Po Kiam Kim Tjee Jilid 11

Jilid 11

“PERKARA pakaian urusan gampang!” ia lalu nyelak. “Aku kira dihari nikah tidak akan datang banyak orang, tidak ada halangannya Cui Siam berpakaian sedikit lebih mentereng. Apakah ia mesti pakai pakaian kemantin dan tayjin sendiri tidak boleh tidak pakai kopia kcbesaraa jie pin tenglay?. ”

Ditanya begitu, Coe Sielong tertawa seraya urut kumisnya, lantaran tertawa, ini lantas meringis pula karena pinggangnya sakit......

Kemudian mereka pasang omong hal2 lain lagi lantas Cia Loo mama ajak anaknya ambi! selamat berpisah dan pulang. Mereka naik kereta Duduk didalam kendaraan, air matanya Cui Siam terus mengucur, hampir saban2 ia mesti tepas itu Sampai di Po Hoa Pan, baru ia bisa berhenti menangis dan air matanya sudah disekah kering.

Cia Mama girang betu1, diwaktu turun dari kereta ia rasai tubuhnya enteng sekali, ia merasa gerakanya gesit kapan Siam Nio sudah turun dari kereta ia lalu pimpin anak ini bertindak masuk kedalam.

Baru saja mereka sampai dimuka pintu, Mo Ho sambut mereka.

“Oh, nona baru pulang “ berkata ia dengan penyambutannya. “Nona. tuan ini sudah sekian lama menantikan kau ”

Sembari kata begitu, ia menunjuk ke samping. Siam Nio heran berbareng tsrperanjat. ia segera menoleh kejurusan yang ditunjuk. Disitu ada seorang dengan tubuh besar dan gemuk, tidak ada kumisnya, bajunya abu2 dan memakai mantel, kepalanya ditutupi kopiah hijau dikopia mana ada sebutir mutiara yang besar, dengan tangan mengipas si gemuk ini unjuk roman manis dengan tertawanya.

Buru saja Cia Loo msma berkata : “Anakku besok akan ikut orang, ia tidak bisa terima tamu lagi,” atau si tamu gemuk itu dului ia berkata, katanya : “Aku orang yang diutus oleh Tek Ngoya, aku perlu bicara pada nona Siam Nio.”

Mendengar disebutnya nama Tek Ngoya. Ciu Siam segara berpikir. Bukankah oraog she Tek itu sobatnya Lie Bouw Pek ? Lantas ia rasai tububnya bergidik. Tapi ia tanya : . K»u ada keperluan apa, silahkan bicara!”

“Banyak yang hendak dibicarakan, mari kita bicara didalam kamarmu” kata tamu itu. “Didalam kamar aku nanti bicara dengan jelas.”

Dengan pikiran bingung karena ia kaget dan berkuatir, Siam Nio terpaksa ajak tamunya yang tidak dikenal itu, naik kelauwteng masuk kedalam kamarnya

Cia Loo mama sangat tidak mupakat dengan pembicaraan macam itu, tetapi melihat pakaian orang mentereng dan si tamu mirip seurang berpangkat, ia tidak berani berlaku sembarangan, ia takuti tamu itu gusar, maka ia diam saja.

Sesampainya didalam kamarnya Siam Nio bikin api nyala lebih besar.

“Kau she apa, tuan ?” ia tanyai tamunya. “Aku she Soe” sahut tamu itu. “Oh Soe Looya Cioe Siam paksakan tersenyum. “Silahkan duduk “

“Tidak, aku tidak usah duduk,” orang she Soe itu bilang. “Aku datang buat kasi tahu, bahwa sobat baik kau, Lie Bouw Pek, kemarin sudah ditangkap oleh orang orangnya Koenboan Teetok. Aku sendiri sobatnya orang she Lie itu “

Siam Nio dan ibunya kaget, hingga muka mereka menjadi pucat, sedang mereka sebenarnya sudah ketahui yang Bouw Pek telah ditangkap atas tuduhan menjadi penjahat besar.

Tamu she Soe itu seperti tidak perduli kau roman orang, ia bicara terus.

“Lie Bouw Pek seorang baik baik” demikian katanya, “lantaran ia tidak sudi terima hinaan, ia telah kebentrok dengan Poan Louw Sam dan Cie Sielong Sekarang ini sobatku itu kena ditangkap, itu semua karena biasanya dua binatang she Louw dan she Cie, yang sudah berkongkol dengan orang orang dari Teetok Gee moei. Dengan tuduh Bouw Pek menjadi penjahat besar, mereka ingin binasakan sobatku. Tapi mereka tidak punya bukti dan saksi, apa mereka bisa bikin? Di sebelah itu, di Pakkhia ini Lie Bouw Pek punya banyak kawan, lagi beberapa hari ia tentu akan ditolong dan dapat pulang kemerdekaannya! Ini adalah apa yang aku hendak  beritahukan padamu. Dengan gunai ketika yang baik ini, Poan Louw San dan Cie Sielong tentu desak kau, supaya kau ikut tua bangka sbe Cie itu. Kau ketahui sendiri, Lie Toaya perlakukan baik padamu, kau mesti ingat kebaikannya itu kau mesti punyakan kehormatan. Umpama kata kau tidak dengar perkataanku itu. satu kali Lie Toaya keluar dari tahanan, ia pasti tidak akan mau mengerti Aku sendiri, si orang she Soe, apabila kau turut Cie Sieloig, aku tidak nanti mau mengasi ampun “

Diwaktu ucapan psrkataannya yang terakhir, yang berupa anyaman, tampangnya si gemuk menjadi gemuk sekali.

Siam Nio dan ibunya kaget dan ketakutan muka mereka menjadi pucat dan hati berdebaran, kedua kaki mereka gemetar dan lemas. Si orang she Soe mengawasi noer ka berdua dengan tajam. “Apakah kau sudah dengar terang ?” ia tegaskan.

“Ya, aku sudah dengar terang “

Siam Nio menjawab.

“Kalau sudah dengar terang, bagus?” kata si gemuk?akhirnya, yang terus bertindak keluar dan turun dari lauwteng.

Siam Nio tekap mukanya dan menagis ia bingung dan berkuatir

“Ah, apakah artinya ini7” kata Cia Loo mama seorang diri. Ia pun bingung. “Kita sudah terima terima lamarannya Cie Sielong, apakah kita mesti batalkan itu? Bukankah, hidup seperti ini, kita hanya memandang pada orang yang punya uang7 Bukankah kita hanya ikuti ia yang mampu piara kita? Apa artinya si orang she Lie itu? Ia benar suka datang kemari ia telah keluarkan uangnya. tetapi berapa ia telah hamburkan duit, hingga ia bisa cegah kita mengikut Cie Tayjin? Oh, manusia seperti ia itu benar benar pantas dibunuh mati “ Nyonya tua ini menjadi sengit, hingga sekejap itu ia lupa takut.

“Dasar kau !” ia lalu tuding anaknya. “Kenapa kau cinta ia, hanya buat mukanya yang putih? Kenapakah kau mesti ikuti setia miskin itu yang mesti menjalani penghidupan yang penuh dengan penderitaan? Apa kau ingat hari itu, waktu ia muntah membikin kotor pembaringanmu? Lantas esokannya ia tidak tertampak mata hidungnya. Kalau kau tidak baiki dia itu, tidak nanti kejadian sehingga Louw Sam Looya kena orang hajar! Sekarang ia dapat perkara, hampir ia rembet rembet kita ! Ah, anak, apakah kau tidak ingat, apa katanya ayahmu, yang diwaktu mau menutup matanya yang penghabisan telah tinggalkan pesanannya? Tidakkah kau ketahui sendiri mengkin kau, berapa sengsaraku? Apakah kau merasa puas untuk seumur hidupmu terus berdiam saja dirumah hina ini? Apakah kau bisa hidup bersama sama sisetan miskin yang berdosa terhadap negeri? kau lihat, apakah sekarang bukannya Pousat telah melindungi kau, maka Cie Tayjin merasa suka pada kita dan ada Lauw Sam Looya yang menjadi kui jin. penolong bagi kita? Bukankah mereka itu yang akan bikin kita hidup kecukupan? Besok, satu kali kau pindah dari sini, lantas kau berobah menjadi koan thaythay nyonya berpangkat! Kalau kau hidup senang, apa aku juga tidak turut senang? Maka, celaka dua belas, kenapakah muncul seorang gemuk barusan!  Jangan kau pandang ia dari pakaiannya yang mentereng, aku percaya ia juga satu penjahat besar, ia sengaja datang melulu buat ancam kita! TiYak, anak, kita tidak harus takut padanya. Besok aku nanti beritakan louw Sam Looya tentang kejadian ini, supaca Louw Sam ya ambil tindakan! Sebelum waktu nanti bikin perhitungan dengan nyonya rurnah. siapa besok kita merdeka buat pindah. Betul betul aku mau lihat. apa yang Lie Bouw Pek dan sobatnya she Soe itu mampu berbuat atas diri kita ?”

Diluar dugaan, sebab sengaja, Cia Loo mama jadi berani berbicara, secara demikian gagah.

Tapi Siam Nio sebaliknya sangat berduka, apapula dengar ibunya sebut sebut ayahnya dan pesanan almarhum ayahnya itu. ia rasai hatinya seperti diiris2. Rebah di Pembaringan, ia lantas menangis tersedu sedu Tapi, ketika tangannya kena

raba bantal kepalanya, ia terkejut sendirinya. Sebab pisau belati dalam bantal itu terdengar berbunyi dan ini bikin ia seperti sadar.

Buat sesaat nota Cia berdiam tatapi lekas juga ia tenang pula. dengan mengulun. la sekarang ingat betul nasibnya yang buruk, Sebagai mana lelakon penghidupannya sangat hebat menyedihkan ....

Cia Coei Siam alias Siam Nio asal Ceng kang, Hoay im Ayahnya Cia Cit, adalah seorang yang  banyak pengetahuannya tetapi berperuntungan tipis.  Cia  Cit mengerti ilmu silat sedikit bisa menulis dan membaca, malah bisa baca sair, dan dengan pit ia bisa melukis juga. Disebelah semua itu, ia bisa i1mu sunglap ilmu mana kemudian ia andalkan untuk hidup «ekeluarganya.

Mula2 Cia Cit bekerja pada seorang hartawan. Isterinya, yalah Cia Loo mama, asalnya bunga raya. Dari isterinya ia peroleh Coei Siam Ketika Coei Siam baru masuk umur tujuh atau delapan tahun. Cia cit diberhentikan oleh majikannya. Oleh karena berhenti bekerja penghidupan mereka bertiga menjadi sukar. Terpaksa Cia Cit mengandalkan kebisaan silat dan sunglapnya. Ia pandai gunai ilmu pisau belati, yang ia lempar pergi datang dengan dua tangannya dengan tidak ada sebatang pisau yang jatuh ketanah, dua pisau selamanya berada ditangannya dan Yang ketiga, dengan bersusun dan bergantian, berada diudara Dalam ilmu sunglap ia bisa “telan pedang” dan lain lagi.

Sebagai pembantu, Coei Siam diajar menabuh tambur dan nyanyi.

Demikian bertiga mereka mengembara, mengasi pcrtunjukan, akan peroleh uang untuk penghidupan mereka Penghidupan ini tidak bisa bikin mereka berharta, tetapi dengan penghematan mereka bisa juga menabung. Ada kalanya mereka dapat banyak persenan.

Belasan tahun Coei Siam ikut ayahnya merantau, ia mesti manda diterjang angin dan diterpa hujan, panas kepanasan, dingin kedinginan.

Akhirnya datang satu hari, yang Cia Tiit berhenti menjual silat dan main sunglap. Di Cioe ma tiam di Holam ia mendirikan rumah dengan membeli beberapa petak sawah dan kebun untuk hidup bertani. Ia merasa bahwa ia sudah ada umur anaknya telah jadi gads remaja, sedang tabunganya sudah lumayan.

Apa lacur......

berbareng d waktu itu ditempat itu, Coe-ma-tiam. hidup seorang hartawan, yang gagah dan galak, malah kejam, maka orang telah panggil okda, hartawan jagoan yaog jahat. Ia adakah Teng co whie Biauw Cin San, si Ikan Lodam. Ia ternama sebagai “enghiong” dari Holam, sebab ia bertenaga kuat dan pandai silat, senjata goloknya - golok poktoo-adalah lihay Disebelah kepandaian bertarung dan selulup piauwnya yuga tidak kurang liehaynya. Maka juga selama tiga puluh tahun lebih ia belum pernah menemui tandingan. Dari itu tidak heran bila ia anggap dirinya cabang atas.

Tatkala itu Biauw Cin San sudah berusia lima puluh lebih, ia masih saja suka pergi mengembara atau melancong, kapan ia pulang dengan tentu ia bawa banyak uang dan barang permata yang berharga besar. Iapun Suka bawa orang perempuan muda yang elok parasnya. Tidak ada orang yang ketahui, dengan cara bagaimana ia peroleh harta dan nona2 manis itu.

Makin lama Biauw Cin San jadi makin kaya, maka selain duapuluh petak sawah ia juga punya rumah besar dengan pekarangan labar dan luas, hingga merupakan khung-wan yang luar biasa, la piara seratus kuli sawah dan khung teng buat urus sawah kebunnya dan diperintah perintah. Tentu saja sebagai hartawan ia punya hubungan dengan pembesar- pembesar negeri. Segera juga orang panggil ia Biauw Toa wangwee. Tapi dibelakangnya, sampaipun oranganya sendiri, diam2 juluki ia “Biauw Too-houw.” si Harimau inilah sebab ia menjagoi, lantaran kejahatannya dan keketjamannya Ia berani memeras dan merampas, keganasannya mirip dengan raja hutan, dari itu ia telah dapatkan gelarannya yang istimewa itu. Didepannya, semua orang takut ia, didalam hati semua orang kutuk ia.

Biauw Cin San tidak punya isteri, yang ada hanyalah isteri piaraan, semua ia dapatkan dengan jalan culik fit ti rrenipu dari ferr? pat tempat lain. atau nona2 dan nyonya2 muda dikampungnya, yang bernasib celaka kerena dipenujui olehnya Siapa dipenuju ia mesti kena dirampas, kecuali bila orang suka menerima secara baik “lamarannya.”

Biauw Cin San punya dua puluh gundik lebih, mereka itu semua dapat makan dan pakaian bagus, melainkan hatinya cuma mereka sendiri yang ia ketahui. Ia kejam dan curiga, jelus dan cemburuan, ia sering damprat dan rangket gundiknya, yang ia anggap bersalab atau tentangkan kehendaknya. Siapa dicemburui, celakalah nasibnya, sebab sering2 dapat kematian dalam siksaan..

Orang bilang, Biauw Cin San sebenarnya punya lebih dari lima puluh isteri muda, tetapi yang hidup dan ada bersama ia melainkan dua puluh lebih, yang tiga puluh lebih entah kemana perginya. Orang cuma menduga, bahwa mereka itu telah menjadi setan2 yang penasaran......

Demikian sudah terjadi belum lama Cia Cit tinggal di Coe ma- tiam, Coei Siam telah dapat dilihat oleh Biauw Cin San dan lantas saja dipenujui. Tidak sukar buat Biauw Cin San dapati si nona, yang ia rampas, sedang Cia Cit dan isterinya ia tangkap sekalian. Si nona dibawa keguhanya, ayah dan ibunya ia umpatkan dibelakang gedungnya. dimana ada rumah gubuk dari tanah. Disini Cia Cit dan isternya tidak mampu singkirkan diri, karena dijaga keras.

Buat satu bulan yang pertama Coei Siam dapat kecintaannya si Ikan Lodan. Ia dikasi pakaian indah, dihasi dengan barang2 permata dan tidak diperlakukan kasar Tepi selewatnya itu, nasib malang mulai ia sering didamprat dan dipukul, sedikitpun ia tidak boleh bersalah, hingga ia sangat berduka daa mendongkol dengan tidak berdaya.

Pada suatu waktu Siam Nio telah dapat dampratan den hajaran. Biar bagaimana juga, sebagai nona pengembara hatinya besar. Dengan diperlakukan keterlaluan, meski sambil nangis, ia telah ucapkan perkataan keras. Sebagai kesudahan ocehannya itu, ia melulu bikin Biauw Cin San murka. Laksana harimau, okpa ini cekal tubuh kecil molek itu dan membantingnya. sesudah itu Coei Siam dipaksa berlutut dan dicambuki. Tidak ada orang yang berani datang meecegah. maka nona isi telah tarluka sekujur badan, hingga dua bulan lebih luka lukanya itu masih belum sembuh

Dipihak lain Cia Cit dan isterinya, yang tinggal dibelakang, sering dihina oleh orangnya Biauw Loo hauw si Harimau. Muka kemudian orang tua dan anak bertiga telah bermufakat buat minggat. Lain daripada minggat, tidak ada lain jalan lagi untuk menyingkir dari neraka dunia itu, dimana mereka melulu mengalami hinaan dan siksaan. Dari pembesar negeri mereka tidak dapat harap pertolongan, kesatu selalu rahasia tertutup rapat, kedua Biauw Cin San sendiri punya hubungan luas dan kekal dengan semua pembesar tinggi dan rendah pangkatnya. Pada suatu hari tiga orang ini, bercelaka, baru saja lolos dari pekarangan gedung, perbuatan mereka ketahuan, atas titahnya Biauw Cin San msreka dikepung dan dapat ditangkap kembali. Cia Cit telah dirangket sampai setengah mati, Cia Mama dicambuk juga, tidak kecuali Cui Siam Bertiga mereka telah dikurung. Adalah selang belasan hari, berhubung dengan pesta she jitnya Biauw Cin San, barulah Cui Siam dimerdekakan.

Sejak itu Siam Nio robah sikap. Ia insaf, dengan kepala batu saja ia tidak akan peroleh keuntungan, hanya kecelakaan belaka. Bertentangan dengan hati sendiri ia selalu berlaku manis pada Teng tiouw-bie, hingga lama-lama ia dapat juga rebut hatinya siokpa yang keras.

Celaka Buat Cia Cit, pengeroyokan atas dirinya menyebabkan ia dapat luka luka berat didalam badan, sia sia saja ia berobat, setelah rebah setengah bulan didalam gubuknya ajalnya sampai dalam keadaan yang sangat menyedihkan, Tapi beberapa hari sebelum menutup mata, waktu siam nio datang tengok dirinya, ia masih bisa tinggalkan pesanan pada anak daranya yang bercelaka itu ia berkata

Aku akan lekas mati, yang lukakan aku adalah Biauw Cin San. Kalau nanti aku sudah tidak ada didunia, kau berdua ibumu meski berdaya, supaya kau bisa lolos diri sini jikalau tidak, d belakang hari kau tentu akan binasa teraniaya juga......

Apabila kemudian kau bisa minggat, baik kau menuju ke Pakkhia. Pakkhia kota raja, disana tidak bisa jadi tidak ada undang2 negeri Bibi kau sekarang tinggal di Pakkhia, bekerja dalam sebuah rumah pelesiran, kau boleh pergi padanya akan menumpang. Disana kau boleh cari pembesar negeri yang bisa diandalkan buat ikut kepadanya, pembesar itu bisa dibuat pelindung dirimu. siang atau malam Biauw Cin San mestinya juga cari kau. ”

Coei Siam ingat betul pesanan ayah itu Sejak ayahnya menutup mata, ia bawa terus aksinya mengambil hati si okpa, maka ia jadi makin disayangi. Orang telah kira ia sudah berubah pikiran betul.

Sementara itu Coei Siam selalu sembunyikan pisau belati ayahnya, ia mau cari ketika buat satu kali turun tangan, tikam Biauw Cin San guna balas sakit hati ayahnya, buat lampiaskan dendam mereka serumah tangga. Ia bersedia akan bunuh diri umpama kata ia berhasil membinasakan musuh besar itu. Tetapi sampai sebegitu jauh ia belum pernah dapatkan ketika akan turun tangan. Ia mesti berlaku hati2, karena ia tahu kecua1i bertenaga besar, Biauw Cin San pandai silat. Dise- belah itu ia matih beratkan ibunya. Ia tahu, kalau Biauw Cin San binasa dan ia turut mati, pada siapa ibunya akan mengandal? Demikian, ia terus siksa diri, paserahkan diri pada musuh dan mesti selalu baik musuh itu.

Kemudian lagi pada suatu waktu Biaw Cin San terima undangan dari keponakan luarnya, yaitu Kim-Khio Thio Giok Kin, yang tinggal di Kayhong, ia terima undangan itu dan berangkat

Coei Siam tidak diajak dalam perjalanan ini, ialah apa yang ia kehendaki. Sekarang tidak lagi ada orang yang ia takuti dan penjagaan pun dialpakan, karena sampai sebegitu jauh ia telah unjuk dirinya sebagai seorang yang jinak. Sejak ia robah sikapnya setengah tahun sudah lewat. Ia lantas bermufakat dengan ibunya, tetapkan saat buat kabur.

Pada suatu hari Coei Siam dan ibunya berhasil lolos dan gedungnya Biauw Cin San, tidak ada orang yang ketahui mereka kabur. Mcnurut pesanan ayahnya, anak ini ajak ibunya menuju langsung kekota raja. Setelah menderita banyak ditengah jalan, selama mana mereka ketakutan saja kuatir nanti Biauw Cin San menyusul mereka sampai di Pakkhia. Disini mereka berhasil dapat cari bibi mereka, yalah Kim mama, yang hidup dalan kecukupan.

Mulanya Kim Mima hidup sendirian, dengan kendalikan beberapa nona yang hidup sebagai bunga latar dan hina peroleh uang dan menyimpan. Kemudian ia beli dua nona kecil, yang ia pelihara, setolah dua anak pungut itu mennyadi besar, ia kirim keramah pelesiran? Hasilnya dua anak ini ia pakti untuk hidupnya. Dalam hal ini ia beruntung Ia bisa beli sebuah rumah kecil di kota selatan. Ia pun telah pungut anak lelaki, guna sambung turunan Dengan sendirinya ia telah meajadi loo thaythay atau nyonya besar........

Tatkala Siam Nio dan ibunya dapat cari bibi ini ia tidak berani kasi tahu, bihwa mereka pemburon dari rumahnya Biauw Cin San di Holam, mereka hanya terangkan, karena Cia Cit menutup mata dan mereka dapat susah , mereka jadi merantau ke Pakkhia, untuk cari pekerjaan.

Kim Mama girang melihat keponakannya itu sudah besar dan romannya cantik. Ia pertaya Siam Nio akan jadi terkenal bila dikirim ke rurmah pelesiran.

“Kau jangan berduka sekarang,” berkata bibi ini. Ia tahu Cia Mama asal bunga raja dan ia percaya sanak ini tentu akan suka lakukan apa saja untuk penghidupan mereka “Dengan si nona punya roman elok buat makan dan pakaian tidak usah kau banyak pikir, itu perkara gampang “

Cia Mama dan anaknya cuma bisa membi1ang terima kasih. Selang beberapa hari Kim Mama, yang telah bermufakat dengan Cia Mama, begitupun dengan Cui Siam sendiri, sudah antarkan Siam Nio ke Po Hoa Pan di sian kee tho, dimana nona ini lalu tuntut penghidupanu dirumah pelesiran tersebut. Ia mesti terima nasib Meskipun bertentangan dengan liangsimnya, Siam Nio bisa bawa dirinya. Dirumahnya Biauw Cin San ia seperti sudah melatih diri, maka ia tahu bagaimana harus layani tamu.

Cuma karena ia masih punya rasa kehormatan beda daripada nona2 lain, kepala batunya ia tidak bisa buang. Maka ada kalanya ia tolak sembarang lelaki, ia hanya mau layani mereka yang ia dapat pengaruhkan. Sekalipun bersikap demikian, ia tetap laku, karena ia terlalu elok dan manis.

Demikian lakonnya Cia Siam Nio, sampai ia dapatkan beberapa sobat, antaranya Cie Sie long dan Louw Sam si Terokmok, dan paling belakang Lie Bouw Pek, yang bikin hatinya guncang dan rubuh! Siapa nyana, ia sekarang mesti haiapi soal ruwet lagi.. Bathinnya tidak menjadi rusak, kendati ia mesti hidup di tempat pelesiran, ia pemurah, bila perlu dengan uangnya ia suka tolong kawan2nya, sebagaimana ia pernah tolong nona lain, hingga ia selanyutnya dinamakan hiap-kie. Ini julukan yang membikin derajatnya naik.

Siam Nio ingin dapatkan orang pada siapa ia bisa serahkan diri untuk selamanya. sementara itu ia coba tempel orang2 berpangkat dan berpengaruh, karena ia tahu, dengan punya senderan ia tidak usah jerih lagi terhadap Biauw Cin San umpama kata okta itu dapat susul dia. Tapi ia tetap siap dengan pisau belatiaya karena ia kuatir, dengan diam Biauw Cin San atau orangnya nanti serbu ia. Dengan pisau itu ia hendsk bela diri.

Sudah satu tahun lebih Cui Sim menjadi bunga dari Po Hoa Pan, ia belum pernah ketemukan orang yang ia citakan, orang yang datang padanya adalah bangsa pemegor tulen yang hamburkan uang untuk cari kesenangan melulu. Ketika ia bersebat pada Cie Sie-Iong, ia sudah taruh hati pada orang  ini, yang sikapnya lain dari yang lain, sayang Cie Sie long kecuaii tua sudah punya dua gundik, hingga ia sangsi gundik itu sudi ditempatkan dirinya sebagai orang yang ketiga. Tentang Poan Louw Sam ia tidak pikir sama sekali, karena si Terokmok adalah orang dagang, yang tidak purya pengaruh besar seperti orang berpangkat. Kemudian batulah muncul Lie Bouw Pek, yang muda, cakap dan gagah, yang pun perlakukan ia dengan baik, lantas ia cinta anak muda ini.

Cia Loo-mama tidak setuju anaknya intiar Lie Bouw Pek, tetapi karena anaknya sendiri suka dan Lie Bouw Pek tampaknya tidak kekurangan uang, ia diam saja.

Ketika tadinya Siam Nio belum ketahui Bouw Pek gagah, ia bersangsi buat serahkan diri pada anak muda ini Ia pikir, kalau Biaiw Cin San datang, mana Bouw Pek bisa lawan okpa itu. Sebaliknya kapan ia dapat kenyataan Bouw Pek berani hajar Poan Louw Sam, ia sangsi lagi, ia kuatir anak muda ini bangsa kasar seperti kebanyakan orang dari kalangan Sungai Telaga, sebagaimana Biauw Cin San adalah buktinya. Ini Sebabnya, kenapa ia berlaku dingin pada anak muda kita sejak Louw  Sam dihajarnya. lapun sangsi apa ia bisa beruntung ikut Bouw Pek, yang sebatangkara dan tidak ketentuan hidupnya.

Demikian Siam Nio terumbang ambing dalam kesangsian, sampai mendadak ia dengar dari mulutnya Poan Louw Sam yang Bouw Pek telah ditangkap atas tuduhan mencadi penjahat besar, hingga ia berduka dan rnenyesal bukan main. Percuma ia sangsi Bouw Pek jahat, tetapi terang anak muda itu sudah ditangkap. Sudah begitu jahat ia mau serahkan diri pada Cie SieLong apa mau muncul si orang she Soe yang uemVic yang. roau cegah ta ikut orang, malUh ia d'ancam sebogainsa a Louw Sam menga cara tidak: akan menolong apab la ia kena di rembet7 karena perhubangan ya dengan Bouw Pek

Daman kedukaan Siam Nio rebahkan diri dipembaringanya, dimana ia kena pegang bantal kepalanya, dalam mana ia simpan pisau belatinya, hingga akhirnya ia ingat letakon penghidupannya yang penuh penderitaan dan mengingatkan ia akan nasib ayahnya. Ia mesti jaga diri, ia berniat balas sakit hati ayahnya, tetapi ia lemah. Maka akhirnya, ia hanya bisa tungkulkan diri dengan menangis saja......

Kamar sunyi sekali, api guram. Cia Mama tidak berada didalam kamar itu, ia rupanya-telah turun kebawab, akan bikin perhitungan. supaya besok mereka bisa pindah dengan merdeka. Adalah dari kamar lain, dimana ada nona nona dan masing masing tawanya, suara mereka memecahkan kesunyian Mereka itu sedang pasang omong sambil tertawa?, ada juga yang menyanyi. Diantaranya ada yang nyanyi seperti berikut ;

“Kau, yang harus dikasihani, kau elok laksana bunga, apa celaka, peruntunganmu tipis seperti kertas........Kau kasih dirimu terserang perasaan rindu? ”

Nyanyian itu menusuk hatinya nona kita ini.

ESOKNYA pagi Siam Nio dan ibunya berangkat pindah dari Po Hoa Pan, seperti sudah diatur lebih dulu, mereka pindah ke rumah penginapan Kouw Hun di Cay sie-kauw Hotel ini kepunyaannya Louw Sam, maka juga sedari pagi2, si Terokmok sudah kirim orangnya datang kehotel, buat pesan pengurusnya sediakan kamar untuk ibu dan anak itu yang mesti diperlakukan baik. Maka Siam Nio berdua telah dapat dua kamar yang besar dan terawat baik. Mereka pun dapat peryalanan istimewa.

Kira kira waktunya bersantap tengah hari, Kim Mama telah datang menyambangi, begitu ketemu Siam Nio ia lantas saja memberi selamat Ia kelihatanuya girang sekali.

“Begitu dapat kabar aku lantas datang,” kata nyonya ini. “Siam Nio sangat beruntung, sekejap saja ia telah menjadi koan thay-thay ! Keponakanku. oh, janganlah kau nauti lupakan engkim kau”

Ia ulur tangannya akan pegang pundaknya nona Cia. Siam Nio tunduk, ia likat tetapi ia tersenyum.

“Semua ini dasar pertolongan engkim “ berkata Cia Mama sambil tertawa, karena ia kegirangan. Sejak datang dikota raja ini, jikalau tidak ada engkim, mana kami bisa dapat nasi akan tangsel perut, mana sekurang si Siam bisa ikut Cie Tayjin? ....

Dasar untungku baik, aku masih bisa

ikuti ia beberapa tahun lagi dengan tidak usah menderita banyak...... Sekalipun ayahnya yang melarat, diwaktu hendak menutup mata mana ia pernah sangka ini?. ”

Matanya Siam Nio menjadi merah apabila ia dengar ayahnya di sebut sebut.

“Enso, kau ngaco “ kata Kim Mama, apa bila ia lihat keponakannya itu bersedih......

“Sekarang hari kegirangan, kenapa kau sebut hal yang menyedihkan dan yang telah menutup mata?”

“Kau tidak ketahui kegiranganku” Cia Mama kata sambil tertawa. “Sekarang urusan telah menjadi kepastian, aku tidak berkuatir lagi! Dalam hal ini aku bersyukur pada Louw Sam Looya, apabila tidak ada ia, belum tentu Cie Sielong mau menerima baik. ”

Kim Mama manggut manggut dan bcrsenyum, setelah pasang omong lebih jauh, ia pulang, lalu menyusul datangnya Poan Louw Sam bersama Cie Sielong, yang belakangan ini seperti lupakan usianya yang tua, apabila ia tampak Siam Nio yang dandan mentereng.

Cia Loo mama lantas beritahukan dua tamunya tentang kemarin ia telah kedatangan tamu she Soe yang gemuk, yang mengancam ia dan anaknya.

Cie Sielong rasakan punggungnya dingin apabila ia telah dengar kabar itu, jidatnya jadi makin mengkerut ....

“Bagaimana kau pikir?” ia seg;ra tanya Poan Louw Sam.

“Ini perkara kecil “ kata si Terokmok yang menghibur. Dikota raja ini, buaya darat semacam dia itu, yang doyan memeras, entah berapa banyaknya. Mereka mengharapkan uang, apa yang harus ditakuti ?”

Hiburan ini membesarkan hatinya Sielong.

“Benar, buat apa sibuki urusan demikian,” ia kata. “Urusan kita lebih penting! Cia Mama, besok hari baik, besok jam dua belas aku ingin sambut Siam Nio, dari itu kendati benar kau tidak usah siap tapi coba pikir2 juga, supaya kapan sudah tiba waktunya kau tidak usah repot tak keruan”

Lantas ia keluarkan bungkusan sutera dari  sakunya, ambil dua lembar gin pio atau coiqie dari seratus tail perak masing, yang ia serahkan pada Cia Mama, siapa terima itu sambil menghaturkan terima kasih.

“Besok aku akan kirim seorang bujang tua dari kuil, untuk bantu kau,” kemudian Louw Sam kata pada nyonya itu. “Kami sendiri tidak akan datang lagi, hanya akan tunggu kau dirumahku ”

Si Terokmok ini ingin ngelepus, akan tetapi ia tidak setuju ngelepus disitu, maka lantas berpaling pada Cie Sielong dan bersenyum:

“Mari kita pergi “ demikian katanya. “Sudah cukup, kau jangan implang orang saja. Ia toh kepunyaanmu dia tidak akan ada yang rampas ”

Cie Sielong bersenyum dengan jengah sedang Siam Nio tunduk, bahna malu. 

Cia Mama girang bukan main karena urusan sudah pasti dan tangannyapun sudab kepal uang.

“Jangan Tayjin ibuk. besok aku akan antarkan Siam Nio!” kata ia.

Cie Sielong tertawa, sampai kumis dan jenggotnya bergerak gerak.

“Louwko, mari kita pergi” kata Louw Sam pada erang tua itu. Cie Sielong bisa kendalikan diri dengan air muka terang, ia  ikut siTerokmok itu.

Siam Nio diam saja. ia telah ambil keputusan pasti akan nikah Cie Sielong. tidak perduli sielong ini sudah tua. Ia ingat Bouw Pek. ia ingin lupakan sianak muda. tetapiia pikir buat nanti minta pertolonginnya Cie Sieiong akan bekas kekasih itu dapat pulang kemerdekaannya......

Selang dua hari yatah hari baik yang dipilih Cia Seloeg telah kirim joli buat sambut pengantnnya, yang diantar ke Lauw thio Go tiauw kerumahnya Poan Louw Sam. Cia Mama mengiringi anaknya itu.

Cie Sielong telah undang beberapa sobat buat bikin pesta kecil, diantaranya ada Lauw Tie soe, Bang Ge soe, Ma Han  lim, Ong Koan toe dari Lwee Boe hoe, Toa koansoe Yo Jie dari Iyee Kong hoe dan Toa Koan soe Ciauw Gouw dari suatu onghoe. Dua tiga orang lainnya lagi adalah saudagar.

Diantara sekalian tamu itu, Ciauw Gouw dapat layanan istimewa, kendati ia hanya toa koansu atan kuasa, itulah disebabkan majikannya seorang ongya, raja muda atau pangeran, berpengaruh didalam istana, banyak mentri dan pembesar yang perlu berurusan padanya. Buat ketemui si ongya orang selamanya mesti berurusan lebih dulu dengan toakonsoe ini. Siapa tidak berlaku telaten padanya, sukar akan dapat ketemui majikannya itu. Dem kian dipesta ini, mesti ia tidak berpangkat, ia dapat perlakuan manis dari sekalian tamu lainnya. Ia dandan secara perlente.

Ciauw Gouw belum pernah lihat Siam Nio, kendati juga ia pernah dengar orang bilang, si nona cantik dan manis. Ia kurang percaya, lantaran Cia Sielong sudah tua bangkotan, sekalipun ia berkata dan berpengaruh, mustahil ada nona bunga raya yang elok dan tersohor suka nikah dia. Tapi kapan ia lihat Siam Nio turun dari joli, toakoansoe ini jadi duduk tcrcengang dikursinya. Benar2 ia sangsikan matanya, tetapi ia tidak salah lihat.

“Tua bangka itu beruntung sekali,” akhirnya ia kata dalam hatinya. “Sayang aku tidak ketahui adanya si cantik ini, kalau tidak, aku tentu bisa dului ia menyambar”

Juga Beng Giesu, dengan pepangi jenggotnya mengawasi dengan melongo

Melihat sikapnya giesu itu, Ciauw Gouw tarik tangannya akan ajak dia itu menyingkir kesampiug maju.

“Perintah agung para kau bangsa giesu, epakah perlunya ?”  ia tanpa, separuh main2, separoh sungguh2. “Tidakkah tua bangka she Cia ini telah main gila ? Kenapa bukannya kau dakwa ia, kau justeru hirup arak kegirangannya?”

Mukanya giesu itu menjadi merah.

“Kita semua sobat?, bagaimana buat urusan begini kecil kita mesti jadi bentrok satu pada lain ? ia kata. “Janganlah kita bikin oraag bersakit hati ”

“Sakit hati? Hm ! Bersama2 Kauw Giesu, entah kau telah peroleh berapa banyak uangnya tua bangka she Cie ini........

“Tidak !” Bang Giesu goyang kepala. Ini urusan kecil, karena

urusan ini aku tidak bisa bikin susah. Adalah urusan lain, yang punya sangkut sedikit mengenai itu, aku hendak kasi hajaran sedikit pada Poan Louw Sam. ”

“Urusan apakah itu?” tanya Ciauw Gouw.

Beng Giesu katakan keterangannya dengan suara yang pclahan sekali.

“Aku dengar, untuk dapat menangkap Siam Nio dengan Cie Sie long, Poan Louw sam sudah fitnah sobatnya si nona” demikian katanya. “Sobat itu. Lie Bouw Pek namanya, sudah dituduh menjadi penjahat besar, dengan diadakannya para Teetok gee mui, anak muda itu telah ditangkap dan ditahan.

Ciauw Gouw gusar mendengar keterangan itu. “Dengan begitu, apakah binatang Louw Sam itu kenal undang negeri?” kata ia dengan sengit. Sementara itu diotaknya telah berkelebat pikiran buat hasut giesu ini, supaya Siam Nio dan Cie Sielong jadi terpisah, agar sinona Kemudian ia bisa dapatkan. Ia laotas kata: “Kita memang sobat?, akan tetapi apa yang Cie Sielong lakukan adalah perbuatan yang bertentangan dengan prikemanusiaan. Menurut aku, giesu, urusan ini kau tidak boleh tinggal diam saja. Kau harus mengerti, umpama kata Ongya ketnhui urusan ini. apa kau nanti sanggup pertahankan kedudukanmu ?”

Bang Giesu adalah seorang yang pintar, kendati ia terperanjat ia bisa duga maksud yang sebenaroya dari toa-koansu ini, yang jelus dan iogin punyai sinona manis.

“Ia benar berbahaya,” pikirnya, “kalau ia sampaikan urusan ini pada Ongya, kita bangsa giesu memang bisa mendapat susah. ”

Giesu ini jadi menyesal sekali, yang baru san ia sudah beber tipu dayanya Louw Sam, hingga tidak saja ludas harapannya akau peras si Terokmok, malah ia sendiri h hadapi toa koansu yang lagi berhati ganas ini......

Cie Sielong sementara itu telah keluar pula bersama Sam Nio buat haturkan terima kasih pada sekalian tamunya, dengan minta mereka itu aagkat cawan mereka.

Siam Nio berpakaian merah mentereng sekali, ketika ia dekati Ciauw Go, buat undang toakonsu satu ini keringi cawanaya, tamu ini merasai tubuhnya kaku, sebab kerasnya ia mesti lawan hati dan kejelusannya. Maka itu, begitu lekas nona kemanten masuk pula, dengan tidak tunggui pesta ditutup ia laatas minta diri.

Cie Sieiong daa Louw Sam dapat lihat sikap yang beda daripada biasanya dari orang she Ciauw ini, mereka tidak bisa duga apa sebabnya, akan tetapi mereka tidak enak sendiri, berdua mereka dengan hormat antar sampai diluar tamunya yang lantas naik di keretaaya itu.

Ciauw Gouw terus menuju pulang keonghu, ia tetap mendongkol pikirannya kusut. Tetapi, apa melulu karena turuti hati ia masti bentrok dengan Cie Sielong. sobat dari banyak tahun, sedang juga sielong itu terhitung sebagai loo su atau guru dan ongyanya? Lain daripada itu, andaikata ongya ketahui kelakuan guruuya, ongya tentu akan lindun guru itu. Maka akhirnya, sesudah pikir sakian lama, ia ambil putusan lebih baik diam saja, antap Cie Sielong kekapi si nona manis......

Tidak antara lama kereta sudah sampai di depan onghu dan berhenti, baru saja ia lompat turun, disebelah depan ia tampak beberapa ekor kuda. yang dituntun oleh beberapa kacung. Paling depan yang berjalan kaki adalah seorang umur tiga puluh lima tahun, tubuhnya tinggi besar, mukanya putih dan montok brewoknya pendek. Orang ini pakai baju ungu yang dilapis dengan makwa hijau, pinggang dilibat dengan angkin hiyau, sedang sepatunya adalah apa yang dipinggi sepatu koankeh.

Segera juga Ciauw Gouw kenali orang itu, orang bangsawan dari kalangan keluarga raja atau Cong si tay Siauw- pweelek. pweelek muda atau pangeran dari Tiat Pwee lek, hu, namanya Sian Hong, gelarannya Siauw Hong Jiam atau si Hong Jiam Muda, sementara [anggilannya yang umum adalah Tiat Jie ya. Lekas? Ciauw Gouw msnghampirkan dan unjuk hormatnya. “Jie ya, sudah lama aku tidak ketemu kau.”  ia  menegor sambil tertawa. “Apa sekarang Jie ya datang langsung dari istana?”

Atas tegoran itu. Tiat Pweelek manggut sambil bersenyum. “Kemarin dulu aku datang kemari, kau tidak ada” ia bilang “Kabarnya selama ini kau bargaul luas dengan beberapa pembesar tinggi, kau nampaknya makin mewah ”

Mukanya Ciauw Gouw menjadi merah bahna jengah sendirinya.

“Ah tidak Jie ya.....” ia menyahut. Mana aku punya banyak tempo akan melayani orang2 besar itu ? Iyuma beberapa kenalan, yang bikin pesta, aku tidak bisa tidak hadirkan pesta itu “

Tiat Pweelek awasi pakaian orang yang mentereng, ia bisa menduga.

“Dan hari ini pesta siapakah yang kau kunjungi?” ia tanya sembari tertawa.

Mendadak Ciauw Gouw ingat pweelek ini paling gemar bergaul dan campur tahu urusan yang sedikit saja berbau tak pantas.

“Kenapa aku tidak mau gunai ketika ini?” pikirnya yang terus saja bawa aksinya. Ia menghela napas.

“Apakah aku mesti jawab kau, Jie-ya?” ia balik menanya. “Baru saja aku hadirkan pestanya Cie Sielong! Tua bangka itu telah ambil pula isteri muda, kabarnya nona dari rumah pelesiran. Memang sedari beberapa hari yang lalu ia telah omong tentang niatnya itu padaku, siapa tahu, ia bicara dengan sebenarnya. Ia sudah punya dua gundik, semuanya dan usia belasan, hari ini ia ambil yang ketiga. Nona ini dari Kota Selatan, kalau tidak salah bernama Coei Siam, orangnya cantik sekali laksana bidadari. Bukannya

mudah akan Cie Sieieng dapatkan nona ini. butuh berapa dalam ia telah ngodol saku! Dalam hal ini, Poan Louw Sam si Termokmok sudah bantu dia. Kabarnya nona Coei Siam tidak setuju menikah pada Cie Sielong, ia sebenarnya telah jatuh hati pada pemuda yang bernama Lie Bouw Pek.

Mendengar disebutnya nama itu, sikapnya Tiat Pweelek sedikit berobah, hingga dengan lebib sungguh2 ia perhatikan omongaanya Ciauw Gouw.

“Kabarnya pemuda itu bertenaga besar,” Ciauw Gouw lanjukan omongannya. “Pada satu hari, entah sebab apa, ia telah hajar Poan Louw Sam sampai  hidung dan muka orang itu babak belur, lantaran mana Poan Louw Sam mendendam sakit hati justeru ada urusannya Coei Siam dan Cie Sielong Ini, ia sudah ambil tindakan, kesatu untuk melampiaskan sakit hatinya. kedua guna singkirkan saingan bagi Cie Sielong. Dengan gunai pengaruhnya, Poan Louw Sam sudah adakan pengaduan kekantor teetok, dengan tuduhan jadi penjahat besar Lie Bouw Pek inden ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Coba Jie ya pikir, apa perbuatan ini tidak terlalu? Kenapa, melulu urusan bini muda, lantas seorang baik2 dibikin celaka ? Mereka punya banyak uang. punya pengaruh, hingga tidak ada giesoe yang berani mendakwa, tetapi perbuatan itu tidak pantas dan melanggr prikemanusiaan .....-”

Tiat Pweelek menjadi panas apabila ia telah dengar semua itu.

“Kau bicara tentang Lie Bouw Pek. apakah ia itu orang yang diluar Kota Selatan?” ia tanya. “Aku tahu ia sebatang kara, boegeenya tinggi, karena ia telah rubuhkan Hoa-khio Phang Liong dan Kim-too Phang Bouw.”

“Mungkin benar dia” Ciauw Gouw bilang. Katanya iapun bersobat dengan Tek Ngo-ya dan Lwee-bu hu. “

“Benar dia,” Tiat Jie ya manggut. “Ia hoohan yang belum lama sampai di Pakkhia ini, ia telah terfitnah, aku mesti tolong dia. Pergi kau kasi tahu Cie Sielong dan Poan Louw Sam, bagaimana mereka atur hingga si orang she Lie kena ditangkap dan ditahan, cara demikian juga mereka mesti urus supaya anak muda itu dapat pulang kemerdekaannya, jikalau tidak, aku tak nanti mau mengerti “

Ciauw Gouw manggut2

“Baik, Jeya, aku nanti pergi pada meeeka itu,” ia berjanji “Apakah oogya dirumah ?” kemudian Tiat Pweelek tanya. “Barangkali ada. Nanti aku mengasi kabar ”

Sembari kata begitu, Ciauw Gouw bertindak dengan cepat menuju kedaiam istana tapi otaknya berbareng bekerja. Dalam hatinya ia kata: “Benar saja aku bisa bikin Tiat Pweelek campur tahu uru»an ini ! Masih untung buat si tua bangka, Pweelek tidak omong hendak bubarkan ia dari kekasihnya ...

tapi, kalau nanti ketemu Cie Sielong, apa aku boleh tambahkan pada ucapannya Tiat Pweelek, supaya mereka jadi tambah ketakutan?” Oleh karena memikir begitu, ia jadi puas. Sementara itu Tiat Pweelek tidak berdiam lama, pikirannya ada pada Lie Bouw Pek, setelah pamitan ia terus palang. Ia mendongkol bila ingat Bouw Pek telah terfitnah. Ia telah dengar namanya anak muda kita, ia percaya Bouw Pak cakap dan gagah, sayang ia seorang pangeran, jadiia tidak bisa cari alasan bergaul dengan pemuda asing itu, tapi sekarang, sesudah si anak muda mendekam dalam penjara, ia mesti berdaya akan tolong pemuda itu. la ketahui yang orang akan tertawakan ia, apabila ia tidak berdaya guna anak muda itu.

Lantas raja muda ini panggil kacungnya bernama Tek Lok, yang ia percaya betul kacung ini ia kasikan uang dan perintah pergi kepenjara diteetok, gee mui, akan cari Lie Bouw Pek. Ia pesan bagaimana si kacung harus berbuat. Setelah itu ia kirim kanyi nama pada Mo Teektok, undang teetok itu sebentar malam datang pedanya, katanya untuk urusan penting.

Penjara dikantor kiu bun teetok adalah tempat tahanan penjahat2 besar yang jatuh kedalam tangan pembesar militer itu atau orang2 yang berdosa hebat dikota raja. lantaran itu tidak sembarang orang bisa diijinkan kunjungi tempat tahanan itu akan tetapi kapan Tek Lok yang sampai disana dan ia telah perkenalkan diri sebagai utusan dari Tiat Pweslek, ia lantas diterima dengan hormat dan manis.

“Oh kau utusannya Pweelek ?” kata sipir bui ...Kau hendak ketemukan siapa ? Bilang saja aku nanti antarkan kau pada orang itu.

Tek Lok beraksi, sebYumnya mcnjawab ia keluarkan tiga puluh Tail perak, yalah uang dari Pweelek. Ia sodorkan uang itu pada si sipir seraya bicara dengan terus terang : “Ini uang tiga puluh tail perak. Pweelek perintah aku kasi tahu padamu, dari jumlah ini, yang sepuluh untuk kau disini minum arak “ “Ah, buat apa Pweelek ya kasi kami persenan uang ?” berkata si sipir, yang potong perkataan orang bahna girangnya. “Kalau ada apa bilang saja pada kami ”

“Dan yang lebihnya dua puluh tail.” Tek Lok kata pula, “Pweelek ya pesan supaya kau simpan, di peruntukkan membeli tambahan sayuran dan lainnya untuk orang tahanan nama Lie Bouw Pek. Orang she Lie itu orang kesajangan Pweelek ya, kau dilarang memperlakukannya secara jelek” “Kami pasti tidak berani, tuan!” kata sipir itu dengan cepat. “Kami tahu, Lie Bouw Pek seorang baik, apapula perkaranya masih belum terang, ada kemungkinan ia akan dimerdekakan lagi beberapa hari, Sekarang ada pesanan dari Pweelek ya, tentu sekali kami tidak berani perlakukan itu secara jelek.”

Tek Lok manggut.

“Sekarang coba antar aku, aku mau ketemukan orang she Lie itu “ ia kata.

“Baiklah, tuan,” kata sipir itu, yang diam2, telah kedip mata pada orangnya dan orang itu lantas undurkan diri lebih dulu.

Bouw Pek bersama belasan orang tahanan lain dikurung dalam kamar bagi mereka yang akan dapat hukuman mati akan tetapi sekarang, karena Tek Lok hendak tengok ia, lekas ia dipindahkan kekamar lain yang bersih dan cukup terang, tidak buruk seperti kamar yang semula itu. Dengan teraling jendela, yang memakai jeruji, hambany a Tiat Pweelek bisa tengok orang muda ini.

Selama bsberapa hari tertahan, dua kali Bouw Pek telah dibawa menghadap untuk diperiksa. Ia tidak bersalah tetapi ia dituduh menjadi ponjahat besar, tentu saja ia telah sangkal tuduhan dan sebaliknya beber kebusukannya Poan Louw Sam, yang benci ia karena urusannya Siam Nio Sambil unjuk bahwa ia orang baik2, ia tambahkan: “Aku minta kau, yang menjadi pembesar negeri, janganlah karena pengaruh uang dari Louw Sam sembarang turut tuduh orang jadi Penjahat” Karena ini, ia telah dua kali dirangket, hingga ia mesti merasai siksaan sedang rantai belengguannya telah ditambah Selama dua hari tiada orang yang sambangi ia kecuali bujangnya Su Poancu si Gemuk, yang membawa sedikit uang buat si sipir dan kawan nya, dengan begitu dari pihak sipir ia tidak usah mengalami siksaan. Selama itu ia melulu harapkan lekas pulangnya Tek Siauw Hong, orang satu nya yang ia harap nanti berdaya akan tolong ia. Maka ia heran kapan ia lihat Tek Lok menengoki dengan diantar oleh sipir sendiri.

“Siapa dia ini ?” ia menduga duga.

Sementara itu Tek Lok, sambil manggut dan tertawa, telah kata padanya .

“Tuan Lie, aku datang atas titahnya Jie ya dari Tiat Pweelek Jue ya Ketahui kau dapat perkara penasaran, ia perintah aku sambang kau sambil kasi tahu supaya kau tetapkan hati dan jangan berduka, jie ya telah undang teetok Tayjin buat sebentar malam datang ke Pweelek hoe untuk bicarakan urusan kau, aku percaya, lagi beberapa hari kau akan dapat pulang kemerdekaanmu

Bouw Pek tercengang Ini adalah kabar atau kejadian yang ia tak pernah sangka. Ia pernah dengar namanya Tiat Pweelek akan tetapi ia belum tahu siapa Jie ya ini.

“Sebenarnya, aku belum pernah ketemu Jie ya kau itu...” kata ia.

“Kau belum pernah ketemu Jie ya, akan tetapi Jie ya tahu kau siapa, Lie ya” Tek Lok berikan keteranganya “Jie ya sudah dengar namamu ia ingin berkenalan dengan kau Baiklah Lie ya ketahui, Jie ya adalah yang bernama Siauw Hong Jiam, Tiat Jie

Baru sekarang Bouw Pek ketahui, itulah Jie ya yang Tek Siauw Hong sering sebut namanya.

“Ia raja muda dan tidak kenal aku” seperti aku tidak kenai da. bagaimana sekarang ia hendak tolong aku ?” ia kata dalam hatinya. ia ternyata orang yang berhati mulia, aku mesti nyatakan syukur terhadap ia”.

“Aku berterima kasih yang Jie-ya begitu perhatikan diriku” kata ia kemudian seraya menghela napas . “Bila sebentar kau pulang tolong sampaikan pada Jie-ya, bahwa aku Lie Bouw Pek adalah siu cay dari Lam kiong, bahwa aku datang kekota raja untuk sambangi sanak. Aku orang jujur dan penduduk baik2, melulu lantaran aku telah hajar Poan Louw Sam, si saudagar jahat, ia telah fitnah aku hingga sekarang aku mesti mendekam didalam penjara ini. Aku telah dituduh menjadi peajahat besar, tetapi ia tidak punya bukti dan saksi. Apibila Tiat Jie ya sudi tolong aku, hingga aku dapat pulang kemerdekaanku, tidak nanti aku lupai budi Jie ya yang baik itu. Benar aku tidak omong terlalu  banyak.  Aku  belum pernah ketemu Jie ya, aku percaya Jie ya yang jujur dan mulia tolong kasi tahu Jio ya, aku minta ia suka tolong aku dengan sungguh sungguh, sekeluarnya dari penjara ini aku nanti mengunjungi buat haturkan terima kasihku Andaikata Jie ya tidak sanggup tolong aku tidak apa, aku tetap tidak akan bisa lupai budi kcbaikaanya “

“Aku janji akan sampaikan perkataanmu ini, Lie ya” Tek Lok bilang sambil manggut. “Lie ya punya urusan apalagi di luaran?”

“Tidak, alu tidak punya urusan lain,” Bouw Pek jawab.” Disini aku tidak punya banyak sanak atau sobat”

“Baiklah, Lie ya,” kata Tek Lok akhirnya. Ia terus pamitan dan berlalu.

Bouw Pek awasi orang pergi dengan hati lega, terutama karena selarjutnya semua orang bui perlakukan ia dengan manis dan baik, makanan dan minuman cukup.

“Semua ini karena pengaruhnya Tiat Jie-ya,” pikir ia yang lalu menghela napas. Ia dapat tambah pengalaman, bak pengaruhnya orang yang banyak uang dan berpangkat.

“Kalau aku dapat pulang kemerdekaanku paling dulu aku nanti pergi ke Pweelek hoe, akan haturkan terima kasihku,” demikian ia pikir, ..setelah itu, dengan tidak ketemui lagi pamanku, aku akan segera berlalu dari Pakkhia ini”

Anak muda ini menjadi tawar hatinya.

Esoknya bujangnya Soe Poan-coe datang pula, beda daripada biasanya, sekarang ia tidak usah ngodol saku lagi, dengan mudah ia diantarkan masuk kedalam penjara. Ia bawa rantang berisi barang makanan.

“Eh. Lie Toa-ya, kenapa kau pindah kekamar ini?” tanya bujang itu, yang merasa heran. “Kamar ini jauh lebih baik daripada kamar yang kemarin “

Bouw Pek tertawa mendengar pertanyaan itu.

“Kekamar mana saja aku pindah, aku tetap berada dalam penjara” ia menyahut.

Bujang itu buka rantangnya akan keluarkan dua mangkuk sayur, satu poci arak dan beberapa biji bakpauw.

“Majikan tahu yang toaya tentu ingin dahar arak dan sayurannya, ia sengaja bikinkan ini untuk toaya,” kata ia “Majikan kau sungguh baik” kata Bouw Pek dengsn bersukur. “Jangan bilang begitu, toaya.” kata pufa bujang itu. “Kau sobatnya majikan dan langganan lama, kau justeru nampak perkara ini, seharusnya saja bila majikan tolong perlukan makanan kau”

Bouw Pek menghela napas, diantara jeruji ia sambut sayur arak dan bakpauw itu dengan bergantian.

Bujang itu berdiri didekat jendeta sekali, hingga ia berada sangat dekat pada Bouw Pek. Karena penjaga bui berada sedikit jauh, hampir berbisik ia kata :

“Toaya. bakpauw yang besar itu makannya sebentar sesudah tidak ada orang”

Bouw Pek heran, tetapi ia diam saja, ia terus dahar dan minum. Ia tinggalkan dua biji bakpauw yang besar. Kemudian mangkok dan poci arak ia keluarkan.

Dengan diantar oleh penjaga bujangnya si Gemuk berlalu. Bouw Pek tunggu sampai tidak ada orang, dengan lekas ia buka bahpauw yang besar menampak isinya, ia terperanyat. Sebab dan tara isi daging ada sepotong  kikir buron, bagaimana aku bisa berdiam dibawah terangnya matahari ? Keminggatanku juga bisa bikin susah pamanku ”

Setelah memikir demikian, anak muda kita brnenyun. Ia tidik bertindak seperti yang Soe Poan coe inginkan. Cuma sekarang ia menduga ia percaya, Soe Poan yoe bukanlah seorang dagang yang biasa saja, ia itu mestinya seorang luar biasa.

Berada sendirian, dengan tidak bekerja apa-apa, justeru rantai membelenggunya, Bouw Pek jadi iseng seka1i, hingga pikirannya melayang jauh pada berbagai hal. Ingat Siam Nio dan Sioe Lian, ia seperti jadi putus asa, buat sekejap ia tidak pikir buat keluar dari penjara......

Sang waktu berjalan dengan tidak pedulikan pikiran orang2 tahanan, seperti merayap kalau dipikirkan, dan seperti berlari apabila tidak diperhatikan Kamar memang kurang terang, dengan berobahnya sang waktu Bouw Pek merasa dirinya terbenam dalam kegelapan, melulu lantaran sudah biasa, tidak merasa terlalu sukar.

Tidak antara lama pcnjaga bui datang dengan barang makanan.

Belum lama kemudian diluar kamar terdengar suara berkotrangannya rantai2.

“Entah siapa lagi yang akan diperiksa dan rasai kompasan...” pikir anak muda kita,

“Kalau Tiat Pweelek tidak berhasil menolong aku dan Poan Louw Sam tambah pengaruh uangnya, tidakkah hukuman mati akan jadi bagianku ? Apa anak muda pintar dan gagah sebagai aku mesti binasa secara begini penasaran dan kecewa?...” Tangan Bouw Pek merabah kikir dibawah rumput, tetapi  kapan tangannya bentur perkakas itu  ia dapat  pulang ketetapan hatinya. Ia menghela napas, lalu rebahkan diri, tidak perduli sang nyamuk bernyanyi nyanyi dikupingnya dan berhinggap dimukanya sebentar kemudian ia bisa pulas, karena  ia merasa  pikirannya lega.  Berapa  lama   sudah menggeros  ia tidak  tahu, ia  hanya ngendutin dengan terperanjat, tatkala merasai tabuhnya terdorong, hingga ia ttrkejut Ia segera bangun dan duduk, ternyata karena ia tidur nyenyak sekali, diluar tahunya ada orang masuk dan sedang merayap disampingnya.

Kamar tetap gelap, sekalipun didepan mata sukar akan kenali orang.

“Mari kita pergi “ demikian orang itu berbisik serta tangannya merayap pada rantai yang ia hendak bikin lolos.

Heran berbareng kaget, Bouw Pek tolak tubuh orang. Ia pun tidak senang.

“Aku tidak mau pergi !” ia kata “kalau aku mau kabur, aku bisa lakukan itu dengan tidak tunggu kudatang menolong” Orang itu berbangkit, napasnya memburu.

“St, st “ ia mengasi tanda. “Kau siapa ?” Bouw Pek tanya.

Orang itu tidak menjawab, sebaliknya ia menjauhkan diri. sebab ia lihat anak muda kita berbangku, rupanya ia kuatir nanti dipegangi. Ia pergi kepintu.

Dengan mendongkol Bouw Pek duduk pula. Ia bingung juga, hingga ia mau menyangka bahwa ia sedang mengimpi .... Penolong yang tak dikenal itu sekarang berada diluar jendela. “Mari, mari ikut aku, lekas menyingkir “ ia mengajak.

“Jangan perduhkan aku “ Bouw Pek tatap menampik. “Aku tidak mau kabur! Lekas kunci pula pintu kamarku “

Orang itu tidak kata apa2, cuma terdengar helaan napas. Setelah kembali mengunci pintu kamar, orang itu melesat naik keatas genteng, disusul oleh suara pelaban diatas genteng itu. Mengetahui orang sudah pergi, Bouw Pek kembali menghela napas dengan mendongkol. Adalah setelah berselang lama juga, baru ia bisa tidur pulas lagi.

Esoknya Bouw Pek tidak dapat kunjungan seperti kemarinnya Tek Lok tidak datang pula dan bujangnya “ Soe Poan coe tidak muncul dengan rantang sayur dan bahpaw. Ia juga tidak dibawa kekantor, sedang ia mengharap dapat putusan. Kesudahannya ia jadi masgul sendirinnya.

Adalah dihari herikutnya, Tek Siauw Hong muncul dimuka jendela yang berjeruji.

“Oh, Tek toako ! Kapan kau pulang? Bouw Pek menegor. “Baru saja kemarin” menyahut. Tek Siauw Hong, dengan air muka guram bahna berduka, “Karena dengar urusan kau, aku lantas datang kemari. Kau jangan kuatir, hiantee, buat perkaramu ini kau tidak akan dihukum. Tiat Siauw pweelek telah keluarkan bukan sedikit tenaga guna tolong kau, kabarnya teetok telah berjanji akan periksa kau  pula, andaikata  kau lolos dari kecurigaan,  kau akan segera dimerdekakan.”

“Ada kecurigaan apakah?” Bouw Pek kata dengan mendongkol. “Sudah dua hari mereka tidak periksa aku, hingga aku hidup

tidak matipun tidak! Bukankah dengan begini mereka sedang menghina aku?”

“Hiantee. Siauw Hong kerutkan alis, “dalam keadaan seperti ini, baik kau sabarkan diri. Menurut penglihatanku, teetok tayjin mesti akan lepaskan kau, hanya buat itu ia terpaksa mesti tahan kau untuk beberapa hari lagi. ia mesti lindungkan mukanya agar tidak mendapat malu. Kabarnya teetok berhutang pada Poan Louw Sam juga telah hamburkan beberapa ribu lagi ”

“Tapi, apakah bisa jadi, seorang kioeboen teetok mesti takuti Louw Sam?” Bouw Pek berseru

“Kau tidak mengetahui, saudaraku,” orang Boan itu menghela napas. “Louw Sam benar seorang dagang, akan tetapi pengaruhnya sama besarnya seperti raja muda. Sekalipun beberapa tiong tong dalam hal menjual pangkat dan kedudukan, tanpa perantaraannya Louw Sam tidak nanti mampu lakukan dengan sempurna!---

Mendengar itu, mukanya Bouw Pek menjadi merah padam bahna sengitnya.

“Jikalau aku bisa keluar dari penjara, Louw Sam mesti dibinasakan, tak boleh tidak” ia berseru dalam hatinya, “Sekarang ini kerjaan di Lwee boence banyak sekali,” Siauw Hong bertata putar. “Aku baru pulang dari Tongleng, tetapi kebarnya aku akan dikirim lagi ke Jiat ho, maka itu aku ingin bekerja lekat, supaya lebih baik lagi kau bisa keluar dalam dua tiga hari ini.”

“Terima kasih, toako. Tapi aku minta jangan karena urusanku kau terlantarkan-kewajibanmu”

“Itulah tidak akan terjadi, hiantee ”

kendati demikian, sobat ini menghela napas pula. “Kita bersobat belum lama, tapi kita sudah jadi seperti saudara kandung Kau berada didalam penjara mana aku bisa legakan hati? Tapi, saudara, aku tidak bisa omong banyak banyak. sekarang diuga aku mau pergi ke Pweelek hoe akan ketemui Jie ya.”

“Kalau kan ketemu Jie ya, toako, tolong kau haturkan terima kasihku,” Bouw Pek pesan.

“Aku nanti sampaikan “ Siauw Hong bilang. “Jie ya paling hargakan hoohan, dengan ia mau tolong kau, percaya aku, kau tidak akan lama tersiksa didalam penjara ini. Baik kau bersabar dan tetapkan hati.

Setelah kata begitu, Siauw Hong berlalu.

Sipir bui telah antar orang Boan ini sampai diuar, ia berlaku hormat dan manis.

“Tek Ngo Looya mau terus pulang?” ia lanya.

“Aku mau pergi ke Pweelekhoe,” Siauw Hong jawab

“Kalau Looya ketemu Jieya, tolong looya kasi tahu bahwa Lie Bauw Pek disini tidak menampak kesukaran apa2,” sipir itu kata.

Cuma disini tidak ada pembaringan yang berarti, dalam hal ini kami tak berdaya.”

“Aku meugerti,” Siauw Hong jawab, “asal kau perhatikan segala kepentingannya..

Dengan naik keretanya, Siauw Hong perintah Hok Coe tujukan kendaraan ke Anteng moei, dimana terletak Pweelek hoe, didepan istana sekah kereta berhenti Disitupun sudah menunggu sebuah kereta lain, yang Siauw Hong kenal, ialah keretanya Sioe Bie too Oey Ke Pok. Ia jadi berpikir.

“Apa perlunya Oey Soe ya juga datang kemari?” ia kata  dalam hatinya.

Masuk terus kedalam, dua pengawal sambut orang Boan ini dengan hermat.

“Tek Ngo ya, sudah lama kau tidak kelihatan,” mereka menegor sambil tertawa.

“Aku berpergian,” Siauw Hong jawab. “Apakah Jie ya ada didalam?”

“Oey soe ya datang kemari, ia lagi bicara dengan Jie ya dikamar tamu.” salah satu pengawai menyahut

“Tolong kau beritahukan kedatanganku, Siauw Hong minta, Soe ya bukannya-orang luar. ”

“Silahkan Ngoya ikut akrab kata pegawai tadi yang terus balik dan bertindak masuk, sitamu ikut.

Sesudah lewat dua ruangan kamar mereka sampai di kamar tamu. Disana benar kedapatan Oey Kie Pok.

Siauw Hong lebih dulu kasi hormat pada tuan rumah, baru ia saling unjuk hormat dengan Soe Be to.

Siauw Hong Jiam Tiat Jieya berlaku manis, sembari tertawa ia undang tamunya duduk, sedang kacung segera datang menyuguhkan teh, “Apa kabar ?” tanya Jie ya tentang kepergiannya orang Boan ini. “Kapan kau pulang?”

“Baru kemarin sore aku pulang” Siauw Hong jawab sambil bongkokan diri.

“Pekerjaan Tek Ngo ya adalah pekerjaan yang bagus!” Oey Kie pok campur bicara sambil tertawa.

“Bagus apa!” Siauw Hong baliki. “Sebaliknya, itu pekerjaan berat. ”

“Apakah kau tidak pergi ke teetok gee moei menengoki Lie Bouw Pek?” tanya Jie ya, yang tidak perhatikan pembicaraan orang.

Oleh karena disitu eda Oey Kie Pok, Siauw Hong tidak berani menyawab sembarangan.

“Sebentar lagi aku hendak tengok dia.” ia kasi tahu Tiat Pweelek manggut, la lalu tunjuk Kie Pok.

“Bersama sama Kie Pok aku justru bitiarakan urusannya Lie Bouw Pek itu,” ia bilang. “Aku tidak kenal anak muda itu, aku hanya dengar ia pandai silat, lantaran itu, begitu dengar ia terlibat perkara dengan Poan Louw Sam dan Cie Sielong, aku segera perintah orang tengok dia. supaya dipenjara ia tidak dapat susah Akupun telah undang Mo Tee tok. Ia ini licin, ia menyangkal bahwa ia telah terpengaruh oleh Poan Louw Sam. ia kata, bahwa Lie Bouw Pek benar tersangka sebagai penjahat besar, hanya bukti dan saksi belum ada Ia kasi tahu padaku, lagi beberapa  hari ia akan periksa pula Lie Bouw  Pek, waktu itu, apabila tidak ada orang lain yang mendakwa, ia mau merdekakan anak muda itu. Aku telah kasi tempo setengah bulan pada Mo feetok, supaya ia lepas Bouw Pek. Tapi barusan Oey Kie Pok beritahukan aku, katanya ia mengetahui, bahwa Lie Bouw Pek benar penjahat besar dari Titlee selatan tidak bisa taruh kaki Bauw Pek lari buron ke Pakkhia ini. Apabila keterangannya Kie Pok benar, aku tidak mau ambil pula urusannya itu !” 

Siauw Hong terperanjat, sampai mukanya menjadi pucat. “Terang itu adalah kabaran berdasarkan ceritera burung  saja,” ia cepat berkata. “Aku tahu betul Lie Bouw Pek adalah sioecay dan Lam Kiong, piaowcoknya adakah liengpouw Coesoe Kie Thian Sin. la bukannya seorang yang tak keruan asal usulnya, untuk ia aku suka menanggung dengan diriku” Bahna sengit, Siauw Hong awasi Kie Pok dengan mata merah. Tapi Sioe Bie to sabar sekali, ia bisa tertawa.

“8iaw Hong, didepannya Jie ya, omongan kau bukannya omong main main !” ia bilang. “Bagaimana maka kau jadi kenal Lie Bouw Pek? Berapa rapatnya perhubungan diantara kau dan Lie Bouw Pek? Semua itu aku telah ketahui ! Kau baruku pangkat, kau punya isteri dan anak anak, kalau karena Lie Bouw Pek kau jadi tersangkut sangkut sehingga rumah tangga kau jadi celaka, sungguh, itu sangat tidak berharga! Sebenarnya urusan tidak ada sangkutannya dengan aku, tetapi karena kita bersobat kekal, aku perlu mengasi ingat padamu.”

“Memang aku bersobat dengan Lie Bouw Pek belum lama, tetapi orang sebagai dia itu aku suka tanggung dengan diriku” ia kata dengan dingin. “Cacatnya Bouw Pek ada1ah adatnya yang tinggi dan tidak suka berlaku sabar, hingga telah dapat salah dari beberapa orang Ia tidak langgar aturan, aku tidak takut nanti kena kerembet rembet, aku berani tanggung, bahwa ia benar telah terfitnah “

Mendengar begitu, Oey Kie Pok jadi tenang, hingga Iapun tertawa dingin.

“Kalau begitu “ kata ia dengan tawar, “dimana disini ada Jie ya selaku saksi, ingat olehmu apabila kau mengalami apa  yang menyadi sesalkan sobat2 sudah tidak tolong nasehati kau!”

Diam Sieuw Hong bergidik.

“Sudah terang dengan samar2 Oey Kie Pok maklumkan perang padaku,”  ia  pikir.  “Sudah  ancam  aku.  ini berbahaya. ”

Siauw Hong tahu diri, sebagai pegawai Pwee boehoe ia tidak punya pengaruh besar, karena ia tidak punya banyak kenalan yang berpangkat tinygi, tidak punya banyak uang, kalau ia toh terkenal, itulah disebabkan Tiat see cia atau ilmu pukulan tangan pasir besi yang liehay. Dihadapan Oey Kie Pok, ia benar ngeri. Oleh karena ini, ia tidak mau ladeni Soe Bie to lagi.

Jie ya bisa mengerti kedua tamunya ini, ia nyelak sama tengah.

“Siauw Hong mau bekerja untuk sobatnya begitu dengan Kie Pok, yang kuatir sisobat tersangkut dalam perkara besar dan berbahaya. Baiklah kau bikin habis saja. ”

“Tetapi Jie-ya mengerti scndiri,” Kie Pok

“Siauw Hong sudah keliru sangka, ia seperti menuduh eku inginkan kematiannya Lie Bouw Pek Sebenarnya, Bouw Pek itu aku tidak kenal”

Dua2 kau bermaksud baik.

“Kau bermaksud baik, tuan, aku haturkan terimakasih,” kata Siauw Hong, yang lantas robah sikapnya, karena Tiat Pweelek lebih suka urusan dibikin jadi habis, la tidak mau membikin tuan rumah kecil hati.

Kie Pok tertawa.

“Sudah sudah,” kata ia. “sudah, kita baik jangan sabut2 pula urusaa itu “

Siauw Hong benar tutup mulut tentang Lie Bouw Pek, ia bicara dengan Tiat Jie ya tentang hal lain 0ey Kie Pok seperti tidak diajak omong hanya ia duduk diam saja dengan Masgul. Maka akhirnya ia berbangkit akan pamitan pulang.

Siauw Hong tunggu sampai Siu Bie to sudah berlalu, lagi sekali ia minta Tiat Pweelek suka dayakan agar Lie Bouw Pek lekas keluar dari penjara. Ia unjuk dengan tandas, bahwa anak muda itu orang baik2, bahwa duduknya perkara adalah bisanya Poan Louw Sam seorang.

“Kau tidak usah minta lagi, aku sudah tahu!” Tiat Pweelek kata sambil tertawa. “Umpama kata kau tidak pulang, tak nanti aku antap saja Lie Bouw Pek binasa secara kecewa ditangan mereka itu “

Hatinya Siauw Hong lega bukan main apabila ia dengar ucapan itu, sedang tadinya ia bersangsi, karena ia kuatir pangeran ini nanti kena dipengaruhi oleh Oey Kie Pok.

Tiat Pweelek sementara itu telah kata pula, dengan air muka terobati meujadi merah ;

“Urusannya Lie Bouw Pek aku telah ketahui semua! Ia teiah hajar Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam, ia bcrsobat baik dengan kekasihnya Cie Sielong ini menyebabkan tiga orang itu telah bcrkongkol dan mengatur tipu daya untuk, menyelakai anak muda itu. mereka telah keluarkan uang, mereka minta pertolongan dikantor, maksudnya melulu agar Bouw Pek terima kebinasaannya tapi aku telah campur urusan ini, dari itu urusan Oey Kie Pok telah datang. maksudnya adalah buat memberi pikiran supaya aku tidak usah campur tahu lebih jauh coba aku tidak berlaku sabar, aku tentu sudah kirim kereta buat perintah Lie Bouw Pek dimerdekakan dan disambut pulang diistanaku ini! Jikalau aku ambil tindakan itu, siapa berani cegah aku”

Siauw Hong celengap mendengar keterangan itu didalam hatinya ia justeru ingin sekali pangeran itu ambil tindakan getas demikian,

Tapi ia telah laujutkan omongannya : “Aku tidak ambil tindaken itu, aku tidak ingin yang orang nanti katakan aku andalkan pengaruhku dan berbuat sewenang2. Lie 8ouw Pak masih muda, tidak apa ia mendekam beberapa hari didalam penjara, malah ini ada baiknya, buat tindih sedikit adat tlngginya. Lagi beberapa hari aku nanti bikin ia keluar dari penjara, keluar dengan cara terbuka dan terhormat”

Siauw Hong girang tak kepalang mendengar keterangan itu. “Terima kasih, Jie ya, terima kasih” ia mengucap berulang2 Tak lama kemudian orang she Tek ini lalu pamitan, ia tidak terus pulang hanya kembali kepenjara, sampaikan kabar pada Bouw Pek tentang sikap dan tindakannya Cie ya  Pweelek. “Kau sekarang sabar saja”, ia mcngasi nasehat, “Jangan berduka”

Tapi ia tidak beritahukan bahwa Oey Kie Pok diam diam musuhkan dan hendak bikin celaka sobat ini. Ia anggap keterangan itu belum psrlu sobat ketahui, keterangan semacam itu melulu akan membikin sisobat murka.

Sesudah hiburkan lagi sekali sobatnya, baru Siauw Hong pulang kerumahnya.

“Looya, barusan datang dua orang mencari kau,” kata pengawal pintu yang sambut majikannya itu. “Aku kasih tahu looya sedang keluar, mereka lantas berlalu dengan bilang, bahwa mereka hendak datang pula.”

Kelihatannya Siauw Hong sedikit terkejut.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar