Rahasia Istana Terlarang Jilid 07

Jilid 7

UNTUK beberapa saat lamanya Siauw Yauw cu tidak sanggup untuk menerangkan persoalan apa yang telah disanggupi sepasang tersebut, tak kuasa hawa amarahnya berkobar, segera bentaknya.

“Kalian berdua jangan lupa bahwa tubuh kalian masih terbelenggu oleh borgol emas “

“Tentang soal ini biarpun Tootiang legakan hati selamanya sepasang pedagang dari Tiong chiu tidak pernah mohon kepada orang lain untuk membuka borgol dibadan kami.”

Seandainya tootiang cukup berbesar hati, bagaimana kalau borgol yang ada diatas tubuh Tiong-chiu Siang Ku sekalian dibuka?” sela Soen-put-shia dari samping.

Sianw Yauwcu termenung berpikir sejenak, kemudian mendongak dan tertawa terbahak-bahak.

“Apa susahnya berbuat demikian?” dengan langkah lebar didekatinya sepasang pedagang dari Tiong.chiu. dan membuka borgol yang membelenggu tubuh mereka.

Tootiang, sungkan benar kau terhadap di-riku?” jengek Tu Kioe dengan suara yang dingin seraya melepaskan otot-otot tubuhnya yang mulai menjadi kaku.

Sedangkan Sang Pat menyimpan borgol emas tadi kedalam saku dan berkata sambil tertawa.

“Tootiang, kau telah memborgol kami lama sekali. sudah sepantasnya kalau borgol emas ini diberikan kepadaku sebagai tanda pembayaran, rasanya permintaan kami ini tidak terlalu mahal bukan?”

Siauw Yauwcu kerutkan dahinya. akan rnarah, tetapi akhirnya rasa mangkelnya itu ditekan juga kedalam hati, seraya perlaban-lahan ia balik kedepan pintu ruangan. “Tootiang. kau telah melupakan satu persoalan!” seru Tu Kioe lagi dengan nada di-ngin.

“Soal apa?”

“Sudah sepantasnya kalau tootiang mengembalikan pula senjata senjata milik kami!”

“Hmm…. hmm„.orangpun telah pinto lepaskan, buat apa aku harus menahan senjata tajam milik cuwi sekalian? harap kalian menanti sejenak, pinto segera akan perintahkan mereka untuk mengembalikan senjata tersebut kepada cuwi semua.”

Habis berkata dengan langkah lebar lebar jalan masuk kedalam ruangan dan lenyap dibalik pintn.

Sepeninggalnya Siauw Yauw cu, dengan suara lirih Soen-Put-shia berbisik kepada diri Siauw Ling.

“Secara tiba-tiba toosu tua hidung kerbau ini bertindak royal, tindakannya ini justeru membuat aku sipengcmis tua mereka serba salah.”

“Ditinjau dari situasi dewasa ini rasanya keadaan telah terjerumus dalam suatu keseimbangan kekuatan yang sensitif, kita tak boleh terlalu mengikuti perasaan dalam menghadapi kejadian ini.”

“Tidak salah, baik Shen Bok Hong maupun Siauw Yauwcu sama-sama merupakan jago kawakan yang berakal panjang, tujuan dari Siauw Yauwcu membuka alat borgol di tubuh kalian bukan lain adalah ingin menciptakan suatu keadaan dimana harimau dan serigala saling bertarung sementara ia sendiri akan duduk menanti sebagai nelayan yang mujur, kita tak boleh sampai tertipu oleh siasatnya.”

Menanti pengemis tua itu mendongak kembali, tampaklah Shen Bok Hong sedang duduk bersemedi diujung perahu…. sedangkan Hek-pek jie loo berdiri dikedua belah sisinya

Dibawah sorotan sinar sang surya, tampaklah dari atas batok kepalanya secara lapat-lapat mengepul keluar selapis asap berwarna putih.

Menyaksikan perbuatan jagoan lihay itu Soen-put-shia mendehem ringan dan berkata “Rupanya Shen Bok Hong telah mempersiapkan diri untuk melangsungkan suatu pertempuran sengit, kini ia bersemedi mengatur. penapasan jelas sedang mempersiapkan diri untuk turun tangan dengan segenap tenaga kita boleh bertindak sebagai panglima pembuka jalan.”

Mendadak terdengar Suara Sianw Yauwcu berkumandang datang

“Senjata tajam milik kalian telah tiba!” Sang Pat berpaling, tampaklah dua orang dari berbaju hijau sambil membawa senjata tajam milik Tong-chiu Siang Ku sekalian sedang berjalan mendekat. tatkala tiba dihadapan mereka, gadis itu berseru, “Inilah senjata tajam milik kalian, silahkan untuk menerimanya kembali.”

Tu Kioe memungut balik senjata pit besi serta gelang peraknya sedangkan Sang Pat mengambil siepoa emasnya, kemudian serunya kepada dua orang dara tersebut, “Kalian berdua boleh cepat-cepat berlaln dari sini.” Sejak dibokong oleh Siauw Yauw cu dengan akalnya yang licik, terhadap gadis tersebut timbulah rasa was-was yang tebal.

Kedua orang dayang itu tidak membangkang setelah menjura buru-buru mereka putar badan balik kedalam ruang.

Dalam pada itu Siauw Yauw cu beserta semua penghuni perahu panca warna telah mengundurkan diri kedalam ruang perahu dan pintu ruanganpun ditutup rapat rapat.

Dengan demkian diatas geladak tinggal Siauw Ling, Soen Pat shia, sepasang pedagang dari Tiong-chiu beserta Shen Bok Hong sekalian bertiga

Selama ini Siauw Ling memperhatikan terus setiap gerak gerik dari Shen Bok Hong terlihatlah asap putih yang mengepul keluar dari atas batok kepalanya makin lama makin tebal, kurang lebih sepertanak nasi kemudian asap putih yang memenuhi seluruh angkasa itu secara tiba-tiba lenyap sama sekali hingga tak be bekas.

Siauw Ling segera meraba gagang pedang nya secara lirih bisiknya, “Hati-hati, mungkin Shen Bok Hong akan segera melakukan tindakan?”

Sang Pat berjalan kisisi Siauw Ling bisik nya.

“Apa yang harus kita lakukan?”

“Nantikan dahulu tindakan dari Shen Bok Hong, seandainya ia menunjukan tanda-tanda yang tidak menguntungkan bagi pihak kita yang paling baik ini untuk membasmi dirinya.

tampak Shen Bok Hong membuka sepasang matanya dan berpaling memandang sekejap kearah para jago, kemudian perlahan-perlahan bangun berdiri, membisikan sesuatu kesisi telinga Hek Pek Jie-loo dan dengan perlahan-lahan berjalan kedepan.

Sreeet! Siauw Ling cabut keluar pedangnya, kepada Tiong-chiu Siang Ku ujarnya dengan suara berat-

“Kalian jagalah disini, jangan sembara-ngan bergerak!” perlahan-lahan lapun maju menyongsong kehadiran iblis sakti tersebut.

Untuk beberapa saat lamanya, timbul rasa serba salah dalam hati Sianw Ling, ingin sekali ia gunakan kesempatan ini untuk melenyapkan diri Shen Bok Hong, namun iapun merasa bahwa tidak sepantasnya ia melangsungkan pertempuran sengit dengan Shen Bok Hong dalam waktu dan keadaan seperti itu. sebab menang atau kalah Siauw Yauwcu lah yang bakal mengeruk keuntungan dari kejadian tersebut.

Sementara otaknya masih berputar, ia Sudah saling berjumpa muka dengan diri Shen Bok Hong ditengah geladak.

Jarak diantara mereka berdua cuma terpaut empat lima depa belaka, dan tatkala itu kedua belah pihak sama sama berhenti.

“Samte!” sapa Shen Bok Hong sambil menghela napas panjang.

“Ada urusan apa?” tanya Sianw Ling setelah tertegun sejenak.

“Sudah lama sekali kita tidak saling berjumpa muka!”

“Siauw Ling termenung berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata.

“Shen toa Cung en. kau ada urusan apa? silahkan diutarakan keluar!”

“Samte, dengan panggilan semacam itu kau sebut kakakmu, apakah tindakan ini tidak sedikit keterlaluan?”

“Tidak mungkin bagi dua orang yang berbeda cita cita lain untuk bekerja sama, hubungan persaudaraan diantara kitapun sudah sepantasnya putus sampai disini saja.

“Jadi kalau begitu, samte memang ada maksud hendak memusuhi diri Siauw heng?

“llmu silat yang Shen Toa cung cu miliki sangat lihay. sejak semula aku orang she Siauw sudah merasa kagum apabila kau sudi memberi petunjuk beberapa jurus kepada aku Siauw Ling merasa amat berterima kasih.”

Air muka Shen Bok Hong segera berubah jadi keren dan serius, katanya, “Dalam hati kecil siauw-heng. terdapat beberapa patah perkataan yang rasanya rasanya menyumbat didalam tenggorokanku, kalau tidak ku utarakan keluar rasanya tidak leluasa sekali.”

“Silahkan kau utarakan keluar, dengan senang hati aku orang she Siauw akan mengikutinya.”

“Empek Siauw telah kami jempnt kembali dan kini beliau berada dalam perkampungan Pek Hoa san-cung.”

Beberapa patah kata ini bagaikan Sambaran guntur yang membelah bumi disiang hari bolong seketika membuat Siauw Ling terjelos.

Setelah berdiri menjublak lama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

“Aku tidak percaya!” serunya kemudian.

“Tempo dulu sikap mereka terhadap empek kurang sopan dan tidak halus, maka kali ini siauw-heng telah menegur mereka habis-habisan dan telah memesan pula kepada mereka agar jangan lupa melayani kedua orang itu secara baik-baik. Agar supaya orang tua-mu kerasan, aku telah mengutus empat orang dayang cantik-cantik serta dua orang kacung ku untuk melayani mereka, bahkan Kim Lan serta Giok Lan pun berada disisi Pekbo.”

“Omong kosong!”

Shen Bok Houg tidak marah. Sambil tertawa hambar ujarnya kembali, “Apa yang siauw-heng ucapkan adalah kata- kata yang jujur, kalau saudara Siauw tidak man percaya, aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi,”

“Aku tetap tidak percaya!” Sinar mata Shen Bok Hong segera dialihkan keatas wajah Hek Pek Jie ioo, katanya lagi.

“Kalau kan tidak percaya tanyakan saja kepada mereka, maka kau akan segera merasa yakin bahwasanya apa yang cayhe ucapkan sedikitpun tidak bohong….”

la mendongak dan tertawa lantang, ujar-nya lebih jauh.

“Si pencuri sakti Siang Hwie menganggap dirinya pintar, padahal gobloknya luar biasa seandainya ia mengantarkan kedua orang tua itu sedikit jauh lagi, mungkin siauw-heng tidak akan berhasil mendapat tahu keadaan mereka sayang sekali ia cuma berputar disekitar seratus lie saja perkampungan Pek Hoa san-cung, bukankah Siauw-heng sengaja bicara mengibul, hembusan angin serta goyangan rumput yang berada seratus lie disikeliling daerah kekuasaanku dapat siauw heng ketahui dengan amat mudah sekali.”

“Ehmmtn. perkataannya memang tidak salah,” Pikir Siauw Ling didalam hatinya.” Mata-mata dari perkampungan Pek Hoa-san-cung memang terkenal akan ketajamannya, seandainya Siang Hwie cuma berputar diseratus li belaka di perkampungan Pek-hoa san -cung, jejak mereka pasti bisa konangan….”

Dalam pada itu secara diam-diam Shen Bok Hong memperhatikan perubahan air muka Siauw Ling tatkala menyaksikan si-anak muda itu sudah mulai percaya dalam hati merasa amat girang sekali. Namuu di-luar ia bersikap serius, ujarnya kembali-

“Cioe Jie-te pintar dalam menghadapi urusan kecil, bodoh dalam menghadapi urusan besar. tidak sepantasnya kalau Siauw-heng serahkan rencana mengnndang kedua orang tua mu kepada dirinya, ditambah pula ketika itu Siauw-heng sedang terlalu sibuk, tiada waktu bagiku untuk, mengurus persoalan lain, sehingga akhirnya terciptalah keadaan yang semrawut…. Aaaai….! bila teringat kejadian kejadian masa lampau Siauw-heng merasa amat tidak tenteram!”

Keteguhan hati Siauw Ling mulai goyang dibuatnya, tanpa sadar hatinya mulai mempercayai perkataan dari Shen Bok Hong, untuk sesaat ia tak tahu apa yang harus diucap kan keluar.

Tampak Shen Bok Hong, menghela napas ringan lalu berkata lagi, “Sam-te, apabila kau suka bekerja sama dengan Siauw heng, dengan senang hati aku Siauw-heng…. sambut kembali dirimu….”

Sekalipun kedua orang tuaku benar-benar terjatuh kembali ketanganmu, tidak nanti aku orang she Sianw sudi bekerja sama lagi dengan dirimu!” sahut Siauw Ling dingin “Apabila sam-te ngottot tidak mau bekerja sama jnga dengan diri Siauw-heng aku orang pun tidak akan terlalu memaksa dirimu!”

“Selama napasku masih berjalan dan jantungku masih berdenyut, jangan harap aku sudi bekerja sama lagi dengan dirimu.”

“Aaaa….! perubahan yang terjadi pada seseorang memang sukar ditemukan, Siauw-heng sama sekali tidak menyangka kalau aku bisa berjumpa muka lagi dengan diri Sam-te diatas perahu panca-warna ini….” ia merandek sejenak mendadak dengan suara keras ben-taknya.

“Perkataan diri Siauw-heng hanya sampai disini saja, apabila Sam-te ada perkataan yang hendak disampaikan kepadaku, boleh kau ucapkan sekarang juga.”

Semula dalam hati Siauw Ling masih terliput perasaan sangsi, namun setelah mendengar nada suara Shen Bok Hong secara tiba-tiba berubah jadi keras, hatinya jadi tertegun

“Tidak perkataan lain yang akan kuucapkan,” sahutnya

“Kalau begitu bagus sekali, sekarang tenagamu telah digunakan oleh orang, apabila kau memang benar-benar ingin bergebrak dengan diriku. sekarang juga kau boleh turun tangan.”

Siauw Ling gelengkan kepalanya lalu mundur kebelakang.

Sang Pat buru-bnru maju menyangsong, tanyanya.

“Siauw toako, apa saja yang kau bicara-kan dengan Shen Bok Hong….?”

“Aaaai…. habislah sudah, susah payah kita selama ini telah menemui kehancuran total.”

“Apa yang telah terjadi?” seru Soen-put-shia.

“Dapatkah persoalan itu kau beritahukan kepada aku sipengemis tua?”

“Dengan mengeluarkan segenap tenaga serta kemampuan yang kumiliki ditambah pula memperoleh bantuan dari Loocianpwe, kami telah berhasil menolong kedua orang tuaku dari perkampnngan Pak Hoa san-cung, tapi sayang aaai mereka kena ditangkap kembali oleh Shen Bok Hong dan dida-lam perkampungan Pek Hoa san cung….”

Mendengar kabar berita itu Soen-put-shia serta Tiong-chiu Siang Ku saling berpandangan dengan mulut melongo, siapapun tidak tahu apa yang harus diucapkan dalam keadaan seperti itn.

Setelah termenung beberapa saat lamanya, dengan suara lirih Sang-pat berkata. “Toako, apa rencanamu selanjutnya?”

“Aaai…. Sianw-heng sendiri merasa serba salah.”

“Apakah Shen Bok Hong telah berjanji ke padamu, setelah meninggalkan tempat in dia akan mengajak dirimu, untuk bersama-sama menjumpai kedua orang tuamu?” tanya Soen put- shia.

“Menurut pandangan aku si pengemis tua, kemungkinan besar Shen Bok Hong sedang menggunakan akal untuk menipu dirimu.

Tetapi persoalan ini merupakan masalah yang besar aku sipengemis tua tidak berani mengambil keputusan apa-apa lebih baik Siauw thaybiap sendirilah yang memutuskan”

“Baiklah biar aku bercakap-cakap dulu dengan dirinya,” kata Sang Pat dengan langkah lebar ia segera berjalan kedepan.

“Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong sangat lihay. Sang heng, kau harus hati-hati,” Siauw Ling memperingatkan.

Tak usah toako kuatirkan, dalam keadaan seperti ini Shen Bok Hong tidak akan turun tangan keji terhadap diriku.”

Dengan langkah lebar ia segera berjalan kehadapan Shen Bok Hong dan berhenti tiga depa dihadapan iblis tersebut, seraya menju-ra tegurnya.

“Shen toa Cung Cu Cayhe adalah sie-poa emas Sang Pat, kau tahu bukan akan diriku?”

“Telah kuketahui namamu sejak tadi,”

“Ha ha ha ha Shen Toa Kung-cu, apakah kau sudah lama mendengar nama besarku?”

“Ehm, pernah mendengar dari orang lain.”

“Cayhepun tidak lama berselang baru mendengar akan nama besar dari Shen Toa Cung cu.”

Rupanya Shen Bok Hong hendak mengumbar hawa amarahnya, tetapi dengan cepat ia tekan golakan hati tersebut.

“Benarkah kedua orang tua Siauw toako kami telah kalian tangkap dan kau jebloskan kembali kedalam perkampungan Pek Hoa san cung?” tanya Sang Pat dengan wajah serius.

“Telah kuberitahukan berita ini kepada diri Siauw Ling.”

Tetapi ia tidak mempercayai perkataan dari kau Shen Bok Hong, dan minta cayhe untuk datang kemari membicarakan lagi persoalan ini.”

Ia merandek sejenak lalu sambungnya.

“Maksud Siauw toako kami, apabila perkataan Shen Toa Sung-cu tidak salah, ia sangat berharap agar kau bisa mengeluarkan suatu tanda bukti yang menunjukkan bahwa perkataanmu tidak bohong.”

“Kalau tidak mau percaya ya sudahlah. Apa perlunya aku harus repot repot memenuhi permintaannya!?” teriak Shen Bok Hong gusar.

Sang Pat tertawa hambar,

“Seandainya kami bisa turun tangan membinasakan diri Shen Toa Cung cu lebih dahulu. kemudian baru menolong orang tua dari Siauw toako. rasanya tindakan ini jauh lebih gampang lagi.”

Shen Bok Hong tertawa mendengar perka-taan itn, lama sekali ia termeuung, kemudiao ujarnya, “Aku tidak merasa kalau ditempat ini dapat bertemu dengan saudara Siauw, dari mana aku bisa membawa barang bukti “

“Damai akan mendatangkan harta, inilah syarat penting bagi kita orang yang berdagang….” ia merandek sejenak, kemudian tambahnya, “Siauw toako kami ingin sekali mendapatkan jaminan dari Shen Toa Cung-cu untuk bertemu satu kali dengan kedua orang tua-nya.”

“Dewasa ini mati hidup kitapun sukar di-ramalkan, apakah kalian tidak merasa kepagian mengucapkan kata-kata seperri itn?’

“Perkara mati hidup akan kami atur sendiri, tidak perlu Shen Toa Cung cu kuatirkan lagi!”

“Umpamanya setiap yang ada diatas pe-rahu panca warna ini bakal modar semua, rasanya kau orang she Shen akan merupakan manusia terakhir yang hidup disini.”

“Haa…. haa haa…. tentang soal ini harus lihat dulu bagaimanakah perubahan situasi selanjutnya! Kemungkinan besar akan ter-jadi perubahan yang diluar dugaan dan sebaliknya Shen Toa Cung-cu akan merupakan korban pertama!”

Shen Bok Hong mendengus dingin, sinar matanya yang seram dan menggidikkan hati itu menatap wajah Sang Pat tajam-tajam, lama sekali ia membungkam dalam seribu bahasa.

Sang Pat yang ditatap seperti itu seketika merasakan suatu kekuatan yang maha dah-syat memancar keluar dari sepasang matanya membuat hati terasa bergidik dan bulu roma pada bangun berdiri. Dengan cepat ia mele-ngos kesamping seraya berkata, “Shen Toa Cnng-cu bagaimana keputusan-mu? Harap cepat-cepat sampaikan kepada diri cayhe. sebab aku orang she Sang pun hurus memberi laporan kepada toako kami.”

“Katakan kepada Sianw Ling bahwa aku kabulkan permintaannya.”

“Cnma bicara kosong belaka tiada guna.”

“Apakah kan inginkan orang she Shean angkat snmpah dihadapanmn?….” teriak Shen Bok Hong semakin marah

“Sekalipun kau angkat sumpahpun, belum lentu kami suka mempercayai janjimu itu.”

“Apabila aku orang she Shen berhasil meninggalkaa perahu ini, orang pertama yang akan kubunuh adalah kalian sepasang pedagang dari Tiong chiu….” sumpah iblis tersebut

“Aaaah, itu sih kejadian dikemndian hari’ sekarang keadaan Shen Toa Cung cu bagaikan berada diwuwungan yang rendah, mau atau tidak kau harus tundukan kepala juga.”

Seandainya mengikuti maksudku, apa yang harus kulakukan??7″

“Tentang soal ini sulit untuk dikatakan….”

Belum habis ia bicara, tiba-tiba tampak dua ekor burung merpati berputar satu lingkaran ditengah udara kemudian melayang turun dan hinggap diatas bahu Shen Bok Hong.

Menyaksikan kehadiran burung data tersebut, Shen Bok Hong mendongak dan tertawa terbahak-bahak. mendadak dari sakunya ia ambil keluar dua buah benda kecil yang di sisipkan kedalam sayap burung dara tersebut.

Kedua ekor burung dara itu segera pentang sayapnya melayang kembali ketengah udara.

Pintn ruang perahu yang tertutup rapat-rapat tersebut mendadak membentang lebar, dua titik cahaya kilat meluncur keluar langsnng menghajar burung dara itu.

“Kawanan tikus, kalian berani main curang!” hardik Shen Bok Hong penuh kegusaran, tangan kanannya segera diayun pula kedepan.

Dua titik cahaya putih laksana kilat meluncur ketengah udara.

Traaang…. terjadi bentrokan nyaring ditengah angkasa, cahaya berkilat yang meluncur belakangan berhasil disampak rontok olah golok terbang Sheu Bok Hong, namun cahaya kilat yang meluncur dahulu tadipun berhasil menghajar seekor burung dara, tidak ampun lagi burung itn jatuh binasa kedalam sungai.

Rupanya burung-burung dara itu telah memperoleh didikan yang ketat sekali, menyaksikan rekannya binasa. burung tersebut dengan cepat menukik kebawah, dengan hampir menempel diatas permukaan sungai dia terbang lebih jauh kedepan, maka dalam sekejap rnata telah lenyap tak berbekas.

Tiba-tiba, pintu ruang perahu terbentang lebar diikuti Siauw Yauwcu sambil mencekal pedang munculkan diri diatas geladak. Di belakang tosu itu mengikuti dua belas orang bocah berbaju hijau, sepuluh orang mencekal pedang dan dua orang mencekal tabung besi air beracun serta jarum beracun. “Tabung besi yang dibawah bocah berbaju hijau dibelakang Siauw Yauwcn itu berisikan jarum beracun serta air beracun yang biasa dahsyatnya,” bisik Sang Pat lirih…. Kesempatan bagi kita tidak banyak lagi, bila Shen Toa Cungcu masih ragu-ragu juga, mungkin waktu tidak akan mengijinkan lagi.

Shen Bok Hong yang terkenal akan kegagahan serta kedahsyatannya dalam dunia persilatan ini ternyata dibikin apa boleh buat oleh keadaan yang mengancam dirinya, ia mendongak menghembuskan napas panjang, perlahan lahan dari sakunya ambil keluar sebuah Kim-pay dan katanya.

“Tanda pengenal ini merupakan Kim-pay paling tinggi dalam perkampungan Pek Hoa. san-cung, barang siapa pnn yang membawa Kim pay tersebut berarti sama halnya dengan kehadiran aku orang she Sheng pribadi. Dengan membawa Kim-pay ini masuk kedalam perkampnngan Pek Hoa-san-cung, bukan saja tiada orang yang beranl menghalangi jalan pergi kalian gemua, bahkan akan disambut dengan penuh kehormatan.

Sang Pat Sadar bahwasanya kepandalan silat yang dimiliki iblis tersebut amat lihay, ia tak berani bertindak gegabah, maka serunya.

“Lemparkan saja benda itu kemari!”

“Htnm! kecil benar nyalimn,” jengek Shen Bok Hong sambil melemparkan Kim pay tersebut ketangannya.

“Bukan nyalikn terlalu kecil. adalah disebabkan nama busukmu Sudah amat terkenal dalam dunia persilatau, mau aku harus bertindak waspada….”

“Masih ada satu persoalan lagi hendak ku sampaikan kepadamn. Kim-pay ini hanya bisa digunakan satu kali saja, pada saat Sianw Ling menyerahkan kembali Kim-pay tersebut kepadaku berarti pula saat kematian bagi kalian sepasang pedagang dari Tiong-chiu. Aku orang she Shen tidak pernah main gertak sambal atau mengancam, setiap perkataan yang telah kuantarkan bisa kulaknkan tanpa menyesal.

Sang Pat tidak mengubris diri Shen Bok Hong lagi, ia putar badan dan berjalan mendekati Siauw Ling.

Dalam pada itu Siauw Yauw cu yang berada dikalangan telah meloloskan pedangnya dari dalam sarung, sepuluh orang bocah berbaju hijau pun telah menyebarkan diri membentuk Suatu barisan pedang dan siap menantikan serangan lawan.

Sang Pat dengan membawa Kim-pay itu balik kerombongannya, dengan suara lirih ia ceritakan apa yang dialaminya barusan kepada diri Siauw Ling.

Habis mendengarkau kisah tersebut. Soen Put Shia berbisik lirih.

Berbicara dari situasi yang ada dewasa ini. kita beberapa orang mempunyai kekuatan imbangan dari kedna belah pihak yang berlawanan. seandainya kita membantu Shen Bok Hong, maka Su Hay Koenc merasa tiada keyakinan untuk merebut kemenangan sebaliknya kalau kita membantu Siauw Yauw cu maka Shen Bok Hong akan merasa keadaannya terancam. Namun perduli siapapnn yang kita bantu maka hasil yang kita peroleh cuma dendam ditambah dengan dendam. setelah kita berhasil membunuh Shen Bok Hong…. maka Su Hay Koencu tidak akan melepaskan kita. Kalau kita pertimbangkan lebih lanjut aku rasa dalam situasi seperti ini maka lebih baik kita tetap pertahankan posisi yang seimbang ini lebih jauh.”

“Kalau kita bisa membiarkan mereka ber dua saling bertempur sampai sama sama luka itulah lebih bagus lagi, dengan ambil kesempatan itu kita bisalenyapkan bibit bencana tersebut bagi umat Bulim,” kata Tu Kioe.

Siauw Yauwcu sudah merasa amat menyesal sekali karena perhitungan meleset dan melepaskan saudara Siauw dari belenggu, ia melepaskan borgol ditubuh sepasang Tiong cu pun disebabkan keadaan yang mendesak. Dengan perhitungannya yang panjang serta akalnya yang licik. baik sitoosu hidung ker-bau maupun Shen Bok Hong tidak nanti akan membiarkan kita orang berdiri sebagai nelayan yang menunggu rejeki….”

Dalam pada itu terdengar Sianw Yauw-cu berseru lantang.

Soen-put-shia, kau adalah Tiang loo perkumpulan Kay-pang yang amat tersohor namamu dalam dunia persilatan. pinto perca-ya bahwa yang pernah kau ucapkan tidak di ingkari kembali.”

“Tidak salah,” sahut Soenpnt-shia sambil maju kedepan. Apa yang pernah aku pengemis tua sanggupi. baik aku terjun keapi, terjun ke air maupun aku akan terjun kedalam air tidak akan kuingkari.”

32

“Kau telah sanggupi diri pinto, setelah pinto membebaskan Siauw Ling serta Tiong-chiu siang-Kn dari belenggu maka kalian akan bekerja sama menawan Shen Bok Hong. Perkataan itn masih mendengung disisi telingaku. rasanya Soen-heng pun belum melupakannya bukan?”

“Tentang soal itu? haaaa…. haaa…. haaa…. aku pengemis tua sih memang kepingin menyanggupi, sayang sekali tindakan tootiang terlalu cepat sebelum aku sipengemis akan menyanggupi kau telah melepaskan borgol ditubuh Siauw Ling. Eeeeei…. hidung kerbau pikirlah lagi dengan seksama, bukankah perkataanku ini tidak salah?”

“Apa yang kau ucapkan ketika itn?” teriak Siauw Yauw cu dengan wajah jadi berubah hijau membesi.

“Aku sipengemis tua berkata bahwa dengan kekuatanku seorang bukanlah tandingan dari Shen Bok Hong, bukankah begitu?”

“Tidak salah. kemudian?”

“Kemudian tootiang hendak membuka borgol ditubuh Tiong-chiu-siang-ku, tapi entah apa sebabnya telah membuka borgol ditubuh Siauw Ling.”

“Mengapa pinto membebaskan Siauw Ling dari belenggu borgol/”‘

“Apakah tootiang mengharapkan kami suka turun tangan menghadapi Shen Bok Hong?”

“Memang demikianlah maksudku. Shen Bok Hong adalah penjahat besar yang telah tampak mencelakai umat Bu-llm, kejahatan bertumpuk-lumpuk dan perbuatannya terkutuk, sekalipnn kalian tidak sudi mengabulkan permintaan dari pinto sudah sepantasnya bagi kalian untuk turun tangan membinasakan dirinya dan melenyapkan bibit bencana bagi umat Bn-lim.?

Meskipun perkataanmu tidak salah, sayang seribu sayang Koen-cu kalianpun bukan termasuk manusia baik-baik, daripada melenyapkan satu iblis tapi membiarkan iblis yang lain tetap hidup sentosa, lebih baik ke dua-duanya tak usah dibasmi semua.

“Jadi kalau begitu. Soen- heng benar-benar akan mengingkari janjimu sendiri?”

“Aku sipengemis tua tak pernah menjanji kan sesuatu kepadamu. Hey hidung kerban busuk tiada gunanya kau panasi hatiku.”

Sianw Yauw-cu menghela napas ringan katanya penuh rasa sesal, “Semestinya pinto harus paksa kau buka suara terlebih dahulu baru membuka borgol ditubuh mereka. seandainya begitu tidak nanti aku menderita kerugian seperti ini kali.”

“Bagaimana cerdiknya seorang. suatu kali ia akan melakukan kesalahan juga, rasanya peristiwa ini bukan terhitung sebagai suatu masalah besar! “

“Yaaah…. anggap saja kau tidak pernah menyanggupi “

“Tak bisa kau katakan begitu, aku pengemis tua tak pernah menyanggupi yang tak pernah, kenapa kau bilang anggap-anggap Segala.”

“Persoalan ini susah sekali, untuk apa diributkan lebih jauhpun percuma. saat ini pinto ada perkataan penting yang hendak ditanyakan kepada diri Soen-heng.”

“Setelah ada kejadian semacam tadi, kali ini kita harus berbicara yang lebih jelas.”

“Seandainya pinto akan turun tangan melenyapkan bibit bencana bagi umat Bu-lim dan bergebrak melawan Shen Bok Hong, bagaimana sikap Soen-heng? Siapakah yang akan kau bantu”

“Tentang soal ini sulit bagi akn sipengemis tua untuk menentukan akn harus memikirkannya lebih jauh sebelum menjawab.”

Meskipun dalam hati Siauw Yauwcu merasa amat gusar sekali,namun ia tak berani turun tangan secara gegabah, bagaimanakah ilmu sllat yang dimiliki Siauw Ling telah ia saksikan sendiri tadi, ia yakin bahwa kepandaiannya masih sukar menandingi si anak muda itu, ditambah pula baik Soen Pnt-shia maupun sepasang pedagang dari Tiong-chiu sama-sama merupakan jagoan kenamaan yang Sudah lama tersohor dikolong langit. seandainya keempat orang ini berpihak pada diri “Shen Bok Hong, kemungkinan besar posisi-nya akan terancam mara bahaya.

Selama ini Shen Bok Hong hanya berdiri membungkam terus disisi kalangan sembari mengempos tenaga dalamnya siap menghadapi serangan mnsuh, iapun memperhatikan situasi perubahan ditengah kalangan, otak-nya berputar mencari akal untuk mengatasi masalah tersebut.

Suasana hening beberapa saat lamanya, seperminum teh kemudian akhirnya Siauw Yauw-cu tak sanggup menahan diri, tegurnya dengan nada dingin, “Soen-heng. bagaimana kepatusanmu?! Harap kau suka menjelaskan lebih terang lagi.”

Sinar mata Soen Put-shin berputar meman-dang pula keatas Siauw Yauw cu, akhirnya sambil tertawa ia berkata, “Menurut pandangan aku sipengemis tua. lebih baik petarungan ini hari dibatalkan saja,”

“Mengapa??”

“Bukannya aku sipengemis tua terlalu pandang rendah dirimu, apabila kau ingin mengandalkan kepandaian silatmu saja untuk membekuk Shen Bok Hong, maka kau pasti akan dikalahkan dengan mengenaskan sekali. De-wasa ini posisimu Jauh lebih unggul dari pihak lain, hal ini disebabkan jumlah orang-mu jauh lebih besar, disamping itu berada diatas perahu. Justrn “karena Shen Bok Hong tidak pandai ilmu dalam air maka ia suka bersabar terus sampai kini/’

•’Kesempatau sebaik ini tidak akan dijumpai lagi dikemudian hari, bila peluang ini kita buang dengan sia-sia, maka sulitlah bagi kami untuk membinasakau diri Sben Bok Hong dikemudian hari!”

Soen Put-sbia gelengkau kepalanya berulang kali.

“Masih ada satu persoalan yang mungkin masih belum diketahui oleh kau sibidung kerbau!”

“Persoalan?”

“Aku sipengemis tua maupun Siauw Ling sama-sama tidak mengerti ilmu dalam air, apabila kalian benar-benar ingin bertempur, lebih baik janganlah langsungkan pertarung-an ini diatas air.”

“Tetapi sayang sekali pada saat ini cuwi sekalian sedang berada ditengah sungai, setiap bocah lelaki manpun gadis cantik yang ada diatas perahu panca warna ini rata-rata pandai semua ilmu dalam air, apabila kallam memaksa diri cayke terus menerus, terpaksa kami akan tenggelamkan perahu panca war-na ini. dan kalian akan berusaha kami tangkap didalam sir!”

Pada saat itu Siauw Ling merasa kuatir sekali atas keselamatan kedua orang tnanya ia takut kedua orang tuanya benar-benar telah ditawan Shen Bok Hong dan dibawa masuk kembali kedalam perkampungan Pek Hoa san-cung. disamping itu pun takut terlalu memaksa diri Shen Bok Hong sehingga mengakibatkan dia bekerja sama dengan Su Hay Kocn-cu, maka dengan suara dingin segera tukasnya, “Aku rasa tootiang tidak akan memperoleh kesempatan untuk menenggelamkan perahu ini.”

“Benar, agar kita bisa lolos dari keadaan yang amat bahaya ini. agaknya untuk sementara waktu harus berhubungan lebih dahulu dengan pihak Shen Bok Hong.” Soen Put-shia menambahkan.

Sinar matanya beralih keatas wajah gembong iblis itu, tambahnya dengan suara dingin ;

“Bagaimana dengan pendapat Soen Toa cung-cu sendiri?”

Shen Bok Hong tertawa hambar.

“Waktu dikemudian hari masih panjang sekali, cayhepnn tidak terlalu memburu waktu kalau memang Soen-heng berkata demi-kian aku orang she Sheu akan menurut saja.” Katanya.

“Haaa…. haaaaa…. snugguh tak nyana ini hari kau orang she Shen harus tundnk seratus persen kepada aku sipengemis tua?”

Mendadak Siauw Ling loncat kedepan dan menghadang didepan pintu ruang perahu, serunya, “Tootiang. lebih baik baru segera turun-kan perintah agar, perahu ini menepi”

Diam-diam sarung tangan kuht ular sakti nya dikenakan diatas tangan untuk siap men jaga sesuatu tak tak diinginkan.

Dam-diam Siauw Yauw-cu mempertimbangkan kekuatan musuh serta kekuatan sendiri, ia sadar bahwa tidak mungkin bagi pihaknya untuk merehut kemenangan, maka setelah termenung beberapa saat lamanya ia pun turunkan perintah untuk menjalankan perahu kedalam daratan.

Setelah perahu menepi Shen Bok Hong serta Hek Pek Jie loo loncat naik keatas daratan lebih dahulu disusul Siauw Ling, Soen Put-shia serta Tiong-chiu-siangcu pun mendarat.

Menanti semua orang sudah berada diatas daratan, merekapun menghembuskan napas lega. rasa tegang yang selama ini menyeli-muti wajah mereka seketika tersapu lenyap.

Shen Bok Hong berpaling memandang sekejap kearah perahu panca warna itu, kemudian teriaknya, ” Siauw Yauw tootiang, aku orang she Shen telah minta penunjuk perahu panca warna-mu.apabila tootiang punya keberanian, sllah-kas datang berkunjung kedalam perkampung-an Pek Hoa san cung kami.

“Siauw Yauw tootiang tertawa dingin, tanpa mengucapkau sepatah katapun ia memerintahkan jaiankan perahu meninggalkan tem pat itu.

Dalam sekejap mata perahu tersebut telah meajauh dari pandangan dan akhirnya lenyap tak berbekas.

Sepeninggalnya perahu panca warna itu, Shen Put shia alihkan sinar matanya kearah Shen Bok Hong lalu menjengek dingin, “Shen Toa cnng-cu, akhirnya aku sipengemis tua berhasil juga menyaksikan seorang yang disegani seluruh umat Bu Iim mengalami keadaan yang amat mengesankan sekali.”

“Hmmm! apabila aku seorang she Shen tidak naik keatas perahu panca warna tepat pada saatnya, mungkin kalian berempat tidak akan berhasil meninggalkan perahu tersebut dengan gampang.”

“Pada saat ini kedudukan kita adalah satu banding tiga, kedua orang bawahan Shen Toa Cung-cu pun sudah mengalami luka berat pada lengannya, mampukah mereka lanjutkan pertarungan ini, rasanya tak usah di-katakan pun sudah amat jelas sekali.

Sinar mata Shen Bok Hong berputar memandang sekejap suasana disekeliling tempat itu kemudian sambil tertawa hambar jawab-nya, “Tempat ini merupakan daerah kekuasaan dari aku orang she Shen, apabila kita sam-pai bertempur. dalam satu jam kemudian bala bantuanku pasti akan mengalir datang semua.”

Mendadak Sianw Ling tampil kedepan dan berjalan kehadapan gembong iblis itu kemudian bertanya, “Shen Toa Cnng-cu, seteiah ini kau hendak pergi kemana “

“Kembali ke perkampungan Pek Hoa-san-cnng.”

“Cayhe ingin sekali ikut berkunjung ke perkampungan Pek Hoa-san-cung agar cayhe bisa berjumpa dengan kedua orang tuaku.”

Shen Bok Hong termenung berpikir sejenak, laiu menyahut, “Sang Pat telah membawa tanda pengenai Kim-pay miiikku, setiap saat setiap waktu kalian bisa berkunjung kedalam perkampungan Pek Hoa-san-cung tanpa hadangan, akn rasa Siauw-heng lebih baik berangkat lebih duluan.”

“Apabila Toa cung-cu tidak mau membe-rikan janji kepadaku, tidak nanti kau bisa tinggalkan tempat ini dengan gampang.”

“Haaaa…. haaa…. haaa…. sam-te, apakah kau benar benar hendak memaksa aku turun tangan?!”

“Aliran yang berbeda sukar untuk hidup berdampingan. hubungan persaudaraan dian-tara kita telah punah, tak usah kau sebut diriku sebagai saudara lagi.”

“Sam-te! Misalkan kau paksakan diri juga untuk bertarung melawan diriku, baik menang atau kalah kau tidak akan dapat menolong kedua orang tuamu.”

Siauw Ling tarik napas panjong, telapak kanannya perlahan-lahan diangkat keatas serunya.

“Aku masih ingat Shen Toa Cung cu pernah mengatakan bahwa antara aku Siauw Ling dengan kau Shen Toa Cung-cu cepat atau lambat pasti akan melangsungkan juga suatu pertarnngan yang menentukan mati hidup kita berdua, apabila pertarungan ini memang tak bisa dihindari lagi. lebih baik kita selesaikan sekarang juga. Nah. mulailah turun tangan \”

Senyuman yang menghiasi wajah Shen Bok Hong seketika lenyap tak berbekas, air mukanya jadi dingin dan serius, serunya, “Apabila saudara Siauw memang memaksa diriku terus menerus. akupun tidak akan menampik lagi ajakanmu itu. Nah, cabutlah senjatamu itu!”

Soen Put-shia rentangkan tangannya melemparkan sebilah pedang kearah anak muda itu.

Setelah mencekal pedang, kata Siauw Ling. Tempo dulu cayhe pernah mendapat budi kebaikan dari dirimu, ini hari aku akan mengalah tiga jurus bagi dirimu.”

“Saudara, apakah kau merasa amat yakin dapat mengalahkan diriku”

“Yakin benar sih tidak, aku orang she Siauw sadar bahwa ilmu silat yang Shen Toa Cung-cu miiiki amat lihay sekali, dalam pertarungan ini hari aku tak berani menjamin siapakah yang bakal menemui kekalahan.”

“Apabila kau memang tiada keyakinan untuk menangkan diriku, apa gunanya kau pak sakan terus diriku untuk bergebrak?!”

Sementara Siauw Ling hendak menjawab, tiba-tiba Sang Pat menimbrung dari samping.

pada saat ini Shen Toa Cung-cu tentu Sudah amat lelah sekali, sekalipun toako menang, kemenangan ini tidak didapatkan secara gemilang, bukanknh kita sudah mendapatkan tanda Kim-pay untuk mengunjungi perkampungan Pek Hoa-san-cnng? Aku rasa pertarungan ini hari lebih baik dibatalkan saja.”

Siauw Ling mengerti bahwa Sang Pat ada-lah seorang manusia yang berakal panjang. secara tiba-tiba ia mengucapkan kata-kata tersebut pastilah dibalik perkataan itu ter-sembunyi pula maksud-maksud tertentu, namun keadaan pada saat ini bagaikan menunggang dtpunggung harimau, sulit baginya untuk mengundurkan diri lagi, maka dengan alis berkerut ia bungkam dalam seribu bahasa,

Shen Bok Houg tersenyum, tiba-tiba ia putar badan dan berseru kepada Hek Pek Jie loo, “Mari kita pergi.

Memandang hingga bayangan punggung ke tiga orang itu lenyap dari pandangan, Siauw-Ling baru putar kepala memandang kearah Sang Pat, katanya, “Perkataan Siauw Yauwcu sedikitpun tidak salah, setelah ini hari lepaskan diri Shen Bok Hong, mungkin dikemudian hari sulit sekali untuk memperoleh kesempatan yang sebaik ini lagi.

“Haa…. haaa…. siraja obat bertangan keji telah datang, ia baru ingin berjumpa dengan diri toako. katanya ada urusan penting hendak disampaikan kepada dirimu.”

“Sekarang ia berada dimana?”

“Berada disemak belukar sebelah kiri.” Siauw Ling berpaling, sedikit tidak salah tampaklah siraja obat bertangan keji dengan membawa anjing hitam milik Sang Pat sedang berjalan menghampiri dirinya.

Tubuhnya yang kurus kecll ditambah pula pakaiannya berwarna hitam dan kulit wajah kaku, sewaktn berjalan agaknya tiada berada dengan sesosok mayat hidup.

“Hey siraja obat berrangan keji kiranya kau masih belum mampus!”seru Soen-put shia sambil mendehem.

Dengan pandangan dingin si raja obat memandang sekejap kearah Soen-put-shia lalu menjawab.

“Eeeei pengemis tua. hitung-hitung mungkin kaulah yang bakal modar lebih dahulu daripada lo-hu.”

Ia alihkan sinar matanya keataa wajah Siauw Ling kemudian nenambahkan.

“Kedua orang tuamu telah ditangkap kembali oleh anak buah Shen Bok Hong dan di. gusur kedalam perkampungan Pek Hoa-san-cung.”

“Tahukah loocianpwe, dimanakah mereka ditawan???”

Tok-chin Yok Oong angkat kepala menghembuskan napas panjang kemudian menjawab, “Saat ini mereka berada didalam sebuah rumah petani kurang lebih lima lie dari sini….”

Aaaah jadi mereka tak berada didalam perkampungan Pek Hoa-san cung???….”

“Mereka telah berhasil loo hu selamatkan!”

“Apakah kedua orang tuaku dalam keadaan baik???”

“Ayahmu ibumu serta Kim-lan dan Giok Lan semuanya dalam keadaan sehat wal’afiat.”

“Kalau begitu aku mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan dari loocianpwe buru-buru Sisuw Ling menjura.

wajah siraja obat yang kaku tampak berkerut seperti mau mengucapkan sesuatu, namun akhirnya ia tak jadi berbicara.

“Yok Ong. tolong tanya sipencuri lakti Siang Hwie berada dimana….” sela Sang Pat.

“Dia terluka parah saat ini entah berada dimana”?

Sang Pat menghela napas panjang

“Menurnt kabar yang berhasil loo-hu dengar tatkala Se Boen Hwie herdak melindungi keselamatan ayah ibumu. diapun kena dilukai oleh jago jago lihay perkampungan Pek Hoa san cung,” siraja obat menam-bahkan.

Darah panas bergelora dalam dada Sianw Ling sekilas cahaya tajam memancar keluar dari sepasang matanya sambil gertak gigi ia berseru.

“Aku orang she Siauw pasti akan menuntut balas buat mereka.”

“Tindakan tersebut merupakan kejadian di kemudian hari. persoalan pokok yang paling penting dewasa ini masih belum selesai. mara bahaya setiap masih mengancam kita semua Untuk menyelamatkan jiwa kedua orang tuamu terpaksa loo-hu harus turun tangan keji dan secara beruntun telah mencelakai jiwa dua belas orang jagoan perkampungan Pek Hoa-san cung!”

“Cayhe berterima kasih sekali atas bantuan cianpwel”

“Rumah petani itu bukan tempat yang aman, kita harus capat-cepat tinggalkan tempat ini,” seraya berkata si Raja Obat ini pun badan dan segera berlalu.

Sianw Ling sekalian tidak berani berayal lagi, buru-buru merekapun kerahkan tenaga untuk menyusul dari belakang.

Ditengah perjalanau, Soen Put-shia menghela napas panjong d.n berkata, “Aaai…. rupanya sepanjang hidapmu Yok ong…. baru kali ini kau melakukan suatu perbuatan mulia.”

“Terima kasih atas pujianmu “

Siauw Ling sangat menguatitkan kesela-matan kedua orang tuanya merasa amat gelisah sekali ia lantas berjalan amat cepat hingga para jago Lainnya terpaksa harus percepat pula larinya untuk menyusul anak mnda itu.

Dalam sekejap mata beberapa lie telah di lewati, dan sampailah mereka disebuah rumah petani yang berdiri ditengah semak belukar yang lebar.

Pintu kayu yang Sudah lapuk tertutup rapat sekali, suasana disana amat sunyi tak kedengaran suara sedikitpun

“Apakah berada didalam rumah gubuk ini?!” tanya siauw Ling sambil berpaling memandang sekejap kearah Yok Oug,

“Sedikitpun tidak salah!”

Siauw Ling” sudah tidak sabaran lagi, tanpa menantikan jawaban dari Tok Chiu Yok Oug lagi, tangan kanannya dengan cepat ber gerak membuka pintu kayu itu.

Menanti ia mendongak, tampaklah Kim Lan serta Giok Lan dengan pedang terhunus berdiri menghalang ditengah jalan.

Namun ketika kedua orang dayang itu menyaksikan kehadiran Siauw Ling, dengan cepat mereka menjura dan meuyingkir kesamping.

Siauw Ling langsung menyerbu masuk ke dalam, diatas tumpukan padi kenng tampak lah kedua orang tuanya sedang duduk disana, disamping mereka berbaringlah seorang gadis, dia bukan lain adalah putri kesayangan dari si Raja Obat Bertangan keji,

Siauw Ling segera memburu kedepan, jatuhkan diri berlutut dan berseru, “Anak yang tidak berbakti Siauw Ling menghunjuk hormat buat ayah dan lbu!”

Bangunlah nak….” kaia Siauw thayjien sambil memandang sekejap wajah putranya.

Dsngan air mata bercucurau Siauw Ling bangun berdiri.

“Berulang kali ananda menyusahkan kalian berdua, kejadian ini membuatku merasa amat sedih….”

“Kisah yang telah nyata sudah kudengar dari mutut nona ini, dalam peristiwa ini kau tidak bisa disalahkan….” bisik Siauw thayjien sambil menggeleng, setelah merandek sejenak tambahnya, “Hanya saja pendekar Siang telah menderita L_ka parah, mati hidupnya tak diketahui. Aaai pertempuran yang trrjadi waktu itu benar benar mengerikan sekali.

“Dengan segala kemampuan yang ananda miliki, ananda pasti akan menuntut balas bagi dendam sakit hati ini.”

“Masih ada lagi seorang pendekar she Be” sela Siauw hujian pecara mendadak. “Seluruh tubuhnya telah dipeuuhi bacokan-bacokan senjata tajam, darah segar telah menodai seluruh tubuhnya namuu ia tetap bertempnr mati-matian. namun akhirnya aaai! ia pun tak kuat dan roboh keatas tanah.”

‘”Budi kebaikan mereka yang sedalam lautan ini akan ananda ukir didalam hati kecil dikemudian hari ananda pasti akan berusaha membalasnva.?

“Bagaimana dengan keadaan situkang ramal dari lautan Timur Suma Kan? tanya Sang Pat.

‘Mungkin dia pun terluka. berpuluh-pulnh orang boesu dari perkampungan Pek Hoa-san cang menyerang secara serentak, mereka beberapa orang terpaksa harus sekuat tenaga untuk menghadapi mereka. pertarungan waktu itu amat kalut sekali, loohu hanya sempat menyaksikan pendekar Siang serta pendekar Be menderita luka parah kemudian kami berdua digusur keperkampungan Pek Hoa-san-cung. sehingga bagaimana kejadian selanjurnya tak kami ketahui,”

Sambil menuding kearah Tok Chiu Yok Ong. mendadak Siauw hujien menyela kem-bali, “Saudara inilah tuan penolong yang telah menyelamatkan aku serta ayahmu dari tangan penjahat laknat itu.”

“Budi ini akan ananda ingat terns.”

“Loohu ayah dan anak sudah berulang kali mendapat budi kebaikan dari Siauw thayhiap, perbuatanku kali ini pun hitung-hitung sebagai pembalasan kami terhadap dirinya” seru Yok Ong.

Baru saja ia habis berbicara mendadak terdengar suara burung dara berkelebat lewat di atas gubuk petani ini, suaranya nyaring dan cepat, “Burung dara dari perkampungan Pek Hoa san cung?” seru Soen Put-shia dengan alis berkerut.

“Ditinjau dari situasi dewasa ini, rnpanya suatu pertarungan sengit tak akan bisa dihindari lagi, kemungkinan besar orang-orang perkampungan Pek Hoa-san-cung telah menantikan kedatangan kita diluar gubuk.” Yok Ong memberikan pendapatnya.

“Ketika berada diatas perahu panca warna tadi Shen Bok Hong mengalami nasib yang mengenaskan sekali, sekembalinya kedalam perkampungan ia pasti akan mengumpulkan segenap tenaganya untuk menyerang kita semua.”

“Tidak salah, oleh sebab itulah sebelum hujan harus sedia payung, sebelum terjadi suatu peristiwa yang tidak diinginkan kita harus bikin persiapan lebih dahulu.

“Apakah loocianpwee punya akal bagus?” tanya Siauw Ling.

“Lebih baik kita atur kekuatan kita lebih duhulu, beberapa orang harus melindungi keselamatan Siauw tahjien serta Siauw hu jien dan beberapa orang harus membendung serangan musuh.”

“Apakah loocianpwee sudah punya rencana didalam pembagian ini?”

“Tentang soal ini loohu sih belum berpikir sampai disitu” sinar matanya beralih keatas wajah Soen Put-shia kemudian menambahkan. “Hey pengemis tua. apakah kau mempunyai akal untuk menghadapi serangan musuh.”

“Haaa…. haaaaa…. aku si pengemis tua selamanya tidak pernah main akal-akalan, lebih baik saudara siauw saja yang bikin persiapan.

Belum habis ia berbicara, mendadak telapaknya diputar melancarkan sebuah pukulan dahsyat.

Segulung angin pukulan yang maha dahsyat laksana gulungan ombak ditengah samudra meluncur keluar dari dalam gubuk.

Siauw Ling enjotkan badannya melayang keluar dari gubuk

“Tak usah cari lagi,” cegah Soen Put-shia sambil tersenyum. “Ada seorang penjahat yang coba berjalan mendekati gubuk kita, namun aku sekarang sipengemis tua telah mengirim sukmanya kedunia barat.”

Kiranya Soen Put-shia berdiri sambil bersanding didepan pintu, meskipun dimulutnya bercakap-cakap dengan siraja obat bertangan keji namun sepasang matanya memperhati-kan terus gerak gerik diluar ruangan.

“Mereka sudah datang.” bisik Tok chiu Yok Ong.

“Setelah pasukan pembuka jalan tiba, mungkin pasukan induk merekapun akan segera menyusul tiba pula….” sahut Siauw Ling sambil balik kembali kedalam ruangan.

Sinar matanya berputar keatas wajah Tiong-chiu Siang Ku serta siraja obat berta-ngan keji, pintanya.

“Harap saudara berdua beserta Yok Ong suka melindungi kedua orang tuaku serta nona Wan.”

“Biarlah aku sipengemis tua membantn dirimu menghadapi musuh!”

“Cayhe memang bermaksud demikian.”

“Kekuatan kalian berdua terlalu lemah sekali,” sela Yok Ong.” Lebih baik biarkanlah Tiong chiu Siang Ku membantu kalian berdua, sedang Loo-hu dengan dibantu oleh Kim Lan serta Glok Lan rasanya masih sanggup untuk melindungi keselamatan kedua orang tuamu.

“Ilmu silat yang Yok Ong miliki amat lihay kalau memang anda berbicara demikian aku rasa kan pasti sudah punya rencana ter tentu, baiklah cayhe akan menuruti perkataanmu.”

Dari arah luar terdengar suara gonggongan anjing yang santer berkumandang datang tiada hentinya

“Musuh tangguh telah tiba. aku rasa tidak sempat lagi bagi kita untuk berlalu dari sini,” kata Sang Pat.

Siauw Ling cabut keluar pedangnya serunya.

“Aku dengan Soen Loocianpwe akan menyongsong lebih dahulu kedatangan mereka. semoga hian te berdua harap untuk sementa-ri waktn membantu diri Yok Ooug untuk melindungi keselamatan kedua orang tuaku….”

“Jangan gegabah.” seru Yok Ong sambil mengeleng.” Apa pasukan induk…. pihak lawan telah menyerang datang kita harus berusaha pukul mundur diri mereka lebih dahulu, kemudian baru berangkat meninggalkan tempat ini.”

“Mengapa”

“Baik ayahmu maupun ibumu bukanlah orang-orang yang mengerti akan ilmu silat seandainya mereka menyerang dengan menggunakan senjata rahasia maka kita akan mengalami kesulitan dalam melindungi keselamatan mereka, dari pada menerjang keluar bukankah jauh lebih bertahan untuk sementara waktu dirumah bobrok ini selain pihak musuh berhasil kita pukul mundur barulah melanjutkan perjalanan kembali.”

‘Jumlah jagoan dari perkampungan Pek Hoa-san cung tiada terhingga banyaknya.” kaia Soen put shia memberikan pendapatnya. “Apabila jumlah bala bantuan yang mereka kirim datang makin lama semakin banyak dan orang yang harus kita bunuh tidak habis habisnya, bukankah sepanjang masa kita ba-kal terkurung terus ditempat ini???”

“Masih ada satu hal yang kurang menguntungkan,” Sang Pat menambah.” Seadai-nya mereka melancarkan serangan dengan menggunakan api. dan kita harus tetap ber-tahan terus didalam rumah gubuk ini, bukankah kerugian yang bakal kita peroleh akan semakin besar?”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar