Kitab Pusaka Jilid 25

Jilid 25
PADA DASARNYA SI KAKEK setengah telanjang itu hanya seorang manusia biasa, dia terpaut jauh sekali bila dibandingkan dengan lawannya, tidak heran kalau dalam satu gebrakan saja sudah tertotok.

Walaupun kakek setengah telanjang itu sudah roboh, namun lebah beracun yang tak terhitung jumlahnya itu tetap berdatangan secara bergerombol, mereka menyerang secara ganas dan mengerikan.

Suma Thian yu bergerak lebih dulu, dengan pedang ditangan kanan, pukulan yang dahsyat ditangan kiri, semua perintang di sapu serentak.

Perlu di ketahui, telapak tangan kiri pernah direndam dalam cairan mestika sian kiam lan, itulah sebabnya betapapun beracun lebah-lebah tersebut, tak satupun yang bisa mengapa-apakan dirinya.

Sin sian siangsu yang mengikuti dibelakangnya, di samping melepaskan pukulan untuk mengusir lebah, diam-diam diapun ter kejut atas kelihayan ilmu silat Suma Thian yu.

Hingga mereka keluar dari perbatasan lembah, lebah-lebah beracun tersebut baru menghentikan pengejarannya.

Kedua orang itu menghembuskan napas lega, ketika berpaling tampak oleh mereka kawanan binatang buas peliharaan si Dewa sesat penakluk harimau telah melintasi daerah perbatasan dan memasuki wilayah lembah.

Siapa sangka begitu kawanan binatang buas itu melewati perbatasan, kawanan lebah beracun yang berada di wilayahnya segera melancarkan serangan secara besarbesaran.

Tak ampun lagi banyak korban berjatuh di kedua belah pihak.

Suma Thian yu segera bertepuk tangan sambil berteriak: Bagus, bagus sekali, ini namanya saling bunuh membunuh,

mari kita saksikan pertunjukkan bagus ini, kesempatan semacam ini jarang bisa dijumpai, kita tak boleh kehilangan kesempatan sebaik ini."

Sin sian siangsu yang berpengalaman lebih luas mendadak berteriak kaget:

"Aduh celaka, andaikata kakek setengah telanjang itu sudah di sadarkan kembali mungkin sulit bagi kita untuk meloloskan diri!"

Mendengar perkataan tersebut Suma Thian yu segera berpaling, betul juga, si Dewa sesat penakluk harimau telah membebaskan pengaruh totokan pada kakek setengah telanjang tersebut.

Seandainya jalan darah kakek setengah telanjang itu sudah bebas, niscaya diakan bekerja sama dengan dewa sesat penakluk harimau untuk menggabungkan binatang peliharaan mereka guna menyerang bersama.

Dalam serangan gabungan antara manusia dengan binatang ini, biar ada seratus orang Suma Thian yu maupun Sin sian siangsu pun jangan harap bisa lolos dari hutan

seratus binatang dan lembah lebah beracun ini dalam keadaan selamat.

Menyadari betapa gawatnya keadaan tersebut, Suma Thian yu segera mengajak Sin sian siangsu untuk kabur dari lingkungan daerah tersebut dan kabur menuju ke jalan semula.

Baru saja dua orang itu memasuki hutan, suara auman yang gegap gempita telah bergema dari belakang, agaknya seratus ekor hewan buas tersebut sudah mulai melancarkan pengejaran.

Dalam keadaan seperti ini, kedua orang itu semakin tak berani tinggal lebih lama mereka kabur makin kencang dan akhirnya berhasil lolos dari pengejaran.

Sin sian siangsu tidak berhenti meski mereka sudah lolos dari wilayah berbahaya, malahan langkahnya semakin dipercepat lagi. Lebih kurang tiga li kemudian mereka baru memperlambat larinya, kemudian sambil menggelengkan kepala dan menghela napas panjang gumamnya:

"Oooh, sungguh berbahaya, untung kedua lembar jiwa kita masih bisa dipungut kembali dari pintu neraka."

Suma Thian yu tertawa ringan.

"Aah, tak mungkin sedemikian parah, mengapa boanpwee tidak merasakan sama sekali kalau baru lolos dari bahaya maut?"

Sekali lagi Sin siau siangsu menghela napas panjang: "Tahukah kau mengapa aku masuk hutan lebat?" "Mungkin kau tahu kalau boanpwee sedang menjumpai

mara bahaya?"

Sin sian siangsu cepat menggeleng, sambil menuding ke arah sebuah dusun tak jauh dari situ dia berkata:

"Semalam aku menginap di dusun itu, dari orang dusun kuperoleh keterangan tentang segala sesuatu diseputar hutan itu, mendengar cerita mana aku jadi gembira, maka sejak  fajar tadi aku tinggalkan dusun itu dan melakukan penyelidikan kesini"

"Bukankah kau bisa masuk ke sana dengan lancar dan kembali dengan selamat?" Apa sih yang menakutkan?" tukas Suma Thian yu tidak habis mengerti.

Sin sian siangsu segera tertawa.

"Kau hanya tahu satu tak tahu dua, sesungguhnya lembah lebah beracun mau pun hutan seratus binatang bukan daerah aman”

"Apa sih yang menakutkan?" tegurnya.

"Hmm, kau terlalu polos, ketahuilah di dalam hutan ini berdiam lima orang kakek khas yang berhati kejam dan berperangai aneh, yang baru saja kita jumpai hanya dua diantaranya, bila tiga orang lainnya munculkan diri pula, kita pasti akan mampus!"

"Masih ada tiga orang? Tiga orang yang mana?" tanya Suma Thian yu keheranan. "Bila hari sudah gelap, ke tiga orang lainnya akan segera menampakkan diri, bukit gundul dimana kau berdiri tadi adalah Tok coa nia atau Tebing ular berbisa, seringkali ular beracun bermunculan bila malam hari sedang hutan lebat yang kita telusuri barusan adalah Tok go kong lim (hutan kelabang beracun), sedangkan hutan lebat disebelah barat adalah Tok ci cu lim atau Hutan laba laba beracun, pokoknya setiap sudut dari wilayah tersebut ditempati oleh seorang gembong iblis!"

Berubah paras muka Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, badannya jadi dingin separuh, sekarang dia baru memahami betapa rawannya keadaan mereka waktu itu.

Menyaksikan perubahan wajah Suma Thian yu, Sin sian siangsu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaah...haaah...haaah... kau ingin sekali lagi menyerempet bahaya?"

Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang langit yang mendekati senja, buru-buru sahutnya:

"Tidak usah...tidak usah.. "

"Haaah...haah...haah... sekarang kau baru merasa takut?" "Kalau dipikirkan kembali, bergidik rasanya hatiku, sampai

sekarang pun bulu kudukku masih pada berdiri!"

Suma Thian yu memang 1agi kesepian dalam perjalannya, bisa bersua dengan manusia macam Sin sian siangsu, boleh dibilang banyak duka mestapa yang bisa dihilang kan.

Malam itu mereka habiskan dalam perjalanan diiringi sendang gurau dan pem bicaraannya yang asyik.

Keesokan harinya...

Mereka berdua telah tiba dibawah bukit Jit yang san. Sambil menuding kearah tanah perbukitan didepan sana,

Sin sian siangsu berseru:

"Kau ingin mendaki bukit itu untuk menyaksikan pemandangan indah...?"

"Apa sih yang indah?"

"Di atas bukit itu ada gua air, gua itu penuh dengan misteri dan sudah banyak umat persilatan yang mengunjungi tempat itu tapi banyak pula yang lenyap setelah melakukan penyelidikan"

Mendengar cerita itu, Suma Thian yu segera menerima tawaran tersebut.

Terdengar Sin sian siangsu berkata lagi:

"Aku tahu kalau kau sangat tertarik oleh ceritaku, tapi ingat setibanya disana maka kita harus bertindak menurut keadaan, tak boleh gegabah, sebab sudah beratus-ratus jago yang menemui ajalnya ditempat itu.

Dengan langkah berhati-hati berangkatlah mereka ke arah bukit.

Baru tiba di kaki bukit, mereka menyaksikan sebuah tugu peringatan didirikan orang dengan tulisan tulisan besar yang amat menyolok dipandang:

"Gua air Jit yang tong adalah gua siluman, harap para pelancong berhati-hati!"

Mungkin peringatan tersebut didirikan oleh penduduk disekitar bukit tersebut setelah banyak korban berjatuhan disana.

Suma Thian yu mendengus dingin, tanpa banyak bicara dia meneruskan langkahnya menuju ke atas bukit.

Sin sian siangsu yang menjumpai sikap anak muda tersebut menjadi cemas, dengan ketat dia mengikuti terus dibelakangnya.

Jalan bukit itu amat sempit dan sukar dilalui, tapi kedua orang itu sebagai jago lihay dunia persilatan bukan merupakan masalah, dengan muda semua perjalanan dapat ditempuh.

Baru saja menaiki subuah tebing, mendadak Suma Thian yu menghentikan langkahnya sambil menjerit kaget:

"Aaaaii!!"

Dengan cepat dia meluncur naik keatas sebuah pohon yang tumbuh dihadapannya.

Ternyata diatas pohon itu tergantung secarik kain putih, diatas kain itu masih nampak noda darah.

"Apa yang kau temukan?" Sin sian siangsu segera menghampirinya sambil menegur. "Chin Siau pasti berada disekitar tempat ini!" seru Suma Thian yu setelah meneliti kain tersebut.

"Chin Siau? Siapakah Chin Siau itu?"

"Dia adalah seorang jago lihai dari Bong kok kiam jiu (aliran pedang bermata buta)"

Secara ringkas dia lantas menceritakan pengalamannya bersama Chin Siau di bukit Ngo tay san.

Sin sian siangsu tertawa nyaring.

"Berdasarkan secarik kain kau bisa menduga akan dia, hal ini menunjukkan kalau kau memang seorang yang cermat, cuma "

"Pakaian yang dikenakan pernah tertusuk oleh pedangku, berdasarkan hal ini aku lantas menduga kalau dia berada disini"

Selesai berkata, dia lantas menarik tangan Sin sian siangsu untuk melanjutkan perjalanan mendaki bukit.

Sebuah tebing kembali sudah dilalui, selama ini Suma Thian yu selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya, janganjangan masih ada kain seperti itu yang tertinggal. Apa yang diduga ternyata tidak salah, di samping tebing dia jumpai secarik kain yang sama, hanya kain tersebut tidak dinodai oleh percikan darah.

"Jangan-jangan saudara Chin sudah menjumpai bahaya maut!" gumam Suma thian yu kemudian sambil memungut cuwilan kain itu dari atas tanah.

Sin sian siangsu tertawa panjang.

"Aku lihat, kau kelewat membayangkan yang bukan-bukan, seandainya dia memang sudah terkena musibah, darimana dia punya waktu untuk meninggalkan kainnya sebagai tanda? Aku lihat, bisa jadi hal ini merupakan bagian dari rencana  busuknya untuk memancing kau masuk perangkap!"

Meskipun dalam hatinya Suma Thian yu tidak setuju pada pendapat tersebut, tetapi dia juga tidak membantah, maka berangkatlah kadua orang itu meneruskan perjalanan-nya.

Ketika mencapai tebing yang ketiga, Sin sian siangsu kembali berkata: "Hati-hati, tebing di depan sana adalah gua air yang termasyur dalam dunia persilatan"

Sebenarnya ucapan mana dimaksudkan untuk memberi peringatan agar pemuda itu waspada, siapa tahu Suma Thian yu justru tertawa panjang sambil melejit ke muka dengan kecepatan tinggi.

Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian ini, terpaksa harus mengikuti dibelakangnya sambil berteriak:

"Jangan bertindak gegabah, pikirlah tiga kali sebelum bertindak dalam segala hal!"

Belum habis perkataan ini diutarakan, Suma Thian yu telah tiba di atas puncak tersebut dan tiba-tiba saja terdengar ia menjadi kaget:

"Aaaah! Cepat kemari..."

Sing sian siangsu segera melejit ke tengah udara dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, tapi dengan cepat dia menjerit pula dengan nada kaget:

"Aaaah!"

Rupanya diatas tebing itu tumbuh berderet pepohonan besar, jumlahnya mencapai dua puluhan batang lebih, waktu itu, diatas setiap batang pohon tergantung sesosok mayat.

Diantara mayat mayat tersebut ada kaum lelaki, ada kaum wanita, ada yang tua ada pula yang muda, tapi semuanya mengenakan pakaian ringkas dan bersenjata, jelas orangorang persilatan.

Memandang adegan yang terbentang di depan mata, tanpa terasa kedua orang itu menghembuskan napas dingin.

Sambil menggelengkan kepala serta menghela napas dalam-dalam Sin sian siangsu berkata:

"Aaai, kalau manusia sudah bejat moral, dia selalu membantai orang seperti membantai binatang, betul-betul neraka ditengah alam manusia, hiantit, menurut perkiraanku disini pasti hidup seorang iblis yang suka membunuh orang seperti membabat rumput dan dapat membunuh orang tanpa berkedip mata" Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa mayat-mayat tersebut dengan seksama, dia mencoba untuk mendapat tahu apakah Chin Siau terdapat diantara korban korban pembunuhan itu, ternyata tidak ada, Chin Siau bukan termasuk korban pembunuhan keji.

Sambil menuding kebelakang deretan pepohonan itu Sin sian siangsu berkata:

Didepan sana adalah gua air, bisa jadi sahabatmu itu sudah menyerempet bahaya dan masuk kesana.

Habis sudah kesabaran Suma Thian yu setelah mendengar perkataan ini, cepat-cepat serunya:

"Cianpwee, mari kita segera masuk, aku kuatir dia telah tertimpa bencana!"

Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak....

Ditengah keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu, berkumandang suara pekikan nyaring yang amat menggidikkan hati, suaranya seperti jeritan kuntilanak ditengah malam buta membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri, menyeramkan.

Baik Sin sian siangsu maupun Sama Thian yu kedua duanya sama-sama merasa terkejut, ditengah gugupnya cepat mereka membalikkkan badan dan berusaha menahan gerak laju mereka secara paksa.

Tiba-tiba pandangan matanya terasa kabur dan Sreeet,

sreeet...." tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan mereka.

Ternyata mereka terdiri dari dua orang lelaki dan seorang wanita yang berdandan sangat aneh.

Orang pertama merupakan seorang kakek berusia enam puluhan yang telanjang bagian atasnya, dia kurus sekali sehingga tinggal kulit yang membungkus tulang, namun di tangannya memegang sebuah tongkat dengan diujung tongkat itu berukirkan sebuah kepala ular.

Orang kedua juga seorang kakek, usianya hampir sebaya yaitu enam puluh tahunan, bagian rawan dari tubuhnya saja yang di tutup dengan beberapa lembar daun, dia membawa pula sebuah tongkat, hanya pada ujungnya berukir seekor kelabang.

Orang ketiga adalah seorang nenek, dia berusia lima puluh tahunan dengan perut yang buncit, tubuh bagian atasnya ditutup dengan selembar kain sutra yang tipis sementara didalam genggamannya membawa sebuah kipas bambu, diatas kipas menempel sepasang laba laba.

Sin sian siangsu yani cukup berpengalaman dalam dunia persilatan kuatir kalau Suma thian yu tidak mengenali asal usul beberapa orang itu, buru-buru serunya ke mudian sambil tertawa tergelak.

"Ooh...rupanya tay ong bertiga yang sudah lama termashur namanya dalam dunia persilatan tapi, heran, mengapa kalian ber tiga bisa muncul dibukit Jit yang san ini?"

Si kakek bertongkat kepala ular itu menjawab dingin: "Kami khususnya datang untuk menyambut kalian! Kalau

toh kalian berdua sang gup memasuki lembah lebah beracun dan hutan seratus binatang, hal mana membuktikan kalau kepandaian silat yang kau miliki cukup hebat, sayang kami bertiga kebetulan tak hadir disana, itulah sebabnya kami tak bisa turut menyambut, harap sudi dimaafkan.

Sin sian siangsu tertawa terbahak bahak:

Haaa... haaaa...ucapan kalian bertiga terlalu serius, kami berdua tak lebih hanya kuli silat kasaran yang kebetulan saja lewat disini, kami memang sedang menyesal lantaran tak bisa menjumpai kalian bertiga, setelah perjumpaan hari ini terbukti sudah bahwa apa yang kami dengar selama ini memang  benar"

000O000

TERNYATA si kakek yang membawa tongkat terkepala ular itu adalah pemimpin dari Tok coa nia (tebing ular beracun) yang disebut orang sebagai Tok coa mo ong (Raja iblis ular beracun). Kakek kedua yang membawa tongkat berkepala kelabang adalah pemimpin dari Go kong lim (hutan kelabang) yang disebut orang Go kong mo ong (Raja iblis kelabang), Sedangkan si nenek tak lain adalah Ci cu mo poo (Nenek iblis laba laba).

Ketiga orang gembong iblis ini bersama Pek siu ong (Raja seratus binatang) dari hutan Pek siu lim yaitu Hu hon sia sian dan Tok hong mo ong (Raja iblis lebah beracun) disebut orang Khong ciong mo ong (lima raja dari pedalaman) sedangkan orang persilatan menyebut mereka sebagai Mang huang ngo mo (lima iblis dari daerah liar).

Mereka termashur karena peliharaannya yang beracun, setiap orang memiliki sejenis binatang peliharaan yang selain beracun juga amat jahat dan berbahaya.

Seperti misalnya si Raja iblis lebah beracun, didalam lembahnya terdapat beribu-ribu ekor lebah beracun yang semuanya berada dalam kendali dirinya.

Begitu pula dengan ke empat rekannya, mereka semua merupakan orang-orang pedalaman yang masih liar dan gemar sekali melakukan kejahatan.

Yang beruntung adalah kelima orang ini tak pernah  bersatu, mereka masing-masing berusaha untuk menjadi raja dan tak mau saling bekerja sama, coba kalau mereka saling bersatu padu, niscaya dunia persilatan akan dibikin obrakabrik.

Adapun binatang andalan mereka adalah Lebah beracun,  laba laba beracun, ular be racun, kelabang beracun dan   macan kumbang hitam. Tapi kalau dibicarakan kembali memang cukup aneh, sebab binatang tandingan dari ular beracun sesungguhnya adalah kelabang, sedang tandingan  dari kela bang adalah macan kumbang hitam, sebaliknya tandingan dari macan kumbang hitam adalah lebah beracun, tapi lebah beracun sendiri takut dengan laba laba, sedang laba laba takut dengan ular beracun dan begitu seterusnya.

Ketika semalam Suma Thian yu memasuki hutan wilayah mereka, kebetulan sekali Raja iblis ular beracun dan raja iblis kelabang beracun sedang menyambangi nenek iblis laba laba beracun dihutan sebelah utara, oleh sebab itu dia hanya menjumpai raja iblis seratus binatang dan raja iblis lebah beracun, coba kalau bukan demikian tak bisa dibayangkan bagaimanakah nasib dari Suma Thian yu serta Sin sian siangsu.

Menanti ketiga raja iblis itu mendapat laporan kalau hutan mereka diserbu orang dan segera berangkat kebukit Jit yang san yang memang bersatu dengan hutan sebelah utara, waktu itu Sin sian siangsu dan Suma Thian yu sedang menuju pula kesitu, akibatnya mereka saling berjumpa disini.

Sementara pembicaraan berlangsung, sorot mata si raja iblis ular beracun mengawasi wajah Suma Thian yu tiada hentinya. Sebab dari mulut Hu hou sia sian yang baru saja diselamatkan, dia mendapat tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki anak muda tersebut lihay sekali.

Itulah sebabnya begitu saling berjumpa pun mengawasi anak muda tersebut dengan seksama.

Dasar anak muda yang masih berdarah panas, merasa diamati terus oleh orang lain, timbal perasaan muak dan kesal dihati Suma Thian yu, dengan cepat dia menegur:

"Hei, bila kalian bertiga ada maksud tertentu untuk menghadang jalan pergi kami, ayo cepat diutarakan sekarang juga, kalau tidak, lebih baik menyingkir saja, aku masih ada urusan lain harus segera berangkat ke gua Jit yang tong"

Raja iblis ular beracun tertawa seram.

"Bocah keparat kau datang mencari kematian atau mengiringi kematian? Kau tahu, siapakah pemilik gua Jit yang tong itu? Kalau ingin menghantar kematianmu disitu, lebih baik tinggalkan dahulu kepandaianmu sebelum terkubur selamanya digua air tersebut!"

Mengetahui kalau gua air tersebut mempunyai pemilik lain, sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras, apa bila terbayang Chin Siau kena dibekuk pemilik gua air tersebut, hatinya bertambah gelisah.

Tiba-tiba terdengar Sin sian siangsu berkata: "Kalian bertiga semuanya adalah jago-jago yang merajai suatu daerah, buat apa sih mesti ribut dengan kami? Apalagi kedatangan kami kemari hanya untuk mencari seorang teman saja, buat apa kalian mesti memojokkan orang lain?"

Mendengar perkataan mana, si Raja iblis ular beracun  segera membuat sebuah garis lurus diatas tanah dengan tongkat kepala ularnya, setelah memberi tanda kepada kedua orang rekannya, mereka bertiga sama-sama mundur kebelakang garis lurus tadi.

Kemudian sambil tertawa seram dia baru berkata: "Barang siapa tidak takut, ayo maju dan langkahi garis

lurus yang kubuat ini."

Sin sian siangsu mengerutkan dahinya dan ragu sejenak, sebelum ia sempat berbuat banyak barang sesuatu hal, Suma Thian yu tertawa nyaring dan melangkahi garis lurus tersebut.

Sin sian siangsu menjadi tertegun, tetapi dengan cepat dia menyusul dibelakangnya.

Setelah tertawa seram, Raja iblis ular beracun segera mengacungkan ibu jari sembari berkata:

"Punya nyali, benar-benar punya nyali, aku sangat kagum, aku kagum sekali, biar aku yang memberi pelajaran dulu padamu!"

Tongkat kepala ularnya segera diayunkan kedepan, diiringi deruan angin serangan yang maha dahsyat dia langsung menyerang jalan darah Yu bun hiat di bawah tetek Sin Sian siangsu.

Sesungguhnya Sin sian siangsu termasuk seorang jago yang banyak humor dan berwatak aneh, dihari-hari biasa dia paling segan melakukan pembunuhan, lagipula orangnya sabar dan bersedia mengalah kepada siapa saja.

Walaupun demikian, kesabaran orang itu ada batasbatasnya, setelah didesak dan dipojokkan berulang kali, habis juga akhir nya kesabaran orang ini.

Sambil tertawa dingin dia balas maju ke depan, sepasang lengannya digerakkan kekiri dan kanan melepaskan serangan dan tangkisan bersama kemudian, dengan kecepatan bagaikan kilat, kepalan kanannya menyodok kedada si raja iblis ular beracun.

Betapa terkejutnya si raja iblis ular beracun setelah menghadapi ancaman itu, tongkatnya ditarik dengan cepat sambil buru-buru mundur kebelakang, menyusul kemudian dia memutar tongkatnya melakukan per tarungan pertarungan keras melawan keras.

Di pihak lain, si nenek iblis laba laba beracun tidak menganggur pula, sambil menggoyangkan kipas bambunya  dia menerjang kehadapan Suma Thian yu, lalu katanya sambil tertawa terkekeh kekeh:

"Hei bocah, biar lo nio menemanimu bermain-main sebentar!"

Kipas bambunya segera dikebaskan kemuka, segulung hawa panas yang menyengat badan cepat berhembus keatas wajah Suma Thian yu.

Sejak berpengalaman di lembah lebah beracun dan hutan seratus binatang, Suma thian yu sudah cukup mengerti tentang ke mampuan ke lima iblis tersebut, dalam per tarungan asal dia bisa berhati-hati dalam mengawasi jurus serangan, maka kemenangan tentu berhasil diraih dengan mudah.

Itulah sebabnya ketika melihat serangan pertama dari si nenek iblis laba laba beracun ditujukan hendak melukainya dengan racun, ia menjadi sangat mendongkol.

Tiba-tiba tangan kirinya dibalik keatas, kelima jari tangannya membentuk kaitan dan memancarkan segenap tenaga dalamnya melewati ujung ujung jari itu.

Tangan kanannya tidak menganggur pula, dengan cepat dia meloloskan pedang Kit hong kiamnya.

Begitu senjata tersebut dicabut dari sarungnya bergemalah suara dentingan nyaring disusul pancaran sinar biru ke empat penjuru, dalam waktu singkat sebuah serangan telah dilepaskan.

Mimpipun si nenek iblis laba laba beracun tidak menyangka kalau lawannya seorang pemuda ingusan bisa melancarkan serangan sedemikian cepatnya, dalam waktu singkat dua jurus serangan telah dilepaskan berbareng dengan kekuatan yang maha dahsyat.

Ketika ia merasakan hawa beracunnya terbendung, tahutahu cahaya tajam sudah menyambar tiba.

Untung saja si nenek iblis laba laba beracun bukan termasuk manusia lemah, kipas bambunya cepat dikibaskan kekiri dan kanan.

"Weesss... weeess... weesss..."

Secara beruntun dia lepaskan pula tiga buah serangan berantai yang kesemuanya ditujukan keatas jalan darah penting ditubuh Suma Thian yu.

Menghadapi ancaman yang begitu berbahaya, Suma Thian yu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah, pedangnya diputar membentuk lingkaran cahaya berwarna biru dan serentak berhasil mematahkan keti ga serangan kipas dari nenek iblis laba laba beracun itu.

Menyusul kemudian pedangnya diputar sambil mendesak kedepan, memaksa si nenek iblis tersebut harus mundur dua langkah dari posisi semula.

"Hei nenek peot!" seru pemuda itu kemudian sambil menarik kembali serangannya, “apakah aku cukup berhak untuk mengunjungi gua air Jit yang tong?"

Agaknya si nenek iblis laba laba beracun masih tertegun karena kena didesak mundur oleh pemuda itu, mendengar pertanyaan mana, tanpa disadari dia menyahut:

"Cukup, cukup!"

"Kalau begitu, aku tidak akan melayani dirimu lebih jauh" seru sang pemuda sambil menjura.

Kepada Sin sian siangsu masih terlibat dalam pertarungan dia berseru pula:

"Cianpwee, kita harus segera berangkat!"

Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun telah membentak nyaring:

"Bocah keparat, masih ada yayamu yang belum kau layani!" Tubuhnya bergerak secepat angin, didalam waktu singkat dia sudah menerobos maju kehadapan Suma Thian yu.

pada saat itulah si nenek iblis laba laba beracun baru mendusin kembali dari lamunannya, melihat sikapnya yang memalukan tanpa mengucapkan sepatah katapun dia menyusul dibelakang raja iblis kelabang beracun menuju kehadapan anak muda tersebut kemudian serunya:

"Lo nio belum mau menganku kalah, tidak gampang kau ingin pergi dari sini"

Memandang kebandelan kedua orang musuhnya, Suma Thian yu hanya bisa tertawa getir, apalagi bila teringat keliaran dan kebuasan manusia-manusia buas tersebut, dia ingin sekali memberi pelajaran yang setimpal kepada orangorang itu!

Dengan sorot mata yang tajam, diawasinya sekejap kedua orang itu, kemudian dia memandang pula kearah Sin sian siangsu dan raja iblis ular beracun yang sedang bertarung sengit.

Segera terlihat olehnya betapa cepatnya gerak serangan

dari gembong iblis itu, semua serangannya dilancarkan seperti orang kalap, namun sayang tiada bermanfaat.

Cukup dalam sekilas pandangan, Suma Thian yu telah memahami kemampuan dari makhluk-makhluk tua tersebut, diam-diam ia tertawa geli. Bentaknya kemudian dengan lantang:

"Tahan! cianpwee mundur dulu... aku mempunyai sebuah usul yang sangat bagus!"

Pada dasar Sin sian siangsu memang tak bertindak keji terhadap kawanan manusia liar itu, ia banyak menggunakan segala kelincahan tubuhnya saja untuk memberi peringatan kepada mereka, mendengar seruan tersebut, dengan cepat dia melompat mundur dari arena pertarungan.....

Menanti semua orang sudah menghentikan serangannya, Suma Thian yu baru berkata dengan lantang:

"Bila aku kelewat takabur, harap tay ong bertiga jangan marah, agar lebih berhemat waktu, silahkan kalian bertiga menyerang bersama saja, andaikata aku sampai kalah, biar aku pun cepat menyerah. Dengan pertarungan seperti ini, pasti suasananya akan bertambah ramai, entah bagaimana dengan pendapat tay ong bertiga?"

Racun iblis ular beracun mendengus dingin, biji mata sesatnya berputar kian ke mari, lalu jawabnya:

"Bagus sekali, cuma sampai waktunya nanti kau jangan menuduh kami bertiga orang tua mempermainkan seorang bocah, yang minta begini adalah kau sendiri "

"Oooh, jangan kuatir, aku berbicara atas dasar kemauan sendiri, tentu saja aku tak bakal menyalahkan siapa pun" kata Suma thian yu sambil tertawa terbahak-bahak.

Sin sian siansu menjadi sangat gelisah setelah menyaksikan kejadian ini, cepat timbrungnya dari samping:

"Hiantit, kau "

Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, Suma Thian yu kembali telah menukas:

"Ciaupwee tak usah kuatir, aku sudah mempunyai rencana yang cukup matang"

Menyaksikan kekerasan kepala pemuda itu, Sin sian siangsu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan napas panjang, dia segera mengundurkan diri dari arena.

Si raja iblis kelabang beracun sungguh merasa mendongkol sekali, sepasang giginya sampai menggertak keras, sepasang matanya memancarkan sinar mata berapi-api dan mengawasi Suma Thian yu dengan penuh amarah dan tak berkedip.

Tiga orang gembong iblis ini biasanya malang melintang ditakuti orang, belum pernah mereka dicemooh bahkan dipandang rendah seperti hari ini.

Bisa dibayangkan sampai dimanakah amarah mereka bertiga setelah bertemu de ngan jago muda yang tidak takut langit tidak takut bumi ini, kalau bisa mereka ingin sekali menggigit dan menelan suma Thian yu ke dalam perut.

Dalam pada itu, si raja iblis ular be racun telah membisikkan sesuatu ke sisi telinga raja iblis kelabang beracun, kemudian bentaknya kepada Suma Thian yu: "Anak muda, aku mempunyai sebuah usul bagus, bersediakah kau untuk menerimanya?"

"Asalkan kalian bertiga mengusulkan, aku pasti akan menyanggupi tanpa berkerut kening"

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Sin sian siangsu yang berdiri diluar arena merasakan tubuhnya bergetar keras, pekik nya tanpa terasa dihati:

"Aduh celaka, habis sudah kali ini."

Si Raja iblis ular beracun mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, begitu selesai berpekik, dari sakunya dia mengeluarkan seekor ular kecil yang berwarna kuning emas.

Menyaksikan ular kecil ini, tiba-tiba saja Suma Thian yu teringat kembali dengan ular kecil berwarna emas yang pernah di jumpa dipuncak di im hong tempo hari, gelisah hatinya. Sebab dari gurunya Put gho cu dia mendapat tahu akan kelihayan ular emas kecil ini.

Si raja iblis ular beracun segera tertawa bangga setelah menyaksikan paras muka Summa Thian yu berubah menjadi pucat pias, katanya setengah mengejek:

"Bagaimana? Kau merasa takut? Hei, bocah keparat, aku merasa bertanding ilmu silat kurang merangsang napsu, mari kita beradu racun saja, pasti pertandingan ini lebih merangsang dan gembira!"

Suma Thian yu berusaha keras mengendalikan rasa ngerinya, dengan menunjukan sikap acuh tak acuh dia bertanya:

"Bagaimana cara kita bertanding?" Raja iblis ular beracun tertawa seram.

"Bila kau beranggapan cara bertanding ini kurang adil, tentu saja kau tak perlu memaksakan diri"

Suma Thian yu tertawa terbahak:

"Haaa...haaa...kalau hanya seekor ular emas yang begitu kecil mah tak akan bisa menakuti aku, cuma sauyapun mempunyai sebuah syarat"

"Apa syaratmu?" "Kita harus bertanding dua babak, babak pertama diusulkan kalian bertiga sedang babak kedua haruslah aku yang mengajukan persoalan, ini baru adil namanya, entah bagaimana pendapat kalian bertiga?"

"Boleh sih boleh saja, pokoknya kami setuju"

Tentu saja mereka bertiga setuju, karena dalam perkiraan mereka, baru dalam babak pertama saja Suma Thian yu sudah bisa dibikin mampus, mana mungkin dia berkesempatan untuk bertarung pada babak yang kedua atau selanjutnya?

Suma Thian yu tertawa misterius, ujarnya kemudian: "Pembicaraan telah usai, silahkan kalian mengajukan

pertanyaan...!"

Raja iblis ular beracun tertawa seram, ular emas kecilnya diletakkan ditangan ki rinya dan membiarkan tangan tersebut di pagut satu kali, kemudian dengan wajah tak berubah dia berkata sambil tertawa seram.

"Sekarang tiba giliranmu"

Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian mana, merinding sekujur badannya buru-buru dia berkata:

"Hiantit, jangan bertindak gegabah"

Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, dia tidak menggubris nasehat dari rekannya itu malah menyambut ular emas tadi dengan tangan kirinya.

Memandang tingkah laku pemuda itu, Raja iblis ular racun memperdengarkan gelak tertawa seramnya yang penuh dengan kebanggaan.

Mendadak ular kecil itu melejit kedepan dan memagut telapak tangan kiri Suma thian yu.

Pemuda itu hanya merasakan telapak taegan kirinya menjadi kaku, menyusul kemudian sama sekali tak menunjukkan gejala apa-apa.

Sepanjang kejadian tersebut berlangsung si raja iblis ular beracun hanya membelalakan matanya sambil mengawasi setiap perubahan yang terjadi.

Dikala ular itu menggigit lengan lawan, dia tak dapat membendung rasa girang dihatinya, sehingga tertawa terbahak-bahak. Tapi gelak tawa tersebut segera terhenti ditengah jalan dan berganti menjadi pekikan aneh yang menyerupai isak tangis.

Ternyata ular emas yang menggigit lengan kiri Suma Thian yu itu segera mengejang keras dan tak berkutik lagi.

Suma Thian yu melirik sekejap ke arah ular kecil tersebut dengan pandangan sinis lalu menyodorkan bangkai itu kehadapan raja iblis ular beracun sembari berkata:

"Benar-benar tak berguna, aku pikir ular emas ini ular palsu barang kali, masa begitu tak dapat, hanya menggigit sekali sudah tak Berkutik?"

"Apa sudah mati?"

Sambil menjerit kaget raja iblis ular beracun menerima kembali ular emasnya, ke mudian menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

Suma Thian yu sama sekali tak menggubris ulah musuhnya, sambil berpaling kearah Raja iblis kelabang beracun, dia berkata:

"Tay ong, apakah kau ingin memperlihatkan pula kelihayanmu?"

Dengan sorot mata kaget bercampur heranan si raja iblis kelabang beracun mengawasi wajah anak muda itu tanpa berkedip, sementara dihati kecilnya dia berpikir:

"Entah setan atau manusiakah dia? Kalau setan mengapa  dia berbentuk manusia? Kalau manusia, mengapa mempunyai kepadaian yang begitu dahsyat? Hmm mungkin saja dia memang kebal terhadap racun ular...kelabang adalah tandingan ular beracun bila kau tidak takut ular, tentu kau takut dengan kelabang"

Berpendapat demikian dari sakunya dia  lantas mengeluarkan seekor kelabang berkaki seratus. Kelabang dari jenis ini meru pakan kelabang yang beracun sekali, barang siapa terpagut niscaya akan tewas seketika.

Sejak dilahirkan hingga begini dewasa, belum pernah Suma Thian yu menyaksikan kelabang berkaki seratus yang begini aneh dan mengerikan hati, merinding sekujur badan nya karena seram, hawa dingin nerambat ketubuhnya membuat bulu kuduknva pada bangun berdiri.

Tadi, dia berhasil menahan racun ular karena telapak  tangan kirinya mengandug cairan mestika Jio sian kiam len ci tapi sekarang dia tidak tahu apakah cairan mestika itu masih mampu untuk menahan racunnya si kelabang beracun atau tidak.

Raja iblis kelabang beracun tertawa dingin, pikirnya lagi dengan nada amat bangga:

"Nah, ini dia, bocah keparat ini tentu jeri dengan kelabang, heeh, heeh, heeh, bila aku berhasil kali ini, pasti aku akan menjadi pemimpin semua orang!"

Berpikir denemikian, dengan mengikuti cara yang semula, dia mem biarkan kelabang tersebut menggigit tubuhnya sendiri, kemudian baru menyodorkan kehadapan Suma Thian yu.

Diam-diam Suma Thian yu berdoa, kemudiua menyalurkan segenap hawa murninya ke telapak tangan kiri guna berjagajaga terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi, andaikata cairan Jin sian kiam lan ci tidak manjur, dia akan mempergunakan tenaga dalam nya yang sempurna untuk mendesak keluar sisa racun dari tubuhnya.

Betitulah, selesai mengerahkan hawa murni nya dengan sangat berhati-hati dia menerima kelabang beracun itu.

Raja iblis kelabang beracun tertawa seram dia letakkan kelabang beracun itu ke atas telapak tangan Suma Thian yu.

Dengan gesit kelabang tadi melompat keatas telapak tangan pemuda itu dan menggigitnya.

Suma Thian yu sama sekali tidak bergerak, sorot matanya yang tajam mengawasi kelabang diatas tangannya tanpa berkedip, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran dengan derasnya.

Raja iblis kelabang beracun sendiripun mengikuti perkembangan selanjutnya dengan perasaan tegang, jantungnya berdebar keras serasa mau melompat keluar dari rongga dadanya.... Dalam pada itu, si raja iblis ular beracun telah menghentikan pula isak tangisnya, dia turut mengawasi adegan tersebut dengan perasaan berdebar.

Mendadak......

Suma Thian yu memperdengarkan suara pekikan yang nyaring sekali.

Semua orang terperanjat, pekikan itu ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, serentak semua orang mengalihkan sorot matanya ke arah telapak tangak Suma Thian yu.

Mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun menjerit keras, dengan cepat tubuhnya menerjang ke depan Suma Thian yu sementara kepalanya langsung diayunkan ke tubuh pemuda tersebut.

"Bocah keparat" teriaknya gusar "ayo ganti seekor kelabang untuk ku!"

Agaknya kelabang beracun berkaki seratus andalannya telah menyusul nasib dari ular emas kecil tadi mampus ditangan lawan.

Suma Thian yu tertawa sambil berkelit kesamping, dia menyodorkan bangkai kelabang tersebut ke depan Raja iblis kelabang beracun, kemudian ujarnya:

"Jangan terburu napsu, bukankah di dalam hutan  kelabangmu penuh dengan kelabang, apa sih artinya kematian seekor kelabang mengapa kau tidak berpikir, aku Suma Thian yu hanya ada satu didunia ini, bila mati tak bakal muncul lagi ke duanya "

Lalu kepada nenek iblis laba laba beracun dia berkata pula: "Hei si nenek, sekarang tiba giliranmu, apakah kau

mempunyai permainan baru?" "Betul!" si nenek mengangguk.

"Apakah pelajaran yang diterima ke dua orang itu masih belum cukup sebagai contoh soal bagimu?" kembali Suma Thian yu tertawa.

Nenek iblis laba beracun mendengus dingin, umpatnya: "Setan cilik, kau tak usah takabur, lo nio sudah mengetahui siasat busukmu itu, dua kali pertarungan tadi kau selalu menghadapi serangan dengan telepak tangan kiri, ini menunjukkan kalau telapak tangan kirimu telah di rendam dengan obat penawar racun. Mari, mari, lo nio akan menukar dengan cara lain saja"

Dari atas kipas bambunya dia menangkap seekor laba laba, kemudian ujarnya sambil terkekeh-kekeh:

"Lihatlah permainanku ini!"

Suma Thian yu dibuat terkejut juga setelah mendengar ucapan dari si nenek iblis itu, diam-diam pikirnya:

"Lihay amat nenek ini!"

Dalam pada itu, si nenek iblis laba laba beracun telah menggenggam laba labanya dan diiringi tertawa seram dia telan laba laba tersebut kedalam perut, sebagai bukti, dia malah memperhatikan mulutnya kepada anak muda tersebut.

Muak perut Suma Thian yu menyaksikan adegan tersebut, nyaris isi perutnya ikut tumpah keluar.

Pemuda itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian:

"Dalam babak ini aku mengaku kalah saja, berbicara sesungguhnya, aku tidak mempunyai keberanian untuk menelan laba laba tersebut. Maaf, permainan orang pedalaman yang liar seperti ini tak berani kucoba ikuti"

Nenek iblis laba laba beracun segera mendongakkan kepalanya dan tertewa seram, suaranya mengerikan seperti jeritan setan, buat siapapun yang mendengarkan merasakan hatinya jeri dan tak enak.

Seusai tertawa, sambil menuding ke arah Suma Thian yu kembali dia berkata:

"Setan cilik, aku akau melanggar kebiasaan ku, asal kau bersedia berlutut dan menyembah tiga kali kepadaku, akan kuijinkan kau untuk meninggalkan bukit Jit yang san ini, kalau tidak, hmmmm...!

Semenjak berhasil menangkan dua babak pertama, kepercayaan Suma Thian yu terhadap diri sendiri semakin bertambah kuat, sesungguhnya dia tidak menandang sebelah matapun ter hadap laba laba beracun itu, namun kalau dia disuruh menelannya, ia benar-benar tak berani untuk mencobanya.

"Hei si nenek, kau jangan kelewat memojok kan orang" kata Suma Thian yu kemudian, "aku bukannya takut dengan laba labamu itu, hakekatnya aku tak ingin mencari gara-gara denganmu, bila kau menginginkan aku telan binatang, biar kita ambil jalan tengah dengan menyudahi pertarungan ini dengan seri saja, toh lebih baik kita sudahi saja masalah ini sampai disini saja!"

"Tidak bisa, kau masih belum berhak untuk mengajukan usul! bentak nenek iblis laba laba beracun sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Kalau begitu, aku harus melaksanakan janjiku?" "Benar!" jawaban dari si nenek iblis ini teramat tegas.

Tak kuasa lagi Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring, dengan cepat dia mengangsurkan tangan kirinya ke hadapan nenek iblis tersebut.

Dari atas kipas bambunya nenek iblis menangkap seekor  laba laba dan diserahkan ke tangan anak muda itu, tanpa ragu Suma Thian yu segera memencet laba laba itu sampai mati   lalu setelah diletakkan berapa saat diatas telapak tangan kirinya, menanti kadar racun sudah berkurang, ia baru menelannya.

Namun ketika sorot matanya membentur dengan gumpalan laba laba itu, dia menjadi ragu kembali.

Memandang sikap dari Suma thian yu, si nenek iblis laba laba beracun tertawa penuh kebanggan.

Dia mensanggap hal ini merupakan kemenangan baginya, dia mengira inilah penampilannya yang melebihi orang lain, paling tidak ia sanggup membuat lawan mengalami kesulitan. Suma Thian yu mendongkol sekali menyaksikan kesombongan lawan, segera pikirnya. "Hutan golok, kuali berisi minyak mendidih pun sanggup kulakukan, masa aku tak berani menelan seekor laba laba kecil yang sudah di punahkan kadar racunnya?"

Berpikir, demikian, tanpa ragu-ragu lagi dia lantas menelan laba laba tersebut kedalam perut.

Nenek Iblis laba laba beracun menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian mana, sebelum ia sempat berbicara sesuatu, Suma Thian ya telah berkata lebih dulu:

"Hei si nenek, sauyamu telah berhasil menyelesaikan ketiga permintaan kalian, dan menangkan semua pertarungan ini, sekarang tiba giliran sauyamu untuk mengajukan persoalan"

Ketiga orang gembong iblis itu segera berdiri tertegun belaka sambil mengawasi Suma thian yu, mereka menganggap pemuda ini sebagai malaikat yang baru turun dari kahyangan.

Yang lain jangan dibicarakan, seandainya si raja iblis ular beracun disuruh menelan laba laba beracun, atau si nenek   iblis laba laba beracun disuruh menerima gigitan dari kelabang beracun niscaya mereka akan tewas dengan segera.

ATau dengan perkataan lain ketiga orang itu sama-sama tak akan mampu untuk menyelesaikan pertarungan ini, tapi pemuda yang berada dihadapan mereka sekarang sanggup

menyelesaikan semua tugas itu secara baik, jelss hal semacam ini diluar kemampuan orang biasa.

Raja iblis ular beracun benar-benar takluk, terdengar ia berkata dengan cepat:

"Masuklah kedalam, orang yang hendak kau cari belum mati"

Suma Thian yu gembira sekali mendengar perkataan itu.

"Terima kasih" serunya kemudian.

Siapa tahu si Raja iblis kelabang berseru secara tiba-tiba: "Bocah keparat, kau jangan pergi dulu, kalau akan pergi, bayar dulu kerugian yang kami derita"

"Hah! ganti rugi apa?" tanya Suma thian yu kaget. "Seekor ular emas, seekor kelabang berkaki seratus dan dua ekor laba laba beracun!"

Mendengar perkataan tersebut Suma thian yu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terba hak-babak:

"Seandainya selembar jiwaku sampai melayang, siapa pula yang akan membayar ganti rugi kepadaku?"

Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya ke wajah nenek iblis laba laba beracun, dia bertanya:

"Apakah kau minta ganti rugi dariku?" "Tentu Saja!"

Suma thian yu segera berpaling pula kearah raja iblis ular beracun sambil bertanya lagi:

"Dan kau?"

Raja iblis ular beracun nampak agak ragu, akhirnya dia menjawab agak tergagap:

"Ter.....terserah "

Suma Thian yu manggut-manggut.

"Kalau toh kalian bertiga begitu liar, terpaksa aku harus membayar ganti kerugian kepada kalian, nah siapa yang akan maju duluan?"

Raja iblis kelabang beracun melompat kedepan Suma Thian yu, telapak tangan-nya di silangkan didepan dada, sementara tongkatnya membuat gerakan setengah lingkaran diudara lalu dihantamkan kearah kepala lawan sambil membentak gusar:

"Setan cilik, locu akan mencabut nyawamu!"

Amarah Suma Thian yu benar-benar sudah mencapai pada puncaknya, pedang Kit hong kiamnya diputar menciptakan selapis cahaya bianglala biru yang amat menyilaukan mata, kemudian.... "Kraaakkk!" tongkat berkepala kelabang milik raja iblis kelabang beracun sudah terpapas kutung menjadi dua bagian.

Suma Thian yu memang berniat untuk menghabisi nyawa musuhnya, dengan cepat pedang Kit hong kiamnya diputar menggunakan jurus Ciong liong hong ji hay (naga masuk samura) secepat sambaran petir menusuk keperut musuh. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang dari mulut raja iblis kelabang beracun, perutnya robek dan ususnya mengalir keluar, toyanya yang tinggal separuhpun terjatuh ke tanah.

Sambil memegangi perutnya yang robek dan wajah pucat pias, sekujur badannya gemetar keras, akhirnya dia roboh, dia tak pernah bangun kembali.

Sehabis membereskan 1awannya, Suma Thian yu berpaling ke arah nenek iblis laba laba beracun, lalu bentaknya lagi:

"Apakah kau masih bermaksud untuk menuntut ganti rugi?"

Bergidik sekujur badan nenek iblis itu selesai melihat keampuhan sang pemuda yang menghabisi nyawa raja iblis kelabang beracun dalam sekali ayunan pedang, dia tak berani banyak berkutik lagi.

Suma Thian yu tidak memberi kesempatan lagi kepada lawannya, dengan cepat dia menerobos kedepan nenek iblis, pedang Kit hong kiamnya dengm jurus Tui san tiam hay (mendorong bukit membendung samudra) membacok ke muka.

Cahaya biru berkelebat lewat, sebelum si nenek iblis sempat melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu sebuah lengannya sudah terpapas kutung menjadi dua bagian.

Diiringi jerit kesakitan yang memilukan

hati, nenek itu segera membalikkan badannya dan melarikan diri terbirit-birit.

Suma Thian yu menarik kembali pedangnya, kepada si raja iblis ular beracun katanya:

"Kau boleh pergi! Tapi ingat dengan pelajaran yang kau saksikan hari ini, bila dikemudian hari sikapmu masih tetap kejam dan tak berperikemanusiaan, inilah contoh yang paling baik untukmu"

Pada mulanya si raja iblis ular beracun mengira Suma Thian yu tidak akan melepaskan pula dirinya setelah terdengar ucapan tersebut hatinya baru merasa lega. Buru-buru dia menjura kepada Suma Thiah yu, kemudian membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuh nya sudab lenyap dari pandangan mata.

Memandang bayangan punggung orang itu, Suma Thian yu menghela napas panjang seraya berguman:

"Moga-moga saja si raja iblis lebah beracun dan Ha hou sia sian dapat meniru sikap raja iblis ular beracun.

Belum habis dia bergumam, terdengar Sin sian siangsu yang benda dibelakangnya telah menukas:

"Hiantit, kau telah melanggar sebuah pantangan besar, masa depanmu selanjutnya akan banyak menjumpai bahaya maut"

"Maksud ciaopwee...." tanya Suma Thian yu tercengang. "Aaai..." Sin sian siangsu menghela napas panjang,

"menghadapi manusia liar seperti mereka kau hanya boleh menaklukan hati mereka dengan kata-kata, bukan dengan kekerasan. Mereka adalah manusia tak berbudaya yang tidak memandang penting arti kehidupan, dengan dibiarkannya mereka berlalu, itu berarti kau telah mengundang banyak kesulitan dikemudian hari"

"Mengapa?" Suma Thian yu balik bertarya, "bukankah sewaktu berlalu tadi, si raja iblis ular beracun telah menunjukkan sikap yang begitu munduk dan hormat?"

"Haaaah... haah.... haaah...ini merupakan suatu firasat  yang salah dari hiantit, tahukah kau mengapa aku enggan melakukan pembunuhan? Misalkan saja, ketika aku menghadapi dua ekor harimau milik Hu hou sia sian dilembah lebah beracun serta dalam menghadapi si Raja iblis ular beracun tadi, aku selalu berusaha untuk mempertahankan suatu selisih jarak dengan tidak mau mencelakai mereka.

Bahkan terhadap binatang peliharaan mereka pun aku sama saja enggan mengusiknya, mengertikah kau?"

"Boanpwee bodoh dan tidak memahami teori tersebut" "Daerah dimana kita berada sekarang merupakan daerah

kekuasaan mereka" Manusia memang makhluk yang aneh, asalkan saja seorang ibu yang mengetahui anaknya berbuat kesalahan, andaikata anaknya di hukum mati, mereka pasti akan penasaran dan berusaha membelanya. Demikian juga dengan keadaan mereka, sekalipun raja iblis ular be racun sekalian terhitung manusia liar toh mereka mempunyai hubungan batin satu sama lainnya, apakah mereka rela membiarkan rekan nya diusik orang? Bila kejadian tersebut sampai menimbulkan amarah mereka sehingga turun tangan bersama, biar ada sayappun mungkin sulit bagi mu untuk melepaskan diri, mengerti?"

"Aku mengerti"

"Bagus sekali, kalau begitu mari kita berangkat, mumpung mereka belum sempat melakukan pengejaran kemari"

"Chin Siau masih berada diangan orang, kita harus menolongnya secepat mungkin, bisa jadi selembar jiwanya terancam bahaya maut. Apa lagi bila kita tidak memasuki sarang harimau bagaimana mungkin bisa berhasil dengan sukses"

Mendengar ucapan mana, diam-diam Sin sian siangsu mengagumi keberanian pemuda ini, diapun semakin kagum dengan kegagahan dan kesetiaan kawan-nya.

"Hiantit, aku benar-benar takluk kepadamu" kata Sin sian siangsu kemudian sambil manggut-manggut, "terus terang saja, biarkan harus mengorbankan selembar jiwa tua ku, aku takkan menampik maksud baikmu itu, ayo berangkat, kita terjang kedalam!"

Kedua orang itu segera menembusi hutan dan masuk kedalam sebuah rimba yang lebat.

Anehnya hutan itu sangat teratur, bahkan besar kecilnya pun tidak jauh berbeda.

Mendadak Sin sian siangsu menarik tangan Suma Thian yu sambil berbisik.

"Hiantit, tunggu dulu, jangan sampai tersesat, kalau sampai terjebak oleh perangkap musuh, bisa berabe kita" Suma Thian yu dapat merasakan juga kalau keadaan rada kurang beres, dengan cepat dia amati sekejap sekeliling tempat itu, mendadak pada jarak tiga kaki disebelah kiri terlihat sebuah kain panjang yang berkibar terhembus angin.

Tanpa berpikir panjang lagi dia melejit dan meluncur ke situ dengan kecepatan bagai kan anak panah yang terlepas dari busur.

"Cianpwe, cepat kemari" teriaknya keras-keras, "gua air tersebut terletak didepan sana!"

Dalam dua kali lompatan saja Sin sian siangsu sudah tiba didepan Suma Thian yu, mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemuda itu, benar juga, dia saksikan sebuah gua muncul di tengah hutan.

Dengan seksama Sin sian siangsu memperhatikan sekejap keadaan disekeliling itu, lalu sambil menggelengkan kepalanya dia berkata:

"Kita sudah tertipu, gua itu bukan Jit yang sui tong!" "Dari mana kau bisa tahu?" tanya Suma thian yu dengan

wajah tercengang.

"Sederhana sekali, didepan gua Sui yang jit tong semestinya berdiri sebatang pohon siong, gua itu berada persis pada bagian akarnya "

"Mengapa cianpwee bisa mengetahui begitu jelas?" pemuda itu bertanya sambil tertawa hambar.

Pertanyaan itu segera menimbulkan kesan kurang baik bagi Sin sian siangsu, dia merasa Suma Thian yu kelewat cerewet, segera tegurnya dengan marah:

"Bila kau tidak percaya, turun saja sendiri untuk membuktikan keberaran dari perkataanku"

Suma Thian yu tahu, pertanyaan yang ber lebihan darinya telah menimbulkan amarah dari kakek tersebut, maka diapun lantas bertanya:

"Harap cianpwee sudi memberi petunjuk, bila kita tidak bertindak cepat, sampai terlambat Chin Siau bisa terancam bahaya" "Ikutilah aku, sepanjang jalan tak usah banyak bertanya, kedua, bila menjumpai kejadian apapun harus minta persetujuan dariku sebelum melakukan suatu tindikan"

Suma Thian yu mengiyakan berulang kali, dia tak berani berayal lagi dan berdua memasuki hutan menuju kearah gua.

Siapa tahu, biarpun sudah berjalan dua jam lamanya, mereka masih belum berhasil juga menemukan mulut masuk menuju ke gua Jit yang sui tong itu.

Suma Thian yu jadi habis ke sabarannya, tapi dia enggan banyak menimbrung, apa lagi selama ini Sin sian siangsu membungkam terus tanpa berbicara, terpaksa dia harus menahan diri sambil mengikutinya.

Tapi lama kelamaan habis sudah kesabaran Suma Thian yu, mendadak dia bertanya:

"Ciancwee, bukankah kau bilang mulut masuk menuju ke gua terletak pada bagian akar pohon siong?"

"Ehmm...!" jawab Sin sian siangsu sekenanya, dia seperti lagi memusatkan segenap pikirannya untuk menemukan jalan tembus.

"Aku lihat hutan ini seperti diaturr menurut berisan Pat kwa, susunannya sangat teratur"

"Hmmm, memang benar"

Kalau kita mesti berjalan terus dengan cara ini harus berjalan sampai kapan? Padahal senja telah tiba, bila malam sudah menjelang, mana mungkin kita bisa melanjutkan perjalanan?"

"Dicoba saja, aku pikir tak menjadi soal" kembali jawaban dari Sin sian siangsu acuh tak acuh.

"Mengapa kita tidak berusaha mencari jalan lain?" "Cara apa? Kecuali memecahkan barisan apakah meski

memasuki tanah...!" Sin sian siangsu nampak amat kesal. "Biarpun masuk ketanah mustahil, kita kan bisa terbang

kelangit...?"

"Hei, jangan bergurau saja, masa dalam keadaan beginipun kau masih berniat untuk bergurau?" Biar kecil orangnya, besar sekali otak licik Suma Thian yu, sekali lagi dia tertawa.

"Pohon siong yang berusia seribu tahun pasti tinggi menjulang ke angkasa, kalau kita menuju kepuncaknya, bukankah dengan cepat tempat tersebut akan ditemukan?"

Mendengar perkataan itu Sin Sian Siansu segera berseru tertahan.

"Aah, benar, suatu siasat yang bagus, suatu pemikiran yang sangat jitu"

Dia lantas menepuk bahu Suma Thian yu sambil barkata lagi:

"Hiantit, kau memang punya aksi bagus, yang tua begini memang sungguh tak becus, mengapa tidak kau katakan dari tadi? Bikin aku menjadi gelisah saja"

"Aah, boanpwe hanya teringat secara tidak sebgaja saja "

Sin sian siangsu tidak banyak berbicara lagi, buru-buru dia menjejakkan kakinya ke tanah dan melejit ke puncak pohon dengan gerakan It bok ciong thian (burung bangau ter bang ke udara)

Betul juga, tak jauh dari tempat itu, mereka menyaksikan sebuah pohon siong yang amat besar.

"Itu dia!" Sin sian siangsu segera barteriak kegirangan, "disitu pohon yang kita cari, ayo cepat turun!"

Tapi Suma Thian yu menggelengkan kepalanya

berulang kali, ceegahnya: "Cianpwee, kita tak perlu turun, kalau kita berjalan melewati puncak pohon, bukankah keadaannya akan lebih gampang?"

Sin sian siangsu yang mendengar perkataan ini menjadi kagum sekali atas kecerdasan otak pemuda itu.

Begitulah, mereka berdua segera mergerahkan ilmu meringankan tubuh Cau sang hui (terbang diatas rumput) dan meluncur kearah pohon siong tadi dengan melalui puncak pohon.

Suatu ketika, mendadak Suma Thian yu menjerit kaget: "Aah, tahan!" Bagaikan burung elang yang menyambar kelinci, dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat dia segera meluncur kebawah.

Sin sian siangsu dengan mengerahkan pula ilmu  meringankan tubuh ceng sah lok eng (burung manyar hinggap dipasir) melompat turun pula keatas tanah.

Ternyata mereka saksikan seorang kakek sedang bersiap sedia membunuh seorang pemuda, dan pemuda itu bukan lain adalah musuh Suma Thian yu, Chin Siau.

Ketika mendengar bentakan tadi, si kakek tersebut kelihatan kaget dan berdiri melongo, saat itulah dua sosok bayangan manusia telah meluncur turun dengan kecepatan tinggi.

Begitu mencapai permukaan tanah, Suma Thian yu langsung berjalan menuju kehadapan Chin Siau.

Waktu itu sepasang tangan Chin Siau terikat kencang dan kesadarannya hampir punah, secepat kilat Suma Thian yu membebaskan belenggunya, membebaskan totokan jalan darahnya dan mengeluarkan dua butir pil sambil melancarkan peredaran darahnya.

Chin Siau membuka matanya lebar-lebar, ketika menjumpai Suma thian yu, mendadak dia mencaci maki:
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar