tongkat itu akan memancarkan ratusan jarum beracun kepada lawan.

Tetapi orang Thian su-kau itu memang sial. Selama mendatangi kemarkas beberapa partai persilatan, perguruan silat dan tokoh2 ternama, belum pernah ia mendapat perlawanan yang berarti Tetapi kali ini, di Lembah Melati ia benar2 ketemu batunya. Dia dikalahkan oleh tiga orang linglung secara penasaran sekali. Dia tak sempat mengembangkan pukulannya dan tak sempat pula menggunakan tongkatnya yang lihay.

"Hai, dia mati . . !" tiba2 kakek Lo Kun berteriak ketika melihat orang itu meramkan mata dan terkulai.

Tiba' sesosok tubuh kecil melesat datang dan secercah sinar menyambar : "Sekarang baru dia mati sungguh . . !'

Cret . , . sebatang pedang menyilam kedada orang itu. Terdengar jeritan ngeri. Blo-on kaget sehingga lepaskan tangannya. Utusan Thian-su-kau jatuh ketanah, menggelepar- gelepar macam ikan diatas pasir. Beberapa sosok tubuh berhamburan loncat dan terus menghujani tubuh orang itu dengan pedang dan badik. Orang Thian su-kau itupun matilah.

Ternyata yang loncat untuk menusuk dada orang Thian su- kau itu bukan lain ialah Kim-lian, la gemas sekali melihat perbuatan orang itu yang hendak menganiaya kedua saudara seperguruannya

Dan yang berhamburan menghujani tubuh orang itu dengan senjata adalah gadis2 murid Partai Melati.

Setelah beberapa saat kesima melihat tubuh orang Thian su-kau itu dihujani bacokan, tiba2 Blo'on marah.

"'Hai, kalian anak perempuan, tetapi mengapa begitu kejam membacok orang ?" teriaknya menegur murid2 Partai Melati.

Melihat wajah Blo’on. seketika meluaplah kemarahan Kim lian. Segera ia teringat akan mukanya yang ditelungkupi ember berisi air panas oleh pemuda itu.

"Hm, sekarang giliranmu menjadi seperti orang itu !" serunya dengan bengis, seraya maju menghampiri Blo'on dengan masih menghunus pedang.

"Ya, benar sam suci," teriak gadis2 itu, "sekarang kita harus membunuh pemuda sinting dan kedua kakek gila itu !"

Blo'on terkejut: "Apa? Engkau masih belum puas membunuh seorang manusia ?" '

"Belum", kala Kim lian dengan wajah memberingas, "aku belum puas kalau belum minum darahmu ..."

"Mati aku ! Jadi engkau suka minum darah manusia . . " baru Bloon berkata sampai disitu, Kim-lian sudah loncat membacoknya. Betapapun blo'onnya si Bloon itu tapi karena hendak dibacok pedang, iapun berusaha untuk menghindar dengan loncat kesamping.

Kim lian terkejut ia tak menyangka bahwa anakmuda yang tampak bloon, ternyata memiliki Ilmu gin-kang yang begitu hebat. Namun ia tetap panasaran. Dengan sebuah loncatan lagi, ia memutar pedang dalam jurus Prahara melanda-gurun- pasir untuk memagari lawan dalam lingkungan sinar pedang.

Tetapi Blo'onpun segera gunakan tata langkah Tui-hong- kiam ajaran kakek Lo Kun untuk berlari lari menghindar. Demikian keduanya segera terlibat dalam kejar mengejar yang seru.

''Hai, kamu kedua kakek, mengapa kamu diam saja melihat aku diuber-uber hendak dibunuh gadis ini ?" sambi! berlari, Blo'on berteriak kepada kedua kakek.

"Itulah upahrya kalau berani mengganggu anak gadis ?" bukan memberi pertolongan, sebaliknya kakek Lo Kun malah mendamprat,

"Ya, mengapa engkau menyiram mukanya dengan air panas? Wajah itu suatu kehormatan bagi seorang gadis. Berani menyiram dengan air panas, berarti engkau menghina besar" kakek Kerbau Putihpun ikut menyesali Bloon.

Blo'on menyeringai. Ia hendak balas mendamprat kedua kakek itu tetapi ia tak sempat mencari kata2 karena dikejar mati-matian oleh sambaran pedang Kim-lian.

"Hai. kamu sekalian, mengapa menjadi penonton saja? Hayo, bunuhlah kedua kakek itu juga” tiba2 Kim-lian berteriak kepada gadis2 Partai Malati yang masih tegak berdiam diri itu. Kawanan gadis itu terkesiap dah menyadar seruan sam- sucinya. Mereka serentak menghunus senjata lalu menyerbu kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih. Kedua kakek itu sibuk menghindari serangan mereka. Seketika suasanapun tampak kacau pula.

Karena sekian saat tak berhasil menguber Blo'on, akhirnya Kim-lian mendapat akal. Ia merogoh kedalam saku baju dan terus menabur Blo’on dengan segenggam bunga melati. Bunga melati berhamburan, menyiarkan bau yang harum sekali

Melihat tindakan sam-sucinya, kawanan gadis2 itupun juga mengambil segenggam bunga melati dari baju masing2 lalu serentak ditaburkan ke udara. Dari udara berhamburan hujan bunga mellati yang menyiarkan bau luar biasa harumnya.

Karena tidak dikejar, Blo'onpun berhenti Demikian pula dengan kedua kakek Lo Kun dan Kerbau Putih.

"Hujan melati, aduh, harumnya . . " teriak Blo'on. Tetapi habis berteriak, anak itupun rubuh Bluk, bluk, bluk berturut

turut kakek Lo Kun, kakek Kerbau Putih, Kho Pik-giam guru silat Buk Kiang pun ikut rubuh.

Terdengar sorak sorai dari kelima belas gadis cantik murid Partai Melati ketika melihat musuh mereka telah rubuh.

"Pesta maut, cincang daging !" teriak mereka seraya berhamburan hendak, menghujani batuan kepada korban2 yang telah tak sadarkan diri.

"Berhenti !" serentak terdengarlah lengking teriakan yang nyaring.

Anakbuah Partai Melati terkejut dan serempak berpaling. "Apabila kalian berani membunuh kawan-kawanku, kedua

saudara seperguruanmu ini tentu akan kucincang " Ternyata yang berseru itu ialah pemuda liok. Pada saat kawanan gadis itu menaburkan bunga melati, ia sudah curiga. Apalagi setelah mencium bau yang harum ia hendak berteriak beri peringatan kepada blo'on dan kedua kakek tapi bau harum itu sedemikian kerasnya sehingga ia terpaksa harus menutup pernapasan. Dengan demikian ia tak dapat rnengeluarkan suara.

Apa yang diduganya ternyata benar Bau wangi itu mengandung obat bius yang membuat orang pingsan. Ketika rombongan kavan2nya rubuh, ia cepat mendapat pikiran dan terus menyelinap ke tempat San hua dan Sui hoa rebah. Pada saat anakmurid Partai Melati hendak membunuh Blo’on dan kawan-kawannya, ia terus berteriak rnemberi peringatan.

Ketiga belas anak murid Partai Melati tertegun

Mereka tak tahu bagaimana harus bertindak. "Bagaimana kehendakmu ?" seru Kim-lian

"Kita tukar-menukar orang."

"Tidak !" Kim-lian menolak, "aku setuju untuk tukar menukar tawanan, tetapi caranya lain.”

"Bagaimana ?"

"Engkau harus mampu mengalahkan aku !”

"O," desah pemuda Liok, "apakah ucapanmu itu dapat dipercaya ?"

"Aku tak pernah ingkar janji. Tidak seperti pemuda macam engkau yang telah mengelabuhi aku begitu hina"

Merah muka pemuda Liok itu, serunya: "Baik, harap engkau jangan menyesal" "Kita bertempur dengan senjata atau tangan kosong ?" seru pemuda Liok pula.

"Dengan senjata. Karena dengan senjata yang tak bermata itu segeralah dapat diputuskan, mati atau menang," seru Kim- lian dengan geram. Rupanya ia masih penasaran sekali terhadap pemuda itu

"Baik, silahkan engkau menghunus senjatamu" seru pemuda Liok.

Kim-lian melolos ikat pinggangnya yang terbuat dari sutera warna merah muda. Tar . . sekali gentak. sutera yang lemas itu segera meledakkan bunyi menggelegar yang keras.

Diam2 pemuda Liok terkejut. Baru saat itu ia menyadari bahwa Kim lian itu memiliki tenaga dalam yang hebat.

"Hai, mengapa engkau tak menghunus senjata?" seru Kim lian ketika melihat pemuda itu tegak

"Senjataku telah engkau rampas ketika menjadi orang tawanan," sahut pemuda itu, “memang tak perlu aku harus memakai senjata hanya menghadapi engkau saja."

Merah wajah Kim-lian. Cepat ia berpaling pada rombongan sumoaynya : "Sumoay. beri pedang kepadanya."

Seorang nona segera menghampiri pemuda Liok dan menyerahkan sebatang pedang. Pemuda itu menganggap, baik juga ia menggunakan untuk menghadapi lawan yang tentu berkepandian tinggi.

Sesaat pemuda itu mencekal pedang maka berserulah Kim- lian seraya gerakkan kain ikat pinggangnya : "Awas, terimalah seranganku "

Terdengar bunyi menggelegar gelegar macam cambuk melecut di udara ketika ikat pinggang mulai bertebaran di udara. Kemudian ikat pinggang yang panjangnya tak kurang dari 3-4 tombak itu segera meliuk liuk dan melingkar-lingkar macam ular sedang meluncur di permukaan air

Pemuda Liok acungkan batang pedang kemuka dada. Pandang matanya mencurah kearah pedang. Selekas ikat pinggang bertaburan menumpuk kearahnya. iapun serentak memutar pedangnya. Seketika timbullah sebuah lingkaran sinar putih berkilat yang menyelubungi tubuh pemuda itu.

Tring, tring, tring.....

Terdengar dering menggemerincing. ketika kain ikat pinggang beradu dengan pedang. Padahal ikat pinggang itu sutera yang lemas tetapi ditangan Kim-lian, sutera itu dapat beroba'h sekeras baja Dapat dibayangkan betapa hebat tenaga-dalam murid nomor tiga daii Partai Melati itu.

Pertempuranpun berlangsung seru. Sekalian orang terlongo menyaksikan pemandangan yang mempesonakan. Sepintas seperti bukan suatu pertandingan adu jiwa. melainkan sebagai sepasang ular naga yang sedang bercengkerama di laut.

Pemuda Liok itu terkejut melihat permainan I Kim-lian. Tetapi ia tetap tak gentar dan bahkan bulatkan tekatnya untuk memenangkan pertandingan itu. Karena kalau kalah, kawan- kawannya tentu celaka.

Diam2 Kim lianpun kaget menyaksikan ilmu pedang pemuda yang tampaknya seorang lemah itu. Akhirnya ia mendapat akal. Tiba2 ia memutar kain pinggangnya makin seru dan gentar untuk melibat pemuda itu. Beberapa saat kemudian tiba2 ia lepasan ujung kain pinggang. Kain pinggang itu tetap berputar putar untuk melibat tubuh pemuda Liok.

Kemudian ia merogoh kedalam baju dan mengambil segenggam benda putih sebesar telur burung lalu- ditimpukkan kearah lawan yang sedang terlibat kain pinggang. Begitu terbentur lingkaran kain pinggang, benda kecil2 itupun pecah, menghamburkan asap putih yang wangi.

Serempak pada saat Kim-lian menimpukkan benda kecil yang terakhir, tiba2 dari dalam lingkaran ikat pinggang itu meluncurlah pemuda Liok keudara lalu berjumpalitan dan bagaikan seekor burung camar menukik ke laut, iapun sudah melayang kearah Kim lian.

Kim-lian terkejut dan hendak menghindar mundur tetapi kalah cepat dengan pemuda Liok. Selekas turun kebumi, dengan tangkas sekali pemuda itu loncat maju menusuk tenggorokan Kim-lian "Menyerah atau mati ?"'

Ternyata pemuda itu tak mau meneruskan tusukannya melainkan cukup melekatkan ujung pedang ke tenggorokkan Kim-lian.

Sekalian murid Partai Melati terkejut dan hendak bergerak maju menolong tetapi pemuda Liok membentak "Hayo. siapa yang berani maju selangkah saja nona Kim-lian ini tentu kubunuh”

"Apa permintaanmu ?" akhirnya Kim lian bertanya "Sadarkan semua kawan-kawanku itu !" seru pemuda Liok.

Kim lian segera memberi perintah kepada para sumoaynya. Gadis itupun segera menolong menyadarkan rombongan Blo'on.

Tetapi selekas sadar dari pingsannya, kakek Lo Kun melonjak bangun dan meneriaki pemuda Liok : "Hai, jangan mengganggu nona cantik disini. Bisa keliru dengan isteriku !"

Karena terkejut, pemuda Liok berpaling. Kesempatan itu digunakan sebaik baiknya oleh Kim-lian. Cepat ia menybiak ujung pedang lalu menyelinap kebawah dan menendang, plak

.... karena tak menyangka-nyangka pemuda itu lengah dan termakanlah perutnya dengan kaki si nona. Ia terlempar sampai empat lima langkah jauhnya . .

'"Saudara Liok . . ," Kho Pik-giam dan Bok kausu bergegas lalu menghampiri. Demikian pula dengan kakek Lo Kun, kakek Kerbau Putih dan Bio’on.

Tampak pemuda Liok duduk bersila pejamkan mata. Rupanya dia tengah menjalankan peredaran tenaga-dalam untuk menyalurkan darah dalam tubuhnya.

Rupanya Kakek Lo Kun menyadari bahwa dialah yang membikin celaka pemuda Liok. Karena ia berseru maka pemuda itu berpaling dan akibatnya menerima tendangan.

"Hai kemana nona itu !" kakek Lo Kun terus hendak  memaki Kim lian tetapi alangkah kejutnya ketika nona itu sudah lenyap. Demikian pula dengan lain2 anakmurid2 Partai Melati.

Ternyata ketika orang2 itu sibuk menghampiri pemuda Liok, Kim-lian terus lalu masuk ke dalam markas. Melihat itu gadis2 yang lainnyapun mengikuti.

Kakek Lo Kun penasaran. Ia hendak mengejar gadis2 itu.

"Kakek, jangan ..." tiba2 pemuda Liok berseru mencegah.

Lo Kun terkejut dan berhenti. Ketika melhat yang bicara itu pemuda Liok. ia gembira 'O. engkau sudah sembuh ?"

Pemuda Liok mengangguk: "Jangan mengejar mereka Mereka sudah cukup menderita. Markas mereka sudah terbakar dan beberapa orang pimpinan telah mengalami peristiwa yang menyiksa hati mereka. Biarlah mereka dapat sadar akan kesesatan dan mau kembali lagi ke jalan yang benar."

Demikian rombongan itu segera keluar dari lembah Melati. Bok Kiang dan Kho Pik-giam kembali ke Hong-yong-hu tetapi pemuda Liok mengatakan hendak meneruskan pengembaraannya.

"Kalau begitu ikut saja kepada rombongan kita," kata kakek Lo Kun.

"bolehkah engkau engkoh ..." kata pemuda itu kepada Blo'on.

"Sudah tentu boleh." sahut bloon, "pokok asal engkau mau menderita bersama kita bertiga”

Pemuda Liok tertawa girang.

---ooo0dw0ooo---

Musyawarah

Waktu berjalan pesat sekali. Tak terasa sudah tiga bulan lamanya sejak tokoh2 partai persilatan itu meninggalkan puncak Giok-li-nia untuk mencari jejak putera Kim Thian cong yang bernama Kini Yu-yong dan mencari pencuri yang mengambil jenazah Kim Thian cong.

Maka hari itu. tepat seperti yang telah diputuskan bersama, berkumpul pula ketua2 tujuh partai persilatan di Wisma Perdamaian.

Hui Gong taysu dari Siau-lim-pay, Ang Bin tojin ketua Bu- tong pay. Hong Hong tojin dari Go bi-pay. Ditambah dengan Pang To-tik wakil, pimpinan Hoa-san-pay, keempat tokoh itu bertugas untuk mencari pencuri mayat Kim Thian cong. Tetapi yang datang baru tiga orang, Pang To-tik belum tampak datang.

Dari tiga ketua partai persilatan yang gas mencari jejak Kim Yu-yong baru dua yang datang yam Ceng Sian suthay rahib pimpinan Kun-lun pay dan Sugong In ketua Kong-pay. Pengemis sakti Hoa Sin belum tiba.

Kedatangan tokoh2 itu disambut oleh Goan pa, murid pertama dari mendiang Kim Thian cong Tetapi ada suatu keheranan yang menghinggapi perasaan kelima tokoh2 itu ialah tak nampaknya Liok Sian-li, murid ketiga dari Kim Thian cong.

"Dimanakah Liok sicu?" akhirnya Hui Goan taysu menanyakan diri murid perempuan itu.

"Ah," Tio Goan-pa mendesah. Sikapnya agak jengkel dan putus asa, "Liok sumoay memang keras adatnya Sudah kucegah tetapi dia tetap tak mau membatalkan niatnya. Dia telah pergi untuk mencari jejak Kim sute ..."

'O," desuh Hui Gong taysu terkejut, "bukankah soal itu sudah diambil alih oleh tiga cianpwe yang bertanggung jawab? Lebih baik kalau Liok sicu tinggal saja di guuung ini, jangan pergi kemana-mana."

"'Ah. maafkan sam-sumoayku itu, taysu" kata Tio Goan pa berkabut sesal, "memang dia keras perangainya. Selalu tak dapat dicegah apa yang telah menjadi kehendaknya."

Rupanya sekalian ketua partai persilatan itu dapat menerima alasan dari Tio Goan-pa.

Keadaan Wisma Perdamaian tetap seperti tahun2 yang lalu dimana dahulu mendiang Kim Thian cong sering menerima kunjungan dari tokoh2 persilatan. Kelima ketua partai persilatan itupun duduk berkumpul di oaseban Wisma Perdamaian, paseban yang banyak memberi kenangan kepada mereka

Tiga bulan yang lalu, di paseban itulah mereka menjaga peti jenazah It-ci-sin-kang Kim Thian cong dalam menerima kunjungan tokoh silat yang datang ke puncak Giok-li-nia. Ada yang datang untuk melawat penguburan jenazah bekas pemim-pm dunia persilatan itu. Ada pula yang sengaja datang untuk menunaikan hasrat mereka membalas dendam.

Sambil menunggu kedatangan Pengemis-sakti Hoa Sin dan Pang To-tik, maka Hui Gong taysu ketua Siau lini si memulai pembicaraan dengan memberi laporan tentang perjalanannya bersama Hong Hong tojin ketua perguruan Go-bi-pay menu ju ke Tibet mencari jejak lhama Hong-san-koay-ceng.

"Dari keterangan yang kita peroleh sepanjang jalan dapatlah kami ketahui bahwa lhama itu menjadi murid biara Peh-liong-bio di gurun Gumatak” kata ketua Siau-lim-si, "dan kesanalah aku dan Hong Hong toheng.”

"Gupala, kepala biara Peh-liong bio terkejut ketika menyambut kedatangan kami," kata Hui Gong pula, "Lhama itu menerangkan bahwa Hon koayceng, sudah sejak beberapa tahun telah dan sampai saat itu belum kembali lagi"

"Kemudian atas pertanyaan kami, lhama menerangkan bahwa Hong-sat-koay ceng itu adalah suhengnya. Namanya yang sesungguhnya ialah Panda lhama. Sebenarnya sebagai murid kepala. Panda Ihamalah yang mengganti sebagai kepala dan biara Peh liong bio Tetapi entah bagaimana, guru mereka telah mengangkat Gupala. Sejak itulah maka Panda Ihama pergi dan gurun Gumutak" 'Kemudian kami meminta keterangan lebih jauh pada Gupala tentang permusuhan antara Panda lhama dengan Kim tayhiap." kata Hui Gong tio

"Lalu bagaimana keterangan lhama itu” Tanya Ang Bin tojin ketua Bu-tong pay.

"Kulihat Gopala seorang lhama yang jujur dan taat beribadah," kata Hui Gong taysu, 'dia mengatakan bahwa tak begitu jelas tentang dendam permusuhan itu. Tetapi ia memang ingat bahwa pada suatu hari Kim tayhiap memang pernah berkunjung ke biara Peh-iiong bio dan bertemu dengan Kosala, lhama besar yang menjadi guru dari Gupala dan Panda lhama.”

"Apa yang dibicarakan oleh kedua orang aku tak tahu," kata Gopala lhama, "tetapi kulihat guru telah mempersilahkan Kim tayhiap masuk dalam ruang semedhinya. Guru pesan kepada seluruh anakmurid bahwa selama tiga hari tiga malam tidak boleh masuk keruang semedhi. Barangsiapa berani melanggar, akan dihukum. Apa yang dilakukan lhama besar Kosala  dengan Kim Thian-cong, tak ada orang yang tahu. Yang kuketahui, selama tiga hari tiga malam itu, keduanya tak pernah keluar dan ruang semedhi," kata Gopala.

"Tetapi tepat pada hari ketiga tiba2 muncullah Panda suheng." kata Gopala pula, "ia berkeras hendak minta menghadap guru. Karena takut akan larangan guru, terpaksa kucegahnya. Tetapi Panda suheng tetap memaksa dan akupun tetap merintanginya. Akhirnya ia lupa lalu memukul aku. "

"Terpaksa aku membela diri sehingga terjadilah pertempuran dengan suheng. Rupanya Panda suheng malu dan marah karena tak dapat merubuhkan aku. Tiba2 ia melancarkan sebuah pukulan yang belum pernah kuketahui Muka dan dadaku serasa terbakar karena dilanda pukulan suheng itu. Akupun rubuh pingsan ..."

"Ketika aku sadarkan diri," demikian Gopala melanjutkan penuturannya, "kulihat guru sedang menyalurkan tenaga- dalam untuk menolong aku. Setelah aku sadar, beliau lalu memberiku minum obat dan suruh aku beristirahat. Kulihat wajah guru tampak gelap sekali. Jelas dia amat marah kepada tindakan suheng.”

"Panda" tegur guru kepada suheng, "tahukah engkau akan kesalahanmu ?"

'Ya, guru," kata suheng dengan khidmat," memang muiid mengaku bersalah. Tetapi murid hendak menghaturkan laporan penting tentang sebuah kitab pusaka yang murid ketemukan dalam sebuah ..."

"Tentang laporan itu, jangan dibicarakan dulu" tukas Kosala, "sekarang akan kupertimbangkan tentang kesalahanmu. Panda, engkau tahu apa akibatnya engkau berani masuk kedalam ruang semedhi ini?"

Panda tersipu-sipu mengatakan tak tahu.

'Hm, perbuatanmu itu Panda, telah menghancurkan nama baikku. Aku kalah janji dengan Kim taybiap. Dan aku harus mengaku kalah kepadanya ..."

Panda lhama terkejut. Sejenak iu berpaling, memandang Kun Thian-cong.

"Dan yang kedua, Panda," kata Kosala pula, "engkau telah melukai sutemu sendiri. Tahukah! engkau apa hukuman bagi murid yang melukai saudara seagamanya ?"

"Dikurung dalam ruangan selama tiga tahun" kata Panda. 'Benar," sahut Kosala, "tetapi masih ada la in soal lagi. Engkau telah melukai Gopala dengan pukulan yang bukan ajaran dari perguruan kita. Dengan begitu jelas engkau telah berguru kepada lain aliran. Siapakah gurumu itu ? Dan pukulan apakah yang engkau gunakan terhadap Gopala ?"

Panda lhama pucat wajahnya.

"Hong-sat-ciang adalah pukulan ganas dari kaum lhama kuning di lembah Altai. Jelas engkau tentu berguru kepada mereka!"

Panda lhama diam saja.

"Panda." aoakah engkau tak dapat bicara?" tegur guru Kosala dengan tajam.

"Apakah yang murid harus katakan lagi, guru ?" Panda menjawab.

"Jadi engkau memang sudah mengakui apa yang telah kukatakau tadi ?"

"Mana titah guru, murid tentu tak berani membantah," sahut Panda.

Tiba2 wajah Kosala lhama berobah tegang.

"Panda," serunya dengan nada memberingas, "kami para lhama dari daerah gurun Gumutak ini menganut dan menjunjung Dhai Lama. Sedang kaum lhama dari daerah pegunungan Altai, menjunjung Panchen Lhama. Beda yang dipuja, beda pula pendiriannya. Oleh karena jelas  engkau telah menggabungkan diri dengan kaum Panchen Lhama maka kaum dan perguruan Gumutak tak dapat menerima engkau lagi !"

Panda berobah wajahnya tetapi sesaat kemudian dia tampak tenang. "Apa katamu, Panda” seru Kosala.

"Murid menempuh jalan menggabung dengan kaum Panchen Lhama adalah demi menyelidiki kitab pusaka itu. Dan kini murid telah berhasil mendapat keterangan tentang buku itu . , . "

"Panda' tukas guru besar Kosala Ihama-lhama penganut Dai Lhama harus menempuh jalan suci dan pendirian yang kokoh. Untuk memperjuangkan mencari kitab pusaka itu. memang boleh. Tetapi tidik diperbolehkan untuk merobah pendirian, menggabungkan diri pada kaum yang beda haluannya. Lebih baik tak mendapatkan kitab itu kalau kita harus kehilangan pendirian !"

Panda tetap berdiam diri.

"Sekarang dengarkanlah keputusanku," seru Kosala pula, "sejak saat ini engkau sudah bukan menjadi murid kaum penganut Dhai Lhama lagi, Sejak saat ini ergkan tak boleh lagi menginjak biara Pek liong kut ini "

Panda tertegun

"Adakah keputusan guru itu tak terlalu berat dengan imbalan jasa yang hendak kupersembahkan ?"' serunya sesaat kemudian.

"Keputusan itu menurut garis ketentuan pimpinan Dhai Lama yaug agung !" seru Kosala.

"Baiklah, guru " kata Panda, "karena demikian keputusan guru, muridpun hendak tinggalkan tempat ini. Atas budi yang guru limpahkan kepada murid selama ini murid akan tetap ingat sampai mati dan tentu akan membalasnya."

Panda memberi hormat lalu hendak keluar, "Tunggu dulu. Panda," kata Kosala "masih ada sesuatu yang penting kepadamu."

Panda berhenti lalu menghadap kearah guru nya : "Silahkan guru memberi titah "

"Panda, oleh karena engkau sudah bukan murid perguruan ini lagi, maka engkaupun harus mengembalikan apa yang engkau peroleh dari sini."

Panda terbelalak.

"Maksud guru ?" tanyanya sesaat kemudian.

"Ilmu kepandaian yang engkau peroleh dari sini, harus engkau kembalikan."

"Oh," Panda mendesuh, "artinya murid harus menjadi lhama biasa seperti tatkala murid datang kemari pada pertama kali ?"

Lhama besar Kosala mengangguk.

"Adakah guru hendak merusakkan tubuh murid ?' tanya Panda.

"Sesungguhnya memang harus begitu, Panda, kata Kosala, "tetapi hatiku tak sampai. Maka ku-berimu kelonggaran ..."

Ia merogoh keluar sebuah botol kecil dari batu kumala. menuangkan dua butir pil warna merah dan putih,

"Yang putih ini, akan menghapus tenaga-dalam bagian Im (negatip) dan yang merah ini, melenyapkan tenaga dalam bagiau Yang. Kcdua-duanya harus engkau telan sekarang juga." kata guru besar dari biara Peh liong-bio.

Panda lhama menyambuti dengan gemetar. Sejenak memindang kedua butir pil itu ia terus menelannya.

Memberi hormat kepada Kosala dan terus hendak pergi. "Tunggu duiu, Panda, tiba2 Koala berseru

Dan setelah Panda berhenti, guru itupnun berkata “Jangan Buru-buru pergi dahulu. Coba mengangaan mulutmu ..."

Panda terkesiap. Memandang gurunya dengan mata berkilat-kilat lalu mengangakan mulut. Kosala menghampiri memeriksa mulut Panda lalu berkata : "Baiklah, Panda, silahkan engkau pergi dan mudah-mudahan engkau hidup bahagia".

Demikian Gopala lhama mengakhiri penuturannya kepada Hui Gong taysu dan Hong Hong tojin

"Aneh, yang menghukumnya gurunya sendiri, mengapa Panda lhama si Hong-sat-koay ceng itu mendendam kepada Kim tayhiap ?" tanya Ang Bin tojin.

Hui Gong taysu mengangguk : "'Memang sepintas tampaknya janggallah perbuatan Panda si Pasir Kuning itu. Tetapi kuduga tentulah ada sesuatu yang menyebabkan ia mendendam kepada Kim tayhiap. Sayang karena waktunya terbatas, terpaksa kami berdua kembali. Mengingat waktu perjalanan masih sisa dua tiga hari, maka akupun pulang ke Kosan dan Hong Hong toheng ke Gobi Ternyata gereja Siau lim sipun telah mengalami peristiwa yang aneh dan mengejutkan !"

"Peristiwa bagaimana ?" tanya Ang Bin tojin

"Beberapa waktu yang lalu, gereja Siaulim si telah kedatangan serombongan oiang aneh terdiri dari seorang pemuda, dua orang kakek dan tiga ekor binatang piaraannya, burung rajawali, anjing dan kera"-kata Hui Gong taysu. "Ketiga orang itu manusia2 limbung. Baik tingkah laku dan bicaranya seperti orang yang ku rang waras. Mereka datang ke gereja Siau-lim-si untuk menanyakan tentang seorang tokoh bernama Bu Bun lojin. Oleh paderi2 yang bertugas menjaga keamanan gereja, mereka dilarang masuk tetapi me reka tetap memaksa. Akhirnya terjadi pertempuran .., "

"O, jadi walaupun sinting mereka juga memiliki ilmusilat tinggi ?". tanya Ang Bin tojin.

Hui Gong taysu mengiakan.

"Patkwa-tin disiapkan untuk menghalau mereka tetapi mereka mampu melintasi. Lalu disiapkan pula Lo-han-tin; Pun mereka dapat membubarkannya ..."

"Omitohud," seru Ang Bin tojin, "Lo han-tin adalah barisan sakti dari gereja Siau-lim-si. Banyak tokoh2 sakti yang harus kembali dengan menggigit jari apabila berhadapan dengan barisan sakti itu. Tetapi mengapa mereka mampu membobolkan- barisan itu ?"

Dengan panjang lebar, Hui Gong taysu menceritakan mengapa sebabnya barisan Lo han-tin Simpai bubar. Mendengar itu tertawa gelak2-lah sekalian ketua partai persilatan. Bobolnya Lo-han-tin ternyata disebabkan oleh gempuran istimewa dari isi perut salah seorang kakek linglung itu. "Serempak dengan munculnya rombongan manusia2 linglung itu maka datang pula seorang tetamu vang mengaku sebagai utusan dari Kim Thiann-cong ..."

"Hai . . . !" beberapa ketua partai persilatan serempak berteriak kaget, "markas kamipun menerima kedatangan utusan semacam itu." Hui Gong taysu terkejut dan berpaling. Ternyata yang berseru itu iaiah Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay dan Sugong In ketua Kong-tongpay.

"Markas Bu-tong-paypun demikian juga," kata Ang Bin tojin.

"Omitohud !" seru Hui Gong taysu, "jika demikian mereka tentu mendatangi setiap perguruan Adakah toheng dan sin-ni juga menerima undangan untuk menghadiri rapat di gunung Hongsan?"

"Benar," sahut Sugong In, "bahkan tidak hanya ke gunung Hongsan, pun juga kegunung Thay san."

"Apa ?' Hui Gong taysu terkejut menegas.

Sugong ln memandang ketua Siau-lim-si dengan heran. "Adakah tidak demikian dengan gereja Siau lim-si ?"

Hui Gong taysu gelengkan kepala; "Ketika aku pulang, Hui In sute hanya menyampaikan tentang undangan dari Kim Thian cong untuk meng hadiri rapat peresmian partai baru di gunung Hong san. Partai itu diberi nama partai Seng-lian-kau atau Teratai Suci, pendirinya Kim Thian-cong sendiri”

"Benar," sahut Sugong In, "kamipun menerima undangan semacam itu tetapi disampmg itu kamipun menerima pula undangan untuk menghadiri rapat pembentukan partai Thian- su-kau di gunung Thay-san. Partai itu juga didirikanoleh Kim Thian cong."

'"Omitohud !" Hui Gong taysu berseru kejut, "benarkah terjadi peristiwa semacam itu ?"

"Benar, taysu," kata rahib Ceng Sian suthay "Kun-Iun-pay juga menerima dua buah undangan dari Kim Thian-cong digunung Hongsan dan Kim Thian-cong di gunung Thay-san" "Dan Hong Hong toheng ?" tanya Hui Gong taysu kepada ketua Partai Go bi-pay.

"Hanya menerima undangan dari Kim Thian cong di gunung Thaysan."

"Dan tohcng ?' tanya Hui Gong kepada Ang Bin tojin.

Ketua partai Bu-tong-pay itu menjawab: "Kami hanya menerima undangan dari Kim Thian-cong gunung Hongsan"

"Jelas dia tentu bukan Kim Thian cong !" seru Ceng Sian suthay.

"Benar, suthay ..." tiba2 terdengar sebuah suara nyaring dari luar paseban Dan ketika para ketua partai persilatan berpaling, ternyata yang muncul adalah Pengemis sakti Hoa Sin.

"'O. Hoa pangcu," seru para ketua partai persilatan serempak berdiri untuk memberi hormat!

Pengemis sakti itu segera mengambil tempat duduk,

"Maaf, apabila pencemis tua ini terlambat datang." katanya, "tetapi bukan maksud pengemis hendak sengaja datang terlambat melainkan karena pengemis tua habis menyelesaikan suatu peristiwa yang lucu."

"Peristiwa bagaimana ?" tanya Hui Gong taysu "dapatlah Hoa pangcu memberiahu kepada kami ?"

"Dua orang yang Sama2 membawa anjing Ketika saling berjumpa, anjing mereka berkelahi Melihat itu kedua orang itupun ikut berkelahi. lucunya bukan orang lawan orang dan anjing musuh anjing. Tetapi orang lawan anjing dan yang satu pun demikian juga, anjing tarung dengan orang Ha, ha, ha . .” Para ketua pntai persilatan itu tahu bagaimana perangai Pengemis-sakti Hoa Sin yang suka melucu dalam kata-nya. Mereka hanya ganda tertawa saja.

“Ternyata kedua anjing itu lebih lihay dapat mengalahkan orang. Kedua orang pemilik anjing itu lari terbirit-birit. Tetapi kedua anjing itu tak mau mengikuti tuannya. Mereka berkumpul dengan kawannya. Anjing tetap sama anjing, manusia sama manusia ..."

Pengemis-sakti itu lalu tertawa gelak2 dan nyaring semaunya sendiri.

"Hoa pangcu." sela Hui Gong taysu, ''maaf, aku tak tahu apa yang pangcu maksudkan dengan cerita itu. Maukah pangcu memberi penjelasan ?"

Tiba2 wajah Pengemis sakti Hoa Sin mengerut serius, katanya: "Peristiwa itu suatu pelajaran bahwa, jenis itu mencari jenis. Manusia tetap akan bersatu dengan manusia dan kawanan anjing tentu akan menggerombol dengan anjing

..."

"Aku tak mengatakan siapa2," kata Pengemis sakti itu pula, "melainkan hanya menuturkan tentang kericuhan dalam partai Kay-pang kami sendiri. Dengan timbulnya dua Kim Thian-cong itu maka perpecahan antara Partai Pengemis selatan dan Partai Pengemis utara makin menjadi lebih tajam. Pengemis Seribu-racun Sin Kay telah menjadi sucia (wakil) dari Kim Thian cong gunung Thay san Dan Partai Pengemis Selatan telah menerima undangan untuk menghadiri peresmian partai baru yang hendak mereka dirikan !"

“Omotuhud” seru Hui Goan taysu

"Hoa pangcu." tiba2 Ceng Sian suthay menyeletuk, jika partai Kay-pang utara sudah menggabungkan diri pada partai Thian-su-kau yang baru. apakah partai Kay-pang selatan juga tidak menggabungkan diri pada partai Seng-tian-kau di gunung Hongsan itu ?"

Wajah Hoa Sin memberingas, matanya mendelik. Tetapi sesaat kemudian ia tertawa: "Ah, sin-ni memandang hina kepada dinku si pengemis tua ini , . "

"Bukan Hoa pangcu," buru2 Ceng Siau suthay menyusuli "sama sekali aku tak menghina pangcu. Tetapi aku hanya ingin mengetahui. Bukan kali dalam sunsana kacau seperti dewasa ini,kita harus tahu siapa lawan siapa kawan ?"

"Ha, ha," Pengemis-sakti Hoa Sin tertawa, "telah kukatakan, jenis itu mencari jenis. Manusia dengan manusia, anjing dengan anjing. Masakan sin-ni tak mengerti apa yang kumaksudkan itu”

Ceng Sian suthay tertawa walaupun diam2 ia agak malu hati karena mendamprat sentilan halus dari pengemis sakti itu.

“Disamping undangan dari Thian-su-kau, memang partai Pengemis selatan, menerima undangan juga dari Seng-lian- kau." kata Pengeuus-sakti Hoa lebih lanjut, "dua-duanya berasal dari dua orang .Kim Thian-cong, ha, ha !"

"Lalu bagaimana pendirian Hoa pangcu” tanya Hui Gong taysu.

Belum Pe-ngemis-sakti Hoa Sin menyahut. tiba2 muncullah seorang lelaki tua dengan wajat muram dan kaki lunglai, ia berjalan masuk kedalam paseban.

"Pang tayhiap ..." seni para ketua partai persilatan serta melihat pendatang itu. "Maaf, para totiang dan sin-ni karena Pang To-tik terlambat datang," kata orang itu seraya menghampiri. Hui Gong taysu mempersalahkannya duduk.

Sesaat kemudian Hui Gong taysu berkata : "Karena bertujuh partai persilatan sudah hadir lengkap, maka lonipun akan membuka rapat ini secara resmi."

Setelah mengucapkan selamat datang, maka Hui Gong taysu lalu mengulangi lagi memberi laporan tentang hasil pencariannya kepada orang yang diduga menjadi pencuri jenazah Kim Thian-cong.

Kemudian ia meminta kepada yang hadir supaya melaporkan hasil masing2.

Karena Hui Gong taysu melakukan penyelidikan bersama Hong Hong tojin, maka Hong Hong tojin tak perlu memberi laporan lagi. Dan kini Ang Bin tojinlah yang membuka suara.

"Bu-ing kui yang hendak kuselidiki itu ternyata benar2 bagaikan bayangan setan." kata Ang Bin tojin, "orang mengatakan dia berada di Kang-lam, kukejar ke Kang-lam, dia melesat ke Kangpak. Kuburu ke Kangpak, dia menyelinap ke Oulam, aku ke Oulam dia ke Oupak. Karena penasaran aku ke Oupak dan dia sudah ngacir ke Shoa-tang susul ke Shoa-tang, dia ke Siamsay. Al benar seperti dipermainkan ..."

"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "bagaimana setiap kali toheng tahu dia menuju ke suatu tempat ?"

"Itulah jelas perbuatan Setan-tanpa-bayangan”kata Ang Hiu tojin. “setiap kali aku menemui tokoh2 daerah, tentulah tokoh itu memberikan sebuah sampul surat kepadaku. Tiap kali kubuka, surat itu tentu dari Hu-ing-kui yang meminta ini kepadaku dan mengatakan kalau dia sudah pidah kelain daerah." "Malah pada suatu hari aku benar2 telah dibuat main2 olehnya," kata ketua Bu-tongpay itu pula. "ketika aku tiba di sebuah hutan yang terletak di wilayah Shoatang. tiba2 kudengar orang memanggil namaku. Jelas kuperhatikan suara itu berasal dan arah barat. Segera aku menghampiri tapi sesaat kemudian orang itu memanggil namaku lagi dari arah timur. Aku ke timur orang itu memanggil darii arah utara Dan ketika aku ke Utara dia memanggil dari selatan. Karena jengkel, akupun berteriak meminta supaya unjuk diri”

"Dia tertawa dan berseru :"Bukankah aku sudah menjumpai totiang ?"

"Dimana ?" aku berteriak kaget.

"Ah, pelupa benar totiang ini, "orang itu tertawa, "cobalah totiang ingat siapa yang totiang jumpai dalam perjalanan tadi

..."

Ang Biu tojin menggali ingatannya. Sesaat kemudian ia berseru : "Ketika melalui sebuah gunung, Akupun tertimpah hujan dan terpaksa meneduh di sebuah kuil gunung. Imam penjaga kuil itu menyambut kedatanganku dengan baik . . "

"Ha, ha, totiang kira siapakah imam penjaga kuil itu ?" seru orang misterius itu pula.

Seketika berobahlah wajah Ang Bin tojin, serunya tak lampias : "Apakah imam itu ..."

"Ah, mengapa totiang tak ingat akan wajah imam itu? Cobalah totiang bayangkan lagi, tentu akan mengetahui bagaimana wajahku itu."

"Engkau ..." Belum sempat ketua Bu-tong-pay itu menye lesaikan kata- katanya, orang aneh itupuu sudah menukas : "Dan siapa lagi yang totiang jumpahi dalam perjalanan tadi ?”

"Seorang sasterawan yang hendak menuju ke kota raja ikut dalam ujian . . "

"Ha. ha, masih ingatkah totiang akan wajahnya ?'

"Apakah itu engkau ?" teriak Ang Bin tojin seperti dipagut ular.

"Totiang harus percaya karena hal itu memang kenyataan dari diriku".

"Bu-ing kui, engkau berani mengolok aku teriak Ang Hin tojin terus loncat menerjang kearah sebuah gerumbul yang diperhatikannya menjadi tempat bersembunyi orang aneh itu.

"Ha, ha. totiang mudah memberang," seru orang dari lain arah. "totiang hendak melihat wajahku, setelah kuberitahu. mengapa totiang marah?”

Ang Bin tojin hampir tak percaya pada apa yang dialaminya. Dengan ilmu ginkang yang tinggi ia bergerak laksana petir menyambar untuk menyergap. Tetapi ternyata hanya gerumbul kosong yang diterjangnya. Dan jelas tadi ia sudah memusatkan pendengarannya bahwa orang itu bersembunyi dibalik gerumbui. Tetapi ah . . . ia hanya menubruk angin.

Sebagai seorang ketua partai persilatan masyhur dan ternama sejak beratus tahun, sudah tentu Ang Bin tojin memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Ia seorang tokoh angkatan tua yang banyak pengalaman dan luas pengetahuan,

"Bi-sim pian im-hwat , . " tanpa disadari ia telah mengucapkan sebuah ilmu yang digunakan ieli B -ing kui. "Bagus, totiang, tak kecewa totiang menjadi ketua dari sebuah partai persilatan sehebat Bu-tongpay," tiba2 orang aneh itu berseru “Memang pengalaman dan pandangan  lotiang luas sekali sehingga ilmu pusaka yang sudah ratusan tahun hilang dari dunia persilatan, lotiang masih dapat menyebutkan namanya”

Kata kata orang aneh itu mengakui bahwa Ang Bin tojin memang dapat menyebut dengan tepat.

Ang Bin tojin terkejut dalam hati Bi sim pian im hwat atau Ilmu Menyesatkan-diri-memindah suara, merupakan ilmu yang ratusan tahun tak terdengar lagi di dunia Apabila orang itu dapat menggunakan ilmu tersebut, dapatlah dibayangkan betapa hebat kesaktian orang itu.

Namun Ang Bin totiang seorang tokoh yang berpengalaman. Walaupun dalam hati terkejut tetapi kerut wajahnya tak menampilkan rasa gelisah. Dengan tenang ia tertawa kecil.

"Belajar ilmu silat tak boleh dimabuk kebanggaan dan kecongkakan. Ingat, di atas langit ada langit. Orang yang sakti masih ada sakti lagi. Bahwa sicu telah berhasil mengali lagi ilmu pusaka lama, tidaklah suatu jaminan bahwa sicu sudah menjadi tokoh yang paling sakti di dunia. Masih banyak tokoh2 terpendam yang tak mau unjuk diri dan lebih senang hidup kesunyian dan ketenangan ..."

Ang Bi'i tojin hampir tak percaya pada yang dialaminya.

Dengan ilmu ginkang yang tiin < ia bergerak laksana petir

"Setiap orang mempunyai cita2 hidup sendiri Yang tenang sepi, biarlah menyepi, bertapa tak mau mengurus keramaian dunia. Yang senang mengurus dunia, biarlah dia berkecimpung dalam pergolakan dunia yang tak pernah mengenal kesunyian . "

"Adakah sicu ini Bu-ing kui ?" cepat Ang Bin tojin menegur. "Ha, ha, aku seorang manusia, bukan setan”

'Tetapi mengapa sicu tak berani mengunjukkan diri ?" seru Ang Bin tojin.

"Yang terakhir, apakah yang totiang lihat dalam perjalanan?" orang itu balas bertanya.

Sejenak merenung, ketua Bu-tong pay berkata : "Seorang tua yang tengah mengail ikan ditepi sungai."

"Dan totiang tentu tak pernah menyangka bahwa orangtua itu sama dengan sasterawan yang hendak ke kota raja dan penjaga kuil gunung”

'Oh” Ang Bin tojin mendesuh kejut. Sekejut orang yang mendengar halilintar meletus di siang bolong.

"Tiga kali sudah aku menunjukkan diri tapi totiang tak ambil perhatian. Adakah lotiang masih mengatakan aku tak berani menampakan diri” seru orang itu.

"Siapa sicu ini ?" akhirnya karena kehilangan faham, Ang Bin tojin berteriak tegang, "mengapa gerak gerik sicu seperti Bu ing ku si Setan tanpa bayangan ?”

"Ya, demikianlah. Tetapi aku bukan Setan-tanpa-bayangan melainkan Kakek tanpa bayangan"

"Bu Ing lojin ?" teriak Ang Bin tojin makin kaget.

Ketua Bu-tong-pay itu segera membayangkan akan peristiwa pada limapuluh tahun berselang, ketika ia masih muda dan menjadi murid dari perguruan Bu-tong-pay yang didirikan oleh Thia Sam hong. Ia mendengar bahwa dewasa itu didunia persilatan telah muncul seorang tokoh yang aneh. Gerak gerik dan sepak terjangnya sukar diduga o-rang. Dunia persilatan memberinya gelar nama Bu Ing-jin atuu manusia tanpa bayangan.

Sepak terjang Bu Ing-jin itu memang sukar ditentukan pendiriannya. Tidak termasuk aliran Putih, pun tidak aliran Hitam, bertindak menuruf pertimbangan dan kehendaknya sendiri.

Menurut cerita, pernah cikal bakal Bu-tong-pay ialah Thio Sam-hong mencari Bu ing-jin. Mereka berjumpa dipuncak gunung Hoa-san,

Kedua tokoh itu mengadu kesaktian dalam ilmu pedang Tetapi sampai tiga hari tiga malam, ternyata tak ada yang kalah dan menang.

Kemudian mereka hentikan adu kesaktian dan merundingkan tentang sumber ilmupedang. Thio Sam hong kagum sekali kepada pengetahuan orang itu. Kemudian ia menegur mengapa Bu ing-jin tak mau mendukung golongan Putih untuk membersihkan dunia persilatan dan gangguan golongan Hitam.

Bu-ingjin hanya ganda tertawa. "Garis antara Baik dan buruk itu hampir tak tampak Yang baik ternyata buruk, yang buruk belum tentu buruk ..."

"Apa maksud saudara mengatakan begitu” tanya Thio Sam hong.

"Aku hampir putus asa melihat tokoh2 yang dimasyhurkan sebagai jago golongan Putih. Setelah kuselidiki dan menguji pandangan mereka, ternyata apa yang dikata baik oleh mereka itu terlalu kaku. Lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan peribadi. Bahkan ada beberapa jago golongan putih yang sebenarnya berhati jahat. Maka aku tak mau mengikatkan diri pada suatu golongan. Baik golongan Putih maupun Hitam, apabila ia memang jahat, tentu kubasmi"

Teringat akan cerita itu, makin besarlah ketegangan hati Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay yang sekarang. Apabila orang aneh itu benar Bu ing jin dan karena sudah tua lalu berganti dengan Bu Ing lojin atau Kakek-tanpa-bayangan, Ia runyam juga.

"Bu Ing lojin." seru Aig Bin tojin pula, “Benarkah engkau yang mencuri jenazah Kim thian hiap?”

"Kim Thian-cong memang seorang jago golongan Pulih yang terbesar dalam jamannya. Adalah karena jasanya maka banyak perkumpulan2 rahasia-yang mengacau negara yang sedang kalut, telah tertumpas. Melihat keberanian dan kesaktiannya tertariklah pangeran Ing Lok untuk mengangkatnya sebagai tayciang (panglima) istimewa. Dia ditugaskan untuk mengamankan kaum persilatan dan mengajak mereka tunduk pada pangeran itu"

"Teruskan," seru Ang Bin tojin.

"Sejak baginda Beng thaycou wafat. maka timbullah perebutan diantara putera-puteranya. Di antara yang paling kuat dan berpengaiuh ialah pangeran Ing Ho dan pangeran Ing Lok. Karena pangeran Ing Ho itu ibunya puteri dari Mongol, maka rakyat lebih suka kepada pangeran Ing Lok Tetapi pangeran Ing Ho mendapat dukungan dari sisa tentara Mongol dan menteri2 bekas pemerintahan baginda Goan-si cou. Dalam perebutan kekuasaan itu hampir pangeran Ing Ho mendapat kemenangan apabila tak muncul suatu peristiwa yang mengherankan . . . " "Ah, peristiwa apa ?" tanpa disadari Ang Bin tojin terhanyut dalam pembicaraan dengan orang yang tak tampak bayangannya itu.

"Pangeran Ing Lok memanggil Kim Thian-cong dan diberinya tugas untuk menghancurkan kekuatan pangeran Ing Ho dari dalam. Kim Thian-cong ................

Halaman 46-47 ga ada weksss

... si cambuk hitam . . "

"O, itukah isteri Kim Thian cong ?" tanya Ang bin tojin.

"Ya, salah seorang dari sekian banyak wanita2 yang telah diperisteri Kim Thian-cong. Maka apabila setelah dia  meninggal banyak sekali musuh yang datang hendak melakukan pembalasan, Huh sudah jamak. Karena barang siapa menanam dia harus memetik buahnya.”

"Apakah lojin yang mencuri mayat Kim tayhiap ?" seru Ang Bin tojin.

"Ha. ha. ha" orang tak kelihatan itu tertawa gelak2, "mengapa engkau persamakan Bu-ing kui dengan Bu Ing lojin, lucu, sungguh lucu benar “

"Lalu siapakah Bu ing kui itu ?" tanya Ang Bin tojin tegang. Tetapi tiada penyahutan lagi dari orang itu.

"Lojin kalau engkau bukan Bu-ing kui lali siapakah Bu ing kui itu ?" Ang Bin tojin mengulang pertanyaannya.

Tetapi tiada penyahutan. 'Tojin., adakah Bu ing-kui itu yang mencuri mayat Kim tayhiap ?' seru Ang Bin tojin dengan nada makin tegang.

Namun tetjp tiada jawaban apa2

"Berlakulah ksatrya lojin. siapa yang mencuri mayat Kim tayhiap, engkau atau dia ?"

Tetap tiada jawaban.

"Kura2 yang tak mau mengunjukkan muka, maaf kalau aku berlaku kurang hormat !" kata Ang Bin tojin yang mulai curiga. Ia mengamati a-rah dan tempat yang diperkirakan tentu menjadi tempat- persembunyian orang aneh itu.

Setelah tetap tiada penyahutan. akhirnya Ang Bin tojin  terus loncat menerjang kebalik sebuah gerumbul pohon, wut, wut . . . dua buah pukulan ia lancarkan untuk menyergap. Tetapi yang diserbu hanialah angin belaka. Orang aneh tadi sudah tak kelihatan bayangannya.

Ang Bin tojin benar2 termangu mangu. Sebagai seorang ketua partai. Bu-tong-pay yang termasyur. ia telah diagungkan sebagai tokoh persi-latau yang cemerlang. Tetapi nyatanya, saat itula benar2 merasa dipermainkan oleh seorang yang menamakan dirinya sebagai Bu Ing lojin.

Dan lebih terkejut pula ketika ia melihat pada sebuah batu yang menggunduk didekat gerumbul pohon itu terdapat guratan huruf yang berbunyi :

Bu Ing dan Bu Ing sama arti Tetapi Bu ing-kui itu setan mati. Bu Ing lojin itu kakek yang masih doyan arak  dan daging sekati

"Ah, jika teringat akan peristiwa itu. kecil rasanya diriku. diatas langit masih terdapat langit memang tepat sekali kata2 itu," akhirnya Ang Bin tojin mengakhiri penuturannya dengan nada putus-asa.

"Ah, toheng tak perlu memikirkan diri Bu Ing lojin sedemikian rupa." Hui Gong taysu menghiburnya, "setiap manusia memang tak sempurna dan tentu ada  kekurangannya Buruk dan baik tergantung dan penilaian masing2. Hanya saja kita lihat dan rasakan, tindakan Kim tayhiap ? telah menghasilkan pulihnya ketenangan dalam dunia persilatan dan terbentuknya sebuah kerajaan yang  aman dibawah pimpinan baginda Ing lok kita sebagai salah sebuah partai perguruan yang merasakan pengayoman dari Kim tayhiap wajib membalas budinya. Soal lain2, itulah urusan pribadi Kim tayhiap."

"Benar. taysu," kata Ang Bin tojin, ' Bu Ing lojin itu telah membuka mataku tentang dunia persilatan dan ilmu silat."

"Andaikata Bu Ing lojin tak setuju akan sepak terjang Kim tayhiap, itulah hak dia untuk buat apa saja terhadap jenazah Kim tayhiap, tetapi hak kita pula untuk menyelamatkan jenazah Kim tayhiap dari gangguan orang."

"Tepat, taysu" seru Pengemis-sakti Hoa sin pula, "Bu Ing lojin berhak merusak tetapi kita berhak melindungi. Tetapi menurut hemat sipengemis tua itu, belum tentu Bu Ing lojin yang mencuri jenazah Kim tayhiap. Maka penyelidikan harus tetap kita lanjutkan kepada Bu ing-kui yang jelas telah datang kemari untuk menuntut balas kepada Kim tayhiap."

Kemudian Hui Gong taysu mempersilahkan Pang To-tik untuk memberi laporannya.

"Yang paling celaka nasibnya ialah aku,"' wakil dari Hoa- san-pay itu memulai laporannya dengan nada sedih, "ketika sedang dalam perjalanan menuju ke Thay-san untuk menyelidiki jejak Thian-sat-cu, tiba2 aku bertemu dengan seorang lelaki pertengahan umur. Ketika aku memperkenal kan diriku, orang itu tertawa keras.

"Mengapa saudara tertawa ?." tegurku.

"Yang diraih setinggi langit, yang dikandung berceceran," seru orang itu.

"Apa maksudmu ??'

"Bukankah engkau hendak menyelidiki suhuku Thian-sat-cu

?" tanya orang itu.

Pang To-tik terkejut. Ia tak mengira kalau orang itu murid dari Thian-sat-cu. Tetapi karena sudah terlanjur memperkenalkan diri. maka iapun tak mau menyangkal.

"Benar," sahutku "memang Thian-sat-cu kami curigai sebagai orang yang mencuri jenazah Kim thian-tong tayhiap".

"Mencuri mayat?" orang itu terkejut lalu tertawa keras, "buat apa suhu mencuri mayat?”

"Entah," sahut Pang To-tik. "justeru hal itu yang hendak kutanyakan kepada suhumu."

"Aha daripada engkau membuang waktu dan tenaga menyelidiki suhu, lebih baik engkau pulang saja ke markasmu"

"Aku sudah terlanjur tiba dlsini. mengapa harus pulang ?" sahut Pang To-tik.

"Karena Hoa-san pay sudah berantakan l' Pang To-tik terkejut. Tetapi sesaat kemudian ia tertawa : "Sahabat, janganlah engkau anggap aku seorang anak kecil yang dapat engkau kibuli Hoa-san pay adalah sarang harimau dan naga, siapa yang berani cari mati ke sana ?" Orang itu tertawa : "Engkau percaya atau tidak, itu terserah. Tetapi kenyataannya memang begitu".

"Mana Thian-satcu ?" tegur Pang To tik.

Karena nama suhunya dipanggil begitu marahlah orang itu: "Hm, besar nian mulutmu berani menyebut nama suhuku tanpa suatu kehormatan"

'"Suhumu membanggakan diri dengan nama Thian sat cu. Mengapa aku harus memanggil dengan nama lain ?" sahut Pang lo-tik mulai marah

"Mengapa engkau mencari suhu ?"

"Akan kutanya, apa sebabnya ia mencuri jenazah Kim tayhiap ?"

"Mencuri mayat Kim tayhiap? Enkau gila” teriak orang itu, "bukan dicuri tetapi memang Kim tayhiap sendiri yang menggunakan ilmu semedi tingkat tinggi menghentikan pernapasan untuk pura2 mati ..."

"Ngaco !" bentak Pang To-tik.

Tetapi orang itu tak mengacuhkan, katanya pula : "Saat ini Kim tayhiap telah menetap di gunung Thaysan ini sebagai ketua dari sebuah partai baru Thian-su kau ..."

"Ngaco !" bentak Pang To-tik, "bukankah yang menguasai Thay san ini suhumu Thian-sat-cu”

"Ya " kata orang itu, "itu dulu tetapi sekarang sudah diambil alih oleh Kim tayhiap. Suhuku Thian-sat cu diangkat menjadi salah seorang Su cia (wakil)."

Pang To-tik memandang orang itu lekat2, serunya : "Siapakah engkau !" "Aku habis menjalankan perintah Kim tayhiap mengirim undangan ke berbagai partai persilatan dan tokoh2 persilatan untuk menghadiri peresmian dari berdirinya partai baru Thian- su-kau Antara lain akupun datang ke Hoa-san. Tetapi "

"Bagaimana ?" seru Pang To-tik. "Hoa-san-pay hancur berantakan !"

Gemetarlah tubuh Pang To tik mendengar keterangan itu.

Namun ia tetap tak percaya.

"Bohong !" bentak Pang To-tik seraya menghantam. Tetapi orang itu dengan sebuah yang indah dan luar biasa, telah

dapat menghindari.

Pang To tik penasaran. Ia hendak loncat menerjang lagi tetapi tiba2 orang itu mendahului menaburkan segenggam benda putih.

Pang To tik terkejut Jarak amat dekat taburan itu cepat sekali, tak mungkin ia dapat menghindar. Untunglah ia tak sampai kehilangan kesadaran. Cepat ia kebutkan lengan

bajunya,

Pyur, pyur . . benda2 putih hancur lebur tertampar kebutan lengan bajunya. Sebagai gantinya benda pulih itu segera menghamburkan asap bergulung-gulung tebal membungkus Pang To-tik

Pang To-tik makin terkejut. Cepat ia hentikan pernapasannya karena kuatir asap itu mengandung obat bius. "Pang To tik, karena engkau salah seorang dari kaum persilatan yang hendak dijadikan pengawal dari Kim tayhiap. maka kali ini kuberi kelonggaran. Pulanglah ke Hoa-san dan buktikan sendiri kata-kataku tadi . . "

Walaupun mendengar orang bicara tetapi saat itu Pan-To tik tengah sibuk menghalau asap dengan kebutan lengan baju. Dan ketika asap menipis, orang itupun Lenyap.

"Akupun pulang ke Hoa-san. Dan apa yang kudapati di Hoa san, memang seperti yang dikatakan orang itu. Bahkan lebih hebat lagi. Kam bu sute. ketua Hoa san-pay.telah dibunuh orang beberapa tiang-lopun binasa dan anak murid Hoa san- pay bubar tak keruan. Keadaan markas Hoasan-pay morat marit," kata Pang To-tik mengahiri laporannya,

"Hah ... Benarkah hal itu ?" teriak para ketua partai persilatan serempak. Mereka seolah-olah mendengar halilintar berbunyi di siang hari Hoa-san-pay merupakan salah sebuah partai persilatan yang mempunyai sejarah lama dan termasuk menjadi salah sebuah sumber llmusilat yang sakti. Bagaimana mungkin partai itu mendadak sontak dilain waktu yang singkat saja sudah hancur berantakan ?

'Tak mungkin " teriak Hong Hong tojin dari partai Go-bi-pay. "Mustahil !' seru Ang Bin tojin.

"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "Pang sicu benarkah hal itu terjadi pada Hoa sanpay?

"Benar, taysu," sahut Pang To-tik, 'kalau tak terjadi sungguh2 masakan aku harus memberikan keterangan begitu

?'

"Jadi Kam pangcu benar telah dibunuh orang ?'' Sugong ln ketua Kong-tong-pay menegas Pang To-tik mengiakan. "Siapa pembunuhnya ?"

"Justeru hal itulah yang masih akan kuselidiki. Karena serupa dengan hilangnya jenazah Kim tayhiap, pun pembunuhan atas diri Kam sute ini sangat aneh dan misterius sekali ..."

"Apakah sama sekali Pang tayhiap tak berhasil memperoleh keterangan ?" tanya Hong Hong tojin yang rupanya paling ngotot. Memang ia ber-sahabat baik dengan Kam Sian-hong ketua Hoa-san -pay yang terbunuh itu,

"Dari seorang murid yang menderita luka parah, aku mendapat keterangan. Bahwa yang membunuh Kam sute itu seorang pemuda tolol. Dan yang mengobrak-abrik markas Hoa-san-pay itu utusan dari Seng-lian-kau." kata Pang To-tik.

"Pemuda tolol ? Ah, aneh sekali," gumam Hong Hong tojin. "masakan seorang yang berilmu sakti seperti Kam pangcu dapat dibunuh seorang pemuda tak terkenal apalagi tolol. Lalu apakah para tianglo dan anakmurid Hoa-san-pay tak mampu menangkap pemuda tolol itu ?"

"Memang pemuda itu telah ditangkap dan akan dibunuh tetapi ternyata dia masih mampu melarikan diri dengan membawa seorang murid perempuan dari markas Hoa-san- pay.”

Sekalian ketua partai persilatan mendesuh penuh keheranan.

"Adakah Pang tayhiap belum mengejar jejak pembunuh itu" tanya Hong Hong tojin pula.

"Ah. bagaimana aku sempat untuk melakukan hal itu “ kata Pang To-tik, "saat itu keadaan markas Hoa-san-pay. benar2 mengenaskan banyak anakrnuridnya yang terluka dan mati. Ada pula yang melarikan diri. Aku bingung. Memburu jejak pembunuh itu atau mengejar utusan Seng lian-kau dulu. Akhirnya aku teringat akan perjanjian untuk berkumpul disini. Maka akupun segera menuju ke gunung ini untuk memberi laporan meminta pertimbangan dari para totiang sekalian”

Hui Gong taysu menghela napas: "Sejak kim tayhiap meninggal, dunia persilatan jelas akan mengalami pergolakan yang hebat lagi. Di utara terdapat seorang Kim Thian-cong dan di selatan muncul seorang yang mengaku sebagai Kim Thian-cong. Pada hal jelas Kim tayhiap itu sudah meninggal. Tetapi ternyata jenazahnya telah dicuri orang. Rasanya saat ini kita berada dalam lautan kabut tebal yang tak tahu arah. Belum tindakan kita untuk mencari jejak pencuri jenazah Thian cong selesai. Belum lagi usaha kita untuk mencari putera Kim tayhiap yang mengembara itu berhasil kini tiba2 muncul pula sebuah hal yang luar biasa anehnya. Dua orang Kim Thian cong serempak muncul dan hendak menguasai persilatan ..."

Para ketua partai persilatan itupun ikut tegang dan gelisah. "Pang tayhiap." tiba2 rahib Ceng Sian suthay yang sejak

tadi berdiam diri. kini membuka suara, "apakah engkau tahu

sendiri Kam pangcu telah mati?"

Pang To tik terkesiap, serunya : "Bagaimanakah maksud suthay ?"

"Adakah Pang tayhiap melihat sendiri jenazah Kam Sian hong pangcu itu ?" kata Ceng Sian suthay.

"Saat itu aku sedang berada digunung ini bersama totiang sekalian untuk mengurus jenazah Kim tayhiap. Waktu aku pulang ke Hoasan, ternyata jenazah Kam sute  sudah ditanam."  "Siapa yang memerintahkan penanaman itu?" "Keempat tianglo Hoa-san-pay !"

"Tetapi urusan itu amat penting sekali, mengapa mereka

tak menunggu sampai Pang tayhiap pulang ? Adakah mereka segera memberi kabar kepada Pang tayhiap ?"

Pang To-tik terdiam. Sesaat kemudian ia menjawab : "Sebenarnya ini suatu rahasia dari perguruanku. Tetapi karena kuanggap totiang sekalian adalah kawan sendiri maka akupun akan menerangkan dengan terus terang. Terbunuhnya Kam sute itu merupakan pukulan yang berat bagi nama partai Hoa- san pay. Oleh karena itu sedapat mungkin keempat tiang-lo hendak merahasiakan hal itu. Setelah pembunuhnya dapat ditangkap dan diketahui latar belakangnya, barulah Hoasan pay akan mengumumkan tentang kematian itu”

"Dimana jenazah Kam pangcu ditanam?” tanya Ceng Sian suthay pula. Pertanyaan itu membuat sekalian ketua partai persilatan terkesiap. Mereka heran mengapa rahib ketua partai Kun-lun pay tiba2 saja bertanya sedemikian melilit.

Pang To-tikpun tertegun. Sejenak kemudian ia berkata : "Ditanam dalam makam para ciaiw bun-jin Hoa-san-pay."

"Hm," Ceng Sian suthay hanya mendengus

"Adakah suthay hendak menanyakan lain lagi ?" tanya Pang To-tik.

"Untuk sementara ini tidak."

Kemudian Hui Gong berkata : "Dengan demikian kesimpulan daripada laporan untuk mengejar jejak pencuri jenazah Kini tayhiap telah selesai dengan hasil nihil ..." "Sekarang Ioni minta kepada Hoa pangcu Ceng Sian suthay dan Sugong In toheng untuk memberikan laporan," kata paderi dari Sian lim si pula.

"Dalam perjalanan, aku telah mendapat laporan dari seorang ketua daerah partai kaypang bahwa didalam markas Kay-pang telah didatangi seorang tetamu yang mengaku sebagai utusan sebuah partai baru Seng-lian-kau. Bermula kuanggap laporan itu biasa saja, tetapi ketika tho-cu (ketua daerah) mengatakan bahwa partai baru itu didirikan oleh Kim Thian-cong akupun terkejut. Buru2 aku pulang ..."

"Keadaan di markas Kay-pang cukup mengerikan. Pengemis tua Hoa Sin ini walaupun menjabat sebagai ketua, tetapi tak mau terikat dengan urusan partai. Boleh dikata dalam setahun penuh, pengemis tua ini selalu pergi. Karena itu pekerjaan dalam partai pengemis, dilakukan oleh Su-koay-sin-git, empat pengemis aneh. Mereka ialah Hoan thong-sin kay atau Pengemis Kantong-nasi Su Sin, Ciu-kui-sin-kau atau Pengemis Pemabuk Ko Hin, Hong-tiansin-kay atau Pengemis Gila Ma Cun dan Sui-kak-sin kau atau Pengemis-doyan-tidur La Bo-gun . . .

"Ngo-koay-sin-git !" seru Ceng Sian suthay.

"Benar suthay," sahut Hoa Sin, "memang sekarang hanya Ngo-koay-sin-git atau Lima Pengemis aneh. Setelah toa- suheng Han-jiat-sin-kay atau Pengemis Panas-dingin Suma Kian hilang tak ketahuan jejaknya, Kay-pang mengadakan rapat dan mengangkut aku si pengemis Jari-enam ini rnenja- , di ketua. Ah sebenarnya aku tak suka. Aku lebih suka bebas mengembara. Baru setelah keempat Sin-kan  itu  menyanggupi untuk melakukan pekeijaan partai dan aku boleh mengembara sekehendak hatiku, akupun baru mau menerima jabatan itu " "O.nitohud," seru Hui Gong taysti, "Han sin kay Suma Kian pangcu seorang tokoh yang sakti dan berbudi. Mengapa dia tak ketahuan beritanya ?.”

Pengemis-sakti Hoa Sin melanjutkan pula laporannya : "Ternyata memang orang yang menamakan dirinya sebagai utusan patai Seng lian kau benar telah datang ke markas kami. Dia hendak menerimakan undangan supaya partai Pengemis menghadiri peresmian partai baru itu. Tetapi karena kata-katanva amat jumawa dan sombong Pengemis gila Ma Cuo sute marah dan menggebuknya. Mereka bertempur. Tetapi orang itu teramat lihay sekali. Ma sute dapat dipukul rubuh demikian  pula  dengan Pengemis doyan tidur La Bo  gun sute. Dia juga kalah dan terluka. Pengemis Kantong-nasi Su Sin dan Pengemis Setan arak Ko Hin sute, maju serempak. Orang itu dikepung oleh anakbuah markas Kaypang. Tetapi menggunakan obat peledak yang menebarkan asap beracun, orang itu berhasil meloloskan diri”

Berhenti sejenak Pengemis-sakti Hoa Sin melanjutkan lagi : "Peristiwa itu kupandang sombong. Undangan itu menyatakan apabila tak datang Partai Pengemiis akan dihancurkan oleh Seng lian-kau”

"Segera aku hendak menyelidiki ke Hoasan” kata Pengemis- sakti Hoa Sin, "ditengah pedunungan kulihat seorang kakek tengah menyerang seorang anakmuda gundul dengan ketolol- tololan itu tak mengerti ilmus'lat dan hanya berusaha menghindar sebisanya. Kulemparkan sekerat kayu untuk menghentikan. Tetapi orangtua itu menghindar dan celakanya anak gundul yang hendak kutolong itulah yang terkena dan terlempar kedalam lembah yang curam. "

"Mati?' tanya Pang To-tik-"Entah karena aku tak sempat menenngoknya. Kakek itu ternyata salah seorang dari tianglo Hoasan-pay yang bernama Naga besi Pui Kian marah sekali kepadaku dan terus menyerang dengan kalap. Tetapi aku tak mau melayaninya setelah mendapat kesempatan terus meloloskan diri”

"Hm, anak gundul itu tentulah pembunuh dari Kam sute, "kata Pang To-tik.

"Benar, memang Naga-besi Pui Kian mengatakan begitu," sahut Hoa Sin.

Tiba2 wajah Pang To-tik berobah merah serunya : "Kalau sudah tahu anak itu musuh Hoasan-pay, mengapa Hoa pangcu masih tetap hendak campur tangan ? Adakah Hoa pangcu menganggap orang Hoa-san-pay itu boleh dipandang sebelah mata ?"

Sekalian ketua partai persilatan terkejut mendengar kata2 Pang To-tik yang amat taiam itu. Demikian pula Pengemis sakti Hoa Sin. Bahkan Ia merasa tatapan mata Pang To-tik kepadanya itu mengandung kemarahan.

"Pang tayhiap." kata Hoa Sin, "dari kejauhan kulihat seorang lelaki tua tengah menyerang seorang anakmuda dengan keras sekali. Jelas anak itu tentu akan terlempar jatuh kedalam jurang. Untuk lari menghampiri tentu membutuhkan waktu. Mungkin akan terlambat dan anak itu pasti sudah terlempar kebawah jurang. Akupun tak tahu kalau  orangtua itu ternyata salah seorang tiang-lo Hoa-san-pay. Maka untuk menolong seorang anak muda yang terancam bahaya maut dari jauh ku lontarkan sekerat kayu kepada orangtua itu. Maksudku supaya dia hentikan serangannya. Sama sekali aku tak bermaksud hendak membela anak dan memusuhi Hoa san-pay." "Tetapi bukankah Pui Kian tianglo sudah memberi penjelasan dan engkau tetap melayani serangannya ?" tegur Pang To-tik.

"Oho," Pengemis sakti Hoa Sin tertawa “Maaf sudah kuminta, tetapi dia masih ngotot menyerang. Apakah Pang tayhiap suruh aku diam menerima pukulannya ?"

"Hoa pangcu" serentak Pang To-tik bangkit dan memandang pengemis tua itu dengan memberingas, "musuh Hoa-san-pay harus Hoa san-pay sendiri yang membereskan. Kalau pembunuh itu tak ketemu, aku pasti akan minta pertanggurij an jawab kepadamu !"

Pengemis sakti Hoa Sin tertawa nyaring "Yang tidak tahu, tidak berdosa. Pengemis tua tidak tahu sama sekali bahwa Kain pangcu terbunuh oleh seorang pemuda yang tak terkenal Aku hanya kasihan dan merasa tak adil apabila tiang lo dari Hoa-san pay menyerang seorang anak muda begitu rupa ..."

"Pang tayhiap," tiba2 Ceng Sian suthay berseru tajam, "ada suatu keganjilan dalam peristiwa pembunuhan Kam pangcu"

"Silahkan suthay menerangkan hal itu," sahut Pang To-tik. "Bila menilik keterangan Hoa pangcu tadi bahwa pemuda

itu tentu hancur digempur tiang-lo dari Hoa san-pay, kiranya

aneh sekali kalau Kam Sian-hong pangcu sampai dibunuh oleh pemuda itu. Apakah dalam hal itu Hoa-san-pay tak salah menuduh orang yang tak berdosa ?"

Ucapan ketua Kun-lun-pay itu membuka pandangan sekalian ketua partai persilatan.

"Memang lain perkiraan lain kenyataan." sahut Pang To-tik. "menilik dengan tianglo Hoa-Mu pay dia sudah tak dapat berkutik, tak mungkin dia dapat membunuh Kam sute. Tetapi memang kenyataannya pemuda itulah yang ditangkap oleh anak murid Hoa-san pay yang mendapatkan dia itu berada dalam guha dimana Kam sute terbunuh. Tiang-lo Hoa san pay adalah tokoh yang tahu membedakan mana yang jahat dan baik, yang bersalah dan yang tidak. Kalau tak ada bukti2 jelas, tak mungkin tiang lo Hoa san-pay akan menyerang seorang anakmuda yang tak ngerti silat "

"Soal pemuda itu berada dalam guha tempat terbunuhnya Kam pangcu, bukanlah suatu bukti bahwa prmuda itulah pembunuhnya," bantah Ceng San suthay, "apa yang terjadi dalam terakhir ini memang serba aneh. Misalnya, hilangnya jenazah Kim tayhiap. munculnya dua tokoh dari selatan dan utara yang sama mengaku bernama Kim Thian-cong dan terbunuhnya Kam pangcu. Banyak hal2 yang kita sangka. ternyata rneleset. Maka baiklah kita jangan cepat2 manjatuh kan dakwaan sebelum mendapat bukti yang meyakinkan ..."

"Bagaimana mungkin mendapat bukti kalau bukti itu sudah mati " Pang To-tik menananggapi

'Pang tayhiap," seru Pengemis-sakti Hoa-sin "pengemis tua takkan ingkar dari tanggung jawab. Akan kucari anakmuda itu. Apabila dia benar2 sudah binasa, pengemis tua akan mewajibkan untuk menyelidiki peristiwa pembunuhan itu sampai mendapat bukti yang terang. Kalau memang dia pembunuhnya, pengemis tua akan menyerahkan dan menerima apapun hukuman yang hendak dijatuhkan Hoa-san pay atas diri pengemis tua. Tapi kalau ternyata bukan dia yang membunuh, Pengemis tuapun akan mewakilinya meminta keadilan kepada Hoa san-pay"

Ucapan Pengemis-sakti itu bernada keras ia merasa telah kesalahan menghantam pemuda itu sampai terlempar kedalam jurang. Maka ia hendak menebus dosa. Ia masih tak percaya kalau pemuda itu dapat membunuh Kam Sian-hong.

"Omitohud," Hui Gong taysu berseru, "saat ini musuh bermunculan mengancam keselamata dunia persilatan dan partai persilatan. Bersatu teguh, bercerai runtuh. Meninggalnya Kam pangcu menjadi tanggung jawab kita semua untuk menyelidiki dan menangkap pembunuhnya. Mencari hilangnya jenazah Kim tayhiap juga menjadi tanggung jawab kita bersama. Demikianpun dalam menghadapi teka teki munculnya dua orang Kim Thian cong itu. Dunia persilatan terancam kabut hitam dan segera hujan darah pasti akan mencuiah Karena itu kita harus bersatu. Hapuskan perselisihan dan dendam peribadi. Satukan tenaga dan pikiran untuk menghadapi bahaya itu"

"Apa yang taysu utarakan itu. memang tepat sekali." sambut Ang Bin tojin. "dengan sasah payah selama berpuluh tahun Kim tayhiap telah berusaha untuk mempersatukan kita. Masakan jerih payah selama berpuluh tahun akan kita hapus dalam sehari saja ?"'

Pernyataan kedua ketua partai persilatan yang berpengaruh itu menimbulkan kesadaran pada diri kdua partai. Terutama Pang To-tik dan Pengemis sakti yang hampir saja bertengkar.

Kemudian Hui Gong taysu meminta kepada Ceng Sian suthay untuk memberi laporan.

Rahib ketua Kun lun pay itu segera memberi laporan Pengalaman yang dialami oleh Sian suthay ternyata tak kurang menarik.

"Peristiwa yang kujumpai memang menarik juga." kata suthay itu. "tetapipun akan menambah ruwetnya suasana yang kita hadapi ..." ---o0dw0o---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar