Pada saat itulah, mendadak salah seorang diantara kedua orang dayang tersebut berkata dengan suara dingin:
“Cu cengcu, sekalipun dia kau bunuh juga percuma, sebab dia tak dapat mengambil keputusan apa-apa' "Siapa yang dapat mengambil keputusan? Bila dia seorang lelaki sejati, sepantasnya kalau dia segera menampilkan diri"
Dayang itu segera tertawa dingin.
"Hmmmm, dia memang bukan seorang lelaki sejati'” jengeknya.
Cu Siau-hong agak tertegun, kemudian serunya: “Kalau begitu, orang itu adalah nona?"
"Benar, memang aku!"
“Maaf, maaf, tolong tanya siapakah nama nona?'
Walaupun Cu Siau-hong merasakan suatu rasa tercengang dan diluar dugaan menghadapi perubahan tersebut, akan tetapi di atas wajahnya dia masih memperlihatkan sikap yang amat tenang.
Dayang itu tertawa hambar, lalu katanya dengan suara merdu: "Aku bernama Liu Yan!"
"None Liu, indah amat namamu itu.."
Setelah berhenti sebentar, kemudian lanjutnya:
"Kalau begitu, Lok hujin ini adalah Lok hujin gadungan?'
"Itu mah tidak, dia adalah Lok hujin yang sesungguhnya dan kau dapat melihat hal ini dari tindak tanduk serta mimik wajahnya, seseorang yang menyaru muka dia tak akan bisa memperlihatkan sikap yang begini mantap dan serius"
“Ehmmm, sungguh tidak kusangka kalau kalian pun bersekongkol juga dengan kaum pembesar." 'Kekuatan kami sudah menyebar luas di seantero dunia persilatan, tiada lubang yang tak dapat kami tembusi, setiap tempat yang berada di dunia ini kemungkinan besar terdapat pula mata-mata kami, disana pula terdapat pembunuh-pembunuh kami yang siap melaksanakan tugasnya".
"Kedengarannya memang menakutkan sekali'.
"Siapa tahu diantara anak buah yang Cu kongcu bawa terdapat pula salah seorang diantara mereka!"
"Oooh... perkataan nona tampaknya makin lama semakin hebat dan menarik..".
Mendadak sikapnya berubah menjadi amat serius, lanjutnya lebih jauh:
"Nona Liu, perduli betapa besarkah daya pengaruh yang dimiliki organisasi kalian, aku tak akan merasa jeri atau takut, aku rasa sekarang, lebih baik nona mengambil keputusan lebih dulu atas persoalan yang berada didepan mata sekarang"
"Cu cengcu, dewasa ini ditangan kami telah berhasil mencengkeram tiga lembar nyawa orangmu, sedangkan kau berhasil mencengkeram seorang Lok hujin, bila kau sampai berani melukai istri seorang panglima perang, maka bagi seorang cengcu kecil seperti kau, hal ini sesungguhnya merupakan suatu peristiwa yang kurang baik"
'Nona Liu, bila aku menganggap kejadian ini merupakan suatu ancaman yang amat besar bagiku, maka pendapatmu itu keliru besar, nona Liu jangan lupa kalau disini masih ada kau, kecuali bila kau merasa memiliki kemampuan untuk menangkan diriku.."
"Setelah aku menampilkan diri, itu berarti persoalannya sudah tak ada sangkut pautnya lagi dengan Lok hujin, lepaskan dia, aku dapat melayanimu dengan baik, mau bertarung atau bertanding, akan kulayani semua kehendak hatimu"
Cu Siau-hong termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian menjawab:
"Baik, kalau toh nona Liu bersedia untuk menampilkan diri, hal ini memang jauh lebih baik lagi."
Dia segera melancarkan dua buah totokan untuk menotok jalan darah Lok hujin, kemudian menarikan ke belakang dan diserahkan kepada Seng Hong sambil berkata:
"Jaga dia"
Seng Hong menerima tubuh Lok Hujin dan meletakkan disamping.
Liu Yan menyaksikan kejadian itu segera berubah muka, serunya keras-keras: "Cu cengcu, apa maksudmu?"
"Kelicikan orang persilatan kelewat berbahaya, bagaimanapun juga aku mesti berhati-hati dalam setiap tindakanku."
"Hmmm, manusia pengecut yang tak bernyali!" maki Liu Yan sambil tertawa dingin. Cu Siau-hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
'Haaahhh.... haaahhh.......haaahhh.... nona, sekarang kita boleh berbincang-bincang lebih jauh!"
"Katakan"
'Lepaskan tiga orang anak buahku dan serahkan tiga bersaudara yang kalian tangkap, aku jamin perahu ini tak akan kuusik barang sedikitpun juga!"
Mendadak Liu Yan menggetarkan sepasang lengannya, sebuah kain baju panjang yang dikenakan segera hancur berkeping-keping dan rontok ke bawah hingga tampaklah baju ringkasnya berwarna hitam.
Seng Hong serta Ong Peng yang menyaksikan kejadian itu jadi amat terperanjat, paras muka mereka sampai berubah hebat.
`Penampilan dari Liu Yan barusan menunjukkan kalau ilmu silat yang dimilikinya benar-benar luar biasa sekali.
Ternyata untuk menggetarkan sebuah pakaian yang dikenakan sehingga hancur menjadi berkeping-keping bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu mudah.
Hal itu membutuhkan suatu penyaluran tenaga dalam yang bisa dikerahkan menuruti kehendak hati sendiri, dan lagi dari setiap bagian tubuhnya harus dapat mengerahkan tenaga yang paling kuat pada saat yang bersamaan, dengan begitu sebuah pakaian yang dipakai dapat hancur berkeping-keping tepat pada saat yang bersamaan.
Sepintas lalu, Liu Yan nampaknya baru berusia tujuh delapan belas tahunan, sungguh tak disangka ternyata ia berhasil memiliki kepandaian yang begitu sempurna.
Seng Hong, Ong Peng dan lain-lainnya menyadari bahwa mereka tak sanggup melakukan seperti apa yang dilakukan nona itu.
Tentu saja setiap orang mempunyai keistimewaan yang berbeda-beda, kesempurnaan kepandaian yang dimilikipun berbeda, ada yang lebih sempurna didalam permainan pedang, yang lebih sempurna dalam permainan telapak tangan, ada pula yang lebih sempurna didalam tenaga dalam atau pun ilmu pukulan.
Dan sekarang, penampilan dari Liu Yan itu menunjukkan akan kesempurnaan dibawah tenaga dalam. Cu Siau-hong merasa terkesiap juga setelah menyaksikan adegan tersebut, tapi ia sudah mampu untuk mengendalikan diri, wajahnya masih nampak tenang sekali, malah sambil tertawa hambar katanya:
"Nona, sempurna betul tenaga dalammu."
"Cu cengcu!" tegur Liu Yan kemudian, "kau bermaksud hendak turun tangan sendiri? Ataukah hendak menyuruh ke dua orang anak buahmu itu untuk mencoba lebih dulu."
"Tentu saja aku turun tangan sendiri, tapi sebelum itu, aku hendak menerangkan satu hal lebih dulu."
"Mengulur waktu bagiku tak akan menimbulkan kerugian apa-apa, katakan saja"
"Pertarungan yang hendak kita langsungkan setelah ini hanya terbatas untuk menentukan menang kalah? Ataukah pertarungan untuk menentukan mati hidup masing masing?"
"Kepalan tangan maupun senjata tak bermata, bila pertarungan sudah berlangsung maka sukar untuk dijamin tak bakal terluka atau mati, lagi pula kita bertarung toh bukan cuma bermaksud untuk main-main saja?..
"Oooh... jadi maksud nona, begitu pertarungan dimulai maka kita akan saling menentukan mati hidup masing masing?"
"Kalau toh partarungan sudah dimulai, tentu saja tak perlu ragu-ragu didalam melancarkan setiap serangan. "
Dia berpaling dan memandang sekejap dayang yang berada disisinya, kemudian menabahkan:
"Sampaikan perintahku, bila mereka berani melukai Lok hujin, maka cincang tiga orang yang kita tawan itu menjadi hancur berkeping-keping, kemudian lemparkan kedalam sungai sebagai umpan buaya!"
Dayang itu mengiakan dan segera membalikkan badan siap berlalu dari tempat itu.
Mendadak dengan suatu kecepatan luar biasa Seng Hong membalikkan badannya dan menghadang jalan pergi dayang tersebut, bentaknya:
"Nona, harap berhenti!"
Dayang itu sama sekali tidak takut menghadapi hadangan dari Seng Hong, sambil tertawa katanya:
“Saudara cilik, apakah kau sedang menggertak aku?" 'Tidak, aku kenal dengan nona, tapi pedangku tidak
mengenal orang, lagi pula aku bersungguh-sungguh" Dayang itu segera tertawa dingin.
"Saudara cilik, aku lihat lebih baik kau menyingkir saja memberi jalan lewat bagiku."
"Mengapa?"
"Sebab nona Liu telah menurunkan perintah dan suaranya cukup keras, aku yakin orang yang berada di bawah geladakpun dapat mendengar perintah tersebut dengan jelas."
"Kalau memang sudah terdengar, maka nonapun tidak usah lagi repot-repot pergi memberitahukan hal ini kepada mereka"
"Aku takut mereka tidak mendengar dengan jelas, andaikata mereka sampai salah mendengar sehingga segera turun tangan untuk mencincang tubuh tiga orang rekanmu dan membuang mayat mereka ke dalam sungai, bukankah hal ini akan merupakan suatu musibah yang sanagat mengenaskan?"
Dayang itu benar-benar amat pintar dan pandai bersilat lidah, bahkan apa yang diucapkan ternyata mempunyai ancaman yang cukup besar.
Seng Hong yang termashur karena kecerdasannya itu menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya. Setelah tertegun sesaat, dia baru berkata dengan suara pelan:
"Dengarkan baik-baik, bila kau sampai mencincang ke tiga orang rekan kami itu, hal mana berarti memaksa kami untuk melakukan pembunuhan secara besar-besaran, paling tidak ditempat ini kalian terdiri dari empat orang"
Dayang itu segera menutupi mulut sendiri sambil tertawa cekikikan, serunya:
"Diluarnya saja nampak galak, padahal dalam hati kecilnya ketakutan, bukankah begitu? Sekarang, ketiga orang rekanmu itu sudah tergeletak disana sambil menunggu dijagal orang, setiap saat kami dapat turun tangan, sedang kami? Berbeda sekali keadaannya"
Seng Hong segera berpaling ke arah Cu Siau-hong, ketika dilihatnya pemuda itu tidak bermaksud untuk segera turun tangan, dengan suara dingin ia lantas berkata lebih jauh:
'Apa bedanya? Apakah kalian bukan manusia?"
"Tentu saja kami adalah manusia! Tapi Cu cengcu kalian yang masih muda itu belum tentu bisa menandingi kelihayan dari nona Liu kami, dan lagi kamu sendiripun belum tentu dapat membunuh diriku."
Tiba-tiba terdengar Congkoan setengah umur itu tertawa tergelak pula dengan suara keras: "Cu cengcu, lebih baik kau sedikit tahu diri, kecuali Lok hujin yang lagi kau tawan, asal kami memberi komando, dengan cepat akan muncul orang yang lebih banyak lagi untuk menyerbu ke dalam ruangan perahu ini"
"Tak usah mengancam Cu cengcu ini", kata Liu Yan sambil tertawa, "apakah kau tak dapat melihat bahwa Cu cengcu ini adalah seseorang yang tak mau diancam.'
'Nona, aku bukan menggertak, aku berbicara dengan sejujurnya" kata Congkoan itu.
'Sekalipun kau berbicara dengan sejujurnya, orang lain toh tak akan mempercayai dengan begitu saja"
Sudah selesaikah pembicaraan kalian belum?` tiba-tiba Cu Siau-hong menegur. Liu Yan segera tertawa.
"Cu cengcu, apakah kau tidak percaya kalau kami akan membunuh orang? Baiklah, mari kita buktikan bersama"
"Banyak kejadian besar yang berlangsung dalam dunia persilatan ini, bila seseorang sudah berani terjun kedunia kangou, dia harus menyerahkan nasibnya ditangan Thian, mati hidup toh bukan suatu masalah besar yang perlu dibingungkan"
"Baik, Cu cengcu memang benar-benar sangat gagah dan mengagumkan sekali"
Cu Siau-hong memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya: 'Oooh, aku rasa lebih baik kita mulai lebih dulu!"
'Setiap saat siaumoay nantikan petunjuk mu itu, cuma dalam ruangan perahu ini kelewat sempit, aku kuatir semua kepandaian kita tak dapat digunakan dengan sebaik baiknya.
Dalam hati Cu Siau-hong segera berpikir: "Budak ini licik sekali, tampaknya dia selalu berusaha untuk memancingku keluar dari ruangan perahu ini, aku tak boleh sampai tertipu oleh akal bulusnya."
Berpendapat demikian diapun menjawab:
"Aku rasa bertarung di tempat ini jauh lebih cocok!" "Baik, silahkan cengcu turun tangan"
Walau dimulut dia berkata mengalah, namun tangan kanannya segera digerakkan, dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dia melancarkan sebuah serangan kedepan, sehingga baru saja ucapan tersebut selesai diutarakan ujung jarinya sudah berada didepan dada Cu Siau-hong.
Cepat-cepat Cu Siau-hong mengayunkan tangan kanannya, segulung angin pukulan berhembus lewat memukul kesamping datangnya ancaman dari pihak lawan
Liu Yan segera membalikkan tubuhnya, mendadak sepasang kakinya melayang keangkasa melepaskan serangkaian tendangan berantai.
Tindakan yang di lakukannya barusan benar-benar luar biasa dan sangat mendadak, andaikata selama beberapa hari ini kepandaian silat, yang dimiliki Cu Siau-hong tidak peroleh kemajuan yang pesat, niscaya sulit baginya untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Tapi Cu Siau-hong berhasil meloloskan diri dari sergapan maut tersebut.
"Suatu kepandaian yang amat bagus' puji Liu Yan.
Ditengah bentakan keras, secara beruntun dia lancarkan kembali empat buah pukulan dan enam buah tendangan kilat.
Setelah serangan demi serangan dilancarkan, tubuh nona tersebut seolah-olah tak pernah melayang turun ke atas tanah, melainkan hanya berputar terus di udara sambil melepaskan serangannya.
Ruangan perahu pembesar ini meski agak lebih tiggi dibandingkan dengan ruang perahu lain, namun bukan suatu pekerjaan yang gampang bila hendak dipakai untuk melancarkan sergapan dari tengah udara.
Meski Liu Yan berperawakan kecil, tapi diapun sukar untuk melayang ditengah ruangan yang begini rendah.
Cu Siau-hong sudah belajar bagaimana memperhatikan situasi, maka dia dapat memperhatikan semua gerakan lawannya dengan seksama.
Tiba-tiba ia menemukan posisi Lui Yan selagi melambung, yakni mempertahankan badannya yang melengkung.
Sepasang kakinya selalu ditarik kebelakang, sehingga badannya berbentuk seperti lengkungan busur. Justru karena itulah, serangan yang dilancarkan olehnyapun bisa kelewat cepat dan gencar. Sepintas lalu tubuhnya nona itu seperti sebuah bola yang menggelinding ditengah udara saja.
Selama ini Cu Siau-hong hanya dapat menyambut puluhan jurus serangan gencar yang dilepaskan Liu Yan tanpa berhasil melepaskan sejurus serangan balasannya pun.
Diam diam sianak muda itu berkerut kening, dia merasa tempat tersebut memang kelewat sempit sehingga terdapat banyak jurus serangan yang tak mampu digunakan secara baik.
Sesudah melepaskan serangkaian serangan berantai, Liu Yang baru melayang turun ke tanah, serunya sambil menghembuskan napas panjang: "Cu cengcu, mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan?"
Walau pun Cu Siau-hong dapat mendengarkan kalau dibalik perkataan Liu Yan terselip sindiran yang tajam, namun dia tetap bersikap amat tenang, sebab ia belum berhasil dikalahkan lawan.
Setelah tertawa hambar, pelan-pelan Cu-Siau-hong menjawab:
"Serangan yang nona lancarkan kelewat cepat sehingga aku tak berkesempatan untuk melancarkan serangan balasan, cuma hal ini bukan berarti nona Liu telah berhasil memenangkan pertarungan ini, bukan begitu.”
"Tapi paling tidak pun Cu cengcu tidak berhasil meraih kemenangan pula dalam pertarungan ini"
"Nona, dewasa ini menang kalah belum-ditentukan dan pertarungan yang berlangsung belum selesai, benar bukan?"
"Benar! Sekarang memang masih belum diketahui bagaimanakah akhir dari pertarungan ini" Cu Siau-hong tertawa.
'Betul! Kita memang belum bisa mengetahui siapa yang menang dan siapa yang kalah, maka sekarang aku akan mulai lagi'
'Cu cengcu sudah siap melancarkan serangan?"
`'Benar, berhati-hatilah nona"
Mendadak pemuda itu melancarkan sebuah pukulan ke depan.
Serangan itu amat sederhana tanpa perubahan apapun, tampaknya merupakan sebuah pukulan yang paling umum.. Ternyata Liu Yan tak berhasil menemukan perubahan apakah yang tersembunyi di balik serangan yang nampaknya amat sederhana itu..
Ketika melihat ancaman tersebut sudah hampir mendekati tubuhnya, secara tiba-tiba Liu yan baru melepaskan sebuah totokan untuk mengancam jalan darah pada urat nadi dipergelangan tangan Cu Siau-hong..
Dengan cekatan anak muda itu membalikkan pergelangan tangannya, sebuah pukulan lurus yang biasa dan sederhana mendadak berubah bentuknya menjadi lengkungan ke bawah, kelima jari tangannya melancarkan serangan bersama-sama.
Lima gulung desingan angin tajam segera meluncur bersama ke depan, mengancam jalan darah penting diatas pergelangan tangan Liu Yan.
Buru buru nona itu menarik kembali pergelangan tangannya sambil melompat mundur ke belakang, sayang gerakanrya itu toh terlambat selangkah tahu-tahu urat nadi pada pergelangan tangannya sudah tersambar oleh serangan musuh.
Dia segera merasakan urat nadi di pergelangan tangannya menjadi kaku, sebelum suatu tindakan apapun dilakukan, Cu Siau-hong telah menerjang kedepan dan mencengkeram pergelangan tangan kirinya.
"Nona! 'katanya kemudian dengan suara dingin, "sekarang menang kalah sudah di ketahui"
Paras muka Liu Yan berubah menjadi hijau membesi, sambil tertawa dingin katanya:
"Ilmu silat macam apaan itu?" "Entah ilmu silat apa yang kugunakan, yang pasti aku telah berhasil menguasahi dirimu sekarang"
Paras muka Liu Yan berubah menjadi dingin bagaikan salju, pelan-pelan ujarnya.
"Kalian tak usah memperdulikan soal mati hidupku lagi, dan kau pun tak usah menggunakan keselamatan jiwaku sebagai ancaman, cuma bila aku mati maka mereka pasti akan membalaskan dendam bagiku"
"Hmmm, tiga nyawa ditukar dengan empat nyawa, kalian tak akan berhasil meraih keuntungan apa-apa!"
Begitu selesai berkata, jari tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan totokan kilat yang menghajar dua buah jalan darah penting ditubuh Liu Yan, kemudian lanjutnya:
"Nona, bila kau bertekad hendak mampus, maka kau akan mati ditangan kami, aku pasti tak akan memberi kesempatan bagimu untuk melakukan bunuh diri"
Dua buah jalan darah penting diatas tenggorokan Liu Yan telah tertotok, berada dalam keadaan begini sekalipun dimulutnya dia menyiapkan obat beracun juga tak mungkin baginya untuk menelannya.
Cu Siau-hong segera memandang ke arah dayang lainnya kemudian berkata lagi:
"Ilmu silat yang dimiliki Liu Yan sangat lihay, aku rasa kaupun bukan seorang manusia yang gampang untuk dihadapi'
Dalam pada itu, dayang yang lain berada dalam pengawasan Seng Hong yang amat ketat, selama ini tangan Seng Hong meraba terus diatas gagang pedangnya, bersiap sedia melakukan serangan secara tiba-tiba. Asal dayang itu melakukan sesuatu tindakan yang diluar dugaan, maka dengan suatu kecepatan yang paling tinggi Seng Hong akan melancarkan tusukan lebih dulu.
Bila seorang tokoh sakti dari dunia persilatan sudah mulai mengerahkan tenaganya untuk mempersiapkan diri, sering kali akan terasa segulung hawa pembunuhan yang tebal menyelimuti diseluruh angkasa.
Dayang itu segera menghembuskan napas panjang, katanya: "Cu cengcu, kau terlalu tinggi menilai kemampuan diriku"
'Nona, padahal kaupun tak usah kelewat merendahkan diri, bila nona tak mau mengerahkan tenaga untuk melakukan perlawanan dan menyerahkan diri dengan begitu saja. bukankan kau akan mati dengan mata tak meram ?"
Dayang itu tertawa hambar.
"Cu cengcu, aku mengerti sedikit tentang kepandaian silat, cuma kepandaian silatku tak mampu melebihi kemampuan Lok hujin, lebih-lebih lagi kemampuan nona Liu Yan, daripada memperlihatkan kejelekan dihadapan orang lain, lebih baik tak usah dipeilihatkan saja'
"Ehmm... tampaknya kau memang seorang yang tahu diri!" seru Seng Hong tiba-tiba.. Dayang itu tertawa hambar.
"Tanganmu meraba gagang pedang sambil mempersiapkan diri terus menerus, tampaknya setiap saat seranganmu bakal dilancarkan, aku tahu kalau pedang dan golok tak bermata, buat apa aku mesti menyerempet bahaya dengan percuma?"
Cu Siau-hong tertawa dingin tiba-tiba serunya: "Seng Hong lancarkan serangan menyerang tangan kirinya!"
Secepat sambaran petir Seng Hong mengayunkan pedangnya dan mengancam pergelangan tangan kiri dayang tersebut.
Ternyata secara tiba-tiba tangan kiri dayang itu telah merogoh ke dalam sakunya. Sambil mendengus dingin Seng Hong berkata lagi:
"Nona, sakarang luruskan tangan kirimu ke depan!"
"Tak usah kelewat berbaik hati lagi", sela Cu Siau-hong, "bila dia tidak menurut, segera kutungi lengan kirinya itu"
-oOo>d’w<oOo-
DAYANG itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, katanya sambil tertawa:
"Aku tidak percaya engkoh cilik ini akan tega untuk mengutungi lenganku yang begitu putih dan halus ini..."
Mendadak Seng Hong menekan pedangnya kebawah, darah segar segera berhamburan kemana-mana, tahu-tahu sebuah lengan yang putih halus sudah terjatuh ke tanah.
Setelah lengan kirinya kutung dan terjatuh ke tanah, apalagi menyaksikan darah yang bercucuran dengan amat derasnya, dayang itu baru merasakan kesakitan yang merasuk sampai ketulang sumsum, sambil menjerit keras dia segera mundur tiga langkah
Seng Hong menggerakkan kembali pedangnya dan menempelkan senjata tersebut diatas tengkuk dayang tersebut, katanya: "Nona, jika kau tidak menurut lagi, jangan salahkan kalau aku akan memenggal batok kepalamu"
"Nona jangan salahkan kami terlalu kejam dan tak mengenal ampun, aku percaya senjata rahasia yang berada ditanganmu itu pastilah senjata rahasia yang amat berbahaya!" kata Cu Siau-hong pelan.
?oooO)d.w(Oooo?
SENG HONG mencoba untuk mengalihkan sorot matanya kelantai perahu, maka terlihat olehnya dalam genggaman tangan yang terpapas kutung dan tergeletak diatas lantai itu nampak dua butir peluru berwarna hitam pekat.
Kedua butir peluru berwarna hitam itu sedang menggelinding diatas lantai. Dengan sangat berhati-hati Cu Siau-hong mengambilnya kemudian membuang keluar perahu.
Menyaksikan kesemuanya itu, Seng Hong segera mengerahkan tenaganya lebih besar lagi untuk menekankan pedangnya di atas tengkuk lawan, seakan-akan dia hendak merobek kulit leher dayang itu serta memenggal batok kepalanya.
Dengan perasaan terperanjat, dayang itu menjerit keras. "Jangan!"
Agaknya dia tahu kalau dirinya sudah salah bertindak, maka mulutnya cepat-cepat membungkam kembali.
"Nona" kata Cu Siau-hong kemudian, "di antara kalian berempat, tampaknya nasib-mu paling jelek, aku mengerti bahwa kemungkinan besar kalian terikat oleh suatu peraturan yang sangat ketat sehingga membuatmu tak berani berbicara, cuma sayang kau harus memilih salah satu diantara kedua pilihan tersebut, sekalipun kedua-duanya akan berakhir kurang baik bagimu"
"Aku... aku..."
'Kau tak usah mencoba menjebakku dengan ucapan, sebab aku bukan manusia yang termashur atau punya nama besar di dalam dunia persilatan, kamipun tak akan terlalu mengikat diri dengan segala macam peraturan dalam duna persilatan, kami hanya tahu melaksanakan apa yang menurut kami baik, jika nona tidak bersedia menjawab pertanyaan yang kuajukan, maka aku akan menyuruh dia untuk membunuhmu.”
Sementara itu si dayang tersebut telah menotok kedua buah jalan darah penting diatas sikutnya untuk menghentikan darah yang mengalir, walaupun rasa kaget dan ngeri yang menghiasi wajahnya belum lenyap, namun orangnya sudah jauh lebih tenang.
Setelah tertawa getir katanya:
"Bila kau bersikeras hendak membunuhku, yaa, anggap saja memang aku bernasib buruk, aku tak dapat memberitahukan apa-apa kepadamu!`
Dalam hati kecilnya Cu Siau-hong segera berpikir. "Untuk menghadapi manusia semacam ini bila tidak
kutunjukkan sedikit kekejaman mungkin sulit untuk
membuat mereka takluk. "
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
'`Nona, maaf sekali, bila kau tak mau berbicara, terpaksa aku harus membunuh-mu."
Sambi menggelengkan kepalanya berulang kali dia lantas memberi tanda kepada Seng Hong untuk turun tangan. Seng Hong segera menggerakkan pedang nya dengan cepat, 'Sreet?" dimana pedangnya menyambar lewat, sebutir batok kepala segera menggelinding keatas tanah.
Ditengah semburan darah yang memancar keempat penjuru, mayat dayang itu segera roboh diatas tanah..
Tanpa berpaling lagi, Cu Siau-hong membalikkan badannya dan menghampiri Liu Yan, kemudian katanya pula dengan suara dingin:
"Nona, kami pun akan memberi suatu kesempatan kepadamu untuk mempertahan kan kehidupanmu"
Bila menyaksikan seseorang yang hidup segar bugar, tahu-tahu kepalanya menggelinding memisahkan diri dengan badannya, maka sedikit banyak peristiwa tersebut cukup menggetarkan hati siapa saja.
Kendatipun Liu Yan telah berusaha keras untuk mempertahankan ketenangannya, tapi dari balik sorot matanya toh terpancar juga perasaan seram yang amat tebal.
"Mau apa kau?." teriaknya.
"Aku hendak mengajukan pertanyaan kepadamu, bila kau tidak bersedia menjawab, maka orang itu merupakan contoh yang paling baik untukmu."
"Kau hendak membunuhku?"
"Itu tergantung pada keputusan nona send iri" "Keputusanku sendiri?"
"Benar! Bila nona bersedia untuk bekerja sama, tentu saja aku akan memberi kehidupan bagimu, tapi kalau kau enggan memberikan jawaban yang kami butuhkan, kemungkinan besar aku hendak membunuh-mu." "Tahukah kau, aku mempunyai kedudukan apa?"
"Kedudukanmu jauh lebih tinggi daripada mereka semua..." Cu Siau-hong segera tertawa.
"Soal ini aku tak akan memikirkannya di dalam hati, membunuh satu orang juga sudah mengikat tali permusuhan, membunuh sepuluh orang permusuhan itupun tidak dapat dihilangkan, maka dari itu aku berharap setiap pertanyaan yang kuajukan bisa nona jawab dengan sebaik baiknya"
"Aku..."
"Seng Hong' Cu Siau-hong segera menukas, "bila kuajukan pertanyaan pertama nanti dan dia tak mau menjawab, maka kau boleh memenggal batok kepalanya"
"Menjawab pernyataan majikan, bila kita bunuh orang ini, bukankah kita tak bisa bertanya lagi kepada yang lain" kata Seng-Hong.
"Masih ada dua orang yang hidup"
"Sekalipun masih ada dua orang, mereka juga tak akan tahu apa-apa" sahut Liu Yan cepat..
"Bila mereka tidak tahu, aku akan membinasakan pula kedua orang itu....
"Tampaknya kau sangat gemar membunuh"
"Dalam dunia persilatan memang tidak terdapat manusia semacam kami ini maka kamipun tidak terlalu takut melanggar segala macam peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan."
'Kalau dilihat dari kepandaian silat yang kalian miliki serta kegagahan yang terpancar dari tubuh kalian, seharusnya sebagai anak muda kalian bisa mengembangkan karier masing-masing dengan sebaik-baiknya, sayang sekali kemunculan kalian bukan pada waktunya"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau-hong segera berpikir dalam hati kecilnya:
"Daripada bertanya secara langsung, mengapa aku tidak mencoba untuk mengajaknya berbincang-bincang kemudian mencoba untuk mencari keterangan dari pembicaraannya? Mungkin dengan berbuat demikian aku bisa menemukan sesuatu yang penting artinya?."
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Bukan waktunya? Mengapa?"
"Karena masih ada sebuah organisasi yang sepuluh kali lipat lebih kuat dan lebih dahsyat daripada kalian masih bergerak dalam dunia persilatan"
"Soal ini, mengapa belum pernah kami dengar sebelumnya?'.
Ternyata Liu Yan pandai sekali menutup rahasia, dengan cepat dia telah mengalihkan pembicaraan ke soal lain, ujarnya:
"Dalam dunia persilatan terdapat pelbagai macam partai dan perguruan besar, bukan Cuma partai-partai dan perguruan-perguruan besar saja yang tidak mengijinkan kalian bertingkah seenaknya, sekalipun pihak Kay-pang dan Pay-kau juga tak akan mengijinkan kalian sekelompok manusia muda untuk berbuat semena-mena"
“Setelah kami berani terjun ke dunia persilatan, tujuan kami adalah melabrak setiap jago serta membentuk suatu kekuatan baru, entah siapa pun orangnya bila ada yang ingin menghalangi kami, maka mereka harus menghadapi kami dengan kekerasan, kecuali bila mereka sanggup menaklukkan kami dengan kepandaian silat"
"Hanya mengandalkan sekelompok manusia semacam kalian saja, apakah berani memusuhi pihak Kay-pang?"
"Nona, tak usah menggunakan Kay-pang dan Pay-kau untuk menggertak kami, sekalipun pihak Siau lim dan Bu tong pay juga tak akan kami anggap sebelah matapun, toh paling banter darah akan berceceran di atas tanah..."
"Kelihatannya kau merupakan seorang-jagoan gagah yang berambisi besar"
"Dalam organisasi kami ini, meski anggotanya terdiri dari anak muda, namun kami semua adalah orang-orang yang mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan sendiri"
"Sesungguhnya keadaan semacam apakah yang ingin kalian bentuk di dalam dunia persilatan"
Cu Siau-hong termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian menjawab:
"Kami sendiripun cukup mengetahui kemampuan yang kami miliki, oleh karena itu keinginan yang kami cita citakan pun tidak kelewat besar, kami hanya berharap bisa membentuk suatu kedudukan yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil dalam dunia persilatan."
"Coba kau terangkan lebih mendalam lagi, kedudukan macam apakah yang kalian maksudkan sebagai suatu kedudukan tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil?"
"Soal ini sukar sekali untuk dicarikan perumpamaan yang tepat, tapi garis besarnya kami harus mempunyai nama dan kedudukan yang cukup lumayan dalam dunia persilatan, menguasahi sebidang daerah kekuatan yang besar, serta mendapat penghormatan dan rasa kagum dari dunia persilatan lainnya"
'Ehmm... ambisi mu itu nampaknya memang tidak kelewat besar sekali"
"Nona sekalipun persoalan-persoalan itu dikatakan kepadamu juga tak ada gunanya, sekarang aku hanya ingin mengetahui satu soal saja, kalian bersedia melepaskan orang atau tidak?"
"Sekarang kami hendak membicarakan masalah besar, bila masalah besar itu sudah dapat diselesaikan, masalah kecil dengan mudah sekali dapat diselesaikan"
Walaupun tahu apa yang dimaksudkan, ternyata Cu Siau hong berlagak seolah-olah tidak mengerti, dengan kening berkerut dia lantas berseru.
"Masalah besar buat kami adalah lepasnya keenam saudara kami, sedang yang lain boleh dibicarakan belakangan, kalau tidak aku segera akan turunkan perintah untuk melakukan pembunuhan!"
'Soal melepaskan orang adalah soal kecil dan gampang, asal kuucapkan perintahku semuanya akan menjadi beres"
'Kalau memang demikian, harap kau segera menurunkan perintah itu"
"Setiap patah kata yang kuucapkan dapat melepaskan orang, tapi dapat pula membunuh orang, jika perundingan kita gagal baru boleh membunuh kami, tapi keenam orang saudaramu itupun akan menjadi korban pula ditangan kami"
"Semenjak kami terjun kedunia persilatan, soal mati hidup sudah tak dipikirkan lagi di dalam hati, cuma siapa saja yang berani membunuh kami, maka selama hayat masih dikandung badan, akupun tak akan melepaskan dirinya, dia akan merasakan suatu pembalasan dendam yang paling kejam."
Liu Yan tertawa:
"Cu cengcu" katanya, "selama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, persoalan semacam ini sudah terlalu sering kujumpai, seorang dengan selembar nyawa, siapa pun tak dapat mati untuk kedua kalinya, kaupun tak usah mengancamku, walaupun aku merasa berat hati untuk mati, tapi bila namaku sudah diharuskan untuk mati, maka terpaksa aku harus menggigit bbir untuk menerima nasib"
"Baik, mari kita buktikan bersama! Seng Hong kutungi lengan kanannya"
Seng Hong segera mengiakan, sambil meloloskan pedangnya dia menerjang ke depan, lalu tangan kanannya diayunkan ke b wah melancarkan bacokan kilat.
"Tahan!" teriak Liu Yan tiba-tiba.
Seng Hong sudah menerima tanda rahasia dari Cu Siau hong, maka dengan cepat menarik kembali serangannya.
"Apakah kau hendak menurunkan perintah untuk melepaskan orang-orangku.. ?" tegur Cu Siau-hong.
"Kau betul-betul seorang bocah yang tolol dan tak punya akal" teriak Liu Yan dengan gusar, “manusia semacam itu mana mungkin bisa mencapai suatu kedudukan yang besar."
"Menurut apa yang kuketahui, bila ingin mengangkat nama dan merebut kedudukan dalam dunia persilatan, dia harus mempunyai kemampuan yang lihay serta keganasan yang memadahi" "Perbuatan semacam itu hanya perbuatan dari seorang tuang silat kasaran, selama hidup jangan harap bisa berhasil membentuk suatu peristiwa besar, jika kau ingin mencari suatu kedudukan yang terhormat serta nama besar dalam dunia persilatan, lebih baik dengarkan dulu nasehat dari aku yang menjadi ta cicimumu ini"
Cu Siau-hong segera tertawa terbahak-bahak: "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... Toa cici? Tahun ini
nona baru berusia berapa tahun?"
"Kau tak usah mengurusi berapa tahunkah usiaku, yang pasti aku lebih tua dua tahun, Kalau dilihat dari bakatmu nampaknya memang bagus sekali, orangnya juga cukup tampan, palagi kaupun memiliki kepandaian silat yang amat bagus, jika kau bisa mempunyai sedikit obat yang cerdas saja, rasanya tidak sulit untuk mencari suatu kedudukan yang tinggi di dalam dunia persilatan"
"Oya..."
"Dengarkan dulu perkataanku, jangan kau anggap sedikit kepandaian silat yang kau miliki itu sudah cukup menunjangmu untuk menjadi manusia tanpa tandingan dikolong langit dan janganlah mengharapkan dengan kemampuan kalian sekelompok orang muda bocah benar benar dapat menciptakan suatu kedudukan yang amat besar dalam dunia persilatan, cuma dewasa ini terdapat sebuah kesempatan baik bagi kalian untuk meraih kedudukan yang tinggi, jika kalian bersedia aku dapat membantu kalian, tanggung didalam tiga sampai lima tahun saja kalian sudah dapat mencapai kedudukan yang diidamkan"
"Aaah, benarkah terdapat kejadian semacam itu?" "Bersedia atau tidak, hanya tergantung pada sepatah
katamu sendiri..." Diam-diam Cu Siau-hong segera berpikir "Bagaimana juga, yang penting aku harus menyelamatkan dulu jiwa Hoa wan, Tan Hang dan Seng Tiong-gak, kemudian baru mengambil keputusan yang lain, sekalipun Ui lo pangcu telah memberi kebebasan bagiku untuk memutuskan sendiri setiap persoalan yang kuhadapi, itu berarti akupun tak usah terlalu menuruti peraturan yang berlaku"
Berpikir sampai disitu, dia lantas menghembuskan napas panjang, katanya kemudian:
"Kami sudah melakukan perjuangan sekian lama, berapa orang saudarakupun sudah terluka, tapi hingga kini aku belum berhasil mengangkat nama apalagi kedudukan, akupun sedang berpikir, mungkinkah cara kami pergunakan tidak benar? Jika apa yang nona katakan tadi memang sejujurnya maka tak bisa disangkal lagi soal itu memang merupakan suatu kesempatan yang baik sekali bagi kami, aku berharap nona tidak bohong, cuma kamipun tak bisa kelewat mempercayai ucapanmu itu”.
"Baik, asal kau sudah berkata demikian soal ini gampang untuk diatur, nah sekarang aku menyuruh mereka untuk melepaskan orang lebih dahulu. "
Dia segera meninggikan suaranya dan berseru lebih jauh:
“Lepaskan ketiga orang nona itu, dan berikan obat penawar racun kepada ketiga orang yang keracunan itu, kemudian lepaskan mereka naik ke atas. "
Ternyata perkataannya memang manjur sekali, tak selang berapa saat kemudian Seng Tiong-gak, Hoa Wan, Tan Heng serta Lik Loo, Ui Bwe dan Ang Bo-tan sudah bermunculan dalam ruangan perahu itu.
"Cu cengcu, bila kau ingin merubah pikiranmu, sekarang masih sempat" kata Liu Yan tiba-tiba. Cu Siau-hong tidak banyak berbicara, dia segera menepuk bebas jalan darah dari Liu Yan serta Lok Hujin, kemudian katanya kepada Liu Yan sambil tertawa:
"Walaupun kami tidak terlalu mengikat diri dengan segala macam peraturan dunia persilatan, tapi soal pegang janji dan kepercayaan selalu kami pegang teguh"
Sesudah menggerakan tangan dan kakinya, Liu Yan segera berseru: "Gotong keluar mayat itu dari sini!"
Congkoan setengah umur itu mengiakan, lalu sambil membopong jenasah dayang itu dia berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut.
Tapi baru saja tiba di depan pintu, mendadak Liu Yan mengayunkan tangan kanannya, segenggam cahaya perak segera memancar ke depan.
Congkoan setengah umur itu segera berjalan dengan gontai, kemudian teriaknya keras-keras.
"Budak setan, kau"
Belum sempat perkataan tersebut selesai diucapkan, napasnya telah putus, selembar wajahnya pun berubah menjadi hitam pekat.
Dari sini dapat dibuktikan betapa beracunnya senjata rahasia tersebut Dengan perasaan terkesiap Cu Siau-hong menegur.
"Nona, mengapa kau membunuhnya?" "'Untuk membungkamkan mulutnya!"
"Tapi dia toh orangmu sendiri, mengapa kau harus membungkam mulutnya " "Dia telah menyaksikan keadaanku tadi, dalam hatinya dia pasti sudah menganggap aku takut mati, aku tak ingin dia menyiarkan kejadian ini kepada orang lain"
"Oooh "
Sambil memandang ke arah Lok Hujin, dia melanjutkan: "Apakah kaupun hendak membunuh nyonya ini?"
"Tidak, dia tidak apa-apa karena dia adalah saudaraku yang baik, aku percaya dia tak akan menceritakan peristiwa itu kepada siapapun"
"Siaumoay pada hakikatnya tidak mendengar apa-apa, bagaimana mungkin aku bisa menceritakannya kepada orang lain?" kata Lok hujin pula cepat-cepat.
Sambil berkata dia lantas menyeret jenasah dari congkoan dan dayang itu ke bawah ruangan perahu. Pelan pelan Liu Yan membereskan rambutnya yang kusut, kemudian tanyanya.
'Bersediakah kau untuk mengikuti aku menjumpai seseorang!"
"Setelah menyaksikan cara nona untuk membereskan nyawa orang sendiri, hatiku menjadi bergidik rasanya, sebab walaupun kami kejam kepada orang lain, paling tidak tak akan mencelakai orang sendiri"
"Setiap orang mempunyai situasi keadaan dan situasi yang berbeda, tak bisa kau samakan seseorang yang satu dengan yang lainnya."
"Lebih baik kita jangan membicarakan soal ini lagi, manusia macam apakah yang hendak kami temui itu? seharusnya nona menerang kan lebih dahulu dengan sejelas jelasnya." Liu Yan termenung, dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian menjawab:
"Hal ini tak dapat kuterangkan Iebih dulu, cuma aku bermaksud baik kepada kalian, asal kau sudah berjumpa dengannya, maka segala sesuatunya akan menjadijelas"
Cu Siau-hong berpikir pula sebentar, lalu tanyanya: "Sekarang orang itu berada dimana?"
"Tak jauh dari sini"
"Apakah berada pula diatas perahunya?' "Ehmmm!'
"Paling tidak kau harus memberitahukan dulu kepadaku, dia seorang lelaki atau perempuan?"
"Perempuan"
"Bagaimana kalau kita berangkat bersama?'
"'Tidak mungkin, hanya kau seorang yang boleh kesana" kata Liu Yan sambil menggelengkan kepalanya.
"Kongcu, kau tak boleh pergi" Ong Peng segera berbisik. Cu Siau-hong tersenyum..
"Aku bisa saja pergi menjumpainya, tapi bukan sekarang"
"Kapan?"
"Besok siang, tempatnya pun harus diatur oleh sendiri..."
Teringat untuk peristiwa yang dialami Tan Heng sekalian, dimana secara tiba-tiba saja ia jatuh tak sadarkan diri, timbul, juga perasaan ngeri dalam hatinya, maka mau tak mau dia harus bertindak lebih berhati-hati. 'Kalau begitu, kaupun bukan seseorang yang terlampau bertindak secara gegabah"
"Aku selalu berhati-hati"
Liu Yan segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan suara rendah.
'Hal ini mustahil, dalam keadaan sekali pun aku bersedia mengajakmu kesana, apakah dia bersedia menjumpai dirimu atau tidak aku tak berani memastikan"
"Sebenarnya organisasi macam apakah yang kalian ikuti ini? Tampaknya begitu rahasia dan misterius seka li?"
"Benar! Bilamana kami semua tidak bertindak secara rahasia dan misterius, pada saat itulah cita-cita kami untuk menguasahi dunia persilatan telah tercapai"
Cu Siau-hong tertawa:
"Waaah, kalau memang begitu sukar untuk dibicarakan lagi, bila nona tak dapat menyetujui cara yang diajukan tadi, terpaksa kita urungkan saja pertemuan itu, aku hendak mohon diri lebih dulu"
Dia telah mengulapkan tangannya, kawanan jago itupun segera berjalan keluar dari sana.
Cu Siau-hong berjalan dipaling belakang dan lagi dengan muka menghadap ke arah Liu Yan, pelan-pelan mengundurkan diri ke pintu dan turun dari perahu.
Setelah berada dibawah perahu, dia baru membalikkan badan dan berlalu dari sana dengan cepat..
Liu Yan mengikuti sampai diatas geladak memandang, bayangan tubuh Cu Siau-hong yang menjauh, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi kemudian niat tersebut diurungkan. Dalam waktu singkat Cu Siau-hong sekalian sudah berjalan sejauh dua ratusan kaki dari tempat semula, saat itulah pemuda itu baru melambatkan langkahnya dan berpaling kearah Lik Hoo, Ui Bwee serta Ang Bo-tan.
Setelah memandangnya sekejap, dia pun bertanya: "Bagaimana ceritanya sehingga kalian bisa ditangkap
orang dalam keadaan hidup-hidup?'.
'Entah siapa yang telah membocorkan rahasia kami? Dalam keadaan tak sadar kami telah kehilangan kemampuan untuk menguasai diri, begitulah, dalam keadaan tak sadar kami mengikuti mereka naik keatas, perahu tersebut"
"Aaaah, masa telah terjadi peristiwa aneh ini?` “Sesungguhnya tidak sulit untuk melakukan perbuatan
semacam itu" kata Ong Peng, "dalam ilmu menculik yang
biasa dipergunakan orang-orang golongan rendah, memang terdapat semacam ilmu pelet yang bisa membawa orang menuruti kemauannya".
"Lik Hoo dapatkah kau menceritakan bagaimana kejadiannya sehingga kalian keracunan?" kembali Cu Siau hong bertanya.
"Tidak, kami sudah tidak teringat'
"Ui Bwee, Ang Bo tan, mungkin kalian masih ingat?"
Dengan cepat Ui Bwee dan Ang Bo-tan menggelengkan kepalanya berulangkali. "Budak sekalianpun tak dapat mengingatnya kembali"
"Aaaai untung saja didalam peristiwa ini kita tak mengalami kerugian besar, cuma perubahan yang terjadi tanpa diduga itu telah memancing perhatian lawan terhadap kita, aku yakin selanjutnya kita pasti akan menjumpai lebih banyak peristiwa yang lebih mengerikan lagi"
"Kongcu" ucap Ong Peng, "Dalam beberapa hari yang singkat saja kita sudah berhasil memancing perhatian mereka, hal ini membuktikan kalau rencana yang kongcu atur telah berhasil dengan sukses"
"Tapi bila mereka menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi kita, maka mara bahaya yang kita jumpai pun akan semakin besar lagi'
Ong Peng dan Tan Heng segera berseru bersama: "Kongcu, tentang soal ini tak usah kau risaukan, sejak
kami mengikuti kongcu, sejak itu pula kami telah bertekad untuk mengabdi sampai titik darah penghabisan, asal kami bisa mati dengan gagah, mati dengan bermanfaat, sekalipun mati juga tak akan menyesal."
Cu Siau-hong tertawa getir.
"Walaupun perkataan semacam itu benar, tapi bila aku harus membawa kalian menuju ke jalan kematian, hal itupun akan merupakan suatu peristiwa yang akan membuatku menyesal sepanjang jaman."
"Tapi kongcu... kami..."
Cu Siau-hong menggoyangkan tangannya berulang kali mencegah Ong Peng berkata lebih jauh, bisiknya: "Hati hati, bersiap-siaplah kalian"
Saat itu, Ong Peng sekalian sudah mempunyai rasa percaya yang sangat besar terhadap kemampuan Cu Siau hong, begitu mendengar peringatan tersebut, mereka segera menyebarkan diri sambil mempersiapkan senjata masing masing.
"Siapa disitu?" Cu Siau-hong segera membentak keras. Dari atas sebatang pepohonan besar kurang lebih tiga kaki dihadapan mereka segera berkumandang suara tertawa tergelak yang amat nyaring.
"Tajam amat pendengaranmu!"
Ditengah hebusan angin tajam yang membelah angkasa, dari atas pohon tersebut nampak dua orang lelaki berbaju serba hitam melayang turun ke bawah.
Cu Siau-hong segera menjura, lalu tegurnya: "Apakah hanya kalian berdua?"
Dua orang itu tidak menjawab, mereka berjalan pelan pelan menuju ke hadapan anak muda itu.
Gerak gerik kedua orang itu ternyata sama dan bersamaan, bahkan sewaktu melangkah dan ayunan tangannya pun sama, sehingga sepintas lalu seolah-olah mereka adalah satu orang yang sama.
Dengan kening berkerut, Cu Siau-hong berpaling ke arah Ong Peng, kemudian tanyanya:
"Kedua orang ini mempunyai gerak gerik yang sangat aneh, kenalkah kau dengan mereka berdua?"
Ong Peng segera menggelengkan kepala, sementara itu sepasang lelaki berbaju hitam tersebut baru menghentikan langkahnya setelah berada lima depa dihadapan Cu Siau hong.
Terdengar lelaki berbaju hitam yang berada disebelah kiri berkata dengan suara dingin:
'Kami dua bersaudara amat jarang berkelana dalam dunia persilatan, orang yang kenal dengan kamipun tidak banyak, jadi kalian tak perlu berpikir memeras otak"
"Tolong tanya siapakah kalian berdua.?." "Wu san siang sat!..”
Mendengar nama tersebut, Ong Peng menjadi tertegun. "Jadi kalian...
"Kenapa?" tukas lelaki berbaju hitam yang berada disebelah kanan sambil tertawa dingin, "memangnya kau si bocah muda juga tahu tentang kami berdua?"
"Aku sudah pernah mendengar tentang nama kalian, bukankah kamu berdua sudah hampir dua puluh tahun lamanya mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan?"
“Kami hanya mengasingkan diri dan belum mati, tentu saja dapat munculkan diri kembali" kata lelaki berbaju hitam yang berada disebelah kiri.
'Kongcu" Ong Peng segera berkata.
"Tiga puluh tahun berselang wu san siang sat sudah termashur sebagai pembunuh kejam dalam dunia persilatan, tapi sudah hampir dua puluh tahun lamanya mengasingkan diri dari keramaian dunia, sungguh tak dinyana pada malam ini kita dapat bersua muka dengan mereka'
"Kalau cuma berjumpa saja tak menjadi soal, tapi yang penting apakah akibatnya setelah perjumpaan ini?".
"Tampak mereka seperti sedang mencari gara-gara dengan kita semua'
“Tapi kita toh agaknya belum pernah mengikat tali permusuhan dengan orang-orang itu."
"Yaa, belum pernah, kita belum berumur tiga puluh tahun, jangan toh bermusuhan atau mempunyai ikatan dendam, bertemu mukapun belum pernah." "Kalau begitu, coba tanyalah kepada mereka, apa maksud tujuannya datang kemari?"
Ong Peng mengiakan, dia segera berpaling ke arah dua orang lelaki berbaju hitam itu, kemudian menegur:
"Tentunya kalian berdua sudah mendengar bukan..." "Yaa, sudah"
"Penghadangan yang kalian lakukan tentunya disertai dengan suatu tujuan bukan?"'
'Benar!" sahut lelaki berbaju hitam yang berada di sebelah kiri, "tinggalkan batok kepala kongcu kalian"
"Mendengar perkataan itu, Ong Peng segera tertawa.. "Tahukah kalian, siapakah kongcu kami ini?" serunya.
'Perduli siapakah dia, kami hanya menginginkan batok kepalanya saja "
Seng Hong dan Hoa Wan segera maju selangkah ke depan, tangan kanan mereka sudah meraba di atas gagang pedang masing-masing.
Senyumaan lembut masih tetap tersungging diujung bibir Cu Siau-hong, dia hanya mengawasi kedua orang lelaki berbaju hitam itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Ong Peng mendehem pelan, lalu katanya:
“Kalian berdua menginginkan batok kepala kongcu karni, tentunya hal mana disertai suatu alasan bukan?"
"Kau masih muda dan tak tahu urusan, selamanya bila wu san siang-sat ingin membunuh orang, maka orangpun kubunuh, selamanya tak pernah disertai dengan alasan apapun."
Oong Peng menghela napas panjang. "Aaai... kongcu kami paling menghormati orang tua yang punya nama dan kedudukan, tapi sayang sekali cara kerja kalian berdua tidak mencerminkan ketuaan kalian, maka kamipun rasanya tak perlu menghormati manusia semacam kalian ini"
Lelaki berbaju hitam yang berada disebelah kiri itu menjadi naik pitam segera teriaknya: "Kami datang untuk membunuh orang, bukan minta dihormati kalian, loji, mari turun tangan!"
Lelaki berbaju hitam yang berada disebelah kanan itu segera mengiakan, mendadak dia maju melangkah dan menerjang ke arah Cu Siau-hong, tangan kanannya diayunkan ke muka melancarkan sebuah cengkeraman.
Seng Hong dan Hoa wan segera bertindak, pertama sepasang pedang mereka dilontarkan kemudian secepat sambaran kilat membabat ke tangan orang berbaju hitam itu.
Ternyata gerak gerik kedua orang berbaju hitam itu bagaikan satu manusia yang sama, dalam melakukan tindakan apapun semuanya bersamaan waktunya.
Setelah lelaki berbaju hitam yang berada disebelah kanan melancarkan serangannya, orang berbaju hitam yang berada disebelah kiripun ikut melancarkan pula serangannya.
Tapi arah serangannya ditujukan kepada Seng Hong.
Mendadak orang berbaju hitam yang ada disebelah kanan itu menarik tangan kanannya ke belakang dengan demikian ancaman pedang dari seng Hong serta Hoa Wan pun mengenai sasaran yang kosong.
Tapi serangan si orang berbaju hitam di sebelah kiri yang menyerang ke arah Seng Hong, justru menggunakan kesempatan tersebut untuk menerobos masuk ke dalam dan langsung mengancam diatas lengan kanan orang site she Seng tersebut.
Seng Hong ingin menggerakan pedangnya untuk menyelamatkan diri, tapi tak sempat, maka dengan cepat dia menyelinap ke samping sambil mengayunkan tangan kanannya, setelah itu secara tiba-tiba dia melompat mundur sejauh lima depa.
Kerja samanya dengan Hoa wan memang sangat bagus, sementara Seng Hong terdesak Hoa wan segera mengayunkan pedangnya melancarkan bacokan kilat untuk mendesak mundur ancaman lawan.
Tak selang berapa saat kemudian, Wu san siang sat telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan kedua orang bocah tersebut.
Empat orang mempunyai kerja sama yang baik untuk masing-masing kelompok, sepasang pedang kedua bocah itu saling bantu membantu melepaskan serangan maut, sementara sepasang tangan Wu san siang sat pun memainkan suatu pertahanan yang kokoh.
Cu Siau-hong segera mundur beberapa langkah kebelakang untuk menonton jalannya pertarungan itu.
Ong Peng dan Tan Heng pun tidak turun tangan, mereka hanya menyaksikan jalannya pertarungan tersebut dari sisi kalangan, seakan-akan pertarungan mana tak ada hubungan dengan mereka berdua.
Permainan pedang Seng Hong dan Hoa wan ternyata diluar dugaan lihaynya bukan kepalang.
Perubahan jurus serangan yang dipergunakan kedua orang itu sedemikian kokohnya sehingga permainan serangan dari Seng sat hampir semuanya berhasil ditahan. Ong Peng sekalian yang menyaksikan kejadian itu diam diam merasa kagum sekali.
Baru pertama kali ini Cu Siau-hong melakukan pertarungan secara resmi semenjak dia membentuk kelompok baru ini.
Kerja sama yang begitu rapi dan kuat dari kedua orang bocah pedang itupun sama sekali diluar dugaan Cu Siau hong.
Tapi paling tidak Siang-sat sudah dibikin tergerak juga perasaan hatinya sehingga merasa begitu berdebar keras.
Kali ini baru pertama kali mereka munculkan diri kembali ke dalam dunia persilatan setelah sekian lama mengasingkan diri, siapa sangka mereka telah berjumpa dengan musuh yang begitu tangguh.
Sasaran yang sesungguhnya belum lagi turun tangan, dua orang bocah pedang yang mengawal lawanpun sudah sanggup membendung dirinya.
Tak selang berapa saat kemudian kedua belah pihak telah saling bertarung lima puluh gebrakan lebih namun posisinya masih tetap seimbang dan sukar untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Mendadak Wu san siang-sat mundur selangkah secara berbareng kemudian menarik kembali serangannya. Seng Hong dan Hoa wan pun ikut menarik kembali serangan pedangnya sambil berjaga-jaga.
Tan Heng dan Ong Peng yang menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi arena diam-diam merasa malu sendiri, pikirnya:
"Sungguh tak kusangka kalau kedua orang bocah pedang yang masih muda ternyata memiliki ilmu silat yang luar biasa, Pay-kau betul-betul suatu perkumpulan besar yang tak boleh dianggap enteng."
Cu Siau-hong pun merasa puas sekali, ia tak sayangnya mewariskan jurus pedang yang diperolehnya dari kita pedang tanpa nama kepada orang ini tujuan yang utama tak lain adalah ingin menambah kepandaian silat mereka.
Namun didalam kenyataannya, selama berlangsungnya pertarungan antara Seng Hong dan Hoa Wan melawan Wu san siang sat tadi, mereka berdua sama sekali tidak menggunakan jurus pedang yang diajarkan Cu Siau-hong kepada mereka walaupun hanya satu jurus pun.
Hanya dengan jurus pedang latihan mereka sendiri saja yang dipakai, mereka sudah sanggup untuk membendung serangan demi serangan dari Wu san siang sat, dari sini dapat diketahui kalau kepandaian silat mereka sesungguhnya telah mencapai ketingkatan yang luar biasa.
Tiba-tiba saja Cu Siau-hong merasakan bahwa organisasi yang dipimpinnya sekarang sebenarnya merupakan suatu organisasi muda yang sangat tangguh kekuatannya, sekalipun orang-orang yang dipimpinnya masih muda semua, namun sesungguhnya mereka adalah sekelompok jago-jago lihay kelas satu didunia.
Apa yang diucapkan Ui lo-pangcu memang benar, pihak Kay-pang dan Pay-kau telah memberikan anak buahnya yang paling tangguh dan paling bagus kepadanya.
Kelompok anak-anak muda ini sekalipun jumlahnya tidak terhitung banyak namun dalam hal ilmu silat maupun semangat, boleh dibilang mereka merupakan suatu organisasi kecil kelas satu yang belum pernah di jumpai sebelumnya didalam dunia persilatan. Tanpa terasa sekulum senyuman manis tersungging diujung bibir Cu Siau-hong.
Wu-san-siang-sat saling berpandangan sekejap, kemudian lelaki yang berada disebelah kiri berkata. "Kalian dua orang bocah cilik siapa namamu?"