Lambang Naga Panji Naga Sakti Jilid 18

DENGAN sepasang mata Kwan Tiong Gak yang tajam, dalam sekali pandangan saja ia dapat melihat menemukan apabila wajah lelaki tersebut telah dipolesi dengan obat penyamar, walaupun begitu sama sekali tak berhasil menutupi wajah aslinya.

Ia bukan lain adalah Jen Pek To pengawal pribadi Sie Tok Say.

Tak usah melihat jelas lagi siapakah orarsg yang berada dibelakangaya, sudah cukup bagi Kwan Tioag Gak untuk mengetahui siapakah itu tanpa terasa lagi hatinya sedikit terkesiap.

Setelah berusaha menenangkan hatinya Kwan Tiong Gak segera ulapkan lengannya.

“Kalian berdua datang terlambat, silahkan dnduk dipinggir sebelah sana …. “serunya

Ia mempersilahkan kedua orang itu duduk disatu meja dengan si naga Langit Pouw Cing.

Jen Pek To segera mengangguk.

“Cayhe sekalian sama sekali tiada bermaksud merebut peta rahasia pengangon kambing, tersebut, kedatangan kami hanya ingin menonton keramaian belaka,”

Dangan langkah lebar ia segera berjalan menuju kemeja yang diduduki oleh si naga Langit Pouw Clng.

Sepasang sinar mota Pouw Cing berputar, ia memandang sekejap kcarah Jen Pek To kemudian memandang pula si lelaki berpakaian kulit yang menurunkan topinya rendah rendah itu.

Sementara itu Kwan Tiong Gak telah mendehem dan meneruskan kembali kata-katanya, “Saat ini waktu telah

 menandakan hampir kentongan kedua, orang yang tidak hadir mungkin tak akan hadir lagi dan aku rasa saudara saudara sekalianpun sudah mengerti maksudku, aku orang She Kwan masih tetap dengan perkataan semula aku berharap kalian suka memberi muka kepadaku. Kalau ada diantara kalian yang tidak ingin memberi muka terpaksa penyelesaian hanya ada satu jalan yaitu bergebrak melawan diriku.”

Selesai berkata, sinar matanya berputar menyapu sekejap seluruh kalangan dan menanti reaksi telanjutnya dari jago jago tersebut. Ketika tidak didengarnya ada suara reaksi diantara para jago, perlahan lahan Jie Giok Heng bangun berdiri, ujarnya, “Han Im Too heng, peta lukisan pengangon kambing berada ditangan Kwan Cong Piauw tauw, entah bagaimana menurut pendapat tootiang??”

“Kwan Tiong Gak adalah seorang jago tersohor dikolong langit masa kini, disimpan dalam sakunya pinto rasa sangat tepat sekali, tentu saja pinto lebih berharap apabila peta pengangon kambing itu bisa dibakar didepan umum sehingga tidak menimbulkan keonaran dan tenangkan kembali suasana….”

“Mau dibakar? Oooouw…. sungguh sayang sekali” seru Ke Giok Lang sambil tertawa dingin “Apalagi kecuali aku orang she Ke sendiri, orang lain tidak berhak untuk membakar benda tersebut.”

Mendengar kebulatan tekad sang Hoa hoa Kongcu, Kwan Tiong Gak menghela napas panjang.

“Ke Kongcu, tidak mendapatkan peta lukisan pengangon kambingpun kau sama saja bisa menjagoi seluruh Bu Lim dangan gelarmu sebagai si Hoa hoa Kongcu….”

 “Urusan ada urutan depan dan akhir, urusan kita nanti dibicarakan akhir saja.” potong Ke Giok Lang sambil ulapkan tangannya.

Sembari berkata ia berjalan mendekati Han Im Totiang.

Han Im Totiang tetap dnduk ditempatnya semula, tetapi sang Toosu yang lebih muda tak bisa mengendalikan emosinya lagi mendadak ia bangun berdiri dan menghadang perJalanan selanjutnya dari Ke Giok Lang. “Mau apa!!?” bentaknya keras.

Ke Giok Lang silangkan tangan kirinya didepan dada, tangan kanan diangkat siap menyambut datangnya serangan, sembari bersiap siap tanyanya kepada Han Im Totiang. “Siapakth dia?” Hen Im Totiang tersenyum.

“Seorang siauw sute dari pinto, baru saja terjunkan diri kedalam dunia Kangouw dan mencari pengalaman dengan mengikuti pinto.”

“Siapakah sebutan sutemu ini?”

“Ia belum masuk menjadi toosu, karena itu tetap menggunakan nama aslinya.”

“Kalau begitu kenapa ia memakai pakaian toosu?” jengek Ke Giok Lang sambil tertawa dingin.

Agaknya Han Im Tootiang sangat gembira untuk menjelaskan persoalan ini, sambil tersenyum sahutnya, “Sewaktu ia belajar ilmu silat digunung Bu Tong telah terbiasa baginya mengenakan pakaian Toosu, karena itu sewaktu turun gunung berkelana ia tidak sempat berganti pakaian biasa.”

“Apakah totiang ingin agar sutemu bisa menjajal kepandaian dengan aku orang she Ke “

 “Ia sudah belajar ilmu silat selama puluhan tahun lamanya dan belum pernah bergebrak barang sekalipun dengan orang lain. Dalam pertarungan pertama harus menghadapi manusia lihay seperti Ke Kongcu, hal ini boleh dihitung sebagai rejekinya.”

jelas dalam perkataan tersebut ia ingin agar sutenya bisa menjajal kepandaian.

Sebelum Ke Giok Lang menjawab, mendadak terdengar suara tertawa merdu berkumandang datang

“Giok Lang cepat menyingkir, untuk menghajar toosu cilik ini tak perlu kau turun tangan sendiri.”

Hoo Lian Hoa dengan gerakan yang sebat menerjang maju kedepan.

Karena gadis itu sudah maju maka Ke-Giok Lang pun mundur selangkah kebelakang.

“Perguruan Bu tong paling lihay dalam ilmu pedang, kau harus berhati hati.”

“Aku mengerti!” Hoo Lian Hoa mengangguk.

Sreett….pedangnya segera diloloskan dari sarung dan mengambil posisi menyerang, katanya lagi.

“Toosu cilik, ayolah turun tangan!” Toosu muda itu tertegun.

“Kau hendak bergebrak melawan diriku?” tanyanya gugup.

“Benar! Apakah kau merasa takut?”

“Lelaki sejati tak akan bergebrak melawan wanita, aku tidak sudi bergebrak melawan dirimu,” seru Toojien muda itu sambil mundur dua langkah kebelakang.

 Hoo Lian Hoa tersenyum, mendadak pedangnya berkelebat kedepan membabat tubuh toosu muda itu.

Tusukan pedang itu dilancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat, dalam keadaan tidak bersiap sedia hampir hampir saja sang toojien muda kena tertusuk.

Melihat kejadian itu Han Im tootiang jadi sangat terperanjat segera serunya.

“Sute, hati hati pihak lawan menantang kau untuk bergebrak sungguh sungguh bukan sedang berlatih pedang seperti biasa?”

“ya “

“Toosu cilik” seru Hoo Lian Hoa pula-sambil tersenyum, “kalau kau tidak turun tangan lagi, jangan salahkan aku akan melukai dirimu.”

Ditengah pembicaraan tersebut pedangnya berturutturut melancarkan serangan berantai, jurus pertama lebih cepat dari jurus selanjutnya.

Dibawah desakan pedang Hoo Lian Hoa Ing gencar dan berantai, mau tak mau toojien muda tersebut terpaksa harus menggerakan pedangnya balas menyerang.

Ke Giok Lang ssrta Han Im Totiang mencurahkan seluruh perhatiannya ketengah pertaruangan tersebut, yang satu takut Hoa lian Hoa tidak takut menahan jurus jurus serangan dahsyat dari pihak Bu-tong Pai sedang yang lain takut siauw suteenya yang baru turun tangan untuk pertama kalinya menderita kerugian besar.

Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah saling bergebrak hampir melebihi empat puluh jurus lebih, posisi tatap seimbang tak ada yang menang dan tak ada yang kalah.

 Kecuali orang-orang yang datang terdahulu dimana dapat mengikuti pembicaraan antara Pui Ceng Yang serta Ke Giok Lang, orang-orang yang datang terlambat rata rata tidak tahu asal usul dari dara berbaju hijau ini, mereka hanya merasa sang gadis yang tak di ketahui namanya ini benar-benar luar biasa. ia bisa menahan serangan ilmu pedang aliran Butong Pay dari toosu cilik tersebut boleh di kata merupakan suatu kejadian yang luar biasa.

Setelah kedua orang itu saling bergerak melampaui empat puluh jurus, dan Im Totiang pun mulai merasa kebenaran, tanpa terasa ia semakin mencurahkan seluruh perhatiannya ketengah kalangan.

Sementara itu diam diam Pui Ceng Yan berbisik kepada diri Nyioo Su Jan ujarnya.

” Su Jan, kalau kita tinjau situasi malam ini aku rasa sukar untuk diselesaikan secara baik-baik, diam-diam kau berilah kabar kepada

Lok Liong serta Lim Piauw tauw untuk mengadaksn persiapan, semisalnya terjadi pertarungan masal, merekapun bisa memberi bantuan secepatnya”

Nyioo Su Jan mengangguk, diam diam ia berlalu untuk mengatur persiapan seperlunya.

Dalam mana pertarungan yang sedang berlangsung ditengah kalangan semakin lama berlangsung semakin sengit, mereka berdua mulai mengeluarkan jurus jurus simpanan untuk saling berebut kemenangan buat dari sendiri.

Mendadak Kwee Cong Gak melangkah maju dua tindak kedepan, tangan kanannya berkelebat meloloskan goloknya dari sarung.

 “Berhenti!” bentaknya keras.

Dimana golok emasnya berkelebat. .Trang! trang! Ditengah suara bantrokan keras kedua bilah pedang yang sedang saling bergebrak telah kena ditangkis oleh babatan golok tersebut.

Hoo Lian Hoa serta toojien muda itu sama sama mundur selangkah kebelakang, dua pasang mata bersama sama dialihkan keatas wajah Kwan Tiong Gak dan menandangnya dengan tertegun, jelas mereka sangat tidak puas dengan tindakan Cong Piauw tanw dari perusahaan Ekspedisi Hauw Wie Piauw kiok sendiri.

Kwan Tiong Gak mendehem perlahan kemudian ujarnya, “Kepandaian silat kalian berdua seimbang, kalau diteruskan sekalipun dua hari dua malam belum tentu bisa diputuskan siapa kalah, Maksud kedatangan kalian kemari adalah hendak memperebutkan peta rahasia pengangon kambing dan kini benda tersebut berada didalam sakuku, siapa yang merasa tidak puas silahksn turun tangan aku orang she Kwan.”

Mendengar ucapan itu Ke Giok Lang tertawa dingin. “Kau Kwan Cong Piauw tauw pun merupakan seorang

jsgo yang melakukan perjalanan baik keselatan maupun ke Utara, orang-orang kangouw pada menghormati dan mengalah pada perusahaan ekspedisi Hauw Wie Piauwlok kalian, hal ini belum tentu disebabkan karena jeri terhadap golok emas dari orang she Kwan, perbuatan saudara saat Ini melintangkan golok merebut pusaka bukankah sama artinya menghianati kawan-kawan Bu lim….”

“Ke Kongcu sungguh tajam ucapanmu bagaikan pisau.” seru Kwan Tiong Gak dengan nada dingin. “Aku orang  she  Kwan  mengakui  diriku  bukan  tandinganmu

 dalam hal berdebat, untung saja sebelumnya aku sudah menerangkan terlebih dahulu dan seluruh jago yang hadir disini dapat mendengarnya degan mata telinga sendiri, aku tidak ingin berebut mulut dengan Ke Kongcu, bilamana kau percaya bisa merebut peta rahasia pengangon kambing ini dari tanganku, silahkan turun tangan untuk merebutnya.”

Air muka Ke Giok Lang kontan berubah hebat.

“Kwan heng begitu berkeras kepala dan ingin mencari menang sendiri aku orang she Ke benar benar merasa tidak puas.”

Kipas di tangan kanannya segera ditiup lalu menotok kedepan dada Kwan Tiong Gak sedang tangan kirinya secepat kilat merebut peta pengangon kambing tersebut.

Kwan Tiong Gak segera ayunkan, tangan kanannya, angin serangan menderu deru, golok emas itu seketika menciptakan selapis cahaya keemas emasan yang menyilaukan mata.

Mendadak Ke Giok Lang enjotkan badannya mundur tujuh depa kebelakang, serunya lantang.

“Tunggu sebentar!”

Waktu itu Kwan Tiong Gak sedang mempersiapkan serangan balasan, mendengar teriakan tersebut ia segera berhenti.

“Ke Kongcu masih ingin mengucapkan-apa lagi?” “Soal ini tiada sangkut pautnya dengan Kwan Cong

Piauwtauw….” sinar matanya berputar dan menyapu sakejap kearah para jago, kemudian lanjutnya.

“Kedatangan Cu wi sekalian kemari mungkin dikarenakan peta pengangon kambing  ini, barang  siapa

 diantara kalian yang ada maksud untuk bekerja sama dengan aku orang she Ke untuk merebut, lukisan tersebut, maka ia di anggap punya satu bagian terhadap lukisan itu, Kalau Cu wi ingin duduk berpeluk tangan sambil menonton harimau bertarung dan ingin menanti setelah aku serta Kwan Cong Piauw tauw sama sama lelah kemudian baru turun tangan merebut lukisan tersebut, maka pikiran kalian ini hanya sia sia belaka, karena aku Ke Giok Lang tak akan tertipu.”

Dalam hati Kwan Tong Gak benar benar tiada bermaksud dengan, sekalipun begitu ia taK bisa mengutarakan maksudnya ini secara terus terang.

Tampak suasana didalam kalangan diliputi kesunyian yang menanggapi perkataan Ke Giok Lang barusan.

Melibat hal tersebut Kwan Tiong Gak tertawa hambar. “Ke Kongcu, kelihatannya orang lain masih memberi

muka kepadaku dan hanya saudara seorang yang bertujuan dalam merebut peta rahasia ini.” jengeknya.

“Tutup mulut!” bentak Ke Giok Lang dengan nada gusar. “Aku Ke Giok Lang rela menahan diri dari pada mamberi peluang yang bagus buat orang lain.”

Selesai mengucapkAn Perkataan itu mendadak ia putar badan dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

Tindakannya ini bukan saja berada diluar dugaan Kwan Tiong Gak bahkan membuat semua jago jadi tertegun.

“Sungguh hebat orang ini.” pikir Kwan Tiong Gak dalam hatinya. “Ia bisa maju bisa mundur tanpa dikendalikan oleh emosi, benar benar manusia luar biasa.”

 Karena berpikir demikian, iapun segera Berkata, “jikalau diantara Cu wi tak ada lagi yang ingin turun tangan merebutnya, hal ini berarti kalian ada maksud memberi muka Untuk aku orang she Kwan disini siauwte mengucapkan banyak terima kasih terlebih pahulu.”

“Tunggu sebentar .” mendadak terdengar -seorang berseru dengan nada dingin.

Ketika para jago mengalihkan sinar matanya, maka tampaklah orang yang berusan bersuara bukan lain adalah Kouw Put Cian

“Kawan Kouw, apakah kau bersiap siap ingin memberi petunjuk?? ….,” tanya Kwan Tiong Gak.

“jangan terburu napsu, siauwte hendak mengeluarkan senjata dahulu.”

Sembari berkata tangan kanannya segera melepaskan buntalannya yang diletakkan di-atas meja itu.

Dengan cepat muncullah sebuah senjata yang berbentuk aneh bagaikan lengan pemuda, benda itu lucu tapi mengerikan.

“O OO…. senjata tangan setan ” Thiat Koei So. “Sedikitpun tidak salah, ada beberapa orang jago

kenamaan pernah terluka dibawah serangan senjata tangan setanku ini”

“Kalau semisalnya aku orang she Kwan pun terpaksa harus terluka ditangan senjata tangan setanmu, hal ini hanya bisa salahkan kepandaian silat aku orang she Kwan tidak becus.”

“Masih ada satu urusan lagi cayhe ingin memberitahukan kepadamu,” kata Kouw Put Cian lagi sembari bangun berdiri.

 “Urusan apa?”

“Didalam senjata tangan setan sisuwte ini tersembunyi senjata rahasia, sewaktu bertempur bisa terlepas untuk melukai orang.”

“Oooow, ….jadi seperti senjata kipas dari Ke Kongcu?”

“Permainan setan setiap orang bisa menggubah menurut selera masing masing dari setiap permainan mempunyai keistimewaan yang terbatas,” ujar Kouw Put Cian dingin. “Kini perkataan cayhe sudah selesai diutarakan Kwan Cong Piauw tauw segera turun tangan.”

“Saudara memiliki kepandaian simpanan macam apapun silahkan dikeluarkan semua, dan kau tak usah kuatirkan keselamatan dari aku orang she Kwan.”

Setelah turun kegelanggang Kouw Put Cian tidak berbicara lagi, senjata tangan setannya menyerang dada Kwan Tiong Gak dengan jurus “Kie Tiam Tauw” atau Ayam Emas mengangguk kepala. Senjata rahasia yang tersembunyi didalam senjata tajam merupakan jarum lembut yang mengandung racun keji, senjata senjata rahasia tersebut sering kali meluncur keluar sewaktu berada di tengah tengah pertarungan sehingga membuat orang tidak bersiap sedia.

Karena mengerti akan hal ini Kwan Tiong Gak tidak berani berlaku gegabah terhadap lawannya, golok emasnya menangkis datangnya serangan tangan setan lawan.

Dibawah sorotan sinar lentera, tampaklah cahaya keperak perakan meluncur kedepan, sebatang jarum beracun telah meloncat keluar dari balik senjata tangan setan.

 Kwan Tiong Gak sama sekali tidak menyangka, pihak lawan bisa melolosan senjata rahasia dalam serangan pertama, beruntung ia sudah mengadakan persiapan, goloknya buru buru ditarik kembali dan berkelebat kesamping untuk menghindar.

“Hati hati….” bentak Kouw Put Cian dingin.

Senjata tangan setannya segera diayunkan kedepan, dari jari tengah serta telunjuk kembali meluncur keluar sebatang jarum beracun.

Kembali Kwan Tiong Gak dibikin tertegun ia tidak menyangka pihak lawan bisa melepaskan senjata rahasianya secara beruntun dalam pertarungan pertama terutama sekali dalam jarak yang begitu dekat.

Sekalipun Kwan Tiong Gak sudah mengadakan persiapan, tak urung dibikin kelabakan juga oleh serangan tak terduga ini.

Dengan demikian Kouw Put Cian berhasil merebut posisi yang lebih baik untuk meluncurkan serangan, tangan kirinya bekerja sama dengan senjata tangan setan ditangan kanannya melancarkan serangan berantai yang gencar dan hebat.

Tetapi Kwan Tiong Gak bukan manusia sembarangan, ia bisa getarkan seluruh kolong langit tentu saja memiliki kepandaian silat yang luar biasa, ditengah berkelebatnya cahaya jarum beracun permainan golok emasnya tibatiba berubah.

Ditengah berkelebatnya cahaya tajam serta desiran angin dingin dalam tiga jurus serentak ia berhasil merebut kembali posisi bagus, hal ini disebabkan ia andalkan senjata tangan setan serta jarum beracunnya, kini kena dipunahkan kembali oleh tiga jurus serangan

 golok lawan, hatinya jadi terkesiap, diam diam pikirnya dalam hati.

“Kwan Tiong Gak ternyata benar benar seorang jago yang luar biasa hebatnya.”

Kwan Tiong Gak yang telah merasakan kelihayan jarum beracun yang tersembunyi di dalam senjata tangan setannya tidak berani berlaku gegabah lagi, ia tidak tahu berapa banyak jarum beracun yang tersembunyi di dalam senjata tangan setannya itu, kalau sampai membiarkan ia melepaskan seluruh jarum itu, dalam jarak sedemikian dekatnya akan merepotkan dirinya dalam menghindar berkelit serta menangkis.

Setelah muncul rasa was-was golok emasnya diputar semakin dahsyat merebut posisi Tiong Kong dan mendesak terus kedepan di bawah lingkungan desiran angin tajam!

Dengan demikian senjata tangan setan Kouw Put Cian kena didesak keluar kalangan oleh permainan golok emas tersebut, dan Kwan Tiong Gak pun berhasil lepaskan diri dari kurungan senjata lawan, sekalipun Kouw Put Cian ingin melepaskan jarum jarum beracunpun susah dilaksanakan.

Nama Kwan Tiong Gak tersohor diseluruh kalangan dunia persilatan, jago jago di kalangan Hek-to maupun Pek to sama sama melonjor mati dirinya, tentu saja golok emasnya ini mempunnyai jurus jurus serangan dahsyat dan susah ditahan, serta sekantong senjata rahasia genta emasnya.

Tetapi yang paling utama adalah kebijaksanaannya tidak sembarangan turun tangan terhadap orang lain.

 Setelah senjata tangan setan Kouw Put Cian terdesak keluar kalangan, Kwan Tiong Gak tidak usah menguatirkan serangan jarum beracunnya lagi kesempatan bagus bagi dirinya untuk melancarkan serangan balasan, tiap kali diabaikan dengan begitu saja kendati tekanan berat masih meluncur terus tiada hentinya.

Pada saat itulah semua jago yang menonton jalannya pertarungan dapat melihat bila mana Kwan Tiong Gak tidak turun tangan keji dan tak ingin melukai lawannya.

Kouw Put Cian merasakan tekanan golok lawan makin lama semakin besar dan semakin kuat, senjata tangan setannya hanya, bisa digunakan untuk menangkis belaka, hal ini membuat hatinya jadi gelisah.

Diam diam hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh badan, ditengah suara Bentakan keras dengan sekuat tenaga ia melancarkan serangan balasan.

‘Trang! Trang! Trang’ Ditengah suara bentrokan nyaring, senjata tangan setan serta golok emas telah saling baradu sebanyak tiga Kali.

Tiga serangan Kouw Put Cian tidak berhasil juga mendatangkan hasil yang diharapkan, pertahanan golok dari Kwan Tiong Gak benar benar amat ketat membuat orang she Kouw itu tidak memperoleh kesempatan untuk melepaskan jarum jarum beracunnya kembali.

Pada saat inilah Kouw Put Cian benar-benar memahami kalau kepandaian silatnya masih ketinggalan sangat jauh dibandingkan dengan pihak lawan kalau tidak mencari peluang untuk mengundurkan diri maka ini hari ia pasti akan menderita kerugian besar.

 Karena berpikir demikkn dengan cepat badannya mundur tiga depa kebelakang sembari membentak keras.

“Tahan!”

“Apakah Kouw-heng ada petunjuk?” tanya Kwan Tiong Gak sambil menarik kembali serangannya.

“Kepandaian silat Kwan Cong piauw-tanw benar benar luar biasa cayhe mengaku bukan tandingan.”

“Terima kasih atas kesudianmu untuk mengalah,” sahut Kwan Tiong Gak sambil tersenyum.

“Perduli bagaimanakah nama siauw tauw te dalam dunia Kangouw. selamanya aku paling mengagumi jago jago yang memiliki kepandandaian ilmu silat lihay, cayhe mengaku bukan tandingan dan rela mengaku kalah,”  kata Kouw Put Cian sambil menarik kembali-senjatanya.

“Inilah tindakan seorang enghiong hoo-han dan lelaki sejati.”

Koaw Pui Cian segera menjura. “Setelah siauwte mengerti bukan tandingan Kwan Ciong Piaw tauw, tentu saja tidak berani mengharapkan untuk  mendapatkan peta rahasia pengaugon kambing lagi. disini cayhe mohon diri terlebih dahulu.”

Buru buru Kwan Tiong Gak memberi hormat.

Kouw Put Cian segera putar badan dan berlalu dengan langkah lebar.

Orang ini benar benar jujur dan lapang dada, setelah mengaku kalah ia lantas berlalu dengan cepat, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

 Menanti bayangan punggung Kouw Put Cian sudah lenyap dari pandangan, Kwan wiong Gak baru menyapu seluruh kalangan sembari berkata.

“Masih ada siapa lagi yang merasa tidak puas dengan cara penyelesaiannya siauwte dalam masalah peta rahasia pengangom kambing ini, silahkan maju untuk berbicara.”

Tampak hweesio berwajah adem serta hambar itu perlahan lahan bangun berdiri.

“Pinceng ingin menanyakan satu urusan.”

Agaknya Kwan Tiong Gak tidak menyangka hweesio itu buka suara dalam keadaan itu, ia agak tertegun dibuatnya.

“Taysu ingin membicarakan soal apa silahkan diutarakan, asal cayhe tahu tentu akan kujawab sejujurnya, hanya saja setelah Taysu bertanya aku orang she Kwan pun ada urusan hendak ditanyakan kepada diri Taysu”

Si paderi itu tertawa hambar.

“Pinceng jadi orang tidak terbuka, apa yang saudara ingin tanyakan belum tentu dapat pinceng jawab seluruhnya”

Mendengar perkataan itu Kwan Tiong Gak segera tertawa terbahak bahak.

“Sampai waktunya kita bicarakan lagi menurut keadaan,” jawabnya singkat.

“Kwan Cong tiauw tauw,” ujar hweesio itu lagi sambil tertawa hambar,” sudah sepatutnya bagi orang orang yang tak bisa menangkan dirimu segera putar badan angkat kaki. semisalnya ada orang yang bisa menangkan

 diri Kwan Cong Piauw tau, apa yang hendak kau lakukan “

Kwan Tiong Gak termenung sebentar, lalu jawabnya; “Tentu saja aku orang she Kwan mengaku kalah.”

“Hal itu sudah tentu, dihadapan umum, setelah Kwan Cong Piauw tauw dikalahkan kalau tidak mengaku kalah apa yang kau utarakan. Yang Pinceng maksudkan adalah peta rahasia pengangon kambing itu, apakah kau segera menyerahkan lukisan itu kepada si pemenang?!”

“Sungguh bagus sekali pertanyaan ini,” kata Kwan Tiong Gak sambil tertawa dan mengangguk.

Setelah merandek sejenak, ia balik bertanya, “Thaysu berasal dari mana? siapakah gelarmu?”

“Pinceng datang dari kuil, maaf gelarku susah untuk diutarakan.”

“Kuil dikolong langit banyak tak terhingga, bahkan berada diatas beberapa laksa, seharusnya kuil Thaysu punya nama sebutan.”

“Tadi pinceng sudah katakan banyak persoalan belum tentu pinceng beri jawabannya.”

“Baik!, cayhe ingin bertanya sebuah pertanyaan lagi, apakah Thaysu punya hubungan dengan pihak kuil Siauw lim si?”

Si hweesio berbaju abu abu itu segera tawa dingin; “Perbuatan pinceng akan kutanggung sendiri, hal ini

tidak ada sangkut pautnya dengan tempat asalku!”

“Kalau begitu cayhepun bisa memberi keterangan buat thaysu orang yang berhasil mengalahkan aku orang she

 Kwan berilmu tentu bisa dapatkan peta rahasia pengangon kambing ini.”

“Lalu secara bagaimana baru bisa merebutnya.” “Merebut benda tersebut dari tangan aku orang she

Kwan.”

“Kalau ada orang yang berhasil merebut lukisan itu dari tanganku, bagaimana penjelasannya?”

“Setelah berhasil merebutnya maka ia harus punya kepandaian untuk membawanya pergi.”

“Ooow….sekarang pinceng paham sudah.” kata sang paderi tersebut sembari mengangguk.

“maksud Kwan Cong Piauw tauw adalah bilamana ada orang berhasil merebut peta rahasia pengangon kambing, maka bukan saja ia harus menghadapi Kwan sicu seorang bahkan seluruh anggaota perusahaan Hauw Wie Piauw Kiok?”

“Asal usul thaysu sendiripun tak mau di beritahukan kepada cayhe, maaf cayhepun tak bisa menerangkan persoalan ini lebih jelas. Thaysu boleh berpikir sendiri!”

“Thaysu!” tiba tiba Ke Giok Liong menimbrung. “Aku orang she Ke bisa memberi tahukan pula tentang satu hal kepadamu, kecuali seluruh kekuatan perusahaan Hauw Wie Piauw Kiok, masih ada aku serta semua jago yang hadir disini?”

Dengan pandangan dingin paderi tersebut melirik sekejap kearah Ke Giok Lang, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun ia duduk kembali ke tempat semula.

Perbuatan kukoay dari hweesio ini di-mana ia sukar menyebut    gelar    serta    asal    usulnya    sudah cukup

 membuat orang marasa diluar dugaan ditambah pula mendadak ia duduk kembali ke tempatnya semula hal ini semakin membuat orang kebingungan lagi.

Karena sikap yang aneh serta watak yang hadir dalam kalangan.

Sambil memandang paderi yang duduk kembali ketempatnya semula, Kwan Tiong Gak berseru lantang, “Kalau Cu wi tidak mau bicara hal ini berarti suka memberi muka kepada aku orang she Kwan. ditengah malam buta kalian sudah sudi menghadiri pertemuan ini, sebagai rasa terima kasih aku orang she Kwan akan menjamu diri kalian dengan secawan arak.”

Dengan langkah lebar ia berjalan kembali ketempatnya semula dan memungut secawan araknya.

Mendadak, “Praaak ….,,!” diiringi suara bentrokan keras, cawan arak yang berada didepan Kwan Tiong Gak hancur berkeping keping, arak segera muncrat memnuhi seluruh meja.

Ketika itu kebetulan Kwan Tiong Gak sedang tundukkan kepala untuk memungut cawan sendiri karena itu tak diketahui oleh nya dari manakah munculnya benda yang menghancurkan cawan araknya.

Tanpa terasa air mukanya berubah hebat.

Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jago yang banyak pengalaman serta banyak menemui kejadian kejadian aneh. setelah termenung sebentar sambil tertawa segera serunya, “Suatu kepandaian yang bagus! suatu kepandaian yang dahsyat!”

Bersama dengan suara pujian itu sepassng matanya dengan tajam menyapu sekejap seluruh kalangan.

 Kiranya dengan pengalaman yang dimiliki Kwan Tiong Gak, ia berhasil menduga siapakah yang barusan turun tangan terhadap dirinya.

Sepasang matanya yang tajam dengan cermat memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu, tapi dengan cepat ia merasa bahwa posisi setiap orang disekeliling tempat itu tidak merupakan posisi yang tepat untuk melepaskan senjata rahasia.

Karena tilak berhasil menjumpai orangnya terpaksa Kwan Tiong Gak berseru lantang;

“Kawan dari mana yang barusan turun tangan menghancurkan cawan arak dari aku orang she Kwan? Terima kasih atas budi saudara yang tidak sampai melukai aku orang untuk itu aku orang she Kwan mengucapkan banyak terima kasih.”

Kembali sinar matanya dengan tajam menyapu seluruh kalangan, tapi sekali lagi ia gagal mendapatkan orang yang turun tangan terhadap dirinya itu.

Ketika itulah mendadak Ke Giok Lang bangun berdiri dan mohon diri.

“Kwan Cong Piauw tauw,” serunya “Peta rahasia pengangon kambing adalah barang milikku, jikalau Kwan heng memang tidak akan serahkan kepadaku untuk sementara biar lah berada ditempatmu dahulu siauwte hendak mohon diri terlebih dahulu.”

“Ke Kongcu, apakah kau rela berlalu begini saja,” seru Kwan Tiong Gak sambil tertawa hambar.

“Ada urusan apa?” dengan cepat Ke Giok Lang berhenti,

“Apabila ini hari kita tidak berhasil mendapatkan suatu penyelesaian      mengenai      masalah      peta    rahasia

 pengangon kambing ini, aku rasa kalian akan menjumpai kesulitan didalam pencarian terhadap aku orang she Kwan….”

“Oooouw. , ….jadi Kwan heng mau kelangit?”

“Siauwte akan berebut peta rahasia ini lagi dengan Cu wi sekalian dikota Kay Hong, kemungkinan besar aku akan membawa peta ini kembali ke ibu kota….”

Setelah merandek sejenak, terusnya, “Maka dari itu apabila Cu wi ada maksud hendak merebut lukisan rahasia ini dari tanganku, malam inilah merupakan peluang yang paling baik buat kalian untuk turun tangan, atau paling sedikit kita bisa memperoleh cara penyelesaian yang disetujui semua pihak.”

Sinar mata Ke Giok Lang berputar menyapu sekejap sekililing tempat itu, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu tapi segera dibatalkan kembali.

Kiranya ia berpendapat bahwa diantara para jago yang hadir dalam kalangan tentu ada orang yang merasa tidak puas dan bangun berdiri menegur, mengambil kesempatan tersebut ia akan menghasut dan membakar hati semua orang agar masalah kecil berkembang jadi masalah besar, ketika itulah ia akan berusaha menyimpan tenaga sebagai gempuran yang terakhir.

Siapa sangka suasana tetap sunyi senyap tak kedengaran seorangpun yang membantah agaknya mereka semua pada setuju dengan tindakan Kwan Tiong Gak.

Melihat tak ada yang ambil komentar, sekali lagi Kwan Tiong Gak menyapu seluruh kalangan, ujarnya sambil tersenyum.

 “Cu wi sekalian sudi memberi muka kepada aku orang she Kwan, cayhe merasa sangat berterima kasih, tapi jikalau aku orang she Kwan dengan demikian saja mendapatkan peta rahasia pengangon kambing ini, kendati diluaran Cu wi tidak bicara dalam hati tentu merasa tidak puas.”

“Betul!” jawab si Dewa api Ban Cau dengan cepat. “Nama besar Kwan Cong Piauw tauw telah menggetarkan seluruh dunia persilatan dan dikagumi oleh setiap orang. kalau kau tak sudi mendemontrasikan sedikit kepandaian agar dapat menambah pengetahuan kami, tentu saja kami merasa sangat tidak puas.”

“Baiklah!” ujar Kwan Tiong Gak kemudian setelah termenung berpikir sebentar.

“Aku orang she Kwan pun tidak ingin terjadi suatu pertumpahan darah yang menimbulkan korban, terpaksa aku akan mendemontrasikan sedikit kejelekan, apabila diantara kalian ada yang merasa punya pegangan untuk mengalahkan diriku, nanti kita saling bergebrak kembali.”

Mendadak terdengar Han Im Tootiang Menimbrung ; “Permainan golok Kwan Cong Piauw-tauw sudah kami

lihat barusan, kepandaian tersebut benar benar dahsyat dan dengan mudah sekali bisa memaksa sanjata tangan setan Kouw sicu terdesak keluar kalangan tapi Pinto sudah lama mendengar akan kehebatan permainan senjata rahasia Kiem Ling Piauw dari Kwan Cong Piauw tauw, bagaimana kalau kau sedikit mendemontrasikan agar kami bisa menambah sedikit pengetahuan?”

“Permintaan dari Tootiang akan aku orang she Kwan penuhi.”

 Ia merandek sejenak, setelah ditunggunya beberapa saat tidak juga terdengar seseorang menimbrung, ia baru jalan ketengah kalangan diantara empat buah meja perjamuan itu. ujarnya lanjut.

“Cu wi sekalian tidak ada yang menimbrung, cayhe rasa kalian sudah setuju semua-dengan usul Han Im Tootiang ini baik lah aku orang she Kwan akan segera mempapar-kan sedikit kejelekan.”

Mendadak ia meloncat ketengah udara, dua rentetan cahaya emas setelah meluncur dari genggamannya.

Ditengah suara bentrokan keras, bunyi genta berdering memenuhi seluruh angkasa. Ternyata tangan kiri serta tangan kanan ssgera berbareng telah melepaskan bebareng senjata rahasia Kiem Leng Piauw sangga saling beradu ditengah udara  dan mengakibatkan berderingnya bunyi-bunyi genta tersebut.

Melihat bagaimana kedua batang senjata rahasia genta emas itu saling berbenturan satu sama lainnya, tanpa terasa Ban Cau tertawa dingin, selagi ia siap hendak mengejek permainan tersebut mendadak Kwan Tiong tak menggerakkan kembali sepasang telapak tangannya.

Angin tajam berdesir, puluhan batang senjata rahasia Piauw geata emas segera berterbangan memenuhi angkasa, Dua batang senjata rahasia piauw genta mas yang dilepaskan pertama kali tadi setelah saling membentur ditengah udara segera meluncur jatuh kebawah. tapi kini kembali kedua batang senjata rahasia tersebut terpental ketengah udara terbentur oleh senjata senjata rahasia Piauw genta emas yang dilepaskan kemudian.

 Tak seorangpun diantara mereka berhasil menemukan Kwan Tiong Gak menggunakan cara apakah untuk melepaskan senjata rahasia itu, mereka hanya mendengar suara deringan bunyi genta bergema tiada hentinya diseluruh kalangan.

Kalau didengar sepintas lalu masih tidak terasa apa apa, tetapi kalau didengarkan lebih seksama lagi maka terasalah bunyi genta itu bagaikan serangkaian irama lagu yang amat merdu.

Demontrasi ini benar benar merupakan suatu kepandaian yang jarang ditemui dikolong langit, sebagian besar para jago yang hadir dalam kalangan sama sama merasa bahwa kepandaian tersebut susah ditemu oleh mereka.

Terdengar Kwan Tiong Gak bersuit nyaring, mendadak ia pentangkan lengannya meloncat setinggi dua tombak menabrak diantara deringan suara genta, kemudian ditengah perputaran sang badan ia sudah melayang kembali keatas permukaan tanah.

Tampak sepasang tangannya kembali di-ayunkan kedepan dua rentetan cahaya emas kembali meluncur keluar.

“Traaang….! Traang….” ditengah suara bentrokan keras, genta emas yang berada ditengah udara kembali saling berbenturan satu sama lainnya kemudian dua batang menjadi satu rombongan dengan sangat teratur terjatuh kembali kedalam tangan Kwan Tiong Gak.

Ilmu silat seperti ini boleh terhitung sebagai suatu kepandaian yang jarang ditemukan dalam Bulim, seketika itu juga membuat semua jago silat yang hadir dalam kalangan jadi terpesona dan memuji.

 Setelah menerima kedua belas batang senjata rahasia genta emasnya, dengan wajah tidak merah napas tidak terengah engah ujarnya, “Sedikit permainan cakar ayam tak bisa dikatakan kejadian yang patut dibanggakan, entah apalah saudara saudara sekalian yang hendak memberi petunjuk??”

Walaupun Ke Giok Lang tidak berbicara diluaran, tetapi dalam hati merasa amat kagum dengan permainan Kwan Tiong Gak barusan, pikirnya ;

“Datuk tidak melatih melepaskan senjata rahasia hingga mencapai taraf sedemikian tinggi, sungguh bukan suatu pekerjaan yang gampang.”

Ketika Kwan Tiong Gak tidak mendengar suara jawaban dari seorang manusiapun ia juga berpikir dalam hatinya ;

“Orang orang ini rata rata merupakan Kang ouw yang sudah lama berkelana, kenapa mereka tidak berhasil memahami maksudku yang sebetulnya? Kalau mereka pastikan diri akan berlaku pura pura, terpaksa aku harus berterus terang.”

Karena berpikir demikian iapun segera berkata, “Cu wi sudah melihat permainan cakar ayam dari aku orang she Kwan, kalau merasa puas harap Cuwi sekalian suka memberi muka kepada aku orang she Kwan.”

Mendadak Ke Giok Lang bangun berdiri “Permainan senjata rahasia dari Kwan Cong piauw tauw benar benar luar biasa, tapi masih belum cukup untuk menggetarkan aku orang she Ke serta melepaskan niatku untuk mendapatkan benda tersebut. Orang budiman tidak suka melakukan pekerjaan gelap aku akan menerangkan terlebih dahulu secara terus terang aku Ke Giok Lang sudah  bulatkan  tekad  untuk  memperoleh  kembali peta

 rahasia pengangon kambing itu kendati harus membayar dengan suatu nilai yang mahalpun kalau kau Kwan Cong Piaw tauw tidak sayang untuk berberontak dengan diriku, maka masing masing pihak akan menggunakan cara tersendiri untuk memenuhi harapan tersebut, aku akan mengganggu kantor kantor cabang perusahaanmu yang ada diberbagai keresidenan.”

Bicara sampai disitu, ia berpaling dan serunya. “Lian Hoa, mari kita pergi!”

Dengan langkah lebar ia segera berlalu. Tidak usah diragukan lagi jelas Ke Giok Lang sudah menerangkan sikapnya dalam menghadapi masalah ini, kalau urusan dilanjutkan maka ia akan turun tangan dengan cara apapun juga.

Ke Giok Lang bicara terlalu tajam, hal ini melanggar perasaan halus dari orang orang perusahaan Kauw Wie Piauw kiok. Pui Ceng Yan serta Nyioo Su Jan diam diam berunding sendiri dan bersiap siap menghaJang jalan pergi dari Ke Giok Lang.

Oleh karena ini sewaktu Ke Giok Lang bangun berdiri, Nyioo Su Jan serta Pai Ceng Yan segera menyambut kedatangannya.

Melihat hal itu Kwan Tiong Gak kerutkan dahinya serta ulapan tangannya mencegah.

“Ceng Yan, kita tak boleh bersikap kurang ajar, cepatlah kalian menyingkir dan beri jalan buat Ke Kongcu “

Pui Ceng Yan serta Nyioo Su Jan mengiakan, mereka berdua bersama sama mundur kebelakang, sedang Ke Giok Lang dengan membawa Hoo Lian Hoa pun segera berlalu dengan langkah lebar.

 Setelah Ke Giok Lang berlalu. Han Im totiangpun perlahan-lahan bangun berdiri.

“Kwan sicu.” ujarnya sambil tertawa. “Pertemuan malam inipun seharusnya diakhiri sampai disini. Pinto mohon diri terlebih dahulu.”

Dengan membawa serta sutenya ia segera berlalu dari sana.

“Tootiang silahkan berangkat, harap suka memaafkan cayhe tak bisa menghantar,” kata Kwan Tiong Gak sembari menjura.

Kemudian disusul si Dewa api Ban Cat gerta si paderi berjubah abu abu itupun bangun berdiri segera berlalu tanpa berpamitan.

Dalam sekejap mata seluruh jago sudah bubar dan berlalu dari tempat pertemuan.

Sinar mata Kwan Tiong Gak berputar, ia temukan orang yang masih berada ditengah kalangan kecuali Jen Pek To serta seorang temannya masih ada sang pemuda berbaju biru itu tetap duduk ditempat semula tanpa berkutik sama sekali.

Agaknya Kwan Tiong Gak sudah bisa menebak siapakah teman dari Jek Pek To itu, dengan langkah lambat ia segera berjalan mendekati sang pemuda berbaju biru itu, ujarnya seraya menjura, “Kawan, kau tidak mau berlalu tentunya masih ada petunjuk peunjuk kepada aku orang she Kwan bukan?”

Dengan cepat pemuda baju biru itu mengegos, agaknya ia berniat menghindarkan diri dari bentrokan mata dengan Kwan Tiong Gak.

 Setelah mendengar ucapan itu mendadak sang pemuda segera berdiri dan berlalu dari sana dengan langkah lebar.

“Kawan, kau berasal dari mana? Dapatkah kau orang tinggalkan nama besar?” teriak Kwan Tiong Gak lantang.

Pemuda berbaju biru itu tetap tidak menjawab, ia semakin mempercepat langkahnya kedepan, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

Memandang bayangan punggung sang pemuda berbaju biru yang lenyap dari pandangan. Kwan Tiong Gak menghela napas panjang.

“Saudara Pui, apakah kan kenal dengan orang ini?” “Tidak kenal.” dengan cepat Pui Ceng menggeleng. “Gerak gerik orang ini sangat aneh, kawan atau lawan

kita susah untuk dibedakan.”

“Benar selama ini ia tidak pernah melakukan suatu gerak gerik apapun.”

“Juga tidak pernah berbicara sekejap-pun,” sambung Kwan Tiong Gak cepat.

Bicara sampai disitu ia putar badan berjalan kehadapan Jen Pek To, tegurnya dengan suara berat, “Jen heng, kau sungguh bernyali besar berani membawa Sie Tok say thayjien datang kemari menempuh bahaya.”

Belum sempat Jen Pek To menjaga si lelaki yang berada disisinya sudah berebut menjawab, “Jangan salahkan Pek To, aku sendiri yang paksa dia membawa aku datang kemari,”

Mendadak ia tersenyum dan terusnya, “Sungguh tajam penglihatanmu, untuk menyamar saja aku sudah

 membuang banyak waktu, tidak disangka sekali pandang kau berhasil mengetahui rahasia penyamaranku.”

Orang ini bukan lain adalah penyaruan dari Sie Si Cong, Tok say dari empat keresidenan besar.

Air muka Kwan Tiong Gak berubah amat serius, katanya perlahan, “Thayjien, tempat ini adalah tempat gelanggang jual nyawa, setiap saat bisa terjadi satu pertarungan sengit yang membahayakan jiwa manusia, tubuh thayjien yang berharga mana boleh datang kemari untuk menempuh bahaya. sedikit banyak thayjien tak tahu diri.”

“Oooouuw sudah banyak tahun tak ada orang yang berani berkata demikian dengan diriku.” seru Sie Si Cong sambil tersenyum.

Kwan Tiong Gak seketika jadi tertegun, segera teringat olehnya kalau orang yang sedang ia bicara sebenarnya adalah seorang pembesar tinggi kelas wahid yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal serta menguasai pucuk pimpinan ketenteraan, beberapa patah kata yang di ucapkan memang sedikit keterlaluan.

Buru buru dia menjura, “Thayjien, siauw beng….” “Kwan heng, aku tidak menyalahkan dirimu,” tukas Sie

Si Cong sambil menggeleng dan tertawa. “Hanya saja aku rasa penyaruanku ini belum tentu bisa diketahui oleh mereka.”

“Aaii…. ,! Thayjien, dalam sekali pandang saja cayhe berhasil menemukan penyaruanmu, asal orang yang pernah berjumpa dengan dirimu serta menperhatikan lebih teliti lagi maka mereka segera mengenal dirimu, sebenarnya siauw beng hendak mengikat mereka dengan suatu perjanjian, tetapi melihat thayjien ikut hadir

 aku tak bisa membiarkan mereka berada disini terlalu lama lagi, terpaksa kubiarkan mereka bubar.”

“Merusak rencana bagusmu, aku merasa menyesal dan minta maaf.”

“Soal perjanjian hanya suatu majalah Kecil, keselamatan thayjien merupakan masalah yang amat besar. Harap thayjien suka mendengarkan perkataan dari siauw heng dan lain kali jangan sekali kali menempuh bahaya lagi”

“Aku mengerti.” sahut Sie Si Cong sambil tersenyum. “Lain kali aku tentu akan bertindak lebih berhati hati….”

Ia mendehem sebentar, kemudian terusnya, “Ada suatu urusan hendak kuberitahukan kepadamu, soal peta rahasia pangangon kambing tersebut telah aku bicarakan dengan besanku Liuw thayjien….”

“Lalu apa yang dikatakan Liuw thayjien?”

“Dia minta aku yang memutuskan persoalan ini. ….” “Kalau begitu bagus sekali, harap thayjien suka

menerima kembali peta rahasia pengangon kambing ini.” Tapi dengan cepat Sie Si Cong telah menggeleng

“Aku ingin menghadiahkan peta rahasia pengangon kambing ini untukmu,” kata nya sambil tertawa,

“Hadiahkan kepadaku?” tanya Kwan Tiong Gak agak tertegun.

“Tidak salah, aku pikir kalau peta rahasia ini menunjukkan sesuatu tempat penyimpanan harta karun, aku merasa harta karun tersebut tiada guna bagiku, lain halnya kalau harta karun ini kau yang berhasil dapatkan, kau    bisa    menggunakannya    sebagai    modal   untuk

 membuka sepuluh buah kantor cabang serta memperluas usahamu.”

“Dia begitu paham terhadap keadaanku. hhmmm keterangan ini berhasil ia dapatkan dari Jen Pek To,” segera pikir Kwan Tiong Gak dalam benaknya.

Karena berpikir demikian tanpa terasa sudah berpaling kearah Jen Pek To. Kembali Sie Si Cong tersenyum. ” Hal inipun tak bisa disalahkan diri Pek To, kalau bukan aku yang desak dirinya terus menerus, tentu saja ia tak berani memberitahukan hal tersebut kepadaku.”

“Thayjien salah tafsir, siauw beng sama sekali tidak bermaksud menyalahkan diri Jen-heng.”

“Kalau begitu sangat bagus. . , .” ia tersenyum dan ujarnya lebih lanjut, “Jikalau di dalam peta rahasia pengangon kambing itu tercatat pelbagai ilmu silat, buat diriku pun tiada berguna, oleh karena itu setelah kupikirkan tiga kali akhirnya aku mengambil keputusan untuk hadiahkan peta rahasia pengangon kambing ini kepadamu, inilah baru tepat pedang mustika sepantasnya untuk pendekar sejati.”

Kwan Tiong Gak tidak langsung menerima pemberian itu, ia termenung sebentar, kemudian katanya, “Maksud Baik thayjin biarlah siauw-beng terima dalam hati saja, terus terang saja siauw beng tidak berani menerima pemberian berharga dari thayjien ini.”

Mendengar penolakan itu agaknya Sia Si Cong merasa sedikit berada diluar dugaan ini berseru tertahan.

“oouw…. kelihatannya dibalik kejadian ini masih terselip rahasia lain, kau duduklah! kita bicarakan persoalan ini perlahan lahan.”

 Kwan Tiong Gak menurut dan segera duduk diseberangnya.

“Thayjin silahkan berbicara!”

“Kenapa begitu banyak jago kangouw yang hendak merebut peta rahasia pengangon kambing ini? “

“Karena dalam pandangan orang orang Bu lim, peta rahasia pengangon kambing ini adalah sebuah benda pusaka yang sangat berharga. kecuali tersimpan sejumlah harta karun yang tak ternilai harganya, tersembunyi pula serangkaian ilmu silat yang luar biasa “

“Jikalau benar orang orang Bu lim menyukainya kenapa kau tidak suka menerima pemberianku ini?”

“Bukannya siauw beng tidak suka, tapi aku tak bisa mengingkari janjiku terhadap para enghiong hoohan  yang ada dikolong langit, tadi sudah kukatakan bahwa aku tiada maksud untuk mengangkangi benda tersebut, kalau sekarang thayjien berikan benda pusaka ini kepadaku, bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang tidak bisa dipercaya? “

“ooo…. begitu” Sie Si Cong tersenyum, “Tetapi Pun say tetap menjumpai perasaan yang aneh serta susah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah peta rahasia ini, entah apa yang harus aku lakukan pada saat ini.”

“Menurut pendapat siauw beng, benda ini tidak mendatangkan keuntungan bagi si-pemiliknya, biarkan benda itu tetap dikolong langit akhirnya akan mendatangkan bencana bagi umat manusia!”

“Jadi maksudmu melenyapkannya.?”

 “Sedikitpun tidak salah, harus dilenyapkan dengan demikian bisa terhindar berbagai kesulitan serta kerepotan,”

Sie Si Cong termenung, beberapa saat kemudian katanya.

“Pun say rasa setelah kita musnahkan benda ini maka dikemudian hari akan muncul dua persoalan, masalah ini tak bisa diselesaikan dengan sebaiknya. Apakah orang lain akan percaya kalau peta rahasia tersebut benar benar dimusnahkan? Apakah orang itu mau menerima kenyataan begitu saja? Kwan heng apakah berani kau menjamin setelah peta rahasia itu dimusnahkan maka orang-orang Bu lim tak akan menyelundup masuk kedalam istana untuk mendatangkan kerepotan lagi?”

“Soal ini?, soal ini….” Kwan Tiong Gak kelihatan dibikin agak tertegun.

“Ditambah pula orang itu meninggalkan harta karun serta ilmu silat adalah bertujuan agar benda tersebut bisa digunakan dalam dunia,” sambung Sie Si Cong lebih lanjut, “kalau kita musnahkan peta rahasia ini, bukan kah sama halnya kita sudah menyia-nyiakan hasil kerja orang itu yang dengan susah payah membuat peta tersebut?”

“Asal. , . .! perkataan thayjien sedikit pun tidak salah?” Kwan Tiong Gak menghela napas panjang. “Tetapi mempertahankan peta rahasia ini sama halnya menanam bibit bencana buat kemudian hari, barang siapa yang memperoleh peta rahasia ini tak bisa hidup dengan hati tentram.”

“Kalau didengar memang sangat beralasan ucapanmu itu, padahal dalam kenyataan sama sekali tidak mengena….”

 Mendengar perkataan tersebut Kwan Tiong Gak merasa tidak puas.

“Thayjien, dapatkah kau menunjukkan alasan alasannya?” serunya cepat.

Sie Si Cong tersenyum.

“Aku ingin tahu benda apa yang ada di kolong langit tak perlu dapat perlindungan? dari gunung serta sungai sepanjang laksaan li sampai gubuk serta pagar kebun siapa yang-tidak melindunginya, kalau peta rahasia Pengangon kambing ini benar benar adalah sebuah peta pusaka tentu saja ada orang yang hendak merebutnya, dan aku rasa utusan ini merupakan kejadian yang lumrah justru kalau peta pusaka ini tak ada yang mau menggubris atau merebutnya ini baru merupakan suatu berita yang mengherankan bukankah begitu? “ 

Kwan Tiong Gak merasa apa yang dicapkan memang sangat cengli, hanya sajaada beberapa bagian yang terlalu dipaksakan. setelah termenung sebentar, katanya.

“Pendapat thayjien menang benar, tapi dalam kenyataan masalah peta pusaka ini sedikit agak berbeda dengan apa yang kau katakan.”

“Dibagian yang mana kau katakan tidak sama? “ “Karena peta rahasia ini tercantum serangkaian ilmu

silat yang lihay pun luar biasa.”

“Maka dari Itu semakin tak boleh dibakar lagi….” Ia merandek sejenak, kemudian tambahnya.

“Jikalau kau sudah bulatkan tekad untuk memusnahkannya lebih baik undang juga beberapa orang jago lihay untuk ikut menyaksikan, dengan adanya

 beberapa pasang mata yang ikut menyaksikan berarti ada pula beberapa orang yang menjadi saksimu.”

Bicara sampat disitu ia lantas berpaling kearah Jen Pek To, serunya.

“Pek To mari kita pergi?”

Ia bangun terlebih dahulu dan berlalu dari sana dengan langkah lebar.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar