Cincin Maut Jilid 09

Jilid 09 
"CRIIT" DESINGAN ANGIN TAJAM berkelebat lewat Ka Bong lin segera mundur sejauh delapan depa jubah panjangnya sudah robek menjadi dua sementara serulingnya Ienyap tak berbekas

OOWOO

DENGAN tangan kiri memegang seruling panjang, orang itu berkata dengan suara dalam

"Kau harus melatih diri selama lima tahun lagi sebelum kau ingin bertanding seimbang melawanku."

Kejut seram Ka Bong lin menghadapi keadaan tersebut mendadak serunya tertahan.

"Kau adalah seorang buta ?"

"Benar !" orang itu manggut manggut, "aku memang seseorang yang buta . . ."

Setelah maju selangkah, dia menggetarkan serulingnya kedepan, lalu berkata lebih jauh:

"Tapi, walaupun aku seorang yang buta, aku lebih berguna daripada dirimu, kau masih belum sanggup untuk melindungi seruling ini, maka kau belum pantas untuk mempergunakan nama Sin siau long kun . . ."

Setelah menyimpan seruling itu keatas pinggangnya dia berkata lebih jauh:

"SeruIing ini akan kubawa untuk sementara waktu, sekarang kau cepat menggelinding pulang ke lembah untuk mencari Leng Hongya dan melatih ilmu pedangnya selama lima tahun"

Paras muka Ka Bong leng telah berubah menjadi hijau membesi karena marah, segera tegurnya:

"Siapakah kau ?"

"Siapakah aku ?" orang itu tertawa nyaring, "siapakah aku?" Haaahh . . haahh . , . haah . . haaah .. . kalian tahu siapakah aku ?"

"Kau adalah seorang buta, mengapa bisa memiliki ilmu pedang selihay ini ? siapakah kau sebenarnya ?" seru LengNing ciu pula dengan perasaan terkejut bercampur keheranan.

Orang berbaju hijau itu maju dua langkah, kemudian katanya kepada Leng Ning-ciu:

"Kau tidak tahu siapakah aku ?"

Leng Ning ciu menyaksikan orang itu mempunyai paras muka yang tampan dengan sepasang alis mata yang tebal menunjukkan kegagahannya, sedang bibir terketup kencang melancarkan suatu keteguhan hati yang amat mantap.

Sayangnya sebuah codet panjang melintang dari atas jidat sampai bawah mata sebelah kirinya, lagi pula sepasang matanya rapat dengan kelopak mata cekung ke dalam, hal ini menunjukkan kalau dia adalah seorang buta.

Leng Ning ciu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian:

"Aku ... aku tidak kenal siapakah kau !" Dengan kecewa orang berbaju hijau itu berkata lagi : "Coba kau pikirkan, masih ingat kah dengan potonganku ini?"

Sambil berkata dia menuding codet di atas jidat kirinya, menambahkan:

"Perhatikan codet ini,"

Tapi Leng Niog-ciu segera menggelengkan kepalanya berulang kali seraya berkata:

"Aku benar benar tak teringat lagi kapan kah aku pernah bersua denganmu."

Liong Tian-im yang bersembunyi disamping arena merasa keheranan, pikirnya:

"Kenapa dengan toako ?" sebenarnya permainan apakah yang sedang dia lakukan? Tapi, tampaknya dia pun tidak seperti pura-pura? coba kulihat apakah maksud tujuan yang sebenarnya ?"

Sementara itu si manusia buta berbaju hijau itu telah berkata lagi sambil tertawa nyaring.

"Haaahh . . haaaahh . . . haaahh . . . empat belas tahun sudah, siapa lagi yang masih bisa mengingat-ingat persoalan yang begitu banyak . . . ?"

Dalam pada itu Ka Bong lin sudah melompat bangun, kemudian berseru dengan penuh kegusaran: "Sebenarnya siapakah kau ?"

Manusia buta itu menarik kembali senyuman getirnya, lalu menjawab dengan suara daIam. "Aku adalah jago pedang buta Bok Ci . . . ." setelah menarik napas panjang panjang, lanjutnya:
"Mengapa kau tidak segera menggelinding pergi dari sini ?" "Criing" Ka Bong lin meloloskan pedangnya dari punggung
lalu berseru:

"Aku mengira jago persilatan dari manakah yang berani membuat keonaran didalam lembah Tee ong kok, rupanya tak lebih hanya seorang manusia buta yang tak ternama."

"Kalau kau berani mengucapkan sepatah kata lagi, akan segera kubacok tubuhmu menjadi dua!"

"Cabut keluar pedangmu !" bentak Ka Bong lin

"Hmmm, sepuluh tahun aku belajar ilmu pedang, tapi tak berani kugembol pedang di badan, aku selalu menggunakan kayu atau ranting sebagai penggantinya, sedang kau baru saja mempelajari sedikit ilmu akan tetapi sudah berani menggunakan pedang untuk menantang aku ?"
Setelah maju selangkah ke depan, serunya lebih jauh: "Kau masih belum pantas untuk memaksaku menggunakan
pedang kayu, dengan tangan kosong aku akan bertarung berapa gebrakan denganmu, bila dalam lima gebrakan aku tak sanggup membuatmu kehilangan pedang, seruling ini segera kukembalikan kepadamu !"
Ka Bong-lin segera mendengus dingin: "Hmmm, kau jangan terlalu percaya dengan
kemampuanmu sendiri " Cahaya pedang berkilat, dia segera membentak keras: "Lihat serangan yang pertama !"

Angin psdang membelah angkasa, kemudian dengan dahsyatnya meluncur ke tubuh lawan.

Tapi jago pedang buta miringkan kepalanya saja, tahu tahu dia sudah terlepas dari ancaman Tiang ho to liong (membunuh naga di sungai besar) yang maha dahsyat itu.

Kemudian dengan suara setengah mengejek katanya :

"Tenaga tidak cukup, keangkeran kurang, mana mungkin kau bisa mainkan jurus pedang ini dengan hebat ? Lebih baik berlatihlah dua tahun lagi !"

Ka Bong lin mengayunkan pedangnya dengan gusar. senjata itu berputar setengah lingkaran busur, kemudian diiringi getaran ujung pedang yang dahsyat tanpa mengeluarkan sedikit suarapun menusuk lagi ke tubuh lawan.

Sekalipun sepasang mata Bok Ci sudah buta ternyata dia memiliki ketajaman pendengaran yang luar biasa, dalam saat itulah telapak tangannya diayunkan sejajar ke depan dan memancing gerakan musuh miring ke samping.

Baru saja Ka Bong lin melepaskan sebuah tusukan, tahu tahu ancamannya sudah tertahan oleh telapak tangan kiri lawannya dengan perasaan terperanjat buru buru tenaga dalamnya disalurkan ke dalam senjata kemudian mencungkilnya ke atas. Namun baru saja tenaganya dikerahkan, tampak pergelangan tangan lawan sedikit digetarkan, tenaga diujung pedangnya sudah kena di tahan dan pedang tersebut segera terpancing sehingga miring ke samping.

Si Jago pedang buta Bok Ci segera berkata:

"Serangan ini licik dan penuh akal busuk, memang cocok sekali dengan watakmu, tak bisa memahami inti sari yang sebenarnya dari ilmu pedang itu . . ."

Nada suaranya seakan-akan seorang ahli pedang yang memberikan kritikan terhadap kejelekan permainan lawannya, namun semua yang diucapkan justru merupakan kenyataan, hal ini membuat Ka Bong-lin menjadi gusar sekali.

Mendadak ia mendesis pelan, lalu lutut kanannya setengah berjongkok ke bawah.

Tangan kirinya segera digenggaman pula diatas gagang pedangnya dengan wajah seolah olah memikul suatu beban yang sangat berat.

Setelah itu sambil berteriak keras, pedangnya bagaikan seekor ikan yang melejit ke udara, tahu tahu sudah menerobos lewat dengan klrt IiWtn danUrg:jUES menutuk ke ulu hati Bok Ci.

Si jago pedang buta Bok Ci mendesis lirih tubuhnya berputar-putar, seakan akan selembar daun yang menempel diujung pedang lawan, seperti juga tubuhnya akan melayang turun kebawah. Berada di tengah udara, buru buru telapak tangan kanannya diayunkan ke depan dan langsung membacok kebawah.

"Criiiing!" mata pedang itu tahu tahu patah menjadi dua, ke lima jari tangan Bok Ci yang direntangkan lebar lebar segera mencengkeram mata pedang yang patah itu, kemudian dengan wajah serius katanya:

"Darimana kau pelajari ilmu pedang tersebut?"

Ka Bong lin berusaha untuk meronta dan melepaskan diri  dari cengkeraman kelima jari tangan lawan, tapi tidak berhasil, dengan kalap dia lantas membentak:

"Buat apa kau menanyakan tentang soal ini?"

Dengan suara dalam si jago pedang buta Bok Ci segera berkata:

"Jurus pedang yang barusan kau pergunakan adalah jurus Liong-kui toa-hay (naga sakti kembali ke laut) dari ilmu Yau kong pit to jit kiam-si dari aliran Seng sut-hay, darimana itu mempelajarinya ?"

Ka Bong lin tidak menjawab pertanyaan itu, sambil membentak keras, dia lepaskan sebuah tendangan ke arah lambung bagian bawah lawan.

Si Jago pedang buta Bok Ci segera memutar pergelangan tangannya sambil melakukan gaitan dia menggaet tendangan yang meluncur tiba, kemudian melemparkan tubuh Ka Bong lin setinggi dua kaki lebih. "Blaaammm !" sewaktu terjatuh kembali ke tanah, dia segera jatuh tak sadarkan diri.

Kemudian gumamnya dengan suara lirih: "Jangan jangan Leng Yok-peng telah bersekongkol dengan pihak Seng sut-pay
? Mungkin dia kuatir kalau aku datang untuk membuat perhitungan dengannya . .."

Seraya berkata dia lantas menggetarkan tangan kanannya dan menghancurkan pedang itu hingga termelio It tujuh.

Hanya didalam tiga gebrakan saja, dia telah berhasil menghancurkan pedang Ka Bong-lin dan melemparkan tubuhnya sejauh dua kaki lebih, kejadian semacam ini kontan saja membuat Leng Ning Ciu merasa terkejut bercampur keheranan.

Tapi timbul juga suatu perasaan puas dalam hatinya, ia segera memuji dan tiada hentinya:

"Kau sungguh amat lihay, dengam tangan kosongpun dapat mengalahkan dia "

Berbicara soal ilmu silat yang dimilikinya itu, dalam dunia persilatan dia hanya bisa di anggap sebagai murid kelas tiga. sungguh tak kusangka kalau Leng Yok peng bisa memiliki seorang murid dungu seperti dia "

"Kau datang dari mana? Mengapa bisa kenal dengan ayahku?"

"Aku datang dari tebing Toa pousat nia, sedangkan ayahmu
. . ? Hmm, kami telah berkenalan sejak empat belas tahun berselang !" Tampaknya Leng Ning-ciu menaruh suatu perasaan sangat tertarik dengan si buta ini, dia segera bertanya lagi:

"Tadi kau mengatakan sudah berkenalan dengan ayahku semenjak empat belas tahun berselang, lantas berapa usiamu sekarang ? Lagi pula nama Toa pousat-nia inipun seperti pernah kudengar di suatu tempat, hii, dapatkah kau memberitahukan kepadaku, dimanakah letak tempat itu ?"

Liong Tian im sendiri pun merasa kagum bercampur kaget setelah menyaksikan Bok Ci dengan tangan kosong telah berhasil merampas pedang ahli waris dari Leng Hongya itu dengan tangan kosong belaka.

Diam diam dia lantas berpikir:

"Seandainya aku yang bertarung melawannya paling tidak lima ratus gebrakan kemudian baru bisa menangkan dia, tapi dalam hal senjata rahasia dan ilmu jari iblis, mungkin aku dapat meraih keunggulan darinya . . ."

Dia tahu jika ia munculkan diri pada saat ini, maka dia bisa menggunakan peluang itu untuk berkenalan dengan Leng Ning ciu, tapi diapun segera teringat dengan kisah cerita tentang sepasang pedang langit dan bumi dari Gak hong.

Dia tahu, setelah tanpa sengaja Bok Ci memasuki lembah Tee ong kok kali ini sudah pasti dia akan melakukan pengejaran dan pembalasan terhadap peristiwa lama.

Maka walaupun berulang kali dia ingin menampakkan diri, tapi akhirnya dia harus menahan diri, kuatir akan mengganggu perasaan -dari si jago pedang buta. Setelah berhenti sejenak, serunya tiba-tiba: "Orang she Ka bangun kau!"

Padahal waktu itu Ka Bong lin baru saja merangkak bangun dari tanah, ia tak menyangka kalau gerak geriknya sudah berada dibawah pengawasan Bok Ci.

Sambil menggelengkan kepalamya berulang kuli dia bangkit berdiri, lalu katanya:
"Sumoay, mengapa kau tidak pergi dari sini?" "Hmmm, manusia semacam kau benar benar tak ada
gunanya" dengus Leng Ning ciu sinis, "belum lagi tiga gebrakan kau sudah dibikin keok, Hmm, benar benar cuma membuat ayah malu saja. Hmm ! Kau tak usah menyuruh diri ku lagi."

"Ka Bong Im" si jago pedang buta berseru kembaIi. "kau sebagai murid lembah Tee-ong-kok, mengapa tidak mempergunakan ilmu pedang perguruanmu sendiri, sebaliknya malah mempergunakan ilmu pedang dari Seng sut pay?"

"Aaah, siapa suruh kau mengurusi aku terus menerus ?" damprat Ka Bong lin dengan gusar. "segala sesuatunya adalah aku sendiri yang berilmu tak becus sehingga menderita kekalahan ditanganmu, bila kau punya nyali, jangan kabur!
Aku akan mengundang kedatangan toa suhengku, agar kau dapat menyaksikan kelihayan jurus pedang perguruanku"

Si jago pedang buta Bok Ci segera mendengus dingin: "Apakah toa-suhengmu bertubuh setinggi delapan depa, ilmu pedangnya sederhana, sifatnya mantap dan suka berjalan dengan langkah lebar?" "Darimana kau bisa tahu ?" tanya Ka Bong-lin terkejut. "Hmmm, dia sudah datang !" jawabnya.
Mendadak terdengar suara bentakan keras menggelegar dlangkasa, dari balik kegelapan malam segera terlihat sesosok bayangan manusia menampakkan diri dan bergerak  mendekat.

Dengan langkah lebar orang itu berjalan mendekat, ketika tiba dan dihadapan arena, dia segera berhenti sambil menegur
:

"Lo cu. kau telah membawa sumoay pergi ke mana ?"

Ka Bong Iin tidak menjawab pertanyaan itu sebaliknya berseru kembali dengan lantang:

"Toa suheng, ada orang menyerbu ke dalam lembah kita," katanya menyimpang.

Orang itu berperawakan tinggi, tinggi badannya mencapai sembilan depa lebih, kepalanya besar, hidungnya seperti hidung singa berwajah penuh cambang dan tinggi kekar, bentuk badannya memang persis seperti apa yang dilukiskan Bok Ci.

Dengan sorot mata berkilat dia melirik sekejap ke arah jago pedang buta Bok Ci, kemudian tegurnya dengan suara dalam : "Siapa yang berani memasuki lembah Tee ong kok ?"

"Leng Hong ih, kau sudah tidak kenal lagi denganku?" tiba tiba Jago pedang buta menegor dingin. LeIaki itu nampak terperanjat, setelah mengamati dengan seksama, dia segera berkata:

"Aaaaah, kau ? Bok Ci ?"

Jago pedang buta mendongakkan kepalanya dan segera tertawa terbahak bahak.

"Haaaahb , .. haahh . . ,,haaahh , , . . tak kusangka kau masih kenal dengan aku si orang buta!"

"Mau apa kau datang kemari ?" tanya Leng Hong-th keheranan.

"Thk usah banyak berbicara lagi, cabut pedang Kim-liongkiam mu yang telah menggetarkan seluruh wilayah Tiong cio, malam ini aku akan suruh kau menyaksikan apakah yang disebut sebagai ilmu pedang nomor satu di kolong langit. . ."

Dengan wajah berubah menjadi amat serius Leng Hong ih meloloskan pedangnya, kemudian berseru:
"Sumoay, Su te. kalian segera mundur empat kaki" "Kau telah mempersiapkan diri baik-baik!" tegur Bok Ci
kemudian dengan suara dingin.

Dengan wajah serius Leng Hong ih mengangkat pedangnya lurus dengan angkasa, kemudian sahutnya:

"Aku sedang menantikan seranganmu , .. "

Tiba tiba si jago pedang buta menggerakkan kepalanya dan melepaskan rambutnya hingga terurai ke bawah, setelah itu dia melejit ke udara. . . Berada ditengah udara dia membentak keras, tangan kanannya membabat kebawah, bagaikan sebuah pedang ia bacok kepala Leng Hong-ih. Dan Leng Hong-ih menggerakkan sepasang bahunya, cahaya pedang bagaikan air yang tumpah dengan menciptakan selapis cahaya tajam yang mewujudkan dua belah bilah pedang serentak mengancam dua belas jalan darah penting di tubuh lawan.

Dibawah sinar rembulan, cahaya pedang seketika mengurung sekujur badannya.

Begitu Leng Hong-ih melepaskan serangannya, pedang itu menciptakan dua belas jalur cahaya tajam yang meluncur ke udara dan mengancam jago pedang buta.

Di balik jurus serangannya yang maha dahsyat itu tertampak kemantapan yang luar biasa baik sewaktu menyerang maupun selagi bertahan, semuanya tampak rapat tanpa titik kelemahan, dia memang tak malu disebut seorang jago pedang lihay.

Jago pedang buta segera menggerakkan sepasang lengannya, ditangannya pedang yg menderu deru tubuhnya melejit tiga depa ke samping menghindarkan diri diri kedua belas buah serangan tajam itu.

Leng Hong ih menarik napas panjang panjang, mendadak gerakan pedangnya berputar dan menghadap ke langit, kemudian mengikuti serakan tersebut dari ujung pedanpnya memancar keluar selapis cahaya pedang, dengan menghimpun segenap perhatiannya pelan-pelan dia melepaskan sebuah tusukan kedepan. Walaupun sepasang mata si Jago pedang buta sudah buta tapi seakan-akan melihat dengan mata kepala sendiri saja, paras mukanya segera berubah menjadi amat serius, tangan kanannya digerakkan dan dia segera meloloskan pedang kayunya.

Walaupun gerakan itu lambat sewaktu diceritakan, namun berbarengan dengan saat Bok-ci mencabut pedang, Leng Hong ih yang tinggi besar itu sudah berputar setengah lingkaran busur ditengah udara.

"Hiaat .. .. !" Leng Hong ih membentak keras, cahaya pedang diujung senjatanya memanjang empat inci lebih ke depan, lalu pedang itu bergerak cepat, dalam waktu singkat dia telah melancarkan tujuh buah tusukan kilat.

Di antara getaran pedangnya, terdengar suara dengungan yang keras, cahaya tajam segera menciptakan selapis cahaya berbentuk kipas yang mengurung tubuh bagian kiri dari si jago pedang buta.

Serangan pedang yang tajam dan cepat ini benar benar dilakukan amat gesit dan cekatan, selain tidak membawa gerakan yang berat malah justru tampak enteng seperti bianglala di angkasa, membuat pandangan mata orang serasa menjadi silau.

Jago pedang buta segera menarik kembali sepasang kakinya, ujung kaki itu menjejak sebentur diantara tumpukan kaki lain, kemudian entah bagaimana gerakannya, tahu tahu dia sudah menginjak diatas senjata Leng Hong ih.

Ia mendengus dingin, pedang kayunya diputar bagaikan kilat diangkasa lalu tampak tubuhnya dengan enteng melayang turun kebawah. Leng Hong ih membelalakkan matanya lebar lebar, dia berdiri seperti tertegun, sementara rambutnya tampak terkulai diatas jidatnya. .

oooOooo

DIANTARA rambutnya yang terurai, tampak sebuah bekas bacokan pedang yang melintang hingga ke pipi sebelah kirinya, darah segar telah bercucuran keluar membasahi sepa ia wajahnya. . .

Pelan pelan sijago pedang buta masukkan kembali pedang kayunya kedalam sarung, kemudian mengibaskan bajunya.

Sekulum senyuman yang dingin dan hambar terbentuk diatas wajahnya, kemudian dia berkata:

"Jurus serangan Bong-bong kit ti yang kau gunakan itu sudah memperoleh warisan langsung dari Leng Yok-peng, cuma dengan sifatmu yang berat dan mantap, bagaimana mungkin bisa bergerak lincah?"

Sekujur badan Leng Hong-ih gemetar keras, pedang yang berada ditangan kanannya mendadak terlepas ke atas tanah.

Sin siau long kun Ka Bong lin segera menjerit tertahan, sambil memburu kedepan serunya:

"Toa suheng kenapa kau?"

"Pergi!" bentak Leng Hong ih sambil mendorong tubuhnya dengan sikap kasar.

Tindakan ini segera membuat Ka Bong lin menjadi kaget bercampur tercengang, segera serunya: "Toa suheng, kau. . ." Leng Hong ih sama sekali tidak memperdulikan dia sambil menyeka darah dari wajahnya, dia berkata:

"Jurus serangan yang kau pergunakan itu benar benar telah berhasil mencapat tingkat kesempurnaan yang luar biasa, tapi aku masih ingin merasakan kehebatan dari ilmu pedangmu itu."

Si Jago pedang buta tertawa dingin:

"Tentu saja kau tak akan mengaku kalah, heeeh, heeh, dua belas tahun berselang berselang kau sudah merupakan murid kesayangan dari Leng Hongya, sedang aku tak lebih cuma seorang bocah cilik pembersih istal kuda, tapi sekarang kau telah keok diujung pedangku."
Setelah berhenti sebentar, bentaknya keras-keras : "Leng Hong-ih, tahukah kau bahwa ilmu pedang luasnya
melebihi samudra, apakah kau anggap dengan kemampuanmu itu maka kau bisa menguasainya dengan baik? Cepat kembali dan panggil gurumu, kau masih bukan tandinganku."

Sepasang mata Leng Hong-ih melotot gusar, pelan-pelan ia mencabut pedangnya dan memasang sebuah gaya serang:

"Toa Suheng, biar aku saja yang memanggil suhu." Ka Bong lin segera berseru.

"Minggir kau dari sini, lebih baik enyah jauh jauh!" teriak Leng Hong ih gusar.

Dalam marahnya sampai apa yang diucapkan pun saling bertentangan. tapi ketika sinar matanya ditujukan kembali ke ujung pedangnya dia segera pulih kembali menjadi serius dan mantap.

Disinilah letak perbedaan antara orang yang berilmu tinggi dan orang berilmu rendah.

Bagi seseorang yang berilmu tinggi, maka dalam keadaan apa pun atau perasaan yang bagaimanapun, dengan cepat dia dapat segera mengendalikan perasaan sendiri.

Karena sewaktu pedang sudah digenggam maka segenap pikiran dan perhatiannya telah tertuju diujung pedang tersebut.

Walaupun si jago pedang buta tak dapat menyaksikan sikap dari Leng Hong ih sekarang tapi dia seakan akan dapat melihatnya dengan jelas, tampak dia segera manggut manggut.

"Ehmm kunci dari ilmu pedang adalah konsentrasi, Leng  Hong ih, kau telah berhasil memahami rahasia dari ilmu pedang, tapi untuk mencapai tingkatan yang paling tinggi, kau masih harus menempuh suatu perjalanan yang amat jauh !"

Ucapan tersebut diucapkan dengan sejujurnya dan muncul dari hati sanubari yang sesungguhnya.

Leng Hong ih termenung beberapa saat kemudian katanya dengan suara dalam:

"Lebih baik tak usah berbicara yang tak berguna, aku ingin melihat dulu ilmu pedangmu itu berasal dari siapa ?" Jago pedang buta tersenyum:

"Kau anggap Tee keng jit kiam sudah merupakan suatu ilmu pedang yang paling hebat di langit dan bumi ? Kalah ditangan ku pun masih merasa tidak puas?"

Mencorong sinar terang dari balik mata Leng Hong ih, segera serunya:

"Maksudmu. . ."

Mendadak wajahnya berubah hebat serunya kembali. "Jadi kau telah bertemu dengan Si Pedsng langit Bok"
Si jago pedang buta Bok Ci segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.

"Haaa, haaah haaaa, apakah kau menganggap si pedang langit sudah mati ? Huuh ! Cepat undang kedatangan gurumu "

Leng Hong ih tertegun sesaat, kemudian teriaknya keras keras. "Aku tidak percaya kalau kau adalah ahli waris dari si pedang langit,"

"Seharusnya kau memanggil susiok kepadaku"

"Aku tidak percaya, apa pun yang kau katakan aku tetap tidak percaya," seru Leng Hong ih cepat.

Beberapa patah katanya itu kontan saja membuat Ka Bong lin dan Leng Ning ciu menjadi termangu mangu karena keheranan, tapi Liong Tian im yang bersembunyi dalam gua dapat memahami dengan jelas. Dia tahu Leng Hongya pasti akan menampilkan diri guna menyelesaikan persoalanku hal mana berarti perselisihan antara pedang langit dan pedang bumi pun harus diselesaikan.

Diam diam dia lantas berpikir:

"Ilmu pedang toako memang sudah mencapai taraf pedang dan tubuh bersatu padu, sekali Leng Hong ih mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya pun percuma, dia tak akan berhasiI mendapatkan keuntungan apa apa . . "

Dengan mata kepala sendiri dia mengikuti jalannya pertarungan antara Leng Hong ih melawan Bok ci, diapun menyaksikan si Jago pedang buta melancarkan serangan yang luar biasa itu.

Hal mana. hatinya turut dibikin terkesiap akan kelihayan jurus pedangnya yang sangat lihay itu, diapun mencoba untuk memikirkan bagaimana caranya mematahkan jurus serangan tersebut.

Diam diam pikirnya

"Kalau berganti aku, dalam lima belas jurus Leng Hong ih pasti seakan akan kehilangan pedangnya dan tewas, tapi jika aku harus bertarung melawan toako, diujung senjata aku masih kalah setengah tingkat, tapi kalau ditambah dengan cincin maut serta ilmu totokan Jian hun hiatci, bisa jadi kami sama-sama terluka parah."

Diam diam dia mengagumi kelihayan ilmu pedang dari si Jago pedang buta itu, selain diam diam menguatirkan kemampuan ilmu silat sendiri, pikirnya: "Tetapi di dalam sesuatu pertarungan sengit antara sesama jago lihay, mana mungkin dia akan memberi peluang bagiku untuk melepaskan serangan dengan cincin maut? Tampaknya ilmu silatku masih kalah bila di bandingkan dengan kepandaian silat toako!"

"Gen'U amab!" dia menggenggam tangannya kencang kencang sambil berpikir lebih jauh:

"Bila aku berhasil mendapatkan genta emas itu, apa lagi berhasil mempelajari semua simbol tenaga dalam yang tercantum dalam genta itu hingga kepandaianku memperoleh kemajuan pesat, pada saat itulah aku baru bisa melebihi toako. . ."

Untuk sesaat banyak hal yang dipikirkan olehnya, ia teringat kembali akan dendam kesumatnya atas kerubutan
Hud-bun samseng terhadap gurunya, lalu diapun teringat akan penderitaan, siksaan dan kematian yang menimpa ayahnya gara gara genta emas.

Diam diam ia bersumpah didalam hati.

"Aku harus membunuh Hud bun sam seng, agar Kim mo cin jin muncul kembali didalam dunia persilatan dan melebihi  nama besar dari pedang langit dan pedang bumi, . ."

Setelah berpikir sampai disitu, sorot matanya pelan pelan dialihkan kembali ke tubuh Leng Ning cu yang tinggi semampai.

Waktu itu Leng Ning ciu sedang dibikin pusing menyaksikan jalannya pertempuran di arena, walaupun pertarungan hanya berlangsung beberapa jurus, namun dia tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki toa suhengnya masih selisih jauh dibandingkan dengan kepandaian si jago pedang buta.

Gadis itu dibesarkan dalam lembah Tee ong kok, dihari-hari biasa pun sudah banyak membaca kitab pusaka ilmu pedang, walaupun tenaga dalamnya sangat terbatas, tapi dalam bidang ilmu pedang, dia mempunyai pengetahuan yang mendalam sekali.

Sekalipun dia tak tahu kenapa termashurnya nama pedang langit dan pedang bumi dalam dunia persilatan dimasa lalu, tapi dia tahu jika Leng Hong ih bersikeras untuk bertarung melawan Bok Ci, niscaya dia akan menderita kalah.

Sambil menggigit bibinya yang merah, diam diam dia berpikir:

"Berhubung tempat ini letaknya berada di belakang benteng, lagi pula ayah selalu menganggap tebing bukit di belakang sini amat terjal dan sulit dilewati, maka ia tidak
pernah memberi penjagaan disekitar tempat ini, kini tempat ini sudah kedatangan seorang buta yang begitu lihay, bisa berabe keadaannya."

Dia memandang kembali ke arena, ketika itu sorot cahaya rembulan memancar diatas wajah Bok Ci membuat tampangnya kelihatan jelas.

Mendadak satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, hal itu segera membuat sekujur badannya gemetar keras.

Diam diam dia lantas berpikir. "Heran, mengapa tampangnya itu serasa sangat kukenal? Apakah dahulu aku pernah menjumpainya ? Tapi, mengapa aku tidak mengingatnya lagi. . ."

Tanpa terasa dia teringat kembali dengan pemuda yang pernah dijumpainya di bawah kaki bukit Liu-san itu, pikirnya lebih jauh :

"Orang itu mengenakan pakaian yang kasar dengan tampang ke tolol tololan, tapi aneh mengapa aku selalu rindu kepadanya ? padahal kami hanya bersua muka sekali, mengapa bayangan tubuhnya tak dapat hilang dari dalam benakku . ."

Setelah termangu mangu sejenak, sambil tertawa dia lantas berpikir lebih jauh:

"Dalam keadaan seperti ini, mengapa secara tiba-tiba aku teringat lagi dengan bocah bodoh itu ? Mungkin sapu tangan yang ku jatuhkan itu sudah dia buang setelah dipakai untuk membersihkan ingus, mana mungkin dia bisa teringat lagi dengan diriku, ."

Mendadak suara bentakan keras membuatnya tersadar kembali dari lamunannya, cepat cepat dia mengalihkan sorot matanya kedepan

Tampak olehnya Leng Hong ih yang berperawakan tinggi besar itu bagaikan angin puyuh berputar kencang, cahaya pedang yang berkilauan berputar putar mengurung seluruh badan manusia buta itu.

Dia segera berseru tertahan, pikirnya: "Aduh celaka. kali ini dia pasti akan kalah, tapi, apakah aku akan membiarkan toa suheng terluka ditangan orang lain?
Tapi..." Sorot matanya yang berkilat tajam mendadak berhenti diatas tubuh Ka Bong lin yang sedang berdiri termangu mangu disisi arena, dengan suara lantang dia lantas berseru:

"Hei, mengapa kau masih berdiri saja disitu? Cepat pergi untuk memanggil orang"

Tapi waktu itu seluruh perhatian Ka Bong-lin sedang dipusatkan ketengah arena di mana kedua orang itu sedang bertarung, pada hakekatnya dia tidak mendengar suara panggilannya itu.

Sementara itu jurus pedang yang digunakan Leng Hong ih itu dari gerakan yang keras dan bertenaga kini telah berubah menjadi sederhana, setiap gerakannya selalu beraturan dan tidak mendesak ke depan secara sembarangan

Sebaliknya pedang kayu si jago pedang buta Bok Ci masih tetap bergerak dengan mantap, semua gerakannya amat lincah dan beraturan pertahanannya kokoh.

Setelah dikalahkan oleh si jago pedang buta dalam satu gebrakan tadi, sebenarnya Ko Bong lin merasa kurang puas tapi sekarang setelah dilihatnya toa suheng yang dibanggakan olehnya selama inipun tidak berhasil menangkan Iawannya sekalipun telah mengeluarkan ilmu pedang Tee ciok jit kiam (tujuh pedang sudut bumi), diam diam dia mulai merasa terkejut bercampur kagum atas kelihayan lawannya.
Bersamaan itu pula dia pun lantas menghibur diri sendiri: "Kalau begitu, sekali pun aku dikalahkan olehnya juga
bukan peristiwa yang memalukan !" Tapi ketika ingatan lain melintas didalam benaknya, tanpa terasa dia merasa malu kembali atas ketidak becusan diri sendiri.

Sebab pihak Iawan hanyalah seorang manusia buta yang berusia belum sampai tiga puluh tahun, namun ilmu pedangnya telah berhasil mencapai ketingkatan yang begini hebatnya. Sedang dia sendiri mempunyai guru yang hebat, sebaliknya tidak berlatih secara tekun hingga dengan seorang manusia butapun kalah.

Masa aku benar benar tak sanggup mengalahkan seorang manusia buta. .?" diam diam ia berpikir, "tidak, aku harus membuat orang lain tahu bahwa aku bukan termashur karena seruling, aku harus membuat mereka tahu kalau ilmu pedangku jauh lebih hebat daripada ilmu serulingku."

Begitu ingatan tersebut melintas lewat, dia lantas bertekad untuk melatih diri lebih tekun, agar bisa menjadi pewaris lembah Tee ong kok dan termashur dalam dunia persilatan.

Leng Ning ciu yang menyaksikan Ka Bong lin cuma berdiri termangu mangu belaka tanpa mengubris ucapannya, diam diam ia menjadi amat jengkel pikirnya:

"Baik, kau tidak memperdulikan aku, mulai sekarang akupun tak akan memperdulikan diri mu lagi !"

Pada saat itulah mendadak terdengar Leng Hong ih mendengus tertahan, kemudian tampak bayangan manusia yang berada didalam arena saling berpisah.

Leng Ning ciu amat terperanjat ketika ia melirik ke arena, tampak sekilas cahaya pedang meluncur di angkasa dan meluncur sejauh empat kaki sebelum terjatuh ke dalam semak belukar.

Bukan cuma pedangnya saja yang kena di getarkan hingga lepas oleh si jago pedang buta bahkan pakaian dibagian dadanya kena tergambar juga sehingga hancur tak karuan.

Dengan napas tersengkal, Leng Hong-ih berdiri termangu mangu sambil memperhatikan si jago pedang buta Bok Ci, kemudian dengan tangan yang gemetar dia meraba ke atas dada sendiri

Dibawah cahaya rembulan, pelan pelan dia membuka  telapak tangan sendiri, terasa amat lekat dan ada suatu cairan yang menempel sewaktu diperhatikan dengan lebih seksama, ternyata itulah darah, darah masih meleleh keluar tiada hentinya.

Sedangkan Bok Ci dengan pedang kayunya masih berdiri dengan posisi semula, rambutnya berkibar terhembus angin, diatas wajahnya juga nampak terpercik oleh beberapa titik darah .. .

"Mengapa kau tidak sekalian membunuhku?" seru Leng Hong ih dengan suara parau.

Mendengar perkataan itu, pelan pelan Bok Ci menarik kembali padang kayunya dan menyarungkan kembali. Setelah itu sambil menyeka noda darah di atas wajahnya dia menjawab:

"Bila kubunuh dirimu, mana mungkin kau akan teringat dengan diriku setiap waktu?" Kemudian setelah mengebaskan ujung bajunya dia mendongakkan kepala dan tertawa.

"Haahh.,...haaahh . . . haaah. . . tentunya kau tidak menyangka bukan, seorang anak yatim piatu yang pernah kau bacok wajahnya pada empat belas tahan berselang, kini  secara beruntun telah dua kali mengampuni jiwamu!"

Si Jago pedang buta Bok Ci tertawa rawan, tertawa yang penuh dengan penderitaan kemudian lanjutnya:

"Aku menginginkan kau hidup terus dalam penderitaan dan menanggung rasa malu, hidup terus sampai aku datang untuk membunuhmu lagi."

"Kau . ... kau .. . " saking gusarnya Leng-Hong ih sampai tak sanggup mengucapkaa sepatah katapun.

"Cepat sambung kembali lengan kananmu yang patah itu, kalau tidak, kau akan cacad seperti aku yang kau lihat kini, kalau sampai begitu, selama hidup kau tak akan mempunyai kesempatan lagi untuk menangkan aku !" kata Bok Ci lagi.

Liong Tian-im yang menyaksikan kesemuanya itu diam diam segera berpikir:

"Aai . . . toako benar benar sangat lihay, ternyata dia telah menggetar patah persendian tulang lengannya, sekalipun Leng Hang ih berhasil menyambungnya kembali, sekalipun dia melatih ilmu pedangnya dengan tekun, selama hidup jangan harap dia bisa menangkan diri toako . . ." Setelah menggelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya lebih jauh :

"Padahal ilmu pedang yang dimiliki Leng Hong ih telah mencapai pada tingkatan tenang, tapi didalam hal sabar dan ganas dia masih jauh ketinggalan sebaliknya ilmu pedang toako selain sudah mencapai ketingkatan hampa, lincah dan dahsyat, bahkan juga menguasai tentang keganasannya !"

Dengan perasaan bergidik kembali dia berpikir:

"Bila aku harus bertarung melawan dirinya tampaknya aku mesti sanggup untuk bertindak keji . . . "

Sekarang ia memang bisa berpikir demikian tapi dalam perebutan nama di kemudian hari dia tak sanggup untuk bertindak keji dan ganas dalam pertarungannya melamun Bok Ci sehingga nyaris kena dibacok oleh lawannya.
Liong Tian im menghela napas panjang pikirnya kt rubah: "Semoga saja aku tak akan pernah bertarung melawan
toako. . ."

Mendadak sebuah jeritan lengking memotong lamunannya lebih jauh, dia segera mengalikkan kembali sorot matanya kearena, waktu itu dia saksikan Leng Ning ciu sedang berlarian mendekati Leng Hong ih"

Sedangkan Leng Hong ih sudah tak sanggup lagi untuk berdiri tegak, dia sudah tergeletak ditanah, lalu dengan suara gemetar, berkata:

"Sumoay cepat undang suhu datang, katakan kalau ahli waris dari si pedang langit telah datang. . ." Belum habis kta berkata, tahu tahu dirinya sudah jatuh pingsan.

Leng Ning-ciu belum sempat mengucapkan sesuatu Ka Bong lin telah menerjang tiba, maka dengan cepat gadis itu berseru:

"Kau cepat bimbing toa-suheng menuju kedepan lembah, biar aku yang menghadapi si buta ini . . ."

Buru buru Ka Bong-lin memayang tubuh Leng Hong-ih dan kabur menuju ke lembah bagian depan.

Sedangkan si jago pedang buta Bok Ci telah berteriak pula dengan penuh kegusaran:

"Ning-ciu. kau "

Paras muka Leng Ning ciu dingin bagaikan es,pelan pelan dia berpaling sambil katanya:

"Kau bilang apa ?"

Kemudian sambil berjalan ke hadapan jago pedang buta, katanya lagi dengan dingin.
"Kau anggap berhak untuk memanggil nama ku?" "Ning Ciu, apakah kau sama sekali tidak teringat lagi
dengan diriku?" seru Bok Ci penuh penderitaan.

Leng Ning ciu segera mendengus dingin.

"Hmm, mengapa aku harus teringat akan dirimu? Aku sama sekali tidak kenal denganmu." Diatas wajah si jago pedang buta Bok Ci segera menampikan suatu perasaan menderita yang sangat hebat, dengan suara gemetar katanya:

"Empat belas tahun berselang setiap hari aku selalu mengajakmu pergi ke mata air Jin Hong-si untuk bermain air waktu itu aku selalu memetikkan banyak bunga untukmu, apakah kau telah melupakannya?"

"Empat belas tahun berselang?" Leng Ning ciu termenung sejenak, empat belas tahun berselang aku masih berumur lima tahun, mana mungkin aku bisa teringat akan dirimu?"
Kembali si jago pedang buta menghela napas panjang. "Aaai, tapi aku masih jelas tetap teringat akan dirimu,
waktu itu kau mengenakan pakaian berwarna hijau dengan sepasang pita merah yang mengikat rambutmu, setiap hari kau bermain kesana, keruan mukamu yang bulat telur berwarna merah dadu. . ."

"Tampaknya kau lagi mengigau? Masa seorang buta bisa melihat warna bajuku? Apalagi aku juga tak pernah bertampang seperti itu. ."

"Ning-Ciu, apakah kau sama sekali tak teringat dengan diriku lagi. . ." suara si jago pedang buta mulai gemetar.

Mendadak sekilas perasaan girang menghiasi wajahnya dia segera berseru kembali:

"Masih ingatkah kau, wakttu itu aku menghadiahkan sebuah layang-layang besar untukmu? Layang-layang besar yang berbentuk kelabang. . ." "Aaaah, benar, aku masih ingat, apakah kau adalah si orang yang diatas kepalanya ada codetnya. . ."

"Benar, benar" seru jago pedang buta amat gembira, "aku adalah Bok Ci yang kau panggil sebagai si balok kayu besar, sekarang tentunya kau sudah teringat kembali bukaa ?"

"Kau . ,. mengapa matamu buta ? Siapa yang bisa menyangka kalau matamu menjadi buta ?"

Dengan suara gemas si jago pedang buta Bok Ci segera berseru:

"Ke semua nya ini adalah gara-gara ulah ayah mu maka hari ini aku datang kemari untuk membuat perhitungan dengannya atas hutang hutangku pada empat belas tahun berselang !"

"Cepatlah pergi dari sini, kau bukan tandingan ayahku !" seru gadis itu cepat.

Bok Ci segera mendongakkan kepalanya dan tertawa bergelak, "Haaa, haaa, haaa, sekalipun Leng Yok peng telah mendapat warisan langsung dari si pedang bumi, tapi aku Bok Ci masih tidak memadang sebelah matapun kepadanya, Ning ciu. kau menyingkirlah dari sini, jangan kau campuri urusanku dengan Leng Yok peng!"

"Bodoh, dia kan ayahku, mengapa aku tak boleh mencampurinya." bentak Leng Ning ciu dengau penuh kegusaran.

Sementara itu, Liong Tian-im yang bersembunyi di dalam  gua merasa amat gelisah, dia kuatir Leng Hongya datang pada saat itu sehingga terjadi pertarungan antara jago pedang buta dengannya.

Sekalipun dia tidak mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki Leng Yong peng, tapi nama besar Leng Hong ya sudah puluhan tahun termashur di dalam dunia persilatan, sudah pasti dia seorang jago yang amat lihay.

Dari apa yang dilakukannya di dalam neraka hitam, diapun tahu akan kelicikan, kekejaman serta kebuasan dari Leng Hongya, itulah sebabnya dia merasa kuatir sekali bagi keselamatan jiwa Bok Ci Diam diam pikirnya:

"Aku masih membutuhkan dari Leng Hong-ya sekitar kematian yang menimpa ayahku, seandainya nanti Bok toako sampai bertarung melawan Leng Hongya, maka aku harus membantu pihak yang mana ?"

Karena berpendapat demikian, maka dia sangat berharapkan Bok Cj mau menuruti nasehat dari Leng Ning ciu dan mengundurkan diri dari lembah Tee ong kok tersebut.

Tampaklah olehnya, si jago pedang buta Bok Ci sedang memandang langit, sambil termangu kemudian berkata pelan:

"Empat belas tahun aku berlatih dengan tekun, yang kutunggu tunggu saat seperti ini apakah kau mengharuskan aku melepaskan kesempatan ini dengan begitu saja ??"

"Kau anggap ilmu pedangmu sangat lihay dan bisa menangkan ayahku ? Hmm, aku hanya tak ingin menyaksikan kau tewas diujung pedang ayahku, mengerti ?" Kemudian dengan suara yang dingin bagaikan es, dia berkata lebih jauh:

"Bila kau ingin mampus, maka lebih baik aku saja yang turun tangan membunuhmu !"

"Aah, masa kau dapat membunuh aku ?" ucap Bok Ci sambil tertawa.

Mendadak Leng Ning ciu menerjang ke depan sambil meluncurkan serangan, kemudian terdengar Bok Ci berteriak marah:

"Kau adalah murid Lei san popo ?"

Leng Ning-ciu segera kena didorong pula oleh pukulan Bok Ci sehingga hampir roboh ke atas tanah, untung dia segera dapat berdiri kembali.

Pelan pelan dia membereskan rambutnya yang kusut, kemudian ujarnya sambil tertawa ringan:

"Apakah sampai sekarang kau baru tahu ?"

Ternyata saat itu pura pura berlagak bertindak jatuh, Bok Ci segera maju untuk menolongnya, maka dia pun mengulurkan tangannya ke depan.

Siapa tahu, pada saat itulah ujung jari tangan Leng NingCiu menyambar lewat dan meninggalkan sebuah bekas yang memanjang di atas urat nadi pada pergelangan tangannya.

Seketika itu juga si jago pedang buta merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku dan kesemutan, seluruh pergelangan tangan kirinya seakan akan terbakar rasa panas itu menjalar sampai ke bahunya.

Dalam tertegunnya, serta merta dia lalu mendorong tubuh Leng Ning-ciu ke belakang kemudian dengan cepat menotok jalan darah sendiri dan menutup peredaran darah pada lengan kirinya.

Perasaan yang sangat aneh itu kontan saja mengejutkan pula hatinya, membuat dia lantas teringat alan sejenis ilmu silat aneh yang seringkali dikatakan gurunya.

Maka sambil tertawa dingin diapun berkerut:

"Sungguh tak kusangka kalau kau adalah muridnya Lei san popo yang termashur didalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya nya. maaf, maaf .. ."
Setelah berhenti sejenak, sambil tertawa kcitrya lebih. "Cuma sayang kau telah memporak porandakan semua
lamunan yang berada dalam hatiku."

Leng Ning ciu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu. katanya kemudian:

"Aku berbuat demikian karena tak ingin menyaksikan kau mati diujung pedang ayahku, oleh sebab itu kugunakan ilmu Jian sim ka (Kuku pencacad hati ) untuk melukaimu dan agar kau tahu diri dan mengundurkan diri dari sini, nah. ini obat penawarnya !"

Ia melemparkan sebungkus bubuk obat kedepan, kemudian berkata lebih lanjut: "Setelah kau minum obat ini, dua jam kemudian racun yang mengeram dalam tubuhmu akan lenyap, kalau tidak maka sari racun itu akan menyerang ke jantungmu kalau sampai demikian keadaannya pasti akan terlambat"

Si jago pedang buta tertawa getir.

"Aku percaya racun semacam itu masih belum dapat mematikan aku tapi kau pasti akan teringat selalu akan ilmu J tu si m ku mu itu, bilamana dikemudian hari kita bersua lagi, aku ingin sekali mencoba kelihayan dari ilmu silat ajaran Lei san popo !"

Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan sana.

Liong Tian im tidak menyangka kalau persoalan tersebut akan berakhir dengan begitu sederhana, diam diam pikirnya:

"Bok toako merupakan ahli ilmu obat-obatan, racun tersebut sudah pasti tak akan begitui berpengaruh apa-apa baginya, tapi luka didalam hatinya mungkin sukar untuk di obati kembali.

Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak dia merasa ada segulung angin dingin berhembus lewat dari belakang tubuhnya.

Tanpa berpaling lagi, Liong Tian im segera membalikkan tangannya samoil menyambar keatas benda yang menyerang tiba itu.

Tapi begitu pergelangan tangannya dilontarkan, dia baru merasa kalau benda itu adalah sebilah pedang yang tajamnya bukan main. serta merta dia merubah serangannya dari serangan pukulan menjadi serangan jari tangan, sambil melompat kedepan dia menerobos ke luar dari gua tersebut.

Kemudian jari tangan kanannya diayunkan kedepan, ilmu jari Jian hun biar ci yang maha dahsyaf itupun dilepaskan kedepan.

"Criiiit! ditengah deruan angin tajam dari arah gua sudah kedengaran suara jeritan kesakitan.

Liong Tian-im yang berada ditengah udara segera dapat mendengar pula jeritan keras dari Leng Ning ciu.

Ketika gadis itu melihat dari atas tebing karang mendadak melayang turun sesosok bayangan manusia, ia nampak terkejut sekali, dengan wajah tertegun tubuhnya mundur selangkah.

Dalam keadaan seperti ini, Liong Tian Im juga tak ada waktu untuk memeriksa siapa gerangan yang melancarkan serangan sergapan kepadanya itu, kini yang dikuatirkan olehnya hanyalah si jago pedang buta yang telah keracunan.

Begitu mencapai permukaan tanah, dia lantas mengulurkan tangan kanannya sambil berseru:

"Bawa kemari!"

"Apanya yang bawa kemari?" Leng Ning ciu berseru tertegun.

"Bawa kemari obat penawar racunnya!" Berhubung dia berdiri membelakangi cahaya rembulan sehingga Liong Ning ciu tak dapat melihat jeIas wajah Liong Tian im.

Tapi setelah paras muka sianak muda itu dapat terlihat  jelas, dengan perasaan bergetar keras segera serunya: "Kau. .
."

Melihat kegugupan orang, Liong Tian im melunakkan pula nada suaranya, dia berkata:

"Bok Ci adakah toako ku, sekarang dia telah keracunan, maka tolong nona sudi memberikari obat penawar itu kepadaku, aku kuatir kalau sam pai terlambat maka..."

Dengan sorot mata yang tajam Leng Ning cu mengawasi wajah Liong Tian im yang gagah lekat lekat kemudian serunya:

"Siapakah kau?"

Liong Tian im yang dipandang seperti itu segera merasakan hatinya menjadi tegang sahutnya, "Aku .."

Mendadak pipinya menjadi merah padam, dia segera meaarik napas panjang panjang untuk mengendalikan gejolak perasaannya, setelah itu baru berkata:

"Aku adalah Liong Tian im !"

"Liong Tian im. . . Liong Tian-im . . ." setelah mengulangi nama itu beberapa kali LengNing ciu segera berkata lagi, "ehm, bagus sekali namamu itu"

"Nama nona pun sangat indah" "Ooh, kau masih ingat dengan namaku ?" Liong Tian Iin manggut manggut.
"Yaa, nama nona tak akan kulupakan untuk selamanya .. .,"

Tapi setelah mengucapkan perkataan itu, dia baru merasa menyesali pikirnya lagi :

"Sekarang aku seharusnya pergi mencari toako dan menyembubkan luka racun yang di deritanya, buat apa aku mesti mengobrol yang bukan bukan dengannya ?"

Agaknya Leng Ning ciu tidak menyangka kalau Liong Tian  im bakal mengutarakan kerinduannya dengan berterus terang, setela h termenung sebentar ia lantas berkata :

"Apakab kau adalah orang yang berada di bawah bukit Lau san tempo hari ? Waktu itu aku kehilangan sebuah saputangan, apakah kau .. apakah kau melihatnya ?"

Dari sakunya Liong Tian im segera mengeluarkan sapu tangan berwarna hijau dan diletakkannya diatas tangan.

Kemudian sambil berdiri termangu mangu katanya: "Nona Leng, sapu tangan ini memang kutemukan dipinggir jalan waktu itu aku tak sempat mengembalikan kepadamu, kini setelah bertemu lagi dengan nona, memang seharusnya kukembalikan kepadamu..."
"Aku . .. " paras muka Leng Ning-ciu agak berubah. "Aku hanya seorang pelajar rudin, apakah nona merasa
saputangan ini kotor setelah terjamah olehku ?" tukas pemuda itu dingin. ocOoo OOOO

LENG NING ClU sama sekali tak menyangka kalau Liong  Tian im begitu tak berperasaan sehingga maksud hatinya tak dapat dipahami, padahal selama beberapa waktu ini dia selalu merindukan dirinya, sebaliknya pemuda itu . . ..

Sambil menggigit bibir dia lantas menyambut saputangan itu dari tangan Liong Tian im, kemudian katanya dingin:

"Terima kasih banyak atas kesediaanmu untuk menyimpan saputangan ini setiap waktu "

Mendadak suatu dorongan emosi mencekam perasaannya, dengan cepat dia mencengkeram saputangan tersebut dan merobek-robeknya sehingga hancur berkeping-keping.

Liong Tian-im yang menyaksikan sapu tangan yang selama setengah bulan ini disimpan bagaikan mutiara telah di robek robek oleh Leng Ning ciu, kontan saja hatinya merasa sakit,  dia merasa hatinya bagaikan turut dicabik cabik oleh gadis itu.

Memandang hancuran saputangan yang tersebar diatas tanah, Liong Tian-im menggertak gigi sambil berpikir:

"Aku belum pernah menaruh perasaan cinta terhadap perempuan manapun. Tak nyana baru saja menaruh hati kepadanya, dia telah menghancur lumatkan perasaanku itu.

Setelah menarik napas panjang, pikirnya:

"Mulai sekarang dan seterusnya aku tak akan terpikat lagi oleh senyum manis gadis manapun aku tak akan jatuh cinta ,.. " Leng Ning ciu telah menarik kembali sorot matanya yang duka dari atas cabikan sapu tangan yang tersebar diatas tanah, kemudian sambil mengendalikan perasaan sedih didalam hatinya ia berkata:

"Sesungguhnya sapu tangan itu sudah tidak berguna lagi bagiku,"

"Tahu begitu, seharusnya kubantumu untuk mencabik cabiknya semenjak dulu!" " sambung pemuda itu dingin.

Padahal dia tak begitu memahami perasaan seorang wanita, tidak tahu bagaimanakah perasaan wanita yang mengagumi seorang pria sebab wajarlah kalau wanita berlagak dengan tingkah laku yang macam macam hanya dengan maksud untuk menutupi rasa malunya belaka.

Liong Tian im tak berpengalaman didalam hal ini maka dia tidak memahami perasaan halus wanita, didalam anggapannya gadis itu memang sengaja bersikap demikian padanya.

Dalam pada itu Leng Ning Ciu telah berpikir lagi dengan perasaan yang amat sedih:

"Dia sama sekali tidak memandang sebelah mata pun padaku, mungkin dia sudah mempunyai gadis lain yang jauh lebih baik daripada diriku . ."

Di pihak lain, Liong Tian Im juga telah mengendalikan kembali gejolak perasaannya, dia lantas berkata: "Nona, harap kau sudi menyerahkan obat penawarmu kepadaku, aku harus segera mengejar Bok toako, bila sampai terlambat . ."

"Aku, mengapa aku harus memberikan obat penawar itu kepadamu?"

""Eeeh, bukankah tadi kau telah mengabulkan permintaanku?" seru Liong Tian Im tercengang.

"Tidak, aku tak pernah meluluskan permintaanmu, aku tidak pernah bersedia memberi obat penawar kepadamu mungkin kau sendiri yang salah mendengar?"
Liong Tian lm menjadi naik darah, serunya dengan cepat: "Sudah jelas kau yang telah menyanggupi toako untuk
memberi obat penawar kepadanya. sekarang kau mungkir lagi, apakah . . ."

"Apakah kenapa?" tukas gadis itu cepat, "tadi aku hendak memberi obat penawar kepadanya, tetapi dia tidak mau, sekarang tentu saja aku tak dapat memberikannya lagi padamu."

Liong Tian im tak menyangka kalau gadis yang cantik dan anggun ini bakal berulang kali menyulitkan dirinya, dengan suara dalam segera katanya:

"Dengan cara menyergap kau telah melukai toakoku, sekarang kau menyusahkan diriku lagi sesungguhnya apa maksudmu?" "Hmm, mati hidupnya apa sangkut pautnya denganmu? Kalau dia sampai terluka, hal ini harus disalahkan mengapa ilmu silatnya tidak becus.?"

Saking gusarnya sekujur badan Liong Tian-im sampai gemetar keras, teriaknya:

"Tidak kusangka kalau kau adalah seorang manusia semacam ini, aku benar benar telah salah menilai dirimu."

"Kau menganggap aku manusia apa?" seru Leng Ning cu dengan sorot mata berkilat.

"Sekalipun kau memiliki paras muka yang cantik dan potongan badan yang indah, sayang justru memiliki sebuah hati yang paling jahat dan paling busuk, hmmm ! M.cara
,begitukah putri dari Leng Hongya yang merajai lembah Tee ong kok . . ."

"Kau berani mengatakan aku jelek dan jahat?" seluruh  tubuh Leng Ning ciu gemerar keras saking gusarnya, "kau . . . kau anggap aku tidak berani membunuhmu ?"

Liong Tian im segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.

"Haaahh , . . haaahh , , . haaahh , . . semenjak terjun ke dalam dunia persilatan hingga kini, pelbagai kesulitan telah kujumpai, tapi belum pernah kupahami apa yang dinamakan dengan kematian, apalagi kau tak lebih cuma seorang perempuan !"

"Kalau perempuan lantas kenapa ?" jerit Leog Nmg ciu, "apakah kau anggap perempuan itu kaum yang lemah ? Ketahuilah, perempuan itu jauh lebih kuat dari kaum pria, kau be rani menghina kaum wanita ?"

Sebenarnya dia adalah seorang gadis yang bernyali kecil dan pemalu, tapi sekarang lantaran cinta dan mendongkol, keberaniannnya menjadi bertambah besar.

Dengan cepat dia maju kedepan mengayunkan tangan kanannya ke depan, tiga rentetan cahaya kebiru biruan segera meluncur kedepan dengan cepatan tinggi.

Dalam jarak yang begitu dekat, apalagi berada dalam keadaan marah, tak sempat bagi Liong Tian im untuk menghindarkan diri dari serangan jarum hui hong ciam yang lembut seperti bulu kerbau itu.

Sambil mendengus dingin si anak muda itu segera mengibaskan ujung bajunya.

"Hmmm, dengan besi rongsokan semacam inipun kau berani berlagak dihadapanku, hmm betul betul manusia yang tak tahu diri"

Begitu terkena kebasan ujung bajunya, ketiga batang jarum Hui bong ciam itu segera menancap semua diatas bajunya.

"Kau anggap racun jarum ini mampu untuk membinasakan diriku?" dia mengejek.

Dengan jepitan kedua jari tangannya dia mencabut keluar ke tiga batang jarum Hui hong ciam tersebut, kemudian meremasnya dengan tangan, seketika itu juga jarum jarum hancur menjadi bubuk dan berterbangan di udara. "Kau tidak takut racun?" seru Leng N ng-ciu sambil menggigit bibir menahan diri.

Belum habis dia berkata, kaki kanannya sudah diangkat dan sikutnya digetarkan sepuluh batang paku Thian lo teng seperti sebuah jala kecil langsung menyergap tubuh Liong Tiam im dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

"Benar benar seorang perempuan berhati keji" maki Liong Tian im gusar.

Dengan cepat dia mengigos kesemping lalu melompat mundur sejauh delapan depa dari tempat semuIa, setelah itu tangannya kembali dikebaskan paku-paku Thian-long teng yang menyambar tiba secepat kilat itu segera terhenti ditengah jalan dan berjatuhan keatas tanah. Kemudian sambil meluruskan kedua jari tangannya, si anak muda itu membentak keras:

"Aku tak dapat melepaskan dirimu"

Leng Ning ciu tidak menyangka kalau Liong Tian im telah berhasil melatih ilmu khikang pelindung badan yang sangat lihay sehingga paku paku Thian long teng sama sekali tidak ber manfaat apa apa.

Sementara dia masih tertegun, dilihatnya Liong Tian im telah menerjang tiba.

Untuk menghindarkan diri tak sempat lagi urat nadi pada pergelangan tangan kanannya segera kena dicengkeram oleh pemuda tersebut. Kontan saja seluruh badannya menjadi kesemutan dan badannya pun kena ditarik sampai turut berputar setengah lingkaran busur.

Mendadak gadis itu bersuit nyaring, melihat itu, Liong Tian im segera tertawa dingin, serunya:

"Malam ini jika kau tidak menyerankan obat penawar itu kepadaku, akupun tak akan melepaskan kau perrgi, sekalipun Leng Hongya datang sendiri kemari. ."

Baru berbicara sampai disitu, mendadak ia terbayang  kembali dengan peristiwa di lembah Yok ong kok kemarin, waktu itu diapun menyandera Hong Tin tin untuk memperoleh obat.
Perasaannya kontan saja bergetar keras, pikirnya: "Mengapa aku selalu melakukan perbuatan yang biasanya
menyandera kaum wanita dengan maksud untak mendapatkan semacam benda ? Mengapa aku bila berbuat demikian?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar