Rahasia Istana Terlarang Jilid 02

Jilid 2

MENDENGAR jawaban tersebut, dalam hati Sang Pat berpikir, “Keparat cilik ini benar benar licik. Ia telah berhasil menipu nama besar toako ia sendiri tak mau menyebutkan namanya.”

Segera ia mendehem dan berkata, “Ditengah malam gelap pasang lampu, memukul genta genta dengan Suara. Kepandaian sahabat betul betul luar biasa sekali.”

“Siapa anda?” sinar mata lelaki kekar itu segera dialihkan keatas wajah Sang Fat

“Loo-toa dari sepasang pedagang dari Tiong Chie, Sang Pat adanya, mereka masih tidak takut dicemooh orang. jual beli dilakukan tiap kali secara adil selamanya yang tua tak pernah menipu yang muda dan yang muda tidak mengganggu yang tua. Seharusnya andapun menyebutkan nama anda sendiri.

“Hmmm…. tauke besar, sudah lama kudengar nama gede dari Tiong Chin Siang Ku dalam melakukan perdagangan selamanya sukses dan berhasil, kekayaan yang berhasil dikumpulkan melebihi semua negeri….”

“Hey, kami sedang bertanya siapa namamu!” tukas Tu Kioe ketus. “Kalau telingamu Sudah kapokan, suruh orang Iain saja yang berbicara dengan kami….”

Sinar mata lelaki kekar itu beralih keatas wajah Tu Kioe kemudian membacot lagi

“Nada ucapan anda tidak sedap didengar, aku rasa kau pastilah tauke kedua dari Tiong Chiu Siang Ku yang disebut pit besi berwa-jah dingio Tu Kioe adanya.”

“Sedikitpun tidak salah, cayhelahTu Kioe.”

“Sebatang pit baja serta sebuah gelang Perak perlindungan tangan dari tauke sudah lama tersohor dalam dunia persilatan. sayang sekali belum sempat bagiku untuk mohon petunjukmu.”

“Ehmm, pengetahuan anda sungguh luas sekali. tahukah kau siapa diri loohu?” sela Tok Chiu Ong.

Lelaki itu memperhatikan sekejap wajah Si raja obat bertangan keji, kemudian menjawab, “Walaupun tubuh sehat kurus kering dan kecil, namun jelas kau adalah seorang jagoan yang punya nama besar dalam dunia persilatan.”

“Tak usah kau puji puji dan loohu, kalau kau tidak sanggup menyebutkau nama loohu “

Menggunakan kesempatan tatkala Tok Chiu Yok Ong sedang mengucapkan kata ka ta itu mendadak lelaki kekar tadi berbisik Iirih ke arah diri Siauw Ling.

‘apabila cuwi sekalian sudi menolong diri cayhe, aku pasti akan membalas budi kebaikan kalian ini.

Sekalipun ucapan tersebut diutarakan dengan nada yang amat lirih, tetapi berhubung jarak mereka berdekatan maka balk Siauw Ling maupun sepasang pedagang dari Tiong Chiu dapat mendengar amat jelas sekali. Pe-rnbahan yang terjadi diluar dugaan ini bukan saja membuat Siauw Ling jadi bingung, bimbang dan berdiam melongo-longo, sekalipun sepasang pedagang dari Tiong chiu yang sudah berkelana didalam dunia persilatan serta mempunyai pengetahnan yang amat luaspun dibikin tertegun sehingga berdiri melongo dengan mata terbelalak lebar, untuk beberapa saat lamanya mereka tak sangggup mengucapkan sepatah katapun.

Tatkala lelaki kekar itn tidak mendengar jawaban dari Siauw Ling, sinar matanya segera dialihkan keatas wajah sepasang pedagang dan Tiong Chiu dan ujarnya.

“Apabila kalian berdua suka menolong caybe rela membayar dengan suatu nilai yang tinggi.”

“Berapa besar yang akan kau bayar?” ta nya Sang Pat tanpa sadar.

“Sebuah lukisan asli dari Malaikat Lukisan Si Thian Too.”

“Ehmm. harganya bagus sekali. terima tawaran itu….”

Berbicara sampai disitu. mendadak Si sie-poa emas menutup mulutnya kembali. ia me rasa dirinya sudah salah bicara, maka sambil berpaling kearah Siauw Ling dan tertawa jengah katanya, “Aaai….! Siauwte sudah berjanji tidak melakukan perdagangan lagi, tapi setelah berjumpa dengan suatu tawaran yang tinggi tanpa sadar penyakit lamaku kambuh lagi, harap toako jangan marah.”

“Bukankah kau sudah sanggupi permintaannya?” Pikir Siauw Ling dalam hati. “Buat apa kau tanyakan pula persoalan itn kepada ku? Bukankah perbuatanmu ini hanya suatu perbuatan yang tak berguna?

Walaupun dalam hati berpikir demikian diluaran ia menjawab, “Urusan sudah jadi begini, tanyakan saja dia punya kesulitan apa

Lelaki kekar yang berdiri diatas sampan cepat Iainnya, supaya sudah melihat gelagat yang kurang baik, tiba-tiba ia enjotkan ba-dannya melayang keatas perahu besar, tegurnya dingin, “Kita harus berlalu?”

Tangan kanannya berkelebat mencengkeram bahu lelaki yang telah berada di atas perahu besar duluan itu

Tahan!” Bentak Sang Pat dengan alis berkerut.

Dalam pada itu lelaki kekar yang berada diatas perahu besar duluan itu sama sekali tidak melancarkan serangan balasan terhadap datangnya ancaman, ia berkelit kesamping: dan mengundurkan diri kesisi tubuh sepasang pedagang dari Tiong chiu

Sang Pat melangkah dua tindak kedepan, ia lepaskan lelaki kekar yang berada diatas perahu besar lebih duluan itu untuk bersembunyi dibeiakaog, kemudian sambil mencengkeram lelaki yang kekar datang kebelakang.

tegurnya’

“Ditengah siang hari bolongpun kau berani turun tangan melukai orang….”

“Siapa suruh kau mencampuri urusan orang lain,” teriak lelaki itu amat gusar.

Sreeet….! sebuah totokan telah dilepaskan kedepan

Dengan keras lawan keras Sang Pat menyambut datangnya serangan itu, lalu berseru.

“Apakah anda benar-benar ada maksud hendak ajak diriku berkelahi?”….

Dari bentrokan kekerasan yang baru saja terjadi lelaki kekar itu sudah menyadari bahwasanya ia telah berjumpa dengan musuh tangguh, bukannya melayani serangan musuh lebih jauh, ia putar badan melayang kembali keatas perahunya sendiri

Memandang bayangan punggung lelaki kekar itu, Sang Pat berguman seorang diri.

“Aneh…. sungguh heran sekali…. aku rasa jual beli ini tidak akan beruntung dengan begitu gampang….”

Dalam pada itu lelaki kekar itu tadi secara tiba-tiba mengusap keatas wajahnya sendiri melepaskan sebuah topeng yang terbuat dari kulit manusia, dengan demikian wajah aslinya segera terlihat didepan mata.

Orang itu punya sepasang mata yang gede dengan alis tebal, wajah persegi dan mulutnya lebar, usianya kurang lebih lima puluh tabunan.

Tui-Chiu-Yok-Ong memperhatikan sekejap wajah lelaki kekar itu tiba-tiba ia berkata, “Kembali anda akan kebobolan uangnya!”

“Apakah ada yang tidak beres?” tanya lelaki itu rada tercengang.

“Kalau kutinjau dari raut wajah, jelas menbuktikan bahwa kau telah keracunan hebat. masa kau merasa keberatan untuk mengeluarkan sedikit ongkos guna pengobatan?

“Dari mana kau bisa tahu kalau aku keracunan hebat?” Kembali lelaki itu bertanya dengan nada tetawa.

“Loohu menyadari bahwa sepasang mata-kn belum rabun. ababila cuma melibat tanda-tanda orang yang keracunan pun tidak becus buat apa aku melakukan perjalanan lagi di-dal m dunia persilatan?”

“Sebenarnya siapakah anda? Kita tidak pernah saling kenal mengenal dari mana kau bisa tahu kalau aku telah keracunan hebat dalam sekilas pandang saja!”

“Dia bernama si Raja Obat Bertangan Keji Siauw Ling memperkenalkan. “Dialah tabib nomor satu dalam dunia persilan ini.”

“Ouw…. kiranya kaulah yang disebut si Raja Obat bertangan Keji.”

Lelaki kekar itu menjura. “Maaf, apabila cayhe kurang hor-mat dalam sikapku tadi.

Tiba-tiba ia putar dan berkelebat masak kedalam ruang perahunya.

Sepeninggal si Raja Obat, Sang Pat tersenyum, terdengar ia berkata, “Jual beli ini telah kami terima, tetapl siapakah diri anda? Aku rasa sudah sampai pada waktunya bagimu untuk bicara terus terang.”

“Aai…. Cayhe bernama Si Ching….”

Tiba-tiba terdengar Siauw Ling membentak keras, ditengah berkelebatnya cahaya pedang…. trang, sebatang asak panah telah disampok rontok.

“Suatu ilmu pedang yang amat dahsyat ” suara pujian yang sangat nyaring menggema datang dari arah depan.

Tatkala Sang Pat mendongaK, tampak empat buah sampan cepat sedang bergerak mendekat…. diatas ujung sampan berdirilah empat orang lelaki kekar, dua orang mencekal senjata dan dua orang menbekal gendewa “Saudara berdua, cepat bawa dia masuk kedalam ruang perahu.” teriak Siauw Ling.

Belum habis ia berseru, terdengarlah desiran angin tajam menderu-deru, serentetan anak panah meluncur datang bagaikan hujan Siauw Ling segera putar pedangnya Keempat penjuru…. trang! trang! trang ‘ keempat anak panah seketika terpukul rontok.

Sang Pat menjinjing bajunya ambil keluar sie-poa emasnya, ditengah berkelebatnya cahaya tajam iapun berhasil memukui rontok dua batang anak panah yang berada disisinya Tu Kioe pun ambil keluar senjata pit baja serta gelang pelindung badannya semectara dalam hati ia berpikir: “Aku harus berusaha untuk mendapat diatas sampan mereka, dengan demikian mere-ka baru bisa dilukai “

Siapa sangka ketika sampan sampan kecil itu tiba kurang lebih tiga tombak disisi perahu besar, mendadak mereka berhenti bergerak dan tidak maju lebih mendekat lagi.

“Tahan!” tiba dan atas sampan kecil sebelah kanan berkumandang datang suara bentakan.

Bersamaan dengan bergemanya bentakan tadi, hujan anak panah yang dilepaskan dari atas sampan kecil itu segera berhenti.

Diam-diam Siauw. Ling berbisik kepada Sang Pat serta Tu Kioe.

“Mereka sudah membentuk barisan segi tiga untuk melancarkan serangan hujan panah kepada kita, tidaklah menguntungkan bagi kita untuk melakukan perlawanan dari ujung perahu cepat masuk kedalam ruang perahu dan cari akal untuk menghadapi mereka.”

“Entah orang-orang itu beraSal dari mana” iata Tu Kioe. “Mereka berhasil mengumpulkan begitu banyak sampan-sampan cepat di atas permukaan sungai yang demikian luas. serta mendatangkan begitu banyak pemanah jelas hal ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah jago-jago Bu-lim biasa, melainkan suatu perkumpulan perampok yang biasanya memang beroperasi diatas sungai.”

Dalam pada itu terdengar lelaki kekar yang ada diatas sampan cepat sebelah kanan telah membentak kembali, “Siapakah pemimpin diatas perahu?”

“Sudahkah anda menyaksikan sendiri keadaan situasi yang terbentang dewasa ini’”

Perlahan lahan sinar mata Siauw Ling ber putar memandang sekejap keempat peujuru lalu menjawab ;

“Sudah kulihat dengan jelas sekali. Hmm cuwi sekalian tidak lebih hanya mengandalkan beberapa orang pernah serta posisi segi tiga untuk menggertak orang belaka.”

“Hm, 8eandainya diujung anak panah aku sulut apj kemudian dipanahkan keperahu anda, tahukah kamu semua bagaimana keadaannya pada saat itu’”

Ancaman ini membuat Siauw Ling tertegun seketika itn juga, diam-diam pikirnya, “Sunggah Iihay ancaman yang mereka ka takan barusan, seumpama kata mereka benar-benar memanahkan anak-anak panah berapi keatas perahu, niscaya keadaan kami bakal runyam,”

Dalam pada itu dibawah perlindungan Sang Pat serta Tu Kioe, Si Ching telah menngundurkan diri kedalam perahu. sedangkan Sang Pat tetap berjaga-jaga didepan pintu ruang perahu siap menyambut Siauw Ling. Terdengar lelaki nu berkata kembali:

“Bagus! Rupanya sebelum bertemu dengan peti mati kalian tidak akan mengucurkan air mata, akan kusuruh kalian rasakan kelihayan kami….”

“Berikan sedikit kelihayan pada mereka’”

Pemanah pemanah itu mengiakan, dari sarung panah mereka segera bersiapan sebatang panah yang bentuknya istimewa sekali.

Seorang lelaki kekar mengambil keluar sebuah obor disulutnya keujung anak panah tersebut, api segera berkobar diatas ujung anak panah dan diiringi desiran angin tajam anak panah api tadi dengan cepat meluncur keatas perahu.

Anak panah itn entah terbuat dari bahan apa, sekalipun meluncur datang dengan menembusi angkasa namun kobaran api pada ujung anak panah tersebut sama sekali tidak padam.

Siauw Ling kebaskan pedangnya kedepan. Pletak! Anak panah berapi tadi segera terpukul rontok ke dalam air,

Daya bakar dari api tersebut sungguh lihay sekali. sekalipun anak panah tadi sudah terjatuh kedalam air, namun api masih ber-kobar beberapa saat lamanya diatas permuka an air untuk kemudian baru padam dengan sendirinya.

‘Ooouw…. sungguh lihay sekali,” pikir Siauw Ling.

Terdengar lelaki kekar itu berkata kembali.

“Ditinjau dari kecepatan gerak anda dikala mencabut pedang, kemudian ketepatan dalam merontokan anak panah tersebut, aku yakin anda pastilah seorang jagoan yang punya nama besar dalam dunia persilatan. Tetapi seumpama kata aku perintahkan delapan orang pemanah untuk bersama-sama melepaskan anak berapi secara beruntun dari tiga penjuru, sekalipun anda memiliki gerakan pedang yang cepat, tak mungkin bukan bagimu untuk merontokanseluruh anak panah berapi yang kami lepaskan kerah perahu kalian?

asal kan salah satu saja diantara anak-anak panah berapi kami berhasil mengenai diatas perahu anda, niscaya perahu kalian bakal terbakar dengan hebatnya dan didalam sekejap mata. seluruh perahu akan berubah jadi lautan api kemudian perlahan lahan tenggelam kedasar sungai.”

walaupun Siaaw Ling adalah seorang manusia yang cerdik namun berhubung apa yang diucapkan plhak lawan adalah merupakan suatu kejadian yang masuk diakal, maka untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggnp mengucapkan sepatah katapun jua.

Sang Pat yang berada disana segera berbisik lirih, “Situasi yang kita hadapi sekarang walaupun sangat bahaya, namun jangan sampai kita kalah wibawa, apabila Tok Chiu Yok Ong suka turun tangan serentak, dengan ke kuatan kita berempat dan masing-masmg me ngarab sebuah sampan musnh, rasanya bukankah suatu pekerjaan yang terlalu sulit untuk menghancurkan mereka dengan gerakan yang cepat. Rupanya orang yang bicara dan atas sampan sebelah kanan itu merupakan pemimpin dari keempat buah sampan cepat tersebut,llmu silat yang ia milikipun tentu lihay sekali, biarlah toako yang menghadapi dirinya, sedang Siauw-te sekalian serta Tok Chiu Yok Ong akan menghadapi manusia manusia ynng perada diatas ketiga buah sampan lainnya.”

Perkataan tersebut diucapkan dengan suara yang amat lirih, ditambah pnla ombak sedang menggulung keras, dan keempat buah sampan cepat itu berlabuh kurang lebih tiga tombak dilnar perahu mereka, maka Sekalipun pihak lawan dapat menyaksikan bibir Sang Pat berkemak kemik namun tidak kedengaran apa yang sedang ia ucapkan.

Siauw Ling pun berbisik lirih.

“Anak panah yang mereka perslapkan sangat istimewa sekali bentuknya dan mempunyai daya bakar yang sangat kuat…. biarlah Siawte saja yang mengadakan kontak dengan dia, kemudian akan kusampaikan kepada toako kami Nah, sahabat, silahkan kau membuka harga agar kamipun bisa menawar dengan lebih leluasa…. asal penawar tidak tinggi, pasti akan kami kabulkan permainan kalian!’

Lelaki itu tertawa dingin lain berseru, “Pertama, serahkan dulu penghianat yang telah kalian lindungi itu “

“Persoaian ini gampang sekali diselesaikan. situasi yang kami hadapi amat berbahaya sekalipun orang itn suka membayar dengan harga yang tinggi, jual bell ini sudah pasti kamilah yang menderita rugi.

“Hemm, tak nyana kau masih sedikit tahu diri!”

Satu saja diantara anak anak panah itu bersarang diatas perahn kita, niscaya perahu kita bakal terancam mara bahaya.”

Keadaan situasi telah berubah jadi begini terpaksa kita harus berpesan kepada Cioe Soen sekalian agar siapkan air untuk menolong api.

“Mereka tidak kenal ilmu silat, bukankah korban yang berjatuhan akan semakin banyak.

“Sekalipun ada diantara mereka yang terpaksa jatuh korban. apa yang bisa kita bicarakan lagi?”?”

“Baiklah akn turuti saja kemauanmn, Nah pergilah menghadap Yok ong dan rundingkan persoalan ini dengan dirinya, coba kita lihat apakah ia punya pendapat lain atan tidak.”

“Tok Chiu Yok ong menaruh rasa hortnat terhadap dirimu, Siauw te rasa apa yang kau ucapkan tidak akan ditampik olehnya. Urusan dalam menghadapi orang ini serahkan saja kepada diri siauw te.

Siauw Ling termenung sejenak, akhirnya ia mengjngguk.

“Baiklah “…. <s

Dengan langkah lebar ia segera berjalan” masuk kedalam ruang perahu.

Sang Pat pun sudah menyimpan kembali senjata sie-poa Masnya, dengan langkah lebar ia berjalan keluar, setelah menjurah kearah lelaki yang ada disebelah kanan perahu tegurnya.

“Sahabat, siapakah namamu

Orang itu tidak menjawab, sebaliknya malah balik bertanya dengan nada dingin.

“Diantara kalian berdua, sebenarnya siapakah yang bertindak sebagai pemimpin.?”

“Dia adalah toako kami tentu saja dialah pemimpin kami.”

Lelaki kekar itu segera tertawa dingin.

“Apabila anda memang merasa bahwa kau bukan pemimpin diatas perahu, lebih balk suruhlah Liong tauw toako kalian untuk tampil kedepan mengadakan pembicaraan “

“Haaaa. haaa…. dia adalah Liong tauwtoo kami, sudah sepantasnya kalau dia tidak sudi mengadakan pembicaraan dengan segala…. manusia kurcaei

“!t^ah, sahabat silahka sebut dahulu namamu agar dalam pembicaraan selanjutnya kita bisa salmg menyebut dengan leluasa.”

“Cayhe siular air Tong Peng.

“Ooouw…. kiranya Tong heng, selamat berjumpa, selamat berjumpa.”

Rupanya Sang Pat sengaja hendak mengulur waktu maka ia selalu saja mengajak orang itu berbicara yang bukan bukan

Terdengar Tong Peng berkata kembali dengan nada dingin.

“Kedua aku minta cuwi sekalian suka mengikuti diri cayhe untuk menjumpai Koen eu kami.”

“Koen-cu kalian?….” Sanya Sang Pat sambil tersenyum

“Tidak salah, Koen-cu kami belum lama munculkan diri dalam duniapersilaian, maka jarang sekali orang Bu-lim yang mengetahui akan dirinya

“Oooouw…. kiranya begitu tidak aneh kalau cayhe belum pernah mendengar akan nama Koen cu kalian.”

“Dikala cnwi sekalian pergi mengnnjungi Koen-cu kami, semua senjata tajam harus di tanggalkan dan tangan serta badan kalian harus diborgol.”

“Empat kali dua jadi delapan, dua kali lima jadi sepulah.„.wah…. rugi…. rugi” teriak Sang Pat sambil pukul pulang pergi biji-biji sie-poanya.

“Syarat yang kami ajukan cuma dua, sudikah kalian menyanggupi atau tidak harap segera diputuskan.” seru Tong Peng gusar-”Kalau kalian sengaja mengulur waktu lagi. jangan salahkan kalau kami bertindak kejam”

“Tidak sulit bagi kami untuk menjumpai Koen-cn kalign, tapi kalau kami suruh pakai borgol…. wah…. wah…. kan kurang sedap dipandang, emangnya kami orang buronan?”

“Barang siapa yang bertemu dengan Koen cu kami untuk pertama kalinya, dia harus mengenakan borgol dibadan.”

“Kaupun akan menggunakannya jnga?

“Anggota istana tentn saja tidak perlu memakai borgol.

Sang Pat berpaling sekejap kearah ruang perahu, melihat tiada gerakan apapun. terpaksa ia menyambung leoih jauh.

“Untuk menghadapi masalah seperti ini, terpaksa keputuasnnya harus menunggu Liong tauw toako kami….”

“Tidak bisa diterima!” mendadak terdengar Siauw Liang berteriak keras dis.isul munculkan diri dalam ruang perahu, dengan langkah lebar.

Tidak bisa diterima? berarti kalian mencari kematian buat diri sendiri!” bentak Tong Peng semakin naik pitam.

“Tak usah anda cemaskan, sekalipun ingin mati kami tak akan sudi mati ditengah sungai.”

“Hmmmmmmmm! cayhe tiiada waktu lagi bagiku untuk mengajak kalian bicara yang tak berguna itu, mau atau tidak mau harus cepat diputuskan kalau kalian coba mengulur waktu lagi, jangan salahkan kalau aku akan segera perintahkan mereka untuk melepaskan panah-panah berapi

Dalam puda itu Siauw Ling telah berjalan menuju keujung perahu, bisiknya kepada diri Sang Pat, “Tok Chiu Yok Ong telah menyanggupi rencana kita, dewasa ini masalah yang penting adalah bagaimana caranya mendekatkan perahu kita dengan keempat buah sampan tersebut, namun yang paling penting begitu bergerak kita harus sukses dalam penye rangan “

“Dewasa ini jarak perahu kita dengan sampan mereka mencapai tiga tombak lebih, asal kita bisa lima depa lagi niscaya tiada kesulitan bagi kita untuk mendarat diatas sampan-sampan tersebut.”

Tiba-tiba terdengar Ular.Air Tong Peng berteriak keras

Sudah seiesaikan perundingan kalian berdua cayhe tidak punya kesabaran lagi untuk menunggu.”

“Tong-heng. bagimana kalau kau menunggu sejenak lagi?”

“Cayhe akan menghitung dari angka satu sampai sepuluh. kalau kalian berdua belum juga berhasil mengambil keputuSan maka cayhe segera akan melepaskan panah-panah berapi.”

Tiba-tiba ia angkat tangan kanannya dan membuat gerakan satu lingkaran atas kepala.

Siauw Ling alihkan sinar matanya kearah sampan tersebut, tampaklah dengan buah gendewa yang ada dikeempat sampan tadi telah direntangkan lebar lebar siap melepaskan anak panah yang telah dipersiapkaa diatas-nya, sementaia lelaki bersenjata tombak yang berada disisi pemanah-pemanah tersebut mulai menyambut api.

Asal Tong Peng menurunkan perintahnja, maka delapan anak panah berapi dengan seketika akan meluncur kearah perahu,

Menyaksikan ancaman tersebut. Sang Pat mengerutkan alisnya rapat-rapat.

“Kalau ditinjau dari situasi yang kita hadapi sekarang terpaksa kita harus menerjang kearah mereka dengan menempuh bahaya….” keluhnya.

Terdengar Tong Peng sudah niulai menghitung “satu…. dua…. tiga,…. empat….” dan mencapai angka ketujuh

“Aku menerjang dulu keatas sampan yang ditumpangi manusia she Tong itu.” bisik Siauw Ling sambil diam-diam mengempos hawa murninya mengelilingi seluruh badan.

“Toako hendak turun tangan lebih dulu’”

Pada waktu si Ular Air Tong Peng telah menghitung sampai angka kesembilan, baru saja angka kesepuluh hendak meluncur keluar dan mulutnja, tiba-tiba Siauw Ling membentak keras, “Tutup mulut”

“Ada urusan apa?” tanya Tong Peng ter-tegun.

Siauw Ling bersuit nyaring, ia enjotkan badannya melayang dua tombak ketengah angkasa, setelah berpurar satu lmgkaran di udara laksana kilat badannya menubruk kearah Tong Peng.

Melibat datangnya tubrukan, Tong Peng membentak keras, tombak panjang ditangannya segera mentisuk kearah depan.

Dtikuti anak-anak panahpun berdesiran memenuhi seluruh angkasa, delapan batang anak panab berapi duringi percikan bunga- bunga api meluncur kearah perahu besar tersebut secara berbareng….“

Gerakan tubuh Siauw Ling cepat kilat, dalam sekejap mata ia sudah mendekati sampan kecil itu pedangnya menjejak kebawah menyingkir datangnya tombak setelah berhasil melayang turun diujung perahu, pedang yang menempel diatas tombak langsung. msmbabat kearah bawah

Tong Peng miringkan badannya kesamping, Sementara seorang lelaki kekar bersenjata tombak pula ayunkan senjatanya bagaikan sebuah toya mengancam pinggang lawan.

Kiranya, setelah kehadiran Siauw Ling di atas sampan mereka, berhubung senjata tomb;iknya terlalu panjang sulit baginya untuk menyerang secara gencar, maka terpaksa ia menyapu pinggang uijsuh untuk mende-sak si anak muda itu mundur kebelakang.

Siauw Ling salurkan hawa murmnya kearah kaki, kuda-kudanya diperkuat dan sang pedang bergetar kedepan memaksa si ular air Tong Peng harus menymgkir kesamping.

Menggunakan kesempatan itulah Siauw Ling bergeser kearah depan, telapak kirinya laksana kilat melepaskan sebuah babatan kilat menghantam dada lelaki bersenjata tombak itu, Segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan diiringi desiran angin tajam langsung menerjang kedepan.

Panjang sampan yang tidak lebih satn tombak dengan lebar hanya beberapa depa, dan hadirnya empat orang diujung perahu maka ruangan kosong jadi amat terbatas. Menyaksikan datangnya serangan Siauw Ling amat dahsyat, tidak sempat bagi lelaki kekar itu untuk menghindarkan din, terpaksa ia berkelit kesamping guna meloloskan diri dari ancaman.

Bruk….! terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat bersarang telak diatas bahunya, ia mendengus berat dan tak kuasa lagi badannya tercebur kedalam sungai.

Setelah melepaskan sebuah babatan tersebut kelima jari tangan kiri Siauw Ling bagaikan sebuah jepitan langsung mencengkeram keatas tombak panjang lawan.

Tubuh lelaki itu termakan lebih dulu oleh hantaman lawan diikuti sapuan tombaknya baru tiba, dengan sendirinya tenaga serangan yang menyertaipun jauh lebih berkurang.

Kedua buah jurus serangan ini dilancarkan dengan menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya, bukan kepalang dahsjat nserta kejinya.

Lelaki yang berada disebelah kiri tak sanggup menghindarkan diri, bahu kirinya segera termakan oleh gempuran lawan, membuat badannya tak kuasa lagi tercebur kedalam sungai, sementara orang yang ada diperahu tersentak mundur sejauh dua langkah kebelakang tatkala menyambut serangan Sang Pat dengan keras lawan keras

Sang Pat mendesak kedepan lebih jauh, sebuah tendangan kilat segera dilepaskan….

Dalam menghadapi serangan yang dekat, tak leluasa bagi lelaki bersenjata tombak itu untuk melancarkan serangan, tatkala menyambut datangnya serangan dari Sang Pat tadi, idarah panas di dalamr ongga dadanya lelaki ini telah bergolik keras, dan napasnya terengah-engah kini menyaksikan datangnya tendangan kilat buru-buru ia melompat mundur kebelakang.

Apa Iacur kakinya menginjak ditempat kosong maka tak ampun lagi badannya tercebur kedalam sungai.

Walaupun kedua orang bersenjata tombak itu berhasil didesak hingga terjun kedalam sungai oleh serangan berantai Sang Pat, namun dengan kejadian ini cukup waktu bagi kedua orang pemanah yang ada diatas sampan itu untuk mencabut keluar goloknya menghadapi serangan musuh.

Suatu pertempuran sengit antara Sang Pat melawan kedua orang itupun berlangsung dengan serunya. Siauw Ling yang mengawasi situasi kalangan dapat menyaksikan bahwa telah berhasil menguasai kalangan, kedua orang lelaki itu kena terkurung dibawah sen jata sie-poa emajnya hingga tiada bertenaga untuk melancarkan serangan balasan. Justru keadaan dari Leng Bian Tiiat Pit Tu Kioe lah yang paling bahaya.

Kiranya tatkala S:ing Pat meloncat kearah Sampan kecil itu. Tok Chiu Yok Ong seita Tu Kioe yang berada didalam ruang perahu pun sama-sama lari keluar kegeladak dan secara terpisah menyerang dua buah sampan

Setelah tubuhnya tiba diatas sampan, sepasang telapak Tok Chiu Yok Ong telah di lancarkan berbareng menghantam dua orang bersenjatakan tombak itu,

Dua gulung tenaga yang maha dahsyat secara terpisah mengancam musuh musuhnya.

Dengan lweekang yang amat sempurna di tambah pula serangan itu dilancarkan dengan segenap tenaga, belum sempat kedua orang musuhnya putar tombak badan mereka telah terdesak mundur dua langkah kebelakang.

Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Si Raja Obat Bertangan Keji melayang turun keatas sampan, tangan kirinya melancarkan serangan kembali menghantam pemanah yang ada disana sementara telapak kanannya menghantam pergelangan kiri dan kanan

Inilah salah satu yang paling diandalkan yaitu Gulungan Ombak berlapis lapis ketika telapak kanannya bersarang dipergelangan kiri lawan, berlapis lapis tenaga Iwe kangnya acara berbareng menerjang tubuh musuh.

Pemanah tersebut tidak sampai untuk meloloskan goloknya lagi, terpaksa ia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.

Tenaga dalam Tok Chiu Yok Ong amat sempurna, tentu saja orang itu bukan tandingannya,dengan terjadinya bentrokan dahsyat badannya tergentar mundur dua langkah kebelakang.

Siapa sangka baru saja ia berhasil berdiri tegak. segulung tenaga pukulan lapisan kedua menghantam kembali dadanya dengan cepat senjata tersebut berhasil di-rampas oleh Siauw Ling,

Dalam sekejap mata itulah dikala Siauw Ling berhasil merampas sebatang tombak-terdengar jeritan yang menyayat hati berkumandang memenuhi angkasa, si Ular air Tong Peng membentak keras lalu ikut terjun pula kedalam sungai.

Kiranya pedang Siauw Ling yang menempel diatas tombak lawan telah membabat ke arah bawah. maka tidak sempat lagi Tong Peng untuk menghindari diri dan babatan lawan, kontan lengan kirinya kena terbabat putus jadi dua bagian. rasa sakit yang tak terkirakan membuat dia harus meninggalkan sampan dan terjun kedalam sungai.

Dalam sekejap mata Siauw Ling telah berhasil merobohkan dua orang musuhnya, ia tidak berdiam sampai disana, pedangnya berputar kencang dengan jurus Burung merak Pentang sayap laksana sebuah kilatan gantur senjata tajam itu langsung membabat kearah dua orang pemanah yang berada pula diatas sampan itu.

Kedua orang pemanah itu merasa terperanjat tatkala mendengar jeritan ngeri dari rekannya, dalam keadaan seperti ini tiada kesempatan lagi bagi mereka untuk melepaskan panah-panah berapi kearah perahu.

Gerakan pedang Siauw Ling cepat bagaikan sambaran kilat, belum sempat kedua itu memberikan perlaWanan, sang pedang telah meluncur tiba.

Dalam keadaan yang terdesak, tidak sempat lagi bagi kedua orang lelaki itu untuk mencabut keluar goloknya, dengan gendewa sebagai senjata mereka tangkis datangnya babatan lawan.

Bluuuummm….! Bluuummm….! Otot kerbau yang kuat diatas gendewa tersebut segera terbabat putus jadi dua bagian.

Melihat gendewa patah, dua orang itu cabut keluar goloknya.

Siauw Ling miringkan badan kesamping Ialu mendesak kedepan sebuah tendangan kilat membuat seorang lelaki tercebur kedalam sangat, pedang ditangan kanan bergetar keras, dengan gerakan menembus awan merengut rembulan ujung pedangnya menembusi ulu hati orang itu.

Dalam waktu yang amat singkat, empat orang musuh yang berada diatas sampan ter sebut tetap berhasil dipaksa Siauw Ling ter jun keadaan sungai dan mati binasa.

Tatkala ia berpaling, tampaklah diatas ke tiga buah sampan yang lainpun sedang berlangsung suata pertempuran yang maha seru.

Kiranya ketika Siauw Ling turun tangan tadi. Sang Pat pun segera ikut rurun tangan Sie-doa emas ditangan kanannya diputar sedemikan rupa untuk melindungi badan dan langsung meloncat keatas sampan nomor dua dari sebelah kanan

Tenaga kail ini telah menggunakan hawa murni yang dimilikinya, gerakan tubuhnya cepat laksana sambaran kilat dan luar biasa lihaynya.

Tindakan Siauw Ling dalam merampas sampan kecil Itu telah mempertinggi kewaspadaan para jago yang ada di ketiga sampan lainnya, melihat Sang Pat meloncat datang. dua orang lelaki bersenjata tombak segera menyongsong kedatangannya dengan tusukan kilat

Terasalah segulung tenaga tarikan yang maha dahsyat mendorong badan lelaki itu hingga terhuyung maju kedepan.

Dengan kejadian ini, secara kebetulan pula ia telah sambut datangnya hantaman tornbak dari rekannya vang ada disebelah kiri, maka tak ampun bahu kanannya terhajar.

Dasarnya lelaki itu sudah tak kuat mempertahankan diri, terhajar pula oleh tombak rekannya sendiri, kontan tulang bahunya hancur dan diiringi dengusan berat tubuhnya terjungkal kedalam snngai.

Tok Chiu Yok Ong melanjutkan serangan nya senjata tombak hasil rampasannya di sapn kedepan deng,an dahsyat, pemanah serta lelaki kekar bersenjatakan tombak yang masih ketinggalan diatas sampan tentu saja tak sanggup mempertahankan diri, mereka terdesak hebat dan akhirnya mencelat keluar dari sampan

Melihat musuhnya telah roboh semua Tok Chiu Yok Ong tertawa terbahak-bahak ia jungkir balikkan sampan itu hingga tenggelam dan ia sendiri melayang balik keperahu

Dikala Tok Chiu Yok Ong meloncat balik keatas perahu itulah Siauw Ling pun telah menenggelamkan sampan hasil rampasannya dan melayang kearah sampan Iain dimana Tu Kioa masih terlibat dalam pertarungan sengit.

Dalam pada senjata pit baja dari Tu Kioe telah berhasil merobohkan salah seorang musuhnya, kemudian melanjutkan pertarungan melawan ketiga orang sisanya.

Sebelum Siauw Ling berhasil melayang tiba diatas sampan, pedangnya bergerak ce-pat sebuah lengan dari seorang pemanah melayang jadi dua baglan.

Melihat kehadiran toakonya semangat Tu Kioe makin berkobar. Ia membentak keras dan senjata pitnya kembali melukai seorang musuh

Dua orang sisanya tatkala melihat gelagat tidak menguntungkan segera putar badgn us tnk melaukan dm, namun sebelum orang itu sempat terjun kedalam air, sebuah pukulan udara kosong yang dilepaskan Siauw Ling telah bersarang diatas punggungnya, di iringi muncratan darah segar orang itu menemui ajalnya didalam snngai,

Sedangkan pemanah terakhir ltupun berhasil dilukai oleh Tu Kio, dengan demikian semua musuhpun berhasil dibasmi habis.

Tu Kioe simpan kembali senjatanya. setelah menenggelamkan sampan kecil tersebut bersama-sama Siauw Ling mereka kembali keatas perahu.

Dua orang lelaki kekar yang sedang melangsungkan pertarungan sengit melawan Sang Pat buru-buru putar badan melarikan diri tatkala menyaksikan seluruh rekannya sudah mati binasa semua. melihat mnsuhnya lari Sang Pat pun segera menjalankan sampan kecil tadi mendekati perahu besar, terdengar ia berseru sambil tertawa.

“Ada baiknya kita tinggalkan sampan tersebut buat kita pakai, mungkin sampan ini berguna sekali bagi kita kelak.”

Sementara itu Siauw Ling melakukan pemeriksaan diatas perahu mereka, kerugian yang diderita ternyata tidak begitu parah seperti apa yang diduga semula, kecuali sebagian geladak terbakar serta sebuah layar tumbang hanya dua orang pelaut saja yang terluka, boieh dibilang kerugian tersebut merupakan sebuah kerugian yang enteng.

Si Ching berdiri didepan ruang perahu. menyaksikan ilmu silat para jago yang sangat lihay dalam hati ia merasa kagum bercampur takut, ia tahu para pemanah dan keempat sampan cepat yang berhasil melarikan diri pasti akan meloporkan kejadian ini kepada koencu mereka dan persoalanpun akan berlangsung makin besar

Segera ia menghela napas panjang, ujar nya.

“Cayhe merasa amat certerima kesih sekali buat budi pertolongan cuwi sekalian, hanya saja dsngan perbuatan kalian ini maka tanpa disengaja cuwi semua telah mengikat tali permusuhan dengan Su Hay Koen-cu, ke jadian ini membuat cayhe merasa amat ber sedih hati….”

Semua orang tidak ada yang mengomentari perkataan tersebut, terdengar si Raja obat bertangan keji berseru lantang.

“Pasang layar dan lanjutkan perjalanan!”

“Kita mau berlayar kemana?” tanya Cioe Soen sambil munculkan diri dari tempat per sembunyian.”

“Rapatkan perahu ketapl sungai” perintah Siauw Ling.” Kami semua tidak begitu mengerti tentang kepandalan didalam air, seumpama kita bertemu kembali dengan musuh tangguh, akan kami layani serbuan mereka itu diatas daratan.”

Cioe Soen mengiakan, ia keluar dari ruang perahu dan segera memerintahkan anak buah nya untuk bekerja.

Dalam pada itu Tok-Cbiu-Yok Ong melirik sekejap kearah Siauw Ling, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud itu dibatalkan.

Sang Pat memperhatikan pula wajah Si Ching kemudian berkata, “Penawaran yang anda ajukan terlalu tinggi, sedang aku Sang Pat tanpa berpikir panjang telah menerima jual bel ini, kalau di-hitung hitung sekarang waaahhh…. lebih banyak ruginya dari pada beruntung.”

“Lukisan yang ditinggalkan simalaikat pe lukis Si Thian Too cuma sebuah lukisan Giok-Sian-Cu serta separnh buah lukisan “Bulan bertaburkan bintang” entah lukisan manakah yang telah anda ajukan sebagai pembayaran kepada kami?” tanya Tu Kioe.

“Lukisan Dewi Kumala serta Bulau Ber-taburan bintang Itu sudah beredar didalam dunia persilatan. dunanakah benda itu sekarang cayhe sendiri pun tidak tahu Dua benda yang cayhe maksudkan pun bukah lukisan Dewi Kumala maupun Bulan Bertaburan bintang itu.”

“Hmm’ Si Thian Too cuma meninggalkan lukisan itu belaka, bila kau memang tiada memiliki kedua buah lukisan tersebut bukan kah berarti kamu ada maksud mengajak kami Sepasang pedagang dan Tioug Cu untuk bergurau….”

Sang Pat goyangkon tangannya mengbalangi Tu Kioe bicara lebih jauh.

“Anda bernama si Ching?”

“Sedikitpun tidak salah.”

“Kalau begitu kau berasal satn marga de ngan Si Thian Too?”

“Aaaaa.!” Orang itu menghela napas pan Jang.” Bicara terus terang saja Si Thian Too sang malaikat lukisan tersebut bukan Iain adalah engkongku sendiri.”

“Bocah keparat, pandai benar kau ngoceh yang tidak karuan.” hardik Tu Kioe dingin. “Setiap orang umat Bu-lim ada tahu semua kalau Si Thian Too tidak pernah beristri selama hidupnya, sudahlah tak usah kau ajak kami Tiong Chiu Siang Ku untuk bergurau, apabila seseorang tidak beristeri dari mana hidupnya anak??”

“Sahabat…. Sang Pat pun ikut berbicara sambil tertawa, “Sepasang mata kami Tiong Chiu Siong Ku tidak pernah kemasukan sebutir pasirpun, kalau kau bermaksud, hendak bikin onar disini, maka rencanamu pasti menemui kegagalan total.”

“”Cuwi sekalian cuma tahu satu tidak tahu dua. sekalipun pada waktu itu Si Thian Too tidak beristri….”

Mendadak ia membungkam.

“Sahabat, bila ia tidak beristeri dan tidak punya pula gundik, dan mana pula munculnya anak? Tapi kau boleh teruskan perkataanmu itu lebih jauh „

“Aaai….! Sebetulnya kejadian ini merupakan suatu rahasia besar dalam dunia persilatan dan rahasia ini sudah tersimpan selama hamplr seratus tahun lamanya, dewasa ini kecuali cayhe seorang mungkin dikolong langit sudah tak ada orang yang mengetahui nya lagi.”

“Eeei…. sebenarnya apa yang telah terjadi tukas Sang Pat dengan alis berkerut, “aku harap kau jangan jual iagak dengan bicara mencla menclc lagi.”

“Aaai….! sekalipun cuwi sekalian menaruh budi pertolongan kepada kami, namun suruh anak cucu keluarga Si untuk membicarakan kejadian kakeknya, sedikit banyak sulit bagi cayhe untuk buka suara.”

“Sekalipun kau ntarakan keluarpun belutn tentu kami suka percaya.”

“Apalagi membicarakan peristiwa yang sudah terjadi seratus tahun berselong, apa sih halangannya?” sambung Sang Pat,

“Aaai–baik aku bicara…. aku bicara.”

“Tidak salah, Si Thian Too tidak pernah beristri, tetapi cuwi sekalian tentu sudah mendengar bukan kisah permainan cintanya dengan beberapa orang gadis? Kecuali dengan Dewi Kumala yang mengakibatkan kisah cinta yang begitu sedih dan penuh kedukaan. iapun pernah membuat tragedi cinta dengan seorang gadis yang tidak dikenal orang. sehingga dalam kenyataan sebetulnya ia telah beristri.”

Sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya lalu sambungnya lebih jauh, “Perempuan itu hanyalah seorang gadis dusun yang amat sederhana dan tidak cantik barang sedikltpun, tetapi ia begitu bersikeras mencintai simalaikat lukisan ini sehingga akhirnya meninggalkan keturunan bayinya.’

Beberapa patah kata Ini membuat para ja-go mendengarkannya dengan terpesona, bahkan Si Raja obat Bertangan Keji yang selalu bersikap acuh pun saat ini tertarik juga hatinya.

Sang Pat memenuhi sebuah cawan dengan air teh kemudian diangsurkan kehadapan Si Ching, katanya, “Si heng nilai dari cerita rahasia ini mungkin jauh diatas lukisan Devvi Kumala minumlah dahulu kemudian baru meneruskan ceritamu! perduli jual beli ini untung atau rugi kami tetap akan menerimanya.”

Si Ching buka matanya menyapu sekejap Wajah Siauw Ling sekalian, lalu ujarnya, “Siapa yang mau percaya bahwa manusia sederhana macam diriku, ini sebetulnya adalah keturunan dari simalaikat lukisan Si Thian Too yang tersohor baik dalam lukisan maupun ilmu silat itu?”

Si Raja Obat Bertangan Keji mendehem, “Bakat sang ayah belum tentu dapat diturunkan kepada sang anak, kejadian ini merupakan suatu hal yang luar biasa, cukup ditinjau dari raut wajah anda telah menunjukkan bahwa kau adalah keturunan manusia luar biasa, maka tak usahlah bersedih hati karena masalah ini.” Katanya.

Si Ching melirik sekejap kearah siraja obat. menjumpai badannya kecil lagi kurus namun kekar dan berotot hatinya rada bergerak, burn buru sahutnya, “Terima kasih atas petunjukmu.” ia teguk air teh secawan kemudian melanjutkan, “mungkin disebabkan nama besar si Thian Too dimasa hidupnya terlalu cemerlang dan permainan cintanya terlalu banyak, ternyata keturunannya harus mewariskan kesederhanaan dari ibunya….”

Terdengar suara helaan napas sedih tiba-tiba berkumandang datang menukas kisah tersebut;

“OoOuw…. sungguh kasihan, sungguh patut dikasihani. Si Thian Too benar boleh disebut sebagai macusia yang paling tidak berpe rasaan dikolong langit.”

Mendengar suara itu, si Raja Obat Berta-ngan Keji jadi terperanjati baru burn ia berpaling sambil berseru.

“Bocah, sejak kapan kau terbangun dari tidurmu???….”

“Aku sudah mendusin lama sekali, kisah cinta Si Thian Too tersebut telah kudengar semua dengan amat jelas.”

Sang Pat pun menghela napas panjang.

“Sebuah lukisan Sang Surya ditengah Pancuran air dingin sudah cukup membahagiakan kehidupan kalian ibu dan anak sepan-jang hidup sayang seribu kali sayang mereka tidak dapat, menilai lukisan dari Thian Too ini,” gumamnya.

Kaum pedagang cuma tahu keuntungan dan. tidak kesusahan orang, kalian sepasang pe-dagang dari Tiong Chiu cuma tahu intan permata, lukisan kenamaan serta kekayaan yang tak ternilai dan namun tidak tahu betapa susah dan menderitanya gadis dusun itu, ia tak mau menjual lukisan tersebut karena benda itu dipandang sebagai hasil karya kekasihnya karena hanya benda itulah yang bisa menghibur hatinya yang sedih kembali gadis itu berkata, Sang Pat tertegun, akhirnya ia mengangguk,

“Perkataau nona sedikitpun tidak salah.”

Dalam pada itu Si Ching telah menghela napas dan menyambung kata katanya, “Setelah gadis dusun itu meninggal dunia, maka putranya dengan membawa lukisan tersebut mulai pergi mencari kabar berita ayahnya sesuai dengan pesan ibunya sesaat meninggal dunia. sepuluh…. tahun telah lewat dengan cepatnya, namun tiada kabar beritanya sama sekali yang berhasil didapatkan,

perjuangan selama sepnluh tahun membuat badannya makin lemah. Terpaksa ia berdiam didalam sebuah kota, ia sadar bahwa dalam

kehidupannya kali ini ia mungkin tak dapat memenuhi harapan ibunya, maka terpaksa ia berdiam disana dan membuka sebuah kedai

kecil, ternyata dagangannya disana amat maju sekali, setelah berhasil mengumpulkan uang yang cukup akhirnya ia kawin dan punya

anak….”

la merandek sejenak kemudian menambahkan -

“Dan orang itu adalah cayhe….”

“Sang Pat memenuhi kembali cawan orang itu dengan air teh, ujarnya sambil tertawa,

“Jangan gugup, berceritalah perlahan lahan cayhe sekalian masih punya kesabaran untuk mendengarkan kisah anda lebih lanjut.”

“Tatkala cayhe berusia lima belas tahun, penyakit ayahku kambuh dan makin hari semakin parah “Si Ching melanjntkan kembali kisahnya Beliau panggil cayhe kedepan pembaringannya dan mengisahkan cerita tersebut kepadaku, kemudian menyerahkan pula lukisan tadi kepada diri cayhe, tiga hari kemudian beliau meniggalkan dunia.

“Setelah mendengar cerita tersebut dan ayahku, cayhepun berganti tujuan dengan mempelajari llmu silat selama beberapa waktu, dua tahun kemudian cayhe pun terjunkan diri kedalam dunia persilatan. Ketika pertama kali aku tinggalkan rumah usiaku masih amat muda. tapi kini setengah abad.sudah lewat.

“Kebaktianmu serta susah payahmu selama ini sudah cukup membuktikan akan ketulusan hatimu.-….”

“Sebagai putra manusia sudah selayaknya berbuat demikian, tindakku ini tidak bisa di katakan sebagai kebaktian….”

Ia menghela napas dan melanjutkan.

“Cayhe telah membuang waktu puluhan tahun lamanya dalam dunia persilatan, namun gagal untuk menjumpai kakekku, walau

pnn begitn cayhe telah berhasil mendengar sedikit banyak kisah mengenai mendiang kakekku….”

“Peristiwa mengenai Si Thian Too sudah berlangsung seratus tahun berselang,” pikir Sang Pat. “Ketika ayahmu mulai mencari jejak orang tuanya, mungkin dia sudah wafat, apalagi dirimu…. sekalipun kau jelajahi seluruh kolong langit pun tak akan berhasil menjumpai dirinya,”

Terdengar Si Ching melanjutkan kembali ceritanya.

“Dalam hati, cayhe sadar bahwa kemungkinan besar kakekku sudah wafat, tetapi akupun mengharapkan dengan kepandaian silatnya yang sempurna serta kekuatan badannya yang luar biasa membuat usianya lebih panjang dari orang biasa sekalipun tidak berhasil menjumpai orangnya Paling sediki dapat menemukan tempat kubnrannya.”

“Mennrnt apa yang siawte ketahui. kubnran Si Loocianpwe terletak digunung Boe It San….” sela Sang Pat.

“Sedikitpun tak salah, letaknya memang di puncak gunung Boe It San. Setelah cayhe berhasil mendapatkan kabar benta ini maka be-srangkatlah cayhe kepuncak gunung itu, tam-paklah puncak gunung gundul yang, sangat kelimis dan sama sekali tiada tanda-tanda yang menunjukkan disitu pernah didiami oleh seorang malaikat lukisan. Diatas puncak Sian Cu Hong cayhe berdiam tiga malam dan selama itu kuiakukan pecarian besar-besaran setia.p batu gunung kubongkar dan kuteliti namun sama sekali tidak kujumpai sesuatu tanda apapnn juga….”

“Kisah cerita mengenai simalaikat lukisan Si Thian Too walaupun telah tersiar luas dalam kalangan dunia persilatan nauiun sepan Jang hidupnya jarang sekali berhubungan dengan orang iainsehingga aku rasa duduk perkara yang. sebenarnya jarang diketahui orang,” ujar Sang Pat.

“Tiga hari kemudian, cayhe tinggalkan puncak Sian cu Hong dan terjun kembali di dalam dunia persilatan guna melaniutkan pencarianku, akhirnya aku telah berhasil menda patkan suatu rahasia.”

Kabar berita mengenai Si Loo-cianpwee banyak pula yang cayhe dengar, dapatkah Si heng mengisahkan bahan-bahan yang kan butuhkan???’

‘tentu saja akan kuceritakan….

Ia mendongak dan menghela napas sedih, sambungnya-

“Cayhe telah mendapatkan suatu rahasia yang mengatakan bahwa setelah kematian kakekku, kecuali beliau telah meninggalkan sebuah lukisan dewi kumala serta separuh lukisan Rembulan diantara bintang yang bertaburan, serta sudah meninggalkan sejilid kitab, ilmu silat yang disebut “Thian-too bee liok,” entah kitab itu diambil siapa sehmgga akhirnya…. telah…. terjatuh ketangan Poei Cong Paiow Pacu dari Telaga tong-ting Auw. Mendengar kabar berita ini tentu saja cayhe segera berangkat kesana untuk mencari tahu tentang kabar berita ini. Maka jadilah cayoe seorang penyamun kecil didalam markas besar para penyamun yang bermangkal ditelaga Tong-ting auw itu “

Apakah kau berhasil menemukan kembali kitab ilmu silat Thian Too Bee Liok peninggalan mendiang kakekmu!’ tiba-tiba Siauw Ling menyela.

Si Ching gelengkan kepalanya berulang kali.

“Hingga dewasa ini cayhe belum berhasil mendapatkan titik titik tanda yang menunjukkan letak yang membuat hati cayhe menaruh curiga.

“Persoalan apa?” tanya Sang Pat “Ilmu silat yang dimiliki Poei Cong Cayhe dan markas telaga Ton-ting-auw kian bertambah hebat, sehingga akhirnya

jauh lebih dari ayahnya berpuluh pnluh kali lipat. Padahal ilmu silat yang dimiliki Sauw saycu adalah ilmu silat keluarga, sekalipun ia hebat tidak seharusnya diantara avah dan anak bisa terpaut begitu jauh, maka menaruh curiga bahwa dibalik persoalan ini pasti ada sebab-sebab tertentu.”

“Bukankah Poei Cong Piauw dari telaga Tong ting-auw sudah mati sepuluh tahun lamanya?” tanya Sang Pat.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar