Lambang Naga Panji Naga Sakti Jilid 19

BURU BURU Kwan Tiong Gak lintangkan tangan menghadang.

“Thayjien, harap kau suka mengijinkan siaw heng untuk mengutus beberapa orang piauwsu untuk menghantar diri thayjien.”

“Haa…. haaaa…. walaupun aku tidak memiliki kepandaian silat seperti yang dimiliki Kwan Cong Piauw tauw, tetapi aku memiliki kepandaian silat seperti yang dimiliki semangat tidak jeri terhadap segala ancaman bahaya, tidak perlu merepotkan dirimu lagi”.

“Thayjien,” seru Kwsn Tiong Gak kembali setelah tertegun beberapa saat lamanya “Bagaimana kalau berhenti sebentar dan dengarkan sepatah dua patah kata siauw heng?”

Tanpa berpaling lagi jawab Sie Si Cong, “Jangan kau ungkap soal peta rahasia pengangon kambing lagi, tadi sudah kukatakan bahwa barang berharga itu kuhadiahkan untukmu dan tak bisa kuterima lagi, bagaimana kau hendak menyelesaikan masalah tersebut itu urusan pribadimu sendiri.”

Selesai berkata tanpa berhenti lagi ia terus berjalan dan lenyap dibalik hutan.

 Menanti Sie Si Cong serta Jen Pak To telah berlalu, Kwan Ciong Gak segera berbisik.

“Saudara Poei, bawahlah Giok Long serta Toa Lek mengikuti dari belakang Sio thayjien sembari diam diam melindungi keselamatannya, kalau terjadi sesuatu peristiwa barulah kirim kabar kepadaku.”

Poei Ceng Yan mengiakan dengan membawa Liem Toa Lek berdua mengintil dari belakang Sie Si Cong.

Setelah ketiga orang itu berlalu, Nyioo Su Jan berjalan mendekati Cong Piauw tauw ya sembari bertanya, “Cong Piauw tauw kau bermaksud hendak menyelesaikan masalah peta rahasia ini dengan cara bagaimana??”

“Aku telah berubah pendapat” “Kau hendak berbuat bagaimana?”

Kwan Tiong Gak mendongak ke atas dan termenung sebentar, lalu jawabnya lambat lambat, “Aku bermaksud untuk kumpulkan seluruh jago yang kita miliki dari perusahaan Hiaw Wie Piauw kiok kemudian sekuat tenaga berusaha mendapatkan harta karun yang terpendam menurut catatan diatas peta rahasia ini aku pikir jumlahnya harta itu tentu ternilai harganya”.

“Setelah menemukannya, Cong Piauw tauw bermaksud hendak menyelesaikan soal ini secara bagaimana?”

“Barang siapa yang ikut serta dalam gerakan ini akan memperoleh jumlah enak menikmati hidupnya sampai akhir hayat, tapi tidak boleh terlalu banyak, sedang sisanya kita sumbangkan untuk rakyat jelata atau untuk membantu bencana yang menimpa.”

 “Agaknya Cong Piauw tauw benar ada maksud mengakhiri usaha perusahaan ekspedisi Hauw Wie piauw kiok kita?”

“Su Jan.” ujar Kwan Tiong Gak sambil tertawa getir “Kita sudah berhasil merebut sedikit nama didalam dunia persilatan, sekalipun sungguh sungguh hendak gulung tikarpun bukan Suatu masalah yang gampang.”

Ia merandek untuk menghela napas panjang, kemudian tambahnya, “Sie thayjien adalah seorang pembesar budiman, ia bersemangat jantan berpikiran lurus dan merupakan seorang pembesar dengan sifat yang mulia. dalam masa ini kalau bisa muncul beberapa orang pembesar negeri lagi semacam Sie thayjien, maka rakyat akan hidup sentosa serta gembira, tetapi dia adalah seorang pembesar tinggi, banyak urusan tak bisa ia lakukan sendiri.”

“Maksud Cong Piauw tauw, Sie thayjien memberikan peta rahasia pengangon kambing itu kepadamu adalah bermaksud agar kau wakili dirinya menemukan gudang harta tersebut?”

“Dia adalah seorang pembasar negeri kelas satu dalam pemerintahan saat ini, perkataan serta sikapnya tentu saja harus kita pikirkan sendiri.”

“Cong Piauw tauw, aku rasa peta rahasia pengangon kambing itu susah dipertahankan menurut pendapat hamba lebih baik kita serahkan kembali kepada Sie thayjien, asalkan kita tak membawa peta rahasia pengangon kambing itu maka kawan kawan dunia persilatan tentu suka menjual muka untuk kita”

Kwan Tiong Gak tidak menjawab, ia segera berpaling kepada diri Ih Cun.

 “Suruhlah mereka berikan barang barang dan kita segera Kembali kekantor pemerintahannya.”

“Terima perintah,” dengan cepat Ih Cun menjura. “Su Jan, mari kita berangkat terlebih dahulu!”

Nyioo Su Jan mempercepat langkahnya berjalan sejajar dengan Kwan Tiong Gak sambil bertanya, “Harta karun yang termuat didalam peta rahasia pengangon kambing hanya merupakan suatu berita saja didalam dunia persilatan, benarkah dikolong langit ada kejadian seperti ini masih susah di duga. Cong Piauw tauw demi persoalan yang sama sekali tiada suatu patokan yang bisa dipegang apa gunanya kau mengikat tali permusuhan dengan orang orang Kang ouw….”

“Pada setengah jam barselang akapun pernah berpikir demikian.”

“Jadi Cong Piauw tauw mempunyai pandangan lain”

Kwan Tiong Gak mengangguk. “Tempo dulu sewaktu aku mendirikan perusahaan Expedisi Hauw Wie Piauw Kiok, dengan seorang diri kuterjang keutara malang melintang ke Selatan dengan tujuan menanamkan fondasi yang kuat buat perusahaan kita, dan kini perusahaan Hauw Wie Piauw Kiok telah memiliki berpuluh puluh kantor cabang diperbagai tempat, jumlah Piauw su sudah melebihi seratus orang didaerah utara maupun selatan terhitung sebagai sebuah perusahaan Piauw kiok yang terbesar, kalau membicarakan soal nama kita sudah harus merasa puas.

Tapi,pikiranku saat ini kosong melompong. sedikitpun tiada bedanya ketika aku masih berkelana didalam dunia persilatan, tahukah kau apa sebabnya?”

 “Sepuluh kantor, seratus orang Piauw su serta ribuan pembantu telah menggantungkan nafKah hidup mereka pada perusahaan kita-ini berarti menambah berat beban Cong Piauw tauw”

“Hal itu bukan merupakan alasan yang terutama.” tukas Kwan Tiong Gak sambil menggeleng. “Dagangan perusahaan Piauw kiok kita sangat baik sekalipun memelihara beberapa orang lagipun bukan suatu masalah yang rumit, orang kangouw yang berani mengganggu barang kawalan kitapun tidak banyak, terhadap persoalan ini aku hanya membuang waktu dengan percuma saja. Jerih payah kita selama banyak tahun ini sudah mengumpulkan banyak sekali pun kita harus berhenti dan membagikan harta untuk semua orang pun masih cukup buat kita untuk hidup sepuluh delapan tahun lagi.”

“Jikalau demikian adanya. Cong Piauw tauw tentu mempunyai kesulitan lain.”

“Sekalipun tidak salah, orang-orang kang Ouw semuanya memanggil aku dengan sebutan Cong Piauw tauw, hal ini dikarenakan perusahaan Hauw Wie Piauw kiok kita makin besar dan luas, nama Kwan Cong Piauw tauw pun makin hari makin nyaring. Tetapi bagi diriku sendiri sebutan ini sama sekali tidak Mendatangkan kegembiraan buat diriku bahan sebaliknya mendatangkan rasa rikuh karena seolah olah tujuanku hanya mengejar nama serta harta belaka.”

“Ehmm….tentang soal ini hamba paham,” Nyioo Su Jan mengangguk.

“Kau sungguh sungguh paham?” “Hamba percaya benar benar paham.”

 “Kalau begita bagus sekali, sekarang coba kau katakan, biarlah aku mendengarkan uraianmu itu,”

“Bakat setia kepandaian silat Cong Piauw ta»w sangat sempurna, tapi dalam soal harta serta nama telah tak bisa memuaskan hatimu.”

“Ucapanmu memang benar tapi salah! teruskan!” kata Kwan Tiong Gak dengan sepasang alis berkerut.

“Cong Piauw-tauw ingin meninggalkan suatu kenangan yang mendalam dikolong langit ini.”

Mendengar perkataan tersebut Kwan Tong Gak mendongak tertawa terbahak-bahak.

“Su Jan, dugaanmn sudah hampir benar hanya aku tidak berpikir seperti apa yang kau ucapkan barusan aku hanya ingin melakukan beberapa pekerjaan yang menguntungkan bagi umat manusia, agar meninggalkan sedikit kenangan dihati orang orang kemudian hari, dengan demikian hidupku kali ini pun tak terhitung sia sia belaka.”

“Maka dari itu secara mendadak Cong Piauw tauw hendak berubah niat dan ingin meminjam kekuatan Hauw Wie Piauw kiok untuk menemukan letak harta karun tersebut kemudian menyebarkan benda berharga itu kepada rakyat jelata?”

“Benar.” Kwan Ttong Gik mengangguk “Aku pikir dengan berbuat demikian jauh lebih menguntungkan dan lebih mulia dari pada setiap hari berkelana didalam dunia persilatan hanya dikarenakan mengejar harta serta nama belaka.”

“Perkataan Cong Piauw tauw sedikitpun tidak salah, kalau Cong Piauw merasa bahwa aku orang she Nyioo masih bisa di butuhkan cayhe rela mengikuti jejakmu.”

 “Bagus sekali justru aku hendak meminjam tanganmu.”

Sembari berkejap kedua orang itu meneruskan perjalanannya, tidak terasa lagi mereka telah tiba dikantor cabang parusahaan Hauw Wie kiok.

Belum lama mereka berdua duduk di-ruangan tengah Pui Ceng Yan serta Lim Toa Lek sekalipun telah tiba pula dalam kantor,

“Toako.” ujar Poei Ceng Yan sembari menjura. “Siauwte sekalian telah melihat Sie thayjien tiba didalam istananya dengan selamat.”

“Bagus sekali, semua orang sudah sibuk satu malaman penuh, sekarang pergilah beristirahat semua, besok pagi aku masih ada urusan hendak dirundingkan dengan kalian.”

“Toako, bukankah malam ini juga kita akan berangkat pulang ke Utara,”

“kuda kuda sudah dibari makan kenyang. pelana segera dipasang begitu ada perintah” sambung Liem Toa Lek.

Kwan Tiong Gak tersenyum.

“Kau suruhlah aku telah mengubah rencana untuk sementara tidak akan berangkat”

“Aiaaa….,…. .!” Poei Cong Yan berseru tertawa “Toako, selama banyak tahun siauwte baru untuk pertama kalinya melihat bagaimana lihaynya permainan senjata rahasia Kiem Ling Piauw mu dan untuk pertama kalinya pula mendengar toako berkata demikian.”

 “Benar. saudara Siauwte telah mengubah rencana semula, sewaktu kalian pergi menghantar Sie thayjien tadi.”

“Toako” seru Pui Ceng Yan kemudian, Setelah termenung sebentar “Kau hendak mengubah rencanamu secara bagaimana? dapatkah diutarakan agar Siauwte ikut mengerti?”

“Tentu saja boleh.”

“Bagaimana dengan, perusahaan Piauw kiok kita?” “Untuk sementara berhenti bekerja.”

“Toako, menurut keadaan pada tahun berselang sebelum tutup tahun merupakan saat saat paling repot buat kita, tahun baru ini kita sudah ada setengah tahun lamanya kita beristirahat, dan kebanyakan dagangan datang pada pemulaan tahun ini, toako kita tak akan bisa menolak datangnya permintaan permintaan yang makin meningkat ini!”

Kwan Tiong Gak termenung sebentar kemudian mengangguk.

“Perkataanmu sedikitpnu tidak salah, maka dari itu saudara kau akan lebih repot lagi.”

“Toako bersikap, sangat baik terhadap siapa pun piauwsu yang ada dalam perusahaan pun semuanya bersedia mengorbankan jiwa demi Toako, mau suruh siauwte terjang lautan api naik kegunung golok, tak akan ku tolak asal ada perintah dari dari toako,”

“Cepatlah kau kembali kekantor pusat dan instruksikan seluruh kantor cabang untuk sementara jangan menerima pesanan pesanan bagi mereka yang telah diterima pesanan berusaha antuk dibatalkan,”

 “Kalau tidak berhasil dibatalkan?” “Terpaksa kita harus pikul sendiri!”

“Jika kudengarkan nada psmbicaraan toako, agaknya sudah ambil keputusan untuk membubarkan perusahaan Hauw Wie Piauw kiok kita?”

“Aaaai…. saudara perusahaan Hauw Wie piauw kiok kita sudah berkembang sampai batas batasnya, kalau kita bekerja teruspun teetap akan seperti ini. Pepatah mengatakan. genting tak akan pecah kalau tidak terjatuh dari atas, panglima tak akan binasa kalau tidak maju perang, kalau perusahaan kita teruskan pada suatu hari merek emas kita akan dihancurkan orang, dari pada terjadi peristiwa semacam ini lebih baik sekarang juga kita mengundurkan diri terlebih dahulu dengan demikian Kita masih bisa mempertahankan sedikit nama baik.”

Agaknya Poei Ceng Yan masih merasa tidak setuju dengan cara kerja Kwan Tiong Gak ini, tapi ia tidak banyak bicara lagi, setelah termenung sejenak katanya, “Baiklah, kalau memang toako sudah mengambil keputussn demikian siauwte pun tak akan banyak berbicara lagi, entah kenapa siauwte boleh berangkat?”

“Tentu saja, lebih cepat lebih baik.”

“Baik! Sekarang juga siauwte akan berangkat, Toa Lek suruh orang siapkan kuda buat diriku….”

“Tidak perlu begitu tergesa gesa” cegah Kwan Tiong Gak sambil tertawa. “Ini hari adalah permulaan tahun, berangkatlah setelah lewat ini hari, lagi pula aku masih ada urusan lain yang hendak dirundingkan dengan dirimu.”

“Toako masih ada urusan apa? kalau kita tinjau dari nada    pembicaraan    Toako    agaknya    urusan sangat

 mendesak tinggal satu atau tanggal dua hanya terpaut satu hari sedikit-pun tidak perbedaan.”

Mendengar ucapan itu Kwan Tiong Gak tertawa terbahak bahak.

“Haaa …. haaaa….dalam hatimu lagi mangkel sekali kendati tak kau utarakan aku bisa melihatnya sangat jelas, hubungan persahabatan kita selama banyak tahun….”

“Toako kau jangan salah paham,” tukas Poei Ceng Yan cepat. “Sekalipun siauwte merasa mangkelpun tak akan merasa benci terhadap toako, hanya ssja….”

“Aku paham”. Kwan Tiong Gak tersenyum. “Hal ini hanya bisa salahkan aku tak menerangkan perkataanku sejelas jelasnya.”

“Kalau Toako suka menerangkan perkataanmu, hal ini jauh lebih baik lagi….”

“Hal ini merupakan perubahan pandangan seseorang. Saudara, apa yang diucapkan Sie thayjien kemarin malam apakah Cuwi sudah mendengar?”

“Sudah mendengar “

“Kita berhasil memiliki kepandaian silat bagaimana pun juga tak bila bekerja sebagai pengawal barang sepanjang hidup, apa lagi kita telah berhasil mengumpulkan banyak uang sekalipun perusahaan dibubarkan masih cukup untuk membiayai penghidupan kita selanjutnya. Kita harus menggunakan masa hidup selanjutnya ini untuk melakukan perbuatan yang menguntungkan bagi umat manusia.”

“Toako bersiap sedia hendak melakukan apa?”

 “Mengikuti peta rahasia ini mencari sampai dapat harta karun yang terpendam kemudian menggunakan benda benda berharga itu untuk menolong sesama manusia yang menderita di kolong langit.”

Poei Ceng Yan termenung sejenak, katanya, “Siauwte merasa setuju dengan maksud mulia Toako hendak menolong sesama manusia, tapi dengan berbuat demikian kita mengikat tali permusuhan dengan Bu lim.”

“Tentang soal itu aku tahu, maka dari itu aku hendak menghentikan semua kegiatan perusahaan kita dari pada mereka menimpahkan hawa amarah tersebut pada perusahaan kita dan melukai pelancong serta pedagang yang sama sekali tak terlibat dalam hal ini.”

“Burung lewit meninggalkan suara, manusia mati meninggalkan nama, dengan berbuat demikian nama besar Toako akan tetap tercatat dihati semua orang selama ratusan tahun lamanya, hal ini tentu saja membanggakan diri kita. Tetapi Toako tidak berpikir bagaimana dengan penghidupan selanjutnya dari beribu ribu anggota perusahaan apa bila kita tutup semua kantor cabang perusahaan Hauw Wie Piauw kok? apakah kau hendak mengorbankan diri mereka?”

“Akupun tahu urusan ini tidak gampang untuk menyelesaikannya, maka dari itu aku minta saudara suka bekerja secara terpisah membereskan kesulitan ini, aku pikir paling lambat tiga bulan, seluruh kantor cabang harus ditutup semua, aku segera kembali keibu kota untuk kirim kabar dengan burung merpati sedang kau dari sini langsung berangkat kepelbagai kantor cabang untuk memberi perintah jangan menerima pesanan lagi, beruntung dalam kantor cabang masih tersimpan sejumlah uang, suruhlah tiap Piauw su yang bertanggung jawab   dalam   kantor   cabangnya   membagikan   uang

 secara merata dan bubarkan seluruh anggota agar mereka mencari nafkah hidup lain….”

“Jikalau mereka tidak mau bubar?” tanya Pui Ceng Yan.

“Mereka harus dibubarkan, perjalanan kita kali ini untuk mencari harta bukan seperti pengawal barang kawalan biasa. orang-orang yang kita hadapi adalah jago jago lihay Bu lim kelas wahid, apakah tidak sayang mengorbankan jiwa dengan percuma?”

“Perkataan toako sedikitpun tidak salah, siauwie segera akan terangkat….”

“Beristirahatlah malam ini, besok pagi baru berangkat.”

“Baiklah perjalananku kali ini mungkin akan membutuhkan waktu selama dua bulan lebih. setelah urusan selesai aku segera kembali kekantor pusat untuk menjumpai toako.”

“Tak usah, setelah urusan selesai kembalilah kekota Ka Hong, aku pun segera akan berangkat kemari.”

Setelah rencana disusul mereka pergi beristirahat.

Keesokan harinya pagi pagi sekali Pui Ceng Yan sudah berangkat melakukan perjalanan.

Setelah menghantar Pui Ceng Yan berangkat. Kwan Tiong Gakpun menyerahkan beberapa pesan kepada diri Liem Toa Lek, “Setelah aku pergi, kau harus berhati hati, jikalau Sie thayjien kirim orang mencari aku katakan saja aku telah berangkat ke ibu kota, paling lambat tiga bulan lagi akan tiba kembali kemari, waktu itu aku bisa pergi menjumpai dirinya diistana.”

“Hamba akan mengingat-ingat,” Liem Toa Lek segera menjura.

 “Tanda merek perusahaan Hauw Wie-piauw kiok yang ada didepan pintupun boleh diturunkan, mulai sekarang tak usah menerima pesanan lagi.”

“Hamba akan, segera perintahkan mereka untuk melaksakannya.”

Kwan Tiong Gak tertawa.

“Untuk sementara waktu orang-orang yang ada dikota Kay Hong tak perlu dibubarkan dulu, setelah tiba di ibu kota aku akan pilih beberapa orang Piauwsu berkepandaian tinggi untuk datang lebih dahulu ke kota Kay Hong dan membantu urusanmu di sini.”

Bicara sampai disini ia alihkan sinar matanya ke arah Nyioo Su Jan serta Lie Giok Liong terusnya, “Su Jan, kau serta Giok Liong dan Ih Cun tetap berdiam disini, tak usah pulang kekantor pusat lagi.”

“Kami turut perintah,” ketiga orang itu bersama sana menjura.

Setelah meloncat naik keatas kudanya Kwan Tiong Gak melarikan binatang tersebut kedepan untuk melakukan perjalanan.

Menanti bayangan punggung dari Cong Piauw tauwnya telah lenyap dari pandangan senua orang baru kembali keruangan tengah,

Liem Toa Lek segera menjura ke arah Nyioo Su Jan sembari berkata, “Nyioo heng, membicarakan soal pengalaman kecerdikan kau jauh lebih hebat dari siauwte, sejak Cong Piauw tauw berlalu harap urusan disini bisa diputusi oleh Nyioo heng.”

“Soal ini. .soal ini….”

 “Nyioo heng tak perlu merendah lagi. siauwte akan mendengarkan semua perintah mu.”

Buru-buru Nyioo Su Jan menjura.

“Jikalau demikian adanya, siauwte akan menurut saja….”

Ia merandek sejenak, demikian terusnya, “Cong Piauw tauw serta Hu Cong Piauw tauw telah meninggalkan tempat ini, berita tersebut dengan cepat akan diketahui oleh si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang, kecuali Cong Piauw tauw telah mengadakan persiapan atau Ke Giok Lang telah pergi mengejar Cong Piauw tauw. Asalkan ia tetap berada dikota Kay Hong maka ia pasti berusaha untuk menghadapi kita, maka dari itu kita harus bertindak lebih berhati hati. Harap Cu-wi pikirkan cara apa yang bagus untuk mengatasi masalah ini. nanti sore kita berunding lagi untuk mencari satu akal untuk membendung usaha Ke Giok Lang ini.”

Lie Giok Liong sekalian sama sama mengiakan dan segera kembali kekamar masing-masing untuk membendung usaha Ke Giok Lang ini dan sekalian untuk beristirahat.

Sementara itu kita balik pada Kwan Tiong Gak yang membedal kudanya melanjutkan perjalanan, dalam sekejap mata ia sudah melewati sepuluh lie lebih.

Waktu itu sang surya baru saja muncul sinar matahari yang barwarna keemas emasan menyoroti permukaan salju nan putih menimbulkan cahaya pantulan yang menyilaukan mata.

Dibawah sorotan sang surya, tampaklah ditengah jalan raya berdiri menanti seorang hweesio berjubah abu abu.

 Sejak semula Kwan Tiong Gak sudah mengerti apabila dirinya tak bakal bisa meninggalkan kota Kay Hong dalam keadaan aman tetapi tak disangka olehnya kalau orang pertama yang dijumpainya bukan lain adalah sang paderi yaug ditemuinya kemarin malam dalam hutan pohon Liuw, ia agak tertegun dan segera menghentikan kudanya sembari pura pura tidak kenal.

“Thaysu, kenapa kau menghadang perjalananku?” tegurnya.

Hweesio itu mendongak dan memandang sekejap kearah Kwan Tiong Gak, kemudian sindirnya

“Kwan Cong Piauw taew, ternyata kau adalah seorang pelupa.”

Kwan Tiong Gak tertawa hambar. “Thaysu kau adalah seorang manusia tak bernama juga tak ada gelar, hal ini membuat aku sulit untuk mengingat ingatnya.”

Air muka sang paderi tersebut tetap hambar sedikitpun tidak berubah, ujarnya kembali, “Pinceng paling tidak suka menutupi segala yang kuingin katakan, kau Kwan Cong piauw tauw sebagai seorang yang berkedudukan tinggi rasanya tak akan berbohong, pinceng ingin menanyakan satu hal kepadamu.”

“Silahkaa thaysu ajukan pertanyaan….”

“Sekarang peta pengangon kambing itu berada di mana?”

“Berada dalam saku orang she Kwan.”

“Bagus sekali entah dapatkah Kwan Cong Piauw Tauw meninggalkan benda tersebut disini.”

 “Untuk ditinggalkan disini bukan suatu hal yang sulit, tapi aku harus libat dahulu apakah Thay suhu punya kenampuan atau tidak.”

Sapasang mata paderi berjubah abu abu Itu berkilat memancarkan cahaya tajam seru nya.

“Pinceng, sudah melihat bagaimana hebat nya permainan senjata rahasia serta ilmu golok Kwan Cong Piauw,”

“Kalan begitu thaysu tentu sudah mempunyai perhitungan untuk menghadapi aku orang she Kwan,” sambung Kwan Tiong Gak hambar, ia segera meloncat turun dari kuda nya.

Mendengar perkataan itn sipaderi berjubah abu abu itu tertawa dingin.

“Kalau Kwan sicu rela menyerahkan peta rahasia pengangon kambing itu secara suka rela kita boleh hindari suatu pertarungan sengit”

“Haaa. ….Haas… Haha, Thay suhu, sungguh enak

sekali perkataanmu.”

“Rejeki atau bencana tak bisa datang sendiri, tapi dicari oieh manusia kalau Kwan sicu tidak percaya dengan perkataan pinceng silahkan cabut keluar senjata tajammu.”

Kembali Kwan Tiong Gak tersenyum. “Thaysu adalah seorang paderi yang melepaskan diri dari segala keduniawian, tetapi-cayhe lihat thaysu bukan seorang paderi saleh, kau terlalu serakah serta menginginkan barang milik orang lain, watakmu jelek ini bahkan melebihi manusia biasa.”

Ia mendehem perlahan, lalu terusnya.

 “Tetapi cayhe tetap terhadap bilamana Thaysu bisa mengerti diri dan menarik maksudnya semula sehingga diantara kita tak usah melangsungkan suatu  pertarungan. semisalnya thaysu benar benar sudah bulatkan tekad ingin bergebrak melawan aku orang she Kwan, harap kau suka sebutkan dulu gelar serta asal usulmu.”

“Omitohud setelah kau berhasil menangkan diriku, belum terlambat apabila pinceng menyebutkan gelarku.”

Tapi dengan cepat Kwan Tiong Gak telah menggeleng.

“Thaysu seorang diri menghadang perjalananku, dalam hati tentu sudah punya suatu keyakinan, setelah bergebrak maka pertarungan ini pasti akan berlangsung dengan amat serunya. Senjata tak bermata tak urung salah satu pihak akan terluka. Cayhe mempunyai beberapa orang sahabat karib yang berasal dari kuil siauw lim sie semua, apabila thaysu ada lah orang asalusul Siauw tim sie….”

“Kalau benar mau apa?” tuk&s hweesio itu tiba tiba. “Kalau thaysu adalah seorang hweesio berasal dari

kuil siauw lim sie cayhe tidak ingin bergebrak melawan dirimu,”

“Jikalau pinceng tidak memberi jalan bagimu untuk lewat?”

“Aku orang she Kwan percaya masih mampu untuk meloloskan diri dari sini.”

“Bagaimana kalau pinceng bukan keluaran dari kuil Siau lim sie?”

“Hal ini akan kulihat dulu bagaimana kepandaian silat yang kau miliki”

 Si hweesio perjubah abu abu itu kontan tertawa dingin.

“Kwan Tiong Gak kau sudah bicara banyak sekali tak gunanya, perduli apa yang kau katakan aku tak akan menyebutkan gelar serta asal usulku….”

“Setelah thaysu berkeyakinan bisa mengalahkan aku orang she Kwan, kau baru berani datang kemari, bukankah begitu?” jengek orang she Kwan itu.

“Aku sudah melihat permainan ilmu golok dari Kwan sicu, hanya saja pinceng tetap merasa bahwa nama seseorang hanya merupaksn suatu petanda belaka. Kau she Kwan dan bernama Tiong Gak, kendati begitu kau pun tak boleh melarang orang lain ikut she Kwan pula dengan nama Tiong Gak. Dikolong langit ada sepuluh, delapan orang Kwan Tiong Gak hal itu tidak termasuk sesuatu hal yang aneh tetapi jelas mereka bukan Kwan Cong Piauw tauw dari perusahaan Hiaw Wie Piauw kiok, bukankah begitu?”

Ucapan yang berliku liku ini membantu Kwan Cong Gak yang banyak pengalaman jadi tertegun.

“Taysu kau sudah bicara setengah harian tetapi cayhe masih belum memahami apa yang sebenarnya kau maksudkan.”

“Maksudku gampang sekali, pinceng berpendapat lebih baik kau tak usah mencari tahu asal usulku dan tidak perlu mengurus siapakah namaku, kau hendak melindungi peta rahasia pengangon kambing itu jangan sampai terjatuh ketangan orang lain bukan mengandalkan nama kosong gelarmu sebagai Golok sakti Genta emas yang menggetarkan delapan penjuru, melainkan mengandalkan kepandaianmu yang sebenarnya untuk mengalahkan pinceng, kalau kalah pinceng segera akan putar badan berlalu, sedang kalau

 kau yang kalah maka serahkan peta pengangon kambing itu kepadaku. Diantara kita tiada ikatan dendam, kedatanganku hanya untuk peta rahasia tersebut lagi pula hweesio di kolong langit sangat banyak dan mereka belum tentu adalah diriku.”

Mendengar perkataan yang tidak karuan ini Kwan Tiong Gak tertawa terbahak bahak “Ucapan thaysu benar benar mengandung maksud yang sangat mendalam, dan aku liht kau sangat berbeda dengan orang lain, jadi kau ingin merebut peta pengangon kambing dari tangan aku orang she Kwan, tapi kau tidak ingin menyebutkan nama serta asal usulmu bukankah begitu?”

“sedikitpun tidak salah.”

“Bagus! kalau memang thaysu bermaksud demikian, kitapun boleh segera mulai bergebrak, silahkan kau cabut keluar senjata mu!”

Kiranya hweesio tersebut selama ini selalu bertangan kosong.

Walaupun Kwan Tiong Gak telah memperhatikannya dengan seksama tetapi tak berhasil ia ketahui dimanakah senjatanya disimpan.

Si hweesio itu segera ayunkan sepasang telapak tangannya.

“Kwan sicu silahkan cabut keluar senjatamu dan tak usah kuatir melukai diri pinceng lagi.”

“Jadi thaysu ingin menggunakan sepasang telapakmu untuk menghadapi golok emas dari aku orang she Kwan?” seru Kwan Tiong Gak dengan wajah agak gusar.

“Pinceng membawa senjata hanya saja Kwan Cong Piauw tauw tidak berhasil melihatnya saja.”

 Mendengar ucapan itu Kwan Tiong Gak merasa hatinya tergerak, segera pikirnya….

“Saudara Poei melatih sepasang telapak tangannya sebagai Thiat Sin Ciang, golok dan pedang biasa tak akan bisa melukai dirinya, gelang emas dijari tangannya bisa diayunkan keluar melukai lawan, apakah hweesio inipun berhasil melatih kepandaian silat istimewa ini.

Ketika ia perhatikan pihak lawannya dengan teliti, tertampak olehnya sepasang telapak hweesio tersebut amat halus dengan kulit yang tipis serta warna merah keputih-putihan, sama sekali berbeda dengan keadaan telapak orang yang melatih ilmu Thiat Sah Ciang atau sebangsanya sedang dijari tanganpun tidak tertampak gelang emas atau sebangsanya-

Bagaimanapun Kwan Tiong Gak adalah seorang jago tua yang banyak pengalaman dalam soal dunia persilatan, setelah diperiksa dengan teliti akhirnya ia berhasil ditemukan.

apabila kulit wajah hweesio itu kelihatan jadi kaku dan keras, seolah olah sedang memakai selapis topeng yang amat istimewa.

Penemuan ini membuat Kwan Tiong Gak keheranan pikirnya ;

“Anak murid budha mengenakan topeng antuk menutupi wajah aslinya, hweesio ini belum tentu adalah seorang hweesio yang sebenarnya.”

Karena berpikir demikian ia segera tertawa terbahak bahak.

“Haaa…. haaa…. haa….saudara saudara perguruan Buddha adalah tempat suci dikolong langit, apalagi disamping itu masih ada tiga ratus enam puluh jalan lain,

 apa perlunya saudara menyaru sebagai seorang hweesio?”

“Kwan sicu kau terlalu banyak bicarakan hal hal yang tak berguna.” seru sang paderi itu sambil angkat telapak kirinya.

Mendadak badannya maju selangkah kedepan. telapak tangannya segera mengancam dada Kwan Tiong Gak.

Sejak tadi Kwan Tiong Gak sudah mengatur pernapasan melakukan persiapan. sebenarnya ia ingin menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras, tetapi setelah ditemuinya sewaktu hweesio itu mengangkat telapak kanannya tertampak sebuah bulatan warna merah darah, seketika niatnya sudah diubah, sang badan dengan cepat miring kesamping meloloskan diri dari datangnya serangan tersebut.

Karena kesalahan kecil ini mengakibatkan sang hweesio berjubah abu-abu itu berhasil merebut posisi yang lebih baik. telapsk tangannya segera mengirim serangan berantai mengancam iga kirinya.

“Suatu ilmu pukulan yang sangat bagus.” teriak Kwan Tiong Gak.

Sspasang lengannya dibentangkan, dengan gerakan “Han Teh Pah Cong’” atau tanah paceklik mencabut bawang badannya mencelat tujuh, delapan depa ketengah udara.

Sang paderi tersebut segera tertawa dingin. “Kwan sicu, cabut keluar senjata tajam-mu!” serunya.

Ditengah berkelebatnya bayangan manusia, ia pun meloncat ketengah ndara.

 Kwan Tiong Gak seketika merasakan datangnya segelung angin pukulan mendesak badannya, ia jadi terperanjat,

“Kepandaian ilmu silat dari hweesio ini benar benar bagus, aku tak boleh berlaku gegabah lagi dengan dirinya,” pikir Cong Piauw tauw dari perusahaan Hauw Wie Piauw kiok ini diam-diam.

Setelah berhasil merebut posisi yang baik serangan serangan sang paderi tersebut semuanya ditujukan pada bagian bagian badan yang merupakan titik titik kematian, asalkan Kwan Tiong Gak tidak berhasil meloloskan diri dari kurungan telapak tangan yang amat rapat itu maka ia tak akan berhasil melancarkan serangan balasan.

Tetapi si Lempengan besi genta emas yang menggentarkan Delapan penjuru adalah seorang jago berpengalaman dalam menghadapi pelbagai pertarungan, walaupun berjumpa dengan musuh tangguh dan ia didesak berada dibawah angin tetapi pikirannya tidak jadi kacau.

Mendadak ia keluarkan ilmu bobot seribu kati untuk memberatkan badannya sehingga sang badan melayang turun keatas permukaan tanah dengan kecepatan bagaikan kilat.

Sang hweesio berjubah aba abu ini benar seorang jago yang luar biasa walaupun perubah yang dilakukan Kwan Tiong Gak dilakukan dengan kecepatan laksana kilat tetapi hweesio itupun menunjukkan reaksi yang tak kalah cepatnya pula.

Bersamaan dengan meluncur turunnya sang tubuh hweesio tersebut, telapak kanannya diayunkan kedepan menghantam ulu hati Kwan Tiong Gak ….

 Cong Piauw tauw dari perusahaan HiAw Wie Piauw kiok ini jadi amat terperanjat, pikirnya.

“Sungguh lihay hweesio ini,”!

Dalam keadaan tergesa-gesa badannya berputar dan menghindar lima depa kesamping.

“Kwan Cong Piauw tauw” seru hweesio tersebut sambil tertawa dingin, “Serahkan peta rahasia pengangon kambing….”

Suara tertawa tersebut muncul dari belakang tubuh Kwan Tiong Gak.

Selama melakukan perjalanan baik di-daerah Utara maupun didaerah Selatan Kwan Tiong Gak telah berjumpa dengan berbagai jago jago Bu lim yang memiliki kepandaian silat tinggi, tetapi belum pernah ia menjumpai keadaan semacam ini hari.

Terasa olehnya telapak tangan hweesio itu bagaikan menempel diatas punggungnya saja sama sekali tak berhasil diloloskan.

Dalam keadaan terkejut bercampur gusar badannya mencelat kembali ketengah udara, golok emaspun bersamaan waktunya diloloskan dari dalam sarung dengan menciptakan selapis cahaya keemas emasan.

Oleh sambaran sinar tajam yang amat menyilaukan mata itu hweesio tersebut terdesak mundur kebelakang, jengeknya sambil tertawa dingin.

“Kwan Tiong Piauw tauw seharusnya dari tadi kau sudah loloskan golokmu.”

Karena kehilangan posisi Kwan Tiong Gak kena di desak sehingga sulit untuk putar badan, saat ini ia baru

 berpaling dan berdiri paling berhadapan dengan hweesio itu.

“Thaysu, sungguh lihay ilmu telapakmu,” pujinya. “Kwan Cong Piauw tauw, kau sudah kaya raya,

namamupun sudah tersohor dikolong langit, agaknya tidak perlu bagini untuk mengadu jiwa dikarenakan pengangon kambing.”

“mengesampingkan soal peta pengangon kambing, cukup mengandalkan jurus serangan thaysu yang berhasil mendesak diriku aku orang she Kwan sudah sepatutnya minta petunjuk dari dirimu….”

Setelah merandek sejenak, terusnya, “Walaupun thaysu sudah memperlihatkan sedikit kepandaianmu maka akupun berhasil membuktikan akan satu hal.”

Sebenarnya hweesio itu sudah bersiap sedia hendak turun, tangan kembali tetapi setelah mendengar ucapan itu tanyanya, “Kau sudah membuktikan soal apa?”

“Thaysu bukan berasal dari partai Siauw lim?”

“Kapan pinceng pernah mengaku berasal dari kuil Siauw lim sie?”

“Tidak salah, kau memang tidak pernah berkata demikian, tatapi dalam hati cayhe pernah mempunyai kecurigaan. kecurigaanku sudah lenyap, kita boleh melanjutkan pertarungan kita.”

“Manusia mati karena serakah, kuda mati karena makanan. Kwan Cong Piauw tauw sudah memiliki nama serta harta apa perlunya begitu serakah masih ingin mengangkangi peta rahasia tersebut?”

“Kami adalah orang orang awam yang biasa gulang guling  diantara  soal  nama  dan  harta  punya  pikiran

 serakah sudah umum, tetapi thaysu adalah seorang paderi tidak di sangka napsu serakahmu jauh berada di atas nafsu aku orang she Kwan.”

“Hmmnnn?! agaknya kita tak bisa merundingkan persoalan ini lagi.”

Sebagai penutup dari ucapan tersebut, telapak kanannya dibabat kedepan keras keras.

Kali ini Kwan Tiong Gak tidak berani berlaku ayal lagi, golok emasnya segera diangkat dan dibabat sejajar dada,

“Thaysu, silahkan kaupun cabut senjata mu” serunya.

Hweesio itu memutar pergelangan tangannya menghindarkan diri dari babatan golok lawan, sedang telapak kiri didorong kedepan dengan gerakan secepat kilat.

Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera menghantam pergelangan tangan Kwan Tiong Gak memaksa orang she Kwan ini harus menarik kembali goloknya kesamping….

Meminjam kesempatan itu hweesio berjubah abu abu itu mendesak maju kedepan telapak tangannya secepat kilat menghantam iga kanan. Kwan Tiong Gak terperanjat,buru buru ia mundur tiga langkah kebelakang untuk meloloskan diri dari datangnya serangan tersebut. 

Golok emas ditangannya segera dilintang-kan kedepan dengan gerakan “Hua Hun Im Yang” atau Menggaris Pisah Im dan Yang dengan susah payah akhirnya berhasil juga membendung  datangnya serangan hweesio itu. Setelah menjumpai dua kali keadaan  kritis.  Kwan  Tiong  Gak  baru  merasa  bahwa

 Hweesio lawannya benar benar jago silat yang memiliki kepandaian silat yang luar biasa.

Orang yang bisa melayani permainan golok emasnya dengan telapak kosong tidak banyak dijumpai dalam Bu lim, tetapi hweesio ini bukan saja dapat, melayani dengan sempurna bahkan dapat merebut posisi diatas angin, sungguh luar biasa.

Terhadap kejadian yang belum pernah di jumpainya, Kwan Tiong merasa keheranan.

permainan golok emasnya mulai diperketat dengan memilih posisi pertahanan.

Tampak cahaya keemas emasan berkelebat memenuhi angkasa menciptakan selapis kabut tebal melindungi seluruh badannya, ia mulai mengurangi serangan balasan dan lebih menitik beratkan pada pertahanan tubuh,

Sekalipun demikian, secara diam diam ia mulai memperhatikan perubahan telapak hweesio itu.

Ia berharap dengan andalkan pengalaman yang selama puluhan tabun ia bisa menemukan perubahan jurus serangan hweesio itu dan berhasil mengetahui asal usulnya.

Tampak permainan telapak hweesio tersebut semakin lama semakin gencar, dan setiap serangan dengan perubahan yang aneh-tapi tepat berhasil meloloskan diri dari setiap babatan golok Kwan Tiong Gak.

Melihat kejadian ini Kwan Tiong Gak semakin paham lagi, asalkan dirinya sedikit berlaku gegabah sehingga gerakan goloknya terpancing oleh gerakan telapak lawan, maka perubahan serangan hweesio itu bagaikan

 gelombang air pasang akan menerjang datang tiada hentinya.

Setelah melewati suatu penelitian yang seksama iapun dapat menemukan apabila ilmu silat yang digunakan hweesio tersebut merupakan serangan ilmu telapak yang aneh dan susah diikuti dengan pandangan mata.

Kwan Tiong Gak mencurahkan perhatiannya semakin seksama lagi, ia berharap dapat menemukan titik kelemahan dari permainan telapak yang aneh itu.

Karena sedikit pikirannya bercabang, mendadak lengan kirinya jadi sakit hampir-hampir saja golok emasnya terlepas dari cekalannya.

Kwan Tiong Gak mendengus dingin, badannya mengikuti gerakan golok yang menabas kebawah berpaling kesamping.

Dengan gerakan demikian, kalau dipandang seolah olah badannya terjengkang ke atas tanah.

Hweesio berbaju abu abu itu setelah melihat serangannya mengenai sasaran, tangan kirinya kembali menerjang kedepan, karena dalam pandangannya golok Kwan Tiong Gak pasti akan terlepas dari genggamannya.

Siapa sangka tenaga Iweekang yang di miliki Kwan Tiong Gak amat sempurna, walaupun terkena serangan dengan telak dan badannya terjatuh kedepan tetapi ia masih bisa mempertahankan goloknya jangan sampai terlepas dari genggaman.

Sewaktu hweesio berjubah abu abu itu mempersiapkan serangan selanjutnya mendadak Kwan Tiong Gak meloncat ketengah angkasa dengan serentetan cahaya golok yang menyilaukan mata.

 Inilah ilmu silat yang paling diandalkan Kwan Tiong Gak sepanjang hidupnya sering dalam kekalahan berhasil merebut kemenangan dan entah sudah berapa banyak jago jago Bu lim yang terluka atau binasa di bawah serangan ini.

Hwesio berjubah abu abu itu tidak menyangka dalam gerakan mencelat pihak lawan bisa mengirim sebuah serangan yang demikian dahsyat, buru buru badannya mundur kebelakang untuk menghindar.

Kendati begitu gerakannya masih terlambat selangkah, jubah hweesionya kena kesambar cahaya golok tersebut hingga sobek kurang sedikit saja kulitnya terpapas luka.

Setelah serangannya mengenai sasaran.

Kwan Tiong Gak tidak melanjutkan serangan dengan cepat sang badan meloncat mundur lima langkah kebelakang.

“Tahan!” serunya dingin.

Sebenarnya hweesio berjubah abu abu itu sudah siap melancarkan serangan balasan mendengar teriakan itu segera berhenti.

“Kwan Cong Piauw tauw, kau ada pesan apa?” “Ilmu telapak thaysu sangat aneh.”

“Yang paling pinceng dapatkan adalah peta rahasia pengangon kambing tersebut, kalau Kwan Cong Piauw tauw merasa tidak kuat menahan diri dan mengerti kalau pinceng mampu merebut benda tersebut, lebih baik sekarang juga kau serahkan peta rahasia pengangon kambing itu kepadaku, dengan demikian diantara kita tak usah melanjutkan pertarungan yang berusaha membinasakan pihak lawannya ini.”

 “Thaysu, kau sudah salah paham,” dengan cepat Kwan Tiong Gak menggeleng berulang kali. “Sekalipun thaysu benar benar bisa mencabut nyawa aku orang she Kwan, peta rahasia itupun baru bisa kau dapatkan setelah aku benar benar menemui ajalnya, tetapi sebelum terjadinya peristiwa ini yang mengerikan terlebih dahulu cayhe ingin membuktikan akan satu hal….”

“urusan apa?”

“Ilmu telapak tangan yang thaysu gunakan sangat aneh dan luar biasa, agaknya merupakan ilmu silat dari kalangan Buddha.”

“Ilmu silat yang ada dikolong langit beratus ratus macam banyaknya dan belum tentu ada orang yang memberi batasan apabila seorang paderi harus mempelajari jenis ilmu silat sama.”

“Tetapi ada satu persoalan thaysu tak dapat membohongi diri cayhe.”

“Urusan apa?”

“Kau mengenakan topeng kulit.”

“Sedikispun tidak salah.” sahut hweeaio berjubah abu abu itu sambil tertawa hambar “Ternyata sepasang mata Kwan Cong Piauw Tauw tidak kemasukan sebutir pasir.”

“Jikalau thaysu sudah mengaku, aku berharap kau suka melepaskan topeng kulit itu dan bagaimana kalau menjumpai diriku dengan wajah aslimu?”

“Tidak bisa” tolak sang Hweesio dengan dingin.

“Baik! jikalau thaysu tidak mengijinkan terpaksa kita harus menempuh dengan jalan bergebrak.”

Goloknya segera diangkat keatas, dan sambungnya lebih lanjut.

 “Pertarungan ini baru diakhiri setelah salah satu roboh, thaysu lebih baik kau cabut keluar senjatamu.”

“Senjata pinceng setiap saat bisa dikeluarkan, hanya saja Kwan Cong Piauw tauw tak bisa melihatnya.”

Telapak kanannya segera diayun kedepan melancarkan sebuah serangan dahsyat.

Kali ini Kwan Tiong Gak lebih waspada, pikirnya, “Gerak gerik hweesio ini sangat aneh, agaknya dia bukan termasuk manusia dari kalangan jurus, aku harus bertindak lebih berhati hati.”

Karena berpikir demikian, golok emas di tangan kanannya dengan jurus “Can Cien Ci Lok,” atau bidadari menunjuk jalan menotok dada lawan.

Karena dalam hatinya sudah mengadakan persiapan, serangan golok ini dilancarkan dengan gerakan sangat lambat.

Asalkan hweesio itu melancarkan serangan balasan, maka golok Kwan Tiong Gak akan bekerja lebih keras dengan meminjam peluang tersebut.

Tetapi hweesio berjubah abu abu itu mempunyai ketenangan luar biasa, ia tetap berdiri tak berkutik dari tempat semula.

Menanti ujung golok Kwan Tiong Gak tiba kurang lebih setengah depa dihadapan dadanya, mendadak telapak kirinya baru melancarkan serangan dan didorong dari arah pamping.

Segulung tenaga pukulan yang amat hebat meluncur dan ia keluar dari telapaknya membawa ujung golok Kwan Tiong Gak ke-samping, sedangkan tangan kanannya segera diayun kedepan, serentetsn cahaya putih dengan secepat kilat meluncur kedepan.

 Selama ini Kwan Tiong Gak mengingat ingat bahwa hweesio itu membawa senjata hanya saja belum sampai dikeluarkan dengan kepandaian silat yang lihay dari musuhnya semakin membara ia tak berani berlaku gegabah.

Ketika hweesio itu mengayunkan telapak tangannya tadi, Kwan Tiong Gak dengan sebat menyingkir kesamping.

Mendadak kaki kanan hweesio itu maju melangkah kedepan, pergelangan kanannya disendat cahaya putih meluncur kembali ke dalam ujung jubahnya.

Sabelun Kwan Tiong Gak meneliti benda apakah itu sebuah tendangan kilat telah tiba mengancam lutut kanannya.

Maju melancarkan tendangan seolah olah kedua buah serangan ini dilakukannya dalam waktu serta saat yang bersamaan.

Buru buru Kwan Tiong Gak mundur tiga langkah kebelakang meloloskan diri dari datangnya tendangan tersebut.

Dengan demikian ia sama sekali terdesak dibawah angin, dibawah serangan gencar telapak serta  tendangan lawan, Kwan Tiong Gak terdesak mundur satu tombak lebih dari tempat semula.

Dengan andalkan pengalamannya selama puluhan tahun, kepandaian silat yang dimiliki serta kecerdikannya dalam menghadapi serangan untuk menghadapi serangan aneh dari ilmu silat lawan, walaupun Kwan Tiong Gak kena didesak mundur berulang kali, tetapi ia berhasil juga menghindari semua desakan itu dengan selamat dan tidak sampai terluka ditangan lawan.

 Sebaliknya hweesio itu sendiri pun diam diam merasa kagum satelah melihat kenyataan bahwa serangan gencarnya sama sekali tidak berhasil melukai pihak lawan pikirnya ;

“Nama besar Kwan Tiong Gak ternyata bukan nama kosong belaka, serangkaian ilmu silat yang aneh ini belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan, tetapi dengan andalkan pengalamannya selama puluhan tahun, serangan berantaiku ini ternyata bisa dihindari juga, sungguh hebat, sungguh luar biasa.”

Walaupun Kwan Tiong Gak berhasil menghindarkan diri dari serangan berantai lawan, tapi rasa kaget, terkejut yang mencekam dalam hatinya susah dibayangkan.

“Selama puluhan tahun berkelana didalam dunia persilatan dengan andalkan golok emas serta piauw genta emas ia berhasil merebut gelar sebagai si lempengan besi genta emas yang menggetarkan  delapan penjuru, musuh tangguh yang ditemui tiada terhingga tetapi belum pernah menjumpai keadaan seperti ini hari.

Walaupun ilmu silat berasal dari satu sumber dan setiap jago memiliki kecepatan gerak yang berbeda serta tinggi rendah tenaga murni yang dimiliki, tetapi manusia seperti hweesio ini benar benar luar biasa….”

Setelah berhasil menghindarkan diri dari serangan gencar pihak lawan, saking kagetnya seluruh tubuh Kwan Tiong Gak dibasahi oleh peluh dingin yang mengucur keluar dengan derasnya.

Tetapi ia paham, saat ini tak boleh baginya untuk memberi kesempatan lagi buat lawannya untuk melancarkan serangan gencar buru buru goloknya di putar sedemikian rupa mengirim serangan balasan.

 Cahaya golok berkilauan, angin serangan berdesir memenuhi angkasa, bagaikan gulungan air ditengah samudra ia mulai meneter lawannya dengan serangan yang mematikan.

Ketika hweesio itu selesai menggunakan serangan berantainya yang cepat berganti serangan Kwan Tiong Gak telah berebut turun dengan mendesak datang.

Tetapi hweesio itu sama sekali tidak melayani serangan balasan dari Kwan Tiong Gak ini, badannya segera meloncat kebelakang untuk menghindar.

“Thaysu, hati hati senjata rahasia,” seru Kwan Tiong Gak cepat tanpa berhenti menyerang.

Tangan kanannya diayun, serentetan cahaya keemas emasan dengan diiringi suara deringan nyaring meluncur datang dengan kecepatan bagaikan kilat.

Kwan Cong Gak pun tahu serangan senjata rahasia ini tak akan berhasil melukai lawan, oleh karena itu senjata rahasia pertama begitu disambit keluar, tangan kirinya kembali diayun kedepsn mengirim dua batang senjata rahasia lagi.

Senjata rahasia itu dengan digerakan “B” mendesir kedepan, suara genta bertalu di angkasa, tiga batang senjata rahasia dengan membentuk segi tiga mengurung tubuh hweesio tersebut.

Merasakan datangnya ancaman senjata rahasia itu hweesio tersebut mengayunkan sepasang telapaknya kedepan.

Dari ujung bajunya meluncur keluar dua rentetan cahaya keperak perakan laksana kilat menghajar kedua batang senjata rahasia genta yang ada dikiri kanan itu keras keras.

 Traaaacg….termakan oleh hadiahan dua rentetan cahaya keperak perakan itu, ke dua batang senjata rahasia tersebut segera terjatuh keatas tanah.

Tetapi sebatang senjata rahasia yang ketiga dengan tidak mengalami gangguan apapun mendadak menukik kebawah.

Baru buru hweesio itu jatuhktn badannya kedepan dengan nyaris senjata rahasia itu berdesir dari balok kepalanya.

Pada Saat ini Kwan Tiong Gak sedang menggenggam pula dua batang senjata Kiem Ling Piauw, tetapi ia tidak melanjutkan serangannya.

Dimana sepasang pergelangan hweesio itu ditarik dua rentetan cahaya putih tadi tahu tahu sudah meluncur kembali kedalam ujung bajunya,

“Thaysu.” ujar Kwan Tiong Gak dengan nada dingin, “Kalau barusan aku orang she Kwan kembali melancarkan dua batang senjata rahasia, apakah thaysu percaya bisa menghindarinya?”

“Mungkin pinceng sudah terluka dibawah serangan senjata rahasia Kiem Ling Piauw mu itu ….” Ia merandek sejenak kemudian sambungnya ;

“Sekalipun saat ini pinceng mengaku kalah dan mengundurkan diri. Kwan Cong Piauw tauwpun tak akan bisa tiba diibu kota dengan selamat.”

“Hal itu merupakan urusan pribadi aku orang she Kwan, tak perlu thaysu ikut repot berpikir.”

Hweesio berjubah abu abu itu kontan tertawa dingin “yang penting masih ada satu urusan yang hendak di terangkan kepadamu, walaupun Pada saat ini aku rela mengalah dibawah serangan, senjata rahasia Kim Ling

 Piauwmu, tapi aku sama sekali tak akan melepaskan niatku untuk merebut peta rahasia pengangon kambing tersebut.”

“saat ini peta rahasia pengangon kambing berada di dalam saku aku orang she Kwan kalau thaysu bisa merebutnya silahkan turun tangan.”

Hweesio berjubah abu abu itu mendengus dingin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia putar badan dan berlalu.

Sambil memandang bayangan punggung si hweesio yang lenyap dari pandangan matanya diam diam Kwan Tiong Gak berpikir dalam hatinya.

“Ilma silat yang digunakan hweesio ini sama sekali bukan ilmu silat aliran siauw lim pai, wajahmu ditutupi dengan selapis topeng manusia, kepandaian silatnya aneh, jelas ia memang ada maksud menutupi asal usulnya sendiri.”

Gerakan tubuh hweesio tersebut sungguh cepat sekali, dalam sekejap mata ia sudah lenyap dari pandangan,

Kwan Tiong Gak menghembuskan napas panjang, ia segera meloncat naik keatas kuda nya larikan binatang tersebut kedepan.

Belum berapa langkah ia berjalan mendadak terdengar suara gelak tertawa berkumandang datang dari bilik sebatang pohon ditepi jalan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar