Kitab Pusaka Jilid 12

Jilid : 12

Pernahkah kau mendengar nama Kau ih li (perempuan berbaju putih)...

"Boanpwe berpengetahuan cetek, tidak me ngetahui tentang nama tersebut..." sahut pe muda itu cepat.

"Tentu saja kau tak mengetahui, orang per silatan pun  jarang sekali mengetahui nama ter sebut, Kau ih li adalah julukanku ketika aku masih melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dulu. Dua puluh tahun berselang, aku pernah melakukan pengembaraan didunia persi latan serta melakukan beberapa macam peker jaan yang menggemparkan masyarakat, tapi akhirnya aku dibelenggu oleh suatu  persoalan yang mana membuatku putus asa sehingga akhir  nya balik kebukit ini". Setelah berhenti sejenak, perempuan itu berkata lebih jauh:

"Sejak itu aku bersumpah tak akan turun gunung lagi, suhuku pun memperingatkan kepadaku agar tidak meninggal gua ini lagi, sebab mendapat pukulan batin yang berganda datang nya ini, seluruh pikiran dan perhatianku hana kucurahkan untuk mendidik Liong-ji, kini ilmu silat yang dimiliki Liong-ji sudah mencapai delapan sembilan bagian kepandaianku, yang masih kurang baginya hanya pengalaman serta kesempurnaannya belaka"

"Berapa hari berselang, kebetulan guruku berpesiar kemari, dia telah meninggalkan beberapa tugas kepadaku yang mengatakan bahwa berapa hari lagi akan lewat seorang yang ber nama Suma Thian yu hendak pergi ke bukit Han san, aku ditugaskan untuk menahanmu lama berapa hari di sini...

Sedang mengapa sebabnya dia orang tua datang kemari aku sendiripun kurang begitu jelas"

Beberapa patah perkataan itu semakin membuat Suma Thian yu keheranan, akhirnya dengan perasaan tercengang dia bertanya:

"Tolong tanya cianpwe, siapakah nama guru mu itu?"

Hui Hong tongcu( pemilik gua naga terbang) perempuan berbaju putih Gak Say bwee menyahut:

"Dia bernama Cang liong, orang persilatan menyebutnya sebagai Cang Iiong lo sian jin" Begitu mendengar nama  julukan tersebut kontan saja Suma Thian yu berseru tertahan: "Oooh..... rupanya tokoh persilatan itu" Ternyata Cang liong lo sian jin adalah se orang pendekar aneh yang sudah termashur dan menggemparkan dunia persilatan sejak enam puluh tahun berselang, berbicara soal tingkatan kedudukannya  dalam dunia persilatan serta soal tingkatan ilmu silatnya, mungkin tiada orang yang bisa menandingi kelihayannya.

Lo sianjin ini sudah berusia seratus tahun lebih, dia pun sudah amat menguasai ilmu aga ma Buddha maupun ilmu silat, kepandaian silat yang dimilikinya begitu sempurna hingga dalam sekali kebasan tangannya saja, dia mampu untuk membunuh orang dari jarak sepuluh kaki, meniup patah ranting pohon dari jarak jauh, menotok jalan darah diudara kosong dan melukai orang dengan pedang terbang.

Sewaktu dia berhasil membunuh Cuan San ji sat (dua malaikat bengis dari bukit Cuan san) dilembah Cui im kok   bukit Lu san dengan pe dang terbangnya, oleh umat persilatan dia di sebut sebagai dewa pedang nomor wahid dari dunia persilatan.

Selama hidupnya Cang liong Lo-Sianjin ha nya menerima seorang murid saja yakni Hui liong tongcu, konon dia masih mempunyai hu bungan famili dengan Lo-sianjin tersebut, soal apakah hubungan mereka itu, tidak seorang manusiapun yang tahu.

Hui liong Tongcu Gak Say-bwee adalah se orang perempuan yang gemar akan ketenangan oleh sebab itu semua pekerjaan yang dia laku kan tak pernah disinggung kepada orang lain, semuanya dikerjakan secara diam-diam

tanpa menimbulkan berita, keadaannya ibarat 'naga sakti yang nampak kepalanya tak kelihatan ekornya'.

Orang persilatan yang tahu kalau dalam

dunia persilatan terdapat seorang Pendekar perempuan  yang bernama Kau ih li, merekapun tahu kalau pendekar perempuan itu suka meno long orang tanpa pamrih, karena mereka hanya tahu nama tak parnah melihat orangnya, oleh sebab itu semua orang hanya menyebut nya sebadai Kau ih li.

Kau ih li Gak Say-bwe pernah terlibat dalam jaring percintaan, siapa tahu setelah melahir kan Liong-ji, suaminya mati karena sakit, di tambah pula dia memang sudah bosan berkelana didalam dunia persilatan, maka dia lantas mengundurkan diri dari keramaian dunia dan kembali kegua Hu liong tongnya ini.

Itulah sebabnya diantara orang persilatan, kecuali beberapa orang tokoh silat dari angkat an tua, pada hakekatnya tak seorangpun yang mengetahui asal usulnya yang sebenarnya.

Dari gurunya Put Gho cu, Suma Thian yu mendapat tahu kalau dalam dunia persilatan ter dapat seorang pendekar aneh yang bernama Cong liong Lo sianjin, oleh karena itu setelah mengetahui nama dari gurunya Hui liong Tong cu, dia merasakan hatinya bergetar keras, tan pa terasa diapun mempunyai penilaian yang berbeda lagi terhadap perempuan cantik itu.

"Tak heran kalau Liong-ji dengan usianya yang masih begitu muda ternyata memiliki ke pandaian silat yang luar biasa, ternyata ibunya adalah anak murid dari Cang liong lo sianjin demikian ia berpikir.

Sementara Suma Thian yu masih berbincang-bincang dengan mereka ibu dan anak, mendadak dari depan sana berkumandang beberapa kali suara pekikan burung hong.

Dengan cepat Hui liong tongcu Sak Say hwe berseru: "Liong ji, ada tamu agung tiba, cepat keluar dan

menyambut kedatangannya"

"Gak Kun liong segera menarik langan Suma Thian yu sambil berseru:

"Engkoh Thian yu, bagaimana kalau kau ikut aku?" Hui liong Tongcu Gak Say hwee segera tertawa geli,

serunya:

"Tampaknya kau sudah memperoleh rekan yang cocok, kalau begitu ajaklah dia serta"

Suma Thian yu segera melompat bangun, rasa pening yang semula mendarat di kepalanya kini tersapu lenyap, setelah menjura kepada Hui liong tongcu, katanya:

"Terima kasih banyak cianpwe atas  pengobatanmu!" "Pergi, pergi, orang sudah hampir tiba didepan gua!" desak

Gak Say hwee cepat.

Agaknya Gak Kun liong seperti amat terbu ru-buru, sambil menarik tangan Suma Thian yu, seperti segulung angin puyuh dia lari ke arah mulut gua....

Belum lagi mereka berdua sampai di mulut gua, dari luar sana kedengaran suara serak se orang tua sedang berseru:

"Tamu agung sudah datang, masih belum ada orang yang datang menyambut, beginikah cara si hwesio gundul itu mengajarkan kalian menerima tamu ?" Begitu mendengar suara tersebut, Gak Kun Hong segera berteriak:

"Aai, rupanya si pengemis tua yang datang!" Sambil berseru dia lantas memburu kemulut gua.

Baru saja mereka berdua meninggalkan gua, tampak bayangan manusia depan mata, tahu-tahu seorang pengemis tua sudah muncul dihadapan mereka.

Begitu melihat paras muka pendatang itu, Suma Thian yu turut berteriak keras:

"Oooh, rupanya Wi Lo-cianpwe yang datang". Siapa sebenarnya yang telah datang? Dia memang tak lain adalah Siau yau kay (penge mis yang suka pelancongan) Wi Kian yang su dah menggetarkan seluruh dunia persilatan!

Dengan wajah cemberut, tanpa memandang sekejap pun kearah Suma Thian yu, pengemis itu langsung mencengkeram arah baju Gak Kun liong, kemudian mencaci maki kalang kabut

"Bocah cilik! Apa yang pernah aku si pengemis tua katakan kepadamu? Setelah mendengar suaraku, mengapa kau masih bersembunyi disini, apakah kau takut kulalap dirimu?"

"Oooh....engkoh pengemis, kau jangan marah, hadiah yang kau janjikan untukku sudah kau bawah belum?" tegur Gak Kun liong sambil tertawa cengar cengir.

Begitu mendengar ucapan mana, Siau yau kay Wi Kian segera melepaskan cengkeraman-nya dan bergumam sambil menepuk kening sendiri:

"Aduh celaka, sudah setua ini, kenapa aku begitu pelupa?" "Waaah... tidak bisa jadi, tidak bisa jadi, kau membohong

saja, aku tak akan memper kenankan kau masuk.

Siau yau Kay Wi Kian menjadi amat gelisah, kembali dia berseru:

"Bocoh cilik, kau harus menunggu dengan sabar, baiklah, aku si pengemis akan pergi dulu, pasti akan kubawa hadiahnya bila datang lagi nanti "

Sambil berkata, dia lantas membalikkan badan siap berlalu dari tempat itu. Menyaksikan kejadian ini, dengan gugup Gak Kun liong mencegah:

"Tak usah, tak usah, pokoknya lain kali mesti kau ingat baik-baik, ibu sedang menung gu kau di dalam, masuklah kedalam"

Sambil mengangkat bahu, Siau yau kay wi Kian membuat muka setan, kemudian katanya lagi sambil membalikkan badan:

"Tak usah yaa tak usah, lain kali aku si pengemis tua tentu akan mengintai baik-baik" Selesai berkata dia lantas berjalan menuju kedalam gua, sedang Suma Thian yu dan Gak Kun liong mengikuti dibelakangnya.

Sekarang Suma Thian yu baru berkesempatan untuk memperhatikan keadaan di dalam gua Hui liong tong,  namanya saja sebuah gua, pada hal mulut guanya saja mirip gua, sedang dalamnya mana lebar, besar lagi, tiang besar  yang penuh ukiran dengan dinding yang gemerlapan tak kalah indahnya dengan ruang besar keluarga kaya.

Didalam sana penuh bergelantungan lukisan-lukisan orang kenamaan, ditengah ruangan terdapat selembar meja berkaki delapan yang terbuat

dari batu dengan delapan buah kursi batu, diatasnya berjajar tempayan yang berisi buah-buah segar.

Kedua sisi ruangan tengah adalah kamar tamu, disebelah kiri adalah kamar tidur Suma Thian yu, sedangkan sebelah kanannya mungkin merupakan kamar tidur Gik Say hwe dengar putranya.

Untuk sesaat Suma Thian yu dibuat tertegun oleh berbagai barang yang ada disana, tanpa terasa dia mulai berpikir bagaimana caranya barang-barang tersebut dipindah ke dalam sana dan siapa yang membuatnya?

Rasa ingin tahu membuat dia terjerumus kedalam lamunan.

Sementara itu Siau yau kay Wi Kian sudah masuk kedalam ruangan, bagai kan pulang ke rumah sendiri saja dia langsung menuju ke kursi utama dan duduk disana, teri aknya keras: "Hei bocah, cepat kau buatkan air teh, mengapa kau masih belum juga masuk kedalam?"

Gak Kun liong segera mencibirkan bibirnya membuat muka setan, sahutnya setengah meng ejek:

"Aduh, besar amat lagakmu, aku sengaja tak mau buatkan air teh untukmu, mau apa kau? Tunggulah saja sampai hadiahnya diberikan kepadaku, pasti akan kubuatkan sepoci air teh wangi untukmu"

Mendengar perkataan itu, Siau yau kay wi Kian tertawa terbahak-bahak, suaranya keras hingga menggetarkan seluruh ruangan tersebut, Ditengah gelak tertawa itulah, pintu kamar sebelah kiri terbuka dan muncullah seorang perempuan muda berparas cantik.

Dengan wajah penuh senyuman, Hui liong Tongcu Gak Say bwee berjalan ke depan Siau yau kay Wi Kian dan menjura dalam-dalam, lalu ujarnya amat lembut:

"Putraku memang nakal sekali, harap Wi tayhiap sudi memakluminya"

"Mana, mana, kalau seorang bocah tidak nakal, keberhasilannya dikemudian hari tentu amat terbatas, kalau seorang sudah jadi goblok, kau suruh dia nakal pun belum tentu ia bisa nakal.

Berbicara sampai disitu, dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, sambil disodorkan kehadapan Liong-ji, katanya:

"Nih, hadiah dari aku si pengemis tua, ayo buatkan air teh untukku!"

Melihat hadiah tersebut, Gik Kun liong membelalakan mata lebar-lebar, lama kemudian dia baru berseru:

"Terima kasih!"

Dia segera lari ke ruangan dalam, tampaknya setelah menerima hadiah, dia lantas mem buatkan air teh untuk tamunya.

Memandang bayangan punggung Liong-ji yang lenyap di balik gua sana, Hui liong Tongcu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas panjang, katanya: "Semenjak kecil bocah ini kehilangan orang tuanya, ditambah lagi sudah terbiasa kumanja, akhirnya jadilah watak tidak takut langit tidak takut bumi, aku sungguh menguatirkan dia!"

Siau yau kay Wi Kian terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haaah... bocah ini berbakat baik, berhati

mulia, masa depannya pasti cemer lang, buat apa kau meski menguatirkan keselamatan jiwanya?"

Mendengar perkataan itu, Hui liong Tongcu Say bwee baru merasa sedikir agak tenang. Sejak datang sampai kini, Siau yau kay sama sekali tidak mengajak Suma Thian yu bicara barang sepatah katapun, hal ini membuat anak muda itu seperti tersingkirkan dan berdiri disamping dengan kepala tertunduk dan wajah tersipu-sipu.

Dalam sekias pandangan saja, Hui liong tongcu Gak Say bwee dapat melihat akan hal itu, kepada Wi Kian segera ujarnya: "Sauhiap ini adalah..."

"Aku tahu" tukas Siau yau kay Wi Kian dengan dingin, kemudian kepada Suma Thian yu serunya, "mengapa kau berkomplot dengan orang membegal barang kawalan Sin Hong piauklok?" Rupanya Siau yau kay Wi Kian bersikap dingin terhadap Suma Thian yu karena dia salah paham terhadap anak muda itu,

dianggapnya dialah yang telah berkomplot dengan kawanan perampok berkerudung untuk membegal dan menyerbu Sin Hong pioukiok.

Agak tertegun Suma Thian yu setelah mendengar

perkataan itu, dia segera melompat bangun, kemudian dengan gagahnya dia membantah:

"Locianpwe, kau anggap Thian yu adalah seorang manusia rendah yang terkutuk dan tak

tahu malu?"

"Justru karena kau tidak mirip, maka aku si pengemis tua  baru dapat ber sabar hingga kini, coba kalau tidak, sekali hajar kubinasakan di rimu semenjak tadi" teriak Siau yau kay Wi   Kian dengan ludah yang muncrat kesana-kemari. Secara ringkas Suma Thian yu menceritakan keadaan yang dialaminya ketika itu, kemudi an bercerita pula bagaimana dia berkunjung kerumah Sin kun lun Siau Wi goan hingga  akhirnya lari kesana.

Dengan tenang Siau yau kay mendengarkan penuturan tersebut hingga selesai, pelan-pelan bawa amarahnya mengendor.

Pada saat itulah Gak Kun liong telah cul sambil menghidangkan air teh.

Terdengar Siau yau-kay Wi Kian berkata:

"perjalanan yang jauh akan  memperlihatkan  kekuatan kuda, persoalan yang lama memperlihatkan watak manusia. Bagaimanakah ke adaan yang sebenarnya tak lama kemudian ba kal terbongkar, sampai waktunya akan diketahui siapa benar siapa salah"

Baru saja Siau yau kay Wi Kian menyelesaikan

perkataannya, mendadak berkumandang suara tertawa dingin, suara itu meski rendah

dan lemah akan tetapi setiap orang yang bera

da dalam gua itu bisa mendengar dengan jelas sekali.

Hui liong Tongcu Gak Say bwe tanpa ber paling tertawa tergelak, lalu tegurnya:

"Aaaah rupanya dua orang empek bodoh telah berkunjung kemari, bila tidak disambut dari kejauhan, harap sudi dimaafkan"

Mendengar ucapan mana, semua orang segera berpaling ke arah mulut gua, entah sedari kapan, dimulut gua sudah berdiri dua orang kakek.

Begitu melihat siapa yang datang, Suma Thian yu segera bersorak kegirangan: "Aaah, locianpwe!"

Benar juga, ternyata yang datang adalah Wu sao siang gi siu (sepasang kakek bodoh dari bukit Wu san) seperti juga tempo hari, dalam kemurculan mereka kali ini, raut wajah ke

dua orang itu tetap dingin kaku, tidak berbi cara tidak tertawa, keadaan mereka ibaratnya dua sosok manusia yang terbuat  dari kayu. Hui liong Tongcu Gak Say bwee sebagai tuan rumah segera bangkit dan menyambut kedatangan mereka, setelah memperasilahkan ke dua orang tamunya duduk, baru sapanya sambil ter tawa:

"Angin apakah yang membawa kalian berdua kemari?" "Angin pengemis!" jawab Tay gi siu Khong Sian sambil

menuding Siau yau kay.

"Angin pengemis?" Hui liong Tongcu tertegun sesudah mendengar perkataan itu.

Belum pernah ia mendengar tentang angin pengemis,

hingga jari tangan Tay gisu menuding ke arah Siau yau kay, ia baru memahami apa yang dimaksudkan, maka ujarnya lagi sambil tersenyum.

"Ooh, rupanya kau sejalan, mengapa Oi tay hiap sudah masuk begini lama namun ia tak pernah menyinggung tentang kalian berdua?"

"Huu, siapa yang sudi melakukan perjalanan bersama  mereka berdua? Hmm, tak tahu malu" sela Siau yau kay Wi Kiam cepat, selamanya aku si pengemis tua melakukan perjalanan seorang diri, sedang kalian berjalan meng ikuti dibelakang pantat aku si pengemis tua, memangnya itu berarti melakukan perjalanan bersama? Hmm, tak tahu malu!"

Kemudian setelah tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya lagi kepada Tay gi siu Khong sian:

"Bagaimana? Apakah urusan itu sudah diselesaikan?" "Urusan apa?" Tay gi su berlagak bodoh.

"Tentu saja urusan Sin liong piau kiok"

"Kapan sih kau serahkan  urusan itu kepadaku?" "Hmmm, sekalipun tanpa kalian berdua, aku si pengemis

tua sama saja bisa menyelidiki persoalan ini sampai tuntas" Tay gi siu Khong Sian tertawa terbahak: "Haahh...haah...haah... itu namanya tak usah di suruh

mengaku sendiri, biniku, kita kan melakukan perjalanan bersama....?" Merasa dirinya salah berbicara hingga rahasianya terbongkar, Siau yau kay Wi Kian turut mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Manusia-manusia berilmu tinggi ini memang kebanyakan berwatak aneh, bila berjumpa selalu di sertai dengan suara ribut atau cekcok, andaikata orang lain tidak memahami watak mereka yang sebenarnya, mendengar ucapan mereka yang bernada panas serta saling menyindir itu, niscaya hati mereka akan berdebar karena kuatir.

Dengan wajah bersungguh-sungguh Tay gi si Khong Sian berkata:

"Semua perkataan dari bocah ini adalah benar dan nyata, peristiwa diperusahaan Sin liong piau kiok bukan dia yang melakukan, Siau yau Kay Wi Kian segera manggut-manggut,

"Aku percaya bukan dia yang melakukan, saudara Kiong, sebenarnya bajingan keparat manakah yang melakukan perbuatan ini?"

Tay gi siu Khong Sian kembali mengelengkan kepalanya berulang kali.

"Tahuku, mereka adalah perampok berkerudung!"

Sambil mengepali sepasang tinjunya dan menggebrak meja, Siau yau kay Wi Kian berseru lagi:

"Aku, sipengemis tua akan menyelidiki peristiwa ini sampai tuntas!"

Ketika kedua orang itu selesai berbicara Suma Thian yu segera manfaatkan kesempatan itu untuk bangkit berdiri, katanya sambil menjura dalam dalam-dalam:

"Boanpwe ucapkan banyak-banyak terima kasih atas kesudian cianpwe membersihkan namaku"

Siapa tahu Tay gi siu Kiong Sian yang memandangi Suma Thian yu segera melototkan matanya lebar-lebar, kemudian dengan nada gusar tegurnya .

"Kau bocah keparat yang tak becus, masih punya muka untuk berjumpa denganku?"

Ucapan tersebut ibaratnya guntur yang mem belah bumi disiang bati bolong, seketika itu juga membuat Suma Thian yu menjadi amat terperanjat.

Dia tak menyangka kalau satu gelombang belum mereda, gelombang lain telah muncul kembali. Baru saja kecurigaan Siau yau kay terhadap Suma Thian yu dibikin terang, sekarang Tay gi siu Khong Sian telah mendamprat anak muda itu lagi dengan marah.

Tampak Suma Thian yu berdiri termangu-mangu sambil memandang Tay gi siu dengan tercengang, ia tidak mengerti perbuatan salah apakah yang telah dilakukan olehnya.

Melihat Suma Thian yu membungkam, Tay gi siu Khong Sian makin naik darah, sambil mencengkeram baju pemuda itu, bentaknya lagi.

"Ke mana perginya kitab Cinkeng tersebut?"  Mendengar soal Kitab pusaka tanpa tulisan paras muka

Suma Thian-yu berubah hebat, segera pikirnya:

"Habis sudah riwayatku kali ini, tanggung seperangkat tulang badanku bakal rontok semua "

Dengan gugup dia menyahut:

"Telah kuhadiakan kepada Sam yap koay mo!"

"Apa? Telah kau serahkan kepada iblis buas itu? Kau anak tolol, cucu kura-kura, manusia goblok semacam kau tak bisa diampuni dengan begitu saja "

Selesai berkata, tangannya segera diayunkan kedepan dan..."Plok!" sebuah tamparan yang amat keras bersarang diatas pipi Suma thian yu, membuat kepalanya pusing tujuh keliling, matanya berkunang-kunang dan wajahnya merah separuh.

Siau yau kay Wi Kian yang menyaksikan kejadian ini merasa tak tega, buru-buru cegahnya:

"Tay gi pak, lepaskan dia, kalau ada urusan mari kita bicarakan secara pelan-pelan, buat apa sih kau mesti berbuat macam monyet kena terasi saja."

Dengan gemas dan mendongkol Tay gi siu Khong Sian membanting Suma Thian yu keras-keras ketanah, lalu serunya dengan keras: "Tahukah kau betapa pentingnya benda itu?" "Aaah, apa sih pentingnya sebuah kitab pusaka palsu" Suma Thian yu segera membantah. "Telur busuk, benda itulah baru benda yang asli!" teriak Tay gi siu Khong sian dengan mata mendelik. "Haaah!" Suma Thian yu menjerit kaget, mukanya berubah menjadi hijau membesi untuk sesaat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, kembali Tay gi siu Khong sian berkata:

"Coba kau menuruti perkataanku dari merobek nya, mana mungkin terjadi peristiwa seper ti hari itu? Aku minta kau menggantinya. Sambil berkata, kembali Tan gi siu Khong Sian mengayunkan tangannya siap menampar wajan Suma Thian yu lagi.

Mendadak dan luar gua berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring, disusuli seseorang berseru dengan suaranya yang tua tapi amat nyaring:

"Tak usah kuatir bocah, benda itu barang palsu"

Beberapa orang tokoh persilatan yang hadir dalam gua sama-sama

tertegun setelah mendengar perkataan itu, sedangkan Hui im tongcu Gak say bwe segera melayang keluar lebih dahulu dari dalam gua.

Gak Kun liong Juga turut bersorak dengan gembira: "Hore, sucou datang!"

Buru-buru dia mengikuti dibelakang ibunya memburu keluar dari gua tersebut.

Ketika para jago melihat Gak Kun liong ikut keluar, mereka baru berpaling kemulut gua.

Tampak bayangan manusia berkelebatan lewat, semua orang hanya merasakan pandangan manyanya menjadi silau tahu-tahu seorang kakek berkepala botak tapi berjenggot warna perak telah muncul dalam gua.

Siau yau kay Wi kian yang selamanya acuh tak acuh dan berbuat semuanya sendiri, kini menunjukkan pula sikap yang hormat dan serius setelah Berjumpa dengan tokoh tua tersebut, "Aaah, kami tak tahu kalau locianpwe akan nadir, kami tidak menyambut dari terapat jauh harap sudi dimaafkan" buru-buru serunya dengan wajah serius. Pendeta tua berjenggot perak itu manggut-manggut kepada setiap orang yang berada dalam gua sambil tertawa, kemudian ujarnya:

"Silahkan duduk, semuanya tak usah banyak adat"

Sejak kemunculan pendeta tua berjenggot perak itu, Gak Kun liong tak pernah melepas kan genggaman tangannya, meski orangnya kecil bocah ini memang berotak setan, terdengar ia berseru!

"Sucou, jika kau orang tua ingin datang, mengapa tidak kau kabarkan terlebih dulu kepada Liong Ji, gara-gara ini aku sampai gelisah selama beberapa hari.

Pendeta tua berjenggot perak itu membelai rambut Gak

Kun liong dengan penuh kasih sayang, ujarnya sambil tertawa ramah:

"Lain kali aku pasti akan memberitahukan kepadamu lebih dulu, tapi aku lihat kau bukan buru-buru ingin berjumpa dengan sucou, kau hanya ingin cepat-cepat menerima hadiah dari sucou!"

Merah padam selembar wajah Gak Kun liong sesudah mendengar perkataan itu, sambil menyembunyikan wajahnya dalam pelukan pendeta tua itu, katanya manja:

"Sucou hanya beraninya menganiaya anak kecil, sucou jahat, aku toh tidak minta hadiah kepadamu, sekalipun ingin minta, terpaksa hanya minta kepada sucou untuk mengajarkan kepandaian kepadaku?"

Pendeta tua itu tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah...haah... nah coba lihat, belum disuruh kau

toh sudah mengaku sendiri"

Kontan seluruh ruangan diramaikan oleh gelak tertawa  yang ramai, sehingga Gak Kun liong menjadi tersipu-sipu dan tak berani men dongakkan kepalanya lagi:

Sementara itu, Ji gi siu Khong Bong telah bertanya kepada pendeta tua itu dengan hormat:

"Locianpwe, tadi kau mengatakan bahwa kitab cinkeng itu palsu, benarkah hal ini?" Pendeta tua itu tersenyum. "Sesungguhnya yang dimaksudkan sebagai Kitab pusaka tanpa kata adalah sejilid kitab yang palsu tapi nyata, kitab pusaka yang palsu dan nyata selalu menggunakan yang palsu men jadi benar, yang asli menjadi palsu, dibilang asli dia asli, dibilang palsu dia palsu, sampai akhirnya tergantung pada siapa yang berjodoh dengan kitab pusaka itu. saat itulah asli paltu nya baru diketahui"

Semua orang dibuat kebingungan setengah mati oleh perkataan itu, tapi mereka mengerti kalau dibalik ucapan mana sesungguhnya tersimpan suatu rahasia yang amat sulit, tapi bila rahasia mana bisa dipahami, dalam sekali artinya.

Suma Thian yu merasakan hatinya bertambah berat setelah mendengar ucapan pendeta tua itu, seandainya kitab pusaka itu asli, padahal dia sendiri yang menyerahkan kepada manusia iblis berkepala ular Sim Moay hing, maka dosanya ini sulit untuk ditebus lagi.

Sebaliknya bila cinkeng itu palsu, berarti yang asli ada didunia ini, dia pernah berjanji kepada sepasang kakek bodoh dari Wu san untuk menemukan kembali kitab pusaka itu dan melindunginya hingga tidak sampai terjatuh ke tangan musuh, hal ini berarti dia harus memikul tanggung jawab yang berat, suatu kesalahan bertindak bisa berakibat dia menyesal sepanjang masa.

Beberapa orang jago lihay yang hadir di arena pun diamdiam sedang mencelah ucapan dari pendeta tua itu.

Sebagaimana diketahui, pendeta berjenggot perak ini merupakan seorang tokoh silat yang berkedudukan sungguh amat tinggi didalam dunia persilatan, baik jago dari golongan hitam maupun dari golongan putih semuanya menaruh hormat kepadanya, bagi orang persilatan, nona Cong liong ceng sama halnya dengan nama Kwan-im, Pusat bagi rakyat awam.

Dalam pada itu, Cong liong Losiansu telah mengalihkan  sorot matanya ke wajah Suma Thian yu, mendadak ia menemukan setitik noda darah yang melekat dipakaian bagian dada anak muda tersebut, ketika noda darah itu terkena pantulan sinar matahari, ternyata membiaskan setitik cahaya tajam yang menyilaukan mata.

Cong liong Losiansu segera berseru tertahan, kemudian serunya:

"Hei bocah, darimana datangnya noda darah diatas dadamu?"

Suma Thian yu tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, sebelum sempat menjawab, Gak kun liong yang berada disisinya telah menjawab lebih dulu.

"Socou, itulah kenangan yang diperoleh sewaktu membunuh ular beracun .

Sambil berkata Gak Kun liong lantas mengi sahkan kembali peristiwa pertarungan dengan ular beracun tadi.

Selesai berkata sapasang matanya segera di alihkan kewajah sucounya seperti menunggu be berapa patah kata pujian darinya.

Siapa tahu paras muka Cong liong lo siansu berubah menjadi amat serius setelah mendengar perkataan itu, segera tegurnya:

"Apakah kepala ular itu..... segera tegurnya:

"Apakah kepala ular itu sudah dipukul sampai hancur?" "Belum" Gak Kun long segera menggeleng.

Paras muka Cong liong Lo siansu berubah aneh sekali, kembali dia berseru cemas:

"Cepat, kita ambil mutiara dikepala ular itu" Sambil berkata, tangan yang satu menyambar Suma thian yu, tangan yang  lain mengepit Gak Kun liong, dia segera beranjak lebih dulu meninggalkan gua.

Para jago lainnya baru sadar setelah mendengar perkataan dari pendeta tua itu, buru-buru mereka turut menyusul dari belakang.

Tiba diluar gua, terdengar Hui im tongcu Gak say bwe berkata sambil tertawa:

"Waah, kita tak bisa menyebrang kesana..." Ketika semua orang mengalihkan perhatian-nya kedepan, benar juga, tampak pendeta tua itu telah menyeberang ke lembah seberang dengan menumpang burung hong.

Sementara itu, Cong liong lo siancu yang baru saja menyeberangi jurang,dari tempat kejauhan secara lamatlamat Suma Thian yu telah menyaksikan ada beberapa sosok bayangan manusia berada diatas puncak seberang.

Sebelum dia mengucap sesuatu, Cong liong lo siansu telah berseru dengan cemas:

"Aduh celaka, kawanan penjahat telah mendahului kita."

Ing ji yang membawa mereka menyeberangi jurang agaknya mengerti perkataan manusia, mendadak ia menukik kebawah dan menyambar keatas puncak bukit dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

Sebelum Ing ji berhenti, ketiga orang penumpangnya sudah berlompatan sendiri keatas tanah.

Gak Kun liong yang paling gelisah, dia yang pertama-tama memburu kesisi bangkai ular beracun itu, ketika di lihatnya kepala sang ular sudah hancur berantakan, dia segera berteriak:

"Sucoa mutiara ularnya sudah dilarikan orang!" Ketika Cong liong Losiansu dan Suma Thian yu memburu pula kesitu, betul juga, mereka saksikan mutiara dalam kepala ular beracun itu sudah lenyap tak berbekas.

Pendeta tua itu menghela napas panjang, ujarnya kemudian sambil menggeleng.

Sudah, sudahlah, ternyata benar-benar sudah dicuri orang, sayang kalau sampai mustika berharga itu terjatuh ketangan orang jahat, aaai, aaai, takdir, takdir, kalau takdir berkata demikian, apa yrng bisa kita lakukan? Mari kita kembali saja"

Suma Thian yu segera maju sambil berseru. "Locianpwe, bagaimana kalau kami kejar penjahat itu?"

"Tak usah dikejar lagi, penjahat itu sangat lihay tak  mungkin ia bisa terkejar, bagaimanapun juga lolap sudah tahu siapa yang mencuri mutiara ular itu, masa kita takut ia bisa kabur ke langit?" "Siapa? Suocu siapa yang telah melarikan mutiara ular itu?

Gak Kun liong rmendesak dengan perasaan mendongkol. "Bila ditinjau dari bentuk badan bayangan hitam yang sedang melarikan diri tadi, sudah pasti dia adalah Hui cua

Cung cu Kiong Lai.

Setelah berhenti sebentar, pendeta tua itu melanjutkan: "Sampah masyarakat itu merupakan satu-satunya murid dari Sin hiat jin mo (Manusia iblis menghisap darah), ilmu

silatnya sangat lihay, kepandaian andalannya adalah Pek lek si hun ciang (Pukulan geledek pembetot sukma), keampuhannya ilmu pukulan ini boleh di

bilang merupakan salah satu kepandaian ampuh dikalangan hitam, tapi kalau dibanding kan dengan ilmu pukulan Luan si im hong ciang (pukulan angin dingin bangkai busuk) dari Hoat si si (Mayat hidup) Ciu Jit hui, akan terlihat mana yang lebih jelek dan mana yang lebih unggul"

Gak Kun liong dan Suma Thian yu menja di tertarik sekali setelah mendengar cerita itu, ketika dilihatnya pendeta itu berhenti sejenak, dengan cepat dia menyambung:

"Kenapa? Cepat beri penjelasan”

Cong liong lo siansu sengaja mendehem untuk membasahi kerongkongannya dengan air ludah kemudian pelan-pelan melanjutkan:

Ilmu pukulan angin dingin bangkai busuk amat beracun sekali, barang siapa yang bertarung melawannya terkena sapuan ancin pukulannya, maka seluruh badannya akan membusuk, bahkan hanya menyerempet dikulit badan pun akan berakibat suatu pembengkakan seperti tersengat api sebelum akhirnya membusuk pula, oleh sebab itu dia menjadi satu-satunya orang yang bisa menandingu Hui cha Can cu.

Maka Manusia iblis penghisap darah Pi-Ciang hay pun menitahkan anak muridnya untuk mencari ular beracun yang telah berusia seribu tahun, sebab ular itu pasti memiliki mutiara penolak racun yang berkhasiat bagi tubuhnya, asal mutiara penawar racun itu telah berhasil di dapatkan, berarti dia dapat bertarung lagi dengan si Mayat hidup Ciu jit hwe tanpa kuatir keracunan lagi" Berbicara sampai disitu, dia berhenti sejenak, lanjutnya dengan tertawa ramah:

"Siapa tahu Hui cha cun cu Kiong Lui yang menjadi nelayan yang beruntung, bukankah hal inipun merupakan suatu takdir?"

"Tidak bisa!" teriak Gak Kun liong dengan perasaan tidak puas, "aku pasti akan mencari nya sampai ketemu, engkoh Thian yu, mari kita pergi mencarinya untuk membuat perhitungan!"

"Kau yakin dapat menangkan dia?" tanya Cong liong lo siancu dengan perasaan tak puas.

"Tentu saja dapat menangkan dia dengan pasti, engkoh Thian yu, bukankah tempo hari dia hanya bisa membiarkan aku membawamu pergi dari sini...?"

"Benar" Suma Thian yu manggut-manggut sambil mengiakan.

Cong liong lo siansu tertawa panjang. "Haaahh...haaah... haaah... ini yang dinamakan si rase

takut dengan keganasan harimau, dia bukan takut kepadamu, melainkan jeri terhadap kepandaian silat ibumu, maka dia  baru mengalah tiga bagian kepadamu, seandainya kau benarbenar bisa mengalahkan dia, buat apa dia menjadi seorang jago kelas wahid dalam kalangan rimba hijau?"

Taktik memanasi hati orang yang digunakan Cong liong lo siansu ini ibaratnya api yang bertemu minyak, kontan saja membuat Gak kun liong yang pada dasarnya bersifat ingin menang merasa terbakar hatinya, dia segera melompat bangun, lalu sambil menarik tangan Suma Thian yu siap melakukan pengejaran.

Mendadak terdengar suara pekikan burung hong bergema memecahkan keheningan, Cong liong lo siansu segera berseru:

"Long ji, buat apa mesti tergesa-gesa macam orang takut tak kebagian makanan, coba lihat ibumu telah datang, dia pasti mempunyai cara yang baik untuk mengatasi persoalan ini." Baru selesai dia berkata, dari tengah udara telah kedengaran suara hembusan angin tajam, kemiiian tampak Ing-ji dengan membawa Hui im tongcu dan Siau yau kay Wi Kian telah melayang turun ke atas tanah.

Begitu bertemu dengan ibunya, Gak kun liong segera menubruk kedalam pangkuannya sambil berseru manja:

"Ibu, kau harus mencarikan akal bagiku"

"Ada urusan apa Liong-ji?" Hui im Tongcu tidak mengerti akan peristiwa yang barusan terjadi, maka dia bertanya dengan perasaan tercengang.

Secara ringkas Cong liong lo siansu menceritakan apa yang telah terjadi.

Siau yau kay Wi Kian yang berada disisinya dengan capat berseru penuh semangat:

"Hiiih...hiihh...hiiih...biasanya kasus semacam ini paling cocok dengan seleraku, bagaimana kalau aku sipergemis tua yang menemanimu membuat keramaian?"

Suma Thian yu merasa girang sekali setelah mendengar Siau yau kay menyanggupi untuk menemaninya, sementara Gak Kun liong juga telah melepaskan diri dari pelukan ibunya dan berlari menghampiri sipengemis sambil mere ngek agar cepat membawa mereka pergi.

Menyaksikan kemanjaan putranya, tanpa terasa Hui im Tongcu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, ka tanya:

"Aaai, kalau bocah sudah terbiasa dimanja, di kemudian hari entah siapa yang bisa mengurusi nya?"

Cong liong lo siansu hanya tersenyum belaka tanpa menjawab.

Berapa saat kemudian dia baru berpaling kearah Suma Thian yu

seraya berkata: "Anak Yu, kaupun boleh ikut, perduli berhasil atau tidak, kau harus kembali kesini!"

Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia menambahkan: "Setelah kau kemari nanti, ada tugas yang jauh lebih penting lagi hendak kuserahkan ke padamu"

"Baik!" Suma Thian yu mengiakan, Kemudian bersama Siau yau kay dan Gak Kun liong berangkat meninggalkan bukit tersebut.

Siau yau kay wi kian langsung membawa kedua orang pemuda itu menuju ke bukit Han san, sepanjang jalan dengan tiada jemu-jemunya Siau yau kay wi kian menanyai Suma  Thian yu terus-menerus tentang masalah perusahaan Sin liong piaukiok dan perselisihan-nya dengan congpiautau mereka Mo im si liong Wan Kiam ciau.

Untuk kesekian kalinya Suma thian yu mengulangi kembali kisah kejadian tersebut, dan akhirnya diapun dengan perasaan jemu ia balik bertanya:

Locianpwe, sebenarnya apa hubungan mu dengan Wan congpiautau?"

"Aku si pengemis tua adalah susioknya" kini Siau yau kay baru mengutarakan indentitas yang sebenarnya.

Ooh....." dalam hatinya Suma Thian yu lantas berpikir, "tak heran kalau dia mendamprat ku habis-habisan begitu bersua muka denganku tadi, rupanya mereka mempunyai hubungan yang begitu akrab!"

Tatkala matahari sudah mulai tenggelam, sampailah ketiga orang itu didepan hutan yang amat lebat, Siau yau kay Wi  Kian lantas memanggil kedua orang pemuda itu dan membisik kan sesuatu kepada mereka, kemudian baru meneruskan perjalanan menembusi hutan.

Dan setelah keluar dari hutan, Siau yau kay telah berseru: "Sudah beres! Kita boleh melaksanakan tugas seperti apa

yang direncanakan Lo siang, masing-masing harus berjaga pada posnya masing-masing, tak boleh kemaruk akan pahala sehingga menggagalkan rencana kita ini"

Seusai berkata, mereka bertiga segera sama-sama menyusup masuk kedalam hutan, bagaikan memasuki daerah tak bertuan, begitu berada dalam hutan, mereka bertiga lantas memencarkan diri. Ditengah kegelapan malam, tampak tiga sosok bayangan manusia terbagi menjadi tengah kiri dan kanan bersama-sama menerjang masuk kedalam hutan.

Tiba ditepi tanah lapang ditengah hutan, Siau yau kau Wi Kian tidak maju lagi, sambil berdiri ditengah lapangan tersebut, dia lantas berteriak teriak macam orang gila.

"Hari ini ada arak hari ini mabuk, besok ada kesulitan besok baru murung. Bila masuk istana iblis dianggap istana malaikat, angkat cawan minum bersama bidadari..."

Belum habis dia bergumam, terdengar dua kali bentakan nyaring bergema memecahkan keheningan, lalu nampak dua titik cahaya ta-

jam yang disertai dengan suara-suara desingan angin tajam langsung menyambar ke tubuh Siau yau kay wi kiam.

Menyaksikan kejadian tersebut, diam-diam Siau yau kay merasa amat girang, pikirnya:

"Anjung keparat, masuk jebakan kalian!"

Baru saja ingatan tersebut lewat, dua macam senjata rahasia itu sudah muncul di depan mata.

Siau yau kay segera berteriak kesakitan:

"Aduuh mak, habis sudah riwayat aku si pengemis tua!"

Entah gerakan apa yang dipergunakan, tahu-tahu senjata rahasia yang meluncur datang itu

lenyap bagaikan batu yang tenggelam di tengah samudra, punah tak berbekas, tapi pada saat yang bersamaan pula Siau yau kay telah rubuh terjungkal ke atas tanah.

Tiba-tiba bergema suara gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang memecahkan ke heningan, tampak dua sosok bayangan manusia bagaikan sambaran petir cepatnya telah mela yang turun didepan mata.

Terdengar salah seorang diantaranya segera mencaci maki kalang kabut.

"Pengemis busuk yang tak punya mata, tidak dilihat dulu tempat apakah ini, hmm, memangnya dianggap setiap orang boleh memasuki tempat ini sekehendak hati sendiri?" Sambil berkata dia lantas membungkukkan badan sambil memeriksa apakah Siau yau kay Wi Kian sudah mati atau belum.

Siapa tahu, baru saja dia membungkukkan badannya, mendadak terdengar pengemis itu tertawa dingin, seperti mayat yang bangkit kembali, tahu-tahu Wi kian mengebaskan ujung bahunya ke depan...

Orang itu segera mendengus tertahan dan roboh terkapar ke atas tanah....

Bersamaan waktunya, Siau yau kay Wi kian juga melompat bangun, serunya sambil tertawa terbahak-bahak:

"Haah...haah...haah... berani melukai orang segera sembunyi, kalian memang pantas mampus!"

Selesai berkata, dia mengawasi wajah ke dua orang itu dengan lebih seksama, kemudian sambil menjerit kaget dia berteriak:

"Aduuh mak, rupanya kalian berdua dari Tiang pek san, waduh, kelewat besar keonaran yang ku buat kali ini, berapa butir batok kepala aku si pengemis tua bisa ludas terpenggal nanti"

Selesai berkata buru-buru dia melarikan diri ke luar hutan.

Rupanya orang yang melepaskan senjata rahasia tadi  adalah Kiu tau siu (bintang berkepala semblan) Li Gi serta Liat hwee siu (bintang berapi) Li Hiong dua orang, yang tergeletak diatas tanah sekarang adalah Liat hwee siu Li Hiong.

Di dalam kegelapan tadi, Kiu tau siu Li Gi tidak dapat   melihat jelas pendatang tersebut, tapi kini setelah mengetahui kalau pengemis tua yang mereka sergap tak lain adalah Siau yau kay yang disegani setiap orang, kontan sa ja mereka menghembuskan napas dingin.

Tak heran kalau mereka tak berani melakukan pengejaran meski menyaksikan Siau yau kay melarikan diri.

Tampaknya Siau yau kay akan segera keluar dari hutan itu, mendadak dari dalam hu tan bergema suara bentakan rendah: "Lihat serangan!" Beberapa titik cahaya tajam yang disertai desingan angin tajam segera meluncur kedepan dan menyergap tubuh Siau yau kay.

Wi Kian memang sangat lihay, menyaksikan datangnya sergapan senjata rahasia, tanpa gugup barang sedikitpun jua, dia membuang tubuhnya kebelakang dengan gerakan jembatan gantung, lalu menghimpun tenaga dalamnya kedalam dan melayang mundur dari situ dengan gerakan datar, lalu setelah berhasil berdiri tegak segera ejeknya:

"Waaah, untung tidak sampai mampus!"

Mendadak dari balik hutan melayang keluar sesosok  bayangan manusia, meminjam cahaya bintang Siau yau kay segera mengamati wajah orang itu lebih seksama, ternyata dia adalah orang pemuda yang berwajah amat tampan.

"Bocah, kalau dilihat tampangmu yang begitu tampan, sungguh tak kusangka kalau hatimu kejam, orang muda sudah belajar berbuat kalau sudah dewasa nanti mau jadi apa kau?" Siau yau kay berpura-pura mendamprat:

Pemuda ganteng itu sesungguhnya tak lain adalah Cun gan siucay (sastrawan berparas tampan) Si Kok seng, pemuda bermuka manusia berhati binatang ini sesungguhnya hendak menghantar Suma Thian yu serta dua bersauda ra Thia kedalam hutan dan meminjam kekuatan Hui cha Cun cu hendak membasmi mereka bertiga, maka begitu sampai dalam hutan dia lantas melaporkan namanya dan memberi kabar kepada Hui cha Cun cu akan kehadiran-nya.

Kemudian sambil berlagak menghancurkan tugu dan mencaci maki, dia memancing kehadiran Hui cha Cun cu, sedang dia sendiri berlagak seakan-akan jalan darahnya tertotok dan roboh tak sadarkan diri ditanah....

Dengan tindakan mana, selain bisa menghin darkan diri

dari tugas, diapun dapat mencuci bersih kejahatannya, sayang perhitungan manusia takkan menangkan takdir, akhirnya  Suma Thian yu berhasil ditolong oleh Gak Kun liong sedang  dua bersaudara Thia pun berhasil lolos pula dengan selamat, dengan demikian rencana busuknya mengalami kegagalan total.

Dalam pada itu, Cun gan siuacay Si kek seng yang menyaksikan pengemis tua itu sanggup memunahkan sergapan-nya secara mudah, dengan cepat ia menjadi sadar bahwa pengemis tua ini mustahil datang tanpa membawa suatu maksud tertentu.

Maka diapun tanpa sungkansungkan meloloskan  pedangnya, kemudian sambil berdiri empat langkah dihadapan Siau yau kay Wi Kian, serunya dengan suara lantang:

"Pengemis busuk, jalan ke sorga tidak kau tempuh, jalan ke neraka justru kau terjang, nampaknya kau sudah bosan hidup sehingga sengaja datang kemari untuk menghantar nyawa mu" Baru selesai pemuda iblis itu berkata, Kiu tausiu Li Gi yang kuatir rekannya kelewat memandang enteng lawan segera memberi peringatan:

"Si hiante, dia adalah Siau yau kay yang bernama besar, kau tak boleh bersikap kelewat gegabah!"

Sekarang Cun gan siaucay Si Kok seng baru terkesiap, dia tidak mengira kalau pengemis tua yang sama sekali tidak punya keistimewaan apa-apa ini sesungguhnya adalah Siau yau kay Kian yang disegani dan ditakuti setiap orang, diamdiam ia menarik napas dingin. Tapi rasa jerinya itu hanya disembunyikan dalam hati, sedang diluaran ia lantas berseru sambil tertawa dingin:

"Aku mengira siapa yang begitu bernyali berani membuat keonaran disini, rupanya hanya pengemis busuk yang dibenci oleh setiap orang, sungguh beruntung sauya bisa bersua denganmu hari ini, mumpung ada kesempatan aku hendak memberi pelajaran kepadamu, agar kau tahu bahwa diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia pandai lain-nya"

Sedemikian jumawa dan  takaburnya perkataan itu, membuat Kiu tau siu Li Gi yang berdiri tenang disisinya turut bergidik hingga bulu kuduknya pada bangun berdiri, peluh dingin segera jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Siau yau kay Wi Kian menengadah dan tertawa tergelakgelak.

"Haah...haah...haah... bagus, bagus sekali, hari ini aku si pengemis tua memang ingin membuka mataku, mari, mari, lebih baik kalian berdua maju bersama saja, dengan tangan kosong akan kulayani kalian berdua sebanyak tiga ratus gebrakan.

Semhari berkata, telapak tangannya segera diayunkan kedepan dengan jurus Liong su yu hay (naga berpesiar ke empat samudera), sasa rannya adalah Can gan siucau Si Kong seng, tapi sewaktu sampai ditengah jalan, dia memutar gerakannya dan merubah pukulan menjadi serangan jari, kali ini dia mengancam jalan darah Tiong teng hiat di depan dada Kiu tau siu Li Gi.

Dalam satu jurus mempunyai dua kegunaan yang berbeda, kontan saja mendesak Si Kok seng dan Li Gi harus turun tangan memberikan perlawanan.

Terdengar dua kali bentakan gusar bergema memecahkan keheningan, Si kok seng telah mengayunkan pedangnya dengan jurus Lan kang to cay (Membendung sungai mengeringkan samudra), dia menyerang dari sisi sebelah kanan, sementara Kiu tau siu Li Gi mengangkat goloknya membacok dari sebelah kiri.

Tujuan Siau yau kay yang sebetulnya tak lain hanya ingin membelenggu kedua orang itu, jadi sama sekali tiada maksud membunuh mereka.

Maka diapun mengembangkan ilmu langkah Ciok tiong luan pon hoat untuk berputar-putar mengitari mereka berdua.

Dalam waktu singkat seluruh arena sudah dipenuhi dengan bayangan manusia yang sebentar bergerak kekanan, sebentar kekiri, se bentar keatas dan sebentar lagi kebawah, hal mana membuat dua orang bajingan itu berkaok-kaok kegusaran.

Sambil bertarung mempermainkan ke dua orang itu, Siau yau kay mulai merasa kuatir, apa sebabnya hingga kini Hui cha Cun cu belum juga menampakkan diri, coba kalau tujuannya bukan untuk memancing kemunculan Hui cha Cun cu, kedua orang bajingan ini tak akan mampu bertahan sebanyak sepuluh gebrakan.

Dalam pada itu, Gak Kun liong dan Suma Thian yu berdua, satu dari kiri yang lain dari kanan secara terpisah telah menyelundup masuk kebelakang hutan, sebab tempat tinggal Hui cha Cun cu terletak dibelakang hutan tersebut.

Sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh Siau yau kay, sementara pengemis itu ber kaok-kaok memancing kemunculan musuh, Suma Thian yu dan Gak Kun liong berdua akan menyelundup kedalam rumah dan menyelesaikan tugas mereka.

Taktik suara ditimur menyerang dibarat ini bernama pula siasat memancing harimau turun gunung, kelihayannya luar biasa sekali.

Tanpa menjumpai hadangan apapun Gak Kun liong telah berhasil menyusup masuk ke dalam hutan, tampak sepuluh kaki selewatnya jalan kecil itu dia akan sampai dirumah kediaman Hui cha Cun cu.

Disaat tubuhnya baru mencapai jalanan kecil inilah, mendadak dari jalan berkumandang suara tertawa dingin yang amat mengerikan.

Mendengar suara tertawa tersebut, Gak Kun Hong mundur satu langkah kebelakang, mendadak dari sisi jalan ia saksikan sesosok bayangan manusia menampakkan diri dan menghadang jalan perginya.

Gak Kun liong segera angkat kepalanya, tapi ia jadi tertegun setelah mengetahui siapa gerangan orang itu, pikirnya:

"Heran, mengapa setan tua ini belum lari kesana?" Dengan suara lantang diapun menegur:

"Kiong Lui, hampir saja mengejutkan hati ku! Kenapa kau bersembunyi seorang diri ditepi jalan? Apakah menyambut kedatanganku?"

Ternyata orang yang menghadang jalan pergi Gak Kun liong adalah Hui cha Cun cu Kiong Lui.

Tampak ia meludah, kemudian serunya dingin: "Jawab dulu, mengapa kau malam-malam datang kemari? Apakah kaupnn sengaja datang dari gua Hui im tong untuk menyambut kedatangan ku?"

Gak Kun liong melototkan sepatang matanya yang besar dan bulat itu sambil menyahut.

"Aku hendak mencarimu untuk bermain, sekalian hendak memberitahukan satu hal kepadamu"

"Hmm, mencari aku hendak bermain? Masa membawa orang?" Hui cha Cun cu Kiong Lui mendengus dingin.

“Membawa siapa?" Gak Kun liong mencibir. "Sipengemis busuk itu. Mau mungkir?"

Setelah mendengar kalau gembong iblis tersebut hanya menyebut Siau yau kay seorang, Gak Kun liong segera tahu kalau jejak Suma Thian yu belum ketahuan, kontan hatinya merasa lega.

Sambil menggigit bibir dia lantas berpikir sejenak, akhirnya dia berhasil menemukan suatu siasat bagus, katanya cepat:

"Ibuku tak suka kalau aku pergi jauh, setiap kali ia tentu mengutus orang untuk mengikutiku, apa boleh buat"

"Heeeh...heeeh...heeeh...bocah, lohu toh bukan anak  berusia tiga tahun, kau ingin mengelabuhi ku? Tadi kau bilang hendak menyampaikan sebuah kabar untukku, cepat katakan" seru Hui cha Cun cu sambil tertawa licik.

"Coba lihat, galak amat kau ini! Ya sudahlah, aku tak ingin main, tak ingin bicara lagi, selamat tinggal!"

Selesai berkata dia lantas membalikkan badai dan kabur dari situ.

Menyaksikan hal itu Hui cha Cun cu segera membentak gusar, kemudian sambil mengejar, dia mencengkeram kerah baju Gak Kun liong.

"Bocah keparat! Sebelum mengemukakan  alasannya, jangan harap kau bisa meloloskan diri dari sini!" dampratnya.

Merasakan datangnya desingan angin dingin dibelakang tubuhnya, Gak Kun liong segera merendah sambil melejit kesamping, teriaknya:

"Hei, kau ingin bertarung?" “Aku ingin memberi pelajaran kepada mu, mau apa kau?"

Sambil berseru, Hui cha Cun cu mencengkeram batok kepala Gik Kun liong lagi dengan jurus Cong eng phu toh (elang sakti menerkam kelinci).

Gik Kun liong sendiripun bukan manusia sembarargan,  meski usianya masih muda, ke pandsian silatnya telah mendapat warisan langsung dari ibunya, baik dalam soal tenaga dalam, maupun soal ilmu meringankan tubuh, kepandaiannya tidak kalah dari seorang jago kelas satu dalam dunia Persilatan.

Padahal Hui cha cun cu Kiong Lui sendiripun menaruh perasaan was-was terhadap Gak kun liong, semua serangan yang dilancarkan boleh dibilang tidak menggunakan tenaga penuh, dengan begitu ia justru termakan oleh siasat Gak kun Liong.

Tampak bocah itu melompat kekiri mengegos kekanan, gerakan tubuhnya sangat aneh, dia selalu berputar mengitari sekeliling Hui cha cun cu sambil menggoda.

Sebagai manusia yang berpengalaman, dalam sekalian pandangan saja Hui cha Cun cu sudah mengetahui kalau bocah ini mempunyai sesuatu maksud tertentu, tanpa terasa bentaknya dengan gusar:

"Bocah keparat, cepat katakan rencana busukmu, kalau tidak, jangan salahkan kalau lohu akau bertindak keji kepadamu"

Memukul anjingpun harus melihat pemiliknya, Gak Kun

liong memang dasarnya cerdik, diapun pandai menduga setiap persoalan yang bakal terjadi, dari ucapan lawan dia tahu kalau musuh hanya gertak sambal belaka. Sambil cengar-cengir segera sahutnya: "Aku toh sudah bilang, hendak mencarimu untuk diajak main, suruh kau menebak dulu toh bukan persoalan? Padahal aku memang hendak memberitahu kepadamu, aku telah mem bunuh seekor ular beracun"

"Kentut!" Hui cha Cuncu membentak gusar, "apa sangkut pautnya antara ular beracun denganku? Kau ingin mempermainkan lohu?" "Aduuh mak, kenapa sih kau galak amat?"

Aku dengar kau sedang berusaha keras untuk mencari ular beracun berusia seribu tahun, maka sengaja kusampaikan berita ini kepadamu, sepantasnya kau berterima kasih atas jerih payahku ini. Sekarang kau malah galak amat kepadaku, hmm, lihat saja nanti, akan ku laporkan kepada ibuku agar kau diberi pelajaran yang setimpal"

Mendengar ucapan mana, Hui cha Cun cu merasakan jantungnya berdebar keras, tapi setelah dipikir kembali, dia merasa bocah itu jelas lagi membohonginya, mana mungkin ular beracun ditemukan secara gampang...?

Kontan saja dia mencaci maki penuh kemarahan: "Keparat, hukuman mati boleh dihindari tapi hukuman

hidup jangan diharap bisa dihindari, aku tak doyan dengan permainan begitu, kau harus ditempeleng atas kebohongan mu itu"

Gak Kun liong tahu, sewaktu berbicara penjagaan lawan pasti menendor, buru-buru dia menerobos kedepan sambil mengayunkan telapak tangannya.

"Plaaaaakkkk!" sebuah tamparan keras menghajar telak diatas pipi Hui cha Cun cu, membuat dia berkaok-kaok kesakitan.

Dalam marahnya Hui cha Cun cu segera men dorong pula sepasang lengannya kedepan dan melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat.

Gak Kun liong bukan anak bodoh, dengan cepat dia berkelit kesamping, bukan mundur ia justru menyerobot maju kemuka dan memotong dada Kiong Lui, kepalan-nya yang digenggam kencang lantas dihantamkan keras-keras, kemudian dia menerobos kebelakang punggung musuhnya lewat bawah ketiak.

"Hei, sauya berada disini!" teriakannya sambil bersorak kegirangan.

Secara beruntun Hui cha Cun cu harus menderita dua kali pukulan, bisa dibayangkan be tapa gusarnya orang itu, dari malu dia jadi naik darah sambil memutar badan, sebuah pukulan dengan tenaga sebesar lima bagian segera dilontarkan kemuka.

Gak Kun liong sedang asyik bertarung, tentu saja dia jeri menghadapi ancaman semacam itu, hawa murninya segera dihimpun ke dalam telapak tangan dan siap menyongsong datangnya ancaman lawan dengan keras lawas keras.

"Blaaaamm!" suatu ledakan keras menggelegar diangkasa. Akibat dari bentrokan tersebut, kedua belah pihak sama-

sama tergetar keras badannya, tapi tidak sampai menimbulkan cedera apapun.

Atas kejadian tersebut, Hui cha Cun cu makin naik darah, ia segera menerkam lagi kemuka dan membacok dada Gak Kun liong dengan jurus Im liong thamciau (naga sakti  mementang cakar).

Tiba-tiba dari tengah hutan sana berkumandang dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati.

Hui cha Cun cu menjadi tertegun, tanpa terasa gerak serangannya menjadi terhenti.

Gak Kun liong segera tertawa terbahak-bahak, ejeknya: "Hahahahahaha....... bagus sekali! Rupanya kedua ekor

anjing budukan itu sudah dibikin mampus"

Selesai berkata dia lantas ngeloyor pergi meninggalkan tempat itu.

Menyaksikan keadaan tersebut, Hui cha Cun cu menjadi teramat gusar, sambil menggertak gigi menahan diri makinya:

"Bocah keparat, rupanya kau memang sengaja datang mencari gara-gara, bagus, bila kubiarkan kau lolos dari hutan ini sekarang, mu lai hari ini aku bukan she Kiong lagi".

Seraya berkata dia lantas mengejar sampai lima langkah dibelakang Gak Kun liong.

Menghadapi kejaran tersebut, Gak Kun liong sama sekali tidak berpaling, dia malah menyusup masuk ketengah  lapangan ditengah hutan dan persis menyongsong kedatangan Siau yau kay Wi Kian.

Tolong, tolong, dibelakang ada srigala buas!" buru-buru ia berteriak minta tolong. Siau yau kay Wi Kian menyelinap melalui sisi Gak Kun Hong dan segera menghadang dihadapan Hui cha Cun cu, lalu tegurnya sambil tertawa terbahak-bahak:

"Selamat bersua kembali saudara Kiong, aku harap kau sehat sehat selalu selama ini, kena pa kau bisa pindah ke tempat semacam ini?"

Kemarahan Hui cha Cun cu makin membara setelah bertemu dengan Siau yau kay Wi Kian, tanpa banyak cincong dia lantas mendamprat: "Sudah pasti kau si pengemis busuk yang membuat rencana busuk ini, ayo jawab, mau apa kau malam-malam datang kemari?"

"Aduuh...kita kan orang sendiri, mengapa sih galak amat?

Saudara Kiong, usia kita sudah tua, kenapa sifat berangasanmu belum juga berkurang?"

Sambil berkata Siau yau kay menunggu berita Suma Thian yu dengan tenang, bagaimana pun juga Suma Thian yu sudah masuk ke dalam hutan, tapi hingga kini belum nampak juga munculkan diri, kejadian ini akhirnya membuat dia merasa membuat dia merasa kuatir sekali.

Betul Kun liong sudah menahan lawan untuk sesaat lamanya dan kini berganti Siau yau kay yang menghadang, sekalipun cara bertarung semacam ini merupakan suatu pertarungan dengan cara bergilir, namun bukan berarti tak boleh.

Akan tetapi, keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung terlalu lama lagi, dan Suma Tnian yu belum juga berhasil, pada akhirnya ke dua belah pihak pasti akan jatuh korban.

Sementara pembicaraan berlangsung, Hui cha Cun cu pun mengawasi anak buahnya yang tergeletak ditanah, tatkala dilihatnya Tiang pek siang tat dan Si Kok seng mendengkur semua dengan begitu nyenyak, amarahnya langsung saja berkobar lagi, segera bentaknya:

"Pengemis busuk, bagus sekali perbuatanmu, hari ini kalau ada kau berarti tak ada aku, kita harus bertarung sampai salah satu mampus" Seraya berkata, ia lantas melancarkan

serangan dengan jurus Huang hong cian bong (angin puyuh menggulung puncak), dan diantara deruan angin pukulan yang memekikkan telinga, segulung angin serangan dahsyat langsung me nerjang ketubuh Siau yau kay.

Siau yau kay yang diancam segera tertawa terkekeh-kekeh, tangan yang sebelah dilintang kan didepan dada sementara telapak tangan yang lain siap melancarkan serangan, kepada Gak Kun liong serunya:

"Liong-ji, tunggu aku diluar hutan sana!" Sementara berbicara, angin pukulan lawan telah meluncur datang, Siau yau kay segera mengegos kesamping lalu berkelit dengan gerakkan amat cepat.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar