Pedang dan Golok yang Menggetarkan Jilid 42

JILID 42

Su Kay maju satu tindak. untuk mendampingi si nona. "Nona, apakah nona menyangsikan loolap?" ia tanya perlahan.

"Didalam Siau Lim Sie taysu adalah yang paling sadar" sahut Soat Kun. "Tentang taysu telah aku dengar dari bengcu kami."

"Sebenarnya loolap mencurigai kematian Su Hong Suheng, ketua kami yang terdahulu itu," Su Kay memberitahukan. "Ketika kedelapan belas partai menyerbu Pek Ho Bun, loolap tidak berdaya. Loolap bersendirian saja. Kalau loolap menentang, mungkin loolap mendapat susah..."

"Tapi kemudian" tanya si nona "apakah terus taysu tidak menyelidikinya lagi?"

" Walaupun tatkala itu loolap berdiam saja. Diam diam loolap membuat penyelidikan. Sampai saat ini sudah lewat belasan tahun, tetap loolap tidak memperoleh hasil apa apa. " "Apa saja yang taysu pernah dapatkan?" nona Hoan bertanya pula.

"Apa yang loolap dapatkan adalah tidak jelas. Loolap merasai suatu pengaruh rahasia yang lagi meluas menjalar, hanya itu tak tampak wujudnya, jadi sulit untuk memastikannya," pendeta itu menerangkan-

"Apakah taysu belum pernah berpikir bahwa pengaruh itu dapat menjalar kedalam Siaw Lim Sie kalian?" Soat Kun tanya.

"Bicara sebenarnya Siecu, loolap bercuriga dalam halnya It Tie sutit berhasil memperoleh kedudukan ketua partai kami. Hanya saja, sebelum ada bUktinya, loolap tidak berani membUka mulut."

"Didalam para tiangloo kalian, taysu apakah ada orang atau orang orang yang sependapat dengan taysu?"

"Menurut perasaanku, banyak yang berpikiran seperti loolap itu, cuma mereka itu sangat berat terhadap nama baik dari partai kami, tak ingin mereka keburukan itu tersiar dimuka umum, maka juga walaupun hati mereka curiga, dimulut mereka tidak mau mengeluarkannya "

"Bagaimana dengan Su Khong Taysu?"

"Kakak seperguruanku ituselalu menutup diri, ia tidak pernah memperhatikan urusan itu. "

Selagi mereka bicara itu, mereka sudah memasuki halaman penuh pohon bambu dari pendopo Tay Jiak Ie itu, maka waktu mereka mulai memasuki ruang, Su Kay jalan mendahului kepalanya tunduk. alisnya turun. Siauw Pek memimpin rombongannya mengikuti pendeta pengantar itu. Mereka bertindak naik ditujuh undakan tangga batu sebelum mereka memasuki hudkok, ruang dalam dari pendopo itu.

Didalam ruang, orang paling dulu disambut bau harum dari hio wangi, yang asapnya mengepul bergulung gulung. pada kedua sisi timur dan barat tampak dua baris poutoan, yaitu alas tempat duduk. Disebelah timur, terdapat sembilan buah lainnya, dan didepan itu  berdiri berbaris delapan pendeta dari tingkat huruf "Su". Ketika Su kay tiba disitu, langsung ia menghampiri pou toan yang kesembilan yang masih kosong.

Su Khong Taysu menanti sampai para tamunya sudah memasuki ruang, ia menyambut sambil mengunjuk hormat dan mengundang dengan manis: "Siecu sekalian, silahkan duduk" Lain lain tiangloo juga menunjukkan sikap ramah mereka.

Siauw Pek mengucapkan terima kasih sambil ia menjura dalam, setelah itu, ia bertindak kepoutuan pertama disebelah barat, dimuka itu ia berdiri diam dengan sikapnya meng hormat. Soat Kun dengan dibantu adiknya menghadapi penonton di dekat ketua itu.

Ban Liang dan yang lainnya segera mengambil tempat masing masing, semua duduk dengan tenang dan rapih. Sikap sopan santun dari mereka itu mendatangkan rasa hormat dari para tuan rumah.

Selama itu, Su Kong Taysu tunduk memandangi lantai, ia berdiam saja, sesudah para tamunya mengambil tempat duduk dengan rapi. Baru ia memulai bicara. Suaranya sabar dan tegas. Berkata ia: "Kira-kira dua puluh tahun yang lalu, ketua kami Suhong Suheng, bersama ketua ketua dari Bu Tong Pay, dan Khong Tong Pay telah berkumpul dipuncak Yan In Hong di gunung Pek Masan untuk berapat. Pada suatu hari tiba-tiba saja mereka telah di serbu musuh hingga semua terbinasa. Tatkala berita itu tiba dikuil kami, semua murid bergusar sekali. Maka juga pantaslahjika mereka mengambil tindakan membuat pembalasan sakit hati."

"Itulah hal yang selayak" kata Siauw Pek. "Sudah umum, kalau ada penasaran, penasaran itu harus dilampiaskan, dan jikalau ada sakit hati, sakit hati itu harus dibalaskan"

Habis mengucap begitu, ketua Kim Too Bun itu tampak sangat berduka, karena kembali dlingatkan saat naas dari ayah bundanya, serta orang-orang desanya. Ia tunduk dan menarik napas.

Su Khong Taysu dapat mengerti keharuan pemuda itu. "Sebenarnya" katanya lebih jauh. "Kami pihak Siauw Lim Sie, orang-orang beribadat, jika kami menghadapi soal saling bunuh, soal hutang darah bayar darah, harus kamu memikir panjang dan dengan seksama. "

Nona Hoan tidak menanti Siauw Pek membuka mulut, ia mendahului, katanya:

"Dalam peristiwa dahulu itu, semua orang telah kena diperdayakan dan dipermainkan. Tapi didalam hal itu, ketua kami berpenasaran secara kecewa sekali. Bahwa sekarang ketua kami sedang berikhtiar, itulah untuk peri keadilan kaum Bu Lim. ketua kami itu memikir hanya soal melenyapkan ancaman malapetaka besar. pada itu, ketua kami tidak membawa-bawa urusan pribadinya"

"Para Siecu," berkata Su Khong, "Tentang pribadi kalian, loolap telah mengerti baik sekali Urusan kalian tentang sepak terjang kalian disini, telah loolap memakluminya."

"Taysu, taysu sangat mengangkat tinggi kepada" kata Siauw Pek merendah.

Su Khong diam beberapa saat, baru ia berkata pula: "Dipuncak Yan in Hong itu, empat ketua telah menemui ajalnya dengan serentak" demikian katanya. "Peristiwa itu amat menggemparkan dunia Kang ouw. Telah ada bukti dari keempat jenasah, bukti yang kuat sekali. Sekarang timbul kecurigaan, kecurigaan yang memerlukan bukti yang kuat sekali. "

"Sekarang bukti sudah ada, walaupun mungkin belum cukup," berkata nona Hoan tawar. "Biarpun kuat, bukti pihak sana harus dirobohkan"

"Nona besar. Walaupun demikian, kita harus berhati-hati. "

"Taysu, apakah taysu masih curigai Han in taysu ini?" si nona bertanya.

"Loolap bukannya curiga tetapi menghendaki kenyataan Han in Taysu telah bagaikan hidup kembali, maka menurut loolap. tugasnya yang utama ialah ia harus lekas-lekas pulang ke Ngo Bie san, untuk membersihkan partainya, agar murid murtadnya itu terhukum, supaya dilain pihak. ia mengambil alih pimpinan atas partainya itu. Selesai itu, yaitu membangun kembali partai sendiri, seharusnya Hak in Taysu mengadakan undangan umum, mengumpulkan semua orang Bu Lim, guna membeberkan duduk kejadian, setelah mana barulah bersama-sama di mulai tindakan menghukum para penjahat lain partai. Untuk akhirnya kita bersama menghadapi sepak terjang Seng Kiong."

"Itulah benar" berkata Han In Taysu nyaring.

"Loolap bicara dari hal yang pantas, mulai dari pribadi baru kepada umum," Su Khong berkata pula. "Han in Taysu tak mati karena kecelakaan itu, mana dapat ia membiarkan musuhnya hidup berkuasa terus? Kenapa dia bukan mengurus pembalasannya sendiri tetapi dia datang kemari untuk membantu Siauw Lim Sie?"

Su Ie menyambungi kakek seperguruannya itu. Katanya: "Jikalau Han in Taysu, setelah lolos dari bencana, kemudian muridnya yang jahat itu, guna mengambil pulang kekuasaannya selaku ketua, maka tindakannya itu pasti akan menggemparkan dunia Kang ouw, maka waktu itu pastilah kami dari kaum Siauw Lim Pay, kami akan mencurigai ketua kami. Dipihak Bu Tong Pay dan Khong Tong Pay juga pasti bakal terjadi pergolakan didalam, guna membersihkan perkara tak wajar itu yang telah berjalan hampir dua puluh tahun. Dengan begitu para giecu tak usah sampai kalian bergerak hebat sampai kemari, ke kuil Siauw Lim Sie kami yang tua ini, hingga sekarang banyak terjadi salah mengerti"

Kata kata Su Khong dan Su ie masih bagaikan tak mau mengakui atau tetap menyalahi, tindakan Han in Taysu, akan tetapi kata-kata itu beralasan Maka itu, sulit untuk menentangnya. Maka Siauw Pek lalu berpikir: "Mereka ini berpiklr tetap tanpa menunjukkan bukti yang lebih kuat, mungkin sulit menyadarkannya." Selagi ia berpikir, Siauw Pek mendengar suara Soat Kun. "Para taysu, kalian cuma tahu satu, tidak tahu dua." demikian kata si nona.

"Bagaimana, nona?" sahut Su Khong hambar. "Loolap mohon penjelasan?"

"Tempat dimana Han In Taysu dikurung ialah wilayah propinsi Hoolam."

"Maafkan ketololan loolap. Siecu" kata Su Khong. "Loolap mohon penjelasan lebih jauh. Loolap masih belum menangkap maksud Siecu."

"Han In Taysu lolos dari kurungan karena ia mendapatkan bantuan Kim Too Bun hingga sekarang ia merdeka bebas."

"Masih Loolap kurang mengerti, Siecu. Adakah sangkut paut peristiwa dulu itu dengan yang sekarang ini?"

"Seng Kiong Sin Kun bercita-cita besar, dia menguasai kalangan Bu Lim, agar dia itu menjagoi dalam dunia. Untuk itu dia telah bersiap selama dua puluh tahun. Dan sekarang dia telah mulai bergerak. dia maju setindak demi setindak."

"Silahkan bicara lebih lanjut, Siecu."

"Ketika Han In Taysu bebas, yang pertama-tama dipikirnya ialah pulang ke Ngo Bie San untuk membersihkan partainya sendiri guna menghukum murid-muridnya yang mendurhaka itu, buat mengambil pulang kekuasaannya, sesudah itu baru ia memikir untuk menghadapi musuh besarnya, yang membuat partainya bercelaka dan dirinya tersiksa. Apa mau telah ternyata, musuhnya terlalu tangguh dan sudah mulai bekerja pula. GUnung Ngo Bie San betapa jauh di Pak Siok.jauh laksana lie, mana dapat Han In Taysu pulang kesana? Itulah membutuhkan sangat banyak tempo dan berabe sekali, sedangkan sang waktu sudah sangat mendesak. Apa lagi satu kesulitan lain, ialah sejak peristiwa Yan In Hong itu, Ngo Bie Pay kini telah menjadi lemah, maka kalau Han In Taysu pulang kegunungnya, tak dapat ia bekerja seorang diri, tak sanggup ia bekerja besar." Bicara sampai disitu, Noha Hoan menghela napas, untuk melegakan hati. Selang sejenak baru ia menambahkan, katanya: "Sementara itu kami dari pihak Kim Too Bun, kami mengingat Siauw Lim Pay. Sejak dahulu, Siauw Lim Pay biasa menjadi pemimpin kaum Bu Lim Bay paling maju dan kuat? Terutama para taysu dari huruf "Su" merekalah orang-orang tua yang beribadat dan liehay, yang semua berhati mulia dan bijaksana."

Mendengar kata-kata yang berupa pujian itu merah muka Su Khong.

"Amida Buddha Siecu terlalu memuji, tak sanggup loolap menerimanya." katanya seraya merangkapkan tangannya. Ia jengah sekali. Sebaliknya, dibalik cela, wajah si nona tak nampak. Soat Kun berkata terus, tetap dengan sabar:

"oleh karena itu, maka kami dari pihak Kim Too Bun, kami berpikir untuk mengambil langkah pertama, yaitu kami memikir meminta bantuan Siauw Lim Pay. dalam hal ini, kami mau minta bantuan taysu sekalian kami andalkan kepada Sang Buddha yang murah hati dan penyayang. Kepada tianglo sekali yang termana besar dalam dunia Bu Lim. Kamipercaya ka la u taysu sekalian membuka suara menyerukanpara orang gagah untuk  berkumpul dan bekerja sama, pasti mereka a kan datang memenuhipanggilan itu untuk menentang Seng Kiong Sin Kun, Han In meng ins aft bahaya yang mengancam dunia Bu Lim itu, ia merasa malu pula terhadap Kim Too Bun yang pernah menolongnya, maka waktu kami mengajaknya kemari, ia segera menerima baik. I a rela menyampingkan dahulu kepentinganpribadinya. Tapi sekarang taysu sekalian mencurigai kami sungguh kami menyesal."

Mendengar kata kata si nona, para tianglo itu malu pada dirinya sendiri. Mereka merasa bahwa mereka bercuriga tanpa alasan Mereka juga malu mengingat mereka memang pendeta-pendeta tua dan luhur. Sudah selayaknya kalau mereka bekerja sama menyingkirkan ancamanpetaka untuk dunia Bu Lim seumumnya.

Beberapa kali Su Khong mau bicara, saban-saban ia gagal.

Hingga si nona mendahuluinya . "Taysu" tanya Soat Kun "Ketika dahulu mendiang Su Hong Taysu berangkat ke Yan In Hong, ia mengajak berapa orang murid?"

Siauw Pek tidak dapat menerka hati si nona, karena itu ia heran mendengar nona itu bertanya demikian-Paras Su Khong nampak terharu.

"Ketika itu hari Su Hong sutee berangkat dia hanya mengajak dua orang pengikut, yaitu It Tie dan It ceng kedua muridnya. It Tie adalah ketua kami yang sekarang."

"Sutee" ialah adik seperguruan, maka itu Su Hong Taysu, mendiang ketua Siauw Lim Pay itu, menjadi adik seperguruan Su Khong.

"Ketika It Tie dan It ceng lari pulang ke Siauw Lim Sie, apakah mereka teriluka parah?" tanya Nona Hoan pula.

Su Khong melengak. "Mereka tak terluka" sahutnya.

Soat Kun berkata pula dingin: "Taysu, pernahkah taysu memikir tentang bagaimana kuatnya kalau keempat ketua partai dari Siauw Lim, Bu Tong, Ngo Bie dan Khong Tong bekerja sama? Musuh yang bagaimanakah tangguhnya yang sanggup dengan sekali pukul membinasakan mereka itu berempat? Mengapakah tidak ada seorang ketua yang membebaskan diri dan juga yang lolos sedangkan mereka masing-masing lihay luar biasa? Mengapa It ceng yang ilmu silatnya masih lebih rendah dapat kabur pulang dengan kaki tak kuntung dan tangan tak kuntung, bahkan tanpa luka sama sekali? Bukankah itu luar biasa?"

Muka Su Khong bersemu merah, lalu ia menghela napas.

"Hal ini memang aneh." bilangnya. "Dahulu pun pernah loolap merasa curiga, selayaknya taysu menyelidikinya."

"Ketika itu loolap lagi sangat berduka, pikiranku suram, sekalipun loolap curiga, loolap hanya memikirkan hal musuh saja. Loolap pikir, musuh tentu mengarah para ketua, jadi mereka membiarkan sekalian murid lawan-lawannya." Nona Hoan berkata pula. Ia tertawa dingin. Katanya: "Taysu, pernah kah taysu memikirkan ini? Murid-murid keempat partai melihat sendiri guru-guru, atau ketua-ketua mereka dibinasakan orang secara demikian kejam, kenapa tidak ada satu juapun dari mereka yang membela? Kenapakah tidak ada satu muridpun yang berkorban untuk membela guru mereka? Tidakkah inipun mencurigakan?"

Kembali Su Khong melengak. pada akhirnya, ia tersenyum sedih. "Pikiran Siecu bukannya tak benar." sahutnya, "Hanya saja. "

Soat Kun memotong. Katanya: "Mungkin aku bicara terlalu keras. Tapi akupun tak dapat menguasai ketegangan hatiku sendiri. Murid siapa yang menyaksikan gurunya dibinasakan demikian kejam tetapi masih dapat kabur dengan selamat, bahkan terus dapat menggantikan gurunya menjadi ketua partai? Tidakkah para taysu didalam peristiwa itu, hati taysu terlalu sangat terbuka?"

Para Tionglo itu terdiam. Bukan main kagumnya mereka atas kepandaian bicara sinona. Lebih dahulu daripada itu, mereka sudah mengagumi ilmu silat Siauw Pek. Kiranya Kim Too Bun mempunyai orang-orang yang lihay.

"Siecu, kau membuat kami semua kagum sekali," kata Su Kay Taysu kemudian-

"Maaf taysu," berkata si nona. "Aku berkata selalu begini buat kebaikan dunia Bu Lim. Kami terpaksa menempuh bahaya untuk menghadap para Tiongloo, untuk mengajukan permohonan kami ini."

Su Kay mendahului suhengnya Su Khong Taysu menjawab sinona. Katanya: "Jikalau Kim Too Bun tak tahu takut menentang Seng Kiong Sin Kun, maka buat dunia Bu Lim, kami dari pihak Siauw Lim Pay, kami bersedia mengikuti Siecu beramai, untuk memberikan tenaga kami yang tidak berarti. cuma. "

"Jangan bersangsi, taysu" Soat Kun menyela. "Kami tak mempunyai maksud lain lagi. Langit dan bumi menjadi saksinya" "Jika demikian, Siauw Lim Sie suka bekerja sama. "

"Bekerja sama mudah, asal orang berlaku bersungguh-sungguh dan jujur" si nona kembali memotong.

"Jikalau orang tak dapat mengutarakan itu seCara terbuka, dia dapat berjanji didalam hatinya sendiri."

Mendadak Su Khong menatap tajam nona itu dia bagaikan hendak menembusi Cala dimuka si nona.

Soat Kun tahu sikap sipendeta. Sout Gi telah memberitahukannya. Ia pula tidak mendengar suara pendeta itu.

"Apakah taysu menganggap kata kata ku tak tepat?" tanyanya. "Kata-kata nona terlalu tajam" jawab pendeta itu.

Soat Kun dapat menerka bahwa orang telah berubah pikiran Maka ia berkata pula: "Taysu, manakah It Tie? Kita tengah membicarakan urusan dunia Bu Lim dalam mana Siauw Lim Sie pun bersangkutpaut, sudah selayaknya saja kalau dia hadir disini"

Tapi Su Khong berkata tawar: "Urusan Siauw Lim Sie, Tiang Loo Hwee dapat mengurusnya sendiri Kalau nona hendak bicara apa apa, sampaikan saja pada loolap"

Perkataan sipendeta membuat si nona menduga sesuatu. Mungkin ada apa-apa didalam Siauw Lim Sie. Lekas-lekas ia menoleh pada Su Kay Taysu. Ia tidak bisa melihat tapi adiknya dapat mengisikinya.

Paras Su Kay nampak guram. Segera terdengar dia berkata: "It Tie sudah bertindak sembrono dan lancang. Dia membuat Siauw  Lim Sie mendapat malu, dia pula merusak diri sebagai penganut Sang Buddha. Maka itu, Tiang Loo Hwee telah memutuskan menarik pulang tongkat Lek Giok -hung dari tangannya."

Tiba-tiba saja pendeta itu menghentikan kata katanya. Mungkin dia malu orang luar mengetahui keruwetan didalam Siauw Lim Sie sendiri. "Lek Giok Hung thung," yaitu "tongkat suci kemala hijau", adalah tongkat kebesaran ketua Siauw Lim Sie. Nona Hoan sangat cerdas. Kata-kata Su Kay membuat ia percaya bahwa Tiang Loo Hwee sudah bertindak. bahwa It Tie sudah dipecat selaku ketua, atau mungkin pendeta busuk itu sudah dipenjarakan, tinggal perkaranya diperiksa dan diputuskan saja.

Tengah kedua belah pihak itu berdiam, sekonyong-konyong mereka mendengar suara genta nyaring dan gencar.

Su Thong terkejut, air mukanya berubah. Segera dia menoleh kepada Su Kay. "Genta itu datangnya dari chong Keng Kok, su Kay sutee, lekas kau. "

Itulah suara ketua Tiang Loo Hwee itu, yang terputus dengan tiba-tiba disebabkan munculnya seorang pendeta secara tergesa gesa.

"Ada apakah?" tanya tiangloo itu, kaget dan heran-Napas pendeta itu, yang usianya setengah tua, memburu keras.

"Harap sutee ketahui. " sahutnya susah. Ia pun berkeringat.

"Lekas bicara" bentak Su fe.

"ciangbun suheng....." katanya, kembali terputus. Kali ini dia menoleh pada rombongan Siauw Pek.

Su Khong menerka jelek. lekas ia berkata pada Siauw Pek. "Maaf Siecu, silahkan duduk saja. Loolap ingin mengundurkan diri sebentar."

"silahkan taysu," kata Siauw Pek cepat. Pemuda inipun curiga. "Maaf.." pendeta tua itu berkata pula, terus ia memberi hormat

dan segera mengundurkan diri. Su Ie dan Su Kay semua mengikuti ketua Tiong Loo Hwee itu.

Setelah kesembilan Tiongloo tak tampak pula, Ban Liang berkata perlahan "Meski telah terjadi perubahan besar dalam Siauw Lim Sie."

"Tentulah itu mengenai diri It Tie" kata Giok Yauw. "Nona Hoan," berkata Kho Kong. "coba terka, kejadian apakah itu?"

Soat Kun tersenyum. Dia balik bertanya: "Kalau Kho Huhoat yang menjadi ketua Siauw Lim Sie itu, didalam keadaan seperti sekarang ini, apakah tindakan huhoat?"

Khu Kong melengak.

"Andaikata aku menjadi It Tie Hweeshio, maka..." sahutnya terputus.

Nona Hoan tersenyum lagi. Ia berkata pula: "Rahasia sudah pecah, tongkat kekuasaan sudah diambil pulang, hak sudah ditiadakan. Bahkan diri berada dalam kurungan, tinggal nantikan putusan saja, tinggal nunggu hukuman "

"Kalau begitu, terimalah nasib dan menanti hukuman saja. "

kata Kho Kong.

"Benar, diri telah terkurung, tetapi masih ada kesempatan bisa lolos, bahlan masih mempunyai konco-konco, kalau kau bagaimana kau akan berbuat?" tanya si nona pula.

Ciuk Yauw menalangi kawan itu menjawab: "Sampai sebegitu jauh, sederhana saja: Lakukan perlawanan"

Ban Liang tertawa. Ia Campur bicara: "Di sisi sembilan tiangloo juga ada rombongan kita, dengan kita kedua belah pihak bekerja sama, walaupun nyali It Tie besar, tak nanti dia berani berontak....

"Jikalau berontak tidak berani, ajaklah konco-konco kabur" kata Kho Kong. "Terbang pergi tanpa pamitan lagi"

"Mudahkah untuk kabur beramai-ramai?" tanya nona Hoan-Kho Kong melengak sejenak, terus ia tertawa. "Kalau begitu, gunakanlah api, bakar habis" katanya.

"Menggunakan api dapat merugikan diri sendiri." "Kalau aku bergerak dahulu" kata Giok Yauw. "Kalau bergebrak dahulu, itu artinya kabur juga . Perbuatan demikian mirip perbuatan seorang istri yang buron yang membawa kabur barang-barang halus milik suaminya. "

"Siauw Lim Sie tersohor, ada tujuh puluh dua kepandaiannya," berkata pula Kho Kong. "Kabur, sekalian saja bawa kabur kitab kitabnya pelbagai macam ilmu silat itu. "

Pembicaraan mereka ini terputus dengan tibanya Su Kay.  Pendeta itu datang sambil berlari-lari, mukanya menunjukkan kegusaran beserta berduka, tangannya mencekal sebatang tongkat besi panjang.

Siauw Pek semua bangkit untuk menyambut. Siakan muda bertanya: "Taysu membawa senjata, apakah ada sesuatu urusan besar?"

Su Kay melirik tongkatnya itu, ia menghela napas panjang.

"Siecu benar," katanya. Siauw Lim Sie telah menemui kenaasannya, kenaasan yang belum pernah terjadi selama beberapa puluh tahun."

Mendengar itu semua orang berdiam, cuma mata mereka mengawasi pendeta itu. Su Kay menatap Siauw Pek.

"Ketika sedang mendatangi kemari, loolap mendengar sebagian pembicaraan Siecu beramai," ia kata pula. Siauw Pek merasa kagum.

"Liehay tenaga dalam pendeta ini," katanya didalam hati. "Selama berjalan, dia telah mendengar pembicaraan kita." Lalu ia berkata: "Maaf, taysu, kami bicara sembarangan saja."

Su Kay menggelengkan kepalanya.

"Walaupun Siecu bicara sembarangan, tetapi itulah hal yang benar," sahutnya, berduka. "Siecu beramai menerka tepat." Siauw Pek terkejut.

"Taysu maksudkan It Tie," katanya terputus. Diantara musuh musuh Coh Siauw Pek. It Tie ialah satu diantaranya. Sekarang musuh itu kabur, sianak muda terperanjat, menyesal dan mendongkol, hingga hampir ia melompat untuk lari mengejar.

Su Kay dapat menduga pikiran anak muda ini. Duduk peristiwanya, "begini Siecu," ia memberi keterangan: "It Tie kabur sesudah dia menghajar mati pendeta yang ditugaskan menjaga cong Keng Kok, ranggon perantai menyimpan kitab-kitab kami. Dia telah membawa pergi semua kitab simpanan itu. Inilah bencana baru sekali dialami partai kami. Ini pula satu pukulan sangat hebat. Kami semua menjadi sangat gusar maka kami telah bersumpah, tak puas kami sebelum kami membinasakan manusia jahat itu serta merampas kembali semua kitab"

Ketua Kim Too Bun tercengang.

"Jikalau aku tidak salah artikan, taysu." katanya. "Bukanlah maksud Siauw Lim Pay supaya kami jangan Campurkan urusan kalian itu?"

"Itulah permintaan yang tak selayaknya, harap Siecu sekalian memakluminya." jawab si pendeta memastikan-

Giok Yauw tidak puas. Ia memperdengarkan suara dihidung. "Sebenarnya  kalian  bersiaga  terhadap  kami."  katanya. "Kalian

kuatir kami menangkap ikan didalam air keruh kalian takut kami

merampas kitab-kitabmu itu"

Muka Su Kay berubah menjadi merah.

"Dapat Siecu menerka begitu, tetapi tidak ada maksud loolap mengatakan demikian," katanya. "Peristiwa ini menjadi satu malu besar bagi partai kami, maka kami hendak mengurusnya hingga beres. Kami mau bekerja dengan sekuat tenaga kami. Jikalau kami minta bantuan orang lain, umpamanya semua kitab berhasil dirampas kembali, kami malu terhadap leluhur partai kami"

"Baiklah" sahut Siauw Pek kemudian, sesudah ia berpikir. "Dengan memandang kepada taysu, kami berjanji tidak akan mencampuri urusan partai ini. Tetapi, hendak aku jelaskan, kalau kelak dibelakang hari apa mau kami berpapasan dengan It Tie tidak nanti kami lepaskan dia"

Su Kay mengangguk. ia memberi hormat. "Terima kasih, Siecu"

Sampai disitu, mendadak Nona Hoan bertanya: "Taysu, It Tie kabur dengan membawa berapa banyak pengikut?"

Su Kay melengak atas pertanyaan itu. Ia harus mengakui kecerdikan orang-orang Kim Too Bun ini.

"Ia mengajak lebih daripada lima puluh orang. Diantaranya ada tujuh orang dari golongan huruf "It". Yang lainnya dari tingkat ketiga dan keempat."

"Untuk menyusul mereka itu, taysu menggunakan berapa banyak orang?" tanya Nona Hoan pula.

"Tak kurang dari seribu orang," menjawab su Kay, yang terus memutar tubuh, buat berlalu. Ia berjalan dengan perlahan-

Siauw Pek jalan berendeng dengan pendeta itu. Ban Liang dan lainnya mengikuti disebelah belakang. Baru beberapa tindak. si anak muda, yang telah berpikir. Berkata kepada Su Kay: "Taysu kehilangan barang, pasti taysu ingin lekas-lekas menyusul orang orang jahat itu, guna menawan mereka. Karena itu, baiklah taysu berangkat lebih dahulu. Kami beramai dapat turun gunung dengan berjalan perlahan-lahan-"

Su Kay mengangguk, tetapi ia berkata: "Beberapa kakak seperguruanku telah melihat bahwa peristiwa ini adalah permulaan dari bencana kaum Kang ouw, bahwa karena kejadian didalam partai kami, pastilah Seng Kiong Sin Kun bakal bergerak guna mewujudkan usahanya mengacau dunia, supaya benar benar dia berhasil menguasai dunia Bu Lim"

"Itulah taysu, pandangan yang sama dengan pandangan kami," kata Siauw Pek. "Siecu, loolap dan kakak-kakak seperguruanku mengagumi Siecu buat sepak terjang Siecu sekarang ini," Su Kay berkata pula. "Siecu tak kenal bahaya dan penderitaan, Siecu berusaha keras mencari kawan diantara pelbagai partai, guna sama-sama menghadapi orang jahat. Usaha Siecu ini bukan melulu mengenai kita kaum Bu Lim tetapi juga untuk rakyat jelata. Kami pula berterima kasih yang Siecu telah membeber rahasia It Tie itu. "

"Kalau kalian berterima kasih, kenapa kalian mengurung kami didalam penjara batu?" pikir Kho Kong dan Oey Eng mendongkol.

"Siecu, ingin loolap menyampaikan pesan kakak seperguruanku. Su Khong suheng," Su Kay berkata lagi. "Suhengku itu berkata, kalau ganti urusan kita sudah selesai, suka Siauw Lim Pay kami membawa Siecu, sebab Siecu mau bekerja guna umum "

"Terima kasaih, taysu," berkata Siauw Pek, memberi hormat. "Harap suheng kalian itu tidak mengatakan begini. Kami harus malu karenanya."

"Siecu merendah saja. Kami tahu Siecu gagah dan si nona cerdas, sedangkan kawan kawan Siecu semua sama gagahnya. Adalah untungnya dunia Kang ouw dengan munculnya Kim Too Bun Siecu ini?"

Muka si anak muda merah. "Taysu terlalu memuji" ia merendah. "Tidak Siecu. Nah, harap Siecu memaklumi yang kami hendak

mencari dahulu si orang jahat. Untuk menghukumnya, guna dapat merampas pulang kitab-kitab pusaka kami"

"Persilahkan, taysu Tindakan Siauw Lim Pay ini sudah sepantasnya saja"

"Terima kasih, Siecu. Hatiku tenang sekarang. Lalu "

"Apakah lagi, taysu?"

"Hendak aku memberitahukan satu hal." "Apakah itu?" Pendeta itu menghela napas.

"Benar partai kami tidak dapat membantu sepenuhnya kepada Kim Too Bun akan tetapi itu bukan berarti bahwa kami menaruh diri kami diluar garis."

"Tolong jelaskan, taysu."

"Inilah pesan Su Khong, kakak seperguruanku itu. Loolap diperintah mengikuti Siecu beramai, buat bekerja guna kebaikan Bu Lim. Loolap akan menerima perintah Siecu, walaupun loolap mesti menyerbu api"

Siauw Pek tercengang bahkan heran. "Mana dapat, taysu," katanya.

"Perintah suhengku tak dapat loolap tentang." Su Kay terangkan. "Suheng bahkan menandaskan, selama Seng Kiong Sin Kun belum tertumpas, selama dunia Bu Lim belum bersih dan aman, selama itu juga loolap termasuk orang Kim Too Bun Walaupun kepalaku kuntung dan darahku berhamburan, tak dapat loolap mundur setengah jalan Suheng juga memberitahukan, setelah beres urusan rumah tangga kami. Ia akan mengepalai semua muridnya akan menyusul Siecu, agar dapat membantu sepenuhnya kepada Kim Too Bun"

"Bersatu hati bersatu tenaga, bersama-sama menentang musuh, itulah sudah selayaknya," berkata Siauw Pek. "Akan tetapi apakah kebijaksanaanku, maka juga aku berani menempatkan diri diatasan kalian, taysu?"

"Itu lain soalnya, Siecu." menjelaskan Su Kay. "Didalam pergerakan, kalau suatu urusan tidak disatu tangan, kalau perintah bukannya satu, itu artinya tak akan berhasil"

Siauw Pek melengak saking herannya.

"Loolap pula hendak memberitahukan satu hal," Su Kay menambahkan. "Sejak sekarang ini diriku sendiri hendak aku serahkan pada Kim Too Bun, guna turut dalam usahanya. Andaikata Siecu tidak menampik, suka aku bekerja buat selama lamanya. Atas nama Buddha kami, hendak aku memastikan bahwa kata-kata loolap ini bukan kata-kata kosong belaka"

"Taysu " kata si anak muda, gugup, "Hal ini harus didamaikan

dahulu"

Su Kay menjadi Siauw Lim Sie tingkat huruf "Su" itulah tingkat tertinggi buat jamannya itu. Ia pula berkenamaan dalam dunia Kang ouw. Sebab itu sebagai pendeta beribadat dan kenamaan, adalah luar biasa yang di mesti tunduk dibawah kekuasaan Kim Too Bun sebuah partai baru. Siauw Pek pula ada seorang pemuda bijaksana, berat rasanya menerima pendeta itu. Tapi, sebelum sempat ia menampik terlebih jauh, ia sudah mendengar suara Soat Kun.

Kata Nona Hoan: "Kim Too Bun hendak bekerja guna keadilan dan kebenaran. Sekarang Su Kay Taysu hendak masuk kedalamnya, ia tak dapat ditolak. Dengan memasuki partai kita, taysu mau bekerja guna kebaikan dunia Bu Lim, buat kesejahteraan umum, tindakannya itu tepat dan sesuai dengan maksud mulia Sang Buddha"

Mendengar suara si nona, Su Kay menghadapi Siauw Pek, untuk merangkap tangannya.

"Benarlah apa yang dikatakan Nona Hoan" katanya. "Nyata si nona mengetahui baik hati ku Nah, bengcu, terimalah hormat sebawahanmu"

Berkata begitu pendeta itu memberi hormat itu. ia berkata: "Jika aku tetap menolak. mungkin aku akan dikata mengasingkan taysu. Maka itu sekarang, aku minta taysu tetap dalam kedudukan orang yang tertua. Sukalah taysu menjadi pelindung kami mencapai keadilan buat menolong dunia Bu Lim dari ancaman mara bahaya"

Sampai disitu, lalu muncul satu soal baru, karena ia diterima dalam Kim Too Bun, berbicara dengan Siauw Pek, sang ketua, bengcu, Su Kay membahasakan diri sebagai "Siok hee," sebawahan. Sebutan ini ditolak Siauw Pek. sebab pendeta itu telah berusia lanjut dan dia pula pendeta kenamaan dari Siauw Lim Sie. Dilain pihak, Su Kay tetap memaksa juga , sebab katanya, itulah sudah sepantasnya. Ban liang campur bicara, sambil tertawa ia berkata: "Sebenarnya Kim Too Bun bukan berarti parta iseumumnya. Kami baru saja membangun diri, maksudnya cuma untuk menegaskan wajah kami. Tanpa suatu sebutan, susah buat kami bekerja. Siauw Lim Pay lain sifatnya. Taysu menjadi pendeta beribadat dan agung dari Siauw Lim Pay, kurang tepat taysu menjadi sebawahan ketua kami. Apa kata semua murid Siauw Lim Sie lainnya nanti?"

"Sudahlah, hal ini tak usah diperpanjang." Soat Kun campur bicara, suaranya tawar. "Taysu memasukkan diri secara sukarela, taysu benar. Bengcu hendak menolak sebutan, bengcu juga benar. Alasan bengcu terlebih tepat, karena bengcu hendak menjaga nama, supaya kelak dikemudian hari tak nanti ada yang  mengatakan ia mau mengangkat diri umpama Seng Kiong Sin Kun."

"Tapi," berkata Su Kay. "Loolap menuruti bukan dimulut saja    "

"Demikian adanya, itulah keberuntungan dunia Bu Lim" berkata pula Nona Hoan, tetap tawar.

Siauw Pek heran akan nada suara si nona. Tak sungkan-sungkan Soat Kun terhadap Su Kay. Itulah bukan kebiasaan nona itu berlaku tawar.

"Mungkinkah sikap nona ini ada sebabnya?" tanyanya didalam hati. "Biarlah lain waktu, bila saatnya telah tiba, aku akan minta keterangannya. "

orang berbicara sambil jalan. Tak lama, keluar sudah mereka dari pintu gereja. Disepanjang jalan itu mereka cuma menemui kacung kacung serta pendeta-pendeta yang sudah tua-tua. Nampaknya Siauw Lim Sie kosong, suasana sunyi sekali. Siauw Pek melihat kelangit, lalu sekitarnya.

"Bagaimana sekarang?" tanya bengcu itu. "Siapakah yang mempunyai saran?"

"Loolap." menyahut Han in Taysu. "Apakah itu, taysu? Bicaralah" Han in memajukan keretanya hingga kesisi ketua Kim Too Bun. "Untuk sementara loolap ingin pamitan dari bengcu," berkata ketua Ngo Bie Pay itu. "Loolap pergi paling pama setengah tahun, paling cepat tiga bukan Habis itu loolap akan mengikuti bengcu untuk bekerja guna dunia Kang ouw." Siauw Pek heran.

"Apakah taysu ingin pulang kegunung taysu guna membersihkan partai taysu, buat mengambil alih kedudukan ketua?" tanyanya.

Han in berdiam, terus dia menghela napas dalam. Nampak dia berduka.

"Sudah lama loolap belum pernah pulang kegunungku," sahutnya, masgul. "Loolap pergi sementara peristiwa di Yan in Hong itu. Entah bagaimana keadaan partai loolap sekarang ini."

Si anak muda mengangguk. Dia mengerti.

"Tak heran kalau taysu kangen dan memikirkannya," katanya.

Wajah ketua Ngo Bie Pay itu suram. Katanya: "Telah loolap menerima warisan dari guruku almarhum, siapa sangka bahwa loolap telah menyia-nyiakannya, bahkan tubuh loolap malu inilah

sebabnya kenapa selama banyak tahun itu loolap menahan malu, mau hidup terus sampai sekarang ini. "

"Tetapi Thian maha adil, taysu Lihat saja sijahat akan makan hasil perbuatan busuknya" Siauw Pek menghibur. Han in menghela napas.

"Benar, bengcu. Loolap bersumpah dengan tanganku sendiri akan menghukum si murid murtad, guna mengambil kembali kekuasaanku selaku ketua partai. Kalau tidak, tak ada muka loolap menemui mendiang guruku yang berada dunia lain Dan dihadapan para murid yang lurus dan setia, akan loolap umumkan kejahatan si murtad itu, supaya kemudian loolap dapat memperbaiki partai  loolap itu."

Beda dari pada ketuanya. Soat Kun menggeleng kepala atas niat Han in pulang kegunungnya itu. Kata nona ini. "Taysu, waktu sudah berubah, suasana telah salin rupa. Daya taysu ini sudah tak sempurna lagi." Mendengar itu, Han in Taysu menatap si nona akan tetapi ia cuma bisa mengawasi cala nona itu.

"Nona, kau sangat mengagumkan loolap." katanya kemudian "Maukah nona memberi petunjuk kepadaku?"

"Taysu, kata-katamu ini sangat memuji aku." berkata  Nona Hoan-

"Loolap bicara dari hal yang benar."

"Taysu, pandanganku begini," berkata sinona kemudian "Ngo Bie Pay lain dari pada Siauw Lim Pay maka itu, kalau taysu  bertindak seperti pihak Siauw Lim, kau tentu tak akan berhasil. Tindakan rombongan Su Kay Taysu itu, didalam tempo yang pendek. bakal tersiar luas, hingga semua orang mengetahuinya. Dengan demikian, bukankah telah ada contoh? Apakah Hoat ceng tak bakal menyediakan payung sebelum hujan turun? pastilah dia telah bersiap sedia akan menyambut taysu"

"Benar" Oey Eng turut bicara. "Sekarang Hoat ceng mengetahui Ngo Bie Pay. Dia memegang kekuasaan besar, mudah saja dia bergerak. Bukankah dia Cerdik dan licik? Taysu pulang seorang diri, apakah itu bukan artinya menyerahkan diri masuk kedalam jaring?"

"Bicara terus terang, taysu," Ban Liang juga turut bicara. "Taysu bercacat terutama pada kedua kaki taysu, hingga tak merdeka kau menggunakan kedua kakimu itu. Sekarang taysu mau mendatangi tempat berbahaya, mana hati kami dapat lega?"

"Paling benar" Kho Kong berseru, "Kita semua sama-sama pergi ke Ngo Bie San. untuk menemani taysu dan membantunya membersihkan partainya"

Semua orang Kim Too Bun bersimpatu kepada ketua Ngo Bie Pay ini. Hati Han in Taysu terharu.

"Siecu sekalian, terima kasih untuk kebaikan hati kalian" katanya. "Sekarang ini dunia sedang kacau, Kim Too Bunpun mempunyai urusan sendiri, maka itu mana dapat kalian pergi keSu coan yang sangat jauh? Untuk pergi dan pulang, orang harus menggunakan tempo banyak sekali. oleh karena itu, tak usahlah Siecu sekalian melakukan perjalanan yang jauh itu "

Terdengar Soat Kun menghela napas.

"Memang sebenarnya, suasana tak mengijinkan kami semua turut ke Sucoan," katanya. "Tapi juga tidak tepat untuk membiarkan taysu pergi pula seorang diri. Sedangkan itu adalah perjalanan yang berbahaya. Kita harus bersama-sama untuk memikirkan jalan yang ada kebaikannya buat yang kedua belah pihak. Disamping kita membereskan urusan dalam dari Ngo Bie Pay, kita juga harus mendapatkan kesempatan buat mengumumkan orang-orang gagah yang merdeka, untuk kita bekerja sama menentang Seng Kiong Sin Kun"

"Benar begitu" Giok Yauw pun campur bicara. "Maka itu nona, tolong kau pikirkan daya yang sempurna. Apakah daya itu?"

Han in Taysu mengangguk. Dia setuju.

"Nona cerdas sekali, pasti nona dapat memikir jalan yang sempurna" katanya.

Giok Yauw juga mendesak Nona Hoan ia sangat ingin membantu pendeta tua itu, yang menurut kenyataan telah menjadi gurunya, sebab ia telah diajari ilmu silat pedang dan tangan "Hui Liam Sam Kiam," dan "Thian Hong Su ciang."

Kemudian Soat Kun bertanya. "Taysu, apakah taysu ketahui, kecuali Hoat ceng, adakah lain orang yang ilmu silatnya liehay didalam Ngo Bie Pay?"

Pendeta itu menggelengkan kepala.

"MenyesaL Siecu, tak loolap ketahui. Sejak dianiaya dan dikurung, loolap asing terhadap partai loolap itu."

Siauw Pek berpaling kepada Su Kay Taysu.

"Dalam hal ini." katanya kepada pendeta Siauw Lim itu. "Mungkin taysu yang dapat memberi keterangan tentang Ngo Bie Pay itu." "Bengcu menanyakan, tak dapat loolap tak bicara dengan sebenar-benarnya." berkata pendeta itu, mengangguk. "Sekarang ini didalam Ngo Bie Pay ada tiga orang yang ternama, mereka itu terdiri dari satu bikshu, satu bikshuni dan satu orang biasa saja, bukan pendeta bukan imam. Mereka itu mendapat sebutan Ngo Bie Hu hoat Sam ciat."

"Taysu, tahukah taysu nama ketiga orang itu?, tanya Han in. Su Kay mengangguk.

"si bikshu adalah Ang In dan si bikshuni Cie in," sahutnya. "Sedangkan siorang biasa ialah Kheng Tan-"

Kembali wajah Han In suram mendengar disebutnya tiga nama itu, bahkan mereka itu disebut "huhoat sam ciat" artinya "tiga pelindung hukum yang terliehay".

"Merekalah murid murid durhaka dari Ngo Bie Pay" katanya, berduka berbareng mendongkol. "Mereka diusir oleh mendiang guru kami pada tiga puluh tahun yang lalu. Ang In dan Cieng In diusir sebab melakukan pelanggaran agama, ilmu silat mereka telah dihapus. Siapa sangka sekarang mereka muncul pula, malah sebagai pelindung hukum Ngo Bie Pay"

"Merekalah penunjang yang paling diandalkan Hoat ceng." Su Kay memberi keterangan lebih jauh.

"Loolap masih mempunyai seorang paman guru namanya ceng ceng." berkata Han in. "Apakah taysu tahu kalau kalau dia masih sehat walaftat?"

"Seng ceng Siansu dapat tak dibuat sebutan selang sepuluh tahun lebih." sahutnya. "Entahlah sekarang dia masih ada atau sudah menutup mata." Siauw Pek menghela napas.

"Kalau begitu taysu, lebih baik jangan taysu pulang dahulu." ia mencegah. "Sekarang justru waktunya si sesat berkuasa dan sijujur bersembunyi."

Han in Taysu tertawa tawar. "Buat loolap. hidup atau mati sudah diluar garis" katanya.

"Bengcu," Giok Yauw berkata, "Bagaimana kalau aku turut taysu pergi ke Ngo Bie Pay?" Siauw Pek tercengang. Itulah pertanyaan diluar dugaannya.

"Sekarang ini bukan soal pergi atau tidak pergi." ia berkata sesudah berpikir. "It Tie dari Siauw Lim Sie, Gouw in Cu dari Bu Tong Pay, Hoot Ceng dari Ngo Bie Pay, dan Shie Siang Hin dari Khong Tong Pay, merekalah penunjang-penunjang yang paling diandalkan dari Seng Kiong Sin Kun, sedang tadinya, mereka menjadi mata mata didalam keempat partai besar. Soal sekarang ialah kemana kita harus pergi lebih dahulu."

"Bengcu benar, mari kita pahami soal ini." berkata Ban Liang.

Sampai disitu, semua mata diarahkan kepada Nona Hoan Ketika itu si nona tampak sedang tunduk tanpa mengucapkan sepatah kata perkataan. orang tahu, seperti biasanya, nona itu tengah mengasah otaknya karena itu, tidak ada jalan yang berani mengganggunya. Dengan demikian, sunyilah mereka semua.

Lewat kira-kira beberapa menit, tiba-tiba terdengar suara si nona. "Ada Ada Ada"

Giok Yauw, yang menentang matanya, adalah yang paling dulu bertanya. "Ada apa nona?"

"Ada jalannya" menyahut Nona Hoan "Asal semua dapat bersatu hati melakukannya, dapat kita membuat pertempuran yang memutuskan dengan Seng Kiong Sin Kun"

Mendengar kata-kata si nona, tiba-tiba orang bagaikan terbangun semangatnya.

"Lekas bicara, nona" Kho Kong berseru. "Daya apakah itu? Siapa tidak suka bekerja sama dan atau melakukannya dengan sungguh sungguh. Dia dapat dihukum menurut undang-undang perang"

Suara pemuda tak sabaran itu disambut sinona dengan senyuman. Lalu habis itu, kembali ia berdiam. Menyaksikan demikian, Ban Liang menghela napas.

"Rahasia tak dapat dibocorkan" katanya. "makin rahasia besar, makin tak dapat sembarangan diumumkan. Demikianlah ajarannya Cukat Bu Houw. Sudah, jangan ada yang tanya kepada si nona"

"oh, begitu?" berkata Kho Kong.

Mendengar suara si anak muda, semua orang tertawa. Akan tetapi, didalam hati, semua menerka-nerka. "Daya apakah yang si nona punyai?"

Tidak lama, Soat Kun berpaling kepada Han In Taysu.

"Taysu" kata ia, Jikalau taysu dapat bekerja menurut pikiranku, aku percaya Hoat Ceng bersama ketiga pelindung hukumnya itu akan datang kemari kehadapan taysu, untuk membereskan urusan rumah tangga Ngo Bie Pay itu. "

"Jikalau itu sampai terjadi, sungguh ringan bagi kita," berkata Siauw Pek. "Dengan begitu tak usah kitalah yang pergi melakoni perjalanan jauh ribuan lie itu"

Han In taysu melongo karena herannya, ia menengadah kelangit. "Berapa lama loolap mesti menanti, nona?" tanyanya.

"Dalam waktu tiga bulan, taysu."

"Tidakkah tempo tiga bulan terlalu lama?" tanya sang pendeta. "Jika loolap tidak dapat membinasakan murid murtad itu, loolap akan makan tak napsu dan tidur tak nyenyak" Soat Kun tertawa.

"Untuk berita sampai di Ngo Bie San, buat mereka itu sampai disini, buat pergi dan kembali, sedikitnya dibutuhkan waktu dua bulan." katanya.

"Karena itu, tempo tiga bulan itu bukanlah tempo yang lama." "Suhu, dengarlah aku" berkata Giok Yauw. "Belasan tahun suhu

bersabar. mustahil tiga bulan tidak?"

Pendeta dari Ngo Bie Pay itu tertawa menyeringai. "Nona, sudi kiranya kau memberi petunjuk kepadaku," ia minta kepada Soat Kun-"Sebelum murid murtad itu datang kemari, apa saja yang loolap mesti kerjakan?"

Sebelumnya menjawab, Nona Hoan memperlihatkan sikapnya yang sungguh-sungguh.

"Taysu" sahutnya. "Hoat Ceng itu menjadi murid taysu, untuk menghukum dia, taysu yang mesti turun tangan sendiri"

"Kau benar nona, tapi bagaimana caranya?" Sinona tersneyum. "Inilah urusan dalam Ngo Bie Pay, orang luar tak berhak

mencampur "

Han In taysu melengak. tapi segera tampak wajahnya terang. Inilah karena ia dapat berpikir: "Jikalau murid celaka itu datang bersama tiga kawannya, seorang diri sulit aku melayaninya. Jika kau gagal, tidakkah itu membuat penasaran? Dalam mengurus urusan Ngo Bie Pay ini, aku memang tidak dapat minta bantuan orang lain-

....."

Pendeta ini bukannya seorang tolol, ia segera insyaf. Akhirnya ia tertawa.

"Giok Yauw" berkata ia kemudian "Loolap harus melatih dahulu ilmu silatku Lekas kau pernahkah aku kedalam kereta kuda, kaujaga agar tidak ada orang yang mengganggu.. Ingat, jangan kau membuatku menyia-nyiakan yang amat berharga ini" Giok Yauw gembira sekali.

"Baik suhu" sahutnya. "Murid mu akan mentaati perintah mu" Tetap nona ini memanggil suhu kepada pendeta tua itu.

Sementara itu tiga buah kereta sudah bercokol ditepi jalan Oey Ho Ciu Ceng telah menempati salah satu kereta. Karena itu, Giok Yauw membawa gurunya kesebuah kereta yang lainnya. Ia membantui gurunya itu naik kereta bersama-sama kursi atau kereta dorongnya sekalian Sesudah itu, ia sendiri juga turut naik kedalam kereta. Menyaksikan lagak nona Thio, Ban Liang tertawa. "Kata katamu, nona," katanya perlahan kepada Soat Kun, "mungkin akan menyebabkan nona Thio menjadi murid dari Ngo Bie Pay"

Soat Kun senyum. Ketika ia menjawab sijago tua, ia bicara tidak tentang Giok Yauw, katanya: "Waktu untuk bertempur sudah tak lama lagi, karena itu membuat kepandaian silat sendiri bertambah menambah tenaga berperang dan itu juga berarti menambah harapan buat memperoleh kemenangan"

"Nona benar" Kho Kong turut bicara. "Pelajaran kami juga perlu dilatih terus"

Siauw Pek mengangguk. ia mengawasi semua kawannya. "selama menanti ini, apakah yang harus kita perbuat?" tanyanya

"Nona Hoan tentu dapat memberi petunjuk." berkata Kho Kong.

Soat Kun menggelengkan kepala.

"Telah ada yang kupikir, akan tetapi didalam tempo satu bulan ini, aku hendak melihat suasana saja," menyahut si nona. "Sekarang ini segala sesuatu aku serahkan kepada kalian-"

Siauw Pek memandang Su Kay Taysu.

"Taysu pikir bagaimana?" ia tanya pendeta Siauw Lim Sie itu. "Loolap menurut saja" sahut orang yang ditanya.

"Menurut aku," Ban Liang berkata. "Baiklah kita berangkat ke Kanglam untuk melihat keindahan disana."

Setelah mendengar pelbagai suara itu, Soat Kun baru berkata: "Ban Loocianpwee benar, Kalau kita pergi ke Selatan, mungkin kita akan memperoleh sesuatu hasil"

Kang Lam ialah wilayah Selatan.

Tiba-tiba Su Kay mendapat pikiran. Maka iapun berkata: "Ngo Bie San berada jauh di See Siok. tak dapat kita pergi kesana, tetapi Bu Tong Pay terletak tak jauh dari sini, kenapa kita tak mau pergi kesana untuk melihat bagaimana keadaan Bu Tong Pay?" Soat Kun tertawa mendengar suara pendeta itu.

"oh, kiranya taysupun mendapat serupa pikiran sebagai aku" katanya. "Kenapa taysu tak mengutarakan sejak tadi-tadi? Tidak demikian tak usahlah taysu membuat kita semua mesti keras berpikir"

Paras sipendeta bersemu merah. "Pendapatku pendapat yang cupat saja." bilangnya. Siauw Pek heran

"Agaknya Nona Hoan memikir sesuatu terhadap Su Kay Taysu," pikirnya. "Kalau diantara mereka ada ganjalan, aku harus meredakannya supaya selanjutnya mereka mengerti satu sama lain-

..." Maka ia selalu berkata: "Diantara sembilan partai besar, Bu Tong termasuk nomor dua yang kuat dan besar pengaruhnya, maka itu, kalau kita pergi kesana, kita harus berhati-hati. Aku percaya kepergian kita inipun akan lebih banyak untungnya daripada gagalnya. "

Su Kay girang Siauw Pek setujui usulnya itu. "Sungguh jauh pandangan bengcu," kata memuji.

"Taysu cuma memuji," kata sang ketua jengah. "Nona Hoan, jikalau nona tidak memikir lainnya, mari kita berangkat sekarang"

"Terserah pada bengcu" berkata nona itu. Lalu dengan tangan kanan dibahu adiknya, ia bertindak kearah kereta bertenda.

Hanya sejenak. maka terdengarlah bergelindingnya roda-roda kereta.

Disepanjang jalan itu kadang-kadang terlihat dua atau tiga murid Siauw Lim Sie yang membekal senjata dengan wajah kucal, mereka tampak dijalan besar atau dijalan kecil, tengah mondar mandir. Kalau mereka berpapasan dengan Su Kay Taysu, mereka memberi hormat. Sebaliknya pendeta tua ini tak menanyakan apa juga kepada mereka itu.

Siauw Pek mengawasi gerak gerik para pendeta, ia tahu bahwa orang-orang itu belum berhasil mencuri It Tie, akan tetapi melihat arahnya mereka itu, ia menerka tentulah It Tie kabur ke selatan gunung Siong San-

Dilain hari, ditengah perjalanan rombongan Kim Too Bun menemui banyak murid Siauw Lim Sie.

Pada tengah hari itu, selagi Siauw Pek berada didalam kereta, melihat Ciu Ceng, tiba-tiba keretanya dihentikan, menyusul itu Kho Kong lari menghampirinya, setibanya didekat kereta, saudara itu berkata nyaring. "Bengcu, mari, lekas lihat"

Suaranya anak muda ini sangat mendesak saking tegangnya hatinya sedang napasnya memburu keras. Siauw Pek tercengang.

"Apakah ada musuh?" tanyanya. Itulah terkaannya yang pertama. Iapun segera melompat turun dari keretanya. Kho Kong lantas menunjuk.

"Ban Huhoat memegat rombongan orang Rimba Persilatan" katanya masih napasnya belum teratur kembali. "Pemimpin rombongan itu justrulah musuh besar kita, orang yang membunuh ayah bengcu."

Hari si anak muda tercekat.

"Kim ciong Tojin?" tanya sambil terus lari kedepan.

"Bukan Hui Siu ouw Hwee" sahut sang adik angkat yang menyusul lari.

Hanya sebentar, tiba sudah mereka didepan kereta terdepan, maka dari situ mereka dapat melihat tegas.

Ban Liang lagi tersenyum, Oey tengah berdiri menghadang ditengah jalan besar. Pihak yang dihadang itu terdiri dari dua atau tiga belas orang. Yang menjadi kepalanya ialah seorang yang tubuhnya kate dan kecil. Yang hidungnya mirip hidung burung ulung-ulung, tangan kirinya menggenggam golok pendek. Dia itu tengah berkata-kata, tetapi Ban Liang sambil menengadah kelangit, tak menghiraukannya. Melihat si kate kecil itu dibenak otak Siauw Pek segera berbayang peristiwa hebat didepan Seng Su Kio dahulu itu, hingga didalam sekejap saja timbullah hawa amarahnya. Tanpa membuka suara lagi, ia melompat maju sambil menghunus pedangnya.

Memang benar orang kate kecil itu ialah Hui siu ouw si TUa Terbang, jago partai Pat Kwa Bun-

Siauw Pek mengingat baik musuh itu, sebagaimana si musuhpun segera mengenali anak muda ini. Adalah diluar dugaan mereka berdua bahwa hari ini mereka bertemu ditengah jalan ini.

Mulanya ouw Bwee terkejut hingga ia melengak. tetapi sebentar, dia menengadah kelangit dan tertawa terbahak-bahak.

"Hmm, tua bangka" menegur Ban Liang. "Apakah dengan tertawamu ini kau mencoba membesarkan nyalimu?"

Habis tertawa itu, Ouw Bwee menatap tajam kepada sijago tua, sepasang alisnya bangun berdiri. Setelah itu dia menggeser tatapannya kepada si anak muda.

"Hai, Coh Siauw Pek" dia menegur. "Selama ini telah tersiar berita dalam dunia Kang ouw bahwa kau telah membangun Kim Too Bun bahwa kau yang menjadi ketuanya. Benarkah itu?"

"Tidak salah" sahut Siauw Pek terang. "Berita itu tidak dusta" Ouw Bwee mengawasi pula Ban Liang.

"Eh, Seng Supoan, kau tentulah orang Kim Too Bun," tanyanya. "Aku si tua adalah seorang huhoat dari Kim Too Bun" Ban Liang

mengakul.

Agaknya si tua Terbang terkejut. Dia segera berpikir: "Apakah kebiasaan dan kebijaksanaan Coh Siauw Pek yang muda remaja ini maka juga si tua bangka yang namanya sudah terkenal sejak puluhan tahun yang lalu sudi menjadi huhoat bawahannya? Kenapakah dia rela jadi hanya seorang bawahan?"

Selagi berpikir begitu, ouw Bwee mendapat lihat Su Kay Taysu, mendadak dia tertawa lebar, terus dia berkata nyaring: "Jikalau aku si tua she ouw tidak lamur mataku, taysu tentulah itu pendeta beribadat dari Siauw Lim Sie ialah Su Kay Taysu yang menjadi salah satu dari empat Kim Kong Siauw Lim Pay?"

"Sungguh malu, demikianlah adanya loolap." Su Kay menjawab dengan sebenarnya. ia merendahkan diri karena ia disebut sebagai salah satu Kimkong, Arhat, dari Siauw Lim Sie.

ouw Bwee tertawa dingin, katanya: "Taysu, menjadi pendeta beribadat, bukankah tak selayaknya taysu merendahkan diri menjadi seorang anggota Kim Too Bun?"

Dengan bersungguh-sungguh Su Kay memberikan kepastian: "Memang benar loolap menjadi salah seorang huhoat"

ouw Bwee terkejut, demikian juga kawan-kawanannya. Mereka semua mengenal pendeta Siauw Lim Sie itu, maka itu mereka menjadi heran bukan main orang Siauw Lim Sie menjadi huhoat pelindung hukum dari partai Kim Too Bun Mereka bungkam.

"ouw Bwee" Siauw Pek menegur, memecahkan kesunyian. "Ada apakah?" Ouw Bwee balik bertanya, berlagak pilon Sianak muda memperlihatkan roman bengis.

"Ketika dahulu hari terjadi pengepungan dan pengeroyokan terhadap keluarga Coh didepan Seng Su Kio kan toh salah satu pengeroyok, bukan?" tegur Siauw Pek. jago Pat Kwa Bun itu mencoba menenangkan hatinya.

"Dunia Rimba Persilatan telah menjadi gusar sekali, mana dapat aku si orang she ouw ketinggalan dibelakang?" dia menjawab tak langsung. Siauw Pek tertawa dingin.

"Jikalau aku salah ingat, kau telah menikam punggung ibuku" katanya. "Aku tak salah bukan?"

Tanpa terasa, Ouw Bwee memanggil sendiri.

Siauw Pek berkata pula, bengis: "Dan kakak ku, Kie Pek. telah kena tebas tubuhnya hingga menjadi kutung dua potong, tubuhnya itu jatuh kedalam selokan jurang. Dan ada lagi, kakakku Bun Koan, telah kau tangkap hidup,hidup Sekarang kau harus membuat perhitungan"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar