Rahasia Istana Terlarang Jilid 03

Jilid 3

Sedikitpun tidak salah, segera tiba-tiba pada sepuluh tahun berselang Poei Cong Piauw Pacu meninggalkan dunia, menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan mengatakan bahwa ia menderita penyakit aneh dan dalam semalaman telah menemui ajalnya. Padahal kejadian itu tidak lain hanya alasan yang disiarkan keluarga Poei saja untuk menutup-nutupi tabir kematian Poei Cong Piauw Pacu yang sebenarnya. Sebab dalam kenyataan Poei Loo caycu mati karena dibunuh orang ditengah malam buta, dan sang pembunuhnya telah lenyap tak berbekas. “Siapakah pembunuhnya?”

“Hingga dewasa ini sang pembunuh masih belum berhasil ditemukan. aku lihat persoalan ini mungkin sulit diselidiki hingga menjadi jelas.”

“Aaaai…. ‘ orangnya mati kekuasaanpun musnah. sejak kematian Poei Cong Piauw pacu kekayaan telaga Tong-ting-auw pun ikut lenyap dan peredaran dunia persilatan “

Mendengar perkataan itu Si Ching segera menggeleng.

“Setelah Loocay-cu mati, semestinya sauw cay co akan menggantikan kedudukannya sebagai Cong Piauw Pacu, namun ternyata ia mengumumkan untuk membubarkan markas besar yang ada ditelaga Tong-ting, dalam kenyataan bukan makin lemah pengaruhnya justru diam-diam semakin dahsyat, Sauw caycu pnnya kecerdikan yang luar biasa, ilmu silat nya jauh diatas kepandaian ayahnya, diluaran kekuatan dari telaga Tong-ting memang sudah buyar, padahal secara diam-diam ia memupuk kekuatan semakin bebat. Justru karena kecerdikannya imlah kekuatan besar yang ia mitiki tidak sampai diketahui oteh oraig orang dunia persilatan “

“Oooouw…. benarkah telah terjadi peristi-wa ini? sekarang Poei sauw caycu berada dimana?”

“Poei Sauw caycu bukan lain adalah Su-hay Koen-cu yang digembar-gemborkan saat ini.”

“Aaah, suatu kejadian yang benar-benar berada diluar dugaan.”

“Entah siapa saja yang telah membocorkan rahasiaKU, akhirnya jejak cayhe konangan dan segera ditangkap untuk dihadapkan kepada sang Koen-cu. ia paksa aku menelan sejenis racun yang lambat sekali daya kerjanya, apa bila bukan ditolong oleh cuwi sekalian, mungkin pada saat ini aku sudah dibuang ke dalam sungai.

“Ooouw kiranya begitu, silahkan kau mengatur pernapasan dengan hati lega, kami sekalian akan berusaha melindungi dirimu dengan segenap tenaga.”

“Tidak bisa jadi, tatkala Koencu paksa aku menelan obat racun iapun menolak jalan darahku, maka aku duga sebab mereka tak mau membinasakan diriku adalah disebabkan aku masib punya suatu nilai yang bisa mendatangkan keuntungan bagi mereka….”

“Tidak mengapa. loolap punya kemampuan untuk memunahkan racun yang mengeram dalam tubuhmu,” tiba-tiba si Raja Obat Bertangan Keji menyela.

“Kalau begitu cayhe mengucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu.”

Sambil berkata Si Ching segera bangun berdiri dan menjura kearah siraja obat tersebut.

“Tak usah sungkan,” Tok Chlu Yok Ong segera balas memberi hormat. “Kalau kau bisa memberitahukan obat racun apakah yang ia berikan kepa-damu, hal ini tentu jauh lebih baik. Tetapi kalau tak dapat menerangkan, terpaksa aku harus membuang tenaga lebih banyak untuk melakukan pemeriksaan ” Menyaksikan tingkah laku sang raja obat tersebut. diam-diam Siauw Ling berpikir dalam hatinya.

“Rupanya waktu orang ini sudab mengalami banyak perubahan.”

Sementara itu terdengar Si Ching mengbela napas panjang dan berkata.

“Bukan saja aku telah dipaksa untuk menelan racun, bahkan aku telah menderita luka dalam yang sangat parah….” Tok Chiu Yok Ong tertawa hambar. “Asalkan pada saat itu kau belum mati, Loolap percaya masih sanggup untuk menyelamatkan selembar jiwamu,” katanya.

Tiba-tiba dari luar ruang perahu terdengar Cioe Soen berteriak penub kecemasan: “Thay ya sekalian…. aduuuuuunh celaka…. aduh celaka….

“Apa yang terjadi?” tanya Sang Pat sambil loncat keluar dari ruang perahu.

“Delapan buah sampan cepat sedang menguntit perahu kita!?

Sang Pat segera alihkan sinar matanya ka belatarg, sedikit pur tidak salah tampaklah delapan buah sampan laksana sambaran kilat sedang meluncur datang dengan cepatnya, segera ia berseru, “Jangau gugup. beritahu kepada semua anak buahmu agar tenangkan hati. musuh yang mengejar datang akan kami hadapi.”

Sementara ia berbicara, Sianw Ling, Tu Kioe, serta Tok Chiu-Yok-Ong sekalian telah saling susnl keluar dari ruangan perahu.

Sungguh cepat gerakan kedelapan buah sampan itu, dalam sekejap mata mereka su-dah berada sangat dekat sekali dengan perahu besar yang ditumpangi beberapa orang jago itu

Mendadak kedelapan buah sampan tadi memisah diri, laksana kilat mengurung perahu besar Itu rapat-rapat.

Dalam pada itu perahu nelayan yang sedang berlayar diatas sungai amat banyak, te-tapi setelah melihat kehadiran kedelapan buah sampan cepat itu, mereka sama-sama menyingkir diri.

Melihat keadaan yang terbentang! didepan matanya. Siauw Ling kerutkan sepasang alis nya, diam-diam ia berpikir, “Kedelapan buah sampan ini telah menyebar di delapan arah, seandainya mereka serentak melepaskan panah-panah berapi, mungkin rada sulit bagi kita untuk menghadapinya”

Sinar matanya perlahan-lahan menyapu ke depan, tampak diatas geladak kedelapan buah sampan tadi masing-masing berdiri empat orang boe-su berbaju ketat warna biru, di-tangan para boe-su sudah tercekal sebilah tombak panjang

Terdengar dari dalam ruang perahu. berkumandang datang suara dari Si Ching, “Para boe-su yang berada diatas beberapa buah sampan cepat itu merupakan anggota pasukan pengawal berbaju biru yang paling dipercaya oleh Su Hay Koen-cu. rupanya Su Hay Koen-cu akan datang sendiri kemari untuk mengbadapi musuh.”

“Kalau begitu amat bagua sekali, menangkap penyamun harus menawan rajanya lebih dulu, Kalau Su Hay Koen-cu benar-benar akan muncnl sendiri kemari, itulah berarti telah memberi kesempatan bagi kita untuk me nundukkan mereka.” sabut Sang Fat pula.

Tiga puluh dua orang boe-su berbaju biru yang ada diatas kedelapan buah Sampau itu sama-sama berdiri tegak dengan angkernya, enam puluh empat buah senjata sama-sama di-dicurahkan keatas perahu besar yang ditumpangi Siauw Ling sekalian, walaupun begitu namun tak terdengar sedikit suarapun,

Sekilas pandang saja? siapapun tahu kalau beberapa orang ini telah memperoleh Pendidikan yang sangat ketat.

Tiba-tiba Tok Cbiu Yok Ong memperendah suaranya dan berkata kepada Siauw Ling, “Tempat dimana perahu kita berada saat ini terletak rada jauh dari tepi pantai, apabila kita harus melakukan pertempuran diatas air sedikit banyak dalam hati kita akan muucul tiga bagian rasa jeri. Menurut pendapat loo-hu, lebih baik sekali hantam kita hajar ko-car kacir perahu-perahu sampan itu mumpung Su Hay Koen-cu belum tiba, setelah itu kita mendarat dan melangsungkan pertarungan dengan mereka diatas daratan, entah bagaimana menurut pendapatmu?

belum sempat Siaow Ling menjawab, si Leng Bin Thiat, Pit Tu Kioe telah menim-brung dengan suara-yang dingin, “Sepanjang pesisir sungai merupakan daerah kekuasaan perkampungan Pek Hoa San Cnng, apabila kita mendarat maka pertama-tama yang akan kita temui dahulu adalah serbuan dari para boe-su perkampungan Pek Jioa San Cung….”

Tiba-tiba Sang Pat menepuk perutnya yang gendut. bergumam seorang diri, “Aneh….! Sungguh aneh sekali daerah sekitar tempat ini adalah- daerah kekuasaan perkampungan Pek Hoa San Dung, secara ba-gaimana Su Hay Koen-cu yang terang-terangan bukan merupakan suatu kekuatan penyamun biasa dibiarkan berlalu lalang dengan bebasnya? Bukankah Shen Bok Hong punya mata-mata yang paling liehay? Tentu ia sudah tahu akan kekuatan tersebut, tapi, apa sebabnya ia tidak ambil tindakan sedikit…. pun tak membunuh Raja Obat Bertangan Keji. Setelah diungkap thjeng heng, louhu sendiripun merasa sedikit rasa tercengang.”

“Yok Ong bukankah kau punya hubungan yang akrab sekali dengan Shen Bok Hong Terhadap watak serta tabiatnya kau pasti mengerti sangat jelas bukan?” jengek Tu Kioe dingin.

“Dengan tabiat yang dimiliki Shen Bok Hong tentu saja dia tidak akan mengijinlan kekuatan dari Su Hay Koan-cu berlalu lalang diatas sungai sekitar daerah Koei Chin, apa lagi bertindak semaunya macam begini.”

“Tetapi kenyataannya sekarang….”

“Justru karena itulah loohu sendiripun merasa tercengang….”

Tiba-tiba terdengar suara terompet yang ditiup kencang-kencang berkumandang datang dan memecahkan kesunyian yang mencekam disekeliling sungai.

Siauw Ling sekalian mengira kedelapan sampan itu segera akan melancarkan serangan dahsyat kearah mereka, semua orang segera mengempos hawa murninya tengah mempersiapkan diri guna menghadapi serangan, musuh.

Namun kedelapan buah sampan itu tetap berhenti ditempatnya semula. sedikitpun tidak menunjukkan tanda-tanda apabila mereka hendak melancarkan serbuan.

Pada saat semua orang sedang diliputi rasa heran itulah, suara Si Ching berkumandang keluar dari dalam ruang perahu, “Su Hay Koen-cu telah tiba!”

Siauw Ling angkat kepalanya, sedikitpun tidak salah, dari permukaan sebelah selatan perlahan-lahan meluncur datang sebuah perahu besar yang berlayar warna warni.

Berhubung perahu itu amat besar sekali-maka sepintas lalu terlihatlah gerakan lajn-nya amat lambat, namun dalam kenyataan cepatnya luar biasa, dalam sekejap mata saja telah tiba empat lima tombak dihadapan mereka.

Tampaklah dua buah sampan yang cepat menyingkir kedua belah samping dan memberikan sebuah tempat buat perahu pemimpinnya.

“Oow….! sungguh besar perahu ini,” pikir

Sang Pat setelah memandang sekejap perahu tersehut.

Terdengar suara Si Ching yang ada didalam ruang perahu berkumandang kembali, “Diatas perahu raksasa itu semuanya ada lima buah tiang layar yang masing-masing tergantung sebuah layar warna murni, coba kalian lihat pada saat ini berapa buah layar yang telah dipasang?”

Sang Pat perhatikan tiang layar perahu itu, tampaklah diatas sebuah tiang berwarna putih tersebut sebuah layar warna putih maka ia lantas menjawab, “Hanya tergantung sebuah layar berwarna putih.”

“Kalau begitu keadaannya masih rada baikan….

Terdengar dari atas perahu berpanca warna itu berkumandang datang dua tiupan terompet disusul suara tambur dan genta di-bunyikan bertalu- talu.

“Kurang ajar” maki Tu Kioe sehabis menyaksikan kejadian itu. “Lagaknya sih mirip seorang Koen-cu sungguhan…. hmmna! Sungguh menjemukan.”

“Orang ini menggunakan Su-hay Koencu sebagai gelarnya, pengaruh serta kekuatannya tentu luar biasa sekali.” sambung Siauw Ling.

Dalam pada itu pintu ruang perahu ber-pauca warna itu perlahan-lahan terbuka, di-susul munculnya sederet orang bocah lelaki berbaju kuning dengan menggempol pedang dipunggung.

Dibelakang empat orang bocah berbaju kuning itu, mengikuti seorang toojin berjubah pat kwa dan mencekal sebuah Hud tin.

“Kalau ditinjau dandanan orang ini, mungkin dialah Su-Hay Koencu pribadi.” pikir Siauw Ling itu sesudah tiba diujung perahu raksasanya.

Empat orang bocah berbaju kuning itu segera memisahkan diri jadi dua rombongan dan berdiri dikedua belah samping.

Siauw Ling memperhatikan sekejap wajah. Toojien itu. tampak dia punya raut wajah seperti kuda dengan lima jalur jenggot pada janggutnya, jubah yang dikenakan bersulamkan gambar pat kwa sehingga dandanannya kelihatan seram dan mengerikan.

Tampak ia mengebaskan Hud tim yang di cekal ditangan, lalu sambil menatap Siauw Ling sekali ujarnya, “Diantara cuwi sekalian, siapakah yang bisa ambil keputusau untuk berbicara dengan pinto.”

Sang Pat melirik kearah Siauw Ling sementara si anak muda itu melirik kearah si Raja Obat Bertangan Keji

tosu ini berwajah licik dan agaknya punya banyak akal,” bisik Tok Chiu “Yok Ong lirih. “Sedangkan Siauw tay-biap adalah seorang Koen cu, maka kurasa dalam adu silat lidah kau masih bukan tandingannya, lebih baik suruh Sang-heng saja yang menghadapi dahulu orang itu.”

“Baik! kalau begitu aku harus merepotkan diri saudara Sang.”

Sang Pat tersenyum, perlahan-lahan ia tampil kedepan dan menegur menjura, “Tootiang, ada persoalan apakah mencari kami???”

“Siapa nama anda?” tanya Tootiang itu sambil menatap wajah Sang Pat tajam-tajam.

“Siauw-te she Sang dan bernama Pat!”

“Ooouw…. ‘ kiranya lootoako dari Tion Chiu Siang Ku, maaf…. apabila pinto kurang hormat!”

“Tidak mengapa, kami bersaudara hanya menitik beratkan diri pada soal jual beli dan keuntungannya, soal adat istiadat serta tata krama masih tidak begitu memperhatikan.” Ia merandek sejenak, lalu terusnya “Setelah Tootiang bertanya tentang nama-ku. sekarang sudah sepantasnya kalau cayhe pun menanyakan gelar Toatiang sendiri.”

“P.nto sudah lama mengasingkan diri dari dunia persilatan sekalipun kusebut namaku pun belum tentu Sang thay-hiap tahu, maka pinto rasa lebih baik tak usah dikatakan saja.”

“Umpama kata tootiang benar benar Sudah mengasingkan diri dari dunia persilatan apa sebabnya kini muncul kembali disini guna mencampuri urusan Bu-lim!….”

“Undangan dari Koencu sukar ditampik maka mau tak mau terpaksa pinto harus turun gunung untuk membantu dirinya. Sejak pinto terjun kedalam dunia persilatan telah kudengar akan nama besar sepasang pedang dari Tiong Cbiu yang mana tak pernah saling berpisah. kini Sang-heng ada disini pinto rasa Tuheng pun berada disekitar sini bu kan?”

“Akan orang she Tu ada disini, tootiang ada urusan apa mencari aku!” seru Tu Kioe dingin.

Tosu itu tertawa hambar, sinar matanya dialihkan keatas wajah Siauw Ling dan menegur lebih jauh.

“Siapakah nama besar dari sicu ini?”

“Orang ini licik sekali,” bisik Siraja obat Bertangan Keji dengan nada lirih,” Ia mau selidiki dahulu keadaan kita semua sedang-kan ia sendiri tak mau melaporkan nama ge-larnya, jangan gubris pertanyaannya, kitapun harus berusaha jual mahal.”

“Ehmm perkataannya sedikitpun tak salah” pikir Siauw Ling, maka ia lantas menjawab

“Cahya hanya seorang prajurit tak bernama.”

Tosu itu kerutkan alisnya,

“Raut wajah anda agaknya pernah pinto dengar dari mulut,orang Iain, aku rasa kau pastilah seorang manusia ternama!”

“Heefc…. beeh…. totiang terlalu memuji.” je-ngek Yok Ong sambil tertawa dingin kemudian mulutnya membungkam kembali.

Tojien itu mendehem ringan lalu bertanya, “Siapakah nama sicu?”

“Siapa pula nama Totiang?”

Sepasang matn totiang itu berkilat tajam, ia menatap Yok Ong makin seksama.

“Pinto adalah Siauw Yauw-cu sekarang silahkan sicu utarakan namamu!” katanya.

“Loohu cuma seorang tabib yang khusus mengobati penyakit orang lain.”

“Seorang Tabib?”

“Benar, cuma berhubung rezekiku kurang baik rnaka setiap kali obat datang sang nya-wa sudah keburu melayang!”

“Haa…. haa….”tootiang, kalau kau punya. persoalan bicarakan saja dengan aku orang she Sang,” sela Sang Pat sambil tertawa ter bahak-bahak. “Kami orang yang biasa mela-kukan jual beli, biasanya jauh lebih ramah dalam pembicaraan dari pada orang lain.”

Siauw Yanw cu benar-benar seorang toosu yang beriman tebal, sekalipun disindir daengan pedas oleh Tok Chiu Yok-Ong, namun ia masih bisa menahan sabar dan tidak sam-pai mengumbar hawa amarahnya sambil tertawa hambar segera ujarnya, “Pinto mendapat perintah dari Koen cu untuk mengajak Sang-heng merundingkan satu persoalan.”

“Ooow, mau adakan jual beli? dalam bidang ini siauwte memang seorang yang ahli.

Selama kenutungan yang lebih banyak didapat dari pada kerugian, nah ajukan penawar-anmu!”

“Didalam gerak gerik Koencu kami kali ini, ingin sekali beliau melakukan suatu peristiwa yang besar dalam dunia persilatan, maka dari itu ia telah empat kali naik gunung untuk mengundang pinto turun gunung membantu dirinya.”

“Ha ha ha ba ha tentu dulu untuk mengundang Luuw Hian Tek pun harus melakukan kunjungan sebanyak tiga kali, sungguh tak nyana tootiang baru mau turun gunung setelah diundang sebanyak empat kali, sungguh lnar biasa….”

“Walaupun pinto tak dapat memadahi Coe kat Khong Beng, namun pinto pun tidak ingin lebih jelek dari pada orang kuno,”

“Tootiang, sekalipun kan punya kepaudaian yang luar biasa namun belum tentu bisa melakukan jual beli tanpa menderita kerugi-an lebih baik ajukan saja penawaranmu “

Siauw Yauw cu benar-benar mempunyai iman yang singat tebal, kembali ia dapat menguasai diri terhadap sindiran dari Sang Pat, ia tersenyum.

“Kebanyakan enghiong berwatak tinggi hati, terhadap manusia-manusia yang gagah dan bersemangat seperti itu selamanya pinto menaruh hormat dan kagum.” ia merandek sejenak, Iain sambungnya, “Tiga hari berselang, tatkala Koen-cu ka-mi sedang berlayar lewati tempat ini secara kebetulan telah menimbulkan rasa tidak senang di Soen toa cungcu, untuk menyata-kan ketidak senangan hatinya ia telah mengutus para jagonya dan memerintahkan koencu, kami untuk menyambangi mereka dalam dua jam kemudian….”

Persoalan ini merupakan soal yang ingin diketahui oleh Siauw Ling sekalian, maka semua orang memperhatikan dengan seksama

Sinar mata Siauw Yauw cu perlahan-lahan menyapu sekejap wajah Siauw Ling sekalian kemudian meneruskan lagi kata-katanya, “Walaupun pinto sudah menasehati mereka secara baik-baik, dimana kita sama-sama orang Bulim apa gunanya karena satu persoalan kecil sehingga menimbulkan peristiwa yang tidak diinginkan. siapa sangka Shen Bok Hong tetap berkeras kepala bukan saja ia tak mau mendengarkan nasihat pinto malahan mencaci maki diri pinto habis-habisan, tindakan yang kasar itu mengakibatkan Koencu kami jadi gusar, dan suatu pertarungan sengitpun tak bisa dihindari lagi.

Tidak aneh kalau kapal kapal nelayan pada ngacir pergi setelah menjumpai sampan sampan cepat itu.” pikir Sang Pat didalam hati. ‘ Kiranya tiga hari berselang ditempat ini telah berlangsung suatu pertempuran yang amat seru.”

Berpikir demikian, ia lantas bertanya

“Aku duga berkat petuujuk dari Too tiang dalam pertempuran ini pihak kalian telah berhasil memperoleh kemenangan besar, bu-kan begitu?”

“Shen Bok Hong tidak pandai melakukan pertempuran diatas air. setelah terlibat dalam pertempuran sengit selama setengah harian lamanya banyak perahn yang tenggelam dan ratusan jago dari perkampungan Pek Hoa san Cung menderita luka ataupun mati. di

bawah kawalan orang jagoannya nyaris Shen Bok Hong berbasil lolos dari kematian….”

“Apakah ia terluka?” timbrung Tok Chui Yok Ong tak tahan, sedikit banyak ia menguatirkan keselamatan Shen Bok Hong sebab sang toa cungcu dari perkampungan Pek Hoa San-cung itu adalah sahabat karibnya.

Siauw Yauw cu tertawa hambar.

“Ilmu silat yang dimiliki Shen Toa cungcu benar-benar mengagumkan hati pinto sekalipun sudah terluka namun ia berhasil menenggelamkan empat buah sampan kilat kami yang melakukan pengejaran dan melu-kai pula dua belas orang jago lihay kami, Akhirnya ia berhasil mendarat dan pulang kekampung dengan selamat.”

“Siapakah diantara kalian yang berhasil melukai dinnya??”

Mula mula Siauw Yauw cu tertegun kemu dian teriawa hambar.

Dalam suatu pertempuran sengit, masing masing pihak berusaha melnkai pihak lawannya dengan cara serta kepandaian apapun,

Siapakah yang berhasil melukai She Toacung cu tersebut pinto sendiripun tidak tahu, namun Shen Toa-cung cu masih pandang tinggi juga diri pinto ia telah melangsungkan

pertarungan sengit sebanyak tiga puluh gebrakan melawan diri pinto….”

“Aku tidak percaya dengan andalkan ilmu silatmu kau berhasil menangkap She Bok Hong” kembali Yok Ong menyela.

“Tidak salah. sebab pinto memang tak berhasil menangkan dirinya tetapi dalam tiga puluh gebrakan tersebut pinto pun tidak menderita kalah barang sejuruspun.”

Mendengar cerita itu Sat Pang merasa ter peranjat. pikirnya, “Kalau perkataan yang ia ucapkan barusan adalah kenyataan ilmn silat orang ini benar-benar luar biasa sekali, jarang sekali jago dalam Bu lim dewasa ini yang dapat me nyambut tiga puluh jurus serangan dari Shen Bok Hong waaaaah aku harus waspada

terhadap toosu hidung kerbau ini….”

Tampak Siauw Yauw Ong tajam tajam la-lu menegur, “Anda begitu rnemperhatikan serta menguatirkan keselamatan Shen Bok Hong aku rasa kalau bukan sanak kau tentnlah sahabat karibnya.”

“Hmm, kalau kau benar benar bisa menyambut tiga puluh serangan Shen Uok Hong tanpa menderita kalah barang sejuruspun ilmu silatmu boleh disebut sebagai salah seorang yang terlihay dalam Bu lim dewasa ini….”

Kembali Siauw Yauw cu tertawa hambar.

“Kalau Shen Bok Hong tidak menderita kekalahan total, dewasa ini mungkin Koen cu kami serta pinto sudah diusir dari wilayah ini!” serunya.

“Kalau begitu, kalian berhasil memperoleh kemenangan total?”

“Paling sedikit dalam pertemporan air yang berlangsung sehari berselang, Shen Bok Hong tidak memperoleh keuntungan apapun

karena kalau Shen Bok Hong yang menang kamipun tidak mungkin bisa berdiam lebih lama lagi diatas wilayah Koei Chiu….”

Ia merandek sejenak kemudian terusnya, “Peristiwa munculnya kembali Shen Bok Hong dalam dunia persilatan telah menggemparkan seluruh Bu lim, aku rasa kalian Tiong Chin Siang ku tentu tahu bukan akan hal ini.”

Sang Pat yang berpengalaman tidak berani menjawab sembarangan, ia merasa perkataan orang itu terdapat banyak liku likunya sehingga maksud hatinya yang sebetulnya, maka tak tahan ia menjawab, “Tidak salah, kami bersaudara telah tahu akan hal ini.”

Maka dari itulah Koencu kami ambil keputusan untuk tinggalkan penghidupan yang snnyi dan terasing untuk terjun kembali kedalam dunia persilatan!”

“Kemunculan koencu kalian adalah disebabkan kehadiran Shen Bok Hong dalam dunia persilatan, aku rasa dalam pertarungan tersebut kalian pasti telab menunjukkan kelihayan untuk menumbangkan kewibawaan perkampungan Pek Hoa San cung,?”

Memang demikian adanya. maka dari itu koen cu kami telah ambil keputusan untuk mengutus kami sekalian datang kepermukaan sungai Koei chiu guna mempersiapkan kemunculannya didalam dunia kangouw”

“Kurang ajar,” pikir Sang Pat. “sihidung kerbau ini bicara pulang pergi tidak keruan entah apa maksud tujnannya?”

Siuar mat any a perlahan lahan menyapu sekejap kearah delapan buah sampan yang muncul pula didaerah selatan, hatinya lantas ber gerak pikirnya lebih jauh.

“Aaaah benar, sihidung kerbau ini sengaja mengulur waktu dalam pembicaraan sebab ia ada maksud menggunakau peluang tersebut untuk mengatur posisi mereka.

Karena berpikir demikian maka ia lantas mendongak dan tertawa terbahak bahak,

Siaun Yauw cu benar benar amat hebat, sekalipun Sang Pat tertawa keras namun ia tetap pura pnra berlagak pilon, wajahnya tenang dan sikapnya acuh tak acuh.

“Sungguh licik si hidung kerbau in kem-bali Sang Pat berpikir didalam hatinya “Ternyata ia sama sekali tidak menegur aku kenapa tertawa…. Ia lantas berhenti tertawa dan menegur: “Totiang, sungguh keji dan licik rencana

busukmu….”

“Sang beng. kau terlalu serius dalam pembicaraan, bagian manakah pinto telah membuat kesalahan? harap kau suka memberi petunjuk.”

“Bala bantuan dari totiang telah tiba dan posisimupun sudah disiapkan, apakah kau masih berlagak pilon lebih jauh?”

Siauw Yanw cu berpaling melirik sekejap kearah delapan buah sampan cepat yang sedang meluncur datang. kemudian menjawab sambil tertawa

“Koencu kami paling suka menerima tamu terhadap kalian sepasang pedagang dari Tiong chiupun sudah lama merasa kagum, seandainya kalian Tiong chiu Siang ku suka membe-ri muka kepada pinto, bagaimana kalau naik keperahu kami dan berkunjung sejenak?”

Sang Pat berpaling kearah Siauw Ling la-lu berbisik lirih.

“Posisi kita sudah terkurung rapat apabila kita diharuskan bertarung diatas perahu meraka dan menentukan menang kalah disana. Entah bagaimana menurut toako??”

Si Raja Obat bertangan keji yang ikut mendengar saran tersebut sepasang alisnya langsung berkerut.

“Penyakit yang diderita puteriku baru saja sembuh mungkin tidak lelnasa bagi loohu untuk naik keatas perahu mereka….” erunya.

“Apabila kita benar benar akan bertarung mungkin keadaan yang kita hadapi sekarang jauh berbeda dengan keadaan tadi” sambung Tu Kioe dingin. “Menurut pendapat cayhe, diri pada kita sama tengelam kedalam sungai dan mati didasar air, lebih baik kita serbu keatas perahu mereka dan melangsungkan pertarungan disitu, sebab kesempatan disana jauh lebih besar dari pada disini.”

Walanpun nada ucapan tersebut mengandung sindiran terhadap Si Raja obat bertangan keji. namun apa yang diucapkan memang merupakan kenyataan.

Tok-Chiu-Yok Ong mendehem ringan kemudian menjawab, “Asal loohu bisa mendekati tojien tersebut hingga mencapai jarak satu tombak, aku bisa melepaskan racun keji keatas tubuhnya.”

Dalam pada itu terdengar Siauw Yiauw cu telah berseru dengan suara lantang.

“Tiga hari berselang, anak buah yang dibawa Shen Bok Hong untuk melangsungkan pertarungan melawan kami amat banyak sekali. Perahu sampan yang dibawa mencapai belasan buah, namun dalam akhir pertempuran itu banyak sekali perahunya yang tengge-lam bahkan Shen Bok Hong pun sendiri nya-ris terkurung. Apabila cuwi tidak percaya terpaksa ini hari pinto akan mengulangi kem-bali adegan pertempuran yang terjadi tiga hari berselang agar cuwipun bisa menyaksikan sendiri.”

Siauw Ling termenung, dengan susah pa-yah ia berusaha dan menempuh bahaya untuk menolong nyawa Lam-kong Giok, keadaannya sudah hampir sembuh siapa sangka kembali mereka terkurung didalam jebakan musuh, peristiwa ini membuat hatinya iba dan tidak tega…. lama sekali ia berpikirr

akhirnya sambil berpaling kearah Sang Pat katanya, “Saudaraku. asal mereka suka melepaskan Lam kong Giok serta siraja obat bertangan keji dan orang she Shi itu, perduli syarat apapun yang mereka ajukan boleh kita terima semua,”

“Toako…………….

“Tidak usah bicara lagi. Jalankan menurut perkataan,”

Sang Pat dibikin apa boleh bnat, terpaksa ia melirik sekejap kearah si raja obat ber-tangan keji dan berseru

“Sikap toako kami terhadap Yok-oug boleh dikata luar biasa bijaksana dan mulianya….”

Ton-Chiu-Yok-ong merasa amat terharu sekali. ia pejamkan matanya dan bergumam.

“Akan loohu ingat terus budi kebaikan ini suatu saat semua budi kebaikan tersebut pasti akan kubalas.”

“Hmmm.kau situa bangka selama hidup entah sudah berapa banyak kejahatan yang telah kau lakukan, tapi justru kau telah bertemu dengan toako kami yang mulia, bijak-sana dan penuh welas kasih, hitung-hitung kau sangat beruntung sekali.” Bambung Tu-Kioe dingin.

DENGAN watak yang dimiliki Siraja obat bertangan keji ia pasti akan naik pitam setelah disindir berulang kali oleh sepasang pedagang dari Tiong chiu namun kali ini ia tetap bersabar diri.

kiranya dalam hali kecilnya. lapun rapat rapat bila kali ini mereka harus bentrok dengan pasukan dari Su hay Koen-cu. sekalipun mereka memiliki ilmu silat yang lihay dus maka akhirnya tubuh mereka tenggelam juga didasar sungai…. maka mendengar usul dari Siauw Ling, hatinya langsung terbaru dan hawa gusar dalam hatinyapun kontan padam semua, kendati Tiong Chiu-Siang-Ku menyindir berulang kali, namun ia tidak ambil dalam hati.

Dalam pada itu Sang Pat telah berpaling kearah Siauw Yauw cu dan berseru, “Tootiang, kau tak perlu memutar balik persoalan. sebenarnya apa maksudmu harap segera diutarakan yang jelas agar kamipun bisa berunding!….

“Koen cu kami membutuhkan sekali jago- jago berkepandaian lihay, manusia seperti kalian sepasang pedagang dari Tiong-chiu justru merupakan bakat-bakat yang di idam idamkan Koen-cu kami….”

“Haa…. haa…. haa…. jadi Tootiang ada maksud menarik kami menjadi anak buahnya Su-Hay Koen-Cu???”

“Memang demikian maksud pinto!

“Selamanya Tiong chiu siang ku tak pernah tunduk kepada siapapun, pernaha^h Tootiang mendengar akan perkataan ini???”

“Kebanyakan enghiong hoohan memiliki watak demikian, sudah lama pinto tahu akan hal tersebut “, “la mengatakan sudah menduga Sperti semula” pikirSang Pat. Dus berarti diapun sudah mempunyai cara untuk menundukkan kami. ‘…. waaah, berbahaya sekali. aku harus berhati-hati.”

Kepalanya didongakkan keatas meraandang sekejap perahu berpanca warna Itu kemudian tertawa dan berkata, Walaupun selama hidup kami tak pernah tunduk kepada siapapun. tetapi selamanya kami menghormati mereka-mereka yang jauh lebih kuat dari pada kami berdua, apa bila tootiang merasa yakin punya care untuk membuat kami kagum berdua saudara sih sangat berharap bisa mengunjungi perahu kalian dan mencari pengalaman.”

“Dengan senanghati pinto sambut kedatangan kalian, bahkan mungkin juga Koen Cu kamipun akan menyambut kedatangan kamu

“Kami suka naik keatas perahu kalian, tapi ada syarat yang dipenuhi lebih dahulu.

Apa syaratmu asal pinto bisa menyanggupi tentu akan kukabulkan?….”

“Kalau dibicarakan sebetulnya amat sederhana sekali. kami dua bersaudara setuju untuk naik keperahu kalian guna menjumpai Su Hay Koencu, tapi tootiang pun harus melepaskan lebih dahulu semua orang yang ada didalam perahu.

Siauw Yauw-cu termenung sejenak, akhir-nya ia mengangguk.

“Baiklah, akan kukabulkan permintaan kalian berdua.”

“Cayhe pun ada maksud untuk ikut mengunjungi perahu kalian,” tiba-siba Siauw-Ling menimhrung sambil busungkan dada.

“Toako, buat apakah cari penyakit?….”bisik Tu Kioe.

Terdengar Siauw Yauw-cu telah menegur-”Siapakah kau?? koencu kami hanya suka menjumpai para tenghiong hoohan belaka

kalau cuma seorang prajurit tak bernama yang ingin naik keatas perahu kami.Hmm, itulah yang dikata bermimpi disiang hari bolong.”

“Hmmm, cayhe pun punya sedikit nama kosong didalam dunia persilatan. “Siapa nama anda???” ‘Siauw Ling….”

“Aaaaah! kau bernama Siauw Ling??….”

“Sedikitpun tidak salah, akulah Siauw Ling!”

“Tatkala pinto baru saja turun gunung, sudah kudengar nama besar dari Siauw Ling yang menggetarkan sungai telaga, kuda putih dan pedang kilatnya disegani banyak orang,, andakah orang itu….??”

“Sedikitpun tidak salah.”

“Siauw Ling yang tersiar dalam dunia persilatan adalah seorang pemuda berwajah ganteng, kini setelah bertemu sendiri aku baru merasa bahwa itu bohong, hanya saja usia anda rada lebih mudaan sedikit.”

“Ououuw…. totiang ingin mencoba kepandaianku??”

“Siauw-heng….” tiba-tiba suara dari siraja obat bertangan keji berkumandang disisi telinganya. “Jangan terlalu memamerkan kepandaian silatmu.”

Sinar mata Siauw Ling beralih keatas wa jah Yok Ong kemudian permintaannya dengan nada dingin, “Anda boleh kembali kedalam ruang perahu, disini tak ada urusanmu!”

Tok Chiu Yok Ong tertegun, kemudian putar hadan berjalan masuk kedalam ruang perrahu.

Terdengar Siauw Yauw-cu berseru lantang.

“Sudah lama pinto mendengar nama besar anda, sayang tiada berkesempatan untuk saling bertemu muka, apalagi Siauw tayhiap suka memperlihatkan kepandaianmu agar pinto pun bisa menambah petahuanku. hal ini tentu saja lebih baik.”

Tatkala Tiong-chiu Siang Ku menyaksi-kan Sianw Ling melangsungkan tanya jawab dengan Siauw Yauw cu, walaupun dalam hati mereka ada maksud menghalangi niat tersebut namun apa boleh buat mereka tidak kuasa berbicara, maka terpaksa mereka tung gu disamping dengan mulut membungkam.

“Apakah tootiang ingin minta petunjuk?” saru Siauw Ling sambil mencekal gagang pedangnya.

“Kecepatan gerak yang dimiliki Siauw Ling telah menggetarkan sungai telaga, tentu saja piuto ingin minta petunjuk dari ilmu pe-dang Sianw heng.”

Diam-diam Siauw Ling mengatur bernapas. kemudian ujarnya serius.

“Akan kusuruh sepasang matamu melek lebar-lebar dan menyaksikan jurus Hwe-sian kiam yang langka dalam dunia persilatan.

“Telah lama kudengar nama Jurus pedang itu sayang belum ada kesempatan bagiku untuk menyaksikan sendiri pinto pasti akan memperhatikan dengan seksama.’

“Bagns, lihat baik baik!

Seraya berseru pergelangan tangan kanan-nya bergerak, tahu-tahu pedangnya sudah terlepas dari sarung dan meluncur ketengah angkasa.

Diiringi desiran angin tajam pedang tadi meluncur keangkasa dengan gerakan yang lambat. Pedang bergoyang seakan-akan setiap saat beuda tersebut bisa rontok keatas bumi

“Jurus Hwi Sian Kiam yang indah….” puji Siauw Yauw Cu.

Belum habis ia berbicara. tiba-tiba pedang yang berada diangkasa berputar satu lingkar-an. tampak cahaya putih berkelebat lewat di antara jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang dari atas geladak perahu panca warna itn. tiba-tiba seorang lelaki berbaju biru roboh binasa dan tercebur kedalam sungai.

Setelah pedang itu membabat putus tubuh lelaki tadi, kembali pedang tersebut berputar satu lingkaran kembali melayang balik kearah Siaaw Ling.

Jurus Hwi Sian Kiam yang amat mengerikan ini bukan saja membuat Siauw Yauw Cu berdiri tertegun dengan mata melotot bahkan Sang Pat serta Tu Kioe pun terperanjat sehingga lama sekali tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. „ Setelah menerima kembali pedangnya Siauw Ling masukkan kembali senjata itu kedalam sarung lalu tertawa hambar.

“Bagaimana?” tegurnya. “Entah dengan andalkan jurus pedang yang cayhe meliki.itu, punya syaratkah bagiku untuk naik keatas perahu panca warna?”

“Hoo…. haa…. haa…. tidak aneh kalau setiap orang kang ouw yang menyebut Siauw thay hiap lantas menunjukkan sikap yang sangat menghormat.”

“Terima kasih, tak usah anda memuji!”

Siauw Yauw Cu termenung sejenak, kemu-dian berkata, “Dengan andalkan jurus Hwie Sian Kiam yang Siauw thayhiap miliki itu, sudah sepantasnya bagi kami untuk mempertemukan

dirimu dengan koen-cu kami hanya saja….”

“Hanya saja kenapa?”

“Pinto telah membuatkan sebuah peraturan

yang sangat jelek bagi Koen cu kami….”

“Apa peraturan itu??”

“Barang siapa yang berjumpa dengan Koen cu kami untuk pertama kalinya, dia harus mengenakan semacam alat borgol ditubuh-nya.”

“Kalau Koen-cu kalian benar-benar menyayangi bakat-bakat baik, tidak seharusnya ia bersikap demikian kurang ajar….”

“Perbuatan itu tidak bisa disalahkan kepada koencu kami,” tukas Siauw Yauw-cu- sam-bil mendengar. “Kalau mau disalahkan maka harus salahkah diri pinto yang telah menetapkan peraturan aneh ini. Aaaa! tapi kini peraturan telah ditetapkan, terpaksa pinto pun harus minta maaf yang sebesar-besainya terlebih dahulu kepada kalian betiga.”

“Apakah kami harus naik keatas perahu panca warna itu? dan harus berjumpa dengan Su Hey Koencu….” teriak Tu Kioe ketus.

“Hal ini tentu saja dan tak bisa dirubah lagi.”

“Kalau aku si To jie-ya tak mau pergi, kalian mau apa?”

“Ha—haaa…. sudah lama pinto dengar bahwa sepasang pedang dari Tiong-chiu paling memegang janji dalam dunia persilatan persoalan yang telah disetnjui apakah hendak kalian ingkari?”

“Memang tidak salah kami setuju untuk naik keatas perahu kalian, tetapi tak pernah kami setujui untuk mengenakan alat borgol.”

“Yang kami maksud sebagai memakai alat borgol, kalau dibicarakan bagi kalian bertiga sebetulnya sama saja dengan tidak mema-kai….”

Siauw Yauw-cu merandek sejenak, lalu terusnya, “Dengan mengenakan alat borgol kalian naik keatas perahu kami. itu berarti bahwa kalian menaruh rasa hormat terhadap koencu kami, sedangkan koencu kami pun sudi merendahkan derajatnya dengan menyambut kedatangan kalian hal ini menunjukkan kalau beliau menyayangi kamu semua, jadi kalau dihitung tentu saja kedua belah pihak sama-sama tidak menderita rugi.”

Siauw Ling merasa tidak ada keuntungan kalau menunda-nunda waktu lebih jauh.ia sadar bahwa Lam-kong Giok perahu istirahat serta pengobatan lebih jauh maka segera serunya, “Dapatkah tootisng menjelaskan alat borgol macam apakah yang harus kami kenakan?

“Hanya sebuah borgol berantai keras yang amat kecil.”

“Baiklah….”

Sianw tayhlap, sungguli cepat kau ambil keputusan dan membuat pinto merasa kagum.

“Namun cayhepun mempunyai satu syarat pula yang hendak kuajukan.”

“Silahkan Siauw tayhiap utarakan.”

“Kami harus menyaksikan dahulu perahu besar kami jauh meninggalkan tempat ini kemudian saat borgol tersebut baru akan kami pakai dan mengikuti tootiang naik ke atas perahu panca warna.”

“Siapakah yang berada diatas perahu? begitu pentingkah orang orang itu tanya Siuaw Yauw-cn dengan alis berkerut.

“Bagaimana?” jengek Tu Kioe. Bukankah kau sudah setuju? apakah kau ingin mengingkari janji?”

“Pinto hanya bertanya sambil lalu saja!

“Seorang gadis yrng baru saja sembuh dari sakitnya.” kata Siauw Ling.

“Sejak dulu kaum enghiong memang tak dapat mele^aikan diri dpri belenggu kaum wanita. apa lagi Siauw Tayhiap adalah seorang lelaki yang tampan, tentn saja tak dapat menghindarkan diri dari persoalan cintas’ Sudah barang tentu akan pinto ijinkan permintaan itu.

“Jadi kami sekalian baru akan mengenakan alat borgol itu bila perahu besar tersebut sudah jauh meninggalkan tempat ini.”

“Tentang soal ini….”

“Selamanya cayhe tak parnah mengingkari janji. asal perahu itu sudah berlalu cayhe pasti akan mengenakan alat borgol itu.

“Baik!” akhirnya Siauw Yanw-cu setuju juga sinar matanya dialihkan kearah Tiong Chiu Siang Ku dan tanyanya,

“Bagaimana pendapat kalian berdua??/

“Asal toako kami sudah setuju. terjun kelautan apipun tak akan kami tampik.”

“Pinto akan melepaskan sebuah sampan kecil buat kalian, bertiga pun boleh naik keatas sampan agar perahu besar itu segera dapat berlayar meninggalkan tempat ini.”

Seraya berkata toosu itu ulapkan tangannya, sebuah sampan kecil segera meluncur ke arah perahu yang ditumpangi Siauw Ling se kalian.

Sampan kecil itu dengan menerjang ombak meluncur datang, kecepatannya luar biasa, dan tatkala hampir dekat dengan perahu besar itu, sampan tadi baru berhenti secara mendadak.

Diatas sampan tersebut, kecuali seorang lelaki berbadan kekar yang memegang dayung, tiada orang lain yang ikut serta didalam-nya.

“Sampan kecil inikah yang kau maksud-kan?” Tegur Siauw Ling sambil angkat kepala memandang sekejap kearah Siauw Yauw cu.

Sedikitpun tidak salah, siiahkan kalian bertiga naik keatas sampan!”

Siauw Ling tidak banyak bicara lagi, ia loncat keatas sampan diikuti sepasang peda-gang dari Tiong-chiu dibelakangnya.

Barn saja ketlga orang itu melayang turun keatas sampan, tiba-tiba dari dalam ruang perahu berkumandang keluar suara jeritan lengking seseorang.

“Siauw siangkong, Siauw tayhiap….”

Suaranva tinggi melengking, jelas orang itu telah menggunakan segenap tangannya untuk menjerlt.

Siauw Ling menghela napas ringan, gumamnya lirih….

“Aaaaaah, itulah teriakan dari noda Lam-koug. Tu-heng cepat suruh mereka jalankan perahu.”

Tu Kioe terima perintah dan berpaling ke arah perahu besar, bentaknya dingin.

“Hy kenapa perahu tidak kalian jalankan? apakah kamu semua mau tunggu maut disi ni?”

“Tu jie-ya hamba segera suruh mereka jalankan perahu” buru buru Cioe Sun pemilik perahu tersebut menjura.

Diikuti suara ombak memecah ketepian perahu besar iiupun perlahan lahan bergerak kedepan.

Dua buah sampan yang berposisi disebelah Timur tiba-tiba menyingkir kesamping dan membuka sebuah jalan lewat bagi perahu besar itu.

Sementara perahu tadi kian lama berjalan makin cepat, dalam sekejap mata sudah tinggal sebuah titik hitam belaka ditempat kejauhan dan akhirnya sama sekali lenyap dari pandangan

Menanti perahu itu sudah mendekati pantai, pada saat ini sekalipun pinto kirim orang untuk mengejarpun tak akan mampu meayandak mereka, pinto merasa kalian bertiga tentu boleh berlega hati bukan?!

“Hhtumm, ternyata Tootiang adaiah seorang manusia yang pegang janji juga!….

jengek Siauw Ling sambil mendongak dan mamandang sekejap kearah Siauw Yauw-cu.

“Seorang Koen cu apa bila tak dapat di-percaya ia tak akan sanggup bertahan dikolong langit. Pinto percaya cuwi sekalipun merupakan Koen cu yang bisa dipercaya pula setiap perkataannya.”

“Kita berdiri dalam posisi yang Saling bermusuhan, belum tentu kami harus menepati janji,” sela Tu Kioe dingin.

Ucapan ini kontan membuat air muka Sianw Yauw-cu berubah hebat.

“Selamanya sepasang pedagang dari Tiong-chiu selalu pegang jinji dalam setiap tindakannya dalam dunia persilatan, Tu heng tentunya sedang mengajak pinto bergurau bukan?”

“Apa yang cayhe katakan adalah perkataan yang jujur….”

Belum habis Tu Kioe menyelesaikan kata-katanya. Siauw Ling telah menukas sambil ulapkan tangannya.

“Tootiang, silahkan ambil keluar alat borgol kalian!”

Siauw Yauw-cu berpaling dan menggape segera muncul seorang bocah lelaki berbaju hijau serta seorang dara berbaju hijau berjalan menuju keujung perahu.

Perahu berpanca warca itu tingginya mencapai enam depa dari permukaan air sungai sedangkan Siauw Ling sekalian berdiri diatas sampan yang tingginya cuma satu depa lebih sedikit dari permukaan air, oleh sebab itu si anak muda tersebut sama sekali tak dapat melihat pandangan diatas perahu besar itu.

Terdengar Siauw Yauw-cu berkata kembali

“Nab, kalian turunlah. segera pasangkan alat borgol emas itu ditubuh ketiga orang tamu agung kita.”

Bocah lelaki berbaju hijau serta dara berbaju hijau itu berbareng mengiakan, lalu masing-masing turun keatas sampan dimsna Siauw Ling sekalian berada.

Usia kedua orang itu baru empat lima belas tahunan, namun ilmu meringankan tubuh yang dinnlikinya amat sempurna, tatkala mereka melayang turun keatas sampan dari atas perahu panca warna tersebut tubuhnya enteng bagaikan dua lembar daun kering tubuh sampan tersebut sama sekali tidak bergeming barang sedikitpun jua.

Menyaksikan kehebatan kedua orang bocah lersebut, diam-diam Sang Pat berpikir didalam hatinya, “Ilmu silat yang dimiliki kedua orang bocah inipun sudah demikian lihaynya. apalagi orang yang disebut sebagai Su Hay Koencu tersebut kepandaiannya iuar biasa sekali.”

Dalam pada itu tampaklah bocah lelak berbaju bijau itu ambil keluar sebuah borgol yang memancarkan sinar keemas-emasan dalam sakunya lalu bertanya.

“Siapakah dianrara kalian yang hendak memakai borgol ini lebih dulu?”

Borgol emas itu panjangnya cuma tiga depa dengan gelang yang saling berkaitan setiap jarak setengah depa terdapatlah sebuah mata rantai emas sebesar buah lengkeng dengan demikan terbentuklah sebuah borgol yang kuat dan luar biasa.

“Sungguh aneh bentuk borgol Ini,” pikir Siauw Ling setelah mengawasi alat tersebut beberapa saat lamanya, “Dibalik bentuk yang aneh tersebut, pasti mempunyal kegunaan Istimewa”

Dalam pada itu Tu Kioe telah busungkan dada sambil berseru.

“Biarlah Tu jie-ya coba duln, tapi kalian harus tahu bahwa tabiat dari Jie-ya mu kurang baik, kalau kamu dua orang bocah kurang baik menghadipi diriku. hati-hatilah jangin-jangan jiwa kamu berdua akan melayang keakhirat.”

Meskipun usia bocah lelaki berbaju hijau itu tidak begitu besar, tapi imannya sangat tebal, ia cuma tersenyum dan segera angkat rantai emas tersebut untuk dikalungkan keatas leher Tu Kioe.

Perawakan tubuh Tu Kioe sangat tinggi sekalipun bocah berbaju hijau itu sudah angkat sepasang tangannya tinggi-tinggi namun ia tak berhasil mengalungkan borgol tersebut keaias leher Tu Kioe. sementara orang she Tu itu sendiripun sengaja berdiri sambil busungkan dada angkat kepala, tentu saja bocah itu semakin tak sanggup untuk melaksanakan tugasnya.

“Tiba-tiba tampaklah dara dara berbaju hijau itu maju dua langkah kemudian menjulur tangan kanannya kedepan.

Bocah berbaju biru itu mengempos tenaga

badannva meloncat naik keatas lengan dara tersebut laksana kilat mengalungkan borgol emas tadi keatas leher Tu Kioe yang kemudian merantai pula sepasang lengannya sebanyak dua kali akhirnya mengunci setiap tuas borgol yang ada dirantai moas itu.

Sebelum rantai emas tersebut dikunci. Tu Kioe masih tidak merasakan apa-apa tapi begitu dikunci alisnya kontan berkerut.

Kiranya sebelum beberapa buah borgol tersebut dikunci rantai emas tersebut belum nampak kegunaannya, tapi setelah dikunci seluruh rantai emas itu secara tiba-tiba berkerut kencang dan merantai sepasang tangan-nya erat-erat bersama dengan lehernya.

Tn Kioe melirik sekejap kearah rantai emas tersebut. kemudian tertawa dingin dan berdiri tegak tak berkutik.

“Hmm! cuma sebuah rantai emas macam inipun apa mungkin bisa benar-benar memborgol aku orang she Tu???” piktrnya.

Dalam pada itu dari dalam sakunya kembali bocah berbaju bijau itu sambil keluar sebuah rantai emas lalu ujarnya, “Sekarang giliran siapa yang hendak dirantai?”

“Haa…. ha…. haa…. borgol diriku!” sahut Sang Pat sambil sambil tertawa terbahak-bahak.

Bocah berbaju hijau itu melangkah bedepan, dengan cara yang sama iapun memborgol tubuh Sang Pat

…. Selama ini Siauw Ling hanya menyaksikan sebuah tingkah laku bocah berbaju hijau itu dengan pandangau dingin, sepatah ka tapun tidak ia ucapkan keluar.

“Sekarang tiba giliran anda!” terdengar bocah itu menegur sambil ambil keluar borgol ketiga dan mendekati diri Siauw Ling.

“Silahkan turun tangan!”

Bocah berbaju hijau itu angkat borgolnya dan dengan cepat Siauw Ling pun kena dirantai.

Menyaksikan ketiga orang itu telah di borgol semua, Siauw Yauw-cu baru tersenyum dan berkata kembali.

“Pinto masih mempunyai suatu pertnintaan yang sebenarnya tidak pantas untuk di-utarakan keluar.”

“Hmm! kalau permintaanmu itn tidak pantas lebih tak usah diutarakan kelnar,” tukas Tu Kioe dingin. “Cayhe sekalian hanya menyanggupi untuk menggenakan borgol namun tidak pernah mengadakan perjanjian lainnya.

“Peraturan tersebut merupakan peraturan yang ditetap Koencu kami, setiap anggauta Bulim yang ada dikolong langit harus melaksanakannya tanpa kecuali, tentu saja kalian bertiga pun harus tunduk dengan peraturan ini.”

“Apabila permintaan itu adalah permintaan yang tidak pantas, kami sekalian boleh menyetujui, namun boleh juga menamplk. Harap Tootiang mengutarakannya keluar lebih dulu!” kata Siauw Ling.

“Dikala kalian bertemu dengan Koen cu kami, lebih baik tinggalkanlah senjata tajam yang kalian gembol didalam ruang perahu.”

Siauw Ling kerutkan dahinya, belum sempat ia ambil keputusan untuk menerima atau tampik Tu Kioe sudah tak sabar lagi, bentaknya dengan nada keras. ‘ “Perhitungan sie poa Tootiang benar-benar terlalu berkelebihan…. kau anggap kami sudi tunduk dengan peraturanmu itu!”

Sembari berbicara diam-diam hawa murninya disalurkan keseluruh badan dan tiba-tiba ia meronta keras.

Pleeeetak! Pleeeeetak! diiringi suara yang nyaring, borgol emas tersebut bukannya patah jadi dua bagian sebaliknya malah membelenggu semakin kencang rantai-rantai…. yang…. semula…. mengendor karena rontaan tersebut malahan berkerut kencang sekali.

Diam-diam Tu Kioe merasa amat terperanjat, pikirnya.

“Sungguh luar biasa rantai emas kecil ini…. tak nyana kendati bentuknya kecil namun kekuatannya begitu kokoh….”

Terdengar Siauw Yauw-cu tersenyum dan berkata.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar