Lembah Tiga Malaikat Jilid 36

Jilid 36

Sejak Nyoo Hong leng bersama Khong Bu siang, dia selalu bermuram durja dan tak pernah tersenyum, tapi sekarang tiba-tiba saja sekulum senyuman menghiasi wajahnya, kembali dia melanjutkan :

"Walaupun ke empat orang dayang itu rata-rata berwajah cantik, tapi mereka sudah cukup lama berkumpul denganmu, soal menyukai yang baru, jemu dengan yang lama sudah menjadi watak manusia, aku menjadi istrimu juga mempunyai banyak cacatnya, tapi aku memiliki suatu kelebihan yakni aku tidak gampang cemburu. Sebaliknya ? kalau orang lain yang menjadi istrinya, kalau bisa mereka ingin mengikat suaminya dengan tali sehingga sama sekali tak mampu berkutik, itulah sebabnya aku berharap kau mencari beberapa orang selir cantik untuk menemanimu."

Khong Bu siang segera mendengus dingin.

"Hmm, kau berharap aku mempunyai beberapa orang selir cantik ?"

"Setahun terdiri dari tiga ratus enam puluh lima hari, seandainya kau mempunyai tiga ratus enam puluh lima orang selir, maka sepanjang tahun kau akan didampingi oleh selir yang berbeda-beda, kau tak akan merasa bosan."

"Kau telah salah menilai akan diriku." ujar Khong Bu siang dingin.

Menyaksikan rasa gusar dan sedih bercampur aduk di atas wajah Khong Bu siang, Nyoo Hong leng menghela napas sedih, tanyanya :

"Kau marah ?"

Khong Bu siang segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Aku tak berani marah, tapi juga tidak berharap kau menganggap aku sebagai seorang hidung bangor yang gemar perempuan." 

Setelah berhenti sejenak lanjutnya.

"Mengenai ke empat dayang tersebut, orang lain juga yang mengantarkan bagiku, aku mengerti mereka berharap aku terpikat oleh kecantikan perempuan hingga ambisiku menjadi pudar, dengan demikian aku akan menjadi seorang toa sengcu yang punya nama tapi tak punya kekuasaan apa-apa."

"Kalau mendengar kedudukanmu sebagai toa sengcu yang punya nama tak ada kekuasaan, aku jadi teringat akan satu persoalan. Persoalan itu sudah lama kupikirkan, tapi selama ini tak pernah mengerti."

"Soal apa ?"

"Orang itu tak lebih hanya berharap meminjam kekuatanmu untuk menjadi salah seorang pemimpin boneka dari Sam seng bun. Mengapa dia mengajarkan pula ilmu silat kepadamu sehingga kau menjadi seorang jagoan yang berilmu tinggi ?" "Sebab dia masih mempunyai tujuan lain, dia ingin meminjam kekuatanku untuk menaklukan seorang musuh tangguhnya bila terjadi suatu pertempuran sengit, oleh itu bukan saja dia telah mewariskan ilmu silat maha sakti kepadaku bahkan membentuk pula diriku jauh lebih tangguh."

"Oooh... tampaknya kau masih menyimpan banyak rahasia dalam hatimu yang belum kau ungkapkan ?"

"Ucapanmu itu tidak semuanya benar."

"Kita adalah suami istri, jangan kau pergunakan cara dan sistem pembicaraanmu terhadap musuh untuk berbicara denganku."

"Aku berbicara sebetulnya, aku memang tidak mengungkapkan semua yang kuketahui kepadamu, tapi persoalan tersebut merupakan kesimpulan sendiri setelah mengamati secara diam-diam, mungkin benar, mungkin juga salah, aku tak punya pegangan apa-apa, tentu saja tak bisa dikatakan sebagai suatu rahasia." "Rupanya begitu."

Setelah berhenti sejenak, terusnya :

"Sekarang, kecuali aku tak ada orang lain, apakah kau bersedia memberitahukan rahasia tersebut kepadaku ?"

"Tentu saja boleh, suami istri memang merupakan suatu kesatuan, sudah putranya kalau kuberitahukan hal ini kepadamu."

Setelah menghembuskan napas panjang, dia menambahkan. "Mari kita sambil jalan berbincang-bincang."

Dia lantas melangkah pergi dari situ.

Buru-buru Nyoo Hong leng memburu ke depan dan berjalan mendampingi Khong Bu siang.

Mimpi pun kedua orang itu tidak menyangka kalau Buyung Im seng bisa bersembunyi dibalik pohon menyadap pembicaraan mereka. Oleh sebab itu pembicaraan mereka berdua dilakukan dengan suara keras. 

Buyung Im seng dapat mendengarkan semuanya amat jelas, dia mempergunakan kesabaran yang paling besar untuk menahan gejolak dalam hatinya.

Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh, dia baru melompat turun dari atas pohon.

Entah sejak kapan Buyung Tiang kim sudah selesai bersemedi dan duduk di situ, sambil tersenyum ujarnya kemudian kepada Buyung Im seng.

"Nak, sudah kau dengar semua ?" Buyung Im seng manggut-manggut. "Dan ayah ?"

"Aku pun sempat mendengar sebagian besar, cuma latar belakangnya aku sudah mengerti."

Setelah menghela napas panjang, Buyung Im seng bertanya : "Ayah, apa yang harus ananda lakukan sekarang ?"

"Kau pun boleh menyusulnya."

"Menyusul mereka ?" Buyung Im seng tertegun.

"Benar ! Bukankah kau masih mempunyai banyak persoalan untuk dilaksanakan ?"

"Tapi aku seorang diri..."

"Akan kuutus orang untuk membantumu, Lian Giok seng, masih ada nona Kwik, semuanya akan berlalu dari sini dengan selamat. Perguruan Sam seng bun mempunyai mata-mata dalam jumlah banyak, setiap saat kau bisa mengetahui tempatmu berada."

"Untuk meninggalkan tempat ini aku harus melalui banyak tempat berbahaya, ananda kuatir tak akan berhasil melampaui semua pos penjagaan tersebut." Buyung Tiang kim segera tertawa.

"Khong Bu siang mempunyai kemampuan untuk menaklukan pos-pos penjagaan tersebut, asal kau membuntuti mereka di belakang mereka, sudah pasti akan bisa melewati penjagaan-penjagaan itu dengan aman dan selamat."

Dengan perasaan bimbang dan tidak habis mengerti Buyung Im seng segera bertanya :

"Tampaknya ayah suruh ananda melakukan perjalanan bersama-sama mereka..." "Kalian dapat bertemu tanpa sengaja, sebab di sini hanya terdapat sebuah jalan keluar."

"Ananda masih belum memahami maksud dan tujuan ayah yang sesungguhnya?"

"Keputusan inipun kuambil menurut keadaan. Nak, percayalah padaku, ayah tak akan mencelakai dirimu."

"Apakah ayah bisa menerangkan dulu latar belakangnya ?" Buyung Tiang kim segera menggeleng. 

"Aku tak bisa mengungkapkan secara garis besarnya, tapi aku dapat merasakan kalau nona Nyoo sedang berada di suatu keadaan yang berbahaya sekali." "Maksudmu Khong Bu siang akan mencelakainya ?"

Dengan wajah berubah menjadi serius, Buyung Tiang kim menjawab : "Keampuhan ilmu silat yang dimiliki Khong Bu siang jauh di luar dugaanku. Dan lagi dia tak pernah menggunakannya dengan sepenuh tenaga, dia tak akan

melepaskan kedudukannya sebagai Toa sengcu dengan begitu saja. Cuma saja, dia ingin merubah kedudukannya dari seorang boneka yang turut perintah saja

menjadi seorang pemimpin yang benar-benar mempunyai kekuatan besar." Buyung Im seng merasa terperanjat sekali sesudah mendengar perkataan itu tapi dia tak berhasil menemukan hubungan antara persoalan itu dengan Nyoo Hong leng.

Tampaknya Buyung Tiang kim dapat melihat keraguan dalam hati Buyung Im seng, dia segera melanjutkan :

"Walaupun Nyoo Hong leng sangat pintar, tapi dia kurang licik dan kurang berakal muslihat, tak mungkin dia bisa menangkan Khong Bu siang. Kini Khong Bu siang bersabar dan menahan diri terus karena dia mempunyai rencana busuk lainnya, dia hendak menaklukan Nyoo Hong leng lalu memperalat gadis itu."

"Apa sangkut pautnya antara Nyoo Hong leng dengan ambisinya untuk menguasai jagad ?"

"Nak, ayah hanya mempunyai perasaan demikian, kalau kau suruh aku mengungkapkan latar belakangnya, terus terang saja aku tidak mampu. Tapi berdasarkan pengalamanku selama puluhan tahun, persoalan ini tak bakal salah lagi, cepatlah menyusul mereka !"

Buyung Im seng memang menaruh rasa cinta yang amat mendalam terhadap Nyoo Hong leng, setelah mendengar betapa gawatnya situasi, dia tak berani banyak bertanya lagi, sambil memutar badan pemuda itu segera lari meninggalkan tempat itu.

"Nak, tunggu sebentar !" buru-buru Buyung Tiang kim berseru. Buyung Im seng berhenti lalu membalikkan tubuhnya.

"Ayah, kau masih ada pesan apa lagi ?" tegurnya.

Dari dalam sakunya Buyung Tiang kim mengeluarkan sebuah kotak kemala, lalu ujarnya :

"Nak, terimalah kotak kemala ini." "Apa isi kotak kemala ini ?"

"Dalam kotak kemala tersebut terdapat macam pil, semacam berwarna putih, semacam lagi berwarna merah darah, yang putih untuk mengobati luka dalam, khasiatnya luar biasa, begitu diminum selain menyembuhkan luka juga memulihkan kekuatan badan di dalam waktu yang singkat, sehingga kekuatanmu untuk bertempur cepat pulih kembali, sedangkan pil berwarna merah itu merupakan obat yang amat beracun, tapi dapat juga memancarkan seluruh 

kekuatan yang ada didalam tubuh sehingga apa yang dimiliki bisa digunakan semuanya. Dalam menghadapi pertempuran sengit, khasiatnya akan besar sekali, tapi bila sisa tenaganya terkuras habis, disaat itu pula nyawa pun akan turut berakhir."

"Lantas dimanakah letak maksud dan tujuan ayah memberikan sekotak obat ini kepadaku ?"

"Simpan saja untuk dipergunakan bilamana perlu, sebab ilmu silat yang dimiliki Khong Bu siang jauh lebih tangguh darimu, mungkin kecerdasannya pun melebihi kecerdikanmu, maka ada kalanya kau perlu membutuhkan bantuan dari luar untuk melindungi keselamatan sendiri."

"Ananda masih kurang mengerti, dengan adanya obat ini bagaimana aku harus memanfaatkannya ?"

"Berikan kepada orang-orang Sam seng bun !"

Seakan-akan memahami sesuatu, Buyung Im seng segera manggut-manggut berulang kali.

Terdengar Buyung Tiang kim menyambung lebih jauh :

"Orang yang kuutus untuk membantumu semuanya mengenakan sekuntum bunga segar di tubuhnya, bilamana perlu kau berikan obat berwarna merah itu kepada mereka, jika mengenakan tanda bunga berwarna putih."

"Maka aku harus memberikan obat putih kepada mereka ?" sambung Buyung Im seng cepat.

"Benar !" jawabnya membenarkan.

"Maksud ayah apakah kau kuatir jika ananda suatu saat bakal menjumpai mara bahaya ?"

"Ditambah kau dan Nyoo Hong leng, belum tentu kau sanggup menandingi Khong Bu siang, bayangkan saja apakah kalian tidak membutuhkan bantuan orang lain ?" tanyanya kemudian.

"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih kepada ayah." buru-buru Buyung Im seng menjura, memberi hormat kepada sang ayah.

Kembali Buyung Tiang kim merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebilah benda berbentuk pedang, sambil diangsurkan ke depan kemudian katanya lagi :

"Nak, bawalah juga benda ini, tetapi bila keadaan tidak amat kritis, jangan kau gunakan secara sembarangan."

"Benda apa pula ini ?" tanya Buyung Im seng segera menerima pemberian benda tersebut.

"Benda itu bernama Kiam leng, jangan kau lihat hanya berbentuk pedang pendek, padahal benda tersebut merupakan benda yang paling berkuasa dalam kota batu di bawah tanah maupun perguruan Sam seng bun." 

Buyung Im seng setengah percaya, setengah tidak, tapi kuatir Nyoo Hong leng sudah terlanjur jauh, dia segera lari meninggalkan tempat itu.

Memandang kepergian Buyung Im seng yang tergesa-gesa, Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya berulang kali, setelah menghela napas panjang tak tahan ia tersenyum pula.

Buyung Im seng cukup menyadari betapa berbahayanya keadaan dalam hutan, pepohonan dan bebungaan itu, bila orang tak mengerti tentang perubahan ngo heng dan bila sampai terjerumus ke dalam hutan belukar tersebut sudah pasti akan sulit untuk keluar kembali. 

Oleh sebab itu dia berjalan sangat berhati-hati, dengan menelusuri jalan kecil dia bergerak maju ke depan.

Tak selang berapa saat kemudian, dia sudah melihat bayangan punggung dari Khong Bu siang serta Nyoo Hong leng.

Kedua orang itu berjalan bersanding dan meneruskan perjalanan dengan sangat lamban, tampaknya sambil berbicara mereka melanjutkan perjalanannya...

Mendadak Nyoo Hong leng berhenti, Buyung Im seng yang kuatir kelihatan kedua orang itu buru-buru menyingkir ke samping.

Benar juga, Khong Bu siang ikut berhenti dan mengucapkan beberapa patah kata dengan suara lirih, kemudian mereka meneruskan perjalanannya ke depan.

Buyung Im seng berada agak jauh dari kedua orang itu, suara pembicaraan mereka pun sangat lirih sehingga sulit bagi anak muda itu untuk menangkap apa yang mereka bicarakan, tapi dilihat dari mimik wajah Khong Bu siang, jelas kedua orang itu sedang merundingkan suatu persoalan.

Menanti kedua orang itu berjalan lagi sejauh berapa kaki, Buyung Im seng baru bangkit berdiri dan mengejar ke depan.

Beberapa puluh kaki sudah lewat, tampak Nyoo Hong leng berhenti kembali sebaliknya Khong Bu siang meneruskan perjalanannya seorang diri.

Pelan-pelan Nyoo Hong leng duduk lalu memandang ke tengah udara dengan wajah tertegun.

Melihat itu, Buyung Im seng segera berpikir :

"Sekalipun sekarang aku dapat menghindari mereka, tapi sebentar toh tak urung akan bertemu jua dengan mereka, bila sudah bersua maka mustahil lagi baginya untuk menghindar, toh lebih baik aku berjumpa dengannya pada saat ini juga.

Dalam hati kecilnya dia memang ingin sekali cepat-cepat bersua dengan Nyoo Hong leng, dia lantas mendapatkan suatu alasan yang tepat, tanpa terasa dengan keberanian yang membara dia maju ke depan dengan langkah lebar...

Entah apa yang sedang dipikirkan Nyoo Hong leng waktu itu sampai Buyung Im seng tiba di sisinya, dia baru melihat kemunculan anak muda itu.

Sambil berseru tertahan dia lantas melompat bangun, serunya : "Kau" 

"Aku pun hendak pergi meninggalkan tempat ini" seru Buyung Im seng cepat-cepat dengan wajah berubah menjadi merah.

Paras muka Nyoo Hong leng yang semula diliputi rasa kaget dan keheranan lambat laun menjadi tenang kembali, ujarnya kemudian.

"Jadi kau bukan datang kemari untuk menyusulku ?" Buyung Im seng termenung sebentar, kemudian menjawab.

"Entah aku datang untuk menyusulmu atau bukan, tapi kita telah bersua kembali sekarang."

Pelan-pelan Nyoo Hong leng duduk kembali. "Sesudah bertemu lantas bagaimana ?"

"Aku sendiri pun tidak tahu" sahut Buyung Im seng sambil tertawa getir.

"Kedudukan sekarang telah berbeda..." paras muka Nyoo Hong leng berubah serius. "Aku tahu, aku sudah menjadi Khong hujin."

"Beritahu kepadaku secara jujur, Buyung Tiang kim di kota batu di bawah tanah itu apakah yang asli ?"

"Benar"

"Apakah ayahmu ?"

"Sekarang seharusnya memang demikian."

"Kalau benar ya benar, bukan ya bukan, mana ayah seseorang boleh dianggap dengan begitu saja ?"

"Baiklah, aku akan memberitahukan keadaan yang sebenarnya, semoga kaupun bersedia untuk menjagakan rahasiaku ini."

"Katakan saja, aku bersedia untuk tidak membocorkan rahasiamu itu.." "Dia memang merupakan Buyung Tiang kim yang asli, tapi aku bukan putra Buyung Tiang kim yang sesungguhnya..."

"Maksudmu hingga kini kau masih belum memahami asal usul sendiri.. ?"

"Aku sudah mengetahui asal usul sendiri, bila ku utarakan nanti, harap kau jangan menertawakan."

"Asal usul bukan suatu hal yang mutlak haru besar, karena kesuksesan munculnya dari perjuangan, bila aku bersahabat denganmu, maka yang kupandang adalah dirimu, terlepas dari manakah asal usulmu dan siapakah orang tuamu."

Buyung Im seng menghembuskan napas panjang.

"Aku adalah seorang putra pelayan dalam gedung keluarga Buyung, cuma saja"

Sampai sekian lamanya dia masih belum mampu untuk melanjutkan perkataan tersebut.

Nyoo Hong leng yang menyaksikan kesedihan yang meliputi wajahnya, timbul juga perasaan tak tega dihati gadis tersebut, segera ujarnya kemudian dengan lembut. 

"Toako, apakah kau merasa sedikit agak sedih ?"

Buyung Im seng mendongakkan kepalanya memandang ke angkasa, lalu tertawa getir.

"Padahal kebahagiaan hidup seseorang di dunia ini semuanya hanya tergantung pada sudut pandang seseorang, apa yang dirasakan masing-masing orang." "Ucapanmu ini memang benar, misalkan saja perjumpaan kita, menurut kau sesuatu yang berbahagia atau tidak ?" 

"Soal ini, soal ini... aku merasa berterima kasih sekali kepada nona..." Nyoo Hong leng segera tersenyum.

"Tak usah berterima kasih kepadaku, segala persoalan muncul atas dasar kerelaan hatiku sendiri."

"Tapi kau toh berbuat demikian demi aku ?"

"Aku hanya berharap kau bisa gembira, berharap segala yang kau inginkan bisa terpenuhi."

"Tapi kau harus membayar dengan pelbagai macam siksaan dan penderitaan garagara urusanku."

"Itulah sebabnya aku berharap kau bisa hidup gembira, bila aku tahu kau merasa gembira maka aku baru bisa melewatkan hidupku dengan hati yang tenang pula." Mendadak suara deheman pelan memotong ucapan Nyoo Hong leng yang belum diucapkan.

Ketika berpaling, tampak Khong Bu siang sambil bergendong tangan sudah berdiri satu kaki di hadapan mereka.

Mendadak Buyung Im seng merasa pipinya terasa panas, pelan-pelan dia mundur sejauh dua langkah.

Nyoo Hong leng segera mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arah Khong Bu siang, kemudian tegurnya :

"Segala sesuatunya telah kau kerjakan hingga selesai ?" Khong Bu siang tertawa dan mengangguk.

"Ya, segala sesuatunya telah ku selesaikan."

Kemudian setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, katanya pula sambil tertawa :

"Apakah saudara Buyung bermaksud meninggalkan kota batu di bawah tanah itu ?" "Siaute masih ada satu persoalan..."

"Kalau begitu mari kita menempuh perjalanan bersama-sama" tukas Khong Bu siang cepat, "terhadap saudara Buyung, akupun selalu menyimpan sebagian rasa berterima kasih."

"Kau berterima kasih kepadaku ?" 

"Betul ! Seandainya tiada saudara Buyung, selama hidupku kini mungkin tak akan bisa bertemu dengan nona Nyoo. Hanya dalam soal ini saja aku sudah sepantasnya berterima kasih kepadamu sepanjang masa."

Buyung Im seng merasakan ucapan mana seperti pisau yang menusuk ke dalam ulu hatinya, namun di luar wajahnya dia toh sempat mengulumkan sekulum senyuman ramah.

"Ooh, rupanya begitu."

Khong Bu siang mengangkat bahunya dan tertawa.

"Walaupun siaute hanya seorang sengcu boneka, tapi toh aku punya nama dan kekuasaan juga sebagai seorang sengcu boneka."

"Apa maksud perkataan itu ?" Nyoo Hong leng segera menegur. Kembali Khong Bu siang tertawa.

"Maksudku sangat sederhana, kedudukanku sebagai seorang sengcu boneka hanya diketahui oleh beberapa gelintir manusia belaka, sedang sisanya tidak tahu

menahu, dalam anggapan mereka aku masih tetap seorang Toa sengcu, seorang toa sengcu yang mempunyai kewibawaan dan kekuasaan luar biasa."

"Sepanjang hari mengenakan kain cadar untuk menutupi wajahmu, kendatipun mereka tidak mengetahui kalau di belakangmu masih ada otak yang mengatur segala-galanya, toh mereka juga tak akan mengenali dirimu... "

Khong Bu siang segera tersenyum.

"Latar belakang perguruan tiga malaikat sangat kalut dan kacau balau tidak karuan, bila tidak pergunakan sedikit akal dan tipu muslihat memang sulit untuk hidup lebih jauh dalam keadaan selamat. Oleh sebab itu sesaat setelah diangkat

menjadi Toa sengcu, secara diam-diam aku telah memupuk suatu kekuatan, sayang aku bertindak lambat sehingga kekuatan yang berhasil ku pupuk tidak terlampau besar, diantara mereka ini, banyak diantaranya yang pernah melihat raut wajah asliku..."

Nyoo Hong leng termenung beberapa saat, kemudian berkata :

"Orang-orang yang berjaga dimulut keluar sana, apakah termasuk juga salah seorang anak buah yang kau bina ?"

"Benar, pemimpin dari mereka pernah berjumpa denganku."

Pelan-pelan dia mengeluarkan selembar kain cadar dan dikenakan kembali di atas wajahnya, kemudian katanya :

"Saudara Buyung, maaf kalau siaute terpaksa mesti mengenakan kembali kain cadar ini untuk sementara waktu, untuk saat begini aku harus berperan kembali sebagai Toa sengcu, konon dalam jalan menuju keluar ini telah dipasang dan dilengkapi dengan banyak ragam alat rahasia serta jago-jago lihai yang melakukan perondaan, bila aku dengan kedudukanku sebagai Toa sengcu dapat melewati secara mudah, rasanya kita pun tak usah lagi beradu kekuatan dengan mereka." "Berbicara menurut apa yang pernah kujumpai, aku rasa dengan tenaga gabungan kita bertiga belum tentu dapat menerjang keluar, jika saudara Khong bisa 

menggunakan kedudukanmu sebagai toa sengcu untuk menembusi penjagaan mana, tentu saja hal tersebut jauh lebih baik lagi."

"Kita coba saja nanti, aku akan segera menjadi petunjuk jalan untuk kalian." Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng saling berpandangan sekejap, kemudian mereka sama-sama mengurungkan niatnya untuk berbicara.

Kedua orang itu sama-sama mempunyai suatu perasaan yang tajam dan berat, tapi dalam saling bertatapan mata itulah kedua belah pihak saling bersabar dan tak berbicara lagi.

Ternyata Khong Bu siang masih memiliki kekuasaan dan wibawa seorang Toa sengcu, semua penjaga rata-rata berdiri dengan tangan lurus ke bawah dan menjalankan penghormatan besar.

Kereta kencana telah dipersiapkan sejak tadi, seorang kakek berjubah hitam yang mirip seorang komandan regu dengan hormat sekali menghantar mereka bertiga naik ke atas kereta tersebut.

Walaupun kakek itu memperlihatkan sikap agak curiga terhadap Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng, tapi berhubung hati mereka sudah dibikin keder oleh kewibawaan Toa sengcu nya, maka ia pun tak berani banyak bertanya lagi.

Perjalanan yang berbahaya dan terasa berat sekali itu, di luar dugaan dapat dilalui dengan lancar dan sama sekali di luar dugaan, sepanjang jalan mereka tidak menemukan hadangan-hadangan apapun.

Khong Bu siang dengan mengenakan kain cadar hitamnya tetap duduk tegak tanpa berkutik sementara Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng juga tidak mengucapkan sepatah katapun.

Hingga mendekati pintu gerbang utama, Nyoo Hong leng baru menghela napas panjang sambil bergumam :

"Sungguh tak kusangka semuanya bisa berjalan dengan lancar..."

Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang tak terlalu keras, tapi pintu batu yang sudah dinaikkan setinggi dua kaki itu mendadak ditutup kembali.

Kemudian terdengar seseorang menegur dengan suara dingin : "Siapakah kalian bertiga ?"

Nyoo Hong leng tahu kalau bencana itu timbul gara-gara dia banyak mulut, untuk sesaat wajahnya dibikin tertegun.

Khong Bu siang membalikkan tubuhnya dan menggenggam tangan kiri Nyoo Hong leng dengan pelan, kemudian bisiknya,

"Tidak apa-apa, biar aku yang menghadapinya" Sementara itu suara dingin tadi kembali berkumandang.

"Bila kalian bertiga tak mau menjawab pertanyaan lohu, asal turunkan perintah dalam sekejap saja kalian akan dibikin mampus dengan tubuh berubah menjadi gumpalan darah." 

Khong Bu siang segera mendehem berat-berat, kemudian katanya : "Tahukah kau sedang berbicara dengan siapa ?

"Siapakah kau ?" tegur suara dingin itu. "Masa dengan akupun tidak kenal ?"

"Baru saja aku mendapat kabar dari Thio Toucu, konon diantara kalian bertiga, ada seorang diantaranya adalah Toa sengcu dari perguruan kami..."

"Betul, akulah Toa sengcu."

Sementara itu Nyoo Hong leng berkata lagi dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara :

"Buyung toako, orang itu bilang dalam waktu singkat tubuh kita akan hancur menjadi gumpalan darah, apakah benar perkataan itu ?"

Dengan ilmu menyampaikan suara pula, Buyung Im seng menjawab. "Dibalik lubang-lubang itu terdapat alat rahasia yang berat, sedang disekitar

tempat ini pun penuh dengan jago lihai yang melakukan penjagaan, tempat ini merupakan tempat penting dari perguruan Sam seng bun untuk masuk keluar, tentu saja dijaga oleh jagoan kelas satu mereka, kalau didengar dari nada pembicaraan mereka, meski mungkin agak dibesarkan, tapi kebanyakan tidak bohong."

Sementara itu suara dingin tadi telah berkata lagi :

"Kau mengatakan dirimu adalah Toa sengcu perguruan kami, apakah mempunyai sesuatu yang bisa dijadikan bukti."

"Aku adalah pemimpin tertinggi dalam Sam seng tong, barang bukti apa yang kuperlukan ?"

"Tapi lohu tak dapat membedakan identitasmu ?"

"Peraturan perguruan kita sangat keras, kau berani bersikap kurang sopan kepadaku, tampaknya benar-benar menginginkan siksaan dipotong-potong mayatmu dengan lima golok." bentak Khong Bu siang kemudian.

Orang itu tidak berbicara lagi, dalam lorong yang gelap pun suasana menjadi sangat tenang, sedemikian tenangnya sehingga jatuhnya jarumpun dapat kedengaran jelas.

Lama kemudian, dari balik kegelapan baru kedengaran lagi seseorang berkata dengan suara yang amat lembut.

"Harap Sengcu jangan marah, kami mendapat tugas untuk menjaga pintu yang merupakan kunci terpenting dari perguruan kita, dalam menghadapi tugas mau tak mau harus bersikap waspada dan berhati-hati, barusan Hoat hong tianglo tidak tahu akan kedudukan sengcu sehingga membuat dosa dan kesalahan kepadamu, harap Toa sengcu jangan memikirkan persoalan ini didalam hati."

Khong Bu siang kuatir kalau ucapan yang kelewat mendesak akan menyebabkan timbulnya napsu membunuh dipihak lawan, maka pelan-pelan dia berkata lagi : 

"Sekarang aku harus meninggalkan Seng tong untuk menyelidiki suatu persoalan. Mengingat kalian tak mengenal maka peristiwa hari ini ku anggap tak ada, namun jika di kemudian hari berani bersikap kurang sopan lagi kepadaku, akan kuhukum dengan peraturan yang berlaku."

"Pesan Sengcu akan kami semua perhatikan." Setelah berhenti sejenak, orang itu berkata lagi :

"Sengcu, tahukah kau akan asal usul dari dua orang yang berada bersamamu itu ?" "Yang seorang adalah Buyung kongcu, sedangkan yang lain adalah nona Nyoo Hong leng, masa aku tak kenal ?"

"Mereka semua bukan anggota Sam seng bun kita !" katanya kemudian.

"Sewaktu datang memang bukan, tapi aku berani membawa mereka pergi dari sini, tentu saja mereka sudah menjadi anggota perguruan kita !" jawabnya menerangkan.

"Ooh, rupanya begitu. Maaf toa-sengcu."

"Tugas di dalam Seng tong masih sangat banyak, aku tak bisa kelewat lama berada di luar dan harus cepat pergi cepat kembali, kalian cepat membuka pintu rahasia." "Segera akan kami laksanakan."

Pintu rahasia yang telah tertutup itu, pelan-pelan bergerak naik kembali.....

Cahaya terang segera menembus keluar dari balik pintu batu yang tertutup itu sehingga lorong rahasia yang semula gelap gulita kini berubah menjadi terang benderang.

Khong Bu siang segera beranjak lebih dulu, dengan langkah lebar dia berjalan keluar dari lorong tersebut.

Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng secara beriring cepat-cepat keluar pula dari pintu batu itu.

Rupanya pintu batu tersebut didirikan diantara sebuah tebing terjal, ketika mendongakkan kepalanya, tampak tebing itu sangat tinggi mencapai ribuan kaki, selain terjalpun terdiri dari batu koral yang keras, sementara di luar pintu merupakan sebuah tanah lapang berumput...

Seorang hwesio berbaju warna kuning berdiri lima enam depa di depan pintu rahasia dengan sikap yang serius tapi menghormat.

Buyung Im seng mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arah pendeta itu, dia segera mengenalinya sebagai Bu tok taysu ketua dari kuil Ban-hudwan.

Di belakang Bu-tok taysu berdiri juga empat orang hwesio yang berjubah merah. Pelan-pelan Khong Bu siang maju beberapa langkah ke depan, setelah memandang sekejap ke arah Bu tok taysu, dia berkata :

"Kau adalah" 

"Pinceng adalah ketua Ban hud wan, sudah bertugas selama puluhan tahun untuk menjaga pintu gerbang Sam seng bun ini."

Khong Bu siang manggut-manggut.

"Kau dapat bertugas dengan baik sekali, sekembalinya ke Seng tong nanti, akan kuturunkan perintah untuk menaikkan pangkatmu."

"Terima kasih atas kebaikan sengcu. Cuma pinceng sudah terbiasa dengan kedudukanku sebagai ketua Ban hud wan."

"Itu berarti kau tak ingin meninggalkan kedudukanmu sekarang ?" ujar Khong Bu siang sambil berjalan.

"Hamba bisa menerima jabatan sebagai ketua Ban hud wan, hal ini sudah amat memuaskan hatiku."

"Kalau toh kau menyukai jabatan ini, akan kuturunkan perintah untuk memberikan jabatan ini untuk selamanya kepadamu."

"Terima kasih atas kebaikan ini."

Dia lantas berjalan maju lebih dulu dan berjalan di muka Khong Bu siang, terusnya

:

"Hamba telah mempersiapkan hidangan teh, sayur dan arak di dalam ruangan hongtiang, silahkan Sengcu bersantap lebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan." Khong Bu siang termenung sejenak, kemudian katanya :

"Baik ! Silahkan membawa jalan."

Empat orang hwesio berbaju merah dengan tangan di rangkapkan di depan dada segera berjalan dimuka untuk membawa jalan.

Sedangkan Bu tok taysu berjalan di belakang, mengelilingi di sisi belakang tubuh Khong Bu siang.

Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng berjalan di belakang tubuh Bu tok taysu tersebut.

Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah Bu tok taysu, lalu ujarnya pelan : "Taysu masih ingat denganku ?"

"Nona Nyoo bisa mengikuti Sengcu untuk melakukan perjalanan bersama, tampaknya kau telah bergabung pula dengan perguruan tiga malaikat kami..." Nyoo Hong leng segera tertawa.

"Selanjutnya, seharusnya kita terhitung sesama saudara seperguruan." katanya. Bu tok taysu turut tertawa.

"Ya, kami masih membutuhkan banyak perhatian nona Nyoo."

"Taysu, apakah kaupun masih teringat dengan diriku ?" kata Buyung Im seng pula. "Buyung kongcu, bagaimana mungkin pinceng bisa melupakan kau ?"

"Sungguh tidak kusangka kalau taysu masih dapat teringat akan diriku..."

763 

Bu tok taysu tertawa.

"Apakah Buyung kongcu telah bergabung pula dengan perguruan tiga malaikat kami ?"

Buyung Im seng merasa sukar untuk menjawab pertanyaan tersebut, dia tak ingin menyangkal, pun tak ingin berbohong setelah mendehem pelan ia biarkan saja pertanyaan tersebut tanpa menjawab.

Bu tok taysu beberapa orang segera berjalan melewati dua buah halaman gedung dan sampai didalam ruang hongtiang.

Tempat itu merupakan sebuah ruangan dengan dekorasi yang indah, kain tirai berwarna kuning dengan taplak meja berwarna kuning pula, malah alas duduk pun berwarna kuning juga.

Di atas meja yang dilapisi taplak meja warna kuning telah dihidangkan sayur serta arak wangi.

Empat orang hwesio berbaju warna merah tetap tinggal di luar pintu, sedangkan

Bu tok taysu dengan mengajak ketiga orang tamunya memasuki ke dalam ruangan, ujarnya sambil menjura.

"Sengcu, apakah kau hendak makan hidangan kecil lebih dulu ?"

Khong Bu siang tidak memperdulikan ucapan Bu tok taysu tersebut, dia langsung mengambil tempat duduk di meja perjamuan.

Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng saling berpandangan sekejap, kemudian masing-masing mengambil tempat duduk pula dikedua belah sisi toa sengcu tersebut.

Bu tok taysu segera mengambil poci arak dan memenuhi sendiri ke tiga cawan arak tamunya.

Khong Bu siang masih tetap mengenakan kain cadar hitamnya, pelan-pelan ia berkata :

"Kecuali pengawal pribadiku, siapapun dilarang melihat paras muka asliku !" "Kalau begitu hamba mohon diri lebih dulu dan menunggu di luar ruangan sana," kata Bu tok taysu sambil menjura," bila sengcu hendak menurunkan perintah, silahkan memanggil saja diri hamba."

"Suruh mereka semua meninggalkan ruangan ini !"

Bu tok taysu mengiakan lalu membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ. Menanti Bu tok taysu sudah pergi, Nyoo Hong leng baru berbisik lirih :

"Lagakmu sebagai Toa sengcu benar-benar besar sekali !"

Khong Bu siang tak berkata apa-apa, mendadak tangan kanannya diayunkan ke belakang.

Sekilas cahaya tajam dengan cepat meluncur ke udara dan menembusi daun jendela. 

Terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang dari luar jendela, menyusul terdengar suara robohnya tubuh yang amat keras ke atas lantai.

Nyoo Hong leng jadi tertegun, dia ingin berdiri untuk menerjang keluar ruangan  dan melihat apa yang telah terjadi, tapi niat tersebut segera dicegah oleh Khong Bu siang dengan goyangan tangannya, malah gadis itu disuruh duduk kembali.

Sementara itu, Bu tok taysu yang berada di luar ruangan telah membentak gusar : "Bajingan keparat, besar amat nyalimu !"

"Blaamm !" terdengar suara benturan nyaring berkumandang di udara, dia seperti menghajar pula sesuatu.

Tak selang berapa saat kemudian, tampak Bu tok taysu dengan membopong sesosok mayat berjalan masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar...

Khong Bu siang tetap duduk tegak ditempat duduknya, tubuh tak bergeser, kepala pun tidak berpaling.

Buyung Im seng segera mengalihkan sorot matanya ke depan, ternyata yang menjadi korban adalah seorang pendeta berusia pertengahan yang memakai jubah berwarna abu-abu, di atas dadanya menancap sebilah pedang pendek berwarna emas, darah kental masih mengucur keluar dengan amat derasnya....

Kecuali tusukan maut di atas dadanya, noda darah nampak meleleh juga dari ujung bibirnya.

Jelas ayunan pedang Khong Bu siang masih belum mematikan pendeta setengah umur itu, maka sebuah pukulan tambahan dari Bu tok taysu segera mengakhiri hidupnya.

Khong Bu siang hanya memandang sekejap ke arah mayat tersebut, lalu berkata dingin :

"Barang siapa berani mengintip lagi di sekitar ruangan ini, orang ini contoh yang paling jelas."

Pucat pias selembar wajah Bu tok taysu karena seram, peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajahnya, buruburu serunya :

"Hamba memang pantas dijatuhi hukuman, harap Sengcu sudi mengampuninya." "Kelewat banyak jumlah anggota dalam kuil ini, kekurangan disiplin tidak bisa dihindari dalam tempat seperti ini, aku tahu persoalan tersebut tidak ada sangkut pautnya denganmu, sekarang gotong jenazah itu, lempar keluar !"

Bu tok taysu membungkukkan tubuhnya berulang kali, sambil mengucapkan terima-kasihnya, buru-buru dia mengundurkan diri dari situ.

Selama ini, Khong Bu siang menutupi wajahnya dengan kain cadar berwarna hitam sebab itu orang lain tak dapat melihat perubahan mimik wajahnya.

Berhubung Nyoo Hong leng sudah dua kali mendatang bencana akibat salah bicara, untuk sesaat siapapun tak berani banyak bicara lagi.

Sampai lama kemudian, Khong Bu siang baru berkata : 

"Sekarang sudah tak menjadi soal, apabila kalian berdua ingin berbicara, katakanlah."

"Aku sangat keheranan," ujar Nyoo Hong leng, "sudah jelas orang itu diutus oleh Bu tok taysu untuk mengawasi gerak gerikmu secara diam-diam, mengapa kau malah melepaskan dirinya ?"

"Kalau tidak dilepaskan, aku bisa berbuat apa ? Perlu diketahui, ia sudah terlalu lama berjaga di kuil Ban hud wan ini, semua pendeta dalam kuil ini boleh dibilang percaya dan tunduk di bawah perintahnya."

Setelah berhenti sejenak, terusnya :

"Dalam keadaan seperti ini, asal dia mengatakan kalau aku bukan Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, segenap pendeta yang berada dalam kuil ini akan mempercayai perkataannya, sekalipun kita bisa membantah, toh ucapan kita belum tentu bisa membuat semua pendeta dalam kuil ini mempercayai kita."

"Itu berarti anggota perguruan tiga malaikat tidak tunduk seratus persen di bawah perintahmu sebagai seorang Toa sengcu ?"

"Seandainya dia tidak menaruh kecurigaan terhadap kita, tak mungkin dia akan mengutus orang untuk mengawasi gerak gerik kita secara diam-diam."

Nyoo Hong leng berseru tertahan.

"Aah, kalau toh dia sudah menaruh curiga kepadamu, mengapa kau tidak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membinasakan dirinya ?" "Membunuhnya hanya merupakan suatu tindakan yang amat mudah, tapi kuil Ban Hud wan ini segera akan terjerumus dalam posisi tanpa pemimpin, hal ini akan mendatangkan banyak kerugian dari pada satu keuntungan."

"Oooh, kiranya begitu..."

Khong Bu siang mendehem pelan, kemudian :

"Bila kalian berdua merasa lapar, silahkan segera mendahar, kita harus melanjutkan perjalanan lagi."

Nyoo Hong leng mengambil sumpit dan menjepit sepotong daging sapi, sebelum dimasukkan ke dalam mulut, mendadak sumpit tersebut diletakkan kembali ke meja, ujarnya :

"Aku memang agak lapar, tapi aku tak berani makan." "Kenapa ?"

"Semua hidangan yang berada dalam perguruan tiga malaikat kalian telah diberi racun, bila disantap akan keracunan, berarti selamanya tak akan terlepas dari cengkeraman Sam seng bun lagi, aku tak ingin dikuasai kalian."

"Obat tersebut mahal harganya, tidak mungkin dipergunakan secara sembarangan, kalaupun digunakan paling banter hanya satu kali, apalagi di tempat ini tidak bisa membuat obat semacam itu, bagaimana mungkin mereka mempergunakannya ?" Buyung Im seng yang mendengar ucapan mana, diam-diam segera berpikir : 

"Apa yang dikatakan ayah memang benar, Khong Bu siang memang seorang manusia yang berakal licik dan banyak tipu muslihatnya. Manusia semacam ini memang tidak boleh dianggap enteng, aku harus bersikap lebih berhati-hati lagi terhadap dia."

Dalam pada itu Nyoo Hong leng telah berkata, "Sekalipun tidak memiliki obat mestika itu, toh mereka bisa mencampuri sayur itu dengan obat-obatan lain."

"Benarkah sayur dan arak ini ada racunnya, asal kita coba toh akan ketahuan hasilnya."

"Bagaimana caranya mencoba ?" Buyung Im seng bertanya.

Khong Bu siang merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah tusuk konde yang terbuat dari gading, lalu dicelupkan ke dalam sayur dan arak tersebut.

Semua sayur dan arak yang dicoba ternyata tidak menimbulkan perubahan warna atas tusuk konde gading tersebut, hal ini membuktikan kalau dalam sayur dan arak itu tiada racunnya.

Setelah menyimpan kembali tusuk konde gading tersebut, Khong Bu siang melepaskan kain cadar hitamnya, lalu berkata dengan suara rendah. "Seandainya mereka mendapat pemberitahuan dari pihak Seng tong sudah pasti

penghadangan-penghadangan tak bisa kita hindari, pertarungan sengit sudah pasti akan berlangsung amat seru. Oleh sebab itu aku anjurkan kepada kalian untuk mendahar sekenyang-kenyangnya guna menambah kekuatan badan, sehingga bila terjadi pertarungan nanti kita sudah memiliki kondisi badan yang baik, apabila setelah pecah peristiwa, sulit buat kita untuk memperoleh makanan."

Sembari berkata dia mengambil sumpit dan mulai bersantap dengan lahap sekali. Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng tidak ragu lagi, serentak mereka turut bersantap pula.

Sampai kenyang ketiga orang itu baru berhenti bersantap. Khong Bu siang menyeka mulutnya dan mengenakan kembali kain cadar hitamnya, kemudian ia baru berkata :

"Kita tak usah berhenti lebih lama lagi di sini."

Dia membalikkan badan dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Buyung Im seng yang menyaksikan hal tersebut, segera berpikir dengan kening berkerut :

"Dengan dikenakannya lagi kain cadar hitam tersebut, agaknya Khong Bu siang ingin menunjukkan pula kewibawaannya sebagai seorang Toa sengcu yang sebenarnya, ehmm.. tak bisa disangkal, dia memang kelihatan perkasa dalam keadaan seperti ini."

Walaupun dalam hati kecilnya dia berpendapat demikian, tapi teringat kalau Nyoo Hong leng sudah menjadi istri orang itu, terpaksa dia hanya membungkam diri belaka. 

Begitulah, dengan dipimpin oleh Khong Bu siang, mereka segera meninggalkan ruangan itu dengan langkah lebar.

Bau harum bunga tersiar di sekeliling ruangan, pepohonan cemara tumbuh di seputar gedung, suasana terasa amat hening dan tak nampak sesosok bayangan manusia pun.

Ternyata sejak Khong Bu siang membunuh seorang pendeta dengan pisau terbangnya tadi, tindakan mana telah mendatangkan reaksi yang cukup besar sekali, tak seorang manusia pun yang berani tinggal disekitar halaman gedung itu lagi.

Barulah setelah hampir tiba di depan pintu halaman, seorang hwesio kecil munculkan diri dan menyongsong kedatangan mereka dengan langkah cepat, begitu sampai dia lantas berseru :

"Sianceng memang pantas dihukum"

"Kenapa ?" tanya Khong Bu siang tanpa menghentikan langkah kakinya. "Sianceng mendapat perintah dari hongtiang untuk menjaga di depan pintu halaman, bila tidak mendapat perintah dari sengcu siapapun dilarang mendekati ruang hongtiang dari jarak lima kaki."

Khong Bu siang hanya mendehem sambil melanjutkan terus langkahnya ke depan. Sambil mengejar di sisi Khong Bu siang, pendeta kecil itu kembali berkata :

"Oleh karena itu, sianceng tidak mendengar suara panggilan dari Sengcu." "Kami memang tidak bermaksud untuk memanggil dirimu."

"Aah, kalau begitu sengcu tak akan menyalahkan diri sianceng bukan ?" Khong Bu siang lalu mengulapkan tangannya.

"Di sini tak ada urusanmu lagi, pergi sana !" "Terima kasih Sengcu."

Dia membalikkan badan dan segera berlalu.

Sepeninggalan pendeta kecil itu, Khong Bu siang berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng serta Buyung Im seng, kemudian bisiknya lirih : "Mulai sekarang, kalian berdua harus mempersiapkan diri secara berhati-hati." "Mempersiapkan apa ?"

"Kalian berdua harus memperhatikan kode tanganku, asal ku ulapkan tangan maka kalian berdua harus segera turun tangan bahkan lebih kejam serangannya semakin baik, kalau bisa sekali hajar menghabiskan nyawa lawan."

"Apa sih kedudukan kami saat ini ?" tanya Nyoo Hong leng. "Anggota perguruan tiga malaikat"

Dengan cepat Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali, tukasnya :

768 

"Kau keliru besar, aku bukan anggota perguruan tiga malaikat, aku hanya istri Khong Bu siang, bagiku kau adalah Khong Bu siang, bukan Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat."

Kemudian setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, lanjutnya lagi.

"Sedangkan Buyung toako, dia boleh dibilang sama sekali tiada ikatan hubungan apapun dengan perguruan tiga malaikat, bagaimana mungkin kau bisa mengatakan dia sebagai anggota dari perguruan tiga malaikat..?"

Khong Bu siang memperlambat langkahnya tapi dia tetap berjalan ke depan, sambil berjalan katanya kembali :

"Sekalipun kalian berdua bukan anggota dari perguruan tiga malaikat, namun di dalam keadaan seperti ini, kalian berdua pun harus berperan sebagai anggota perguruan tiga malaikat."

"Sekalipun kami didesak oleh keadaan untuk berperan sebagai anggota dari perguruan tiga malaikat, toh tidak seharusnya kami turun tangan secara keji, apalagi sampai merenggut nyawa orang !"

"Kewibawaan Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat sudah jauh tertanam dalam hati setiap anggota perguruan tiga malaikat, kalau orang yang mengiringinya tak bisa turun tangan membunuh orang, bukankah hal ini."

Dia segera menghentikan pembicaraannya yang belum selesai karena secara tibatiba dilihatnya Bu tok taysu dengan membawa ke empat orang hwesio berjubah merahnya telah berjalan mendekat."

Bu tok taysu dengan membawa ke empat pendetanya langsung mendekati Khong Bu siang, setelah menjura mereka berkata :

"Kami menjumpai Toa sengcu."

Khong Bu siang segera mengulapkan tangannya.

"Kami akan segera meninggalkan tempat ini untuk menyelidiki suatu persoalan." "Di luar halaman Ban hud wan telah disiapkan sepasukan pengiring untuk menghantar kepergian sengcu."

"Tak usah" tampik Khong Bu siang sambil mendehem pelan, "kepergianku dari Seng tong kali ini tidak banyak diketahui orang, apalagi perjalananku ini sebisanya dilakukan secara rahasia dan tak sampai ketahuan orang banyak, kalian suruh membubarkan diri saja !"

Bu tok taysu mengiakan, dia berpaling dan membisikkan sesuatu kepada seorang hwesio berjubah merah yang berada di sisinya, pendeta tersebut segera mengiakan dan berlalu.

Khong Bu siang memandang hingga pendeta berjubah merah itu pergi jauh, kemudian baru bertanya dengan suara dalam :

"Berapa banyak anggotamu didalam kuil Ban hud wan ini ?"

769 

"Berikut hwesio-hwesio penjaga hio dan tukang seluruhnya berjumlah sembilan puluh dua orang."

"Berapa orang yang berilmu tinggi ?"

"Yang bisa dianggap sebagai jago berilmu tinggi cuma dua puluhan orang." Khong Bu siang segera tertawa dingin.

"Dua puluhan orang, dua puluh berapa ?" tegurnya.

Buru-buru Bu tok taysu membungkukkan badannya memberi hormat. "Dua puluh enam orang."

Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah berada ditengah halaman bagian kedua.

Suasana didalam halaman itu amat hening, namun secara lamat-lamat dapat dirasakan hawa pembunuhan yang menyelimuti seluruh halaman tersebut.

Mendadak Bu tok taysu mempercepat langkahnya menghadang dimuka Khong Bu siang, kemudian serunya.

"Toa sengcu !"

Tampaknya Khong Bu siang dapat merasakan juga gelagat yang tidak beres, dia segera menghentikan langkahnya sambil menyahut :

"Ada apa ?"

"Ada beberapa patah kata yang hendak hamba sampaikan, tapi takut untuk diutarakannya, oleh sebab itu harap Toa sengcu sudi memaafkan dulu kelancangan hamba."

Khong Bu siang segera tertawa dingin.

"Heeeh... heeeh... heeeh...l ebih baik kau pikirkan dahulu masak-masak sebelum kau utarakan daripada mendatangkan bibit bencana bagi diri sendiri."

Pucat pias paras muka Bu tok taysu setelah mendengar perkataan itu, peluh segera jatuh bercucuran membasahi tubuhnya.

"Tapi bila hamba tidak ucapkan, hamba pun sulit untuk meloloskan diri dari kematian."

Khong Bu siang segera berpaling dan memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, kemudian katanya.

"Apa yang terjadi ? Cepat katakan !"

"Barusan hamba telah menerima surat perintah kilat dari ruang Seng tong..." Dia berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya memandang sekejap ke arah Khong Bu siang, kemudian melanjutkan.

"Dalam surat perintah itu dikatakan, hamba diperintahkan, hamba diperintahkan..."

"Diperintahkan apa ? Cepat lanjutkan." tukas Khong Bu siang dengan suara sedingin es.

770 

"Hamba diperintah untuk menghalangi kepergian Toa sengcu" akhirnya Bu tok taysu berkata pelan.

"Siapa yang menurunkan perintah itu ?"

"Di atas surat perintah tersebut dicantumkan kode rahasia dari ruang seng tong, perintah itu berarti datangnya dari ruang seng tong, hamba rasa hal mana tak

bakal salah lagi, sedang mengenai perintah dari Sengcu yang mana, hamba kurang begitu jelas."

Khong Bu siang segera tertawa dingin. "Mana surat perintahnya sekarang ?"

Dari dalam sakunya Bu tok taysu mengeluarkan secarik kertas, kemudian menjawab :

"Sekarang berada di tangan hamba." "Serahkan kepadaku !"

Dengan hormat sekali Bu tok taysu segera mengangsurkan surat itu ke depan. Setelah menerima surat itu dan dibaca sekejap, kembali Khong Bu siang tertawa dingin, dia serahkan kembali surat tersebut ke tangan Bu tok taysu, sambil ujarnya

:

"Sekarang, apa yang hendak kau lakukan ?"

"Hamba benar-benar merasa serba salah, Toa sengcu masih hadir di sini, sedang dari ruang Seng tong datang surat perintah tersebut, kini hamba menjadi terjepit dan serba susah dibuatnya, hamba tidak tahu apa yang harus hamba lakukan." oooOooo

"Di dalam ruang seng tong, semuanya terdapat tiga orang Sengcu, kecuali aku masih ada dua orang lagi, aku mendapat laporan rahasia yang mengatakan Ji sengcu telah berkomplot untuk merebut kekuasaan, oleh karena itu kini aku harus meninggalkan Seng tong untuk melacak perbuatan busuknya itu. Mungkin dia sudah mengetahui akan hal ini sehingga mengirim perintah kepadamu untuk menghalangi kepergianku. Hmmm, benar-benar amat besar nyali orang ini, karena usahanya berkhianat ketahuan maka dia berani mengambil tindakan sewenangwenang, dia mesti dijatuhi hukuman yang setimpal..."

Bu tok taysu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera ujarnya : "Kedudukan hamba amat rendah dan tidak mengetahui apa yang telah terjadi di ruang Seng tong, menurut Toa sengcu apa yang harus hamba lakukan sekarang ?" "Sekarang, kau sendiri yang harus mengambil keputusan, kau hendak menuruti perintah dari seng tong ataukah menuruti perintahku ?"

"Peraturan dalam seng tong amat ketat, hamba tak berani membangkangnya, tapi kini Toa sengcu berada di sini, hamba pun tak berani melawan, oleh sebab itu hamba benar-benar merasa serba salah, harap Sengcu maklum dan memberi petunjuk kepadaku." 

Khong Bu siang segera tertawa dingin.

"Hmm, kau berani berbicara demikian padaku ?" tegurnya.

"Sebenarnya hamba tidak berani, tetapi dalam hati hamba masih ada satu hal yang merasa tak habis mengerti, harap sengcu sudi memberi penjelasan," kata Bu tok taysu

"Katakan !"

"Hamba beranggapan bahwa nona Nyoo dan Buyung kongcu sebetulnya musuh dari perguruan tiga malaikat, sekalipun kini telah menggabungkan diri dengan

perguruan kita, mustahil hanya dilakukan didalam waktu beberapa hari saja sudah menjadi orang kepercayaan sengcu, oleh sebab itu..."

"Oleh sebab itu kau menaruh curiga atas kedudukanku sekarang bukan ?" tukas Khong Bu siang.

"Hamba bertujuan demi kebaikan bagi perguruan tiga malaikat, harap Sengcu menjadi tahu adanya."

Mendadak Khong Bu siang menggerakkan tangannya mencengkeram pergelangan tangan kanan Bu tok taysu.

Agaknya Bu tok taysu sudah mempersiapkan diri secara baik-baik, dengan cekatan dia mengegos lari ke samping.

Buyung Im seng yang menyaksikan kejadian itu menjadi sangat keheranan, pikirnya :

"Berbicara dengan kelihaian ilmu silat Khong Bu siang serta kecepatan gerak geriknya dalam melancarkan serangan, seharusnya Bu tok taysu sukar untuk meloloskan diri dari sergapan ini, mengapa dalam kenyataannya Bu tok taysu justru dapat meloloskan diri dari serangan tersebut secara gampang ?"

Ketika ia mencoba untuk membayangkan kembali kecepatan serangan yang dilakukan Khong Bu siang tadi, ia bertambah yakin kalau dibalik kesemuanya itu pasti ada hal-hal tidak beres, sebab menurut apa yang diketahui, kendatipun dia seorang yang berilmu silat sangat lihai pun, jangan harap dia bisa lolos dari ancaman itu dengan mudah.

Tiba-tiba muncul kecurigaannya terhadap Khong Bu siang, dia ingin menggunakan ilmu menyampaikan suara untuk memberitahukan persoalan ini kepada Nyoo Hong leng, sebab persoalan itu meski kecil tapi jika tidak diperhatikan dengan seksama, sulit sebetulnya untuk diketahui...

Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya, bagaimanapun juga nona itu sudah menjadi istri orang, bila tidak disertai dengan bukti yang nyata, bisa-bisa dia akan dianggap sengaja mengadu domba untuk meretakkan hubungan orang, maka niat tersebut segera diurungkan, dia hanya secara diam-diam lebih memperhatikan gerak gerik Khong Bu siang.

Sementara itu Bu tok taysu sudah mundur sejauh satu kaki dengan cepat, kemudian memperdengarkan suara pekikan rendah. 

Bayangan manusia segera berkelebat lewat, dari belakang pohon, dari sudut ruangan, dari empat arah delapan penjuru secara berlompatan keluar belasan orang pendeta.

Dengan mempergunakan sepasang matanya yang tajam dibalik kain kerudung hitamnya, pelan-pelan Khong Bu siang memandang sekejap sekeliling tubuhnya, setelah disaksikan bagaimana para pendeta yang barusan menampakkan diri itu telah meloloskan senjata masing-masing, dia segera tertawa.

"Heeeh.... heeehh.... heeehhBu tok, kau hanya ingin mengandalkan beberapa

gelintir kekuatanmu ini ?" jengeknya.

"Dalam kuil Ban hud wan terdapat pendeta dalam jumlah ratusan, penjagaan pun berlapis-lapis, apa yang muncul sekarang tak lebih cuma pasukan pembawa bendera, mereka cuma pasukan pembuka jalan."

"Hmm, bila aku tidak mendemonstrasikan kelihaianku agar kalian semua merasa terbuka matanya, aku pikir kalian pasti tak akan percaya dengan kedudukanku sekarang." seru Khong Bu siang sinis.

"Harap Sengcu jangan marah, bahwa terpaksa berbuat demikian karena terdesak oleh keadaan, sebentar dari pihak Seng tong akan segera muncul beberapa jago untuk membedakan kedudukan Sengcu yang sebetulnya."

"Bila terbukti kalau aku adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, apa yang hendak kau lakukan ?"

"Hamba berbuat demikian hanya sebagai bakti hamba untuk perguruan tiga malaikat, sekalipun telah menyinggung perasaan sengcu, hamba rasa Sengcu tak akan menyalahkan diri hamba."

Nyoo Hong leng yang mendengar ucapan mana, dalam hati kecilnya segera berpikir

:

"Hwesio ini bermulut tajam dan pandai sekali berbicara, entah apa yang dilakukan Khong Bu siang untuk menghadapinya ?"

Tapi dia tahu, jangankan menggunakan tenaga gabungan mereka bertiga, sekalipun hanya mengandalkan kemampuan Khong Bu siang seorang pun, dia sanggup bersikap seolah-olah kuil Ban hud wan ini tiada manusianya.

Tapi tampaknya Khong Bu siang seperti mempunyai tujuan tertentu, maka selama ini dia hanya menahan diri terus tanpa mencoba untuk mengumbar amarahnya.

Tiba-tiba terdengar Khong Bu siang mendehem pelan, lalu berkata :

"Akulah yang merupakan pemimpin tertinggi dalam Sam seng bun, entah siapapun orangnya tak nanti aku sudi menunggunya. Siapa tak tahu dia tak salah, kau tak tahu asli tidaknya diriku secara pasti, hal ini memang suatu kenyataan. Tentang hal ini akupun tak ingin menyalahkan kau. Tapi aku hendak meninggalkan tempat ini. Seandainya apabila dari pihak Seng ton, ada yang menyusulku di depan sana." Tiba-tiba ia mempertinggi suaranya dan melanjutkan :

"Kalian semua adalah murid sam seng bun, pun sengcu tak tega membunuh anggota perguruan sendiri, tapi bila ada orang berani mendekati diriku dalam jarak tiga depa, jangan salahkan kalau aku tak akan mengenal ampun lagi." 

Selesai berkata, tanpa menunggu jawaban dari Bu tok taysu lagi, dia segera melangkah ke depan.

Perjalanannya dilanjutkan amat santai, tindakannya pun lambat, seolah-olah tak memandang sebelah matapun terhadap mereka semua.

Buyung Im seng sendiri, sembari mencoba untuk menelaah makna dari pembicaraan Khong Bu siang tadi, diapun mencoba untuk menduga apa maksud dan tujuannya mengucapkan kata-kata tersebut. Sementara tubuhnya segera beranjak mengikuti di belakang Khong Bu siang.

Nyoo Hong leng berjalan di belakang Buyung Im seng, dia tak dapat melihat perubahan mimik wajah Khong Bu siang, tapi dapat melihat mimik muka Buyung

Im seng yang seakan-akan sedang memikirkan sesuatu, maka diapun menahan diri tanpa mengganggu perhatiannya lagi.

Bu tok taysu menyusul di samping Nyoo Hong leng, tapi dia menjaga jaraknya tidak sampai kurang dari tiga depa.

Kawanan pendeta yang berjaga di sekeliling arena, sejak tadi sebetulnya sudah mengawasi terus gerak gerik dari Khong Bu siang, ketika orang itu maju, berhubung tidak mendapat perintah dari Bu tok taysu, maka mereka tak berani turun tangan, tapi tidak berani juga untuk mengundurkan diri dari situ.

( Bersambung ke jilid 37) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar