Lembah Tiga Malaikat Jilid 21

Jilid 21

Andaikata apa yang dia katakan itu benar, itu berarti di dalam perrguruan tiga malaikat ini paling tidak ada empat atau lima orang yang bisa menangkan aku. Berpikir demikian, dia lantas berkata "Apakah kau tidak bermaksud untuk membunuhku? tidak bersiap-siap bagaimanakah caranya untuk menghadapiku?" Orang berbaju hitam itu tertawa. "Kau menyebut dirimu sebagai Biauhoa leng cu, mengumpulkan kawanan jago persilatan untuk memusuhi aku, aku rasa kau pasti seseorang yang berambisi besar dan ingin menciptakan suatu kekuatan besar untuk

menguasai seluruh dunia persilatan, bukan?" "Kalau benar, kenapa?"

"tapi sekarang, paling tidak kau sudah mengerti bahwa cita-cita dan ambisimu untuk menguasai dunia persilatan, sudah tak mungkin terwujud lagi ..."

"Mungnkin kau sendiripun sudah mengerti bahwa duania persilatan pada saat ini sudah bukan milikmu. Tapi bila kau bersedia untuk bekerjasama denganku, kita bisa membagi rata dunia persilatan ini untuk diperintah bersama"

"Mengapa kau minta aku berbuat demikian? "Tentu saja dengan beberapa syarat."

"Kalau begitu coba kau sebutkan dulu syaratnya, coba kulihat apa aku bisa melakukannya atau tidak."

"Walaupun aku sudah menguasai dunia persilatan, tap berhubung harus melatih semacam tenaga dalam tingkat atas yang maha dahsyat, sampai sekarang belum pernah menikah, dan lagi akupun belum pernah bertemu dengan orang yang menarik perhatianku. Oleh sebab itu bila kau bersedia kawin dengan aku, sekarang

juga aku akan mengangkatmu menjadi orang kedua di lembah tiga malaikat ini." 

Nyoo Hong Leng segera berpikir. Ternyata memang permintaan inilah yang dia ajukan. dilihat dari situasi yang terbentang di depan mata sekarang, jelas aku sudah tak dapat menangkan dirinya lagi, tampaknya aku mesti mempergunakan kecantikanku untuk meredakan dulu suasana disini.

Tapi tak urung paras mukanya berubah menjadi merah padam karena jengah. Terdengar orang berbaju hitam itu memuji lagi, “Dalam keadaan malu, kecantikan nona berlipat ganda, betul-betul suatu kecantikan yang tiada taranya di dunia ini, ibarat bidadari yang baru turun dari kayangan.”

Kontan saja Nyoo hong Leng tertawa dingin. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... , tak usah kau meuji-muji, lepaskan dulu kain kerudung yang menutupi wajahmu dan perlihatkan tampang aslimu kepadaku."

"Tampaknya nona sepertinya amat menaruh perhatian terhadap bentuk wajahku...?"

"Bagaimana tampang wajahmu pun tak berani kau tunjukkan kepadaku, tak nyana kau berani mengajukan ...,"

Sebenarnya dia hendak mengatakan “mengajukan pinangan” tapi ketika kata-kata tersebut sudah sampai di depan bibir ternyata ia tak sanggup untuk melanjutkan kembali kata-katanya.

Orang berbaju hitam itu mangut-mangut, "Ehmm, apa yang nona bilang itu memang benar." Pelan-pelan ia lantas melepaskan kain kerudung mukanya. Ketika Nyoo Heng leng mengamati wajah orang itu, tampaklah dia adalah seorang lelaki setengah umur yang berkulit putih, berwajah persegi, dan bersih dari jenggot dan kumis. Setelah kain cadarnya dilepaskan, bukan cuma nyo Hong leng yang dibikin tertegun, bahkan Lian Giok seng sendiripun hatinya tergetar keras. Sebab baik Lain Giok seng maupun Nyo Hong leng sama-sama tidak menyangka kalau pemimpin dari perguruan tiga malaikat tak lain adalah seorang lelaki yang masih

muda uisianya. Pelan-pelan Nyoo Hong leng berusaha untuk menenangkan kembali persaannya, kembali dia mengamati wajah orang itu denga seksama.

Walau dipandang secara bagaimanapun, uisa orang itu tidak akan lebih dari tiga puluh tujuh delapan tahunan, hal ini yang membuatnya jadi sangat keheranan. "Berapa usiamu tahun ini?", tanya gadis itu kemudian.

Orang berbaju hitam itu segera tersenyum. "Menurut pendapat nona, berapa pula usiaku tahun ini?" dia balik bertanya pula.

"Aku tidak menebaknya."

"Tapi paling tidak aku belum berubah dan tubuhk belum tua renta dan berkeriput."

"Perguruan Sam-seng bun sudah berdiri sejak dua puluh tahun berselang, aku tidak percaya kalau dalam usia belasan tahun kau telah mampu untuk memimpin perguruan Sam-seng bun."

"Kalau begitu, nona sudah dapat menduga berapa udiaku dalam tahun ini?" 

Nyoo Hong leng menjadi tertegun, kemudian tanpa menjwab pertanyaan tersebut itu dia berkata, "Kecuali kalau di tengah jalan terjadi perubahan besar dalam tubuh perguruan Sam-seng bun, dimana kau telah berhasil merebut kedudukan sebagai Sengcu."

Orang berbaju hitam itu segera tertawa riang. "Kecerdasan dan kepintaran nona sungguh membuatku merasa amat kagum", cuma dugaanku terlalu dibuat-buat itu sulit untuk membuat orang menjadi percaya."

Nyoo Hong leng tertawa dingin. "Heeehhh ... heeehhh ..., semoga saja kau tidak menjadi ketakutan oleh ucapanmu itu."

Terdengar gelak tawa orang berbaju hitam itu setelah mendengar sindiran tersebut. "Haaahhhh ... haaahhh ... haaaha aku sangat tenang, seluruh perguruan San seng bun telah berada di bawah kekuasaanku, sekalipun kata-katamu dapat mempengaruhi jalan pemikiran orang banyak, toh mereka tak akan berani memandang aku.”

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.

“Aku rasa apa yang hendak nona sampaikan telah selesai diutarakan, aku rasa kita harus membicarakan persoalan yang sesungguhnya sekarang.”

“Persoalan apa ?”

Dengan wajah yang berubah menjadi dingin, orang berbaju hitam itu berkata lagi. “Nona memang berwajah cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, cuma bila kau enggan untuk meluluskan permintaanku, toh kau sama saja tak akan lolos dari tanganku.”

Nyoo Hong leng tahu bahwa ucapan tersebut bukan hanya gertak sambal belaka, dia telah menyaksikan musibah yang menimpa Buyung Im seng serta Kwik Soat kun dan dia pun tahu bahwa lawannya benar-benar memiliki suatu kemampuan untuk memaksa orang lain menuruti perintahnya.

Maka setelah berpikir sebentar, dia berseru sambil mencibirkan bibirnya yang kecil. “Hmm…. seperti manusia buas macam dirimu itu ?” Orang berbaju hitam itu merasa bahwa tindak tanduk gadis itu sangat polos dan sedikitpun tidak dibuatbuat, hal mana menambah daya tarik gadis itu semakin besar.

Untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun, kemudian katanya, “Kenapa dengan aku ?”

“Kukungan dan cara mungkin bisa merubah jalan pemikiran seseorang mungkin juga dapat menundukkan tubuh seseorang, seperti juga sikapmu terhadap Buyung Im seng dan Kwik Soat kun, kau telah membuat mereka tunduk seratus persen terhadap perintahmu, tapi mereka toh kaku dan bodoh seperti sebuah patung belaka, aku tidak mengerti apakah cara ini dapat dianggap sebagai keberhasilanmu

?”

Orang berbaju hitam itu menghela napas panjang.

“Aaaai.. apa yang kau katakan memang benar, aku memang tak bisa hidup senang dengan seorang istri yang kehilangan daya dan kesadarannya, hidup hanya bagaikan sebuah robot belaka…” 

“Kau….”

“Ketika pertama kali kulihat raut wajahmu tadi, aku telah bertekad akan mengambilmu sebagai istriku !”

“Tapi, apakah kau tak berpikir pula atas diriku ?” “Berpikir masalah apa ?”

“Berpikir apakah aku akan meluluskan permintaanmu itu atau tidak.”

“Aku yakin, apa yang telah kuucapkan pasti akan kuwujudkan sampai berhasil.” “Atas dasar apa kau berani mempunyai keyakinan sebesar ini ?”

Orang berbaju hitam itu segera tertawa.

“Dalam sejarah hidupku belum pernah kulakukan sesuatu pekerjaan yang mendatangkan kegagalan.”

“Bila aku tidak meluluskan permintaanmu itu ?” Orang berbaju hitam itu segera tersenyum.

“Tentu saja aku mempunyai cara yang jitu untuk membuatmu harus meluluskan permintaanku itu.”

“Apa caramu itu ?”

“Baik akan kuberitahukan kepadamu, bila kau menolak permintaanku itu, maka akan kubunuh Buyung Im seng lebih dulu, kemudian kubunuh pula Kwik Soat kun, tentu saja kematian Kwik Soat kun tak akan kau pikirkan di dalam hati, tapi dengan ancaman jiwa terhadap Buyung Im seng aku percaya hatimu pasti akan merasa sedih sekali.”

“Kau sangat yakin akan keberhasilanmu ?”

“Benar, bila kau tetap berkeras kepala, boleh saja kita buktikan sekarang juga !” Nyoo Hong leng menjadi tertegun, dia terbungkam dalam seribu bahasa dan tak sanggup berbuat apa-apa lagi.

Orang berbaju hitam itu tersenyum, dia lantas menggape ke arah Buyung Im seng sambil berkata.

“Buyung Im seng, kemari kau !”

Buyung Im seng mengiakan, pelan-pelan dia berjalan ke depan orang berbaju hitam itu dan berhenti di depannya.

Pelan-pelan orang berbaju hitam itu mengangkat telapak tangan kanannya dan berkata.

“Nona Nyoo, cukup kutekankan telapak tanganku ini diatas ubun-ubunnya, maka batok kepalanya pasti akan hancur.”

Sabil berkata, telapak tangannya benar-benar ditekankan ke bawah dan menghantam batok kepala Buyung Im seng.

Melihat kejadian itu, Nyoo Hong leng menjadi amat cemas, buru-buru serunya lantang. 

“Hei, hei, tunggu sebentar !”

Orang berbaju hitam itu segera menghentikan gerakan tangannya, kemudian bertanya.

“Kau merasa takut, bukan ?”

Nyoo Hong leng merasakan dadanya penuh dengan perasaan kesal yang mengganjal hatinya, titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, dengan sedih ia berkata.

“Mereka berdua sama sekali tiada sangkut pautnya dengan urusan kita, kenapa kau hendak membunuhnya ?”

“Sebab ancaman jiwanya dapat memaksamu untuk meluluskan permintaanku dan kawin dengan aku.”

Mendengar itu, Nyoo Hong leng lalu berpikir.

“Aku bukan tandingannya, juga tak bisa dipaksa menggertak untuk menakutnakuti dia, tampaknya aku mesti menahan aib untuk menolong Buyung Im seng lebih dahulu.”

Berpikir demikian, dia lantas berkata dengan suara sedih.

“Bolehkah kau memberi waktu dua hari kepadaku, agar persoalan ini bisa kupikirkan dengan seksama ?”

oooOooo

Bagian ketiga puluh

“Tentu saja boleh,” jawab orang berbaju hitam itu sambil tertawa, “perkawinan merupakan suatu peristiwa besar dalam kehidupan manusia, tentu saja aku harus memberi kesempatan kepadamu untuk memikirkan persoalan ini dengan seksama, apakah kau merasa waktu yang cuma dua hari itu cukup ? Bila kau merasa kurang, aku pikir memang ada baiknya bila kuberi waktu beberapa hari lagi kepadamu

agar persoalan ini bisa kau pikirkan lebih matang lagi.”

Ucapan tersebut sama sekali diluar dugaan Nyoo Hong leng, ia merasa cara kerja orang ini memang lain dapada yang lain dan sama sekali di luar dugaan orang, tanpa terasa dia menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu….

Sesaat kemudian, dia baru berkata.

“Kau hendak memberi waktu selama berapa hari kepadaku ?”

“Soal itu mah terserah pada nona sendiri, sepuluh hari juga boleh, satu dua bulan juga boleh, aku bisa mempersiapkan suatu tempat yang sepi dan tenteram bagimu untuk memikirkan persoalan ini pelan-pelan.”

Nyoo Hong leng yang keras hati dan angkuh tampaknya sama sekali sudah ditundukkan oleh sikap orang berbaju hitam itu, dia menghela napas sedih, setelah memandang sekejap ke arah Buyung Im seng dan Kwik Soat kun, tanyanya. “Bagaimana dengan mereka ?”

“Untuk sementara waktu akan kujebloskan dulu ke dalam penjara sambil menunggu keputusan dari nona.” 

Setelah mendengar perkataan dari orang yang berbaju hitam itu, Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, sepasang matanya yang jeli dialihkan ke wajah orang itu, lalu ujarnya lembut.

“Dapatkah kau memulihkan dulu kesadaran Buyung Im seng agar aku dapat berbicara beberapa patah kata dengannya ?”

Orang berbaju hitam itu tersenyum.

“Soal itu mah, boleh saja kusanggupi, cuma, hal ini harus menunggu sampai nona sudah mengambil keputusan, aku baru melakukannya dengan segera…..” Ucapan ini diutarakan dengan suara yang lembut, akan tetapi sama sekali tiada kesempatan untuk dirundingkan kembali. Agaknya sekarang Nyoo Hong leng mengerti, baik di dalam ilmu silat, kecerdasan maupun ketajaman bersilat lidah, ia masih bukan tandingan dari orang yang berbaju hitam itu, dalam keadaan demikian, terpaksa dia harus berusaha untuk mempertahankan keselamatan jiwa Buyung Im seng sekalian, kemudian baru diusahakan dengan cara lain.

Dlam keadaan demikian, tiba-tiba dia teringat kembali dengan diri Lian Giok seng, maka ujarnya kemudian.

“Kau bermaksud hendak menghantarku ke tempat mana ?”

“Tentu saja suatu tempat yang berpemandangan alam sangat indah, sekalipun tak bisa dikatakan sebagai suatu tempat yang indah sekali, namun semua kebutuhanmu tak akan kekurangan.”

Nyoo Hong leng lantas berpikir.

“Andaikata aku menunjuk secara langsung agar Lian Giok seng menghantarkan diriku, mungkin tindakan ini akan menimbulkan kecurigaan.”

Berpikir demikian, sambil tertawa dingin, dia lantas berkata. “Apakah aku akan ke sana seorang diri ?”

“Tentu saja ada orang yang akan mengantarmu !” “Kapan aku berangkat ?”

“Menurut pendapat nona ?”

“Aku tak ingin menyaksikan sikapmu yang sangat angkuh dan sok berlagak besar ini.”

Tersenyumlah orang berbaju hitam itu.

“Baiklah !” ia berkata, “waktu yang kusediakan bagimu cukup panjang, nona bolehlah memikirkan pelan-pelan.”

Sambil berpaling ke arah Lian Giok seng dia menambahkan, “Hantarlah nona Nyoo menuju Teng-cian-siau-cu untuk beristirahat.”

“Apakah diharuskan mengenakan alat borgol ?” Orang berbaju hitam itu menggelang.

“Tidak usah, mulai detik ini kalian harus baik-baik melayani nona Nyoo….” “Hamba menurut perintah.” 

Dengan suara dingin Nyoo Hong leng segera saja berseru.

“Suatu ketika bila aku berhasil merebut kekuasaan tertinggi dalam perguruan Sam seng bun ini, maka orang pertama yang akan kubunuh adalah engkau, Lian Giok seng !”

Lian Giok seng seperti agak tertegun oleh ucapan itu, dia menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun keinginannya itu kemudian diurungkan.

Nyoo Hong leng kuatir kalau orang berbaju hitam itu berubah pikiran, maka cepatcepat dia membalikkan badan dan berlalu lenbih dulu meninggalkan tempat itu.

Lian Giok seng memandang sekejap ke arah orang berbaju hitam itu kemudian berbisik lirih.

“Nona Nyoo amat membenci hamba.”

Orang berbaju hitam itu tersenyum, tanpa menjawab pertanyaan itu dia lantas berkata.

“Hantarlah dia ke sana.”

Lian Giok seng segera mengiakan, dengan langkah lebar dia segera memburu di belakang Nyoo Hong leng.

“Kraaak… !” sebuah pintu baja pelan-pelan naik ke atas…..

Lian Giok seng segera memburu ke depan dan berjalan di muka Nyoo Hong leng, katanya.

“Aku akan membawakan jalan buat nona.”

Nyoo Hong leng dengan mengikuti dibelakang Lian Giok seng segera berjalan menelusuri jalan kecil beralaskan batu kerikil.

Ketika angin berhembus lewat, terendus bau harum semerbak yang membuat segarnya suasana.

Lian Giok seng segera berbisik.

“Harap nona mengikuti dibelakangku dan perhatikan setiap langkah kakiku….”. Kenapa ?” seru Nyoo Hong leng dengan gusar, “tempat ini adalah tanah lapang yang luas, sekalipun aku hendak kabur, aku tidak percaya kalau kau dapat menyusulku.”

Lian Giok seng tersenyum.

“Seandainya Seng cu tidak mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, apakah dia tetap akan membiarkan kau pergi dengan bebas merdeka seperti sekarang ini ?”

“Kau suruh aku berusaha untuk mengundangmu masuk ke ruang rahasia…..” Ketika mendengar perkataan itu, Lian Giok seng menjadi terperanjat, buru-buru bisiknya.

'“Ssstt…! Jangan keras-keras.”

“Kau merasa takut ?” Nyoo Hong leng malah sengaja memperkeras suaranya. 

Diam-diam Liang Giok seng mengerutkan dahinya rapat-rapat, kemudian ujarnya. “Bila kau tidak ingin menolong Buyung kongcu, silahkan saja berteriak-teriak keras.”

Ucapan tersebut seketika itu juga membuat Nyoo Hong leng menjadi tertegun. “Aku ingin menolongnya !” dia berseru.

“Kalau begitu, dengarkan perkataanku.”

“Mendengar kata-kata setanmu ! Kau minta aku berusaha untuk mengundangmu masuk, dan aku telah melakukannya, bantuan apakah yang telah kau berikan kepadaku ?”

Kendatipun nadanya masih marah dan mendongkol namun suaranya jauh lebih lirih.

Dengan mempergunakan suara yang paling lirih Lian Giok seng menjawab. “Paling tidak, aku toh tidak berniat mencelakaimu….”

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan.

“Usia Sengcu benar-benar berada diluar dugaanku.”

“Sudah sekian lama kau mengikutinya, apakah selama ini belum pernah melihat raut wajah aslinya ?” seru Nyoo Hong leng dengan nada tercengang. “Belum. Dan apa yang kusaksikan hari ini membuat aku merasa terkejut bercampur keheranan.” “Betul-betul seorang budak yang berbakat, sudah belasan tahun menjadi pengawal pribadinya, maka bagaimanakah raut wajah majikannya tidak pernah diketahui ?” Dampratan ini benar-benar sangat tajam dan menusuk perasaan, kontan saja paras muka Lian Giok seng berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus,

hatinya bagaikan tertusuk-tusuk dengan pisau belati.

Bagaimanapun tebalnya iman orang itu, toh gusar juga setelah mendengar dampratan tersebut, untung saja dia masih dapat mengendalikan diri katanya, “Bangunan Teng-cian-siau-cu merupakan suatu tempat yang terpenting dan sepi, walaupun sekilas pandangan seolah-olah nona bebas merdeka, sesungguhnya dari empat arah, delapan penjuru terdapat orang-orang yang mengawasi semua gerakgerikmu itu, maka kuanjurkan kepada nona agar lebih berhati-hati dalam setiap tindakanmu…..”

Setelah memeriksa sejenak keadaan disekeliling tempat itu, dia melanjutkan. “Ilmu silat yang dimiliki Sengcu telah nona saksikan kendatipun aku bekerja sama dengan nona, juga belum tentu dapat menandinginya.”

“Oleh karena itu kau takut, kau bermaksud hendak menjadi budaknya selama hidup.”

“Nona berhati-hatilah sedikit kalau berbicara, ketahuilah dalam keadaan seperti saat ini, bila tiada bantuanku bukan saja kau tak akan berhasil menolong Buyung Im seng bahkan nona sendiripun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat kecuali kau benar-benar bersedia menjadi isterinya.”

Nyoo Hong leng kontan saja meludah ke tanah, sumpahnya. 

“Sialan ! Mungkin dia lagi bermimpi di siang hari bolong, sampai mati pun aku tak akan kawin dengannya.”

“Persoalan ini merupakan kejadian yang luar biasa, salah melukis harimau bisa jadi anjing, bila tiada tunjangan suatu rencana yang matang, lebih baik janganlah bertindak secara gegabah.”

“Kalau begitu, kau benar-benar bersedia untuk membantuku ?”

“Dalam keadaan dan situasi sekarang ini, aku rasa tak perlu untuk membohongi nona lagi. ”

“Bila kau bersungguh hati untuk membantu kami, seharusnya bisa kau tunjukkan suatu tindakan yang berwujud, kalau hanya berbicara melulu, bagaimana mungkin aku dapat mempercayai dirimu.”

“Nona, sudah engkau saksikan keadaan dari Buyung Im seng dan Kwik Soat kun ? Hanya setengah harian mereka tidak bersua dengan nona, tapi sikap mereka tibatiba berubah menjadi asing sekali dengan dirimu, bukankah demikian ?”

“Betul, aku benar-benar tidak habis mengerti cara apakah yang telah ia guanakan sehingga apat membuat kesadaran mereka punah sampai-sampai diri sendiripun dilupakan, apalagi terhadap sanak keluarga.”

“Itulah salah satu cara terutama yang diandalkan oleh Sam seng bun menguasai seluruh anggotanya.”

“Kau adalah pengawal pribadinya, seharusnya terhitung orang yang paling dekat dengannya, apakah kaupun tidak tahu cara apakah yang telah dipergunakan olehnya ?”

“Jangankan aku, sekalipun Ji-sengcu dan Sam-sengcu sendiripun tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya.”

Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka telah tiba di depan pesanggrahan Teng-cian-siau-cu.

Yang dimaksudkan sebagai pesanggrahan ini merupakan sebuah ruang kecil yang berdiri tersendiri, ruangan itu sangat indah dan menawan, aneka bunga tumbuh di sekeliling tempat itu, pemandangannya indah menawan.

Cahaya lilin telah disulut dalam ruangan mungil itu. Seorang dayang-dayang berbaju hijau dengan membawa sebuah lentera keraton yang berwarna putih sedang menanti di depan pintu.

Dengan suara lirih Lian Giok seng segera berbisik, “Hati-hati nona, jangan biarkan tindak tanduk kita diketahui oleh dayang tersebut.”

Kemudian dengan langkah cepat dia memburu ke depan ruangan dan menegur. “Siapa namamu ?”

“Budak adalah Pek Hap hoa !” sahut dayang berbaju hijau itu sambil membungkukkan badan memberi hormat.

“Eh,,… Nona Nyoo mempunyai perangai yang kurang baik, kalian mesti melayaninya dengan berhati-hati.” 

Sekali lagi Pek Hap hoa membungkukkan badannya memberi hormat. “Budak mengerti”

Lian Giok seng segera membalikkan badan dan berkata dengan penuh rasa hormat. “Silahkan nona Nyoo !”

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Nyoo Hong leng langsung berjalan masuk ke dalam ruangan. “Lian ya, apakah kau tidak duduk-duduk dulu dalam ruangan ?” kata Pek Hap hoa kemudian.

Lian Giok seng memperhatikan wajah Pek Hap hoa beberapa saat lamanya, kemudian balik bertanya, “Nona pernah berusaha denganku ?”

“Oooh.. kiranya begitu, hati-hati melayani nona Nyoo, aku hendak pergi dulu.” Beberapa patah kata diutarakan dengan suara keras, agaknya dia ada maksud agar perkataan itu didengar oleh Nyoo Hong leng.

“Lian huhoat, kau masuk !” tiba-tiba Nyoo Hong leng berseru.

“Lian Giok seng mengiakan dan segera melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Pek Hap hoa mengikuti pula dibelakang Nyoo Hong leng melangkah masuk ke dalam ruangan.

Sementara itu Nyoo Hong leng telah duduk dalam ruangan tengah. Empat buah lentera berbentuk keraton tergantung dalam ruangan itu dan menyinari seluruh bagian ruangan.

Lian Giok seng segera maju ke depan, lalu sambil memberi hormat katanya. “Apakah nona hendak memesankan sesuatu ?”

“Aku ingin berpikir tenang, tak usah meninggalkan seorang manusia pun disini, suruh mereka semua berlalu dari tempat ini.”

“Tentang soal ini, aku tak berani ambil keputusan.”

Pek Hap hoa segera memberi hormat sambil berseru dengan cepat.

“Budak mendapat perintah dari Sengcu untuk datang kemari melayani keperluan nona.”

“Bagaimana pesan Sengcu kepadamu ?”

“Dia suruh budak menuruti semua perintah dari nona dan tak boleh membangkang.”

Nyoo Hong leng segera mendengus dingin.

“Hmm… ! Sekarang aku memerintahkan kepadamu untuk mengundurkan diri dari sini, jika kau tak bersedia itu berarti kau telah membangkang perintahku.”

“Kalau soal ini mah berbeda. Sebelum budak datang kemari, Sengcu telah berpesan agar budak mengikuti nona dan tak bolah meninggalkan walau selangkahpun.”

“Lian Giok seng !” Nyoo Hong leng segera berseru dingin, “cepat katakan kepada Toa-sengcu kalian, katakan kalau aku bersedia kawin dengannya, tapi ia mesti 

mencincang dulu tubuh Pek Hap hoa si budak ini sehingga hancur berkepingkeping.”

Diam-diam geli juga Lian Giok seng setelah mendengar perkataan ini, pikirnya. “Hebat juga siasat yang digunakan olehnya ini, tak nyana kalau akal muslihatnya begitu banyak.”

Sedang di mulut dia menyahut.

“Akan kulaporkan hal ini kepada Sengcu !”

Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari ruangan itu. Pek Hap hoa menjadi amat gelisah, tiba-tiba teriaknya.

“Lian-ya, tunggu sebentar.”

Lian Giok seng segera berhenti, lalu tanyanya sambil tertawa. “Nona, ada pesan apa lagi ?'

“Ada beberapa patah kata ingin budak sampaikan dulu, selesai mendengar ucapan budak nanti, Lian-ya baru pergi memberi laporan.”

“Aku pernah mendengar orang berkata, Sengcu mempunyai empat orang dayang yang menggunakan nama bunga sebagai namanya, aku rasa nona pastilah salah seorang diantaranya.”

Pek Hap hoa manggut-manggut.

“Benar, budak adalah salah satu diantara empat bunga.”

“Dayang empat bunga merupakan dayang-dayang kesayangan Sengcu, apakah kau benar-benar takut kepadanya ?”

Beberapa patah kata itu diutarakan dengan suara lirih, agaknya sengaja diucapkan agar jangan sampai kedengaran Nyoo Hong leng.

“Kau tidak mengerti tentang watak Sengcu,” kata Pek Hap hoa sambil menggeleng, Lian-ya suka menanti sebentar, budak akan pergi memohon kepada nona Nyoo agar dia sudi menarik kembali perintahnya.”

Kemudian sambil membalikkan badannya dan menghampiri Nyoo Hong leng, dia melanjutkan.

“Sebesar-besarnya nyali budak, budak juga tidak akan berani memusuhi nona, hanya Sengcu memang berpesan demikian. Budak tak berani membangkang maka harap nona memakluminya.”

“Aku paling benci dengan orang yang berani membangkang perintahku….” ucap Nyoo Hong leng dengan suara dingin.

TIba-tiba Pek Hap hoa maju selangkah dan mengayunkan telapak tangannya menghantam dada Nyoo Hong leng.

Serangan ini dilancarkan sangat mendadak, jarak antara kedua belah pihak pun amat dekat ditambah lagi serangan dari Pek Hap hoa itu cepat bagaikan sambaran kilat, belum lagi serangannya tiba segulung tenaga pukulan yang amat tajam telah meluncur tiba. 

Jelas di dalam melancarkan serangannya itu dia dalam sertaan segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat.

Nyoo Hong leng segera mengayunkan tangan kanannya sambil menggeserkan badan kesamping, dengan keras lawan keras dia sambut datangnya serangan dari Pek Hap hoa tersebut!

“Blaaammm…. sepasang telapak tangan telah saling membentur hingga menimbulkan suara yang dipancarkan oleh dayang itu kuat sekali membuatnya mundur selangkah tanpa sadar.

Pek Hap hoa sendiripun turur tergetar keras sehingga mundur dua langkah sebelum dapat berdiri tegak.

Dengan kening berkerut Lian Giok seng segera menegur. “Pek Hap hoa, besar amat nyalimu.”

Sambil berseru tubuhnya segera menerjang maju ke depan.

“Kau tak usah mencampurinya….” tukas Nyoo Hong leng sambil mengulapkan tangannya.

Lian Giok seng segera menarik napas panjang-panjang dan menghentikan terjangannya, lantas mundur ke samping.

Dalam pada itu, Pek Hap hoa telah menerjang maju ke depan, sepasang tangannya diayunkan berbaring dengan melepaskan tiga buah serangan berantai.

Ketiga jurus serangan itu dilancarkan amat gencar dan dalam sekejap mata, semua ancaman tertuju pada bagian-bagian yang mematikan dari tubuh Nyoo Hong leng. Agaknya Nyoo Hong leng memang berhasrat untuk menyaksikan kepandaian silat dari dayang tersebut, maka satu jurus seranganpun dia tidak melepaskan serangan balasan, tapi selama ini, dia hanya mengandalkan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya untuk berkelit dan menghindarkan diri dari semua ancaman yang dilancarkan oleh Pek Hap hoa.

Setelah berhasil menghindarkan diri dari ketiga serangan itu, mendadak Nyoo

Hong leng mengembangkan serangan balasan, sepasang telapak tangannya secara beruntun diayunkan ke depan melancarkan lima buah serangan berantai.

Kelima buah serangan tersebut dilancarkan dengan anteng, gesit, cepat dan bagaikan sambaran kilat, memaksa Pek Hap hoa mundur tiga depa dari posisi semula.

Mendadak Pek Hap hoa menarik kembali serangannya kemudian mundur pula sejauh lima depa, katanya.

“Ooohh… tak kusangka kalau kepandaian silat yang nona miliki sesungguhnya begini lihai.”

Nyoo Hong leng pun dapat merasakan juga betapa lihainya kepandaian silat yang dimiliki dayang tersebut, maka ujarnya sambil tersenyum.

“Kenapa ? Apakah kau merasa tidak puas ? Kalau begitu, bagaimana kalau kita mencoba beberapa gebrakan lagi ?” 

“Aku tak mengira kalau kepandaian silat yang nona miliki sudah mencapai tingkatan sedemikian hebatnya.”

“Akupun tak habis mengerti, mengapa secara tiba-tiba kau melancarkan beberapa jurus serangan terhadap diriku ? Sesungguhnya apa maksud dan tujuanmu ? “Aku hendak membunuh kau !”

“Membunuh aku ?” “Benar.”

Lian Giok seng yang berada disampingnya segera berkata dengan suara dingin. “Bila kau telah membunuh nona Nyoo, apakah kau tak kuatir jika Sengcu pun akan merenggut nyawamu ?”

“Aku mengetahui dengan jelas tabiat dari Sengcu, dia tak pernah melakukan suatu perbuatan yang menyesal di kemudia hari, seandainya aku berhasil melukai nona, bukan merusak paras mukamu mungkin saja aku akan mendapat hukuman yang sangat berat, atau mungkin saja dia akan benar-benar mencincang tubuhnya jadi hancur berkepung-keping.”

“Seandainya kau membunuhku dalam sekali pukulan ?” “Keadaannya pasti akan jauh berbeda.”

“Mengapa ?”

“Bila aku benar-benar membunuhmu, maka aku takkan memperoleh hukuman paapa, sedang Sengcu pun takkan mempersoalkan peristiwa ini lagi….”

Setelah menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan.

“Aaaaii…. ! tak kusangka, ilmu silat yang kau miliki ternyata begitu hebatnya.” “Bagaimana sekarang ?”

“Sekarang keadaannya berbeda, asal kau laporkan kejadian ini kepada Sengcu dan melaporkan jika aku telah menyergapmu, dia akan jatuhkan hukum mati

kepadaku.”

“Aku toh tak cedera atau menderita kerugian apa-apa, mengapa dia harus merenggut nyawamu ?”

“Justru karena kau tak mati dan dia ingin merebut hatimu, maka aku akan membunuhnya, apa kau merasa lega dan senang, sebab kau adalah orang baru, sedang budak hanya orang lama !”

Nyoo Hong leng segera mendengus dingin. “Hmmm, rupanya begitu.”

Mendadak Pek Hap hoa mencabut keluar sebilah pisau belati dari dalam sakunya, kemudian katanya.

“Cuma aku takkan memberi kesempatan kepadanya untuk membunuhku, sebab aku akan menghabisi nyawaku sendiri.”

Sehabis berkata dia lantas mengayunkan pisau belatinya dan menusuk ke dadanya sendiri. 

Nyoo Hong leng bertindak cepat dengan melancarkan sebuah sentilan jari yang dengan cepat menotok jalan darah pada pergelangan tangan kanan Pek Hap hoa. Begitu jalan darahnya kena tertotok, kontan genggaman tangan Pek Hap hoa mengendor dan pisau belati itupun segera jatuh ke atas tanah.

Sambil tertawa hambar Nyoo Hong leng berkata.

“Menang kalah adalah masalah yang umum dan lumrah, toh kamu belum menderita kalah mengapa harus cari kematian buat diri sendiri ?

Pek Hap hoa menghela napas panjang.

“Aaaaiiii… andaikata kau laporkan kepadanya kalau aku telah menyergap dirimu, akupun akan mengalami kematian, mungkin saja demi merebut hatimu dia akan membuat kematianku lebih mengerikan, daripada kau menyiksa diriku biarkan aku mati dengan membunuh diriku sendiri.”

Nyoo Hong leng segera tertawa, katanya.

“Darimana kau bisa tahu kalau aku akan memberitahukan hal ini kepada Sengcu ?” “Aku gagal membunuh dirimu, aku pasti akan membencimu tentu saja kaupun akan memberitahukan hal ini kepadanya.”

“Sebenarnya aku hendak melaporkan hal ini kepadanya, tetapi setelah berhasil aku tebak dengan jitu, aku justru tak mau memberitahukan hal ini kepadanya !”

“Lalu engkau hendak menggunakan cara apa untuk menghadapi diriku ?” tanya Pek Hap hoa sambil tersenyum.

“Itu mah urusan pribadiku sendiri, aku tak ingin memberitahukan kepadamu.” Kemudian sambil mengulapkan tangannya dia melanjutkan.

“Mundurlah dulu kau dari sini !”

Agaknya Pek Hap hoa sudah menaruh perasaan kagum serta hormatnya kepa Nyoo Hong leng, dia segera mengiakan dan segera mengundurkan diri dari tempat itu. “Aku pun hendak mengundurkan diri pula….” ucap Lian Giok seng kemudian.

Kemudian sambil merendahkan suaranya dia melanjutkan, “Harap nona suka melayani dia secara baik-baik selama tiga hati, dalam tiga hari aku pasti ada kabar yang akan kusampaikan kepada nona.”

Mendengar itu, dengan mempergunakan suara yang lirih pula Nyoo Hong leng menjawab.

“Engkau harus tahu, hidup sehari disini bagiku sama dengan setahun, semoga kau bertindak cepat karena semakin cepat semakin baik.”

Lian Giok seng manggut-manggut, “Lebih luweslah menghadapi setiap perubahan yang mungkin kau hadapi, asal nona dapat menempatkan dirimu pada posisi yang benar, aku rasa semua kesulitan dapat teratasi.”

“Aku mengerti !”

Lian Giok seng lantas membalikkan badan terus beranjak keluar tempat tersebut. 

Memandang hingga bayangan tubuh dari Liang Giok seng telah lenyap dari pandangan, Nyoo Hong leng baru membungkukkan badan mengambil pisau belati Pek hap hoa yang terjatuh di lantai, kemudian serunya dengan lantang.

“Masuklah kau !”

Pek Hap hoa mengiakan dan melangkah kedalam, sesudah memberi hormat katanya.

“Nona, kau ada pesan apa ?” “Berapa usiamu tahun ini ?”

“Tahun ini budak berusia delapan belas tahun.”

“Aaaahh, sulit betul dengan usia muda itu, ternyata berhasil memiliki serangkaian ilmu silat yang begitu hebat.”

Pek Hap hoa tertawa cekikan.

“Kalau kulit wajah nona, rasanya umurmu juga takkan lebih besar dari pada usia budak, tapi nyatanya ilmu silatmu masih jauh berada diatas kemampuan budak.” “Keadaan kita berbeda, ilmu silatku berasal dari warisan keluarga, semenjak kecil sudah mulai berlatih diri, sebaliknya kau belajar lewat guru, nyatanya kau berhasil mencapai kepandaian setingkatan begini tinggi.”

“Dulu, ilmu silatku amat cetek, tapi dua tahun belakangan ini, terutama setelah terpilih menjadi dayang pribadinya, ilmu silatku memang memperoleh kemajuan yang amat pesat.”

Dari pembicaraan orang, Nyoo Hong leng tahu kalau dayang itu bukan seorang yang licik dan suka main akal muslihat, maka sambil tersenyum lantas bertanya. “Dia, dia melulu, sebenarnya siapakah 'dia' yang kau maksudkan ?”

“Tentu saja Toa sengcu !”

“Ooohh.. kalau begitu Toa sengcu baik sekali kepadamu ?” Pek Hap hoa segera tertawa rawan.

“Itu mah kejadian sebelum nona kemari, tapi sekarang, keadaannya telah berubah, diantara empat bunga, Toa sengcu paling sayang kepada budak, tetapi selanjutnya semua kasih sayangnya tentu akan dilimpahkan pada nona seorang.”

“Dari mana kau bisa tahu ?”

“Aku sudah berkumpul banyak tahun dengannya, cukup jelas kupahami jalan pikirannya.”

Mendengar sampai disini, diam-diam Nyoo Hong leng lantas berpikir, “tampaknya budak ini banyak mengetahui tentang keadaan Toa Sengcu, bila kau ingin mengetahui lebih banyak tentang dia, aku harus berusaha mengorek keterangan dari mulut dayang ini.”

Sementara itu, Pek Hap hoa juga sedang mengamati Nyoo Hong leng dari atas hingga bawah lalu menarik napas panjang-panjang, “Yah, hal inipun tak bisa 

disalahkan, nona memang cukup cantik dan menarik, jauh melebihi kecantikan kami empat bunga sekaligus, tentu saja nona lebih unggul dalam persaingan ini.” Nyoo Hong leng segera tertawa hambar, “Kau terlalu memuji” katanya, “Padahal kau lebih cantik daripada diriku.”

“Sebelum bertemu dengan nona, aku memang berpendapat demikian, tapi setelah bersua dengan nona, budak baru sadar bahwasanya aku tak lebih hanya seorang budak kecil yang jelek mana bodoh lagi.”

Dengan lemah lembut Nyoo Hong leng menarik kedua tangan Pek Hap hoa, lalu digenggamnya erat-erat, kemudian itu ujarnya.

“Ucapanmu kelewat sungkan, terus terang, potongan wajahmu membuat hatiku iba, meskipun kau berusaha untuk membunuhku, namun aku tetap menyukai dirimu.”

Pek Hap hoa segera mengedipkan sepasang matanya yang bulat besar, lalu berseru. “Sungguh perkataanmu itu ?”

“Mengapa aku harus membohongimu ?” sahut Nyoo Hong leng sambil tertawa, “aaii… kau memang kelewat bodoh ! ”

“Mengapa ?”

“Tampaknya antara kau dan Toa sengcu masih belum menentukan tingkat kedudukan.”

“Tingkat kedudukan apa ? Dalam pandangan orang, aku hanya seorang dayang pribadinya belaka.”

“Bila kau dapat menentukan tingkat kedudukanmu dengannya, maka kendatipun dia adalah seorang yang baru bosan yang lama, tak nanti dia dapat menyingkirkan dirimu dengan begitu saja.”

Pek Hap hoa segera tertawa hambar.

“Dia adalah sebuah bukit yang tak dapat kucapai ketinggiannya, sedangkan kami adalah sekuntum bunga liar yang tumbuh diatas bukit tersebut.”

“Jika kau memandang rendah dirimu sendiri, sampai kapan kedudukanmu baru dapat berubah? Selama hidup kau hanya bisa menjadi seorang nona mengenakkan yang biasanya menuruti perintah orang.”

“Yaa, mungkin saja nasibku memang baru ditakdirkan begini.”

Agaknya perkataan itu belum selesai dia utarakan, secara tiba-tiba saja dayang itu membungkam diri dalam seribu bahasa.

Nyoo Hong leng pun segera meningkatkan kewaspadaannya, dia tahu urusan ini boleh kelewat keburu napsu, sebab akibatnya masalah besar dapat menjadi berantakan.

Maka setelah tertawa hambar diapun berkata.

“Baiklah, selanjutnya kau boleh ikut aku, sudah pasti akan kubantu dirimu dengan sepenuh tenaga.” 

“Terima kasih banyak nona, atas bantuanmu.” Pek Hap hoa segera membungkukkan badannya memberi hormat.

“Sebentar dia akan kembali kemari, cepat kau simpan pisau belati itu.”

Pek Hap hoa segera menyimpan kembali pisau itu, kemudian menggeleng katanya. “Sekarang dia belum akan kemari!”

“Mengapa?”

“Ia sedang melatih sejenis ilmu sakti dan kebetulan sudah mencapai tingkatan yang paling kritis, oleh sebab itu saban hari dia mesti duduk bersemedi sebanyak dua kali didalam kamar rahasianya, sekarang adalah saatnya melatih diri untuk kelima kalinya.”

“Berapa waktu yang dia butuhkan setiap hari untuk melatih diri?” Pek hap hoa ragu-ragu sebentar, kemudian baru menjawab. “Kurang lebih dua jam!”

Nyoo Hong leng segera berpikir.

“Ilmu silatnya telah mencapai ke tingkatan yang luar biasa, bila aku harus bertarung melawan dirinya, dengan mudah ia pasti dapat merobohan diriku. Saat itu, bila ia sampai memaksaku dengan kekerasan, sudah pasti aku dapat bunuh diri, tetapi kehormatanku toh sudah ternoda terlebih dahulu. Yah, aku musti sedia payung sebelum hujan, persiapan yang penting mesti disiapkan lebih dulu. Paling baik jika kutarik Pek Hap hoa agar berada disisiku, kemudian baru menghadapi segala perubahan dengan menuruti keadaan.”

Sejak kecil ia sudah dimanja oleh kedua orang tuanya sehingga bukan saja berhasil memiliki ilmu silat yang tinggi, lagipula pembantunya banyak tak terhitung, rata-

rata berilmu tinggi. Ini semua membuat gadis itu bukan cuma angkuh dan tinggi hati, diapun tak pernah memandang sebelah mata terhadap orang-orang persilatan.

Tapi, sejak dia bertemu Buyung Im seng dan tubuhnya terasa cinta didalam hatinya tanpa sadar ia telah menerjunkan dirinya kedalam pergulatan dunia persilatan. Dengan mengandalkan kecerdasan serta kepandaian silatnya dia

bersedia menyerempet bahaya sehingga menambah pengetahuannya. Kesemuanya itu membuat dia semakin sadar akan kelicikan dan kebusukan orang-orang dunia persilatan.

Kendatipun demikian, keunggulan musuh yang dihadapinya sekarang serta ancaman bahaya maut yang terbentang dihadapan matanya akan membuat ia merasa tergagap, juga untuk menghadapinya.

Ketika Pek Hap hoa menyaksikan Nyoo Hong leng hanya termenung belaka tanpa berbicara, dengan cepat dia berkata.

“Nona tentunya kau lapar bukan, budak akan pergi menyiapkan sayur dan nasi.” “Tidak usah” sahut Nyoo Hong leng, “Baru saja aku bersantap, yang kubutuhkan sekarang adalah petunjukmu tentang manusia dan persoalan yang berada disini.” “Aaaah, nona terlalu sungkan. Bila kau ingin membutuhkan suatu keterangan dariku, silahkan saja nona utarakan!” 

Toa sengcu masih sangat muda, usianya paling banter baru tiga puluh dua tiga tahunan, tapi dia telah berhasil mencapai suatu sukses yang luar biasa. Pada hakekatnya ia seorang manusia aneh yang luar biasa”

“Jadi nona sudah pernah melihat raut wajah aslinya?” tanya Pek Hap hoa agak tertegun.

“Yaa, sudah pernah” sahut Nyoo Hong leng.

“Agaknya dia sangat baik kepadamu, baru sehari berjumpa sudah bersedia menjumpai dirimu dengan wajah aslinya. Padahal dua tahun kami mengikutinya belum juga berhasil melihat raut wajah aslinya.”

“Dalam hatiku pun selalu merasa keheranan” “Apa yang kau herankan?”

“Sudah hampir dua puluh tahun lamanya Sam seng bun muncul dalam dunia persilatan. Kalau sebagai Toa sengcu usianya cuma tiga puluh tahunan, lantas

pada usia berapakah dia mendirikan perguruan Sam seng bun? Masa dalam sebelas dua belas tahun dia sudah mampu mendirikan kekuatan maha besar”

Agaknya Pek Hap hoa tidak pernah menduga sampai kesitu, untuk sesaat lamanya ia tertegun.

“Yaa, benar peristiwa ini memang aneh rasanya”

Melihat kebingungan yang menghiasi wajah Pek Hap hoa dia tahu bahwa persoalan itu kelewat mendadak baginya, maka buru-buru dia mengalihkan pembicaraan kesoal lain, tanyanya.

“Apakah dia adalah seorang yang amat menyukai perempuan?” Pertanyaan ini segera membuat Pek Hap hoa menjadi sangat tertegun.

“Soal ini mah sukar untuk dijawab. Kalau dibilang tidak menyukai perempuan, kami empat dayang bunga sudah dinodai semua olehnya. Bila dibilang menyukai perempuan, maka sudah dua tahun kami tinggal disini, dia tak pernah mengusik kami lagi, bahkan dikarenakan apa hingga sampai sekarangpun tak bermesraan dengan kami. Dalam satu tahun belum tentu kami bisa menemaninya selama beberapa kali.

Agaknya dia merasa kalau pengakuannya itu terlampau blak-blakan sehingga tanpa terasa sepasang pipinya berubah menjadi merah padam. Untuk sesaat lamanya dia menjadi amat jengah sehingga tak mampu untuk melanjutkan kembali kata-katanya.

Nyoo Hong leng sendiripun merasa turut jadi jengah setelah mendengar perkataan itu, dia segera menarik napas panjang, katanya.

“Kalau begitu, dia adalah seorang manusia yang sangat aneh?”

“Sedikitpun tak aneh” mendadap terdengar suara tertawa ringan berkumandang memecahkan keheningan.

Menyusul suara jawaban itu, seseorang berbaju hitam, berkain kerudung warna hitam pula pelan-pelan berjalan masuk kedalam ruangan. 

Melihat dari potongan badannya, Nyoo Hong leng tahu kalau dia adalah Toa sengcu, sambil tertawa hambae segera serunya.

“Oooh, rupanya kau!”

Orang berbaju hitam itu segera melepaskan kain kerudung hitam penutup wajahnya, kemudian setelah tersenyum ia berkata.

“Benar, aku hanya menengok nona sebentar, kemudian akan memohon diri!” “Tempat ini adalah tempat milik pribadimu, mau tinggal atau tidak toh terserah kehendak hatimu sendiri…”

Mendadak ia merasa ucapan tersebut seperti ada titik lemahnya, buru-buru ia lantas membungkam.

“Maksud nona apakah kau merasa amat girang kalau aku tetap tinggal ditempat ini?” sambung orang berbaju hitam itu cepat.

“Mengapa aku harus mengurusi dirimu?” tukas Nyoo Hong leng sambil tertawa dingin.

Orang berbaju hitam itu segera berpaling dan memandang sekejap terhadap Pek Hap hoa setelah itu ujarnya sambil tertawa.

“Kau boleh mengundurkan diri dari sini!”

Paras muka Pek Hap hoa berubah hebat, tapi dia toh menurut juga untuk mengundurkan diri dari situ.

“Hei apa yang hendak kau lakukan?” Nyoo Hong leng segera menegur. “Aku hanya ingin berbincang-bincang empat mata dengan noa!”

“Apa yang hendak diperbincangkan?”

“Bagaimana kalau memperbincangkan tentang diriku lebih dahulu?” Nyoo Hong leng segera berpikir dalam hatinya.

Dalam dirinya memang banyak hal yang terasa misterius, hal-hal tersebut tidak kupahami hingga terangan, akupun merasa kurang leluasa untuk menanyakan secara langsung kepadanya, lebih baik memang membiarkan dia membicarakannya sendiri.

Meskipun berpikir demikian, dimuka ujarnya. “Persoalan apa yang bisa diperbincangkan lagi?”

Orang berbaju hitam itu segera tertawa ramah, sahutnya.

“Nabi besar Khong Hu Cu pernah berkata 'Makan, minum, lelaki, perempuan merupakan bencana besar bagi manusia', barang siapa suka akan perempuan, napsu namanya, aku toh bukan malaikan atau nabi….”

“Lantas mengapa kau harus menyebut dirimu sebagai Toa sengcu (malaikat pertama)?” tukas Nyoo Hong leng sambil tertawa dingin.

“Agar supaya orang awam menganggapku agak misterius, terpaksa aku harus menggunakan nama tersebut. Padahal aku juga seorang manusia yang terdiri dari darah dan daging, akupun punya perasaan cinta dan napsu birahi” 

“Aku lihat kau bukan seorang manusia?” “Ooooh… lantas apa?”

“Seorang manusia munafik, setan perempuan, mahluk aneh yang menggidikkan hati orang saja”

Orang berbaju itam itu segera tertawa.

“Tampaknya Pek Hap hoa sudah banyak memberitahukan soal-soal tentang diriku kepadamu?”

Nyoo Hong leng segera meningkatkan kewaspadaannya, tak tahan dia berseru. “Orang lain toh gadis baik-baik, juga tak mau mengawininya cukup dilihat dari sikap serta perbuatanmu itu hal mana menunjukkan kalau kau bukan seorang enghiong bukan seorang hohan sejati”

“Dia mah belum pantas untuk mendampingi diriku, sebenarnya aku menyangka kalau didunia ini tak nanti ada orang yang bisa meluluhkan hatiku, sungguh tak disangka hari ini aku berhasil menemukannya juga”

Ntoo Hong leng menjadi tertegun. “Maksudmu…?”

“Kau” sahut orang berbaju hitam itu dengan cepat. “Mungkin selain kau, dunia ini sudah tak ada orang kedua lagi.” Setelah terbahak-bahak dia melanjutkan, “Hai Po Tong Cu Im Hui mempunyai adik perempuan, Im siau Gwat. Dia memang berwajah cantik sayang kecantikan wajahnya sedikitpun tidak menarik hatiku.”

“Kau sedang memuji kecantikanku?” jengen Nyoo Hong leng sambil tertawa dingin. “Benar! Orang kuno bilang setiap sepuluh langkah terdapat rumput muda, tapi aku berbeda dengan orang biasa. Dalam perguruan Sam seng bun kami banyak terdapat anggota perempuan, diantaranya banyak juga yang disebut cantik. Namun dalam pandanganku mereka hanya biasa saja, dalam anggapanku di dunia ini sudah tiada perempuan cantik lagi, siapa tahu setelah berjumpa dengan nona hari ini…” “Kenapa?” tukas Nyoo Hong leng dingin.

“Aku baru tahu kalau didunia ini memang terdapat perempuan cantik….” Setelah tersenyum, sambungnya lebih jauh.

“Aku bukannya tiada cacad, tapi aku adalah lelaki yang berpandangan tinggi. Seandainya nona tidak memiliki kecantikan yang luar biasa, tak nanti hatiku bisa tertarik.”

“Empat dayang bunga telah kau nodai semua, apakah kau masih belum merasa puas?” Kembali orang berbaju hitam itu tertawa hambar.

“Apakah Pek Hap hoa telah memberitahukan kesemuanya itu secara jelas kepadamu?”

“Kalau kau berani berbuat, mengapa kuatir diketahui orang lain?” Kembali orang berbaju hitam itu tertawa. 

“Apa yang dikatakan Pek Hap hoa memang semuanya kenyataan dan jujur, aku enggan mengawini mereka karena aku merasa bahwa didunia ini tiada orang yang pantas menjadi istriku!”

“Apakah aku pantas?”

Orang berbaju hitam itu kembali tersenyum. “Bagaimanakah perasaan nona sendiri?” dia balik bertanya.

“Ilmu silatmu sangat tinggi, lagipula menguasai perguruan Sam seng bun yang mempunyai kekuasaan terbesar didunia persilatan, syarat tersebut sudah cukup untuk menggetarkan hatiku.”

Orang berbaju hitam itu segera tersenyum.

“Dan akhirnya kau masih tetap enggap untuk mengabulkan permintaanku…?” katanya.

“Perkataanmu itu terlampau tergesa-gesa!” “Jadi kau meluluskan permintaanku?”

“Aku hanya memikirkan persoalan ini secara pelan-pelan dan seksama kemudian baru dapat memberikan keputusannya”

“Kalau begitu berpikirlah pelan-pelan, cuma aku ingin memberitahukan satu hal kepadamu.”

“Persoalan apa?”

“Tentang Buyung Im seng…”

Mendadak dia membungkam dan mengalihkan sorot matanya yang tajam keatas wajah Nyoo Hong leng.

Sekuat tenaga Nyoo Hong leng berusaha untuk mengendalikan perasaannya, lewat lama kemudian ia baru berkata.

“Bagaimana dengan Buyung Im seng?”

“Dalam lima hari kemudian Buyung Im seng sudah tak tertolong lagi jiwanya.” Dalam hati kecilnya Nyoo Hong leng merasa sangat terkesiap namun diluaran berlagak seolah-olah tenang sekali, tanyanya sambil tersenyum.

“Mengapa dia?” (Bersambung ke jilid 22) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar