Cincin Maut Jilid 11

Jilid 11
DIA SAMA SEKALI TIDAK menyangka kalau Liong Tian Im secara beruntun telah membunuh Hoat bu siang (setan gantung hidup) Seng thian jui (palu pemberat langit) serta Ki Shia, sehingga sepuluh manusia bengis dari kolong langit kehilangan enam orang anggotanya.

Tiba tiba terdengar Liong Tian im berkata dengan suara sedingin salju :

"Aku lihat kalian sepuluh manusia sesat sudah tak memiliki peluang lagi dikemudian hari..." "Apa maksudmu berkata demikian?" seru si manusia ular Ang Thong dengan wajah tertegun.

Liong Tian-im segera tertawa terbahak, bahak. "Haaah, haaah, haaah, maksudku sederhana sekali, sepuluh manusia bengis akan segera terhapus namanya dari dunia persilatan."

selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.

"Berhenti kau." bentak manusia ular Ang Thong sambil menjerit keras, "lebih baik terangkan dulu perkataanmu itu sebelum pergi"

Liong Tian-im sangat tak senang hati oleh sikap angkuh  dan jumawa dari Manusia ular Ang Thong, dia segera mendengus dingin, wajahnya pun dengan cepat pulih kembali dalam sikap yang dingin kaku seperti salju.

Diliriknya wajah Manusia ular Ang Tboig itu sekejap dengan pandangan dingin, kemudian katanya:

"Selama ini kalian sepuluh manusia bengis selalu malang melintang dalam dunia persilatan sambil melakukan banyak kejahatan di tempat luaran, hmm, tahukah kau bahwa aku mengirimkan tiga orang manusia yang paling jahat di antara sepuluh manusia becgis yakni Ki Shia, sipalu pemberat langit dan setan gantung hidup untuk berpulang kerumah nenek moyangnya..."

OO O X O O O

"APA?" saking kagetnya Manusia ular Ang-Thong sampai melompat ketengah udara, "Kau benar benar telah membinasakan tiga orang saudara angkatku ,..?" "Hmm, mereka pantas untuk menerima kematian apa arti kematian bagi mereka?"

Ucapan yang dingin, kaku dan tak berperasaan itu seketika membuat sekujur badan Manusia ular Ang Thong yang berhati bengis dan bertangan keji itu gemetar keras, ditatapnya Liong Tian im dengan wajah aneh, sementara sepasang matanya memancarkan serentetan cahaya buas yang menggidikkan hati.
Dia menarik napas panjang panjang kemudian berkata: "Sebenarnya aku berhutang budi kepadamu karena kau
telah menyelamatkan selembar jiwaku, siapa tahu kau pun telah membunuh sahabat sahabat karibku, hal ini menyebabkan rasa hormatku kepadamu menjadi punah, sekarang hubungan budi kita sudah putus, bila kita bersua lagi di kemudian hari maka sebagai sahabat atau sebagai musuh hal ini tidak bisa diduga mulai sekarang..."

Tampaknya dia merasa sedih sekali karena sahabat karibnva telah tewas semua, hingga air mata nampak mengembang dikelopak mata.

Sambil menatap wajah Liong Tian im, kembali dia berkata dengan suara dalam:

"Pada mulanya aku masih bermaksud untuk mewariskan ilmu rahasia yang berhasil kami sepuluh orang manusia bengis ciptakan kepadamu dengan harapan kau bisa membalaskan dendamku atas Leng Hongya, tetapi sekarang aku sudah tahu kalau tiada harapan lagi untuk hidup bersama sama dengan dirimu. . ." "Hmm..." Liong Tian im mendengus dingin "andaikata aku bergabung dengan kalian sepuluh manusia bengis, bukankah diriku pun akan berubah menjadi seorang manusia bengis pula? Hmm, sekalipun ilmu silat yang kau ucap kan itu sangat hebat jangan harap aku sudi untuk mempelajarinya..."

Sesudab tertawa nyaring dengan suara yang sangat angkuh, mendadak dia melejit ketengah udara dan melesat kedepan.

Kejadian ini kontan saja membuat si Manusia ular Ang   Tbong menggertakkan gigi keras keras untuk menahan emosi, kemudian dengan gemasnya dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat, serunya sambil tertawa dingin:

"Kau sibocah keparat yang tak tahu tinggi nya langit dan tebalnya bumi, dikemudian hari kau pasti akan mengetahui bagaimaja cara aku si Manusia ular Ang Thong dalam menghadapi musuh besarku..."

Dengan cepat dia mengambil sebuah tabung bambu dari sakunya dan meletakkan ke atas tanah dengan sangat berhati hati, setelah menggulung sepasang ujung bajunya dengan wajah amat serius tangan kanannya menyambar ke depan dan melepaskan penutup tabung bambu tersebut. . .

"Ciiiitt . . ."

Serentetan suara desingan tajam dan memekikkan telinga berkumandang ditengah udara, tampak seekor ular kecil sepanjang tujuh inci yang memancarkan cahaya keemas emasan melejitke tengah udara kemudian bergerak mengitari disekeliling tubuhnya. Dengan suara rendah Marmsia ular Ang Thong segera mendesis:

"Kim Leng cu wahai Kim Leng-cu cepatlah terbang ke hadapanku sini "

Ular kecil berwarna emas itu seakan akan memahami apa yang diucapkan, sambil menggetarkan ekornya dia meluncur ke depan seperti selembar daun kering dan melayang turun diatas telapak tangan Manusia ular Ang-Thong . .. .

Dengan cepat ulat tadi menengadah, sepasang matanya yang kecil merah dan memancarkan cahaya tajam itu menatap tajam kedepan, somentara lidahnya yang berwarna merah darah menjulur keluar tiada hentinya, seakan-akan siap memagut mangsanya.

Manusia ular Ang Thong segera tertawa seram, kembali dia berseru:

"Kim Leng cu, aku tahu kalau kau lapar, gigitlah diatas lenganku ini tapi jangan kelewat rakus darah yang kau hisap pun tak boleh kelewat banyak "

"Koookk !" ular kecil berwarna emas itu mendadak melejit ke udara, lalu menerjang ke atas lengan Manusia ular Ang Thong yang sementara itu telah dipersiapkan.

Manusia ular Ang Tbong mendengus tertahan, diatas wajahnya yang dingin terlintas suatu penderitaan yang amat sangat hingga butiran keringat jatuh bercucuran. Dia membiarkan Kim Leng cu menghisap beberapa teguk darahnya, kemudian dengan suara gemetar dia baru berseru:

"Darahku tak cukup untuk kau hisap, aku akan menyuruh kau menghisap darah didalam hati seseorang. ."

"Koook, koookkk,., kkkoookk . . ." ditengah udara kembali berkumandang suara jeritan ular yang sangat aneh dan amat menusuk pendengaran.

Setelah berpekik tiga kali, Kim Leng-cu manggut manggut dan melompat turun ke atas tanah dengan jinak.

Dengan cepat Manusia ular Ang Thong mengeluarkan sebuah pil dan selembar kertas putih dari dalam sakunya, kemudian dengan kecepatan luar biasa melukis raut wajah Liong Tian-im.

Yaa, siapa pun tak ada yang menyangka kalau Manusia ular Ang Thong selain merupakan seorang ahli dalam menjinakkan ular, dia pun masih terhitung seorang pelukis ulung, hanya berdasarkan daya ingatannya saja dalam perjumpaan yang satu kali saja dengan Liong Tian-im, ternyata dia berhasil melukis seluruh ciri khas dari anak muda tersebut di atas lukisannya.

Sekulum senyuman keji segera terlintas dari wajahnya yang berkeriput dia menggetarkan lukisannya ke tengah udara, lalu melukiskan pula sebuah hati.

Setelah itu sambiI tertawa seram serunya: "Bocah keparat itu tak akan menyangka jika akupun pandai mempergunakan ilmu Tui sim gi hun tay hoat (ilmu pengejar hati pemindah sukma) yang sangat populer diwilayah Biau, hmmm, . . asal aku dapat melukis wajahnya dan membuat sebuah hati aku dapat membuatnya menderita siksaan yang amat dahsyat karena hatinya digigit oleh beribu ribu ekor semut, aku akan menyuruhnya menderita setiap hari hingga sampai ajalnya tiba. ..

Dengan cepat dia menggigit ujung jarinya sampai berdarah, ketika diayunkan ke tengah udara, dengan cepat muncrat keluar gumpalan darah yang menyebar dan membasahi lingkaran hati diatas lukisan tersebut.

Diam diam Manusia ular Ang Thong membacakan manteranya, kemudian sambil tertawa seram berseru:

"Aku akan menyuruhnya berlutut dihadapan ku sambil memohon kepadaku agar melepaskan hati ular ini, waktu itu semua keangkuhan dan kekerasan hatinya akan berubah menjadi rengekan dan penuh suara minta belas kasihan, segenap titik kelemahannya akan terlihat jelas atau jika dia tak mau berbuat demikian biarlah ia menantikan saat ajalnya tiba
..."

Bergumam sampai disitu, dia lantas memandang sekejap ke arah Kim Leng-cu yang berbaring tenang diatas tanah.

Tampak Kim Leng-cu sedang memperhatikan percikan darah diatas lukisan tersebut dengan sorot mata amat rakus, sementara mulutnya memperdengarkan jeritan dan desisan
yang melengking, ia menengadah seakan akan siap menerjang ke arah lukisan tersebut.

Manusia ular Ang Thong segera meraung keras, serunya:

"Aku hanya menyuruh kepadamu untuk berubah menjadi seekor ular hati, selamanya menghisap darah dalam hatinya
.." Kim leng cu berkaok aneh, tubuhnya pelan pelan bergerak ke depan, kemudian melingkari lukisan mana dan mengendus darah segar yang terpercik diatas lukisan berbentuk hati itu.

Menyaksikan hal ini, Manusia ular Ang Thong segera mencaci maki dengan marah:

"Kau si keparat yang rakus, sama sama merupakan darah yang mengalir keluar dari badan ku, mengapa tidak kau hisap? Apakah darah hati tak berwujud yang berhasil kuciptakan ini bisa terendus pula bau amisnya bocah keparat itu. . ."

Kim Leng cu mendengus berapa kali ditengah udara, mendadak dia melompat masuk kedalam hati yang berada dalam lukisan itu dan menjilati darah yang terpercik disitu.

"Heeehh, . heehhh. , heehhh. . ." Manusia ular Ang Thong mendesis seram, ke arah di mana Liong Tiang im pergi tadi, dia segera meraung keras.

"Nilobato si raja Ular, . . harap kau mencengkeram hati si bocah keparat itu. . ."

ayebaf keseluruh penjuru tempat itu.

Waktu itu Liong Tian-lm sedang berlarian kencang, mendadak ia merasakan hatinya sakit sekali, hawa murninya tahu-tahu buyar dan tubuhnya segera roboh terjengkang ke tanah.

Dengan penuh penderitaan dia meraba hati sendiri, kemudian serunya dengan suara gemetar "Aduuuh, kenapa hatiku bisa menjadi sakit sekali secara mendadak ?" Seluruh tubuhnya gemetar keras, dia merasa seluruh  hatinya seolah-olah hendak pecah dan hancur, bagaikan ada seekor ular yang melilitnya kencang kencang, saking kesakitan dia sampai mundur dengan sempoyongan lalu roboh terjengkang keatas tanah.

Menanti dia meronta bangun dari atas tanah didepan matanya sana terbentang sebuah telaga besar berbentuk kipas yang berwarna hijau, peluh dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, pemuda itu merasakan hatinya menderita sekali bagaikan ditusuk tusuk dengan pisau tajam.

Akhirnya sambil mendesis parau, buru buru dia berjalan ke tepi telaga dan membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air, setelah meneguk beberapa tegukan air telaga, dia baru me rasakan penderitaan yang mencekam hatinya makin berkurang

Dengan sedih dia menggelengkan kepalanya berulang kali gumamnya dengan penuh penderitaan.

"Mengapa hatiku menjadi sakit secara tiba-tiba ? Apakah nyawaku..."

Tatkala sorot matanya menyaksikan bayangan tubuh
sendiri diatas permukaan telaga, mendadak wajahnya terlintas selapis perasaan ngeri bercampur seram. lalu teriaknya  dengan amat terperanjat.

"Ular hati . . ular hati. ."

Setitik bayangan ular yang sangat samar muncul diatas jidatnya, bekas yang amat jelas itu membuat Liong Tian im merasa terkejut bercampur ketakutan, sepasang matanya terbelalak lebar bagaikan gundu, memandang tampangnya yang menyeramkan diatas permukaan air, seketika itu juga paras mukanya berubah menjadi pucat pias.

Katanya dengan suara gemetar:

"Konon Jika ular hati sudah muncul di atas alis mata berarti nasibku sudah hampir berakhir, perbuatan meuyiakan apakah yang sebetulnya telah kulakukan sehingga memaksa keIuarnya ular hati tersebut ? Kalau begitu, umur ku sudah tidak panjang lagi."

Ia segera tertawa tergelak dengan suara yang memilukan hati, segenap kemurungan, kesedihan dan keresahan yang terhimpun selama berapa hari ini dilampiaskan keluar semua, tapi ketika teringat akan budi dendam perguruannya dan dendan kesumat ayah ibunya, dia pun merasa sedih kembali karena akan berakhirnya kehidupan di dunia ini.

"Aaaai . .. !"

Tiba-tiba dia mendengar suara helaan napas sedih, putus asa dan pelbagai perasaan lainnya.

Liong Tian-im merasa tertegun buru-buru dia berpaling ke arah mana berasalnya suara tadi.

Tapi dengan cepat dia menarik napas dingin, saking terkesiapnya dia sampai mundur beberapa langkah, hampir saja dia tak percaya kalau di dunia ini terdapat kejadian yang begitu aneh.

"Aaaai, kau anggap aku menakutkan?" Suara teguran yang amat dingin bagaikan salju kembali berkumandang memecahkan keheningan.

"Haaahh . ,?! sekali lagi Liong Tian-im menjerit kaget. Suatu perasaan yang dingin menggidikkan.
Seolah-olah memasuki neraka saja mendadak muncul dan menyelimuti hatinya, diawasinya orang tersebut dengan seksama, seketika itu juga hatinya bergetar sangat keras.

Tampak seorang gadis berbaju serba putih tergantung hidup hidup diatas sebatang pohon itu, perempuan itu memiliki rambut yang panjang terurai sebahu.

Mendadak perempuan itu melejit lalu melayang turun keatas tanab dengan pelan, kem,u dian sambil mengawasi Liong Tian im yang masih berdiri tertegun, ia menggelengkan kepalanya dan tertawa.
"Kau.." Liong Tian Im mundur dua langkah kebelakang. "Untuk melindungi nyawa sendiripun tak mampu, buat apa
kau takuti aku si mayat hidup"

Sekalipun wajah orang itu dingin seperti es namun suara pembicaraannya sangat lembut dan halus, hal ini membuat rasa kagetnya pelan pelan bise diredakan kembali.

Diam-diam dia menghimpun tenaga dalamnya untuk mengitari seluruh badannya, kemudian dengan sekuat tenaga berusaha untuk menahan penderitaan didalam hati.

"Tempat ini adalah Cui sim ou (telaga patah hati)" kata perempuan itu sambil tertawa dingin, "aku tak lebih hanya setiap hari datang kemari untuk mengenang peristiwa tragis dimana Leng Hongya telah membakar Cubo (majikan perempuan) kami hidup hidup, Waktu itu Leng Hongya mengapa Cubo kami seperti Cubo kami seperti musuh besar, andaikata aku tidak menyaru sebagai Cubo dan menggantungkan diri disini untuk menipu Leng Hong ya, sekarang tak mungkin aku bisa bersua denganmu disini."

"Mengapa Leng Hongya bisa menaruh perasaan benci terhadap Cubomu?" tanya Liong Tian im tertegun.

"Aaai..." perempuan itu menghela napas sedih, ""perempuan yang tergila gila oleh cinta berjumpa dengan lelaki yang tak berperasaan ?? Tiada cinta suci didunia ini..."

Seakan akan merasakan suatu penderitaan dan kesedihan yang luar biasa, tatkala berbicara sampai disitu, selapis kemurungan dengan cepat menyelimuti wajahnya, dua titik airmata pun segera mengembang dibalik kelopak matanya itu.

Liong Tian im amat terkesiap, dia dibuat tergetar hatinya oleh mimik sedih yang diperlihatkan perempuan itu.

Ia tak menyangka kalau dalam lembah Tee ong kok bisa terjadi begitu banyak kejadian yang sama sekali tak terduga, terutama sekali tentang rahasia Leng Hongya dimasa lampau, dia ingin sekali bisa mengetahuinya agar dengan dasar kisah maut ia bisa menentukan apakah Leng Hongya adalah
seorang manusia budiman ataukah manusia yang paling keji di dunia ini...?

Sesudah menghela napas panjang, katanya: "Jika kudengar dari pembicaraanmu barusan, tampaknya Cubo mu pasti mempunyai suatu kisah yang tragis di masa lalu ..,."

"Tentu saja" jawab perumpuan itu dengan kening berkerut. "siapa yang tidak tahu kalau Cubo ku adalah Thian Kiam Bok..."

Dia seperti menyadari akan kesalahannya berbicara, buru buru kata berikutnya di telan kembali mentah mentah.

Namun Liang Tian im segera merasakan hatinya bergetar keras, seakan akan menduga kalau kejadian tersebut merupakan sebuah rahasia dunia bersilatan yang sudah lama terpendam.

Liong Tian im mengiakan pelan, kemudian dengan cepat berpikir:

"Mungkinkah Ong bo yang dimaksudkan perempuan ini mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Thian-kiam (si Pedang langit )? seandainya begitu, maka kedatangan Bok toako ke lembah Tee ong kok untuk mencari Leng Hongya pun pasti mempunyai hubungannya pula dengan Cubo yang dimaksudkan wanita ini"

Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya:

"Apa hubungan Cubo mu itu dengan si Pedang langit?"

Paras perempuan itu berubah bebat, mendadak sambil menarik muka serunya:

"Masalah ini merupakan persoalan kami, tak usah kau campuri lagi." 

Setelah berhasil menemukan titik terang yang akan menyingkap soal perselisihan antara pedang langit dan pedang bumi, tentu saja Liong Tian im tak akan melepaskan kesempatan tersebut dengan begitu saja.

Kendatipun perumpuan itu sudah menarik muka dan membuat sikap Liong Tian im menjadi tersipu sipu, namun dia sama sekali acuh, seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, dia tertawa lebar.

"Aku minta kau sudi menanyakan boleh tidak berjumpa dengan Cubomu." pintanya sambil tertawa getir, "aku ada persoalan yang hendak disampaikan kepadanya."

"Siapakah kau ?"

Paras muka perempuan itu berobah hebat mendadak tubuhnya menerjang kemuka sambil melakukan tutukan, telapak tangannya diayunkan dan segulung angin pukulan yang sangat kuat dengan cepat menghantam tubuh Liong Tian-im.

"Bila kau adalah utusan dari Leng Hongya, aku akan merenggut selembar nyawamu."

Liong Tian im merasa terperanjat juga ketika dilihatnya sebuah ayunan telapak tangan yang ringan menghasilkan segulung angin pukulan yangat kuat.

Satu ingatan djcgaa cepat melintas didalam benaknya, ia segera berpikir: "Sungguh dahsyat tenaga dalam yang dimiIiki perempuan ini, aku harus menghadapinya dengan sangat berhati hati,"

Akibat penderitaan yang dialaminya karena gigitan ular hati dalam tubuhnya si anak muda itu tidak sanggupnya untuk menghimpun kembali segenap tenaga dalam yang dimilikinya, buru buru dia melompat kesamping menghindarkan diri dari ancaman angin pukulan yang maha dahsyat tersebut.

Buru buru serunya dengan lantang:

"Kau jangan salah paham, aku dan Leng-Hongya sama sekali tak punya hubungan apa-apa"

Pelan pelan paras muka perempuan itu menjadi lembut keabali, tetapi mimik wajahnya menunjukkan kalau dia masih belum mempercayai seratus persen pelan pelan dia mengulurkan tangan kanannya dan mendesak kearah Liong Tian im dengan wajah yang dingin.

"Bila kau tak menyebutkan asal usulmu pada hari ini, aku tak akan melepaskan kau dengan begitu saja. . . " katanya dengan suara dingin bagaikan es.

Di tinjau dari hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah perempuan itu, Liong Tian im tahu kalau perempuan tersebut telah menaruh salah paham kepadanya dianggapnya dia sebagai anak buah yang dikirim Leng Hongya.

Sementara itu rasa sakit yang melilit telah mencekam seluruh tubuhnya, secara lamat lamat dia merasa sakit yang mencekam hatinya begitu menghebat, membuat peluh dingin jatuh bercucuran dengan derasnya. Ia menarik napas panjang, tangannya pelan pelan diangkat keatas, sebuah cincin besar yang memancarkan cahaya tajam segera memancar keluar dan amat menusuk mata.

"Kau jangan kemari...." serunya dengan suara gemetar. Tiba tiba tubuh perempuan itu pun bergetar keras. "Aaah, cincin maut. . ."
"Sekarang tentunya kau sudah percaya bukan bahwa aku bukan diutus oleh Leng Hong-ya." ucap Liong Tian im sambil tertawa getir.

Belum habis dia berkata, mendadak terdengar seseorang merintih, lalu kedengaran seorang perempuan yang serak tua berteriak keras, "lm cu, cepat kemari !"

Paras muka perempuan yang bernama Im-po itu berubah hebat, buru buru serunya:

"Saat Cubo minum obat telah tiba, cepat kau enyah dari hadapanku!"

Selesai mengucapkan perkataan itu, tubuhnya segera melejit ketengah udara lalu melejit kesamping kiri telaga besar itu.

Buru buru Liong Tian im melengkungkan tubuhnya sambil membuang bahu, dengan cepat dia menyusul dari belakangnya. . Im Ba menjadi marah sekali tatkala ia  berpaling dan menyaksikan anak muda tersebut menyusul dari belakangnya.

"Mau apa kau mengikuti diriku ?" hardiknya keras keras. Liong Tian im memperhatikan sekejap keadaan disekitar sana, tampak dari balik sebuah goa muncul setitik cahaya lampu yang amat lemah, sengaja dia mempertinggi suaranya sambil berseru:

"Aku ingin bertemu dengan Cubo mu !"

Dari dalam gua segera terdengar suara batuk yang berulang ulang, kemudian terdengar seseorang bertanya dengan suara yang parau:
"lm Cu, kausedang berbicara dengan siapa?" "Boanpwe Liong Tian-im ingin sekali berjumpa dengan
locianpwe !" seru Liong Tian im dengan suara lantang.

Dari balik gua tidak kedengaran suara jawaban, setelah hening sesaat suara helaan napas tadi baru berkumandang kembali.

"Masuklah kemari !" ujar orang itu, "sudah belasan tahun lamanya tempat ini tak pernah dikunjungi tamu!"

Liong Tian im segera mengucapkan terima kasih, baru saja akan masuk, mendadak Im Cu menarik ujung bajunya dan menatap sekejap ke arahnya dengan gemas, lalu bisiknya lirih:

"Cubo ku bertubuh lemah dan berpenyakitan, sebentar bila bersua dengannya, kau harus sedikit menelan kepadanya, kalau sampai membuatnya marah mengganggu kesehatan tubuhnya, bmm ! Pertama tama kaulah yang tak akan kuampuni !"

Setelah melewati sebuah dinding gua yang lembab dalam sebuah ruangan gua yang basah tampak seorang nenek berambut putih duduk bersandar di atas sebuah batu, wajahnya penuh keriput, sepasang matanya cekung dan wajahnya sayu tak bersinar, dia sedang menatap ke arah dinding gua dengan wajah termangu.

Baru saja Liong Tian-im hendak memberi hormat, nenek itu sudah menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru:

"Kau tak usah banyak adat, aku hanya ingin bertanya kepadamu, ada urusan apa kau datang mencariku ?"

Liong Tian-im tertegun, dia tak menyangka kalau perempuan itu begitu blak blakan selain menukas pembicaraannya pun langsung menyinggung soal pokok pembicaraan untuk sesaat dia tak tahu bagaimana narus bertindak, hingga untuk sesaat dia hanya berdiri termangu mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, kembali nenek itu berkata:

"Seandainya tak ada urusan, buat apa kau mendatangi tempat seperti tempat setan seperti ini?"

Pelbagai ingatan dengan cepat menyelimuti seluruh benak Liong Tian im, tiba tiba satu ingatan melintas lewat, buru buru tanyanya.

"Cianpwe, apakah kau she Bok?"

Sekujur badan perempuan itu bergetar keras, pelan pelan sorot matanya di tujukan kembali ke wajah Liong Tian im, agaknya dia tak mengira kalau anak muda tersebut mengetahui nama marganya.

Sesudah termangu sejenak, akhirnya sorot mata tersebut dialihkan kembali keatas wajah Im Cu.

"Aku tidak mengatakan. aku tidak memberi tahukan kepadanya. . ." buru buru Im Cu berseru dengan jelas.

"Darimana kau bisa tahu kalau aku she Bok?" tanya perempuan tua itu kemudian dengan wajah tercengang.

Sekarang, Liong Tian im sudah tahu kalau perempuan tua yang bernasib malang ini mempunyai hubungan sangat erat dengan si Pedang langit Bok Keng thian, dia menarik napas panjang panjang.

"Bila kusebut nama seseorang, mungkin cianpwe akan mengetahuinya, dia adalah saudara angkatku !"
"Siapakah dia ?" tanya perempuan tua itu cemas. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Liong
Tian im menatap wajah perempuan tua itu lekat lekat, kemudian sahutnya:

"Dia adalah toako ku, Bok Ci!"

"Haaah, adikku ?" tiba-tiba sekujur badan perempuan ini bergetar keras seakan akan kena tersambar geledek di siang hari bolong.

Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal sengkal serunya lagi: "Kau kenal dengan adikku ? sekarang dia berada di mana
?"

Liong Tian-im cukup memaklumi bagaimanakah luapan rasa girang dan gelisah yang menyelimuti seseorang yang sedang bersedih hati, begitu ia mendengar kabar berita tentang sanak atau keluarganya.

Buru-buru katanya: "Toako ku, pun sudah berada didalam lembab Tee ong kok, kemung kinan besar dia akan menyusul kemari !"

"Aku tak ingin berjumpa dangannya !" teriak perempuan tua itu dengan suara dalam, "jangan kau beritahukan kepadanya kalau aku berada disini, bila dia tahu kalau aku telah berubah menjadi begini rupa, entah bagaimanakah
sedihnya hati bocah itu, Aaaai. , adikku yang patut dikasihani."

Liong Tiang Im menghela napas panjang, ujarnya dengan nada amat sedih:

"Cianpwe, mengapa kau bisa berubah menjadi begini rupa
?"

"Aaaaai.,, ,!" perempuan itupun menghela napas panjang, katanya dengan nada sedih.

"Kejadian lampau bagaikan impian, penderitaan dan kebahagian datangnya cepat, perginyapun cepat, sekarang bukankah aku amat baik ? Hari hari penuh penderitaan sudah lewat !"

Tiba tiba Im Cu bertanya: "Cubo, penderitaan belum berakhir, kau tak akan bisa melupakan peristiwa biadab yang telah di lakukan Leng Hongya untuk membakar dirimu setiap saat setiap detik kau selalu berusaha untuk membalas dendam !"

"Aaaai . . ."

Ketika peristiwa tragis yang menjadi beban dalam hatinya itu disinggung kembali oleh Im cu, dengan penuh penderitaan perempuan itu menghela napas sedih, dua titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, dengan sedih dia menggelengkan kepalanya dan menutup wajah sendiri sambil menangis terisak.

"Im Cu" katanya dengan suara gemetar. "mengapa kau menyuruh aku memikirkan kem bali peristiwa tersebut?"

Wajah Im cu dibasahi pula oleh air mata, sambil menyeka air mata yang meleleh keluar ia berkata:

"Bila Cu bo enggan untuk membicarakannya lagi, biar aku yang membicarakan soal itu !"

"Akhirnya suatu rahasia dunia persilatan yang selama ini hanya tersimpan dalam hati pun segera terungkap keluar, hal ini membuat Liong Tiao im menjadi paham dengan segala budi dendam yang terikat antara pedang langit dengan pedang bumi.
Setelah tertawa getir, Im Cu berkata sambit tertawa rawan: "Cu bo adalah putri sulung pedang langit Bok Keng jin,
waktu itu Pedang bumi Leng Gwat-jin pun mempunyai seorang putra yakni Leng Hongya, berhubung kedua keluarga persilatan ini mempunyai hubungan yang sangat akrab maka Leng Gwat-jin pun mengajukan pinangan kepada loya  keluarga kami untuk menjodohkan Leng Yok peng dengan Bok Siau-hiang !"

Walaupun usia Bok Siau hiang sudah menanjak tua, namun diantara kerutan wajahnya masih tersisa kecantikannya semasa masih muda dulu, dia seperti lagi termenung, tapi sebelum Im Cu menyelesaikan kata katanya, dengan cepat dia telah melanjutkan:

"Keluarga Bok dan keluarga Leng sama sama merupakan keluarga persilatan yang termashur pada jaman itu, sudah barang tentu perkawinan ini dapat disepakati dengan cepat. Tapi berhubung usiaku lebih tua dua puluh tahun dari pada Leng Yok peng dia tak pernah mencintai aku dengan setulus hati diluaran dia selalu menyanjungku dan menuruti perkataanku, padahal secara diam diam dia mencuri belajar llmu Pit liong kiam hoat yang merupakan ilmu keluarga Bok yang hanya di waris kan kepada kaum putri tidak kepada kaum putra.

"Berhubung kami adalah suami istri, aku tak menyangka kalau dia adalah seorang manusia berhati binatang, maka akupun mewariskan berapa jurus ilmu pedang Thian yang kiam hoat kepadanya.

"llmu pedang keluarga kami sangat dalam dan luas, bahkan aku sendiripun tak dapat mempelajarinya secara lengkap, aku hanya bisa menguasahi tujuh delapan gerakan belaka, itupun kudapatkan dengan jalan mencuri ketika ayahku sedang berlatih pedang.." "Leng Hongya memang seorang manusia yang berbakat aneh, setiap kepandaian silat yang dilihat sekejap olehnya segera akan dikuasai dengan sempurna, setelah mempelajari berapa jurus ilmu pedang keluargaku, nampaknya dia belum jaga merasa puas, dianggapnya aku sengaja tak mau memberitahukan hal ini kepadanya, hingga persoalan ini mendendam terus didalam hati kecilnya. Secara beruntun diapun mempergunakan berapa macam siasat keji untuk memaksa aku mengatakan rahasia ilmu pedang Thian yang kiam hoat, tapi semua siasat tersebut gagal total."

"Waktu itu, aku sudah mengetahui akan kebusukan hatinya. secara diam diam akupun mengutus orang untuk melaporkan kejadian ini kepada ayahku.. ."

Terdorong oleh emosi dan rasa sedih yang amat besar, sekalipun Bok Siau hiang mengisahkan semua pengalamannya sampai disitu, napasnya segera tersengkal sengkal dengan wajah memucat.

Im Cu yang menyaksikan keadaannya amat menderita, buru buru maju ke depan sambil memijit punggungnya, lalu berkata:

"Cubo, beristirahatlah sebentar ..." Bok Siau hiang segera menggeleng:
"Tidak, aku harus mengutarakan semuanya, sudah hampir tiga puluh tahun lamanya peristiwa ini mencekam dalam dadaku sungguh beruntung aku dapat bersua dengan sahabat karib adikku pada hari ini, asal semua rahasia yang mencekam di dalam dadaku bisa teruarkan keluar meski harus matipun aku tak akan merasa menyesal .. !" Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal lanjutnya:

"Ketika ayahku mendengar berita itu tentu saja marah sekali, pada malam itu juga dia segera berangkat meninggalkan Toa pousat nia untuk merundingkan peristiwa ini dengan pedang bumi Leng Gwat jin.

Walaupun Leng Gwat jin nampak lemah lembut diluar, sesungguhnya dia merupakan seorang manusia yang amat licik, ketika ditegur dia segera minta maaf, bahkan memanggil Leng Hongya datang dan menegurnya dihadapan ayahku, peristiwa tersebut pun berlalu dengan begitu saja . . ."

Liong Tian im yang mendengar cerita tersebut segera merasakan darah panas yang mendidih dalam dadanya, seluruh urat nadi dalam tubuhnya seakan akan hendak meledak.

Diam diam ia menghela napas panjang, pikirnya dengan cepat.

"Sungguh tak kusangka Leng Hongya bersedia mengawini seorang perempuan yang dua puluh tahun lebih tua darinya sebagai istrinya, tak heran kalau dia tidak menyukai encinya Bok toako, kalau begitu dia pasti berniat untuk mencuri rahasia ilmu pedang diri leluhur pedang langit.."

Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Bok Siau hiang telah melanjutkan kembali kata katanya:

"Sejak peristiwa itu Leng Hongya semakin membenci diriku, dia menganggap aku sebagai duri dalam mata, suatu malam sewaktu aku sudah tertidur, diam diam dia mencampuri teko air tehku dengan semacam obat beracun yang lihay sekali, aku memang mempunyai kebiasaan minum teh sebelum tidur, baru saja air teh beracun itu akan kuteguk, mendadak cawan itu pecah dan air tehnya tumpah kemana-mana."

"Waktu itu aku belum tahu kalau nyawaku baru saja lolos dari lubang jarum, baru saja akan kuperintahkan dayangku untuk membersihkan lantai, kebetulan seekor anjing peliharaanku menerjang masuk dari luar kamar, lalu menjilati air teh yang terpercik ditanah, apa yang terjadi ? Tak selang berapa saat kemudian anjing itu muntah darah dan mati konyol."

Liong Tian im merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar kisah tersebut, diam diam dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, pikirnya:

"Aaaai, orang bilang hati manusia sukar di duga, siapa pula yang mengira Leng Hongya begitu tega menggunakan obat beracun untuk mencelakai isterinya sendiri."

Sementara itu Bok Siau-hiang sendiripun sudah tenggelam dalam lamunan sendiri, sepasang matanya memandang kearah dinding gua dengan pandangan kosong, sementara wajahnya menunjukkan pelbagai perubahan mimik wajah.
Dengan suara dalam, akhirnya dia berkata lebih jauh: "Waktu itu aku baru tahu kalau Leng Hong ya ada maksud
untuk mencelakai jiwaku, saking mendongkolnya aku sampai menangis tersedu, semalaman suntuk aku duduk termenung sambil memutar otak memikirkan persoalan itu, aku hendak menunggu datangnya lelaki yang tak berperasaan itu dan menanyakan masalah tersebut kepadanya." "Siapa tahu tengah malam itu dia baru pulang ke kamar, aku pura pura berlagak sudah tertidur pulas, dia memanggil namaku berulang kali, suaranya amat memelas dan hampir saja aku hendak merangkak bangun sambil mengajaknya berbincang bincang.

"Ketika ia melihat aku Iama sekali tidak menjawab, mendadak dia menengadah sambil tertawa terbahak bahak bahkan mengucapkan pula sepatah kata.

Pada saat itu Liong Tian-im seakan akan sudah melupakan penderitaannya akibat hati yang tersayat sayat, dengan agat tegang dia segera bertanya:

"Apa yang dia katakan ?"

Dengan menirukan nada suara Leng Hong ya pada waktu itu, Bok Siau hiang menjawab dengan suara lirih.

"Dia bilang begini "Kau perempuan rendah kiranya mampus juga, Hmm. . . dengan mengandalkan nama besar keluarga Leng kami, siapa yang kesudian dengan perempuan jelek macam kau? Huuh, seandainya tidak memandang pada ilmu pedang Thian yang kiam hoat kepandaian mu. . ."

"Waktu itu aku merasa gusar bercampur sa p hati, sambil membalikkan badan ingin segera kuperseni sebuah tempelengan keras pada wajahnya.

"Tapi orang itu memang seorang yang berwatak licik dan panjang akal busuknya, sewaktu menyaksikan aku melompat bangun dengan terperanjat segera dia mengucapkan kata kata yang sangat enak didengar dengan wajah penuh senyuman bahkan sengaja menggoda aku, mengatakan aku menjadi bertambah cantik bila sedang marah. ." 

"Aku memang orang yang tak tahan menghadapi bujuk  rayu yang amat enak didengar itu, kontan saja hatiku menjadi lunak kembali diapun mengajak aku untuk membicarakan soal soal lain, kemudian minta diri dengan alasan masih ada urusan. Siapa tahu dia pergi untuk melaksanakan suatu rencana pembunuhan yang paling biadab dan terkutuk. . ."

Berbicara sampai disitu, mendadak ia hentikan sampai ditengah jalan, diatas wajahnya yang dingin kembali terlihat kejangan kejangan penuh penderitaan.

Sambil mengepal tinjunya kencang kencang, serunya sambil menggertak gigi:

"Dalam persoalan apa pun aku dapat memaafkan dia, tapi hanya dalam peristiwa ini sa ja aku tak dapat memaafkan dia.
. ."

Suatu perasaan menderita yang amat menyakitkan hati mendadak muncul pula dari dalam hati Liong Tian im, sakit hatinya dia sampai menjerit kesakitan, digenggamnya dada sendiri kencang kencang, sementara peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.

Dengan pandangan dingin Bok Siau hiang melirik sekejap ke arahnya, kemudian berkata.

"Ular hati sudah muncul di antara kerutan alis matanya, bila ular hati itu belum tercabut jangan harap bisa sembuh, aai . . . sungguh tak kusangka kau yang masih begitu muda sudah mempunyai rahasia hati yang melukai hatimu sehingga memaksa ular hati menggigit hati..." Walaupun dia adalah seorang keturunan dari suatu  keluarga persilatan besar, namun untuk sesaat tak diketahui olehnya kalau Liong Tian im sudah terkena ilmu Tui sim gi hun tay hoat yang merupakan ilmu paling rahasia di dalam wilayah Biau, kalau tidak, sudah pasti perempuan yang bernasib jelek ini pasti akan menjerit kaget.

Buru buru Liong Tian im mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan penderitaan yang menusuk hati itu, kemudian setelah berhasil agak menenangkan hatinya, dia berseru:

"Kau tak usah menggubris diriku. cepat lanjutkan ceritamu itu."

Bok Siau hiang tertawa sedih, kemudian melanjutkan kembali kisah ceritanya:

"Setelah Leng Hongya keluar dari kamar, aku pikir dia tentu merasa menyesal karena sudah bertindak keji terhadap istri sendiri dalam hati akupun memaafkan perbuatannya itu, alasannya usiaku memang dua puluh tahun lebil tua daripadanya, tanpa terasa muncul suan perasaan kasih sayang seorang kakak terhadap adiknya dibalik hubungan suami istri, Siapa tahu dia adalah seorang manusia yang lebih rendah daripada seekor binatang."

"Tak lama setelah dia keluar, aku mendengar ada orang mengetuk pintu, ketika aku keluar untuk melihat siapa yang datang, seorang lelaki berkerudung telah menerjang kedalam kamarku dan merobek robek pakaian yang kukenakan, sementara itu aku sedang bingung dan kacau pikiranku, terhadap usaha perkosaan tersebut aku tak beringatan untuk melakukan perlawanan apa pun. "Disaat yang amat kritis itulah mendadak Leng Hongya munculkan diri dan memukul lelaki tersebut, kemudian mencaci maki aku sebagai perempuan rendah yang tidak setia, perempuan yang nyeleweng, bahkan menitahkan kepadaku untuk bunuh diri, dia mengancam jika aku tidak segera bunuh diri maka dialah yang akan membunuhku."

"Waktu itu aku tak bisa membantah atau mengucapkan sepatah kata pun, yang bisa kulakukan hanya menangis tersedu sedu."

"Setelah meninggalkan seutas tali putih, Leng Hongya segera berlalu meningggalkan tempat itu, sedang aku tahu dari pada hidup lebih baik mati saja dengan menggantung diri."

"Pada saat itulah Im Cu datang dengan tergesa-gesa dan melaporkan kalau Leng Hongya hendak membakar rumah itu, dia minta kepadaku agar cepat cepat selamatkan diri,,"

Berbicara sampai disini dia melirik sekejap kearah Im Cu, kemudian lanjutnya dengan suara sedih:

"Pada saat itulah aku baru memahami serangkaian siasat keji dari Leng Hongya tersebut, aku tidak rela untuk mati dengan begitu saja, setelah berunding dengan Im Cu, diapun menyaru sebagai aku untuk menggantung diri sementara aku berusaha melarikan diri."

"Menanti aku sudah kabur, api telah menjalar ke seluruh bangunan rumah, sungguh tak nyana Im Cu memang cerdik, sesaat api mulai membara, dia pergunakan perawakan lelaki yang tewas itu untuk menggantikan tempat duduknya, sementara dia pun melarikan diri lewat kebon belakang. "Begitulah, sejak detik itu kami pun bersembunyi terus  disini, dalam waktu angka dua tiga puluh tahun sudah lewat ... "

Makin bercerita hatinya semakin berat dan sedih, air matanya bercucuran amat derasnya.

Tatkala menyelesaikan kisah tersebut dia sudah  bergoncang keras menahan isak tangisnya yang menjadi jadi, lm Cu turut melelehkan air mata sambil menangis pula.

Liong Tian In sama sekali tak menyangka kalau Leng  hongya dari lembah Tee ong kok adalah seorang manusia berhati bengis yang lebih keji dari pada binatang, kontan saja segulung hawa amarah menerjang keluar dari dalam dadanya.
"Hmm...." dia mendengus dingin, pikirnya kemudian: "Baru pertama keli ini kujumpai manusia licik yang
berwajah saleh, setelah kuketahui masalahnya maka aku pun harus mencampurinya pula, akan kutantang Leng Hoogya untuk bertarung ... "

OOOoO ^O^ i0Q0O

APA yang dipikirkan didalam hatinya tak berani diperlihatkan keluar, maka sambil menunjukkan sikap keheranan, anak muda itu segera bertanya lagi:

Dengan menyembunyikan diri disini, apakah kalian dapat mengelabuhi Leng Hongya?"

Bok Siau hiang tertawa pedih. "Leng Hongya sebegai seorang tokoh persilatan, tentu saja mempunyai banyak anak buah yang setia kepadanya, tak lama kemudian diapun sudah mendapat tahu kalau kami berhasil meloloskan diri dari bahaya maut, tapi dia seperti merasa  takut terhadap suatu hal hingga tidak melakukan pengejaran lagi terhadap kami, diam-diam mengirim orang untuk siang malam mengawasi kami berdua dia tidak memberi
kesempatan kepada kami untuk melarikan diri dari lembah Tee ongkok ini. ."

Setelah menyeka air mata, Im Cu turut me

"Hari ini tampaknya disini telah terjadi suatu peristiwa besar, seluruh pengawal yang mengawasi tempat ini telah ditarik pergi, oleh karena itulah meski kau sudah lama sekali tiba disini namun jejakmu belum juga diketahui orang.."

Diam diam Liong Tian im menghela napas panjang sekali lagi dia berpikir dalam hati.

"Tentu saja kalian tidak tahu kalau Bok toako ku dengan menyoren pedang telah menyerbu ke dalam lembah Tee ong kok ini sehingga membuat Leng Hongya ketakutan setengah mati, ditambah lagi sepuluh manusia bengis dari kolong langit ikut melakukan pengacauan, tentu saja dia tak punya waktu lagi untuk mengurusi tempat ini..."

Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak dari luar gua terdengar suara langkah kaki yang amat lirih.

Im Cu maupun Bok Siau hiang sama-sama terasa terperanjat dengan pandangan bergidik mereka mengawasi mulut gua lekat lekat. Liong Tian im pun tak berani bertindak gegabah, diam diam ia menghimpun sisa tenaga dalam yang dimilikinya ke dalam telapak tangan guna bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Dengan cepat Bok Siau hiang memberi tan da kepada Liong Tian-im. kemudian bisiknya.

"Cepat menyembunyikan diri ke belakangku, kita berbicara lagi setelah tahu siapa yang datang . ."

Liong Tian-im tahu tenaga dalamnya tak bisa dihimpun sekarang akibat gigitan ular dalam hatinya, dengan cepat dia mengangguk dan menyembunyikan diri kebelakang tubuh Bok Siau hiang, setelah itu mengawasi ke arah depan deagan pandangan tajam.

"Setelah suara langkah itu bergema, tiba tiba suasana  diluar gua menjadi hening kembali, lewat sesaat baru terdengar seorang berseru dengan suara yang tua tapi penuh tenaga:

"Siau hiang! Siau hiang !"

Begitu mendengar suara panggilan yang amat dikenalnya itu, sekujur badan Bok Siau hiang lalu gemetar keras, suatu perasaan yang bagaikan di alam impian membuatnya tak sanggup menjawab untuk sesaat lamanya.

"Kau . . . kau masih teringat akan diriku?" akhirnya dia berseru dengan suara gemetar.

Tampaknya orang yang berada diluar gua itu merasa sedih sekali setelah menghela napas berat, ujarnya: "Bolehkah aku masuk ke dalam untuk menengok dirimu?"

Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan, suara langkah kaki yang amat nyaring segera berkumandang datang.

Dibawah sorot cahaya lentera yang redup, tampak seorang kakek berdiri didalam ruangan dengan perkasanya.

"Mau apa kau datang kemari?" bentak Bok Siau hiang kemudian dengan airmata bercucuran.

Kakek tersebut tertawa sedih.

"Bagaimana pun juga kita pernah menjadi suami istri, apakah kau sama sekali telah melupakan hubungan cinta kita dulu..." kata kakek itu sambil tertawa rawan.

Liong Tian im yang bersembunyi dibalik pembaringan batu segera mengintip keluar lewat celah celah batu, tampak olehnya Leng Hongya adalah seorang kakek yang berwajah saleh dan ramah, sama sekali tidak terlintas kelicikan.
Melihat itu, diam diam dia menghela napas pikirnya : "Ai .. tampaknya menilai orang tak bisa menilai dari
wajahnya saja seandainya aku tak pernah mendengar tentang kejahatan-kejahatan dan kekejaman yang pernah dilakukan Leng Hongya, aku benar benar tak akan percaya kalau manusia semacam ini adalah seorang manusia buas yang kekejamannya seperti harimau ..."

Bok Siau hiang memang bernasib jelek, perkawinan yang tak berbahagia membuat hatinya yang hancur tak pernah merasakan setitik kehangatanpun. Walaupun dia membenci Leng Hongya, namun didalam benaknya masih sering muncul tingkah laku atau gerak gerik dari Leng Hong ya, telinganya juga seakan akan mendengar bujuk rayunya yang memabukkan.

Oleh sebab itu, setelah berjumpa dengan Leng Hongya, tak urung timbul juga perasaan cinta didalam hatinya, goncangan yang dialami dalam harinya hampir saja membuat dia tak sanggup untuk mengendalikan diri.

Dengah perasaan bergetar keras, perempuan itu segera berseru:

"seandainya kau masih teringat dengan hubungan cinta kasih kita dulu, tak mungkin kau baru datang menjengukmu pada hari ini"

Dengan cepat Leng Hongya menggeleng, katanya:

"Siau hiang, hingga kini kau masih belum dapat memahami diriku, sejak terjadi peristiwa itu, aku tahu kalau aku salah, tidak seharusnya mencurigai istri sendiri nyeleweng, oleh karena itu sewaktu kau dan Im Cu melarikan diri kemari, akupun tak pernah mengusik kalian lagi, setiap hari aku menyesali kesalahanku dulu, aku berharap suatu hari bisa mendapatkan perhatian darimu..."

"Ciiis, kau tak usah berlagak lagi dihadapanku, aku bukannya tidak tahu kalau kau..."

"Walaupun ucapannya masih keras, namun hatinya sudah mulai melunak dan melumer oleh bujuk rayu yang manis tersebut." Leng Hongya memang pandai sekali melihat keadaan, dia tahu sikap keras dan dingin dari Bok Siau-hiang tak mungkin bisa bertahan kelewat Iama.

Buru buru dia maju sambil memperhatikan wajahnya lekatlekat, kemudian bisiknya:

"Siau hiang, kau amat kurus selama beberapa tahun ini kau pasti hidup mengenaskan .."

Bok Siau hiang adalah seorang perempuan lemah yang tak tahan terhadap godaan, sewaktu dilihatnya Leng Hongya begitu menaruh perhatian kepadanya. tanpa terasa rasa dendamnya selama berapa tahun seperti melumer didalam beberapa patah kata tersebut.

Selapis cahaya merah dengan cepat menyelimuti wajahnya, walaupun sedang sakit namun mana orang dapat membedakan . . "

"Kau masih teringat akan diriku. . ." katanya dengan suara gemetar keras.

Menggunakan kesempatan itu, Leng Hongya maju selangkah lagi kedepan, katanya lebih jauh:

"Aku tak pernah melupakan dirimu, Siau hiang, bila kau bisa melupakan kesalahanku dulu, aku bersedia untuk rujuk kembali denganmu. . ."

"Aaah . ." Bok Siau hiang menghela napas sedih, "terlalu terlambat, aku tidak mempunya rejeki semacam itu. . ." Leng Hongya benar benar merupakan seorang yang berotak cerdas, licik dan banyak tipu muslihatnya, hampir semua perkataan yang diucapkan olehnya merupakan kata kata yang menarik dan sedap didengar.

BegituIah takala dilihatnya Bok siau hiang sudah mulai tertarik hatinya, mendadak dia menghela napas panjang, selapis kemurungan kembali menghiasi wajahnya.

"Aaai. . ."

Bok Siau-hiang tak kuasa membendung serangan bujuk rayunya yang cukup memabukkan hati, ketika melihat wajah Leng Hongya diliputi kemurungan dan kesedihan, hatinya segera bergetar keras, tanpa disadari diapun menaruh perasaan kuatir bagi keselamatan Leng Hongya.
Dengan perasaan tidak habis mengerti dia lantas menegur: "Yok peng kau mempunyai rahasia hati apa yang
merisaukan hatimu."

Leng Hong ya yang cerdik tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dia segera mengatur jebakan berikutnya untuk memperangkap mangsanya:

Tiba-tiba dia mengambil keluar sebutir mutiara besar yang amat menyilaukan mata dan diserahkan kepada Im Cu yang berada di sisinya, dengan nada yang bersungguh sungguh dia berkata.

"Im Cu. selama berapa tahun ini kau selalu melindungi dan merawat Cubo secara seksama, aku tak punya apa apa untuk menyampaikan rasa terima kasihku itu, ambilah mutiara Pek sui cu ini sebagai ucapan rasa terima kasih ku.." "Aku tidak membutuhkan pemberianmu." tampak Im Cu dengan suara dingin, "lebih baik serahkan saja kepada orang lain "

Agakoya Leng Hongya telah menduga akan penolakan tersebut, sambil tertawa tersipu sipu dia lantas berpaling kemudian tanyanya lagi.

"Siau hiang, apa yang kau tanyakan kepada ku barusan?"

Waktu itu Bok Siau hiang seakan akan sudah melupakan semua penderitaan yang dialaminya selama ini akibat perbuatan dari Leng Hongya, dengan mata berkaca kaca dan tubuh gemetar ia berkata:

"Tampaknya kau seperti menjumpai suatu persoalan yang sangat berat dan seriusnya "

Leng Hongya menghela napas panjang.

"Aiaai, . . benar, sekarang aku memang lagi menjumpai kesulitansahutnya, "oleh karena aku sudah kehabisan akal dan akupun takut kau marah bila mengajakmu berunding, aai.
. aku. ."

Bok Siau hiang segera tertawa getir.

"Bagaimanapua juga kita pernah menjadi suami istri selama banyak tahun, urusanmu sudah sepantasnya kalau akupun ikut memikirkannya . ."

"Kalau dibicarakan benar benar membuat orang tidak percaya." kata Leng Hongya sambil menggelengkan kepalanya, "tengah hari tadi telah muncul seorang buta yang melakukan pembantaian secara besar besaran dalam lembah ini, ia bersikeras hendak menjumpai diriku setelah aku keluar, diapun berulang kali ingin mencarimu, dia menyebutnya sebagai adikku, oleh karena aku merasa bersalah kepadamu, dan akupun tak tega membunuhnya, terpaksa aku datang kemari ingin bertanya kepadamu . ."

Dengan perasaan bingung Bok Siau hiang menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya cepat:

"Aku tidak mempunyai seorang adik yang buta, seandainya dia adikku, tak mungkin matanya buta. . ."

Liong Tian im merasa hatinya bergetar keras segera pikirnya:

"Yaa, benar Leng Hongya pasti sudah berjumpa dengan engkoh Bok Ci kalau begitu Bok toako telah bersua dengan Leng Hongya entah ilmu pedang siapakah yang lebih unggul
?"

Tiba tiba terdengar Leng Hongya bertepuk tangan nyaring sambil berseru keras:

"Betul, seandainya dia adalah adikmu, aku pasti akan kenalinya dalam sekilas pandangan, wajah sibuta ini mempunyai sebuah codet yang hampir sama dengan codet adik, itulah sebabnya merasa rada sangsi."

Bok Siau hiang menghela napas panjang.

"Aaai aku tidak kenal dengan orang ini, akupun tidak mempunyai usul apa apa..."

Leng Hongya tertawa getir, kembali ujarnya "Dia mengaku sebagai jago pedang buta, ilmu pedangnya benar benar sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, musuh tangguh semacam ini meski tak perlu kita takuti, namun anehnya ilmu pedang yang dia pergunakan justru ilmu pedang dari keluarga kalian..."
Bok Siau hiang mulai gelisah sekali, serunya kemudian: "Kalau begitu cepat ajak aku untuk menjumpainya, coba
lihat apakah dia adalah .."

"Buat apa kau menjumpai manusia semacam ini?" kata Leng Hongya sambil tertawa serius, berulang kali dia mengatakan hendak merebut kembali pedang hitam Meh bok
im keluarga kalian aku lihat lebih baik serahkan saja kepadaku agar kuusir orang itu sekarang."

Paras muka Bok Siau hiong segera berubah hebat.

"Tidak." teriaknya, "pedang Meh bok kiam adalah barang yang menjadi pesalinku sewaktu kawin tempo hari, ayah pernah berkata kepadaku agar pedang ini jangan  sembarangan diberikan orang, kalau tidak pemegang pedang bisa menggunakan pedang Meh bok kiam itu menukar ilmu  silat rahasia keluargaku. sekarang di kolong langit dewasa ini kecuali yang yang berada ditangan Siau te (adik)" jteh dibilang pedang ini,.. "

"Andaikata aku yang menginginkan apakah kau akan berikan kepadaku?" tanya Leng Hongya sambil tertawa serak.

"Soal ini..." seperti telah mengambil keputusan, Bok Siau hiang segera berkata lebih lanjut. "Tidak, aku tak akan menyerahkan kepadamu, tenaga dalammu sudah memperoleh warisan langsung dari ayah, kau tak usah melatih ilmu pedang Thian yang Kiam hoat ayahku lagi, apalagi ilmu pedang langit dan pedang bumi tak mungkin bisa dilatih bersama."

Mendadak dari luar gua berkumandanj suara panggilan "Ayah..."
Kemudian muncullah Leng Ning ciu dalam gua itu sambil memandang semua orang yang hadir disini dengan keheranan.

Sekujur badan Bok siau hiang gemetar keras, paras mukanya berubah hebat, sambil menuding ke arah Leng Ning ciu serunya: "Siapakah dia?"

Walaupun Leng Hongya adalah seorang yang cerdas, tapi berhubungan perubahan itu berlangsungnya sangat tiba tiba sehingga sama sekali tak ada waktu baginya untuk mengambil pertimbangan akibatnya untuk sesaat ia tak mampu menjawab barang sepatah katapun.

Dengan gusar dia melotot sekejap ke arah Leng Ning ciu, kemudian tegurnya:

"Mau apa kau datang kemari?"

Buru buru serunya kepada Bok Siau hiang pula sambil tertawa paksa:

"Dia adalah putri angkatku .. ." "Ayah, kau bilang apa?" seru Leng Ning ciu dengan wajah tertegun karena tercengang.

Waktu itu Bok Siau hiang sudah dapat melihat persoalan di balik kejadian itu. saking gusarnya dengan paras muka hijau membesi dia muntahkan darah segar.

Im Cu menjadi amat terperanjat buru buru dia mengambilkan secawan air teh baginya.

Tapi perempuan itu segera menyiram air dalam cawan itu keatas tanah, serunya:

"Ternyata secara diam diam kau telah bermain pat pat gulipat dengan perempuan lain sehingga sudah berputri seorang pun tak berani memberitahukan kepadaku, bagus sekali! Hampir saja aku tertipu, rupanya kau ingin membohongi pedang kayuku untuk pergi menjumpai ayahku? Hmm .. asal kau dapat menghisap kembali air yang sudah tumpah di tanah ini, pedang kayu tersebut akan kuserah kan kembali kepadamu."

Saking gusarnya sekujur badan perempuan tua ini gemetar keras, dari mulutnya dia muntahkan darah segar berulang kali, namun di balik matanya yang berkaca kaca, mencorong keluar serentetan cahaya tajam yang buas di menggidikkan hati.

"Heeh . . . . heeeh ., . " melihat siasat kejinya mengalami kegagalan total, Leng Hongya tertawa dingin tiada hentinya, "aku sama sekali tidak berharap dengan perempuan busuk seperti kau, sekarang diantara kita berdua pun sudah tak ada yang bisa di bicarakan lagi, cepat serahkan pedang kayu itu padaku, aku akan mempergunakan pedang keluarga kalian untuk membunuh adikmu . . , . " "Ayah!" seru Leng Ning ciu dengan waja tertegun setelan memandang Bok Siau hiang sekejap, "sebetulnya apa yang telah terjadi?"

"Disini tak ada urusan denganmu, cepat kau enyah dari sini!" bentak Leng Hongya dingin.

"Aku adalah istrinya, siapakah kau?" ucap Bok Siau hiang tiba tiba dengan sedih.

"Apa?" Leng Ning ciu membelalakkan matanya lebar lebar, "kau adalab putrinya si pedang langit Bok Keng jin? Bukankan ayah mengatakan kau telah mati?"

Dengan wajah tercengang dia memandang LengHongya sekejap, kemudian dengan penuh kesedihan dia menuju keluar sambil serunya:

"Akan kuberitahu kejadian ini kepadanya!"

"Balik!" bentak Leng Hongya tiba tiba sambil melompat maju kedepan.

Saat ini diatas wajahnya yang dingin kaku seperti salju itu sudah terlintas selapis hawa napsu membunuh yang teramat tebal, hal ini membuat Leng Ning ciu yang menghentikan gerakan tubuhnya berpaling dengan rasa ngeri.

Selama hidup belum pernah dia menyaksikan Leng Hongya bersikap begitu dingin dan menyeramkan seperti itu tanpa terasa dia mundur dua langkah dengan perasaan ngeri.

Dengan wajah diliputi kemarahan yang memuncak, Leng Hongya mengancam: "Jika kan berani memberitahukan kejadian ini kepada ibumu. akan kuhajar kan sampai matipun!"

Tiba tiba Bok Siau hiang mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak dengan seramnya, dibalik suara tertawanya yang amat memekikkan telinga itu terkandung pula rasa sedih, murung, duka dan pelbagai perasaan lainnya yang dilampiaskan keluar semua.

Kemudian selesai tertawa dia berpekik nyaring:

"Heeeb . . . heeeh .. , heeeh , . , tampaknya kau pun takut dengan bini!"

Merah padam selembar wajah Leng Hongya karena jengah, dalam keadaan begini dia tak manpu untuk mengumbar napsunya.

Leng Ning ciu seperti menjumpai suatu kejadian yang menyakitkan hatinya. tiba tiba dia menangis sedih seduh, lalu sambil menutupi mukanya lari keluar dari dalam gua. dari isak tangisnya terdengar semakin menjadi jadi.

"Balik ."

Suatu bentakkan nyaring tiba tiba berkumandang memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu.

Menyusul suara bentakan nyaring yang lewat tersebut, bayangan pedang nampak bergetar keluar dari luar gua.

Leng Ning ciu menjerit kaget, lalu mundur kebelakang berulang kali dengan wajah ngeri. Jago pedang buta Bok Ci dengan pedang kayu ditangannya telah mundur didepan gua dengan gagah, dia mengendus sebentar ketengah udara, lalu serunya sambil menudingkan pedangnya kedepan:

"Leng Hongya! Kita belum sempat bertarung" Leng Hongya tertawa seram.

"Heeeh , , , heeeh . , . ! heeeh . . . rupanya kau datang untuk menghantar kematianmu ?"

"Sebelum datang kemari, aku sudah bertekad untuk mati" kata jago pedang buta Bok Ci dingin, "empat belas tahun berselang kau telah membuat sepasang mataku buta, membuat aku kehilangan jendela sukmaku untuk selamanya, dan sepanjang hidup berada didalam kegelapan, dendam kesumat ini bagaimana pun juga harus kutuntut balas , .."

Pedang kayunya digetarkan membentuk satu lingkaran busur di tengah udara, gelombang pedang yang kuat mengikuti serentetan desingan angin serangan yang tajam bergerak ditengah udara dan menimbulkan serentetan gelombang hawa pedang yang amat dahsyat.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar