Cincin Maut Jilid 07

Jilid 07 
BELUM habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, mendadak dari dalam gua itu dia mendengar suara keras seperti suara ombak yang memecah ditepian, suara itu mengalun dalam lembah dan memekikan telinga.

Setelah suara keras itu sirap, suasana dlda lam gua itu  pulih kembali dalam keheningan tapi justeru mendatangkan pelbagai kecurigaan dalam benak Liong Tian im. Diam diam ia lantas berpikir.

"Gua ini terletak didalam wilayah lembah Yok ong kok, letaknya pun ditengah apitana perbukitan yang sambung menyambung, tapi mengapa bisa terdengar suara ombak laut yang memecah ditepian pantai ? Heh, jangan-jangan pendengaranku sudah tidak waras ?"

Dla memejamkan matanya dan memusatkan pikiran sambil mengerahkan ilmu Tee si tian teng untuk mengamati suasana disekitar situ, ternyata tiga kaki disekeliling sana tak kedengaran suara apa apa.

Waktu itu sudah permulaan kentongan pertama, tapi apa yang terdengar hanyalah hembusan angin malam yang menggoyangkan daun dan rerumputan .. .

Liong Tian-im mencoba untuk mendengarkan dengan seksama, tak lama kemudian dia menghembuskan napas panjang sambil berpikir:

"Andaikata aku tidak terluka parah, asal tenaga dalamku bisa bertambah dengan dua bagian saja niscaya semua suara yang berada sepuluh kaki disekitar tempat ini dapat kudengar dengan jelas" Dengan wajah lesu dia membaringkan diri kembali ke atas tanah, baru saja akan beristirahat, tiba tiba terdengar suara benda keras yang saling beradu bergema lagi dari balik gua, bahkan suaranya kali ini kedengaran seperti suara rantai yang beradu dengan batu-batuan.

Liong Tian-lm segera merasakan semangat berkobar kembali, segera pikirnya:

"Kall ini aku tak salah mendengar lagi, bo toh di dalam memang ada orangnya !"

Dia merogoh ke dalam sakunya sambil mengeluarkan cincin iblis emas dan dikenakan diatas jari tengah tangan kanannya, kemudian sesudah menarik napas panjang panjang dia berjalan menuju ke dalam gua.

Baru dua langkah dia berjalan, dengan cepat dia teringat kembali akan diri si jago pedang buta Bok Ci, segera pikirnya lebih jauh:

"Dia sedang mencarikan obat untukku, seandainya dia kembali ke sini dan tidak menjumpai aku berada di tempat, entah bagaimana cemas hatinya ? Tapi kalau aku cepat cepat kembali, niscaya akan berjumpa dengannya."

Setelah ragu sebentar. akhirnya dengan perasaan ingin tahu dia membawa obor dan masuk ke dalam gua.

Gua tersebut sangat lebar, dinding dikedua belah sisinya penuh ditumbuhi semacam tumbuh-tumbuhan yang bercahaya tajam bila tertimpa cahaya api. Liong Tian im memperhatikan dinding yang berkilauan itu dengan wajah serius, pelan pelan dia menggeserkan badannya sambil bergerak ke muka.

Setelah melakukan perjalanan sekian lama, cukup banyak pengalaman yang telah diraih olehnya, itu berarti jauh berbeda dengan ke sembrononya sewaktu turun gunung dulu, apa lagi sekarang ia sedang terluka parah sudah barang tentu dia lebih lebih tak berani bertindak secara gegabah . . .

Setelah berjalan sejauh dua kaki, dihadapannya muncul sebuah tonggak batu yang menghadapi jalan um^us tersebut, lalu lorong gua terbagi menjadi dua dan menjulang ke balik kegelapan sana.

Liong Tian-im berdiri di depan dinding batu itu sambil maju sebentar, akhirnya dia menegur:

"Adakah seseorang di dalam sana?"

Suaranya memantul kedalam dan mengalir tiada hentinya, tapi tak kedengaran suara jawaban apa-apa.

Liong Tian im termenung sebentar, akhirnya menggunakan cincin iblis emas itu membuat sebuab tanda diatas dinding sebelah kanan, kemudian ia pun berbelok ke arah kanan.

Baru berjalan sejauh lima langkah, Liong Tian im telah menemukan sebaris gua gua kecil disepanjang kedua belah dinding lorong itu dengan keheranan dia berpikir lagi:

"Sungguh tak kusangka didalam gua batu ini masih ada gua lain, mungkin tempat orang memelihara binatang buas." Gua-gua tersebut hampir sama besarnya, setiap lima depa nampak sebuah dan mulut gua itu tampak pagar besi yang kuat, bentuknya wesis seperti penjara.

"Ooooh, mirip sekali dengan sebuah rumah penjara !" inilah pikir Liong Tian im dengan perasaan terperanjat, "tapi siapakah yang membangun ruangan penjara ditempat sini ?"

Dia mengangkat obornya tinggi-tinggi, meminjan cahaya obor di telitinya gua gua itu lebih seksama.

Diatas pagar besi setiap goa tersebut, tergantung sebuah papan nama, tapi sayang tulisan diatas papan nama itu sudah lusuh dan buram karena dimakan usia.

Liong Tian-im hampir menempelkan mukanya didepan pagar besi itu, setelah dibacanya sekian waktu, akhirnya dengan susah payah berhasil juga dikenali tulisan diatasnya.

Ternyara tulisan itu berbunyi:

"lm Tiong ea dari Khong tong"

Ketika sorot matanya menembusi terali besi dan mengintip kedalam, terlihatlah seorang kakek yang berambut kusut sedang mengawasi kearahnya dengan sorot mata tajam.

Begitu sorot matanya beradu dengan sinar mata orang itu, kontan hatinya tercekat, segera pikirnya lagi:

"Sinar mata orang ini pada hakekatnya jauh lebih buas daripada binatang buas, seakan-akan aku adalah musuh besarnya yang paling dibenci." Sepasang mata orang itu melototi wajah Liong Tian im tanpa berkedip, seakan-akan rahasia hatinya pun ingin ditembusi.

Liong Tian im hanya menaruh perasaan tak tenang   terhadap golongan Buddha, tapi tidak menaruh perasaan apa apa terhadap orang-orang dari golongan agama To sebab dia memang dibesarkan dalam to koan, maka terhadap kaum tosu dia malah menarik kesan baik.

Maka setelah mangamati orang itu sesaat, diapun berkata: "Mengapa kau dikurung tempat ini?"

Im Tiong im mengawasinya tajam tajam, mendadak ia menghardik "Keluar!"

Liong Tian im berseru tertahan serunya kemudian "Hm, mengapa orang ini tak tahu sopan santun?"
Im Tiong-cie segera mengerang keras, suaranya seperti binatang buas yang hendak menyerbu datang, lengannya dipentangkan lebar-lebar dergen gaya hendak mencekik.

Jubahnya yang kusut bergoncang keras, keadaannya seperti setan gentayangan ...
"Mau apa kau?" Liong Tiau-im segera membentak keras. "Cring . . .!" terdengar suara rantai bergesek dengan batu
menggema memecahkan kesunyian, tubuh Im Tiong cu yang menerjang ke muka segera berhenti.

Sekarang Liong Tian im baru melihat kalau tengkuk Im Tiong cu telah di ikat oleh sebuah rantai besar, hal ini membuatnya tak sanggup untuk berjalan mendekati pagar besi itu.

Bagaikan binatang buas yang meraung mendekati sekaratnya, In Tiong cu menarik narik rantai besi yang melilit tengkuknya sambil mengerang keras, tapi pelan pelan dia menunduk kembali dengan lemas.

Berdiri semua bulu kuduk Liong Tian im karena ngeri, segera pikirnya: "Entah perbuatan dari siapakah yang merantai orang orang itu seperti kera dan mengurungnya didalam gua berterali besi seperti kandang ini . .. ?"

Dengan suara keras dia lantas berseru: "Cianpwe ! Cianpwe
, , . dapatkah kau memberitahukan kepadaku siapa yang telah mengurung dirimu di sini ?"

lm Tiong-cu mengerang dengan suara yang parau, dengan tubuh setengah terbungkuk dia mengundurkan diri lagi ke belakang gua, berbaring diatas tumpukan jerami dan tidak memperdulikan suara panggilan dari Lioag Tian-im lagi.

Semua peristiwa yang sangat aneh itu kontan menimbulkan pelbagai pertanyaan dalam hatinya, sudah sekian lama dia berpikir namun tidak berhasil menemukan alasannya.

Akhirnya dia berpikir:

"Tampaknya lantaran mereka sudah disekap kelewat lama disini maka untuk berbicarapun tak mampu, aaai, peristiwa ini benar benar merupakan suatu peristiwa yang amat tragis."

Diaantara kerlipan cahaya api dan keheningan yang mencekam seluruh ruangan gua, tiba-tiba terdengar suara rantai yang bergesek dengan tanah, agaknya dalam waktu singkat semua orang yang terkurung dalam gua itu sudah mendusin semua.

Dari setiap balik gua gua kecil diatas dinding gua tersebut bergemalah pelbagai suara raungan, rintihan, teriakan dan jeritan yang gcgfcP.

Liong Tian im merasa semakin curiga, segera pikirnya lebih jauh:

"Aaaah, tidak kusangka kalau begitu banyak orang yang dikurung dalam gua ini."

Diantara suara suara yang hiruk pikuk itu anak muda tersebut merasa dirinya seakan-akan berada dalam neraka, pelbagai macam perasaan seram dengan cepat berkecamuk di dalam benaknya.

Diantara berkilauannya cahaya api, dia bergerak maju lebih ke dalam gua lagi, tapi makin kedalam dia berjalan perasaan ngeri yang mencekam perasaannya semakin bertambah.

Dari setiap lubang gua yang berterali besi, dia saksikan orang-orang itu mengerang, mendesis, ada yang memandangnya seperti benci, penuh harapan, buas, keji dan pelbagai perasaan lainnya, yang pasti semuanya mendatangkan perasaan seram bagi yang memandangnya.

Dengan perasaan takut dan seram, Liong Tian-im segera berpikir:

"Siapakah yang sanggup merantai dan menyekap begini banyak jago persilatan didalam gua ini? Sehingga membuat mereka mau hidup tak bisa, mau matipun tak dapat ?" Baru saja ingatan tersebut ingatan lewat, ingatan lain segera berkelebat di dalam benaknya, ia berpikir lebih jauh:

"Jangan-jangan semua jago persilatan ini telah dipunahkan ilmu silatnya oleh semacam obat-obatan atau semacam ilmu totokan aneh, sehingga terali besi sekecil inipun tak sanggup mereka hancurkan . . ."

Sementara dia masih termenung mendadak disisi telinganya terdengar suara orang yang memanggil dengan suara yang rendah dan berat, suara itu seakan akan datangnya dari neraka sehingga membuat siapapun yang mendengarnya merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.

Liong Tian-im menarik napas panjang-panjang, kemudian menegur:

"Siapa yang sedang memanggil aku ?"

"Orang muda, siapakah kau ?" suara parau itu kembali berkumandang.

Mengikuti berasalnya suara itu Liong Tian-im berjalan lebih ke dalam, akhirnya dia mencapai dasar gua dan menuruni anak-anak tangga yang terbuat dari batu, diatas dinding gua yang suram tergantung dua buah lentera minyak, cahaya yang redup membuat suasana dalam gua itu semakin  menyeramkan.

Ketika orang itu mendengar suara jawaban dari Liong Tianim. dengan cepat dia berkata:

"Lohu berada didalam ruang nomor lima anak muda, dapatkah kau datang kemari untuk menengokku ?" Liong Tian im termenung dan berpikir :

"Didalam gua ini tiada orang yang berbicara kecuali kakek ini, entah siapakah dia ?"

Terdengar suara tua itu berkumandang lagi: "Aaaai, lohu sudah dua belas tahun disekap disini, apakah dengan dipisahkan oleh terali besi, aku dapat mencelakaimu ?"

Walaupun Liong Tian-im merasa setiap kejadian yang menjumpai dalam gua ini sangat aneh, kemungkinan besar dibalik kesemuanya itu masih tersimpan bawa pembunuhan yang mengerikan, namun rasa ingin tahunya menuntun dia untuk menulusuri lorong gua tersebut.

Ketika ia tiba didepan mulut gua nomor lima disebelah kanan, dari dalam gua itu segera terdengar seseorang bersorak sorai dengan penuh kegembiraan:

"Haaahhh . . . haaahh. . selama dua belas tahun aku tak pernah menyaksikan macam apakah cahaya api itu, sungguh tak nyana dalam hidupku masih berkesempatan untuk menyaksikannya. . ."

Liong Tian-im segera menuruni anak tangga batu itu dan membuang jauh jauh semua suara lain yang hiruk pikuk, dia melangkah ke sisi terali besi itu dan melongok kedalam.

Tampak seorang kakek yang berbulu sedang mengawasinya lekat lekat dari balik gua. Ia segera mengalihkan sorjt matanya keatas papan nama yang tergantung didepan terali besi, kemudian membaca dengan lirih:

"Peng lui Po tian dari Hoo lok!"

"Aaaah.. ." kembali orang tua itu berseru "sudah dua belas tahun tiada orang yang menyebut julukan lohu itu, setelah kudengar lagi sekarang, terasa seperti bertemu dengan kawan lama saja. . ."

"Mengapa kau disekap disini?" tanya Liong Tian im kemudian.

Seluruh badan nampak gemetar keras, seluruh  kesadarannya seakan akan menjadi pulih kembali oleh pertanyaan dari anak muda itu, dengan mata terbelalak besar dia amati wajah Liong Tian-im tanpa berkedip lalu gumamnya:

"Mengapa aku disekap disini ? Mengapa aku disekap di sini
?"

Sorot matanya makin lama semakin suram, dibawah sinar api tampak wajahnya penuh diliputi penderitaan, tubuhnya gemetar keras kini sorot matanya makin aneh . ..

Liong Tian-im tahu didalam gua ini pasti tersimpan suatu rahasia besar sehingga terdapat begitu banyak jago persilatan yang di sekap disana dalam keadaan lupa ingatan dan hilang sifat kemanusiaannya.

Dengan pandangan penuh rasa iba dan enam berbalikan kakek kurus itu, baru saja hendak menyampaikan sepatah dua patah kata untuk menghiburnya, mendadak Peng lui po-tian menerjang kedepan, lalu tangannya menyambar ke sana ke mari seperti secara tiba tiba kena sambaran petir, kemudian seluruh tubuhnya berdiri kaku disana.

"Cianpwe, apa yang hendak kau katakan?" Liong Tian im segera menegur dengan keheranan.

Peng lui poo tian menggerakkan bibirnya sambil bergumam, entah apa saja yang diucapkan olehnya.

Melihat itu, Liong Tian im mengerutkan bibirnya, karena tidak mendengar apa yang digumamkan, dia lantas berseru:

"Cianpwe, apa yang sedang kau ucapkan?"

Pang lui Po tian memancarkan sinar mengerikan dari balik matanya, lalu menatap sinai api yang berkedip lekat lekat, mukanya mengejang keras niundadak serunya dengan suara gemetar:

"Kim ciong. . genta emas. . . yaaa. . h drik dari suara, genta amat pelenyap irama. ."

Paras muka Liong Tian im berubah hebat, mendadak ia teringat kembali keadaan Hui ko, dalam gua Si soat tong nya menjelang saat saat kematian.

Waktu itu dia ingat dengan jelas, Hui ko baru menggumamkan ucapan tersebut waktu itu diapun mengucapkan masalah genta emas -iduk dari segala suara.

Dia tidak menyangka didasar gua yang gelap gulita inipun sekali lagi dia mendengar hal ihwal yang menyangkut soal genta emas tersebut. Buru buru dia lantas bertanya: "Apa? Genta emas apa?
Cianpwe, apa yang kau katakan sebagai genta emas pelenyap sukma"

Pek lui po tian sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan tersebut, ia masih berdiri termangu mangu sambil memperhatikan bunga api yang berkedip, sementara keringat sebesar kacang ijo jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.

"Lim hiante coba kan lihat... bukankah ten

nu adalah genta emas pelenyap irama? Lim hiante... mengapa kita tidak merampasnya? Hahaha...hahaha "
diantara parau dia bergelak tertawa tiada hentinya.

Kemudian setelah tertawa terbahak bahak seperti orang gila, dia mengomel lebih jauh.

"Kita Ho lo-siang hiong (sepasang orang gagah dari tepi sungai besar) kenapa harus takut kepada Io pang dan Ngo poo dari dunia Liok-lim ? sekalipun sembilan partai besar dari dunia persilatan datang semua pun juga tidak takut, mengapa kita mesti jeri ? Lim Hiante, bukankah kau pernah dengar kalau diatas genta pelenyap irama terukir ilmu silat maha sakti"

Barang siapa yang berhasil mempelajarinya bisa tiada tandingannya dikolong langit dan bisa terbang ke langit ? Mengapa kau tidak merampasnya ?"

Dengan wajah serius Liong Tian im mendengarkan gumaman tersebut dengan seksama, dia masih ingat ketika baru turun dari bukit Lau san, dia pernah juga mendengar cerita tentang genta emas itu, dia tahu pula bahwa genta emas merupakan rahasia dunia persilatan yang paling besar selama seratus tahun terakhir ini.

Padahal asal usulnya erat sekali hubungannya dengan genta emas tersebut, maka dia tak berani menghembuskan napas panjang, dia takut akan mengganggu kakek tersebut.
Terdengar Pang lui poo tian kembali membentak keras: "Apa ? Kau bilang empat lembah tiga istana dari dunia
persilatan juga ikut datang?"

Dengan wajah penuh perasaan terkejut dan ngeri dia melanjutkan:

"Lembah laa-yang kok masih bisa dihadapi, tapi Leng Hongya dari lembab Tee ong kok paling ganas dan sukar dihadapi sedangkan Yok su dari Yok ong kok . . ."

Mencorong sinar aneh dari balik mata Liong Tian im, dia tahu rahasia yang terjadi pada dua belas tahun berselang akan segera terungkap dari diri kakek ini, tanpa terasa ia lantas berpikir:

"Leng Hongya dari lembah Tee ong kok ? Bukankah dia adalah orang yang seringkali masuk keluar dirumahku? Yang disebut Hui ko menjelang saat kematiannya sebagai Leng hongya yang mengetahui sebab-sebab kematian orang tuaku
.."

Dalam pada itu, napas Peng lui Poo tian telah memburu dengan cepatnya ia berkata lebih jauh: "Lim hiante, tunggulah sejenak, coba kulihat apakah Poh mia giam lo (raja akhirat pemberot nyawa) Liong Siao thian datang bersama-sama Leng Yok ong? Aaah, tak nyana tiga istana dan empat lembahpun ada hubungan."

"Liong siau thian!" sekujur badan Liong Tian im gemetar keras, pikirnya diam diam:

"Ayah, ternyata kau benar kenar mati lantaran genta emas ini."

"Haah. . . haah. . . haaah. . ." terdengar Peng lui po-tian tertawa tergelak lagi dengan suara keras "Liong Siau thian! jangan kau bangga sebagai pentolan dari tiga istana maka kau lantas boleh bersikap kurang ajar kepada aku Peng lui poo thian Gak Hong! sekalipun kau undang Kim hoo kiongcu Lo   put kun dan Tin lam kiongcu Lau Lam jin berdua, belum tentu kau bisa mengapa-apakanku Hoo Lok siang hiong!"

Liong Tiam im dengan tangan sebelah memegang obor tangan lain memegang terali besi meski waktu itu lengannya sudah linu dan gemetar, tetapi ia tidak berani menggantinya dengan tangan lain, dia kuatir Peng lui poo tian (mengejar guntur menyambar petir) Gak Hong terkejut.

"Aaah..." mendadak terdengar Gak Hong menjerit kaget "Leng Yok peng, kau telah membunuh saudaraku, aku akan beradu jiwa denganmu, oh Lim hiante! Lim hiante..."

Airmatanya jatuh bercucuran dengan derasnya, obor yang berada ditangannya bergoncang keras seketika itu juga hembusan angin puyuh serasa menderu deru membuat api yang berada ditangan Lieng Tian im segera menjadi padam. Begitu gua tersebut menjadi gelap, maka tinggal cahaya api hijau diatas dinding gua saja yang berkedip kedip lirih.

Gak Hong seperti orang gila menari kesana kemari, kemudian menangis tersedu sedu.

"Cianpwe ... cianpwe . , sadarlah...", teriak Liong Tian-im keras keras.

Si pengejar guntur penyambar petir Gak Hong segera menghentikan isak tangisnya. lalu menegur:

"Boanpwe adalah orang yang datang menyelidiki soal genta emas pelenyap irama."

"Genta emas pelenyap irama ?" Gak Hong berteriak keras, "siapa yang mengetahui soal genta tmas pelenyap irama ?"
Dengan kening berkerut Liong Tian-im segera berkata : "Dua belas tahun berselang, ketika genta emas pelenyap
irama munculkan diri, Empat lembah tiga istana satu perkumpulan dan lima benteng yang berada dalam dunia persilatan telah bergerak bersama, kemudian kabar berita mereka bilang lenyap, apakah kau mengalami semua kejadian ini sendiri...?"

"Siapa yang memberitahukan kepadamu ! Siapakah kau ?" tanya Gak Hong terkejut.

"Aku adalah putra Poh mia giam lo Liong Siau thian dimasa lalu, Liong Tian im"

Si Pengejar guntur penyambar petir Gak Hong segera menjerit kaget, dia tak berbicara lagi: Pelan pelan Liong Tian im berkata lagi: "Aku hanya berharap kau bisa memberitahuku, kepadaku kejadian dimasa lalu, serta siapakah yang telah menyekap kalian disini."

Bagaikan seekor binatang buas si pengejar guntur penyambar petir Gak Hong berjonggok disitu. napasnya tersengkal-sengkal. sementara sepasang matanya yang hijau mengawasi wajah pemuda itu tanpa berkedip, sorot mata itu penuh pancaran sinar takut, curiga serta pelbagai perasaan Iainnya.

Liong Tian im segera berpikir lebih jauh: "Orang ini sudah puluhan tahun disekap di rni, kepercyaaannya terhadap orang lain tentu tak akan seperti dahulu, bila aku tidak menjanjikan sesuatu, tak mungkin dia bersedia mengutarakan kejadian dimasa lalu !"

Berpikir sampai disiiu, dia lantas berkata:

"Bila kau dapat memberitahukan kepadaku, aku pasti akan menolongmu keluar dari sini"

Mendadak Gak Hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak:

"Haaaahh. . . haaahh. . . haaahh. . kau hendak menolongku keluar dari sini? Haaahh. . haaa. . kau ingin menolongku  keluar dari sini"

Liong Tian im menjadi gusar sekali setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan marah:

"Aku dapat masuk kemari, tantu saja dapat menolongmu keluar dari sini apa yang perlu kau tertawakan?" Si pengejar guntur penyambar petir Gak Hong mendengus dingin,

"Hmmm semua yang disekap disini adalah jago jago yang termashur dari dunia persilatan, sekalipun mereka sudah terkena bidikan racun Cui len tok yu yang dikenal sebagai racun paling keji didunia hingga kesadaran otak mereka lenyap, namun tenaga dalam yang dimilikinya masih utuh, apakah mereka tahu kalau melarikan diri dari neraka hitam ini adalah sesuatu yang enak?"

Dia menarik rantai diatas badan sendiri, kemudian melanjutkan:

"Tahukah kau rantai ini terbuat dari apa? kau harus tahu, rantai tersebut terbuat dari besi berusia selaksa tahun yang dihasilkan dari dasar telaga Hau-po-tham dilembah Tee ong kok. siapa lagi orang yang dapat meloloskan diri."

"Kalau begitu tiada benda apa pun didunia ini yang bisa dipakai untuk memotong rantai lantai besi itu?" tanya Liong Tian im dengan kening berkerut.

"Kecuali kau mempunyai senjata tajam yang bisa
memotong besi, kalau ingin mengandalkan tenaga manusia. . . humm mustahil bisa dilaksanakan. ."

Dengan suara sedih terusnya: "walaupun aku sama sekali tidak terpengaruh oleh racun Cai lee toi ya yang maha dahsyat itu nyatanya aku pua tak mampu berbuat apa-apa kalau tidak, masa aku dapat bertekap selama dua belas tahun di tempat ini?" Liong Tian-im berpikir sebentar lalu ujarnya:

"PerduIi bagaimana pun asal kusanggupi untuk  menolongmu keluar, aku pasti akan sanggup untuk menolongmu tapi kau harus berjanji untuk membeberkan pula segala sesuatu persoalan yang ada sangkut pautnya dengan ayahku!"

"Apakab kau membawa pedang mestika yang dapat memotong baja?"

Liong Tian im menyiapkan obornya diatas pinggang, kemudian mengerahkan tenaganya dan membetot terali besi itu hingga menjadi bengkok. ...

Kemudian sambil menghembuskan napas panjang dia berjalan masuk kedalam gua lalu katanya:

"Sekalipun aku tidak mempunyai pedang mestika yang bisa memotong baja, namun aku sanggup untuk menolongmu lolos dari sini!"

Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, kemudian tanyanya lagi.

"Sekarang, dapatkah kau beritahu kepadaku apakah dalam peristiwa genta emas dimasa lalu, ada anak murid dari pihak Hud-bun yang turut serta ?"

"Darimana kau bisa tahu?" tanya si pengejar guntur penyambar petir dengan keheranan "tentang genta emas pelenyap irama itu berada di dalam Hud-bun, kemudian.."

Mendadak ia berhenti berbicara, kemudian katanya: "Mengapa kau tidak segera menolong diriku ? Bila sebentar ada kontrol yang datang kemari, kita tak akan bisa meloloskan diri dari tempat ini."
Liong Tian im berpikir sebentar, kemudian katanya: "Miringkan kepalamu ke samping, aku akan lengkungkan
dulu rantai yang membelenggu lehermu."

Ketika Liong Tian im berjalan semakin mendekat, tiba tiba Gak Hong meluruskan lengan airnya ke depan sambil melepaskan pukul sementara kelima jari tangan kirinya, di tangkan dengan lebar lebar dan langsung mencengkeram urat nadi Liong Tian-im.

Tindak serangan yang dilancarkan secara tiba tiba ini sangat mengejutkan Liong Tian im dengan gusar dia membentak, lalu dalam terdesaknya dia buang badannya ke belakang sambil merendahkan sikutnya, setelah itu dengan datar dia mundur empat inci.

Baru saja dua buah serangan terhindar, Gak Hong telah membentak keras, kaki kanannya tanpa mengeluarkan sedikit suarapun telah menyambar tiba, sepasang tangannya membentuk satu lingkaran busur lalu dengan berubah menjadi cengkeraman dia membacok ke muka.

Sebagai seorang jagoan yang berjulukan Pengejar guntur penyambar petir, serangannya mempunyai kekuatan yang dahsyat dan kecepatan yang mengerikan, diantara getaran sepasang tangannya, angin pukulan yang dahsyat telah membuat debu dan pasir dalam gua itu beterbangan.

Liong Tian im benar-benar merasa gusar sekali, segera bentaknya: "Kau benar benar seorang manusia yang tak tahu diri !"

Angin pukulan yang menggulung tiba amat menyesakkan napas, Liong Tian im segera membabatkan telapak tangan dirinya kebawah menghajar tulang yang kering pada kaki kanan lawan.

Sementara tubuh bagian atasnya dengan mengikuti  gerakan tubuhnya yang maju merentangkan telapak tangan kanannya menciptakan selapis bayangan telapak tangan yang menyilaukan mata dan membacok urat nadi pada tangan lawan.

"Plook, plook !" dua kali benturan nyaring bergema dalam gua.

Menggunakan peluang tersebut, Liong Tian-Im segera mundur empat langkah sebelum berdiri tegak.

Dengan wajah penuh kegusaran dia awasi Gak Hong yang berada dihadapannya, hawa nafsu membunuh telah menyelimuti wajahnya.

"Jurus serangan apakah itu ?" seru Gak Hong dengan perasaan terkesiap bercampur heran.

Kemudian sambil memegangi nadinya yang kena tersambar jari tangan si pemuda lalu tanyanya lagi keheranan:

"Sebenarnya kau ini murid siapa ?"

Liong Tian-im tidak menjawab, dia hanya mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengatur kembali hawa darahnya yang bergolak keras akibat pukulan lawan yang maha dahsyat itu. Melihat lawannya membungkam, Gak Hong segera berpikir:

"Walaupun jurus serangannya sakti tapi tenaga dalamnya amat cetek, kalau tidak, niscaya urat nadiku sudah terluka."

Maka setelah melihat mimik wajah anak muda itu, dia jadi mengerti, segera serunya:

"Oooh, rupanya kau sudah terluka parah ?"

"Hmm, kau anggap setelah aku terluka ma ka tak bisa berbuat apa-apa kepadamu ? Aku Liong Tian im masih tetap mampu untuk membunuh dirimu?!" dengus Liong Tian im dingin.

Diam-diam Gak Hong lantas berpikir:

Mungkiu luka itu dideritanya ketika melewati lembah Tee ong kok dan beradu kepandaian dengan Leng loji, kalau tidak masa mungkin bisa sampai di gua Kun liong ki ini."

Baru saja ingatan tersebut melintas, pikiran lain telah melintas kembali didalam benaknya dengan perasaan tercengang pikirnya:

"Aah, hal ini tidak benar! Andaikata ia telah terluka dengan pukulan Leig Hongya, mana mungkin dia sanggup menyeberangi telaga pan poo tham yang lebarnya delapan kaki dan sampai disini? Apalagi kalau dilihat dari keadaannya, jelas peronda lembah masih belum mengetahui kalau dia masuk kedalam neraka hitam..."

Sambil menggigit bibirnya yang tebal, ia lantas berpikir lebih jauh: "Jangan jangan didalam gua ini masih terdapat jalan keluar yang lain?"

"Aaai, dua belas tahun berdiam disini sampai daya  ingatanku mundur sekali, sampai kemampuanku untuk berpikir pun tak mampu.."

Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benaknya, lalu dengan wajah tersipu katanya:

"Aku tidak tahu kalau kau sudah terluka parah, sebenarnya maksudku hanya ingin mencoba tenaga dalammu, aku ingin tahu apakah kau berkekuatan untuk menolongku keluar dari sini."

"Bukankah sudah kukatakan tadi, aku bisa masuk kemari tentu saja sanggup keluar pula dari sini. Kalau toh kau begitu tidak mempercayai diriku, mana mungkin aku bisa mempercayai pada dirimu ?" seru Liong Tian im dengan wajah dingin.

Menyaksikan paras muka anak muda itu sedikit tidak beres, buru-buru Gak Hong berkata:

"Baik, baik, aku berjanji akan memberitahukan soal hilangnya ayahmu dimasa lalu ..."

Setelah termenung sebentar dia melanjutkan:

"Ayahmu Poh-mia giam lo Liong Siau-thian telah ditangkap oleh jago jago pilihan dari hud bun ngo pay yang disebut orang persilatan sebagai Hud bun Huhoat (pelindung hukum perguruan Budha) Ngo Lo-han dibantu oleh (tiga malaikat dari perguruan Hud bun). . ."

Melihat Gak Hong membungkam kembali, buru buru Liong Tian im berseru cepat: "Bagaimana selanjutnya ? Mereka .. ."

"Bantulah aku untuk memotong rantai sialan ini, setelah kupikirkan sebentar barulah kuberitahukan lagi kepadamu . .
."

"Tidak, kau harus memberitahukan kepadaku lebih dulu, mengapa mereka hendak menahan ayahku ?" seru Liong Tian im penuh emosi.

Tanpa terasa dia membayangkan kembali pengalamannya semasa masih kecil dulu di depan ayahnya disiksa kaum pendeta, dan ia sendiri dihajar olen pendeta pendeta itu.
Dengan perasaan bimbang dia bertanya lebih jauh. "Kalau memang ayahku adalah pemimpin dari empat
lembah tiga istana, mengapa pada akhirnya dia seperti tak punya kepandaian siIat lagi. . . ?"

"Ngo lohan yang disebut sebagai Hud bun-huhoat meski terdiri dari pelbagai partai, namun mereka semua telah memperoleh ilmu silat ajaran Hud bun sam seng, ditambah lagi ilmu silat yang dimiliki Leng Hong ya dari lembah Tee ong kok, bayangkan sendiri apakah dia sanggup untuk menandinginya?"

Liong Tian im berpikir sebentar walaupun garis besarnya dia sudah dapat meraba apa yang telah terjadi dimasa lalu, namun keadaan yang sejelasnya masih belum diketahui. Setelah menghela napas katanya kemudian:

"Baiklah, aku akan memutuskan rantai di atas lehermu itu kemudian kau baru menceritakan keadaan yang telah berlangsung dimasa lalu."

Dengan perasaan ragu Gak Hong berkata:

"Kau hendak menggunakan senjata apa untuk memotong rantai besi yang melilit ditubuhku ini?"

"Hmm, kalau aku hendak membunuhmu, buat apa mesti menunggu sampai sekarang?"

Dia menancapkan obor tersebut diatas  dinding, menyulitkan kembali kemudian pelan dia mengangkat tangan kanannya keatas.

Gak Hong tidak tahu permainan setan apakah yang sedang dilakukan oleh Liong Tian-Im, telapak tangan kanannya segera dlletakan depan lambung, sementara kepalan kirinya melindungi dada, dengan sorot mata siap sedia dan penuh kecurigaan dia awasi Liong Tian-im tanpa berkedip.

Liong Tian-im mendengus dingin, kedua jari tangan kirinya segera ditekan pada tengah tangan kanannya, kemudian cincin iblis emas diputar balik.

Dibawah cahaya api tampak cincin itu memancarkan cahaya keemas emasan yang menyiIaukan mata.

Begitu menyaksikan bentuk ukiran iblis yang berwajah menyeringai seram itu, Gak Hong merasa terperanjat sekali, ibarat disambar geledek, sekujur badannya segera mundur dua langkah, kemudian kalanya dengan gemetar: "Cincin maut iblis emas... cincin maut iblis emas..." Liong Tian im mencibirkan bibirnya:
"Benar, ucapanmu memang tepat sekali, cincin ini memang Kim mo ci cincin iblis emas."

Gak Hong menarik napas panjang, serunya "Ternyata kan adalah ahli nyaris dari Jiat hun kim mo!"

"Aku adalah Hiat ci kim mo Liong Tian im sedang guruku adalah Jian hun kim mo!"

"Tak heran kalau itu sanggup menghindar kau diri dari pelbagai penjagaan dalam lembah Tee ong kok yang berlapis lapis serta menyebrangi telaga Hau po tham sebelum tiba di neraka hitam ini!"

"Apa? Kau mengatakan neraka hitam yang dibangun Leng Yok peng dari lembah Tee ong kok? Kalau begitu kalian di tangkap oleh nya?"

"Masa sampai sekarang kau baru tahu?"

Belum habis dia berkata, mendadak dari dalam gua itu terdengar suara air yang menggulung datang dengan dahsyatnya, suara itu bagaikan ada beribu ribu prajurit berkuda yang berlari bersama, keadaannya sangat mengerikan sekali.

Dengan paras muka berubah hebat Liong Tian im segera menegur: "Apakah itu ?"

"Air telaga yang masuk dari telaga Han poo than" "Mengapa air telaga tersebut kedengaran begitu memburu, seakan-akan suara ombak samudra yang memecah ditepian pantai ?"

"Air dari telaga Han po than dinginnya menusuk tulang, setiap hari ganjil maka bagaikan air samudra saja akan menyeberang ke dalam neraka hitam ini setiap bulan kami harus mengalami dua penderitaan karena direndam air telaga
... . ."

Kemudian dengan suara keras teriaknya:

"Mengapa kau masih belum memutuskan rantai keparat ini
? Kau hendak menunggu sampai kapan lagi ?"

Liong Tian-im termenung dan berpikir sebentar, kemudian serunya tertahan:

"Aah, kiranya begitu, tak heran kalau orang-orang ini pada berubah menjadi bodoh semua setelah disekap sekian tahun"

Kemudian sambil tersenyum katanya:

"Sekalipun kau tidak sampai dipengaruhi oleh racun cui-lei tok yu yang maha dahsyat sehingga kesadaranmu  terpengaruh namun kau dibikin ketakutan oleh air telaga yang dingin itu bukan ?"

"Kalau benar kenapa?" buru buru Gak Hong berkata. Dengan wajah serius Liong Tian im segera berkata: "Diantara beberapa patah kata yang kau ucapkan tadi, berapa bagiankah yang kau katakan bukan sebenarnya?"

"Mengapa aku harus mengelabuhi dirimu!" seru Gak Hong dengan paras muka berubah.

Liong Tiam im mundur tiga langkah ke belakang, kemudian ucapnya lebih jauh:

"Sewaktu kau ucapkan perkataan tadi sepasang matamu berkedip tak menentu, hal ini membuktikan kalau dibalik ucapanmu terdapat hal yang tidak benar, coba kau katakan dendam apakah yang terlibat antara kau kawan ayahku dulu, mengapa kau turut serta didalam peristiwa itu ?"

Sekujur badan Gik Hong gemetar keras, dengan cepat dia mundur selangkah lalu sahutnya dengan gemetar:

"Siapa bilang kalau waktu itu aku turut serta dalam peristiwa tersebut ? Kau jangan sembarangan berbicara !"

Liong Tian im segera tertawa dingin, katanya:

"Leng Hongya dari lembah Tee ong kok sudah dua belas tahun menyekapmu disini, tentu saja kau membencinya hingga merasuk ke tulang sumsum. Maka kau bermaksud untuk meminjam kekuatanku untuk membunuhnya sehingga sakit hatimu bisa terbalas tapi apakah kau tidak membayangkan bahwa ayahku dengannya adalah saudara angkat, masa dia akan bersekongkol dengan Ngo lohan dari Hud bun untuk mencelakai ayahku ?"

"Leng Yok peng jujur di wajah, licik didalam hatinya busuk dan penuh dengan pikiran keji, sudah banyak jago kenamaan dari dunia persilatan yang telah dicelakai olehnya !" Kemudian setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:

"Betapa gagahnya Empat lembah, tiga istana, satu perkumpulan dan lima benteng didalam dunia persilatan dimana silam, tapi mereka seperti juga kau, tak ada yang mengetahui keadaan Leng Yok peng yang sebenarnya . .  ."

Walaupun Liong Tian-im sudah menaruh curiga, namun ia masih saja memandang kearah Gak Hong sambil tertawa dingin, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Terlintas sinar penuh kebencian dari wajah Gak Hong, lalu dia berkata dengan lantang:

"Andaikata aku tidak terlampau percaya dengan manusia yang bernama Leng Yok-peng, masa sampai sekarang aku bisa mengendon disini? dan mana mungkin aku akan mendapatkan cemoohan serta hinaan dari angkatan muda seperti kau?"

"Mencemooh?" Liong Tian im segera tertawa dingin, "siapa yang bilang kalau aku sedang mencemoohkan dirimu..."

Sementara itu suara deruan air yang pasang makin gencar dan nyaring, bahkan di dalam gua itupun sudah mulai terdengar suara pantulan yang amat memekikkan telinga.

Dengan suara ketakutan Gak hong berkata:

"Kini suara air yang pasang sudah berkumandang untuk kedua kalinya, bila suara tersebut bergema untuk ketiga kalinya, air telaga akan segera merembes masuk kedalam gua" Memandang wajah terkejut dan ketakutan yang mencekam perasaan Gak hong, Liong Tian im segera mendengus dingin.

"Hmm, bila kau menghendaki kubebaskan dirimu sebelum air telaga mengenangi gua ini, cepat beritahu kepadaku kejadian yang sesungguhnya secara jujur..."

Melihat Liong Tian im menggunakan hal tersebut sebagai ancaman untuk menggertaknya, Gak Hong menjadi teramat gusar sehingga rambutnya pada berdiri semua, teriaknya keras-keras.

"Bocah keparat she Liong, sungguh tak ku sangka Poh mia giam lo yang begitu gagah perkasa ternyata mempunyai seorang anak kura-kura yang tak tahu aturan seperti kau. ."

"Jika kau berani mengaco belo lagi, aku akan segera angkat kaki meninggalkan tempat ini, biar kau mengendon dua belas tahun lagi ditempat ini." bentak Liong Tian im.
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Dulu seandainya ayahku tidak kelewat jujur, mana
mungkin dia akan mengalami keadaan seperti sekarang ini sehingga sampai akhirnya dia menjadi tak berkepandaian apa apa dan dihina serta disiksa oleh kawanan hwesio gundul itu !"

Gak Hong membelalakkan matanya lebar-lebar, setelah tertegun sejenak serunya:

"Benarkah dia berhasil mendapatkan genta emas pelenyap irama ? Tak heran kalau Leng Yok peng bisa bersikap begitu sungkan kepadanya dimasa lalu . . ." Dia seakan-akan sedang membayangkan kembali kejadian dimasa lampau, sorot matanya memancarkan sinar kebuasan, setelah tertawa tergelak serunya:

"Leng Yok peng, kan memang sangat pintar, betul-betul siasat sebuah batu dua ekor burung yang hebat, kau telah berhasil mengelabuhi semua umat persilatan di dunia ini sehingga membuat dunia persilatan menjumpai banyak j#lo(itan

Liong Tian im menjadi terkesiap sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya: "Jangan-jangan apa yang dikatakan Gak Hong kepadaku tadi cuma dugaannya sendiri ia sampai sekarang baru berhasil membuktikan sebenarnya."

"Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, ia sudah mendengar Gak Hong berseru dengan lantang:

"Leng Yok peng wahai Leng Yok peng! betapa pun lihaynya rencanamu, sekarang aku berhasil juga mengetahui keadaan yang sebenarnya..."
Setelah berhenti sebentar, kembali dia melanjutkan: "Liong Tian im, lepaskan aku ! Alu berniat membongkar
rahasia dari Leng Yok peng dihadapan setiap umat persilatan, agar mereka semua tahu kalau Leng Hongya dari lembah Tee ong kok serta Hud bun sam seng sesungguhnya hanya manusia manusia yang bermata kotor, agar mereka tak bisa mengelabuhi lagi umat persilatan dengan segala macam perbuatannya" Liong Tian im tak tahu apakah yang diucapkan Gak Hong benar atau tidak, tapi menyinggung soal Hud bun sam seng, tanpa terasa ia pun jadi teringat pula dengan gurunya Jian hun kim mo.

Diam diam pikirnya:

"Bila kubebaskan dirinya, mungkin dengan menggunakan cara ini aku bisa memberi pukulan untuk Hud bun sam seng serta membalaskan dendam bagi sakit hati suhu dimasa lalu"

Sementara dia masih termenung mendadak suara air pasang yang telah mereda tadi kini mulai berkumandang kembali suaranya bagaikan beribu ribu orang yang prajurit berkuda yang maju bersama, keadaannya benar-benar mengerikan.

Pucat keabu-abuan paras muka Gak Hong setelah mendengar suara itu, segera teriaknya: "Suara air pasang telah berkumandang untuk ketiga kalinya, sebentar lagi air telaga itu merembes masuk !"

Belum sempat Liong Tian-im menjawab mendadak dari dalam gua itu terdengar suara jelas yang amat keras, suara tersebut melebihi suara air bah yang gemuruh nyaring, begitu dahsyatnya suara tadi membuat siapapun yang mendengar merasakan hatinya terkesiap.

Jeritan yang penuh penderitaan putus asa sedih dan minta tolong itu bergema datang seperti binatang yang hampir mendekati ajalnya hingga membuat siapapun merasa ngeri dan tak tahan untuk melelehkan air mata.

"Suara apakah itu?" seru Liong Tian im dengan perasaan terperanjat. Dengan ketakutan Gak Hong berseru: "ltulah suara jeritan dari para tawanan yang telah mendengar suara air pasang yang ketiga kalinya, ilmu silat mereka hampir semuanya telah punah, mereka harus menanti gerogotan hawa dingin yang menusuk tulang akibat direndam dalam air telaga, setiap kali tentu ada berapa orang diantara mereka yang tewas, oleh karena itu mereka menjerit keras dengan penuh penderitaan "

"Benar benar suatu perbuatan yang keji, pada hakekatnya bagaikan didalam neraka saja" seru Liong Tian-im dengan perasaan seram!
Dia segera menggerakkan cincin mautnya sembari berseru: "Cepat miringkan kepalamu ke samping, aku akan
memutuskan rantai di atas lehermu itu."

Gak Hong nampak gembira sekali, dengan cepat dia miringkan kepalanya kesamping. Liong Tian im segera mempergunakan cincin iblis emasnya untuk mematahkan rantai pengikat leher yang berada di leher Gak hong.

Tampak cahaya api memancar keempat penjuru, ketika Gak Hong meronta keras, terasa rantai besi itu berhasil dilepas dari atas Iehernya.

Untuk sesaat dia memandang kewajah Liong Tian im  dengan wajah termangu, kemudian dengan nada setengah tak percaya serunya:

"Aku telah bebas?"

"Yaa, kau telah bebas, mari kita pergi!" sahut Liong Tian im dengan tersenyum. Dia segera maju dua langkah kedepan dan mendekati sisi terali besi, kemudian menengok kebawah tampak undak undakan batu itu sudah diterjang oleh air bah yang deras sekali.

Air yang mengalir dengan derasnya itu memancarkan hawa dingin yang luar biasa membuat dia yang berada empat depa dari permukaan airpun merasakan pula hawa dingin yang merasuk tulang.
Pelan pelan Gak Hong berjalan kesisinya kemudian berkata, "Dibelakang gua ini merupakan telaga Han poo tham yang
terletak disebelah utara lembah Tee ong kok, air dalam telaga tersebut,."

Mendadak dia mengangkat sepasang kepalannya sambil membentak keras, dari jarak sedekat empat depa, secara beruntun dia telah melancarkan enam buah terangan berantai.

Angin pukulan yang amat kuat itu bagaikan gulungan ombak samudra langsung menerjang ke tubuh Liong Tian lm membalikkan badannya menghindarkan diri dari serangan tersebut. kemudian sepasang ujung bajunya dikebaskan ke depan.

Tapi dia lupa kalau ketika itu tubuhnya berdiri dipinggir gua, karena hendak berkelit kontan saja tubuhnya terjatuh kebawah.

"Aaah. . ." jeritan kaget berkumandang memecahkan keheningan Tak ampun lagi ia kena dihajar oleh Gak-Hong sehingga tercebur kedalam air telaga yang sedang mengalir masuk ke dalam gua dengan teramat derasnya itu.

Menyaksikan gulungan air yang menggulung-gulung deras, Gak Hong tertawa panjang, dengan cepat dia melompat keluar dari gua itu sambil menyusup ke atas.

Sementara itu suara air telaga yang menggulung masuk kedalam gua masih berlangsung dengan amat dahsyatnya.

Suara gemuruhnya air telaga telah menutupi suara jeritanjeritan yang memilukan hati.

Suasana dalam gua yang gelap gulita itupun makin lama semakin menyeramkan, sementara air telaga yang menggulung masuk makin-lama semakin meninggi. . .

Air telaga masih mengalir terus dengan amat derasnya, Liong Tian-im merasa tubuhnya terseret oleh arus yang deras itu bergerak ke-depan, sepanjang perjalanan dia tak berhasil menangkap sesuatu benda yang bisa dipakai sebagai tempat berpegangan.

Lama kelamaan dia merasakan kepalanya pusing sekali, dia merasa tubuhnya seakan sedang melambung diangkasa dan dihembus oleh angin kencang...

Kemudian dia seperti menyentuh jari tangan malaikat el maut yang dingin, mendengar suara tertawa yang memekikan telinga. "Hmm ...tampaknya malaikat el maut sedang mengajakku, nasib sedang mempermainkan, diam diam ia bergumam, "Aku tak boleh mati sekarang, aku harus melawan perbuatan malaekat elmaut, aku harus melepaskan diri dari cengkeramannya, aku tak boleh mati, aku tak boleh mati."

OOOMOOO

DALAM kegelapan dia seakan-akan menyaksikan ada setitik cahaya yang berkelebatan lewat, ingatan tersebut segera menimbulkan kembali hasratnya untuk melanjutkan hidup dengan cepat ia menggerakkan ke empat anggota badannya untuk meronta.

Lambat laun dia muIai merasakan hawa dingin yang  semakin merasuk kedalam tulang sehingga membuat keempat anggota badannya menjadi kaku, hilang rasanya nan tak mampu digerakkan.

Namun kesadaraanya masih tetap ada, dengan cepat dia berusaha untuk memperingatkan diri sendiri:

"Aku harus hidup terus, aku harus hidup." "Aku tak boleh mati, tak boleh mati ."
Diapun tak tahu sudah melewati beberapa impian jelek, tapi dalam impian tersebut dia iak dapat menahan panggilannya terhadap kehidupan...

"Blaamm, pintu besi telah terpentang lebar, dan dia merasa tubuhnya terseret terus kedepan. Kemudian dia merasa muncul berpuluh puluh lembar wajah yang sedang menyeringai padanya, sorot mata yaag tajam penuh kebencian seakan akan hendak merobek tubuhnya.

Liong Tian im ingin bertanya: "Siapakah kalian?"

Tapi ia tak sanggup mengucapkannya kemudian seperti merasa dihembus angin puyuh yang melontarkan tubuhnya keatas.

Tanpa terasa dia menjerit kaget dan mementangkan matanya lebar-lebar, dia merasa tubuhnya sedang di lemparkan oleh gelombang arus yang dahsyat sehingga meninggalkan permukaan air.

Belum sempat ingatan lewat dalam fceni nya, tiba tiba punggungnya telah menumbuk diatas tonjolan batu keras keras...

"Blaaamm..." tumbuhan tersebut menghajar jalan darah Mia bun hiatnya keras keras.

Merasa pandangan matanya menjadi gelap, hawa darah didalam tubuhnya membuyar di seluruh urat nadinya mengendor, badannya terbanting diatas tanah dan jatuh tak sadarkan diri.

Kemudian ia pun merasa tak sadarkan diri. setelah berapa lama sudah lewat, ketika ia membuka matanya kembali, ditemuinya dia berada diatas permukaan gua yang panjang menjorok kedalam, suasana disitu gelap gulita tak nampak sesuatu apapun.

Dia hanya mendengar suara air yang mengenai dinding batu dan memercikkan buih buih air berwarna putih . . . Dalam keadan begini, dia lantas berpikir:

"Andaikata aku tidak terbawa arus sampai kedalam gua ini, entah bagaimana nasibku seorang ? Apalagi kalau sampai terbawa ke dalam lorong yang gelap itu . . .

Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya segar bugar tanpa cedera apapun, malah luka yang semula dideritanya kini telah sembuh kembali.

Cepat mendongakkan kepalanya dan memandang tonjolan batu yang tajam dihadapannya, pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu mengisi saluran hawa murninya dia ayunkan tangan kanannya keudara.

SUi telapak tangannya seperti sebilah golok yang membawa desingan angin tajam langsung menyambar tonjolan batu itu, "Blamm !" ternyata batu cadas itu hancur menjadi bubuk dan tersebar ke tanah.

"Haah ?" ta sendiri sampai kaget menghadapi kenyataan tersebut, "kenapa aku sama sekali tidak terluka? Tadi aku merasa jalan darat Mia bun hiat ku kena terhajar oleh tonjolan batu ini, kemudian hawa darah didalam tubuhku buyar, dan akupun jatuh tak sadarkan diri."

Keanehan tersebut membuat pemuda itu mencari cari apa yang telah menyebabkan luka dalamnya tiba tiba menjadi sembuh kembali.

"Jangan jangan digua ini tinggal jago lihai yang telah menyembuhkan luka dalam yang sedang kuderita ?"

Tapi begitu ingatan tersebut melintas lewat ia segera tertawa geli sendiri, pikirnya lebih jauh: "Aah, masa didunia ini terdapat kejadian yang begini kebetulan ? Mustahil didalam gua ini terdapat jagoan lihay."

Mendsdak d^t seperti mengendus bau harum yang aneh, dengan sorot mata mencorong kini dia mulai memeriksa dari asal mula datangnya bau harum tersebut.

Akhirnya dijumpai bau harum itu berasal dari sebutir batu yang besarnya sekepala.

Batu itu dilapisi oleh semacam cairan berwarna putih yang memanjang hingga di ujungnya dimana air masih menggenang, anehnya cairan putih tersebut memancarkan sinar terang sehingga membuat suasana disekitar tempat tu menjadi terang benderang.

Setelah menyaksikan ktsemuanya itu, Liong Tian im baru mengerti darimanakah asalnya bau harum tadi, dengan perasaan ingin tahu ia lantas berpikir:

"Entah benda apakah ini ? Kalau di bilang mutiara, kenapa bisa menyiarkan bau harum ? lagi pula dapat menyembuhkan luka dalam?"

Baru saja dia akan mendekati batu putih itu untuk diambil, mendadak ia mendengar lagi suara teriakan keras.

Perlu diketahui, tempat dimana Liong Tian im berada sekarang adalah dinding gua sebelah atas, sedangkan dibawahnya arus air dingin masih bergulung lewat dengan dahsyatnya, dari arah sanalah suara teriakan itu terdengar. Dengan wajah tertegun Liong Tian-im segera berpaling, dengan cepat dia menyaksikan ada sesosok tubuh manusia sedang diseret oleh arus air yang deras menuju ke sana.

Tangan sebelah orang itu meraih diatas permukaan air seperti hendak mencari sesuatu benda yang bisa dipegang, sementara tubuh bagian yang lain berada didalam permukaan air.

Jelas orang itu sedang meronta berusaha keras untuk melepaskan diri dari cengkeraman elmaut.

Sejak kecil Liong Tian im sudah dihadapkan dalam suasana seperti ini, hal ini membua pemuda itu mudah dibikin iba bila menjumpai orang yang berada diambang kematian.

Maka tanpa terpikir panjang lagi pemuda itu segera berjalan ke tepi gua dir bermaksud bila orang itu sudah lewat dibawahnya maka dia akan menyambar tangannya tersebut.

Maka begitu orang itu mengalir ke bawah laki gua itu, sambil membentak keras dia berjumpalitan ke bawah dengan kaki diatas kepala dibawah dia menukik kebawah, lalu dengan kaki yang bergelantungan pada batu cadas, dengan cepat ia sambar tangan orang ini.

"Naik!" bentaknya keras keras.

Hawa murninya disalurkan ke dalam tangan, kemudian sekuat tenaga dia membetot orang itu keras keras, kemudian sambil melemparkan ke atas, dia mengirim tubuh orang itu ke dalam gua. Begitu berhasil menyelamatkan orang itu, Liong Tian-im segera menjejakkan kakinya dan melayang kembali ke tempat semula.

Sementara itu orang tadi sedang terkapar diatas permukaan gua dengan napas terengah.

Liong Tian im menghampirinya dengan cepat, tapi begitu tahu siapakah orang itu, hawa amarahnya segera berkobar.

"Hmm, Gak Hong !" bentaknya sambil mendengus dingin, "coba dongakkan kepalamu dan coba lihat siapakah aku ?"

Dengan napas memburu orang mendongakkan kepalanya, tapi begitu melihat wajah Liong Tian im yang sedang memandang ke arahnya dengan hawa pembunuh menyelimti wajahnya, ia menjadi terkejut.

Mendadak ia melejit bangun, kemudian telapak tangan kanannya langsung disodokkan ke depan menghajar lambung pemuda itu.

Dengan gusar, Liong Tian im membentak: "Kau benar benar manusia tak tahu diri !"
Dengan cepat dia mundur sejauh lima langkah, kemudian tangan kanannya dengan memainkan ilmu ki na jiu hoat langsung mencengkeram urat nadi lawan.

Gak Hong cepat cepat miringkan badannya kesamping, kemudian telapak tangan kanannya dibalik, lima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar langsung mencengkeram jalan darah hi tong hiat didada Liong Tian-im. Jurus serangan tersebut dilancarkan dengan suatu jurus yang ampuh, serangan yang ganas dan sasaran yang keji.

Liong Tian-im tertawa dingin tidak menghindar ataupun berkelit tangan kirinya langsing membacok ke wajah lawan.

Jurus serangan itu nampaknya sederhana dan biasa, tapi penggunaan waktu serta sasaran yang tertuju benar-benar sangat cepat, masih jauh lebih cepat daripada datangnya kelima jari tangan kanan Gak Hong.

Gak Hong menjadi amat terperanjat, dia tak menyangka kalau kekuatan musuhnya tiba tiba memperoleh kemajuan pesat, buru-buru dia mundur dua langkah dengan maksud hendak terkelit, siapa tahu tangannya tahu tahu sudah kena di cengkeram.

Sambil mendengus dingin Liong Tian im segera berseru: "Sekarang kau hendak kabur kemana lagi?"

Pucat pias selembar wajah Gak Hong karena ketakutan, sahutnya dengan suara dalam:

"Aku toh sama sekali tiada dendam mpffi fiiiic-t hac denganmu mengapa kau bersikap demikian kepadaku ?"

Liong Tian im tertawa:

"Bagus, suatu pernyataan yang amat bagus" katanya.
Kemudian dengan wajah berubah, katanya dingin: "Ketika pertama kali kutolong dirimu, kau telah
menghajarku sehingga tercebur kedalam arus deras air dingin itu, kedua kalinya ku selamatkan kau dan dalam arus deras, Iagi-lagi kau hendak merenggut selembar jiwaku apakah kau pun mempunyai dendam atau sakit hati dengan diriku ?"

Gak Hong menghela napas, bibirnya yang bergetar, namun sampai lama juga tak kedengaran sedikit suarapun.

Liong Tian im berkata lebih jauh:

"Terhadap kawanan tikus yang tak berbudi semacam kau, mengapa aku harus memberikan kehidupan untukmu ? Lebih baik diceburkan saja ke dalam air biar mampus:"

"Tapi, tapi... aku...aku "

"Tutup mulut!" bentak Liong Tian im, "apa lagi yang hendak kau ucapkan?"

"Aku bersedia mengungkapkan semua kisah tentang genta emas dimasa lalu kenidaaii, sekarang aku sudah tidak percaya lagi kepada "

"Kalau toh kau sudah tidak mempercayai diriku lagi. yaa, apa boleh buat? Apa lagi yang bisa kulakukan?"

Liong Tian im termenung sebentar, kemudian katanya: "Baiklah, untuk kesekian kalinya kupercayai dirimu"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara yg berubah menjadi lebih keras dan tegas, dia berkata kembali.

"Tapi sekali lagi kuperingatkan kepadamu, bila kau berani berbicara bohong, entah hanya sepatah kata saja. aku akan segera membacok kau menjadi dua bagian!" Gak Hong memandang dingin Liong Tian-im sekejap, kemudian menjawab:

"Selembar nyawaku ini di peroleh kembali secara  kebetulan, kau anggap aku akan takut dibunuh olehmu? Aku hanya bermaksud untuk membalas budi kebaikanmu saja. ."

"Musuh besarku tersebar diseantero jagat. Aku bukan dilahirkan didunia ini untuk menolong manusia, aku hanya minta kepadamu hari ini untuk memberitahukan segala  sesuatu yang menyangkut soal genta emas tersebut, sedangkan masalah budi dan dendam boleh kita bicarakan bila telah bersua kembali dimasa mendatang !"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar