Kuda Besi (Kuda Hitam dari Istana Biru) Jilid 12

jilid 12

Melihat Hui Yan terancam bahaya, orangtua berpenyakitan Toh Lian Hong cepat bertindak, Dia gunakan kedua siku tangannya untuk membentur Tok Liong cuncia. Ketika Tok Liong cuncia balikkan tangan kiri untuk menampar, Toh Lian Hong cepat menekuk siku lengan kanannya untuk diganti dengan gerak menghantam sedang siku kiri tetap membentur tubuh Tok Liong cuncia.

Sudah tentu Tok Liong cuncia tak mau menderita. Terpaksa dia lepaskan cengkeramannya pada tangan Hui Yan.

Merasa lengannya sudah bebas, Hui Yan ce-pat melesat ke samping sampai dua tombak jauhnya. Setelah menenangkan semangat beberapa je-nak baru dia memandang ke muka.

Ternyata saat itu Toh Lian Hong tengah tegak berhadapan dengan Tok Liong cuncia. Kedua tokoh itu hanya terpisah satu meteran. Tampaknya mereka santai- santai juga. 

Toh Lian Hong tetap masih menekuk pinggang seperti orang yang setiap saat akan jatuh. Sedang tubuh Tok Liong masih bergoyang gontai kian kemari.

Keduanya berdiri diam. Beberapa saat kemudian baru terdengar Tok Liong cuncia berkata, "Loji, apakah mau bertempur sungguhan?”

"Rupanya memang tak dapat tidak harus bertempur ini," sahut Toh Lian Hong, "dalam beberapa tahun terakhir ini aku telah dapat menguasai ilmu Toan-meh- sinkang." Dan ilmu kepandaianmu Sip-seng-sinkang juga sudah merajai dunia persilatan."

Tok Liong cuncia menghela napas, "Kita bertiga saudara, seharusnya dulu tidak perlu ang-kat saudara saja, Sebaiknya engkau bunuh ayahku dan akupun membunuh isterimu. Lalu kita terikat dendam permusuhan besar sehingga kalau bertem-purpun tak perlu kasihan karena mengingat tali persaudaman. Tetapi sekarang kita saling menye-but adik-engkoh, kalau bertempur mau tak mau tentu agak sungkan, bukan ?"

Toh Lian Hong menengadahkan kepala tertawa, "Siapa yang bilang bahwa di dunia yang begini luasnya, kita tiada lawannya lagi. Dapat la-wan kok saudara- angkat sendiri." demikian keduanya saling buka suara seperti ayam sabung yang saling besar-besar kokonya, Tetapi kalau menilik kepandaian yang mereka miliki, memang mereka bukan menyombongkan diri melulu.

Tok Liong cuncia mundur beberapa langkah lalu berseru, "Loji, Ilmu Sip-seng- sinkang itu khusus untuk menghisap tenaga-dalam orang. Harap engkau berhati- hati, jangan sampai tanganku melekat pada tubuhmu."

Toh Lian Hong menjawab dengan sarat, "Ja-ngan memandang rendah kalau tubuhku bergetar getar seperti mau jatuh. itu memang tanda2 dari ilmu koan- meh-sinkang (ilmu sakti memutuskan uratnadi) yang lihay. Engkaupun harap berhati-hati menghadapi aku!"

Sebelum bertempur, keduanya saling menga-takan  kesaktian  dari ilmukepandaian masing2. dengan begitu jelas bahwa mereka masih mengingat rasa ikatan persaudaman. Dan karena mereka hendak menguji kepandaian untuk menentukan siapa yang lebih unggul, maka merekapun tak dapat   menghindarkan hal2 yang negatif.

"Baiklah, loji," Tok Liong cuncia mengang-guk, "terimalah seranganku lebih dulu!"

Dari lengan bajunya segera memancar cahaya kelabu. Tetapi ketika tiba di tengah jalan, cahaya kelabu itu berhenti sehingga lengan bajunya masih seperti 

"tergantung" di udara.

Pada lain saat lengannya terdengar berbunyi berkeretekan dan tangannyapun menjulur maju kearah Toh Lian Hong.

Toh Lian Hong tetap berdiri tenang. Seakan-akan dia tak menghiraukan terhadap pukulan maut yang mampu membengkah bumi dan meruntuhkan langit itu.

"Hai, kita kan sudah mulai, mengapa masih diam saja dan mengingat hubungan persaudaraan kita ?" melihat itu Tok Liong cuncia sendiri menjadi kelabakan.

Tetapi sekalipun begitu dia tetap melanjutkan serangannya, Tubuhnya melonjak setengah meter

keatas dan pukulaanya itu dari atas menghantam kebawah dengan makin dahsyat. Anginaya menderu-deru seperti badai yang menggetarkan bumi.

Mendadak Toh Lian Hong menggembor keras dan tubuhnyapun seperti membengkak besar sampai beberapa senti. Dan sekali balikkan tangan kanan diapun balas menyongsong.

Kedua tokoh itu dengan kekuatan yang dahsyat saling berhantam dengan kecepatan tinggi Hui Yan' yang menyaksikan pertempuran maut itu tak urung terkejut sekali.

Dia teringat tadi Tok Liong cuncia telah memberi peringatan kepada Toh Lian Hong bahwa ilmunya Sip-sen sin kang itu bukan olah2 hebatnya, Toh Lian Hong jangan sekali2 sampai tubuh Toh Lian Hong kena tercengkeram. Dengan begitu kalau Toh Lian Hong sampai beradu pukulan, bukankah itu berbahaya sekali?

Teringat hal itu Hui Yan terus hendak berteriak memberi peringatan, Tetapi sebelum ia sempat mengeluarkan suara, tangan kedua tokoh itu sudah makin mendekat dan sekonyong-konyong tulang lengan To Lian Hong seperti  patah.

Hui Yan makin terkejut sekali. Tulang lengan Toh Lian Hong yang teklok dan menjulai ke bawah itu, menghantam tanah, bum.....

Aneh, aneh sekali Toh Lian Hong orang tua berpenyakitan itu. Untuk  menghindari pukulan lawan, bukan dia menangkis atas loncat ke samping, tetapi kebalikannya dia malah menghantam kebawah. Dengan begitu jelas pukulan Tok Liong cuncia tadi masih tetap melaju kearah tubuhnya.

Melihat itu jeritan Hui Yan yang tertahan di kerongkongannya tadi, kini dihamburkan lagi.... 

Tepat pada saat si dara berteriak, tangan kiri Toh Lian Hongpun sudah bergerak mengayun keatas menghantam Tok Liong cuncia.

Astaga ! Pukulan Toh Lian Hong itu ternya-ta bukan kepalang hebat dan indahnya. Ternyata pukulan tangan kanan yang menghantam tanah tadi ikut mendukung pukulan tangan kirinya, bersama-sama menghantam Tok Liong cuncia.

Saat itu baru Hui Yan tahu tujuan dari orang tua berpenyakitan Toh Lian Hong menghantam tanah itu. Jelas jago tua itu menyadari, kalau dia terus menghantam kemuka untuk beradu kekuatan, jelas tenaganya tentu tak cukup. Disamping itu tentulah Tok Liong cuncia dengan mudah dapat menghindar ke samping.

Tetapi kini Tok Liong cuncia telah terperangkap. Karena mengira tangannya tak ada yang merintangi dan terus maju menerkam maka tubuhnyapun ikut maju lebih mendekat Toh Lian Hong Dengan begitu tak. mungkin dia mampu menghindari dari. pukulan dua tangan Toh Lian Hong.

"Bagus!" seru Hui Yan memuji gembira.

Tok Liong cuncia mendengus sekonyong-konyong tubuhnya mencelat ke udara sembari menamparkan kedua lengan bajunya ke bawah. Sepintas menyerupai dua ekor naga kelabu yang menyambar-nyambar diudara.

Dengan demikian tenaga-dalam siu-keng (tenaga-dalam-lengan-baju) dan tenaga pukulan keduanya saling beradu. :

Darrr.... .

Terdengar letusan macam halilintar membelah bumi. Toh Lian Hong mundur dua langkah. Tetapi Tok Liong cuncia juga terlempar dan jungkir balik sampai  delapan langkah baru dapat malayang turun ke tanah.

Gerakan jungkir balik itu mencapai delapan tombak jauhnya. Dan secepat mendarat di tanah dia terus berjumpalitan sampai delapan kali ke muka. Berjumpalitan mundur dan maju itu dilakukan sama cepatnya. Dan gerakannya itu menimbulkan hambaran angin keras. Beberapa dahan pohon dan ranting, berderak-derak patah karena terlanggar hamburan tenaga tokoh itu.

Waktu berjumpalitan ke muka itu, Tok Liong cuncia melakukan beherapa tutukan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah, Dan tutukan jari itu menghamburkan desis angin yang mencurah kearah Toh Lian Hong. 

Tubuh orang tua berpenyakitan Toh Lian Hong melengkung miring. Tampaknya begitu didorong tentu rubuh. Dengan tubuh miring itu, kakinya bergerak dalam suatu tata-langkah maju mundur aneh tetapi yang jelas dia dapat menghindari tutukan jart Tok Liong cuncia dengan mudah sekali.

Setelah jurus ilmu tutukan dari Tok Liong cuncia itu dimainkan habis, Toh Lian Hongpun mulai gerakkan kedua tangannya untuk menyambut serangan lawan.

Hui Yan tertarik sekali, sampai da terbeliak melongo menyaksikan pertempuran yang dahsyat dan indah itu, Baik Toh Lian Hong maupun Tok Liong cuncia sampai tak tampak. Yang kelihatan hanyalah bayang taburan tangan yang sederas hujan mencurah sementara sesosok bayangan keIabu tengah menari- nari didalamnya.

Gerakan kedua tokoh itu makin lama makin cepat sehingga mereka tak kelihatan lagi kecuali hanya tedengar bunyi deru angin dan pukulan.

Tetapi pukulan siapa, sukar diketahui.

Belum satu jam saja mereka sudah melancarkan belasan jurus. Tiba2 mereka sama2 menggembor keras terus tercerai. Yang satu loncat ke timur yang satu mencelat ke barat, Mereka kini terpisah satu tombak jauhnya.

Wajah Tok Liong cuncia tampak berseri-seri. Mengangkat tangan, dia lontarkan secarik kain warna kelabu yang sebesar tinju orang, kain itu berkibar-kibar melayang ke udara.

"Loji," serunya, "itulah robekan kain baju-mu!" serunya.

Wajah Toh Lian Hong masih pucat lesi seperti si orang sakit, Setelah kain itu melayang turun ke tanah, barulah dia menjentik dengan jari tengah cret....

ternyata dia menjentikkan sebuah benda pada robekan kain itu.

Waktu Tok Liong cuncia memandang kearah robekan kain, barulah dia tahu kalau benda yang melekat diatas kain itu, semacam giok-pwe atau pengikat sabuk dari batu giok.

Cepat Tok Liong cuncia merabah pinggangnya. Seketika wajahhya yang berseri- seri itu pun berobah pucat kaget.

"Loji," dia tertawa meringis. "Jurus apakah yang engkau gunakan tadi?"

"Ping-jip-ko-bong (penyakit masuk kedalam usus), sebuah jurus dari ilmu pukulan Toan-meh-ciang-hwat. Jurus yang engkau gunakan untuk merobek 

bajuku itu apa namanya ?" balas Toh Lian Hong.

"Ah, Jurus itu tidak mempunyai nama yang bagus," sahut Tok Liong cunoia, "hanya jurus Kim-si-kau-poan-jiu-ciat-kou (kera bulu emas-memutus-dahan- memetik-buah) yang dirobah sana sini dan kuberi nama Kim-wan-ciat-koh (Kera- emas-memetik-buah). Loji, jangan menertawakannya,"

"Apa-apaan itu ?" sahut Toh Lian Hong, "memang banyak sekali jurus2 yang sakti berasal dari gerak binatang2 di hutan. Sungguh hebat sekali.

Tok Liong cuncia juga acungkan jempol tangannya balas memuji, "Ah, jurus Ping-jip-bong ko yang engkau mainkan tadi, barulah pantas dipuji. Sungguh dapat dikatakan, hidup kembali walaupun dalam keadaan mati. Waktu tubuhnya miring ke samping tadi, kukira dengan sekali gebrak saja tentulah aku dapat menyelesaikan engkau. tetapi siapa tahu, aku malah kena engkau perangkap 1"

Keduanya saling puji memuji, kemudian saling berjabatan tangan, dan tertawa gelak2.

Waktu bertempur keduanya melanearican se-rangan dahsyat bahkan main seperti orang musuh besar yang saling menginginkan nyawa lawannya. Tetapi setelah berhenti bertempur, keduanya saling memuji kepandaian masing2 dan mereka menun-jukkan bagian2 indah dari ilmu tingkat tinggi. Hal itu menyebabkan Hui Yan meringis dalam hati

Setelah puas tertawa, kedua tokoh itu saling berpandang dengan mata kilat kilat. Tok Liong cuncia tegak tak bergerak, kedua kakinya terpaku di tanah. Tiba2 dia meluncur maju. Rumput dan pasir yang dilintasi, menjadi terbabat rata, mening- galkan dua buah parit kecil.

"Walaupun jurus2nya luar biasa tetapi masing-masing mempunyai sumber yang hampir tak berbeda. Kalau tidak adu tenaga-dalam, tentu tak dapat diketahui siapa yang lebih unggul," kata Tok Liong cuncia setiba dihadapan Toh Lian Hong.

"Ya, silakan mulai." sahut Toh Lian Hong dingin.

Tok Liong cuncia katupkan kelima jari dan songsongkan tinjunya ke muka. Dia tak mau menggunakan ciang atau pukulan dengan tangan, melainkan dengan kun atau tinju. Dengan begitu dia hendak menunjukkan kalau dia tak mau menggunakan ilmu Sip-seng sinkang untuk mencari kemenangan.

Perlu diketahui, bahwa ilmu menghisap tenaga dalam lawan, atau Sip-seng- sinkang yang dimiliki Tok Liong cuncia itu memang merupakan, ilmu kepandaian luar biasa yang khusus dipunyai Tok Liong cuncia seorang. Ilmu itu akan 

memancarkan balik tenaga-murni dalam tubuh dan melalui telapak tangan akan dapat mengeluarkan daya sedot untuk menghisap tenaga-dalam lawan.

Tok Liong cuncia tidak mau membuka telapak tangannya dan menggantinya dengan kepalan tinju. Berarti bahwa dia tak mau menyedot tenaga-dalam lawan.

Toh Lian Hong mundur dua langkah untuk menghindar, serunya, "Kalau mau mengadu tenaga-dalam, haruslah mengeluarkan kepandaian demgan sungguh2, Losam, mengapa engkau gunakan tinju tidak tangan ? Apakah eagkau memandang rendah kepadaku ?"

Tok Liong cuncia menjawab, "Ah, mana aku berani " tiba2 kelima jarinya ditebarkan dan pelahan-lahan didorongkan ke muka. Walaupun gerakannya lambat tetapi menimbulkan hembusan angin yang cukup keras. Angin yang berputar-putar seperti angin lesus. Bermula angin itu tidak menghambur ke  muka melainkan ke belakang, lalu kembali lagi ke telapak tangannya. Oleh karena itu waktu jari tangannya mendekati Tok Lian Hong, pakaian orang itupun berkibar keras ke belakang lalu mencuat ke muka lagi.

Toh Lian Hongpun mulai mengangkat tangan nya tetapi sama sekali tidak mengeluarkan hamburan tenaga. Memang gerakan kedua tokoh kali ini dilakukan dengan pelahan sekali, tidak segencar gebrak pertama tadi.

Hui Yan tahu bahwa dalam gerakan kedua orang itu tentu akan meletus suatu kejadian yang mengejutkan maka diapun menahan napas untuk mengikuti dengan penuh perhatian.

Lebih kurang dua peminum teh lamanya, baru tampak tangan kedua orang itu pelahan-lahan saling mendekati. Plak, .,. pada lain saat mengatup keras dan saling merapat.

Ah, Hui Yan diam2 mengeluh heran. Apa yang diperkirakannya ternyata tidak betul. Waktu saling membentur, ternyata dua tangan mereka; tidak mengeluarkan bunyi yang hebat, melainkan biasa2 saja.

Tetapi begitu saling menempel, cepat sekali Tok Liong cuncia sudah mundur tiga langkah begitu juga Toh Lian Hoog, pun mundur tiga langKah. Kemudian  masing2 tegak berdiri ditempat sembari tangan mereka masih saling menempel.

Entah berapa lama, tetap mereka masih tegak berdiri seperti patung. Sudah  tentu Hui Yan kelabakan, Dia berpaling ke arah Wi Ki Hu, "Bagai... bagaimana ini

?"

"Entah, aku juga tak tahu," sahut Wi Ki Hu "Hai, kapan tak ada yang menang 

atau kalah, lebih baik berhenti saja !"

Karena kuatir kedua tokoh itu akan sama2 remuk maka sambil berseru, Wi Ki Hupun maju menghampiri untuk melerai.

Tetapi pada saat dia mendekat hampir dua meter dan tempat kedua tokoh itu, tiba2 dia menjerit aneh dan tubuhnya melayang-layang kebelakang dan terbanting jatuh ke tanah. Mulutnya mengumur darah. Jelas dia telah menderita luka.

Ternyata walaupun tampaknya tidak bergerak tetapi darah dan pernapasan  Kedua tokoh itu memburu keras seperti kuda binal. Ilmu Sip-seng-sinkang dari Tok Liong cuncia sedang memancarkan daya-sedot dan Toh Lian Hong sedang berjuang untuk menolak.. Dan karena juga hendak berusaha menggempur lawan maka diapun memancarkan segenap tenaga-dalamnya.

Itulah sebabnya maka begitu mendekat, Wi Ki Hupun terbentur dengan  hamburan tenaga-sakti mereka. Melihat itu Hui Yan terkejut dan buru2 menghampiri ketempat Wi Ki Hu, serunya dingin, “Ih, jangan mati dulu engkau !"

Wi Ki Hu terbeliak. Dia tak mengerti mengapa tiba2 dara itu begitu menaruh perhatian kepa-danya. Dia mengerang dan berusaha untuk berbangkit, "Ah, mungkin aku beluma mati."

"Bagus," seru Hui Yan pula, "kalau engkau mati, dan Kun Hiap belum sempat melampiaskan pembalasanaya, dia tentu akan menyesal seumur hidup."

Wi Ki Hu menarik napas. Dia tertawa rawan.

"Nona Tian, kurasa " baru dia berkata begitu tiba2 sesosok tubuh melesat tiba dengan cepat sekali.

Hui Yan terkejut, demikian pula Wi Ki Hu. Ah, ternyata pendatang itu seorang lelaki tua yang tubuhnya panjang tetapi kepalanya kecil. Siapa lagi kalau bukan Koan Sam Yang.

Lebih dulu Koan Sam Yang memandang kearah kedua tokoh yang sedang adu tenaga-dalam. Dia lerkejut. Kemudian dia melirik kepada Hui Yan dan sekali melesat dia sudah tiba di hadapan dara itu, tegurnya, "Apakah engkau melihat dia?"

Hui Yan deliki mata, "Engkau melihat setan barangkali. Apa yang engkau tanyakan kalau melihat dia itu ?" 

Koan Sam Yang menghela napas dan banting2 kaki lalu ngeloyor pergi, Tiba2 Hui Yan tersentak, serunya, "Hai. siapakah yang engkau katakan ‘dia’ itu?"

Tetapi Koan Sam Yang sudah jauh. Dii tak menghiraukan pertanyaan si dara.

Timbul suatu pemikiran dalam hati Hui Yan hendak mengejar tetapi tiba2 Koan Sam Yang yang sudah jauh itu tiba2 berhenti dan balik menghampiri dengan melangkah mundur.. Sambil melangkah mundur dia menghambur tawa yang tak sedap di dengar

"Aku. beritikad baik. Jangan memandang aku dengan tertawa. Apa sih yang

lucu?" serunya.

Ketika Hui Yan n rmandang lebih seksama, ternyata mundur Koan Sam Yang itu ada sebabnya, yakni karena ada seseorang yang berada di mukanya dan maju mendesak.

Orang itu berpakaian compang-camping, muka kotor dan sepasang matanya memandang lekat ke muka, mulut menyungging tawa yang aneh. Sepintas menyerupai bangsa setan alas yang membuat bulu kuduk orang berdiri.

Pada saat lain Koan Sam Yang dan orang aneh itu makin dekat ke tempat Hui Yan dan sa-at itu barulah Hui Yan terkejut bukan kepalang Ternyata orang aneh itu bukan lain adalah Kun Hiap sendiri.

Hui Yan girang sekali tetapi sebelum dia sempat untuk memanggil, tiba2 Koan Sam Yang ayunkan tangan menghantam kearah dada Kun Hiap.

"Ha!"Hui Yan berteriak kager tetapi sudah terlambat. Duk. pukulan Koan Sam

Yang tepat menghujam dada Kun Hiap.

Tetapi aneh sekali. Pemuda itu seperti tak merasa apa2, hanya langkahnya yang agak terhenti sejanak. Tetapi kebalikannya, Koan Sam Yang sendirilah yang malah tersurut mundur tiga langkah. Kun Hiap tidak membalas melalukan hanya memandang Koan Sam Yang dengan tertawa.

"Hai, engkau telah merebut gelarku, ya? Aku selamanya apabila bertempur tak pernah balas menyerang. Mengapa. engkau juga tidak mau balas menyerang?" Koan Sam Yang tertawa meringis.

Melihat kejadian itu Hui Yan tertawa gem-bira sekali dan berseru, "Koan tocu, kalau dia mau membalas, dikuatirkan engkau memang bakal takkan balas menyerang untuk selama-lamanya!" 

Sudah tentu Koan Sam Yang tahu maksud Hui Yan. Dara itu mengatakan kalau Kun Hiap mau balas menyerang, dia (Koan Sam Yang) ten-tu tidak dapat balas menyerang selama-lamanya kerena tentu sudah mampus..

Tiba2 dara itu tersadar. Kerena Kun Hiap sudah muncul disitu maka diapun harus segera melaksanakan keputusannya, Itu berarti, bahwa dia hanya dapat hidup selama tiga hari lagi saja.

Tetapi biarlah, rasanya dia rela. Karena setelah minum obat pusaka, tentulah  Kun Hiap akan pulih kembali ingatannya sebelum dia sendiri (Hui Yan) keburu mati. Dan sejak itu akan lahirlah di dunia persilatan seorang tokoh baru, seorang pemimpin persilatan yang tak ada tandingannya. Dan pada waktu itu, tentulah Kun Hiap akan dapat membalas dandam kematian ayahnya.

Hui Yan tertawa rawan, menghampiri ke muka Kun Hiap. Dia seorang dara yang centil, yang tak kenal takut. Tetapi kala itu disaat berhadapan muka dengan Kun Hiap, airmatanya berderai-derai seperti hujan mencurah.....

Tetapi Kun Hiap yang sudal. kehilangan daya ingatannya itu hanya ganda tertawa seperti orang limbung. Hui Yan perlahan-lahan memegang tangan pemuda itu, menghela napas dalam lalu berpaling.

"Toh locianpwe, Kun Hiap telah datang. Obat pusaka dari delapan  kuda besi. "

tiba-tiba dia hentikan kata-katanya karena melihat Toh Lian Hong masih berjuang seru dalam adu tenaga-dalam lawan Tok Liong cuncia. Dan pada saat itu Koan Sam Yang menghampiri ketempat kedua tokoh itu seraya berseru, "Suhu, suhu. "

Hui Yan tertegun. Kini baru dia tahu kalau Koan Sam Yang memang sudah nekad tetap berguru kepada Tok Liong cuncia. Dia makin terke-jut ketika melihat Koan Sam Yang terus maju menghampiri kedua tokoh itu dengan mata berkilat-kilat.

"Koan tocu, engkau mau apa?" serentak dia berteriak menegur.

Tetapi sudah terlambat, Koan Sam Yang meringkik dan aneh terus menghantam kearah Toh Lian Hong.

Tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi yang dimiliki Koan Sam Yang, merupakan tenaga- keras yang merajai. Seketika angin memburu dahsyat,...

Hui Yan menjerit keras, "Koan Sam Yang, engkau sungguh munafik. ", sambil

teriak dia segera loncat ke muka.

Pada saat Koan Sam Yang mengayunkan tenaga Sam-yang-cin-gi, tangannyapun 

menampar ke belakang sehingga Hui Yan terhalang dan terdorong mundur sampai tiga langkah.

Kini Hui Yan tahu jelas bahwa tindakan Koan Sam Yang untuk menyerang secara pengecut kepada Toh Lian Hong itu adalah karena hendak mengambil hati Tok Liong cuncia, karena dia su-dah menjadi muridnya.

Suatu perbuatan edan. Sebenarnya dalam dunia persilatan, Koan Sam Yang juga mempunyai nama besar. Tetapi karena ingin menyedot tenaga-sakti dari tubuh Kun Hiap, dia sudah tak menghiraukan segala cemooh dan hinaan, mati-matian berguru kepada Tok Liong cuncia.

Hui Yan bingung, Dia tahu tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi itu telah dikuasai Koan Sam Yang dengan sempurna, Saat itu orang tua berpenyakitan tengah beradu tenaga-dalam dengan Tok Liong cuncia.

Tiba2 Hui Yan teringat bahwa satu-satunya yang mampu menghalangi tindakan Koan Sam Yang itu hanyalah Kun Hiap maka cepat dia berpaling dan seru, "Kun Hiap. "

Tetapi secepat itu pula dia hentikan kata-katanya karena melihat Kun Hiap masih tersenyum menyeringai seperti orang tolol. Jelas anak-muda itu seperti tak tahu apa yang telah terjadi dihadapannya. Andaikata saat itu dia memberikan obat pusaka dalam delapan kuda besi, toh tak mungkin anakmuda itu akan segera pulih ingatannya dalam waktu yang begitu singkat.

Hui Yan mengeluh sekali dan berpaling kemuka lagi. Saat itu pukulan Koan Sam Yan sudah hampir tiba di bahu kiri Toh Lian Hong, Dan waktu pukulan mendarat pada bahu, kedua tokoh itu masih tegak diam seperti tak merasa terjadi sesuatu.

Tetapi itu hanya sementara waktu saja. Beberapa saat kemudian tiba2 terdengar bunyi letupan, tahu2 Tok Liong cuncia menyurut mundur selangkah. Dia memandang Koan Sam Yang dengan marah.

Kemudian Toh Lian Hongpun mencelat melayang seperti layang2 putus tali. Dan berbareng itu Koan Sam Yang meringkik aneh, kedua tangannya dijulurkan lurus ke muka, keringat.

Bluk, kedua lututnya teklok dan terus berlutut ditanah, mulutnya meloroh-loroh seperti orang kedinginan, Kedua tangan menekan pada tanah, kelima jarinya mencengkeram keras sehingga masuk kedalam tanah. Dia meringkik aneh. beberapa kali, napas terengah-engah keras.

“Suhu, tolong, tolonglah aku, lekas. lekas! Gunakan Sip-seng-sin-kang untuk 

menyedot tenaga Sam-yang-cin-gi dari tubuhku, lekas lekas... sukalah memandang pada mendiang ayahku dan menolong aku, tolonglah, aku..."

Koan Sam Yang melolong-lolong, keringat dan airmata bercucuran. Tidak lagi dia itu Koan Sam Yang yang diagulkan sebagai tokoh ternama, melainkan seperti lelaki tua yang sedang sekarat!

Wi Ki Hu saling berpandang dengan Hui Yan. Tetapi Wi Ki Hu juga tak berdaya. Dia tak mampu memberi pertolongan.

Saat itu tubuh Toh Lian Hong yang melayang sampai tiga tombak di udara, tengah meluncur turun. Gerak luncurnya aneh sekali. Tidak-meluncur deras tetapi pelahan-lahan seperti daun kering yang bertebaran ke tanah.

Melihat itu Hui Yan tertegun. Kemudia ia meras lengah dalam hati, karena percaya Toh Lian Hong tentu tak menderita luka sehingga dapat menguasai tubuhnya waktu meluncur turun. Bahkan orangtua berpenyakitan itu sengaja memamerkan kepandaiaannya yang istimewa.

Melihat layang turunnya Toh Lian Hong, Tok Liong cuncia meringkik aneh dan terus ayunkan tubuh melayang ke muka untuk menyambuti tubuh Toh Lian Hong. Tiba2 dia menghambur jeritan yang kera. dan aneh sehingga telinga Hui Yan sampai terasa terngiang pecah. Dara itu melihat dengan hati2 seperti membawa barang gelas, Tok Liong cuncia pelahan-lahan meletakkan tubuh Toh Lian Hong.

Hui Yan benar2 tak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Baru setelah teriakan Tok Liong cuncia itu mulai sirap, barulah dara itu maju menghampiri. Dan begitu melihat apa yang terjadi, seketika mata dara itu terbeliak lebar2.

Tok Liang cuncia tegak berdiri seperti orang yang kehilangan semangat. Sepasang mata tak berkedip memandang ke muka. Sedang Toh Lian Hong menggeletak ditanah. wajahnya pucat seperti mayat, matanya tak bersinar lagi, tak ubah seperti sesosok mayat yang sudah membeku bertahun-tahun. Jelas orang tua berpenyakitan itu telah meninggal dunia.

Ternyata pada waktu pukulan Koan Sam Yang belum sampai mengenai Toh Lian Hong, maklum sedang mencurahkan semangat menghadapi Tok Liong cuncia, tetapi Toh Lian Hong merasa kalau dirinya bakal celaka. Maka diapun segera bersiap.

Pada saat pukulan Koan Sam Yang hendak tiba, Toh Lian Hong menggunakan ilmu meminjam tenaga lawan untuk mengembalikan hantaman orang, dia menyalurkan tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang untuk 

menghantam Tok Liong cuncia, Dengan mendapat tambahan tenaga pukulan dari Koan Sam Yang, Toh Lian Hong memancarkan tekanan keras kepada Tok Liong cuncia. Akibatnya Tok Liong cuncia terpental selangkah ke belakang.

Tetapi karena bertindak begitu, tenaga sakti dari tubuh Toh Lian-Hong sendiri ditambah tenaga sakti "Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang tentu tersedot oleh ilmu Sip-seng-sinkang Tok Liong cuncia hingga habis. Dan getaran tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang telah menbuat Toh Lian Hong terpental ke udara.

Dahulu karena ingin mengalahkan Tian Put Biat (ayah Hui Yan) maka Toh Lian Hong sampai merantau ke seberang lautan untuk mencari ilmu kesaktian. Tetapi karena dia sangat bernafsu sekali berlatih dengan keras maka jalan sebuah uratnadinya telah putus.

Sebenarnya apabila salah satu dari delapan uratnadi pokok tubuh manusia itu putus, orang itu kalau tidak cacat tentu mati. Tetapi kebetulan sekali pada waktu itu dia bertemu dengan seorang sakti yang memberi pelajaran ilmu Toan-meh- sinkang atau ilmu sakti urat yang putus. Dengan meyakinkan ilmu itu,  kepandaian Toh Lian Hong malah bertambah hebat.

Tetapi ilinu Toan-meh-sinkang itu tidak boleh digunakan secara paksa dan berkelebihan. Berbeda dengan ilmu tenaga-dalam dari partai2 persilatan umumnya, Toan-meh-sinkang hanya digunakan pada saat2 yang berbahaya dan tidak boleh menggunakan kekerasan kalau berhadapan dengan lawan. Dan kalau sekali menderita kekalahan, maka pemilik Toan-meh-slnkang itu takkan tertolong lagi jiwanya.

Waktu Toh Lian Hong terpental ke udara karena getaran tenaga-sakti Sam-yang Cin gi tadi dia sudah merasa bakal celaka. Dia berusaha untuk menghimpun tenaga dalam tetapi macet. Sampai diulang tiga kali, tetap saja gagal. Malah karena gerakan pernapasan untuk menghimpun tenaga-murni itu menyebabkan urat-urat nadi dalam tubuhnya membengkak dan putus. Maka sebelum jatuh ke tanah, sebenarnya Toh Lian Hong sudah putus jiwanya.

Yang tahu keadaan itu hanya Tok Liong cuncia seorang. Maka dia lalu meringkik aneh dan buru2 loncat menyanggupi tubuh Toh Lian Hong. Makaudaya. hendak menolong tetapi ketika menyentuh tubuh orang tua itu, dia dapatkan kalau sudah tak bernyawa lagi. Walaupun dia memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, tetap tak dapat menolongnya.

Melihat Toh Liang Liong sudah binasa, seketika Hui Yan rasakan bumi seperti berputar-putar sehingga tubuhnya bergoyang-goyang hendak rubuh. Pada saat itu dari arah belakang setiup angin menghambur. Terpaksa dara itu miringkan 

tubuh.

Waktu memandang dengan seksama ternyata ada sesosok bayangan melesat dari sampingnya. Baru tiga langkah bayangan itu sudah terjungkal rubuh di tanah. Ternyata orang itu adalaii Koan Sam Yang.

Koan Sam Yang berusaha untuk bangkit, tapi tubuhnya bergoyang kian kemari seperti dari empat penjuru ada orang yang mendorongnya.

Napasnya masih terengah- engah dan dengan tersendat-sendat dia berseru, “Suhu.. .. tolonglah aku. "

Tok Lion cuncia berpaling kearah Koan Sam Yang berseru dingin, "Tadi aku sedang menguji kepandaian dengan Toh-ji-ko, siapa suruh engkau campur tangan? Setelah dia meninggal, lalu dengan siapa lagi aku bisa mendapat lawan? Perlu apa aku harus menolong engkau?”

Melihat Tok Liong cuncia bicara dengan nada dingin dan matanya berkilat-kilat, Koan Sam Yang makin mengigil.

"Suhu, tolonglah aku. ... akan kuberitahukan kepadamu untuk mengisap

tenaga-dalam sakti dari seseorang. tenaga-sakti dan orang itu tiada lawannya

di dunia ini !"cepat Koan Sam Yang berseru keras.

Mendengar itu Hui Yan segera tahu siapa yang dimaksudkan Koan Sam Yang itu. Sudah tentu dia terkejut sekali. Setelah Toh Lian Hong meninggal, kalau Tok Liong cuncia hendak mengisap tenaga-dalam Kun Hiap, tentulah tak ada yang dapat merintangi lagi.

"Koan Sam Yang!" teriaknya dengan marah sekai, Engkau sudah mau mampus, mengapa masih mau mencelakai orang!"

Koan Sam Yang, menuding Kun Hiap dan berteriak keras, "Dia, dia, ya dialah orangaya! Tenaga dalamnya sungguh tiada taranya dalam dunia ini. Kalau dapat menghisapnya, tentu. . .

"Kutahu " tukas Tok Liong cuncia dingin, "tujuanmu berguru kepadaku tak lain hanya hendak belajar ilmu Sip seng-sin-kang. Setelah kau memiliki, engkau terus mau menghisap tenaganya bukan?''

Koan Sam Yang mengangguk-angguk, "Ya. . .. ya. mohon suhu lekas turun

tangan!"

Tok Liong cuncia ayunkan kaki. Selangkah demi selangkah dia maju 

menghampiri ketempat Koan Sam Yang. Sepasang matanya memandang lekat2 pada Kun Hiap.

Melihat itu menggigillah hati Hui Yan. Dia seperti mendapat firasat tak baik maka cepat2 dia melangkah maju menghadang di depan Kun Hiap untuk melindungi pemuda itu dari kemungkinan yang berbahaya.

Dengan nada dingin berserulah Tok liong cuncia kepada Koan Sam Yang, "aku, aku. akan turun tangan!"

"Terima kasih.  ," belum selesai Koan Sam Yang berkata, Tok Liong cuncia  sudah

mengangkat tangan dan duk. seperti buuyi guruh yang tak jadi meletus maka

tangan Tok Liong itupun segera mendarat di dada Koan Sam Yang.

Seketika tubuh Koan Sam Yang mencelat ke belakang, brukkk terhentur pada sebatang pohon besar dan menghamburkan gema kumandang suara yang bergemuruh.

Memang pukulan yang dilancarkan Tok-Liong-cuncia itu disebut pukulan Biat-pik jong-hong atau pukulan-berkumandang. tenaga pukulan yang melontarkan  tubuh Koan SamYang masih berkuasa untuk menumbangkan pohon yang sebesar paha orang.

Setelah hamburan daun dan debu yang mengabut itu menipis barulah Hui Yan dapat melihat pemandangan yang dilihatnya itu, serentak ngerilah hatinya.

Ternyata tubuh Koah Sam Yang sudah tidak merupakan mayat yang utuh lagi. Waktu membentur pohon, tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi , dalam tubuhnya memancar keluar, pohon tumbang dan pecah berkeping~keping, tetapi tubuhnya sendiri juga hancur berantakan tak karuan. .....

Hui Yan menghela napas. Nama Koan Sam Yang sudah cukup termasyhur di dunia persilatan. Teapi karena dikuasai oleh nafsu angkara untuto menyedot tenaga-sakti Kun Hiap, dia rela merendahkan diri untuk menjadi murid Tok Liong cun-cia. Tetapi hasilnya, bukan ilmu Sip-seng-sinkang (ilmu penyedot tenaga dalam) yang diperolehnya melainkan suatu kematian yang mengerikan sekali.

Tok Liong cuncia membuat liang dengan hanya mengebutkan tangan baju. Angin tajam bergulung2 mengungkap bongkah2 tanah dan terbukalah sebuah liang kubur. Dan sekali lengan bajunya mengebut pula, maka jenasah Toh Lian Hong melayang masuk kedalam liang. Kemudian untuk yang ketiga kalinya Tok Liong cuncia mengebutkan lengan bajunya lagi maka bongkah2 tanah tadipun menimbun kembali liang kubur itu. 

Setelah mengubur Toh Lian Hong, barulah Tok Liong cuncia baralih memandang Kun Hiap. Dia kerutkan wajah, menunjukkan keheranan besar, serunya, "Benar, tenaga-dalam pada tubuh anakmuda itu memang luar biasa sekali, jarang terdapat dalam dunia!"

Mendengar itu hati Hui Yan makin tegang, serunya, "Wi tayhiap, lekas kemarilah berdiri disebelahku."

Wi Ki Hu mengerti apa yang dimaksud Hui Yan. Cepat dia melesat ke samping si dara. keduanya tegak didepan Kun Hiap untuk melindunginya.

Tetapi tampaknya Tok Liong cuncia seperti tak merasa kalau ada kedua orang itu yang hadir disitu. Dia mengigau seorang diri. "Ah. kemungkinan memang mentakdirkan aku menjadi jago nomor satu dalam dunia persilatan yang tak pernah muncul sejak beratus tahun ini!"

"Cuncia, "cepat Hui Yan gopoh berteriak, ilmu kepandaianmu tiada tandingannya dalam dunia persilatan. Perlu apa engkau. hendak meng-hisap tenaga-dalam

orang lagi?”

Tok Liong cuncia tertawa gelak2, "Berilmu makin tinggi tentu saja makin bagus Siapa yang tak mau memiliki kepandaian tinggi?"

Sambil berkata dia terus maju selangkah. Seketika terasa menghambur setiup angin kuat melanda kearah Hui Yan dan Wi Ki Hu sehingga terdorong mundur beberapa langkah.

Kebetulan mereka mundur ke tempat Kun Hiap. Walaupun pikiran Kun Hiap masih kabur tetapi karena tenaga-dalam Tok Liong cuncia itu melanda kearahnya juga maka secara spontan tubuh pemuda itu memancarkan daya- lawan untuk menolak. Dengan demikian terhentilah Hui Yan dan Wi Ki Hu.

Mereka tersiak kesamping.

Kini tiada lagi perintang yang menghalang diantara Kun Hiap dan Tok Liong cuncia. Tok Liong cuncia menampilkan kerut wajah cerah dan maju selangkah demi selangkah. Setelah tiba satu meter didepan Kun Hiap, barulah dia berdiri tegak.

Melihat itu, Hui Yan dan Wi Ki Hu tegang sekali. Mereka tahu kalau Tok Liong cuncia hendak mengisap tenaga-dalam dari tubuh Kun Hiap.

"Tunggu, cuncia!" serentak Hui Yanpun berteriak.

Tetapi Tok Liong cuncia seperti orang kesurupan. Dia tak menghiraukan teriakan 

si dara. yang nyaring. Dia tetap hendak melanjutkan rencananya.

"Cuncia, jangan menghisap tenaga-dalamnya," kembali Hui Yan berteriak malah kali ini terus melesat maju.

Tok Liong cuncia berpaling dan kebukan lengan baju untuk menghentikan Hui Yan. Dengan mata berapi-api dia membentak, "Kenapa tak boleh?"

Dia bertanya dengan nada yang menusuk telinga Hui Yan. Malah kedua lengan bajunya juga berkibas sehingga menimbulkan hamburan angin kenyang membuat Hui Yan berputar-putar ke belakang sampai tujuh langkah baru dia akan jatuh. Untung dia dapat memegang sebatang pohon sehingga dapat menjaga keseimbangan tubuhnya. Sekalipun begitu karena tubuhnya berputar- putar seperti gangsingan, kepalanya terasa pusing dan mata berkunang.

Dengan wajah lesi, berserulah Wi Ki Hu, "cun-cia, ilmu kepandaianmu sudah tiada yang mengalahkan dalam dunia persilatan. Mengapa engkau masih tak puas?"

"Siapa bilang kalau kepandaianku itu tidak ada yang menandingi lagi?" balas Tok Liong cuncia.

"Siapakah yang dapat menandingi kepandaian.cuncia?" seru Wi Ki Hu.

Pelahan-lahan Tok Liong mengisar pandang kearah Kun Hiap. Beberapa jenak kemudian baru dia berkata, "Ada, ada orang yang kepandaiannya memang lebih tinggi dari aku."

Kata-katanya itu penuh tanda iri dan cemas.

Wi Ki Hu dan Hui Yan terkejut, "Siapa? Serempak mereka berdua berseru.

Tok Liong cuncia menuding Kun Hiap, "Dia!" Tiba2 dari ujung jarinya mendesis angin tajam yang menuju ke jalandarah Jin-tiong-hiat diatas bibir Kun Hiap.

Sebenarnya Tok Liong juga tak bermaksud hendak membuuuh. Tetapi karena hatinya tegang sekali sehingga dia tak dapat menguasai hawa murni yang memancar deras maka begitu tangan menuding, dari ujung jari itupun segera meluncur tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi. Apalagi jaraknya begitu dekat sehingga cepat sekali sudah mengenai sasarannya.

Tenaga-dalam yang dipancarkan melalui jari Tok Liong cuncia itu dapat menghancurkan batu karang. Dan jalandarah yang diarahnya yalah jalandarah Jin-tiong-hiat yang merupakan jalandarah vital pada tubuh manusia. Jelas Kun 

Hiap tentu akan.mati seketika.

Tetapi apa yang terjadi sungguh membuat orang terbelalak. Bahkan Tok Liong cuncia sendiri sampai tertegun kesima. Ternyata Kun Hiap tidak apa2 tampaknya dia tak merasa apa, hanya menjulurkan lidah untuk menjilat jalandarah Jin-tiong- hiat yang terletak diatas bibirnya, seolah seperti oang yang habis makan saja, masih ada lekatan makanan yang melumur pada atas bibirnya.

Tok Liong cuncia menarik napas, serunya, "Nah, kalian lihat tidak?" sambil berkata dia ayunkan tangan kanan ke belakang dan setiup tenaga kuat segera menghambur untuk menghalangi langkah Hui Yan dau Wi Ki Hu yang hendak menghampiri.

Kemudian tangan kanannya pelahan-lahan diangkat ke atas seperti hendak menghantam.

"Cuncia," teriak Hui Yan tegang, "tahukah engkau, dari mana dia mendapat tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya itu?"

"Sudah tentu karena mendapat rejeki yang luar biasa, Kalau tidak begitu, taruh sata sejak dalam kandungan dia sudah mulai dilatih pun tidak muugkin akan memperoleh hasil yang begitu luar biasa hebatnya."

"Benar," kata Hui Yan, "memang tanpa sengaja dia telah meminum sejenis leng- yok (obat mujarah). Tetapi sebenarnya leng-yok itu mengandung racun maka walaupun mendapat tenaga dalam yang luar biasa saktinya tetapi dia berobah menjadi limbung pikiran. Apabila cuncia menghi-sap tenaga-dalamnya, kemungkinan engkau juga akan berobah hliang ingatan. Lalu apa gunanya?

Sambil mendengar keterangan Hui Yan, tangan tangan Tok Liong cuncia pelahan-lahan diturunkan ke dada Kun Hiap. Waktu Hui Yan selesai bicara, tangan Tok Liongpun sudah berada kira2 tiga Inci dari dada Kun Hiap. Sejenak berhenti, wajahnya menampil senyum, ujarnya, "Nona Tian, rupanya engkau hendak menghalangi tindakanku. Kata orang, ilmusilat itu tiada batasnya. Tetapi itu hanya kata2 saja. Misalnya aku. Dengan kepandaian yang kumiliki sekarang ini, apabila aku dapat menghisap tenaga-dalamnya, aku berani mengatakan bahwa akulah tokoh pertama sejak dulu sampai sekarang yang memiliki ilmu kepandaian tiada lawannya. Bahkan Tat Mo cousu dan Thio Sam Hong cousu pada masa itu juga tak mampu menandingi aku. Oleh karena itu, sekalipun ingatanku hilang, sekalipun jadi orang gila, mengapa aku harus menyesal?"

Mendengar itu Hui Yan tidak dapat omong lagi. Dia memperhatikan bahwa sebelum menghisap tenaga-dalam Kun Hiap, ternyata omongan Tok Liong cuncia itu sudah seperti orang yang tidak waras lagi. 

Tiba2 terdengar Wi Ki Hu menghela napas panjang.. Mendengar kata2 Tok Liong tadi perasaan Wi Ki Hu berbeda jauh dengan Hui Yan.

Kedua orangtua Hui Yan itu adalah tokoh2 persilatan yang berkepandaian tinggi. Oleh karena itu sejak kecil semula, Hui Yan sudah dilatih ilmusilat. Dia itu merasa bahwa ilmu-silat adalah suatu kepandaian yang harus dituntut secara wajar. Dia tidak pernah mengira bahwa demi mencari ilmusilat yang lebih tinggi, orang   akan berbuat apa saja seperti orang gila. Diapun tak pernah memikirkan bahwa begitu besar harganya sebuah jurus ilmusilat itu sehingga orang rela dirinya dihina, seperti tindakan Koan Sam Yang. Rela memberi imbalan jiwa dan raga, rela menjadi orang gila seperti Tok Liong cuncia.

Itu pikiran Hui Yan yang hendak memberi peringatan kepada Tok Liong cuncia. Tetapi lain lagi pikiran Wi Ki Hu yang lebih luas pengetahuan dan pengalamannya. Dia menghela napas karena menganggap bahwa orang yang belajar ilmu-silat itu seperti orang yang kemasukan setan. Buktinya, Koan Sam Yang dan sekarang Tok Liong cuncia. Keduanya seperti khilaf untuk memburu ilmu kepandaian yang sakti.

Sajenak tertegun, Hui Yan hendak berkata lagi untuk mencegah Tok Liong cuncia. Tetapi teringat akan jawaban Tok Liong tadi, dia batal.

Saat itu ketika melihat telapak tangan Tok Liong makin merapat ke dada Kun Hiap, Hui Yan menjerit dan tanpa menghiraukan segala apa lagi, dia terus menerjang.

Tetapi baru maju empat atau lima iangkah, dia sudah terbentur dengan tenaga yang terhambur dari tangan kiri Tok Liong tadi. Seperti membentur tembok karet yang memiliki daya mental keras, dara itu menjerit aneh dan mencelat balik seperti dilemparkan ke udara. Di udara terpaksa dia jungkir balik sampai tujuh atau delapan kali, Bluk, bluk, bluk delapan biji kuda besi dalam bajunya

berhamburan jatuh ke tanah.

Sudah tentu dia gugup sekali dan buru2 mengerahkan tenaga-dalam agar meluncur ke bawah. Tetapi sebelum kaki menginjak bumi tiba2 terdengar suara ledakan keras seperti dua keping papan saling dihantamkan sekuat-kuatnya.

Buru2 dia memandang ke arah suara itu ternyata tangan kanan Tok Liong cuncia sudah melekat pada dada Kun Hiap.

Seketika Hui Yan rasakan pandang matanya gelap seperti tertutup kabut. Dalam kabut itu seperti memercik bintang2 emas. Dia hendak mengempos semangat untuk menghimpun tenaga-murni tetapi macet maka tak ampun lagi dia jatuh ke tanah. 

Tepat pada saat itu pula, samar-samar ia mendengar suara dua orang wanita. Yang satu menjerit kaget dan yang satu tertawa dingin. Dia tidak lupa dengan nada suara itu. Yang melengking kaget adalah mama dari Kun Hiap yaitu Soh- jiu-sin-cu Tong Wan Giok. Dan yang lain adalah Tian Hui Giok, taci kedua dari Hui Yan.

Hui Yan tertawa hambar. Dia merasa tertulung karena jiwanya segera melayang maka pandang matanya sampai gelap. Tetapi setelah mendengar nada suara kedua wanita itu, dia berusaha keras untuk menenangkan hatinya.

Tiba2 Wi Ki Hu tertawa dan berteriak keras, "Wan Giok hati-hatilah !"

Hui Yan terkejut dan cepat membuka mata. Tampak sesosok tubuh melesat menyerang Tok Liong cuncia tetapi terpental balik oleh pukulan Tok Liong.

Hui Yan melihat jelas bahwa yang menyerbu Tok Liong adalah Tong Wan Giok, mama dari Kun Hiap. Dan dilihatnya pula ji-cinya, Hui Giok, sedang membungkukan tubuh ke tanah, memunguti ke delapan biji kuda besi. Melihat itu, Hui Yan paksakan diri untuk menggeliat bangun.

“Ji-ci apakah engkau baik2 saja?" serunya. Racun dalamt tubuh dara itu sudah mulai bekerja dan diapua merasa kalau tidak berapa lama lagi tentu mati. Maka ucapannya itupun bernada sinis.

Rupanya Hui Giok yang melakukan peracunan kepada adiknya itu, tergetar juga dia segera berdiri. Dia sudah dapat memungut empat biji kuda besi.

Hui Yan berjalan pelahan-lahan menghampiri tacinya. Mulutnya mengulum senyum sinis. Diam2 Hui Giok membatin, apakah adiknya itu belum tahu kalau yang mencelakainya itu adalah tacinya sendiri.

Diam2 Hui Giok tenangkan hati dan bersikap seperti biasa agar jangan sampai ketauan.

"Ai, sam-moay, bagaimaga engkau?" serunya sambil tertawa menyambut.

Mendengar itu rupanya Hui Yan tak tahan lagi melihatnya. Serentak dia menghambur tawa keras dan berseru, "Aku segera mati, apakah engkau tidak tahu?"

Hai Giok pura2 kaget, "Sam-moay, apa maksudmu berkata begitu ? Jangan omong tak keruan begitulah!" 

Seperti mau meledak rasanya dada Hui Yan melihat tingkah laku tacinya yang berani mati melakukan sandiwara itu. Namun dia tetap tertawa dan berkata, "Mengapa aku harus omong tak keruan? Apakah aku masih dapat hidup lagi? Ji- ci, engkau sungguh baik sekali memperlakukan adikmu ini !"

Berobah seketika wajah Hui Giok, tetapi secepat itu diapun sudah menenangkan diri, katanya, “Sam-moay, sudah tentu aku merasa sedih juga. Kita taci-adik  tidak dapat berkumpul selamanya. Ai, kebaikan apa yang kulakukan kepadamu, ah ?”

Hui Giok memang lihay seperti seekor ular berbisa yang tampaknya jinak. Dia sengaja menerima ucapan sindiran dari adiknya itu seperti hal yang sesungguhnya. Maka diapun mengucapkan kata-kata merendah untuk berbasa basi.

Hui Yan selangkah demi selangkah makin mendekati. Setelah tiba lebih kurang dua meter di depan tacinya, tiba2 dia berteriak keras, dia merentang kedua ttangan dan menebarkan ke sepuluh jari lalu menerjangnya.

Merasa kalau bersalah melakukan perbuatan keji terhadap adiknya, saat itu Hui Giok seperti melihat sesesok iblis yang mengerikan tengah menyerbunya.

Padahal Hui Yan memang melancarkan apa yang disebut Li-kui-hoa-sim atau ilmu merobah diri menjadi sengeri setan.

Hui Giok ketakutan. Sambil sempoyongan mundur dia lontarkan sebuah kuda besi ke arah Hui Yan.

Saat itu Hui Yan sudah kalap, Dia memang bertekad hendak membunuh tacinya. Kalau dia mati, biarlah tacinya juga mati. Dia sudah mata gelap. Tiba2 dia  melihat setitik benda hitam melayang kepadanya, mungkin suatu senjata pisau. Tanpa memikir dan melihat lebih jelas, dia ngangakan mulut dan menggigit benda hitam itu dengan mulutnya.

Creto ah, benda itu keras sekali, Hui Yan makin gemas dan menggigit lebih

keras. Ah, dia merasa linu karena giginya seperti mau putus rasanya. Saat itu baru dia menyadari kalau yang digigit itu tak lain adalah kuda besi. Dan ternyata pula giginya telah menyusup masuk ke perut kuda besi itu dan pada lain saat lidahnya seperti dialiri cairan air yang sejuk sekali. Tanpa disadari mulutnya lalu meneguk, menelan cairan itu ke dalam kerongkongan.

Entah bagaimana seketika itu juga dia merasa dadanya merekah longgar dan pernapasannya manjadi wangi. Rasa longgar dan enak itu cepat berkembang menyalur ke seluruh tubuhnya. 

Hui Yan tercengang dengan kedua tangan masih menjulur ke muka hendak menerkam, mulut masih menggigit kuda besi. Sepintas seperti setan yang menggigit daging kuda.

Hui Giok makin takut, dia menggigil makin keras dan mundur terus.

Beberapa saat kemudian baru Hui Yan tenang kembali. Dia mengambil kuda besi di mulutnya. Dilihatnya pada perut kuda besi itu terdapat sebuah lubang kecil semacam pintu dan pintu itu terbuka karena digigitnya tadi. Dari lubang pintu itu mengalir cairan warna hijau gelap yang tanpa disadari telah mengalir masuk kedalam perutnya.

Ternyata, cairan dalam lubang perut kuda besi itu sudah kering, jelas semuanya sudah pindah ke dalam perut Hui Yan.

Hui Yan tegak terlongong memegang kuda besi itu. Dahinya bercucuran keringat deras sekali. Dia tak tahu apakah cairan hijau gelap itu. Tetapi dia tahu kalau cairan itu tentu sejenis leng-yok atau obat mujijat yang dapat menolong jiwanya dan dapat menyembuhkan pikiran Kun Hiap yang hilang.

Tadi telah terjadi pertentangan hebat dalam batinnya dan akhirnya dia memutuskan untuk mengorbankan diri demi menyembuhkan Kun Hiap. Dia hendak menyerahkan ke delapan biji kuda besi itu kepada Kun Hiap tetapi di luar dugaan kini dia telah meminum isi daripada salah satu kuda besi itu.

Kini delapan biji kuda besi itu tinggal tujuh biji. Apakah masih ada khasiatnya? Apabila ke tujuh kuda besi itu sampai tak dapat menyembuhkan Kun Hiap ....

memikir sampai di situ keringat makin mencurah keluar 1ebih deras. sekujur tubuhnya berkeringat dingin. dia menatap Hui Giok lekat2.

Hui Giok tak berani beradu pandang dan berpaling kepala. Dilihainya Tong Wan Giok dengan wajah merah padam berdiri di bawah sebatang pohon, sedang Wi Ki Hu memandangnya dari sisi pohon lain, Tangan kanan Tok Liong masih menempel lekat pada dada Kun Hiap.

Wajah pemuda-itu masih tetap berseri cerah seperti tak terjadi suatu apa.

Saat itu empat keliling sunyi senyap. Tiba2 Tok Liong cuncia menghamburkan engah napas yang berat. Ubun2 kepala mengeluarkan gumpal hawa putih yang menggerombol di atas kepalanya. tak mau terpencar sehingga dalam beberapa saat kemudian menjadi sebuah lingkaran besar. Sepintas dia seperti memakai topi putih yang aneh bentuknya.

Melihat itu hati Hui Yan makin gugup Di menduga Tok Liong cuncia tentu sudah 

berhasil menghisap tenaga-sakti dari Kun Hiap. Pada hal delapan biji kuda besi itu kini sudah berkurang satu. Dan celakanya lagi yang tiga biji berada di tangan Hui Giok.

Rasa tegang menyerang perasaan Hui Yan. Dara itu menganggap bahwa situasi yang di hadapinya benar2 celaka sekali. Sesaat dia rasakan uluhatinya sakit sekali dan huak, tiba2 dia meledakkan tangis.

Hui Giok longgar perasaannya. Saat itu dia menyadari kalau Hui Yan bukan manusia setan dan takkan mati.

"Mengapa engknu menangis?" bentaknya keras-keras.

Saat itu Hui Yan rasakan bumi seperti berputar deras, Dia tak mendengar bentakan tacinya. Begitu tubuh terhuyung ke samping dia terus rubuh ke  tanah.

Hui Giok kerutkan alis. Waktu dia hendak maju menghampiri tiba2 Tong Wan Giok berseru, "Nona Tian, cobalah engkau carikan upaya. Lihatlah Kun Hiap . ...

dia .... dia , wajahnya begitu menyeramkan !"

Hui Giok mengangkat muka memandang. Dia juga terkejut sekali. Dilihatnya kabut putih di badan Tok Liong cuncia makin tebal dan saat itu separoh dari tubuhnya sudah tertutup kabut sehingga wajahnya tak tampak lagi.

Kun Hiap masih berseri tawa tetapi wajahnya pucat sepeni mayat dan tubuhnyapun agak gemetar.

"Peh-bo, jangan kuatir aku akan melerai mereka," seru Hui Giok-

"Nona Tian, berhati-hatilah!" teriak Tong Wan Giok.

Hui Giok melesat ke muka tetapi dia tertahan oleh gumpalan tenaga besar. Ternyata tangan kanan Tok Liong cuncia melekat pada dada Kun Hiap sedang tangan kirinya mendorong ke belakang. Dari tangan kiri itu memancar tenaga- sakti yang makin lama makin besar seperti membentuk sebuah tembok hawa yang kuat. Bukan saja dapat menahan Hui Giok dan Tong Wan Giok yang hendak mengganggu, pun bahkan dapat mendorong mereka mundur ke belakang.

Sekarang Hui Giok maju lagi. Dia merasakan tenaga penghalang yang dipancarkan Tok Liong cuncia itu tidak sekuat tadi sehingga dia dapat melanjutkan langkah.

Makin maju mendekati makin dia merasakan bahwa dinding-tenaga itu makin 

keras. Dan ketika terpisah dua meter dari kedua orang itu, dia mulai susah melangkah. Setiap langkah harus menggunakan tenaga dan semangat sepenuhnya. Malah ketika tinggal satu meter dari tempat mereka, dia tak dapat melangkah lagi.

Apa boleh buat. Hui Giok bentikan langBah dan dengan paksakan diri dari napasnya yang menghimpit dada, dia segera berseru, "Kun Hiap

Baru dia berseru begitu tiba2 telah terjadi perobahan besar. Tok Liong cuncia menghambur, pekikan yang dahsyat sekali, mirip seperti naga meringkik karena menderita luka. Bumi seolah tergetar. Sedemikian dahsyat pekikan itu sampaipun Hui Yan yang rebah di tanah, melonjak bangun.

Karena berada dekat sekali dengan Tok Liong cuncia, Hui Giok menderita kegoncangan paling hebat. Dia berusaha mengerahkan semangat dan tenaga- murni untuk maju menghampiri ke tempat kedua orang itu. Setelah hanya terpisah satu meter, dia kendorkan pengerahan tenaga-murni itu untuk mengambil napas. Siapa tahu pada saat itu tiba2 Tok Liong meringkik seperti halilintar. Tak ampun lagi Hui Giok mencelat terlempar ke udara.

Untung dia tidak gugup dan karena kepandaiannya tinggi maka dia lalu berjungkir balik dan berusaha meluncur turun.

Begitu menginjak bumi dan memandang ke muka, dia lebih terkejut lagi. Saat itu dilihatnya tangan kanan Tok Liong sudah ditarik dari dada Kun Hiap dan  tubuhnya berguncang-guncang keras tetapi wajahnya mengulum tawa berseri.

Kun Hiap masih tetap berdiri terlongong se-perti orang bengong. Beberapa saat kemudian tiba-tiba Tok Liong cuncia tertawa, sesaat mengikik, sesaat mengguguk dan sesaat ingin terbahak-bahak.

Memang tidak berapa keras nada tawanya itu tetapi suara tawa itu sungguh tak sedap didengar bahkan seram menggidikkan buluroma. Sambil tertawa aneh itu dia mundur sampai beberapa langkah dan sandarkan diri pada sebatang pohon. Dan di situ dia tegak diam terlongong-longong.

Apakah yang telah terjadj, seorangpua tia-da yang tahu. Hui Giok dan Tong Wan Giok memandang lekat pada wajah Tok Liong. Diiihatnya daging pipi cunciaa itu mulal berkerenyutan makin lama makin cepat dan akhirnya daging pi-pinya itu berdenyut-denyut riuh seperti dikeru-bungi ribuan semut yang tengah menari- nari.

Asap putih yang menyelubungi tubuhnya tadi saat itu mulai menghilang. Tampak wajahnya bercucuran keringat yang dihamburkan ke muka oleh daging pipinya 

yang berkerenyutan.

"Dia mau mati!'' tiba2 Hui Giok mendahu-lui memecah kesunyian.

"Hui Giok, hati21ah kalau bicara," seru Tong Wan Giok dengan suara tertahan.

Tetapi Hui Giok menunjuk pada Tok Liong cuncia dan berkata, "Lihatlah gayanya, bukankah dia sedang menghambur keluar tenaga dalamnya?"

Sepasang mata Tok Liong cuncia melotot keluar, memancarkan cahaya suram yang tajam. Tiba-tiba terdengar dia berteriak keras dam lalu berputar tubuh, kedua lengan dijulurkan memeluk kencang batang pohon. Pohon itu memang sepemeluk besarnya maka dapatlah dipeluknya dengan erat.

Krak, krak, krak, batang. pohon itu mengeluarkan bunyi berderaka-derak dan kedua tangan Tok Liong makin lama makin menyusup masuk ke dalam batang. Tak berapa lama kemudian le-ngannya lenyap karena ambles ke dalam batang pobon, separoh dari dari tubuhnya pun ikut ma-suk ke dalamnya.

Beberapa saat lagi batang pohon itu tumbang ke tanah, menimbulkan bunyi   yang gempar. Kedua lengan Tok Liong seperti sepasang pedang tajam yang mengacipnya. Setelah terbebas dari batang pohon, Tok Liong cuncia  menengadah ke langit dan terus rubuh ke tanah. Sekujur badannya seperti ditusuki beribu-ribu jarum sehingga menimbulkan bintik2 kecil yang berdarah. Dalam beberapa kejab saja dia sudah berobah menjadi seperti manusia darah, Dan sejak saat dia jatuh, dia sudah tak berkutik lagi., Rupanya serempak-dengan tumbangnya batang pohon, nyawa Tok Liong cunciapun ikut amblas.

Karena pada saat jiwanya melayang, tenaga-dalamaya masih belum menghambur ke luar, ma-ka tenaga~dalam itupun membobol ke luar mela-lui setiap jalandarah. itulah sebabnya maka seku-jur tubuhnya saperti ditusuki ribuan jarum dan menimbulkan bintik2 yang menyemburkan darah.

Tok Liong cuncia seorang tokoh yang jarang terdapat tandingannya dalam dunia persilatan. Na-mun rasanya jarang kalau tak boleh dikata hampir tak ada, manusia yang mengalami kematian dalam cara yang begitu mengerikan seperti itu.

Setiap manusia yang berhamba pada Nafsu, tentulah akan memperoleh ganjaran kematian yang meriah dari penderitaan, siksa dan kehancuran yang mengerikan.

Tong Wan Giok dan Hui Giok mengantar kematian Tok Liong cuncia dengan pandang mata terlongong dalam kebisuan. 

Beberapa saat kemudian, adalah Hui Giok yang mulai bergerak lebih dulu. Tetapi bukan menghampiri untuk memeriksa bagaimana keadaan Tok Liong cuncia, melainkan mulai sibuk memungut biji Kuda besi yang masih berceceran di tanah.

Melihat tingkah laku tacinya, Hui Yan tertawa hambar "Obat mujijat yang berada dalam delapan kuda besi itu, sebenarnya dapat menyembuhkan ingatan Kun Hiap, tetapi sekarang hanya tinggal tujuh biji, entah apakah masih ada manfaatnya ?"

"Karena yang satu biji telah engkau rusakkan," cepat Hui Giok menyahut dingin.

Sudah tentu Hui Yan meluap kemarahannya mendengar kata2 itu. Sudah berulang kali ta-cinya menggunakan bermacam-macam cara yang keji untuk mencelakainya, tetapi sekarang malah seenaknya sendiri menuduh dia yang merusak salah sebuah kuda besi itu.

Sebenarnya dia sudah tak tahan dan hendak bertindak tetapi pada lain saat dia dapat menekan perasaannya dan hanya berkata, "Lebih dulu minumkan obai mujijat dalam tujuh kuda besi itu kepada Kun Hiap, baru nanti kita bicara lagi."

Hui Giok hanya tertawa dingin dan berputar tubuh. Tetapi waktu berhadapan dengan Tong Wan Giok, wajahnyapun sudah bersih dari kerut2 keganasan.

“Peh-bo, bagaimana maksudmu?" tanyanya dengan lembut kepada Tong Wan Giok.

Saat itu Tong Wan Giok sedang memandang penuh dendam kepada Wi Ki Hu. Tampak Wi Ki Hu masih berdiri tegak seperti patung. Entah bagaimana, Tong Wan Giok lalu menjawab pertanyaan Hui Giok dengan nada yang tenang sekall, "Kukira kurang satu bijipun tak mengapa. Inilah saatnya Kun Hiap dapat melampiaskan pembalasan dengan tangan sendiri!"

"Peh-bo, kalau dia sudah pulih kesadaran pikirannya . . . "

Bcium Hui Giok menyelesaikan kata-katanya, Tong Wan Giok sudah mengetahui isi hatinya maka ditepuknya bahu nona itu pelahan-lahan dan berkata, "Jangan kuatir, akulah yang akan berusaha untuk kepentinganmu, Kun Hiap tentu akan menurut omonganku."

Sudah tentu Hui Yan juga mengerti apa yang akan dituntut Hui Giok. Seketika ia rasakan kepalanya berputar-putar keras. Jelas tacinya tetap akan merebut Kun Hiap.

Tiba-tiba Hui Yan tertawa. Dia sendiri tak tahu mengapa dia tertawa. Bukankah 

dia seha-rusnya menangis? Mengapa dia tertawa?

Dia tahu bahwa tacinya itu tentu tahu kalau dia takkan hidup lama tetapi nyatanya Hui Giok masih tak mau melepaskan Kun Hiap. Dia tetap akan merebut pemuda itu dari adiknya.

Tawa Hui Yan itu telah membuat Hui Giok dan Tong Wan Giok terkesiap.. Hui Giok me-mandang adiknya dan bertanya-tanya dalam hati: Dia,. menertawakan apa? Mengapa dia tertawa?

Tetapi dia tetap tak tahu apa sebabnya. Jelas pernyataan Tong Wan Gok sudah memberi jaminan bahwa selekas Kun Hiap pulih kembali kesadaran pikirannya, pemuda itu tentu akan dijodohkan kepadanya.

Tentulah Hui Yan tahu hal itu. Tetapi mengapa dia tertawa? Bukankah seharusnya bersedih dan marah?

Walaupun belum dapat mengetahui apa artinya Hui Yan tertawa itu, namun sebagai seorang nona yang julig pikiran, dia menduga tentu ada sesuatu dalam.tawa, Hui Yan itu.

Dia menyadari bahwa selama Hui Yan masih hidup, Kun Hiap akan menjatuhkan pilihan kepada siapa, masih belum pasti, walaupun mamanya tentu akan membujuknya supaya memilih Hui Giok. Maka satu-satunya jalan yang paling aman adalah, Hui Yan haus lenyap.

Demikian Hui Gjok menimang-nimang suatu keputusan yang ganas dan sadis. Betapa tidak. Demi merebut kasih. seorang pemuda dari tangan adiknya dia sampai hati untuk membunuh adik kandungnya.

Memang kedengarannya begitu. Tetapi bagi seorang gadis yang sudah hilang rasa kemanusiaannya, jangankan adik, bahkan mamanya sendiripun tegah juga dikorbankan.

Tetapa diapun menyadari bahwa saat ita Tong Wan Giok hadir disitu. Dia harus mencari akal cara bagaimana supaya calon mama mertuanya itu jangan sampai tahu isi hatinya yang ganas dan sadis.

Cepat sekali dia sudah menemukan akal. Ia pura-pura menanggapi tawa Hui Yan itu sebagai rasa girang dari adiknya maka dengan ramah diapun segera berseru, "Sam-moy, kemarilah untuk membantuku. Aku kuatir karena masih kehilangan kesadarannya mungkin Kun Hiap tak mau meminum obat itu. Mungkin kalau aku, seorang tentu tak dapat meneatasinya. 

Hui Yan berhenti tertawa dan memandang tacinya beberapa jenak, beru berkata. "Hm, engkau hendak main siasat apa lagi?"

Hui Giok kerutkan alis dan berpaling ke samping, "Peh-bo, lihatlah adikku itu, betapa kecil sekali hatinya."

Tong Wan Giok tertawa, "Dia masih muda sekali, tak dapat disalahkan. Lebih baik aku saja yang membantumu."

Saat ita Hui Yan sudah pelahan-lahan mendekati, serunya, "Ji-ci, sekali lagi kuberi peringatan kepadamu. Jangan engkau main siasat jual aksi lagi. Paling banyak aku hanya dapat hidup tiga hari lagi, engkau masih mau bagaimana lagi

? Bahwa terhadap orang yang sudah hampir sampai ajalnya engkau tak mau melepaskan, apakah itu bukan keliwat ganas sekali ?"

Hui Giok tertawa. "Tuh lihat engkau ini. Mengapa ngoceh. tak keruan begitu ?"

Kedua taci adik itu sama2 menghampiri ke tempat Kun Hiap, Dan berkatalah Hui Giok. "Sam-moay, peganglah bahunya, bia aku yang memberinya minum obat!"

Tadi telah disaksikan Hui Giok, bahwa seorang tokoh sakti seperti Tok Liong cuncia saja ketika memegang tubuh Kun Hiap, telah termakan daya tolak dari tenaga-sakti tubuh pemuda itu hingga tenaga-dalam Tok Liong berhamburan keluar dan mati seketika. Jelas bahwa dalam tu-buh Kun Hiap itu penuh dengan tenaga-sakti yang luar biasa. Dan karena saat itu Kun Hiap masih hilang pikiran, tentulah dia tak tahu siapa yang memegang bahunya. Pokok asal tubuhnya mendapat tekanan atau pukulan, otomatis daya-tolak tenaga-saktinya tentu akan memancar.

Dengan demikian, Hui Giok hendak meminjam tenaga sakti Kun Hiap untuk membunuh Hui Yan. Tong Wan Giok pasti takkan tahu dan Hui Yan pasti mati. Bukankah suatu cara yang tepat ?

Sejenak HuiYan meragu. Tetapi pada lain saat dia terus ulurkan kedua tangan memegang bahu Kun Hiap. Seketika dia rasakan dari bahu pemuda itu menguap suatu aliran tenaga-dalam keatas. Hui Yan menyadari apa bila dia menekan dengan keras, tentulah aliran tenaga sakti itu akan lebih keras dan memancarkan daya tolak yang hebat. Dan kalau sampai begitu, bukan saja Hui Yan tak dapat menguasai Kun Hiap, pun malah dia sendiri tentu akan menderita luka dari daya- tolak itu. Maka dia tak mau menekan keras dan hanya memegang dengan  pelahan saja.

Setelah melihat adiknya masuk perangkap dalam ancaman bahaya, diam2 Hui Giok gembira sekali. 

"Sam-moay, peganglah baik?, jangan sampai dia meronta. Kalau sampai obatnya tumpah, tentu sia-sialah usaha kita semua," seru Hui Giok dengan nada serius.

Hui Yan tak mau banyak bicara dengan ta-cinya. Dia pura2 memegang erat2 bahu KunHiap. Memandang wajah Kun Hiap yang tetap tertawa seperti orang limbung, hati dara itu seperti disayat sembilu.

Tetapi pada lain saat diapun memikir bahwa sekalipun keadaan Kun Hiap tampak begitu mengenaskan tetapi sebenarnya pemuda itu tak sadar dan tak merasa menderita kesakitan apa2, Hui Yan tak tahu pasti apakah sisa ketujuh biji kuda besi itu akan dapat menyembuhkan Kun Hiap.

Suatu hal yang paling menyakitkan hati Hui Yan adalah bukan itu melainkan suatu hal yang akan terjadi nanti. Yalah apabila Kun Hiap berhasil sembuh, pastilah pemuda itu takkan mampu lepas dari cengkeraman Hui Giok, tacinya yang ganas dan sadis itu. Dan disitulah ia (Hui Yap) nanti baru merasakan penderitaan batin yang sesungguhnya.

Memikir sampai disitu, hati Hui Yan seperti tawar. Dia memikir lebih lanjut, adakah keputusan nya untuk menyerahkan kedelapan biji kuda.besi kepada Kun Hiap itu, sebenarnya suatu langkah yang benar atau salah.

Pada saat Hui Yan terbenam dalam lamunan, adalah Hui Giok mulai bekerja. Dia memegang sebuah kuda besi dan menyelentik dengan jarinya, trik lubang

pintu dari kuda besi itupun terbuka dan seketika menguaplah hawa yang pedas menyengat hidung. Hui Giok lekatkan kuda besi itu ke bibir Kun Hiap dan sekali gunakan tenaga-dalam, cairan hitam dari kuda besi itupun segera mencurah kedalam mulut Kun Hiap.

Mulut Kun Hiap tetap menganga seperti orang tertawa. Waktu cairan hitam itu meluncur ke tenggorokannya, gluk diapun segera mene-lannya. Seketika

wajahnya yang selalu berseri tawa itu, tidak tampak tertawa lagi.

Hui Yan terkejut gembira. Hui Giok tak mau membuang tempo lagi. Kelingking tangan kanan nya melingkar dan mengait kaki kuda besi yang dia tempelkan ke mulut Kun Hiap tadi. Dalam kece-patan gerak yang sukar dilihat orang, cepat dia tusukkan kaki kuda besi itu ke jalan-darah Jin-tiong-hiap (diatas bibir) Kun Hiap.

Karena cepatnya, sampai Hui Yan yang berada dekat, tidak mengetahuinya. Dara itu hanya merasa bahwa sepasang bahu Kun Hiap tiba2 saja, bergetar dan menghamburkan tenaga-sakti yang besar. Hui Yan hanya sempat menjerit kaget dan tubuh dara itupun segera mencelat dan berbareng itupun ada dua arus tenaga-dalam kuat membentur siku lengannya dan dengan cepat arus tenaga- 

dalam itu mengalir kearah dadanya. blek. dadanya serasa dihantam dua

pukulan yang berat sekali.

Waktu melayang di udara Hui Yan rasakan pandang matanya gelap dan bumi berputar-putar, bibirnya terasa anyir. Ketika melayang jatnh ke tanah, dia terus saja menyemburkan darah segar seperti hujan mencurah.

Hui Yan sudah limbung. Namun dalam saat2 itu dia sempat mendengar sehuah suara yang memanggilnya dengan nada mesra sekali, "Hui Yan "

Nada itu iapun masih sempat mengingat seperti suara Kun Hiap. Tetapi apakah Kun Hiap benar memanggilnya? Bukankah pemuda itu belum sembuh sama sekali?

Hui Yan tak dapat mengetahui jelas apa yang terjadi di sekelilingnya. Pandang matanya sudah berbinar-binar dan kepalanya berat sekali. Pikirnya, tentulah saat ita dia sudah hampir dekat ajalnya. Kalau tidak mengapa dia seperti mendengar suara Kun Hiap memanggilnya? Bukankah itu hal yang mustahil?

Tubuhnya terus melorot ke bawah dan rubuh. tetapi dia heran. Mengapa bukan jatuh di tanah yang keras melainkan seperti di tubuh seseorang. Tetapi dia tak tahu siapakah orang itu karena saat itu juga dia terus pingsan ....

Entah berselang berapa lama ketika dia sudah dapat merasa, dia masih mendengar suara orang tadi memanggil-manggilnya, "Hui Yan! Hui Yan!"

Dan jelas kalau suara itu jelas suara Kun Hiap. Hui Yanpun menghimpun napas dan tenangkan perasaannya untuk mendengarkan lebih seksama. Dan ah, memang yang didengarnya itu tetap suara Kun Hiap yana tetap memanggil namanya, "Hui Yan,. Hui Yan!"

Hui Yan membuka mata tetapi pandang matanya masih kabur. Dia merasa dilhadapannya itu bersilang selisih banyak sosok2 tubuh. Lama kelamaan, bayangan2 inipun makin berkurang dan akhirnya menjadi hanya empat orang.

Yang seorang terpisah jauh dari tempatnya dan orang itu adalah Wi Ki Hu. Yang seorang, paling dekat dengan dia, sedang menekuk sebelah kakinya dan berlutut di hadapannya. memandangnya dengan penuh harap. Da tak lain adalah Kun Hiap. Dan masih ada dua orang lagi, berdiri di belakang Kun Hiap, yalah Tong Wan Giok dan Hui Giok.

Hui Yan benar2 tidak tahu apa yang telah terjadi. Diapun hanya memandang lekat2 pada Kun Hiap saja dengan hati diliputi pertanyaan. 

"Benarkah dia itu Kun Hiap?"

Beberapa saat kemudian, ia terkejut dan terlongong. Dia lupa kalau dirinya menderita luka parah. Perhatiannya hanya tertumpah pada pemuda yang berlutut di hadapannya itu. Ah, dia memang benar2 Kun Hiap dan sekarang dia sudah pulih ingatannya. Aneh, padahal dilihatnya Hui Giok masih membawa enam biji kuda besi. Mengapa tadi hanya makan satu biji obat dalam kuda besi itu, Kun Hiap sudah sembuh?

Melihat wajah dan sikap Kun Hiap saat itu, serentak timbul ingatan Hui Yan untuk mengoloknya.. Tetapi entah bagaimana. Pada lain saat keinginannya itu lenyap.

Memang setelah mengalami berbagai penderitaan, rupanya watak dan hati Hui Yanpun telah mengalami perobahan besar. Tidak lagi dia seorang dara yang suka ugal-ugalan dan tak takut segala apa.

Hui Yan tidak mau tertawa, melainkan menghela napas panjang, katanya, "Aku... aku tak apa2, jangan engkau bingung."

Mendengar itu Kun Hiap lalu memapahnya berdiri. Tetapi karena Hui Yan masih terluka parah dan tak dapat berdiri tegak, pun waktu berdiri itu hawa-murni dalam tubuh Kun Hiap belum terhimpun maka anakmuda itu juga sempoyongan. Akibatnya, keduanya sama2 jatuh lagi.

Hui Giok cepat loncat menghampiri, “Kun Hiap, jangan bergerak. Engkau baru minum obat sebiji kuda besi, tentu belum sembuh betul.."

Kun Hiap memandang nona itu dengan penuh kemuakan Dia berpaling, ah, tiba2 dia melihat mamanya. Diapun tertegun.

Waktu habis minum obat tadi, memang kesadaran pikiran Kun Hiap pulih kembali, Tetapi pada saat itu yang tampak di hadapannya hanyalah Hui Yan. Dia tak tahu yang lainnya. Baru sekarang dia tahu kalau ada beberapa orang yang berada ditempat itu.

"Ma . . . !" teriaknya. Saat itu juga diapun melihat Wi Ki Hu. Serentak dia berdiri.

Tong Wan Giok memegang ujung pedang dan menyodorkan tangkai pedang kepada Kun Hiap, "Kun Hiap, ambilah!"

Walaupun hanya singkat saja kata-kata mamanya itu tetapi Kun Hiap sudah tahu jelas apa maksudnya. Diapun segera menyambuti. Tetapi sesaat menyambuti, tubuhnya gemetar dan kedua kakinya lunglai mau jatuh. Buru2 dia gunakan 

ujung pedang untuk menahan tubuhnya, baru dia dapat berdiri tegak.

Tahu musuh besar yang telah mengelabuhi dan menyuruhnya memanggil sebagai ayah, Kun Hiap memang tak dapat menahan diri lagi. Tetapi dia gemas mengapa dia serasa tak punya daya kekuatan sama sekali. Untuk melampiaskan kemengkalan hatinya dia memekik keras. 

Melihat keadaan puteranya. Tong Wan Giok tak habis herannya Kalau tadi seorang tokoh seperti Tok Liong cuncia saja dapat dihancurkan mengapa sekarang Kun Hiap lemas lunglai seperti tak punya tenaga.

Melihat itu Hui Yan alilikan pandang ke arah tacinya. Dia curiga jangan2, Hui Giok main gila lagi.

Hui Giok membelalakkan mata dan memandang Tong Wan Giok. Jelas dia sendiri juga tak tahu apa sebab tiba2 tenaga-sakti Kun Hiap hilang tanpa bekas.

Sesaat mereka terlongong heran, Pada saat itu tampak Wi Ki Hu pelahan-lahan ayunkanlangkah menghampiri dan berdiri dihadapan Kun Hiap.

Kedua orang yang selama duapuluh tahun pernah menjadi ayah dan anak, saling beradu pandang dengan tajam. Sampai beberapa jenak kedua tak bicara.

Kun Hiap masih berdiri dengan menggunakan ujung pedang sebagai penyanggah. Tubuhnya agak gemetar dan matanya seperti memancarkan api.

Beberapa saat kemudian barulah Wi Ki Hu berkata dengan nada sarat, "Kun Hiap, apakah engkau sudah memperoleh ketenangan. pikiranmu kembali ?"

Sejak pingsan di kamar rahasia Tian Put Biat, Kun Hiap terus berobah menjadi orang yang hilang pikiran. Dia tak tahu sama sekali apa yang telah terjadi pada dirinya. Bahkan mengapa tahu2 dia bisa tiba ditempat sekarang, diapun tak tahu.

Kun Hiap tak tahu dia memang tak mau tahu apa yang ditanyakan Wi Ki Hu. Dia menghimpun tenaga untuk mengangkat pedangnya tetapi dia merasa seolah seluruh tubuhnya itu penuh dengan lubang-lubang kecil sehingga hawa-murni yang telah dihimpunnya itu merembes keluar lagi. Dengan begitu dia tak mempunyai tenapa lagi untuk mengangkat pedang. Bahkan dia rasakan tubuhnya itu serasa kosong melompong tiada daya kekuatan sama sekali.

Dja geleng-geleng kepala. pikirnya, "Aku ini barangkali sedang bermimpi. Karena hanya dalam impian saja kesemuanya yang kualami ini dapat terjadi " 

Dan pada saat ia miringkan tubuh, byur, dia terus jatuh ke tanah. Uh, dia merasa sakit karena kebetulan jatuh pada batu yang tajam.

Melihat itu Wi Ki Hu cepat maju untuk memapahnya, tetapi sebelum tangannya menjamah tubuh Kun Hiap, Tong Wan Giok sudah melengking, "Jangan menyentuhnya!"

Wi Ki Hu seperti disambar petir rasanya sehingga tubuhnya tergetar keras. Saat itu tangannya hanya terpisah beberapa dim dari tubuh Kun Hiap. Tetapi jarak sedekat itu cukup menggariskan pemisahan tajam dari kasih sayangnya antara seorang ayah terhadap puteranya selama duapuluhan tahun. Da seperti kehilangan daya kekuatan untuk melanjutkan uluran tangannya.

Menyusul Tong Wan Giok berteriak nyaring lagi, "Apakah engkau masih pantas untuk menyentuhnya? Apakah engkau tak pernah teringat bahwa ayahnya telah mati ditanganmu? Pada waktu itu dia memang belum lahir ke dunia!"

Pelahan-lahan Wi Ki Hu berdiri. Daging pipinya berkerenyutan keras. tetapi tak dapat berkata apa-apa.

"Nona Tian," kata Tong Wan Giok pula, lekas minumkan obat dalam beberapa biji kuda besi itu kepada Kun Hiap. Dia dia harus menuntut balas untuk

ayahnya!"

Hui Giok mengiakan dan segera menghampiri.. Wi Ki Hu seperti sebuah patung yang segera menyisih mundur sampai beberapa langkah.

Setiba dimuka Kun Hiap, lebih dulu Hui Giok memberi keterangan, "Sebenarnya kuda besi ini berjumlah delapan biji. Tetapi ada satu biji yang telah direbut sam- moay untuk diminumnya. Kalau engkau minum obat ketujuh biji kuda beri ini, entah apakah khasiatnya. masih. tetap sama."

Mendengar kata-kata “direbut oleh sam-moay" Hui Yan membuka mulut hendak berteriak tetapi tak dapat bersuara. Dan malah pandang matanya gelap terus pingsan lagi.

Karena saat itn terhalang oleh Hui Giok maka Kun Hiap tak tahu kalau Hui Yan pingsan.

Hanya Wi Ki Hu yang mengetahui itu. Dia menghela napas lalu memapah Hui Yan supaya duduk.

Sedangkan Kun Hiap memalingkan muka tak mau melihat Hui Giok seraya berkata dengan dingin, "Kalau Hui Yan suka, biarlah diminumnya saja. Lukaku 

dapat sembuh sendiri.

Mendengar itu Hui Giok merasa tersinggung dan marah sekali sehingga tangannya sampai gemetar.

"Kun Hiap, lekas minumlah !" Tong Wan Giok gopoh berteriak, "jangan bicara tak karuan, Engkau menolak apa saja tetapi apakah engkau menolak untuk bertemu dengan.. . ayahmu yang belum pernah engkau lihat itu apakah engkau tak

mau membalaskan sakit hatinya ?" 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar