Rahasia Kunci Wasiat Bagian 08

“Tidak salah!”sambung Ong Kiam.

“Tentu kau orang masih ingat dengan kami empat bersaudara bukan?”“Heee, heee, loohu memang pernah mendengar orang membicarakan kalian berempat.

““Hmm! Tua bangka, kalau bicara lebih baik sedikit hati-hati!”bentak Cau Kuang.

Saking khekinya seluruh tubuh Coe Koen San gemetar amat keras, jenggotnya berwarna putih berkibar tiada hentinya.

“Kau berani memaki loohu?”bentaknya dengan gusar sambil menuding diri Cau Kuang.

“Agaknya kau hendak memaksa loohu untuk kasih sedikit hajaran padamu.

“Sinar mata dari sisegulung angin Thio Ping berputar tiada hentinya, satu pikiran berkelebat di dalam benaknya.

“Hmm! Coe Koen San inipun merupakan seorang jagoan yang terkenal di dalam dunia kangouw. Bilamana kami berempat bisa membunuh Coe Koen San hanya di dalam satu hajaran, pertama bisa menyelesaikan urusan ini kedua bisa kasih sedikit peringatan pula bagi Toosu-Tooosu hidung kerbau dari Bu-tong-pay demikianlah pikirnya dihati.

“Dia lantas tertawa dingin kemudian bangun berdiri.

“Coe Koen San!”serunya dingin. “Selamanya barang siapa saja yang berani berlaku kurang ajar dihadapan kita berempat maka itu orang akan tak bernyawa lagi, kau sudah berkali-kali menyebut sebutanmu sendiri dengan loohu. Soal ini boleh dikata merupakan satu sebab yang kuat kami untuk bunuh dirimu.

“Saking khekinya air muka Coe Koen San berubah jadi hujau membesi. sepasang matanya melotot lebar-lebar, lain dengan langkah lebar berjalan mendekati diri Kang Lam Su Kongcu, agaknya dia orang siap-siap hendak turun tangan memberi peringatan kepada mereka berempat.

Siapa tahu justru tindakannya inilah merupakan satu kesalahan besar, ia tak menyangka kalau pihak lawan sudah mengadakan persiapan dan mengharapkan dalam dua tiga jurus bisa membinasakan dirinya guna diperlihatkan terhadap Toosu-Toosu dari Bu-tong-pay.

Di dalam pendopo yang tenang dan sunyi seketika itu juga diliputi oleh nafsu membunuh yang amat besar.

Coe Koen San segera mengalihkan peluru besinya ketangan kiri, sedang tangan kanannya dengan disertai tenaga dalam yang amat dahsyat siap-siap melancarkan serangan.

Tetapi sewaktu dilihatnya di sekeliling dinding pendopo tersebut dipenuhi dengan lukisan-lukisan serta tulisan-tulisan bakan di atas meja bambu terdapat pula berpuluhpuluh cawan antik membuat dia orang diam-diam lantas berpikir, “Bilamana aku harus saling bertukar satu pukulan dengan Kang Lam Su Kongcu dan menimbulkan hawa pukulan yang keras, bukankah barang-barang antik yang ada di dalam pendopo ini akan hancur berantakan.

“Dia jadiorang paling polos dan jujur, berpikir sampai disitu maka dia dengan membatalkan serangannya dan mengundurkan diri dengan langkah lebar.

Sejak semula sisegulung angin Thio Ping salurkan hawa murninya sebesar dua belas bagian ke arah tangannya, dia sudah bersiap sedia asalkan Coe Koen San memperlihatkan sedikit gerak-gerik yang mencurigakan maka dengan sekuat tenaga dia akan balas melancarkan serangan balasan.

Dia percaya walaupun pukulan berhawa dinginnya ini tidak berhasil memukul luka Coe Koen San tetapi sedikit-dikitnya bisa memaksa dia untuk rubuh terluka parah.

Kini melihat Coe KOen san secara mendadak mengundurkan dirinya kemabli, hal ini membuat sisegulung angin Thio Ping merasa urusannya berbeda diluar dugaannya, tak terasa dia jadi melengak dibuatnya.

“Coe Koen San kenapa kau tidak turun tangan?”ejeknya.

“Pendopo ini adalah ruangan untuk menerima tetamu dari partai Bu-tong. Bagaimana aku merasa tega untuk merusak barang-barang yang ada disini? bilamana kau sungguhsungguh bermaksud untuk berkelahi baiknya kita mencari tempat kosong diluar saja.

““Haaaah… haaaah…boleh dihitung kau masih tahu kekuatanmu sendiri,”ejek Thio Ping lebih lanjut.

“Loohu bukannya takut kepadamu cuma saja aku orang tidak ingin merusak barang milik orang lain,”jawab Coe Koen San tegas.

Bu Wie Tootiang yang melihat perkataan maupun perbuatannya amat terus terang, jujur dan polos membuat dalam hatinya lantas timbul rasa simpatik, pikirnya dalam hati, “Wajar Kang Lam Su Kongcu sudah kelihatan amat aneh, nafsu membunuhnyapun sudah meliputi wajah. Bilamana dia orang bermaksud turun tangan tentu akan menemui kerugian.

Karenanya dia lantas angkat bicara, “Saudara-saudara sekalian semuanya adalah tetamu yang datang dari jauh,”ujarnya. “Tidak perduli apa maksud kalian bilamana baru bertemu sudah berkelahi bukankah hal ini hanya merusak pandangan saja.

““Perkataan dari Tooheng sedikitpun tidak salah”sahut Coe Koen San membenarkan.

Walaupun sifatnya polos dan kekanak-kanakan tapi dia paling tidak suka kehilangan panorama sebagai jagoan, perkataannya ini benar-benar diucapkan dengan amat gagah.

Sisegulung angin Thio Ping yang melihat siasatnya tak termakan, saking jengkelnya ia tertawa dingin tiada hentinya.

“Bagus… bagus sekali! Kiranya sitangan sakti peluru besi Coe Koen San tidak lebih adalah manusia yang takut mati.

“Coe Koen San yang di dalam hati sudah mengambil keputusan bulat tidak suka terganggu lagi oleh hal-hal yang tidak dinginkan, walaupun saat ini Thio Ping mengejek dan menantang dirinya dengan cara bagaimanapun dia orang sampai kena dipancing.

Melihat sikapnya itu sienam bulan salju Lie Poo dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara segera berkata kepada Thio Ping.

“Toako, Coe jie ini adalah seorang jagoan berkeras kepala yang sudah terkenal di dalam sungai telaga, kalau dia sudah bilang tidak mau turun tangan di dalam pendopo maka dia tak akan tergerak hatinya walaupun mendengar perkataan apapun, bilamana kau benarbenar suka iuti saja perkataannya untuk keluar dari pondopo ini?”Thio Ping tersenyum kemudian dengan perlahan bangun berdiri.

“Hei tua bangka she Coe, apakah kau benar-benar ingin turun tangan dilapangan kosong diluar pendopo?”tanyanya.

“Bilamana saudara ingin turun tangan tentu loohu akan melayaninya.

““Baiklah kalau begitu aku akan ikut saja permintaanmu itu.

“Sehabis berkata demikian lantas meninggalkan tempat duduknya dan berjalan keluar dari dalam pendopo diikuti simanusia lima racun Ong Kiam, sienambulan salju Lie Poo serta sirembulan di tengah Cau Kuang.

Pada saat itulah mendadak terasa adanya sesosok bayangan manusia berkelebat datang, tampak kembali ada seorang Toosu cilik berbaju hijau berlari mendatangi sambil membawa dua lembar kartu nama merah darah.

Melihat akan hal itu sisegulung angin Thio Ping segera merasakan hatinya rada tergerak, pikirnya, “Entah manusia dari mana lagi yang sudah datang? lebih baik aku batalkan dili pertempuran dengan tua bangka she Coe ini?”Karenanya dia lantas menghentikan langkahnya dan berkata, “Coe Koen San di atas gunung Bu-tong san kembali datang tetamu terhormat, kita tidak boleh melenyapkan rasa hormat terhadap majikan yang hendak menerima tetamunya, aku lihat lebih baik kita undurkan sampai nanti saja.

“Coe Koen San termenung berpikir sebentar, akhirnya dia mengangguk dan mengundurkan dirinya kembali ke tempat semula.

Bu Wie Tootiang menerima kartu nama itu dan dilihatnya sebentar, kemudian sambil dikerutkan alisnya rapat-rapat dia tertawa.

“Bagus… bagus sekali! Tidak disangka ini hari kuil kami sudah kedatangan begitu banyak jago-jago, silahkan tetamu untuk masuk”serunya keras.

Toosu cilik itu menyahut dan dengan langkah lebar mengundurkan diri dari pendopo.

“Tootiang! tolong tanya kali ini sudah kedatangan jagoan dari mana lagi?”tanya simanusia lima racun Ong Kiam sambil melirik sekejap ke arah kartu nama tersebut.

“Ooooh kedua orang ini?”seru Bu Wie Tootiang sambil tersenyum manis.

“Nama besar mereka tidak ada di bawah nama Hong, Hoa, Soat serta Gwat empat kongcu!”Dengan menggunakan kesempatan inilah sirembulan dengan telaga Cau Kuang mengulapkan tangannya.

“Dapatkah kartu nama itu diberikan kepada kami untuk melihatnya sebentar?”katanya.

Segulung tenaga sedotan yang amat keras dengan cepatnya menerjang ke depan.

Air muka Bu Wie Tootiang berubah hebat.

“Hmmm! Bilamana sicu benar-benar ingin melihat tidak usahlah menggunakan cara yang demikian kasarnya!”serunya sambil tertawa dingin.

Ujung jubahnya segera dikebutkan ke depan, dengan mengerahkan tenaga dalamnya yang amat keras kedua lembar kartu nama itu satu di depan yang lain di belakang mendadak mempercepat daya luncurnya bagaikan kilat cepatnya melayang ke arah diri Cau Kuang.

Cau Kuang yang berilmu tinggi dan bernyali besar segera mendengus dengan menggunakan jari tangan kanannya dia menjepit datangnya kartu nama yang pertama.

Tetapi pada saat jari tangannya bersiap-siap hendak menjepit datangnya kartu nama itulah mendadak kecepatan daya luncur dari kedua lembar kartu nama tersebut melambat dari keadaan semula.

Pada saat itulah Cau Kuang baru bisa melihat kalau datangnya lembar kartu nama itu dengan gerakan memutar, hatinya jadi amat terkejut.

Tetapi kini dia sudah mengulurkan tangannya siap menerima, untuk menarik kembali serangan malu karena dengan paksaan diri dia menyambar juga kartu itu.

Siapa tahu baru jarinya menempel kartu itu mendadak gerakannya dipercepat kembali.

sreeet…! dengan cepatnya lembaran kertas itu meluncur dari sisi jarinya.

Simanusia lima racun Ong Kiam yang melihat kejadian itu segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, tangan kirinya membalik dengan cepat dia terus mengerahkan tenaga murninya yang amat dahsyat dia menahan datangnya daya putaran kartu tersebut.

“Haaa, haaa, gerakan yang amat bagus!”Tangan kanan dari sisegulung angin Thio Ping mendadak menyambar ke depan merebut datang kartu tersebut.

Kartu nama yang semula melayang dengan disertai tekanan daya tahan dari pukulan Ong Kiam walau tidak seluruh kekuatan tersebut berhasil dipunahkan tetapi tenaganya sudah amat lemah, karena itu sewaktu Thio Ping menyambar kartu tersebut dengan amat mudahnya dia berhasil menangkapnya.

Sirembulan di tengah telaga yang baru saja menemui kepahitan saat ini jari tangannya secara samar-samar merasa amat sakit, kini lihat kartu nama kedua meluncur datang dia orang tidak berani berlaku ayal lagi, tangan kanannya dengan cepat berputar dan melancarkan satu pukulan dahsyat menahan datangnya sambaran kartu itu kemudian lima jari tangan kirinya mencengkeram ke depan.

Siapa sangka kartu nama tersebut setelah kena ditahan oleh pukulannya ini mendadak berputar setinggi tiga depa ke atas kemudian dengan kecepatan luar biasa melayang kembali ke tempat semula.

Sienam bulan salju Lie Poo segera mendengus dingin, telapak tangan kanannya diayunkan ke depan melancarkan satu pukulan yang amat aneh dan sangat dahsyat.

Dia bermaksud dengan daya pukulan itu hendak memukul kartu tersebut hingga miring kesamping dan melayang keluar pendopo.

Im Yang Cu yang melihat maksud hatinya itu lantas kebutkan ujung jubahnya ke depan.

Segulung angin pukulan dengan amat cepatnya menghajar kartu nama tersebut sehingga tertahan balik.

Coe Koen San segera tertawa terbahak-bahak, telapak tangannya dipentangkan ke depan mengirim satu pukulan yang amat tajam menerjang kartu yang melayang ke arahnya.

Orang lain melancarkan pukulan dengan menggunakan ujung jubah sedang angin pukulanpun amat halus sehingga hampir-hampir boleh dikata tak bersuara sebaliknya dia orang ternyata melancarkan pukulan dengan telapak bahkan menimbulkan suara menderu keras.

Kartu nama yang terkena hantaman serta hajaran dari tenaga pukulan beberapa orang itu dengan cacatnya berputar dan menyambar di tengah udara kini setelah terkena hawa pukulan yang menderu-deru dari Koen San laksana dedaunan kering yang terkena tiupan angin taupan denga cepatnya berputar menjauh.

Bu Wie Tootiang dengan cepat menggapai tangannya ke depan.

“Haaa, haaa, haaa, sudah cukup bukan permainan diantara kalian!”serunya.

Bagaimana burung walet yang kembali ke dalam sarang kartu nama tersebut dengan menuruti gapaian dari Bu Wie Tootiang berkelebat kembali ketangannya.

Adu tenaga dalam yang terjadi baru-baru ini walaupun semua orang tidak berbocara namaun dihati pada megerti bila pertandingannya kali ini adalah Bu Wie Tootiang yang sudah memperoleh kemenangan.

Bu Wie Tootiang yang berhasil menangkan kembali kartu nama itu segera meletakkannya ke atas meja di sampingnya sedang dia sendiri duduk tidak bercakap lagi.

Sisegulung angin Thio Ping walaupun berhasil merebut selembar kartu nama tetapi dikarenakan sambaran kartu yang kedua berhasil melukai ketiga orang saudaranya dan dia sendiri harus turun tangan pula untuk memberi pertolongan kepada saudarasaudaranya membuat dia orang tak sempat untuk melihat kartu tersebut.

Kini setelah Bu Wie Tootiang menarik kembali kartu nama yang kedua baru punya waktu membuka kartu nama itu.

Terlihatlah di atas kertas tersebut bertuliskan beberapa patah kata “Ie Bun Han To dari daerah Ci Kiang mohon bertemu!”Tulisan ini laksana menggelegarnya geledek disiang hari bolong seketika itu juga membuat sisegulung angin Thio Ping tak dapat mengucapkan sepatah katapun.

“Toako, siapa yang sudah datang?”tanya simanusia lima racun Ong Kiam sambil kerutkan alisnya rapat-rapat.

Sienam bulan salju Lie Poo, sirembulan di tengah Cau Kuang segera pada merubung datang tetapi sebentar kemudian Kang Lam Su Kongcu sudah terjerumus di dalam keadaan termangu-mangu.

Pada saat itulah tampak sesosok Toosu cilik dengan membawa dua orang berdandankan siucay berjalan masuk ke dalam pendopo.

Bu Wie Tootiang segera tersenyum dan merangkap tangannya memberi hormat, si siucay berjalan paling depan.

“Yang datang tentunya Ie Bun heng bukan? lama seklai pinto mengagumi nama besarmu.

““Too heng sendiri tentunya Bu Wie Tootiang!”sahut siucay berusia pertengahan itu sambil mengangguk.

“Gangguan dari cayhe kali ini mengharapkan Too heng suka memaafkan!”Orang ini memakai jubah berwarna biru langit dengan jenggot hitam terurai sepanjang dada wajahnya merah bercahaya laksana seorang bocah cilik, sikapnya gagah dan keren.

Ditangnnya membawa sebuah peti emas yang panjangnya tiga depa dengan lebar dua depa.

Dibelakangnya ikut datang seorang sincay berwajah bersih tanpa kumis, dialah si “Pek so suseng”atau sisastrawan bertangan seratus Jan Ing adanya.

“Jan heng! Sungguh cepat sekali kedatanganmu,”sapa Im Yang Cu sambil tertawa dingin.

Pek So suseng menyapu sekejap ke arah Kang Lam Su Kongcu serta Coe Koen San setelah itu tertawa keras.

‘Hahahaha… boleh dikata begitu, boleh dikata begitu, cuma cayhe tetap kalah satu langkah dengan orang lain.

“Dengan perlahan-lahan Ie Bun Han To meletakkan kotak emas tersebut ke atas tanah.

“Cayhe sudah lama berdiam diperkampungan Sian Khie Su Lok dan jarang sekali berkelana di dalam Bulim,”ujarnya sambil tertawa. “Ini hari datang berkunjung kekuil dari Too heng boleh dikata merupakan perjalananku yang pertama kali sejak sepuluh tahun yang lalu.

““Perjalanan pertama dari Ie Bun heng meninggalkan Sang Yang adalah menuju kekuil pinto hal ini membuat pinto benar-benar merasa amat bangga.

““Perkataan Bu Wie Tootiang terlalu beraT,”ujar Ie Bun Han To sambil tertawa. “Aku Ie Bun Han To tidak lebih cuma seorang siucay miskin dari tanah pegunungan. Nama serta kedudukanku sukar untuk ditandingkan dengan jago-jago berkepandaian tinggi lainnya.

Apalagi Tootiang adalah seorang ciangbunjien dari satu partai besar.

“Dia berhenti sebentar untuk kemudian membuka kotak emasnya dan mengambil sebuah kotak pualam sambungnya, “Untuk itu cayhe merasa amat berterima kasih, sedikit kado harap Kongcu suka menerimanya!”Bu Wie Tootiang yang mendengar perkataannya itu segera mengerutkan alisnya.

“Tentang soal ini pinto tidak berani menerimanya,”jawabnya sambil merangkap tangan memberi hormat. “Kunjungan dari sicu sudah terlebih dari cukup bagaimana.

““Tak usah sungkan-sungkan lagi!”potong Ie Bun Han To sambil tertawa. “Bilamana Tooheng tidak suka menerimanya hal ini sama saja dengan tidak pandang sebelah mata terhadap diriku.

“Pada sepuluh tahun yang lalu orang itu pernah munculkan dirinya di dalam dunia persilatan tidak kurang dari setengah tahun lamanya, tetapi nama besarnya sudah tersiar luas sehingga diketahui oleh semua jagoan baik dari kalangan Hek to maupun dari kalangan Pek to, siapa saja yang mendengar namanya itu kepalanya tentu akan dibuat pusing tujuh keliling.

Walaupun sudah lewat sepuluh tahun lamanya tetapi nama serta kejayaannya masih ada di dalam dunia kangouw, karenanya sewaktu Kang Lam Su Kongcu dapa melihat nama di dalam kartu nama itu dalam hati lantas merasa rada bergetar.

Walaupun Bu Wie Tootiang sendiri tidak pernah melakukan perjalanan di dalam dunia kangouw tetapi terhadap nama besar dari Ie Bun Han To sudah pernah mendengar.

Kini melihat itu mengangsurkan sebuah kotak pualam kepada dirinya dia jadi serba susah, bilamana tak menerima hal ini tak ada kesopanan tetapi sewaktu teringat akan sempitnya pikiran orang tersebut dalam hati Tootiang bukan barang yang biasa.

Terpakasa sambil kerahkan hawa murninya diam-diam mengadakan persiapan, dia menerima juga pemberian kotak pualam tersebut.

Begitu kotak pualam itu diterima terasa olehnya dari dalam kotak sesuatu yang sedang bergoyang dalam hati Bu Wie Tootiang lantas mengetahui kalau di dalam kotak tersebut tentu sudah disimpan seekor binatang yang masih hidup membuat hatinya semakin waspada lagi.

Tenaga murninya dengan cepat disalurkan ketangan siap-siap menghadapi sesuatu.

Ie Bun Han To yang melihat Bu Wie Tootiang sudah menerima kotak pualam itu wajahnya segera berubah keren.

“Ing jie!”serunya kemudian sambil menoleh ke arah Pek So Suseng ada di sampingnya.

“Coba kau katakanlah maksud kedatangan kita kali ini.

“Dengan amat hormatnya si Pek So Suseng Jang Ing menyahut, “Terima perintah dari susiok!”serunya.

Dengan cepat kepalanya didongakkan menyapu sekejap ke arah ruangan kemudian sambil tertawa ujarnya, “Kali ini cayhe bersama-sama dengan Ie Bun susiok datang mengunjungi Bu-tong san sebenarnya ingin merundingkan satu urursan besar dengan ciangbunjien serta Im Yang Tooheng.

“Bu Wie Tootiang yang lagi memegang kotak pualam itu sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat agaknya dia sedang mendengarkan dengan seluruh perhatiannya tetapi apa yang diucapkan oleh Jan Ing tadi tak sepatah katapun yang bisa didengar olehnya saat ini dia orang sedang duduk pusatkan tenaga menghadapi sesuatu.

Ie Bun Han To dengan dinginnya mendengus, belum sempat dia mengucapkan sesuatu mendadak terdengarlah Im Yang Cu sudah berkata, “Ooouw… kiranya Jan heng adalah keponakan murid dari Bun heng, maaf, maaf pinto kurang berlaku hormat.

““Heee… heee, apakah di dalam hati kecil Im Yang Tooheng merasa kurang puas terhadap cayhe?”seru Jan Ing sambil tertawa dingin.

“Tidak berani, tidak berani, pinto cuma merasa heran Jan heng yang tak bisa kalahlan Ciu ceng serta Fan Kay bagaimana bisa alihkan perhatian ini ke gunung Bu-tong san kami.

“Baru saja Jan Ing siap membalas makian tersebut mendadak terdengar Ie Bun Han To sudah berkata dengan suara yang dingin.

“Ing jie, selesaikan dulu perkataanmu, orang lain boleh tidak menerima asalkan perkataan sudah kita ucapkan dengan jelas.

“Dengan amat hormatnya Jan Ing bungkukkan diri memberi hormat.

“Kalau memangnya Tootiang berdua tidak suka mendengar perkataan dari cayhe ini maka biarlah cayhe perpendek saja perkataanku maksud hati dari susiokku adalah ingin bekerja sama dengan Bu-tong-pay untuk mencari dapat anak kunci Cing Kong Ci Yau tersebut.

““Haaa, haaa, aku rasa urusan ini tidak terlalu mudah”sela Coe Koen San sambil tertawa terbahak-bahak.

“Bagaimana? Apakah Coe heng ingin ikut ambil bagian di dalam urusan ini?”“Hmmm, masih ada kami empat bersaudara,”timbrung sisegulung angin Thio Ping.

Jan Ing segera tertawa dingin, sinar matanya dialihkan ke atas tubuh Im Yang Cu.

“Im Yang Tooheng, apa kau sudah dengar jelas?”tanyanya. “Manusia-manusia rakus yang ada di dalam dunia kangouw tak ternilai jumlahnya. Bilamana partai Bu-tong-pay tidak suka bekerja sama dengan susiokku, cayhe rasa…”Mendadak Bu Wie Tootiang mementangkan matanya lebar-lebar, dua rentetan sinar yang amat dingin bagaikan listrik dengan cepatnya menembusi wajah Jan Ing.

“Cuma sayang partai Bu-tong-pay kami sama sekali tidak memiliki anak kunci Cing Kong Ci Yau tersebut,”ujarnya dengan tawar. “Maksud baik dari kalian berdua biarlah pinto terima dihati saja.

“Sinar mata Jan Ing yang amat seram segera menyapu sekejap ke arah Siauw Ling yang ada disisi si Toosu tua tersebut.

“Bocah yang ada di samping tubuh Tootiang bukankah merupakan suatu barang jaminan yang amat bagus? Asalkan orang ini dikata tahan terus disini maka Gak Siauw-cha pasti akan antarkan dirinya sendiri kemari!”“Apakah terhadap seorang bocah cilik yang tidak mengerti ilmu silatpun kalian tidak suka melepaskannya?”seru Bu Wie Tootiang dengan amat dingin.

“Demi berhasilnya tujuan kita untuk pancing Gak Siauw-cha sehingga termasuk ke dalam perangkap dan menyerahkan anak kunci Cing Kong Ci Yau tersebut mau tidak mau…”Mendadak… “Haaa… haaa… haaaa… siapa yang ingin memperoleh anak kunci Cing Kong Ci Yau? Cuma sayang barang itu sudah kami pesan terlebih dulu!”terdengar suara yang amat keras diselingi suara tertawa terbahak-bahak berkumandang masuk dari luar pendopo.

Begitu perkataan tersbut selesai diucapkan dari pintu depan pendopo berjalanlah masuk seorang lelaki yang gemuk pendek dengan wajah yang bulat dan perut yang besar. Saat ini dia orang memakai jubah berwarna hijau dengan gaya yang amat lucu berjalan masuk ke dalam pendopo.

Orang itu bukan lain adalah lootoa dari Tiong Cho Siang-ku. si Kiem Siepoa Sang Pat adanya.

Di belakang tubuh Snag pat dengan kencangnya mengikuti seorang lelaki berperawakan kurus kering dengan topi bulu yang dipakai rendah-rendah, orang itu bukan lain adalah si Leng Bian Thiat Hit Tu Kiu.

Dengan menggunakan matanya yang sebelah kanannya Tu Kiu menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, lalu ujarnya dingin, “Heeee… heeee… kawan-kawan Bulim sudah pada berkumpul disini, selamat bertemu! Selamat bertemu!”Tidak menanti orang lain berbicara Sang Pat sudah melanjutkan kembali perkataannya sambil merangkap tangannya memberi hormat.

“Kedatangan cayhe terlalu cepat satu langkah sehingga berbuat suatu kesalahan harap saudara-saudara suka memaafkan.

“Siauw Ling yang melihat munculnya Tiong Cho Siang-ku hatinya merasa bergolak amat kerasnya.

“Heeei kalian sudah membawa enci Gak ku pergi kemana?”teriaknya dengan keras.

Sang Pat segera tertawa terbahak-bahak.

“Saudara cilik, kau tidak usah cemas”sahutnya. “Encimu sekarang lagi bersembunyi disuatu tempat yang aman dan rahasia untuk mengobati lukanya. Dihati dia selalu merindukan dirimu karena itu saat ini sengaja ia kirim kami untuk menyambut kedatanganmu.

““Kenapa enci Gak ku terluka?”tanya si bocah dengan sangat terkejut.

“Sedikit luka ringan tidak sampai menggangggu keselamatannya, cukup beristirahat beberapa hari akan jadi sembuh dengan sendirinya.

““Heeee, heeee, kalau begitu dagangan dari tauke berdua sangat laris sekali bukan?’ ejek Pek So Suseng sambil tertawa dingin.

Jilid 10 Sinar mata Sang Pat dengan cepat berputar melirik sekejap ke arah Jan Ing, baru saja dia bermaksud untuk mengejek dengan beberapa patah kata yang tajam mendadak matanya sudah duduk seorang siucay berusia pertengahan dengan jenggot hitam terurai sepanjang dada, wajahnya menyerupai bocah dan berwarna merah bercahaya.

Melihat hal itu Sang Pat yang mempunyai pengetahuan amat luas segera mengetahui kalau tenaga dalam dari orang sudah berhasil dilatih hingga mencapai pada taraf kesempurnaan.

Sewaktu dilihatnya pula peti dari emas uang ada disampignya mendadak pikirannya berkelebat akan satu ingatan cuma saja dia tidak ingat siapakah dia orang.

Karenanya sambil mendehem beberapa kali, ujarnya, “Jan heng terlalu memuji, dagangan dari cayhe saja yaa pokoknya sehari tiga kali makan!”Si Leng Biam Thiat Pit Tu Kiu paling tidak sabaran melihat mereka beribut tiada hentinya dengan suara yang amat dingin lantas menegur diri Siauw Ling.

“Heei ayo cepat kemari sebentar lagi kita akan berangkat.

“Walaupun Bu Wie Tootiang sangat jarang berkelana di dalam dunia kangouw tetapi dengan kedudukannya sebagai seorang ciangbunjien sebuah partai besar yang namanya telah menggetarkan seluruh sungai telaga memaksa Tu Kiu yang bersifat dinginpun tidak berani berbuat terlalu gegabah dihadapannya.

Kini sekalipun melihat Siauw Ling ada disisinya dia tidak berani datang menarik tangannya.

Siauw Ling yang memangnya selalu merindukan diri Gak Siauw-cha, mendengar ajakan tersebut hatinya lantas berdebar.

“Apakah aku boleh ikut mereka pergi dari sini?”tanyanya sambil melirik sekejap ke arah Bu Wie Tootiang.

Bu Wie Tootiang yang berkedudukan sebagai seorang ciangbunjien suatu partai besar sudah tentu tidak bisa memberi jawaban maupun menahannya terpaksa dia cuma pejamkan matanya sambil pura-pura tidak mendengar.

Terdengar Im Yang Cu tertawa tawar.

“Bilamana encimu benar-benar merindukan dirimu, kenapa dia tidak datang sendiri untuk menjemput kedatanganmu?”katanya.

Beberapa perkataan ini kedengarannya amat tawar padahal keadaan yang sesungguhnya mengandung arti menaruh rasa curiga terhadap perkataan dari Tiong Cho Siang-ku tersebut.

Siauw Ling yang mendengar perkataan itu hatinya jadi rada tergerak, pikirnya, “Enci Gak selamanya paling benci dengan Tiong Cho Siang-ku, bagaimana dia dapat merasa begitu tega suruh mereka yang mencari diriku?”Berpikiran hal ini dia lantas gelengkan kepalanya berulang kali.

“Kecuali enci Gak ku datang sendiri perkataan siapapun aku tidak suka mempercayainya!”jawabnya kemudian.

“Kami dua bersaudara sudah datang kemari sudah tentu tidak akan mengundurkan diri dengan tangan kosong, kau percaya atau tidak harus ikut juga dengan kami untuk pulang”seru Tu Kiu sambil tertawa dingin.

Siauw Ling yang selamanya tidak pernah menaruh rasa simpatik terhadap dirinya mendengar perkataan itu jadi gusar.

“Aku justru sengaja tidak mau turun gunung kau mau apa?”tanyanya.

“Saudara cilik”hibur Sang Pat terburu-buru. “Kau jangan salah paham dulu, kami datang atas permintaan dari encimu.

““Lalu kenapa enci Gak tidak sekalian ikut datang?”“Pertama lukanya masih belum sembuh sehingga harus membutuhkan waktu yang lama untuk beristirahat, kedua pada saat ini incaran para jago Bulim terletak pada dirinya.

Bilamana dia munculkan dirinya kembali di dalam dunia kangouw bukanlah hanya memancing datangnya berbagai kesulitan saja.

“Siauw Ling segera memutarkan biji matanya.

“Kalau memangnya enci Gak ku suruh kalian datang menjemput diriku, lalu manakah surat pribadinya?”“Dengan merek emas dari Tiong Cho Siang-ku buat apa butuhkan surat kepercayaan segala?”Ie Bun Han To yang sudah lama tidak mengucapkan sepatah katapun mendadak tertawa dingin.

“Merek emas dari kalian berdua ada kemungkinan ini hari akan hancur berantakan.

““Hmm! Sungguh besar omonganmu!”seru Tu Kiu sambil dengan perlahan menoleh ke arahnya.

“Apakah kalian berdua tidak percaya?”tantang Ie Bun Han To sambil tertawa tawar.

Sepasang matanya yang amat tajam dari Sang Pat dengan tiada hentinya memperhatikan terus diri si siucay berusia pertengahan itu. Di dalam ingatannya dia rasa seperti pernah mengerti akan orang ini.

“Hmm! Selama cayhe paling tidak takut keanehan, siapakah namanya??”tanya Tu Kiu kembali.

“Perkampungan Siang Yang Ping, Ie Bun Han To adanya!”Mendengar disebutnya nama tersebut Kiem Siepoa Sang Pat segera merasakan hatinya bergetar. Tetapi sebentar kemudian dia sudah tertawa terbahak-bahak.

“Ooow… kiranya Ie Bun heng, maaf…”“Tidak usah sungkan-sungkan lagi, bilamana kalian berdua sudah mengerti akan nama dari cayhe masih mengharapkan kalian berdua suka sekalian memberi tahu jejak dari Gak Siauw-cha.

““Haa, haa, manusia mati karena harta, burung mati karena makanan, kami Tiong Cho Siang-ku.

““Kegemaran saudara untuk mengumpulkan harta kekayaan sudah aku dengar sejak dahulu,”potong Ie Bun Han To dengan cepat. “Didalama perkampungankupun masih ada beberapa macam barang pusaka, cayhe suka menyerahkan barang-barang tersebut kepada kalian.

“Kang Lam Su Kongcu yang melihat Ie Bun Han To sedang menggunakan akal hendak bekerja sama dengan Tiong Cho Siang-ku dalam hati merasa rada cemas, mereka tahu cukup Tiong Cho Siang-ku saja sukar untuk dihadapi apalagi bilamana mereka suka bekerja sama.

Baru saja mereka hendak mengucapkan sesuatu mendadak terdengar Bu Wie Tootiang sudah tertawa terbahak-bahak.

Suara tertawa itu amat nyaring laksana lengkingan naga pekikan rajawali membuat para jago dengan cepat kerahkan tenaga dalamnya untuk bertahan.

Dengan perlahan Bu Wie Tootiang menarik kembali suara tertawanya, lalu ujarnya dengan perlahan, “Kedatangan saudara-saudara sekalian pada ini hari benar-benar membuat pinto merasa amat gembira, tetapi kuil Sam Yuan Koan dari partai Bu-tong ini bukanlah suatu kalangan tempat berebut, maka itu pinto merasa keberatan untuk kalian gunakan sebagai tempat bertempur.

“Sinar matanya dengan perlahan dialihkan Ke atas tubuh Ie Bun Han To, lalu sambungnya, “apalagi sumbangan dari Ie Bun Han To ini benar-benar membuat pinto merasa tidak enak.

““Haa, haa sedikit hadiah buat apa kongcu pikirkan dihati?”“Banyaknya benda pusaka di dalam perkampunganmu pinto sudah lama mendengar,”ujar Bu Wie Tootiang dengan wajah serius.

“Pinto rasa barang yang ada di dalam kotak pualam inipun merupakan satu benda yang sangat berharga sekali, pinto ingin membukakan dihadapan umum agar semua orang bisa ikut mengetahui, entah Ie Bun heng merasa setuju tidak??”“Haaa, haa, aku rasa barang yang tak berharga itu malah mendatangkan tertawakan dari orang lain.

““Ie Bun heng terlalu merendah.

“Dia berhenti sejak lama tiba-tiba dengan serius bentaknya, “Saudara-saudara harap berhati-hati.

“Dengan tangan kirinya memegang kotak tangan kanannya membuka penutup tersebut dengan perlahan.

Seluruh perhatian para jago ditujukan ke atas jari tangan dari Bu Wie Tootiang yang sudah berubah memerah itu.

Tampaklah Bu Wie Tootiang dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar memandang tajam kotak pualam yang ada ditangannya tanpa berkedip, tenaga dalamnya siap-siap disalurkan menghadapi sesuatu.

Sewaktu kotak itu terbuka, tampaklah dua titik sinar hijau yang berkilauan memancar keluar dari balik kotak tersebut dengan perlahan muncullah kepala seekor kelabang yang berwarnakan keemas-emasan.

“Haaa? Kelabang emas?”teriak Kiem Siepoa Sang Pat dengan sangat terkejut.

“Haa, ha, ha tidak salah, kelabang emas!”sahut Ie Bun Han To sambil tertawa terbahakbahak.

Seluruh perhatian para jago segera dicurahkan kesatu titik, tanpa berkedip mereka memandang tajam kotak tersebut.

Tampaklah kelabang emas itu dengan perlahan menentangkan sayapnya lalu dengan diserupai suara desiran yang amat tajam mulai terbang keangkasa.

“Ie Bun heng, sungguh berharga sekali hadiahmu ini!”seru Bu Wie Tootiang dengan amat dingin, dengan perlahan dia meletakkan kembali kotak tersebut ke atas meja.

“Aaah, terlalu memuji,”jawab Ie Bun Han To sambil tertawa.

“Walaupun kelabang emas ini cuma ada di daerah Biauw Cing tetapi jarang sekali ditemui, cayhe punya hubungan persahabatan yang agak erat dengan seorang manusia aneh yang kegemarannya mencari binatang-binatang beracun di daerah Biauw tempo hari dia sudah hadiahkan seekor buat cayhe, menurut perkataannya kelabang emas adalah satu binatang berbisa yang sukar sekali untuk ditemui!”“Simanusia aneh dari daerah Biauw yang baru saja Ie Bun heng maksudkan apakah Kiem Hoa Hujin adanya?”“Sedikitpun tak slah, memang dia orang apakah kau kenal dengan dia orang?”tanya Ie Bun Han To dengan wajah berubah amat serius.

“Orang lain adalah manusia agung, kami sebagai kaum pedagang mana punya jodoh untuk berkenalan dengan dirinya heeeheee kami cuma mendengar namanya saja,”jawab Sang Pat sambil tertawa.

Ie Bun Han To segera mendengus dingin, mendadak tangannya bertepuk dua kali sedangkan dari mulutnya mengeluarkan suara suitan yang rendah dan sangat berat.

Secara samar-samar di dalam suara suitan itu mengandung nada yang mengartikan sesuatu.

Begitu suara suitan itu bergema memenuhi angaksa mendadak kelabang emas itupun terbang semakin lama semakin cepat mengitari seluruh ruangan pendopo, hanya di dalam sekejap saja cuma kelihatan sinar keemas-emasan yang terbang memenuhi angkasa sehingga terasa menyilaukan mata.

Dengan pandangan yang amat tajam Bu Wie Tootiang memperhatikan terus sinar keemas-emasan yang terbang mengelilingi seluruh ruangan itu.

“Kelabang emas merupakan binatang beracun yang sangat berbahaya, harp kalian berjaga-jaga!”teriaknya dengan keras.

Mendadak Ie Bun Han To bersuit panjang kembali lalu angkat lengan kirinya ke atas, dengan mengikuti suara suitan tersebut kelabang emas lantas menutup sayapnya kembali dan hinggap di atas pundaknya tak bergerak lagi.

Melihat kejadian itu sudah berakhir Bu Wie Tootiang baru menggapai ke arah luar tampaklah seorang Toosu cilik berjubah hijau segera berlari mendatang.

“Menanti perintah dari suhu,”ujarnya dengan sangat hormat.

Bu Wie Tootiang melirik sekejap ke arah kelabang emas yang ada di atas pundak Ie Bun Han To lalu baru ujarnya, “Sediakan perjamuan!”Toosu cilik itu menyahut dan berlalu dari sana dengan langkah tergesa-gesa.

“Haa… haha… kami tidak berani mengganggu Too heng terlalu banyak”seru Ie Bun Han To cepat-cepat sambil tertawa tawar.

“Inilah keharusan dari pinto sebagai tuan rumah.

““Too heng suka mengasingkan diri di tempat yang sunyi tanpa ikut campur di dalam urusan apapun bahkan memerintahkan pula seluruh anak murid untuk tidak bentork dengan orang lain, hal ini aku rasa rada sedikit berbeda dengan diri cayhe.

““Pinto harus berbuat bagaimana untuk menandingi Ie Bun heng?”tanya Bu Wie Tootiang tertawa dingin.

“Bilamana orang-orang Bulim yang tidak tahu akan sifat dari Tootiang yang suka menyendiri ini ada kemungkinan sudah mengecap Tootiang takut banyak urusan haaa… haaa… hal ini membuat cayhe merasa amat disayangkan!”“Urusan di dalam kolonh langit mengutamakan budi dan pikiran, pinto cuma menginginkan tidak berbuat jahat saja, bilamana ada orang yang ingin mengatakan sesuatu terhadap diri pinto soal itu tak terpikirkan dihatiku.

““Haaa…haaa perkataan dari Tooheng ini benar-benar membuat pandangan cayhe jadi rada terbuka.

.

,”ujar Ie Bun Han sambil tertawa.

Sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas wajah Kang Lam Su Kongcu serta Tiong Cho Siang-ku, lalu dengan nada-nada yang amat dingin sambungnya lagi, “Walaupun Too heng lapang dada ditepi di dalam dunia kangouw masih banyak terdapat manusia-manusia laknat yang berhati licik, cuma bisa beberapa jurus kembangan dan memiliki sedikit nama saja sudah memandang hina semua orang, mereka tidak mau tahu tingginya langit dan tebalnya bumi… jika dilihat keadaan saat ini cayhe rasa perkataan dari Tooheng itu ada baiknya…”“Hmmm…! Hmmm! Sungguh besar omonganmu,”dengus si Leng Bian Thiat Pit Tu Lioe dengan amat dinginnya.

Ie Bun Han To sama sekali tidak melirik sekejappun ke arah Tu Kiu, sambungnya kembali katanya, “Walau Tooheng belum pernah berbuat nama dengan orang-orang lain tetapi soal anak kunci Cing Kong Ci Yau ini sangat luar biasa sekali.

““Walaupun imamku tidak dapat setenang apa yang Too heng latih selama puluhan tahun inipun belum pernah meninggalkan perkampungan Sian Khie Su Lu.

““Tetapi kini persoalan anak kunci Cing Kong Ci Yau sudah semakin santar, mau aku harus terjun kembali ke dalam dunia kangouw untuk melakukan pemeriksaan, siapa sangka dimana saja aku berada dimana tentu ada banyangan setan dari manusia-manusia rakus, heeei… terpaksa aku harus ikut campur di dalam urusan ini, dan kedatangan kali ini justru ingin mengajak Too heng untuk bekerja sama dan bersama-sama melindungi anak kunci Cing Kong Ci Yau itu dari rebutan manusia-manusia rendah dari kolong langit.

“Sungguh bersemangat…! Sungguh gagah!”puji Thio Ping sisegulung angin sambil tertawa terbahak-bahak.

“Haaa… haaa… benar, bersaudara memang manusia rendah, manusia yang cuma bisa sedikit kembangan dan nama kosong haa… haa… makan ini sungguh luar biasa ganasnya,”sambung simanusia lima racun Ong Kiam dengan cepat.

“Hati Suma Cay siapapun tahu,”ujar Lie Poo pula dengan dingin.

“Justru dia ingin menggunakan sepasang mata menutupi mata para jago, bukankah hal ini sangat menggelikan sekali.

““Tempat ini tempat… maaf saat ini waktu apa… bilamana bisa menggerakkan hati Bu Wie Tootiang sehingga suka bantu dia jadi pembuka jalannya hal inilah yang benar-benar dinamakan manusia laknat,”ujar sirembulan di tengah telaga Cau Kuang dengan dingin.

Kang Lam Su Kongcu berturut-turut saling berbicara mengeluarkan pendapatnya membuat Ie Bun Han To yang berhati licikpun jadi marah juga dibuatnya, dengan amat dinginnya dia melirik sekejap ke arah keempat orang kongcu tersebut.

“Nama kalian berempat sudah terkenal akan kejelekannya, dosa yang kalian perbuatpun sudah bertumpuk-tumpuk, ada seharusnya cepat-cepat dibasmi dari muka bumi.

““Aaakh terlalu sungkan, terlalu sungkan. Kami masih belum cukup bermain lebih lama masih ingin hidup tiga, lima puluh tahun lagi!”ejek sisegulung angin Thio Ping sambil tertawa.

“Tetapi sayang sekali nama kalian berempat sudah kena didaftar oleh raja Giam Loo Ong mungkin tidak bisa hidup lebih lama lagi,”ejek Ie Bun Han To sambil tertawa.

Tangan kanannya dengan cepat menepuk tangan kirinya, kelabang emas itu mendadak terbang ke atas udara lalu dengan cepatnya menerjang ke arah sisegulung angin Thio Ping.

Kang Lam Su Kongcu sudah lama berkelana di dalam dunia kangouw, pengetahuanpun amat luas sejak semula mereka sudah memperhatikan terus kelabang emas yang ada di tangan Ie Bun Han To tersebut.

Kini melihat dia menepuk terbang kelabang emas tersebut dengan cepat pedang panjangnya pada dicabut keluar.

Kecepatan terbang dari kelabang emas itu benar-benar luar biasa sekali, begitu sayapnya dipentangkan bagaikan sambaran kilat cepatnya sudah terbang meluncur ke arah tubuh sisegulung angin Thio Ping.

Belum sempat Thio Ping mencabut keluar pedangnya kelabang emas tersebut sudah menyambar kehadapannya.

Thio Ping jadi benar-benar sangat terperanjat pikirnya, “Hmm! Sungguh cepat sekali gerakannya.

“Pedangnya dengan cepat digerakkan, dengan membentuk berpuluh-puluh bahkan beratusratus bunga perak yang amat tajam dia melindungi seluruh tubuhnya dari serangan kelabang emas tersebut.

“Brraakk…!”laksana menubruk batu cadas saja, sinar emas yang baru saja menerjang datang mendadak mundur ke belakang, agaknya dia sudah terkena serangan pedang dari Thio Ping itu.

Melihat serangan kelabang emas itu gagal, Thio Ping segera tertawa dingin.

“Aku tidak percaya cuma seekor kelabang emas saja bisa mau nyawa dari aku orang she Thio.

“Tetapi belum habis perkataannya diucapkan mendadak dia menutup mulutnya kembali.

Kiranya kelabang emas yang menurut pikirannya terdiri dari daging dan darah walaupun merupakan binatang yang sangat beracun, tapi binatang terkena serangan pedangnya pasti akan mati, atau sedikit-dikitnya terluka parah.

Siapa sangka begitu rubuh ke atas tanah sinar keemas-emasan itu kembali berkelebat mendatang membuat pandangannya jadi kabur.

Hatinya jadi tergetar amat keras, pikirnya, “Tusukan pedangku tadi paling sedikit ada seratus kali beratnya, bagaimana, bagaimana seekor kelabang emas yang demikian kecilnya tak sampai dibikin mati? Apakah kelabang itu terbuat dari besi ataukah kelabang itu terbuat dari baja?”Padahal bukan cuma Thio Ping seorang saja yang merasa kaget, bahkan seluruh orang yang berada dalam ruangan pendopo itupun dibuat benar-benar amat tercengang.

Mereka sama sekali tidak menduga kalau seekor kelabang emas begitu kecil bisa kuat menahan serangan pedang yang begitu dahsyat tanpa mengalami cedera sedikitpun.

Tampaklah kelabang emas itu semakin terbang semakin cepat, hanya di dalam sekejap saja berubah menjadi sinar keemas-emasan yang disertai suara dengusan serta suitan tajam.

Sinar emas memenuhi angkasa membuat pandangan jadi kabur, diantara lewatnya sinar yang menyilaukan mata tersebut segera tersebarlah asap hitam yang amat tipis berbau amis menusuk hidung.

Para jago yang hadir di dalam ruangan tersebut kebanyakan merupakan jago-jago kawakan. Begitu melihat adanya hawa hitam yang tersebar memenuhi angkasa dalam hati lantas menaruh rasa curiga, apalagi kini tercium bau busuk yang menusuk hidung mereka cepat-cepat pada menutup pernapasan dan kerahkan tenaga dalam dan siap-siap menghadapi sesuatu.

Simanusia lima racun Ong Kiam, sienam bulan salju Lie Poo serta sirembulan di tengah sungai Cau Kuang yang melihat badan kelabang emas itu amat kuat laksana baja dalam hati merasa amat kuatir sekali atas keselamatan dari Thio Ping. Masing-masing orang lantas pada mencabut keluar pedangnya dan berdiri sejajar di samping Thio Ping membentuk satu barisan pedang yang berbentuk sebuah lingkaran.

Sebenarnya barisan ini adalah barisan pedang yang digunakan Kang Lam Su Kongcu untuk menghadapi musuh tangguh. Kini mereka terpaksa harus menggunakannya pula untuk menghadapi seekor kelabang, hal ini membuktikan tinggi serangan dari kelabang itu.

Tampaklah hawa hitam yang disebarkan oleh kelabang emas itu semakin lama semakin banyak dan dari tipis semakin menebal, bau amis semakin menusuk hidung.

Dengan wajah yang amat serius sekali Ie Bun Han To berdiri tak bergerak, sepasang matanya melotot lebar-lebar tidak berkedip sedang air mukanya berubah amat tegang.

Mendadak terdengar Siauw Ling berteriak keras.

“Aduuuh… kepalaku amat pening…”Dengan menimbulkan suara yang amat keras tubuhnya segera terjatuh ke atas tanah.

Kiranya para jago yang ada disana pada memikirkan dirinya sendiri untuk kerahkan tenaga dalam berjaga sedang perhatianpun sudah dicurahkan ke atas tubuh kelabang emas itu, sehingga hampir boleh dikata mereka telah melupakan Siauw Ling yang tak mengerti ilmu silat.

Menanti setelah mendengar suara jeritan dari Siauw Ling semua orang baru menaruh perhatian terdengar suara tersampoknya ujung kayu terkena angin. Beberapa sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya menubruk kerah Siauw Ling yang rubuh ke atas tanah itu.

Bu Wie Tootiang segera tertawa dingin mendadak dia bangun berdiri ujung jubahnya yang mebar dikebut ke depan sehingga terasalah segulung angin pukulan yang amat keras melanda ke arah depan.

Para jago yang lagi menubruk ke arah Siauw Ling terpaksa menahan kembali tubuhnya.

Masing-masing orang mengayunkan sebuah pukulan menahan datangnya angin pukulan tersebut kemudian tubuhnya meloncat ke belakang kembali ke tempatnya semula.

Orang yang menubruk ke arah Siauw Ling bukan lain adalah sitangan sakti peluru besi Coe Koen San, si Pit besi berwajah dingin Tu Kiu serta sisastrawan bertangan seratus Jan Ing.

Karena itu tanpa sepakat lagi mereka berdua dengan gerakan yang amat cepat lantas menubruk maju ke depan.

Sebaliknya sitangan sakti peluru besi Coe Koen San yang berhati polos dan jujur, dikarenakan tempo hari sewaktu ada di atas puncak perbah bercakap-cakap dengan amat senangnya dengan Siauw Ling dia merasa hatinya cocok dengan bocah itu.

Kini melihat ada musuh yang hendak merampas dirinya, dalam hati jadi merasa sangat cemas, tanpa pikir panjang lagi diapun lantas menubruk ke depan untuk menolongnya.

Tetapi mereka bertiga dengan amat cepatnya sudah berhasil kena dihajar oleh Bu Wie Tootiang sehingga tergetar mendur ke belakang, karena tahu kepandaian silat dari Toosu tua ini sangat lihay maka tanpa terasa lagi merekapun balik kembali ke tempat semula.

Bu Wie Tootiang yang di dalam satu jurus berhasil mengundurkan tiga orang musuhmusuhnya segera menyumbar tubuh Siauw Ling dan jejalkan sebutir pil ke dalam mulutnya.

“Ie Bun heng! Sungguh kejam perbuatanmu!”seru Kiem Siepoa Sang Pat dengan suara yang amat keras. “Diluarnya kau lagi menghadapi Kang Lam Su kongcu padahal yanga sebenarnya kau bermaksud hendak mencelakai seluruh orang yang ada di dalam seluruh pendopo ini, kau ingin kami mati karena keracun sehingga mudah bagi dirimu untuk tangan menjajal. Heeee… heee… sungguh bagus sekali siasatmu itu!”“Ha… ha… Sang heng terlalu menaruh curiga kepadaku,”sahut Ie Bun Han To sambil tertawa terbahak-bahak. “Bagaimana mungkin aku bisa bermaksud untuk melukai semua orang?”Mendadak dia mengeluarkan satu suitan rendah yang amat aneh sekali.

Secara mendadak kelabang emas itu terbang kembali ke atas pundak kiri dari Ie Bun Han To dan tidak bergerak lagi.

Tetapi sebentar kemudian… tampak kembali dia ayunkan tangan kanannya dan ditepuk ketangannya yang sebelah kiri, bagaikan kilat cepatnya sekali lagi kelabang emas itu menerjang ke arah Kang Lam Su Kongcu dengan amat ganas.

Haruslah diketahui kelabang emas walaupun merupakan binatang beracun yang amat cerdik tetapi dia bukanlah manusia sehingga untuk menggunakan akal tak mungkin bisa.

Simanusia lima racun Ong Kiam sewaktu melihat kelabang emas itu menubruk datang dengan amat dahsyatnya dia lantas tertawa dingin.

“Hee, hee, hee… aku tidak percaya, kalau binatang ini benar-benar terbuat dari baja yang tidak bisa mempan senjata, pedang pusaka pasti bisa menebas putus badannya.

“Dengan dipimpin sendiri olehnya dia membabatkan pedangnya ke depan dengan amat dahsyat menyambut datangnya serangan tersebut.

Siapa tahu mendadak kelabang emas itu menarik kembali sayapnya sehingga sang tubuh merendah ke bawah, dengan menempel permukaan tanah dia menubruk ke arah Ong Kiam.

Diluar dugaan dari Kang Lam Su Kongcu mereka sama sekali tidak menyangka kalau binatang itu dapat bergerak demikian gesitnya.

Yang tak pernah mereka pikirkan adalah binatang itu setelah terkena ganjaran yang pahit kini malah bisa mengerti cara untuk menghindarkan diri dari serangan pedang.

Saat ini bagaikan kilat cepatnya kelabang emas itu sudah menubruk ke arah tubuh Ong Kiam. Padahal gerakan pedang dari keempat orang Kongcu inipun hanya ditujukan pada dua jurusan yaitu atas dan tengah, kini melihat serangan tersebut datangnya dari bawah seketika juga semua orang dibuat kelabakan.

Sienam bulan salju Lie Poo dengan cepat melancarkan satu pukulan dahsyat menggetarkan tubuh kelabang emas itu hingga miring kesamping. Dengan mengambil kesempatan itulah Ong Kiam meloncat maju ke depan bergeser sejauh tiga depa dari tempat semula.

Sirembulan di tengah telaga Cau KUang yang berada disisi Ong Kiam dengan cepat membabatkan tangannya ke depan tetapi mendadak kelabang emas itu miring kesamping dan menerjang terus ketubuhnya.

Dalam hati Cau Kuang merasa amat terperanjat, dia tidak menyangka kalau kelabang emas itu bisa menghajar pergelangan tangan kanannya yang lagi mencekal pedang.

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat Cau Kuang yang memiliki kepandaian silat amat tinggipun dibuat kelabakan dia tidak sempat menarik kembali pedangnya di dalam keadaan tergesa-gesa telapak tangannya yang sebelah segera melancarkan satu pukulan ke depan.

“Plaaak…”dengan amat tepat pukulan tersebut bersarang di atas tubuh kelabang emas itu.

Pukulan yang dilancarkan dalam keadaan tidak bersiap itu malah kelihatan amat dahsyat, kelabang emas yang kena hajaran tersebut segera terpental sejauh tujuh delapan depa ke depan.

Tetapi sebentar kemudian sudah terpentangkan sayapnya terbang kembali menerjang ke arah depan.

Sisegulung angin Thio Ping serta sienam bulan salju Lie Poo bersama-sama lantas menggerakkan sepasang pedangnya membentuk satu barisan pedang untuk menghalangi jalan maju dari kelabang emas tersebut.

“Saudara, sungguh cepat pukulanmu tadi…”simanusia lima racun Ong Kiam dengan suara yang lirih.

Tetapi sebentar kemudian matanya bisa menangkap kalau di atas jari kelingking serta jari manis dari Cau Kuang sudah jadi hitam menggelap bahkan semakin lama membengkak semakin besar tidak terasa dia jadi melengak dibuatnya.

“Aaa… aku… aku sudah terkena racun……”seru si rembulan di tengah telaga Cau Kuang dengan gugup.

“Tidak salah memang sudah terkena racun,”sambung Ie Bun Han To sambil tersenyum! Haruslah kau ketahui kelabang emas ini adalah seekor binatang yang sangat beracun bahkan seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu tajam yang kuat laksana baja. Tangannya sudah menyampok badannya dan itu salahmu sendiri inilah yang dinamakan mencari gara-gara buat dirinya sendiri.

“Ong Kiam yang melihat hawa hitam yang ada dikedua belah jari tangan Cau Kuang semakin lama semakin menjalar sehingga menggetarkan seluruh tangannya dia lantas berseru keras.

“Racun aneh yang amat lihay!”Pedang panjangnya dengan cepat berkelebat, darah segar muncrat mengotori seluruh lantai… kedua buah jari tangan Cau Kuang yang terkena racun tadi sudah dibabat putus keakar-akarnya.

Saking sakitnya sirembulan di tengah telaga mendengus dingin.

“Terima kasih Ong heng sudah bantu Siauw te ubtuk tebas putus jari tangan yang terkena racun,”serunya.

Baru saja Ong Kiam bermaksud untuk menjawab, kelabang emas itu ternyata sudah berhasil menerobos bayangan hawa pedang yang dibentuk oleh tenaga gabungan antara Thio Ping serta Lie Poo dan kini menubruk mendatang.

Ong Kiam tidak sempat untuk berbicara lagi, pedangnya dengan cepat digoyangkan membentuk sinar keemas-emasan yang menyilaukan mata menghadang tubrukan diri kelabang emas tersebut.

Sisegulung angin Thio Ping yang sudah terbebas dari serangan kelabang emas matanya lantas memandang dan sekejap ke atas jari-jari tangan yang terpapas putus di atas tanah itu, kini jari-jari itu sudah mulai berubah menghitam, hatinya jadi amat terperanjat.

Pedang panjang di tangan kanannya diperkencang lagi membentuk sinar pedang yang menyilaukan mata sedang tubuhnya mulai bergeser mendekati kesisi Cau Kuang.

“Cepat balut bekas luka tersebut,”ujarnya dengan suara yang perlahan.

Lie Poo pun dengan cepat menggeserkan kedudukannya bersama-sama dengan Thio Ping serta Ong Kiam membentuk satu barisan segitiga yang amat kuat.

Tiga bilah pedang berkelebat tiada hentinya memenuhi seluruh angkasa dan membentuk satu jaringan hawa pedang yang amat kuat melindungi diri Cau Kuang yang terluka.

Sirembulan di tengah segera mengambil keluar obat luka dan dibubuhkan ke atas mulut luka lalu membalutnya dengan kencang.

“Saudara bertiga, silahkan sedikit bergeser untuk kasih aku satu tempat kedudukan!”serunya kemudian sambil getarkan pedang yang ada di tangan kanannya.

“Tidak mengganggu?”tanya Thio Ping kuatir.

“Sedikit luka dijari tidaklah terlalu penting.

“Ong Kiam lantas geserkan badannya kesamping memberikan satu tempat kedudukan buat Cau Kuang.

Mereka berempat segera bersatu padu dan sama-sama menggerakkan pedangnya menghajar kelabang emas tersebut.

Terasalah hawa pedang memenuhi angkasa, sinar keemas-emasan menyilaukan mata… temapt seluas satu lie sudah terjerumus ke dalam kurungan sambaran pedang yang amat tajam itu.

Tetapi memang emas itupun semakin cepat, hanya terlihat satu titik sinar yang berputar dan menyambar tiada hentinya diantara sinar pedang keempat orang itu.

Para jago yang ada di dalam ruangan pendopo sewaktu melihat kejadian ini pada merasa terkejut, mereka tidak menyangka kalau kelabang emas itu sangat beracun dan merupakan seekor binatang yang gesit lincah dan bisa bergerak cepat, bahkan sampai Kang Lam Su Kongcu yang namanya telah menggetarkan seluruh Bulim pun bisa dibuat kalang kabut dan kelabakan oleh serangannya.

Saat ini hawa yang memenuhi ruangan pendopo dengan perlahan mulai lenyap sedang bau amis yang menusuk hidungpun dengan perlahan mulai menjadi tawar dan hilang lenyap di tengah angkasa.

Dengan perlahan Bu Wie Tootiang menundukkan kepalanya sekejap ke arah Siauw Ling.

Tampaklah diantara alis matanya secara samar-samar sudah timbul hawa hitam yang tebal, hatinya jadi terasa amat cemas.

“Kelihatannya bocah ini sudah terkena racun amat berat”pikirnya.

“Aku harus cepat-cepat berusaha untuk menyembuhkannya.

“Sinar matanya kembali berputar memandang ke arah Ie Bun Han To yang lagi menonton pertempuran antara Kang Lam Su Kongcu dengan kelabang emas itu sambil bergendong tangan, sedang wajahnya tetap dingin tak berperasaan.

“Orang ini berhati kejam bertindak telengas dan jauh lebih ganas dari pada Kang Lam Su Kongcu,”pikirnya kembali. “Bilamana pertempuran lebih lama lagi maka Kang Lam Su Kongcu pasti akan terluka atau menemui kematian di tangan dia orang, aku tidak akan terluka atau menemui ajalnya di tangan dia orang, aku tidak akan membiarkan dia sembarangan melukai orang lain di atas gunung Bu-tong san ini.

“Berpikir sampai disitu tidak tertahan lagi mendadak bentaknya keras, “Ie Bun heng harap cepat-cepat tarik kembali kelabang emas itu, pinto ada perkataan yang hendak diucapkan.

““Too heng ada petunjuk apa silahkan berbicara cayhe akan mendengarkannya dengan penuh perhatian,”sahut Ie Bun Han To ketus.

“Kedahsyatan dari racun yang ada di tubuh kelabang emas milik Ie Bun heng itu sungguh luar biasa sekali, pinto benar-benar merasa kagum.

““Jadi maksud Too heng meminta aku orang supaya suka mengampuni keempat orang manusia sombong itu??”sambung Ie Bun Han To dengan cepat.

“Ehhmmmm! pertama pinto ada urusan yang hendak dibicarakan. Kedua setiap orang yang mendatangi gunung Bu-tong san kami adalah tetamu pinto tidak ingin menimbulkan banjir darah di dalam kuil Sam Yuan Koan ini.

““Perintah dari Tooheng pasti akan cayhe lakanakan!”jawab Ie Bun Han To kemudian sambil tertawa.

Dia lantas bersuit rendah, kelabang emas yang lagi berputar dan menyambar-nyambar diantara berkelebatnya sinar pedang itu dengan cepat menarik kembali serangannya dan terbang kembali ke atas pundak kirinya.

“Saat kematian kalian berempat sudah ada diambang pintu,”ujarnya kembali. “Walaupun ini hari ada Bu Wie Tootiang yang buka mulut mintakan ampun buat kalian hal itu juga percuma saja, kalian tidak lebih bakal hidup beberapa jam lagi sesata kalian berempat meninggalkan gunung Bu-tong san ini waktu itulah saat kematian buat kalian.

“Nama besar dari Kang Lam Su Kongcu di dalam Bulim tidaklah kecil, siapa disangka untuk menghadapi seekor kelabang emas yang kecil harus mengakibatkan terpapas putusnya kedua jari tangan sirembulan di tengah telaga. Hal ini membuat keberanian dari mereka berempat benar-benar terpukul.

Tetapi mereka berempat yang selama puluhan tahun berkelana di dalam Bulim belum pernah mendapatkan malu. Ini hari mana suka menerima penghinaan tersebut dengan begitu saja.

Mendadak terdengar sisegulung angin Thio Ping tertawa terbahak-bahak dengan amat kerasnya.

“Haa… haaa, sejak kami berempat terjunkan diri ke dalam dunia kangouw selamanya belum pernah menerima penghinaan seperti ini hari, dendam dan hutang ini kami bersaudara tidak bakal melupakan untuk selamanya!”“Apalagi mencari kemenangan dengan menggunakan binatang beracun juga, bukan merupakan satu pekerjaan yang gemilang”sambung simanusia lima racun Ong Kiam dengan cepat. “Kami empat bersaudara sangat mengharapkan bisa minta beberapa petunjuk dari ilmu silat yang sebenarnya dari majikan Sian Lhie Su Lu!”Mendengar perkataan itu Ie Bun Han To segera tertawa dingin.

“Bilamana kalian berempat masih tidak suka menyerah juga sudah tentu akan cayhe layani. Pokoknya aku akan membuat kalian benar-benar puas dan mati dengan hati tenang”katanya.

Saat itulah emapt orang Toosu berbaju hijau sudah berjalan masuk dan menghidangkan sayur dan arak di atas meja.

Bu Wie Tootiang menoleh memandang sekejap ke arah diri Siauw Ling, tampak sepasang mata bocah itu dipejamkan rapat-rapat agaknya dia sudah terkena racun terlalu mendalam.

Tetapi dia orang yang beriman tebal walaupun menemui urusan yang menguatirkan tetapi wajahnya masih tetap tenang-tenang saja.

Mendadak dia tersenyum dan ujarnya, “saudara-saudara sekalian bilamana bukannya jagoan dari satu daerah sedikit-dikitnya adalah jago kelana di dunia kangouw, ini hari datang berkunjung kekuil pinto membuat aku sebagai majikan harus baik-baik menjamu kalian, mulai saat ini pinto harap saudara-saudara suka melenyapkan ganjalan hati untuk sementara waktu bilamana hendak bergebrak nanti saja dibicarakan kembali, dan sekarang silahkan bersahabat!”Tampaklah beberapa orang Toosu cilik berbaju hijau berjalan hilir mudik tiada hentinya mempersiapkan meja perjamuan. Sewaktu Bu Wie Tootiang selesai berbicara maka meja perjamuanpun sudah selesai dipersiapkan.

Mendadak tampaklah Ie Bun Han To meninggalkan tempat duduknya dan berjalan mendekati.

“Tadi Toohengkatanya hendak membicarakan sesuatu ada petunjuk apa yang sebenarnya???”tanyanya sambil tersenyum.

Walaupun mulutnya lagi berbicara dengan Bu Wie Tootiang tetapi sepasang matanya terus menerus memperhatikan wajah Siauw Ling.

Bu Wie Tootiang yang takut secara diam-diam dia orang turun tangan jahat melukai Siauw Ling dengan cepat kerahkan tenaga dalamnya membentuk satu perisai tak terwujud dihadapan tubuhnya untuk melindungi sang bocah.

“Pinto kepingin meminta petunjuk akan satu persoalan,”jawabnya.

Ie Bun Han To yang baru saja berjalan kehadapannya segera terasalah olehnya segulung hawa khi kang yang amat kuat laksana sebuah tembok baja, hal ini membuat hatinya jadi terperanjat.

“Hmm! Sihidung kerbau ini sungguh memiliki kemampuan yang mengejutkan hati,”pikirnya. “Kiranya dia berhasil kumpulkan tenaga khi kangnya untuk melindungi tubuh.

“Dengan cepat diapun kerahkan hawa murninya yang disalurkan ketelapak tangan.

“Tootiang ada petunjuk apa silahkan dibicarakan,”ujarnya sambil secara tiba-tiba menjura.

”Asalkan cayhe kuat untuk melaksanakannya sudah tentu cayhe lakukan tanpa membantah.

“Dengan meminjam kesempatan sewaktu menjura itulah diam-diam dia kerahkan hawa murninya melalui lima jari bagaikan lima batang anak panah tidak berwujud dengan jujurnya menghantam ke depan.

Bu Wie Tootiang lantas merasakan adanya lima gulung hawa pukulan jari yang maha dahsyat mendesak datang hatinyapun diam-diam merasa kaget.

“Kelihatannya majikan Sian Khie Su Lo ini adalah manusia yang benar-benar lihay. Aku tak boleh terlalu pandang rendah dirinya,”pikirnya dihati.

Dengan cepat ujung jubahnya dikebutkan ke depan menambahi dengan dua bagian tenaga dalam lagi.

“Pinto ingin menanyakan kepad diri Ie Bun heng bagaimanakah caranya untuk memusnakan racun dari kelabang emas ini???”tanyanya.

Masing-masing orang dengan menggunakan kebutan ujung baju mauoun menjura untuk saling mengadu tenaga dalam hal ini benar-benar kelihatnnya amat dahsyat sekali.

Tenaga dalam mereka berdua sudah pada dilatih sehingga mencapai pada taraf yang tinggi sudah tentu pertandingan ini terjadi dengan amat serunya.

Tampak seluruh jubah yang dipakai oleh Bu Wie Tootiang sudah berubah menjadi gelembung-gelembung besar kecil laksana ombak tapi wajahnya masih tersenyum dan berdiri tak bergerak di tempat semula.

Sebaliknya air muka Ie Bun Han To berubah sangat hebat, jenggot di depan dadanya bergoyang-goyang tak kuasa lagi sudah mundur dua langkah ke belakang.

Masing-masing lantas saling menarik kembali tenaga dalamnya tetapi dengan demikian dihati kedua orang itupun sudah mempunyai perhitungan sendiri.

Terdengar Ie Bun Han itu menghembuskan napas panjang dan tertawa.

“Apakah Tooheng hendak pula bebaskan racun yang bersarang di dalam tubuh saudara cilik ini?”tanyanya.

Sembari berkata dia memungut kembali kotak pualam yang ada disisi tubuh Bu Wie Tootiang lalu bersuit dua kali dengan suara yang rendah.

Kelabang emas yang ada dipundaknya pun dengan cepat segera terbang kembali ke dalam kotak pualam tersebut.

“Pinto tidak berani merepotkan Ie Bun heng untuk turun tangan sendiri, asalkan Ie Bun heng suka memberitahukan cara untuk memusnakan racun tersebut pinto sudah merasa sangat berterima kasih sekali,”kata Bu Wie Tootiang lagi.

Dengan termangu-mangu Ie Bun Han To termenung berpikir beberapa saat lamanya, setelah itu dia baru mengangguk.

“Menurut sahabat karib dari cayhe yang ada di daerah Biauw Hiang itu dia bilang kelabang emas adalah seekor binatang yang sangat beracun sekali di dalam dunia pada saat ini.

““Walaupun cayhe sedikit mengerti tentang cara untuk memusnahkan racun tersebut tetapi terhadap binatang beracun yang amat ganas ini cayhe akui bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

““Untung saja sewaktu kawan karibku yang ada di daerah Biauw tersebut menyerahkan kelabang emas itu kepada cayhe sekalian sudah memberi juga tiga butir pil pemusnahnya, tetapi sewaktu cayhe melatih kelabang emas ini tidak untung kena digigit sekali sehingga pil itu kini tinggal dua butir saja.

““Baiklah demikan saja! bersama-sama dengan kelabang emas ini aku sekalian hadiahkan buat Too heng sebagai tanda mata dari cayhe.

“Sehabis berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebuah botol porselen yang kecil lalu diletakkan di samping kotak yang berisikan kelabang emas tadi.

Bu Wie Tootiang lantas menerima botol porselen itu dan mengambil keluar sebutir pil.

“Terima kasih atas pemberianmu itu, pinto cukup mengambil sebutir saja buat saudara cilik ini, sedang sisa yang sebutir bersama-sama dengan kelabang emas itu pinto tidak berani untuk menerima, lebih baik Ie Bun Kiam menyimpannya sendiri,”katanya sambil tertawa.

Para jago yang ada di dalam ruangan itu sewaktu melihat kelihayan dari kelabang emas tersebut dalam hati pada merasa kagum, tetapi setelah mendengar Bu Wie Tootiang menolak pemberian tersebut tidak kuasa merekapun ikut merasa sayang.

Sampai Im Yang Cu sendiripun rada merasa keheranan, dengan bingungnya dia memandang sekejap ke arah suhengnya.

“Sekalipun kau tidak suka dengan binatang yang demikian beracunnya juga tidak seharusnya mengembalikannya kembali kepada dia orang, bagaimana kalau Ie Bun Han To menggunakannya lagi untuk melukai orang?”omelnya diam-diam dihati.

“Tootiang sebagai seorang pemuda dari satu partai besar dengan hati yang welas kasih sudah tentu tidak akan menyukai binatang beracun seperti ini.

“Terdengar Ie Bun Han To berkata sambil tertawa. “Kalau memangnya begitu cayhepun tak akan memaksa lebih jauh lagi.

“Dengan langkah yang perlahan dia mengundurkan dirinya ke belakang membuka peti emas itu dan memasukkan kembali kotak pualam tersebut ke dalam peti emas itu.

Sedangkan Bu Wie Tootiang dengan perlahan bangkit berdiri dengan sepasang telapaknya disilangkan di depan dada dia mengambil temapt duduk dimeja perjamuan tersebut, Walaupun Kang Lam Su Kongcu baru saja mendapatkan kerugian yang amat besar sehingga mendapat malu tetapi kerakusannya belum hilang juga, dengan tebalkan muka mereka ikut mengambil tempat duduk pula di sekeliling meja perjamuan tersebut.

di tengah perjamuan itu Tiong Cho Siang-ku tiada hentinya memperhatikan diri Siauw Ling terus menerus, ketika dilihatnya bocah itu pejamkan matanya terus menerus dalam keadaan tidak sadar diri hatinya mulai merasa amat kuatir.

Mereka mulai merasa cemas melihat keadaan Siauw Ling yang berada di dalam pelukan Bu Wie Tootiang tetapi sama sekali tidak melihat Toosu tua itu turun tangan menyembuhkan sakitnya.

Setelah meneguk tiga cawan arak akhirnya si pit besi berwajah dingin Tu Kiu tidak dapat menahan sabar lagi.

“Tootiang! bilamana kau orang tidak suka menyembuhkan luka dari bocah cilik itu, bagaimana kalau serahkan saja kepada cayhe untuk dibawa pergi??”ujarnya dengan dingin.

“Apa kalian berdua mempunyai kepercayaan untuk dapat menyembuhkan racun yang bersarang di dalam tubuhnya itu?”ejek Ie Bun Han To sambil tertawa.

“Hmm! Soal ini tidak perlu saudara kuatirkan,”jawab si pit besi berwajah dingin Tu Kiu sambil mendengus.

Tiba0tiba tampaklah Bu Wie Tootiang dengan wajah yang berubah amat serius bangkit berdiri, ujarnya perlahan, “Saudara-saudara datang dari tempat kejauhan pinto sebagai ketua partai Bu-tong-pay cuma bisa mengadakan sedikit perjamuan saja buat saudarasaudara sekalian.

““Haa, haa, bagaimana?? Tootiang mau mengusir para tetamu??”Timbrung Sang Pat si Siepoa emas sambil tertawa terbahak-bahak.

“Pinto masih ada urusan yang harus diselesaikan setelah kalian kenyang bersantap sudah seharusnya cepat-cepat turun gunung.

“Si pit besi berwajah dingin Tu Kiu lantas tertawa dingin tiada hentinya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar