Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 33

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:

"Hari ini adalah pertarungan antara kau dan aku untuk menentukan siapa yang lebih berhak untuk hidup, andaikata aku sampai tewas diujung pedangmu, aku harap kau dapat mengabulkan sebuah permintaanku" "Katakanlah !"

"Jangan lukai Ang-leng, biarkan dia mengangkut jenasahku dan berlalu dari sini"

"Baik, aku harap hal itupun berlaku pula bagiku" "Keadilan merupakan suatu yang penting, bagimu

bagiku keadaannya adalah sama saja"

"Baik, kalau begitu kita tetapkan demikian"

Nona berba ju hijau itu menghembuskan napas panjang, lalu ujarnya.

"Cu Siau-hong, dalam pertarungan ini kita akan sama sama mempertaruhkan jiwa raga kita, maka dalam peraturan nanti, cara keji macam apapun boleh kita pergunakan, termasuk juga penggunaan senjata rahasia'

Cu Siau-hong mengangguk.

"Aku tahu, senjata rahasia nona sama sekali tidak membawa desingan angin tajam."

“Padahal, ilmu pedangku juga tidak jelek." gadis berbaju hijau itu melanjutkan.

"Oya '

"Semua perkataanku telah selesai kuucapkan, bila kau masih ada persoalan, silahkan saja untuk diutarakan, silahkan kau katakan."

"Siapakah nama nona, bolehkah aku untuk mengetahuinya?'.

“Namaku?"

"Benar, bila pertarungan telah dilangsungkan nanti, sudah pasti ada salah satu pihak yang mati, andaikata aku yang mati, sepantasmya jika aku harus tahu aku telah tewas di tangan siapa?"

"Andaikata yang mati adalah aku?" gadis itu balik bertanya.

"Aku lihat nona mempunyai kepercayaan yang besar terhadap kemampuan sendiri, masa kau punya perasaan demikian?"

"Aaai, sebenarrya aku amat percaya dengan kemampuanku sendiri, tapi dengan semakin mendekatnya saat pertarungan, rasa percaya pada diri sendiri pun kian lama kian bertambah luntur, sekarang, aku sudah tidak mempunyai kepercayaan pada diriku sendiri lagi"

"Jadi nona enggan untuk menyebutkan nya?"

Gadis berbaju hijau itu menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Bukan begitu, maksudku aku harap jangan memberitahukan namaku kepada orang lain setelah kau berhasil membinasakan diriku nanti"

"Kalau diutarakan kepada orang lain, bagiku sih tidak mengapa, tapi guruku, sanak kerabatku pasti tak akan berdiam diri belaka, mereka pasti akan berdatangan mencarimu, tak akan berhenti sebelum kau mati.."

"Seandainya aku berhasil membunuhmu, bukankah merekapun sama saja, dapat mencariku untuk membalas dendam?” tukas Cu Siau-hong.

Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu merendahkan suaranya sambil berkata kembali:

'Tentu saja besar sekali perbedaannya, walaupun mereka agak membenci dirimu, namun mereka tak akan mencarimu untuk  membuat perhitungan karena   persoalan ini kecuali lo kongkong ku telah menetapkan waktu untuk membinasakan dirimu"

Tergerak juga hati Cu Siau-hong setelah mendengar perkataan itu, pikirnya: "Siapa lo kongkong?'

Otaknya segera berputar kencang, kemudian lanjutnya: "Lo kongkong? Apakah dia adalah yayamu"

"Bukan, aku tak tahu bagaimana meski memberi penjelasan, lo kongkong merupakan lambang suatu kekuatan bagi kami, melambangkan pula suatu sebutan yang paling tinggi bagi seseorang"

"Suata sebutan yang paling tinggi? Itu berarti banyak orang mengagumi dan memuji diri nya?" sela Cu Siau hong.

"Benar, lo kongkong bukan seorang manusia melainkan lambang dari satu-satunya kekuasaan yang ada"

"Oooh '

Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu tertawa, katanya:

"Cu Siau-hong, sudah cukup, sudah terlalu banyak persoalan yang telah kuberitahukan kepadamu"

"Terima kasih nona!" "Aku bernama Ih Bu lan!" "Oooh nona Ih"

Pelan-pelan Ih Bu lan meletakkan tangan kanannya diatas gagang pedang lemasnya, kemudian berkata: "Nah, kau boleh meloloskan pedangmu!"

"Nona Ih, apakah diantara kita berdua harus melangsungkan suatu pertarungan yang akan menentukan mati hidup kita?" "Aku tidak berhasil menemukan cara yang lebih baik lagi untuk menyelesaikan persengketan diantara kita berdua"

Dia telah meloloskan pedang lemas yang melilit dipinggangnya, pedang itu tipis sekali seperti kertas, sebetulnya terjulai lemas ke bawah, tapi kini pelan-pelan senjata tersebut menegang ke atas.

Cu Siau-hong telah meloloskan pula pedangnya, kemudian senjata itu disilangkan didepan dada. Terdengar Ih Bulan berkata lebih lanjut:

"Aku merasa amat menyesal, kenapa tidak menuruti peringatan dari siau siancu"

Sekali lagi tergerak hati Cu Siau-hong diam-diam pikirnya.

"Siau siancu? Kenapa bisa muncul lagi seseorang yang bernama Siau siancu?"

Dia berharap bisa mengetahui rahasia dari pihak lawannya, walaupun hanya sedikit pun boleh juga. Maka dia lantas berkata lebih lanjut:

"Siapa pula yang disebut Siau sian cu?" Tiba-tiba Ih Bu Ian tertawa.

'Siau Siancu adalah seorang manusia yang sangat istimewa sekali dari pihak kami, entah kau bakal mendapat kesempatan untuk bertemu dengannya atau tidak?"

"Oooh "

"Tapi aku telah datang sekarang"

"Sekali pun kau telah datang, toh kita belum tentu harus melangsungkan duel sampai salah seorang diantara kita mati!" "Terlalu lambat, siapapun tahu kalau aku datang kemari kali ini adalah untuk membalaskan dendam baginya, Siau Siancu memperingatkan kepadaku, tapi aku enggan menurutinya, aaai .... kalau tiada suatu hasil, mana mungkin aku bisa kembali untuk bertemu dengan mereka?"

"Yang kau maksudkan sebagai suatu hasil apakah berarti kematian salah seorang diantara kita berdua?" Ih Bu lan manggut-manggut.

"Benar, kalau bukan kau yang mati, akulah yang tewas!" Cu Siau-hong segera manggut-manggut, katanya:

"Bila nona telah bertekad demikian, sekalipun aku tidak setuju juga tak mungkin bisa"

Mendadak Ih Bu lan menggetarkan pergelangan tangan kanannya, pedang lemas itu bagaikan seekor ular berbisa tiba-tiba melejit ke udara, kemudian secepat kilat menusuk ke dada Cu Siau-hong,

Dengan cepat Cu Sian hong menciptakan selapis bunga pedang untuk melindungi seluruh badannya, setelah itu melejit ke samping.

Ih Bu lan menggetarkan pergelangan tangan kanannya berulang kali, pedangnya bagaikan ular hidup tiada hentinya bergerak menyerang dada serta lambung Cu Siau hong dari jarak sekitar satu depa.

Pertarungan macam begini merupakan suatu sistim pertarungan yang sangat aneh, semua serangan dilancarkan hanya mengandalkan tenaga getaran pada ujung pedangnya.

Seketika itu juga pedang Cu Siau-hong kena dipaksa miring ke samping oleh getaran pedang lawan, kini jarak antara pedang lawan dengan pedang sendiri hanya terpaut setengah depa saja ujung pedang dengan ujung pedang saling bersentuhan tiada habisnya dan menimbulkan suara benturan nyaring yang memekikkan telinga.

Sentuhan suara pedang dengan pedang itu terlampau cepat, sentuhan cepat yang terjadi antara pedang dengan pedang itu segera menimbulkan suara benturan nyaring yang amat memekikkan telinga sehingga kedengarannya bagaikan serentetan suara yang saling bersambung.

Kui meh Ong Peng sudah sering melakukan perjalanan didalam dunia persilatan jumlah pertempuran yang pernah disaksikan olehnya mencapai ratusan kali, boleh di bilang pengalamannya luas sekali, akan tetapi belum pernah dia saksikan pertempuran seperti ini, sehingga pada hakekatnja dia dibikin tertegun.

Sepintas lalu pertarungan ini tidak nampak menyeramkan atau mendebarkan hati, padahal sebetulnya setiap serangan yang dilancarkan semuanya tak pernah lepas dari bagian bagian tubuh yang mematikan.

Seperminum teh kemudian peluh sudah mulai membasahi jidat Cu Siau-hong.

Sementara serangan demi serangan yang dilancarkan gadis berbaju hijau itu justru kian lama kian bertambah cepat.

Sejak pertarungan berkobar, tak sekalipun Cu Siau-hong melancarkan serangan balasan, dia mengambil posisi mempertahankan diri sekuat tenaga.

Tapi hal ini sulit diketahui orang lain, karena kecepatan gerak yang dilakukan kedua orang itu terlampau cepat, sedemikian cepatnya sampai Ong Peng sama sekali tidak melihat jelas siapa yang sedang menyerang dan siapa pula yang  sedang  mempertahankan  diri,  tapi  kini  Ong  Peng sudah mulai tahu, diapun dapat menyaksikan keadaan Cu Siau-hong yang makin lama semakin berbahaya. Agaknya Cu Siau-hong sendiripun dapat merasakan posisi sendiri yang amat berbahaya, dia tahu sistim pertarungannya sekarang bukan suatu sistim pertarungan yang baik, dia mulai mundur sambil menghindarkan diri..

Sebagai seorang yang teliti, sebelum pertarungan dilangsungkan tadi, ia sudah memperhatikan keadaan situasi dalam arena dengan seksama, maka kini dia mengundurkan diri kebelakang sebatang pohon besar.

Mendadak, Cu Siau-hong membendung serangan musuh dengan sepenuh tenaga, sambil menahan datangnya serangan pedang dari Ih Bu lan, dia menyelinap ke samping dan menyembunyikan diri ke belakang sebatang pohon besar.

Dengan suatu gerakan yang amat cepat pedang Ih Bu lan segera menusuk datang. "Traaakkk...!", dengan telak pedang di tangan Ih Bu lan itu menancap ditubuh pohon besar itu. Hanya didalam waktu yang amat singkat, dia telah menusuk pohon itu sebanyak dua belas kali. Mendadak Ih Bu lan menarik kembali serangan pedangnya dan berkata sambil tertawa dingin:

"Cu Siau-hong, kenapa kau tidak melanjutkan pertarungan ini?"

“Nona Ih, ilmu pedang apa yang kau gunakan? Belum pernah kudengar ataupun kujumpai ilmu semacam itu?"

Dia harus berusaha keras untuk manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya guna memulihkan kembali kekuatan dalam tubuhnya.

Terdengar Ih Bu lan berkata: 'Pedang merupakan sebuah senjata yang dipakai untuk membunuh orang, asal bisa membunuh orang, perduli ilmu pedang macam apa saja toh semuanya sama saja"

"Aku masih ingat nona pernah berkata, entah menggunakan cara apa saja, semuanya boleh digunakan"

"Benar senjata rahasia maupun senjata tajam boleh digunakan dengan cara apapun juga, tapi apakah menghindarkan diri ke belakang pohon pun merupakan suatu cara."

"Benar!'

Ih Bu lan segera mendengus dingin.

"Hmm... cara semacam itu termasuk cara apaan? Atau terhitung suatu kepandaian silat apaan?"

"Cara semacam itu bukan termasuk suatu kepandaian silat, melainkan suatu taktik belaka"

"Aku harus mempergunakan pohon itu untuk membantu mengatur kondisi badanku, sekarang aku amat lelah, aku membutuhkan waktu sesaat untuk mengembalikan kondisi badanku yang sudah menurun, selain itu akupun sedang memikirkan satu persoalan yaitu bagaimana caranya menyusun taktik yang baik guna menangkan pertarungan atas dirimu"

Ih Bu lan segera tertawa dingin, katanya:

“Perduli cara macam apapun yang kau pergunakan, yang paling penting adalah mengandalkan kepandaian silat yang kau miliki, aku bukan seseorang yang gampang digertak, sebab aku telah bertekad untuk menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya atau mati"

"Aku mengerti, selain daripada itu juga ingin kusaksikan kepandaian sakti nona yang luar biasa itu, ilmu pedangmu benar-benar merupakan ilmu pedang paling aneh yang pernah kujumpainya sepanjang hidup ku, aku tak tahu bagaimana cara nona untuk mempelajarinya dulu?"

"Kau dapat membunuh Keng Ji kongcu, ditambah pula dengan situasi pertarungan kita kemarin membuat aku merasa bahwa kau adalah seorang manusia yang luar biasa, kau pasti mempunyai suatu kemampuan yang amat istimewa, sebab berbincang dari ilmu pegang biasa, jelas kau tak akan mampu untuk membunuhnya, tapi didalam kenyataan kau toh sudah membunuhnya, dibalik kesemuanya ini aku pikir pasti terdapat banyak alasannya, oleh karena itu mau tak mau aku harus bertindak dengan lebih berhati-hati lagi"

"Kalau begitu, nona memandang serius akan diriku!." 'Belum  pernah  aku  memandang  remeh  dirimu, apalagi

setelah pertarungan kemarin membuat aku semakin berhati-

hati lagi"

Mendengar sampai disitu, tak tahan lagi Cu Siau-hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bisa memperoleh perhatian serius dari nona, aku betul-betul merasa amat bangga dan beruntung sekali".

"Cu Siau-hong, ketika aku hendak berangkat kemari, Siau Siancu telah memberitahukan satu hal kepadaku"

"Persoalan apakah itu?"

"Jangan mempercayai perkataan musuh, jangan memandang rendah kepandaian silat yang dimiliki musuh"'

"Ehmm ! Apa yang dikatakan Siau Sian cu kepadamu itu memang tepat sekali" "Itulah sebabnya aku selalu amat percaya dengan perkataannya, kemarin akupun terus menerus memikirkan bagaimana caranya untuk membinasakan dirimu.”

"Dan hasilnya adalah jurus-jurus pedang yang barusan kau pergunakan terhadap diriku itu?..”

"Jurus-jurus pedang yang barusan kugunakan tidak termasuk ilmu pedang yang luar biasa, namun memang terdapat suatu kebaikannya"

"Oooh. ?'

"Yakni kau tak akan mampu untuk menciptakan banyak jurus-jurus kembangan untuk mengelabui diriku, dalam keadaaan demikian, terpaksa kau harus mengandalkan kepandaian silat yang asli untuk bertarung melawan diriku"

"Sayang kau toh belum berhasil juga untuk membunuh aku"

"Tapi aku sama sekali tidak terburu napsu, sebab ilmu pedang yang kupakai barusan tak lebih hanya merupakan salah satu cara yang terbaik untuk membunuh dirimu'

“Tampaknya terhadap persoalan bagaimana caranya membunuhku, nona telah menggunakan banyak sekali tenaga maupun pikiran? tapi bolehkah aku tahu beberapa banyak cara yang berhasil nona dapatkan?"

"Tiga macam, dan tiap macam jauh lebih hebat daripada macam lainnya, paling tidak dengan cara yang ketiga, aku pasti dapat membinasakan dirimu.'

"Nona, kalau begitu aku lebih-lebih harus mempergunakan taktikku sendiri untuk menghadapi dirimu."

"Semoga saja taktik yang akan kau pakai itu bisa mendatangkan   hasil   seperti   apa   yang   kau harapkan".. "Nona, seandainya taktikku itu mendatangkan hasil, bukankah selembar jiwamu akan kurenggut?"

"Yang penting bagiku adalah berusaha keras untuk membalaskan dendam bagi kematian calon suamiku, tentang berhasll atau tidaknya adalah persoalan lain, aku tak ingin memikirkannya pada saat ini, andai aku mati, maka hal inipun merupakan salah satu caraku untuk memperoleh keberhasilan, aku dengar orang bilang hidup suami isteri semasa hidup tidur seranjang, setelah mati berbaring di satu liang, sekalipun semasa hidup kami belum tidur seranjang, apa salahnya bila setelah mati berbaring dalam seliang?"

Cu Siau-hong menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, untuk sesaat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Sambil tertawa Ih Bu lan berkata lagi. 'Kenapa kau tidak berbicara?”

"Aku tak sanggup untuk berbicara lagi." 'Kenapa?"

“Sebab aku merasa amat terharu setelah mendengar perkataanmu barusan "

"Kau merasa amat terharu?`

"Nona, cinta kasih yang tidak terpengaruh oleh mati hidup yang nona tampilkan barusan, boleh dibilang jarang sekali bisa di jumpai lagi dalam dunia persilatan'.

"Perempuan yang tidak setia dan tidak baik seperti aku ini, bisa ditandingi oleh setiap orang, buat apa kau mesti merasa terharu kepadaku?"

"Nona, kau berbeda dengan perempuan-perempuan lainnya." "Mengapa? Karena aku bukan seorang perempuan"

"Kau memiliki kepandaian silat yang luar biasa, memiliki kecantikan yang luar biasa, dan lagi kau belum secara resmi menjadi suami istri dengannya."

"Ooooh. "

"Nona, tahukah kau bagaimana watak Keng Ji kongcu?" "Aku pernah mendengarkan dari orang lain'

Sebenarnya kedua orang ini saling berhadapan sebagai musuh, namun pembicaraan yang berlangsung sekarang amat santai, seolah-olah dua orang sahabat lama yang sedang bercakap-cakap saja

Ih Bu-lan menghembuskan napas panjang, kemudian berkata lagi:

"Cu Siau-hong, apakah nama baiknya kurang begitu harum?"

"Tentang soal ini, aku merasa kurang leluasa untuk membicarakannya denganmu"

Semakin tidak leluasa bagi pemuda itu untuk membicarakannya, Ih Bu-lan merasa semakin keheranan dan ingin tahu, sambil mengerdipkan matanya berulang kali, dia berseru:

"Aaai ..! Kau memang agak kebangetan, kalau toh sudah kau katakan, mengapa tidak kau terangkan dengan sejelas sejelasnya?. "

"Sebab aku tak ingin membohongi nona, tapi akupun merasakan kurang leluasa untuk berbicara sejujurnya"

"Padahal sekalipun tidak kau bicarakan pun aku sudah tahu,   dia   mempunyai   banyak   perempuan   simpanan di luaran. Akupun merasa amat heran, kenapa terdapat begitu banyak perempuan yang mencintainya?"

"Sebab dia memang romantis, wajahnya tampan lagi, oleh karena itu terdapat banyak anak perempuan yang menyukainya!"

"Kaupun berparas tampan, mengapa tidak mempunyai banyak perempuan yang menyukai dirimu" Pertanyaan ini amat berani, tapi juga menunjukkan kepolosan hati orang

"Nona Ih" Ucap Cu Siau-hong kemudian "apakah kau tidak merasa kalau pertanyaan ini terlalu aneh untuk diajukan'

"Terlalu aneh? Mengapa?"

Diam-diam Cu Siau-hong lantas berpikir, "Ternyata dia benar-benar adalah seorang nona yang masih polos, seorang gadis yang belum memahami akan kelicikan dunia manusia"

Berpikir demikian, dia lantas menjawab:

"Nona, dari mana pula kau bisa tahu kalau aku tidak mempunyai banyak perempuan?"

Ih Bu lan segera tertawa.

"Rupanya kaupun mempunyai perempuan, tampaknya kalian lelaki tampan tiada seorangpun yang dapat dipercaya!"

Pada hakekatnya keadaan ini bukan keadaan pertarungan mati-matian antara dua orang musuh yang sedang bertentangan, melainkan merupakan dua orang sahabat lama yang bertemu dan berbincang-bincang secara santai..

Cu Siau-hong kembali menghela napas panjang, katanya: "Nona, aku merasa agak heran, kenapa suhumu begitu tega dengan membiarkan kau pergi sendirian?"

"Kau maksudkan ilmu silatku masih belum cukup untuk melindungi keselamatanku sendiri?"

"Bukan begitu, ilmu silatmu sangat lihay, tapi pengalamanmu terhadap dunia persilatan masih amat cetek"

'Cu Siau-hong, tidakkah kau rasakan kalau aku amat cerdik?"

"Tentang hal ini, aku sama sekali tidak berhasil mengetahuinya"

"Padahal asal kau bersedia untuk memikirkannya maka kau akan tahu bila aku tidak cerdik, mengapa bisa memaksamu untuk memaksakan diri sedemikian cepat?"

Pelan-pelan Cu Siau-hong berjalan ke luar dari balik pohon besar itu, lalu menjawab.

'Ucapanmu itu ada benarnya juga, mungkin nona benar benar seorang manusia yang berotak amat cerdas"

Ih Bu lan yang menyaksikan anak muda itu sudah keluar dari tempat persembunyiannya segera mengangkat kembali pedangnya, kemudian berkata pelan:

"Cu Siau-hong, sudah kau pikirkan masak-masak?" "Maksudmu cara untuk menghadapi nona" "Ehmm "

"Sudah, sudah kupikirkan baik-baik".

Mendadak dia menggetarkan pedangnya sambil melancarkan sebuah tusukan kilat ke depan. Ih Bu lan segera menggerakkan pedangnya untuk menangkis, pertarunganpun segera berkobar kembali.

Kali ini Cu Siau-hong telah melakukan persiapan, sebisanya pedang itu digerakkan selebar-lebarnya dan tidak membiarkan Ih Bu lan mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan kesempatan guna melakukan serangan mematikan.

Dibawah serangan demi serangan Cu Siau-hong yang beruntun secara tiada hentinya, betul juga, Ih Bu lan tidak menjumpai kesempatan untuk mengembangkan permainan pedang kilat lagi.

Walaupun dalam pembicaraan, mereka berdua bersikap lemah lembut, seakan-akan dua teman lama, kedua-duanya sama-sama berusaha menyerang sedahsyat mungkin dengan melontarkan ancaman-ancaman mematikan.

Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah terlibat dalam pertarungan sengit yang mencapai ratusan jurus banyaknya.

Berbicara dari keseluruhan kepandaian ilmu pedang yang mereka miliki, maka Cu Siau-hong masih kalah setingkat dibandingkan dengan gadis itu, tapi setiap kali Cu Siau hong terdesak hebat dan berada dalam posisi yang sangat menguatirkan, dia selalu menampilkan sebuah jurus serangan aneh yang berhasil menyelamatkan diri dari ancaman bahaya maut, bahkan memperbaiki posisi yang terdesak.

Dalam keadaan begin ilah, gebrakan-gebrakan kembali dilewatkan..

Mendadak lh Bu-lan melancarkan tiga buah serangan berantai untuk mendesak mundur Cu Siau-hong, setelah itu serunya dengan lantang: "Tunggu sebentar"

Cu Siau-hong segera menarik kembali serangannya seraya bertanya: 'Ada urusan apa nona?"

"Bila pertarungan semacam ini harus dilangsungkan terus, maka sehari semalam pun belum tentu bisa menentukan siapa kalah di antara kita berdua"

-oOo>d’w<oOo-

-oOo>d’w<oOo-

"YAA, apa boleh buat? Bila sehari tak dapat menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita, bisa saja kita bertarung selama dua hari dua malam untuk menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita berdua.”

"Tidak bisa, aku tidak mempunyai waktu yang cukup banyak untuk berbuat demikian'

"Lantas maksud nona?"

"Kita harus mencari suatu akal yang bagus untuk menentukan menang kalah diantara kita dengan secepatnya"

"Aaaah, agak sulit, kau tak mampu membunuhku, akupun tak mampu membunuh nona, coba kau pikirkanlah kita masih mempunyai cara apa lagi yang bisa digunakan untuk menentukan menang kalah diantara kita berdua ?.

"Aku masih mempunyai sebuah cara lagi, bahkan cara ini amat praktis dan bisa menentukan menang kalah diantara kita berdua dalam waktu sesingkat-singkatnya"

"Oya? Coba, nona terangkan"

"Cu Siau-hong, sebetulnya tidak pantas kalau kuberitahukan cara ini kepadamu, tapi kami merasa cocok satu dengan lainnya, maka dari itu aku hendak memberi kesempatan kepadamu untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya"

"Baik, akan kudengarkan dengan seksama" "Kau mengerti tentang ilmu pedang terbang?"

"Pernah kudengar, konon kepandaian tersebut merupakan semacam ilmu pedang tingkat tinggi?"

"Kau pernah melatihnya?" 'Belum pernah"

"Aku pernah melatihnya!' "Oya... ?"

"Agar menang kalah diantara kita berdua bisa ditentukan secepatnya, terpaksa aku harus mempergunakan ilmu pedang terbang ini untuk menghadapi dirimu"

Tergetar juga perasaan Cu Siau-hong setelah mendengar ucapan tersebut, diam-diam pikirnya:

"Menurut suhu, untuk menggunakan ilmu pedang terbang maka seseorang akan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melancarkan sebuah serangan, mati hidup, menang kalah akan segera terlihat hanya dalam satu gebrakan saja, aku lihat budak ini masih amat muda, masa dia sudah dapat mempelajari kepandaian tingkat tinggi semacam ini?"

Dalam hati ia berpikir demikian, sementara diluaran katanya:

"Nona Ih, benarkah kau hendak menantang aku untuk bertarung mati-matian "

'Perkataanmu memang benar, bagaimana pun juga menang  kalah  diantara  kita  memang  harus  ditentukan, sebab daripada lebih lambat semenit, toh lebih baik lebih awal sedikit?"

Cu Siau-hong tertawa getir, lalu katanya kembali:

"Nona, bila kau memang bersikeras untuk berbuat demikian, terpaksa aku akan mempertaruhkan nyawa untuk mengiringi kehendakmu itu"

"Baik, bersiap-siaplah kau, mulai sekarang, setiap saat aku bisa melancarkan serangan" Selesai berkata pelan-pelan pedangnya diangkat ke atas dan disilangkan di depan dada.

Mengikuti gerakan pedangnya itu, sikap Ih Bu lan pun turut berubah menjadi dingin dan amat serius. Itulah keseriusan yang telah di perlihatkan, ketulusan dihati dan kewibawaan diluar.

Sekalipun seseorang yang tidak mengerti tentang ilmu pedangpun dapat merasakan juga, apalagi serangan mana dilancarkan sudah pasti akan mendatangkan kekuatan yang luar biasa dahsyatnya.

Cu Sian hong telah memusatkan segenap perhatiannya untuk mengawasi gerak gerik lawan, ia merasa seluruh tubuh Ih Bu Ian seakan-akan telah melebur menjadi satu dengan pedangnya, hal ini membuat hatinya merasa amat gemetar keras.

Tiba-tiba Ong Peng memburu maju kedepan sambil berseru: "Cu kongcu, Kau tak boleh menyambut serangan itu"

“Sekarang dalam jarak lima kaki disekitar tempat ini sudah tiada burung hidup yang bisa melewatinya lagi, sebab seluruh wilayah sudah dilingkupi oleh hawa pedangnya yang amat kuat, sekalipun kita ingin pergi juga tak akan berhasil untuk berhasil melepaskan diri dari sini: Ong peng sendiripun dapat merasakan adanya segulung hawa pembunuhan yang sangat kuat menyelimuti sekeliling tempat itu.

Dengan suara lantang Cu Siau-hong segera berseru: "Nona Ih, harap tunggu sebentar, aku hendak

memberitahukan rekanku ini tentang beberapa hal"

"Katakanlah aku akan menunggumu, tapi jangan terlalu lama"

Cu Siau-hong manggut-manggut, sambil berpaling kearah Ong peng, ujarnya:

"Seandainya aku sampai tewas diujung pedang nona Ih nanti, tolong antar jenajahku kepada pihak Bu-khek-bun dan serahkan kepada ciangbun suheng, minta kepada mereka untuk menguburnya dalam perkampungan Ing gwat-san-ceng, tak perlu diangkut pulang kedesa kelahiranku. "

"Kongcu "

"Dengarkan baik-baik" tukas Cu Siau-hong, "waktu kita untuk berbicara tidak terlalu banyak"

"Baik, aku akan mendengarkan dengan seksama" "Beritahu   kepada   sunioku,   dendam   kesumat   ini tak

mungkin  bisa  kami  balas,  suruh  dia  bubarkan perguruan

Bu-khek-bun, lalu mengajak It-ki sute pergi jauh, keujung langit dan mengasingkan diri, jangan  sekali-kali memikirkan lagi soal pembalasan dendam"

"Kongcu” Ong peng teramat sedih.

"Dengarkan kata-kataku selanjutnya" tukas Cu Siau hong.

Benar juga, Ong Peng tak berani banyak berbicara lagi. Cu Siau-hong menghembuskan napas pelan lalu berkata:

"Bila berjumpa dengan lo-pangcu beritahu dua hal kepadanya, pertama katakan kalau aku tak dapat menunaikan tugas sampai selesai'

'Persoalan yang kedua?" tak tahan air mata jatuh terlinang membasahi wajah Ong Peng.

"Suruh dia mempersatukan kekuatan dari segenap perguruan yang ada didunia ini dan orang-orang yang telah mengasingkan diri untuk bersama-sama menghadapi organisasi ini, kalau hanya mengandalkan Kay-pang dan Pay-kau saja mungkin masih belum cukup”.

"Hamba akan mengingatnya semua" buru-buru Ong Peng membungkukkan badannya memberi hormat.

Cu Siau-hong segera tertawa.

"Baik, kalau memang sudah diingat, laksanakan dengan sebaik-baiknya"

Kemudian sambil membalikkan badannya pelan-pelan dia mengangkat pedangnya ke atas udara, kemudian melanjutkan.

'Nona, aku telah selesai untuk menyampaikan pesan pesan akhirku, harap nona suka memegang janji dan jangan membunuh pula orang yang akan menyampaikan pesan terakhirku ini'

"Matilah dengan hati yang lega, semua yang telah kusanggupi pasti akan kulakukan dengan sebaik-baiknya"

"Kalau memang begitu, akupun tak usah merasa kuatir lagi, nah, silahkan nona melancarkan serangan"

"Kau hanya meninggalkan beberapa patah kata itu saja?" "Benar, hanya beberapa patah kata ini saja." "Konon ayahmu masih hidup sehat walafiat, apakah kau tidak akan meninggalkan pesan apa-apa kepada mereka!”

"Orang tuaku bukan anggota persilatan, mereka tak akan memahami persoalan seperti itu"

“Kalau begitu, tinggalkanlah beberapa patah kata untuk istrimu!"

'Sayang sekali aku belum beristri"

'Kalau begitu tentunya kau mempunyai kekasih hati atau pujaan hatimn bukan?"

"Juga tidak ada, cuma aku memang mempunyai beberapa orang dayang yang genit-genit"

"Dayang?"

"Benar, orang yang mengurusi soal makan minum dan tempat tinggalku, setelah aku mati, mungkin mereka akan datang menjumpai nona, maka aku harap nona bersedia menasehati beberapa patah kata kepada mereka”

Ih Bu lan manggut-manggut.

"Aku pasti akan memenuhi keinginan hatimu itu" Cu Siau-hong segera tertawa getir, lalu katanya:

"Baiklah, sekarang nona boleh segera turun tangan untuk mulai melancarkan serangan."

"Padahal aku benar-benar tak ingin membunuh dirimu, dapatkah kau beritahukan kepadaku, kau bukanlah pembunuh dari Keng-ji kongcu. ?"

"Tidak dapat, sebab Keng Ji kongcu betul-betul sudah mati ditanganku, mengapa aku tak boleh mengakuinya?"

Dengan sedih Ih Bu Ian menghela napas panjang. "Aaai.... seandainya kau tidak membunuhnya, dia pasti akan membunuh dirimu”

"Nona, bukti nyata sudah berada didepan mata, sekalipun aku berusaha untuk menyangkal atau  memungkiri persoalan ini juga bukan suatu cara yang tepat, bila nona tidak bermaksud untuk memaafkan kesalahanku itu, terpaksa diantara kita berdua harus melangsungkan suatu pertarungan untuk menentukan menang kalah kita berdua"

"Kau amat keras kepala" bisik Ih Bu lan.

Pelan-pelan pedangnya diangkat kembali ke tengah udara sambil bersiap-siap melancarkan serangan.

Cu Siau-hong pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mengambil posisi menghadapi lawan, hawa murninya dihimpun menjadi satu, segenap perhatian dipusatkan menjadi satu, dia telah bersiap sedia menghadapi serangan maut dari Ih Bu lan tersebut.

Paras muka Ong Peng amat serius dan mengawasi gerak gerik dua orang itu tanpa berkedip.

Walau perkenalannya dengan Cu Siau-hong belum berlangsung lama, namun dalam hati kecilnya telah muncul suatu rasa persahabatan yang amat tebal ....

Walaupun selama ini dia hanya berlagak sebagai pembantu anak muda itu, namun dalam dua hari ini, dari dalam hati kecilnya telah timbul semacam perasaan yang sangat aneh, ia merasa bisa mengikuti manusia seperti Cu Siau-hong, sekalipun benar-benar menjadi pelayannya juga suatu kejadian yang amat menggirangkan.

Tapi pergaulan yang penuh kegembiraan ini segera akan berakhir, sejenak lagi bila Ih Bu lan melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, Cu Siau-hong akan roboh bermandikan darah diatas tanah.

Kendatipun peristiwa itu sendiri belum sampai terjadi, akan tetapi dalam benak Ong peng seakan-akan telah terbayang suatu peristiwa yang tragis, Cu Siau-hong dengan tubuh penuh bermandikan darah terkapar diatas tanah.

Mendadak Ong peng membentak keras: "Tidak bisa!"

Sementara itu, Ih Bu lan sudah bersiap-siap melontarkan serangan, ketika mendengar jeritan lengking dari Ong peng tersebut, ia menjadi tertegun.

Buru-buru serangannya ditarik kembali sambil menegur: "Mengapa kau berteriak-teriak?"

Ong Peng menghela napas panjang.

"Aaai. betul-betul suatu pemandangan yang amat tragis

dan mengenaskan" gumamnya. "Pemandangan apa?"

"Aaaai .... apa yang kukatakan hanya suatu khayalan belaka" gumam Ong Peng sambil menghela napas, "nona, tak usah kita bicarakan lagi "

Tiba-tiba Ih Bu tan tertawa, katanya:

"'Aku tahu, kau pasti telah membayangkan menang kalah yang bakal kami tentukan dalam pertarungan ini bukan?"

"Entah apapun yang telah kubayangkan tak mungkin lagi bagiku untuk menghentikan pertarungan ini".

"Soal ini jangan hanya menyalahkan kepadaku seorang, aku toh sudah memberi kesempatan kepadanya"

Cu Siau-hong turut tertawa, ucapnya: 'Hari ini bisa dihindari, belum tentu besok bisa dihindari, lebih baik turun tanganlah dengan segera!"

Ih Bu lan segera berpaling dan memandang ke arah Ong Peng, kemudian ujarnya:

"Nah, sudah kau dengar sendiri, dialah yang memaksa aku, bukan aku yang memaksa dia, mengapa kau menyalahkan aku?"

"Nona Ih" kata Cu Siau-hong pula sambil tertawa, "sekarang, mungkin saja kau memang berhasrat untuk menghentikan pertarungan, tapi hal ini pasti akan menyiksa dirimu dan lagi sedikit banyak akan timbul perasaan tak tenang dalam hatimu di kemudian hari, kau bakal teringat selalu akan persoalan ini "

"'Sungguh?` tanya Ih Bu lan dengan wajah tertegun. 'Sungguh,  kau  akan  selalu  menyalahkan  diri  sendiri,

menganggap dirimu sendiri tidak berusaha dengan  sepenuh

tenaga"

"Cu Siau-hong, aku merasa sangat pusing, batinku bertentangan sendiri, aaai,..! Mungkin aku memang tidak seharusnya datang kemari"

"Nona, lancarkanlah seranganmu itu, dalam seranganmu iti, entah berhasil atau tidak membunuhku, kau pasti akan memperoleh ketenangan"

Ih Bu Ian manggut-manggut, sekali lagi dia mengangkat pedangnya ke tengah udara sambil bersiap-siap. Serangan kali ini dia tidak ragu lagi, sambil melejit ke udara, pedangnya seperti sebuah bianglala tajam meluncur ke angkasa dan menyambar ke depan.

Tiba-tiba Ong Peng memejamkan matanya rapat-rapat. Cu Siau-hong menggerakkan pula pedangnya menciptakan selapis cahaya bianglala putih yang amat menyilaukan mata.

"Traaang..!" terdengar suara benturan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, cahaya putih segera lenyap dan hawa pedang pun membuyar ke angkasa.

Paras muka Ih Bu lan berubah menjadi pucat pias seperti mayat, keningnya berkerut kencang, dia berdiri dengan pedang di silangkan didepan dada.

Ternyata keadaan waktu itu tidak seperti apa yang dibayangkan Ong Peng tadi.

Atau paling tidak, Cu Siau-hong belum mati, sekarang keadaannya sudah amat jelas, Cu Siau-hong berdiri dengan pedang melintang badan.

Sekujur tubuhnya basah kuyup oleh darah yang bercucuran keluar amat deras.

Luka itu terletak didada bagian depan, tampak daging yang merekah keluar sampai darah segar yang berhamburan membasahi pakaian.

Dalam keadaan demikian, asal Ih Bu lan melancarkan sebuah serangan lagi, niscaya Cu Siau-hong akan terbunun diujung pedangnya.

Ong Peng menjadi tertegun, serunya dengan cepat. "Kongcu. !" Cepat-cepat dia memburu ke depan.

"Ong Ping, aku baik sekali" kata Cu Siau-hong sambil tertawa, "aku telah berhasil menyambut serangannya itu"

"Tapi kau terluka" "Aaaah, apakah artinya sedikit luka ini? Dibandingkan dengan apa yang kuduga semula, keadaanku sekarang jauh lebih baik"

Sementara itu, Ih Bu lan telah menarik kembali pedangnya seraya berkata pelan:

"Cu Siau-hong, aku telah berusaha dengan segala kemampuan yang kumiliki namun aku tak berhasil membunuh dirimu"

"Ehmmm "

“Apa yang kau katakan memang benar, hatiku sekarang pun lebih tenang dan tenteram, aku sudah memberikan pertanggungan jawab kepada calon suamiku, dengan tulus hati dan bersungguh-sungguh aku telah berusaha untuk membalaskan dendam baginya akan tetapi aku gagal untuk melakukannya."

“Nona, apakah kau masih ada rencana lain?"

"Tidak ada, aku hendak pergi, aku akan pergi meninggalkan tempat ini, jika kau amat dendam kepadaku, setiap saat kau boleh datang mencari aku untuk membuat perhitungan."

Cu Siau-hong segera menggelengkan kepalanya berulang kali, Katanya:

'Nona, kau telah berusaha keras demi Keng Ji kongcu, janji kepada dirimu sendiripun sudah terpenuhi, sekarang aku ingin mengajak nona untuk mernperbincangkan masalah dunia persilatan"

"Aku tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, orang yang kukenalpun tidak banyak, terhadap urusan dunia persilatanpun mengetahui amat terbatas sekali”. "Mungkin saja persoalan tentang dunia persilatan yang kau ketahui tidak banyak tapi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak timbul dari sanubari masing-masing orang sendiri, hal mana sama sekali tiada sangkut pautnya dengan masalah dunia persilatan”.

Ih Bu lan termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata:

`Aku tak lebih hanya seorang anak perempuan yang tidak banyak pengalaman, yang tak tahu urusan apa-apa, jangan terlalu mengharapkan diriku, nah aku hendak pergi dulu, baik-baiklah menjaga dirimu baikbaik "

Setelah tertawa sedih, dia melanjutkan:

"Bukit tidak berbelok, jalannya yang berbelok, mungkin saja kesempatan kita untuk bersua kembali dimasa mendatang masih terbuka lebar "

Sambil membalikkan badan, dia mengajak dayangnya beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

Dengan termangu-mangu Cu Siau-hong memperhatikan bayangan punggung dari Ih Bu-lan, memandang hingga bayangan itu lenyap dari pandangan mata.

Ong Peng menghembuskan napas panjang, ujarnya kemudian. "Kongcu, mari kita bungkus lukamu itu!"

Cu Siau-hong manggut-manggut.

'Ong-Peng, dia mengetahui banyak sekali rahasia besar yang kita perlukan, sayang dia enggan untuk mengutarakannya"

"Kongcu, mungkin kau lupa, dia memang sebetulnya adalah musuh kita semua !'

Mulut luka itu dalamnya mencapai tiga inci dengan panjang  setengah  depa,  andaikata  luka  itu  seinci  lebih dalam lagi, besar kemungkinannya akan melukai isi perut atau otot tulangnya.

Sementara itu Ong Peng sembari membubuhkan obat pada luka dada itu, diam-diam dia berdoa bagi keselamatan Siau-hong.

Sebaliknya Cu Siau-hong sendiri tidak memperdulikan keadaan lukanya, dia termenung dengan kening berkerut, seakan-akan sedang mempertimbangkan suatu masalah besar yang amat pelik baginya.

Selesai membalut luka tubuh Cu Siau-hong, Ong Peng lalu baru berbisik dengan lirih.

"Kongcu, sudah saatnya buat kita untuk pulang, lukamu itu tidak ringan, lebih baik istirahatlah dulu selama beberapa hari'

Dengan nada setengah menjawab setengah tidak, Cu Siau-hong berkata:

'Ong Peng, apakah dari pihak Kay-pang telah mengirim mata-mata yang mengawasi daerah disekitar tem pat ini"

"Sebenarnya ada, tapi untuk memenuhi harapan kongcu, Tan tianglo telah menitahkan untuk membuyarkan semua pengawasan disekeliling tempat tersebut.'

Mendadak Cu Siau-hong melompat bangun sambil berseru:

"Kita segera berangkat! Cepat laporkan kepada Tan tianglo, kita harus menguntit nona tersebut" Berbicara sampai disitu, mendadak keningnya berkerut kencang, seakan-akan merasa kesakitan. Jelas mulut lukanya kembali merekah akibat dari goyangan badannya barusan.

Ong Peng menghela napas panjang, katanya: "Kepandaian Kay-pang untuk menguntil jejak seorang adalah nomor wahid didunia, tak nanti budak itu meloloskan diri. Kaupun tak usah kesal karena persoalan ini, yang penting adalah rawat lukamu sebaik-baiknya "

Cu Siau-hong manggut-manggut dan berjalan keluar dari hutan.

Ong Peng betul-betul sangat hebat, tak lama kemudian ia telah berhasil mendapatkan sebuah tandu kecil.

Dengan naik tandu, Cu Siau-hong segera dilarikan pulang dengan kecepatan tinggi.

Tandu itu langsung masuk ke dalam ruang tengah sebelum berhenti.

Sepanjang perjalanan tadi, Cu Siau-hong telah mengatur napasnya dan bersermedi, menanti tandu itu berhenti, ia telah selesai pula dengan semedinya.

Begitu menyingkap tirai dan melangkah keluar dari tandu, seketika itu juga ia menjadi tertegun.

Tampak Ui lo-pangcu, Tan Tiang-kim, Pek Bwee, Pek Hong dan Tang Cuan berlima telah berdiri berjajar didepan tandu.

Buru-buru dia maju ke depan dan menjatuhkan diri berlutut katanya:

"Sunio dan cianpwe sekalian menyambut kalian tak berani Siau-hong terima. "

"Bangunlah nak, konon lukamu tidak ringan" tukas Pek Hong..

"Nak, rupanya aku salah juga setindak” kata Ui lo pangcu pula, ak sudah menilai rendah lawanku" Tang Cuan segera mengulurkan tangan kanannya dan membangunkan Cu Siau-hong dari atas tanah. "Mari kita berbincang-bincang di ruang dalam saja?" kata Ui lo-pangcu, kemudian sambil memberi tanda. Dalam ruangan belakang makanan kecil dan air teh wangi telah disiapkan di atas meja.

Ui lo-pangcu, Tan Tiang kim, Pek Bwee Pek Hong, Tang Cuan ditambah pula dengan Cu Siau-hong, enam orang bersama-sama mengambil tempat duduk diruang itu.

Agak kebingungan Cu Siau-hong memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya. "Lo-pangcu adakah suatu kejadian besar"'

"Siau-hong, jangan kau tanyakan yang lain" tukas Ui lo pangcu, 'Coba katakan dulu, bagaimanakah keadaan lukamu sekarang apakah masih dapat dipertahankan?"

"Tidak menjadi soal, boanpwe tak lebih hanya menderita sedikit luka dikulit luar."

"Ehmm,. kalau begitu bagus sekali." ucap Ui lo-pangcu

kemudian sambil manggut-manggut. Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Pek Hong kemudian sambungnya lebih jauh.

"Bu-khek-bun telah memberikan pengorbanan yang terlampau besar, aku si pengemis tua tak ingin menyaksikan lagi orang-orang Bu-khek-bun menderita kerugian lain."

"Lo-pangcu,' seru Pek Bwee, "didalam persoalan ini " Sambil manggut-manggut Ui lo-pangcu menukas.

'Aku mengerti Bu-khek-bun memang bersedia mengorbankan diri demi menegakkan keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan"

"Tang Cuan' ucap Pek Hong kemudian "beritahukan semua persoalan yang telah kita putuskan pada lo-pangcu'

"Baik. " Setelah berpaling kearah Ui lopangcu, pelan-pelan dia melanjutkan lebih jauh:

"Lo-pangcu kami Bu-khek-bun telah berhasil mengambil satu keputusan yakni kami akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk turut mengetahui didalam pertikaian dunia persilatan ini, Cu Siau-hong beserta setiap anggota Bu-khek bun telah mengesampingkan soal-soal mati hidup mereka masing-masing asal Lo-pangcu merasa di mana kami bisa membuktikan diri, silahkan saja diperintahkan, tak usah sungkan-sungkan lagi.."

'Bagus, bagus sekali!" seru Ui Lo-pangcu, "setelah kalian berkata demikian, aku si pengemis tuapun dapat berlega hati!"

'Kemudian setelah menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan:

"Kalau cuma soal pertarungan atau beradu kekuatan saja, dalam Kay-pang sudah tersedia banyak sekali jago jago yang terhitung tangguh, tapi yang penting adalah dibalik suatu pertarungan kami terdapat pula siasat, nah dalam hal ini terpaksa Cu Siau-hong dari partai anda musti turun tangan sendiri."

"Lo-pangcu, betulkah Cu Siau-hong memiliki kemampuan tersebut?" tanya Pek-Hong sangsi.

Diam-diam Ui Lo-pangcu berkerut kening, lalu sambil tertawa sahutnya cepat:

"Bukan begitu maksudku, Cu Siau-hong tak lebih hanya seorang yang lebih cocok untuk diandalkan otaknya dari pada orang lain, aku pikir hal ini kemungkinan besar ada hubungannya dengan buku yang banyak dia baca, ada sementara persoalan dia justru mempunyai pandangan yang jauh lebih baik." “Ia merasa terharu sekali karena kau begitu memandang tinggi kemampuannya Bu-khek-bun kami" ucap Pek Bwee, "bukan saja Siau-hong si bocah itu, asal kau merasa memerlukannya, setiap anggota Bu-khek-bun kami entah siapapun dia pasti akan menuruti setiap patah kata dari Lo pangcu "

Ui lo-pangcu manggut-manggut, sorot matanya segera dialihkan kewajah Cu Siau-hong, lalu ujar nya:

“Sejak dari pihak Kay-pang aku si pengemis tua telah memilihkan beberapa orang untuk membantunya, ilmu silat mereka di dalam Kay-pang mungkin saja terhitung secara baik, tapi keberanian mereka pasti jarang yang bisa menandinginya."

"'Terima kasih banyak cianpwe" kata Cu Siau-hong cepat.

Berada dalam keadaan dan suasana seperti ini, Cu Siau hong merasa tak ada pentingnya untuk menampik perkataan orang, itulah sebabnya dia Iantas menerima tawaran orang dengan begitu saja.

Terdengar Ui Lo-pangcu berkata lebih jauh:

"Selain beberapa orang pihak Kay-pang membantu usahamu, pihak Pay-kau juga telah memilihkan empat orang jagonya untuk membantumu, konon bukan saja mereka merupakan jago lihay dalam golongan muda, lagipula masing-masing memiliki suatu keahlian khusus, rombongan jago-jago lihay itu bisa kuserahkan kepadamu besok pagi!"

"Lo-pangcu, apakah dari pihak Bu-khek bun kami juga tidak mengutus wakilnya ?"

"Boleh saja, aku telah menininggalkan sebuah tempat kosong bagi kalian" "Hanya seorang saja"

"Kay-pang telah mengutus tujuh orang, Pay-kau empat orang, tujuh tambah empat sudah sebelas, maka jika pihak Bu-khek bun mengirim satu orang lagi, jumlahnya persis mencapai dua belas orang"

?oooO)d.w(Oooo?

TANG CUAN segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Pek Hong, kemudian katanya: "Sunio, biar tecu..."

"Tidak bisa" tolak Pek Hong cepat, "kau adalah ciangbunjin dari suatu perguruan, mustahil bagimu untuk pergi dari sini, biar It-ki saja yang pergi"

"Betul Tang Cuan, sudah sepantasnya kalau It-ki yang pergi" sambung Pek Bwe pula..

"Baiklah, tapi Seng susiok dan tecu pernah membicarakan persoalan ini, dia ingin membantu Siau hong"

"Baiklah!" Ucap Ui lo-pangcu kemudian. "kalau begitu kalian boleh mengutus dua orang, yang seorang menggabungkan diri dalam dua belas Kim kong, sedangkan yang seorang lagi mengikuti Cu Siau-hong sebagai pengawal pribadinya"

Pek Hong agak tertegun, baru saja dia akan bersuara,  Pek Bwee segera mencegahnya.

"Baiklah!" kata Tang Cuan kemudian, “kalau begitu pihak kami mengutus dua orang Seng Tiong-gak dan Tiong It-ki!"

Ui lo-pangcu manggut-manggut, katanya lagi: "Siau-hong, pergilah untuk beristirahat lebih dulu!.. "Boanpwe mohon diri" Cu Siau-hong segera menjura dan mengundurkan diri dari situ.

Menanti bayangan punggung dari Cu Siau-hong lenyap dari pandangan mata, Pek Hong baru menggelengkan kepalanya seraya berkata:

“Lo-pangcu, kau terlalu memanjakan dia”. Ui lo-pangcu segera menghela napas panjang.

'Aaaaai, Pek Hong, Kay-pang, Pay-kau dan Bu-khek-bun tak akan mampu menghadapi persoalan-persoalan semacam ini, penampilan orang selama beberapa kali ini menunjukkan suatu kemampuan yang kelewat hebat, bukannya aku terlalu memanjakan Cu Siau-hong, sebaliknya aku justru telah meminta bantuannya ...'

"Dia tak lebih hanya seorang bocah" tukas Pek Hong, "untuk berteriak memberi semangat sih masih bisa, akal setannya mungkin juga lebih banyak dan hebat, tapi kalau suruh dia yang memegang tampuk pimpinan dalam persoalan ini aku merasa sulit untuk diwujudkan"

"Dua orang manusia paling pintar dari Kay-pang, Sin jut serta Kui meh sangat mengagumi Cu Siau-hong, katanya mereka berdua takut kepadaku memang benar, tapi belum tentu hati mereka takluk kepadaku, Kay-pang jit hou (tujuh ekor harimau dari Kay-pang), Pay-kau su kiat (empat orang gagah dari Pay-kau) memang manusia-manusia yang jempolan pada jaman ini, tapi mereka pun binal, tanpa suatu kemampuan yang hebat, sulit untuk membuat jinak dan penurut, kini aku telah menyuruhkan orang-orang itu kepada Cu Siau-hong, suruh mereka membentuk suatu grup baru, kelompok yang bukan condong ke Pay-kau, tidak ke Kay-pang, tidak pula ke Bu-khek-bun!" "Lo-pangcu dengan perbuatanmu ini, tentunya kau mempunyai suatu maksud atau tujuan bukan?"

"Ada!, Coba kau perhitungkan, dengan cepat masa munculnya Pena Wasiat akan tiba, aku si pengemis harus segera meninggalkan tempat ini, tapi terbakarnya kebun raya Ban-hoa-wan sedang berkembang sekarang, akibat tersebut siapakah yang akan menanggungnya?"

"Jadi Cu Siau-hong yang harus menanggulanginya?" tanya Pek Hong kemudian.

"Benar!"

"Lo-pangcu, jangan salah paham dengan maksudku, aku hanya merasa usianya kelewat muda, persoalan yang diketahui masih terlalu minim, mungkin saja dia tak akan mampu untuk memikul tanggung jawab ini'

Ui lo-pangcu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian katanya:

"Walaupun usianya agak sedikit terlalu muda, diantara kami semua dialah orang yang paling cocok dalam menanggulangi persoalan semacam ini'

Pek Hong hanya mengiakan dan tidak banyak berbicara lagi.

Pek Bwee segera ikut men imbrung:

“Lo-pangcu, aku percaya kau pasti sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan seksama, membentuk satu grup baru macam mereka memang merupakan suatu kelompok kekuatan yang cukup tangguh, tapi apakah mereka tidak sedikit kelewat muda."

"Menurut pendapat Pek Lote?.."

"Maksudku, biarlah Tiang-kim bergabung bersama mereka" "Dan kaupun turut bersama mereka bukan" sambung Ui Lo-pangcu dengan cepat.

'Bila Lo-pangcu merasa mempunyai kepentingan untuk berbuat demikian, sudah pasti aku tak akan menampik"

Ui Lo-pangcu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya cepat: "Tentang soal ini aku sudah memikirkannya, dan mustahil bisa dilaksanakan"

"Mengapa?"

Ketika berpaling kesamping, tampak Tan Tiang kim pun sedang berada dalam keadaan bingung dan tidak habis mengerti, jelas dalam hatinyapun timbul keraguan serta tanda tanya besar, hanya saja tak berani untuk diutarakan keluar.

Ui lo-pangcu lantas berkata:

"Sengaja kubentuk suatu kelompok baru yang terdiri dari kaum muda, tujuannya adalah membiarkan mereka main terjang dengan kehendak hati sendiri, tak usah bertindak menuruti peraturan, sebaliknya mengikuti suara hati  mereka sendiri. Lain keadaannya jika Tan Tiang kim harus bergabung pula dengan mereka, hal itu akan menyimpang jauh dari apa yang sesungguhnya kuhendaki"

"Oooh.. rupanya begitulah duduknya persoalan" ucap Pek Bwee kemudian sambil manggut-manggut.

"Betul, kau, Tan Tiang kim, Pek Hong, Tang Cuan, semuanya tak mungkin bergabung dengan mereka'

"Boanpwe dan Siau-hong merupakan sesama saudara perguruan, bila aku ikut bergabung, apakah salahnya?"

"Siau-hong terlampau menghormati dirimu, setiap orang yang dihormatinya tak boleh bergabung dalam rombongan itu,  sebab  yang  diperlukan  adalah  keputusan  dan  jalan pemikirannya yang murni tanpa pengaruh orang lain, biarkan saja dia berbuat menurut selera hatinya sendiri'

Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Pek Hong, dia menyambung lebih jauh:

"Kau mesti beritahu kepada It-ki, dan Ti-ong gak agar jangan sekali-kali membangkang perintah atau keinginan Siau-hong, mereka boleh saja bergabung dalam grup baru itu, tapi harus melaksanakan perintahnya tanpa membantah"

"Ayah, kalau begitu kurang baik jika Seng sute turut bergabung dalam kelompok baru ini" kata Pek Hong cepat.

"Tidak menjadi soal, biar aku yang akan menyampaikan persoalan ini kepada Tiong-gak sendiri, suruh dia melindungi keselamatan Siau-hong semampunya"

Pek Hong lantas manggut-manggut dan tidak banyak bicara lagi.

Ui Lo-pangcu memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian sambil manggut-manggut ujarnya:

"Baiklah. persoalan telah kita putuskan demikian, cuma Pek lote, kau pun tidak berarti cuma menganggur belaka"

"Bila lopangcu ada persoalan, silahkan saja diperintahkan"

"Kau, Pek Hong titli, Tang ciangbunjin, terhitung orang orang Bu-khek bun, maka kalian mesti mengikuti aku si pengemis tua untuk menghadiri kemunculan kembali Pena Wasiat didepan masyarakat dunia persilatan'

"Belum pernah kujumpai keramaian seperti ini" kata Pek Bwee, "bila lo-pangcu bersedia mengajak kami, dengan senang hati kami pasti akan menerimanya"

Ui Lo-pangcu kembali tertawa. "Pek lote, aku bersama kaucu pihak Pay-kau bersama sama membentuk kelompok dua belas Kim hong dengan menggunakan anggota paling muda dari perguruan masing masing untuk diserahkan kepada Cu Siau-hong, sejak penggabungan tersebut, kedudukan mereka didalam Kay pang maupun Pay-kau telah turut terhapus pula".

"Lo-pangcu mengapa harus demikian?” seru Tang Cuan agak tertegun, `apakah kami Bu-khek-bun juga harus melakukan hal yang sama?"

"Apakah tindakan Bu-khek-bun, aku sipengemis tua tidak mempunyai pendapat apa-apa, cuma aku si pengemis tua harus memberitahukan alasan dibalik tindakan kami itu kepada Tang ciangbunjin"

"Silahkan lo-pangcu memberi petunjuk"

"Aku si pengemis tua memberitahukan kepada mereka bahwa tugas ini merupakan suatu pengorbanan dan lagi secara jelas telah memberitahukan kepada mereka sudah meninggalkan Kay-pang dan Pay-kau itu berarti mereka sudah terlepas sama sekali dari ikatan perguruan tersebut, semua peraturan yang berlaku dalam Kay-pang dan Pay kau sudah tidak berlaku lagi bagi mereka, mereka hanya akan melakukan suatu tugas saja yakni menurut perintah dari Cu Sian hong, selanjutnya segala sesuatunya hanya terpusatkan pada mati hidup menang kalah Cu Siau-hong dalam melakukan tugas ini"

"Lo pang cu, kalau begitu Seng susiok dan It-ki sute juga harus menanggalkan keanggotaan mereka didalam Bu khek-bun?'

"Soal ini lebih baik kau pikirkan sendiri, selain itu aku si pengemis tua menyuruh mereka menanggalkan keanggotaannya dalam Kay-pang dan Pay-kau karena masih  ada  satu  alasan  lain,  yakni  tidak  berharap mereka terikat oleh banyak sekali peraturan, sebab dalam banyak perguruan di dalam dunia persilatan berlaku pula banyak sekali peraturan turun temurun yang amat ketat, peraturan peraturan tersebut sesungguhnya hanya melarang anak muridnya untuk tidak melakukan kejahatan, berjalan kealiran sesat, tapi bila menghadapi suatu organisasi yang sama sekali tidak memperdulikan soal peraturan dunia persilatan, berbuat demikian sama artinya dengan berkelahi sambil mengikat kedua belah tangan sendiri"

"Betul boanpwepun mempunyai perasaan begitu" ucap Tang Cuan.

'Nah, itulah sebabnya aku ingin mereka membentuk suatu kelompok baru yang istimewa, suatu kelompok yang tidak terikat oleh pelbagai macam peraturan, tapi menjadikan Cu Siau-hong sebagai otak atau motor dalam grup tersebut"

"Lo-pangcu, sampai dimanakah kemampuan dari suatu kelompok baru yang cuma terdiri dari dua belas orang, Apakah mereka mampu untuk menghadapi suatu organisasi rahasia yang begitu besar kemampuannya?"

"Soal ini tentu saja kami harus menunjang dibelakang mereka, cuma buat kita segala sesuatunya harus dilaksanakan dengan menurut peraturan yang ada".

"Ehmm, sekarang boanpwe sudah agak mengerti" Tang Cuan manggut-manggut.

"Tentu saja orang yang mengelilingi Cu Siau-hong bukan hanya kedua belas orang itu saja" sambung Ui lo-pangcu kemudian, "kecuali ketiga orang dayangnya, Cu Siau-hong juga mempunyai pembantu seperti sin jut, kui meh dan Tiong It-ki dari partai kalian, ditambah pula dua orang bocah   pedang   yang   berada   disamping   Pay-kau  kaucu selama ini, hingga orang yang berada di samping Cu Siau hong meningkat menjadi delapan belas orang, walaupun kekuatan tersebut belum terhitung sangat kuat, tapi toh lumayan juga."

"Lo-pangcu, dengan berbuat demikian, apakah hal ini tidak seperti terlalu menyanjung kemampuan Cu Siau hong" timbrung Pek Hong tiba-tiba.

"Pek Hong, ada dupa baru berbau harum, dia mempunyai kecerdasan serta kemampuan yang luar biasa, itulah sebabnya aku si pengemis tua dan Pay-kau kaucu bersedia untuk berbuat demikian"'

"Lo-pangcu, jalan pemikiranmu kali ini benar-benar membuat hati orang merasa terharu, setelah menyaksikan cara kerja Lo-pangcu yang lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi, boanpwe menjadi malu sendiri"

"Hian titli, setelah kau berkata demikian aku si pengemis tua malah merasa tidak tentram, aku berbuat demikian sebenarnya ada banyak hal yang bertentangan dengan peraturanku sendiri"

"Untuk kepentingan umum, rasanya soal sepele tak perlu dipikirkan lagi!"

'Baik, Hian titli bisa berpikir demikian, aku si pengemis tua merasa gembira sekali'

'Lo-pangcu, kalau begitu kita tetapkan begitu saja, aku akan menyampaikan semua pesan dari Lo-pangcu kepada Tiong-gak dan It-ki`

"Bagaimana dengan rencana Hian titli sendiri' "Bila lo-pangcu merasa diriku masih berguna, boanpwe bersiap-siap untuk mengikuti locianpwe untuk menghadiri Keramaian besar tersebut "

"Bagus, kau bersama ayahmu dan Tang ciangbunjin boleh mengikuti aku si pengemis tua untuk menyaksikan kemunculan Pena Wasiat, sementara persoalan ditempat ini kita serahkan saja kepada Cu Siau-hong'.

Pek Hong manggut-manggut, 'Baik, segala sesuatunya kami akan menuruti apa yang telah lo-pangcu atur!. Dengan demikian, suatu keputusan besarpun telah diambil.

?oooO)d.w(Oooo?

WALAUPUN usia Ui Lo-pangcu sudah amat lanjut, namun cara kerjanya selain rapi juga cermat sekali. Keesokan harinya setelah lewat tengah hari, Cu Siau-hong diundang datang ke ruangan tengah. Dalam ruangan tengah duduk dua orang.

Seorang adalah Ui Lo-pangcu dari Kay-pang, sedangkan yang lain adalah seorang lelaki setengah umur berbaju hijau yang berwajah gagah agung dan berusia belum mencapai empat puluh tahun, ia duduk disamping Ui lo-pangcu.

Jarak kursi kedua orang itu hanya setengah depa saja.

Didalam ruangan yang begitu besar dan luas, hanya dua orang itu saja yang hadir.

Cu Siau-hong tidak kenal dengan lelaki setengah umur itu, tapi cukup dipandang dari keagungan dan kegagahan orang itu, dapat diketahui olehnya kalau kedudukan orang ini pasti luar biasa sekali. Setelah maju beberapa langkah lebih ke depan, Cu Siau hong segera memberi hormat sambil bertanya: "Lo-pangcu, kau ada petunjuk apa?"

Ui Lo-pangcu segera tertawa:

"Aku tak akan memberitahukan apakah kedudukan orang ini serta siapakah dia, tapi kau musti memperhatikan orang ini dengan seksama dan ingat baik-baik orang ini"

Cu Siau-hong segera mendongakkan kepalanya memperhatikan lelaki setengah umur itu, lalu katanya dengan suara rendah:

"Menjumpai cianpwe".

Lelaki setengah umur itu manggut-manggut, ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Bagus, bagus sekali, Ui Lo-pangcu memang pandai mengenali seorang enghiong, dia amat menghargai dirimu'

"Itulah dikarenakan kasih sayang dari lo-pangcu'

Lelaki setengah umur berbaju hijau itu hanya tertawa dan tidak bicara lagi.

"Siau-hong" kembali Lo-pangcu berkata, "aku telah memilihkan dua belas orang untukmu, sebentar mereka akan datang untuk menjumpai dirimu".

Ucapan itu membuat Cu Siau-hong tertegun..

"Dua belas orang?" serunya, "darimana datangnya orang orang itu... ?"

"Darimana datangnya mereka tak usah diurusi, mulai sekarang mereka akan menjadi anak buahmu semua, hanya perintahmu saja yang mereka turuti, bagi mereka tidak berlaku masa yang lalu, yang ada hanya masa dikemudian hari" 'Baik, Sau-hong akan mengingatnya selalu..."

"Kedua belas orang itu, kami sebut sebagai dua belas Kim-kong, apakah kau menyetujui panggilan ini?"

Cu Siau-hong termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian menjawab: "Soal ini boanpwe baru bisa menjawab setelah berjumpa dengan mereka nanti"

Terhadap seorang tokoh agung macam Ui Lo-pangcu, sesungguhnya jawaban dari Cu Siau-hong tersebut bernadakan kurang hormat.

Akan tetapi Ui Lo-pangcu justru sangat kagum atas jawaban dari Cu Siau-hing itu sambil mengangguk berulang kali katanya:

"Bagus, bagus sekali, memang dalam persoalan ini kaulah yang lebih berhak untuk memutuskannya"

Agaknya lelaki setengah umur berbaju hijau itupun merasa amat senang dengan sikap dari Cu Siau-hong, sambil tertawa dia mengangguk berulang kali.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar