Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 24

'Maksudmu bangunan kecil tempat untuk menikmati bunga itu!"

Cu Siau-hong mengangguk.

"Benar! Bangunan kecil tempat untuk menikmati bunga itu"

"Bukankah kita telah memasuki tempat itu serta memeriksanya? Disitukan tak ada apa?a panya? Kembali Cu Siau-hong tertawa.

"Dibelakang bangunan kecil tempat untuk menikmati bunga itu terdapat sebuah Loo-koan kecil yang menyembah Sam ciang taysu'.

"Apa yang perlu dicurigai dengan tempat itu? kenapa aku tidak melihat apa-apa.

"Susiok, sepintas lalu tempat itu seperti tempat rekreasi untuk semua orang, padahal yang sebenarnya tempat itu merupakan salah satu pintu mereka untuk masuk keluar' "Oooh ?'

"Tak ada salahnya jika kita ke sana dan melihat keadaan, siapa tahu kalau bisa menemukan kembali sesuatu titik terang:

"Siau-hong, apakah sekarangjuga kita akan ke situ? Perlu tidak untuk memberi khabar dulu kepada subo sekalian? Apakah mereka juga boleh pergi ke sana?"

Seng Tiong-gak manggut-manggut, ujarnya kemudian: Siau-hong, apakah tempat itu berbahaya sekali"

"Sudah barang tentu amat berbahaya, aku harap susiok dan dua bersaudara pengemis untuk bertindak lebih berhati hati lagi"

Sambil tertawa lebar Sin Jut berkata:

"Saudara Cu tidak mengundang beberapa cianpwe itu turut serta sungguh membuat aku si pengemis merasa bergembira sekali, mereka terlalu ragu-ragu mengambil keputusan, lagipula terlampau berhati-hati, jika berada bersama mereka, rasanya kaki tangan kami seolah-olah bagaikan dibelenggu saja..

"Walaupun begitu saudara Ciu, beberapa orang Locianpwe itu mempunyai pengalaman yang amat luas" kata Seng Tiong-gak, "bila seorang saja diantara mereka turut datang, maka kehadirannya itu akan sangat membantu kita semua, kenapa kau bilang kaki dan tangan malah seolah-olah bagaikan dibelenggu"

"Seng cianpwe" kata Ciu Heng sambil tertawa, "orang bilang nama besar membelenggu orang, mereka adalah orang kenamaan selama banyak tahun, cara kerja merekapun mempunyai garis-garis pedoman yang tetap, pedoman tersebut biasanya segan mereka langgar, seperti juga  seseorang  yang  tangannya  dibelenggu,  sudah barang tentu semua gerak geriknya menjadi tidak leluasa, sebab itu merekapun tak berani sembarangan bertindak didalam menghadapi setiap persoalan'

"Oooh... kiranya begitu!"

Ciu Heng tertawa, kembali serunya:

"Seng cianpwe. "

"Eeeh... jangan panggil aku dengan sebutan itu" tukas Seng Tiong-gak dengan gelisah, "selisih usia kita tidak seberapa banyak, bila kau bersedia memberi muka kepadaku, lebih baik panggil saja aku dengan sebutan saudara Seng"

"Aku rasa sebutan itu kurang cocok! Sebagaimena diketahui orang persilatan lebih mementingkan soal tingkat kedudukan

"Kalina tak boleh mengambil perbandingan dari Siau hong, betul dia adalah keponakan muridku, tapi kita toh saling berhubungan secara terpisah ."

"Siau Ciu, kalau toh saudara Seng telah memberi penjelasan, lebih baik kau turuti saja kehendaknya" sela Kui meh Ong Peng sambil tertawa pula "terus terang saja, usia kita memang selisih tak banyak kalau musti menyebut locianpwe kepadanya waah. kasihan dia! Mana dia rikuh,

kitajuga rikuh, betul tidak?"

Sin jut Ciu Heng segera manggut-manggut.

"Betul sekali perkataanmu itu, kalau begitu akan kusebut saudara Seng saja kepadanya.'

"Nah, begitu baru cocok" seru Seng Tiong-gak kemudian, dengan begitu cara kerja kita lebih leluasa, pergaulan lebih akrab dan kita sama-sama tak usah merasa rikuh" "Baik" kata Ciu Heng kemudian sambil tertawa, "saudara Seng, mari kita mulai penggeledahan dari tempat ini"

"Tidak usah, tempat ini tiada sesuatu yang perlu dicurigai" ujar Cu Siau-hong, "kalau ingin melakukan penggeledahan, kita harus menggeledah kuil kecil itu"

"Baik! Aku akan membawa jalan' kata Seng Tiong-gak, dia lantas membalikkan badan dan berjalan ke depan.

Cu Siau-hong berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong Peng, lalu berkata:

"Saudara Ong, kau toh sudah pernah berkunjung ke kebun raya Ban-hoa-wan ini? Apakah biasanya ditempat ini dipekerjakan banyak tukang dan pembantu?".

"Yaa. Banyak juga jumlah mereka, pokoknya dalam setiap bagian kebun raya ada orangnya, paling tidak jumlahnya bisa mencapai beberapa ratus orang"

"Tapi ke mana larinya orang-orang itu?" "Entahlah"

"Jika dugaanku tidak salah, sudah pasti mereka bersembunyi dibawah tanah"

"Sungguh tak pernah kusangka akan hal ini, Aku tidak mengira kalau kebun raya Ban-hoa-wan sesungguhnya sarang pencoleng" kata Ong Peng, "Cuma, aku si pengemis kecil masih juga tidak habis mengerti padahal tempat ini adalah kebun pribadi seseorang, andaikata mereka memaklumkan tempat ini sebagai daerah terlarang dan tak memperkenankan orang luar masuk kemari, bukankah tempat ini akan berubah menjadi suatu tempat yang lebih rahasia lagi letaknya?"

Mendengar perkataan itu Cu Siau bong segera tertawa lebar. "Disini terletak kepinteran mereka, bayangkan saja dalam suatu tempat yang demikian besarnya ini, sudah  pasti ada banyak sekali orang-orang mereka yang berlalu lalangjika tempat ini dinyatakan sebagai daerah terlarang, padahal terdapat banyak orang yang hilir mudik disini, apakah kejadian ini tak akan menarik perhatian orang lain? Sebaliknya jika kebun raya ini dinyatakan terbuka untuk umum, setiap hari dikunjungi oleh beribu-ribu bahkan puluhan ribu pengunjung yang hilir mudik terus menerus, bayangkan saja, sekali pun orang mereka yang terdiri dari ratusan orang itu hilir mudik beberapa puluh kali sehari siapa yang akan mencurigai mereka? Toh buktinya dengan ketajaman pendengaran Kay-pang, rahasia ini tak pernah diketahui kalian selama banyak tahun?".

"Ehmm... betul juga perkataan ini, jika orang membuang emas kedalam jamban, siapa yang akan menyangka kalau benda kuning dalam jamban tersebut adalah emas?"

"Disinilah letak titik kelemahan manusia tapi titik kelemahan tersebut justru telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya"

"Yaa, disini pula terletak kepintaran mereka"

"Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan terjatuh juga, sekalipun mereka pintar, akhirnya suatu titik kelemahan mereka perlihatkan juga, nah sekarang, inilah saatnya bagi kita untuk menemukan titik kelemahan yang ditinggalkan oleh orang-orang pintar tersebut"

"Kalau memang titik kelemahan ini dibuat oleh orang pintar, tempat tersebut pasti akan sulit untuk ditemukan", kata Seng Ti-ong gak.

"Itulah sebabnya kita harus memeras otak untuk menemukannya!" Sin Jut dan Kui Meh saling berpandangan sambil tertawa, katanya hampir berbareng "Kami dua bersaudara juga tidak mempunyai keistimewaan apa-apa, keistimewaan yang paling besar adalah menemukan titik kelemahan yang ditinggalkan orang lain.

"Kalau begitu, silahkan kalian berdua berangkat lebih dulu bersamaku !" ujar Seng Tiong-gak.

Selesai berkata, dia lantas beranjak menuju ke arah pintu kuil...

"Hei, ada apa? Kalian hendak mencari emas ...." seru Ong Peng dengan lantang.

"Kraaak. " tiba tiba pintu samping dekat dinding patung

terbuka sebuah pintu, kemudian pelan-pelan berjalan keluar seorang rahib perempuan berbaju hijau, rahib itu masih muda sekali.

Dia membawa sebuah senjata Hud tim yang berbulu sangat panjang, dengan serius katanya: "Apa yang sedang kalian cari?"

"Kami mencari orang!"jawab Ong Peng.

"Mencari orang macam apa?" tanya rahib muda berbaju hijau lagi.

"Dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini terdapat banyak orang, tapi sekarang tampaknya tak seorangpun yang kelihatan"

"Tempat ini memang sebenarnya penuh dengan orang, tak seharipun mereka bisa beristirahat dengan tenang, maka hari ini mereka pulang ke rumah untuk beristirahat'

"Li totiang, tentunya kau mempunyai gelar atau julukan bukan?"

Tosu perempuan muda usia itu tertawa. "Kita tak pernah bersua, juga tidak saling mengenal, aku rasa namapun tak usah saling disebut!"

"Kau adalah seorang pendeta yang sudah jauh dari keramaian manusia dan kehidupan keduniawian, tak nyana saat ini masih juga mencampuri urusan didalam kebun raya Ban hoa-wan"

"Aku tinggal didalam kebun raya Ban-hoa wan, segala sesuatunya tergantung pada pemilik kebun raya Ban hoa wan, urusan yang terjadi dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini tentu saja harus kucampuri'

"Oooh, seandainya kami hendak menghadapi orang orang dari kebun raya Ban-hoa wan, apa yang hendak kau lakukan?"

"Kenapa kalian harus berbuat begitu?" kata si tokoh berusia muda itu sambil menghela napas, "mereka semua adalah orang baik-baik!"

“Benar, mereka memang semuanya merupakan pilihan dari orang-orang baik "

Cu Siau-hong segera mendehem pelan, kemudian katanya:

"Li toheng, aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu"

"Katakan saja!"

"Bukankah dibelakang kuil ini terdapat dunia lain?"

"Menurut pendapatmu?" tokoh muda itu balik bertanya. "Kalau dilihat dari kemunculan Li to-heng dari pintu

kecil disamping patung arca itu, aku yakin dibelakang sana pasti terdapat suatu dunia lain" "Tempat itu adalah kamar tidurku, kalau kalian tidak percaya, mengapa tidak masuk ke dalam untuk memeriksa sendiri?"

"Oooh! Kalau begitu cuma kau seorang yang berdiam disini?" tanya Ong Peng.

"Betul! Cuma aku seorang yang berdiam disini" "Oooh,.sungguh suatu kejadian yang sulit untuk

membuat orang percaya" sela Seng Tiong-gak.

"Kalian tidak percaya kepadaku, juga tak mau masuk untuk melakukan pemeriksaan, sungguh membuat orang tidak habis mengerti apa sebenarnya maksud tujuan kalian" kata nikoh muda itu dengan suara dingin seperti es.

Seng Tiong-gak segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong, kemudian tanyanya: "Siau hong, bagaimana cara kita untuk mengatasi kejadian ini?'

"Aku mengerti, bukankah kau takut jika dalam kamar tidur ku si pendeta terdapat racunnya?" kembali tokoh muda itu berkata.

"Kami adalah orang yang sudah lama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, tentu saja kami tak bisa tidak untuk bertindak lebih berhati-hati"

"Bagus sekali" kata nikoh muda itu kemudian sambil tertawa dingin, "aku akan membuktikannya untukmu" Setibanya di depan pintu, tiba-tiba ia mendorong pintu tersebut hingga terpentang lebar.

Ditengah matahari yang terang benderang, suasana dalam ruangan itu dapat terlihat dengan amat jelas.

Dibalik pintu merupakan sebuah ruang tidur yang kecil sekali,  kecuali  sebuah  pembaringan  kecil,  boleh  dibilang hampir tiada tempat lagi yang bisa digunakan untuk menyembunyikan barang.

Oleh sebab itu, selain sebuah pembaringan yang berada dalam ruangan, disitu cuma ada sebuah bangku.

"Sudah lihat sampai jelas?" kata nikoh muda itu mengejek, "kalau tidak jelas, mengapa tidak masuk ke dalam untuk memeriksanya sendiri dengan lebih seksama?"

Ong Peng segera tertawa, katanya:

"Aku si Pengemis cilik paling tidak terikat oleh pantangan, sekalipun kamar tidurnya kaum rahib juga tak menjadi soal bagiku, aku tetap berani memasukinya, harap saudara-saudara suka menunggu sebentar di sini

Dengan suatu gerakan cepat dia lantas menyelinap masuk ke dalam ruangan itu.

Empat penjuru ruangan itu berupa dinding batu yang tebal, sekilas pandangan saja segala sesuatunya dapat terliha tjelas, selain pembaringan disitu tidak dijumpai benda apapun juga yang mencurigakan.

Ong Peng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian dia menyingkap kain seprei yang berada diatas pembaringan tersebut.

Ketika dia mencoba untuk mengintip ke bawah, ternyata dikolong ranjang itu kosong melompong dan tidak nampak sesuatu apapun juga.

Terdengar suara dari si Tokoh muda yang dingin bagaikan es itu kembali berkumandang datang.. "Andaikata kau masih belum percaya, kenapa tidak menorobos ke kolong ranjang untuk memeriksanya?"

Paras muka Ong Peng agak berubah, kemudian sahutnya: "Terima kasih atas peringatan dari too heng!"

Dengan mengerahkan tenaganya, dia lantas menggeser pembaringan kayu itu dengan paksa.

Diam-diam Cu Siau-hong memperhatikan gerak gerik nikoh muda tersebut, dijumpainya paras muka nikoh muda itu masih tetap tenang seperti sedia kala, sedikitpun tidak kelihatan rasa kaget atau terkesiap barang sedikitpun juga.

Penggeledahan yang dilakukan Ong Peng kali ini dilaksanakan dengan amat teliti, setiap sudut ruangan setiap bagian tempat di periksa semua dengan hati-hati.

Menyaksikan perbuatannya itu, nikoh muda itu menghela napas panjang, tegurnya: "Kalian sebetulnya siapa?"

"Li tootiang, kami berasal dari Bu-khek-bun!" sahut Seng Tiong-gak.

"Aku tidak tahu apa yang di namakan Bu-khek-bun itu, tapi aku tahu penderitaan yang bakal kualami amat mendalam sekali, andaikata kalian masih menganggap diri kalian adalah orang-orang dari golongan pendekar, sepantasnya kalau kamu semua akan merasa malu sendiri dengan perbuatan yang telah dilakukan"

"Li totiang, kami belum selesai dengan penggeledahan ditempat ini, apakah kau tidak merasa kalau ucapanmu diutarakan terlampau awal?'

"Kalian berani bertindak sewenang-wenang ditempat ini, apakah tidak takut kalau perbuatan tersebut akan mendapat balasan dari malaikat?"

Ong Peng segera tertawa dingin, jengeknya:

"Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu itu, tampaknya kau juga bukan seorang pendeta!" "Kau... kau..."

Kembali Ong Peng tertawa dingin, ujarnya:

"'Nona dengan pengetahuan serta pengalaman yang luas, terus terang saja perbuatan dan tingkah laku nona selama ini masih belum dapat mengelabuhi diriku!"

"Kau betul-betul seorang berandal yang tidak berpendidikan, setiap patah katamu bagaikan pisau tajam yang melukai hati orang saja, sungguh membuat hati orang menderita"

"Nona, justru karena pengetahuan serta pengalamanku yang luas, maka dalam sekilias pandangan saja aku sudah tahu kalau nona bukan seorang manusia yang mudah dihadapi."

Cu Siau-hong selama ini hanya berdiri di samping sambil tersenyum belaka, tak sepatah katapun yang diucapkan, sebaliknya Seng Tiong-gak diam-diam telah mengerahkan tenaga dalamnya sambil mengawasi gerak gerik nikoh tersebut, kuatir kalau secara tiba-tiba ia melancarkan serangan.

Dalam pada itu, Sin Jut Ciu Heng lelah menghampiri kehadapan patung arca Sam-cun dan melakukan pemeriksaan juga disekitar tempat itu dengan seksama.

Kui Meh Ong Peng belum juga merasa puas, tiada hentinya dia periksa setiap sudut ruangan.

Malah hampir tiap jengkal tanah yang ada disana tak ada yang dilepaskan olehnya dengan begitu saja.

Paras muka si nikoh muda yang semula tenang sekali itu, lambat laun mulai berubah menjadi agak tidak tenteram.

Cu Siau-hong yang memperhatikan dari samping arena dapat menyaksikan kesemuanya itu dengan jelas sekali. Sementara itu Ong Peng sedang memeriksa disebelah sudut dinding ruangan itu..

Tiba-tiba ia menemukan ditempat itu terdapat sebuah ubin hijau yang kecil dan menonjol keluar.

Ubin tersebut penuh dilapisi oleh debu yang tebal, seakan akan sudah lama sekali tak pernah disentuh orang.

Ong Peng segera meneliti ubin tersebut mendadak

berkumandanglah suara gemerincing keras yang memekikkan telinga.

Semua jago bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Nikoh muda itupun cukup pandai menahan diri, sambil tertawa hambar katanya.

'Tidak kusangka, kalau di tempat ini benar-benar ada alat rahasianya, padahal sudah banyak tahun pinni tinggal disini, namun rahasia tersebut belum juga kuketahui, tampaknya tempat ini bukan suatu tempat yang baik, ada baiknya kalau jangan berdiam terlalu lama lagi ditempat seperti ini"

Seusai berkata dia lantas berjalan menuju keluar.

Dengan cepat Seng Tiong-gak menghadang jalan perginya seraya menegur dengan lantang: "'Li-tootiang, kau tak boleh pergi dari sini!"

"Kena pa?"

"Sebab jika dalam ruangan ini terjadi perubahan akibat dari tergeraknya alat rahasia tersebut, seandainya Li tootiang telah pergi dari sini bukankah kami akan terjebak dan menemui celaka ditempat ini?'.

"Masa dengan kehadiranku ditempat ini, maka tak bakal terjadi perubahan apa-apa ditempat ini?'. "Paling tidak, masih ada kau yang tetap tinggal disini menemani kami!"

"Sicu, seandainya aku bersikeras akan pergi juga dari sini?"

"Kalau begitu, terpaksa kau harus mengandalkan kepandaian silatmu untuk mencoba menembusi pertahanan kami"

Nikoh muda usia itu segera tertawa dingin, katanya dengan nada setengah mengejek:

"Sungguh tak disangka kalian beberapa orang lelaki kekar hendak menganiaya aku seorang perempuan!". "Yaa, apa boleh buat lagi, siapa suruh kedatanganmu begitu kebetulan!"

Mendadak Nikoh muda itu mengayunkan tangannya, serentetan cahaya putih segera berkelebat menembusi angkasa dan langsung meluncur ke arah Seng Tiong-gak.

Selisih jarak antara kedua orang itu boleh dibilang dekat sekali, apalagi serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, sesungguhnya ancaman semacam ini tidak mudah untuk dihindari...

Untung saja Seng Tiong-gak sudah melakukan persiapan yang cukup matang, dengan cepat dia membalikkan badannya dan tiba-tiba menghindar sejauh tiga jengkal lebih dari posisi semula.

Cahaya putih itu berkelebat lewat disamping badan dan langsung menancap di atas dinding seberang ltulah sebilah pisau belati yang panjangnya mencapai tujuh inci lebih sedikit.

Sesudah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan Seng Tiong-gak berkata lagi. 'Li tootiang, sekarang apa yang hendak kau katakan lagi?

..

Nikoh muda itu tertawa manis, sahutnya..

"Tidak apa-apa lagi, tak kusangka kalau kalian semua

sesungguhnya adalah manusia yang susah untuk dihadapi."

Pelan-pelan dia melepaskan jubah panjangnya sehingga tampaklah pakaian ringkasnya yang berwarna merah dengan sulaman sekuntum bunga Bo tan di atas dada.

"Kau adalah Ang Bo tan?" Ong Peng segera menegur.

Gadis berbaju merah itu manggut-manggut.

"Yaa, akar lonio sudah berhasil kalian gali keluar, terpaksa aku musti melepaskan jubah pendeta berwarna hitam itu serta mengembalikan dandananku yang sebenarnya."

"Liok hoo, Ui Bwee, Ang Bo-tan, biasanya kalian bertiga tak pernah berpisah satu sama lainnya, kalau toh kau berada disini, tentunya mereka juga berada disini bukan?"

"Betul, mereka berada dibalik pintu rahasia tersebut, beranikah kau untuk memasukinya?" Sementara itu disudut dinding ruangan telah muncul sebuah pintu rahasia.

Pintu itu kecil dan cuma muat untuk dilewati satu orang saja.

"Hati hati saudara sekalian!" seru Ong Peng kemudian memperingatkan, "Liok Hoo, Ui Bwee, Ang Bo-tan adalah manusia-manusia ternama yang sukar dihadapi, harap kalian semua lebih bersikap hati-hati lagi"

Ang Bo-tan tertawa lebar, serunya:

"Kalau berada disini mah, kami terhitung manusia yang sukar untuk dihadapi" "Nona!" ucap Cu Siau-hong kemudian, "kini rahasia jejakmu sudah ketahuan, rasanya kaupun tak perlu untuk merahasiakan sesuatu bukan?"

Ang Bo tan melemparkan sebuah kerlingan genit kearah Cu Siau-hong, lalu bertanya. "Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku?"

"Aku ingin bertanya, apa kedudukanmu di dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini?"

"Aku tinggal didalam kebun raya Ban hoa-wan, menurut pendapatmu apakah aku termasuk anggota kebun raya Ban hoa-wan atau tidak?"

"Jadi kalau begitu, nona telah mengakui akan hal ini?" "Anggap saja sudah mengakui, Nah, apa pula yang bisa

kau lakukan atas diriku?" Cu Siau-hong tertawa.

"Kelihatannya, meskipun nona cuma seorang wanita belaka, namun memiliki semangat dan jiwa yang gagah perkasa"

"Wouw, akupun tidak menyangka kalau selembar bibirmu itu pandai sekali berbicara"

"Nona, setelah kau berani mengakui sebagai anggota kebun raya Ban-hoa-wan, aku pikir kau tentu berani mengakui persoalan lain bukan" kata Cu Siau-hong lagi sambil tertawa.

"Itu mah tergantung pada persoalan apa yang hendak kau tanyakan, sebab ada sementara persoalan tidak kuketahui, ada pula sementara persoalan meski kuketahui sedikit, tapi tak bisa ku utarakan keluar"

Waktu itu sekalipun paras muka Cu Siau-hong sudah dirubah bentuknya, namun masih belum dapat menutupi sikapnya yang gagah perkasa serta wibawanya yang besar, oleh sebab itu tampaknya Ang Bo tan lebih suka berbincang-bincang dengannya dari pada dengan orang  lain.

"Aku imgin tahu, termasuk dalam golongan yang manakah orang-orang dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini?" ucap Cu Siau-hong.

"Oooh soal itu sebenarnya aku mengetahui sedikit tentang persoalan ini, cuma sayang termasuk dalam persoalan yang tak bisa ku utarakan kepadamu"

"Nona, andaikata kau tidak bersedia untuk membicarakan persoalan ini, besar kemungkinan jiwamu akan melayang, entah bersediakah kau untuk menjawabnya?"

'Aku benar-benar tidak merasakan mara bahaya apakah yang sedang mengancam diriku sekarang"

“Ada sementara mara bahaya yang kedatangannya secara tiba-tiba, misalnya saja. "

“Tiba-tiba dia menggerakkan tangan kanannya, cahaya tajam berkilauan tajam, hawa pedang yang dingin menggidikkan hati itu tahu-tahu sudah menempel di atas tenggorokan Ang Bo tan."

Gerakan itu sungguh merupakan suatu gerakan mencabut pedang yang luar biasa cepatnya.

Ang Bo tan menjadi tertegun, dan berdiri kaku bagaikan patung, sepasang matanya mengawasi wajah Cu Siau-hong tanpa berkedip, kemudian tegurnya lirih:

"Kau. sebenarnya siapakah kau?"

"Siaute tak lebih Cuma seorang Bu beng siau-cut (prajurit tak bernama), kau tak usah kuatir. " "Tak sedikit aku berkelana di dalam dunia persilatan," kata Ang Bo tan dingin, tidak sedikit pula ilmu pedang yang pernah kujumpai, tapi belum pernah kutemui ilmu pedang yang begini cepatnya seperti ilmu pedangmu itu, aku pikir sudah pasti kau bukan manusia tanpa nama... ?"

Cu Siau-hong tidak menanggapi perkataan itu, pelan pelan dia berbicara, ucapnya:

"'Nona, aku ingin mengetahui sedikit banyak rahasia yang menyangkut soal kebun raya Ban-hoa-wan, Liok Hoo, Ui Bwee, Ang Bo-tan semuanya adalah manusia-manusia termashur didalam dunia persilatan, aku rasa tentunya kalian enggan mati diujung pedang seorang manusia tanpa nama semacam aku bukan'

Masing-masing pihak membicarakan kata-katanya sendiri, sehingga antara pertanyaan dan jawaban boleh dibilang sama sekali tiada hubungannya satu dengan yang lain.

Sembari mengajukan pertanyaan tadi, pelan-pelan Cu Siau-hong mendorong pedang nya jauh lebih ke depan.

Ujung pedang segera merobek kulit badan, darah segar pun jatuh bercucuran membasahi tubuhnya.

Ang Bo tan merasa terperanjat sekali, dia tidak mengira kalau musuhnya benar-benar akan turun tangan. Setelah tertegun beberapa saat lamanya dia lantas berseru:

"Kau. kau benar-benar hendak membunuhku "

"Benar!” sahut Cu Siau-hong dingin, “aku memang benar-benar akan membunuhmu! Belum lama aku terjun ke dunia persilatan, aku memang butuh untuk membunuh beberapa orang ternama dari dunia persilatan agar namaku bisa lebih termashur pula didunia ini." "Aku toh sudah bilang, tidak banyak yang kuketahui, bahkan ada sementara persoalan yang sama sekali tidak kuketahui."

"Kalau begitu, utarakan saja semua yang kau ketahui!'

Ang Bo tan benar-benar tak ingin mati, terutama sekali mati diujung pedang seseorang yang sama sekali tidak ternama.

Penampilan sikap Cu Siau-hong yang tenang dingin dan santai membuat orang tak bisa menduga suara hatinya yang sebenarnya, itu menimbulkan kesan seolah-olah setiap saat dia dapat mendorong pedangnya itu ke muka.

Ang Bo tan betul-betul mati kutunya, semua akal muslihat dan siasat busuknya seakan-akan melempem dan tak mungkin bisa dipergunakan lagi.

Cu Siau-hong menghembuskan napas panjang, tegurnya lagi:

'Mau bicara tidak kau?'

"Bicara aku mau bicara, tapi apa yang harus kukatakan?" "Benarkah kebun raya Ban-hoa-wan ini adalah suatu

tempat yang dipakai untuk menyekap orang?" "Menyekap siapa?'

"Menyekap seorang buronan penting!" "Yaa, betul!"

"Dimana letaknya?'

"Dibawah tanah, semua tempat penting di dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini letaknya dibawah tanah.”

"Nona, dapatkah kau membawa kami menuju ke sana?' "Dapat saja, cuma lorong rahasia ditempat ini jauh berbeda dengan lorong rahasia ditempat lain

'Itulah sebabnya kami meminta kepada nona untuk membawa kami menuju kesana!"

"Sekalipun ada aku yang menjadi petunjuk jalan, mara bahaya masih tetap akan mengancam datang dari mana mana"

"Seandainya sampai terjadi ancaman mara bahaya, maka yang bakal mampus duluan sudah pasti adalah nona sendiri"

"Dengan selembar nyawaku bisa ditukar dengan mati hidup kalian beberapa orang, sekalipun harus mati, aku juga mati tidak menyesal"

"Nona! keliru besar kalau kau berkata demikian,' kata Cu Siau-hong sambil tertawa. "kau anggap kami semua akan menemani dirimu bersama-sama memasuki lorong rahasia tersebut?"

Tiba-tiba ia turun tangan menotok tiga buah jalan darah penting ditubuh Ang Bo tan, kemudian melanjutkan:

'Mari berangkat!"

"Ke mana?" tanya Ang Bo tau dengan paras muka berubah hebat.

"Ke lorong bawah tanah!"

'Siapa yang akan menemani diriku?" "Aku!"

Kemudian Cu Siau-hong mengalihkan sinar matanya ke wajah Kui Meh Sin Jut dan Seng Tiong-gak seraya berkata:

'Harap kalian sementara menunggu aku sebentar disini!" Sementara itu, semua orang sudah menaruh rasa percaya yang amat besar terhadap diri Cu Siau-hong. Dengan cepat Seng Tiong-gak berpesan.

"Siau-hong, kau harus berhati-hati!" "Tecu mengerti!"

Tiba tiba Ang Bo-tan berpaling seraya tertawa, katanya:

"Mari kita berangkat, aku akan menjadi petunjuk jalan bagimu, cuma kau harus mengikuti aku dengan ketat, soalnya lorong dibawah tanah banyak cabang dan persimpangannya, jalanan di situ sangat kacau balau, sekali kurang berhati-hati bisa jadi kau akan tersesat, kalau sampai begitu, jangan salahkan lagi diriku"

Cu Siau-hong tertawa, sahutnya:

"Akupun berharap kau bisa mengingat baik-baik ucapanku, perubahan apapun yang bakal terjadi, yang bakal mampus lebih dulu diujung pedangku adalah kau!"

Ang Bo-tan tidak berbicara apa apa lagi, dia lantas beranjak menuju ke arah lorong bawah tanah itu. Dengan ketat Siau-hong mengikuti dibelakangnya.

Baru berjalan beberapa kaki, didepannya sudah tiada jalan lewat lagi, sebuah dinding tebal menghadang jalan pergi mereka selanjutnya.

"Nona, sekarang kita harus masuk dengan cara apa?" tanya Cu Siau-hong kemudian.

"Ditempat ini ada alat rahasianya, asal ku dorong dengan tanganku, maka pintu rahasia tersebut akan muncul"

“Tapi sayang sepasang lenganku sudah kau totok jalan darahnya”.

"Kenapa tidak mempergunakan kaki?" "Tempat itu tinggi sekali letaknya, sedangkan lorong ini terlampau rendah dan sempit, aku tak mampu untuk melompat ke atas."

“Kalau begitu, beritahu saja kepadaku, dimana letak tombol rahasia tersebut?”

Ang Bo tan segera membusungkan dadanya, dengan payudara yang ada disebelah kiri dia menunjuk ke arah dinding batu itu.

"Disitu!" sahutnya.

Cu Siau-hong segera menggerakkan pedangnya dan menutul dengan ujung senjata tersebut.

Betul juga, diiringi tiga kali suara benturan keras yang memekikkan telinga, bergemuruh suara gemerincingan nyaring.

Mula-mula dinding tembok itu roboh ketanah dan muncul sebuah pintu, menyusul kemudian pintu itu membuka lebar dan terbentanglah sebuah lorong bawah tanah didepan sana..

"Suatu arsitek yang bagus sekali" puji Cu Siau bong kemudian sambil manggut-manggut.

Ang Bo-tan segera tertawa lebar katanya.

'Memang bagus sekali arsiteknya apalagi setelah jalan kembalimu tersumbat oleh sebuah pintu baja, jangan harap kau bisa kembali lagi keatas dengan selamat"

"Oooh ....akhirnya kau bermain curang juga dihadapanku?"

Ang Bo tan tertawa cekikikan. "Sekalipun kau membunuh diriku, kau sendiri juga mungkin akan termenung untuk selamanya ditempat ini, maka lebih baik kau jangan terburu napsu”.

"Kalau begitu, kau bersiap-siap untuk mengajukan syarat kepadaku?"

"Tepat sekali'" "Baik, katakanlah`

"Tempat ini adalah sebuah tempat yang terpencil, jika aku mati, kau pun bakal tersekap selamanya ditempat ini"

"Aah, belum tentu demikian, bila kubunuh dirimu lebih dahulu mungkin aku masih punya kesempatan"

"Saudaraku, buat apa kau musti bertindak demikian? Kalau dilihat dari usiamu yang begitu muda, aku rasa kau pasti belum pernah menikah bukan?"

Berkobar hawa amarah didalam hati Cu-Siau-hong., tapi ia masih berusaha keras untuk menahan diri, katanya sambil tertawa:

"Apakah kau berniat untuk kawin denganku?"

"Yaa, enci memang bermaksud demikian, cuma kuatirnya bila saudara cilik tidak pandang sebelah mata kepadaku"

"Perkataanmu itu memang tepat sekali!"

“Itulah sebabnya tak ada salahnya kalau kita menjadi suami istri untuk beberapa hari saja"

"Selanjutnya?"

"Aku akan mencarikan akal lagi bagimu untuk keluar dari tempat ini"

"Jadi inilah syaratmu?" "Benar!"

'Dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini terdapat banyak sekali jago lihay, aku rasa seharusnya kau mempunyai beberapa sahabat bukan ditempat ini?"

“Sahabat sih ada, cuma kurang mencocoki hati dan seleraku"

"Sayang akupun tidak mempunyai gairah untuk memenuhi keinginanmu itu "

'Kalau hidup tak bisa menjadi suami istri, terpaksa kita harus mati didalam satu liang."

Mendengar ancaman tersebut, diam-diam Cu Siau-hong berpikir didalam hatinya:

"Tampaknya budak ini tidak takut terhadap ancaman atau gertak sambal, aku musti mempergunakan sedikit akal untuk mempecundangi dirinya ."

Berpikir sampai disitu, dia lantas tertawa ewa, kemudian ujarnya dengan lembut.

"Ang Bo tan, setelah kita menjadi sahabat, apakah kau mengajakku pergi meninggalkan tempat ini?"

"Benar!"

"Aaai... Aku menjadi sedikit kuatir.' "Kuatir? Apa yang kau kuatirkan'

"Aku kuatir setelah kau menghinati pihak kebun raya Ban-hoa-wan, meski dunia ini luas, takutnya sudah tiada tempat lagi bagimu untuk berpijak kaki."

"Oooh terlalu banyak yang kau pikirkan!" ujar Ang Bo

tan sambil tertawa. "Setiap persoalan yang kupikirkan selalu kupikirkan dalam-dalam dan luas, setelah kita menjadi sahabat, tentu saja aku tak ingin mengikutimu melarikan diri sepanjang tahun"

"Kau bilang apa?" seru Ang Bo tan tiba-tiba dengan wajah tertegun dan kaget.

"Aku hanya ingin bertanya kepadamu, andaikata kau sampai menghianati kebun raya Ban-hoa-wan, maka bagaimanakah keadaan yang bakal kau hadapi waktu itu?"

Ang Bo-tan manggut-manggut.

"Tentu saja mereka akan mengirim orang untuk mengejarku, kemudian membinasakan diriku" sahutnya.

"Nah, itulah dia, kalau sampai begitu, bukankah kita harus melarikan diri saban hari untuk menghindarkan diri dari pengejaran mereka?"

"Oooh! Kalau begitu, tampaknya kau benar-benar menaruh perhatian khusus kepadaku?..

"Nona, masalah ini adalah suatu-simpul mati, apabila kita gagal untuk melepaskan simpul mati ini, sekalipun kita bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat, lebih baik lagi kalau kita mati saja ditempat ini"..

"Kalau-kita bisa hidup sehari lebih lama, kenapa kita tidak hidup sehari lebih lama lagi?" .....

"Andaikata saban hari kita dikejar-kejar orang dan harus melarikan diri kesana kemari, sekalipun hidup juga amat menderita, toh lebih baik mati saja."

"Saudara cilik, sungguhkah perkataanmu?"

"Seandainya kau tidak berhasil menemukan cara yang terbaik untuk menyelamatkan diri, sekalipun setiap patah kataku itu jujur apa pula gunanya?" Ang Bo tan termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata:

"Kau datang bersama orang Kay-pang, aku pikir hubunganmu dengan pihak Kay-pang pasti akrab sekali bukan?"

"Yaa, akrab. akrab sekali!"

"Bagus sekali, jika Kay-pang bersedia membantu kita, maka kitapun tak usah takut terhadap mereka lagi".

"Apakah kita akan bersembunyi didalam Kay-pang?". "Betul, kita bersembunyi didalam perkumpulan Kay-

pang, walaupun pengaruh dan kekuatan Ban-hoa-wan amat besar, aku yakin mereka masih belum berani mengusik Kay pang.

"Waah, kalau soal itu mah aku rasa kurang begitu leluasa. Aku berasal dari perguruan Bu-khek-bun, jika sampai bergabung dengan Kay-pang, bukan saja tindakanku tadi telah melanggar pantangan besar bagi umat persilatan, lagipula peraturan perguruanku juga tak akan membiarkan aku berbuat semaunya sendiri, waktu itu, pihak yang akan membunuh kita akan bertambah banyak lagi, sebab Bu khek-bun sudah pasti tak akan melepaskan diriku."

"Yang diandalkan Bu-khek-bun selama ini Cuma Tiong Leng Kang, kini Tiong Leng kang sudah mati, perkampungan Ing-gwat sanceng juga sudah musnah tertelan api, siapa lagi yang kau kuatirkan?"

"Nah, masuk perangkap kau!" pikir Cu Siau-hong didalam hati.

Namun pemuda itu tidak terlampau tergesa-gesa, sambil mengalihkan pembicaraan ke soal lain, ujarnya: "Tapi... dalam perguruan Bu-khek-bun masih ada orang, sebelum menghembuskan napas terakhir, mendiang guruku telah menyerahkan kedudukan ciangbunjin kepada toa suhengku..."

"Masa kau juga takut dengan suhengmu?" sela Ang Bo tan cepat.

"Tentu saja, jelek-jelek dia kan suhengku juga, tentu saja kepandaian silatnya lebih hebat dari pada kepandaianku. masa aku tidak takut kepadanya?"

"Masa cara suhengmu mencabut pedang masih jauh lebih cepat daripada dirimu?"

"Tepat sekali! Dia adalah suhengku, tentu saja gerakannya mencabut pedang jauh lebih cepat daripada diriku"

"Aku sudah pernah menyaksikan permainan ilmu pedang Cing peng kiam hoat dari perguruan Bu-khek-bun kalian, tapi aku rasa gerak serangan tersebut tak ada yang sedemikian cepatnya"

'Permainan ilmu pedang Cing peng kiam hoat telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali, itulah sebabnya kami dianggap sebagai duri dalam mata oleh pemilik kebun rata Ban-hoa-wan ini, sebab itu pula perkampungan Ing gwat-san-ceng dibakar, Bu-khek-bun dimusnahkan "

Ternyata Ang Bo-tan tidak bermaksud untuk membelai Ban-hoa-wan sebaliknya dia berkata pula:

"Andaikata setiap orang dalam Bu-khek-bun bisa mencabut pedang dengan kecepatan seperti kau. aku rasa Bu-khek-bun tak nanti akan musnah di dalam semalam saja" Mendengar sampai disitu diam-diam Cu Siau-hong berpikir.

"Inilah kesempatan yang amat baik, paling tidak hari ini kuselidiki dahulu kisah penyerbuan mereka terhadap perkampungan Ing-gwat san-ceng kemudian baru berusaha untuk menyelidiki dimana It-ki sute disekap mereka "

Tapi diapun mengerti, andaikata pihak lawan mengetahui kalau dirinya sedang memancing dengan mempergunakan siasat licik, sampai matipun gadis itu tak nanti akan berbicara.

Jadi boleh dibilang, pertarungan adu kecerdikan yang berlangsung kali ini adalah suatu pertarungan adu kecerdikan tingkat ting-gi, dan harus berbuat sedemikian rupa sehingga pihak lawan sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang dipancing.

Sesudah mengambil keputusan didalam hati, dia menghembuskan napas panjang kemudian duduk kembali, ujarnya.

"Nona. tentunya kau tidak turut serta didalam penyerbuan dan pertarungan malam dalam perkampungan Ing-gwat-san-ceng."

"Sekalipun aku tidak turut serta, namun aku sempat mendengar mereka membicarakan persoalan ini, konon anak murid Bu-khek-bun tidak kuat menahan serangan, maka dengan cepat perkampungan Ing-gwat san-ceng berhasil dimusnahkan"

"Mereka melancarkan serangan secara licik, lagi pula sudah mempersiapkan musuh dalam selimut, tak heran kalau perguruan Bu-khek-bun tak kuat menahan serangan mereka" "Oooh.... tampaknya tidak sedikit latar belakang peristiwa ini yang berhasil kalian ketahui?".

"Sekalipun tidak diselidiki, asal dilihat dari cara mereka roboh serta pedang yang belum sempat diloloskan, semuanya sudah tampak amat jelas "

"Konon pada waktu itu Tiong Leng-kang tidak hadir dalam perkampungan "

"Suhuku, sunio, susiok, toa suheng semuanya tidak berada dalam perkampungan, asal seorang saja diantara mereka hadir dalam perkampungan dan memberi perintah, tidak akan segampang itu mereka berhasil memunahkan perguruan kami"

'Apa yang sedang dilakukan suhumu waktu itu?" Cu Siau-hong segera berpikir:

"Aku tidak boleh berbohong dalam soal ini!" Maka dengan terus terang katanya:

'Suhuku sedang bertarung melawan anak murid Khi  kang bun dari Pak hay, akibatnya kedua belah pihak sama sama terluka"

"Ehmmm, ternyata kau jujur sekali dan tidak berbicara bohong " bisik Ang Bo-tan.

'Sekarang ini saat apa dan dalam keadaan apa? Mati hidup saja masih tanda tanya, kenapa aku musti membohongi dirimu?"

Ang Bo tan manggut-manggut.

"Seandainya setiap anak murid Bu khek-bun bisa melatih ilmu pedangnya hingga mencapai kecepatan seperti apa yang kau miliki, sekalipun bu tong sam kiat (tiga orang gagah dari Bu tong pay) juga belum tentu mampu untuk menandinginya" Cu Siau-hong tak ingin membiarkan masalah pembicaraan tersebut dibawa semakin jauh dari pokok persoalannya, sambil menghela napas panjang segera tukasnya:

"Tahukah kau tentang Hek pa kiam su?"

Ang Bo tan ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dia manggut-manggut juga

Cu Siau-hong segera berkata lebih jauh:

"Kami telah berhasil membunuh empat orang diantaranya, konon para pendekar pedang macan kumbang hitam itulah merupakan pokok kekuatan yang menyerbu perkampungan Ing-gwat-san-ceng tempo hari"

Ang-Bo tan menjadi tertegun beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya:

"Jadi kalian benar telah membinasakan empat orang pendekar pedang Hek pa kiam su?"

'Buat apa aku membohongi dirimu?" "Kalau begitu tak aneh lagi"

"Apa maksudmu?"

'Tak pernah kalau pihak kebun raya Ban-hoa-wan telah menganggap kalian sebagai musuh besar, tak heran pula penjagaan yang dilakukan di tempat ini amat ketat "

Cu Siau-hong menggerakkan tangan kanan nya membebaskan kedua buah jalan darah penting di tubuh Ang Bo tan, kemudian serunya:

"Nona, lancarkan dulu peredaran darah didalam tubuhmu! Tampaknya kemungkinan kita terkurung ditempat ini besar sekali"

"Kenapa?". “Seandainya kita meninggalkan tempat ini, maka itu pasti akan dikejar-kejar oleh ke dua pihak, tidak meninggalkan tempat ini, terpaksa kita harus mati kelaparan di tempat ini"

Ang Bo tan menjadi termangu-mangu dengan perasaan bimbang, setelah menggerakkan sebentar sepasang bahunya, dia berkata:

"Saudara cilik, berapa usiamu tahun ini?"

"Aku musti memperbesar usiaku dengan dua tahun lebih tua" pikir Cu Siau-hong. Berpikir demikian ia lantas menjawab:

"Siaute sudah melewati dua puluh satu kali musim gugur!'..

"Oooh, kalau begitu aku empat tahun lebih tua darimu, sudah sepantasnya kalau kau menyebutku sebagai cici."

Cu Siau-hong tertawa getir, katanya:

"Mau menyebut enci juga boleh, menyebut nona juga boleh, yang pasti kita bakal mampus disini."

Pemuda ini memang pandai sekali bersandiwara, membuat Ang Bo tan yang sudah banyak berpengalamanpun dibikin agak terpesona olehnya.

Ang Bo tan mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian katanya: "Saudara cilik, kau benar-benar menyukai aku?"

"Sekalipun menyukai dirimu, apa pula gunanya? Sepuluh hari kemudian toh kita akan berubah juga menjadi sepasang mayat?."

"Andaikata kita tinggalkan tempat ini, mungkinkah Bu khek-bun akan menampung kita berdua?" tanya Ang Botan. "Bu-khek-bun tidak melarang lelaki perempuan berkasih kasihan, asal muncul dari dasar rasa cinta yang murni, menikahpun juga tak apa, Cuma saat ini aku tak berani memastikan apakah mereka akan menerima kita atau tidak!"

Ang Bo tan menghembuskan napas panjang, lalu katanya.

"Saudaraku, nama cici di dalam dunia persilatan kurang begitu baik, tapi sekarang, tampaknya aku sudah mulai menaruh rasa cinta kepadamu. "

"Aaah, masa secepat itu?" sela Cu Siau-hong.

"Kau tidak mengerti, pengalamanku terlalu banyak, tapi aku justru menganggap enteng segala-galanya, aku sungguh tidak tahu akan perasaan diriku sendiri, tapi setelah bertemu dengan kau, tiba-tiba aku merasa bahwa diriku. "

"Dirimu kenapa?”

Ang Bo tan tidak berkata lebih jauh, setelah menghela napas katanya kembali:

"Aku tahu, cici tidak pantas untuk mendampingi dirimu, aku Cuma berharap bisa menemanimu sepanjang masa, hal itu sudah cukup memuaskan diriku, mau menjadi gundik juga boleh, jadi pelayan juga boleh, cici tidak memperdulikan soal nama dan kedudukan"

Mendengar perkataan itu Cu Siau-hong menjadi terkejut, segera pikirnya dihati:

"Tampaknya dia sudah mempergunakan siasat juga untuk menghadapi diriku, aku harus bertindak hatihati, aku tak boleh terjerumus lagi ke dalam jaringan cintanya sehingga menjadi barang mainannya!" Sementara dia masih termenung, Ang Bo-tan telah bertanya lagi. "Sekarang, Bu-khek-bun dikuasahi oleh siapa?"

"'Tentu saja oleh ciangbun suheng' "Bagaimanakah watak serta perangainya?"

"Sekalipun tegas namun tidak mengurangi kebijaksanaannya, dia adalah seorang manusia yang pandai mempertimbangkan keadaan'

“Bagaimana pula dengan suniomu?"

"Sunio berwelas kasih dan berhati bajik, beliau menganggap kami semua bagaikan terhadap putra putrinya sendiri"

"Kalau begitu, asal kita mau memohon kepadanya, siapa tahu dia bersedia pula untiuk menampung kita?"

"Berbicara dari perangai serta tabiat dari sun ioku, mungkin ia masih bisa menampung kita, cuma kalau kita hanya berbicara melulu, belum tentu dia mau mempercayainya."

Ang Bo tan termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata:

"Siau-hong, bagaimana seandainya kita membuat jasa yang besar bagi mereka... ?"

"Membuat jasa besar ?" perkataan Cu Siau-hong agak tergerak, "jasa besar apakah itu?"

?oooO)d.w(Oooo?

“KITA pergi menolong seseorang yang maha penting, kemudian mempersembahkan kepadanya.” Cu Siau-hong merasa gembira bukan kepalang, hampir saja dia akan memperlihatkan rasa girangnya itu, tapi sekuat tenaga dia berusaha untuk menahan diri, tanyanya:

"Manusia maha penting macam apakah itu?"

"Tentu saja orang yang penting sekali artinya bagi Bu khek-bun kalian."

Setelah tertawa, lanjutnya.

"Kalian melakukan pencarian besar-besaran kesana kemari, masa bukan dia yang sedang kalian cari?"

Diam-diam Cu Siau-hong kembali berpikir: "Kelihatannya aku tak bisa berlagak pilon lagi... Setelah menghela napas, sahutnya:

"Kami sedang mencari seseorang, Cuma tidak kami ketahui apakah orang itu masih hidup di dunia ini atau tidak'

"Siapakah dia?"

"'Tiong It-ki sute, satu-satunya keturunan dari mendiang guru kami"

"Oooh, dia bernama Tiong lt-ki!"

Benar, kami memang sedang mencarinya."

'Bila berhasil menemukan dirinya, apapula kebaikannya buat kita berdua ?"

"Mungkin toa suheng akan memandang di atas keberhasilanku menemukan kembali It-ki sute, maka ia bersedia menampung kita'

"Kau mengatakan kita, itu berarti termasuk kau dan aku?" "Tentu saja, tapi kemana kita harus mencari Tiong It-ki!"

“Ditempat ini memang ada seorang pemuda yang disekap, cuma aku tidak tahu apakah dia betul yang bernama Tiong It-ki atau bukan?

“Oooh ? Macam apakah orang itu?"

"Kira-kira berusia tujuh delapan belas tahunan, wataknya keras dan konon dia berpuasa, tak mau makan apa-apa"

"Berpuasa dan tak mau makan apa-apa?" seru Cu Siau hong gelisah, "lama kelamaan kan akhirnya bakal mati kelaparan!"

Ang Bo tan segera tertawa.

"Sekalipun dia tidak bersedia makan, tapi kamipun tidak berharap ia mati kelaparan, tentu saja kami selalu berusaha untuk membiarkan dia makan"

"Aaai ! Sekalipun dia masih hidup, kita juga tak akan sanggup untuk menyelamatkan dirinya dari situ!"

"Soal itu sih bisa kuatasi, cuma aku tetap masih menguatirkan satu hal"

"Soal apa?"

"Aku kuatir kau akan membohongi diriku!" 'Membohongi dirimu? Kenapa aku musti membohongi

dirimu?"

"Bu khek-bun kalian boleh dibilang termasuk salah satu perguruan lurus dalam dunia persilatan, aku kuatir kalian tak akan sudi untuk menampung manusia yang bernama busuk seperti aku ini"

"Soal ini... soal ini... aku rasa tak mungkin! Kau telah menyelamatkan Tiong It-ki, mempertahankan keturunan dari mendiang guruku, kami semua orang Bu-khek-bun pasti akan merasa berterima kasih sekali kepadamu."

"Berterima kasih kepadaku adalah satu persoalan, bersedia menampung aku atau tidak adalah persoalan lain, maka sekarang lebih baik kita bicarakan dulu syaratnya"

"Syarat apa? Katakanlah, asal bisa kululuskan, tentu tak akan kutampik."

"Pertama, Bu-khek-bun harus bersedia untuk menyelindungi keselamatan jiwaku."

"Masih ada yang kedua?"

-oOo>d’w<oOo-

"ADA! Kedua, aku minta untuk tinggal disisimu untuk selamanya.”

"Soal itu tak berani kululuskan dengan begitu saja, sekalipun perguruanku menyetujui tapi aku masih mempunyai orang tua, persoalan ini harus kumintai persetujuannya dulu dari mereka berdua"

"Tak usah kuatir, permintaanku tak akan terlampau berlebihan!"

"Kau ingin. "

"Aku cuma berharap kau meluluskan permintaanku untuk tetap berada disamping mu selamanya, entah apapun kedudukanku nanti"

'Jadi pelayanpun kau juga bersedia?"

'Bersedia, aku telah berkata, nau dijadikan gundik atau pelayan aku tetap bersedia" Melihat kebulatan tekad orang, Cu Siau-hong segera menghela napas panjang. "Aaai... nona, buat apa kau musti bersikeras untuk melakukan kesemuanya itu?"

Ang Bo tan tertawa getir.

"Kau anggap aku benar-benar tidak mengerti apa-apa?

Cu siangkong, aku cuma..."

Cu Siau-hong juga tertawa getir, tukasnya kemudian.. 'Baiklah, kalau memang begitu aku bersedia meluluskan

permintaanmu itu, tapi akupun berharap kau bisa teringat selalu denagan ucapanmu itu dan tak boleh mengajukan permintaan yang berlebihan"

Dengan sedih Ang Bo tan tertawa.

"Cu kongcu" katanya, "aku cukup memahami akan diriku sendiri, akupun tahu bahwa diriku ini adalah seorang perempuan binal yang tidak disukai banyak orang, perguruan-perguruan kenamaan juga enggan mengadakan kontak dengan kami manusia semacam ini. "

"Apakah inilah yang menjadi alasan bagimu untuk mengikuti aku?"

"Tentu saja soal ini tak bisa dianggap sebagai suatu alasan" tukas Ang Bo tan, "yang paling penting adalah secara tiba-tiba aku menjadi muak sekali dengan penghidupanku dimasa lampau"

'Apakah ditempat ini kau merasa terlampau kesepian, maka membuat dirimu mengalami banyak perubahan?"

"Untung saja selama ini aku bisa mempunyai suatu penghidupan yang cukup panjang dan kesepian, sehingga memberi kesempatan bagiku untuk memikirkan banyak persoalan yang paling penting lagi adalah aku telah merasa bahwa  diriku  adalah  seorang  manusia,  tapi  merasakan suatu penghidupan yang bukan penghidupan seorang manusia"

"Oooh lantas apa pula yang sebenarnya telah terjadi?"

"Dimasa lalu, kami tiga bersaudara bersama-sama mengembara dalam dunia persilatan dengan sikap kami yang binal dan genit, tidak sedikit kejadian romantis yang telah terjadi dalam dunia persilatan selama ini, dalam masamasa tersebut kami merasa girang sekali dengan permainan semacam itu, kami bermain menuruti suara hati sendiri dan tak pernah memikirkan soal yang lain, juga tidak merasakan penghidupan macam apakah yang sebenarnya sedang dilewati, juga tidak memikirkan soal gengsi, martabat ataupun nama baik, untung saja kami harus merasakan penghidupan yang cukup lama dalam kebun raya Ban-hoa-wan ini dalam keadaan kesepian, hal mana membuat kamipun teringat akan banyak persoalan, juga mengalami banyak sekali penderitaan sekalipun tubuh kami boleh dibilang sudah kotor dan tidak suci lagi, tapi perasaan hati kecil kami sesungguhnya merasakan suatu penderitaan dan siksaan yang luar biasa sekali besarnya"

"Nona, apakah kau bisa terangkan sedikit lebih jelas lagi, sesungguhnya penderitaan macam apakah yang telah kau rasakan?"

"Kau benar-benar tidak mengeri?"

Cu Siau-hong orangnya memang cerdik tapi pengetahuannya masih terlampau cetek, apalagi soal hubungan antara lelaki dan perempuan serta hubungan seks, banyak hal yang sesungguhnya tidak ia pahami.

Maka sambil manggut-manggut katanya.

"Nona ada sementara persoalan memang tidak kupahami" Ang Bo tan termenung dan berpikir sebentar kemudian katanya.. "Cu kongcu, kau sudah pernah berteman dengan perempuan?"

"Aku pernah berkenalan dengan dua orang gadis, tapi oleh karena tidak terlalu sering berjumpa, jadi tak bisa dibilang sahabat kami”

"Baiklah kalau begitu akan kukatakan dengan terus terang saja"

"Aku bersedia untuk mendengarkannya dengan seksama!"

"Dikala kami tiga bersaudara sedang berkelana didalam dunia persilatan dan mengobral cinta disana sini, secara tiba-tiba kami telah berjumpa dengan seseorang, seorang lelaki yang tampan dan sangat menarik hati"

'Bukankah kejadian ini merupakan suatu perjumpaan yang bagus sekali?"

"Kejadian yang kami alami hari ini tak lain adalah akibat dari perjumpaan kami dengan orang itu"

"Oooh ?"

Mukanya masih tetap diliputi oleh rasa bimbang dan tidak habis mengerti, jelas kejadian tersebut masih belum begitu dipahami olehnya.

Ang Bo tan segera menghela napas panjang, katanya lebih jauh.

"Sedemikian tampannya orang itu membuat kami tiga bersaudara betul-betul terpikat hatinya kepadanya"

"Oooh ? Manusia macam apakah dirinya itu?" "Dia bernama Ji kongcu, ada juga yang menyebut Ji sauya, tapi adapula yang memanggil Keng kongcu kepadanya"

"Apakah dia she Keng?" "Benar!"

"Jadi lengkapnya Keng-ji kongcu?" Ang Bo tan segera mengangguk.

Cu Siau-hong segera berkata lebih jauh.

"Dahulu Go hong Li eng mempunyai seorang suami yang sama sehingga menimbulkan ceritera yang turun temurun sampai sekarang, kini kalian tiga bersaudara bersama-sama mencintai satu orang asal diantara kalian bisa saling mengalah dan saling menyesuaikan diri, peristiwa semacam itu sesungguhnya tidak terhitung  sesuatu persoalan yang melanggar hukum!"

“Dengan sungguh hati kami mencintai dirinya, tapi dia dengan cepat menjadi bosan dengan kami, setelah membawa kami ke kebun raya Ban-hoa-wan ini, kami disuruh menyaru sebagai nikoh dan ditugaskan menjaga kuil kecil ini"

"Perbuatan itu toh tidak termasuk suatu tindakan yang sangat tercela.. ?"

"Ia sama sekali tidak menganggap sebagai manusia, jika lagi senang kamipun diundang kesana untuk melampiaskan napsu birahinya, setelah itu kami dihantar kembali ke sini dan menjadi nikoh lagi untuk menjagakan kuilnya."

"Apakah kalian tidak dapat pergi mencarinya?" "Mengapa kalian tidak melawan?"

Ang Bo tan segera menghela napas panjang, sahutnya: "Niat untuk membangkang sebetulnya pernah juga muncul dalam hati kami, tapi entah apa sebabnya kami tak pernah mampu untuk mengembangkan rasa beraninya itu"

"Apa pula sebabnya?"

Ang Bo tan termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya:

"Pertama, kepandaian ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, kami bertiga tak akan mampu menahan sepuluh gebrakan ditangannya, kedua, diapun mempunyai kewibawaan yang sangat besar, membuat siapa saja tidak berani membangkangjika berada dihadapannya."

"Oooh... ada kejadian seperti ini! Sebetulnya manusia macam apakah dirinya itu?"

"Usianya belum mencapai tiga puluh tahunan, mukanya tampan dan bersih, matanya memancarkan sinar tajam dan tampak berwibawa sekali"'

Mendengar ucapan itu, Cu Siau-hong menghela napas panjang.

"Waaah... kalau begitu aku jadi kepingin sekali untuk bisa berjumpa muka dengannya?"

'Cu kongcu, aku berharap kau jangan sampai berjumpa muka dengan dirinya ?"

"Kenapa?'

"Dia berhati kejam, busuk dan tak mengenal peri kemanusiaan, salah berbicara sepatah kata saja dia bisa turun tangan untuk membunuh orang, sesungguhnya dia bukan seorang manusia yang mudah untuk dihadapi"

Cu Siau-hong manggut-manggut, katanya: "Jika suatu yang tiada ditumpuk selama bertahun-tahun, akhirnya mungkin menjadi ada, bila suatu pengaruh ditanamkan bertahun-tahun, maka akhurnya perasaan kalian terkendalikan olehnya, sebab itulah meski kalian merasa dirinya dipermainkan oleh dirinya, akan tetapi kalian sama sekali tak berani menaruh keinginan untuk menghianati dirinya"

"Yaa, mungkin demikianlah keadaannya, cuma setelah aku berjumpa dengan kongcu, tiba-tiba saja dari hati kecilku muncul semacam semangat dan keberanian untuk melawan pengaruhnya itu"

Ang Bo tan agak tertegun, kemudian sahutnya:

"Aku belum pernah memikirkan persoalan tersebut dalam hati"

Cu Siau-hong tertawa, ujarnya:

"Nona sampai sekarang kau cuma pernah menyaksikan caraku mencabut pedang, kau belum melihat kepandaian silatku yang sebenarnya, darimana kau bisa merasa begitu yakin jika aku sanggup untuk melindungi keselamatan jiwamu?"

Ang Bo tan menjadi tertegun, setelah itu selapis rasa bingung menghiasi wajahnya, dia berkata: "Soal ini, aku

...."

Padahal, Cu Siau-hong sendiripun tidak habis mengerti.

Diapun sedang berpikir, baru pertama kali mereka saling bersua, mengapa Ang Bo-tan bisa menaruh kepercayaan penuh terhadap dirinya?

Tapi Cu Siau-hong juga dapat melihat bahwa kepercayaannya itu bukan hanya kepercayaan yang terbatas hanya dibibir saja, melainkan rasa percaya yang benar benar muncul dari kejujuran hatinya.

Terdengar Ang Bo tan menghela napas panjang, lalu katanya:

“Aaai, persoalan ini sebenarnya tidak mudah untuk dijelaskan, andaikata kongcu tidak menyinggungnya, akupun tak akan berpikir sampai kesitu, tapi sekarang kongcu telah menyatakan, aku menjadi tidak tahu apa yang musti kujawab"

Setelah berhenti sejenak, lanjutnya.

"Cuma, rasa percayaku terhadap kongcu, benar-benar muncul dari sanubari yang jujur."

"Soal ini aku mengerti, cuma yang tidak kupahami adalah manusia berpengalaman macam nona yang sudah lama melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, sudah sering kali menghadapi ancaman badai yang besar, kenapa pula dengan begitu gampang kau percayai seseorang yang baru pertama kali dijumpai..."

"Aku tidak memiliki kewibawaan seperti Keng-ji-kongcu, juga tidak memilikiki kemampuan untuk menaklukkan orang, tapi sikap nona terhadapku ternyata begini "

Tampak secara tiba-tiba ia berhasil menangkap sesuatu?

Teringat akan sesuatu?

Ketika sepasang mata berjumpa mereka saling berpandangan lama sekali, suasana pun hening tak kedengaran sedikit suarapun.

Lama, lama sekali, Ang Bo tan baru berkata: "Cu kongcu,” manggut-manggut katanya:

"Baik, harap nona katakan agar akupun bisa turut mendengarkan " “Mungkin perjelasanku tak bisa kau pahami, tapi aku telah berhasil menemukan suatu perumpamaan " Setelah

membereskan rambutnya yang kusut, dia melanjutkan:

"Seperti seseorang yang tercebur di tengah samudra luas dan berpegangan di atas sebuah balok kayu, dia merasa balok kayu itu merupakan satu-satunya benda yang bisa melindungi keselamatan jiwanya, maka dia tak berani lepas tangan, sebab dia masih tetap terendam didalam air laut yang dingin."

Cu Siau-hong manggut-manggut. Maka Ang Bo tan berkata lebih jauh:
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar