Rahasia Istana Terlarang Jilid 08

Jilid 8

Perkataan tersebut memang tidak salah. tapi menurut pendapat lohu tetap bertahan ditempat ini jauh lebih baik dari pada mengungsi pergi. dalam melakukan pertarungan hari bukan menang kalah yang kita cari, melainkan bagaimanakah caranya kita selamatkan Siauw thayjin dan Siauw hujin dari mala bahaya. semisal kita bisa bertahan ditempat ini sampai malam tiba nanti, loohu bisa mengundurkan musuh tangguh dengan menyebarkan bubuk racun.”

“Seandainya kalau ingin menggunakan racun, apa bedanya antara pagi hari dan malam hari? batin Siauw Ling

Meski dalam hati ia curiga namun perkataan tersebut tidak dapat diutarakan keluar.

Mendadak terdengar suara seruan seseorang yang amat berat berkumandang datang.

“Dewasa ini gubuk yang kalian huni telah kami kurung rapat. tiga puluh pucuk gendewa serta dua puluh pucuk anak panah otomatis telah kami sebar disekeliling rumah gubuk ini. Jangan dibilang manusia sekalipun burung yang terbang diangkasa pun jangan harap bisa berlalu dari tempat ini dalam keadaan selamat “

“Aaaaah, suara dari Tan Hong Ciang!”seru Kim lan tiba-tiba.

“Murid tertua dari Shen Bok Hong???”

“Tidak salah itulah orangnya “.

“Harap cuwi sekalian berhati hati mengawasi gerak gerik mereka terutama sekali kalau mereka akan menyerang dengan api!” pesan Siauw Ling dengan langkah perlahan ia berjalan keluar dari dalam ruangan.

Sepeninggalnya anak muda Itu. Tok chin Yok Ong memperhatikan sekejap situasi dalam gubuk itu, lalu dengan suara lirih katanya.

“Siauw thay jin. harap kau bergeser kesudut rumah sebelah kiri, dinding disebelah sana terbuat dari tembok yang kuat. Rasanya hujan anak panah tidak akan sampai melukai dirimu “.

Siauw tayjien serta Sianw hujien mengatakan mereka akan pindah…. keujung

rumah bagian kiri.

“Yok Ong. rupanya kau tidak merasa leluasa untuk membunuh orang-orang perkampungan Pek Hoa-san-cung secara langsung, bukankah begitu?” tanya Soen Put Shia, “KaLau begitu silahkan bertahan didalam rumah gubuk ini. Aku sipengemis tua akan keluar untuk membantu diri Siauw thayhiap!….

“Rasanya cukup aeorang saja bertahan didalam ruangan ini. biarlah kami berdua berjaga diluar ruangan saja” seru Tiang-chiu Siang ku hampir berbareng.

‘Silahkan kalian berdua mengawasi dua arah saja” Kim Lan serta Giok Lan dengan pedang terhunus menambahkan. “kami berdua akan kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya uutuk membantu kalian”.

“Tak usah, lebih baik kalian berdua tetap bertahan didalam ruangan ini saja, jumlah kekuatan kita amat sedikit, mungkin penjagaanpun akan jauh lebih lemah, kemungkinan besar ada satu dua orang musuh yang berhasil menerjang masuk kedalam ruangan. Di-kala Yok-ong turun tangan menghadapi musuh nanti, lebih baik kalian berdua baik-baik melindungi keselamatan Looya serta hujien.” Pesan sang Pat

Kim Land an Giok Lan saling bertukar pandang sejenak kemudian mereka tidak memaksa lagi.

Sang Pat serta Tu Kioe pun dengan mengikuti dibelakang Soen Put Shia berjalan ke luar dari gubuk tersebut beberapa tombak diluar bangunan. matanya dengan tajam mengawasi ke empat penjuru.

Sang surya telah condong kebarat dan bersembunyi dibalik gunung, senjapun telah menjelang tiba.

Angin musim gugur yang dingin bertiup-tiup kencang menggoyangkan rumput-rumput kering disekelillng sana.

Para jago jago lihay dari perkampungan Pek Hoa san-cung yang mengejar datang tidak kelihatan batang hidungnya, mungkin mereka pada bersembunyi dibalik alang-alang disekitar sini.

“Tan Hong Chang?” hardik Sianw Ling dengan nada keras. “Hmmm! kau cuma berani main sembunyi macam cucu kura-kura, be-gitukah yang disebut kegagahan seorang

Bersamaan dengan selesainya ucapan itn mendadak dari balik alang yang lebat muncul tiga orang lelaki lekar berpakaian ringkas.

Salah satu diantara mereka berusia dua puluh lima, enam tahunan, sebilah pedang tersoren di punggungnya dan dia bukan lain adalah murid tertua dari Shen Bok Hong, yaitu Tan Hiong Chang.

Disebelah kiri kanan Tan Hiong Chang masing-masing berdiri satu orang, mereka memakai baju ringkas berwarna abu-abu, yang disebelah kiri berjanggut hitam sedang orang yang berada disebelah kanan berwajah bersih.

Mereka bukan lain dalah Kiam Boen Siang si pengejar angin Pei Pek Li serta sipedang tanpa bayangan Than Tong.

“Tan Hiong Chang menghunjuk hormat buat Sam-cengcu!” seru orang she Tan itn seraya memberi hormat.

“Tak usah banyak adat,” tukas Siauw Ling dingin “Hubungan persaudaraan ku dengan Shen Bok Hong telah putus sejak dulu, kini aku sudah bukan anggota perkampangan Pek Hoa sancung lagi, jadi tak perlu banyak adat terhadap diriku?

“Sebelum mendapat perintah dari suhu bagaimanapun juga penghormatan seorang boanpwee terhadap angkatan yang lebih tua tak berani kami hilangkan.”

“Hmm! bila kau masih anggap diriku sebagai Sam Cung-cu dari perkampungan Pek Hoa sancung segeralah buyarkan jago jagomu yang mengurung sekeliling tempat ini.”

“Tentang soal ini……. tentang soal ini….

“Ooaow…. jadi kammu tidak berani buyarkan orang orangmu. kalau begitu kau pandang sebelah mata terhadap aku orang she Siauw?”

“Boanpwe datang membawa perintah, sebelum mendapat hasil boanpwe tidak berani pulang dengan tangan kosong belaka, bagai-mana pertanggungan jawabku nanti?”

“Jadi apa maksudmu yang sebenarnya?”

“Menyambut kedua orang tua sam Cung-cu dan menghantar mereka kembali ke dalam perkampnngan Pek Hoa san-cang.”

“Kau merasa yakin punya kekuatan untuk mengalahkan dirika ” jengek Siauw Ling pelan.

“Perintah yang diturunkan perkampungan Pek Hoi sau-cung selamanya berat bagaikan batu karang, cayhe datang dengan membawa perintah, maka sudah menjadi kewajiban boanpwe untuk berusaha dengan kemampuan yang kumiliki. Sedangkan mengenai kalah menangnya, hal ini tidak termasuk didalam perhitungan.”

“Hubunganku dengan pihak perkampnngan Pek Hoa san cung telah putus, bila kalian berani bertindak kurang ajar, jangan salah kan kalau aku orang she Siauw akan bertindak telengas.”

000O000

TAN HIONg CHiaNG sebagai murid ter-tua dari Shen Bok Hong tidak kalah licik dan uletnya jika di bandingkan dengan guru-nya sendiri. meski ia diejek terus menerus namun hawa gustrnya masih sanggup ditekan terus dalam dada. ia tersenyum hambar dan berkata, “Siauw thayhiap, kalau memang berulang kali, kau Sudah menjelaskan bahwa hubungan dengan pihak perkampungan Pek Hoa San cung telah putus, aku orang she Tan pun tidak punya muka untuk mengaku saudara lagi dengan dirimu.”

Ia merandek sejenak kemudian lanjutnya, “Telah lama aku orang she Tan mendengar akan kelihayan iLmu silat yang dimi-liki Siauw thayhiap, cayhe sadar bahwa kekuatanku masih bukan tandingan anda.”

“Seandainva kau sudah tahu akan kekuat-an sendiri, cepat cepatlah angkat kaki dari sini. daripada darah segar membasahi bumi maka menyesal pun terlambat.” tukas Siauw Ling.

Tan Hiong Chiang tetap tersenyum.

“Cayhe masih ada beberpa kata yang ingin kusampaikan terlebih dahulu kepadamu ” katanya

“Ada urusan apa? cepat katakan.”

Siauw Ling sendiripun tidak ingin melangsungkan pertarungau dengan plhak lawan apa bila keadaan tidak terlalu memaksa. sebab ia kuatir akan keselamatan kedua orang tuanya.

“Cayhe ingin memperingatkan kepada diri Siauw Thayhiap,” ujar Tan Hiong Chang. “Kecuali Cayhe serta Kim Boen Siang In, ditempat ini telah hadir pula empat puluh orang boe su utama Pek hoa-san-cung yang bersembunyi disekeliling gubuk ini, mereka semua membawa alat gendewa otomatis yang sebagian besar anak panahnya telah dipolesi dengan racun keji, barang siapa yang terkena dia pasti akan mati Kami percaya dengan kepandaian silat Siauw thayhiap yang lihay gendewa gendewa otomatis tersebut tidak akan mampu melukai dirimu, tapi ayah ibu-mu bukan anggota Bulim, seandainya sampai terjadi pertempuran darah segar tentu akan menggenangi seluruh permukaan bumi kami takut apa bila kedua orang tuamu pun ikut terluka ditangan kami. sebab seandainya Sampai terjadi peristiwa tragis macam Itu, cay-hepun tidak mampu untuk menolong mereka.”

“Hmm! cayhepun ingin memperingatkan dirimu pula” sahut Siauw Ling dengan nada dingin. “Didalam rumah gubuk ini kecuali aku siauw Ling masih ada pula beberapa orang jago Bn-Lim yang nama besarnya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, apa bila kalian ingin coba turun tangan Itu men cari kematian buat diri seudiri. Perkataan aku orang she Siauw pun hanya sampai di-sini bila kau tidak percaya, silahkan untuk tnrun tangan men^oba.”

Tang Hiong ChaTig berpalisg memandang seksjap kearah Kim Boen Si&ng log. kemudian sambil menjura kearah Siauw Liag katanya, “Kecuali kami sekalian serta para boe su perkampungan Pek Hoa san-cung yang ber-sembuuyi disekeliling tempat ini, bala bantuan dari perkampungan lainnyapun dengan cepat akan tiba disini.”

“Saudara Siauw, tak usah kita bersitegang lebih jauh dengan mereka, biarlah aku sipengemis tua membereskan mereka bertiga lebih dahulu” Teriak Soen Put Shia dengan suara lantang.

Ditengah bentakan yang keras, tubuhnya meloncat kedepan langsung menerjang kearah Tang hiong Chang sekalian.

Kiam Boen Siang Ing serentak membentak berbareng, serta pedang sama-sama ber-kelebat keluar dari sarung dan melancarkan sebuah tangkisan.

Dua bilah pedang berkelebat menciptakan Selapis cahaya tajam yang menyilaukan ma-ta. serangan dari Soen Put-shia segera terbendung ditengah jalan.

Soen Put shia mengempos tenaga mengerem tubuhnya yang sedang menerjang kedepan secara mendadak. telapak diayun dan kembali ia melancarkan sebuah pukulan.

Tatkala pengemis tua ini masih berkelana didalam dunia persilatan tempo dulu, ia mempunyai julukan sebagai si telapak baja kehebatan ilmu pukulannya telah menggetarkan Sungai sebelah utara maupun sebelah selatan. Meskipun selama banyak tahun ia mengasingkan diri dari permainan Bu lim, namun ilmu silatnya sama sekali tidak di-tinggalkan, bahkan kehebatannya jauh melebihi tempo dulu.

Bisa dibayangkan betapa hebatnya angin pukulan yang terpancar keluar dari balik telapak Soen Put-shia kali ini ketika ia mengirim serangan dengan tenaga penuh

Rupanya baik Tan Hiong Chang manpun Kiam Boen Siang lng sama-sama menyadari akan kelihayan Soen Put Shia, ketika merasakan datangnya angin pukulan maha dah-syat. buru-buru mereka loncat kesamping untuk menghindar. Tak seorang manusiapun yang berani menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras.

“Hasa…. haa. haa…. kalian hendak ngacir kemana?” jengek Soen Put Shia sam-bil tertawa terbahak bahak, tubuhnya meloncat kedepan langsung menubruk kearah Tan Hiong Chang.

Murid tertua dari Shen Bok Hong ini tidak berani bertindak gegabah buru-buru badannya bergeser kedepan smbil tanganya berputar secepat kilat ia cabut keluar pedangnya dan mengirim sebuah sapuan kedepan.

ilmu silat yang dimiliki lelaki ini langSung dibawah didikan Shen Bok Hong, gerakan pedangnya aneh, serangannya bergerak dari arah bawah langsung mengancam keatas, arah yang dituju jalan darah “Jiet Gwa hiat” diatas iga kanan Soen Put Shia.

Meskipun ilmu silat yang dimiliki Soen Put Shia sangat lihay, namun berhubung ujung pedang lawan mengancam jalan darahnya, ia tidak berani bertindak gegabah, tubuhnya segera miring kesamping menghindarkan diri dari ancaman setelah itu tangan kanannya bertukar mencakar bagian depan Tan Hong Chang.

Pedang orang she Tan itu berubah, sreeet sreet sreeet! secara beruntun ia melepaskan tiga buah serangan berantai sementara tubuhnya berpindah. posisi melepaskan diri dari cengkeraman lima jari Soen Put shia.

Semua serangan yang ia lancarkan tak sebuahpun yang lepas dari jalan darah penting ditubuh pengemis tua itu. hingga memaksa Soen Put Shia mau tak mau harus menghindarkan diri dari mala bahaya.

Secara beunntun Soen Put Shia mengirim dua serangan berantai namun semuanyu berhasil dihindari Tan Hiong Chang dengan gerakan yang lincah. orang itu tak sudi menyambut datangnya angin pukulan itu dengan keras lawan keras kejadian ini memaksa pengemis itu harus berpikir dalam hatinya, “Ilmu silat yang dimiliki keparat ini benar-benar tidak lemah, bila aku tidak berhasil menundukkan dirinya ini hari, bukankah nama baik aku si pengemis tua yang telah kupupuk dengan susah payah selama ini bakal hancur berantakan ditangannya?”

Gerakan telapaknya tiba -tiba berubah, dalam sekejap mata saja bayangan telapak memenuhi angkasa menyelimuti daeerah diseki-tar beberapa tombak dari tempat itu. tidak ampun Tan Hiong Chang pun terkurung di-bawah angin serangannya.

Tan Hiong Chang tak malu disebut murid tertua dari Shen Bok Hong, meskipun tubuhnya terkurung oleh angin pukulan dari Soen Put-shia namun gerak – geriknya sama sekaii tidak menunjukkan kegelisahan mau-pun kegugupan. badannya berkelit kekiri menghindar kekanan setiap kali ia selalu menghindarkan diri dari bentrokan kekerasan dengan telapak Soen Put shia, sementara tangany disamping melindungi badan, setiap kali melancarkan serangan balasan pula.

Dengan cara beginilah ia mempertahankan diri sebanyak puluhan gerakan tanpa menderita luka oleh pukulan Soen Put-shia sedikitpun jua Kiam Boen-siang-ing masing masing dengan melantjarkan pedangnya, empat mata mengawasi terus situasi ditengah kalangan, namun tak seorangpun diantara mereka yang turun tangan terlebih dahulu.

Sedangkan Siauw Ling sendiri sebenarnya ingin turun tangan namun setelah menyaksi kan pertempuran satu lawan satu antara Soen Put-shia melawan Tan Hiong Chang, ia merasa seandainya dirinya turun tangan membantu maka kejadian itu mungkin akan mendatangkan rasa tidak senang bagi sang pengemis tua, maka ia pun berpeluk tangan belaka

Dalam pada itn pertempuran yang berlangsung di tengah -tengah kalangau kian lama bertambah seru, angin pukulan dari Soen Put-shia pun makin lama makin dahsyat. daerah sekitar beberapa tombak seketika terbungkus didalam deruan angin pukulannya, membuat baju Tan Hiong Chang berkibar tiada hentinya.

Yang aneh meskipun Tan Hiong Chang terjerumus dalam keadaan yang amat berbahaya namun Kiam Boen-siang ing belum juga mau turun tangan membantu. bahkan para boesu yang bersembuuyi disekitar rumah gubuk itupun tak ada munculkan diri membantu.

Tiba-tiba Soen Put-shia menunjukkan kelihayannya, ia membentak keras dan melancarkan sebuah pukulan kilat.

Kedahsyatan angin pukulannya ini luar biasa sekali bagaikan gulungan ombak raksasa ditengah samudra, buruburu Tan Hiong Chang meloncat ke kiri untuk menghindar.

Kendati gerakannya cuknp cepat namun ia tak sanggap untuk menyingkirkan tubuh-nya sama sekali. bahu kirinya tersambar oleh deruan angin pukulan membuat badan-nya mundur dua langkah kebelakang dan terjatuh kedalam semak.

Menyaksikan musuhnya keok, Soen Put-shia tartawa terbahak-bahak.

-Haaa…. haaa…. kau sanggup menerima puluhan jurus serangan dahsyatkn, meski kini kalah namun kau cukup kalah dengan bangga.”

Sinar matanya berputar memandang kearah Kiam Boen siang Ing, lalu tambahnya.

“Ayoh, kalian berdua maju serentak!” Kiam Boen siang ing saling bertukar pandangan sekejap, kemudian pedangnya, serentak dicabut keluar.

Kedua orang jago pedang ini paling mengandalkan kerja sama ilmu pedangnya, setelah menyaksikan kehebatan ilmu silat Soen Put-shia, mereka sadar bila diantara mereka berdua harus turun tangan sendirian maka tak akan sanggnp menyambut lima gebrakan seja. Oleh sebab inilah tanpa sungkan sungkan lagi serentak Kedua orang itu maju berbareng.

Soen Pui-shia mengempos tenaga. telapak kanannva perlahan-laban diayun ketengah udara dan serunya, “Hati hatilah! Nih, terima saja sebuah pukulan dari aku sipengemis ini….!’

Baru saja tangan akan didorong keluar tiba-tiba terdengar suara gelak tertawa yang keras berkumandang datang

Dengan cepat pengemis tua itu angkat kepalanya, terlihatlah nyonya cantik berbaju hijau dengan sulaman sekuntum bunga emas didepan dadanya laksana hembusan angin puyuh meluncur datang, dalam sekejap mata ia telah berada kurang lebih empat lima depa dihadapan Soen Put-shia.

Perempuan itu mengulapkan tangannya yang putih halus mengundurkan Kiam Boon Siang-ing. setelah itu dengan nada genit tegurnya pada diri Soen Put shia.

“Apakah kau yang disebut Soen Put-shia. Tiang-loo dari perkumpulan Kaypang?”

“Sedikitpun tidak salah, itulah diri loohu.”

“Kenalkah kau dengan diriku?

“Bila dugaan loohu tidak salah, kau pasti lah Kim Hoa Hujien yang berasal dari wilayah Biauw!”

“Heoeh heeeh. sedikitpun tidak salah, eeeoi meski kau Sudah tua bangka ternyata matamu masih tajam juga, sekali tebak lantas benar….”

“Telah lama aku si pengemis tua mendengar akan nama besarmu, ini hari aku akan bisa mendapatkan kesempatan untuk mohon petunjuk darimu, kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang menggembirakan bagiku.”

“Tak usah gugup dan tak usah camas, aku ingin menyapa saudaraku terlebih dulu, rasanya kita bertarung nantipun belum terlambat bukan?”

Sinar matanya perlahan beralih keatas wajah Siauw Ling, seraya ulapkan tangannya ia menegur.

“Saudara Siauw, setelah bertemu dengan cicimu, kenapa kau tidak menegur maupun menyapa?”

“Bukankah kau datang kemari atas perintah dari Shen BoK Hong?” tanya Sianw Ling Sambil tertawa hambar.

“Sedikitpun tidak salah.”

“Apa maksudmu datang kemari?”

“Bantu dia untuk menangkap orang.”

“Tahukah kau hendak menangkap buronan dari perkampungan Pek Hoa -san cung!”

‘Omong kosong!” hardik Siauw Ling gusar. “Yang hendak mereka tangkap adalah kedua orang tuaku!”

“Heeeh…. heeeh siapa yang tidak tahu dia tidak berdosa. sekalipun mereka adalah orang tuamu, tidak pantas kalau kau ngambek padaku!”

“Hemmm! selama masih didalam wilayah Biauw kaupnn terhitung seorang jago kawa-kan. buat apa kau sudi mendengarkan perintah dari Shen Bok Hong dan rela jual nyawa bagi diriya? Bila kau suka mendengarkan nasehatku. lebih baik cepat-cepatlah kembali ke wilayah Biauw dan hidup baik-baik di sana I”

“Sandaraku,” Kim Hoa Hujin tertawa sedih. “Beberapa patah katamu memang baik sekali untuk dituruti, namun sayang sekali terlalu lambat kau utarakan perkataan itu.”

“Mengapa?”

Kim Hoa Hujin tidak menjawab. ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, serunya, “Kalau memang benar mereka adalah kedua orang tuamu, sudah sepantasnya kalau kau bawa aku untuk mengunjungi mereka.

Siauw Ling termenung berpikir sejenak, kemudian menjawab, “Cuma ada satu jalan saja yang bisa di-tempuh yaitu kau harus menangkan dulu pedang panjang ditangan aku orang she Siauw.”

“Apakah kecuali jalan ini, tiada jalan lain yang lebih bagus lagi yang bisa kutem-puh?”

“Hanya satu jalan ini saja, jadi musuh atau jadi teman keputusannya tergantung pada sepatah katamu!”

“Aku tidak ingin memusuhi dirimu, namun akupun tidak bisa membangkang perintah dari Shen Bok Hong. Aaaai sungguh membuat orang serba salah….

Belum habis dia berkata, terdengar suara berkeleningan nyaring berkumandang datang Cioe Cau Liong dengan memakai baju perlente dan menunggang seekor kuda jempolan berjalan mendekat.

Menyaksikan kehadiran dari Jie cungcu tersebut, Siauw Ling kerutkan dahinya, diam-diam ia berpikir, “Baik Kim Hoa Hujin maupun Cioe Cau Liong sama-sama telah datang ke tempat ini rupanya seluruh jago lihay dari perkampungan Pek Hoa san-cung telah dikerahkan kemari semua.”

Tampak Cioe Cau Liong menarik tali les kudanya dan menyapa, “Sam-te, baik-baikkah keadaanmu selama kita berpisah?”

“Aku telah memutuskan hubungan persaudaraanku dengan Shen Bok Hong, tidak berani kuterima sebutan semacam itu dari Cioe Jie cung cu

“Haaah…. haaa…. barusan aku telah bertemu dengan Shen toako, apa sebabnya aku tidak mendengar ia menyebut-nyebut tentang persoalan itu?”

“Apa yang cayhe ucapkan adalah keadaan yang sebenarnya, mau percaya atan tidak terserah pendapatmu sendiri.”

Sinar mata Cioe Can Liong perlahan-lahan menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu kemudian sambil menuding ke arah rumah gubuk itu, katanya, “Seandainya aku memerintahkan anak buahku untuk melancarkan serangan anak panah berapi, mungkin didalam sekejap mata rumah gubuk itu akan hancur punah menjadi abu”

“Keparat busuk. Kau tak usah berlagak sok, aku si pengemis tua ingin kasih sedikit pelajaran kepadamu!” teriak Soen Put-shia

Meudadak tubuhnya meloncat ke depan langsung menubruk kearah Cioe Cau Liang

“Tahan!”‘ bentak Kim Hoa Hujin.

Tangan kanannya diayun, sebuah benda laksana kilat meluncur kearah diri Soen Put Shia.

“Hati-hati ia melepaskan binatang berbisa” teriak Sianw Ling memperingatkan

Telah lama Soen Put Shia mendengar bahwa Kim Hoa Hujien adalah seorang ahli racun, dalam hati secara diam-diam ia sudah pertinggi kewaspadaannya, apalagi setelah mendengar peringatan dari Siauw Ling, maka dengan cepat ia mengempos tenaga, tubuh yang sedang menubruk kearah Cioe Cian Liong secara mendadak melayang lima enam depa lebih tinggi, setelah itu berjumpalitan diudara dan mundur kurang lebih satu tombak lebih kearah belakang.

Tampak benda yang dilepaskan Kim Hoa Hujien tadi secara tiba-tiba menyusuri dengan sendirinya ditengah udara dan melingkar jadi satu-

Soen Put shia tertegun pikirnya

“Ia menggunakan ular beracun sebagail senjata rahasia. benar-benar suatu peristiwa yang aneh sekaii.”

Sementara itu terlihatlah Kim Hoa Hujien msmbungkukan pinggangnya melayang kedepan, tidak menanti ular berbisanya jatuh ke atas tanah tangan kanannya bergerak cepat menyambutnya kedalam genggaman.

Soen Put-shia merasa amat mendongkol dengan perbuatan perempuan itu, tangannya diayun, segulnng angin puknlan yang amat santer langsung menghantam tubuh Kim Hoa Hujien.

Kim Hoa-hujien tarik kemball tangan kanannya yang mencekal ular. sedang telapak: kiri diayun kedepan mengirim sebuah pukulan.

Blunum…. ‘ sepasrng telapak saling beradu ditengah udara, tak kuasa tubuh Kim Hoa hujien terdesak mundur satu langkah ke belakang, air mukanya serta berubah hebat

“Tenaga dalam yang anda miliki sungguh tidak lemah, beranikah kau layani diriku untuk berduel satu lawan satu?”

“Tentu saja aku sipengemis tna berani.” Siauw Ling sadar bahwasannya Kim Hoa-hnjien menggembol banyak sekali makhluk-makhluk berbisa, ia takut Soen Put shia kena dipecundangi oleh perempuan tersebut, maka buru-buru tubuhnya berkelebat menghadang dihadapan pengemis itu sembari berkata, “Locianpwee. kau telah menangkan satu kali pertarungan biarlah pertampuran kali ini serahkan pada aku orang she Siauw saja!”

Kim Hoa-hujien menatap wajah Siauw Ling tajam-tajam, akhirnya ia menghela napas panjang.

“Oooh saudaraku! benarkah kan ingin bergebrak melawan diriku?” keluhnya.

“Bila kau tidak sudi mendengarkan nasehatku maka cepat atau lambat kita pasti akan saling bergebrak. Tiada berguna banyak bicara. Nah, cepatlah cabut keluar senjatamu!”

“Cici berbuat demikian karena terpaksa apakah kau tak dapat memahami keadaanku!”

“Kau membantu manusia laknat untuk bertindak sewenang-wenang, siapa bilang kau berbuat karena terpaksa?!”

“Aaaaai….! saudara cilikkn yang bodoh, bila kau memaksa diriku terus menerus. terpaksa aku harus menyalahi dirimu “

“Bila kau punya kepandaian keluarkan saja keseluruhannya. dalam periempuran nanti siapa menang siapa kalah kedua belah pihak tak usah sungkan sungkan “

“Cici ada beberapa perkataan yang ingin kujelaskan lebih dulu.” Seru Kim Hoa Hnjin lagi dengan alis berkernt.

“Apa yang ingin kau ucapkan lagi?”

“Aku rasa saudara cilik tentu sudah tahu kan, bahwa seluruh tubuh cici penuh dengan makhluk berbisa?

“Sedikitpun tidak salah.

“Seandainya cici berhasil menangkap diri mn, tentu saja tak ada urusan tapi kalau aku tak bisa menangkap dirimu, terpaksa keadaan mendesak diriku untuk menggunakan makhluk-makhluk berbisa’”

“Terima kasih atas pemberitahuanmn itu!”

“Baiklah saudaraku, silahkan turun tangan.” kata Kim Hoa-hujien sambil merogoh keluar dua kuntum bunga emas.

“Terima kasih atas kebaikan hatimu selama ini, cayhe akan turuti perintahmu!”

Pedang diayun dan si anak muda itupun melancarkan sebuah tusukan kilat.

Setelah menyaksikan keadaan situasi yang terbentang saat ini, Siauw Ling sadar, meski jago jago libay dari perkampungan Pek-boa-sau-cung tidak sampai dikerahkan semua namun jago yang hadir ditempat tersebut dewasa ini amat banyak sekali, bahkan bala bantuan mereka tiada hentinya mengalir datang

seandainya ia turun tangan lebih cepat berarti merebut pula satu bagian kesempatan untuk mendapatkan kemenangan

Dalam pada Itu Kim-hoa-hujin yang mencekal sekuntum bunga emas ditangan kiri kananya, tatkala menyaksikan kedatangan ujung pedang Siauw Ling segera mengayunkan tangan kanannya menyongsong ancaman tersebut.

Melihat perbuatan perempuan itu, Siauw Ling segera berpikir didalam hatinya

“Panjang dari kedma kuntum bunga emas lima coen belaka, sungguh luar biasa kalau ia gunakan benda sekecil Itu sebagai senjata. Mungkinkah dibalik bentuknya yang mini itn masih tersimpan kegunaan lain yang menge-

rikan “

Berpikir akan hal itu. gerakan secara tiba-tiba berubah, pedangnya yang sedang menusuk tubuh Kim HOa hnjien berubah arah di tangah jalan dengan gerakan

menjirat tangan, ia babat pergelangan kanan perempuan cantik dari wilayah Bianw itu.

Pergelangan kanan Kim Hoa Hujien menekuk kebawah menghindarkan diri dari ancaman ujung pedangnya.bunga emas ditangan kirinya meluncur tiba-tiba kemuka menotok dada Siauw Ling.

Dengan pandangan tajam Siauw Ling memperhatikan kuntum bunga emas itu, tangan kirinya diayun laksana kilat mencengkeram bunga emas tersebut.

Kim Hoa Hujien segera menarik kebelakang tangan kirinya serta tarik kembali bunga emasnya, lalu ia berkata dingin, “Bunga emasku menganduttg racun yang amat ganas, mungkin kau Sudah bosan hidup?”

“Cayhe si pingin sekali coba menjajal sampai dimanakah kebebatan racunmu itu”

“Hm! sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang kau miliki, kendati tenaga Iweekang yang kau miiiki sempurnapun, setelah kena racun keji diujung bunga emasku, jangan harap nyawamu bisa tertahan lama.”

Mendadak terdengar Cioe Cau Lioag tertawa terbahak-bahak dan menjengek dari luar kalangan, “Ooouh…. sungkan benar pertarungan yang kalian jalankan. Aku lihat tingkah laku kalian tidak mirip dengan dua orang yang sedang bertarung, tapi lebih mirip dengan dua orang lahabat karib yang sudah lama tidak saling berjumpa “

Sreet! Sreet! Sreet! secara beruntun Siauw Ling melancarkan tiga buah serangan berantai hlngga menciptakan selapis bunga pedang yang tebal. seluruh tubuh Kim Hoa-Hujien segera terkurung didalam serangannya, sementara itu mulutnya mendesis dingin, “Cioe Ciau Liong hubungan persaudaraan diantara kita berdua telah putus janganlah kau timbulkan kembali hawa gusarku. Hmm, bila kau tidak tahu diri, terpaksa aku akan cabut dulu selembar jiwamu.

“Sam-te, kok serins benar ucapanmn. kau harus tahu bahwa siauw heng bukanlah seorang manusia yang gampang dibuuah orang, jago kangouw yang mampu membinasakan diri siauw-heng dewasa Ini cuma beberapa orang belaka, coba kau lihat, bukankah siauw-heng hingga detik ini masih dapat hi-dap.dengan baik dikolong langit?”

“Siauw-heng berjiwa budiman dan penuh welas kasih, mengingat hubungan persaudaraannya dengan dirimu tempo dulu, mungkin dia tidak akan membinasakan diri mu.” sela Soen Put-shia dingin. “Namun aku sipengemis tua tidak ada hubungan apapun dengan dirimu, ini hari aku tidak akan melepaskanmu dengan begitn saja.”

Ditengah bentakan keras, badannya berputar satu lingkaran ditengah udara kemudian langsung menubruk kearah Cioe Cau Liong.

Ketua dari perkampungan Pek Hoan-san-cung ini buru buru menarik tali les kudanya binatang tunggangannya yang jempolan tadi tiba-tiba bergeser kekiri dan lari kedepan.

“Heee…. heee…. kau coba melarikan diri kemana….” jengek Soen Put shia Sambil tertawa dingin.

Belum habis ia bersuara, mendadak tampaklah bunga pedang berkilauan diseluruh angkasa, dua sosok bayangan manusia laksana kilat meluncur kearah pengemis tua itu.

Ditengah kilatan cahaya tajam. dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian.

Dua orang lelaki kekar berbajn hitam yang menyongsong kedatangan Soen Put shia itu kena disampok senjata tajamnya oleh tenaga pukulan pengemis tua itu kelima jarinya menancap didepan dada mereka dan putuslah yawa kedua orang itu seketika juga.

Soen Put shia membentak keras. begitu ke dua belah kakinya menginjak tanah sepasang tangannya bergerak serentak, dua sOsok ma-yat yang berada ditangannya dengan cepat disambit kearah Cioe Cau Liong.

Cung-cu kedua dari perkampnngan Pek Hoa~san-cung sedang merasa bergidik meski ia berbasil meloloskan jiwanya dari ancaman, dalam hati pikirnya.

“Sunggnh hebat ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini, seandainya tiada mereka ber-dua yang menghadang serangan tersebut, niscaya aku sudah modar ditangannya.”

Menyaksikaa dua sosok mayat meiuncur kearahnya buru-buru ia ayun telapaknya menghajar rontok mayat tersebut.

Setelah serangan gagal, Soen Put-Shia tidak meneruskan gerakannya kemuka. ia berdiri keren sementara sinar matanya yang tajam menatap diri Cioe Can Liong tak berkedip rupanya ia sedang mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan yang kedua

Meudadak

“Cioe Ji Cung cu!” dari ballk semak kurang lebih satu tombak diluar kalangan ber-kumndang keluar suara peringatan yang bernada amat dingin dan menyeramkan. “Ilmu Chioe Sat Coan in Chin morupakan kepandaian yang paling diandalkan pengemis tua itu, kemungkinan besar Jie-cungcu masih bukan tandingannya!”

Bersamaan dengan munculnya suara tersebut, muncul pula seorang kakek tua berperawakan pendek gemuk yang memakai baju serba hijau menghadang dihadapan Soen Put shia.

Menjumpai kehadiran orang tua itu. sepasang kening Soen Put-shia langsung berkerut.

” sam Koay! kiranya kau masih hidup dikolong langit? peristiwa ini benar-benar ada di luar dugaan aku si pengemis tua,” serunya.

“Heee…. heee…. kau sendiripun rasanya panjang usia….”

“Hmm! semestinya kau harus mati namun sekarang masih hidup, bilamana kejadian In berlangsung ditempat yang terasing masih tidak mengapa. sungguh tak nyana kau malahan menggabungkan diri dengan perkampungan Pek Hoa-san-cung menjual nyawa bagi Shen Bok Hong. Perbuatanmu ini

benar-benar membuat aku si pengemis tua merasa gemas….”

“Pertempuran kita pada tiga pulnh tahuu berselang diatas gunung Huang-san belum sampai menetapkan siapa menang siapa kalah aku rasa sudah sepantasnya kalau kita lanjutkan pertempuran tersebut pada saat ini hingga salah satu diantara kita tersingkirkan dari muka bumi”

“Kau anggap aku sipengemis tua jeri kepadamu….”

Tiba-tiba terdengar Siauw Ling yang berdikalangan lain membentak keras, “Hujien! bila kau tidak mau juga mengaku kalah, jangan salahkan kalau aku orang she Siauw terpaksa turun tangan keji terhadap dirimu!”

Tatkala semua orang berpaling maka terlihatlah senjata pedang ditangan si anak muda itu laksana seekor naga sakti yang muncul dari balik mega, menyambar kesana kemari menerjang sambil menciptakan berkuntum bunga pedang, seketika itu juga seluruh tubuh Kim Hoa-hujien terkurung didalam lapisan cahaya pedangnya.

Dua kuntum bunga emas ditangan Kim-hoa-hu jien telah kena dikurung oieh pedang lawan sehingga sukar dikembangkan besar ia bakal terluka ditangan pemuda itu

“Lepas tangan….!” ditengah berlangsungnya pertempuran yang amat seru mendadak Siauw Ling membentak keras.

Plaaaak.! pedangnya diayun kemuka menghantam pergelangan kanan Kim-hoa-hujien.

Sekuntum bunga emas seketika tersampok rontok keatas tanah. Sebetulnya babatan pedang dari Siauw Ling barusan dapat memotong pergelangan kanan Kim-hoa-hujien, namun dengan wataknya yang penuh welas kasih, tatkala pedangnya hampir menyentuh pergelangan kanan perempuan itu, mendadak ia putar pedangnya. bukan membabat malahan menghantam pergelangan tangannya belaka.

Laksana kilat Kim-hoa-hujien meloncat mundur kebelakang, tangannya merogoh saku lalu diayun kemuka, seekor ular kecil dengan cepat melayang kemuka!

Siauw Ling tertawa dingin, telapak kirinya diayun dan ia tangkap ular kecil itn erat erat.

“Kau cari mati?” teriak Kim-hoa-hujien dengan air mnka berubah hebat. “Hmmm, belum tentu!” Pergelangan kiri diayun, ular kecil yang berada dalam genggamannya mendadak meluncur kearah Shen sam Koay.

Tatkala Sam Koiy manyaksikan mnnculnya sesosok bayangan hitam mengancam tubuhnya. ia bertindak sebat. Meski tak diketahui olehnya senjata rahasia macam apakah yang mengancam tubahnya namun dengan kepandaian silat yang dimilikinya masih sanggup untuk menghadapi ancaman tersebut, maka tanpa berayal lagi ditangkapnya benda tersebut.

Menanti benda itu sudah berada ditangan dan terasa amat licin. ia baru merasakan sesuatu yang tidak beres, buru-buru tangannya diayun melepaskan kembali benda tadi dari genggaman, namun sayang usahanya ini telah terlambat.

Terasa pergelangan tangannya jadi sakit tahu-tahu ia sudah terpagut oleh ular berbisa

Ular ini meski badannya kecil namun bisanya luar biasa kejinya kendati ilmu silat Shen-sam Koay amat lihay ia tak sanggup mempertahankan diri, seketika lengan kanan nya jadi kaku.

Dengan cepat Kim Hoa Hujiea loncat kedepan dipungutnya lebih dahulu ular kecil yang dibanting Shen-sam Koiy keatas tanah itu kemudian dari sakunya ambil keluar sebutir pil dan dilemparkan kearah kakek tua itu sambil berseru, “Cepat telan pil tersebut”

Shen-sam Koay bukanlah seorang jago kemarin sore, separoh dari umurnya ia gunakan untuk berkelana dalam dunia persilatan, bukau saja pengalamannya luas. pengetahuan pun amat luas. Ia sadar pada saat Ini jiwa-nya telah berada diambang pintu kematian.

Oleh sebab itu ia tidak berani membangkang perintah Kim Hoa Hujien, setelah menerima pil tadi langsung ditelan kedalam perut.

“Shen-heng, bagaimana keadaan lukamu?” buru-buru Cioe Cau Liong bertanya

“Pada saat Ini ia tidak mempunyai kemampuan untuk bertempur lagi, ia harus beristirahat paling sedikit dua hari,” sambung Kim-hoa Hujien dengan cepat.

Cioe-cau Liong segera menarik tali les kudanya dan melarikan kuda tunggangan tersebut meninggalkan tempat itu.

“Ayoh cepat berlalu dari sini!” serunya.

“Cioe-cau Liong, kau hendak lari kema-na? hardik Soen Put-shia sambil loncat kedepan, laksana segulung angin puyuh ia kejar Jie-cng-cu tersebut.

“Cioe-cau Liong mengempos tenaga, tubuhnya secara tiba-tiba meninggalkan pelana kuda dan melayang turun kebalik semak belukar.

Babatan yang dilepaskan Soen Put-shia benar-benar luar biasa sekali, terdengar ringkikan yang menggema ditengah kesunyian. kuda tunggangan miiik Cioe can Liong tadi telah hancur kehantam oleh babatan pengemis tua itu.

Namun dalam sekejap mata Itu pula Kim-hoa Hujien maupun Shen-sam Koay, semuanya telah lenyap dibalik kegelapan.

Soen Put-shia benar-benar naik pitam, makinya kalang kabut, “Cioe cau Liong, cepat atau lambat aku ipengemis tua pasti akan membabat tubuh-mu jadi beberapa bagian.”

Sekonyong-konyong…. suara detiran tajam memecahkan kesunyian, serentetan hujan anak panah berluncuran mengarah tubuh Soen Put-shia.

Menyaksikan datangnya ancaman, pengemis tua itu tidak menjadi gugup, ia sambar bangkai kuda tersebut dari atas tanah lalu dipergunakan sebagai tameng”, dalam sekejap mata sebagian besar hujan panah tadi telah bersarang semua diatas tubuh bangkai kuda tadi.

“Malam yang gelap sulit bagi kita untuk menembusi kepungan.” hardik Siauw Ling keras. “Locianpwe, harap kau cepat kembali, kita harus merundingkan persoalan ini lebih jauh “

Soen Put-shia tidak membangkang, ia buang bangkai kuda itu keatas tanah lalu meloncat mundur kebelakang. Setibanya disisi Siauw Ling bisiknya lirih, ‘Mengapa tidak kita gunakan kesempatan yang baik ini untuk menerobos keluar dari kepungan? mumpung beberapa orang pemimpin mereka sedang menderita luka….”

“Aaaaai….! kedua orang tuaku tidak pernah belajar ilmu silat. ditengah kegelapan malam yang mencekam seperti ini, seandai-nya para jago perkam pungan Pek Hoasan-cung yang bersembunyi disekitar gubuk secara tiba-tiba menghujani kita dengan anak panah serta sanjeta rahasia bukankah kedua orang tuaku bakal konyol?”

“Seandainya kita harus menunggu sampai terang tanah “nanti, mesti senjata rahsia pihak lawan bisa kita lihat jalas, namun bukankah pihak musuhpun dapat melihat keadaan kita dengan jelas pula? untung dalam hal ini lebih baik saudara pikirkan sekali lagi.”

“Aaaaai…. kalau menurut pendapat boanpwee lebih baik kita sapu dahulu semua musuh yang bersembunyi disekeliling tempat ini, setelah itu barulah kita bawa kedua orang tuaku untuk menerobos keluar dari kepungan!”

“Baiklah! aku turut pendapat saudara!”

“Cayhe akan mengitari gubuk ini lewat sebelah kiri sedang loocianpwee harap mengitari gubuk ini lewat sebelah kanan. kita berjumpa dibelakang rumah gubuk ini,” ujar Siauw Ling sambil mengayunkan pedang panjangnya. ‘Meskipun berbuat demikian belum tentu bisa melenyapkan seluruh musuh yang bersembunyi disekitar sini, namun asal kita dapat membasmi sebagian besar dari mereka saja, berani kita telah mengurangi sebagian besar marabahaya yang

Soen Put shia putar badan hendak berlalu tapi secara tiba-tiba ia ingat akan sesuatu hal, segera tanya dengan suara lirih, “Saudara Siauw,ada satu persoalan yang tidak kupahami, dapatkah aku mohon petunjuk darimu?”

“Soal apa?”

“Kim hoa Hujien menggunakan ular racun sebagai senjata rahasia, biasanya amat keji dan tiada tandingan. apa sebabnya saudara Siauw berani menyambut ular itu dengan tangan?”

“Boanpwe telah menggunakan sarung tangan yang terbuat dari kulit naga. golok maupun pedang tidak akan mempan, apalagi ular berbisa tentu saja tidak kupikirkan didalam hati.”

“Oooow, kiranya begitu” ia merandek sejenak, kemudian terusnya. “Ilmu silat yang dimiliki Shen-sam Koay sangat lihay sekali, tatkala aku sipengemis tna melangsungkan pertarungan sengit satu bari diatas gunung Hoa-san tempo dahulu, sulit bagi Kami menetapkan siapa menang siapa kalah. Setelah terjadi peristiwa itu aku dengar katanya ia terluka ditangan seorang padri sakti dari partai Siauwiim yang bergelar Boe Ngo Thaysu, sejak itulah kabar beritanya lenyap tak berbekas, dari peredaran Bu-lim, sungguh tak nyana kiranya ia bersembunyi didalam perkampungan Pek Hoa san-cung. Nama besar Shen sam Koay dimasa silam amat menggetarkan sungai telaga. pamornya tidak be-rada dibawah Shen Bok Hong sendiri, entah apa sebabnya kini ia masih sudi diperalat oleh gembong iblis Itu.”

Secara tiba iba Sianw Ling teringat kembali mata mata dari Shen Bok Hong yang tersebar diberbagai partai serta pergu-ruan besar, ia sadar bahwa setiap garak gerik partai besar itn telah diketahui semua dengan jelas oleh Shen Bok Hong, seandainya mata mata tersebut ikut ambil bagian dalam perasaan partai. maka keadaan dari partai partai besar mungkin tidak lama lagi dalam keadaan seperti ini pihak Shen Bok Hong akan menduduki posisi yang tak terkalah lagi.

Tatkala Soen Put-shia menyaksikan Siauw Ling bungkam diri tak berbicara tidak tahan ia lantas menegur, “Saudara Siauw, apa yang sedang kau pikirkau?”

“Panjang untuk membicarakan persoalan ini, dikemudian hari akan boanpwe jelaskan lebih seksama lagl kepada diri locianpwe!”

Berbicara sampai disitu ia lantas bergerak lebih dahulu kearah kiri.

Soen Put-shia tidak berani berayal. diam-diam dia mengempos tenaga lain…. wnuut…. ia mengirim sebuah babatan kearah semak dihadapannya

Dengusan berat berkumandang keluar dari balik alang alang, seorang lelaki kekar ber-baju hitam terpental dari tempat persembu-nyiannya setelah termakan oleh hantaman pengemis tua itu.

Pedang Siauw Ling Berkelebat mengirim sebuah sapuan kearah semk belukar itu.

Cahaya tajam, berkilat dari balik alang-ilang meuyongsong datang sebilah golok baja menyambut kedatangan pedang si anak muda Itu.

Sianw Ling segera salurkan hawa murninya kedalam pedang. dengan keras lawan keras ia sambut benturau golok itu…. Trang….! ditengah bentrokan nyaring yang menimbulkan percikan api. golok tadi terpental jatuh dari semak setelah terhajar oleh pedang Siauw Ling.

Dalam pada itu Soen Put shia telah berteriak lantang, “Cioe Cau Liong serta Kim Hoa Hujien telah melarikan diri terbirit-birit, bila anda semua masih tetap ngotot berada disini terus, berarti kalian mencari kematian buat diri sendiri.

Ditengah bentakan keras, sepasang telapak berputar serentak wuunt wuuut….! berpuluh puluh desiran tajam meluncur kearah semak kedua orang jagoan lihay ini turun tangan, dalam sekejap mata tujuh delapan orang ja-goan yang bersembunyi dibalik alang-alang mencelat keangkasa dan menderita luka pa-rah.

Tetapi dengan adanya perisitwa ini maka para jago dari perkampungan Pek Hoa-san-cung yang bersembunyi didalam semakpun jadi marah. mereka melancarkan serangan balasan yang tak kalah gencarnya. hujan anak panah serta senjata rahasiapun melanda diseluruh tempat.

Siauw Ling putar pedangnya menjadi segulung hawa pedang yang sangat kuat, dibaawah hujan senjata rahasia yang deras ia teruskan terjangannya kemuka.

Dimana ujung pedangnya menyambar. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggema memenuhi angkasa, hujan darah menyelubungi seluruh semak. kutungan tangan serta kaki mencelat dan menyebar keempat penjuru.

Soen Put-shia yang berada di pihak lain-pun tidak kalah hebatnya, angin pukulan yang ia lepaskan dahsyat laksana gulungan ombak ditengah samudra, semua babatan di arahkan kebalik semak.

Demikianlah, dibawah serangan dahsyat nya orang jago lihay ini meski jago-jago per kampungan Pek Hoa-san-cung yang bersembunyi disekitar semak amat banyak sekali namun mereka tak sanggup membendung terjangan kedua orang itn.

Dalam sekejap mata separuh dari mereka sudah tewas atau luka parah, sisanya segera mengundurkan diri terbirit-birlt dari situ sebab siapapun sadar bahwa mereka bukan tandingan dari kedua orang jagoan tersebut.

Tidak sampai sepertanak nasi kemudian, kedua orang itu telah berhasil menyapu bersih seluruh jago perkampungan Pek Hoa-san cung yang bersembunyi dibalik semak.

Sambil mencekal pedangnya Siauw Ling melayang kehadapan Soen Put-shia, kemudi-an tegurnya dengan suara lirih, “Locianpwue, kau tidak kekurangan sesuatu bukan?”

“Haaa…. haaa haaa…. sunggah beruntung Thian masih melindungi selembar jiwa ku. Nah, mumpung mereka sedang lari terbirit birit mari kita cepat cepat tinggalkan tempat ini.

“Perkataan Loocianpwee sedikitpun tidak salah.” merekapun segera lari balik kedalam gubuk.

“Apakah semua jago dari perkampungan Pek Hoa san cnng telah menguudurkun diri Sementara Si raja obat bertangan keji seger menegur.

“Berkat bantuan Soen Locianpwee, sungguh beruntung semua musuh berhasil kami pukul mundur!’

“Niat Shen Bok Hong untuk menangkap dirimu amat besar sekaii, untuk itu tak boleh terlalu lama berdiam disini “

“Baik! biar locianpwe sudi menggendong putri kesayanganmu, sekarang juga kita ber-angkat.”

Berbicara sampai disitu, dengan langknh lebar ia lantas menghampiri Siauw thay-jien, berjongkok dan berkata, “Tia, harap kau suka memberi kesempatan bagi ananda untuk menunjukkan kebaktian-ku kepada kau orang tua, mari kugendong!”

“Toako!” Sie-poa emas Sang Pat segera menyela dari samping. “Dewasa ini urusan yang paling penting bagi kita. adalah pukul mundur musuh tangguh yang menghalangi jalan pergi kita, Loo-pek serahkan saja kepadaku, tentu kau tidak keberatan bukan?”

“Tapi…. hal ini akan merepotkan dirimu.”

“Situasi yang kita hadapi sekarang amat kritis sekali, harap toako tak usah menampik lebih jauh!” seraya berkata ia lantas berjongkok menggendong Siauw Thay-jien.

Begitulah dengan Kim Lan menggendong Siauw Hujien. Sang Pat menggendong Sianw Thayjien, Siraja obat bertangan keji menggendong putrinya.

Siauw Ling segera membnka jalan dipaling depan diiringi Tn Kioe serta Giok Lan bertahan dibarisan paling belakang mereka menerjang keluar dari dalam gubuk.

setibanya dimuka rumah. terlihatlah caha-ya api berkobar diarah sebelah Utara, cahaya itu bergerak amat cepat sekali. dalam sekejap mata telah berada dekat sekali dengan rombongan.

Menyaksikan cahaya tersebut, Soen Put-shia mendekati pemuda kita dan berbisik, “Kemungkinan benar cahaya obor itu di-bawa oleh bala bantuan dari perkampungan Pek Hoa San cung, mereka datang dengan membawa lampu dus berarti jagoan yang datang pastilah jagoan yang terpilih!”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar