Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 40

"Dapatkan kau memberitahukan kepada atasanmu bahwa lohu ingin sekali berjumpa dengan mereka? Asal bisa bersua sekali saja, dan lohu tahu kalau mereka masih hidup, hal mana sudah lebih dari cukup"

"Kian tayhiap, mengapa kau tidak pergi menjumpai atasan kami untuk berbincang-bincang sendiri?" "Berbincang-bincang? kenapa?"

"Permintaan Kian tayhiap, adalah suatu permintaan yang layak, aku percaya atasan kami pasti akan meluluskannya"

"Dia berada dimana?" "Tak jauh dari sini"

Kian Hui-seng kembali termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya lebih jauh: "Tapi aku telah berjanji dengan Cu Siau-hong untuk melangsungkan suatu pertarungan disini"

"Kini situasinya telah terjadi perubahan, tak usah kau nantikan kedatangan mereka lagi"

"Baiklah!" kata Kian Hui-seng kemudian, “lohu berada dibawah wuwungan rumah rendah, mau tak mau harus menundukkan kepala, silahkan saudara membawa jalan"

Orang berbaju hitam itu tidak banyak berbicara lagi, dia segera membalikan badan dan segera melangkah pergi dari situ.

Kian Hui-seng mendongakkan kepala memandang sekejap ke atas pohon, kemudian cepat-cepat mengikuti dibelakang tubuh orang itu.

Setelah menelusuri jalanan kecil lebih kurang tiga ratus kaki, mendadak mereka berbelok menuju ketengah semak belukar yang lebat.

Tempat itu merupakan sebuah tebing kecil, disatu pihak menghadap ke arah sungai Siang kang, sedang bagian lain menempel dibukit dan penuh di tumbuhi ilalang yang lebat.

Ditepi sungai merupakan tanah perbukitan, boleh dibilang tempat itu amat strategis ditambah lagi tempat itu dihadiri beberapa orang jagoan lihay yang mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, hal mana membuat tempat  yang memang strategis menjadi penuh diliputi hawa pembunuhan yang mengerikan.

Orang berbaju hitam itu membawa Kian Hui-seng berjalan menuju ke tengah semak belukar itu, sebentar lagi berbelok kekanan, ratusan kaki kemudian mereka baru berhenti.

Kian Hui-seng dengan mengandalkan ketajaman mata dan pendengarannya segera memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, di samping sepanjang jalan yang dilewati penuh dengan kawanan jago yang mempersiapkan diri.

Cuma dia tidak mengungkapkan hal mana dan berlagak seolah-olah tidak tahu.

Tapi dia mengerti, kedudukan orang ini dalam organisasi rahasia tersebut sudah pasti luar biasa sekali.

Sepanjang perjalanan, pos penjagaan yang berhasil di jumpai adalah puluhan tempat lebih, dia percaya yang tidak ditemukan paling tidak masih ada tiga sampai lima buah tempat.

Dalam kesepuluh pos penjagaan tersebut paling sedikit jumlah orangnya mencapai lima puluhan orang, Kian Hui seng semakin sadar kalau dia telah terjebak dalam sarang naga gua harimau.

Ratusan kaki diluar tempat itu, Cu Siau-hong dengan membawa para jagonya telah melakukan penjagaan pula diseseliling tempat itu.

Dia tidak menemukan pos-pos penjagaan tersebut, juga tidak menemukan orang-orang yang bersembunyi disitu, tapi dia tahu ditempat itu sudah pasti banyak terdapat jago musuh yang mempersiapkan diri. Jago-jago dari Kay-pang dan Pay-kau ada pula yang berada ditengah sungai, maupun tepi sungai melakukan suatu gerakan.

Kegelapan malam yang mencekam hampir menutupi banyak sekali rahasia dan banyak sekali hawa pembunuhan yang mencekam ditempat itu..

Tepi sungai yang sekilas pandangan sepi dan tenang itu, kini sudah, diliputi suasana tegang yang penuh dengan mara bahaya, namun sekilas pamdangan, suasananya justru amat tentram.

Dengan tenang sekali Kian Hui seng berdiri ditempat tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Orang berbaju hitam itu memandang sekejap keatas wajah Kian Hui seng dengan sorot mata tajam, setelah itu ujarnya:

"Setelah berjumpa dengan atasan kami nanti, apa yang siap kau ucapkan. "

Kian Hui seng tidak segera menjawab, hanya dalam hati kecilnya dia berpikir:

“Tampaknya keparat ini masih mempunyai maksud lain, dia sengaja membawaku menuju ke tengah perangkap, mungkin dia sudah bersiap sedia untuk bentrok dengan aku?"

Berpikir demikian, dia lantas menjawab: "Soal ini tergantung bagaimanakah tanggapan dari atasan kalian, berbicara terus terang, selama hidup aku orang she Khian tidak terbiasa berbicara bohong"

"Kalau aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu?' kata si orang berbaju hitam itu.

"Kau. ' Kian Hui seng menjadi tertegun. "Didalam kenyataan, akulah pemimpin dari tempat ini" sambung orang berbaju hitam itu lebih jauh.

"Kau....kau sangat licik, pengecut dan berhati busuk..." Kian Hui seng marah sekali.

"Ucapan Kian tayhiap kelewat serius, padahal tak bisa dikatakan licik atau pengecut, lebih-lebih tak bisa dikatakan sebagai berhati busuk, untuk menggunakan tentera, orang harus tahu pula menggunakan taktik, kalau toh kedua belah pihak saling tak bisa mempercayai lawannya, terpaksa akupun harus menggunakan sedikit siasat"

"Aku mengerti, kau memancing lohu datang kemari, tujuannya tak lain adalah untuk memancing lohu masuk kedalam perangkap, bukan?"

"Aaaah, tak segawat itu'

"Di sekehling tempat ini kau telah persiapkan jago dalam jumlah yang banyak, kemudian memancing lohu untuk memasuki perangkap tersebut, apa tujuannya apakah hal ini tidakjelas?"

Orang berbaju hitam itu segera menghela napas panjang. “Aaaai,          sungguh          mengagumkan,        sungguh

mengagumkan"   serunya,   "aku   percaya   persiapan   yang

kulakukan cukup cermat dan berhati-hati, siapa tahu toh akhirnya tak dapat juga mengelabuhi ketajaman mata serta pendengaran dari Kian tayhiap"'

"Sebenarnya lohu tidak secermat itu, cuma lohu  baru saja diperalat orang lain, maka dari itu mau tak mau aku harus bertindak lebih berhati-hati lagi'

"Padahal kau tak perlu berhati-hati, asal mau berterus terang hal ini sudah lebih dari cukup” Setelah berhenti sejenak, kembali sambungnya lebih jauh. "Kemana perginya dua orang yang kukirim untuk membuntuti dirimu? Apakah mereka sudah tewas?"

"Lohu tidak tahu, agaknya aku sudah menjawab pertanyaan yang kau ajukan itu."

“Kami pun sudah mendengarnya, cuma aku tidak percaya, masa orang hidup sebesar itu secara tiba-tiba bisa lenyap tak berbekas, bagaikan tak kedengaran sedikit suorapun.

"Kau mencurigai lohu telah membinasakan mereka?" 'Hanya suatu serangan yang mendadak dan sama sekali

diluar dugaan mereka saja baru dapat membunuh kedua orang itu sekaligus"

"Bukan aku, percaya atau tidak terserah padamu' Setelah berherti sejenak, kembali dia menambahkan.

"Tampaknya keinginanku untuk berjumpa muka dengan anak istriku bukan sesuatu yang mungkin terjadi"

"Itu mah tidak, hal ini tergantung pada pembuktianku apakah kau tidak bekerja sama dengan kami atau tidak, asal kau menunjukkan kesanggupanmu untuk bekerja sama, seketika itu juga aku dapat mengajakmu untuk menjumpai mereka"

"Bagus sekali, sekarang utarakan pembuktianmu itu" "Kian tayhiap, benarkah kau menginginkan suatu

pembuktian?" kata orang berbaju hitam itu dingin.

"Benar"

"Aku dapat memancing Cu Siau-hong sekalian memasuki daerah sekitar tempat ini, kemudian akupun ingin menyaksikan Kian tayhiap bertarung melawannya”.

"Kau hendak memancing Cu Cengcu datang kemari?' "Benar! Entah bagaimana menurut pendapat Kian tayhiap?"

Kian Hui seng termenung dan berpikir sejenak, kemudian sahutnya sambil manggut-manggut: "Baik, aku dapat menyetujui usulmu itu, cuma akupun mempunyai syarat pula"

"Apa syaratmu ?' tanya orang berbaju hitam itu sambil

manggut-manggut.

'Kepandaian silat yang dimiliki Cu cengceu sangat lihay, aku dan dia pernah melangsungkan suatu pertarungan sengit, dalam pertarungan tersebut tidak beruntung aku telah menderita luka"

"Soal ini aku tahu"

"Oleh karena itu, dalam pertepuran tersebut aku sama sekali tidak mempunyai keyakinan untuk menang. "

"Aku dapat mengirim orang untuk membantumu" tukas orang berbaju hitam itu cepat.

"Membantu aku? Kalau lohu saja bukan tandingan Cu Siau-hong, aku tak dapat menduga masih ada manusia mana lagi didunia ini yang bisa membantu diriku"

Orang berbaju hitam itu segera tertawa.

"Baiklah!" dia berkata, "kegagahan dari Kian tayhiap sungguh membuat aku merasa kagum!'.

"Itulah sebabnva, sebelum dilangsungkan suatu pertempuran antara diriku melawan Cu Siau-hong, terlebih dahulu aku ingin berjumpa dengan anak istriku"

"Soal ini. " 'Hanya itu saja syaratku, aku rasa tidak terlalu berat pun tak perlu dilangsungkan tawar menawar" tukas Kian Hui seng cepat.

"Tentang soal ini, aku rasa agak sedikit susah" ujar orang berbaju hitam itu dingin.

Mencorong sinar tajam dari balik mata Kian Hui seng, ditatapnya wajah orang berbaju hitam itu lekat-lekat, kemudian pelan-pelan ujarnya:

'Kau tidak dapat mengambil keputusan, ataukah tidak bersedia mengabulkan permintaanku itu"

"Istri dan anakmu di tempat yang amat rahasia letaknya, jaraknya dari sini sampai ke situpun terlalu jauh, bilamana aku mesti mengundang mereka datang kemari, aku rasa tindakan semacam ini merupakan suatu tindakan yang kurang aman."

Kian Hui seng memahami apa yang dimaksudkan lawan, tapi dia berlagak seolah-olah tidak mengerti, serunya:

"Tidak aman? Apa yang kau takuti?"

"Cu Siau-hong masih mempunyai anak buah yang cukup banyak jumlahnya, kemungkinan besar mereka akan turun tangan untuk melakukan penghadangan dan lagi dua kekuatan terbesar dalam dunia persilatan dewasa ini, Kay pang dan Pay-kau telah mengirimkan pula jago-jago lihaynya untuk berkumpul disekitar sini, sepintas lalu meski sepanjang pesisir sungai Siang kang ini kelihatan sangat tenang, padahal yang benar penuh dengan kawanan jago dan situasinya gawat sekali"

"Itu mah urusanmu sendiri, aku rasa toh kau masih ada cara lain yang bisa dipergunakan agar kami dapat saling bersua muka." "Soal ini... soal ini ..."

"Saudara, dengarkan baik-baik," tukas Kian Hui seng cepat, "aku sampai bersedia menuruti perintah kalian, hal ini tak lain disebabkan kalian telah menculik anak istriku dan menyandera mereka, bila mereka masih hidup dengan segar bugar, tentu saja mau tak mau aku mesti melaksanakan tugas atas perintahmu, tapi seandainya mereka sampai menderita sesuatu siksaan atau penderitaan terpaksa akupun harus membalaskan dendam untuk mereka"

"Aaah, tidak mungkin, tidak mungkin, soal ini Kian tayhiap tak usah kuatir" kata orang berbaju hitam itu sambil tertawa, “setiap persoalan yang kami ucapkan selain masuk hitungan, kami tak akan mengingkari janji yang telah kami ucapkan"

"Bagus sekali kalau begitu, sekarang juga aku ingin berjumpa dengan mereka!"

"Kian tayhiap, apakah kau bersikap keras ingin berjumpa dengan mereka?" tanya orang berbaju hitam itu dingin.

"Benar, dalam hal ini aku tak akan mengalah barang selangkah kakipun..."

Kontan saja orang berbaju hitam itu tertawa dingin. "Kian tayhiap, aku sudah sangat mengalah kepadamu,

harap kau bisa memakluminya!" Kian Hui seng balas tertawa dingin.

"Lohupun sudah cukup banyak menahan mendongkol akibat ulahmu, mengerti?"

"Kian tayhiap, kalau soal kecil tak bisa ditahan, masalah besar akan turut terbengkalai, aku harap kau bisa memikirkan keselamatan jiwa dari anak istrimu" "sebelum berjumpa dengan mereka, aku tak dapat menentukan apakah masih masih selamat atau tidak"

Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya, tahu tahu cahaya tajam berkelebat lewat dan mata goloknya telah diancam ke atas tenggorokan orang berbaju hitam itu.

Kecepatan mencabut golok benar-benar melebihi kecepatan sambaran petir.

Orang berbaju hitam itu tertegun, berapa saat kemudian baru katanya sambil tertawa: "Golok lewat tanpa suara, agaknya nama besarmu bukan Cuma nama kosong belaka"

"Aku tahu disekeliling tempat ini penuh dengan kawanan jago yang mempersiapkan diri, Cuma sayang mereka tak ada gunanya sama sekali. Asal kau beranggapan bahwa serangan yang mereka lakukan untuk menolongmu bisa jauh lebih hebat daripada diriku, tak ada salahnya kalau kau undang mereka untuk keluar semua"

Orang berbaju hitam itu segera tertawa.

"Kian tayhiap, kalau toh kau sudah tahu jika disekitar tempat ini banyak terdapat jago lihay, setelah kau bunuh diriku, kau sendiripum sama saja tak akan bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat.”

Kian Hui seng segera mendengus dingin: "Hmmm, selama hidup lohu sudah terbiasa masuk keluar dalam wilayah yang berbahaya, soal kawanan jago yang kau persiapkan disekitar tempat ini masih belum dapat mengejutkan diriku, yang kukuatirkan tak lain adalah keselamatan jiwa dari anak istriku..."

"Mereka berada dalam keadaan aman dan selamat" tukas orang berbaju hitam itu cepat, “tapi jika saudara tak dapat melaksanakan perintah seperti apa yang kami syaratkan, hal ini sulit untuk dibicarakan lebih lanjut..." "Oooh apa pula maksudmu?"'

"Maksudku, kami tidak menjamin lagi akan keselamatan jiwa dari anak istrimu "

"Kau main ancam?"

"Bukan suatu ancaman, aku hanya mengatakan apa adanya dan sejujur-jujurnya"

"Tapi sebelum aku dapat berjumpa dengan mereka, Aku tak tahu bagaimanakah keadaan mereka bertiga, siapa tahu anak istriku sudah tidak berada lagi didunia ini?"

Kontan orang berbaju hitam itu tertawa dingin, bentaknya tiba-tiba.

"Kian Hui seng, apakah kau benar-benar tak mau minum arak kehormatan, melainkan memilih arak hukuman?"

'Lohu boleh dibunuh pantang dihina, sebelum kau berbicara lebih baik dipikirkan dulu dengan jelas"

“Kian Hui seng, jadi kau benar-benar sudah tidak menguatirkan keselamatan jiwa anak istrimu lagi?'”

"Kuatir"

"Jika kuatir segera laksanakan tugas menurut apa yang kuperintahkan" bentak orang itu dingin.

"Tapi aku harus tahu dulu jika mereka masih tetap hidup!"

Mendadak orang berbaju hitam itu bertepuk tangan tiga kali.

Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dari balik semak belukar segera bermunculan empat sosok bayangan manusia yang segera mengurung Kian Hui seng rapat-rapat. Kian Hui seng memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian tegurnya. "Apa maksudmu yang sebenarnya?"

"Jika Kian tayhiap tak bisa dipergunakan lagi oleh kami, paling tidak kami pun tak akan membiarkan Kian tayhiap dipergunakan oleh pihak yang lain"

Heeehh... heeehh... heeehhh... jadi kalian ingin membunuhku?' jengek Kian Hui seng sambil tertawa dingin tiada hentinya.

'Agaknya memang begitu'

"Ini baru merupakan tujuan kalian yang sebenarnya, membunuh anak biniku lebih dulu kemudian baru membunuh aku! Tentu saja cara yang paling baik adalah mengadu diriku dengan Cu cengcu agar kami bisa mati bersama-sama"

"Kian Hui seng, lebih baik kau perhatikan dulu benda apakah yang berada ditangan mereka, kemudian baru diributkan lagi soal-soal yang lain"

Kian Hui-seng segera mengalihkan sorot matanya kearah sekeliling tempat itu, dia menyaksikan di tangan keempat orang berbaju hitam itu masing-masing membawa sebuah tabung pendek berwarna hitam.

Terdengar orang berbaju hitam itu berkata lagi.

"Tabung besi itu bernama Tui bun tok-tong (tabung beracun pengejar nyawa) dalam tabung terdapat air beracun yang akan membusuk bila mengenai kulit tubuh, setitik saja kau terkena berarti jiwamu tak dapat ketolong lagi.  Didalam setiap tabung besi itu terdapat dua belas, buah lubang kecil, di bawah suatu tekanan yang sangat kuat, dari dalam liang lubang kecil itu akan menyembur keluar air beracun yang bisa mencapai sejauh dua kaki dari sasaran " "Hmmm, permainan semacam itu mah hanya permainan anak kecil saja, tak bisa di anggap sebagai sesuatu permainan yang hebat' jengek Kian Hui seng dingin.

"Kami telah memperhitungkan dengan pasti, bila empat tabung air beracun menyembur bersama dari jarak sedemikian dekat, maka kendatipun kau memiliki ilmu silat yang lebih hebat pun jangan harap bisa meloloskan diri dari mara bahaya tersebut"

Mencorong cahaya tajam dari balik mata Kian Hui seng, serunya dingin:

"Apakah kalian hendak mencoba?"

Mendadak orang berbaju hitam itu mengulapkan tangannya sambil membentak keras: "Bunuh!"

Menyusul bentakan tersebut, sekilas cahaya tajam segera meluncur ke depan...

Berbicara sesungguhnya, Kian Hui seng pun menaruh perasaan kuatir dan was was terhadap senjata rahasia beracun semacam ini.

Bersamaan dengan orang berbaju hitam itu melakukan gerakan, empat orang pembunuh yang berada disekeliling tempat itupun bersama-sama mengayukan tangan kanannya.

Cahaya golok ditangan Kian Hui-seng ikut memancar pula ke empat penjuru.

Cahaya golok berkelebat kearah atas, tubuhnya justru menggelinding pergi lewat bawah.

"Traannng.... !" terdengar suara benturan nyaring yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan. Sebilah pisau belati yang disambitkan oleh orang berbaju hitam itu kena ditangkis sehingga mencelat oleh ayunan golok Kian Hui seng.

Tenaga serangan golok yang dilancarkan Kian Hui seng tersebut tidak menjadi lemah meski sudah membentur pada senjata pisau belati tersebut, malah dengan gerakan miring segera melesat ke atas.

Air beracun yang berada ditangan keempat orang berbaju hitam itupun sudah disemprotkan kedepan.

Akan tetapi menggunakan kesempatan tersebut, Kian Hui seng telah menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melejit ke tengah udara dengan cepat dia telah meloloskan diri dari keempat orang itu.

Semua peristiwa berlangsung hanya didalam waktu sekejap mata.

Hampir pada saat yang bersamaan, dari tiga arah yang berbeda manusia bertindak secara berbarengan.

Kian Hui seng melejit setinggi dua kaki ditengah udara setelah melesat ke depan sejauh beberapa kaki, dengan cepat dia menyambar kembali kebawah.

-oOo>d’w<oOo-

TAPI gerakan yang dilakukan ke empat orang berbaju hitam itupun cukup cepat begitu serangannya gagal mengenai sasaran, serentak mereka membalikkan badannya menghadap ke arah lawan.

Seandainya gerakan tubuh Kian Hui seng terlambat selangkah saja, niscaya dia sudah terluka ditangan lawan, untung saja Kian Hui seng sama sekali tidak berhenti, tubuhnya sudah melambung kembali ditengah udara. Sementara keempat orang itu masih ragu-ragu, Kian Hui seng telah melayang masuk ke balik semak belukar.

Pada saat itulah orang berbaju hitam yang melepaskan pisau terbang tadi mendadak mendengus tertahan  kemudian roboh terjengkang keatas tanah ....

Dengan cepat orang berbaju hitam yang membawa tabung air beracun itu membalikkan badannya.

Tampak disamping orang berbaju hitam yang roboh itu masih berdiri lagi seorang manusia berbaju hitam lain nya.

Mereka semua mengenakan pakaian berwarna hitam dalam suasana lamat-lamat seperti ini, sulit sekali untuk melihat jelas paras muka orang-orang itu.

Sebelum sempat menegur, orang berbaju hitam yang berdiri tegak itu sudah maju menerjang kedepan sambil membentak keras:

"Kalian benar-benar bodoh'

Cahaya pedang berkelebat lewat, empat orang lelaki berbaju hitam yang memegang tabung air beracun itu telah roboh terjengkang pula ke atas tanah.

"Siapa itu?" bentak Hui-seng sambil melayang tiba. Terhadap  tabung-tabung  besi  berisikan  air  beracun itu,

dia   memang   nampak   merasa   agak   takut,   tapi   tidak

demikian terhadap jagoan yang berilmu silat tinggi.

Mendadak orang berbaju hitam itu mengayunkan pedangnya membunuh ke empat orang itu kemudian segera menyarungkan pedangnya..

Hal ini menunjukkan kalau orang itu tidak bermaksud jahat atau bermusuhan dengan Kian Hui-seng. Tapi kejadian yang sangat aneh dan diluar dugaan ini membuat Kian Hui-seng mau tak mau harus mempersiapkan diri untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Maka sambil melintangkan goloknya di depan dada, ia menegur:

"Saudara, mengapa kau tidak berbicara?"

Serentetan suara yang rendah segera menyusup masuk ke dalam telinga Kian Hui seng, katanya:

"Kian tayhiap, sekarang kita sedang berada dalam keadaan yang berbahaya sekali, paling betul jika kita selekasnya meninggalkan tempat ini, sekarang mereka belum turun tangan karena mereka belum jelas kedudukkanku yang sebenarnya, cara yang terbaik adalah menggunakan siasat agar mereka saling gontok-gontokan sendiri, sedang kita selekasnya meninggalkan tempat ini"

Kian Hui seng merasa amat kenal dengan suara tersebut, dengan cepat dia dapat mengenalinya sebagai suara dari Cu Siau-hong.

Setelah berpikir sebentar, Kian Hui-seng segera membentak keras: "Sungguh keji perbuatanmu itu!"

Mendadak dia mengayunkan goloknya sambil melancarkan bacokan ke dada lawan.

Tiba-tiba orang berbaju hitam itupun meloloskan pedangnya, menciptakan selapis cahaya tajam untuk membendung datangnya ancaman tersebut.

“Traaanngg...." ditengah benturan yang amat nyaring, mendadak Kian Hui seng melompat sejauh beberapa kaki dari tempat semula.. "Mau lari ke mana kau?" bentak orang berbaju hitam itu dengan suara dalam. Dengan cepat dia melompat ke depan sambil melakukan pengejaran.

Dengan bentakannya itu, maka seketika itu juga rahasia penyaruan mereka ketahuan.

Tampak bayangan manusia segera bermunculan dari empat penjuru, enam titik cahaya tajam langsung meluncur ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa.

Ternyata cahaya tajam itu bukan senjata rahasia melainkan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, orang itu berikut senjatanya telah meluncur datang.

Pada waktu itu Cu Siau-hong masih berada ditengah udara dan sedang meluncur ke bawah.

Bayangan manusia dan senjata tajam yang segera bermunculan dari empat penjuru bagaikan tindihan bukit Thay san segera menggulung tiba hampir bersamaan waktunya.

Cu Siau bong sambil mengangkat pedangnya ke atas, segera melindungi tubuhnya dari ancaman..

Tapi sisa tenaga yang dimilikinya sudah berada diujung tanduk, sukar baginya untuk menahan semua serangan tersebut.

Dari sini terbukti sudah kalau orang yang melakukan pengerubutan tersebut rata-rata bukan manusia sembarangan.

Ditengah suara bentrokan nyaring yang memekikkan telinga Cu Siau-hong kena ditekan oleh senjata para pengerubutnya sehingga melayang kembali ke atas tanah. Kian Hui-seng segera membentak keras, tubuh dan goloknya seolah-olah melebur menjadi satu dan bersama sama menerjang datang

Di mana cahaya goloknya berkelebat lewat darah segar segera memancar ke mana-mana.

Dua orang manusia berbaju hitam yang bersenjatakan pedang telah tewas diujung golok Kian hui seng.

Empat orang sisanya meski tidak terkena serangan, tapi mereka toh kena terdesak juga sejauh beberapa kaki dari tempat semula oleh angin golok yang amat tajam itu.

Benar-benar sebuah serangan golok yang luar biasa.

Cu Siau-hong segera menghembuskan napas panjang sambil memuji. "Suatu ilmu golok yang sangat lihay"

Pedangnya segera mencukil pula kedepan dengan suatu gerakan kilat, diantara cahaya tajam yang berkilauan diangkasa, dua orang diantara kempat orang manusia berbaju hitam itu kembali roboh terjengkang keatas tanah.

Dalam dua jurus serangan dua orang korban, tergeletak ke tanah, selain lihay jurus serangan itupun belum pernah dalam kolong langit, untuk sesaat Kian Hui seng sampai berdiri termangu-mangu saking tercengangnya.

Dua orang manusia berbaju hitam lainnya pun berdiri tertegun, untuk sesaat mereka sampai lupa turun tangan saking terpesonanya.

Cahaya golok kembali berkelebat lewat, secara beruntun Kian Hui seng melepaskan dua tusukan kilat untuk menghajar jalan darah Khi hay hiat ditubuh kedua orang itu.

Kepandaian silat yang dilatih puluhan tahun dengan susah payah segera lenyap tak berbekas. Menanti kedua orang manusia berbaju hitam itu merasakan sesuatu yang tak beres, tahu-tahu jalan darahnya sudah tertusuk dan segenap ilmu silatnya punah tak berbekas.

Dengan suara dingin Kian Hui seng berseru.

"Lohu tidak berbuat apa-apa, aku hanya memunahkan ilmu silat yang kalian miliki, semoga saja mulai sekarang bertobat dan menjadi rakyat biasa yang saleh dan berbudi..”

Kedua orang manusia berbaju hitam itu saling berpandangan sekejap, mendadak mereka mengangkat goloknya dan saling menusuk ke tubuh lawannya ....

Kontan saja bagian mematikan ditubuh masing-masing pihak terkena tusukan, darah segar memercik ke empat penjuru, mereka pun roboh tergeletak ditanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.

Kian Hui seng menjadi tertegun setelah menyaksikan adegan tersebut, lama sekali dia baru berseru: "Oooooh ....

keras amat watak kedua orang ini".

"Yaa, mereka sudah dikuasahi oleh semacam peraturan yang keji dan keras, sekalipun mereka ingin hidup lebih jauh, belum tentu organisasi tersebut akan melepaskan mereka dengan begitu saja"

"Benar juga perkataanmu, jika sampai di bikin hidup tak dapat, mati pun tak bisa, memang jauh lebih baik kalau bisa mati dalam keadaan seperti ini"

Kemudian sambil merendahkan suaranya dia berbisik lebih jauh:

"Lote, penjagaan yang diatur disekitar tempat ini tak sedikit jumlahnya, yang pasti bukan hanya beberapa gelintir manusia-manusia itu belaka, tapi heran mengapa tidak nampak mereka lakukan sesuatu gerakan lagi?”

"Mereka sedang menunggu, datangnya kesempatan yang paling menguntungkan sebelum turun tangan ..”

Setelah tertawa, lanjutnya:

"Masih ada satu kemungkinan lagi, yakni mereka sedang menantikan perintah penyergapan lainnya"

"Hayo berangkat, kita tak usah menunggu mereka lagi, sepanjang jalan kita bunuh mereka sampai ludas" Sambil mampersiapkan goloknya, dia segera berangkat lebih dahulu menuju ke depan. Cu Siau-hong dengan pedang terhunus mengikuti pula dari belakangnya dengan kesiap siagaan penuh.

Diluar dugaan mereka berdua ternyata se panjang jalan mereka tidak menjumpai hadangan apapun.

Kian Hui seng maupun Cu Siau-hong dapat merasakan berapa banyaknya jagoan lawan yang bersembunyi disepanjang jalan, tapi anehnya ternyata tak seorangpun diantara mereka yang turun tangan melakukan penghadangan ataupun penyergapan.

Setelah meninggalkan tanah bukit yang amat berbahaya itu Cu Siau-hong baru pelan-pelan berkata lagi: "Kian tayhiap, anak istrimu sudah ada kabar beritanya"

"Mereka berada dimana?" Kian Hui seng segera bertanya dengan wajah berseri.

"Diatas perahu"

"Bagus sekali, mari kita segera pergi menengok keadaan disitu...bila perlu kita babat mereka semua."

"Jangan, perahu itu sudah berada didalam pengawasan kami" "Sekarang kita sudah bentrok secara langsung dengan mereka, bukankah hal ini berarti keselamatan anak istriku sudah amat berbahaya sekali?"

"Kian tayhiap, sewatu aku datang kemari tadi, sudah kuperintahkan kepada mereka untuk mencari kesempatan dan berusana untuk menguasahi perahu besar tersebut"

"Cu cengcu, sekalipun tidak terdapat kesempatan semacam itu, lohu juga tak akan memohon sesuatu, tapi kalau memang kesempatan tersebut ada, Lohu rasa kita sudah seharusnya...”

Terlihat sesosok bayangan manusia berlIarian mendekat. Ternyata dia adalah si bocah pedang Seng Hong!

Seluruh badannya basah kuyup, air masih menetes tiada hentinya dari tubuhnya. Jelas dia baru saja naik ke atas darat.

Dengan suara rendah Cu Siau-hong segera bertanya: "Seng Hong, bagaimana keadaannya?'

"Sungguh beruntung tidak terjadi apa-apa, sergapan suheng dari dalam air telah berhasil membinasakan empat orang pengawal yang berada diatas perahu tersebut.”

"Bagaimana dengan istri dan anakku" seru Kian Hui seng cepat.

“Menjawab pertanyaan Kian tayhiap, Hujin dan nona berada dalam keadaan selamat, ada dua orang dari pihak kita yang terluka, tapi keenam orang pengawal bersenjata diatas perahu telah berhasil kami bunuh semua."

'Bagus... bagus... lohu pasti akan membalas budi kebaikan kalian ini dengan sebaik-baiknya" "Ucapan Kian tayhiap terlalu serius, kesemuanya ini merupakan rencana majikan kami yang teliti dan seksama"

Kian Hui seng berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong, kemudian serunya dengan penuh rasa terima kasih.

"Cu Cengcu, budi tak perlu diucapkan, biarlah kuterima didalam hati saja".. Cu Siau-hong segera tertawa.

“Aku hanya berharap segalanya berjalan lancar, yang paling penting lagi adalah tindak tanduk Kian tayhiap sendiri yang jujur, bijaksana dan mulia, tidak melanggar peraturan lanjit, tidak melanggar peraturan bumi. Orang baik selalu dilindungi Thian, itulah sebabnya pula Hujin dan nona sekalian berada dalam keadaan aman dan selamat'..

"Aaaai.... lohu menyesal sekali, mentang-mentang seorang lelaki, ternyata melindungi anak istri sendiripun tak becus."

"Kian tayhiap, kau tak usah terlalu menyesali diri  sendiri, kelicikan dan kebusukan orang memang luar biasa sekali, untung saja mereka bisa selamat meloloskan diri dari bahaya maut, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya mengatur mereka selanjutnya, agar mereka tak sampai terjebak lagi oleh peraturan musuh sebab aku rasa persoalan itulah baru merupakan persoalan penting yang paling mendesak”

"Benar, lohu akan menghantar mereka pulang ke desa saja"

"Kian tayhiap, sekarang kau telah mengikat tali permusuhan dengan mereka, pembalasan dendam yang mereka laksanakan dikemudian hari sudah pasti akan lebih dahsyat lagi, apakah desa kelahiran Kian tayhiap aman untuk ditempati?"

'Tentang soal itu mah sukar untuk dikatakan, cuma tempat tinggalku adalah sebuah rumah gubuk berpagar bambu, disitu tiada tempat untuk bersembunyi, juga tiada orang yang melakukan penjagaan, kecuali lohu seorang, mereka tak bisa bersilat, jadi seandainya ada orang mencari gara-gara, mereka tak akan mempunyai tenaga serta kekuatan untuk melakukan perlawanan"

“Kalau memang begitu hal mana perlu di pertimbangkan lebih dulu masak-masak"

“Setelah diungkapkan Cu cengcu sekarang lohu menjadi agak kebingungan dibuatnya, sebagai orang persilatan, keselamatan nyawa lohu tak pernah kupikirkan, aaai.. Cuma mereka ibu dan anak sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dunia persilatan, bahkan ilmu silat pun belum pernah mempelajari"

"Kian tayhiap, selama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, tentunya kau mempunyai seorang dua orang teman akrab bukan?"

Kian Hui seng termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya:

"Aku memang mempunyai seorang sahabat karib, bukan saja ilmu silatnya sangat lihay, lagipula diapun pandai pelbagai ilmu kepandaian yang lain, cuma dia sudah menjauhkan diri dari keramaian dunia, entah bersediakah dia untuk menerima mereka ibu dan anak untuk berdiam disana?"

"Persahabatan yang sejati adalah persahabatan didalam hati,   saling   tolong   menolong   merupakan   sesuatu yang lumrah, seandainya dia benar-benar adalah seorang kawan sejati, seharusnya dia tak akan menolak permintaanmu itu"

'Baik" ucap Kian Hui seng kemudian, "lohu akan mengajak mereka ibu dan anak menuju ke sana, sahabatku itu mempunyai kemampuan untuk melindungi mereka, lagi pula tempat itu pun terpencil sekali letaknya, jarang ada orang persilatan yang mengetahui letaknya"'

Cu Siau-hong segcra menghela napas panjang.

"Aaai ... Kian tayhiap, kau jangan kelewat rendah menilai kemampuan lawan-lawan kita, sampai detik ini kita masih belum mengetahui asal-usul mereka yang sebenarnya dan siapa pula pentolan mereka, sebaliknya gerak gerik kita justru selalu berada didalam pengawasan mereka semua, mengerti?"

Kian Hui seng manggut-manggut.

'Perkataanmu memang benar, walaupun mereka telah turun tangan terhadap keluargaku, namun sampai sekarang lohu masih belum tahu siapakah gerangan mereka semua".

"Nah, disinilah terletak bagian yang paling menakutkan dari mereka, sebab kita tak tahu siapakah mereka dan berada dimanakah mereka, seakan-akan seluruh dunia persilatan telah berada didalam pengawasan mereka semua"

"Tapi mereka toh tak dapat meloloskan diri dari perhitungan Cu Cengcu yang lihay"

Cu Siau-hong kembali menghela napas panjang.

"Hal ini tak bisa dijadikan suatu pegangan, kali ini kita pun hanya berhasil karena nasib yang mujur, pertama karena mereka bertindak kelewat gegabah, kedua, kita pun mendapat bantuan dari pada jago Kay-pang dan Pay-kau, keadaan    semacam    ini    mustahil    buat    dijumpai   lagi dikemudian hari, maka Kian tayhiap perlu berhati-hati didalam setiap tindakan dimasa mendatang"

"Baik, baik, setelah mendapat pelajaran kali ini, dikemudian hari lohu tak akan bertindak lagi secara gegabah"

"Sekarang, mari kita jumpai dahulu Hujin dan putri kesayanganmu"

“Mereka berada di mana?'

"Seng Hong dapat membawa kita ke sana."

Seng Hong membawa mereka berdua ke tepi sungai, kemudian menaiki sebuah perahu kecil, setelah itu perahu itupun di jalankan ke tengah sungai memdekati sebuah perahu besar.

Suasana malam yang gelap gulita membuat setiap gerak gerak mereka terasa agak misterius

Suasana diatas perahu besar itu pun remang-remang, hanya nampak setitik cahaya lilin saja sebagai penerangan.

Namun empat penjuru disekeliling ruang perahu dilapisi oleh kain berwarna hitam, oleh sebab itu dari luar orang tak dapat menyaksikan cahaya lentera didalam ruangan tersebut.

Didalam ruangan pun hanya dipasang dua buah lilin.

Cahaya terang menerangi seluruh ruangan membuat pemandangan disekitar sana nampak jelas. Seorang perempuan setengah umur disertai dua orang gadis remaja duduk disitu.

Kening mereka berkerut, sementara rasa ngeri dan ketakutan masih menghiasi raut wajah mereka. 'Siu ci !" begitu melangkah masuk ke dalam ruangan Kian Hui seng segera menghampiri perempuan setengah umur itu.

Berjumpa kembali dengan Kian Hui seng tiba-tiba sekulum senyuman yang hambar menghiasi wajah perempuan setengah umur yang murung itu, sembari membereskan rambutnya yang kusut dia berkata:

"Sungguh tak disangka kami lbu dan anak masih dapat berjumpa lagi dengan kau"

Dua orang gadis itupun serentak bangkit berdiri dan menubruk kedalam pelukan Kian Hui seng.

"Oooh ayah, sungguh menakutkan!' seru mereka hampir bersama, “beberapa orang telah terbunuh, darah banyak yang telah mengalir”

Para muka Kian Hui seng pun diliputi oleh emosi, air mata nampak mengembang pada kelopak matanya, sambil menepuk-nepuk bahu kedua orang putrinya dia berbisik.

"Nak, jangan takut, semuanya sudah berlalu"

Dua orang gadis itupun turut mengucurkan air mata.

Hanya perempuan setengah umur itu yang masih tetap bersikap tenang.. aai, agaknya dia pandai sekali menahan diri.

Setelah menghela napas sedih, dia berkata: 'Hui seng, apakah aku salah?"

Pelan-pelan Kian Hui seng mendorong kedua orang putri kesayangannya lalu menjawab.

"Siu ci, kau tidak salah, kalian tidak mempuyai pengalaman sama sekali terhadap urusan dunia persilatan, tidak seharusnya kutinggalkan kalian sehingga peluang tersebut dimanfaatkan orang lain"

Perempuan setengah umur itu menggelengkan kepalanya berulang kali, akhirnya dia tak dapat menahan air matanya lagi pelan-pelan titik air mata tampak jatuh berlinang.

Sambil menyeka air matanya, kembali dia berkata:

"Hui seng, sungguh menakutkan sekali, mereka mengancam diriku hendak mengganggu putri kita berdua, waktu itu kita berpikir lebih baik mati saja, tapi aku tahu akutak dapat mati, aku harus meninggalkan nyawaku untuk berusaha keras melindungi keselamatan mereka berdua."

Jenggot panjang Kian Hui seng bergetar keras tan pa hembusan angin, mukanya juga mengejang keras sekali,

Agaknya dia sedang berusaha keras untuk mengendalikan pergolakan emosi di dalam hati.

Berpaling memandang sekejap ke arah suaminya, perempuan setengah umur yang bernama Siu ci itu berkata lebih jauh:

"Aku rasa aku tidak sepantasnya mencegah kau untuk mewariskan ilmu silat kepada mereka, seandainya Yongji dan Imji pandai bersilat, bukan saja mereka dapat melindungi keselamatan jiwa sendiri, juga dapat melindungi ibu mereka"

"Siu ci tidak seharusnya kuajak kalian keluar, aku adalah orang persilatan sedang kalian bukan, kalian tidak seharusnya merasakan penderitaan tersebut gara-gara aku"

"Aku telah kawin dengan seorang anggota persilatan, tapi aku berkhayal untuk merubah kenyataan, di dalam kenyataan  terbukti  sudah  kalau  akulah  yang  salah.  Hui seng, kau bukan menegurku, sekarang malah menghiburku, hal ini sungguh membuat aku menyesal sekali"

Kian Hui seng segera tertawa terbahak-bahak.  "Haaahh... haahh... haaahh... sekarang bukankah kita

semua berada dalam keadaan baik-baik? Meski ada rasa kaget, tapi tiada bahaya, manusia hidup di dunia ini memang tak akan terlepas dari kejadian-kejadian yang mengagetkan seperti itu"

Siu-ci menghembuskan napas panjang.

"Hui-seng apakah mereka sudah dewasa?" katanya..

?oooO)d.w(Oooo? KIAN HUI SENG manggut-manggut.

"Yaa, benar! Mereka sudah dapat di bilang telah dewasa"

"Tidak, maksudku andaikata mereka mulai belajar silat sekarang, apakah hal ini masih belum terlambat?"

Kian Hui seng segera tersenyum.

"Siu ci, bukankah kau selalu berharap mereka bisa melakukan suatu kehidupan yang sederhana? Sekarang paling tidak satu dua tahun lagi, mereka sudah akan menikah, Siu ci, biarkanlah mereka kawin dengan orang? orang yang pagi bekerja dan malam pulang ke rumah beristirahat, agar mereka dapat melewati suatu kehidupan yang tenhang aaai! selama banyak tahun ini, aku merasa amat menyesal terhadap dirimu, karena aku jarang sekali mendampingimu, aku selalu berkelana saja sebagai orang persilatan sehingga membiarkan anak istriku menjadi terlantar"

"Hui seng, kau tak boleh berkata demikian" tukas Siu ci cepat, "aku selalu merasa kau bersikap amat baik kepadaku selama banyak tahun akupun dapat hidup dengan puas, soal ini dikarenakan kau saleh dan berbudi luhur, kehidupan terpencil diatas gunung sudah cukup sepi, ditambah lagi aku sering kali tak ada dirumah, keheningan dan kesepian bagaikan dalam kuburan benar-benar merupakan sesuatu yang sukar ditahan Padahal hal ini pun salahku sendiri, coba kalau akupun belajar ilmu silat dan mendampingimu berkelana dalam dunia persilatan, bukankah kehidupan kita pun akan lebih senang dan terjamin?.”

Setelah terjadinya peristiwa itu, suami istri berdua ini bisa saling memahami isi hati masing-masing, bahkan  saling mengemukakan kesalahan sendiri, hal mana membuat hubungan batin mereka berdua terasa makin rukun dan rapat.

Kian Hui seng segera tertawa, mendadak dia mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya.

'Kali ini, kalian bisa lolos dari bahaya maut, sesungguhnya kesemuanya ini berkat bantuan dari Cu cengcu"

"Apakah dia yang telah menolong kita?" tanya Siu ci. "Benar! Dia harus membuang banyak tenaga dan pikiran

untuk berhasil menolong kalian"

Siu ci segera mengangguk.

"Maka dari itu kau harus membalas budi kebaikan ini" 'Benar!"

"Maka, kau harus mengaturkan suatu tempat yang lebih aman buat kami, agar kaupun tak usah merasa kuatir lagi."

"Aaaai, kau sudah tahu semuanya?" Siu ci manggut-manggut.

"Yaa, karena aku sudah mendengar banyak sekali" 'Siu ci, kali ini merupakan terakhirnya bagiku terjun kedalam dunia persilatan, selesai melaksanakan tugas ini, aku akap mematahkan golokku, dan bersumpah tak akan mencampuri urusan dunia persilatan lagi"

Siu ci tertawa hambar.

'Hui seng, kau adalah seorang anggota dunia persilatan, kau mempunyat serangkaian ilmu silat yang bagus, tidak sepantasnya kalau kau menyembunyikan diri dan hidup terpencil sampai tua, sebab bagaimanapun juga kau mempunyai duniamu sendiri"

Kian Hui seng menghela napas sedih, dia seperti ingin menjelaskan sesuatu lagi. Tapi dengan cepat Siu ci, menukas lebih dulu:

"Aku rasa persoalan ini pasti amat penting, waktu berharga bagaikan emas, mengapa kau tidak segera menghantar kami untuk meninggalkan tempat ini... ?"

Sembari berkata dia lantas melangkah menuju keluar ruangan perahu...

Kian Hui seng dan kedua orang putrinya segera menyusul di belakangnya cepat-cepat.

Selama ini Cu Siau-hong tidak menampakkan diri. Berada dalam keadaan seperti ini dia merasa kehadirannya adalah sesuatu yang tak berguna.

Kian Hui song telah pergi berlalu dengan mengajak istri dan kedua orang putrinya. Cu Siau-hong tidak menghantar, diapun tidak saling menyapa dengan Kian Hui-seng.

Walaupun dia telah menyelamatkan Kian hujin dan kedua orang putrinya, tapi apa yang diperoleh dari Kian Hui seng jauh lebih banyak lagi... Ilmu goloknya yang luar biasa telah merangsang Cu Siau-hong untuk memperdalam ilmu pedang yang dipahaminya dalam benak.

Dia seperti sebuah batu asahan, sedang Cu Siau-hong sebagai sebilah pedangnya. Hanya batu asahan yang dapat mempertajam mata pedang.

Hanya saja Kian Hui seng sama sekali tidak mengetahui akan hal ini.

Namun Cu Siau-hong mengerti seandainya dia berjumpa dengan manusia seperti ini, paling tidak dia harus meraba cukup lama sebelum berhasil mencapai kesempatan seperti apa yang berhasil dicapainya sekarang.

Hanya ilmu golok terbaik baru bisa merangsang ilmu pedang yang baik pula.

Kian Hui seng mempunyai banyak kesempatan untuk membunuhnya, tapi dia selalu mengampuni selembar jiwanya.

Ditengah suatu asahan yang kuat, seorang jago pedang yang lihaypun lahir lebih cepat didalam dunia persilatan.

Sambil bersembunyi dibalik kegelapan Cu Siau-hong menyaksikan banyangan tubuh ke empat orang itu mencapai ditepi pantai seberang, kemudian dia baru berpaling dan ujarnya kepada Seng Hong.

'Sampaikan perintahku, suruh Jit hou melindungi secara diam-diam sejauh dua puluh li"

Seng Hong mengiakan, dengan cepat dia melompat pergi.

Pelan-pelan Cu Siau-hong berjalan masuk ke dalam ruang perahu dan duduk termenung disitu. Terlalu banyak persoalan yang dihadapinya,  sekarang dia membutuhkan suatu keadaan yang tenang untuk memikirkan semuanya itu, kalau bisa menemukan suatu cara yang paling baik untuk menghadapi semua persoalan tersebut.

Ong-Peng, Tan Heng mesti dapat membantu, tapi mereka hanya bisa membantu didalam pelaksanaan, sedang rencananya harus dia pertimbangkan sendiri, dan menghadapi masalah besar, dia juga yang harus menentukannya.

Oleh karena itu dia harus memikirkan persoalan itu dengan tenang, sehingga terhadap persoalan-persoalan tersebut dia sudah mempunyai suatu rencana kerja yang sempurna.

Pelan-pelan Hoa Wan berjalan masuk kedalam ruang menghidangkan secawan air teh kemudian mengundurkan diri dari situ.

Tiada orang yang mengusik ketenangan Cu Siau-hong.

Hingga akhirnya Ang Bo-tan masuk ke dalam ruang perahu dengan tergopoh-gopoh dia baru tersadar dari lamunannya.

Cu Siau-hong segera berpaling dan memandang sekejap wajah Ang Bo-tan yang diliputi kecemasan dan kegelisahan itu, kemudian tegurnya.

'Tampaknya kau seperti menghadapi suatu kejadian". 'Benar, budak sudah datang cukup lama, karena melihat

kongcu sedang duduk termenung maka tak berani, mengusik ketenangan kongcu, tapi dalam kenyataan urusan terlalu gawat dan mendesak, sehingga mau tak mau budak harus datang, memohon petunjuk dari kongcu' "Persoalan apa?"

'Kian tayhiap dan anak istrinya telah dilindungi oleh jago-jago Kay-pang dan Pay-kau "

'Mana Jit hou dan Su eng?"

'Mereka semua menunggu didalam ruang tengah, menantikan kongcu'

'Menunggu aku ada urusan apa?"

'Dua di antara Su eng terluka, meski lukanya tidak terlalu parah namun paling tidah harus beristirahat tiga sampai lima hari sebelum dapat sambuh kembali seperti sedia kala, tapi jago-jago lihay musuh agaknya telah mengejar kita sampai disini, dan tampaknya mereka telah mempersiapkan suatu penyerbuan secara besar-besaran terhadap kita"

'Siapa yang memberitahukan hal imi kepada kalian!" "Tan  Heng  yang  bilang,  walaupun  dia  tidak memberi

keterangan   sejelasnya,   tapi   tampaknya   kabar   berita itu

berasal dari mata-mata Kay-pang" Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Sekarang mereka berkumpul disini untuk bertemu dengan aku, persoalan apakah yang hendak dibicarakan! Apakah kalian tahu?"

'Agaknya ingin memohon petunjuk dari kongcu, apakah kita akan mempersiapkan suatu pertarungan mati-matian melawan mereka"

`'Jumlah anggota kita kelewat sedikit apalagi kalau sampai ada yang terluka atau tewas, lebih baik bagi kita bisa menghindari suatu pertarungan kekerasan melawan mereka".. 'Tapi kalau didengar pembicaraau antara Seng Hong melawan Ong Peng, tampaknya pertempuran tersebut sudah tak dapat dihindari lagi"

'Dalam suatu pertarungan pasti akan jatuh korban entah terluka atau tewas, tapi kita harus mencari akal untuk menghindarkan diri dari kejadian-kejadian seperti ini"

"Tampaknya orang-orang yang siap menghadapi kita sudah sampai disini, bahkan segera akan melancarkan serangan'.

Cu Siau-hong segera mengulapkan tangannya, menukas pembicaraan Ang Bo tan yang belum selesai katanya:

"Kalian boleh pergi dulu!"

Ang Bo tan mengiakan dan segera membalikkan badan mengundurkan diri dari situ.

Sekali lagi Cu Siau-hong termenung beberapa saat lamanya, setelah berhasil mendapatkan suatu perencanaan garis besarnya, dia baru bangkit berdiri dan melangkah kedalam ruangan depan.

Di ruang depan duduk Jit hou, Su eng, babkan dua anggota Su eng yang terluka pun hadir pula disana. Kedua orang Kiam tong dan Seng Tiong-gak juga telah berkumpul semua disana.

Hanya Tiong It-ki seorang yang belum tiba.

Ditengah ruang depan penuh duduk manusia, mereka sedang berbisik-bisik membicarakan sesuatu, ketika Cu Siau-hong melangkah masuk ke dalam ruangan, suasana diruangan itu segera menjadi hening kembali.

Serentak para jago bangkit berdiri.

Cu Siau-hong mengulapkan tangannya sambil berseru: "Saudara sekalian, silahkan duduk kembali!'

Seng Hong segera melangkah kedepan buat mengambilkan sebuah kursi kebesaran buat Cu Siau-hong.. Menanti Cu Siau-hong telah duduk para jago baru pelan pelan duduk kembali

Sambil melangkah maju ke depan, Ong-Peng segera berkata.

"Kongcu kami ada urusan penting yang hendak disampaikan, karenanya mau tak mau terpaksa kami harus mengganggu ketenangan kongcu"

"Ada urusan apa?"

'Kian tayhiap suami istri dan kedua orang putrinya telah dilindungi oleh para jago Kay-pang serta Pay-kau"

Cu Siau-hong hanya manggut-manggut tanpa menjawab.

"Hamba sekalian mendapat kabar, konon ada sekelompok manusia yang tidak jelas asal usulnya sedang bergerak mendekati tempat ini"

'Apa sangkut pautnya dengan kita?"

"Besar sekali sangkut pautnya, konon kedatangan orang orang itu adalah khusus untuk mencari gara-gara dengan kita"

'Oooooh apakah kabar berita ini dapat dipercaya?"

"Sembilan puluh persen tak bakal salah lagi". "Lanjutkan, apa maksud kedatangan mereka dan apa

pula sangkut pautnya dengan kita?"

"Konon kedatangan mereka kemari bermaksud menyergap kita semua"

"Mereka datang dari mana?" "Kurang jelas, agaknya secara tiba-tiba saja mereka munculkan diri dari tempat ini"

Cu Siau-hong termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata:

"Hal semacam ini hanya merupakan suatu dugaan belaka, mereka bisa muncul secara tiba-tiba tanpa disadari dan diketahui siapapun, hal ini menunjukkan kalau kedatangan mereka adalah dengan cara menyaru sebagai pelbagai macam corak manusia"

"Agaknya memang begitu"

Walaupun Ong Peng yang menyampaikan berita tersebut tentu saja kabar berita itu datangnya dari pihak Kay-pang, atau dengan perkataan lain, kemunculan dan kedatangan mereka ke tempat itu sama sekali tidak dirasakan oleh pihak Kay-pang.

"Berapa jumlah mereka yang datang kemari?" "Lebih kurang dua tiga puluh orang"

"Bagaimana cara mereka menyusup sampai disini?",

“Suasana di dermaga sungai Siang kang amat kalut dengan pelbagai manusia yang berlalu lalang kesana kemari, seandainya mereka datang dengan suatu penyaruan yang seksama, kemudian baru menyusup kemari, maka hal ini boleh dibilang merupakan suatu persoalan yang sukar untuk diselidiki yang sejelasnya."

'Benar, mungkin didalam keadaan seperti inilah mereka menyusup datang kemari"

"Kongcu, hamba rasa jumlah mereka yang datang kemari tak sedikit, sekalipun melewati suatu penyaruan yang  seksama,  tapi  bila  ingin  menyusup  kemari  secara gampang, sesungguhnya bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu gampang."

"Benar, mereka toh berhasil juga menyusup kemari, bahkan berhasil menghindarkan diri dari pengawasan banyak mata-mata kita, aku pikir, dibalik kesmuanya itu hanya terdapat semacam kemungkinan.."

Ia mulai menunjukkan kepintarannya didalam membahas setiap masalah yang sedang dihadapinya, pelan pelan ujarnya lebih jauh:

"Besar kemungkinan mereka adalah orang-orang yang bekerja di sekitar dermaga sungai Siang kang"

"Soal ini... soal ini..."

"Aku tahu, mungkin kalian kurang begitu percaya dengan ucapanaku ini" tukas Cu Siau-hong, "tapi dalam kenyataan sebenarnya hal ini mudah sekali diketahui, bayangkan saja, andaikata mereka datang dari tempat jauh, mustahil kehadiran mereka tidak diketahui oleh mata-mata Kay-pang yang begitu banyak dan ketat, tapi mereka toh muncul juga disini, bagaimanapun juga mustahil bukan kalau orang-orang itu datangnya dari langit?"

"Keterangan kongcu memang benar"

"Kalau toh mereka bisa mendirikan sebuah kebun raya Ban-hoa-wan sebagai markas besarnya di kota Siang yang, mengapa tidak pula dengan sekitar dermaga sungai Siang kang"

"Setelah kongcu berkata demikian, kami baru merasa kalau hal ini memang ada betulnya juga" Dengan wajah serius Cu Siau-hong segera berkata lebih jauh. "Kelihatannya kita sedang mengawasi mereka, padahal di dalam kenyataannya justru semua gerak gerik kitalah yang berasa di bawah pengawasan mereka..."

"Kenyataan memang demikian adanya." Ujar Seng Tiong-gak pula, "beberapa kejadian yang berlangsung selama berapa hari ini menunjukkan kalau gerak gerik kita selama ini memang berada dibawah pengawasan orang lain, dalam suatu lingkaran besar mereka seakan-akan berhasil menempati posisi yang lebih menguntungkan, sebaliknya dalam lingkungan yang kecil mereka pun seperti berulang kali mengalami kegagalan total"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar