Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 01

Dalam kitab Ping-ki-boh (catatan ilmu senjata) tercatat pelbagai ilmu silat kenamaan dalam dunia persilatan serta ulasan tentang senjata tajam, terutama tentang kegunaan istimewa pelbagai senjata aneh, barang siapa dapat membaca kitab Ping-ki-boh dia akan memahami tujuh puluh persen dari pelbagai ilmu silat dan senjata yang ada di dunia..

Maka dari itu Ci cu Ping-ki-boh disebut sebagai Kangouw tit-it-khi-su (Kitab paling aneh di dunia kangouw).

Konon kitab tersebut dibuat oleh seorang yang bernama Ban Ci-cu.

Manusia macam apakah Ban Ci-cu itu ? hingga kini masih merupakan suatu teka teki karena belum ada seorangpun yang pernah menjumpainya.

Banyak catatan yang tercantum dalam kitab Ping ki boh akhirnya tersiar dalam dunia persilatan, catatan itu dicatat semua oleh pelbagai perguruan serta keluarga persilatan untuk selanjutnya diturunkan kembali kepada anak murid serta keturunannya.

Tak sedikit diantaranya, bahkan mengeluarkan banyak tenaga dan beaya untuk membuktikan kebenaran berita tersebut, ternyata semuanya memang terbukti akan kebenarannya.

Oleh sebab itu, semua orangpun mengakui bahwa kitab itu merupakan kitab paling aneh di dunia.

Sayang tak seorang manusiapun yang berhasil menguasahi semua kepandaian itu dan menganalisa kembali seluruh isi kitab Ci cu Ping ki boh tersebut. Mungkin saja ada orang yang pernah membaca seluruh isi kitab itu paling tidak orang itu belum diketahui oleh umat persilatan.

Bulim Cun ciu pit (pit wasiat) lebih-lebih merupakan suatu peringatan bagi umat persilatan, dengan Pena Wasiat inilah banyak kejadian besar dalam dunia persilatan telah dicatat dalam kitab besar.

Bukan hanya manusia-manusia termasyhur saja yang akan dicatat oleh Cun ciu pit, bahkan orang yang tidak ternama dan tidak termashurpun kadang kala ikut dicatat juga.

Cun ciu pit dapat membuat seorang tokoh persilatan yang disegani dan dihormati orang menjadi orang yang paling busuk namanya dan dibenci orang dalam sehari saja.

Tapi dapat pula membuat seorang umat persilatan yang tak ternama menjadi seorang tokoh persilatan yang disegani dan dihormati semua orang dalam sehari.

Tentu saja banyak alasan yang dimiliki Cun ciu pit untuk bisa memiliki kekuasaan sebesar ini.

Tapi diantara sekian banyak alasan ada dua di antaranya yang paling penting, pertama semua kejadian yang dicatat Cun ciu pit adalah kenyataan, bukan cuma isapan jempol belaka, ada waktunya, ada tempat kejadiannya ada jalan ceritanya, bahkan ada pula barang bukti atau saksi hidupnya.

Kedua karena Pena Wasiat itu amat misterius, tentu saja pena itu tak mungkin bisa menulis sendiri semua kejadian, tentu ada orang yang menulisnya tapi tak pernah ada orang yang tahu siapa gerangan orang itu, ia tak pernah melibatkan diri dalam pertikaian di dunia persilatan, tapi seakan-akan dalam banyak kejadian ia selalu hadir ditempat.

Tak mungkin orang bisa menulis semua kejadian dengan terperinci seandainya ia tidak hadir di sana. Itulah Bu lim Cun ciu-pit, sebuah Pena Wasiat!

Ia dapat membongkar kedok kemunafikan orang ksatria dunia persilatan, agar orang dapat mengetahui semua keburukan, kebengisan dan kejahatannya dibalik kebaikan.

Diapun dapat mengungkapkan semua perjuangan, pengorbanan serta perbuatan mulia seorang ksatria sejati, agar namamu menjadi tenar dimana mana.

Pena Wasiat itu hanya khusus mengurusi semua perbuatan orang-orang persilatan. la mengungkap kebobrokan orangtapi mendengungkan kebaikan orang.

Terhadap Pena Wasiat itu, ada sementara orang persilatan yang merasa pusing kepala merasa pecah nyali dan ketakutan.

Tapi ada pula yang menyanjung dan memuliakannya ....

Tiga puluh tahun telah berlangsung tanpa terasa ....

Tahun ini, kawanan jago dari Siau-lim-pay dan Bu tong pay sudah jarang melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan.

Empat keluarga persilatan yang paling kuat dan tenar dimasa lalu kinipun mulai lemah dan mundur, satu satunya perguruan yang paling tenar dan disegani orang waktu ini adalah Bu-khek-bun (perguruan Bu khek) yang dipimpin oleh Cing-peng kiam-khek (jago pedang Cing peng) Tiong Leng kang sebagai ketuanya.

Markas besar mereka terletak di bawah bukit Tiong ling tiong san di luar kota Siong yang, luasnya mencapai puluhan hektar, meski tidak terhitung megah dan angker tapi jumlah murid berikut pelayan mencapai ratusan orang.

Yang melambangkan kewibawaan dari perguruan Bu khek-bun adalah papan nama yang tergantung di depan pintu gerbang.

Papan nama itu terbuat dari kayu Song pilihan dasar hitam dengan tulisan emas, tiga huruf tercantum di situ yang bernama: "Bu-khek-bun".

Bukan bahan atau tulisan itu yang berharga, justru tanda tangan di bawah papan nama itulah yang tak ternilai harganya, karena disitulah tercantum nama dari jago-jago Siau lim Bu tong Keluarga persilatan Tong hong. ketua Kay-pang dan ketua Pay-kau. Lima orang tokoh paling berkuasa dalam dunia persilatan waktu itu.

Pada usia dua puluh tahun, Tiong Leng Kang turun gunung mulai berkelana, seratus delapan jurus ilmu pedang Cing-peng-kiam-hoat telah dikuasainya secara sempurna, tiga tahun kemudian ia telah berhasil meraih gelar Cing peng kiam khek.

Pada usia tiga puluh tahun, namanya makin tersohor setelah dia berhasil membinasakan tujuh orang manusia paling buas dalam dunia persilatan waktu itu.

Pada usia tiga puluh dua tahun, dia menjabat kedudukan sebagai ciangbunjin perguruan Bu khek-bun, pada tahun yang sama ia kawin dengan Pek Hong, putri kesayangan Sin heng-siu (kakek pejalan sakti) Pek Bwee hingga namanya makin dikenal dimana-mana.

Dalam perguruan Bu-khek-bun, terdapat empat orang jago yang berbakat bagus, pertama adalah Seng Tiong-gak siau sute dari Tiong Leng Kang sendiri, meskipun menjadi adik seperguruannya, dalam kenyataan usianya selisih banyak dengan Tiong Leng Kang, tahun ini berusia tiga puluh tahun, ketika suhu Tiong Leng Kang baru menerimanya sebagai murid, orang tua itu jatuh sakit dan tak dapat bangun kembali, karenanya ilmu silat yang dimiliki Seng Tiong-gak sekarang sebagian besar adalah ajaran dari Tiong Leng Kang.

Orang kedua yang bisa diandaikan adalah seorang murid Tiong Ling-kang sendiri; ia bernama Cu Siau-hong.

Sebenarnya bocah ini adalah keturunan seorang bangsawan, kakeknya pernah menjadi pembesar dan ayahnya seorang sastrawan kenamaan.

Dalam keluarga macam beginilah justru muncul seorang bocah yang berbakat bagus, ketika ditemukan oleh Tiong Ling-kang dan menganggapnya berbakat aneh, dengan segala usaha yang sulit dan berbelit-belit akhirnya ia berhasil memaksa ayah Cu Siau-hong untuk menghantar anaknya balajar silat dalam Bu-khek bun.

Ternyata pilihan Tiong Leng Kang memang tak salah, Cu Siau-hong betul-betul seorang manusia yang berbakat untuk belajar silat, pada usia tujuh tahun ia masuk perguruan dan tahun ini berusia sembilan belas tahun, tapi seluruh kepandaian milik Cing-ping-kiam-khek telah dikuasainya, ditambah lagi sejak kecil gemar membaca, ini semua membuatnya menjadi seorang Bun bu-cuan-cay (pandai dalam bidang sastra maupun silat).

Orang ketiga bernama Tang Cuan dia berasal dari keluarga silat ayahnya pernah menjadi piausu, ketika usia setengah umur berganti usaha dengan berdagang, harta kekayaannya amat banyak dan merupakan keluarga ternama di kota Lu-ciu.

Ayah Tang Cuan adalah seorang pengagum Tiong Leng Kang, maka ketika ia menghantar putranya untuk belajar silat, melihat kalau Tang Cuan berbakat baik, Tiong Leng Kang pun menerimanya sebagai murid.

Orang ke empat tidak lain adalah putra kesayangan Tiong Leng Kang dengan Pek Hong yang bernama Tiong It ci.

Pengharapan Tiong Leng Kang terhadap ke empat orang ini sangat besar, maka dengan penuh kesungguhan hati dipupuknya mereka secara sungguh-sungguh dan penuh kasih sayang.

Diantara tiga orang angkatan muda, usia Tang Cuan paling besar, tahun ini telah berusia dua puluh tiga tahun, dia adalah murid tertua dalam perguruan Bu-khek-bun.

Dengan pasti Tiong Leng Kang tahu, bahwa diantara dua belas orang muridnya, hanya ketiga orang itu yang paling besar harapannya untuk berhasil.

Maka mereka diminta untuk berdiam dalam perkampungan selama banyak tahun, bukan saja latihan mereka diawasi dengan ketat, lagi pula dengan pelbagai macam bahan obat mereka dipupuk tenaga dan kekuatannya, banyak kejadian dalam dunia persilatanpun seringkali diceritakan kepada mereka.

Oleh sebab itu meski ketiga orang tak pernah meninggalkan bukit Liong tiong san, tidak sedikit yang mereka ketahui tentang masalah dalam dunia persilatan.

Suatu hari, seusai mencoba kehebatan ilmu pedang mereka bertiga, dengan wajah berseri Tiong Ling-kang memanggil mereka bertiga untuk menghadap, lalu ujarnya dengan gembira.

"Selama lima enam tahun belakang ini, aku jarang sekali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, harapanku adalah dapat mendidik kalian sebaik-baiknya, ternyata usahanya tidak sia-sia, kesempurnaan kalian dalam soal ilmu pedang Cing peng-kiam hoat sudah cukup mengagumkan tenaga dalampun sudah mencapai taraf bisa digunakan menurut kehendak hati sendiri, tapi kalian jangan keburu kepala besar, aku harap kalian jangan menjadi malas dan tinggi hati menerima pujian tersebut"

Ketiga orang muridnya segera mengiakan berulang kali. "Besok  aku  hendak  mewariskan  ilmu  senjata  rahasia

Thiat-lian-hoa   (bunga   teratai   besi)   kepada   kalian" kata

Tiong Ling-kang lagi sambil tertawa, "Kalian mesti tahu, Cing-ping kiam hoat dengan teratai besi adalah kepandaian yang paling kuandalkan selama ini, sekalipun memakai senjata rahasia kurang mencerminkan perbuatan seorang kesatria, namun kadangkala kita memerlukan nya untuk digunakan menghadapi kaum siau-jin, karenanya secara khusus kumiliki beberapa macam kepandaian yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan senjata rahasia lawan. Aku harap kalian bisa mempelajarinya secara tekun dan rajin sehingga tak sampai menyia-nyiakan pengharapanku"

Tang Cuan segera membungkukkan badan memberi hormat:

"Budi kebaikan suhu lebih tinggi dari bukit lebih dalam dari samudra, sudah menjadi kewajiban bagi tecu sekalian untuk ikut menyemarakkan nama perguruan hingga Bu khek-bun kita selamanya bisa berdiri tegak dalam dunia persilatan"

"Bagus!" Kata Tiong Ling-kang sambil mengangguk. "semoga saja kalian memiliki semangat juang yang luar biasa sehingga tidak sia-sia pengorbananku selama ini ."

Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan: "Selama lima tahun belajar silat, belum pernah kalian meninggalkan perkampungan Ing-gwat-san-ceng barang selangkahpun, cuti dua tahun sekali untuk pulang menengok keluarga pun dihapuskan, maka sebagai selingan besok akan ku ajak kalian berburu di atas gunung sekalian kuwariskan ilmu Thiat lian hoa kepada kalian semua"

Tiga orang pemuda yang selama lima tahun belum pernah meninggalkan perkampungan, tiba-tiba mendengar bahwa esok pagi akan diajak berburu sudah barang tentu mereka menjadi sangat gembira, rasa girang itu lamat-lamat tercermin pula di atas wajah mereka.

Tiong Leng Kang menunjukkan pula rasa gembiranya, sambil tertawa katanya pula:

"Sekarang pergilah beristirahat dulu, besok pagi-pagi kita akan meninggalkan perkampungan untuk berburu"

Selesai berkata ia lantas berlalu lebih dulu dari situ. Tiong It-ki sekalipun sebagai putra kesayangan Tiong

Leng Kang, tapi hubungan dengan tiga orang rekannya akrab sekali.

Sepeninggal gurunya, Tang Cuan berpaling ke arah Tiong It-ki seraya katanya:

"Siau sute, selama banyak tahun kau selalu tinggal bersama kami di kebun belakang, meskipun sunio ada beberapa jengkel saja di hadapanmu namun kesempatan kalian untuk bertemu jarang sekali padahal menurut perkataan suhu tadi, jelas ilmu pedang kita telah berhasil baik dan kita meningkat akan diajari senjata rahasia Thiat lian-hoa. apa salahnya kalau kau menengok subo sekalian sampaikan pula salam dari kami semua?"

"Siaute turut perintah" Tiong It-ki segera mengiakan. Tang Cuan lantas mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau-hong, kemudian katanya pula:

"Jit-sute, kau pergi ke istal dan tuntun keluar ke tiga ekor kuda hadiah suhu kepada kita tahun berselang, sikatlah bulunya sampai bersih, bila aku selesai membersihkan ruangan nanti, kita semua akan pergi membantumu"

"Siaute turut perintah" Cu Siau-hong memberi hormat,

Dalam Perkampungan Ing-gwat-san-ceng memang terdapat banyak pelayan dan dayang, tapi Tiong Leng Kangjustru menanamkan p-rinsip hidup berdikari bagi murid-muridnya, kecuali soal makanan, hampir semua pekerjaan mereka lakukan sendiri.

Ciu Siau-hong telah masuk ke istal, istal itu luas dan indah, di sana terpelihara hampir tiga puluh ekor kuda bagus.

Penjaga istal adalah seorang kakek yang bernama Lo-liok sekalipun usianya sudah amat tua, rambutnya telah putih semua, tapi semangatnya masih bagus, setiap hari kerjanya melulu membersihkan ruang istal tersebut.

Kamar tidur Lo-liok terletak di pintu masuk menuju ke istal

Waktu itu sinar matahari sore masih memancarkan sisa sisa cahayanya, Lo-liok sedang duduk di sebuah bangku di luar istal sambil menghisap huncwenya.

Sekulum senyuman selalu menghiasi ujung bibirnya, seakan-akan ia merasa puas sekali dengan kehidupannya sekarang sebagai seorang penjaga istal kuda.

"Cu kongcu, mau jalan-jalan naik kuda" tanya Lo-liok.

Cu Siau-hong segera tertawa. "Oh tidak! Kami akan membersihkan kuda, sebab esok pagi suhu hendak mengajak kami berburu di atas bukit"

"Kalian sudah tidak berlatih pedang lagi?"

Cu Siau song duduk disamping kakek itu, lalu jawabnya.

Kata suhu, mulai besok beliau akan mengajarkan cara melepaskan senjata rahasia Thiat lian hoa kepada kami"

"Oh,jadi kalau begitu ilmu pedang kalian tentu sudah berhasil mencapai kesempurnaan" kata Lo-liok sambil manggut-manggut.

"Entahlah, suhu tidak berkata demikian"

Lo-liok membersihkan mangkuk huncwenya dari arang tembakau, lalu setelah mengisinya yang baru ia berkata lagi sambil tertawa.

"Cu kongcu, berapa ekor kuda yang hendak kau cuci?"

Tiga ekor, kuda milik toa suheng, kuda milikku dan kuda milik It-ki su te!"

"Baik, kubantu nanti!"

Aah tidak usah empek Liok, setelah berbincang bincang sebentar akan kukerjakan sendiri nanti, berapa toh tenaga yang musti dikeluarkan untuk mencuci tiga ekor kuda?"

Sikapnya yang lemah lembut dan penuh kesopanan ini membuat di atas wajah Lo-liok terlintas suatu perubahan mimik wajah yang aneh, tapi hanya sebentar saja, lantas lenyap kembali.

Cu Siau-hong tidak melihatnya, padahal sekali pun tahu, diapun tak akan memahami arti dari perubahan tersebut

Lo-liok menghembuskan asap huncwenya, kemudian berkata: "Cu kongcu, coba lihatlah sinar matahari sore yang memancarkan cahaya keemas-emasan, betapa indahnya pemandangan saat ini, sayang masa yang indah selalu hanya berlangsung pendek, bila sinar senja telah lenyap magribpun menjelangtiba"

Cu Siau-hong mengerdipkan sepasang matanya yang jeli lalu bertanya: "Liok lopek kau pernah bersekolah?"

Rupanya Lo-liok tahu kalau sudah salah berbicara, lantas tertawa terbahak bahak.

Haahh haaahh....haahhh. itu kejadian di masa mudaku

dulu kala, dihitung-hitung yaa sudah hampir lima puluh tahun lebih"

"Liok lopek aku merasa kau tidak mirip sebagai seorang penjaga istal kuda!"

"Cu kongcu, nasib ada ditangan Thian, sudah puluhan tahun lolap bekerja sebagai penjaga istal kuda, separuh hidupku hampir kulewatkan dalam kandang kuda"

Tiba-tiba Cu Siau-hong seperti merasakan sesuatu yang aneh, ia merasa kakek penjaga kuda ini seakanakan mempunyai suatu kewibawaan yang tidak sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang penjaga istal kuda, sekalipun bajunya sederhana meski pekerjaannya rendah, namun tak dapat menyembunyikan sepasang matanya yang jeli dan tajam serta suatu pancaran kewibawaan serta keagungan yang tebal.

Cu Siau-hong memang tidak berpengalaman untuk menaksir sesuatu di wajah orang itu memiliki sesuatu yang luar biasa.

Maka setelah menghembuskan napas panjang pelan pelan anak muda itu berkata lagi "Liok lopek, aku benar-benar bodoh, aku benar-benar amat bodoh, padahal sudah banyak tahun kita berkumpul setiap hari bertemu muka, tapi sekarang baru kuketahui bahwa Liok lopek sesungguhnya adalah seorang jago lihay yang sengaja menyembunyikan kepandaian sendiri"

Rupanya Lo-liok tidak menduga kalau Cu Siau-hong berhasil menyelami sedemikian dalamnya tentang dia, untuk sesaat dia tertegun lalu katanya:

"Nak, ke marilah kau!"

Ia bangkit dan masuk ke kamar tidurnya.  Ruangan itu kecil dan perabotnya amat sederhana.

Selain sebuah pembaringan kayu, di situ hanya terdapat sebuah meja dan dua buah kursi, tapi segala sesuatunya berada dalam keadaan rapi dan bersih, sepreinya sekalipun sudah luntur warnanya tapi tidak nampak acak-acakan.

"Padahal ia sudah tua, lagi pula musti mengurusi begitu banyak kuda, tapi kamarnya begini bersih dan rapi, jelas ia adalah seorang kakek yang rajin"

Sementara itu Lo-liok telah mengeluarkan sejilid kitab berwarna kuning dari bawah pembaringannya, sambil tertawa ia berkata:

Nak, bersediakah kau menyanggupi beberapa buah permintaanku??

Dengan sikap yang sangat menghormat, Cu Siau-hong menjura, sahutnya lirih:

"Apapun permintaan lopek, Siau-hong pasti akan berusaha untuk melaksanakannya secara baik."

"Bila orang lain membicarakan soal diriku kau musti menunjukkan bahwa hubungan kita sebenarnya dingin dan tiada sesuatu yang luar biasa" Tentang soal ini, Siau-hong tentu saja dapat memenuhinya, tapi bolehkah Siau-hong sering berkunjung kemari di kemudian hari.

Lo-liok segera menghela papas panjang.

"Aaaai....nak, hari ini lohu sudah terlalu banyak melakukan kekeliruan, kita hanya berjodoh untuk bertemu satu hari saja, nak! Aku percaya dengan kemampuanmu sekarang, tidak sulit bagimu untuk mempelajari ilmu silat yang tercantum dalam kitab itu, tapi ingat! Kau hanya mempunyai waktu selama dua hari untuk mempelajarinya kaupun dilarang membicarakan persoalan ini dengan siapa pun, termasuk gurumu sendiri"

"Ilmu silat yang tercantum didalamnya boleh kau pelajari, kau harus menyanggupi permintaanku yakni sampai dimanapun kesempurnaan dalam kepandaian yang kau pelajari dari kitab itu, dalam setahun ilmu tadi  tak boleh kau pergunakan"

Satu ingatan segera melintas dalam benak Cu Siau-hong, tanyanya: "Liok lopek, seandainya nyawa Siau-hong terancam mara bahaya?"

"Sekalipun terancam juga tak boleh menggunakannya" "Selewatnya setahun?"

"Tentu saja kau boleh mempergunakannya" jawab Lo liok sambil manggut manggutkan kepalanya, "tapi jangan lupa kau adalah murid Bu-khek-bun, banyak kepandaian silat adalah perubahan dari jurus serangan dalam perguruan Bu-khek-bun!"

"Siau-hong mengerti!"

"Lupakan aku nak, seolah-olah kau tak pernah berjumpa denganku" Pelan-pelan ia serahkan kitab tadi ke tangan Cu Siau hong, kemudian melanjutkan:

"Usiaku sudah tua, mataku sudah kabur dan telingaku rada congek, daya ingatanpun ikut mundur, aku betul-betul sudah tak ter-ingat lagi dimanakah pernah menjumpaimu, dimanakah melihat wajahmu dan dimanakah pernah mendengar suaramu nak, di dunia ini masih terdapat banyak sekali pemuda macam kau, kau dan mereka adalah sama saja, bagiku merupakan seorang pemuda yang asing.

"Siau-hong memahami maksud lopek!"

Kalau paham itulah lebih bagus, nak baik-baik simpan kitab itu, tuntunlah keluar kudamu dan sikatlah mereka ! sebentar lagi toa suhengmu akan tiba di sini."

"Locianpwee "

"Ingat baik-baik perkataanku, kau harus membakar kitab itu dua hari kemudian, kalau tidak menuruti perkataanku pasti ada bencana besar akan menimpamu, sekarang pergilah! Mulai detik ini lohu sama sekali tidak mengenal kau!"

Selesai berkata dia lantas putar badan dan pergi.

Cu Siau-hong tertegun, terpaksa kitab itu disimpan baik baik lalu turut keluar dari ruangan. Belum selesai ketiga ekor kuda itu dibersihkan, Tang Cuan dan Tiong It-ki telah tiba di sini. Atas kehadiran Tiong It-ki, Cu Siau-hong merasa sedikit di luar dugaan, katanya sambil tertawa.  "Sute bukankah kau pergi menengok sunio?"

"Siaute telah bertemu dengan ibu, kata ibu sekalipun aku anak ayah tapi termasuk pula murid Bu-khek-bun, maka segala sesuatunya harus sama dengan orang lain, sebelum pelajaran diselesaikan dan melakukan upacara peresmian, siapapun tak akan diperlakukan secara istimewa. Sesudah tertawa ia melanjutkan:

"Toa suheng, Siau-hong suheng, ibu telah menitahkan pengurusan rumah tangga untuk membangun sebuah bangunan indah"

Sebuah bangunan indah, kenapa?

Kata ibu semasa kita masih belajar ilmu silat maka pangkat kita hanya seorang pelajar segala sesuatu pekerjaan mesti dilakukan sendiri, maka cuci pakaian membersihkan kuda harus kita kerjakan sendiri pula, namun begitu tamat belajar dan selesai melakukan upacara pelantikan, kita dianggap telah dewasa maka kita harus mempunyai sebuah tempat tinggal yang baik dan tak perlu melakukan sendiri semua pekerjaan sehari-hari

"Budi kebaikan perguruan lebih dalam dari samudra, entah bagaimana kita harus membalasnya ujar Tang Cuan.

"Toa Suheng" bisik Tiong It-ki, "kalau didengar dari pembicaraan ibu, agaknya seusai pelantikan nanti tampaknya suhu hendak mengajak kita untuk melakukan perjalanan dalam dunia persilatan"

Sungguhkah itu?" tanya Cu Siau-hong sambil menghentikan pekerjaannya menggosok tubuh kuda

"Tentu saja sungguh, karena kita akan diajak untuk menghadiri sebuah pertemuan besar, sekalipun diajak berjalan-jalan dalam dunia persilatan"

Tang Cuan tersenyum.

"Besok pagi suhu mengajak kita berburu, selain hendak mengajarkan cara melepaskan senjata rahasia Thiat lian hoa, beliaupun hendak mencoba ilmu silat kita, yaa ilmu pedang suhu memang sangat hebat, sudah belasan tahun aku yang menjadi toa suheng mempelajarinya, tapi sampai sekarang toh belum juga berhasil menguasai secara matang.

Tiong It-ki pun tertawa, katanya:

"Toa suheng, kau jangan merasa rendah hati, padahal ayah sangat puas dengan keberhasilan kita sekarang..."

"Siau sute, dari suhu apa saja yang pernah kau dengar?" "Aku     dengar     dari     Seng     susiok,     ayah    pernah

membicarakan soal kita dengannya, suhu amat puas dengan

keberhasilan kita, katanya toa suheng telah berhasil mendapatkan sebagian besar ilmu kepandaian suhu"

Sekalipun sekuat tenaga Tang Cuan berusaha untuk mengendalikan rasa girangnya sempat pula menghiasi wajah nya.

"Kata suhu, tenaga dalam serta ilmu pedang toa suheng memperoleh kemajuan dengan pesat", kata Tiong It-ki lebih lanjut, "konon kau telah menguasahi delapan sampai sembilan puluh persen kepandaian suhu, padahal siaute sendiri cuma meng-uasahi enam tujuh puluh persen belaka"

Tang Cuan berpaling dan melirik sekejap ke arah Cu Siau-hong, kemudian bertanya: "Siau sute, pernahkah suhu membicarakan tentang Jit suhengmu?"

Kiranya dalam urutan murid dalam Bu khek-bun, Cu Siau-hong menempati urutan nomor tujuh, sedang Tiong It ki paling kecil dan menempati urutan kedua belas.

Mereka bertiga merupakan murid-murid yang paling cemerlang diantara dua belas orang murid Bu-khek-bun oleh Tiong Lang kang mereka dipisahkan ditempat lain, sedang sembilan orang murid lainnya karena merasa bakat mereka memang terbatas maka tak ada yang merasa tak senang hati. Hanya dua orang saja diantara mereka yang iri dan dengki mereka adalah lo-ji (murid kedua) dan lo-kiu (murid ke sembilan).

Kedua orang itupun mempunyai kecerdasan yang luar biasa tapi masih selisih jauh kalau dibandingkan tiga orang itu.

Sementara itu Tiong It-ki termenung sejenak setelah mendengar perkataan dari Tang Cuan, kemudian uja rnya.

"Kata suhu, Siau-hong suheng paling aneh dan tidak diketahui sampai dimana taraf kesempurnaannya ia tampak seperti pintar tapi permainan pedangnya terlalu tumpul masih kalah tajamnya daripada permainan toa suheng"

"Toa suheng kecerdasan siaute mana bisa dibandingkan dengan toa suheng .?" seru Cu Siau-hong cepat-cepat, "aku mengerti, bila siaute berhasil menguasai ilmu pedang itu, paling paling juga sejajar keberhasilan itki sute, mana mungkin bisa sejajar dengan suheng?"

Tang Cuan tersenyum.

"Jit sute, kau tak usah merendahkan diri, aku yang menjadi toa suheng pun bisa melihat bahwa dibalik ketumpulan permainan ilmu pedangmu justru mengandung perubahan yang di luar dugaan, itulah baru merupakan kesempurnaan yang luar biasa!"

"Toa-suheng terlalu memuji" kata Cu Siau-hong sambil tersenyum.

Tang Cuan ikut tersenyum.

"Tapi yang lebih siapa lebih rendah semuanya adalah orang sendiri, kenapa musti dipikirkan dalam hati?" katanya! "tapi yang pasti selama banyak tahun suhu telah banyak mengeluarkan pikiran dan tenaga untuk mendidik kita, bukan cuma dalam ilmu silat, beliaupun mencari pelbagai obat mujarab untuk membantu keberhasilan kita, kesemuanya ini sudah cukup bagi kita untuk sangat berterima kasih kepadanya.

"Perkataan, Toa suheng memang benar, terhadap budi kebaikan suhu, kita memang tak bisa membalasnya!" sela Siau-hong.

Selesai mencuci kuda, mereka kembali ke tempat pemondokan masing-masing dan hampir sudah malam. Cu Siau-hong merasa amat gelisah, dia ingin cepat-cepat mengetahui apa isi kitab tersebut.

Ia tidak tahu apa saja yang tercantum dalam kitab itu tapi ia sadar kitab itu pasti sebuah benda yang amat  panting.

Untung ketiga orang itu menempati kamar tersendiri, dan lagi Cu Siau-hong memang mempunyai kebiasaan membaca buku seorang diri sampai larut malam....

Dengan sangat hati-hati kitab pun dibukanya lalu dibaca isinya ternyata itulah tujuh jurus ilmu pedang.

Dibanyak bagian tampak sengaja dirusak orang sehingga tulisannya tak dapat dibaca lagi ini membuatnya tak dapat mengetahui darimanakah asal usul ilmu pedang itu dan apa nama ilmu pedang yang terdiri dari tujuh jurus itu.

Untunglah pelajaran ilmu pedang itu sendiri masih utuh dan lengkap sehingga mudah dipelajari.

Pada dasarnya Cu Siau-hong memang seorang yang cerdik, daya ingatnya juga bagus, dengan cepat dapat diketahui bahwa isi kitab terdiri dari tujuh jurus ilmu pedang, setiap jurus menempati dua halaman, satu halaman terdiri dari lukisan dan satu halaman berisi tulisan yang mengungkapkan    kupasan    dari    tiap    perubahan  jurus, ternyata setiap jurus mempunyai tujuh perubahan sehingga keseluruhannya terdiri dari tujuh kali tujuh empat puluh sembilan perubahan.

Di atas kitab tidak tercantum nama seseorang, juga tidak dijelaskan apa nama ilmu pedang itu, hanya membaca tiga kali, Cu Siau-hong telah mengingat semua setiap tulisan dan lukisan yang tercantum dalam buku.

Setelah membakar buku tadi, memadamkan lentera, ia memejamkan matanya untuk tidur, sebab esok pagi dia harus ikut gurunya berburu sambil mempelajari ilmu Thiat lian-hoa.

Dengan dasar kepandaian yang dimilikinya sekarang, ternyata ke tujuh jurus ilmu pedang yang baru dihapalkan itu ibaratnya tujuh buah biji yang ditanam dalam benaknya.

Pelan-pelan ke tujuh jurus ilmu pedang itu mulai bersemi dalam otaknya.

ltulah pengalaman yang amat menyiksa, perubahan gerakan dari ke tujuh jurus ilmu pedang itu selalu memenuhi benaknya, membuat Cu Siau-hong hampir tak dapat memejamkan matanya,

Pemuda itu merasa bahwa semakin, ia berusaha membuangjauh semua pikiran, semakin menghebat perubahan-perubahan jurus pedang itu mencekam pikirannya, bahkan kemudian ia merasa betapa banyaknya perubahan aneh dan hebat yang tercantum didalamnya:

Lama kelamaan ia makin kesemsem dan terbuai dalam pemikirannya, semalam suntuk ia berada dalam keadaan demikian hingga akhirnya fajarpun menyingsing.

Ketika Tang Cuan mulai berteriak dari luar, Cu Siau hong baru melompat bangun dan buru-buru mencuci mu ka. Tiba di halaman depan, Tiong Ling-kang telah hadir lebih dulu di situ, Tiong It-ki sambil menuntun tiga ekor kuda menanti di sisinya.

Baru Cu Siau bong maju memberi hormat katanya: "Tecu terbangun kesiangan, harap suhu suka

memaafkan!"

"Bangunlah kau!" kata Tiong Leng Kang sambil ulapkan tangan. "Terima kasih atas kemurahan hati suhu!"

Tiong Leng Kang, tersenyum.

"Sebagai keturunan bangsawan, aku tahu kau gemar membaca, akupun tahu seringkali kau membaca sampai tengah malam, apakah semalam kau membaca buku sampai larut malam?"

"Tecu membaca sebentar saja, tapi lantaran membayangkan kalau hari ini akan pergi berburu, saking senang dan tegangnya semalaman suntuk tak bisa tertidur nyenyak"

Tiong Leng Kang, manggut-manggut.

"Aku dapat melihatnya, diantara kerutan alismu memang membawa kelelahan, itulah pertanda semalam suntuk pikirannya gundah.

Cu Siau-hong diam-diam merasa malu, sebab kali ini harus berbohong di hadapan gurunya, tapi bagaimanapun juga terpaksa ia harus berbuat demikian karena, janjinya dengan Lo-liok tak dapat diingkari dengan begitu saja.

Tiong Leng Kang mendongakkan kepalanya memeriksa cuaca, lalu katanya:

"Hayo berangkat, hari sudah siang..." Berangkatlah guru dan murid empat orang meninggalkan perkampungan Ing-gwat-san-ceng.

Beberapa orang itu sudah empat lima tahun tak pernah meninggalkan perkampungan, memandang langit nan biru, terpaan angin pagi yang sejuk, semua orang merasa hatinya segar dan nyaman.

Tak selang beberapa saat kemudian sampailah mereka di belakang perkampungan Ing-gwat-san-ceng, belum pernah Tang Cuan bertiga tiba di sana sebelumnya.

Disitulah mereka semua turun dari kudanya, tempat itu merupakan sebuah tanah berumput yang luas ditengah bukit. Di sebelah depan merupakan sebuah hutan besar sedang dibagian belakang merupakan dinding tebing yang menjulang ke angkasa.

Sambil tertawa Tiong Leng Kang berkata:

"Tempat ini merupakan tempat berburu yang paling bagus, lebih ke atas sulit buat kita untuk menunggang kuda, mari kita melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki"

Setelah menambat ketiga ekor kuda itu, Tiong It-ki bertanya dengan suara lirih: "Ayah, kita akan berburu apa?"

"Di belakang hutan sana banyak kedapatan tawon-tawon besar yang panjangnya mencapai setengah inci, ekornya mempunyai sebatang jarum yang amat beracun, akan kugunakan tawon-tawon besar itu sebagai sasaran untuk mewariskan senjata rahasia kepada kalian"

"Oh,. kiranya begitu, tadinya kukira kita akan diajak berburu kelinci dan burung sambil melepaskan otot dan sekalian membawa hidangan untuk makan malam nanti. Tiong Leng Kang menghembuskan napas panjang katanya:

Sekalipun bunga teratai baja bukan termasuk senjata rahasia beracun, tapi aku telah berhasil menciptakan suatu kepandaian Hui sian jiu (gerakan berputar dan membalik) dua belas batang bunga teratai baja dapat berputar secara beruntun seperti gerakan gangsingan, bukan bunga untuk menghadapi senjata rahasia lawan, bisa juga dipakai untuk mengatasi kerubutan orang banyak tapi kepandaian ini tidak mudah untuk digunakan, dalam hal penggunaan tenaga mengincar sasaran musti memiliki kecerdasan yang tinggi terutama tenaga perputaran tersebut harus tetap dan kuat sehingga jangan sampai gagal melukis harimau munculnya seekor anjing. Sekali pun indah gerakannya, bila kurang sempurna mempelajarinya bukan cuma akan ditertawakan lawan bisa jadi sendiripun ikut dilukai

Setelah berhenti sejenak terusnya:

"Jika kalian bertiga dapat bekerja sama, aku percaya ini lebih bagus lagi. Nah aku akan memperlihatkan cara penggunaan nya dalam menghadapi tawon-tawon raksasa setelah itu baru kuwariskan cara penggunaannya serta bagaimana cara mengerahkan tenaganya"

Sekalipun keterangan tidak diberikan terlalu jelas, namun maksudnya dapat dipahami oleh Tang Cuan Serta Cu Siau hong sekalian...

Diantara dua belas orang murid Bu-khek-bun, hanya mereka bertiga saja yang memiliki kecerdasan serta dasar tenaga dalam yang cukup untuk mempelajari kepandaian itu.

Tapi Tiong Ling-kang tak dapat mewariskan kepandaian itu dalam perkampungan Ing-gwat-san-ceng. Setelah menembusi hutan, tiba-tiba pemandangannya berubah, tampak di sebuah lapang yang berbatu cadas, tumbuh aneka macam bunga gunting yang indah dan harum baunya.

Bunyi amat gaduh berkumandang pula di sekitar tanah lapang, sungguh besar tawon di situ, besarnya mencapai setengah inci lebih.

Waktu itu, beratus ratus ekor tawon raksasa sedang berterbangan diantara aneka macam bunga bungaan.

"Kalian musti berhati-hati" kata Tiong Leng Kang, tawon-tawon raksasa itu mengandung sari racun yang jahat, lagi pula amat buas, asal kalian menghindari mere ka tak nanti mereka akan melukaimu, bila.

Kulepaskan thiat lian hoa nanti mereka pasti menjadi marah, janganlah kalian menjadi teledor bila sebagian besar mengejarku gunakan ilmu pedang hasil ajaran kalian selama banyak tahun untuk menghadapinya, berlatihlah diri untuk menghadapi tawon-tawon itu sebelum sungguh sungguh bertarung melawan orang "

Dari sakunya ia mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil enam biji obat, lanjutnya:

"Di sini ada enam biji pil pelenyap racun, makanlah seorang sebiji, bila ada yang terluka harus bicara terus terang, jangan dirahasiakan, kita lindungi yang terluka keluar dari hutan"

"Jika kita mundur ke dalam hutan, ruang gerak kite menjadi terbatas, bila tawon itu menyusul kita, bukankah semakin besar kerugian yang bakal kita terima" kata Tang Cuan.

"Kubawa kalian ke sini justru lantaran tempat ini terlalu aneh, tampaknya tawon-tawon itu bersarang di atas dinding tebing sebelah depan, yang aneh lagi tawon-tawon itu  hanya bergerak disekitar tanah lapang tersebut, tidak pernah mereka terbang ke arah hutan"

Cu Siau-hong mengerutkan dahinya, ia seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu kemudian di bata l ka n.

la merasa gurunya lebih berpengalaman, apa yang dinilainya sudah barang tentu lebih tepat dari penglihatan sendiri, maka bila mereka dibawa ke mari pasti tak salah lagi, sebab segala macam makhluk alam mempunyai kebiasaan sendiri, siapa tahu kalau perkataan gurunya memang benar?

Karena berpendapat demikian, Cu Siau-hong pun cuma menyimpan kecurigaan tersebut didalam hati Tang Cuan menyaksikan sikap Cu Siau-hong yang aneh, dia lantas bertanya dengan lirih:

"Siau-hong, apa yang kau pikirkan?"

Sementara itu Tiong Ling-kang telah memasuki tanah lapang yang penuh dengan aneka bunga itu.

"Toa suheng, sesungguhnya siaute merasa agak heran" bisik Cu Siau-hong. "tapi mengingat pengetahuan suhu lebih luas dari kita maka siaute rasa selama mengikuti suhu tentu saja tak perlu kita musti banyak memikirkan hal-hal yang lain.

"Coba katakan Siau-hong, bagaimana jalan pemikiranmu itu??"

"Haruskah siaute mengatakannya??"

"Kau banyak membaca dan banyak belajar, pengetahuanmu tentu sangat luas, aku ingin mengetahuijalan pemikiranmu sehingga pemikiranku ikut terbuka." "Toa suheng, apakah kau tidak merasa bahwa tempat ini aneh sekali"

Tang Cuan memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, kemudian jawabnya pelan:

Bunga yang tumbuh di sini beraneka warna serta menyiarkan semacam bau khas, memang berbeda sekali dengan berbungaan di tempat lain, tapi kecuali itu aku tidak melihat apa-apa lagi.

Justru lantaran kebun bunga itu terlalu beraneka macam, warnanya terlalu menyolok, dengan bau yang khas, maka siaute lantas berpendapat bahwa bunga-bunga aneh itu bukan tumbuh secara alami.

Tang Cuan agak tertegun, tapi dengan cepat die dapat memahami jalan pemikiran Cu Siau-hong, bisiknya: "Maksudmu, ada orang yang sengaja menanamnya?"

"Yaa! Seandainya jalan pikiranku benar itu berarti tawon-tawon raksasa itupun binatang peliharaan orang."

Sekali lagi Tang Cuan tertegun, kemudian manggut manggut, ia tidak mengucapkan apa-apa."Jika dugaan siaute benar, maka timbul dua persoalan yang tidak kita pahami" kata Ciu Siau-hong lebih jauh.

"Oh, persoalan apakah itu? Coba kau kata kan!" "Siapakah orang yang menanam bunga aneh serta

memelihara tawon-tawon raksasa itu??"

"Yang kedua??"

"Orang itu menanam hanya untuk memelihara tawon, ataukah memelihara tawon untuk menanam bunga?. Apa maksud sebenarnya???" "Siau-hong, orang bilang kalau siucay tidak keluar rumah mana tahu urusan dunia, tampaknya perkataan itu keliru besar !"

"Toa suheng terlalu memuji"

Tiong It-ki yang berdiri di sisi Tang Cuan dapat mendengar pula pembicaraan kedua orang itu, buru-buru katanya:

"Toa suheng, betul juga jalan pemikiran jit suheng bagaimana kalau kita beritahukan kepada suhu."

"Yaa, kita memang harus memberitahukan kepada suhu..."

Sementara itu Tiong Leng Kang, telah berada dua kaki jauhnya, kedengaran ia sedang berseru dengan la nta ng:

"Perhatikanlah baik-baik, inilah ilmu Hui sian thiat lian hoa!"

Di tengah bentakan keras mendadak tubuhnya maju ke depan, serentetan cahaya tajam segera berhamburan dari tangan kanannya,

Bunga-bunga teratai baja itu terbang dalam selisih jarak satu depa, terciptalah sebuah lingkaran cahaya yang amat menyilaukan mata.

Dimana bunga-bunga teratai baja menyambar keluar, tawon-tawon raksasa yang sedang beterbangan itu kalau bukan terbelah tubuhnya tentu terhajar sampai hancur dan rontok ke tanah.

Peristiwa ini segera memancing reaksi dari tawon-tawon tersebut serentak binatang-binatang itu berterbangan di angkasa dan menyambar ke tubuh Tiong Leng Kang.

Bayangkan saja bagaimana ngerinya bila beratus ratus ekor tawon secara tiba-tiba menyerang bersama. Mungkin agar Tang Cuan sekalian dapat melihat dengan jelas cara melepaskan senjata rahasia, maka Tiong Leng Kang melepaskan Thiat lian hoa dengan gerakan lambat.

Kepandaian tersebut sungguh hebat sekali, setelah berputar satu lingkaran di udara, bunga teratai baja itu terbang kembali semua ke tangannya, Gerombolan tawon itu segera menerobos masuk lewat celah-celah senjata rahasia dan menubruk tubuh Tiong Leng Kang, menghadapi keadaan demikian, terpaksa Tiong Leng Kang harus mengayunkan tangan kirinya untuk melancarkan pukulan.

Sungguh dahsyat tenaga pukulannya itu, deruan angin tajam memekikkan telinga, gerombolan tawon itu segera terhajar hingga buyar.

Untuk kedua kalinya senjata rahasia Thiat lian-hoa kembali disambit ke udara.

Kali ini serangan tersebut dilakukan dengan gerakan cepat, tampak sekilas cahaya tajam menyambar lewat diantara gerombolan tawon-tawon tadi.

Dimana cahaya tajam menyambar lewat, bangkai tawon berhamburan ke atas tanah.

Desingan angin tajam yang kuat dan hebat memaksa tawon-tawon yang dekat dengan teratai-teratai baja itu terpental jauh ke belakang.

Perputaran Hui sian-thiat-lian hoa makin lama semakin cepat, desingan angin tajam yang membelah udarapun makin kuat, akhirnya terciptalah sebuah lingkaran cahaya emas yang melindungi Tiong Ling-kang ditengah kurungan.

Seganas-ganasnya gerombolan tawon itu, di bawah desakan lingkaran cahaya emas yang menyilaukan mata, sulit bagi binatang-binatang itu untuk menerjang maju lebih ke depan, terpaksa mereka hanya berputar di luar lingkaran tersebut.

Di luar dugaan, gerombolan tawon itu berbeda dengan jenis kumbang lainnya, sekali pun kaget mereka tidak membuyar atau menyengat orang lain, semuanya terhimpun menjadi satu dan mengepung Tiong Leng Kang seorang

Tang Cuan serta Tiong It-ki hampir dibuat kesemsem oleh gerakan aneh dari gurunya, mereka berdiri terbelalak dengan mulut melongo.

Hanya Cu Siau-hong seorang yang merasakan keheranan, pikirnya:

"Dalam keadaan terserang hebat dan banyak korban telah berjatuhan, kumbang itu sama sekali tidak gugup, kalut atau kaget, tak mungkin merupakan gerombolan kumbang liar, tak bisa diragukan lagi binatangbinatang itu pasti sudah memperoleh pendidikan serta latihan yang cukup lama"

Jangan-jangan kumbang-kumbang itu memang peliharaan orang?

Sementara ia masih termenung, mendadak kumbang yang makin lama berkumpul makin banyak itu membuyarkan kepungan dan berlalu dari sana.

Rupanya Tiong Leng Kang sendiripun telah menyadari akan sesuatu ia menyimpan kembali senjata rahasianya sambil bangkit berdiri.

Buru-buru Tang Cuan dan Tiong It-ki memburu ke depan, serunya:

"Suhu, mungkin itulah ilmu melepaskan senjata rahasia yang paling lihay dikolong langit?" Tiong Leng Kang, tidak segera menjawab, dengan termangu-mangu diawasinya arah dimana tawon-tawon itu berlalu tanpa mengedip.

Cu Siau-hong segera menghampiri pula bisiknya: "Suhu aku rasa tawon-tawon itu sedikit agak aneh"

"Yaa, memang aneh sekali, tidak mirip kumbang liar ....

"Tiong Leng Kang manggut-manggut. Mendadak dari belakang berkumandang jawaban seseorang yang merdu dan lembut.

"Mereka adalah kumbang biasa, cuma kumbang kumbang itu telah memperoleh latihan yang lama"

Ketika semua orang berpaling terlihatlah seorang nona cilik berbaju hijau yang berusia empat lima belas tahun dan mempunyai dua buah kepang rambut berdiri kurang lebih dua kaki ditengah gerombolan bunga.

Nona cilik itu amat cantik terutama sepasang mata nya yang bulat besar dan jeli bagaikan air. "Siapakah yang memelihara kumbang-kumbang tersebut?" tanya Tiong Leng Kang kemudian.

Nona cilik itu membetulkan kepang rambutnya lalu menjawab:

"Seorang manusia yang amat sukar dihadapi, kau telah melakukan suatu perbuatan salah yang bisa mengundang datangnya bencana besar."

"Bencana besar apa?"

"Kumbang-kumbang itu merupakan kumbang pilihan dari jenis yang paling istimewa, untuk memelihara dari jenis yang langka, dari tempat yang amatjauh didatangkan bunga-bunga aneh itu untuk ditanam di sini. tapi sekarang kau    telah    mempergunakan    kumbang-kumbang    yang dipelihara orang dengan susah payah sebagai sasaran untuk berlatih senjata rahasia, lagi pula banyak kumbang yang telah kau bunuh, bayangkan saja, dia mana mau mengampuni dirimu dengan begitu saja?"

"Jadi kalau begitu kesalahan berada di pihakku?" Nona kecil berbaju hijau itu tertawa ewa:

"Untung ia tidak berada di sini, coba kalau ada ditempat dan menyaksikan begitu banyak kumbangnya kau bunuh, mungkin ji-wamu telah direnggutnya sejak tadi"

"Oh, segarang itukah dia?"

"Yaa, dia memang seorang yang berangasan, kumbang kumbang itupun merupakan hasil jerih payahnya selama sepuluh tahun, kini hampir seperlima dari kumbang kumbang peliharaannya kau bunuh. Ai! Baginya kejadian ini merupakan suatu pukulan yang cukup berat"

"Tampaknya kumbang-kumbang itu bukan berasal dari daerah Tionggoan..." kata Tiong Leng Kang.

"Siapa bilang berasal dari Tionggoan?, kalau kumbang itu ada ditempat ini, tak akan menyayanginya seperti menyayangi intan mestika?"

"Nona, kumbang-kumbang itu amat buas, racunnya juga jahat, sekalipun telah kubunuh jumlah yang banyak, kejadian ini tidak terhitung suatu kejadian besar, bila pemelihara kumbang itu ingin minta ganti aku pasti akan menurutinya"

Meskipun dia adalah seorang-jago yang terhormat dalam dunia persilatan, ternyata sikapnya kepada orang lain tetap ramah tamah dan lemah lembut.

Nona berbaju hijau itu gelengkan kepalanya berulang kali. "Kau tak akan mampu untuk menggantinya. " Tiba-tiba paras mukanya berubah, pembicaraannya terpotong sampai ditengah jalan. Tiong Leng Kang cukup waspada, dengan cepat diapun berpaling.

Terlihatlah seorang kakek berjubah abu-abu sedang berjalan keluar dari balik hutan,

Waktu itu dia masih berada enam tujuh kaki jauhnya, tapi hanya sekejap mata tahu-tahu sudah tiba dihadapan Tiong Leng Kang.

"Cepat benar gerakan tubuh orang ini" pikir Ti-ong Lang kang dengan perasaan tertegun.

Pengalamannya cukup luas, banyak jago lihay yang pernah dijumpai selama ini, namun belum pernah ia jumpai orang yang memiliki ilmu meringankan tubuh sedemikian sempurnanya.

Pada hakekatnya ia tak sempat melihat jelas dengan gerakan apakah orang itu menghampiri ke hadapannya.

Dengan sinar mata yang tajam kakek berjubah abu-abu itu memeriksa sekejap bangkai kumbang di tanah, tiba-tiba paras mukanya berubah menjadi dingin menyeramkan.

Sesungguhnya tampang kakek itu tidak terlampau jelek, tapi entah mengapa dari atas sampai bawah tubuhnya seakan akan memancarkan selapis hawa pembunuhan yang dingin mengerikan, apalagi keadaannya pada saat ini, sedemikian seramnya hingga menimbulkan perasaan bergidik bagi siapapun yang melihatnya.

Tiong Leng Kang berkerut kening, ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu kemudian dibatalkan.

Bagaimanapun juga dia adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar, sebagai seorang yang mempunyai kedudukan ia kelihatan serius dan berwibawa. Kakek berbaju abu-abu itu memeriksa bangkai kumbangnya dengan amat teliti, rupanya secara diam diam sedang menghitung jumlahnya.

Untuk sesaat suasana menjadi hening tapi diliputi ketegangan, tak seorang pun yang bersuara, tapi hawa pembunuhan seakan akan telah menyelimuti sekeliling tempat itu, membuat Tiong Leng Kang mau tak mau musti mengerahkan tenaga dalamnya untuk bersiap sedia.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar