Lembah Tiga Malaikat Jilid 22

Jilid 22

OBAT RACUN dimana olehnya dalam lima hari kemudian sudah tak dapat ditawarkan lagi satu berarti dia akan selamanya menjadi anak murid perguruan Sam seng bun kami. Oleh karena itu. Dalam lima hari nona harus mengambil suatu keputusan.”

“Hmmm, tampaknya wajahmu saja berlagak baik dan bijaksana, padahal hatimu keji, licik dan busuk…..

“Dimana kesalahanku?”

Kau sudah bilang berapa lamapun aku hendak mempertimbangkan persoalan ini tak menjadi soal, tapi sekarang kau memberikan batas waktu selama lima hari saja”.

“Aku toh tidak memberikan batas waktu untukmu? Aku hanya memberitahukan soal Buyung Im Seng kepadamu, tentang persoalan berapa lamakah nona hendak mempertimbangkan masalah ini, itu kan urusan nona pribadi.

Lantas apa maksudmu memberitahukan hal tersebut padaku?” “Buyung Im seng datang bersama-sama, aku mersa sudah seharusnya

memberitahukan hal ini kepadamu, tahu kalau begitu tidak memperhatikan keselamatan jiwanya, aku pasti tak akan memberitahukan soal ini kepadamu ….” 

Tergerak juga hati Nyoo hong leng dia lantas berpikir. “Bila aku menyatakan tidak menaruh perhatian, mulai sekarang sudah pasti dia tak akan memberitahukan soal-soal yang menyangkut tentang Buyung Kongcu, sebaliknya jika aku kelewat terburu nafsu pasti akan mempergunakan titik kelemahan tersebut untuk mendesakku”

Berpikir akan hal itu, dia menjadi terganggu dan tak tahu bagaimana harus menjawab.

Agaknya orang berbaju hitam itu sudah merasakan pertentangan batin yang berlangsung dihati Nyoo Hong leng, sambil tersenyum dia lantas mengalihkan pokok persoalan ke masalah yang lain, katanya : “Nona, pikirlah persoalan ini pelan-pelan, aku hendak mohon diri terlebih dahulu”

Dia lantas memberi hormat, mengenakan kain serudung hitamnya dan membalikkan badannya berlalu dari situ.

Berhenti !” tiba-tiba Nyoo Hong leng membentak.

Orang berbaju hitam itu berhenti dan membalikkan badannya. Lalu ia menegur “Ada urusan apa nona?”

Nyoo Hong leng mengigit bibirnya menahan diri, beberapa saat kemudian ia baru bertanya.

“Benarkah kau ingin mengawini diriku?”

“Mungkin !”

Nyoo Hong leng segera tertawa dingin, tukasnya.

“Kata mungkin hanya menunjukkan kalau kau belum tentu”

“Bagaimana dengan nona? Apakah kau telah mengambil keputusan ?” orang berbaju hitam itu segera balik bertanya.

“Hal ini tergantung berapa bagiankah kejujuran hatimu, kemudian baru bisa ditentukan keputusanku”

“Baiklah, bila kau meluluskan permintaanku maka aku kena membubarkan perguruan Sam seng-bun, melepaskan ambisiku menguasai dunia persilatan dan bersamamu mengasingkan diri ditempat yang terpencil untuk menikmati hidup” 

Nyo Hong-leng tampak agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, setelah termangu sebentar kemudian serunya.

“Sungguhkah perkataanmu itu?”

“Setiap patah kataku muncul dari sanubari yang sejujurnya.

“Aku tak seperti keempat dayang bungamu yang mudah tertipu, aku ingin menyaksikan dahulu kau membubarkan perguruan Sam Seng-bun.”

Dengan kata-kata yang amat serius, orang berbaju hitam itu segera berkata. “Dalam perguruan Sam Seng-bun ini banyak terdapat manusia buas yang berhati

keji, sebelum perguruan Sam Seng-bun dibubarkan, orang-orang semacam itu harus dibunuh terlebih dahulu atau kalaupun tak dibunuh paling tidak ilmu silatnya

harus dipunahkan, agar mereka tak bisa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat banyak lagi.

Nyoo Hong leng segera mengedipkan sepasang matanya yang bulat besar kemudian ujarnya dengan bersungguh-sungguh.

“Tampaknya kau bicara dengan amat serius ?”

“Yaa, benar. Bila aku telah melakukan permintaanmu, maka setiap perkataan yang kuucapkan merupakan kata-kata yang bobotnya melebihi sebuah bukit karang.

Tampaknya Nyoo Hong leng merasa tercengang dan sama sekali diluar dugan atas keputussan yang diambil oleh orang berbaju hitam itu, dia lantas menghela napas panjang, katannya kemudian :

“Benarkah aku mempunyai gaya pengaruh yang begitu besarnya ?” “Dalam hatiku kau seorang perempuan yang paling cantik di dunia ini.

Kedudukamu dalam hatiku, jauh lebih penting daripada ambisiku untuk menguasai jagad”

“Bila apa yang kau ucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya, hal ini benaarbenar membuat aku akan menilai waktumu”

“berpikirlah pelan-pelan ! Bila sudah mengambil keputusan. Beritahulah kepadaku

!” Dia lantas membalikan badannya dan pelan-pelan berjalan keluar dari situ 

Memandang bayangan si orang berbaju hitam yang menjauh, tiba-tiba dari dalam hati kecil Nyoo Hong-leng muncul suatu perasaan sedih yang aneh sekali, dia merasa pelbagai persoalan secara tiba-tiba datang bersamaan waktunya dan terkumpul semuanya di dalam hatinya.

Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia bergema memecahkan keheningan, Pek Hap hoa pelan-pelan berjalan masuk kedalam. “Nona Nyoo!” bisiknya kemudian Lirih.

Nyoo Hong leng berpaling dan memandang sekejap kearah Pek Hap Hoa kemudian tanyanya “Sudah kau dengar apa yang telah kubicarakan dengan dia ?”

“Sudah kudengar sedikit”

Sekarang aku merasa agak bimbang, aku tidak tahu apakah dia ini orang baik atau dia jahat ?”

Pek hap hoa segera tertawa.

“Aku sendiripun kurang begitu memahami tentang dia, tetapi dalam perasaanku dia adalah lelaki yang amat memikat hati”

Aku mah tidak mempunyai perasaan tersebut . aku hanya ingin membedakan apakah dia orang baik, atau orang jahat.

Setelah berhenti sejenak lanjutnya.

“Pergilah beristirahat ! Akupun merasa amat lelah, aku ingin tidur sebentar untuk memulihkan kembali tenagaku”

“Nona” Bisik Pek hap Hoa

Nyoo Heng leng telah membalikkan badannya dan pelan-pelan berjalan masuk ke ruangan dalam, sambil berjalan dia mengulapkan tangannya seraya berseru. “Kalau ada urusan lain, lebih baik kita berbincang lain hari …. !”

Pek Hap hoa menghela napas panjang, dia lantas membalikkan badannya dan berlalu dari situ.

Nyoo hong leng segera menutup pintu kamarya, dimana sudah tersedia sebatang lilin merah yang besar. 

OoooOOOoooO

Bagian ke tiga puluh Satu

DIBAWAH cahaya lilin, terlihatlah seluruh ruangan itu berwarna merah darah, dindingnya merah, lantainya merah, bahkan cermin dan kursi pun dilapisi oleh kain merah.

Seluruh ruangan itu hampir semuanya berwarna merah, kecuali cermin sendiri.

Semestinya ruangan dengan dekorasi semacam itu merupakan suatu tempat yang sangat nyaman, akan tetapi Nyoo Hong leng sedang diliputi oleh pelbagai perasaan yang memusingkan dan mengesalkan pikirannya, maka hal-hal yang semacam itu tidak lagi diperhatikan secara serius.

Bayangan tubuh dari buyung Im Seng serasa berkecamuk dalam hatinya. Kemudian diapun teringatpula akan Toa sengcu yang memiliki ilmu silat yang tiada taranya itu.

Dia berbaring dengan mengenakan pakaian lengkap, tetapi walaupun sudah bolakbalik kesana kemari, sulit rasanya untuk tidur pulas. Entah berapa lama sudah lewat, tatkala di ufuk timur sana sudah mulai memancarkan setitik cahaya terang, dia baru terlelap tidur.

Ketika mendusin kembali, matahari sudah berada diatas awang-awang.

Dengan senyuman dikulum Pek Hap hoa berdiri didepan pembaringannya, begitu dia membuka mata, dayang itu segera menyapa dengan suara lirih.

“Nona, kau telah mendusin?”

Nyoo Hong leng membereskan rambutnya yang kusut, kemudian pelan-pelan berkata : “Sekarang sudah jam berapa ?????”

“Sudah mendekati tengah hari !”

“Aaaaah, sudah begini siang ?” Nyoo Hong leng berseru tertahan. “Ya benar, dia sudah hampir satu jam menantimu.”

“Siapa ?”

“Ditempat ini kecuali budak seorang yang boleh masuk keluar dengan bebas dan leluasa masih ada satu orang lagi yang dapat berbuat demikian, tentu saja dia adalah Toa sengcu.” “Mau apa dia datang kemari ?” Tanya Nyoo Hong leng dengan wajah berubah menjadi dingin seperti es.

“Aku tak tahu, ketika ia melihat nona masih tidur, diapun duduk menunggu disana bahkan tak membiarkan aku untuk membangunkan dirimu, dengan sabar sekali ia menunggu di ruangan tengah.”

Nyoo Hong leng segera menggerakkan tangan kanannya untuk membenahi rambutnya yang kusut, kemudian pelan-pelan berjalan keluar.

Tampak olehnya Toa Seng-cu yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam dengan kain kerudung yang telah dilepaskan duduk di ruang tengah sambil membaca buku.

Dengan suara dingin Nona Nyoo segera menegur “Mau apa lagi kau datang kemari

?”

Orang berbaju hitam itu segera meletakkan bukunya sambil bangkit berdiri, lalu katanya seraya tertawa.

“Aku datang untuk menyampaikan salam pada nona.” “Aku baik sekalai, tak usaha.”

Orang berbaju hitam itu segera bangkit berdiri mengenakan kembali kain kerudung hitamnya. Kemudian ujarnya.

Kalau begitu aku mohon diri terlebih dahulu.”

Seraya berkata lantas membalikkan badannya dan berjalan keluar dari situ. Berhenti bentak Nyoo Hong-leng tiba-tiba.

“Nona masih ada pesan apa lagi?” Tanya orang berbaju hitam itu sambil membalikkan badannya dan tertawa.

“Aku harap kau membalaskan racun didalam tubuh Kwik Soat Kun lebih dulu dan mengirimnya kemari, aku ada urusan yang hendak dirundingkan dulu dengannya.” 

Orang berbaju hitam itu segera manggut-manggut.

“Dalam satu jam, aku akan mengutus orang uuntuk menghantarnya kemari.”

“Yang kuminta adalah orang yang waras otaknya, sehat dan normal sebagai manusia biasa.”

“Maksudmu racun dalam tubuhnya harus dipunahkan agar dia dapat pulih kembali seperti sediakala bukan ?” kata orang berbaju hitam itu sambil tertawa.

“Tepat sekali !”

Bersantaplah dengan hati tenang !” dengan langkah lebar dia lantas berlalu dari situ.

Dalam pada itu. Pek Hap hoa telah menyiapkan hidangan diatas meja, meski macam sayurnya terlalu banyak, namun macamnya merupakan menu pilihan. Dalam keadaan seperti ini, walaupun Nyoo Hong leng merasa perutnya lapar, tetapi sulit rasanya untuk menelan hidangan yang lezat itu, setelah makan beberapa suap, dia lantas meletakkan kembali mangkuk dan sumpitnya.

Ternyata orang berbaju hitam itu amat memagang janji, tak sampai satu jam kemudian. Lian Giok seng telah mengajak Kwik Soat kun datang. Dengan hormat Lian Giok seng menjura, kemudian katanya :

“Nona Kwik telah datang.”

“Baik, kau boleh mengundurkan diri !” kata Nyoo Hong-leng sambil mengulapkan tangannya.

Sekali lagi Lian Giok seng menjura, kemudian baru mengundurkan diri dari sana. “Kau pun boleh pergi beristirahat !”

Pek Hap hoa segera mengiayakan dan mengundurkan diri dari situ, menyusul kemudian diapun merapatkan pintu ruangan.

Nyoo Hong-leng segera menggandeng tangan Kwik Soat kun dan mengajak duduk di kursi, kemudian tegurnya. “Cici, kau sudah baik?”

“”Aku telah minum obat penawar racun”.

Dengan mengerdipkan matanya yang besar, Nyoo hong leng bertanya :

“Cici, obat apakah yang diberikan mereka kepadamu??” mengapa engkau bisa begitu menuruti perintah dari Toa-sengcu?”

“Hanya secawan air teh, entah didalam air teh tersebut dia telah mencampurinya dengan obat apa, tapi yang jelas setelah meneguk air teh itu, serta merta aku menjadi menuruti semua perintahnya.”

Setelah menghela napas panjang sambungnya :

“Dalam perkumpulan Li Ji-pang kami sesungguhnya terdapat pula semacam obat pembingung sukma yang merupakan semacam obat andalan-andalan kami, sungguh tak disangka kali ini akupun kena dipecundangi orang lain padahal tak usah menggunakan obatpun kami tak berkutik, dengan mengandalkan ilmu silatnya yang lihay, mereka masih mampu membinasakan kita semua.

Sampai sekarang Nyoo Hong leng masih menaruh curiga, apakah kesadarannya telah pulih kembali atau belum, maka terhadap semua pembicara orang dia hanya mendengarkan saja dengan tenang tanpa memberikan komentar apa-apa.

Kwik Soat-kun memandang sekejap kearah Nyoo hong leng, kemudian lanjutnya kembali. “Bukankah Toa sengcu telah jatuh hati padamu.

Nyoo Hong leng menjadi sangat girang sekali, katanya kemudian :

“Aku takut mereka menipuku, tapi setelah mendengar beberapa patah katamu itu, aku merasa berlega hati.”

“Apa yang kau legakan?”

Terbukti kalau kesadaran otakmu telah pulih kembali, asal ! Siau moay sedang gundah dan bingung oleh masalah ini, harap enci suka memberi petunjuk !” 

“Persoalan ini pasti ada sangku pautnya dengan masalah Toa-sengcu, kalau tidak, tak nanti akan memberikan obat pemunahnya kepadaku …….”

Paras muka Nyoo hong leng berubah menjadi sedih, ujarnya lebih lanjut : “Persoalan ini benar-benar merupakan masalah besar yang sangat pelik, Siau-moay benar? Tidak tahu caranya bagaimana untuk mengatasi hal seperti ini. Maka aku ingin sekali mempergunakan kecerdasan otak cici untuk mengambil suatu keputusan bagiku, masalah ini selain menyangkut hidupku dan Buyung Im-seng,

hal inpun menyangkut soal dunia persilatan.”

Kwik Soat kun memejamkan sepasang matanya, setelah termenung sebentar, pelan-pelan dia berkata :

“Dapatkah kau terangkan lebih jelas lagi ?”

“Tentu saja aku akan memberitahukan kepada enci dengan sejelas-jelasanya ……” Dengan cepat dia lantas mengisahkan pengalamannya mulai dari ditangkap hingga sekarang, bahkan tak segannya dia menceritakan pula setiap gerak-gerik tingkah laku Toa-sengcu.

Selesai mendengar keterangan tersebut, Kwik Soat kun termenung sebentar, lalu katanya :

“Kalau apa yang telah terjadi persis apa yang kau terangkan barusan, paling tidak hal ini menunjukkan kalau Toa sengcu benar-benar telah menaruh hati kepadamu.”

“Ia memberitahukan kepadaku bahwa didalam lima hari harus sudah ada keputusannya, sebab racun yang diminum Buyung Kongcu sudah tak dapat dipunahkan lagi selewatnya lima hari.”

“Apakah kau percaya dengan apa yang dia katakan ?” Tanya Kwik Soat kun kemudian.

“Apakah enci juga percaya?” Nyoo Hong leng segera balik bertanya.

“Aku percaya apa yang dia katakan merupakan suatu perkataan yang sejujurnya.” “kalau berbicara menurut keadaan yang terbentang didepan mata sekarang, agaknya tak dapat mempercayai perkataannya.”

“Apa rencanamu sekarang?” “Itulah yang ingin kutanyakan kepada enci sekarang, aku tak ingin menyaksikan Buyung kongcu menderita ….?”

“Dan kaupun bertekad untuk masuk kedalam neraka guna menyelamatkan umat persilatan dari kehancuran?” sambung Kwik Soat kun.

Dengan sedih Nyoo Hong leng menghela napas panjang “Aaaai ….siau moay memang pernah mempunyai jalan pemikiran sedemikian kecuali itu, siau-moay pun tak pernah dapat menemukan cara lain yang menyelamatkan Buyung kongcu dari keadaan semacam ini.”

Setelah menghembuskan napas panjang dia melanjutkan.

“Dia adalah seorang jago berilmu sangat tinggi yang pernah kujumpai selama ini, berbicara kekuatan, jelas pihak kita tak akan mampu untuk memberikan perlawanan padanya.

Kwik Soat kun tertawa, tiba-tiba selamanya “Leluasakah kita berbicara dalam kamar ini, nona “Aku telah melakukan pemeriksaan terhadap keadaan sekeliling tempat ini, asal pembicaraan kita dilangsungkan dengan suara lirih, aku rasa mereka tak akan bisa menyadap pembicaraan kita ini.”

“Apakah kau telah bersiap-siap untuk kawin dengan Toa sengcu?” Bisik Kwik Soat kun kemudian.

“Bila aku tidak meluluskan permintaannya mungkin Buyung kongcu akan terjerumus dalam keadaan yang semakin gawat, sedang encipun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini lagi”

“Nona masalah ini menyangkut kehidupanmu selanjutnya, kau tak boleh mengambil keputusan secara sembarangan.”

“Aaai, selama hidup belum pernah kujumpa masalah yang begini sulit dan sukar diputuskan seperti apa yang yang kujumpai sekarang ini.”

Kau tidak kuatir kalau dia membohongimu ?”

“Aku harus melihat dulu sampai dia mengantarmu dan buyung kongcu meninggalkan tempat ini, lagipula harus membuyarkan dulu perguruan Sam-seng bun yang dia dirikan setelah itu.” 

“Setelah itu kau baru akan kawin dan jadi isterinya ?” kata Kwik Soat kun setelah termenung sejenak, “apakah kau tak memikirkan diri Buyung Im-seng ?”

“Setelah itu aku masih harus melakukan suatu pekerjaan lagi, yakni menyingkap tabir kematian dari Buyung Tiang kim, membalaskan dendam bagi Buyung Im-seng dan akhirnya baru kawin dengannya.”

“Andaikata kau menjumpai kalau orang yang melukai Buyung Tiang Kim adalah Toa Sengcun?”

“Maka akupun terpaksa harus membalaskan dendam bagi Buyung Im-seng.”

“Tapi pada waktu itu kau telah menjadi isterinya, apakah kau hendak turun tangan untuk membunuh suamimu sendiri?”

“Bila aku bersedia kawin dengannya, maka yang kawin adalah tubuhku, dia tidak akan dapat merebut hatiku.”

Kwik Soat kun segera menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian ujarnya : “Persoalannya tak akan begitu sederhana, bila kita anak gadis sudah dinodai kehormatannya oleh lelaki, keadaannya kan sama sekali berbeda, apa yang kau pikirkan sekarang, sampai waktunya belum tentu bisa dilakukan.”

“Itulah sebenarnya Siaumoay merasa kesulitan untuk mengambil keputusan ini, aku harap enci bersedia untuk membantuku.”

Kwik Soat kun sebentar, ujarnya, keadaan yang kita hadapi sekarang ibarat burung didalam sangkar, sekalipun mempunyai kekuatan juga tak ada gunanya, apalgi ilmu silat yang dimilki Toa sengcu lebih tangguh banyak sekali dari pada kita, tampaknya kita mesti mempertaruhkan modal yang kita miliki sekarang …….”

Ketika berbicara sampai disitu, mendadak dia membungkam. Nyoo Hong leng segera berkata :

“Kendatipun kita pertaruhkan seluruh modal yang kita miliki, paling tidak juga mesti mempunyai rencana yang matang.” 

“Serangan secara terang-terangan mudah dihindar , serangan gelap sukar dijaga, bila nona turun tangan menghadapinya secara diam-diam, dengan ilmu silat yang kau milki, rasanya tak sulit untuk melukainya, apalagi jika bisa menguasai dirinya sehingga dapat kita gunakan hal ini lebih baik lagi.” Nyoo Hong leng segera tertawa getir.

“Aku cukup memahami maksud hati dari cici, katanya, “Cuma, aku merasa cara ini kurasa kurang baik, tampaknya siaumoay harus mencari akal lagi.

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan :

“Cuma siaumoay berharap cici bersedia meluluskan sebuah permintaanku ….” “Permintaan apa ?”

“Walaupun antara aku dan Buyung kongcu tidak pernah mengadakan perjanjian, tapi aku sangat mencintainya, dia gagah dan berjiwa pendekar, bila tahu aku berkorban demi menolong jiwanya, sudah pasti dia enggan meninggalkan tempat ini …..”

“Maksud nona …….?”

“Maksud Siaumoay, harap cici bersedia mengabulkan permintaanku, untuk sementara waktu jangan membicarakan apa-apa dengannya, aku bertekad akan tetap tinggal disini dan memaksanya untuk melepaskan cici dan Buyung kongcu meninggalkan tempat ini, siaumoay akan mengawasi secara diam-diam dan tak akan membiarkan kalian menderita siksaan.”

Dua titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya yang putih dan halus.

“Masalah ini menyangkut kehidupan selanjutnya, aku harap kau berpikir tiga kali lebih dulu sebelum bertindak,” ucap Kwik Soat kun.

“Siaumoay sudah mempunyai rencana sendiri, cici tidak usah kuatir, pasti aku hanya mohon kepada cici agar mengabulkan satu permintaan saja”

“Katakanlah! Asal aku sanggup untuk melaksanakannya, sudah pasti akan ku kabulkan permintaanmu itu.” Berjanjilah kepadaku untuk merawatnya sepanjang hidup !” Ucapan tersebut segera membuat Kwik Soat kun tertegun.

“Kau bilang aku harus kawin dengannya? Dia berseru. Nyoo Hong leng mengangguk.” 

“Paras muka cici amat cantik dan menarik bila kau bersedia membantunya akupun dapat berlega hati”

Setelah tertawa getir Kwik Soat kun berkata :

“Bila Buyung Im seng hanya mencintai kau seorang mana mungkin cici bisa mewakili kedudukanmu? Kendatipun aku mengabulkan, belum tentu Buyung Im seng bersedia mengawini aku bila kau benar-benar menganggap diriku seberani encimu, dengarkanlah nasihatku,….. marilah ikut kami melarikan diri bersamasama.”

“Dengan cepat Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali.”

“Tempat ini ibaratnya dinding baja tembok tembaga, jangan harap kita bisa lolos dari tempat ini, sebab bila kita berkumpul bersama maka ada satu akibat yakni kita akan mati bersama.”

Kwik Soat kun segera menghela napas, katanya :

“Walaupun caramu itu bisa menolong kami, tapi apakah tidak terlalu menyiksa nona?”

“Apakah kau dapat menemukan suatu cara lain yang jauh lebih baik?” Menghadapi pertanyaan tersebut, Kwik Soat kun segera bungkam seribu bahasa.

“Cici, kau tak berpikir keras lagi” tukas Nyoo Hong leng kemudian, “baiklah kita tetapkan begini saja jangan sampaikan perkataanku ini kepada Buyung Im seng, bila aku benar-benar dapat mempengaruhi Toa Sengcu agar dia bersedia membatalkan niatnya untuk merajai dunia persilatan, aku pasti akan berusaha untuk mewujudkan hal ini menjadi kenyataan. Kemudian aku baru akan membereskan diriku sendiri.”

“Kau hendak bunuh diri ?”

“Apa yang kuinginkan bisa tercapai, apa yang kucita-citakan tersebut, tampaknya sekalipun aku mencoba untuk menasehati juga tak ada gunanya.

“Itulah sebabnya lebih baik kau jangan banyak bicara lagi.”

“kalau memang begitu, cici juga tak akan menasehati dirimu lebih jauh, entah kau masih ada urusan apa lagi yang hendak diserahkan kepadaku?”

“Dua hal, pertama adalah merawat Buyung Im Seng yang memberi kegembiraan bagi kehidupan”. 

Kwik Soat kun manggut-manggut,

“Aku dapat berusaha keras untuk mewujudkan hal ini, masih ada persoalan yang lain ?”

Dari dalam sakunya Nyoo Hong leng mengeluarkan sebuah mainan Giok bei, sambil diserahkan kepada Kwik Soat kun katanya :

“Serahkan mainan Giok bei ini kepada Hu hoa li Tong leng !”

“Akan kuingat selalu, entah apa yang mesti aku lakukan kepadanya?”

“Tak usah banyak bicara lagi, katakan saja kepadanya kalau aku berada dalam keadaan bahaya dan menyerahkan mainan ini kepadamu.”

“Apakah hal ini tak akan menimbulkan kesalahan paham?”

“Kau boleh beritahukan kepadanya, ibuku paling menuruti suara hatiku, asal beliau melihat mainan Giok bei ini, dia pasti akan memahami sekali maksud hatiku itu.”

Kwik Soat kun segera menyimpan baik-baik mainan Giok bei itu kemudian tanyanya lagi.

.

“Masih ada pesan lain ????”

Sudah tak ada lagi, buat cici baik-baik menjaga diri, siaumoay tak akan mengantarmu lagi.”

Kwik Soat kun segera bangkit berdiri, katanya kemudian :

“Cici mohon diri lebih dulu, aaai ! sewaktu datang perkiraan kita terhadap kekuatan lawan kelewat jauh, waktu itu tidak menyusun rencana dengan bersungguh-sungguh dan tindakan kita kurang pintar, demikian juga dengan cici sendiri. Tapi setelah berjumpa dengan Toa sengcu aku baru tahu kalau diriku menjadi suatu kekuatan yang besar untuk merajai dunia persilatan dikolong langit sudah tak ada orang lagi yang bisa menandingi mereka”.

“Cara yang paling baik adalah menerbitkan pemberontakan dari dalam, agar mereka saling getok-getokan sendiri.”

Kwik Soat kun membalikan badannya kemudian berkata : 

“Mungkin kau masih mempunyai kesempatan untuk selalu mengundurkan diri dengan teratur, semoga kau bisa manfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaikbaiknya, kau mesti tahu aku bukanlah kau, bagaimanapun kasih sayangku kepadanya, tak mungkin aku dapat menghentikan kedudukanmu dalam hati Buyung Im seng, bila kau amat mencintainya, sudah sepantasnya bila kau memberi kegembiraan kepadanya …..

Nyoo Hong leng mengedipkan matanya, kemudian melanjutkan : “Kau bilang aku dapat menentukan kegembiraannya?”

“Benar, apakah kau sendiri tidak tahu?”

“Ia belum pernah membicarakan soal itu denganku, apa yang barusan kuucapkan hanya berdasarkan dari jalan pemikiranku sendiri.”

“Apa yang kau bayangkan sedikitpun tidak salah.”

“Darimana kau bisa tahu?” tanya Nyoo Hong leng setelah termenung beberapa saat. “Aku dapat melihatnya, meski Buyung Im seng tak pernah dia membicarakan hal

itu dengan diriku, tapi aku yakin apa yang kulihat tak salah.”

Nyoo hong leng termenung lagi beberapa saat lamanya, sampai lama kemudian dia baru berkata:

“Pergilah kau! Ingat, untuk sementara waktu jangan kau katakan keadaan yang kuhadapi sekarang kepada Buyung Im seng.”

“Mungkin kehadiran kami disini malah akan mengganggu gerak-gerik nona selanjutnya, baiklah, aku akan mohon diri lebih dulu.” Sahut Kwik Soat kun dengan suara lirih.

Setelah memberi hormat, dia lantas melangkah keluar dari tempat tersebut ……”

Mendadak Nyoo Hong leng berebut untuk berjalan didepan Kwik Soat kun, kemudian serunya :

“Mana Lian huwi (Pengawal Lian)”

Tampak Lian Giok seng menggembol pedangnya berdiri dibawah sebuah gardu kecil lebih kurang dua kaki diluar ruangan, agaknya dia sedang mengawal keselamatannya disitu. 

Begitu mendengar suara panggilan, Lian Giok seng segera membalikkan badannya sambil mendekat tanyanya :

“Nona kau pesan apa? Hantar nona Kwik pulang !” “Apakah hamba harus kembali kesini?

Nyoo Hong leng segera mengangguk “Baik kau boleh datang kembali kesini !”

Lian Giok seng segera mengiakan dengan langkah lebar dia mengajak Kwik Soat kun berlalu dari sana. Memandang hingga bayangan punggung dari kedua orang itu lenyap dari pandangan Nyoo Hong leng baru membalikkan badan dan kembali kedalam kamarnya.

Sementara itu Lian Giok seng telah mengajak Kwik Soat kun berjalan kebawah sebuah tebing curam, kemudian sambil membuka pintu batu katanya :

“Nona lebih baik kau masuk sendiri!

Walaupun kesadaranmu telah pulih kembali, aku harap kau jangan mempunyai ingatan untuk melarikan diri dari sini, penjagaan yang dilakukan disekitar tempat ini cukup ketat, bila nona berani punya niat tersebut hanya jalan kematian saja yang terbentang didepan matamu.”

“Darimana aku datang. Kemana pula aku pergi? Kata Kwik Siat kun dingin. “Mungkin aku masih harus merpotkan pengawal Lian untuk menghanta kami keluar dari bukit ini.”

Lian Giok seng tersenyum.

“Nona, silakan kembali masuk kedalam penjara !” katanya.

Kwik Soat kun manggut-manggut dengan langkah pelan ia masuk kembali kedalam ruangan yang telah disediakan.

Dia cukup mengerti, dengan ilmu silat yang dimilikinya sekarang, sudah jelas ia bukan tandingan Lian Giok seng, itu berarti tiada harapan pula baginya untuk melarikan diri, terpaksa gejolak perasaannya musti ditahan. 

Rupanya gua tersebut merupakan sebuah goa dalam yang kokoh dan besar sekali, oleh pihak perguruan tiga malaikat, goa tadi telah dirubahnya menjadi sebuah penjara batu.

Baru saja Kwik Soat kun maju beberapa langkah, mendadak dari arah belakang kedengaran suara langkah manusia, lalu tampak Lian Giok Seng memburu datang dengan langkah cepat dan berbisik lirih :

“Nona, disini masih ada sebutir pil penawar lagi harap kau suka berikan kepada Buyung Im kongcu.”

Mendengar perkataan itu Kwik Soat kun menjadi tertegun. “Kau ……”

“Dia sudah kehilangan kesadarannya, Lian Giok seng melanjutkan, mengapa aku mesti mencelakainya? Harap nona menerima pil ini !

Cuma, tolong beritahu kepadanya, bila kesadarannya telah pulih nanti, tolong ia suka bersikap seperti sekarang ini.”

Dia lantas menjejalkan pil tersebut ke tangan Kwik Soat kun, kemudian tanpa menantikan jawaban dari perempuan itu lalu dia membalikkan badan dan mengunci kembali pintu batu tersebut.

Kecuali sehari tiga kali makan, muncul orang yang menghantarkan makanan untuk mereka penjara batu itu boleh dibilang lepas dari penjagaan. Tapi Kwik Soat kun cukup mengerti tempat yang seolah-olah tanpa penjagaan sesungguhnya mempunyai persiapan yang mengerikan sekali, apalagi mereka sedang terjebak dalam suatu tempat yang berbahaya, sekalipun berhasil melarikan diri dari penjara batu itu, belum tentu bisa melewati pos-pos penjagaan yang berlpis-lapis.

Sementara dia masih termenung, tubuhnya telah tiba diujung penjara batu tersebut.

Tampak olehnya Buyung Im seng masih duduk termangu-mangu disitu sambil memandang dinding batu tanpa berkedip, terhadap kepada kehadiran Kwik Soat kin dia seperti sama sekali merasakannya.

Kwik Soat kun memandang sekejap kearah Buyung Im seng, kemudian pikirnya. “Bila seorang harus hidup macam bodoh terus menerus, maka keadaan ini tak ada bedanya dengan orang mati, sekalipun pil ini kemungkinan adalah racun, paling tidak aku harus mencoba menolongnya. Apalagi apa yang dikatakan Lian Giok seng ada benarnya juga, dalam keadaan dan suasana seperti ini, hanya dia tak perlu lagi untuk mencelakai Buyung Im seng. 

Berpikir sampai disitu, dia lantas mengambil keputusan, pil penawar racun itupun segera dijajalkan kedalam mulut Buyung Im seng.

Sesudah menelan obat penawar tersebut, lebih kurang sepertanak nasi kemudian mendadak anak muda itu menghembuskan napas panjang, peluhpun jatuh bercucuran.

Kwik Soat kun sudah pengalaman, dia tahu itulah saat menjelang datangnya kesadaran, buru-buru serunya :

“Saudara Buyung, apakah engkau telah sadar kembali ?”

“Buyung Im seng menepuk kepalanya sendiri beberapa kali, lalu sahutnya :

Yaa, sudah sadar kembali, aku seperti mendapatkan satu mimpi yang sangat buruk”

Walaupun ketika itu kesadarannya dikendalikan oleh obat beracun, namun bukan berarti sama sekali kehilangan kesadarannya, terhadap keadaan yang terjadipun lamat-lamat dia masih bisa mengingatnya kembali.

”Walaupun kita telah sadar kembali, namun masih belum mampu untuk kabur meninggalkan tempat ini.”

”Nona Kwik, agaknya kau telah memberikan sebutir obat kepadaku ?” ”Yaa, obat penawar yang membuat kesadaranmu pulih kembali.”

Selama kesadaranmu hilang dan tak terkendali, banyak peristiwa yang telah terjadi.”

”Mana Nyoo Hong leng dan Siau-tin?”

”Siau-tin entah sudah diatur mereka kemana, aku belum sampai berjumpa dengannya., tapi aku telah berjumpa dengan nona Nyoo.”

Tanpa terasa Buyung Im seng berseru tertahan. Ah, dimana nona Nyoo sekarang?”

Pelan-pelan Kwik Soat kun mengalihkan sinar matanya yang jeli keatas wajah Buyung Im seng setelah diamatinya beberapa saat ia menjawab.

”Dia yang telah menolong kita.” 

Bagaimana dengan dia pribadi? Apakah mendapat celaka gara-gara ingin menolong kita.

Kwik Soat kun menghela napas lega.

”Aaaaidia masih berada dalam keadaan baik-baik Cuma saja dia tidak disekap

bersama kita.

”Berada dalam keadaan seperti ini apalah artinya menanyakan persoalan semacam ini lagi! Tiba-tiba terdengar seseorang menimbrung.

Ketika mereka berpaling, tampaklah Lian Giok Seng sambil tertawa hambar sedang melangkah masuk kedalam.

Buyung Im seng menegur ”Ada urusan apa kau datang kemari?”

Menjemput kalian untuk meninggalkan tempat ini” ”Apakah kau mendapat perintah dari nona Nyoo ?”

”Waktu yang tersedia bagiku sudah tidak banyak lagi” tukas Lian Giok Seng dengan kening berkerut, ”harap kalian berdua mau segera berangkat”

”Bila kau tidak menjelaskan dulu perkataanmu itu, aku bertekad tak akan meninggalkan tempat ini.” ucap Buyung Im seng dingin.

Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Lian Giok seng menjawab : ”Yaa, benar, Nyoo Hong leng yang menyuruh aku datang kemari.

”Kini Nyoo hong leng berada dimana ?” aku hendak menjumpainya” seru Buyung Im seng sambil beranjak.

”Sekarang dia repot, mungkin tak punya waktu untuk menjumpai dirimu.” Setelah berhenti sejenak, mendadak nada suaranya menjadi lembut dan halus. ”Nak, ayahmu adalah sahabat karibku !”

”sayang sekali ayahku sudah tiada.” tukas Buyung Im seng, ”sehingga sulit bagiku untuk membuktikan apakah perkataanmu itu benar ataukah tidak?”

”Ayahmu tidak mati?” ucap Lian Giok seng dengan wajah serius.

Ucapan tersebut diutarakan dengan nada pelan, tapi akibatnya justru ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, amat menggetarkan perasaan Buyung Im seng, membuat wajahnya menjadi kaku dan sesaat lamanya sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Sampai lama sekali dia baru tertawa rawan, katanya kemudian : ”Aaaah, kau sedang bergurau.”

”kenapa aku mesti membohongi dirimu?” seru Lian Giok Seng dengan wajah gusar. Kembali Buyung Im seng seng tertegun

443 

Benarkah itu ?’ pikirnya kemudian, “Yaa, apalah gunanya dia membohongi diriku ? berada dalam keadaan seperti ini, rasanya dia memang tak perlu membohongi diriku !”

Sementara itu, terdengar Lian Giok seng sedang berkata lagi dengan wajah dingin dan serius.

“Nak ! kau harus percaya kepadaku sebab tiada pilihan lain bagimu kecuali mempercayainya” mendadak Buyung Im seng berteriak keras :

“Ayahku berada dimana sekarang, cepat ajak diriku untuk pergi menjumpainya.”

Mendadak Lian Giok seng membalikkan tubuhnya sambil mengayunkan tangan kanannya, serentetan cahaya tajam yang berkilauan segera berkelebat membelah angkasa.

Cahaya itu meluncur kedepan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Mengikuti kilauan cahaya tajam itu berkumandang suara dengusan tertahan, menyusul kemudian. “Blaam !” sesosok bayangan tubuh manusia terkapar keatas tanah.

Ketika semua orang menengok, maka tampaklah seorang lelaki kekar sudah terkapar diatas tanah dengan sebilah belati diatas dadanya, pisau belati itu tembus hingga tinggal gagangnya kalau dilihat dari keadaannya jelas lelaki tersebut sudah menghembuskan napasnya yang penghabisan.

Dengan gerakan tubuh seenteng hembusan angin Lian Giok seng segera lari keluar seperminum teh kemudian dia lalu kembali sambil berkata :

Nak, tempat ini penuh dengan hawa pembunuhan, sedikit lengah berarti selembar jiwamu terancam maka aku minta kau suka menguasai diri sedapat mungkin.” “terima kasih atas nasehat locianpwe !” jawab Buyung Im seng.

Setelah memandang mayat itu sejenak dia melanjutkan “Siapakah orang ini ?” Salah seorang anak buahku, pengawal dari cu kang seng tong !”

Ia mencabut kembali pisau belati tersebut dari atas tubuh mayat itu, setelah membersihkan noda darahnya lalu disembunyikan dibalik ujung bajunya.

“Bagaimana kita mesti membereskan mayat ini ?’ Tanya Kwik Soat kun tiba-tiba. 

“Tak usah kuatir, dalam perguruan Sam seng bun terdapat semacam obat penghancur mayat.”

Seraya berkata tangan kanannya segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah botol porselen, kemudian menebarkan semacam bubuk putih disekitar mulut luka.

Kemudian dia berkata lagi : “Lebih kurang satu jam kemudian, mayat ini baru akan mencair dan hancur sebagai segumpal air, kita tak boleh lama lagi tinggal disini.”

Setelah menyaksikan Lian Giok seng turun tangan membereskan anak buahnya sendiri rasa percaya kepada orang itu mulai tumbuh buru-buru anak muda tersebut menjura dalam-dalam kemudian serunya :

“Locianpwe kau bermaksud hendak mengajak kami pergi kemana ?” “Mengajakmu pergi menjumpai ayahmu !”

“Apa ? jadi ayahkupun berada disini ?” seru Buyung Im seng dengan wajah tertegun “Ya dia berada disini …….?”

Mendadak berkumandang suara gelak ketawa yang amat nyaring berkumandang dating dan memotong perkataan Lian Giok seng yang belum terselesaikan itu.”

Buyung Im seng dan Kwik Soat kun yang mendengar gelak tertawa tersebut menjadi terkesiap sekali.

Sebaliknya Lian Giok seng masih tetap tenang pelan-pelan dia membalikkan badannya sembari berkata :

“Sudah lamakah kau dating kemari ?”

Dari sudut dinding batu sana, nampak bayangan manusia berkelebat lewat dan melayang turun seorang lelaki setengah umur berperawakaan kurus ceking dan pendek yang berdandan setengah sastrawan.

Kwik Siat kun mengamati orang itu dengan seksama, ia saksikan orang itu menerjang kedepan dada Lian Giok seng dan berhadapan muka, selisih tinggi badan hampir terpaut separuh bagian, namun orang itu justru mempunyai sepasang lengan yang panjangnya luar biasa sehingga melebihi lututnya.

Tampak orang kurus pendek berlengan panjang itu tertawa hambar kemudian ujarnya :

“Lian heng, aku rasa semua tindak tandukmu itu kau lakukan atas perintah rahasia dari Toa sengcu bukan ?” “Sekalipun berhasil kau tebak jitu, saying sekali rahasiaku sudah kau ketahui. Orang yang kecil pendek itu tertawa hambar.

“Dalam perintah rahasia Toa sengcu yang disampaikan kepadamu itu apakah diperintahkan juga untuk membunuh orang ?”

“Kalau tidak membunuh, bagaimana mungkin aku bisa merebut kepercayan darimereka ?”

Ooooh ….. kalau begitu siute harus minta maaf yang sebesarnya karena aku telah mengacaukan jerih payah darimu ?”

“Phu tongcu berbicara terlalu serius !”

Begitu dia memanggil nama dan tingkat kedudukannya, Buyung Im seng dan Kwik Soat kun baru tahu kalau si pendek ceking ini sesungguhnya adalah seorang tongcu.

Tampak Phu tongcu tertawa hambar, lalu sahutnya :

Lian Hu Cok, jika kau sampai mengucapkan beberapa patah kata yang sedap dari siaute sudah pasti siaute takkan kuasa menahan diri.”

Siaute tak habis mengerti apa maksud dan tujuan Phu Tongcu dengan perkataanmu itu ?”

“Haaahhh ……. Haaahhh …..haaaaahhh ……. Ucapku tadi sudah jelas telah termasuk rencana bagus dari Lian Hu Cok, terpaksa aku mesti mengharap Soa sengcu untuk memohon maaf.”

“Phu heng menempati kedudukan yang sangat penting, masa aku orang she Lian berani melakukan kesalahan kepadamu ?”

oOo

(bagian ke tiga puluh dua)

446 

PHU TONGCU segera tertawa dan menggelengkan kepalanya berulang kali. “Aaah, saudara Lian, terlalu memandang tinggi diriku”

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :

“Siaute ingin mengajak saudara Lian untuk bersama-sama menjumpai Toa sengcu, sebelum duduk perkara ini dibikin jelas, Siaute tidak berlega hati rasanya.”

Lian Giok seng termenung dan berpikir sebentar, lalu sahutnya :

“Baik ! Jika Phu Tongcu tak percuma kalau sianio dating atas perintah, tampaknya terpaksa kita memang harus berbuat demikian.”

Agaknya Phu tongcu sama sekali tak menyangka kalau Lian Giok seng bakal menyanggupi permintaan dengan begitu saja, keningnya segera berkerut kencang.

“kalau begitu harap saudara Lian suka membawa jalan …… “

Lian Giok seng berpaling dan memandang sekejap kearah Buyung Im seng serta Kwik Soat kun, kemudian tanyanya :

“bagaimana dengan kedua orang ini ?”

“Mari kita bekuk mereka dulu, kemudian baru pergi menghadap Toa sengcu.” Kata phu tongcu tertawa.

Sepasang bahunya segera digerakkan dan menerjang kehadapan Buyung Im seng, lengannya yang panjang segera diangkat lalu diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan.

Walaupun Buyung Im seng telah mengerahkan tenaganya untuk bersiap-siap, namun ku yang leluasa baginya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan, dengan cepatnya dia mengigos kesamping untuk menghindarkan diri.

“Tahan !” tiba-tiba terdengar Lian Giok seng berseru dingin.

Agaknya Phu tongcu merasa agak jeri terhadap Lian Giok seng, mendengar bentakan tersebut dia lantas menghentikan serangannya.

Dengan suara berat Lian Giok seng berkata : 

“Toa sengcu tidak memerintahkan kepadaku untuk melukai mereka berdua, jika Phu tongcu sampai melukai mereka, bagaimana caranya Siaute untuk memberikan pertanggungan jawabnya kepada Toa Sengcu nanti ?”

Phu tongcu tersenyum.

“Apa susahnya tentang soal ini ? Asal kita bekuk mereka hidup-hidup, toh urusan akan beres dengan sendirinya.”

“Saudara Phu” kata Lian Giok Seng kemudian dengan suara dingin, sekalipun kau seorang Tongcu, tapi bukan hakmu untuk mencampuri dari ruang Seng Tong?”

“Aaaah, ucapan Suadara Lian terlalu serius, siaute datang kemari untuk membantu saudara Lian.”

“Kalau memang begitu, aku tak berani merepotkan saudara Phu.”

Phu Tongcu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian serunya cepat :

“Apa maksud ucapanmu itu ?”

“Siaute yakin masih sanggup untuk menghadapi sendiri mereka berdua, jadi saudara Phu tak perlu membantu ?

Phu Tongcu tertawa dingin, katanya tiba-tiba :

“barusan sudara Lian telah membunuh anak buah sendiri, aku rasa saat ini ……”

Mendadak Lian Giok seng mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. “Haaahhh ……. Haaahhh …..haaaaahhh …….kelihatannya Phu thongcu ada niat untuk menyusahkan Siaute ?”

“Aaah, mana, mana, bila saudara Lian tidak cemas, tangkap saja dua orang itu lebih dahulu, kemudian kita baru bersama-sama menghadap Toa Sengcu untuk menyelesaikan persoalan ini.”

Tiba-tiba Lian Giok seng bergerak maju kemuka, lalu serunya :

“Saudara Phu, tampaknya salah seorang diantara kita harus ada yang mampus dalam penjara ini ?” 

Tampaknya Phu tongcu cukup tahu kalau ilmu silat yang dimilikinya amat lihay, menyaksikan cahaya pembunuhan yang terpencar keluar dari matanya, tanpa timbul perasaan tercekat dan rasa jerinya.

Dengan cepat dia mendehem, lalu ujarnya :

“Bagaimana ? Apakah saudara Lian bersiap-siap untuk bertarung melawan Siaute?”

“Phu tongcu telah memaksa Siaute sehingga tiada pilihan lain kecuali bertarung.” Ucapan tersebut kontan saja membuat Phu tongcu tertegun.

“jadi maksud saudara Lian, kau betul-betul sudah berhianat terhadap perguruan Sam seng-bun ?” tegurnya

“Kalau benar kenapa ?”

Paras muka Phu tongcu segera berubah hebat.

“Saudara Lian merupakan orang kepercayaan dari Toa sengcu, masa kau akan berhianat terhadap perguruan Sam seng bun ? Aaaah, hal ini mustahil bisa terjadi, sungguh membuat orang tidak habis percaya.” Katanya cepat.

Dalam pada itu, secara diam-diam Lian Giok seng telah menghimpun tenaga dalamnya siap melancarkan serangan, sekali lagi dia maju selangkah ke depan, kemudian serunya :

“Serangan, tentunya kau sudah percaya bukan?”

Pelan-pelan dia mengangkat telapak tangan kanannya siap melancarkan serangan.

“Saudara Lian” kata Phu tongcu dengan suara dingin, “Jika kau begitu memaksa kepadaku untuk bertarung juga, terpaksa siaute akan meniringi keinginanmu itu.”

“Kalau begitu, berhati-hatilah !”

Telapak kanannya segera diayunkan kedepan melepaskan pukulan kedada lawan.

Serangan ini dilancarkan dengan sepenuh tenaga, selain jurus serangannya lihay, kekuatannyapun mengerikan sekali, diiringi segulung sedingan angina pukulan yang sangat kuat segera menerjang kedepan. 

Phu tongcu mempunyai perawakan yang kurus pendek, gerakan tubuhnya sangat gesit dan cepat, begitu memutar badannya sudah berkelit kesudut ruangan batu itu, kemudian lengannya diayunkan kedepan, kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar ia langsung saja mencengkeram lengan kanan Lian Giok seng.

Sepasang telapak tangan Lian Giok Seng segera diayunkan ke depan dan secara berantai melancarkan bacokan yang bertubi-tubi satu jurus serangan lebih hebat dari jurus serangan sebelumnya, bahkan tubuhnya pun bersamaan waktunya mendesak maju lebih kedepan.

Sudah jelas pertarungan semacam ini merupakan suatu pertarungan beradu jiwa

Setelah menerima lima-enam buah serangan berantai dari lawannya tiba-tiba Phu tongcu berteriak keras “Tahan !”

Agaknya Lian Giok seng sudah terlanjur kalap, bukannya menghentikan serangan malah tangan kanannya segera merogoh kedalam sakunya mengeluarkan sebilah pisau belati lalu pisau dan telapak tangan dipergunakan bersama melancarkan serangkai serangan yang gencar.

Didesak seperti ini terpaksa Phu tongcu harus mengembangkan pukulan demi pukulannya untuk melakukan pertahanan yang gigih, sementara dimulai dia berteriak keras.

“saudara Lian, aku suruh kau menghentikan serangan, sudah kau dengar belum ?”

Lian Giok seng menarik kembali serangannya, kemudian menegur dengan suara dingin :

“Ada urusan apa ?”

“Kelihatannya saudara Lian telah bersungguh hati untuk membantu Buyung kongcu dan berhianat terhadap perguruan Seng bun ?”

“Jawabanku masih tetap seperti semula dan kaupun sudah menyaksikan dengan sangat jelas, bukankah pertanyaanmu itu sama sekali tak ada artinya lagi ?”

Tiba-tiba Phu tongcu menghela napas panjang.

“Aaaai ….. dulu, Buyung Tiang kim pernah menolong selembar jiwaku satu kali dan membebaskan aku dua kali, atas budi kebaikannya itu Siaute selalu mengingatkan dihati dan tak pernah bisa melupakan” 

Setelah memandang sekejap kearah Buyung Im seng, lanjutnya :

Kali ini, setelah siaute mendengar kalau Buyung kongcu disekap disini, akupun khusus dating kemari dengan maksud untuk menolongnya.”

Tentu saja Lian Giok seng tak akan mempercayai perkataan itu dengan begitu saja, dia segera berkata :

“kalau toh maksud kedatanganmu kemari adalah untuk menolong Buyung kongcu, lagipula kaupun menyaksikan kisah perbuatanku sewaktu menolong Buyung kongcu, mengapa pula maksudmu itu engkau kemukakan setelah aku membunuh anak buahku.

Phu tongcu segera menghela napas panjang.sekarang ?”

“Aaaai ……. Saudara Lian merupakan salah seorang kepercayaan dari Toa sengcu.” Katanya, “bila siaute tidak mengetes dengan seksama, masa berani untuk mempercayainya dengan begitu saja ????”

“Dan sekarang ?”

“Sekarang ? tentu saja siaute sudah percaya.” Setelah percaya, apa rencanamu selanjutnya ?”

“Apa pula rencana saudara Lian ? Siaute bersedia menjadi panglima pembuka jalan, segala sesuatunya siap menerima perintahmu.”

“Dalam ruanganmu, ada berapa banyak jago kah yang kira-kira berpihak kepadamu ?”

“Anak buah siaute, mungkin ada belasan orang yang boleh dipercaya dan bisa dipakai tenaganya.”

“bagaimana dengan ilmu silatnya ?” “Semestinya terhitung jago-jago kelas dua.” “Sekarang, dimanakah orang-orang itu?”

“Mereka semua sudah berkumpul dan siap menantikan perintah.” “Apakah orang-orang itu semua dapat dipercaya?”

“Semuanya dapat dipercaya.”

“Bagus sekali ……” seru Lian Giok seng.

Setelah berhenti sebentar, kemudian dia melanjutkan :

“Semula siaute bermaksud untuk menolong Buyung Koncu keluar dari sini, kemudian mengaturnya agar berdiam untuk sementara waktu di suatu tempat, akan tetapi setelah memperoleh bantuan dari saudara Phu sekarang, tentu saja keadaannya menjadi sama sekali berubah, harap saudara Phu suka membawa

451 

Buyung kongcu dan nona Kwik menuju keruangan Hoat butong dibawah pengaruhmu itu ……”

“Saudara Lian, persoalan ini dapat dirahasiakan berapa lama ?”

“Kemampuan dari Toa sengcu sukar diduga sebelumnya, jadi berapa lamakah persoalan ini dapat dirahasiakan, siute betul-betul tak sanggup untuk menjawabnya.”

“Baiklah, bagaimanapun juga siute akan segera mempersiapkan perlawanan sedapat mungkin terhadap perbagai serbuan setibanya di dalam kantorku nanti, Cuma siute sukup memahami kemampuan untuk mempertaruhkan diri, mustahil dengan kekuatan yang ada, kami bisa bertahan kelewat lama itulah sebabnya saudara Lian mesti memberikan bantuan secepatnya”

“Aku telah mengadakan kontak dengan beberapa orang lainnya, tetapi beberapa buah pos penting masih belum berhasil kutembusi hingga sekarang sampai waktunya, apakah mereka bersedia membantu atau tidak, hingga sekarang masih merupakan suatu tanda Tanya besar.”

Di dalam perguruan Sam seng bun meski terdapat banyak sekali jago lihay, tapi percaya bila sampai bertarung melawan mereka maka aku masih sanggup untuk mempertahankan diri sebanyak beberapa gebrakan. Hanyalah ketiga orang malaikat itu justru mempunyai kepandaian yang sukar diraba sebelum Saudara Lian, kau sudah banyak tahun mengikuti mereka, apakah kau bisa memberi penjelasan tentang ilmu silat yang dimiliki tiga orang itu?” Lian Giok seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Ilmu silat yang dimiliki Toa sengcu sangat lihay sukar diukur, tampaknya diapun mahir mempergunakan inti sari jurus serangan dan pelbagai, sebaliknya bagaimanakah ilmu silat Jie Sengcu Sam sengcu sukar kukatakan, sebab aku sendiripun belum pernah menyaksikannya.”

“kalau begitu, ilmu silat yang dimiliki Toa Sengcu sudah pasti telah mencapai ketingkatan yang sukar diduga dengan kata-kata ?”

(Bersambung ke jilid 23)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar