Lembah Tiga Malaikat Jilid 27

Jilid 27

Sam sengcu tertawa dingin, pedang mestika ditangan kirinya secepat kilat menerobos ke depan lalu membacok ke samping.

Serangan mana datangnya tepat sekali, yakni sebelum jurus pedang Buyung Im seng sempat berubah kembali.

"Traaang... ! diiringi suara dentingan nyaring, tahu-tahu pedang ditangan Buyung Im seng telah terpapas kutung sebagian oleh senjata mestika dari Sam sengcu. Begitu pedang ditangan Buyung Im seng terpapas kutung, belum sempat dia merubah jurus serangannya, sepasang pedang Sam sengcu telah dilontarkan bersama ke depan melancarkan sebuah serangan dahsyat.

Sejak kedua orang itu bertarung sampai Buyung Im seng terjerumus dalam situasi yang amat berbahaya, waktunya hanya berlangsung dalam sekejap mata.

Nyoo Hong leng menjadi terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu, pedangnya segera diayunkan ke depan menusuk punggung Sam sengcu dengan jurus ki-hong-teng-ciau (burung hong terbang, ular melingkar).

Dalam keadaan demikian, bila Sam sengcu melanjutkan terus serangan gabungannya, walaupun dia dapat melukai Buyung Im seng, tapi dia sendiri akan tertusuk oleh pedang Nyoo Hong leng.

Berada dalam keadaan seperti ini, melindungi nyawa sendiri tentu saja jauh lebih penting, buru-buru Sam sengcu memutar pedang mestika ditangan kirinya untuk menangkis pedang Nyoo Hong leng.

Tapi dengan begitu justru telah membuka jalan kehidupan bagi Buyung Im seng, pedang kutungnya segera diayunkan ke atas dan..."Trang" dia telah menangkis pedang beracun itu sambil melompat ke samping untuk meloloskan diri.

Sam sengcu memutar pedangnya secepat angin puyuh, Nyoo Hong leng tak sempat untuk berkelit lagi, "Trang" pedangnya kena terpapas pula sepertiganya. 

Tiba-tiba terdengar suara Toa sengcu berseru dengan suara dalam :

"Buyung kongcu, ilmu pedangnya tidak berada di bawah kepandaiannya, asal kau dapat menghadapinya dengan pikiran yang tenang, dan tidak sampai terpengaruh oleh kelihaian jarum beracun serta ketajaman senjatanya, tak sulit bagimu untuk mengimbangi permainannya itu."

Sebenarnya semangat Buyung Im seng sudah patah ditengah jalan setelah dalam dua gebrakan saja senjatanya kena di kutungi lawan, tapi setelah mendengar perkataan dari Toa sengcu, semangatnya segera berkobar kembali, pedang pendeknya segera diayunkan kembali ke muka sambil melancarkan serangan balasan.

Kali ini dia sudah mempunyai persiapan cukup matang, kecuali memperhatikan senjata lawan yang tajam, hampir segenap perhatiannya ditunjukkan kepada permainan jurus pedangnya.

Nyoo Hong leng yang pedangnya kena terpapas, sesungguhnya juga merasa agak putus asa tapi setelah dilihatnya Buyung Im seng melancarkan serangan kembali dengan gagah berani, diapun segera menggerakkan kembali senjatanya untuk membantu dari samping.

Sam sengcu yang berhasil menggertakkan hati lawan dengan senjata tajam serta pedang beracunnya sedang gembira karena keberhasilannya tadi, tapi begitu Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng berhasil menenangkan kembali hatinya, malah melancarkan serangan balasan secara mantap, keadaan segera berubah, posisi merekapun untuk sementara waktu menjadi berimbang.

Tak selang sejenak kemudian, mereka telah bertarung belasan jurus lebih.

Setelah pedangnya terpapas kutung, pada mulanya Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng merasa gerakan serangannya kurang leluasa, tapi belasan jurus kemudian lambat laun hal mana menjadi terbiasa juga, kekuatan yang terpancar keluar dari jurus pedangnya pun makin berkembang, sehingga baik sewaktu bertahan maupun sewaktu menyerang, semua gerakannya bisa dilakukan dengan mantap.

Sam sengcu sama sekali tidak menyangka kalau muda mudi ini mempunyai ilmu pedang yang begitu lihai dan sempurna, diam-diam hatinya merasa terperanjat sekali.

Pada saat itulah Toa sengcu dan Ji sengcu masih tetap saling berhadapan dengan sikap kaku.

Agaknya kedua orang itu sama-sama merasa takut terhadap sesuatu dari lawannya, sehingga masing-masing pihak enggan untuk turun tangan lebih dahulu. Sedangkan Lian Giok seng dengan pedang lemas ditangan berjaga-jaga di depan pintu gerbang, hawa murninya telah dipersiapkan untuk menjaga segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Pelan-pelan Ji sengcu berkata :

"Toa sengcu, mengapa kau tidak melancarkan serangan lebih dulu ?"

"Aku sebagai Toa sengcu sudah sepantasnya kalau mengalah kepadamu, maka silahkan Ji sengcu untuk melancarkan serangan lebih dulu." 

"Senjata tajam yang siaute pergunakan tidak cocok kalau digunakan untuk melancarkan serangan lebih dulu, maka Toa sengcu tak perlu sungkan-sungkan lagi." kata Ji sengcu dingin.

Toa sengcu segera mengalihkan dulu sorot matanya ke arah yang lain. Ketika dilihatnya kerja sama dari Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng secara lamat-lamat telah berhasil merebut posisi yang lebih menguntungkan, legalah hatinya, pelanpelan dia menggerakkan pedangnya dan masuk ke tubuh Ji sengcu.

Tusukan tersebut dilancarkan dengan gerakkan yang pelan sekali, ujung pedangnya pun kelihatan agak bergetar keras.

Ji sengcu dengan sepasang tangan memegang kotak kayu berdiri tegak bagai bukit karang sementara sepasang matanya mengawasi ujung pedang Toa sengcu yang sedang bergetar itu tanpa berkedip.

Menanti cahaya tajam telah berkilauan dan jaraknya dengan dada tinggal setengah depa, secara tiba-tiba dia baru membuka penutup kotak tersebut....

Begitu kotak kayu itu terbuka, dengan cepat terlihat cahaya tajam yang disertai dengan suara dengungan keras meluncur ke angkasa.

Toa sengcu sedang menggerakkan pedangnya, walaupun dia ingin menghindarkan diri dari serangan selapis hujan perak yang terbang keluar dari kotak kayu tersebut....

Ji sengcu membalikkan badan dengan cepat, menggunakan kesempatan itu dia menutup kembali kotak kayunya.

"Traang, traaang, traaang" diantara dentingan nyaring, hujan dan cahaya perak

yang memancar keluar dari dalam kotak tadi telah menyambar ke depan dan menancap semua di atas dinding kayu di belakangnya.

Ternyata cahaya perak itu adalah jarum-jarum perak yang berwarna kebiru-biruan, semuanya kini sudah menancap dalam-dalam di atas dinding, hal ini dapat disimpulkan bahwa pegas yang dipasang dalam kotak kayu itu benar-benar berkekuatan besar sekali.

Gerakan ji sengcu sewaktu membuka dan menutup kembali kotak kayunya itu dilakukan dalam waktu singkat, sehingga sulit buat orang lain melihat jelas keadaan yang sebenarnya didalam kotak itu.

Toa sengcu memandang sekejap pedangnya yang terjatuh di tanah, kemudian sambil tertawa dingin katanya :

"Jarum perak yang memancar keluar dari kotakmu benar-benar luar biasa, jauh lebih hebat daripada dulu."

"Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Toa sengcu juga benar-benar cepat sekali, ternyata kau sanggup menghindarkan diri dari serangan jarum perak dari Pek Po hap yang kulancarkan dari jarak sedekat ini." sambung Ji sengcu.

"Jarum perak itu berjumlah puluhan batang, nyatanya dalam jarak begini dekat pun tidak berhasil melukai diriku, aku tidak habis berpikir kelihaian apa lagi yang masih terdapat dalam kotak tersebut ?" 

"Kotak ini dinamakan seratus mestika, tentu saja mempunyai perubahan yang tak terhitung jumlahnya, tak ada salahnya Toa sengcu ingin mencoba kembali." kata Ji sengcu dingin.

Lengan kanannya segera diangkat, sekilas cahaya merah tiba-tiba meluncur keluar dari balik ujung bajunya dan langsung menyambar ke atas dada Ji sengcu.

Tampaknya Ji sengcu merasa tindakan ini sedikit di luar dugaan, dengan kening berkerut dia segera membuka kota kayunya untuk menyongsong datangnya cahaya merah tersebut.

"Plaak !" ternyata kotak kayu yang terbuka itu berhasil menghisap cahaya merah tersebut hingga masuk ke dalam kotak.

Toa sengcu mengira dari dalam kotak kayu itu bakal memancar keluar senjata rahasia, cepat-cepat ia ke samping untuk menghindar.

Siapa tahu apa yang terjadi sama sekali di luar dugaan, dari dalam kota kayu itu sama sekali tak memancar keluar senjata rahasia.

Ji sengcu segera tertawa dingin, serunya :

"Toa sengheng tampaknya engkau mengerti akan takut ?"

Waktu itu Toa sengcu sudah melompat tujuh depa ke samping, ketika tidak nampak ada senjata rahasia yang ditujukan ke arahnya, dia menjadi naik pitam, serunya dingin.

"Ji sengte, masih ingatkah kau dengan sepatah kata-kataku ?" "Perkataan apa ?"

"Aku menyuruh mereka berdua untuk menyambut lima puluh jurus serangan dari Sam sengcu, karena saat itulah aku memenangkan pertarungan ini."

"Ya, benar. Siaute masih ingat jelas perkataanmu itu. Toa sengcu memang telah mengucapkan perkataan ini."

"Jika kau tak sanggup mengalahkan dirimu, terpaksa aku harus membinasakan kau."

"Dengan cara apa kau hendak membunuhku ?" "Ilmu pedang terbang !"

"Kau sudah bisa menggunakan ilmu pedang terbang ?" seru Ji sengcu tertegun. "Jika kau tidak percaya, mari kita buktikan bersama."

Dengan cepat Ji sengcu melompat mundur sejauh satu langkah, kemudian pelan berkata :

"Aku harap kau jangan hanya gertak sambal belaka."

Pelan-pelan Toa sengcu mengangkat pedangnya ke tengah udara, kemudian katanya :

"Aku rasa kau pasti sudah mengerti bukan apa sebabnya aku tak ingin membunuhmu ?"

544 

Sekali lagi Ji sengcu sudah mundur selangkah, sekarang ia tinggal beberapa depa saja dari tubuh Lian Giok seng.

Diam-diam Lian Giok seng menghimpun tenaganya sambil bersiap-siap melancarkan serangan dahsyat untuk membunuh Ji sengcu.

Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak terdengar Ji sengcu membentak keras.

"Lian Giok seng, menyingkir dari situ !"

Sambil membentak keras tubuhnya sudah berputar kencang sambil membuka kotak kayunya.

Lian Giok seng hanya merasakan selapis cahaya tajam yang menyilaukan mata menyambar tiba dengan kecepatan tinggi, buru-buru dia melompat ke samping untuk menghindarkan diri.

Menggunakan kesempatan itulah Ji sengcu segera melompat keluar dari ruangan itu, sambil melompat teriaknya keras-keras :

"Sam seng te, cepat mundur dari dalam pesanggrahan Teng Cuan siau cu"

Akhir dari perkataan itu berkumandang datang dari jarak tiga kaki dari tempat semula.

Mendengar perkataan itu, Sam sengcu segera meningkatkan kewaspadaannya, cepat tangan kanannya diayunkan ke depan melancarkan tiga batang jarum beracun, serangan mana segera memaksa Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng bersama-sama mundur dua langkah.

Menggunakan kesempatan itu, Sam sengcu segera melompat ke tengah udara, pedang ditangan kirinya diputar membentuk satu lingkaran cahaya perak, langitlangit rumah yang termakan oleh sambaran pedangnya itu segera ambrol dan muncul sebuah lubang besar.

Dengan melewati lubang itulah buru-buru dia melarikan diri ke atas atap rumah. Pedang yang berada di tangannya memang tajam sekali, walaupun bangunan dari pesanggrahan Teng cian siau cu itu dibangun sangat kuat, akan tetapi tak mampu juga membendung ketajaman senjatanya itu.

Dalam pertarungan ini, walaupun Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng tak sempat menderita kekalahan, namun mereka juga tidak berhasil meraih keuntungan apaapa, maka itu melihat orang itu melarikan diri dengan menjebolkan langit-langit rumah, mereka tidak melakukan pengejaran lebih jauh.

Nyoo Hong leng segera berpaling memandang sekejap ke arah Toa sengcu, kemudian katanya.

"Masih adakah hubungan persaudaraan diantara kalian seng heng dan seng te ?" "Sekalipun pertarungan yang berlangsung tadi sangat seru dan mengerikan, tapi aku masih sempat mendengarkan pembicaraan dari kalian berdua." Toa sengcu termenung sebentar, kemudian bertanya: 

"Apa yang sempat kau dengar ?"

"Kalau toh bisa mempergunakan ilmu pedang terbang, mengapa tak digunakan sebaliknya memberi peringatan saja kepada Ji sengcu agar dia tahu diri dan mengundurkan diri dari pesanggrahan Teng cian siau cu ?"

"Aku telah mencoba ilmu silatnya, kendatipun kugunakan ilmu pedang terbang juga jangan harap bisa merenggut selembar jiwanya."

"Paling tidak kau toh bisa melukai jiwanya ?" sambung Nyoo Hong leng dengan cepat.

"Benar, walaupun tak sampai mematikan, tapi paling tidak aku dapat membuatnya terluka parah."

"Mengapa kau tidak melukainya tadi ?"

"Sekalipun berhasil melukai seorang juga tak akan bisa menyelesaikan persoalan ini. Lebih baik biarkan saja mereka tinggalkan tempat ini dan mewakili diriku menyiarkan berita tentang ilmu pedang terbang ini kepada semua orang, dengan demikian semangat tempur lawan pasti akan mengalami kegoncangan hebat.

Dengan begitu, seandainya mereka sampai membuka pertarungan baru melawan kita, sedikit banyak dalam hati kecilnya akan timbul perasaan jeri, hal mana justru akan memecahkan perhatian mereka sendiri. Nah, pada saat itulah sekalipun aku tidak menggunakan ilmu pedang terbang juga sama saja dapat menghancurkan pertahanan mereka dan menembusi bloknya mereka."

Nyoo Hong leng segera manggut-manggut. "Ya, memang masuk diakal juga !"

Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata.

"Konon ilmu pedang terbang cuma bisa digunakan satu kali, sebab akan banyak tenaga dalammu yang berkurang akibat melancarkan serangan tersebut."

"Kau sudah pernah melatih kepandaian ini, tentunya kaupun sudah berpengalaman bukan ?"

"Benar. Itulah sebabnya walaupun aku berhasil memiliki ilmu pedang terbang, namun tak berani mempergunakan secara sembarangan. Kendatipun seseorang telah berhasil melatih ilmu pedang terbangnya hingga mencapai tingkat yang sesempurna apapun, dalam satu jam mustahil baginya bisa mempergunakan sebanyak dua kali. Maka dari itu, bila aku tidak berjumpa dengan musuh yang benar-benar sangat tangguh, tak nanti ilmu tersebut akan kupergunakan." "Dapatkah kau menjelaskan lebih jauh ?" pinta Nyoo Hong leng.

Toa sengcu termenung dan berpikir sebentar kemudian katanya : "Ringkasnya begini, bila seseorang menggunakan ilmu pedang terbang untuk menghadapi lawan, maka sekali menggunakannya paling tidak akan

menghilangkan satu bagian tenaga dalamnya, dengan begitu di dalam menghadapi musuh selanjutnya, kekuatan yang dimilikinya akan semakin berkurang." "Andaikata dipergunakan sebanyak dua kali ?" 

"Maka dia tak akan memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan lagi, dia membutuhkan kekuatan orang lain untuk melindungi jiwanya."

"Masa seserius itu ?"

"Benar. Paling tidak jurus antara pegunungan yang pertama dengan pegunungan yang kedua harus selisih satu jam, dengan begitu kekuatannya baru bisa dipulihkan kembali. Tapi sekarang keadaan kita berbeda, tak mungkin kita bisa mengumpulkan waktu selama satu jam untuk mengumpulkan kembali tenaga dalam kita."

"Ehmm, memang masuk diakal."

Toa sengcu segera menghela napas panjang.

"Aaai... tampaknya nona selalu merasa kurang percaya kepada ucapanku ?"

"Hal ini dikarenakan kau sudah menjadi calon suamiku, bagaimana juga aku harus banyak memahami tentang gerak gerik suamiku. Apakah tindakanku ini salh ?" "Kalau begitu mah tak bisa dianggap salah."

"Nah, sekarang apa yang harus kita lakukan ?" Toh kita tak bisa berdiam diri belaka sambil menunggu terjadinya perobahan ?"

Toa sengcu termenung sebentar, kemudian katanya :

"Bila kita ingin berjumpa dengan Buyung Tian kim, rasanya kitapun tak usah menyusun rencana lagi untuk menghadapi musuh, asal mengandalkan kepandaian untuk menerjang lewat, segala sesuatunya akan menjadi beres..."

"Sudah kukatakan, aku harus berjumpa dengan Buyung Tiang kim !" Nyoo Hong leng.

"Baik, kalau begitu aku dan Lian Giok seng akan membuka jalan di depan, sedang kalian boleh mengikuti dari belakang."

Ketika tiba di depan pintu, mendadak dia berpaling lagi sambil melanjutkan. "Didalam kotak kayu ditangan Ji sengcu itu selain tersimpan senjata rahasia beracun juga terdapat sebuah cermin dan sebuah batu kaca. Bila bertarung di bawah sinar matahari atau cahaya lentera, kalian harus lebih berhati-hati." "Kelihaian dari kotak pusakanya itu terletak pada kerja sama antara senjata rahasia, cermin serta batu kaca tersebut, bagaimana lihainya kepandaian ilmu silat yang dimiliki seseorang, bila sampai terkena cahaya pantulan yang memancar dari balik kotak akibat sinar matahari atau cahaya api, maka sepasang matanya akan menjadi buta dan ia tak akan bisa melihat datangnya senjata rahasia lagi. Maka disaat itulah Ji sengcu akan memanfaatkannya dengan melepaskan senjata rahasia untuk merenggut nyawa orang."

Setelah berhenti sebentar, kembali dia melanjutkan.

"Mungkin didalam kota kecil itu masih terdapat perubahan lain, tapi bagaimanapun banyaknya perubahan tersebut, semuanya berkisar pada penggunaan senjata rahasia untuk melukai orang." 

"Di kemudian hari, bila kami sampai berjumpa lagi dengannya, kami pasti akan menghadapi dengan berhati-hati."

Toa sengcu manggut-manggut.

"Bila aku bernasib buruk, kau dan Buyung..."

"Bila kau sampai menderita luka atau tewas, aku pasti akan mendampingimu, jika kau mati aku akan turut mati, jika kau terluka aku akan mendampingimu sampai lukamu sembuh. Kau tak usah menguatirkan lagi soal ini"

Mendengar perkataan itu, Toa sengcu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haah....haaah...haaahsungguhkah perkataanmu itu ?"

"Tentu saja sungguh, kini kau sudah menjadi suamiku, akupun telah mengucapkan sendiri kesediaanku menjadi isterimu. Buyung kongcu menjadi saksi dalam hal ini, masa aku masih dapat membohongi suamiku sendiri ?"

Ucapan ini sama sekali tidak mengandung rasa cinta yang mesra, tapi justru merupakan suatu janji kesetiaan yang tegas dan berat.

Diam-diam Buyung Im seng menarik napas panjang, dia berusaha untuk berdiri tegak agar jangan sampai jatuh terjengkang, sementara dalam hati kecilnya diapun berusaha untuk mengendalikan emosi, sedih dan murung di atas wajahnya.

Sementara itu, Toa sengcu mengayunkan pedangnya secara tiba-tiba sambil berkata :

"Setelah mendengar sumpah setiamu, walaupun harus mati, aku akan mati dengan hati puas."

Dia segera melangkah maju ke depan dengan buru-buru Lian Giok seng mengikutinya sambil berkata :

"Toa sengcu, di dalam Seng tong masih terdapat banyak sekali huhoat yang condong kepada Toa sengcu, jumlah tidak berada di bawah jumlah lawan, perlukah kita

untuk mengundang kehadiran mereka guna melindungi keselamatan sengcu ?" Toa sengcu segera tertawa.

"Ji sengcu dan Sam sengcu tak mungkin tidak berpikir sampai ke situ, persoalan yang paling sulit yang berada di depan mata kita sekarang adalah menerjang keluar dari kepungan mereka."

Baru selesai dia berkata, mendadak terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, keempat utusan khusus dan delapan panglima telah bermunculan disana dan menghadang jalan pergi mereka.

Dengan sorot mata yang tajam, Toa sengcu memandang sekejap ke arah orangorang itu, kemudian katanya.

"Kalian masih kenal dengan aku ?"

"Toa sengcu ?" jawab lelaki kekar bersenjata golok itu dengan cepat dan hormat. "Benar, kau sudah mengetahui siapakah diriku, tapi berani menghalangi jalan pergiku, tahukah kau berapa besar dosamu itu ?" 

"Kami sekalian mendapat perintah untuk datang kemari, sekalipun berdosa, dosa itu juga bukan dosa kami."

Buyung Im seng berpaling dan mencoba mengamati si pembicara itu, ternyata dia adalah seseorang lelaki bertubuh kekar, beralis tebal, bermata besar dan membawa sebuah golok besar yang beratnya mencapai lima enam puluh kati.

Dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau orang ini memiliki tenaga kekuatan yang mengerikan.

Selain lelaki tersebut, orang-orang yang berjaga di sekeliling tempat itu sudah meloloskan senjata mereka.

Toa sengcu segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Lian Giok seng dan Nyoo Hong leng sekalipun, kemudian katanya.

"Walaupun empat utusan delapan panglima memiliki kepandaian silat yang lihai, tapi mereka tak akan sanggup membendung musuh bersama-sama, kalian bertiga boleh menghadapi ke empat utusan khusus, sedang aku akan menghadapi ke delapan panglimanya."

Lelaki berbaju hitam yang membawa golok besar itu mendadak mengangkat senjatanya, kemudian berkata :

"Toa sengcu berilmu silat amat tinggi, bila kami harus bertarung satu lawan satu jelas bukan tandingan, untung saja Toa sengcu sudah menjelaskan kalau kau hendak bertarung melawan kami berdelapan, saudara sekalian mari kita mulai !" Tampak bayangan manusia berkelebat lewat dalam waktu singkat mereka telah membentuk sebuah barisan.

Buyung Im seng, Lian Giok seng serta Nyoo Hong leng segera tergiring masuk ke dalam barisan aneh itu.

Tapi ke empat orang lainnya berbaju ketat, berotot kulit dan menyoren pedang tetap berdiri di empat penjuru dan mengurung mereka semua.

Buyung Im seng pernah berjumpa dengan Sian ciau si ci (utusan khusus rajawali sakti), tetapi empat orang yang berada di hadapan mereka sekarang rata-rata mereka mengenakan pakaian yang sama, topi kulit menutupi muka ditambah lagi perawakan tubuh mereka hampir seimbang sehingga sulitlah bagi dia untuk mengenali siapakah diantara ke empat orang itu adalah utusan khusus rajawali sakti.

Kepada Lian Giok seng, diapun lantas berbisik, "Ilmu silat yang dimiliki ke empat utusan khusus sudah pernah boanpwe saksikan, bila benar-benar terjadi pertempuran, mereka masih bukan tandingan dari nona Nyoo, tapi entahlah ke empat orang ini mempunyai suatu ilmu kerja-sama atau tidak ?"

"Ilmu silat yang dimiliki ke empat utusan khusus itu sangat lihai, seringkali mereka berkelana dalam dunia persilatan, ada kalanya mereka berempat melakukan perjalanan bersama, adakalanya pula mereka memiliki semacam ilmu kerja sama, aku tidak begitu jelas. Tapi ilmu silat mereka sering mendapat petunjuk dari Ji sengcu." 

"Sekalipun mereka memiliki kerja sama yang kuat, namun kita dengan tiga lawan empat masih tak usah takut kepada mereka, cuma bagaimana dengan Toa sengcu sendiri ? Apakah dia sanggup menangkan ke delapan panglima itu ?"

"Sukar untuk dikatakan, Seng-tong-pat-ciang (delapan panglima dari ruang pusat) merupakan jago-jago nomor satu didalam perguruan Sam seng bun, keistimewaan mereka adalah didalam permainan senjata rahasia dan kerja sama yang baik."

"Ke delapan orang itu berbentuk badan sangat aneh" kata Nyoo Hong leng pula, "apakah mereka orang-orang yang selama ini menyaru sebagai patung arca dalam ruang Seng thong ?"

"Sungguh tajam penglihatan nona, benar, memang ke delapan orang itulah yang menyaru sebagai patung."

"Sepanjang hari mereka berjaga di dalam ruang Seng thong, mengapa mereka berani membangkang perintah Toa sengcu ?"

"Ji sengcu dan Sam sengcu memang sudah berniat untuk memberontak, dihari-hari biasa mereka sering mengadakan pendekatan dengan semua anak buahnya, sedang Toa sengcu orangnya berpandangan tinggi, ia jarang sekali berbincang-bincang dengan anak buahnya."

Sementara itu, ke empat orang utusan khusus tersebut masih berdiri di empat penjuru mengurung mereka bertiga, tampaknya mereka hendak menyaksikan lebih dulu hasil pertarungan antara delapan panglima melawan Toa sengcu lebih dulu, kemudian baru mengambil tindakan selanjutnya.

Ke empat orang itu tidak menyerang, Buyung Im seng sekalian pun segera manfaatkan kesempatan itu untuk mengatur napas, mereka pun bersama-sama mengalihkan perhatiannya menyaksikan pertarungan yang sedang berlangsung antara Toa sengcu melawan delapan panglima dari ruang Seng thong.

Setelah memperhatikan sekejap situasi dalam arena, Nyoo Hong leng segera berbisik dengan ilmu menyampaikan suara :

"Saudara Buyung, kerja sama antara empat utusan khusus delapan panglima dengan Ji sengcu serta Sam sengcu tidaklah kelewat cepat, agaknya masing-masing pihak mempunyai perhitungannya sendiri, ditinjau dari sini, dapat diketahui

bahwa Sam seng bun bukanlah suatu organisasi yang teramat rahasia, asal kita mau perhatikan dengan seksama maka dimana saja akan kita jumpai kesempatankesempatan yang bisa dimanfaatkan..."

Buyung Im seng hanya manggut-manggut tanpa menjawab. Mendadak terdengar seruan deruan angin pukulan memecahkan keheningan. Rupanya Toa sengcu dan delapan panglima tersebut sudah mulai melangsungkan suatu pertempuran seru. Delapan panglima dengan menempati posisi barisan masing-masing maju menyerang bersama-sama, tampak bayangan manusia berkelebat lewat bagaikan putaran roda, sebentar maju sebentar mundur, delapan macam senjata berkelebat lewat kian kemari memancarkan cahaya keperak-perakan yang amat menyilaukan mata. 

Pertarungan yang sedang berkobar sekarang merupakan suatu pertarungan paling seru yang dijumpai dalam dunia persilatan, delapan panglima itu benar-benar memiliki kepandaian silat yang luar biasa, terutama sekali barisan kerja sama yang mereka kembangkan, benar-benar merupakan suatu ancaman yang mengerikan. Rupanya Toa sengcu bersikap mempertahankan diri, dengan tenang melawan gerak dan sekaligus menghadapi serangan-serangan dari ke delapan orang panglima tersebut, sementara pedang di tangannya dengan taktik menekan, mematahkan, menutul, membabat, berputar menciptakan berkuntum-kuntum bunga pedang yang menyelimuti angkasa.

Sekalipun pertarungan yang berlangsung sekarang teramat sengit, namun yang terdengar hanya suara deruan angin dan tak pernah terdengar suara bentrokan senjata walau hanya sekali saja.

Jelas kedua belah pihak sedang mengembangkan suatu pertarungan cepat lawan cepat.

Kurang lebih seperminuman teh lamanya, pertarungan masih berlangsung dengan seru, sementara menang kalah masih belum diketahui.

Serangan berantai yang dilancarkan oleh delapan orang panglima itu cepat bagaikan sambaran petir, tampaknya mereka berhasil juga mengurung Toa sengcu sehingga membuat ia hanya bisa bertahan dan sukar untuk melancarkan serangan balasan.

Nyoo Hong leng memperhatikan sekejap situasi dalam arena, setelah itu sambil menghela napas katanya :

"Betul-betul sebuah barisan yang amat ketat dan lihai sekali, membuat orang tak mampu berkutik rasanya."

"Nona, sungguh tajam penglihatanmu itu." puji Lian Giok seng dengan suara lirih, "barisan kerja-sama dari delapan panglima merupakan gubahan dari dua macam barisan terlihai yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini. Setelah digabungkan menjadi satu, maka terbentuklah sebuah barisan aneh yang tiada ada taranya di dunia ini."

"Sesungguhnya dibentuk dari gubahan dua macam ilmu barisan apa saja ?" tanya Nyoo Hong leng.

"Barisan Lo han lin dari Siau lim pay serta barisan Ngo heng kiam tin dari Bu tong pay."

Tergerak juga pikiran Buyung Im seng setelah mendengar perkataan itu, pikirnya : "Kalau begitu, perguruan Sam seng bun juga telah mengadakan hubungan dengan pihak Siau lim pay serta Bu tong pay ?"

Lian Giok seng termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya :

"Aku hanya sempat mendengar asal-usul dari barisan Pa Kwa tin ini, jadi benar atau tidak, aku sendiri pun tidak berani memastikan."

Buyung Im seng segera berusaha untuk menahan apa yang berkecamuk di dalam benaknya dan tidak berbicara lagi. 

Terdengar suara Nyoo Hong leng yang merdu kembali terdengar :

"Dia hanya membutuhkan sedikit tenaga lagi untuk bisa menembusi kepungan tersebut, biarlah aku pergi membantu dirinya."

Selesai berkata dia lantas melangkah maju ke depan.

Dengan cepat Buyung Im seng merentangkan tangan kanannya menghadang jalan pergi Nyoo Hong leng, kemudian serunya :

"Nona, harap tunggu sebentar !"

"Mengapa ?" tanya Nyoo Hong leng sambil mengerdipkan matanya. "Biar aku saja yang maju."

"Bila gagal didalam sekali penyerangan maka kita akan terjerumus dalam mara bahaya, buat apa kau mesti berbuat demikian ?"

"Apakah nona sendiri tidak takut akan mara bahaya ?"

"Tentu saja kau tak bisa dibandingkan dengan diriku, dia adalah suamiku, sudah selayaknya jika suami isteri menghadapi mara bahaya bersama-sama."

Setiap patah kata itu bagaikan pisau yang amat tajam menusuk ke dalam hati Buyung Im seng. Tapi diluarnya dia bersikap seolah-olah wajar, sahutnya sambil tersenyum :

"Benar juga perkataan nona."

Pelan-pelan dia mengundurkan diri ke belakang.

Nyoo Hong leng juga dapat melihat kalau senyuman tersebut terlalu dipaksakan, senyuman mana jauh lebih tak sedap dipandang daripada isak tangis.

Hal mana segera membuat gadis itu merasakan pula bahwa kehadirannya di dalam hati Buyung Im seng sebetulnya menempati posisi yang penting sekali, kontan saja hatinya menjadi pedih dan titik-titik air mata bercucuran.

Tapi dasar wataknya yang keras, gadis itu tak mau membiarkan Buyung Im seng tahu kalau dia sedang mengucurkan air mata, mendadak dia menerjang maju ke depan.

Empat orang utusan khusus yang berjaga-jaga di sekeliling arena segera mengangkat pedangnya dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan. Nyoo Hong leng menerjang ke arah barat, kutungan pedang yang berada di tangannya langsung diayunkan ke depan menusuk si utusan khusus yang menghadang jalan perginya itu.

Tampaknya sejak permulaan tadi orang itu sudah bersiap sedia, pedangnya segera diayunkan ke depan membendung datangnya tusukan pedang dari Nyoo Hong leng. Dengan cepat gadis itu merendahkan pergelangan tangannya ke bawah sambil menarik kembali kutungan pedangnya, dengan cepat dia kembangkan serangkaian serangan berantai yang amat gencar. 

Sekalipun senjata yang dipergunakan gadis itu hanya sebilah pedang kutung, namun oleh karena perubahan jurus serangannya yang amat lihai, otomatis ancaman-ancaman yang dilontarkan pun teramat dahsyat. Hal ini membuat utusan khusus tersebut sudah keteter hebat sehingga cuma mampu bertahan dan tak bisa berkemampuan melancarkan serangan balasan.

Tampak dua orang lelaki berbaju hitam yang berjaga-jaga di sebelah utara dan sebelah selatan segera memutar pedangnya dan menyerang tiba dari sayap kiri dan kanan.

Dengan suara dingin Buyung Im seng segera berseru :

"Hm, tiga orang lelaki mengerubuti seorang nona, betul-betul suatu perbuatan memalukan !"

Seraya berseru, tubuhnya segera menerjang ke muka, sambil memutar senjatanya yang kutung dia hadapi lelaki berbaju hitam yang datang dari sebelah utara, suatu pertempuran sengitpun segera berkobar.

Sedangkan Lian Giok seng dengan pedang lemas ditangan mengawasi orang berbaju hitam yang berada di sebelah timur.

Dengan mengandalkan sepotong kutungan pedang, Nyoo Hong leng bertarung sengit melawan dua orang utusan khusus.

Sementara itu Buyung Im seng yang sudah dua kali terlibat dalam suatu pertarungan yang seru, dia sudah hapal sekali dengan permainan ilmu pedang warisan ayahnya, dengan cepat dia kembangkan permainan ilmu pedangnya untuk meneter diri si lawan.

Dalam waktu singkat pertempuran telah berlangsung hampir dua puluh gerakan lebih.

Nyoo Hong leng dengan satu melawan dua berhasil mempertahankan posisinya dengan seimbang, untuk sesaat sulit baginya untuk menentukan kemenangan. Sebaliknya Buyung Im seng dengan satu melawan satu berhasil merebut posisi di atas angin, pedang kutungnya berhasil menguasai keadaan dan mendesak musuhnya sampai tak mampu melakukan serangan balasan lagi.

Orang berbaju hitam yang berjaga di sebelah timur segera mengayunkan pedangnya sambil menyerbu ke depan setelah menyaksikan rekannya mulai tak sanggup mempertahankan diri. Lian Giok seng tidak ambil diam, dia segera menggetarkan pedang lemasnya dan menusuk lurus ke depan.

"Pingin berkelahi ?" ejeknya, "baik lohu akan melayani keinginanmu itu !" Orang berbaju hitam yang berada di timur segera menggetarkan pedangnya menangkis pedang lemas Lian Giok seng, yang kemudian sambil membalikkan tangannya dia melepaskan sebuah serangan balasan.

Pedang lemas dari Lian Giok seng panjang bentuknya, dia berdiri tak bergerak dari posisi semula, sementara pedang lemasnya seperti ular yang keluar dari gua langsung menyergap tubuh bagian atas dan bawah lawan untuk menghadang jalan perginya. 

Sementara pertarungan sedang berlangsung, mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema tiba :

"Berhenti !"

Mendengar perintah itu, empat utusan khusus segera menghentikan pertarungan dan mundur delapan depa dari arena.

Buyung Im seng segera berpaling, ternyata orang yang barusan membentak adalah Sam sengcu, dengan sepasang pedang terhunus pelan-pelan dia masuk ke dalam arena.

Ji sengcu mengikuti di belakang Sam sengcu turut memasuki pula ke dalam arena. Nyoo Hong leng berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, lalu katanya :

"Kau dan Lian cianpwe sementara menahan mereka sebentar, aku harus membantu dia untuk lolos dari barisan lebih dulu, kalau ia masih tetap terkurung dalam

barisan, tak sampai sepertanak nasi kemudian, kita pasti akan mampus semua di sini."

"Silahkan nona turun tangan !"

Pemuda itu segera maju ke depan dan menghadang jalan pergi kedua orang sengcu tersebut.

Nyoo Hong leng tidak ragu-ragu lagi, sambil membentak keras dia segera terjun ke dalam barisan dengan memutar pedang kutungnya.

Sejak tadi dia telah menghimpun tenaga dalamnya sambil melakukan persiapan, dia telah menyiapkan diri untuk menerjang masuk ke dalam barisan delapan panglima itu dengan mengesampingkan jiwa sendiri.

Dengan tubuh dan pedang melebur menjadi satu menciptakan segudang cahaya tajam, dia langsung menerjang ke muka.

"Traaaang" terdengar suara benturan nyaring bergema memecahkan kesunyian, Nyoo Hong leng yang menyerbu ke dalam barisan telah berhasil membuka sebuah titik kelemahan didalam barisan lawan.

"Nona Nyoo, jangan bertindak sembarangan !" buru-buru Toa sengcu berseru dengan cemas.

Pedangnya diputar bagaikan baling-baling dan menciptakan serangkaian cahaya bintang yang amat menyilaukan mata.

Terdengar suara jerit kesakitan yang lirih berkumandang silih berganti, darah segar memancar ke empat penjuru dan pertahanan ilmu barisan aneh itupun menjadi porak poranda.

Tiba-tiba cahaya pedang lenyap dan bayangan manusia tampak kembali, tahu-tahu suasana dalam arena telah menjadi suatu perubahan yang sangat besar.

Tampak Nyoo Hong leng berdiri dengan pedang kutung masih ditangan, namun lengan kirinya telah basah oleh darah. 

Sedangkan dari delapan panglima tersebut, ada satu orang kehilangan kepala, seorang terluka parah di dada dan tergeletak di tanah, sedang dua lainnya menderita luka ditangan kanan.

Dalam waktu singkat suatu perubahan drastis telah terjadi, dari delapan orang panglima yang terjun ke arena, seorang mati, seorang terluka parah, dua orang terluka pada lengan kana, untuk sementara waktu mereka kehilangan kemampuan untuk bertarung lebih jauh, empat macam senjata aneh mereka pun tergeletak di tanah.

Empat orang sisanya yang sehat tanpa cidera sudah kehilangan keberaniannya untuk melanjutkan pertarungan, tiba-tiba mereka membalikkan badan dan berlalu dari situ, diikuti pula oleh dua orang yang terluka ringan.

Waktu itu, Toa sengcu amat menguatirkan keadaan luka yang diderita Nyoo Hong leng, diapun tidak mengejar ke enam orang itu lebih jauh, buru-buru dihampirinya gadis itu, lalu tegurnya.

"Nona, parahkah luka yang kau derita ?"

Nyoo Hong leng membuang pedang kutungnya dan memegangi mulut luka dengan tangan kanan, lalu sahutnya :

"Cepat turun tangan hadapi Ji sengcu dan Sam sengcu, asal kau berhasil membunuh salah seorang diantaranya berarti kita akan kehilangan seorang musuh yang amat tangguh."

Toa sengcu manggut-manggut.

"Baik, akan kubunuh salah seorang diantara mereka untuk melenyapkan rasa jengkelmu."

Dia lantas mendongakkan kepalanya seraya berseru dengan suara lantang : "Buyung kongcu, menyingkir kau !"

Ternyata Sam sengcu dan Ji sengcu sudah bersiap hendak melancarkan serangan, tapi berhubung ditengah arena sudah terjadi perubahan maka mereka lantas mengurungkan niat tersebut sembari mengawasi arena menantikan terjadinya perubahan lebih jauh.

Mendengar seruan tersebut, Buyung Im seng segera mengundurkan diri dan menyingkir ke samping.

Pelan-pelan Toa sengcu mengangkat pedangnya ke atas, kain kerudung hitam yang menghiasi wajahnya bergerak-gerak tanpa terhembus angin.

Mendadak Ji sengcu menjerit keras.

"Dia hendak mengeluarkan ilmu pedang terbang, cepat kilat mengundurkan diri !" Seusai berkata ia telah membalikkan badan can melompat pergi lebih dulu, dalam waktu singkat tubuhnya telah berada tiga kaki jauhnya dari tempat semula.

Sam sengcu dan ke empat utusan khusus yang mendengar pekikan itu, buru-buru membalikkan pula badannya sambil melarikan diri, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. 

Begitu Ji sengcu dan Sam sengcu kabur, dalam arena pertarungan pun tinggal Toa sengcu, Nyoo Hong leng, Buyung Im seng, Lian Giok seng, sesosok mayat serta seorang musuh yang terluka parah.

Sambil membuang pedang yang berada dalam genggamannya, buru-buru Toa sengcu mendekati Nyoo Hong leng, kemudian tegurnya :

"Nona, bagaimana keadaan lukamu ?" ooOoo

Bagian Ketiga Puluh Sembilan

"Aah, tidak terlalu parah." jawab Nyoo Hong leng sambil menyingkirkan tangan kanannya yang menekan di atas mulut lukanya, "tapi juga tidak bisa dibilang terlalu ringan."

"Barisan aneh dari delapan panglima tersebut mempunyai perubahan yang tak terukur, aku sendiripun tak sanggup untuk menjebolkan pertahanan ilmu mereka yang tangguh, tapi setelah kau menyerbu ke dalam barisan sehingga membuat barisan mereka terhambat, maka muncullah titik kelemahan dalam barisan itu." "Kalau begitu, hal mana tak ada sangkut pautnya sama sekali dengan keadaanku yang terluka ?"

"Seandainya aku tidak mendengar jeritan kesakitanmu, mungkin akupun tak akan sampai terpengaruh oleh hawa napsu membunuh."

"Tampaknya kau berhati bajik ?"

"Paling tidak aku toh bukan seseorang yang gemar membunuh, bukan demikian ?" "Tapi nama Sam seng bun di dalam dunia persilatan kurang begitu baik, anggota perguruan inipun gemar membunuh orang dan tindak-tindakan yang kejam." "Semua kejadian tersebut boleh saja kalian catat atas namaku, aai..."

"Mengapa kau menghela napas? Apakah mereka yang bertindak semena-mena dan sekehendak hatinya bila kalian orang-orang di dalam Seng thong tidak

menurunkan perintah ?"

"Dalam perguruan Sam seng bun telah didirikan pengaturan yang sangat ketat, ada banyak persoalan bisa mereka laksanakan tanpa mendapat perintah dahulu dari pihak Seng tong lagi, mereka dapat melaksanakan kehendak hatinya dengan begitu saja, lagi pula organisasi ini begitu luasnya dengan beraneka ragam manusia, maka Seng thong selalu terpisah dari dunia luas, selama ini kami selalu memberi kesan misterius terhadap mereka, kecuali beberapa orang pemimpinnya, kebanyakan anggota tidak mengetahui banyak tentang persoalan dalam Seng thong, itulah sebabnya selama ini tiada yang berani memberontak, tapi secara otomatis banyak pula tindak-tindakan mereka yang menjadi brutal dan tak berperikemanusiaan..." "Bukan cuma kelewat batas, perbuatan mereka pada hakekatnya benar-benar sudah tak bisa dilukiskan lagi dengan kata-kata" sambung Nyoo Hong leng cepat.

"Tapi diantara sekian banyak persoalan, kau tak dapat mengetahui secara keseluruhannya." 

Tiba-tiba terlintas satu perubahan aneh di atas wajah Nyoo Hong leng, pelan-pelan ujarnya.

Toa sengcu manggut-manggut.

"Benar, tapi seandainya nona tidak datang kemari, paling tidak mereka baru akan menaruh curiga kepadaku setelah melewati suatu jangka waktu yang sangat lama." "Lantas dimanakah Toa sengcu yang sesungguhnya ?"

"Dia telah menderita luka yang sangat parah, sudah tak sanggup untuk memimpin urusan dalam perguruan Sam seng bun lagi."

Nyoo Hong leng menjadi keheranan setelah mendengar perkataan itu, katanya lagi. "Begitu banyak jago lihai yang melindungi keselamatan jiwanya, dia sendiripun memiliki ilmu silat yang maha sakti dan melebihi kepandaian siapapun, mengapa dia bisa terluka parah ?"

"Keadaan yang sebenarnya tak akan habis dibicarakan dalam satu dua patah saja, sekarang bukanlah waktu yang baik untuk berbincang-bincang, setelah kita tinggalkan tempat ini nanti, semua peristiwa tersebut baru akan kuceritakan lagi sejelas-jelasnya kepada nona."

"Baiklah, tapi dalam hatiku terdapat beberapa kecurigaan yang amat penting artinya, aku harap kau bisa memberikan penjelasan lebih dahulu"

Toa sengcu manggut-manggut.

"Apa yang harus kuterangkan kepadamu ?"

"Hubungan apakah yang sesungguhnya terjadi antara kau dengan Toa sengcu yang sebenarnya ? Mengapa kau yang dicari untuk menggantikannya setelah dia mengalami luka parah ?"

"Aku dan dia tidak mempunyai hubungan secara langsung, dia memilih aku untuk menggantikan kedudukannya, hal ini hanya untuk memudahkan penyaluran belaka, sebab ilmu silatku tinggi, caraku turun tangan amat keji dan bukan seorang lelaki sejati, dengan kecerdasan dan kemampuanku masih bisa menghadapi setiap perubahan situasi, oleh karena itu dia memilih aku."

"Waktu itu, mengapa kau berada di dalam perguruan Sam seng bun ?" "Aku baru saja ditangkap mereka"

"Sebenarnya manusia macam apakah Toa sengcu yang sebenarnya itu ?" tiba-tiba Buyung Im seng menimbrung.

"Soal ini ? Aku merasa sulit untuk mencari jawaban, sebab aku telah bersumpah tak akan membocorkan rahasianya."

"Kalau toh dia berani mendirikan perguruan Sam seng bun, mengapa takut diketahui orang lain ?"

"Tentu saja ada alasannya, cuma, cuma"

"Cuma kau tak dapat mengatakannya bukan ?" sambung Nyoo Hong leng dengan cepat. 

"Saat ini waktu amat berharga bagaikan emas, kita tak boleh membuang waktu yang berharga ini dengan begitu saja..." seru Toa sengcu kemudian.

Selesai berkata dia lantas melangkah pergi dari situ. Buru Nyoo Hong leng maju dua langkah sambil menghalangi jalan pergi Toa sengcu, serunya :

"Kenapa kau mesti terburu-buru ? Bila persoalan sudah menjadi jelas, kita baru dapat saling percaya mempercayai, paling tidak kau harus mengungkapkan keadaan yang sejujurnya kepadaku."

Toa sengcu segera berhenti, lalu katanya. "Apakah nona kurang percaya kepadaku ?"

"Benar, bila kau masih tetap merahasiakan persoalan tersebut, sulit bagiku untuk mempercayai dirimu."

"Kecuali menanyakan asal Toa sengcu yang sebenarnya, soal-soal yang lain boleh kau tanyakan kepadaku..."

Lalu setelah berhenti sejenak, lanjutnya.

"Padahal setelah kalian berjumpa dengan Buyung Tiang kim, tidak sulit untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, buat apa kalian mesti terburu napsu ?" "Baiklah, kita tak usah memperbincangkan soal Toa sengcu lagi, kalau begitu kita berbicara soal dirimu saja, nama aslimu tentunya dapat kau beritahukan kepadaku bukan ?"

Toa sengcu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata, "Aku Seh Khong, bernama Bu siang !"

"Kho Bu siang ? Ehmm, nama dan orangnya sesuai..?" "Nona masih ingin menanyakan soal apa lagi ?"

Nyoo Hong leng segera menghela napas.

"Aaai... kesempatan di kemudian hari masih panjang, biarlah kutanyakan lagi pelan-pelan di kemudian hari, apa yang kau katakan memang benar, waktu yang tersedia buat kita sekarang amat berharga sekali, kita memang tak boleh membuangnya dengan percuma"

"Mumpung mereka belum selesai melakukan persiapan-persiapan, kita harus bertindak dengan lebih cepat, harap kalian semua mengikuti di belakangku." Selesai berkata, dia maju ke depan lebih dulu.

Dengan saura lirih Buyung Im seng segera berbisik kepada Lian Giok seng. "Locianpwe, tahukah kau tentang nama Khong Bu siang ini ?"

Lian Giok seng menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Sudah hampir dua puluh tahun lamanya aku terjun dalam Sam seng bun ini, selama berada di sini, aku amat jarang meninggalkan tempat ini, andaikata aku masih melakukan perjalanan dalam dunia persilatan sudah pernah mendengar nama Khong Bu siang ini, paling tidak, usianya pasti sebaya dengan usiaku." 

Buyung Im seng segera menghela napas panjang.

"Aaai, sayang sekali paman Seng Ji siok, Lui Ngo siok serta Sin tiau (pancingan sakti) Pau Heng tidak berada di sini, kalau tidak, niscaya mereka akan mengetahui siapakah Khong Bu siang ini."

Sengaja Lian Giok seng memperlambat langkahnya sehingga dapat berpisah dalam suatu jarak tertentu dengan Khong Bu siang serta Nyoo Hong leng, kemudian dengan suara rendah, ujarnya :

"Nak, ada satu persoalan, apakah sudah kau pikirkan masak-masak ?" "Persoalan apa ?"

"Persoalan yang menyangkut nona Nyoo Hong leng." "Mengapa dengan dia ?"

"Jika ia benar-benar kawin dengan Khong Bu siang, dapatkah kau menahan penderitaan dan kesedihan tersebut ?"

"Soal ini... belum pernah boanpwe pikirkan."

"Aku cukup memahami perasaanmu. Sekarang kau hanya memusatkan segenap pengharapanmu agar bisa bersua dengan ayahmu, sedang masalah lain kau kesampingkan semua."

"Akan tetapi setelah kau berjumpa dengan ayahmu, persoalan-persoalan yang lain pasti akan berdatangan semua."

Buyung Im seng tertawa getir.

"Apa yang locianpwe katakan memang benar, namun tiada suatu kejadian yang sempurna di dunia ini, apa yang sedang boanpwe harapkan hanyalah bisa bersua dengan ayahku dan ayahku dalam keadaan awan tenteram tanpa sesuatu kejadian."

Mendengar perkataan itu, Lian Giok seng segera menghela napas panjang, katanya. "Nak, kau harus pikir kembali persoalan ini masak-masak, menurut apa yang

kulihat, tampaknya perasaan cinta nona Nyoo kepadamu sudah teramat dalam, lagi pula kau pun menaruh perasaan cinta yang dalam pula kepadanya. Mumpung keadaan pada saat ini masih belum mencapai suatu tingkatan yang lebih jelek lagi." "Maksud baik locianpwe biar boanpwe terima di dalam hati saja" kata Buyung Im seng sambil tertawa getir, "boanpwe rasa persoalan ini bisa kelewat dipaksakan, lebih baik biarkan saja masalah tersebut berkembang apa adanya."

Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba Khong Bu siang yang berjalan di depan menghentikan langkahnya.

Lian Giok seng segera berkata :

"Saat ini bukan saat untuk ribut dengan dorongan emosi, aku harap kau suka memikirkan sekali."

Tidak menanti Buyung Im seng menjawab, tiba-tiba ia mempercepat langkahnya maju ke depan. 

Melihat itu, Buyung Im seng berpikir di dalam hati :

"Secara tiba-tiba Khong Bu siang menghentikan langkahnya, jelas hal ini dikarenakan sesuatu hal."

Berpikir demikian, dia segera mempercepat langkahnya memburu ke depan....

Tiba di situ, dia saksikan Khong Bu siang sedang menundukkan kepalanya sambil memeriksa keadaan di permukaan tanah, seakan-akan berusaha untuk menemukan sesuatu benda yang hilang.

Padahal Buyung Im seng menyaksikan jalanan itu datar dan rata, sama sekali tiada hambatan apa-apa, maka dengan keheranan dia lantas berpikir :

"Aneh, apa yang sebenarnya dia cari ?" Sembari berpikir, dia melangkah maju ke depan.

Tiba-tiba terdengar Khong Bu siang membentak keras," Buyung kongcu, berhenti !" "Ada apa ?" tanya Buyung Im seng sambil berhenti.

"Buyung kongcu, aku rasa kau pasti sudah melihat bukan kalau aku sedang melakukan pemeriksaan ? Mengapa kau begitu berani menempuh mara bahaya ?" "Karena aku tidak melihat ada sesuatu yang tidak beres di atas jalan darah ini." "Hmm, coba aku terlambat sedetik saja menyuruhmu berhenti sehingga kau maju dua langkah saja"

"Ada pa ?" tukas Buyung Im seng.

"Hal itu akan membuat aku menjadi repot dan tidak dapat memberikan pertanggung-jawaban kepada nona Nyoo. Sedangkan kaupun jangan harap bisa bersua lagi dengan ayahmu."

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan.

"Mungkin Buyung si heng tak mau mempercayai perkataanku"

Mendadak dia mendongakkan kepalanya dan memperhatikan sekeliling tempat itu kemudian sambil menatap ke arah utara katanya :

"Kalian jangan bergerak secara sembarangan !"

Kemudian sekali melompat dia sudah berkelebat pergi dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.

Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya memang sangat lihai, hanya di dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

Nyoo Hong leng segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun akhirnya niat tersebut diurungkan.

Sungguh cepat gerakan tubuh dari Khong Bu siang, waktu pergi ia pergi dengan cepat, waktu kembali diapun kembali dengan cepat, hanya kali ini dia muncul sambil mengempit sesosok tubuh manusia.

Begitu sampai di tempat semula, dia lepaskan orang berbaju hitam yang dikempitnya itu, kemudian menepuk bebas jalan darahnya, setelah itu dengan suara dingin dia berkata : 

"Kaburlah menuju ke arah barat... !"

Orang berbaju hitam itu mengawasi wajah Khong Bu siang yang berkerudung dengan sorot mata ketakutan, sementara kakinya pelan menggeser mundur, setelah mundur sejauh satu kaki mendadak ia membalikkan badan kemudian melarikan

diri terbirit-birit.

( Bersambung ke Jilid 28)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar