Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 50

Tempat itu merupakan sebuah tebing datar, luasnya sepuluh kaki lebih dan di seputarnya tidak nampak tumbuh pepo?honan.

Meki ada pula semak belukar disekitarnya tapi  Thian Pak liat telah menurunkan perintah untuk membabat rata semak belukar itu.

Sementara itu Cu Siau-hong telah menyerahkan tabung jarum Cu bu ciam nya ke tangan Ong Peng dan Tan Heng bahkan memberitahukan juga kepada mereka cara penggunaannya.

Dua tabung jarum yang lain, satu terjatuh ke tangan Thian Pak liat, sedangkan yang lain karena alat pegasnya sudah rusak sehingga tak dapat dipergunakan lagi. Malam sudah kelam, tengah malam pun menjelang tiba.

Di tengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, mendadak kedengaran suara lolongan serigala yang amat memekikkan telinga.

Setiap orang yang hadir disana dapat mendengar suara mana dengan amat jelas. Mereka yang baru saja terlelap tidur dengan cepat melompat bangun dan duduk.

Dua belas orang penjaga malam disekitar situ pun merasakan semangatnya berkobar, mereka segera mempersiapkan diri untuk menghadapi segala  kemungkinan yang tak diinginkan.

Oh Hong cun telah duduk pula, katanya dengan suara dalam: “Aaaah, tampaknya suara lolongan serigala !"

"Betul, suara lolongan serigala, tapi ditengah keheningan malam yang mencekam, mengapa bisa berkumandang dua kali suara lolongan serigala?"

"Ditengah hutan liar seperti ini, tak bisa dihindari banyak binatang liar yang berkeliaran, bila serigala bertemu dengan binatang buas, otomatis mereka akan memperdengarkan suatu lolongan keras"

"Macan kumbang ?" bisik Cu Siau-hong.

"Macan kumbang?" Oh Hong cun tertegun,  mengapa lote mengatakan demikian? Mungkin saja suara itu adalah suara serigala yang bertemu dengan harimau atau se ekor singa?"

Cu Siau-hong menghela napas panjang.

Mendengar perkataan itu, Oh Hong cun segera tertawa.

`Kalau begitu anggap saja sebagai macan kumbang hitam! Tapi kita kan mempunyai banyak orang, masa dia berani mencari gara-gara dengan diri kita semua?" "Seandainya macan kumbang itu adalah penyaruan dari manusia?' bisik Cu Siau-hong tiba-tiba. Oh Hong cun kembali tertegun.

Masa manusia pun dapat menyamar sebagai macan kumbang? Tapi karena apa demikian.

"Karena apa? Tentu saja untuk membunuh manusia, juga untuk melancarkan sergapan secara tiba-tiba"

"Cu lote ..."

"Dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan mereka membunuh orang, bahkan gerak gerik mereka jauh lebih lincah, lebih ganas daripada macan kumbang hitam yang sebenarnya"

"Mendadak Oh Hong cun melompat bangun, kemudian serunya:

"Masa dalam dunia persilatan terdapat kejadian seperti itu? mengapa Lohu belum pernah mendengarnya?"

"Oh tua, mereka amat misterius seperti juga manusia yang melepaskan serangan dengan jarum beracun cu bu ciam tersebut"

"Oooh..."

"Oleh sebab itu, lebih baik Oh tua berusaha untuk memberitahukan hal ini kepada masing-masing komandan regu agar lebih berwaspada lagi"

Oh Hong cun termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata. "Aku merasa sulit untuk berbicara, andai kata sampai salah.."

"Tak bakal salah, kau tak perlu kuatir' Sekali lagi Oh Hong cun termenung sampai lama sekali, kemudiaan ia baru berkata: "Baik! Aku akan memberitahukan hal ini kepada mereka"

Selesai berkata dia lantas beranjak pergi dari situ.

Tak selang beberapa saat kemudian, Oh Hong cun telah berjalan kembali, katanya sambil tertawa: "Mereka benar benar mempercayai perkataan itu"

"Apa yang mereka katakan!"

“Sewaktu aku memberitahukan kepada mereka bahwa hati-hati dengan serangan macan kumbang hitam yang besar kemungkinan disaru oleh manusia, dengan cepat mereka menurunkan perintah untuk mempersiapkan diri secara lebih ketat!.

Setelah berhenti sejenak, bisiknya lagi dengan suara lirih:

“Mereka berjaga-jaga disebelah timur, barat, utara dan selatan, sehingga pasukanmu berada ditengah, kau tentu boleh beristirahat dahulu..."

Mendengar itu, sambil tertawa Cu Siau-hong segera menukas:

"Oh tua, tahukah kau, macan kumbang hitam yang pintar selalu akan menyerang ke bagian tengah lebih dulu!"

Oh Hong cun menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan ini, serunya tertahan: 'Aaaaah, masa ada kejadian seperti ini?"

"Oh tua, apalagi mereka adalah manusia, mereka adalah macan-macan kumbang hitam yang jauh lebih menakutkan daripada macan kumbang hitam yang sebenarnya"

Tiba-tiba Oh Hong cun tertawa:

'Cu lote, tampaknya kita benar-benar terhitung cukup mujur". "Maksudmu?'

"Manusia-manusia seperti Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou po dan Tham Ki wan adalah manusia manusia lihay yang sangat jarang bisa ditemui dalam dunia persilatan, sungguh tak disangka mereka bisa mencampurkan diri ke dalam kelompok manusia seperti ini, yang lebih hebat lagi mereka bersedia untuk menampilkan diri dan memimpin kelompok-kelompok jagoan tersebut, di tambah pula kau, meski tidak punya nama, tapi dalam ilmu silat, kecerdasan serta keberanianmu sedikit pun tidak berada di bawah ke empat orang itu. Apa pula Pek bi taysu beserta kedua belas Lo han dari Siau lim si juga hadir disini, lohu rasa kekuatan yang sekarang kita miliki ini sesungguhnya sudah cukup untuk membentuk suatu kekuatan baru dalam dunia persilatan"

Mendengar itu, Cu Siau bong segera berpikir didalam hati:

"Tampaknya, perasaan mencari nama telah membuat timbulnya ambisi yang berkobar-kobar dalam hatinya untuk berjuang lebih ke atas"

Berpikir demikian, dia lantas berkata:

"Apa yang Oh tua katakan memang benar, akupun mempunyai perasaan demikian, namun kalau dilihat dari kesediaan semua orang untuk menuruti dibawah komando Oh tua, hal ini pun disebabkan nama serta kedudukan Oh tua dalam dunia persilatan"

Oh Hong cun termenung beberapa saat, lalu katanya: "Setelah  menyaksikan  kemampuan  yang  kalian  miliki,

hal  ini  membuat  lohu  mempunyai  suatu  perasaan  yang

amat besar, yakni enghiong tetap muncul dari kaum muda, terus terang saja, keberhasilan dari kalian beberapa orang muda sangat mengagumkan hati lohu, sedang mengenai Pek bi taysu, nama serta kedudukannya didalam dunia persilatanpun sepuluh kali lipat lebih hebat dariku, tapi dia kelewatjujur, lohu sendiri mengerti aku tak lebih hanya lebih tua dari kalian, bila aku dibilang memiliki kelebihan, maka kelebihanku itupun tak lebih hanya bisa mempersatukan pendapat dari kalian didalam hal ini memang kau memiliki kelebihan yang tak bisa dilampaui oleh siapapun."

Pada saat itulah, mendadak dari arah sebelah timur kedengaran seseorang membentak keras:

"Siapa?"

Menyusul kemudian, berkumandang jeritan kaget. "Aaaah, macan kumbang hitam."

"Ooh, betul-betul macan kumbang hitam” pekik Oh Hong cun dengan terperanjat.

"Ayo berangkat, cepat kita melihat keadaan disana."

Oh Hong cun segera bangkit berdiri dan menerjang keluar dari tempat tersebut.

Cu Siau-hong menyusul pula dibelakangnya.

Bu Seng siong dengan membawa toya besinya, juga berlarian menyusul ke depan.

Yang berjaga disebelah timur adalah pasukan kayu..

Pada waktu itu, seluruh anggotta pasukan telah terbangun, dan sembilan belas anggota pasukan hampir semuanya telah meloloskan senjata tajam masing-masing.

Hun hoa jiu Si Eng dengan membawa dua orang lelaki bersenjata golok, berjaga di bagian muka. Tiga ekor macan kumbang hitam berdiri kereng lebih satu kaki dihadapan Si Eng.

Macan-macan kumbang titam itu berdiri dengan keenam matanya mengawasi rombongan manusia itu tanpa berkedip.

Mungkin terpengaruh oleh ucapan Cu Siau-hong,  dengan keberanian yang meluap Oh Hong cun lari ke sisi tubuh Si Eng, kemudian serunya:

“Si lote, macan-macan kumbang hitam itu penyaruan dari manusia"

"Apa kubilang, tak heran kalau mereka begitu tenang dan mampu mengendalikan diri sedemikian tenangnya sehingga tidak mirip seekor macan kumbang hitam sungguhan.

“Mereka memang bukan macan kumbang hitam asli, mereka manusia, manusia yang mengenakan kulit macan" sambung Cu Siau-hong.

Sambil tertawa dingin Si Eng segera berseru:

“Perduli dia manusia baik atau manusia jelek, manusia tetap memakai kulit manusia, sungguh tak disangka enak enak menjadi manusia tak mau, mereka malah menyaru sebagai binatang."

Umpatannya itu amat tajam dan tak sedap didengar, tapi ke tiga ekor macan kumbang hitam itu masih tetap mendekam di tanah tanpa berkutik barang sedikitpun jua.

Dalam pada itu, dua orang lelaki bergolok yang berdiri disamping Si Eng merasakan semangatnya berkobar setelah mendengar kalau mereka hanya manusia yang menyamar sebagai macan kumbang hitam.

Mendadak mereka melompat ke depan dan menubruk ke arah macan kumbang hitam tersebut. Belum lagi orangnya sampai, golok mereka sudah diayunkan ke depan secepat kilat untuk melancarkan bacokan.

Terlihat dua ekor macan kumbang hitam yang berada di kiri kanan itu mengangkat cakar kanannya dan menangkis.

"Traaaang.. !" ke dua bilah golok tersebut sudah tertangkis hingga mencelat ke samping, sementara cakar sebelah kiri segera menerobos masuk ke dalam.

Dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang memecahkan keheningan.

Tahu-tahu dada ke dua orang lelaki bersenjata golok itu sudah kena tersambar oleh cakar maut lawan hingga jantungnya kena dibetot keluar hidup-hidup.

-oo>d’w<oo-

TAMPAKNYA kemampuan macan kumbang hitam itu untuk menangkis serangan golok lawannya sama sekali diluar dugaan siapa pun, tapi yang paling penting lagi adalah gerakan tubuh dari macan kumbang hitam itu terlampau cepat sehingga akibatnya munculah kekuatan yang dahsyat!'

Si Eng membentak gusar, dia segera meloloskan pedang lemas yang melilit diatas pinggangnya.

Dia termashur sebagai Hunn hoa jiu (tangan sakti pemisah bunga), tentu saja kepandaiannya luar biasa dan melebihi siapa pun jua.

Tapi menghadapi kelihayan musuh itu, dia tak berani bertindak gegabah, maka untuk menghadapi cakar tajam dari macan kumbang hitam tersebut, terpaksa dia harus meloloskan senjatanya. Mendadak Cu Siau-hong berseru:

'Saudara Si, untuk membunuh ayam tak perlu menggunakan golok sapi, serahkan saja ke tiga ekor macan kumbang hitam itu kepadaku'.

Sembari berseru dia menerkam ke muka, belum habis ucapannya diutarakan, seekor macan kumbang hitam itu sudah terbunuh dan roboh binasa di tanah.

Macan kumbang hitam yaug berada disebelah kiri dan kanan itu mendadak melompat ke depan, kemudian melancarkan tubrukan dari dua arah yang berbeda.

Benar-benar suatu sergapan yang dahsyat dan mengerikan..

Tampak macan kumbang hitam itu tiada hentinya menggerakkan cakarnya mencakar kian kemari ditengah udara, sedang dari kaki kaki mereka pun memperlihatkan pula cakar yang amat tajam dan panjang.

Si Eng dapat melihat dengan sangat jelas sudah pasti mereka bukan macan kumbang hitam, sebab cakar macan kumbang hitam tidak akan sedemikian panjangnya.

Begitu panjang cakar itu lebih panjang setengah depa dari senjata pendek.

Berbicara menurut kepandaian silat, tubrukan dari dua ekor macan kumbang hitam yang muncul dari kiri kanan tengah udara tersebut, kekuatannya hampir menyelimuli daerah seluas satu kaki lebih.

Si Eng benar-benar merasa amat terperanjat! andaikata dia yang disergap oleh cakar-cakar macan kumbang hitam tersebut, sudah pasti sulit baginya untuk meloloskan diri dari ancaman mana. Atau paling banter dia hanya bisa melakukan suatu pertarungan adu jiwa ....

Berdasarkan pengalamannya yang bertahun-tahun, Oh Hong cun juga merasa tidak sanggup untuk menahan serangan dahsyat itu.

Tapi Cu Siau-hong bukan saja berhasil menghindarkan diri dari sergapan sepasang cakar ke dua ekor macan kumbang itu, bahkan sekaligus berhasil membunuh mereka.

Bersamaan waktunya ketika dia meloloskan diri dari cakar macan kumbang hitam itu, pedangnya segera diayunkan ke depan membabat pinggang sepasang macan kumbang hitam tersebut.

Dia seakan-akan sama sekali tidak cedera oleh serangan tersebut, bahkan mundur sejauh satu kaki dari arena, malah berdiri kembali diposisinya semula.

Kedua ekor macan kumbang hitam yang berada ditengah udara itu menyemburkan darah segarnya ke empat penjuru, kemudian baru roboh terjengkang ke tanah.

Si Eng yang menyaksikan serangan maut itu benar-benar merasa kagum sekali.

Namun dia tidak memuji, hanya memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong sambil tertawa dan manggut-manggut.

Sedangkan Oh Hong cun segera mengacungkan jempolnya sambil memuji:

"Benar-benar suatu ilmu pedang yang bagus, benar-benar suatu ilmu pedang yang hebat, hari ini lohu baru merasa mataku benar-benar terbuka."

Pelan-pelan Si Eng mendekat ke tiga ekor macan kumbang hitam itu, dengan cepat ia membuktikan kalau mereka adalah penyaruan dari tiga orang manusia. Seorang lelaki bersenjata kapak segera berlari mendekat sembari berkata:

“Ke tiga lembar kulit macan kumbang hitam ini betul betul indah, sayang sekali sudah terpapas putus persis sebatas pinggangnya"

Sambil berkata dia lantas mencengkeram kepala macan kumbang hitam tersebut.

Belum lagi kulit macan kumbang hitam itu kena dicengkeram, orangnya sudah menjerit kesakitan lalu roboh terjengkang ke atas tanah.

Ternyata dibalik mulut macan kumbang hitam itu terdapat alat rahasia yang mengendalikan sejumlah senjata rahasia, begitu mulut macan tersebut dibuka, segera muncul dua belas batang paku baja yang meluncur ke luar.

Tadi Cu Siau-hong melancarkan serangan dengan kecepatan yang luar biasa, hal ini tak lain untuk menghadapi ilmu pedang macan-macan kumbang hitam tersebut.

Seandainya dia bergerak agak lambat dan ke dua ekor macang kumbang hitam itu keburu memuntahkan senjata rahasia dari mulutnya, mungkin sulit buat Cu Siau-hong untuk meloloskan diri dengan selamat.

Tampaknya peralatan senjata rahasia dalam mulut macan-macan kumbang hitam itu merupakan pemasangan terbaru dari mereka sebab dalam mulut macan kumbang hitam yang berada di kota Siang yang tempo hari belum terdapat senjata rahasia macam begitu.

Dengan suara lantang Hun hoa jiu Si Eng segera berseru: “Kita sudah korban tiga orang manusia, mulai sekarang lebih baik kalau kalian jangan bergerak secara sembarangan."

“Dia adalah komandan pasukan kayu, setelah tiga orang anggotanya terluka dalam waktu singkat, tak heran kalau hatinya merasa sedih sekali'

"Saudara Si' kata Cu Siau-hong kemudian "selama dua hari ini, kita sudah kehilangan banyak orang, tapi kalau dibicarakan lagi masih termasuk suatu keberuntungan dibalik ketidak beruntungan, sebab kalau dibicarakan dari persiapan yang telah mereka atur selama ini, sesungguhnya korban yang bakal jatuh dipihak kita pasti jauh lebih banyak lagi daripada sekarang"

"Mungkin mereka tidak menyangka kalau diantara kita ternyata terdapat begitu banyak jago lihay" ucap Oh Hong cun.

"Benar, mereka sedikit merasa diluar dugaan, lebih-lebih tak menyangka kalau diantara kita terdapat dua orang ahli senjata rahasia yang lihay, tampaknya persiapan mereka kali ini adalah untuk merampas kembali tabung senjata jarum beracun itu, aaai terus terang saja andaikata kita bertindak sedikit kelewat gegabah saja, bisa jadi banyak korban yang akan berjatuhan dipihak kita.”

Oh Hong cun segera manggut-manggut sahutnya dengan wajah amat serius:

"Betul, kalau dipikirkan kembali dengan seksama, kita memang masih terhitung agak mujur"

"Tapi siapakah yang telah mengotaki penyerangan kali ini? Apakah tujuan mereka dan mengapa?" tanya Si Eng. "Siapakah yang mengotaki serangan kali ini, mungkin tiada orang yang bisa menjawab, sedang apa tujuan mereka, aku masih bisa menduga secara garis besar"

"Disebabkan perempuan yang berada dalam kereta kuda itu?"

"Kemungkinan besar memang demikian"

Si Eng termenung sejenak, lalu katanya lagi:

"Lo heng, sebenarnya berapa banyak yang kau ketahui tentang peristiwa ini?"

'Aku bukannya tahu, melainkan hanya menduga, kemungkinan besar orang yang berada dalam kereta itu merupakan sasaran yang terutama dari penghadangan mereka, tapi yang tidak beruntung, mereka telah menjumpai satu peristiwa"

"Maksudmu, kita sudah terlibat didalam persoalan ini sehingga tak mungkin lagi untuk menarik dari?" Cu Siau hong menghembuskan napas panjang.

"Saudara Si, apakab kau mempunyai perasaan demikian?" ia balik bertanya.

Si Eng mengawasi wajah Cu Siau-hong beberapa saat lamanya, kemudian berkata:

"Tampaknya lagi-lagi saudara Cu telah mengucapkan hal yang benar!'

"Kalau toh saudara sekalian mempunyai perasaan demikian, kecuali bersatu padu, rasanya tiada cara lain buat kita untuk bertindak" Ucap Oh Hong cun kemudian.

Dalam pada itu Thian Pak liat, Tham Ki wan, Ho Hou po dan Pek bi taysu telah berdatangan semua ke sana. Kemunculan macan kumbang hitam tadi rupanya sudah menimbulkan perasaan kuatir dari setiap orang. Cu Siau-hong pun merasa hal ini seharusnya diputuskan secara jelas agar semua orang bisa makin bersatu padu.

Setelah menghembuskan napas panjang, katanya: "Aku pikir, memang demikianlah seharusnya"

"Aaaai ...." Si Eng menghela napas panjang, "kalau ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata sekarang tampaknya persiapan lawan bukan hanya sampai disini saja, didepan situ sudah pasti terdapat hal-hal yang lebih ganas lagi."

"Yaa, paling banter mereka hanya akan melakukan penghadangan-penghadangan di tengah jalan saja.' kata Oh Hong cun, "bagaimana pun juga toh mustahil mereka mempersiapkan orang-orangnya dibukit Yang Jit gay?'

Berada dalam situasi dan keadaan seperti sekarang ini, mengandalkan kepada orang lain bukan suatu tindakan yang tepat" kata Cu Siau-hong, "sebaliknya kita harus menghimpun tenaga untuk bangkit dan bersatu padu untuk menghadapi organisasi rahasia tersebut, menurut pendapatku, entah Pena Wasiat atau Ban Ci cu, tak ada yang bisa memberi bantuan apa-apa terhadap kita"

Setelah berlangsungnya dua kali perlawanan, rasa benci mereka agaknya sudah meliputi semua orang yang bergabung dengan kita" kata Thian Pak liat.

'Lolap pun merasa pada saat ini tidak baik bagi kita untuk melakukan tindakan secara sendiri-sendiri" ucap Pek bi taysu.

"Ada rejeki dirasakan bersama, ada bencana ditanggulangi berbareng, dengan himpunan kekuatan kita semua, jiwa kita baru bisa diselamalkan, bila ada diantara kalian yang enggan bekerja sama, tak ada salahnya untuk mengambil keputusan sekarang juga" kata Cu Siau-hong. Kembali Si Eng memandang sekejap ke arah Cu Siau hong, tapi ia tidak menyatakan menolak. Agaknya dia dibikin kagum dan takluk oleh penampilan ilmu silat Cu Siau-hong yang amat lihay itu. Tapi dia pun menaruh curiga terhadap Cu Siau-hong..

"Aku setuju dengan pendapat saudara Cu tadi”, Thian Pak liat segera berseru lantang.

"Suruh para pengawal kereta itu datang kemari." seru Tham Ki wan cepat. "kita sudah mengorbankan banyak manusia demi kereta kuda itu, apabila mereka tak mau mengatakan hal yang sebenarnya, kita usir mereka pergi agar mereka menempuh perjalanan sendirian"

"Betul!"'dukung Ho Hou poo, didepan sana dengan mara bahaya, sekalipun kita harus menjual nyawa juga harus menjualnya secara jelas, hingga setelah mati nanti kita pun tak usah menjadi setan yang kebingungan"

Oh Hong cun mengerutkan dahinya rapat-rapat, dia segera menengok ke arah Cu Siau-hong dan Thian Pak liat.

Sambil tertawa hambar Thian Pak liat berkata: "Seandainya mereka tidak memperkenankan kau untuk

melihatnya?"

'Sudah kukatakan tadi, kalau tidak diperkenankan untuk kita lihat, seketika itu juga kita usir mereka agar pergi."

Thian Pak liat tertawa hambar.

"Saudara Ho, aku tidak tahu sudahkah kau hitung jumlah mereka?" dia bertanya.

"Aku sangat memperhatikan dengan pasti, mereka berjumlah dua belas orang, tidak termasuk orang-orang yang berada didalam kereta kuda tersebut" Cu Siau-hong bersama Ong Peng, Tan Heng dan dua bocah pedang membentuk kelompok sendiri, jadi mereka tidak termasuk dalam hitungan.

Thian Pak liat segera berkata lagi:

'Walapun mereka hanya berdua belas, tapi siaute hendak mengucapkan sepatah kata yang mungkin tak senang kalian dengar, sesungguhnya dari lima pasukan kita ini, Bok sui, hwee toh, pasukan yang mana pun bukan tandingan mereka.

"Aaaah masa begitu?" Ho Hou poo tidak percaya. “Bagaimana kalau lima pasukan digabungkan menjadi

satu" tanya Tham Ki wan.

"Yang dimaksudkan sebagai lima pasukan gabungan, kecuali pasukan tanah dari Cu lote, hanya kita beberapa gelintir manusia yang bisa dimanfaatkan, dalam hal ini, apakah saudara Tham sudah memikirkannya dengan seksama?"

“Bukankah masih ada Pek bi taysu dan dua belas orang Lohannya.?."

“Pertama, hal ini harus mendapat persetujuan dari Pek bi taysu lebih dulu, dia adalah seorang padri agung, aku rasa pandangannya akan sedikit berbeda dengan pandangan saudara Tham, lagipula dari lima pasukan yang ada belum tentu kita tentu kita semua bisa bersatu padu."

"Maksudnya saudara Thian tidak setuju?" tanya Ho Hou poo.

"Benar, siaute merasa cara seperti ini merupakan suatu cara untuk menjurus kearah saling gontok-gontokan sendiri, maka aku tidak setuju dengan cara seperti ini."

"Akupun tidak setuju," sambung Si Eng. “Perkataan saudara Thian memang benar," ucap Cu Siau-hong pula, “andaikata kita harus saling gontok gontokan sendiri, orang lain pasti akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, sebagai akibatnya mungkin siapapun tak akan memperoleh keuntungan apa apa."

“Kalau begitu, kau pun menolak?" seru Than Ki wan dingin.

"Benar aku menolak"

Mendadak Tham Ki wan bangkit berdiri kemudian ujarnya:

"Sekarang kita sudah dua kali bentrok dengan mereka, bagaimana pun juga kita tak bisa beradu terus untuk mereka"

Lalu sambil mengalihkan sorot matanya ke arah Pek bi taysu, katanya:

"Bagaimana pendapat taysu?"

"Lolap mereka serba salah!" jawab Pek bi taysu cepat.

Dia memang betul-betul merasa serba salah, dia merasa tidak seharusnya mempertaruhkan jiwa sendiri untuk melindungi orang-orang yang sama sekali tak dikenal, kalau bisa orang-orang itu memang disuruh menyingkir saja dari rombongan.

Tapi menolong kaum lemah, membantu yang mendapat kesulitan merupakan kewajiban dari setiap orang.

Sebagai seorang pendeta agung yang berjiwa pendekar, dia merasa tidak sepantasnya untuk mengusir orang yang sedang menghadapi kesulitan tersebut. Dengan sorot mata yang tajam Tam Ki wan telah mengalihkan pandangannya ke wajah Oh Hong cun, setelah memandangnya lekat-lekat, dia berkata:

"Kau adalah pemimpin kita semua, sepantasnya bila kau mengucapkan sepatah kata secara adil."

Oh Hong cun pun merasa serba salah, dia mengerti walaupun dia dianggap sebagai pemimpin dari golongan tersebut, kalau berbicara soal bekerja, maka siapa pun tak akan dibelainya, karena tiada seorang pun yang benar-benar tunduk atas perintahnya.

Maka setelah termenung lama sekali, pelan-pelan dia berkata:

"Kalau dikatakan kalian harus melindungi kereta tersebut, sesungguhnya sukar untuk ku utarakan, tapi dibicarakan menurut situasi yang sedang kita, hadapi sekarang "

"Cukup!" tukas Tham Ki wan cepat, "asal Oh tua berkata demikian, kita sudah cukup beralasan untuk menyuruhnya pergi"

"Saudara Tham, aku rasa beberapa patah katamu itu kelewatan sedikit ..." kata Cu Siau-hong tiba-tiba. "seandainya kau hendak mendengarkan perkataan dari Oh tua, seharusnya berilah kesempatan baginya untuk menyelesaikan dulu perkataannya, kalau kau enggan mendengar, itu pun merupakan urusan saudara Tham sendiri"

'Tutup mulut" bentak Tham Ki wan dengan gusar, “kau ini manusia macam apa..? Berani benar memberi nasehat kepada aku orang she Tham'

Cu Siau-hong tertawa hambar, katanya: “Saudara Tham, tak usah kau sakiti hati orang dengan ucapanmu, aku mempunyai suatu cara yang bagus sekali untuk mengatasi hal ini."

"Cu lote, cepat kau katakan" seru Oh Hong cun.

"Kita mengangkat kau Oh tua sebagai pemimpin, tapi belum juga bisa mengatasi pendapat semua orang, maka kupikir lebih baik rombongan ini dibubarkan saja, masing masing menempuh perjalanannya sendiri-sendiri, yang mau tetap bergabung silahkan bergabung, yang tak mau silahkan pergi, setiap orang boleh memilih sendiri kemauan masing masing."

Usul ini memang tak perlu diperdebatkan karena memang merupakan suatu hal yang paling baik. Oh Hong cun segera bertanya:

"Cu lote, bagaimana keputusanmu sendiri?"

"Aku akan tetap tinggal disini, menempuh perjalanan bersama-sama kereta tersebut."

"Aku juga tetap tinggal disini" sambung Thian Pak liat cepat.

"Hubungan siaute dengan saudara Thian selama ini baik, karena dia tetap tinggal, siaute pun tinggal" sambung Si Eng.

"Lohu juga tetap tinggal" seru Oh Hong cun pula.

Pek bi taysu tidak ketinggalan cepat dia menyambung: "Lolap pikir kalau toh kita sudah melindungi mereka,

paling baik kalau melindungi lagi selama beberapa hari"

Walaupun nada suaranya berbeda, tapi siapa pun dapat memahami maksud dari perkataan itu. "Oh tua" Tham Ki wan segera berkata: "ada satu hal kami harus berkata dulu, sejelasnya kami menginginkan kereta tersebut diusir pergi, bukan kalian yang tetap tinggal disini, kalau kalian ingin bersama kereta tersebut, sekarang juga pergilah bersama kereta itu"

Cu Siau-hong segera tertawa.

"Baik!" sahutnya, "tapi sekarang malam makin kelam, empat penjuru penuh ancaman sekalipun harus menempuh perjalanan sendiri, juga hatus menunggu sampai besok"

"Besok?"

"Benar, bagaimanapun saudara Tham tak akan menyuruh kami segera berangkat bukan ?"

Tham Ki wan segera berpaling ke arah Ho Hou poo.

Mereka sudah merasa bahwa mereka sekarang berada pada suasana yang menyendiri, besok bila Thian Pak liat melanjutkan perjalanannya, kemungkinan besar mereka akan membawa semua orang yang ada.

Bila sampai demikian, bukan saja mereka akan kehilangan muka, yang paling penting lagi adalah kekuatan mereka akan tercerai berai, tentu keadaannya akan bertambah berbahaya.

Walaupun kedua orang itu merasa kepandaian silat yang dimilikinya amat luar biasa, tapi setelah menyaksikan kesempurnaan dari perencanaan lawan serta kekuatan yang begitu besar dari musuhnya, bisa dibayangkan bila kekuatan mereka pecah, dengan kekuatan kedua orang itu sulit rasanya untuk menghadapi mereka.

Didesak oleh keadaan mereka berdua, mereka tak punya muka lagi untuk mengundurkan diri dari kenyataan. Setelah saling berpandangan sekejap untuk sementara waktu kedua itu hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.

Tapi dalam keheningan itulah lama-lama diliputi juga suasana yang tegang.

Sebab setiap orang yang hadir diarena telah mengetahui, perasaan Tham Ki wan dan Ho Hou poo berdua sedang mengalami suatu perubahan yang amat besar.

Itulah berarti suatu kerepotan bakal terjadi.

Betul juga, Tham Ki wan segera membuka suara dan berkata dengan suara dingin:

"Oh tua, kau adalah pemimpin yang terpilih, kalau bekerja haruslah mengutamakan keadilan."

"Ooooh.." Oh Hong cun hanya mengiakan.

“Bila kau tidak adil dalam megambil tindakan, mungkin akan banyak kesulitan yang akan kau hadapi dikemudian hari" sambung Ho Hou po cepat.

"Betul!" kata Tham Ki wan lagi, "Jika kita sudah saling bentrok, sudah pasti urusan akan semakin sulit untuk diselesaikan"

Cu Siau-hong yang menyaksikan peristiwa tersebut, diam-diam lantas berpikir:

"Kedua orang ini sangat merepotkan, kalau tidak ditekan secara kekerasan, bisa jadi mereka akan ribut terus menerus"

Berpikir demikian, diapun segera berkata:

"Oh tua, kau adalah pemimpin yang kita pilih, kewibawaanmu tak boleh sampai dihina atau dicela orang, aku bersedia mendukung mu dan melakukan tindakan apapun atas perintahmu"

Maksud dari perkataan itu sudah jelas sekali, entah bagaimanapun akibatnya, dia bersedia untuk menghadapi dengan kekerasan.

Tham Ki wan dan Ho Hou poo sebagai jago persilatan yang sudah lama terjun dalam dunia persilatan, tentu saja dapat menangkap arti dari perkataan tersebut.

Demikian juga halnya dengan Oh Hong Cun, dia segera memahami maksud dari pemuda itu, maka segera ujarnya:

“Tham lote, Ho lote, entah apa yang kau maksudkan sebagai kesulitan itu? Aku menjadi pemimpin karena dipilih oleh kalian, bila kalian tak mau menuruti perintahku, terpaksa lohu hanya akan meletakkan jabatan dan mengundurkan diri…..”

“Persatuan kita pun hanya bersifat sementara, apalagi sekarang sudah hampir bubar. Oh tua, sekalipun kau ingin menduduki terus jabatan tersebut, rasanya juga percuma”

Paras muka On Hong Cun segera berubah hebat sesudah mendengar perkataan itu. Pek Bi Taysu pun turut naik darah setelah mendengar perkataan itu, belum sempat dia bersuara, Cu Siau-hong sudah menampilkan diri lebih dahulu sambil berseru.

“Saudara Tham, kau benar-benar terlalu tak tahu diri, kalau yang dimaki adalah aku orang she Cu, masih mendingan, tapi kau berani mengumpat pemimpin yang kita pilih bersama, hal ini benar-benar merupakan suatu perbuatan yang keterlaluan.”

Tham Ki Wan tak sempat menyaksikan permainan pedang kilat dari Cu Siau-hong sewaktu menghadapi dua orang jago pedang macan kumbang hitam, coba kalau dia menyaksikan hal tersebut, mungkin dia tak berani bertindak secara gegabah.

“Bocah keparat, bacotmu benar-benar kelewat besar”

Dia memang ingin mencari sasaran untuk diajak berkelahi dan kebetulan sekali Cu Siau-hong adalah salah satu sasarannya yang terbaik.

Sambil tertawa dingin, Cu Siau-hong berseru:

“Apakah saudara Tham menganggap perkataan siaute itu tidak benar?”

“Tidak benar, ucapan kau si bocah ialah memang kelewatan sekali, aku harus memberi pelajaran yang sebaik baiknya kepadamu?”

Begitu selesai berkata, sebuah pukulan segera dilontarkan ke depan dengan cepat.

Karena kuatir Thian Pak Liat dan Si Eng sekalian turun tangan menggantikan pemuda itu, maka dia menyerang dengan secepatnya.

Asal kedua orang itu sudah saling bergebrak, maka orang lain tak akan berani menampilkan diri lagi.

Cu Siau-hong memang berhasrat untuk membuat malu, melihat datangnya ancaman tersebut, ia tidak menghindar atau berkelit, menanti serangan sudah tinggal tiga inci, dia baru mengegos secara tiba-tiba, tangan kirinya menjepit sikut kanan Tham Ki Wan lalu meminjam tenaga lawan, ia lontarkan tubuh lawan ke udara.

Tham Ki wan hanya merasakan tubuhnya terlempar dan melayang di tengah udara, kemudian tahu-tahu sudah terbanting sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.

Kalau dilihat sepintas lalu, mungkin gerakan itu hanya sesuatu  gerakan  yang  sederhana  tanpa  sesuatu keanehan, tapi cara tersebut justru amat cepat dan sakti, semacam perpaduan antara teknik tingkat tinggi dengan kekuatan tenaga dalam.

Thian Pak Liat, Pek bi taysu maupun Si Eng sekalian yang turut menyaksikan peristiwa tersebut, dengan cepat dapat merasakan bahwa kepandaian tersebut merupakan semacam kepandaian silat yang mendalam sekali.

Tham Ki wan yang terlempar sejauh satu kaki itu justru tidak melihat hal ini, dia menyangka apa yang telah terjadi hanya suatu kebetulan belaka.

Sambil melompat bangun, segera berteriaknya dengan gusar:

“Bocah keparat, tidak kusangka kalau kepandaianmu hebat juga”

Sembari membentak, ditangannya telah menggenggam dau batang peluru bersayap yang disambit kedepan.

Thian Pak liat yang menyaksikan hal tersebut segera mendengus dingin, kemudian memperingatkan:

“Saudara Tham, bertanding diantara teman hanya terbatas pada saling menowel, bila kau sampai mempergunakan senjata rahasia hal ini berarti suatu tindakan yang sama sekali tidak bersahabat”

“Dalam suatu pertarungan, kedua belah pihak harus sama-sama berusaha untuk memenangkan pertandingan dengan mengandalkan seluruh kepandaian yang dimilikinya, senjata rahasia toh merupakan salah satu kepandaian, mengapa aku tak boleh mempergunakannya?” jawab Tham Ki wan penasaran. “Saudara Tham, tahukah kau bila senjata rahasia sampai digunakan hal ini bisa memancing kedua belah pihak sama sama turun tangan tanpa ampun lagi”

Tham Ki wan mendengus,

“Hmmm, padahal aku memang tidak membutuhkan belas kasihan dari siapapun,” jengeknya.

Sementara itu, Cu Siau-hong yang meraba gagang pedangnya telah berkata lagi dengan suara dingin:

“Saudara Tham, kalau toh kau bertekad ingin mencoba, siaute akan melayani kehendakmu itu dengan pertaruhan jiwa.”

“Baik, berhati-hatilah kau.”

Tangannya segera diayuhkan kemuka, dua batang peluru bersayap segera menyambar kedepan secepat sambaran kilat.

Didalam kegelapan malam, kepandaian semacam ini merupakan suatu serangan yang amat sukar dihadapi, apalagi senjata rahasia yang dipergunakan pun kecil sekali, betul-betul merupakan suatu ancaman yang amat serius.

Tapi Cu Siau-hong tidak gentar, diapun tidak panik menghadapi ancaman tersebut ia mempunyai cara yang tepat untuk menguasai segala sesuatunya.

Tampak dia mencabut pedangnya lalu diayunkan kedepan, seketika itu juga sekeliling tubuhnya sudah terlindung dibalik segulung cahaya pedang yang amat menyilaukan mata.

Diantara kilatan cahaya pedang yang berputar-putar itulah peluru bersayap itu kena dihajar sampai terpental ke empat penjuru. Cahaya pedang kembali memancar ke depan, lalu diikuti segulung cahaya dingin langsung meluncur kearah Tham Ki wan.

Betapa terkejutnya Tham Ki wan menghadapi ancaman ini, tak sempat melepaskan senjata rahasia lagi dia melompat mundur ke belakang.

Tapi dalam kenyataannya, sekalipun ia dapat melepaskan senjata rahasianya, juga belum tentu bisa mencegah lawannya menerjang lebih kedepan, terpaksa dia harus mencabut keluar pedangnya untuk membendung ancaman tersebut.

Gerak serangan pedang dari Siau-hong benar-benar cepat sekali, baru saja Tham Ki wan mencabut pedangnya tahu tahu senjata Cu Siau-hong telah bersatu ke depan dan cahaya pedangnya telah mengancam diatas tengggorokan orang she Tham tersebut. Untuk beberapa saat lamanya Tham Ki wan hanya bisa berdiri tertegun, akhirnya pelan pelan dia mengendorkan genggaman pada pedangnya.

Seseorang apabila benar-benar sudah berada diujung kematian, sering kali niat untuk mencari hidup jauh lebih besar dari pada ambisi mencari nama, maka hal tersebut membuatnya pelan-pelan menjadi tenang kembali.

Cu Siau-hong telah memasukkan kembali pedangnya kedalam sarung, kemudian setelah mundur tiga langkah dai berkata :

“Saudara Tham, besok pagi-pagi sekali siaute akan membawa semua orang untuk meninggalkan tempat ini, kami pasti tak akan menyusahkan kalian lagi.”

“Tidak usah,” kata Tham Ki wan kemudian sambil menghela napas panjang-panjang.

“Maksud saudara Tham.” “Bila diantara kita benar-benar ada yang harus pergi, maka siautelah yang harus pergi dari sini,” sambung Tham Ki wan lebih jauh. ”Tampaknya selama mereka berada bersama loheng, kesempatan hidup untuk mereka pun akan lebih besar.”

“Saudara Tham,” Thian Pak liat ikut berkata, “Dari lima pasukan kim, bok, sui, hwee dan toh, tak boleh kehilangan sebuah unsurpun. Orang persilatan bilang, tidak saling mengenal, sobatpun seringkali terikat karena suatu pertarungan, mengapa saudara Tham tidak bersedia untuk berdiam saja disini.”

Tham Ki wan termenung sampai lama sekali, kemudian baru ujarnya:

“Siaute sungguh merasa menyesal, padahal aku sudah semestinya tahu kalau saudara Cu memiliki kepandaian silatnya yang sangat lihay tapi aku tetap nekad untuk mencari penyakit buat diri sendiri.”

“Ucapan saudara Tham kelewat tinggi,” tukas Cu Siau hong, “Akupun tahu kalau kau belum benar-benar mengeluarkan ilmu senjata rahasia peluru terbangmu yang sesungguhnya, andaikata kau tidak menaruh belas kasihan kepadaku, mungkin aku sudah terluka diujung senjata rahasiamu itu.”

Tham Ki wan segera tertawa getir. “Aaaai, saudara Cu….”

“Kalian berdua tidak usah sungkan lagi,” tukas Thian Pak liat cepat sambil mengulapkan tangannya, “Selama berkelana didalam dunia persilatan, tak dihindari kalau tiap orang pasti memiliki tiga bagian rasa tinggi hati, tapi kalau toh kita semua telah saling mengikat menjadi sahabat, aku rasa kalian pun tak usah saling merendah, saling sungkan lebih jauh.”

“Baiklah,” ujar Tham Ki wan kemudian, “Kalau toh saudara Cu tidak mempersoalkan kejadian ini lebih jauh, siaute pun bersedia untuk tetap tinggal disini.”

Ho Hou poo tidak banyak berbicara, tapi dapat dilihat dari mimik wajahnya kalau dia pun menolak untuk tetap tinggal disini dan bergabung dengan rombongannya.

Oh Hong cun berpaling dan memandang sekejap sekeliling tempat itu kemudian tertawa terbahak-bahak:

“Haaaahh…haaahh..haahhh..bagus..bagus sekali, asal kita dapat bersatu padu seperti ini barulah kita punya cukup kekuatan untuk menghadapi lawan.”

“Oh tua, kalau melihat situasi sekarang, tampaknya suasananya sudah tidak dapat diatasi lagi dengan suatu kelompok persatuan yang bersifat sementara saja,” kata Tham Ki wan tiba-tiba.

“Kau mempunyai usul apa?”

“Aku tahu diantara kalian masih terdapat banyak orang yang merasa amat tidak puas, siaute dapat merasakan hal itu. Oleh sebab itu tak ada salahnya jika kita harus menjelaskan dengan secara blak-blakan kepada mereka, agar yang ingin pergi bisa pergi dari sini, sebaliknya yang tetap tinggal disini harus menuruti semua peraturan yang ada dan mentaati perintah tanpa membantah, dengan demikian kekuatan yang sebetulnya baru bisa terhimpun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.”

Oh Hong cun manggut-manggut. “Betul, memang seharusnya demikian!” “Oh tua,” Si Eng menimbrung,”Untuk memberi komando secara tegas dan ketat, maka kita pun harus melakukan segala tindakan secara bersungguh-sungguh, oleh sebab itu kita pun harus menyusun beberapa macam peraturan, tapi isi peraturan harus sederhana, ringkas tapi jelas agar tidak bisa rebut lagi karena masalah tersebut, kemudian perlakukan peraturan mana secara tegas dan tidak ada pengampunan lagi bagi yang melanggar.”

Oh Hong cun tertawa hambar.

“Lote, aku rasa hal semacam itu kurang baik, toh persatuan diantara kita hanya bersifat sementara, selewatnya berapa hari kita pun akan bubar untuk jalan sendiri-sendiri, aku kuatir munculnya peraturan yang ketat bisa mengakibatkan pula munculnya suatu hukuman yang keras pula, aku bukannya kuatir mereka akan membangkang atau melawan, tetapi sebagai akibatnya dikemudian hari aku akan merasa sungkan dan kurang enak terhadap rekan-rekan persilatan lainnya.”

Si Eng segera tertawa.

“Oh tua, kita berbuat demikian demi kebaikan kita sendiri, apabila kau kurang leluasa untuk bertindak sendiri, cukup kau memberi perintah saja, biar kami yang melaksanakan hukuman tersebut.”

Oh Hong cun memperhatikan lelaki tersebut berapa saat, akhirnya terpaksa dia mengangguk.

“Kalau toh demikian, aku akan menyetujuinya!”

Hasil dari perundingan tersebut hanya berhasil menetapkan sebuah peraturan saja.

Peraturan tersebut adalah setiap anggota harus melaksanakan perintah tanpa membantah, siapapun dilarang melanggar perintah yang telah diturunkan. Padahal meski hanya satu peraturan mana sudah lebih dari cukup, asal seorang dapat melaksanakan perintah tanpa membantah, maka persoalan apapun akan beres dan peraturan apapun tak akan dilanggar lagi olehnya.

Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou poo, Tham Ki wan serta Cu Siau-hong bersamaan waktunya segera mengumumkan hal tersebut.

Dari sekian ratus orang yang menggabungkan diri, ternyata tidak seorangpun diantara mereka yang pergi meningggalkan tempat itu.

Keesokan harinya, setelah fajar menyingsing, berangkatlah rombongan tersebut melanjutkan perjalanan.

Kali ini, Tham Ki wan membawa rombongannya berjalan dibarisan terdepan.

Rupanya dia menaruh perasaan menyesal yang sangat mendalam terhadap Cu Siau-hong, maka dia berharap bisa menemukan suatu kesempatan untuk menampilan diri dan membuat jasa.

Itulah sebabnya dia sendiri yang memohon untuk berjalan dibarisan paling depan.

Tham Ki wan sendiripun menampilkan sikap berani dan tak gentarnya dengan berjalan beberapa kaki mendahului barisan, dia didampingi dua orang jagoan yang berilmu silat agak tinggi.

Setelah melakukan persiapan yang cermat dan seksama, perjalananpun bisa dilanjutkan dengan berhati-hati sekali.

Kembali mereka melalui dua buah bukit, lebih kurang dua puluh li kemudian haripun mendekati siang hari.

Dua buah bukit yang menjulang di depan mereka amat tinggi dan besar sekali. Sekalipun mereka semua memiliki kepandaian silat yang amat hebat, tak urung toh menunjukkan pula rasa letih yang tebal.

Yang paling penting lagi adalah mereka semua merasa agak haus.

Kebetulan dibawah bukit itu mengalir sebuah selokan dengan air yang amat jernih.

Air itu bersumber dari atas gunung yang mengalir kebawah berupa sebuah selokan air yang jernih, nampak dasar selokan, tampak juga beberapa ekor ikan sedang berenang kian kemari.

Jalan gunung yang lebar pun sampai disitu berubah menjadi sebuah jalan kecil yang sempit.

Atau dengan perkataan lain, siapa saja yang  menunggang kuda atau pun kereta, harus turun disitu dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Rombongan para jago berhenti di tepi selokan tersebut.

Seng Tiong-gak segera mencoba untuk memperhatikan situasi bukit disekeliling sana tapi dengan cepat keningnya berkerut.

Kereta kuda itu sudah tak mampu meneruskan perjalanan lagi, atau dengan perkataan lain, kereta yang sudah dibuat secara seksama dan istimewa itu sudah tak dapat dipergunakan lagi.

Dalam pada itu, para jago telah mengeluarkan rangsum kering dan tempat air bersiap-siap untuk mengambil air dalam selokan guna mengatasi rasa haus yang makin menjadi.

Mendadak Cu Siau-hong berjalan menuju ketepi selokan, bisiknya kepada Tham Ki wan. “Saudara Tham, jangan ijinkan mereka unttuk minum air didalam selokan tersebut.”

Tham Ki wan adalah seorang jago persilatan yang sudah berpengalaman luas, dia segera mengangguk dan berteriak lantang:

“Saudara sekalian, harap kalian jangan minum air dalam selokan itu lebih dahulu.”

Sebagai jago-jago kawakan yang sudah berpengalaman luas didalam dunia persilatan, sudah barang tentu mereka sudah dapat menangkap arti dari teriakan mana.

Cu Siau-hong segera mengeluarkan sebatang tusuk  konde terbuat dari gading yang dicelupkan kedalam air selokan tersebut.

Benar juga, gading tersebut segera berubah warna.

Hal ini membuktikan kalau didalam air selokan tersebut terdapat racunnya, hanya racun yang dicampur disitu hanya racun yang bekerja lambat, hingga tidak segera mematikan bagi korban yang tanpa sengaja meminumnya.

Dengan kening berkerut Tham Ki wan segera berseru: “Betul-betul suatu perbuatan biadab, perbuatan terkutuk

yang pantas dikutuk setiap orang.”

Sementara itu sudah terdapat dua orang jago yang saking tak tahannya terhadap rasa haus, mereka telah meneguk beberapa tegukan air dalam selokan tersebut.

Oh Hong cun segera berpaling sekejap kearah mereka berdua, lalu bertanya:

“Apakah kalian berdua merasakan sesuatu yang tak beres?” Sifat racun tersebut memang amat lambat, sebelum sampai waktunya bekerja maka sang korban tidak akan merasakan apa-apa.

Akan tetapi dua orang tersebut menjadi panik setelah mengetahui kalau dalam air selokan tersebut ada racunnya, seketika itu juga merasakan perutnya secara lamat-lamat terasa sakit sekali.

Pelan-pelan Oh Hong cun berjalan mendekat, kemudian menghadiahkan dua butir pil kepada mereka, katanya:

“Inilah pil kim wan pemunah racun dari Siauw lim pay, harap kalian berdua seorang menelan sebutir, coba kita lihat dapatkah racun yang bersarang ditubuh kalian itu dipunahkan.”

Dua orang lelaki yang keracunan itu segera menerima pil mana dan ditelan kedalam perut, kedua orang ini termasuk didalam barisan api pimpinan Tham Ki wan.

Oleh karena itu Tham Ki wan tak dapat menahan kobaran amarah dalam hatinya, dengan suara dingin dia segera berseru:

“Setelah berulangkali menjumpai mara bahaya, semestinya dalam hati kecil kalian semua sudah tebal kewaspadaan yang tinggi, kalau ada diantara kalian yang enggan melanjutkan perjalanan bersama-sama, lebih baik segera memisahkan diri saja dari barisan, bila kalian ingin tetap tinggal disini, maka kamu semua harus menuruti perintahku dan jangan bertindak sendiri-sendiri.”

Seruan itu diutarakan dengan suara yang sangat lantang, agaknya dia memang bermaksud untuk menyampaikan ucapan tersebut kepada semua orang yang hadir disitu.

Ketika Cu Siau-hong menyaksikan orang-orang yang belum sempat mengambil air pun telah membuang tempat air mereka keatas tanah, dengan suara rendah segera bisiknya:

“Saudara Tham, tak usah kau tegur mereka, kita harus menyelesaikan dahulu masalah yang lebih penting lagi, mari kita berbincang-bincang dahulu dengan orang yang berada didalam kereta tersebut.”

“Kami akan menemani saudara Cu,” sambung Si Eng cepat.

Cu Siau-hong merasa sungkan untuk menolak permintaan orang lain, terpaksa dia mengiakan.

Waktu itu Seng Tiong-gak sedang merasa gelisah sekali dan tak tahu bagaimana harus mengatasi masalah tersebut pada saai ini dia melihat Cu Siau-hong berjalan di paling belakang.

Sayang dia datang diikuti rombongan jago lainnya, maka sewaktu hampir mendekati Seng Tiong-gak, Cu Siau-hong sengaja memperlambat langkahnya sehingga berjalan dipaling belakang.

Dia sudah mempunyai persiapan dan membiarkan Si Eng yang buka suara lebih dahulu.

Agaknya Seng Tion gak pun dapat memahami maksud hati dari Cu Siau-hong, dia segera menjura seraya berseru:

“Saudara Si!”

Berada dalam keadaan demikian, kendati pun Si Eng tak ingin membuka suara pun tak mungkin, terpaksa dia berseru:

“Kau adalah….”

“Aku she Seng!” Seng Tiong-gak memperkenalkan diri. “Baik, saudara Seng, didepan sana sudah tiada jalan lewat untuk kereta itu, entah bagaimanakah rencana saudara Seng untuk mengatasi persoalan ini?”

“Apakah sauda ra Si maksudkan kereta kuda ini?” “Kalau soal kereta itu mah gampang sekali, kita bisa

meninggalkannya ditempat ini, tapi bagaimana dengan orang-orang yang berada dalam kereta? Apa yang hendak kau lakukan?”

Siaute sedang memikirkan persoalan ini, bila saudara Si mempunyai sesuatu pendapat, harap kau sudi memberi petunjuk kepada siaute.”

Si Eng segera tertawa:

“Aku lihat sekarang Thio Liang menampakkan rohnya kembali atau Khong Beng bangkit lagi dari liang kuburnya juga tak akan dapat mereka temukan cara yang lebih baik lagi kecuali mempersilahkan mereka untuk turun dari kereta dan melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, atau tinggalkan mereka disini dan tak usah diurusi lagi’”

“Siute pun berpikir demikian, bagaimana kalau kita carikan mereka sebuah tandu agar bisa melanjutkan perjalanan dengan ditandu saja?”

“Entah cara apa pun yang hendak dilakukan agaknya tiada cara lagi untuk merahasiakan mereka dari keadaan sekarang,” kata Si Eng tertawa, “Jangan lagi pihak musuh sekalipun orang sendiri pun sudah diliputi perasaan ingin tahu.”

Selama ini Cu Siau-hong hanya berdiri membungkam disamping mereka, dia hanya mendengarkan pembicaraan kedua orang itu dengan seksama, sedangkan mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Jelas, terhadap persoalan ini dia telah menyerahkan semua haknya kepada Seng Tiong-gak untuk mengatasi masalah tersebut.

Sesudah menghembuskan napas panjang, Si Eng berkata lebih jauh:

“Saudara Serng, coba kau lihat semua orang sedang menantikan keputusanmu.”

Seng Tiong-gak termenung sambil berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata:

“Baiklah! Aku akan menyuruh mereka turun, Cuma ada beberapa hal yang mungkin tak pantas kuutarakan, terpaksa harus kusampaikan juga kepada kalian”

“Baik, katakanlah!”

….OdOOwO….

“Mereka tak boleh berbincang-bincang dengan pihak musuh, lagipula aku hendak menyuruh mereka untuk menyamar lebih dahulu, aku harap saudara sekalian sudi mengendalikan anak buah masing-masing agar tidak banyak bertanya dengan mereka.”

“Aku rasa, semuanya itu bukan suatu pekerjaan yang terlampau sukar…”

“Baik, kalau begitu kita tetapkan demikian saja, semoga sampai waktunya saudara Si bersedia mengucapkan beberapa kata yang baik bagiku”

Beberapa patah kata itu benar-benar diutarakan dengan sangat diplomatis, sebenarnya Si Eng ingin mendesak ke pihak lawan untuk menerangkan identitas dari orang-orang yang berada dalam kereta itu, tapi dengan demikian dia jadi merasa rikuh sendiri untuk bertanya lebih jauh. Maka sambil menjura katanya kemudian:

“Baiklah, silahkan saudara Seng berjalan ditengah, kami akan bertanggungjawab terhadap persoalan ini”

Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Cu Siau hong, tapi sebelum sempat mengucapkan sepatahkatapun, Cu Siau-hong telah berkata lebih dulu :

“Saudara Si, cara kerjamu ini sungguh hebat sekali.” Kemudian dia membalikkan badan dan berlalu dari sana.

Oh Hong cun, Thian Pak liat, Ho Hou poo dan Tham Ki wan juga tidak berbicara apa-apa.

Cu Siau-hong segera menitahkan kepada Ong Peng sekalian untuk menyusun bebatuan di tengah selokan agar bisa dipakai untuk menyebrang kemudian dia menyebrang lebih dahulu.

Dengan ditemukannya racun dalam selokan itu, maka orang pun takut untuk menjamah air tersebut, bahkan ujung baju pun tak ingin kena dibasahi oleh air selokan.

Dalam pada itu, orang-orang yang berada di dalam kereta pun sudah selesai menyamar sebagai lelaki, tapi jika diperhatikan dengan seksama, penyaruan tersebut toh masih dapat terlihat juga.

Mereka tetap menempuh perjalanan bersama-sama Seng Tiong-gak sekalian.

Lok Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan selalu saja seperti sengaja tak sengaja mengelilingi Siau-hong ditengah-tengah mereka.

Sedangkan Su Eng dan Jit Hou pun segera berjalan mengitari diseputar keempat orang perempuan tersebut. Demikianlah, setelah melewati selokan tersebut mereka melanjutkan perjalanan ke depan.

Oh Hong cun yang nampak amat bersemangat dengan membawa Bu Seng siong dan Cu Siau-hong berjalan di paling depan.

Sementara itu pasukan tanah yang bertugas membuka jalan, Ong Peng, Tan Heng, Song Hong dan Hoa Wan berjalan pula dibarisan terdepan.

Setelah melewati beberapa-kali peristiwa yang sama sekali diluar dugaan dalam hati kecil para jago sudah timbul semacam perasaan yang sangat aneh.

Perjalanan yang mereka tempuh benar-benar merupakan suatu perjalanan yang sulit dan penuh dengan ancaman marabahaya, siapa saja yang bertindak kurang berhati-hati, bisa jadi akan terjerumus dalam kematian yang mengerikan.

Bukti yang berlumuran darah membuat siapa pun diantara mereka tak ada yang berani meninggalkan rombongan tersebut, sebab tanpa meninggalkan rombongan berarti mereka masih memilki jaminan untuk tetap melanjutkan hidup.

Sebelum matahari tenggelam dibalik bukit, sebuah bukit tinggi kembali menjulang diangkasa dan menghalangi perjalanan mereka.

Diatas tanah lapang yang luas dan lebar, tampak tiga orang berdiri tegak menghadang jalan pergi mereka.

Ketiga orang itu semuanya mengenakan jubah panjang berwarna hitam pekat.

Wajah merekapun berwarna hitam, tapi hitam itu bukan kulit asli mereka bertiga. Dalam sekilas pandangan saja, setiap orang dapat melihat kalau wajah mereka sengaja dicat hitam.

Walaupun wajah mereka bertiga berbeda satu sama lainnya, akan tetapi setelah dicat hitam, siapa pun tak akan berhasil melihat perbedaan raut wajah mereka itu.

Kalau ingin dibilang ada perbedaannya, maka diantara mereka bertega hanya bisa dibedakan dari tinggi badan masing-masing.

Orang yang berdiri ditengah sekarang adalah orang yang berperawakan paling tinggi.

Terdengar dia tertawa dingin, kemudian katanya: “Diantara kalian, siapakah yang bertugas untuk

melakukan tanya jawab dengan kami?”

“Lohu yang akan berbicara.” Oh Hong cun segera menjawab.

“Apakah kau dapat mengambil keputusan?”

“Aku adalah pemimpin yang dipilih oleh semua orang, menurut pendapatmu dapatkah aku mengambil suatu keputusan?”

“Ooooh…!”

“Bila ada persoalan, katakan saja secara blak-blakan kepada diriku.”

“Diantara rombongan kalian terdapat seorang wanita bukan?”, kata orang itu lagi.

“Kenapa?”

“Serahkan dia kepada kami, maka kalian serombongan akan dapat mencapai tebing Yang jit gay dengan aman dan selamat.” Oh Hong cun segera tertawa hambar.

“Secara diam-diam kalian sudah berulang kali mencelakai kami, tapi semuanya gagal setelah tidak berhasil untuk bertindak secara gelap, apakah sekarang ingin datang secara terang-terangan?”

“Siapa namamu?”

“Ooohhh, apakah perlu untuk melaporkan nama?” “Betul, laporkan dulu namamu, dengan demikian kami

baru bisa mempertimbangkan berapa banyakkah bobotmu itu?”

Oh Hong cun segera merasa serba salah, sudah banyak tahun dia berkelana didalam dunia persilatan, ia tahu bila namanya disebutkan maka hal tersebut akan meninggalkan bibit bencana yang tak terkirakan di kemudian hari, sekali pun hari ini bisa lolos dari ancaman, belum tentu bisa lolos dari ancaman berikutnya.

Tiba-tiba saja dia merasa bahwa orang yang berjalan dipaling depan dan orang yang berada pada kedudukan paling tinggi, sesungguhnya merupakan orang yang paling berbahaya pula dalam setiap peristiwa yang terjadi.

Tapi berada dalam keadaan seperti ini, tampaknya Oh Hong cun terpaksa harus menyerahkan diri.

Tapi sebagai seorang jago persilatan yang sudah berpengalaman tentu saja dia tak ingin menderita kerugian apapun.

Sambil tertawa dingin Oh Hong cun segera berkata : “Aku  mempunyai  nama  dan  marga,  sekalipun  kalian

tidak kenal, tidak sulit untuk mengenali siapa kah aku bila

mau bertanya pada orang. Justru kalianlah yang sok rahasia,  mana  wajah  sudah  dicat  hitam,  tidak  mau pula menyebutkan nama aslinya, masa raut wajah asli sendiri pun tak ingin diketahui orang?”

“Sekalipun wajah kami ini memang dicat dengan warna hitam, namun inilah raut wajah kami yang sesungguhnya, mungkin dengan wajah ini pula kami akan mengakhiri hidup kami didunia ini.”

“Mengapa?”

“Sebab warna hitam yang berada diatas wajah kami ini merupakan sejenis warna yang selamanya tak mungkin bisa dicuci hingga bersih.”

“Ooh,,mengapa?”

“Raut wajah ini merupakan raut wajah asli kami, oleh karena akupun tak perlu mengelabui hal ini  kepada dirimu.”

Oh Hong cun segera tersenyum.

“Siapakah kau, tentunya kau mempunyai sebuah nama bukan?”, katanya kemudian.

“Ada, lencana emas inilah sebagai bukti, silakan saudara memeriksa sendiri.”

Sembari berkata, dia mengeluarkan sebuah lencana emas dan diangsurkan kedepan.

Bu Seng siong segera menyambutnya dan dia serahkan ke tangan Oh Hong cun.

Tampaklah diatas lencana emas itu tercantum sebuah huruf “tujuh” dan pada permukaan yang lain terukir sebuah kepala sapi.

“Apa maksud dari kesemuanya ini?” Oh Hong cun segera bertanya. “Go tau jit hau kiam su (jago pedang kepala sapi nomor tujuh), itu berarti diriku”

“Oooh..kalalau begitu sederhana sekali kesimpulanmu itu, sayang sekali lohu ingin mengetahui aslimu.”

“Jago pedang kepala sapi nomor tujuh kalau disingkat menjadi Gou jit, asal kau dapat mencari tempat tinggal kami dan bertanya kepada siapa saja, orang akan mengetahui tentang diriku, Cuma sayang tempat tinggal kami teramat rahasia, tampaknya tidak gampang untuk menemukan tempat tersebut.”

“Ooooohh…”

“Sedangkan kau, aku rasa tak usah menggunakan nama palsu untuk mengetahui diriku sesungguhnya, entah dengan nama apapun bila kami ingin mencarimu bukanlah suatu pekerjaan yang terlampau sukar.”

Oh Hong cun segera tertawa terbahak-bahak: “Haaah…haahh…haah..bagus sekali Gou Jit! Lohu

adalah Oh Hong cun.”

Kembali Gou Jit tertawa dingin

“Kalian berkumpul dan melakukan perjalanan bersama agaknya seperti hendak mencari gara-gara dengan kami?”

“Kami tak ingin bertarung atau mencari gara-gara dengan siapa saja, tapi kami pun tak ingin dicelakai oleh siapa pun.

Mendengar perkataan tersebut, Gou Jit segera tertawa terbahak-bahak:

“Haahh..haah…haahh..aku memahami akan maksudmu itu, persoalannya sekarang adalah bersediakah kalian untuk menyerahkan perempuan tersebut?” “Andaikata kami tidak bersedia, mau apa kau?” jawab Oh Hong cun dengan suara dingin.

“Waah, kalau begitu bisa banyak kesulitan yang bakal kalian alami.”

“Sewaktu dalam hutan kalian sudah mengatur perangkap untuk melukai kami dengan senjata rahasia beracun, kemudian menggunakan manusia macan kumbang hitam untuk melukai orang, setelah itu meracuni air selokan untuk membunuh kami, sekarang kalian hendak menggunakan cara apa lagi untuk menakut-nakuti kami?”

“Bukan menakut-nakuti, kami benar-benar bermaksud untuk menahan orang disini bila kalian tidak bersedia untuk menyerahkan perempuan tersebut hanya ada satu cara yang bisa kalian lakukan.”

“Apa cara itu?”

“Terjanglah dari sini dengan kekerasan”

Cu Siau-hong yang selama ini membungkam, segera menyambung dengan suara dingin:

“Kalian telah membunuh banyak orang, apa susahnya membunuh berapa orang lagi? Sekalipun kami serahkan perempuan tersebut kepadamu, apakah kalian akan melepaskan kami dengan begitu saja? Hmmm, aku mah tidak percaya.”

“Lote ini…”

Kembali Cu Siau-hong berkata lebih jauh:

“Kau tidak lebih hanya seorang jago pedang kelas kepala sapi, coba bayangkan sendiri, dapatkah kau mengambil keputusan untuk melepaskan kami semua setelah perempuan itu diserahkan?”

“Soal ini…” Cu Siau-hong maju beberapa langkah lebih kedepan, lalu serunya dengan suara lantang:

“Oh tua, silahkan kau mundur kebelakang untuk melindungi aku, biar aku yang mencoba untuk menghalau mereka.”

“Hanya mengandalkan kau seorang?”, jengek Gou Jit tiba-tiba sambil tertawa dingin.

“Untuk menghadapi kalian bertiga, aku pikir tak usah menggunakan beberapa orang kami, nah cabut saja senjata kalian.!.”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar